PERKEMBANGAN GEOPARK RINJANI MENUJU GGN Oleh :...
Transcript of PERKEMBANGAN GEOPARK RINJANI MENUJU GGN Oleh :...
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
PERKEMBANGAN GEOPARK RINJANI MENUJU GGN
Oleh :
Heryadi RACHMAT*)
*) Badan Geologi-Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral
ABSTRACT
As result of earth’s dynamic plate motion, for hundred millians of year, geological
resources known as geodiversity in minerals, rocks, fossils, structure, and natural
landscape. These can be develop further into tourism alternative known as geopark. The
development of geopark is initialized by literature study, field research including
geodiversity and geoheritage inventory, processing the acquired field data, evaluation,
and revision. The research is later presented in documents (Dosier) following the format
issued by Geopark Global Network (GGN)-UNESCO. As conclusion, Rinjani Geopark has
the potency in geodiversity, biodiversity, and cultural diversity which has fulfilled all the
required aspect needed to be promoted to GGN.
Keywords: Geodiversity, geoheritage, Geopark Rinjani, GGN-UNESCO
288
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
ABSTRAK
Akibat dinamika pergerakan kulit bumi selama ratusan juta tahun, telah dihasilkan
sumber daya geologi berupa geodiversity dalam bentuk mineral, batuan, fosil, struktur,
dan bentang alam yang dapat dikembangkan menjadi wisata alternatif dikenal dengan
iostilah ‘geopark’. Metoda yang digunakan untuk pengembangan geopark diawali
dengan studi literatur, penelitian lapangan berupa inventarisasi geodiversity dan
geoheritage, pengolahan data lapangan, evaluasi dan revisi. Hasil penelitian disajikan
dalam bentuk dokumen (Dosier) sesuai format yang dibuat oleh Geopark Global Network
(GGN)-UNESCO. Kesimpulan, Geopark Rinjani memiliki potensi geodiversity, biodiversity,
dan cultural diversity yang potensial dan memenuhi syarat untuk diajukan ke GG>
Kata kunci: Geodiversity, geoheritage, Geopark Rinjani, GGN-UNESCO
PENDAHULUAN
Lokasi Kawasan Geopark Rinjani
meliputi empat Kabupaten dan satu
kota, yaitu Kabupaten Lombok Utara,
Lombok Timur, Lombok Tengah,
Lombok Barat, dan Kota Mataram.
Batasan kawasan Geopark Rinjani dapat
dilihat pada gambar 1.
Latar belakang dikembangkannya
geopark di Indonesia, didasari bahwa
Indonesia terletak pada pertemuan tiga
lempeng besar yang saling
bertumbukan, sehingga dalam kurun
waktu ratusan juta tahun telah
terbentuk berbagai keragaman geologi
(geodiversity) dan warisan geologi
(geoheritage) yang dapat
dikembangkan menjadi bagian dari
kegiatan pariwisata sesuai Kepres
Nomor 16 Tahun 2005 tentang
Kebijakan Pembangunan Kebudayaan
dan Pariwisata. Atas dasar hal tersebut
di atas, maka beberapa pemerhati
geowisata yang terdiri dari anggota
Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
sepakat untuk pertama kali
mengusulkan salah satu geoheritage
Indonesia yaitu Kawasan Rinjani karena
memiliki kriteria yang disyaratkan untuk
diajukan ke Geopark Global Network
(GGN) UNESCO.
Maksud dan tujuan utama
dilakukannya pengembangan geopark
di Indonesia, karena memiliki prinsip
dasar yang di nilai cukup baik, yaitu
melakukan upaya konservasi, edukasi,
dan peningkatan ekonomi masyarakat
lokal yang berkelanjutan.
Manfaat dari pengembangan suatu
kawasan menjadi geopark terutama
menyangkut tiga hal, yaitu konservasi,
edukasi, dan peningkatan ekonomi
masyarakat lokal. Menyangkut
konservasi diantaranya, situs-situs
289
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
geologi (gua, kars, air terjun, mineral,
batuan, dan bentang alam geologi)
merupakan bagian dari geodiversity
yang memiliki sifat tidak terbarukan
(unrenewable), sehingga diperlukan
upaya konservasi geologi
(geoconservation). Kaitan dengan
edukasi, yaitu dengan memberi makna
pada setiap situs geologi berupa papan
informasi (sign board), maka
masyarakat maupun wisatawan akan
menjadi paham tentang bagaimana
terbentuk dan manfaat situs tersebut,
sehingga dinilai penting untuk
dilestarikan. Ekonomi masyarakat lokal
akan meningkat melalui pengembangan
geopark atau pengelolaan kawasan
dengan memadukan dan
memanfaatkan potensi potensi sumber
daya alam dan budaya berupa
geodiversity/ geoheritage, keragaman
biologi (biodiversity), dan keragaman
budaya (cultural diversity), maka akan
muncul ekonomi kreatif berupa
pembuatan cindera mata, transfortasi,
akomodasi, kesenian dan atraksi, dll.
Unsur penting lainnya yang harus ada
adalah kelembagaan yang dibentuk
melaui proses demokratis, transfarant
dan representative, utamanya adalah
dengan melakukan pemberdayaan
masyarakat setempat.
Geopark Rinjani-Lombok
Nama Geopark untuk Kawasan
Rinjani Pertama kali diusulkan ke GGN-
UNESCO, adalah Geopark Gunung
Rinjani atas usulan para pemerhati
geowisata Indonesia pada pertemuan
tahun 2007 di Badan Geologi Bandung.
Selanjutnya dilakukan survei mengenai
geodiversity dan geoheritage ke Gunung
Rinjani dan sekitarnya, kemudian bulan
Oktober 2008 diadakan Seminar
Geopark Nasional pertama di Indonesia
yang diselenggarakan oleh IAGI Pengda
Nusa Tenggara, bertempat di Mataram
Lombok dan dihasilkan suatu
kesimpulan dan rekomendasi.
Tahap berikutnya pada Agustus 2010
diadakan Seminar geopark Nasional
kedua yang diselenggarakan oleh Puslit
Geoteknologi LIPI bertempat di Hotel
Jayakarta Bandung, juga dihasilkan
sebuah rekomendasi. Selanjutnya pada
pertemuan di Kementrerian Parekraf
yang dihadiri oleh Pemda NTB, Badan
Geologi, dan Kementerian Parekraf
disepakati bahwa Geopark Rinjani
wilayahnya diperluas dan diganti
namanya menjadi Geopark Lombok,
tetapi setelah kunjungan tiga orang Tim
Asesor dari GGN-UNESCO pada 17–19
November 2012 yang dipimpin oleh Guy
Martini, merekomendasikan bahwa
kawasan geopark di Pulau Lombok
luasnya agar diperkecil dengan pusat,
kawasan Gunung Rinjani dan di bagian
selatan batasnya jalan raya yang
menghubungkan Kota Ampenan (barat)
sampai Selong di Lombok Timur. Untuk
nama geoparknya diusulkan kembali
menjadi “Geopark Rinjani-Lombok”.
290
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Perkembangan berikutnya kemudian
dilakukan penyusunan dokumen atau
Dossier Aspiring Geopark Rinjani-
Lombok yang dilaksanakan di Bandung
dan di Lombok pada bulan Juni dan Juli
2013 yang pesertanya berasal dari Nusa
Tenggara Barat dengan berbagai
keahlian sebanyak sepuluh orang dan
difasilitasi oleh Badan Geologi. Tahap
selanjutnya dosier tersebut diperifikasi
melalui Workshop yang
diselenggarakan di Lombok pada Julli
2013.
TINJAUAN PUSTAKA
Geologi Regional
Bentang alam Pulau Lombok dicirikan
oleh morfologi gunung api Kuarter-
Resen yang menempati bagian utara
pulau ini, morfologi dataran terdapat di
bagian tengah, memanjang dengan arah
barat-timur dan merupakan cekungan
sedimentasi, dan morfologi perbukitan
bergelombang yang terbentuk oleh
Formasi batuan Tersier.
Secara umum geologi Pulau Lombok
dapat dibagi atas tiga bagian yaitu
bagian utara, tengah dan bagian selatan.
Bagian utara dan tengah ditempati oleh
batuan gungapi hasil kegiatan Gunung
api Rinjani yang berumur Plio-Plistosen
sampai resen.
Bagian utara terdiri komplek gunung api
dengan kerucut Gunung Rinjani sebagai
puncaknya menjulang setinggi 3736 m
diatas permukaan air laut (dpl) dan
merupakan gungapi aktif. Pada lereng
timurnya terbentuk sebuah kaldera
yang berisi air dan dikenal dengan
Danau segara Anak, dimana di bagian
tengahnya tumbuh kerucut gunung api
muda yaitu Gunung Rombongan dan
Gunung Barujari.
Bagian tengah merupakan dataran
rendah sebagai cekungan sedimen terisi
oleh endapan piroklastik hasil kegiatan
kompleks gunung api Kuarter dan G.
Rinjani serta preses ikutan setelah
terbentuknya endapan tersebut. Bagian
Selatan dibangun oleh satuan gunung
api Tersier (Formasi Andesit Tua) dan
seri gungapi bawah laut, dimana pada
bagian atasnya ditutupi oleh
batugamping terumbu dengan sisipan
batugamping kalkarenit dan napal yang
umumnya berumur Oligosen sampai
awal Miosen awal (Sudiyono,1997).
Satuan batuan ini disebut sebagai
Formasi Pengulung (Andi Mangga, 1997)
yang sebelumnya dikenal dengan nama
‘Old Andesite Formation” (Van
Bemmelen, 1949). Formasi Pengulung
menjemari dengan batuan sedimen laut
dalam Formasi Kawangan berupa
batupasir kuarsa dan batulempung
bersisipan batugamping kristalin. Kedua
formasi tersebut diatas tertindih tak
selaras oleh batuan gunung api berupa
lava dan breksi yang mengandung
peperit, serta retas dan ‘ feeder dyke”
berkomposisi andesit basalan. Batuan
gunung api dan terobosan ini diduga
291
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
berumur akhir Miosen Tengah atau awal
miosen Akhir (Gambar 2).
Neumann van Padang (1951)
menyebut gunung api ini sebagai
Pegunungan Rinjani majemuk, yang
sebagian besar merupakan bentukan
gunung api muda. Kerucut Rinjani yang
paling terjal dan paling tinggi di
kompleks tersebut mempunyai kawah
dengan beberapa hembusan fumarola.
Kawahnya berukuran 650 x 860 m, pada
ketinggian antara 3.414 m-3.726;
sedang dasar kawah yang berada di
ketinggian 3.275 m mempunyai ukuran
200 x 300 m. Secara umum, puncak
Rinjani yang berada di ketinggian 3.726
m dml merupakan titik tertinggi dari
pinggir kawah atau Kaldera Segara Anak.
Gunung Barujari merupakan kerucut
muda yang tumbuh di sebelah timur
kaldera. Kerucut ini juga mempunyai
kawah berukuran 170 x 120 m, pada
ketinggian 2.296 m-2.376 m dml. Di
sebelah baratlaut G. Barujari tumbuh
kerucut lainnya, yaitu G. Rombongan
atau G. Mas.
Kaldera Segara Anak yang berukuran
(7 km x 6 km) mempunyai bangun
melonjong ke arah barat-timur. Lekuk
topografi asal-peletusan ini berada di
ketinggian 2.008 m dml. Dasar lekuk
kaldera diisi oleh air hujan, membentuk
danau berbangun bulan sabit seluas
11.000.000 m2 (Karoma, 1951). Jika
pada tahun 1925 danau mempunyai
kedalaman sekitar 250 m, maka pada
tahun-tahun sesudahnya menjadi 160
m-230 m. Pada tahun 1951 terjadi
pendangkalan, menjadi sekitar 200 m.
Luas danaupun menyusut menjadi
11.000 hektare. Keadaan itu disebabkan
oleh pengikisan di bagian puncak dan
masuknya material letusan tahun 1944.
Pelepasan air danau ke arah pantai di
sebelah utara timurlaut melalui Kokok
Putih. Di pantai tersebut dijumpai mata
air panas.
Sejarah peletusan yang membentuk
morfologi Gunung Rinjani sekarang
dimulai sekitar 1 juta tahun lalu, di mana
sebuah gunung api besar berketinggian
sekitar 5.000 m tumbuh di bagian utara
Pulau Lombok. Gunung api itu
dinamakan Rinjani Tua. Selanjutnya
terjadi erupsi awal, yang diikuti dengan
paroksisma yang terjadi sekitar 13 abad
yang lalu. Letusan besar itu
menghasilkan kaldera atau kawah
berukuran besar, yang dinamakan
Segara Anak. Jenjang kegunung apian
selanjutnya berupa pembentukan
kerucut Rinjani yang menempati
pinggiran kaldera bagian timur.
Fenomena itu diduga terjadi sekitar
1.000 tahun lalu. Selanjutnya Segara
Anak terisi air, membentuk danau. Pada
saat yang hampir bersamaan tumbuh
kerucut baru, yaitu G. Barujari, G.
Rombongan, dan G. Anak Barujari di
dalam kaldera (Gambar…).
Secara stratigrafi, Gunung Rinjani
dialasi oleh batuan sedimen klastik
Neogen (termasuk batugamping), dan
292
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
setempat oleh batuan gunung api Oligo-
Miosen. Gunung api Kuarter itu sendiri
sebagian besar menghasilkan
piroklastik, yang dibeberapa tempat
berselingan dengan lava. Litologi itu
merekam sebagian peletusan yang
diketahui dalam sejarah. Sejak tahun
1847 telah terjadi 7 kali peletusan,
dengan jangka istirahat terpendek 1
tahun dan terpanjang 37 tahun.
Lava 1944 yang dianalisis oleh
Suyatna (1969) bersusunan basal-
andesit dan basal. Sedang lava 1966
bersusunan basal (Hardjadinata, 1969).
Beberapa hasil analisis kimia yang
dikompilasi oleh Koesoemadinata
(1979) tertabulasi sebagai berikut.
Beberapa jenis lava yang dierupsikan
dari kerucut muda di kompleks Rinjani
antara tahun 1944-2004 dikompilasi
oleh H. Rachmat (1994 dan 2010)
sebagai berikut.
Seperti pada gunung api lainnya,
Koesoemadinata (1979) menyebutkan
bahwa aktivitas kegunung apian Rinjani
pasca pembentukan kaldera adalah
pembangunan kembali. Kegiatannya
berupa efusiva yang menghasilkan lava
dan eksplosiva yang membentuk
endapan bahan-lepas (piroklastik). Lava
umumnya berwarna hitam, dan ketika
meleler tampak seperti berbusa.
Peletusan pasca pembentukan kaldera
relatif lemah, dan lava yang dikeluarkan
oleh kerucut G. Barujari dan G.
Rombongan relatif lebih basa dibanding
lava gunung api lainnya di Indonesia.
Kemungkinan terjadinya awan panas
ketika letusan memuncak sangat kecil.
Bahan letusan umumnya diendapkan di
bagian dalam kaldera saja.
Aliran lava, lahar letusan, lahar hujan,
dan awan panas guguran berpeluang
mengarah ke Kokok Putih hingga
Batusantek. Awan panas guguran dapat
terjadi di sepanjang leleran lava baru
yang masih bergerak, meskipun
kemungkinannya kecil.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dibahas
dalam laporan ini, dibatasi hanya untuk
kajian geodiversity. Kajian lainnya
berupa biodiversity dan cultural
diversity pada makalah ini tidak dibahas.
Secara garis besar metode penelitian
yang dilakukan dapat dibagi dalam
beberapa tahap, yaitu: studi pustaka,
penelitian lapangan,
pengolahan/verifikasi data, serta
penyusunan laporan dan karya tulis.
Studi pustaka dilakukan sebelum
penelitian lapangan untuk mengetahui
kondisi geologi daerah yang akan
diteliti, untuk membantu agar
penelitian bisa lebih sistematis dan
terarah.
Dalam penelitian lapangan
ditekankan pada situs-situs geologi yang
293
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
memiliki keistimewaan berupa mineral,
batuan, struktur, fosil, maupun bentang
alam, baik yang diperoleh berdasarkan
hasil studi pustaka maupun hasil
penemuan baru saat dilakukan
penelitian. Hasil penelitian lapangan
dibuat dalam tabel dengan format yang
mencakup unsur-unsur lokasi
(koordinat), jenis situs geologi,
keterangan masing-masing situs,
rekaman setiap situs geologi berupa
foto atau video.
Pengolahan data geodiversity hasil
penelitian lapangan dan laboratorium
dilakukan di studio, Tahap selanjutnya
hasil kajian geodiversity, biodiversity,
dan cultural diversity diolah dengan
mengikuti pedoman penyusunan
dokumen (dossier) geopark yang
diterbitkan oleh GGN UNESCO untuk
diajukan secara bertahap mulai dari
tingkat nasional sampai internasional.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Tim Geopark Badan Geologi dan
Pemerintah Daerah Nusa Tenggara
Barat, berupa dokumen (dosier)
Geopark Rinjani Lombok sesuai dengan
pedoman Geopark Global Network
(GGN) UNESCO. Disamping itu telah
dibuat pula tiga lampiran sebagai
referensi yang terdiri atas Buku I
(Referensi Geodiversity Geopark Rinjani
Lombok), Buku II (Referensi Biodiversity
Geopark Rinjani Lombok), dan Buku III
(Referensi Cultural Diversity Geopark
Rinjani lombok.
Disamping telah berhasil menyusun
dokumen (dosier) berikut lampiran
referensinya, juga telah berhasil
dibentuk kelembagaan secara
demokratis yang akan mengelola
Geopark Rinjani Lombok. Pengurus dari
kelembagaan, terdiri dari berbagai
unsur masyarakat dan pemangku
kepentingan yang diikuti oleh empat
kabupaten dan satu kota (Lombok
Tengah, Lombok Barat, Lombok Timur,
Lombok Utara , dan Kota Mataram).
Khusus untuk situs- situs yang
terdapat di kawasan Geopark Rinjani
Lombok yang telah teridentifikasi
adalah untuk situs geologi berjumlah 48
dan situs non geologi berjumlah 24 yang
tersebar di bagian barat, utara, tengah,
timur, dan selatan.
Situs geologi yang dijumpai berupa
pantai gunung api, pulau, air terjun,
kaldera, kerucut gunung api, danau
kaldera, aliran lava, gua, mata air panas,
ignimbrit, dan lahan bekas tambang.
Untuk situs non geologi antara lain
terdiri dari situs keragaman flora dan
fauna, serta situs budaya.
Untuk melindungi situs-situs
tersebut, khususnya untuk keragaman
geologi perlu dilakukan upaya
geokonservasi, dengan memberikan
pemahaman pentingnya situs-situs
tersebut di konservasi, melalui
pembuatan papan-papan informasi
(sign board).
294
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Disamping dipasang papan-papan
informasi, sebelumnya harus dilakukan
deliniasi pada situs-situs yang dinilai
mempunyai nilai tinggi dilihat dari
sejarah pembentukan bumi.
Mengingat Geopark Rinjani Lombok
ini terletak di empat kabupaten dan satu
kota, maka hal penting yang harus
segera dilakukan adalah melakukan
koordinasi antar provinsi, kabupaten,
dan kota untuk bersama-sama mebuat
komitmen untuk membangun Geopark
Rinjani Lombok secara bersama-sama
dan berkelanjutan.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, Geopark
Rinjani Lombok memiliki potensi berupa
geodiversity, biodiversity, dan cultural
diversity yang memenuhi persyaratan
sesuai pedoman penyusunan dokumen
(dosier) oleh GGN UNESCO. Disamping
itu Gunung Rinjani telah memiliki
kelembagaan yang telah memperoleh
penghargaan dunia berupa World
Legacy Award dan Tourism for
Tomorrow. Sehingga dengan adanya
upaya dan kerjasama dari Pemerintah
Daerah Nusa Tenggara Barat, maka
Geopark Rijani telah ditetapkan sebagai
Geopark Nasional dan sekarang sedang
diupayakan untuk diusulkan agar bisa
masuk menjadi anggota dari GGN
UNESCO.
DAFTAR PUSTAKA
Frank Lavigne., et al., Source of the great
A.D. 1257 mystery
eruption unvieled,
Samalas volcano, Rinjani
Volcanic Complex,
Indonesia.
Kusumadinata, K., R. Hadian, S. Hamidi
& L.D. Reksowirogo,
1979, Data dasar
gunungapi Indonesia, Dir.
Vulkanologi, Dirjen
Pertambangan Umum,
Dep. Pertambangan &
Energi, Bandung.
Mangga, S.A., Atmawinata, S.,
Hermanto, B., and Amin,
T.C., 1994, Geological
Map of Lombok Sheet,
West Nusa tenggara:
Geological Research
Center (in Indonesian
with English Summary).
Nasution, A., Akira Takada.,Rosgandika
Mulyana., 2004, The
volcanic activity of
Rinjani, Lombok Island,
Indonesia During the last
ten thousend years,
viewd from 14C age
datings
Rachmat, H., 1992, Pengamatan
Komplek Gunungapi
Rinjani, Kabupaten
Lombok Timur. Penerbit:
295
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Kanwil DPE Propinsi Nusa
Tenggara Barat.
...................., 1994, Informasi Hasil
Letusan Gunungapi
Barujari 4-12 Juni 1994,
Penerbit Kanwil DPE
Propinsi Nusa Tenggara
Barat.
...................., 2000, Pengawasan Daerah
Rawan Bahaya
Gunungapi Rinjani di
Kabupaten Lombok
Timur Propinsi Nusa
Tenggara Barat, Penerbit
Kanwil DPE Propinsi
NusaTenggara Barat.
....................., 2001, Strategi
Pengembangan
Geowisata Gunung
Rinjani dan Sekitarnya,
Tesis Program Magister
Manajemen, Fakultas
Ekonomi, Universitas
Mataram, tidak
diterbitkan.
Rachmat, H. & Mujitahid, 2003,
Gunungapi Nusa
Tenggara Barat, Publikasi
Khusus IAGI, No. 01,
Oktober 2003, ISSN:
1410–7120.
---------------, B. Brahmantyo & I.
Sutawidjaja, 2007,
Gunung Rinjani menjadi
geopark pertama di
Indonesia, tulisan lepas,
tidak diterbitkan.
--------------- & B. Brahmantyo, 2008,
Gunung Rinjani sebagai
peraih World Legacy
Award dan Tourism for
Tomorrow Awards modal
untuk menjadi geopark
Indonesia, tulisan lepas,
tidak diterbitkan.
Rimbaman, 2001, Geowisata Pulau
Lombok NTB, Pusat
Penelitian dan
Pengembangan Geologi,
Bandung, tidak
diterbitkan.
van Padang, Neumann, 1951, Catalogue
of the active volcanoes of
the world including
solfatara fields, v. 1,
Indonesia, 17-18.
Zollinger, H., 1849, Reis over de eilanden
Bali en Lombok, Bataav.
Genoot.Kusten &
Wetensch., Ver., v.22, 9
296
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Gambar 1. Peta Deliniasi Geopark Rinjani-Lombok dan Penyebaran situs
Geologi dan Non Geologi.
Gambar2. Geopark Rinjani-Lombok
297