PRESKAS Demam Thypoid

58
BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional yang pada hakekatnya merupakan upaya penyelenggaraan kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Di dalam Deklarasi Millenium (Millenium Development Goals 2015) mempunyai delapan tujuan umum yaitu mencakup kemiskinan, pendidikan, kesetaraan gender, angka kematian bayi, kesehatan ibu, beberapa penyakit menular, lingkungan, permasalahan global, bantuan dan uang. Tujuan umum tersebut salah satunya adalah lingkungan. Lingkungan berperan besar sekali dalam penyebaran penyakit menular seperti sanitasi umum, polusi udara dan kualitas air merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit. 1 Demam tifoid (typhoid fever) merupakan salah satu penyakit menular yang erat hubungannya dengan lingkungan, terutama lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti penyediaan air minum yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan sanitasi lingkungan yang buruk. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. 2 1

description

lapkas

Transcript of PRESKAS Demam Thypoid

Page 1: PRESKAS Demam Thypoid

BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan

Nasional yang pada hakekatnya merupakan upaya penyelenggaraan kesehatan oleh

bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar

dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, sebagai salah satu unsur

kesejahteraan umum dari tujuan nasional.

Di dalam Deklarasi Millenium (Millenium Development Goals 2015)

mempunyai delapan tujuan umum yaitu mencakup kemiskinan, pendidikan,

kesetaraan gender, angka kematian bayi, kesehatan ibu, beberapa penyakit menular,

lingkungan, permasalahan global, bantuan dan uang. Tujuan umum tersebut salah

satunya adalah lingkungan. Lingkungan berperan besar sekali dalam penyebaran

penyakit menular seperti sanitasi umum, polusi udara dan kualitas air merupakan

faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit.1

Demam tifoid (typhoid fever) merupakan salah satu penyakit menular yang

erat hubungannya dengan lingkungan, terutama lingkungan yang tidak memenuhi

syarat kesehatan seperti penyediaan air minum yang tidak memenuhi syarat

kesehatan dan sanitasi lingkungan yang buruk. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri

Salmonella typhi.2

Demam tifoid banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat kita, baik di

perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kualitas

yang rendah dari higiene pribadi dan sanitasi lingkungan yang kurang serta prilaku

masyarakat yang tidak mendukung untuk hidup sehat.3

1.2. Tujuan Penulisan

Menganalisa dan menemukan kesesuaian kasus demam tifoid yang dijumpai di

klinik dengan teori dari berbagai literatur yang ada baik dalam hal etiologi,

patogenesis, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, terapi dan prognosis.

1

Page 2: PRESKAS Demam Thypoid

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1. Definisi

Demam tifoid disebut juga dengan Typhus abdominalis atau typhoid fever.

Demam tipoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran

pencernaan (usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai

gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.4

2.2. Epidemiologi

Berdasarkan laporan WHO tahun 2003 terdapat 17 juta kasus demam tifoid di

seluruh dunia, dimana 600.000 diantaranya meninggal (CFR 3,5 %).5

Dari hasil penelitian Crump, J.A,dkk (2000), insiden rate demam tifoid di

Eropa yaitu 3 per 100.000 penduduk, di Afrika yaitu 50 per 100.000 penduduk dan di

Asia yaitu 274 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2005 insiden rate demam tifoid di

Dhaka yaitu 390 per 100.000 penduduk.6

Angka insiden demam tifoid di Indonesia selama kurun waktu lima tahun dari

tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 mempunyai kecendrungan penurunan dari 64

per 100.000 penduduk pada tahun 2002 menjadi 2.6 per 100.000 penduduk pada

tahun 2006.7

Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan tahun 2005 mencatat

angka kesakitan demam tifoid adalah 500 per 100.000 penduduk dengan kematian

(CFR 0,6 % - 5 %).8

Berdasarkan Data Surveilans tahun 2007, insiden demam tifoid tahun 2007

sangat tinggi sebesar 110,7 per 100.000 penduduk. Propinsi Lampung merupakan

propinsi di seluruh Indonesia yang merupakan insiden demam tifoid yang tertinggi

sebesar 344,7 per 100.000 penduduk.9

Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2008, demam

tifoid yang rawat jalan di Rumah Sakit menempati urutan ke-5 dari 10 penyakit

terbesar yaitu 661 penderita dari 12876 pasien rawat jalan (5.1%), sedangkan rawat

2

Page 3: PRESKAS Demam Thypoid

inap di Rumah Sakit menempati urutan ke-2 dari 10 penyakit terbesar yaitu sebanyak

1.276 penderita dari 11.182 pasien rawat inap (11.4 %).10

2.3. Etiologi 3,5,6

Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella

paratyphi dari genus Salmonella. Bakteri ini berbentuk batang, gram negatip, tidak

membentuk spora, motil, berkapsul dan mempunyai flagella (bergerak dengan

rambut getar). Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti

di dalam air, es, sampah dan debu. Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan (suhu

600C) selama 15 – 20 menit, pasteurisasi, pendidihan dan khlorinisasi.

Salmonella typhi mempunyai 3 macam antigen, yaitu :

1. Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman.

Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut juga

endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan

terhadap formaldehid.

2. Antigen H (Antigen Flagella), yang terletak pada flagella, fimbriae atau pili dari

kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap

formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol.

3. Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat

melindungi kuman terhadap fagositosis.

Ketiga macam antigen tersebut di atas di dalam tubuh penderita akan

menimbulkan pula pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut aglutinin.

2.4. Patofisiologi 5,11

2.4.1. Jalur masuknya bakteri ke dalam tubuh

Bakteri salmonella typhi bersama makanan atau minuman masuk ke dalam

tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH < 2)

banyak bakteri yang mati. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus, dan

di usus halus tepatnya di ileum dan jejunum akan menembus diding usus. Bakteri

3

Page 4: PRESKAS Demam Thypoid

mencapai folikel limfe usus halus, ikut aliran ke kelenjar limfe mesenterika bahkan

ada yang melewati sirkulasi sistemik sampai ke jaringan RES di organ hati dan

limpa. Salmonella typhi mengalami multiplikasi di dalam sel fagosit mononuclear di

dalam folike limfe, kelenjar limfe mesenterikal, hati dan limfe.

Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi), yang lamanya

ditentukan oleh jumlah dan virulensi kuman serta respon imun pejamu maka

Salmonella typhi akan keluar dari habitatnya dan melalui duktus torasikus akan

masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Dengan cari ini organisme dapay mencapai organ

manapun, akan tetapi tempat yang disukai oleh Salmonella typhi adalah hati, limpa,

sumsum tulang, kandung empedu dan Peyer’s patch dri ileum terminal.

2.4.2. Peran endotoksin

Peran endotoksin dalam patogenesis demam tifoid tidak jelas, hal tersebut

terbukti dengan tidak terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui

pemeriksaan. Diduga endotoksin dari Salmonella typhi menstimulasi makrofag di

dalam hati, limpa, folikel limfoma usus halus dan kelenjar limfe mesenterika untuk

memproduksi sitokin dan zat-zat lain.

Produk dari makrofag inilah yang dapat menimbulkan nekrosis sel, sistem

vaskular yang tidak stabil, demam, depresi sumsum tulang, kelainan pada darah dan

juga menstimulasi sistem imunologik.

2.4.3. Respon imunologik

Pada demam tifoid terjadi respon imun humoral maupun selular baik di tingkat

lokal (gastrointestinal) maupun sistemik. Akan tetapi bagaimana mekanisme

imunologik ini dalam menimbulkan kekebalan maupun eliminasi terhadap

Salmonella typhi tidak diketahui dengan pasti. Diperkirakan bahwa imunitas selular

lebih berperan.

2.5. Manifestasi Klinis 12, 13

Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibanding

dengan penderita dewasa. Gejala klinis demam tifoid sangat bervariasi, dari gejala

klinis ringan dan tidak memerlukan perawatan khusus sampai dengan berat sehingga

harus dirawat. Variasi gejala ini disebabkan oleh faktor galur Salmonella, status

4

Page 5: PRESKAS Demam Thypoid

nutrisi dan imunologik penjamu serta lama sakit di rumahnya. Pada anak, periode

inkubasi demam tifoid antara 5 – 40 hari dengan rata-rata antara 10 – 14 hari. Setelah

masa inkubasi maka ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan,

lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat.

Kemudian menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :

1) Demam

Semua pasien demam tifoid selalu menderita demam pada awal penyakit.

Demam dapat berlangsung sampai 3 minggu. Penampilan demam pada kasus demam

tifoid mempunyai istilah khusus yaitu step ladder temperature chart. Selama minggu

pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada

pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua

penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu badan

berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

2) Gangguan pada saluran pencernaan

Gejala gastrointestinal pada kasus demam tifoid sangat bervariasi. Bau nafas

tidak sedap dapat dijumpai pada penderita beserta bibir kering dan pecah-pecah

(ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue) dengan tepi dan

ujungnya kemerahan. Penderita juga dapat mengeluh obstipasi, obstipasi kemudian

disusul episode diare. Banyak dijumpai gejala meteorismus, pada anak Indonesia

lebih banyak dijumpai hepatomegali dibandingkan splenomegali.

3) Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu

apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.

Disamping gejala-gejala yang biasa ditemukan tersebut, mungkin dapat pula

ditemukan gejala lain. Rose spot suatu ruam makulopapular berwarna merah dengan

ukuran 2 – 4 um sering kali dijumpai pada daerah abdomen, toraks, ekstremitas dan

punggung. Biasanya ditemukan dalam minggu pertama demam. Kadang-kadang

bradikardi relatif dan mungkin pula epistaksis pada penderita.

5

Page 6: PRESKAS Demam Thypoid

2.6. Pemeriksaan Penunjang 5,11

Beberapa jenis pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan

diagnosis demam tifoid adalah:

a) Pemeriksaan hematologi dan kimia klinik

Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan adanya penurunan kadar

hemoglobin, trombositopenia, kenaikan LED, aneosinofilia, limfopenia, leukopenia,

leukosit normal, hingga leukositosis.Sedangkan pada pemeriksaan kimia klinik

biasanya akan terlihat peningkatan enzim transaminase.

b) Diagnosis mikrobiologik/pembiakan kuman

Diagnosis pasti demam tifoid yaitu apabila ditemukannya S.typhi dari darah,

urin, tinja, sumsum tulang, atau cairan doedonum penderita yang dibiakkan didalam

cairan empedu selama kurang lebih 5-7 hari. Metode diagnosis mikrobiologik ini

adalah metode yang paling spesifik dan lebih dari 90% penderita yang tidak diobati,

kultur darahnya positif dalam minggu pertama. Hasil ini menurun drastis setelah

pemakaian obat antibiotika, dimana hasil positip menjadi 40%. Meskipun demikian

kultur sumsum tulang tetap memperlihatkan hasil yang tinggi yaitu 90% positif. Pada

minggu-minggu selanjutnya hasil kultur darah menurun, tetapi kultur urin meningkat

yaitu 85% dan 25% berturut-turut positif pada minggu ke-3 dan ke-4. Organisme

dalam tinja (biakan pada minggu ke-2 dan ke-3) masih dapat ditemukan selama 3

bulan dari 90% penderita dan kira-kira 3% penderita tetap mengeluarkan kuman

Salmonella typhi dalam tinjanya untuk jangka waktu yang lama.

c) Diagnosis serologik dengan uji Widal dan Tubex/Thypdot

Uji serologi standar yang rutin digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap

S.typhi adalah uji widal. Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan

antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella typhi terdapat

dalam serum penderita demam tifoid, pada orang yang pernah tertular Salmonella

typhi dan pada orang yang pernah mendapatkan vaksin demam tifoid.

Antigen yang digunakan pada uij Widal adalah suspensi Salmonella typhi yang

sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji Widal adalah untuk

6

Page 7: PRESKAS Demam Thypoid

menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita yang diduga menderita demam

tifoid.

Dari ketiga aglutinin (aglutinin O, H, dan Vi), hanya aglutinin O dan H yang

ditentukan titernya untuk diagnosis. Semakin tinggi titer aglutininnya, semakin besar

pula kemungkinan didiagnosis sebagai penderita demam tifoid. Pada umumnya

antibodi ini O meningkat di hari ke 6-8 dan antibodi H hari ke 10-12. Jika infeksi

yang terjadi aktif maka titer aglutinin akan meningkat pada pemeriksaan ulang yang

dilakukan selang waktu paling sedikit 5 hari. Peningkatan titer aglutinin empat kali

lipat selama 2 sampai 3 minggu memastikan diagnosis demam tifoid.

Interpretasi hasil uji Widal adalah sebagai berikut :

a) Titer O yang tinggi ( > 160) menunjukkan adanya infeksi akut

b) Titer H yang tinggi ( > 160) menunjukkan telah mendapat imunisasi atau pernah

menderita infeksi

c) Titer antibodi yang tinggi terhadap antigen Vi terjadi pada carrier.

Pemeriksaan serologi lain yan tersedia dalah thypdot atau tubex yang

mendeteksi antibodi IgM antibodi spesifik O9 lipopolisakarida S. Thypi. Pemeriksaan

ini mememiliki sensitivitas 70%-80%. Pemeriksaan serologi ini dapat dibaca dalam

waktu 10 menit dengan membandingkan warna akhir reaksi terhadap skala warna

dengan nilan > 6 dianggap positif kuat. Namun interpretasinya harus dilakukan

dengan hati hati karena pada kasus tersangka demam tifoid di daerah endemis karena

Igm dapat bertahan sampai 3 bulan sedangkan Ig G sampai 6 bulan.

2.7. Diagnosis Banding 11,12

Pada stadium dini demam tifoid beberapa penyakit kadang-kadang secara klinis

dapat merupakan diagnosis banding, yaitu :

1) Influenza

2) Gastroenteritis

3) Bronkitis

4) Bronkopneumonia

Beberapa penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme intraselular seperti :

1) Tuberkulosis

7

Page 8: PRESKAS Demam Thypoid

2) Infeksi jamur sistemik

3) Bruselosis

4) Tularemia

5) Shigelosis

6) Leptospirosis

7) Riketsia

8) Malaria

Pada demam tifoid yang berat dapat dipikirkan diagnosis banding berikut :

1) Sepsis

2) Thalasemia

3) Leukemia

4) Penyakit Hodgkin

2.8. Diagnosis 5,13

Diangnosis ditenggak berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan untuk

memperkuat diagnostik dilakukan kultur sebagai gold standar dan pemeriksaan

serologi. Kedua pemeriksaan ini sebaikknya dilakukan pada waktu masuk dan setiap

minggu berikutnya.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis berupa demam, gangguan

gastrointestinal dan mungkin disertai perubahan atau gangguan kesadaran, maka

seorang klinisi dapat membuat diagnosis tersangka demam tifoid terutama apabila

gejala khas demam tifoid ini jelas terlihat. Diagnosis pasti ditegakkan melalui isolasi

S. typhi dari darah. Pada dua minggu pertama sakit, kemungkinan mengisolasi S.

typhi dari dalam darah pasien lebih besar daripada minggu berikutnya. Biakan yang

dilakukan pada urin dan feses, kemungkinan keberhasilan lebih kecil. Biakan

spesimen yang berasal dari aspirasi sumsum tulang mempunyai sensitivitas tertinggi,

hasil positif didapat pada 90% kasus. Akan tetapi prosedur ini sangat invasif,

sehingga tidak dipakai dalam praktek sehari-hari. Pada keadaan tertentu dapat

dilakukan biakan spesimen empedu yang diambil dari duodenum dan memberikan

hasil yang cukup baik.

Uji serologi widal merupakan suatu metode serologik yang memeriksa antibodi

aglutinasi terhadap antigen somatik (O) dan flagella (H) yang banyak dipakai untuk

8

Page 9: PRESKAS Demam Thypoid

membuat diagnosis demam tifoid. Di Indonesia pengambilan angka titer O agglutinin

≥ 1/40 dengan memakai uji Widal menunjukkan hasil positif sekitar 96%. Artinya

apabila hasil tes positif, 96% kasus benar sakit demam tifoid, akan tetapi apabila

negatif tidak menyingkirkan. Banyak senter mengatur pendapat apabila titer O

aglutinin sekali periksa ≥ 1/200 atau pada titer sepasang terjadi kenaikan 4 kali maka

diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan. Aglutinin H banyak dikaitkan dengan

pasca imunisasi atau infeksi masa lampau, sedang Vi agglutinin dipakai pada deteksi

pembawa kuman S. typhi (karier).

Banyak peneliti mengemukakan bahwa uji serologik Widal kurang dapat

dipercaya sebab timbul positif palsu pada daerah endemis, dan sebaliknya dapat

timbul negatif palsu pada kasus demam tifoid yang terbukti biakan darah positif.

2.9. Tatalaksana 12,13

Adapun rencana tatalaksana pada demam tifoid adalah sebagai berikut :

a) Umum, termasuk :

1. Isolasi

2. Tirah baring selama panas

3. Diet makanan lunak yang mudah dicerna

b) Khusus, yaitu :

1. Eradikasi kuman, dapat menggunakan antibiotik :

a. Kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari (bayi < 2 minggu : 25 mg/kgBB/hari)

diberikan per oral dibagi 4 dosis selama 10 – 14 hari

b. Kotrimoksazol 50 mg/kgBB/hari per oral dibagi 3 dosis selama 10 – 14 hari

c. Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari per oral dalam 3 – 4 dosis selama 10 – 14

hari

d. Ampisilin 200 mg/kgBB/hari per oral dalam 3 dosis

e. Sefiksim 20 mg/kgBB/hari per oral dalam 2 dosis selama 7 hari

f. Seftriakson 50 mg/kgBB/hari i.v. sehari 1x, selama 5 hari

g. Ofloksasin 15 mg/kgBB/hari per oral selama 2 hari

2. Kortikosteroid digunakan pada kasus berat dengan gangguan kesadaran

(stupor, koma), gangguan sirkulasi dan gejala berkepanjangan, pilihan berupa :

9

Page 10: PRESKAS Demam Thypoid

a. Deksametason 3 mg/kgBB dosis inisial, diikuti 1 mg/kgBB/6 jam untuk 48

jam

b. Prednison 1 – 2 mg/kgBB/hari diberikan per oral dibagi 3 dosis

c) Lain-lain, berupa :

1. Vitamin

2. Bila terjadi perdarahan usus puasa selama 24 jam sampai tak ada perdarahan,

diberikan antibiotik per i.v., transfusi bila diperlukan dan operasi (bila terdapat

indikasi)

2.10. Prognosis 11

Umumnya prognosis demam tifoid pada anak baik asal penderita cepat berobat.

Mortalitas pada penderita yang dirawat adalah 6%. Prognosis menjadi kurang baik

atau buruk bila terdapat gejala klinis yang berat seperti :

1) Panas tinggi.

2) Kesadaran menurun sekali yaitu sopor, delirium atau koma.

3) Terdapat komplikasi yang berat seperti dehidrasi dan asidosis, peritonitis,

bronkopneumonia dan lain-lain.

4) Keadaan gizi penderita buruk.

10

Page 11: PRESKAS Demam Thypoid

BAB III

Presentasi dan Analisa Kasus

I. IDENTITAS PENDERITA

Nama : P M

Umur : 9 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku : Aceh

Agama : Islam

Alamat : Mns Manyang-Maisarah

No CM : 76-32-09

Tanggal Masuk : 11 November 2012

Tanggal Kasus Diterima : 21 November 2012

II. ANAMNESIS

I. Anamnesis Saat Pasien Masuk (11 November 2012)

1. Keluhan Utama :Mencret

2. Keluhan Tambahan :Demam, batuk kering (+), dan muntah.

3. Riwayat Penyakit Sekarang:Pasien datang dengan keluhan mencret, dengan frekuensi sebanyak 4 kali tadi pagi dan sudah terjadi sejak 3 hari yang lalu, kotoran berbentuk cair, air > ampas. Mencret pertama seperti warna putih tapi mencret seterusnya berwarna kuning. Selain mencret pasien juga mengeluhkan muntah-muntah sebanyak 4 kali dalam sehari. Muntah berisi makanan dan minuman yang dimakan. Pasien juga mengeluhkan demam yang dirasakan sejak 7 hari yang lalu. Demam yang dialami besifat naik turun. Meningkat biasanya pada malam hari dan menurun pada siang hari. Demam juga biasanya akan menurun setelah minum obat penurun panas. Batuk kering (+) sejak 3 hari yang lalu, lemas (+), nafsu makan menurun (+). Riwayat perdarahan spontan (-).

11

Page 12: PRESKAS Demam Thypoid

4. Riwayat Penyakit Dahulu :

Sebelumnya pasien tidak pernah menderita sakit seperti ini

5. Riwayat Penyakit Keluarga :

Abang kandung pasien menderita ASMA. Saudara sepupu menderita DBD kurang lebih 3 bulan yang lalu (dekat rumah).

6. Riwayat Pemakaian Obat :Sanmol syrup

1. Riwayat Persalinan

Pasien lahir pervaginam, di rumah bersalin dan di tolong oleh bidan.

2. Riwayat Pemberian Makanan

0 – 6 bulan : ASI + pisang ayam

6 – 12 bulan : ASI + nasi Tim + bubur Milna

1tahun – 2tahun : ASI + nasi Tim

2tahun – 3tahun : Susu formula + nasi lembek

3. Riwayat Tumbuh Kembang

0-3 Bulan : Mengangkat kepala

4-6 Bulan : Tengkurap

7-9 Bulan : Duduk

10-12 Bulan : Berdiri dan berjalan

4. Riwayat Imunisasi

Orang tua Os mengaku imunisasi lengkap.

5. Pemeriksaan Fisik

- Keadaan Umum : Tampak sakit, lemas, lesu- Kesadaran : delirum- Nadi : 94 x/menit- Pernafasan : 22 x/menit- Suhu : 37,9oC- Keadaan Gizi : Cukup

Kulit

12

Page 13: PRESKAS Demam Thypoid

Warna : Sawo Matang

Turgor : Cepat Kembali

Parut Cacar : (-)

Cyanosis : (-)

Icterus : (-)

Oedema : (-)

Anemia : (-)

Kepala Rambut : Hitam, sukar dicabut

Wajah : Simetris, oedema (-), deformitas (-)

Mata : Conjunctiva pucat ( -/- ), ikterik (-

/- ), sekret (-

/- ), refleks cahaya (+/+),

Pupil isokor bulat 3 mm/3 mm

Telinga : Serumen (-/-)

Hidung : Sekret (-/-)

Mulut :

- Bibir : Bibir kering ( + ), mukosa kering (+), sianosis ( - ).

- Lidah : Tremor (+), beslaque ( + ), hiperemis ( - ).

- Tonsil : Hiperemis (-/- ) T1 – T1,

LeherInspeksi : Simetris, retraksi ( - )Palpasi : TVJ R-2 cmH2O, Pembesaran KGB ( - )

Thorax Inspeksi

- Statis : Simetris, cardic bulging ( - ), bentuk normochest

13

Page 14: PRESKAS Demam Thypoid

- Dinamis : Pernafasan thoracoabdominal, retraksi suprasternal ( - ) retraksi

intercostal ( - ), retraksi epigastrium ( - )

Paru Inspeksi : Simetris statis, dinamis

Palpasi : Kanan KiriDepan Fremitus N Fremitus N Belakang Fremitus N Fremitus N

PerkusiDepan sonor sonor

Belakang sonor sonor

AuskultasiDepan vesikuler vesikuler Belakang vesikuler vesikuler

JantungInspeksi : Ictus Cordis tidak terlihatPalpasi : Ictus Cordis teraba, thrill ( - )Perkusi : Batas-batas jantung

Atas : Sela iga II Kiri : dua jari medial linea mid-clavicularir

Kanan : linea parasternal kananAuskultasi : BJ I > BJ II , murmur ( - ), gallop ( - )

AbdomenInspeksi : Simetris, distensi ( - ), vena kolateral ( - ) Palpasi : Nyeri Tekan ( + ), defans muscular ( - )

Hepar : tidak teraba Lien : tidak teraba Ginjal : Ballotement tidak teraba

Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)Auskultasi : Peristaltik meningkat

Genetalia : Tidak diperiksaAnus : Tidak diperiksaTulang Belakang : SimetrisKelenjar Limfe : Pembesaran KGB ( - )

14

Page 15: PRESKAS Demam Thypoid

Ekstremitas : Superior Inferior Kanan Kiri Kanan Kiri

Sianosis - - - - Oedema - - - -

6. Hasil laboratorium tanggal 11 November 2012

HEMATOLOGI

Hb : 11,8 gr/dl

Leukosit : 7x10³ /ul

Hematokrit : 34 %

KIMIA KLINIK

Ureum : 19 mg/dl

KGDS : 83 mg/dl

SEROLOGI

Dangue Blot IgG : Negatif

Dangue Blot IgM : Negatif

7. Diferensial Diagnosa1. Demam tifoid2. Malaria3. ISK4. GEA

Diagnosa Sementara/Diagnosa KerjaDemam Tifoid

8. Rencana Pemeriksaan Penunjang1. Widal test2. DDR3. Darah rutin

Terapi- Bed rest- Observasi febris- IVFD Ringer Laktat 10 gtt/i - Paracetamol 3 x 250 mg- Zink 1 x 10 mg- Dialac 3 x 1

15

Page 16: PRESKAS Demam Thypoid

II. Reanamnesis Dan Pemeriksaan Fisik Kembali (21 September 2012)

1. Keluhan Utama : Demam, mencret sudah tidak dirasakan lagi.

2. Keluhan tambahan : Batuk kering

3. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan mencret, dengan frekuensi sebanyak 4 kali tadi pagi dan sudah terjadi sejak 3 hari yang lalu, kotoran berbentuk cair, air > ampas. Mencret pertama seperti warna putih tapi mencret seterusnya berwarna kuning. Tapi, sekarang pasien tidak mengeluhkan mencret lagi semenjak tanggal 14-11-2012. Selain mencret pasien juga mengeluhkan demam yang dirasakan sejak 17 hari yang lalu. Demam yang dialami besifat naik turun. Meningkat biasanya pada malam hari dan menurun pada siang hari. Demam juga biasanya akan menurun setelah minum obat penurun panas. Batuk kering (+) sejak 13 hari yang lalu, lemas (-), muntah (-), nafsu makan menurun (-). Riwayat perdarahan spontan (-).

4. Riwayat Penyakit Dahulu:

Sebelumnya pasien tidak pernah menderita sakit seperti ini

5. Riwayat Penyakit Keluarga :

Abang kandung pasien menderita Asma. Saudara sepupu terkena DBD sejak

3 bulan yang lalu, tempat tinggalnya di dekat rumah.

6. Riwayat Penggunaan ObatSanmol sirup.

7. Riwayat KelahiranPasien lahir dengan normal di tolong bidan.

8. Riwayat Pemberian Makanan 0 – 6 bulan : ASI + pisang ayam

6 – 12 bulan : ASI + nasi Tim + bubur Milna

1tahun – 2tahun : ASI + nasi Tim

2tahun – 3tahun : Susu formula + nasi lembek

9. Riwayat Tumbuh Kembang

0-3 Bulan : Mengangkat kepala

4-6 Bulan : Tengkurap

7-9 Bulan : Duduk

10-12 Bulan : Berdiri dan berjalan

16

Page 17: PRESKAS Demam Thypoid

9. Riwayat Imunisasi

Orang tua Os mengaku imunisasi lengkap.

10. Riwayat Persalinan

Os lahir dengan persalinan normal dan segera menangis.

III. STATUS PRESENT

- Keadaan Umum : Baik

- Kesadaran : Compos mentis

- Tekanan Darah : 100 / 60 mmHg

- Heart rate : 88 x / menit

- Respiratory rate : 24 x / menit

- Temperatur : 38,7 ˚C

- Berat Badan Sekarang : 23kg

- Tinggi Badan Sekarang : 127cm

- Status Gizi :

-BBU

× 100 %=79,3%= gizi kurang

-TBU

×100 %=95,4 % = gizi baik

-BBTB

× 100 %=%

- Kesimpulan: Gizi kurang

IV. STATUS INTERNUS

a. Kulit

Warna : sawo matang

Turgor : kembali cepat

Sianosis : (-)

Ikterus : (-)

Oedema : (-)

Anemia : (-)

b. Kepala

Rambut : hitam, lebat, distribusi merata

17

Page 18: PRESKAS Demam Thypoid

Wajah : Simetris, edema (-)

Mata : Conjunctiva pucat (-/-), ikterik (-/-),sekret (-/-

), refleks

cahaya (+/+), Pupil isokor bulat 3 mm/3 mm

Telinga : Serumen (-/-)

Hidung : Sekret (-/-)

Mulut : Dalam batas normal

Kesimetrisan : Simetris.

Bibir : Bibir pucat (-), mucosa basah (+), sianosis (-)

Plica nasolabialis : Hilang (-/-)

Menggembungkan pipi : (-/-)

Lidah : Tremor (-), hiperemis (-)

Tonsil : Hiperemis (-/-)

Faring : Hiperemis (-)

c. Leher

Inspeksi : Simetris

Palpasi : Pembesaran KGB (-)

d. Thorax

Inspeksi

Statis : kesan normal

Dinamis : kesan normal

Axilla : Pembesaran KGB (-)

Palpasi :

Stem Fremitus Paru Kanan Paru Kiri

Lapangan Paru Atas Normal Normal

Lapangan Paru Tengah Normal Normal

Lapangan Paru Bawah Normal Normal

Perkusi:

Paru Kanan Paru Kiri

Lapangan Paru Atas Sonor Sonor

Lapangan Paru Tengah Sonor Sonor

Lapangan Paru Bawah Sonor Sonor

18

Page 19: PRESKAS Demam Thypoid

Auskultasi :

Suara Nafas Pokok Paru Kanan Paru Kiri

Lapangan Paru Atas Vesikuler Vesikuler

Lapangan Paru Tengah Vesikuler Vesikuler

Lapangan Paru Bawah Vesikuler Vesikuler

Suara Nafas Tambahan Paru Kanan Paru Kiri

Lapangan Paru Atas Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)

Lapangan Paru Tengah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)

Lapangan Paru Bawah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)

e. Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba

Auskultasi : BJ I > BJ II, bising (-)

f. Abdomen

Inspeksi : Simetris, distensi (+)

Palpasi : Nyeri tekan (-), defans muscular (-)

Hepar : Tidak teraba

Lien : Tidak teraba

Ginjal : Ballotement (+)

Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)

Auskultasi : Peristaltik usus normal

g. Genitalia : Tidak diperiksa

h. Anus : Dalam batas normal

i. Kelenjar Limfe : Pembesaran KGB (-)

j. Ekstremitas :

Superior Inferior

Kanan Kiri Kanan Kiri

Sianosis - - - -

19

Page 20: PRESKAS Demam Thypoid

Oedema - - - -

Fraktur

-

-

- - - -

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Widal test

- Urin Rutin

VII. Hasil Laboratorium

Hasil laboratorium tanggal 11 November 2012

HEMATOLOGI

Hb : 11,8 gr/dl

Leukosit : 7x10³ /ul

Hematokrit : 34 %

KIMIA KLINIK

Ureum : 19 mg/dl

KGDS : 83 mg/dl

SEROLOGI

Dangue Blot IgG : Negatif

Dangue Blot IgM : Negatif

Hasil laboratorium tanggal 12 November 2012

HEMATOLOGI

Hb : 10,6 gr/dl

Leukosit : 8,2 x10³ /ul

Hematokrit : 31 %

Trombosit : 90 x10³ /ul

WIDAL TEST :

20

Page 21: PRESKAS Demam Thypoid

TITER

S. Thypi P. Thypi A P. Thypi A P. Thypi C

Antigen O 1/320 Negatif 1/320 Negatif

Antigen H Negatif 1/160 Negatif Negatif

Hasil laboratorium tanggal 13 November 2012

HEMATOLOGI

Hb : 10,9 gr/dl

Leukosit : 7,8 x10³ /ul

LED : 50 mm/jam

Eritrosit : 4 x10³ /ul

Trombosit : 105 x10³ /ul

Hematokrit : 30 %

MCV : 76 ll

MCH : 27 pg

MCH : 27 pg

MCHC : 35 g/dl

Hit. Jenis

(%)

Eos

(1-3)

Bas

(0-1)

N. Blg

(2-6)

N. Seg

(50-70)

Lim

(25-40)

Mo

(2-8)

0 0 2 74 19 5

KIMIA KLINIK

Protein total : 7,0 U/L

Albumin : 4,4 g/dl

Globulin : 2,6 g/dl

SGOT : 64 U/L

SGPT : 29 U/L

Alk. Posfatase : 164 U/L

21

Page 22: PRESKAS Demam Thypoid

Gula Darah Acak : 106 mg/dl

Hasil laboratorium tanggal 14 November 2012

URINALISIS

Berat Jenis : 1.005 mg/dl

PH : 9

Leukosit : Negatif

Nitrit : Negatif

Protein : Negatif

Glukosa : Negatif

Keton : Negatif

Uribilinogen : Negatif

Bilirubin : Negatif

Blood : Negatif

SEDIMEN URINE

Eritrosit :1-2/LPB

Leukosit :1-2/LBP

Epitel :1-2/LPK

FESES RUTIN

Warna : Coklat

Bau : Khas

Konsistensi : Lunak

Lendir : Negatif

Darah : Negatif

Eritrosit : Negatif

Leukosit : Negatif

Telur Cacing : Negatif

Parasit : Negatif

Hasil laboratorium tanggal 19 November 2012

HEMATOLOGI

Hb : 11,8 gr/dl

22

Page 23: PRESKAS Demam Thypoid

Leukosit : 5,0 x10³ /ul

LED : 42 mm/jam

Trombosit : 395 x10³ /ul

Hematokrit : 33 %

Parasit Malaria : Negatif

Hit. Jenis

(%)

Eos

(1-3)

Bas

(0-1)

N. Blg

(2-6)

N. Seg

(50-70)

Lim

(25-40)

Mo

(2-8)

0 0 0 65 22 13

VIII. Diagnosa Sementara/Diagnosa KerjaDemam Tifoid

IX. Terapi Bed rest Kompres jika demam IVFD Dex 5% Nacl 0,45% = 20 gtt/i mikro Nicodril syr 3 x ¾ cth Paracetamol syr 2 x cth2 (k/p) dapat diberikan /4 jam Zink 1 x 10 mg (H9) Dialac 3 x 1 (k/p) Indoralit 50cc – 100cc x/mencret (k/p) Diet MBII 2300 kkal dengan 46 gr protein Inj. Kloromphenikol 500 mg/6jam/iv

X. Prognosis

Umunya prognosis baik asal penderita cepat berobat. Mortalitas pada penderita

yang dirawat ialah 6%. Prognosis menjadi kurang buruk apabila terdapat gejala klinis

berupa :

1. Panas tinggi

2. Kesadaran menurun sekali yaitu sopor, delirium, atau koma

3. Terdapat komplikasi berat seperti peritonitis, sepsis, atau meningitis

4. Keadaan gizi penderita buruk.

XI. Analisa Kasus

23

Page 24: PRESKAS Demam Thypoid

InkubasiSelama 15 hari& asimtomatik

40◦C

37 ◦C 0 7 21 hari Masa invasi Bakteremia Penyembuhan Sakit kepalademam menetapkarier Lemas dan lesuhepatomegali relaps Tidak enak perutsplenomegalikomplikasi Konstipasi konstipasi Diare diare Lidah kotor

Demam tifoid adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella

typhi. Setelah seseorang terinfeksi S. Typhi periode asimtomatik berlangsung

7 sampai 14 hari. Awitan bakteremia ditandai dengan munculnya demam dan

malaise. Pasien pada umunya datang ke rumah sakit menjelang akhir minggu

pertama setelah terjadi gejala demam yang biasanya meningkat pada malam

hari dan turun pada siang, gejala mirip infuenza, nyeri kepala, anoreksia,

nausea, nyeri perut, batuk kering, dan mialgia. Setelah melewati minggu

pertama gejala gastrointestinal mulai menonjol seperti lidah kotor, nyeri

abdomen, diare atau konstipasi, hepatomegali dan splenomegali. Pada minggu

ini demam juga akan meningkat secara progresif, seringkali tinggi dan

menetap (39-40 C). Memasuki minggu ketiga komplikasi bisa saja terjadi dan

biasanya terjadi pada 10%-15% kasus. Komplikasi yang sering terjadi adalah

perforasi saliran cerna dan ensepalopati tifoid.

Gambar 3.1 Perjalanan penyakit demam tifoid

Kondisi ini sudah sesuai dengan pasien yang datang kerumah sakit pada akhir

minggu pertama atau setelah 7 hari demam. Gejala yang ditemukan adalah

demam bersifat naik turun dan biasanya meningkat pada malam hari dan

menurun pada siang hari. Selain itu pasien juga mengeluhkan gejala seperti

flu pada awal penyakit yaitu batuk berdahak. Sejalan dengan perjalan

penyakit pasien juga mengeluhkan sakit perut, lemas, mencret, BAK kuning

24

Page 25: PRESKAS Demam Thypoid

ditambah lagi dengan penurunan nafsu makan. Pada pemeriksaan fisik juga

ditemukan adanya lidah kotor dan nyeri tekan di seluruh lapangan perut Hal

ini sesuai dengan alur perjalanan penyakit demam tifoid yang diterlihat di

gambar di atas. Namun pada pasien ini tidak ditemukannya adanya

hepatomegali dan splenomegali hal ini bisa disebabkan karena cepatnya

pemberian antibiotik sehingga peredaran bakteri di hepar dan lier tidak

berlangsung lama sehingga menimbulkan organomegali.

Dari pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini yaitu dari

pemeriksaan hematologi, serologi yaitu melalui widal test, Widal test yang

positif (titer aglutinin O untuk S. Thypi 1/320) pada minggu ke dua juga

menunjukkan adanya infeksi Salmonella thypi. Hal ini sesuai dengan hasil

laboratorium yang dapat kita temukan apabila seseorang terinfeksi S. Thypi.

Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan adanya penurunan kadar

hemoglobin, trombositopenia, kenaikan LED, aneosinofilia, limfopenia,

leukopenia, leukosit normal hingga leukositosis. Pemeriksaan fungsi hati

dapat berubah namun gangguan hati yang bermakna jarang ditemukan.

Pemeriksaan widal test memiliki sensitivitas 40%, spesifitas 91,4% dan nilai

prediksi positif 80%. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan pada akhir minggu

pertama dan selanjutnya karena aglutinin baru dijumpai dalam darah setelah

penderita mengalami sakit selama satu minggu dan mencapai puncaknya pada

minggu kelima atau keenam sakit. Titer aglutinin O yang positif dapat

berbeda dari >1/80 sampai >1/320 antar laboratorium tergantung endemitas

demam tifoid dimasyarakat setempat. Namun sebaiknya pemeriksaan tes

serologi widal dilakukan dua kali pengambilan spesimen yaitu pada masa

akut dan masa konvalensi dengan interval waktu 10-14 hari. Pengambilan

tunggal pada fase akut sebaiknya dihindari karena tidak dapat membedakan

apakah infeksi tersebut merupakan infeksi baru atau infeksi lama. Pada pasien

ini hanya dilakukan 1 kali pengambilan sampel untuk uji widal pada hari sakit

yaitu pada akhir minggu pertama karena 10 hari kemudian pasien pulang.

Gold standar dalam menentukan infeksi demam tifoid adalah biakan

empedu. Sampel untuk kultur dapat diambil dari darah, sumsum tulang, tinja

dan urin. Sampel darah diambil saat demam tinggi pada minggu ke-1. Sampel

25

Page 26: PRESKAS Demam Thypoid

tinja dan urin pada minggu ke-2 dan minggu selanjutnya. Kultur memerlukan

waktu kurang lebih 5-7 hari. Sampel ditanam dalam biakan empedu (gaal

culture). Pada pasien ini kultur Empedu tidak dilakukan karena membutuhkan

waktu yang lama sedangkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan laboratorium sudah menunjang untuk ditegakkan diagnosa

demam tifoid. Selain itu prognosis demam tifoid juga ditentukan oleh

cepatnya pasien berobat, jadi apabila menunggu hasil biakan empedu untuk

memberikan anti biotik maka hal ini akan memperburuk prognosis pasien.

Pemilihan obat antibiotik lini pertama pengobatan demam tifoid pada

negara berkembang didasarkan pada faktor efikasi, ketersediaan dan biakan.

Berdasarkan ketiga hal tersebut kloramfenikol masih masih menjadi obat pilihan

utama pengobatan demam tifoid pada anak dengan dosis. Namun obat ini

memiliki efek samping berupa anemia aplastik yang serius dan berpotensi fatal,

agranulositosis yang menginduksi leukimia dan menyebabkan gray baby

syndrom. Selain itu obat ini dapat juga memiliki angka relaps yang tinggi dan

tidak bisa digunakan untuk mengobati karier s. Typhi. Namun untuk daerah

dimana terdapat keterbatasan biaya dan ketersediaan untuk obat jenis lain,

membuat obat ini masih digunakan sebagai obat lini utama. Pasien di rumah sakit

RSUDZA mendapatkan obat cefriaxone dengan dosis 80 mg/kgbb/24 jam yang

di bagi dua dosis. Obat ini bisa digunakan untuk demam tifoid dengan komplikasi

atau demam tifoid yang sudah resistensi dengan waktu penyembuhan lebih cepat.

Pemberian obat ini sebaiknya selama 14 hari.

26

Page 27: PRESKAS Demam Thypoid

XII. Follow Up

Tanggal

11/09/12

H0

BB=23 kg

TB=127cm

VS/

HR : 98 x/i

RR : 22 x/i

T : 37,50C

KU :

Demam sejak 7

hari yang lalu,

demam naik

turun terutama

setiap malam

(+)

KT :

Muntah (+),

batuk kering

(+), sakit perut

(+), BAK

kuning (+),

lemah (+),

mencret (+),

riwayat

perdarahan (-),

saat os dirawat

merupakan hari

sakit ke-7.

Pemeriksaan Fisik :

Kepala : normal

Mata : conj. palp inf pucat (-/-)

sclera ikterik (-/-)

Telinga : normal

Hidung : simetris, deviasi (-/-)

Mulut : lidah berselaput (+),

ujung bibir terdapat ulkus (+)

Leher : pembesaran KGB (-)

Thorax : simetris, vesikuler

(+/+), Rh (-/-), Wh (-/-).

Cor : BJ I > BJ II, bising (-).

Abdomen : soepel, peristaltik

meningkat. H/L/R tidak teraba

Extremitas :

- Superior pucat (-/-)

edema (-/-)

- Inferior pucat (-/-)

edema (-/-)

DD:

1. Demam

tifoid

2. Malaria

3. Demam

dengue

4. ISK

5. GE

Terapi :

- IVFD Ringer

Laktat 10 gtt/i

- Paracetamol 3 x

250mg

- Zink 1 x 10 mg

- Dialac 3 x 1

Planning/

- Widal test

- Darah rutin

- DDR

- Observasi

27

Page 28: PRESKAS Demam Thypoid

Tanggal

12/09/12

H1

BB=23 kg

TB=127cm

VS/

HR : 94 x/i

RR : 22 x/i

T : 37,90C

S/

Demam

(+),

Batuk

kering

(+),sakit

perut (+),

mencret

(+), lemah

(+), BAK

kuning (+),

sesak (-),

sakit sendi

(-), minum

dan makan

sedikit

Kepala : normal

Mata : conj. palp inf pucat

(-/-), sclera ikterik (-/-)

Telinga : normal

Hidung : normal

Mulut : bibir normal, sudut

mulut ulkus (+), lidah

berselaput (+)

Leher : pembesaran KGB (-)

Thorax : simetris, vesikuler

(+/+), Rh (-/-), Wh (-/-).

Cor : BJ I > BJ II, bising (-).

Abdomen : soepel,

peristaltik (↑↑).

Extremitas :

- Superior pucat (-/-), edema

(-/-)

- Inferior pucat (-/-), edema

(-/-)

DD:

1. Demam

tifoid

2. Malaria

3. ISK

4. Diare akut

tanpa

dehidrasi

Terapi :

- IVFD Ringer Laktat 40

gtt/i mikro

- Paracetamol 3 x 250mg

(k/p)

- Zink 1 x 10 mg (H2) =

600cc

- Dialac 3 x 1

Planning/

- Monitor suhu/4 jam

(kurva demam)

28

Page 29: PRESKAS Demam Thypoid

Tanggal

13/09/12

H2

BB=23 kg

TB=127cm

VS/

HR : 90 x/i

RR : 20 x/i

T : 36,00C

TD : 100/60 mmHg

S/

Demam (+), Batuk berdahak (+), mencret (+), lemah dan lesu mulai berkurang, sakit perut mulai berkurang, BAK kuning (+)

Makan : 4 sendok makan

Minum : sekitar 600 cc

BAB : hari ini tidak ada

BAK : sekitar 330 cc

Pemeriksaan Fisik :

Kepala : normal

Mata : conj. palp inf pucat (-/-), sclera ikterik (-/-)

Telinga : normal

Hidung : normal

Mulut : lidah berselaput (+), sudut mulut berselaput membaik

Leher : pembesaran KGB (-)

Thorax : simetris, vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-).

Cor : BJ I > BJ II, bising (-).

Abdomen : soepel, peristaltik (↑↑).

Extremitas :

- Superior pucat (-/-), edema (-/-)

- Inferior pucat (-/-), edema (-/-)

DD:

1. Demam tifoid

2. Malaria

3. ISK

4. Diare Akut Tanpa dehidrasi

Terapi :

- IVFD Ringer Laktat 38

gtt/i mikro

- Paracetamol syr 2 x cth 2

(k/p)

- Zink 1 x 10 mg (H3) =

600cc

- Dialac 3 x 1

- Indoralit 50cc – 100cc/x

mencret

29

Page 30: PRESKAS Demam Thypoid

Tanggal

14/09/12

H3

BB=23

kg

TB=127cm

VS/

HR : 90 x/i

RR : 20 x/i

T : 36,00C

TD : 100/60 mmHg

S/

Demam (+), Batuk berdahak (+), mencret (+), lemah dan lesu mulai berkurang, sakit perut mulai berkurang, BAK kuning (+)

Makan : 4 sendok makan

Minum : sekitar 600 cc

BAB : hari ini tidak ada

BAK : sekitar 330 cc

Pemeriksaan Fisik :

Kepala : normal

Mata : conj. palp inf pucat (-/-), sclera ikterik (-/-)

Telinga : normal

Hidung : normal

Mulut : lidah berselaput (+), sudut mulut berselaput membaik

Leher : pembesaran KGB (-)

Thorax : simetris, vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-).

Cor : BJ I > BJ II, bising (-).

Abdomen : soepel, peristaltik (↑↑).

Extremitas :

- Superior pucat (-/-), edema (-/-)

- Inferior pucat (-/-), edema (-/-)

DD:

5. Demam tifoid

6. Malaria

7. ISK

8. Diare Akut Tanpa dehidrasi

- IVFD Ringer Laktat 38 gtt/i mikro

- Paracetamol syr 2 x cth 2 (k/p)

- Zink 1 x 10 mg (H4) = 600cc

- Dialac 3 x 1

- Indoralit 50cc – 100cc/x mencret

30

Page 31: PRESKAS Demam Thypoid

Tanggal

15/09/12

H4

BB=23

kg

TB=127cm

VS/

HR : 90 x/i

RR : 20 x/i

T : 35,50C

TD : 90/70 mmHg

KU :

Demam (-)Batuk kering sesekali (+), lemas (+).

Makan : ada tapi sedikit

Pemeriksaan Fisik :

Kepala : normal

Mata : conj. palp inf pucat (-/-), sclera ikterik (-/-)

Telinga : normal

Hidung : normal

Mulut : lidah berselaput (-)

Leher : pembesaran KGB (-)

Thorax : simetris, vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-).

Cor : BJ I > BJ II, bising (-).

Abdomen : soepel, peristaltik (+), organomegali (-).

Extremitas :

- Superior pucat (-/-), edema (-/-)

- Inferior pucat (-/-), edema (-/-)

Diagnosis:

Demam tifoid

Terapi :

- IVFD D 5% NaCl 0,45% 1500cc/ 24jam

- Inj Ceftriaxon 1 mg/12 jam

- Paracetamol syr 2 x cth 2

(k/p)

- Zink 1 x 10 mg (H5) =

600cc

- Dialac 3 x 1

- Indoralit 50cc – 100cc/x

mencret

31

Page 32: PRESKAS Demam Thypoid

Tanggal

16/09/12

H5

BB=23

kg

TB=127cm

VS/

HR : 82 x/i

RR : 20 x/i

T : 35,90C

TD : 100/60 mmHg

KU :

Demam (-)Batuk kering sesekali (+), lemas (+).

Makan : ada tapi sedikit

Pemeriksaan Fisik :

Kepala : normal

Mata : conj. palp inf pucat (-/-), sclera ikterik (-/-)

Telinga : normal

Hidung : normal

Mulut : lidah berselaput (-)

Leher : pembesaran KGB (-)

Thorax : simetris, vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-).

Cor : BJ I > BJ II, bising (-).

Abdomen : soepel, peristaltik (+), organomegali (-).

Extremitas :

- Superior pucat (-/-), edema (-/-)

- Inferior pucat (-/-), edema (-/-)

Diagnosis:

Demam tifoid

Terapi :

- IVFD D 5% NaCl 0,45% 1500cc/ 24jam

- Inj Ceftriaxon 1 mg/12 jam (H2)

- Paracetamol syr 2 x cth 2

(k/p)

- Zink 1 x 10 mg (H6) =

600cc

- Dialac 3 x 1

- Indoralit 50cc – 100cc/x

mencret

- Nicodril syr 3 x ¾ cth1

32

Page 33: PRESKAS Demam Thypoid

Tanggal

17/09/12

H6\

BB=23

kg

TB=127cm

VS/

HR : 120 x/i

RR : 28 x/i

T : 38,10C

TD : 100/60 mmHg

KU :

Demam (+)Batuk kering (+), lemas (+).

Makan : ada tapi sedikit

Pemeriksaan Fisik :

Kepala : normal

Mata : conj. palp inf pucat (-/-), sclera ikterik (-/-)

Telinga : normal

Hidung : normal

Mulut : lidah berselaput (-)

Leher : pembesaran KGB (-)

Thorax : simetris, vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-).

Cor : BJ I > BJ II, bising (-).

Abdomen : soepel, peristaltik (+), organomegali (-).

Extremitas :

- Superior pucat (-/-), edema (-/-)

- Inferior pucat (-/-), edema (-/-)

Diagnosis:

Demam tifoid

Terapi :

- IVFD D 5% NaCl 0,45% 1500cc/ 24jam= 82 gtt/i mikro

- Inj Ceftriaxon 1 mg/12 jam (H3)

- Paracetamol syr 2 x cth 2

(k/p)

- Zink 1 x 10 mg (H7) =

600cc

- Dialac 3 x 1

- Indoralit 50cc – 100cc/x

mencret

- Nicodril syr 3 x ¾ cth1

Jam 13.45 = T :390C

IVFD naikin 20% = 26 gtt/i mikro

Paracetamol 2c cth 2 dapat diberikan/4 jam jika demam.

Kompres.

33

Page 34: PRESKAS Demam Thypoid

34

Tanggal

18/09/12

H7

BB=23 kg

TB=127cm

VS/

HR : 120 x/i

RR : 28 x/i

T : 38,10C

TD : 100/60 mmHg

KU :

Demam (+)Batuk kering (+), lemas (+).Tangan bengkak karena infus.

Makan : ada tapi sedikit

Pemeriksaan Fisik :

Kepala : normal

Mata : conj. palp inf pucat (-/-), sclera ikterik (-/-)

Telinga : normal

Hidung : normal

Mulut : lidah berselaput (-)

Leher : pembesaran KGB (-)

Thorax : simetris, vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-).

Cor : BJ I > BJ II, bising (-).

Abdomen : soepel, peristaltik (+), organomegali (-).

Extremitas :

- Superior pucat (-/-), edema (-/-)

- Inferior pucat (-/-), edema (-/-)

Diagnosis:

Demam tifoid

Terapi :

- IVFD D 5% NaCl 0,45% 1500cc/ 24jam= 35 gtt/i makro

- Inj Ceftriaxon 1 mg/12 jam (H4)

- Paracetamol syr 2 x cth 2

(k/p)

- Zink 1 x 10 mg (H8) =

600cc

- Dialac 3 x 1

- Indoralit 50cc – 100cc/x

mencret

- Nicodril syr 3 x ¾ cth1

P/ DDR, Darah Tepi

Page 35: PRESKAS Demam Thypoid

Tanggal

19/09/12

H8

BB=23

kg

TB=127cm

VS/

HR :84 x/i

RR : 20 x/i

T : 35,20C

TD : 100/60 mmHg

KU :

Demam (-)Batuk kering (+), lemas (+).Tangan kiri bengkak karena infus.

Makan : ada tapi sedikit

Minum : 300cc

Pemeriksaan Fisik :

Kepala : normal

Mata : conj. palp inf pucat (-/-), sclera ikterik (-/-)

Telinga : normal

Hidung : normal

Mulut : lidah berselaput (-)

Leher : pembesaran KGB (-)

Thorax : simetris, vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-).

Cor : BJ I > BJ II, bising (-).

Abdomen : soepel, peristaltik (+), organomegali (-).

Extremitas :

- Superior pucat (-/-), edema (-/-)

- Inferior pucat (-/-), edema (-/-)

Diagnosis:

Demam tifoid

Terapi :

- IVFD D 5% NaCl 0,45% 1500cc/ 24jam= 20 gtt/i makro

- Inj Ceftriaxon 1 mg/12 jam (H5)

- Paracetamol syr 2 x cth 2

(k/p)

- Zink 1 x 10 mg (H9) =

600cc

- Dialac 3 x 1

- Indoralit 50cc – 100cc/x

mencret

- Kompres

- Nicodril syr 3 x ¾ cth1

Tanggal

20/09/12

VS/

HR :88 x/i

KU :

Demam (+)

Pemeriksaan Fisik :

Kepala : normal

Diagnosis:

Demam tifoid

Terapi :

- IVFD D 5% NaCl 0,45%

35

Page 36: PRESKAS Demam Thypoid

H9

BB=23

kg

TB=127cm

RR : 24 x/i

T : 38,70C

TD : 100/60 mmHg

Batuk kering (+), lemas (+).Tangan bengkak karena infus.

Makan : teratur 4 sendok sekali makan.

Minum : 600cc

Mata : conj. palp inf pucat (-/-), sclera ikterik (-/-)

Telinga : normal

Hidung : normal

Mulut : lidah berselaput (-)

Leher : pembesaran KGB (-)

Thorax : simetris, vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-).

Cor : BJ I > BJ II, bising (-).

Abdomen : soepel, peristaltik (+), organomegali (-).

Extremitas :

- Superior pucat (-/-), edema (-/-)

- Inferior pucat (-/-), edema (-/-)

= 20gtt/i makro

- Paracetamol syr 2 x cth 2

(k/p)

- Zink 1 x 10 mg (H10) =

600cc

- Dialac 3 x 1

- Indoralit 50cc – 100cc/x

mencret

- Nicodril syr 3 x ¾ cth1

- Diet MBII 2300 kkal

dengan 46 gr protein.

- Inj Kloromphenikole 500

mg/6jam/iv

Tanggal

21/09/12

VS/

HR :88 x/i

KU :

Demam (+)Batuk kering

Pemeriksaan Fisik :

Kepala : normal

Mata : conj. palp inf pucat

Diagnosis:

Demam tifoid

Terapi :

- IVFD D 5% NaCl 0,45% = 20gtt/i makro

36

Page 37: PRESKAS Demam Thypoid

H10

BB=23

kg

TB=127cm

RR : 24 x/i

T : 38,70C

TD : 100/60 mmHg

(+), lemas (+).Tangan bengkak karena infus.

Makan : teratur 4 sendok sekali makan.

Minum : 600cc

(-/-), sclera ikterik (-/-)

Telinga : normal

Hidung : normal

Mulut : lidah berselaput (-)

Leher : pembesaran KGB (-)

Thorax : simetris, vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-).

Cor : BJ I > BJ II, bising (-).

Abdomen : soepel, peristaltik (+), organomegali (-).

Extremitas :

- Superior pucat (-/-), edema (-/-)

- Inferior pucat (-/-), edema (-/-)

- Paracetamol syr 2 x cth 2

(k/p)

- Zink 1 x 10 mg (H11) =

600cc

- Dialac 3 x 1

- Indoralit 50cc – 100cc/x

mencret

- Nicodril syr 3 x ¾ cth1

- Diet MBII 2300 kkal

dengan 46 gr protein.

- Inj Kloromphenikole 500

mg/6jam/iv

XIII. RESUME

Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Salmonella

paratyphi. Bakteri ini masuk kedalam tubuh bersama makanan dan minuman melalui

mulut. Manifestasi klinis penyakit ini sangat bervariasi tergantung galur Salmonella,

status nutrisi dan imunologik serta lama sakit di rumahnya. Penengakan diagnosis

dapat dilakukan melalui manifestasi klinis, uji serologi, dan biakan bakteri.

Pengobatan demam tifoid dilakukan dengan pemberian antibiotik yang sesuai.

Semakin cepat penegakan diagnosis yang dilakukan semakin cepat penanganan yang

diberikan maka prognosis pada penyakit ini akan semakin baik.

37

Page 38: PRESKAS Demam Thypoid

Kurva Demam

38

Page 39: PRESKAS Demam Thypoid

39

Page 40: PRESKAS Demam Thypoid

40

Page 41: PRESKAS Demam Thypoid

Daftar Pustaka

1. Brooks GF., Janet SB., dan Stephen AM. Mikrobiologi Kedokteran. Penerbit EGC. Jakarta. 2005.

2. Crump. J.A, dkk. The Global Burden of Thypoid fever.2004. Buletin WHO.3. Ditjen PP & PL. Depkes RI. 2006. Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan Tahun 2005. Jakarta.4. Ditjen PP & PL. Depkes RI. 2008. Data Surveilans Epidemiologi Tahun 2007.

Jakarta.5. Ditjen P2M & PL. Depkes RI, 2005. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid Bagi

Tenaga Kesehatan. Jakarta.6. Ditjen PP & PL. Depkes RI, 2007. Buku Data 2006. Subdit Surveilans

Epidemiologi. Dit. Sepim Keswa. Ditjen PP & PL. Depkes RI.2007.7. Depkes RI, 2008. Millenium Development Goals 2015. Jakarta.8. Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara 2008. Profil Kesehatan Propinsi

Sumatera Utara Tahun 2008. Sumatera Utara.9. Eddy Soewandojo Soewand. Seri Penyakit Tropik Infeksi; Perkembangan

Terkini Dalam Pengelolaan. Beberapa Penyakit Tropik Infeksi. Penerbit Airlangga University Press. Surabaya. 2002.

10. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Update Management of Infectious Disease and Gastrointestinal Disoder: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM; 2012.

11. Garna H dan Heda MD. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi Ke-3. Penerbit Small & Smart Bandung. Bandung. 2005.

12. Rusepno Hasan. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Penerbit Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Penerbit Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-UI. Jakarta. 2005.

13. Soedarno SS, Garna H, Hadinegoro SR. Buku Ajar Infeksi & Penyakit Tropis. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2002.

41