Perkembangan Bahasa Remaja

28
BAB I PENDAHULUAN Bahasa merupakan indikator kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. Remaja bersamaan dengan kehidupannya dalam masyarakat luas mengikuti proses pendidikan di sekolah. Proses pendidikan di sekolah bukan hanya memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata, namun juga secara berencana merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk didalamya perilaku berbahasa yang terarah sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Pengaruh pergaulan remaja dalam masyarakat sekitar (teman sebaya) cukup menonjol terhadap pembentukan kepribadian remaja. Proses pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan dengan teman sebaya akan memberi ciri khusus dalam perilaku berbahasa, sehingga bahasa remaja menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya. Pada kelompok berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok tertentu yang bentuknya amat khusus sehingga menjadi fenomena dalam perkembangan bahasa remaja. Perkembangan bahasa remaja adalah tema pada makalah ini, dalam makalah akan dibahas mengenai apa itu perkembangan bahasa remaja, faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan bahasa remaja, karakteristik 1

description

PERKEMBANGAN BAHASA REMAJA

Transcript of Perkembangan Bahasa Remaja

Page 1: Perkembangan Bahasa Remaja

BAB I

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan indikator kemampuan intelektual, serta

kematangan emosional dan sosial. Remaja bersamaan dengan

kehidupannya dalam masyarakat luas mengikuti proses

pendidikan di sekolah. Proses pendidikan di sekolah bukan hanya

memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan

semata, namun juga secara berencana merekayasa

perkembangan sistem budaya, termasuk didalamya perilaku

berbahasa yang terarah sesuai dengan kaidah-kaidah yang

benar.

Pengaruh pergaulan remaja dalam masyarakat sekitar

(teman sebaya) cukup menonjol terhadap pembentukan

kepribadian remaja. Proses pembentukan kepribadian yang

dihasilkan dari pergaulan dengan teman sebaya akan memberi

ciri khusus dalam perilaku berbahasa, sehingga bahasa remaja

menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang

di dalam kelompok sebaya. Pada kelompok berkembang bahasa

sandi, bahasa kelompok tertentu yang bentuknya amat khusus

sehingga menjadi fenomena dalam perkembangan bahasa

remaja. Perkembangan bahasa remaja adalah tema pada

makalah ini, dalam makalah akan dibahas mengenai apa itu

perkembangan bahasa remaja, faktor – faktor apa saja yang

mempengaruhi perkembangan bahasa remaja, karakteristik

perkembangan bahasa remaja, dan rancangan intervensi

bimbingan dan konseling.

1

Page 2: Perkembangan Bahasa Remaja

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Bahasa Remaja

Perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada

rentang kehidupan. Perubahan dapat terjadi secara kuantitatif,

misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh dan kualitatif,

misalnya perubahan cara  berpikir secara konkret menjadi

abstrak. Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh

seorang dalam pergaulan atau hubungannya dengan orang lain. 

Kebutuhan berbahasa dimulai sejak individu memerlukan

berkomunikasi dengan orang lain. Sejak dimasa bayi, individu

mulai berkomunikasi dengan orang lain (khususnya orang tua)

sejak itu pula bahasa  diperlukan. Sejalan dengan perkembangan

hubungan sosial, perkembangan bahasa seorang dimulai dengan

meraban (suara atau bunyi tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa

atau suku kata, dua suku kata, menyusun kalimat sederhana dan

seterusnya melakukan sosialisasi dengan menggunakan bahasa

yang kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial.

Bahasa juga merupakan kemampuan berkomunikasi

dengan orang lain. Pengertian kemampuan berkomunikasi

adalah cara untuk berkomunikasi melalui pikiran dan perasaan

yang dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk

mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti dengan

menggunakan : lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan, dan

mimik muka. Bahasa merupakan faktor hakiki yang

membedakan manusia dengan hewan. Bahasa sangat erat

kaitannya dengan perkembangan kognitif individu.

Perkembangan kognitif individu tampak dalam perkembangan

2

Page 3: Perkembangan Bahasa Remaja

bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun

pendapat, dan menarik kesimpulan.

Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

yang berarti to grow atau to grow maturity. Menurut Adams &

Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11

hingga 20 tahun. Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi

masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa

remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja

awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja

akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih

mendekati masa dewasa.

Remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa.

Pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi

perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan

psikoseksual, dan perubahan dalam hubungan dengan orangtua

dan cita-cita. Pembentukan cita-cita merupakan proses

pembentukan orientasi masa depan. Transisi perkembangan

pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-

kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa

sudah dicapai. Bagian dari masa kanak-kanak antara lain proses

pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus

bertambah. Bagian dari masa dewasa antara lain proses

kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan

kematangan kognitif yang ditandai dengan kemampuan berpikir

secara abstrak.

B. Tahapan Perkembangan Bahasa

Terdapat aspek lingustik dasar yang bersifat universal

dalam otak manusia yang memungkinkan untuk menguasai

bahasa tertentu. Menurut kaum empiris yang dipelopori para

3

Page 4: Perkembangan Bahasa Remaja

penganut aliran behavioristik kemampuan berbahasa merupakan

hasil belajar individu dalam interaksinya dengan lingkungan.

Penguasaan bahasa merupakan hasil dari perkembangan.

Menurut para penganut aliran behavioristik, penggunaan bahasa

merupakan asosiasi yang terbentuk melalui proses

pengkondisian klasik (classical conditioning), pengondisian

operan (operan conditioning), dan belajar sosial (sosial learning).

Secara umum, perkembangan keterampilan berbahasa

pada individu menurut Berk (1989) dapat dibagi ke dalam empat

komponen, yaitu:

1. Fonologi (phonology)

2. Semantik (semantic)

3. Tata bahasa (grammar)

4. Pragmatic (pragmatics)

Fonologi berkenaan dengan bagaimana individu

memahami dan menghasilkan bunyi bahasa. Apabila

mengunjungi daerah lain atau negara lain yang bahasanya tidak

dimengerti boleh jadi akan membuat kekaguman, keheranan,

atau kebingungan karena bahasa orang asli terdengar begitu

cepat dan sepertinya tidak putus-putus antara satu kata dengan

kata yang lain. Sebaliknya, orang asing yang sedang belajar

bahasa juga sangat mungkin mengalami hambatan karena tidak

familiar dengan bunyi kata-kata dan pola intonasinya.

Bagaimana seseorang memperoleh fasilitas kemampuan

memahami bunyi kata dan intonasi merupakan sejarah

perkembangan fonologi.

Semantik merujuk kepada makna kata atau cara yang

mendasari konsep-konsep yang diekspresikan dalam kata-kata

atau kombinasi kata. Selesai masa prasekolah, anak-anak

memperoleh sejumlah kata-kata baru dalam jumlah yang

4

Page 5: Perkembangan Bahasa Remaja

banyak. Penelitian intensif tentang perkembangan kosa kata

pada anak-anak diibaratkan oleh Berk (1989) kekuatan anak

untuk memahami ribuan pemetaan kata-kata ke dalam konsep-

konsep yang dimiliki sebelumnya meskipun belum tertabelkan

dalam dirinya dan kemudian menghubungkannya dengan

kesepakatan dalam bahasa masyarakatnya.

Grammar merujuk kepada penguasaan kosa kata dan

memodifikasikan cara-cara yang bermakna. Pengetahuan

grammar meliputi dua aspek utama (1) sintak (syntax), yaitu

aturan-aturan yang mengatur bagaimana kata-kata disusun ke

dalam kalimat yang dipahami; (2) morfologi (morphology), yaitu

aplikasi gramatikal yang meliputi jumlah, tenses, kasus, pribadi,

gender, kalimat aktif, kalimat pasif, dan berbagai makna lain

dalam bahasa.

Pragmatik merujuk kepada sisi komunikatif dari bahasa.

Berkenaan dengan bagaimana menggunakan bahasa dengan

baik ketika berkomunikasi dengan orang lain. Di dalamnya

meliputi bagaimana mengambil kesempatan yang tepat, mencari

dan menetapkan topik yang relevan, mengusahakan agar benar-

benar komunikatif, bagaimana menggunakan bahasa tubuh

(gesture), intonasi suara, dan menjaga konteks agar pesan-pesan

verbal yang disampaikan dapat dimaknai dengan tepat oleh

penerimanya. Pragmatik juga mencakup di dalamnya

pengetahuan sosiolinguistik, yaitu bagaimana suatu bahasa

harus diucapkan dalam suatu kelompok masyarakat tertentu.

Berkomunikasi dengan berhasil, membuat seseorang memahami

dan menerapkan cara-cara interaksi dan komunikasi yang dapat

diterima oleh masyarakat tertentu, seperti ucapan selamat

datang dan selamat tinggal serta cara mengucapkannya. Selain

itu, seseorang juga harus memperhatikan tata krama

5

Page 6: Perkembangan Bahasa Remaja

berkomunikasi berdasarkan hirarki umur atau status sosial yang

masih dijunjung tinggi dalam suatu masyarakat tertentu.

Dilihat dari perkembangan umur kronologis yang dikaitkan

dengan perkembangan kemampuan berbahasa individu, tahapan

perkembangan bahasa dapat dibedakan ke dalam tahap-tahap

sebagai berikut:

1. Tahap meraban (pralinguistik) pertama

Pada tahap meraban pertama, selama bulan-bulan awal

kehidupan, bayi-bayi menangis, mendekut, mendenguk,

menjerit, dan tertawa, seolah-olah menghasilkan tiap-tiap jenis

yang mungkin dibuat. Banyak pengamat menandai sebagai

tahap bayi menghasilkan segala bunyi ujaran yang dapat ditemui

dalam segala bahasa dunia dan menarik perhatian. Produksi-

produksi seorang bayi ditandai dengan cara meraban, tetapi

karakterisasi mungkin tidak benar berdasarkan fakta-fakta,

terutama dalam kasus konsonan-konsonan yang amat rumit.

Bagaimanapun juga, hal yang penting adalah suara-suara bayi

yang masih kecil secara linguistik tidaklah merupakan ucapan-

ucapan yang berdasarkan organisasi fonemik dan fonetik. Suara-

suara atau bunyi-bunyi tidaklah merupakan bunyi-bunyi ujaran,

tetapi barulah merupakan tanda-tanda akustik yang diturunkan

oleh bayi-bayi jika menggerakkan alat-alat bicaranya dalam

setiap susunan atau bentuk yang mungkin dibuat. Bayi bermain

dengan alat-alat suara, tetapi rabanan hendaknya jangan

digolongkan sebagai performansi linguistik.

2. Tahap meraban (pralinguistik) kedua

Tahap meraban kedua disebut juga tahap kata omong

kosong, tahap kata tanpa makna. Awal tahap maraban kedua

biasanya pada permulaan pertengahan kedua tahun pertama

kehidupan. Anak-anak tidak menghasilkan sesuatu kata yang

6

Page 7: Perkembangan Bahasa Remaja

dapat dikenal, tetapi berbuat seolah-olah mengatur ucapan-

ucapan sesuai dengan pola suku kata. Banyak kerikan yang

aneh-aneh serta dekutan-dekutan yang menyerupai vokal hilang

dari output para bayi, dan mulai menghasilkan urutan-urutan KV

(konsonan-vokal), dengan satu suku kata yang sering diulang

berkali-kali.

Pada suatu waktu bagian terakhir periode (sekitar akhir

tahun pertama kehidupan) muncullah “kata pertama”. Biasanya

kata tidak akan berbunyi lebih menyerupai kata orang dewasa

daripada sejumlah rabanan yang telah dihasilkan oleh bayi

selama tahap, tetapi akan dianggap sebagai kata pertama.

Misalnya seorang bayi (bayi keluarga Cairns) mengatakan [X]

dan menunjuk kepada tempat lilin, lampu, lampu senter, lampu

mobil, bahkan kepada tombol (lampu) di dinding. Orang tuanya

menerima [X] sebagai kata bukan karena berbunyi lebih

menyerupai kata daripada ucapan-ucapannya yang lain, tetapi

karena jelas bunyi mempunyai jodoh makna (dalam kasus ini

“cahaya; lampu), dan itulah sebenarnya apa yang disebut ujaran

dan bahasa itu.

3. Tahap holofrastik (tahap linguistic pertama)

Pada usia sekitar 1 tahun anak mulai mengucapkan kata-

kata. Satu kata yang diucapkan oleh anak-anak harus dipandang

sebagai satu kalimat penuh mencakup aspek intelektual maupun

emosional sebagai sebagai rasa untuk menyatakan mau tidaknya

terhadap sesuatu. Anak menyatakan “mobil” dapat berarti “saya

mau mobil-mobilan”, “saya mau ikut naik mobil bersama ayah”,

atau “saya mau minta diambilkan mobil mainan”.

Ucapan-ucapan satu kata pada periode holofrastik disebut

holofrase-holofrase, karena anak-anak menyatakan makna

keseluruhan frase atau kalimat dalam satu kata yang

7

Page 8: Perkembangan Bahasa Remaja

diucapkanya. Banyak sekali terdapat kedwimaknaan dalam

ujaran anak-anak selama tahap holofrastik dan juga berikutnya.

Perlu diamati benar-benar apa yang sedang dilakukan anak-

anak, barulah dapat menentukan apa yang dimaksudkan dengan

yang diucapkan

4. Ucapan-ucapan dua kata

Anak-anak memasuki tahap uacapan dua kata dengan

pertama sekali mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian

yang cepat. Misalnya, anak-anak yang mempergunakan

holofrase-holofrase “kucing” dan “papa” mungkin menunjuk

kepada seekor kucing dan diikuti oleh jeda sebentar, lalu kepada

papa. Maknanya akan terlihat dari urutan ‘kucing papa’, tetapi

jelas anak-anak telah mempergunakan dua buah holofrase untuk

menyatakan makna. Segera anak-anak akan mulai memakai

ucapan-ucapan dua kata seperti ‘baju mama’, ‘pisang nenek’,

‘saya mandi’.

Selama periode ucapan-ucapan dua kata anak-anak tidak

menggunakan infleksi. Verba-verba yang dipakai tidak

mempunyai penanda-penanda waktu dan jumlah; nomina-

nomina mereka tidak memakai akhiran-akhiran jamak. Walaupun

kosa kata perorangan amat berbeda-beda, namun pada tahap

ucapan-ucapan dua kata anak-anak jarang sekali menggunakan

preposisi, partikel, dan konfungsi (yang biasa disebut kata

tugas), misalnya: ‘papa mama pergi’ (papa dan mama pergi),

‘nenek Bandung’ (nenek ke Bandung).

Pada tahap ucapan-ucapan dua kata anak mulai memiliki

banyak kemungkinan untuk menyatakan kemauannya dan

berkomunikasi dengan menggunakan kalimat sederhana yang

disebut dengan istilah “kalimat dua kata” yang dirangkai secara

tepat.

8

Page 9: Perkembangan Bahasa Remaja

5. Pengembangan tata bahasa

Pada tahap pengembangan tata bahasa anak mulai

mengembangkan tata bahasa, panjang kalimat mulai bertambah,

ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin kompleks, dan mulai

menggunakan kata jamak. Penambahan dan pengayaan

terhadap sejumlah dan tipe kata secara berangsur-angsur

meningkat sejalan dengan kemajuan dalam kematangan

perkembangan anak.

Ujaran anak-anak pada masa pengembangan tata bahasa

dilukiskan sebagai telegram karena perhitungan kata-kata tugas

yang menyebabkan ucapan anak-anak berbunyi seperti telegram

yang ditulis oleh orang dewasa.

6. Tata bahasa menjelang dewasa (tahap

pengembangan tata bahasa lengkap)

Pada tahap bahasa menjelang dewasa anak semakin

mampu mengembangkan struktur tata bahasa yang lebih

kompleks lagi serta mampu melibatkan gabungan kalimat-

kalimat sederhana dengan komplementasi, relativasi, dan

kongjungsi. Perbaikan dan penghalusan yang dilakukan pada

periode bahasa menjelang dewasa mencakup belajar mengenai

berbagai kekecualian dari keteraturan tata bahasa dan fonologis

dalam bahasa terkait.

7. Kompetensi lengkap

Pada akhir masa anak-anak, perbendaharaan kata terus

meningkat, gaya bahasa mengalami perubahan dan semakin

lancar serta fasih dalam berkomunikasi. Keterampilan dan

performansi tata bahasa terus berkembang kearah tercapainya

kompetensi berbahasa secara lengkap sebagai perwujudan dari

kompetensi komunikasi. Pada pembahasan disajikan hal-hal yang

9

Page 10: Perkembangan Bahasa Remaja

digunakan sebagai kerangka dasar yang harus diisi jika sedang

mendiskusikan perkembangan-perkembangan empiris dan

teoritis dalam bidang pemerolehan bahasa.

C. Kompetensi Perkembangan Bahasa

Salah satu model yang paling terkenal dari kemampuan bahasa dikenal

sebagai "Kompetensi Komunikatif." Model kompetensi komunikatif

dikembangkan untuk menjelaskan jenis orang dengan pengetahuan diperlukan

untuk menggunakan bahasa dalam interaksi bermakna. Istilah kompetensi

komunikatif awalnya diciptakan oleh antropolog Dell Hymes sebagai sarana

untuk menggambarkan pengetahuan pengguna bahasa perlu selain bentuk-bentuk

gramatikal dari bahasa. Istilah kompetensi komunikatif kemudian diadopsi oleh

komunitas pengajaran bahasa dan berkembang menjadi model Field yang oleh

Michael Canale dan Swain Merrill (1980), kemudian oleh Sandra Savignon

(1997) kompetensi komunikatif disusun berdasarkan empat kompetensi:

1. Kompetensi gramatikal

Kompetensi gramatikal adalah kemampuan untuk menggunakan bentuk

bahasa (bunyi, kata, dan struktur kalimat).

2. Kompetensi Wacana

Kompetensi wacana adalah kemampuan untuk memahami dan

menciptakan bentuk-bentuk bahasa yang lebih panjang dari kalimat, seperti cerita,

percakapan, atau surat-surat bisnis. Kompetensi Wacana termasuk pemahaman

bagaimana contoh khusus dari penggunaan bahasa secara internal dibangun.

Wacana kompetensi juga mencakup pemahaman bagaimana teks berhubungan

dengan konteks atau situasi.

3. Kompetensi Sosiolinguistik

Kompetensi sosiolinguistik adalah kemampuan untuk menggunakan

bahasa tepat dalam konteks yang berbeda. Kompetensi sosiolinguistik signifikan

tumpang tindih dengan kompetensi wacana karena ada hubungannya dengan

mengungkapkan, interpreting dan negosiasi makna yang diturunkan sesuai dengan

10

Page 11: Perkembangan Bahasa Remaja

norma-norma budaya dan harapan. Penerapan kompetensi sosiolinguistik yang

paling jelas adalah adanya konvensi yang mengatur penggunaan bahasa yang

sesuai dengan norma masyarakat.

4. Kompetensi Strategis

Kompetensi strategis adalah kemampuan untuk mengkompensasi

kurangnya kemampuan dalam salah satu dari daerah lain. Setiap orang memiliki

beberapa tingkat kompetensi strategis dalam bahasa apapun.

D. Karakteristik Perkembangan Bahasa Remaja

Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang dan

telah banyak belajar dari lingkungan, dan dengan demikian

bahasa remaja terbentuk dari kondisi lingkungan. Lingkungan

remaja mencakup lingkungan keluarga, masyarakat dan

khususnya pergaulan teman sebaya, dan lingkungan sekolah

Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya

oleh lingkungan masyarakat. Arti pembentukan kepribadian yang

dihasilkan dari pergaulan masyarakat sekitar akan memberi ciri

khusus dalam perilaku bahasa. Bersamaan dengan kehidupannya

di dalam masyarakat luas, remaja mengikuti proses belajar

disekolah. Pada lembaga pendidikan diberikan rangsangan

bahasa terarah sesuai dengan kaidah-kaidah berbahasa yang

benar. Proses pendidikan bukan semata memperluas dan

memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan, tetapi juga secara

berencana merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk

perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat

(teman sebaya) cukup menonjol, sehingga bahasa remaja

menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang

di dalam kelompok sebaya. Pada kelompok sebaya berkembang

bahasa sandi, bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus,

seperti istilah baceman dikalangan pelajar yang dimaksudkan

11

Page 12: Perkembangan Bahasa Remaja

adalah bocoran soal ulangan atau tes. Bahasa prokem terutama

secara khusus untuk kepentingan khusus pula.

Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga 

masyarakat, dan sekolah dalam perkembangan bahasa,

menyebabkan perbedaan antara remaja yang satu dengan yang

lain. Pilihan dan penggunaan kosakata  pada umumnya sesuai

dengan tingkat sosial keluarga. Keluarga dari masyarakat lapisan

pendidikan rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan

bahasa pasar, bahasa sembarangan, dengan istilah-istilah yang

kasar. Masyarakat terdidik  yang pada umumnya memiliki status

sosial lebih baik, menggunakan istilah-istilah lebih selektif dan

umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa lebih baik.

Ragam bahasa remaja memiliki ciri khusus, singkat, lincah

dan kreatif. Kata-kata yang digunakan cenderung pendek,

sementara kata yang agak panjang akan diperpendek melalui

proses morfologi atau menggantinya dengan kata yang lebih

pendek seperti ‘permainan diganti dengan mainan, pekerjaan

diganti dengan kerjaan. Kalimat-kalimat yang digunakan

kebanyakan berstruktur kalimat tunggal. Bentuk-bentuk elip juga

banyak digunakan untuk membuat susunan kalimat menjadi

lebih pendek sehingga seringkali dijumpai kalimat-kalimat yang

tidak lengkap. Penggunaan struktur yang pendek dalam

pengungkapan makna menjadi lebih cepat dan sering membuat

pendengar yang bukan penutur asli bahasa Indonesia mengalami

kesulitan untuk memahaminya. Bahasa remaja dibuat begitu

singkat tetapi sangat komunikatif.

Karakteristik perkembangan bahasa remaja sesungguhnya

didukung oleh perkembangan kognitif yang menurut Jean Piaget

telah mencapai tahap operasional formal. Sejalan dengan

perkembangan kognitif, remaja mulai mengaplikasikan prinsip-

12

Page 13: Perkembangan Bahasa Remaja

prinsip berpikir formal atau berpikir ilmiah secara baik pada

setiap situasi. Remaja mengalami peningkatan kemampuan

dalam menyusun pola hubungan secara komperhensif,

membandingkan secara kritis antara fakta dan asumsi dengan

mengurangi penggunaan simbol-simbol dan terminologi konkret

dalam mengomunikasikannya.

Sejalan perkembangan psikis remaja yang berada pada

fase pencarian jati diri, terdapat kemampuan berbahasa yang

berbeda dari tahap-tahap sebelum atau sesudahnya yang

kadang-kadang menyimpang dari norma umum seperti

munculnya istilah-istilah khusus di kalangan remaja. Karakteristik

psikologis khas remaja seringkali mendorong remaja

membangun dan memiliki bahasa relatif berbeda dan bahkan

khas untuk kalangan remaja sendiri, sampai-sampai tidak jarang

orang di luar kalangan remaja kesulitan memahaminya.

Pada perkembangan masyarakat modern, di kota-kota

besar bahkan berkembang pesat bahasa khas remaja yang

sering dikenal dengan bahasa gaul. Debby Sahertian (2000) telah

menyusun dan menerbikan sebuah kamus khas remaja yang

disebut dengan “Kamus Bahasa Gaul”. Pada kamus bahasa gaul

tertera sekian ribu bahasa gaul yang menjadi bahasa khas

remaja yang jika dipelajari sangat berbeda dengan bahasa pada

umumnya. Kalangan remaja sangat akrab dan memahami

bahasa gaul serta merasa lebih aman apabila berkomunikasi

dengan sesama remaja.

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Remaja

Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan dan

perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa faktor :

1. Umur anak

13

Page 14: Perkembangan Bahasa Remaja

Manusia bertambah umur akan semakin matang

pertumbuhan fisiknya, bertambahnya pengalaman, dan

meningkatkan kebutuhan. Bahasa seseorang akan berkembang

sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya.

Faktor fisik ikut mempengaruhi sehubungan semakin

sempurnanya pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk

melakukan gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa remaja

perkembangan biologis yang menunjang kemampuan berbahasa

telah mencapai tingkat kesempurnaan, dengan dibarengi oleh

perkembangan tingkat intelektual, anak akan mampu

menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik.

2. Kondisi lingkungan

Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang

memberi andil cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan

bahasa dilingkungan perkotaan akan berbeda dengan

dilingkungan pedesaan. Perkembangan bahasa di daerah pantai,

pegunungan dan daerah-daerah terpencil menunjukkan

perbedaan. Pada dasarnya bahasa  dipelajari dari lingkungan.

Lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan pergaulan

dalam kelompok, seperti kelompok bermain, kelompok kerja, dan

kelompok sosial lainnya.

3. Kecerdasan anak

Menirukan bunyi atau suara, gerakan dan mengenal tanda-

tanda, memerlukan kemampuan motorik yang baik. Kemampuan

intelektual atau tingkat berpikir. Ketepatan meniru, memproduksi

perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun

kalimat dengan baik dan memahami atau menangkap maksud

suatu pernyataan fisik lain, amat dipengaruhi oleh kemampuan

kognitif atau kecerdasan seseorang anak.

4. Status sosial ekonomi keluarga

14

Page 15: Perkembangan Bahasa Remaja

Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu

menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa anak-

anak dengan  anggota keluarganya. Rangsangan untuk dapat

ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial

tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah.

Perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam

keluarga terdidik dan tidak terdidik. Dengan kata lain pendidikan

keluarga berpengaruh terhadap perkembangan bahasa.

5. Kondisi fisik

Kondisi fisik yang dimaksud adalah kesehatan anak.

Seseorang yang cacat yang terganggu kemampuannya  untuk

berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap, dan organ suara tidak

sempurna akan mengganggu perkembangan alam berbahasa.

F. Peran Bahasa Remaja

Pada saat berkomunikasi sehari-hari, terutama dengan

sesama sebayanya, remaja seringkali menggunakan bahasa

spesifik yang dikenal dengan bahasa “gaul”. Bahasa bukan

merupakan bahasa yang baku, kata-kata dan istilah dari bahasa

gaul kadang hanya dimengerti oleh para remaja yang kerap

digunakan.

Secara sadar maupun tidak sadar remaja sering menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh orang lain dengan bahasa gaul.

Contoh jawaban remaja tentang sebuah acara : "Emm, pokoknya

acara asyik abis T.O.P B.G.T, band-band gokill, musiknya cadas,

ya pokoknya te-o-pe deh!" dan "Gila, acaranya keren banget

gitu, lho! Aduh pokoknya keren deh... Pokoknya yang nggak

dateng nyesel aja!!"

Pada kondisi bahasa gaul lebih dominan digunakan

dikalangan remaja, wajarlah kiranya apabila para siswa sekolah

15

Page 16: Perkembangan Bahasa Remaja

jauh lebih memilih mengerjakan soal-soal pilihan ganda daripada

esai. Masalahnya jelas : mereka tidak mampu menyampaikan

maksudnya dengan baik ; dengan cukup jernih sehingga dapat

dimengerti oleh orang lain. Apabila sekedar menyatakan "si A

keren", "acara ini bagus", dan "desainnya ciamik”, siapa pun

dapat melakukannya. Akan tetapi, tidak ada yang mengerti

maksud pembicaraannya sebenarnya. Apa yang membuat

remaja merasa lebih keren daripada yang lain?. Tidak ada

informasi sedikitpun! Gaya berbahasa berkaitan erat dengan

bahan bacaannya. Apabila yang dibaca remaja selalu masalah-

masalah percintaan yang beraliran “gombalisme”, maka tidak

mengherankan pikiran remaja tidak terbiasa dengan hal-hal lain

yang sebenarnya penting. Apabila pikiran hanya disibukkan oleh

penerapan bahasa gaul, maka jangan heran apabila remaja

cenderung menghindar dari pembicaraan-pembicaraan serius

(dan tentu juga tulisan-tulisan yang serius)

16

Page 17: Perkembangan Bahasa Remaja

BAB III

ANALISIS PERKEMBANGAN BAHASA REMAJA

A. Kondisi Teoritis dan Empiris

Penggunaan bahasa Indonesia baik dalam kehidupan nyata maupun

kehidupan fiksi, mengalami interverensi dan mulai bergeser digantikan oleh

penggunaan bahasa gaul. Pemakaian bahasa gaul oleh pemakainya akan dikatakan

sebagai orang modern atau orang kota dan bukan orang daerah yang kurang

modern. Pengguna bahasa gaul dalam masyarakat luas di Indonesia berdampak

negatif terhadap pengguna bahasa Indonesia secara baik dan benar pada masa

yang akan datang. Masyarakat banyak menggunakan bahasa gaul apalagi generasi

muda indonesia tidak lepas dari penggunaan bahasa gaul. Generasi muda paling

banyak menggunakan bahasa gaul daripada bahasa indonesia di kehidupan sehari-

hari. Penggunaan bahasa gaul dikalangan remaja sangat luas, dan sudah

memprihatinkan, karena bahasa gaul yang digunakan sudah aneh-aneh.

Kompetensi bahasa remaja belum berkembang maksimal pada kompetensi

sosiolinguistik yaitu kemampuan untuk menggunakan bahasa secara tepat pada

konteks yang berbeda dalam artian penggunaannya sudah tidak tepat pada tempat

dan suasana, dengan siapa berbicara. Penggunaan bahasa gaul banyak di gunakan

remaja saat ini terutama dalam lingkungan sekolah. Dampak negatif bahasa gaul

yang tidak disertai kompetensi komunikasi pada remaja adalah :

1. Segi norma susila dan etika

Salah satu gejala negatif bahasa gaul mempunyai dampak pada perilaku

yang tidak baik apabila digunakan pada orang yang lebih tua (orang tua). Bahasa

gaul kurang baik karena keluar dari susila dan etika sopan santun.

2. Segi budaya

Bahasa gaul menambah kekayaan bahasa bangsa Indonesia, akan tetapi

apabila bahasa gaul kurang terkontrol akan mengakibatkan penambahan budaya

yang norak, kebarat-baratan, imitasi yang menimbulkan modernisasi yang tidak

benar

17

Page 18: Perkembangan Bahasa Remaja

Hal yang paling penting dari dampak negatif dari penggunaan bahasa gaul

adalah bahasa gaul digunakan di lingkungan sekolah mereka sebagai bahasa

formal. Sekolah seyogyanya merupakan lingkungan formal yang menggunakan

bahasa Indonesia yang baik dan benar. Melihat fenomena bahasa gaul perlu suatu

penanganan yang dilakukan sekolah terutama konselor untuk memberikan

pemahaman kepada remaja/siswa mengenai penggunaan bahasa gaul yang benar

dan tepat sasaran.

B. Rancangan Intervesi Bimbingan dan Konseling

Pengunaan bahasa gaul di lingkungan sekolah berdampak

yang begitu besar terhadap perilaku remaja. Remaja tidak tahu

bahasa gaul tersebut digunakan dimana dan kepada siapa

sehingga perilaku remaja tidak mencerminkan kesopanan. Perlu

segera pelayanan konselor sekolah untuk mencegah maraknya

penggunaan bahasa gaul di sekolah. Salah satu cara yang dapat

dilakukan konselor lakukan adalah dengan teknik Brainstorming.

Brainstorming adalah teknik daya cipta kelompok mendesain timbulnya banyak

gagasan untuk latar belakang masalah. Adapun tahap-tahap pelaksanaan

Brainstorming

1. Pertama, kumpulkan semua remaja yang ingin “diexplore” ide-idenya

2. Undanglah remaja ke suatu tempat yang membantu remaja untuk fresh.

Tujuannya adalah agar saat pelaksanaan brainstorming, para peserta dalam

keadaan segar dan fun sehingga ide – ide akan muncul

3. Ajukan permasalahan yang dihadapi dalam “pengunaan bahasa gaul

remaja”

4. Minta setiap orang berfikir kemudian mengajukan idenya masing –

masing. Ide apapun yang keluar harus ditampung dan dicatat. Jangan

dibatasi atau dibantah

5. Setelah semua ide ditulis, saatnya mendiskusikan ide mana yang paling

mungkin dilaksanakan berdasarkan kondisi dan kemampuan perusahaan

6. Ambilah dua atau tiga yang paling mungkin untuk dibawa ke diskusi

untuk memanthabkan. Jangan lupa ide – ide yang lain tetap harus

18

Page 19: Perkembangan Bahasa Remaja

diarsipkan karena tidak menutup kemungkinan suatu saat ide – ide dapat

direalisasikan.

RANCANGAN PELAKSANAAN BIMBINGAN KLASIKAL

A. Topik masalah/bahasan : Pengunaan Bahasa Gaul yang benar

B. Bidang bimbingan : Bimbingan Klasikal

C. Fungsi kegiatan : Pemahaman dan pencegahan

D. Jenis Satuan pendukung : Layanan bimbingan Kelompok

E. Tujuan kegiatan : Memberikan Informasi tentang pengunaan bahasa

gaul yang benar

F. Sasaran Layanan : Semua siswa

G. Uraian tentang Kegiatan :

a. Dampak penggunaan bahasa gaul remaja

b. Bagaimana bahasa gaul tersebut

c. Bagaimana penggunaan bahasa gaul yang benar

H. Tempat penyelenggaraan : di ruang kelas

I. Waktu/tanggal : Di sesuaikan

J. Penyelenggara : 1 kelas

K. Metode : Brainstorming

L. Pihak yang disertakan dalam layanan : -

M. Alat perlengkapan yang digunakan : kertas, white Board, spidol, LCD

N. Rencana penilaian :

Penilaian segera (Keaktifan Siswa) :

a. Berapa persen dari seluruh siswa asuh yang telah terlayani dengan layanan

ini?

b. Bagaimana partisipasi siswa didalam mengikuti pelayanan ini?

c. Bagaimanakah tanggapan siswa setelah mengikuti pelayanan ini?

d. Penilaian siswa terhadap pengunaan bahasa gaul siswa

Penilaian jangka pendek (Pemahaman Siswa): Dapatkah siswa tersebut

menggunakan bahasa gaul dengan benar

Penilaian jangka panjang (Perkembangan Siswa):

19

Page 20: Perkembangan Bahasa Remaja

a. Kemajuan apa saja yang dicapai setelah siswa asuh mengikuti pelayanan

ini ?

b. Adakah pengaruhnya terhadap kegiatan pembelajaran siswa di kelas

selama satu semester ?

O. Keterkaitan layanan ini dengan layanan/kegiatan : Layanan informasi

P. Catatan khusus : -

Bandung, Maret 2014

Kepala Sekolah Konselor

NIP. NIP.

20

Page 21: Perkembangan Bahasa Remaja

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2009.Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Bumi Aksara.

Fatimah, Enung. 2008. Psikologi Perkembangan : Perkembangan Peserta Didik.

Bandung: PustakaSetia.

Hamid, Fuad Abdul. 1987. Proses Belajar Mengajar Bahasa. Jakarta: PPLPTK

Depdikbud

Juntika, Nurihsan & Mubiar Agustin.2011. Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung: Refika Aditama

Hurlock, Elizabeth (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta :

Erlangga

Sunarto & Agung Hartono. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Samsunuwiyati. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosda

Papalia, Wendkos & Feldman.2008. Human Development (Psikologi Perkembangan) Edisi Kesembilan. Jakarta: Rencana

Yusuf. Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Rosda Karya. cet-5. 2004.

21