Praktikum Rosella

21
PRAKTIKUM MASERASI DAN PERKOLASI I. PENDAHULUAN Kekayaan alam Indonesia sangat melimpah, salah satunya adalah tanaman zaman nenek moyang kita sudah mengenal dengan baik pengobatan tradisional da bahan alam tersebut, menurut ramuan – ramuan yang telah diwariskan yang telah khasiatnya dan dipergunakan secara turun temurun. Pada era sekarang pengolahan obat tradisional sangatlah modern, tetap menjaga mutu dan kualitas yang telah ada. Maka dari itu, kita perlu t caranya membuat bahan obat dari alam agar dapat diolah dan dikonsumsi untuk m masalah kesehatan yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi kita. Untuk mendapatkan zat berkhasiat dari tumbuhan tersebut , kita dapat dengan metode ekstraksi. Pada praktikum ini, kita akan mempelajari bersama – sama tentang cara ekstras dan perkolasi dan juga percobaanuntuk mengetahuipemisahan komponen zat berkhasiatnya dengan metode Kromatografi Lapis Tipis ( KLT ). II. TUJUAN PERCOBAAN - Mahasiswa dapat mengetahui cara – cara dan prinsip maserasi dan soxletasi yang benar. - Mahasiswa mengetahui dan memahami cara pemisahankomponen bahan aktif tumbuhan obat dengan metode Kromatografi Lapis Tipis. 1

Transcript of Praktikum Rosella

PRAKTIKUM MASERASI DAN PERKOLASI

I.

PENDAHULUAN Kekayaan alam Indonesia sangat melimpah, salah satunya adalah tanaman obat. Dari zaman nenek moyang kita sudah mengenal dengan baik pengobatan tradisional dari olahan bahan alam tersebut, menurut ramuan ramuan yang telah diwariskan yang telah terbukti khasiatnya dan dipergunakan secara turun temurun. Pada era sekarang pengolahan obat tradisional sangatlah modern, tetapi tetap harus menjaga mutu dan kualitas yang telah ada. Maka dari itu, kita perlu tahu bagaimana caranya membuat bahan obat dari alam agar dapat diolah dan dikonsumsi untuk mengatasi masalah kesehatan yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi kita. Untuk mendapatkan zat berkhasiat dari tumbuhan tersebut , kita dapat melakukannya dengan metode ekstraksi. Pada praktikum ini, kita akan mempelajari bersama sama tentang cara ekstrasi maserasi dan perkolasi dan juga percobaan untuk mengetahui pemisahan komponen zat berkhasiatnya dengan metode Kromatografi Lapis Tipis ( KLT ).

II.

TUJUAN PERCOBAAN

-

Mahasiswa dapat mengetahui cara cara dan prinsip maserasi dan soxletasi yang benar.

-

Mahasiswa mengetahui dan memahami cara pemisahan komponen bahan aktif tumbuhan obat dengan metode Kromatografi Lapis Tipis.

1

III.

Materi Percobaan

1. Percobaan Ekstraksi Maserasi ( TINCTURA ROSELLA )

-

Labu Erlenmeyer 250 ml Gelas ukur 100 ml Cawan porselen Batang pengaduk Aluminium foil Kertas saring Etanol 70 % Serbuk Rosella

Prosedur kerja :1. Perlu diperhatikan, untuk simplisia yang masih dalam keadaan utuh harus

diperkecil dan diayak dengan ayakan yang benar untuk mendapatkan derajat halus simplisia yang tepat.2

2. Kecuali dinyatakan lain, lakukan sebagai berikut :

Masukkan 20 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok ke dalam Erlenmeyer/toples, tuangi dengan 75 bagian cairan penyari, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil saring, di aduk, serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian.3. Pindahkan ke dalam bejana tertutup, biarkan di tempat sejuk terlindung dari cahaya,

selama 2 hari, endap, tuangkan dan saring.

2. Percobaan Ekstraksi - Soxletasi1. Alat Soxletasi, terdiri dari :

o Pendingino

Heating Mantel

o Pipa samping o Pipa Sifon o Labu alas bulat 2. Erlenmeyer 250 ml 3. Aluminium foil 4. Kertas saring3

5. Etanol 70 %

Prosedur kerja :

1. Siapkan alat soxlet 2. Haluskan simplisia, kalau diperlukan. 3. Timbang bahan 4. Masukkan sampel ke dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa ( tinggi sampel tidak boleh lebih dari pipa sifon ). 5. Labu alas bulat diisi dengan cairan penyari yang sesuai ( pelarut sebanyak 2 sirkulasi ) 6. Tempatkan di atas heating mantel dan diklem dengan kuat. 7. Klonsong yang telah diisi sampel dipasang pada labu alas bulat. 8. Tambahkan cairan penyari untuk membasahi sampel. 9. Ekstraksilah selama minimal 3 jam dengan interval sirkulasi kira kira 15 menit. 10. Simpan hasil dalam bejana tertutup, terlindungi dari cahaya.

3. Percobaan Kromatografi Lapis Tipis

4

1. Lempeng KLT 2. Chamber KLT 3. Pipet kapiler 4. Pelarut Eluen ( kloroform, methanol, etil asetat ) 5. Sampel 6. Arloji glass

Bahan yang disiapkan : Eluen 1, terdiri dari : Metanol Kloroform Etil asetat 1 95 4

Eluen 2, terdiri dari : Kloroform Etil asetat 95 5

Tinctura Rosella dari hasil maserasi dan soxletasi

Prosedur kerja : 1. Larutkan sampel dengan pelarut yang sesuai.5

2. Siapkan 2 buah eluen, masukkan ke dalam Chamber. 3. Jenuhkan Chamber KLT dengan melapisi kertas saring dalam Chamber. 4. Taruh sedikit sampel di arloji glass, tunggu beberapa saat sambil di angin anginkan agar kita mendapat sampel yang pekat. 5. Totolkan larutan sampel ke lempeng KLT 6. Masukkan lempeng KLT ke dalam chamber KLT. 7. Biarkan larutan pengembang naik sampai batas tepi atas. 8. Hitung nilai RF nya. IV. HASIL PERCOBAAN

Dengan Sinar Biasa NO Keterangan Maserasi 1 Encer (Komponen Pelarut) Maserasi 2 Pekat (Komponen Zat Aktif) Maserasi 3 Encer (Komponen Pelarut) Maserasi Pekat6

Dengan Sinar UV 366 nm (Tanpa Pereaksi) Eluen I Eluen II

(Tanpa Pereaksi) Eluen I Eluen II

Merah

Merah

Merah

Merah

Merah

Merah

Merah

Merah

Merah

Merah

Merah

Merah

4

Merah

Merah

Merah

Merah

(Komponen Zat Aktif)

ELUEN 1.

R1 = 1,3/5 = 0,26

R2 = 1,7/5 = 0,34

R3 = 2,9/5 = 0,58

R4 = 3,2/5 = 0,647

ELUEN 2

R1 = 1,2/5 = 0,24

R2 = 1,6/5 = 0,32

R3 = 2,8/5 = 0,56

R4 = 3,1/5 = 0,62

V.

PEMBAHASAN8

Ekstraksi merupakan suatu proses penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang sesuai.

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Pelarut atau campuran pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi disebut MENSTRUM, sedangkan ampasnya disebut MARC. Hasil dari ekstraksi itu sendiri disebut dengan EKSTRAK.

Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel.

PRINSIP EKSTRAKSI

1. MASERASI

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di

9

dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.

Metode maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Dalam prosesnya, dilakukan pengocokan yang berulang ulang lamanya berkisar 2 14 hari. Hal ini dilakukan karena pengocokan memungkinkan pelarut segar mengalir berulang ulang masuk keseluruh permukaan obat yang sudah halus.

Hasil maserasi yang berupa ekstrak dapat dipisahkan dari ampasnya dengan cara menyaring, ampas kemudian dibilas dengan menstrum melalui saringan ke dalam seluruh ekstrak ke dalam wadahnya.

Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komonen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin.

Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.10

Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut : Modifikasi maserasi melingkar Modifikasi maserasi digesti Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat Modifikasi remaserasi Modifikasi dengan mesin pengaduk

2. SOXLETASI

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan. Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekulmolekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon

11

Keuntungan metode ini adalah : o Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung. o Digunakan pelarut yang lebih sedikito

Pemanasannya dapat diatur.

Kerugian dari metode ini : Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.

Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.

Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif.

dibutuhkan suhu ekstraksi beberapa jam pada umumnya. Sehingga kebutuhan eneginya tinggi ( listrik ). Ekstrak juga dipanaskan dalam bagian tengah alat yang12

langsung berhubungan dengan labu dari bahna yang diuapkan. Pemanasan yang bergantung dari lama ekstraksi dapat bekerja negatif pada tumbuhan yang peka terhadap suhu ( glikosida, alkaloida ).

Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksan :diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah.

Prinsip Kromatografi Lapis Tipis Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi, yang ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen), komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya, hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan.

13

Fase diam dapat berupa padatan,

atau kombinasi cairan padatan ), dalam

pelaksanaannya menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Fase diam untuk KLT juga mengandung substansi yang dapat berpendaflour dalam sinar UV.

Bahan adsorben sebagai fase diam dapat digunakan silika gel, alumina dan serbuk selulosa. Partikel silika gel mengandung gugu hidroksil pada permukaanya yang akan membentuk ikatan hidrogen dengan molekul polar air. Persyaratan adsorben : Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar mungkin (kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil). Selektif Memiliki tekanan uap yang rendah Tidak korosif Mempunyai viskositas yang rendah Stabil secara termis Murah

Fase gerak berupa cairan atau gas. Fase gerak mengalir melalui fase diam dan14

membawa komponen komponen yang terdapat dalam campuran. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.

Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak.

Jenis interaksi yg terjadi pd pemisahan dg KLT adalah adsorpsi, yaitu proses pemisahan bahan dari suatu campuran dengan cara pengikatan bahan tersebut pada seluruh bagian adsorben cair yang diikuti dengan pelarutan. Dlm adsorpsi fd berupa padatan

FG berupa cairan pelarut atau campuran pelarut yg membawa komponen-2 mll fd. Komponen-2 akan terdistribusi diantara 2 fase dan pemisahan nya tgt pd Kd komponen atau afinitasnya . Komponen-2 yg teradsorpsi lebih kuat dlm fase diam tidak akan bergerak jauh dibandingkan dg komponen-2 yg teradsorpsi lebih lemah Silika gel sbg adsorben dlm bentuk aktifnya digunakan untuk memisahkan senyawa yg tidak larut air Dalam bentuk tidak aktifnya dpt digunakan untuk pemisahan senyawa yg larut air melalui partisi.

Sebuah garis menggunakan pinsil digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu.15

Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak berada. Menutup gelas kimia untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut. Lihat gambar di bawah ini

Perhitungan nilai Rf

16

Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut: Sebagai contoh, jika komponen berwarna merah bergerak dari 1.7 cm dari garis awal, sementara pelarut berjarak 5.0 cm, sehingga nilai Rf untuk komponen berwarna merah menjadi:

Analisis Sampel yang Tidak Berwarna

1.Menggunakan pendarflour

Fase diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi yang ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinar ultraviolet (UV).

Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada kromatogram berada, meskipun bercak-bercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat dengan mata. Ketika sinar UV diberikan pada lempengan, akan timbul pendaran dari posisi yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai bidang kecil yang gelap.

17

2. Penunjukkan bercak secara kimia Dalam beberapa kasus, dimungkinkan untuk membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan mereaksikannya dengan zat kimia sehingga menghasilkan produk yang berwarna. Sebuah contoh yang baik adalah kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam amino. Kromatogram dapat dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam amino menghasilkan senyawa-senyawa berwarna, umumnya coklat atau ungu. Dalam metode lain, kromatogram dikeringkan kembali dan kemudian ditempatkan pada wadah bertutup (seperti gelas kimia dengan tutupan gelas arloji) bersama dengan kristal iodium. Uap iodium dalam wadah dapat berekasi dengan bercak pada kromatogram, atau dapat dilekatkan lebih dekat pada bercak daripada lempengan. Substansi yang dianalisis tampak sebagai bercak-bercak kecoklatan.

Prinsip Penampakan Noda

a. Pada UV 254 nm18

Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi.

b. Pada UV 366 nm

Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.

19

20

VI.

KESIMPULAN Tanaman obat, sebelum dikonsumsi membutuhkan proses pengolahan yang tepat agar kita dapat menikmati hasilnya dengan aman dan membantu dalam menjaga kesehatan kita. Untuk mendapatkan ekstrak dari zat berkhasiat tanaman obat dapat kita lakukan dengan berbagai cara, diantaranya : maserasi, soqletasi dan kromatografi lapis tipis.

VII.

DAFTAR PUSTAKA-

Bahan ajar dari dosen Suprihatin, S.SI.,Apt Farmakope Indonesia Edisi IV, http://wiro-pharmacy.blogspot.com/2009/02/kuliah-ekstraksi.html Penuntun praktikum Farmakognosi, Akademi Farmasi Saraswati Denpasar, 2010/2011

21