Print 1 Thypoid

download Print 1 Thypoid

of 21

description

thypoitd

Transcript of Print 1 Thypoid

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDemam typoid atau tifus abdominalis merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella thyphosi. Penyakit ini termasuk penyakit menular, dengan rute penularannya dalam bahasa Inggris disingkat 3F, yaitu Feces (kotoran manusia), Fly (lalat), dan Food (makanan). Pernah dilakukan survey sederhana, ternyata sebagian gado-gado di sekitar Jakarta, mengandung kuman typoid. Tapi tidak usah kaget, karena memang Jakarta endemis penyakit ini. Artinya sepanjang tahun, pasti ada orang yang kena penyakit typoid.BerikutadalahbeberapapengertianTyphusAbdominalis:(a.)Penyakitinfeksiakutusushalus(JuwonoRachmat,1996).(b.) Penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam lebih darisatuminggudanterdapatgangguankesadaran(Suriadi,YulianiRita,2001).(c.) Penyakit infeksi yang disebabkan oleh salmonella typhi atau salmonella paratyphi A, B, atau C. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda khas berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung lebih kurang 3 minggu disertai dengan demam, toksemia, gejala-gejala perut, pembesaran limpa dan erupsi kulit (Soedarto, 1996).1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini, diantaranya :

1. Mengetahui tentang definisi Thypoid Abdominalis2. Mengetahui tentang etiologi Thypoid Abdominalis3. Mengetahui tentang patofisiologi Thypoid Abdominalis4. Mengetahui tentang manifestasi klinik Thypoid Abdominalis5. Mengetahui tentang penatalaksanaan dan pemeriksaan penunjang Thypoid Abdominalis6. Mengetahui tentang rencana Asuhan Keperawatan pada pasien Thypoid Abdominalis

1.3 ManfaatAdapun manfaat dari pembuatan makalah ini yakni untuk memenuhi apa yang menjadi tujuan dari makalah ini.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 DefinisiTyphus Abdominalis adalah Penyakit infeksi akut usus halus (Juwono Rachmat, 1996).Penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran. (Suriadi, Yuliani Rita, 2001).Penyakit infeksi yang disebabkan oleh salmonella typhi atau salmonella paratyphi A, B, atau C. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda khas berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung lebih kurang 3 minggu disertai dengan demam, toksemia, gejala-gejala perut, pembesaran limpa dan erupsi kulit (Soedarto, 1996).2.2 EtiologiEtiologi thypi adalah salmonella thypi,salmonella parathypiA,B,C ada dua sumber penularansalmonella thypiyaitu pasien dengan thypoid dan pasien dengan carie. Carieradalah orang yang sembuh dari demam thypoid dan masih terus mengekresisalmonella thypi dan air kemih selama lebih dari 1 tahun (Ngastiyah,2005)Kuman ini banyak terdapat di kotoran, tinja manusia, dan makanan atau minuman yang terkena kuman yang dibawa oleh lalat. Sebenarnya sumber utama dari penyakit ini adalah lingkungan yang kotor dan tidak sehat. Tidak seperti virus yang dapat beterbangan di udara, bakteri ini hidup di sanitasi yang buruk seperti lingkungan kumuh, makanan, dan minuman yang tidak higienis.

2.3 Patofisiologi(a.) Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus (terutama di ileum bagian distal), ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredarahan darah (bakterimia primer), dan mencapai sel-sel retikula endotelial, hati, limpadanorganlainnya.(b.) Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikula endotelial melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh, terutamalimpa,ususdankandungempedu.(c.) Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar.(d.)Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus (Suriadi, Yuliani Rita, 2001).

PATH WAY

Thypoid Abdominalis

Makanan, minuman dan air yang tercemar mengandung salmonella thypi

Masuk kedalam tubuh melalui saluran cerna

Usus halusMasuk ke lambung

Salmonella bersarang dijaringan limfoid plaque peyeriSalmonella di musnahkan oleh asam lambung

Salmonella thypi masuk menuju limfa

Mukosa membrean peyeri cedera/lukaProduksi asal lambung meningkat

Salmonella thypi berkembang

Inflamasi/peradanganMual muntah

anoreksiaEndotoksin salmonella thypi

Perdarahan atau porforasi intestinalTukak pada mukosa peyeri

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhProses infeksi

Pelepasan zat pyrogen

Merangsang peristaltic usus mngkatPusat termogulasi tubuh

DiareIntake cairan menurunDemam

Gangguan keseimbangan cairan tubuhDeficit volume cairanPeningkatan suhu tubuh

2.3 Manifestasi klinikManifestasi klinik demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa tunas : 10 20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan kurang. Menyusul gambaran klinik yang biasa ditemukanialah:a.DemamPada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu berangsurturundannormalkembalipadaakhirmingguketiga.b.GangguanpadasaluranpencernaanPada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya sering terjadikonstipasitetapijugadapatdiareataunormal.c.GangguankesadaranUmumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Di samping itu gejala tersebut mungkin terdapat gejala lain yaitu pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit, yang daapt ditemukan pada minggu pertama demam. Kadang ditemukan bradikardia dan epistaksis pada anak besar (Ngastiyah ,1997).Relaps:Relaps ialah berulangnya gejala penyakit tifus abdominalis, akan tetapi berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setelah suhu badan normal kembali. Menurut teori relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti. Mungkin terjadi pada waktu penyembuhan tukak, terjadi invasi basil bersamaan dengan pembentukan jaringan fibrosis (Ngastiyah ,1997).

BAB IIIISIASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN THYPOID ABDOMINALISa. Pengkajian1. Identitas Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no.registerasi,status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal MR.2. Keluhan utama Pada pasien thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan kembung, nafsu makan menurun, panas dan demam.3.Riwayat Penyakit:a. Riwayat penyakit dahulu : apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit thypid, apakah tidak penah, apakah menderita penyakit lainnya.b. Riwayat penyakit sekarang Pada umumnya penyakit pada pasien thypoid adalah demam anorexia,mual muntah, diare , perasaan tidak enak diperut, pucat (anemi),nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid(kotor), gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma.c. Riwayat kesehatan keluargaApakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita typhoid atau sakit yang lainnyad. Riwayat psikososialPsiko social sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan timbul gejala-gejala yang dalam, apakah pasien dapat menerima pada apa yg di deritanya.4. Pola-Pola fungsi kesehatan Pola persepsi dan tatalaksana kesehatan.Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya. Pola nutrisi dan metabolisme Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makanselama sakit, lidah kotor, dan rasa pahit waktu makan,sehingga dapat memmpengaruhi status nutrisi berubah. Pola aktivitas dan latihanPasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya. Pola tidur dan aktifitasKebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur. Pola EliminasiKebiasaan dalam buang air kecil, akan terjadi refensi bila dehidrasi karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Pola Refroduksi dan seksualPada pola refroduksi dan seksual pada pasien yang telah menikah akan terjadi perubahan. Pola persepsi da pengetahuanPerubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri. Pola persepsi dan konsep diri Di dalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalahnya. Pola penanggulangan stressStress timbul apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya. Pola hubungan interpersonalAdanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama sakit. Pola tata nilai dan kepercayaanTimbulnya distress dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi cemas dan takut akan kematian serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.

5. Pemeriksaan Fisik1. Keadaan UmumBiasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, pucat, mual, perut tidak enak, anorexia.2. Kepala dan LeherKepala tidak ada benjolan, rambut normal, konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, di tepid an di tengah merah, fungsi pendengaran normal, leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.3. Dada dan AbdomenDada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, di daerah abdomen di temukan nyeri tekan.

4. System RespirasiApakah ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping hidung.5. System CardiovaskulerBiasanya pada pasien yang thypoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan tetapi bisa di dapatkan tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.6. System IntegumenKulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.7. System EliminasiPada pasien thypoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produksi kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N -1 cc/kg/BB/jam.8. Sistem MuskuloskeletalApakah ada gangguan pada ekstremitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.9. Sistem Endokrin Apakah di dalam penderita thypoid ada pembesaan kelenjar tiroid dan tonsil.10. Sistem PersarafanApakah kesadaran itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit thypoid.

A. Masalah Yang lazim muncul pada klien1. Hipertemia b/d proses infeksi salmonella thyposa2. Resiko defisit volume cairan b/d pemasukan yang kurang, mual, muntah/pengeluaran yang berlebihan, diare, panas tubuh3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake kurang akibat mual, muntah, anoreksia, atau output yang berlebihan akibat diare.4. Gangguan pola defeksi : diare b/d proses peradangan pada dinding usus halus.5. Perubahan pola defeksi : konstipasi b/d proses peradangan pada dinding usus halus,6. Resiko tinggi trauma fisik b/d gangguan mental, delirium/psikosis

B. Discharge Planning1. Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai dengan tngkat perkembangan dan kondisi fisik anak2. Jelaskan terapi yang diberikan : dosis, efek samping 3. Menjelaskan gejala gejela kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi hal tersebut4. Tekankan untukmelakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

3

NoDiagnosa keperawatanTujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

1Hipertemia b/d proses infeksi salmonella thyposa

Definisi : suhu tubuh naik diatas rentang normalBatasan Karakteristik: kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal serangan atau konvulsi (kejang) kulit kemerahan pertambahan RR takikardi saat disentuh tangan terasa hangat

Faktor faktor yang berhubungan : penyakit/ trauma peningkatan metabolisme aktivitas yang berlebih pengaruh medikasi/anastesi ketidakmampuan/penurunan kemampuan untuk berkeringat terpapar dilingkungan panas dehidrasi pakaian yang tidak tepatNOC : ThermoregulationKriteria Hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal Nadi dan RR dalam rentang normal Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyamanNIC :Fever treatment Monitor suhu sesering mungkin Monitor IWL Monitor warna dan suhu kulit Monitortekanan darah, nadi dan RR Monitorpenurunan tingkat kesadaran MonitorWBC,Hb, dan Hct Monitorintakedan output Kolaborasi pemberian anti piretik Berikanpengobatan untukmengatasi penyebab demam Selimuti pasien Lakukan tapid sponge Kolaboraikan dengan doktermengenai pemberiancairan intravenasesuai program Kompres pasien pada lipat paha dan aksila Tingkatkan sirkulasi udara Berikanpengobatan untukmencegah terjadinya menggigil

Temperature regulation Monitor suhu minimal tiap 2 jam Rencanakan monitoringsuhu secara kontinyu Monitor TD, nadi, dan RR Monitorwarnadan suhu kulit Monitor tanda-tanda hipertermidan hipotermi Tingkatkanintake cairan dan nutrisi Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh Ajarkan pada pasien caramencegah keletihan akibat panas Diskusikantentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinanefek negativedari kedinginan Beritahukantentang indikasiterjadinya keletihandan penanganan emergencyyang diperlukan Ajarkan indikasi dari hipotermidan penangananyang diperlukan Berikanantipiretik jika perlu

Vital sign Monitoring Monitor TD, nadi, suhu, dan RR Catat adanya fluktuasi tekanan darah MonitorVSsaat pasienberbaring, duduk, atau berdiri Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas Monitor kualitas dari nadi Monitor frekuensi dan irama pernapasan Monitor suara paru Monitor pola pernapasan abnormal Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit Monitorsianosis perifer Monitoradanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

2Resiko defisit volume cairan b/d pemasukan yang kurang, mual, muntah/pengeluaran yang berlebihan, diare, panas tubuh

Definisi : Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intrasellular. Ini mengarah ke dehidrasi, kehilangan cairan dengan pengeluaran sodium

Batasan Karakteristik : Kelemahan Haus Penurunan turgor kulit/lidah Membran mukosa/kulit kering Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, penurunan volume/tekanan nadi Pengisian vena menurun Perubahan status mental Konsentrasi urine meningkat Temperatur tubuh meningkat Hematokrit meninggi Kehilangan berat badan seketika (kecuali pada third spacing)Faktor-faktor yang berhubungan: Kehilangan volume cairan secara aktif Kegagalan mekanisme pengaturan

NOC: Fluid balance Hydration Nutritional Status : Food and Fluid IntakeKriteria Hasil : Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

Fluid management Timbang popok/pembalut jika diperlukan Pertahankan catatan intake dan output yang akurat Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan Monitor vital sign Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian Lakukan terapi IV Monitor status nutrisi Berikan cairan Berikan cairan IV pada suhu ruangan Dorong masukan oral Berikan penggantian nesogatrik sesuai output Dorong keluarga untuk membantu pasien makan Tawarkan snack ( jus buah, buah segar ) Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk Atur kemungkinan tranfusi Persiapan untuk tranfusi

3Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake kurang akibat mual, muntah, anoreksia, atau output yang berlebihan akibat diare.

Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.

Batasan karakteristik : Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily Allowance) Membran mukosa dan konjungtiva pucat Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah Luka, inflamasi pada rongga mulut Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan Miskonsepsi Kehilangan BB dengan makanan cukup Keengganan untuk makan Kram pada abdomen Tonus otot jelek Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi Kurang berminat terhadap makanan Pembuluh darah kapiler mulai rapuh Diare dan atau steatorrhea Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok) Suara usus hiperaktif Kurangnya informasi, misinformasi

Faktor-faktor yang berhubungan : Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.

NOC : Nutritional Status : food and Fluid IntakeKriteria Hasil : Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi Tidak ada tanda tanda malnutrisi Tidak terjadi penurunan berat badan yang berartiNutrition Management Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C Berikan substansi gula Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring BB pasien dalam batas normal Monitor adanya penurunan berat badan Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan Monitor lingkungan selama makan Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi Monitor turgor kulit Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah Monitor mual dan muntah Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht Monitor makanan kesukaan Monitor pertumbuhan dan perkembangan Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva Monitor kalori dan intake nuntrisi Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

4Gangguan pola defeksi : diare b/d proses peradangan pada dinding usus halus

NOC: Bowel elimination Fluid Balance Hydration Electrolyte and Acid base BalanceKriteria Hasil : Feses berbentuk, BAB sehari sekali- tiga hari Menjaga daerah sekitar rectal dari iritasi Tidak mengalami diare Menjelaskan penyebab diare dan rasional tendakan Mempertahankan turgor kulit

NIC :Diarhea Management Evaluasi efek samping pengobatan terhadap gastrointestinal Ajarkan pasien untuk menggunakan obat antidiare Instruksikan pasien/keluarga untukmencatat warna, jumlah, frekuenai dan konsistensi dari feses Evaluasi intake makanan yang masuk Identifikasi factor penyebab dari diare Monitor tanda dan gejala diare Observasi turgor kulit secara rutin Ukur diare/keluaran BAB Hubungi dokter jika ada kenanikan bising usus Instruksikan pasien untukmakan rendah serat, tinggi protein dan tinggi kalori jika memungkinkan Instruksikan untuk menghindari laksative Ajarkan tehnik menurunkan stress Monitor persiapan makanan yang aman

5Resiko tinggi trauma fisik b/d gangguan mental, delirium/psikosisNOC: Knowlwdge : personel safety Safety behavior : falls Prevention Safety Behavior : Falls Occurance Safety behavior : Physical injury

NIC :Environmental Management safety Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan) Memasang side rail tempat tidur Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien. Membatasi pengunjung Memberikan penerangan yang cukup Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien. Mengontrol lingkungan dari kebisingan Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit

6Perubahan pola defeksi : konstipasi b/d proses peradangan pada dinding usus halus,

NOC: Bowel elimination HydrationKriteria Hasil : Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1-3 hari Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi Mengidentifikasi indicator untuk mencegah konstipasi

NIC: Constipation/ Impaction Management Monitor tanda dan gejala konstipasi Monior bising usus Monitor feses: frekuensi, konsistensi dan volume Konsultasi dengan dokter tentang penurunan dan peningkatan bising usus Mitor tanda dan gejala ruptur usus/peritonitis Jelaskan etiologi dan rasionalisasi tindakan terhadap pasien Identifikasi faktor penyebab dan kontribusi konstipasi Dukung intake cairan Kolaborasikan pemberian laksatif

BAB IVPENUTUP4.1 KesimpulanThypus Abdominalis merupakan penyakit infeksi akut yang menyerang usus halus dengan menunjukkan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran, yang apabila tidak segera diobati secara proresif dapat menyerang jaringan diseluruh tubuh (Jan Tambayong, 2000). Jadi tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman salmonella typhi dan terdapat pada saluran pencernaan yang disertai dengan demam lebih dari satu minggu, dan gangguan kesadaran. Dampak masalah dari tifus abdominalis antara lain:a. Pada pasien1) Pola persepsi dan metabolismeNafsu makan klien meurun yang disertai dengan mual dan muntah.2) Pola eliminasiKlien tyfoid biasanya mengalami konstipasi bahkan diare.3) Pola aktivitas dan latihan Klien demam tyfoid haruslah tirah baring total untuk mencegah terjadinya komplikasi yang berakibat aktivitas klien terganggu. Semua keperluan klien dibantu dengan tujuan mengurangi kegiatan atau aktivitas klien. Tirah baring totalnya yang dapat menyebabkan terjadinya dekubitus dan kontraktur sendi. 4) Pola tidur dan istirahatTerganngu karena klien biasanya gelisah akibat peningkatan suhu tubuh. Selain itu juga klien belum terbiasa dirawat di rumah sakit.5) Pola penanggulangan stressPada pola ini terjadi gangguan dalam menyelesaikan permasalahan dari dalam diri klien sehubungan penyakit yang dideritanya.b. Pada keluarga1) Adanya beban mental sebagai akiabt dari salah satu anggota keluarganya dirawat di rumah sakit karena sakit yang di deritanya sehingga menimbulkan kecemasan.2) Biaya merupakan masalah yang dapat menimbulkan beban keluarga. Bila perawatan yang diperlukan memerlukan perawatan yang konservatif yang lama di rumah sakit, akan memerlukan biaya yang cukup banyak, sehingga dapat menimbulkan beban keluarga.3) Akibat klien di rawat di rumah sakit maka akan menambah kesibukan keluarga yang harus menunggu anggota keluarga yang sakit.

4.2 Saran4.2.1 Bagi Tenaga KesehatanUntuk tenaga kesehatan terutama perawat diharapkan bisa mengerti dan memahami tentang pengertian, penyebab, pencegahan dan pegobatan dari typus abdominalis agar saat menerapkan pada pasien tidak terjadi suatu kesalahan yang menyebabkan pasien tambah parah atau bahkan bisa mengalami kematian karena kesalahan dalam melakukan asuhan keperawatan.

4.2.2 Bagi Pasien dan KeluargaBagi pasien diharapkan mengerti tentang penyebab, pengobatan dan pencegahan dari typus abdominalis, agar pada saat terjadi typus abdominalis dapat melakukan pencegah dini sebelum dilakukan asuhan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKAHassan, Rusepno, dkk. 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Rampengan. 2005. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak, Edisi 2. Jakarta: EGC.Soegijanto, Soegeng. 2007. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia, Jilid 6. Surabaya: Airlangga University Press.Tjokroprawiro, Askandar, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Airlangga University Press.