PROFIL DISOLUSI TABLET IBUPROFEN MENGGUNAKAN …

16
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.,II No.1, Januari 2013 35 PROFIL DISOLUSI TABLET IBUPROFEN MENGGUNAKAN VARIASI DISINTEGRAN SHEFFIELD TM TABLETTING SYSTEM DTHV, SHEFFIELD TM TABLETTING SYSTEM DTFD, DAN AVICEL PH 102 Revika Rachmaniar, Dradjad Priambodo, Maulana Hakim Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran Abstrak Ibuprofen merupakan zat aktif yang memiliki khasiat sebagai analgesik, antipiretik, mengobati gejala rheumatoid arthritis, osteoarthritis, dan dysmenorrhea. Penelitian tentang formulasi tablet ibuprofen bertujuan untuk memperoleh sediaan tablet ibuprofen menggunakan disintegran Sheffield TM Tabletting System DTHV dan DTFD dengan metode kempa langsung yang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia dan United States Pharmacopeia. Tablet ibuprofen dibuat dengan metode kempa langsung menggunakan Sheffield TM Tabletting System DTHV dan DTFD serta Avicel PH 102 sebagai disintegran pembanding dengan variasi konsentrasi masing-masing disintegran sebesar 50%, 55%, dan 60%. Evaluasi tablet meliputi keseragaman bobot, diameter, ketebalan, kekerasan, friabilitas, keseragaman kadar, dan disolusi. Pengujian disolusi in vitro menggunakan alat disolusi tipe II (dayung) dengan medium larutan dapar fosfat (pH 7,2). Hasil pengujian waktu hancur dan disolusi tablet menunjukkan bahwa pada tablet ibuprofen yang menggunakan Sheffield TM Tabletting System DTHV memiliki waktu hancur dan zat aktif terlarut yang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia dan United States Pharmacopeia. Kata Kunci: Avicel PH 102, Disintegran, Sheffield TM Tabletting System DTFD, Sheffield TM Tabletting System DTHV, Tablet Ibuprofen. Abstract Ibuprofen is the active substance which has properties as an analgesic, antipyretic, treat the symptoms of rheumatoid arthritis, osteoarthritis, and dysmenorrhea. Research on ibuprofen tablet formulation has aims to obtain tablets of ibuprofen using Sheffield TM Tabletting System DTF D and DTHV by direct compression method that meets the requirements of the Indonesian Pharmacopeia and the United States Pharmacopeia. Ibuprofen tablets prepared by direct compression method using Sheffield TM Tabletting System DTFD and DTHV and Avicel PH 102 as well as the comparison disintegrant with the variation of the concentration. The concentration of each disintegrant are 50%, 55%, and 60%. Evaluation of tablets include weight uniformity, diameter, thickness, hardness, friability, content uniformity and dissolution. In vitro dissolution test using a dissolution type II (paddle) with phosphate buffer solution medium (pH 7.2). Tablet disintegration and dissolution testing results show ibuprofen tablet that use Sheffield TM Tabletting System DTHV has disintegration time and active substance dissolved meet the requirements of the Indonesian Pharmacopeia and the United States Pharmacopeia. Keyword: Avicel PH 102, Disintegrant, Ibuprofen tablet, Sheffield TM Tabletting System DTFD, Sheffield TM Tabletting System DTHV.

Transcript of PROFIL DISOLUSI TABLET IBUPROFEN MENGGUNAKAN …

Page 1: PROFIL DISOLUSI TABLET IBUPROFEN MENGGUNAKAN …

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.,II No.1, Januari 2013

35

PROFIL DISOLUSI TABLET IBUPROFEN MENGGUNAKAN VARIASI

DISINTEGRAN SHEFFIELDTM TABLETTING SYSTEM DTHV, SHEFFIELDTM

TABLETTING SYSTEM DTFD, DAN AVICEL PH 102

Revika Rachmaniar, Dradjad Priambodo, Maulana Hakim

Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Abstrak

Ibuprofen merupakan zat aktif yang memiliki khasiat sebagai analgesik, antipiretik, mengobati

gejala rheumatoid arthritis, osteoarthritis, dan dysmenorrhea. Penelitian tentang formulasi

tablet ibuprofen bertujuan untuk memperoleh sediaan tablet ibuprofen menggunakan disintegran

SheffieldTM Tabletting System DTHV dan DTFD dengan metode kempa langsung yang

memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia dan United States Pharmacopeia. Tablet

ibuprofen dibuat dengan metode kempa langsung menggunakan SheffieldTM Tabletting System

DTHV dan DTFD serta Avicel PH 102 sebagai disintegran pembanding dengan variasi

konsentrasi masing-masing disintegran sebesar 50%, 55%, dan 60%. Evaluasi tablet meliputi

keseragaman bobot, diameter, ketebalan, kekerasan, friabilitas, keseragaman kadar, dan disolusi.

Pengujian disolusi in vitro menggunakan alat disolusi tipe II (dayung) dengan medium larutan

dapar fosfat (pH 7,2). Hasil pengujian waktu hancur dan disolusi tablet menunjukkan bahwa

pada tablet ibuprofen yang menggunakan SheffieldTM Tabletting System DTHV memiliki waktu

hancur dan zat aktif terlarut yang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia dan United

States Pharmacopeia.

Kata Kunci: Avicel PH 102, Disintegran, SheffieldTM Tabletting System DTFD, SheffieldTM

Tabletting System DTHV, Tablet Ibuprofen.

Abstract

Ibuprofen is the active substance which has properties as an analgesic, antipyretic, treat the

symptoms of rheumatoid arthritis, osteoarthritis, and dysmenorrhea. Research on ibuprofen

tablet formulation has aims to obtain tablets of ibuprofen using SheffieldTM Tabletting System

DTF

D and DTHV by direct compression method that meets the requirements of the Indonesian

Pharmacopeia and the United States Pharmacopeia. Ibuprofen tablets prepared by direct

compression method using SheffieldTM Tabletting System DTFD and DTHV and Avicel PH 102

as well as the comparison disintegrant with the variation of the concentration. The

concentration of each disintegrant are 50%, 55%, and 60%. Evaluation of tablets include

weight uniformity, diameter, thickness, hardness, friability, content uniformity and dissolution.

In vitro dissolution test using a dissolution type II (paddle) with phosphate buffer solution

medium (pH 7.2). Tablet disintegration and dissolution testing results show ibuprofen tablet

that use SheffieldTM Tabletting System DTHV has disintegration time and active substance

dissolved meet the requirements of the Indonesian Pharmacopeia and the United States

Pharmacopeia.

Keyword: Avicel PH 102, Disintegrant, Ibuprofen tablet, SheffieldTM Tabletting System DTFD,

SheffieldTM Tabletting System DTHV.

Page 2: PROFIL DISOLUSI TABLET IBUPROFEN MENGGUNAKAN …

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.,II No.1, Januari 2013

36

PENDAHULUAN

Selama seperempat abad terakhir uji

disolusi telah muncul sebagai cara yang

berharga untuk pengembangan formulasi,

memantau proses manufaktur, menilai

kualitas produk, dan dalam beberapa kasus

untuk memperkirakan kerja in vivo sediaan

oral bentuk padat. Uji disolusi ternyata

menjadi uji penting untuk mengukur kerja

produk obat (Dressman and Kramer, 2005).

Disolusi secara optimal dapat diperoleh

apabila tablet dapat hancur menjadi partikel

dengan cepat. Secara umum telah dikenal

beberapa tahun lalu bahwa sebelum

absorpsi terjadi, suatu obat padat harus

mengalami disintegrasi ke dalam partikel-

partikel kecil dan melepaskan zat aktif

(Gibson, 2004). Disintegrasi adalah

hilangnya kohesi bentuk sediaan padat

karena aksi suatu cairan yang menghasilkan

dispersi sediaan tersebut atau isinya

menjadi granul agregat (Priambodo, 2007).

Agar suatu tablet dapat mengalami

disintegrasi maka dalam komponen tablet

harus terdapat zat yang berfungsi sebagai

disintegran atau zat penghancur. Penting

diketahui bahwa adanya disintegran yang

cukup dalam tablet akan menghasilkan

disolusi yang ideal. Disintegran

ditambahkan untuk memudahkan pecahnya

atau hancurnya tablet ketika berkontak

dengan cairan saluran pencernaan.

Disintegran dapat berfungsi menarik air ke

dalam tablet, mengembang, dan

menyebabkan tablet pecah menjadi

fragmen-fragmen. Fragmen-fragmen tablet

itu sangat menentukan kelarutan obat

selanjutnya dan tercapainya bioavaibilitas

yang diharapkan (Lachman, et al., 2008).

SheffieldTM Tabletting System DTHV

dan DTFD merupakan suatu disintegran

yang dirancang untuk pembuatan tablet

yang membutuhkan disolusi yang cepat.

Disintegran ini diharapkan dapat

memperbaiki disintegrasi tablet yang dibuat

dengan metode kempa langsung.

SheffieldTM Tabletting System DTHV

merupakan zat yang memiliki komposisi

lactose anhydrate, crospovidone, dan

mannitol, sedangkan SheffieldTM Tabletting

System DTFD merupakan zat yang

memiliki komposisi lactose monohydrate,

crospovidone, dan mannitol. Pada

penelitian ini dibuat tablet ibuprofen

dengan metode kempa langsung

menggunakan disintegran SheffieldTM

Tabletting System DTHV dan DTFD serta

Avicel PH 102 sebagai disintegran

pembanding.

METODOLOGI

Alat

Pengayak; timbangan analitis

(mettler toledo); mesin tablet single punch

(Korsch); alat ukur kecepatan aliran dan

sudut istirahat; Alat uji susut pengeringan;

hardness tester (Erweka); friabilator;

disintegrator; alat disolusi tipe II (Sotax);

pH meter; spektrofotometer UV (Analytic

Jena); stopwatch; jangka sorong; penangas

air; mortir dan stamper serta alat-alat gelas

yang biasa digunakan dalam laboratorium.

Page 3: PROFIL DISOLUSI TABLET IBUPROFEN MENGGUNAKAN …

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.,II No.1, Januari 2013

37

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Ibuprofen (Holi

Pharma), Laktosa (Brataco chemistry),

Magnesium Stearat (Brataco chemistry),

SheffieldTM Tabletting System DTHV

(Lawsim Zecha), SheffieldTM Tabletting

System DTFD (Lawsim Zecha), Avicel PH

102 (Holi Pharma), Kalium dihidrogen

fosfat (Quadran Lab), Natrium hidroksida

(Brataco chemistry), dan Aquadest.

Metode

1. Penyiapan Bahan Baku

Penyiapan zat aktif berdasarkan

literatur Farmakope Indonesia. Penyiapan

zat tambahan berdasarkan literatur

Handbook of Pharmaceutical Excipient.

2. Formulasi Tablet

Pada penelitian ini dibuat sembilan

formulasi tablet ibuprofen, yaitu tablet

ibuprofen dengan variasi konsentrasi Avicel

PH 102, SheffieldTM Tabletting System

DTFD, dan SheffieldTM Tabletting System

DTHV.

Tabel 1. Formula Tablet Ibuprofen

Komposisi

Formula (%)

Avicel PH 102 SheffieldTM Tabletting

System DTHV

SheffieldTM Tabletting

System DTFD

50% 55% 60% 50% 55% 60% 50% 55% 60%

Ibuprofen 38.46 38.46 38.46 38.46 38.46 38.46 38.46 38.46 38.46

Laktosa 10.54 5.54 0.54 10.54 5.54 0.54 10.54 5.54 0.54

Magnesium stearat 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Avicel PH 102 50 55 60 - - - - - -

SheffieldTM Tableting

System DTHV - - - 50 55 60 - - -

SheffieldTM Tableting

System DTFD - - - - - - 50 55 60

3. Pembuatan Tablet

Tablet dibuat menggunakan metode

kempa langsung. Bahan-bahan diayak dan

ditimbang sesuai yang diperlukan.

Ibuprofen ditambahkan disintegran yang

akan dipakai, dicampur hingga homogen

selama 15 menit lalu ditambahkan

magnesium stearat, dicampur hingga

homogen selama 5 menit. Massa kempa

kemudian dikempa.

4. Evaluasi Massa Cetak

a. Susut Pengeringan

Susut pengeringan adalah banyaknya

bagian zat yang mudah menguap, termasuk

air, ditetapkan dengan cara pengeringan,

kecuali dinyatakan lain, dilakukan pada

suhu 105o hingga bobot tetap (Depkes,

1979)

b. Laju Alir dan Sudut Istirahat

Massa kempa diletakkan dalam

corong alat uji laju alir yang bagian

bawahnya ditutup. Massa kempa yang

Page 4: PROFIL DISOLUSI TABLET IBUPROFEN MENGGUNAKAN …

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.,II No.1, Januari 2013

38

keluar dari alat tersebut dihitung laju

alirannya dengan menghitung waktu yang

diperlukan oleh sejumlah serbuk untuk

turun melalui corong alat penguji dengan

menggunakan stopwatch. Penghitungan

dimulai pada saat tutup bagian bawah

corong dibuka hingga semua massa kempa

mengalir keluar dari alat. Hubungan antara

laju aliran dengan sifat aliran serbuk dapat

dilihat pada Tabel 2. (Aulton, 2002).

Tabel 2. Laju Alir dan Sifat Aliran Serbuk (Aulton, 2002)

Laju Alir (g/detik) Sifat Aliran

>10 Sangat Baik

4-10 Baik

1.6-4 Sukar

<1.6 Sangat Sukar

Timbunan Massa Kempa dapat

digunakan untuk menghitung sudut

istirahat. Diameter rata-rata timbunan dan

tinggi puncak timbunan diukur. Hubungan

antara sudut istirahat dengan sifat aliran

serbuk dapat dilihat di Tabel 3 (Aulton,

2002).

Tabel 3. Sudut Istirahat dan Sifat Aliran (Aulton, 2002)

Sudut Istirahat (o) Sifat Aliran

<20 Sangat Baik

20-30 Baik

30-34 Cukup

>40 Sangat Sukar

c. Kerapatan Nyata, Kerapatan

Mampat, dan Kompresibilitas

Kerapatan nyata ditetapkan dengan

menempatkan sejumlah tertentu massa

cetak ke dalam gelas ukur lalu diukur

volumenya dan dihitung kerapatannya

dengan rumus (Aulton, 2002):

(g/mL)

Kerapatan nyata ditetapkan seperti

pada kerapatan nyata, tetapi volume serbuk

dimampatkan dengan cara mengetukkan

gelas ukur tersebut dengan kecepatan satu

ketukan setiap detik sampai volume serbuk

konstan, lalu dihitung dengan rumus

(Aulton, 2002):

(g/mL)

Daya kempa dapat dilihat dari harga

indeks kompresbilitas Carr yang sangat

bergantung pada kerapatan nyata dan

kerapatan mampat. Hubungan antara indeks

kompresibilitas Carr dengan sifat aliran

serbuk dapat dilihat pada tabel 4.

Page 5: PROFIL DISOLUSI TABLET IBUPROFEN MENGGUNAKAN …

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.,II No.1, Januari 2013

39

Tabel 4. Hubungan antara Sifat Aliran Serbuk dengan Kompresibilitas (Aulton, 2002)

Kompresibilitas (%) Sifat Aliran Serbuk

5 – 12 Sangat Baik

12 – 18 Baik

18 – 23 Cukup

23 – 28 Buruk

28 – 35 Sangat Buruk

> 38 Sangat buruk sekali

5. Evaluasi Tablet

a. Keseragaman Ukuran

Kecuali dinyatakan lain, diameter

tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak

kurang dari empat per tiga tebal tablet

(Depkes, 1979). Pemeriksaan dilakukan

dengan menggunakan dua puluh tablet.

Pemeriksaan dilakukan terhadap diameter

dan tebal masing-masing tablet. Kemudian

rata-rata diameter dan tebal tablet dihitung.

b. Keseragaman Bobot

Tablet tidak bersalut harus memenuhi

syarat keseragaman bobot yang ditetapkan

sebagai berikut : ditimbang 20 tablet, hitung

bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang

satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet

yang masing-masing bobotnya

menyimpang dari bobot rata-rata lebih

besar dari harga yang ditetapkan kolom A,

dan tidak satu tablet pun yang bobotnya

menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih

dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika

tidak cukup 20 tablet, dapat digunakan 10

tablet; tidak satu tablet pun yang bobotnya

menyimpang lebih besar dari bobot rata-

rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu

tablet pun yang bobotnya menyimpang

lebih besar dari bobot rata-rata yang

ditetapkan kolom B (Depkes, 1979).

Penyimpangan bobot rata-rata tablet dapat

dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Penyimpangan bobot rata-rata tablet (Depkes, 1979)

Bobot Rata-Rata (mg) Penyimpangan bobot rata-rata (%)

A B

<25 15 30

26-150 10 20

151-300 7.5 15

>300 5 10

c. Kekerasan Tablet

Sebanyak dua puluh tablet diambil

secara acak dan diukur kekerasannya

menggunakan alat uji kekererasan

(Hardness tester) kemudian dihitung rata-

ratanya (Aulton, 2002).

d. Friabilitas Tablet

Alat penguji friabilitas untuk

laboratorium dikenal sebagai friabilator

Roche. Alat ini memperlakukan sejumlah

tablet terhadap gabungan pengaruh goresan

dan guncangan dengan memakai sejenis

kotak plastik yang berputar pada kecepatan

Page 6: PROFIL DISOLUSI TABLET IBUPROFEN MENGGUNAKAN …

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.,II No.1, Januari 2013

40

25±1 rpm. Biasanya tablet yang telah

ditimbang diletakkan di dalam alat itu,

kemudian dijalankan sebanyak 100 putaran.

Tablet kemudian dibersihkan dan ditimbang

ulang. Kehilangan bobot yang diizinkan

1.0% (USP 30, 2007). Tablet yang masih

utuh ditimbang kemudian dihitung

kehilangan bobotnya dan dinyatakan

dalam presentase menggunakan rumus

sebagai berikut:

x 100%

Keterangan:

W1 = berat tablet awal

W2 = berat tablet setelah uji kerapuhan

e. Uji Waktu Hancur

Dimasukkan satu tablet pada masing-

masing tabung dari keranjang kemudian

dimasukkan suatu cakram pada tiap tabung

dan jalankan alat, digunakan air bersuhu

37oC ± 2oC sebagai media kecuali

dinyatakan menggunakan cairan lain dalam

masing-masing monografi. Pada akhir batas

waktu seperti yang tertera dalam

monografi, keranjang diangkat dan semua

tablet diamati. Semua tablet harus hancur

sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak

hancur sempurna, diulangi pengujian

dengan 12 tablet lainnya : tidak kurang 16

dari 18 tablet yang diuji harus hancur

sempurna (Depkes, 1995).

f. Keseragaman Kadar

Sepuluh tablet diambil secara acak,

dihaluskan, dan dilarutkan pada dapar

fosfat pH 7.2. Larutan ditetapkan kadarnya

menggunakan alat spektrofotometer UV.

Kecuali dinyatakan lain, tablet memenuhi

syarat keseragaman kadar jika sepuluh

tablet yang diperiksa masing-masing

memberikan batas kadar antara 90%-110%

dari persyaratan rata-rata yang tertera pada

uraian masing-masing monografi. Jika

hanya satu tablet yang memberikan hasil di

luar batas, dilakukan penetapan

menggunakan 20 tablet sisa satu per satu.

Tablet memenuhi persyaratan keseragaman

kadar jika hanya satu tablet dari 30 tablet di

atas memberikan hasil di luar batas 90%-

110% (Depkes, 1995).

g. Uji Disolusi

o Alat disolusi

Alat terdiri dari sebuah wadah

tertutup yang terbuat dari kaca atau

bahan transparan lain yang inert,

suatu motor, suatu batang logam

yang digerakan sebuah motor dan

sebuah dayung yang terdiri dari daun

dan batang sebagai pengaduk.

Dayung memenuhi spesifikasi jarak

25 mm ± 2 mm antara daun dan

bagian dalam wadah dipertahankan

selama pengujian berlangsung.

Sediaan dibiarkan tenggelam ke

dasar wadah sebelum dayung mulai

berputar (Depkes, 1995)

o Media Disolusi

Media disolusi yang digunakan dapar

fosfat pH 7.2. Dapar ini dibuat

dengan mencampurkan 50 ml kalium

Page 7: PROFIL DISOLUSI TABLET IBUPROFEN MENGGUNAKAN …

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.,II No.1, Januari 2013

41

fosfat monobasa 0.2M dengan 34.7

ml natrium hidroksida 0.2M dan

diencerkan dengan air hingga 200 ml

(USP 30, 2007).

o Disolusi tablet

Ke dalam bejana disolusi

dimasukkan medium disolusi

sebanyak 900 ml kemudian

dipanaskan hingga suhu 37o±0.5°C.

Tablet ibuprofen dimasukkan ke

dalam bejana disolusi kemudian

diputar dengan kecepatan 50 rpm.

Sampel diambil sebanyak 5 ml pada

selang waktu 5, 10, 15, 20, 30, 45,

dan 60 menit. Setiap sampel yang

diambil lalu digantikan dengan

medium disolusi sebanyak 5 ml.

Sampel yang diambil diukur

absorbansinya dan ditentukan

kadarnya (USP 30, 2007)

o Penetapan kadar

Penetapan kadar ibuprofen yang

terlarut dengan menggunakan

spektrofotometri ultraviolet pada

panjang gelombang maksimum

sekitar 221 nm. Dalam waktu 60

menit harus larut tidak kurang 80%

C13H18O2 dari jumlah yang tertera

(USP 30, 2007).

6. Analisis Data

Analisis data uji disolusi digunakan

metode desain blok acak sempurna (DBAS)

dengan kepercayaan 95% di mana

digunakan blok dan kelompok. Pada

analisis ini perlakuan waktu bertindak

sebagai blok dan variasi disintegran sebagai

kelompok. Uji lanjut menggunakan uji

rentang Newman-Keuls.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Penyiapan Bahan Baku

Penyiapan zat aktif ibuprofen

berdasarkan literatur Farmakope Indonesia.

Pemeriksaan zat tambahan seperti Avicel

PH 102, laktosa, magnesium stearat

berdasarkan literatur Handbook of

Pharmaceutical Excipient. Pemeriksaan

DTHV dan DTFD berdasarkan Certificate

of analysis.

2. Formulasi Tablet

Pada penelitian ini telah dibuat

sembilan formula tablet ibuprofen dengan

menggunakan tiga jenis disintegran, yaitu

SheffieldTM Tabletting System DTHV dan

DTFD serta Avicel PH 102 sebagai

disintegran pembanding. Formula uji

disajikan dalam tabel 6.

Page 8: PROFIL DISOLUSI TABLET IBUPROFEN MENGGUNAKAN …

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.,II No.1, Januari 2013

42

Tabel 6. Formula Tablet

Komposisi Formula (mg)

Avicel PH 102 SheffieldTM Tabletting

System DTHV

SheffieldTM Tabletting

System DTFD

50% 55% 60% 50% 55% 60% 50% 55% 60%

Ibuprofen 250 250 250 250 250 250 250 250 250

Laktosa 68.5 36 3.5 68.5 36 3.5 68.5 36 3.5

Magnesium stearat 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5

Avicel PH 102 325 357.5 390 - - - - - -

SheffieldTM Tabletting

System DTHV

- - - 325 357.5 390 - - -

SheffieldTM Tabletting

System DTFD

- - - - - - 325 357.5 390

Total bobot tablet 650 650 650 650 650 650 650 650 650

3. Pembuatan Tablet

Pada formula ini, massa kempa

dibuat dengan mencampur zat aktif,

disintegran, dan pengisi selama 15 menit

agar massa kempa menjadi homogen.

Pelincir lalu ditambahkan ke dalam massa

kempa dan kembali dicampur selama 5

menit agar pelincir dapat menyelimuti

seluruh permukaan partikel dalam massa

kempa. Bobot tablet yang diproduksi adalah

650 mg dan jumlah tablet yang diproduksi

adalah 200 tablet.

4. Evaluasi Massa Kempa

Evaluasi massa kempa dilakukan

sebelum proses pencetakan tablet.

a. Susut Pengeringan

Tabel 7. Hasil Uji Susut Pengeringan

% Susut Pengeringan (%)

Avicel PH 102 DTHV DTFD

50 1.4109 0.7019 0.2191

55 1.6484 0.3974 0.2672

60 1.6743 0.5534 0.4296

Gambar 1. Hasil Uji Susut Pengeringan

Hasil uji susut pengeringan, Massa

kempa yang menggunakan Avicel PH 102

menunjukan susut pengeringan 1-2%.

Berdasarkan hasil uji susut pengeringan,

diharapkan massa kempa tersebut tidak

terlalu basah dan tidak terlalu kering

sehingga massa kempa dapat dikempa.

Massa kempa yang menggunakan DTHV

dan DTFD menunjukan susut pengeringan

kurang dari 1%.

Page 9: PROFIL DISOLUSI TABLET IBUPROFEN MENGGUNAKAN …

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.,II No.1, Januari 2013

43

b. Laju alir dan Sudut istirahat

Tabel 8. Hasil Uji Laju Alir

% Laju Alir (g/s)

Avicel PH 102 DTHV DTFD

50 14.1345 20.9526 13.0779

55 14.8351 18.0357 16.3835

60 21.8519 19.8590 18.0483

Gambar 2. Hasil Uji Laju Alir

Hasil uji laju alir massa kempa setiap

formula menunjukkan sifat alir sangat baik

karena memperlihatkan laju alir di atas 10

g/s. Dengan laju alir yang baik, diharapkan

massa kempa tidak akan menimbulkan

masalah pada saat pengisian ke dalam

ruang cetak. Aliran yang baik sangat

penting dalam proses pencetakan agar

menghasilkan volume dan berat tablet yang

seragam.

Tabel 9. Hasil Uji Sudut Istirahat

% Sudut Istirahat (o)

Avicel PH 102 DTHV DTFD

50 23.4036 14.5834 18.3414

55 27.5957 19.9254 14.6229

60 23.2497 20.8184 21.4959

Gambar 2. Hasil Uji Sudut Istirahat

Berdasarkan hasil uji sudut istirahat,

massa kempa yang memiliki sifat alir yang

baik adalah massa kempa dengan komposisi

50%, 55%, 60% Avicel PH 102 dan massa

kempa dengan komposisi 60% DTHV dan

DTFD, sedangkan massa kempa yang

memiliki sifat alir yang sangat baik adalah

massa kempa dengan komposisi komposisi

50% dan 55% DTHV dan DTFD.

Page 10: PROFIL DISOLUSI TABLET IBUPROFEN MENGGUNAKAN …

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.,II No.1, Januari 2013

44

c. Kerapatan Nyata, Kerapatan Mampat, dan Kompresibilitas

Tabel 10. Hasil Uji Kompresibilitas

% Kompresibilitas (%)

Avicel PH 102 DTHV DTFD

50 20.4071 11.5723 18.2810

55 24.5420 17.1023 18.4677

60 18.2328 14.0364 16.3794

Gambar 3. Hasil Uji Kompresibilitas

Berdasarkan nilai kerapatan nyata

dan kerapatan mampat didapat nilai indeks

Carr. Massa kempa yang memiliki sifat alir

dan kompresibilitas buruk adalah massa

kempa dengan komposisi 55% avicel PH

102. Massa kempa yang memiliki sifat alir

dan kompresibilitas yang cukup baik adalah

massa kempa dengan komposisi 50% dan

60 % Avicel PH 102 serta 50% dan 55%

DTFD. Massa kempa yang memiliki sifat

alir dan kompresibilitas yang baik adalah

massa kempa 55% dan 60% DTHV serta

60% DTFD. Massa kempa yang memiliki

sifat alir dan kompresibilitas yang sangat

baik adalah 50% DTHV.

5. Evaluasi Tablet

Evaluasi massa kempa dilakukan

sebelum proses pencetakan tablet.

a. Keseragaman Ukuran

Tabel 11. Hasil Uji Keseragaman Ukuran

% Avicel PH 102 DTHV DTFD

D (mm) t (mm) D (mm) t (mm) D (mm) t (mm)

50 13.1435 4.241 13.104 4.1945 13.082 4.27

55 13.1375 4.2725 13.101 4.207 13.11 4.1065

60 13.1315 4.2505 13.1285 4.2115 13.0965 4.116 Keterangan:

D = Diameter, t = Tebal

Page 11: PROFIL DISOLUSI TABLET IBUPROFEN MENGGUNAKAN …

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.,II No.1, Januari 2013

45

Gambar 4. Hasil Uji Keseragaman

Diameter

Gambar 5. Hasil Uji Keseragaman Tebal

Pemeriksaan keseragaman ukuran tablet

setiap formula memiliki ukuran diameter

tiga kali ukuran tebal. Pada Farmakope

Indonesia edisi III disebutkan bahwa

diameter tidak lebih dari tiga kali dan tidak

kurang dari 4/3 tebal tablet.

b. Keseragaman Bobot

Tabel 12. Hasil Uji Keseragaman Bobot

% Keseragaman Bobot (mg)

Avicel PH 102 DTHV DTFD

50 661.345 660.325 667

55 654.17 667.92 656.375

60 662.285 661.955 637.88

Gambar 6. Hasil Uji Keseragaman Bobot

Hasil uji keseragaman bobot tablet

dari setiap formula tablet menunjukan

bahwa bobot tablet ini memenuhi rentang

bobot rata-rata tablet antara 617.5 mg

sampai dengan 682.5 mg.

Page 12: PROFIL DISOLUSI TABLET IBUPROFEN MENGGUNAKAN …

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.,II No.1, Januari 2013

46

c. Kekerasan

Tabel 13. Hasil Uji Kekerasan

% Kekerasan (N)

Avicel PH 102 DTHV DTFD

50 73.1 70.1 84.05

55 72.75 93.9 118.95

60 79.45 95.1 96.7

Gambar 7. Hasil Uji Kekerasan

Hasil uji kekerasan formula tablet

dengan komposisi 50% Avicel PH 102,

DTHV, dan DTFD memiliki kekerasan

pada rentang 70.1-84.05N. Tablet dengan

komposisi 55% Avicel PH 102, DTHV, dan

DTFD memiliki kekerasan pada rentang

72.75-118.95 N. Tablet dengan komposisi

60% Avicel PH 102, DTHV, dan DTFD

memiliki kekerasan pada rentang 79.45-

96.7 N.

d. Friabilitas

Tabel 14. Hasil Uji Friabilitas

% Friabilitas (%)

Avicel PH 102 DTHV DTFD

50 1.0472 1.1078 1.6373

55 0.5462 0.5488 0.6975

60 0.4970 0.4260 0.7214

Gambar 8. Hasil Uji Friabilitas

Hasil uji friabilitas tablet dengan

komposisi 50% Avicel PH 102, DTHV, dan

DTFD menunjukkan nilai friabilitas di atas

1.0%. Nilai ini menunjukkan tablet

ibuprofen memiliki sifat friabilitas kurang

baik. Tablet dengan komposisi 55% dan

60% Avicel PH 102, DTHV, dan DTFD

menunjukkan nilai friabilitas di bawah

0.8%. Nilai ini menunjukkan tablet

ibuprofen memiliki sifat friabilitas baik,

yang berarti tablet yang dihasilkan tahan

terhadap guncangan atau kerusakan dalam

penanganan, pengemasan dan distribusi.

Page 13: PROFIL DISOLUSI TABLET IBUPROFEN MENGGUNAKAN …

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.,II No.1, Januari 2013

47

e. Waktu Hancur

Tabel 15. Hasil Uji Waktu Hancur

% Waktu Hancur (menit)

Avicel PH 102 DTHV DTFD

50 0.4666 3.5055 -

55 0.8111 9.0889 -

60 0.8444 13.0445 10.8222

(-) = tidak memenuhi persyaratan uji waktu hancur sehingga tidak dapat dirata-ratakan

Gambar 9. Hasil Uji Waktu Hancur

Hasil uji waktu hancur tablet dengan

komposisi 50%, 55%, dan 60% Avicel PH

102 dan DTHV menunjukan waktu hancur

kurang dari 15 menit. Dengan demikian,

formula tablet yang menggunakan Avicel

PH 102 dan DTHV memenuhi persyaratan

waktu hancur berdasarkan Farmakope

Indonesia IV. Tablet dengan komposisi

DTFD hancur dalam waktu kurang dari 15

menit pada konsentrasi 60%, tapi pada

konsentrasi 50% dan 55%, tablet hancur

lebih dari 15 menit.

f. Keseragaman kadar

Tabel 16. Hasil Uji Keseragaman Kadar

% Keseragaman Kadar (%)

Avicel PH 102 DTHV DTFD

50 104.4547 106.0104 103.2977

55 107.3295 105.6922 104.3927

60 101.6324 108.4404 103.142

Gambar 10 . Hasil Uji Keseragaman

Kadar

Nilai keseragaman kadar dari

kesembilan formula tersebut memenuhi

syarat Farmakope Indonesia IV, di mana

kadar masing-masing tablet berada pada

rentang 90-110% dari kadar yang tertera

pada etiket.

Page 14: PROFIL DISOLUSI TABLET IBUPROFEN MENGGUNAKAN …

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.,II No.1, Januari 2013

48

g. Uji Disolusi

Uji disolusi dilakukan terhadap tiga

tablet pada masing-masing formula, yaitu

semua formula dengan komposisi Avicel

PH 102, semua formula dengan komposisi

DTHV, dan formula dengan komposisi

60% DTFD. Hal ini disebabkan tablet

dengan formula 50% dan 55% DTFD tidak

memenuhi persyaratan uji waktu hancur.

Hasil uji disolusi rata-rata dari tablet

ibuprofen dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 17. Hasil Disolusi Tablet

Menit Ke-

50% 55% 60%

Avicel PH

102 DTHV

Avicel

PH 102 DTHV

Avicel

PH 102 DTHV DTFD

0 0 0 0 0 0 0 0

5 3.6714 13.98003 3.6003 2.71948 4.7630 2.4873 2.6051

10 7.863091 69.174 6.614086 12.2982 8.2231 7.4991 3.0374

15 11.23049 102.2549 8.956237 78.9720 9.3833 14.16788 5.2021

20 14.79813 111.1087 11.31682 86.2321 11.7543 24.5540 8.2634

30 19.49188 113.9815 16.23017 110.7005 16.2410 62.7088 12.9897

45 27.89887 115.1437 23.33792 113.9047 22.6922 112.5969 42.5683

60 34.28941 117.6062 28.64885 114.215 30.04482 113.2988 63.5338

Gambar 11. Profil Disolusi yang

menggunakan 50%

disintegran

Gambar 12. Profil Disolusi yang

menggunakan 55%

disintegran

Gambar 13. Profil Disolusi yang

menggunakan 60%

disintegran

Hasil uji ketujuh formula di atas

menunjukan rata-rata pelepasan zat aktif

dari masing-masing formula yang berbeda.

Tablet yang menggunakan Avicel PH 102

memiliki persentase kadar ibuprofen

terlarut tidak memenuhi persayaratan USP.

Hal ini disebabkan hingga waktu 60 menit

kadar ibuprofen yang terlarut dari tablet

yang menggunakan Avicel PH 102 tidak

mencapai 80%. Tablet dengan komposisi

Page 15: PROFIL DISOLUSI TABLET IBUPROFEN MENGGUNAKAN …

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.,II No.1, Januari 2013

49

DTHV memiliki persentase kadar ibuprofen

terlarut yang memenuhi persyaratan USP

yaitu bahwa dalam 60 menit ibuprofen yang

terlarut minimal 80%. Tablet yang

menggunakan DTFD memiliki persentase

kadar ibuprofen terlarut tidak memenuhi

persyaratan USP.

Perbedaan persentase kadar

ibuprofen terlarut antara tablet dengan

komposisi DTHV dan DTFD disebabkan

oleh laktosa yang terkandung DTHV dan

DTFD berbeda. laktosa yang terkandung

DTHV adalah laktosa anhidrat, sedangkan

laktosa yang terkandung dalam DTFD

adalah laktosa monohidrat. Kedua laktosa

ini mempengaruhi crospovidon yang

berfungsi sebagai disintegran. Laktosa

anhidrat lebih mudah terlarut dalam dapar

dibandingkan dengan laktosa monohidrat

sehingga membantu tablet terlarut lebih

cepat dan menyebabkan ibuprofen terlarut

lebih cepat pula. Kadar Ibuprofen pada

tablet yang mengandung DTHV terlarut

lebih besar daripada kadar ibuprofen yang

telah ditetapkan pada keseragaman kadar.

Hal ini disebabkan cara pengambilan

sampel disolusi secara manual sehingga

sampel yang diambil kurang tepat.

6. Analisis Data

Analisis data uji disolusi digunakan

metode desain blok acak sempurna (DBAS)

dengan α = 0,05 di mana digunakan blok

dan kelompok. Pada analisis ini perlakuan

waktu bertindak sebagai blok dan variasi

disintegran sebagai kelompok.

Tablet dengan komposisi Avicel PH

102, DTHV, dan DTFD berbagai variasi

konsentrasi yang digunakan untuk uji

disolusi menunjukan F hitung lebih besar

dari F tabel berdasarkan tabel anava. Hal ini

menunjukan bahwa hipotesis nol, yaitu

tidak terdapat perbedaan ibuprofen terlarut

yang signifikan di antara formula yang

menggunakan berbagai variasi disintegran,

ditolak. Dengan derajat kepercayaan 95%

dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan ibuprofen terlarut yang

signifikan dari ketiga formula tablet ini

selama selang waktu pengambilan 60

menit.

Pengujian dilanjutkan menggunakan

uji Rentang Newman-Keuls untuk melihat

perbedaan ibuprofen terlarut dari ketujuh

formula. Dari hasil uji tersebut, dapat

disimpulkan dengan perlakuan disintegran

yang berbeda terdapat perbedaan ibuprofen

terlarut yang signifikan. Terdapat

perbedaan signifikan antara formula yang

menggunakan Avicel PH 102 terhadap

formula yang menggunakan DTHV pada

konsentrasi 50%, 55%, dan 60%. Terdapat

perbedaan signifikan pula antara formula

yang menggunakan DTHV dengan formula

yang menggunakan DTFD pada konsentrasi

60%. Namun, tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara formula yang

menggunakan Avicel PH 102 dengan

formula yang menggunakan DTFD pada

konsentrasi 60%.

Page 16: PROFIL DISOLUSI TABLET IBUPROFEN MENGGUNAKAN …

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.,II No.1, Januari 2013

50

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

SheffieldTM Tabletting System DTHV dapat

dijadikan alternatif disintegran dalam

pembuatan tablet ibuprofen secara kempa

langsung. Hasil evaluasi uji waktu hancur,

tablet dengan komposisi SheffieldTM

Tabletting System DTHV memiliki waktu

hancur yang memenuhi persyaratan

Farmakope Indonesia, yaitu waktu hancur

kurang dari 15 menit.. SheffieldTM

Tabletting System DTHV memiliki

efektifitas lebih baik dibandingkan Avicel

PH 102 dan SheffieldTM Tabletting System

DTFD dalam pembuatan tablet ibuprofen

secara kempa langsung. Hasil evaluasi uji

disolusi, Ibuprofen yang terlarut pada tablet

dengan komposisi SheffieldTM Tabletting

System DTHV memenuhi persyaratan

United States of Pharmacopeia, karena

pada menit ke-60 telah terlarut lebih dari

80%.

DAFTAR PUSTAKA

Aulton, M.E. 2002. Pharmaceutics: The

Science of Dosage Form Design.

New York: Longmann Group

Churchill Livingstone. P. 133, 134,

207, 411, 418-419, 612-614.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

1979. Farmakope Indonesia. Edisi

III. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia. Hal. 4.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

1995. Farmakope Indonesia. Edisi

IV. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia. Hal. 6, 7, 449,

488, 999, 1085, 1086.

Dressman, J and J. Kramer. 2005.

Pharmaceutical Dissolution Testing.

Boca Raton : Taylor and Francis

Grpoup. P. 81-82.

Gibson, M. 2004. Pharmaceutical

Preformulation and Formulation.

Florida : CRC Press. P. 417-418,

420-421, 424.

Priambodo, D. 2007. Buku Ajar

Farmasetika Komponen Pembentuk

Tablet. Bandung : Universitas

Padjadjaran. Hal. 29.

Lachman, L., H.A. Lieberman dan J.L.

Kanig. 2008. Teori dan Praktek

Farmasi Industri. Edisi II.

Penerjemah : Siti Suyatmi. Jakarta :

Universitas Indonesia Press. Hal :

645-663, 680-712.

United States Pharmacopeial Convetion.

2007. The United States

Pharmacopeia 30. Twinbrook

Parkway MD: United States

Pharmacopeial Convention, Inc. P.

674, 1085, 2327.