PERKEMBANGAN REMAJA

42
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan adalah suatu proses yang dilalui oleh setiap individu dalam seumur hidup. Perkembangan remaja terdiri menjadi 3 bagian yaitu: perkembangan remaja awal, madiya dan akhir. Perkembangan yang terjadi pada anak SMP kelas VII merupakan perkembangan remaja awal, sekitar umur 11 – 12 dan 13 – 14 tahun. Lalu permasalahan apa yang sering terjadipada masa remaja awal, terutama pada anak SMP kelas VII? Karakteristik dari objek ini, memiliki sifat hemat, rajin, namun objek sendiri kadang tidak suka bila dinasehati akan kesalahannya. Sifat hemat yang objek miliki membantunya dalam hal perekonomian dirinya sendiri. Objek mengakumulasi semua uang jajan yang diberi orang tuanya dan di simpan untuk keperluan yang objek butuhkan. Rajin, hal ini di perkuat dengan nilai hasil ujian yang dia peroleh dengan rata – rata melebihi KKM. Objek juga di bantu oleh guru privat yang sering membantunya untuk lebih memahami materi pelajaran yang ada di sekolah. Namun untuk kesalahan, objek sering tidak menerima dengan lapang dada apabila orang tua atau saudaranya tertua menasehati tentang kesalahannya. Hal ini jelas

description

PERKEMBANGAN REMAJA

Transcript of PERKEMBANGAN REMAJA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan adalah suatu proses yang dilalui oleh setiap individu dalam

seumur hidup. Perkembangan remaja terdiri menjadi 3 bagian yaitu: perkembangan

remaja awal, madiya dan akhir. Perkembangan yang terjadi pada anak SMP kelas VII

merupakan perkembangan remaja awal, sekitar umur 11 – 12 dan 13 – 14 tahun. Lalu

permasalahan apa yang sering terjadipada masa remaja awal, terutama pada anak

SMP kelas VII?

Karakteristik dari objek ini, memiliki sifat hemat, rajin, namun objek sendiri

kadang tidak suka bila dinasehati akan kesalahannya. Sifat hemat yang objek miliki

membantunya dalam hal perekonomian dirinya sendiri. Objek mengakumulasi semua

uang jajan yang diberi orang tuanya dan di simpan untuk keperluan yang objek

butuhkan. Rajin, hal ini di perkuat dengan nilai hasil ujian yang dia peroleh dengan

rata – rata melebihi KKM. Objek juga di bantu oleh guru privat yang sering

membantunya untuk lebih memahami materi pelajaran yang ada di sekolah.

Namun untuk kesalahan, objek sering tidak menerima dengan lapang dada apabila

orang tua atau saudaranya tertua menasehati tentang kesalahannya. Hal ini jelas

karena masih labilnya emosi anak di tingkat remaja. Apalagi objek masih mengalami

masa transisi dari anak – anak menuju remaja. Masih banyak yang objek belum tau

tentang perkembangan yang terjadi pada dirinya.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari pembelajaran ini, yaitu :

1. Apa pengertian dari remaja?

2. Apa ciri – ciri masa perkembangan yang di alami objek?

3. Apa tugas masa perkembangan objek?

4. Perubahan apa saja yang terjadi pada objek di masa remaja?

5. Apa minta objek?

6. Bahaya apa yang tengah mengitari kehidupan masa remaja?

1.3 Tujuan Pembelajaran

Adapun tujuan pembelajaran dari makalah ini, yaitu:

1. Menjelaskan perkembangan fisik remaja usia sekolah menengah.

2. Menunjukkan perbedaan fisik antara remaja perempuan dengan remaja laki – laki.

3. Menjelaskan perkembangan intelek remaja usia sekolah menengah.

4. Membandingkan antara teori – teori perkembangan intelek / koknitif .

5. Menjelaskan perkembangan emosi remaja usia sekolah menengah.

6. Menjelaskan perkembangan bahasa remaja usia sekolah menengah.

7. Mengidentifikasi individu yang memiliki bakat khusus.

8. Menjelaskan perkembangan bakat khusus remaja usia sekolah menengah.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN FISIK

Pada usia sekolah menengah yaitu usia SLTP dan SLTA, anak berada pada masa

remaja atau pubertas atau adolesen. Masa remaja merupakan masa peralihan atau transisi

antara masa kanak-kanak dengan dewasa. Meskipun perkembangan aspek-aspek kepribadian

telah diawali pada masa-masa sebelumnya, tetapi puncaknya boleh dikatakan terjadi pada

masa ini, sebab setelah melewati masa ini, remaja telah berubah menjadi seorang dewasa

yang boleh dikatakan telah terbentuk suatu pribadi yang relatif tetap. Pada masa transisi ini

terjadi perubahan-perubahan yang sangat cepat.

Oleh karena itu sebagai pendidik, anda perlu menghayati tahapan perkembangan yang

terjadi pada siswa sehingga dapat mengerti segala tingkah laku yang ditampakkan siswa.

Misalnya, pada siswa usia sekolah menengah suasana hati yang semula riang gembira bisa

secara mendadak berubah mendadak menjadi sedih. Jika guru tidak peka terhadap kondisi

seperti ini, bisa jadi guru memberikan respon yang dapat menghambat perkembangan siswa.

Salah satu segi perkembangan yang cukup pesat dan nampak dari luar adalah

perkembangan fisik pada remaja. Pada masa remaja awal ( usia SLTP) anak-anak ini nampak

fostur tubuhnya tingi-tingi tetapi kurus. Lengan kaki dan leher mereka panjang-panjang, baru

kemudian berat badan mereka mengikuti dan pada akhir masa remaja, proporsi tinggi dan

berat badan mereka seimbang. Pada usia 11-12 tahun tinggi badan anak laki-laki dan anak

wanita tidak jauh berbeda, pada usia 12-13 tahun pertambahan tinggi badan anakwanita lebig

cepat dibandingkan anak laki-laki tetapi pada usia 14-15 tahun anak laki-laki akan

mengejarnya sehingga pada usia 18-19 tahun tinggi badan anak laki-laki jauh dari anak

wanita, lebih tinggi sekitar 1-10 cm. Rata-rata pertambahan tinggi bada masih dapat

diperkirakan. Hal itu disebabkan karena besarnya pengaruh komposisi dan gizi makanan.

Perubahan yang sangat cepat dalam tinggi ini, tidak berjalan sejajar dengan kekuatan dan

keterampilannya.

Abin Syamsudin Makmun (1996:92) memetakan perbedaan profil perkembangan fisik

dan perilaku psikomotorik antara remaja awal dengan remaja akhir seperti tampak pada tabel

berikut:

Perbedaan Profil Perkembangan Fisik

Antara Siswa SLTP dengan Siswa SLTA

No Siswa SLTP ( Remaja Awal ) Siswa SLTA ( Remaja Akhir )1. Laju perkembangan secara umum

berlangsung secara pesat.

Laju perkembangan secara umum

kembali menurun, sangat lambat.

2. Proporsi ukuran tinggi dan berat badan

sering kurang seimbang ( termasuk otot dan

tulang belulang ).

Proporsi ukuran tinggi dan berat

badan lebih seimbang mendekati

kekuatan tubuh orang dewasa.

3. Munculnya ciri-ciri sekunder ( tumbuh bulu

pada pubic region, otot mengembang pada

bagian-bagian tertentu), disertai mulai

aktifnya sekresi kelenjar jenis ( menstruasi

pada wanita dan polusi pada prie untuk

pertama kali)

Siap berfungsinya organ-organ

reproduksi seperti pada orang-orang

yang sudah dewasa.

4. Gerak-gerak tampak canggung dan kurang

terkoordinasikan.

Gerak-geraknya mulai mantap.

5. Aktif dalam berbgai jenis cabang, permainan

yang dicobanya

Jenis dan jumlah cabang dan

permainan lebih selektif dan terbatas

pada keterampilan yang menunjang

kepada persiapan kerja.

Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik.

Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik individu yaitu sebagai

berikut:

1. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor – faktor yang berasal dari dalam diri individu.

Termasuk kedalam faktor internal ini adalah sebagai berikut:

a. Sifat jasmaniah yang diwariskan dari orang tuanya.

Anak yang ayah dan ibunya bertubuh tinggi cenderung lebih lekas menjadi tinggi

dari pada anak yang berasal dari orang tua yang bertubuh pendek .

b. Kematangan

Secara sepintas, pertumbuhan fisik seolah-olah seperti sudah direncanakan oleh

faktor kematangan. Meskipun anak itu diberi makanan yang bergizi tinggi, tetapi

kalau saat kematangan belum sampai, pertumbuhan akan tertunda. Misalnya, anak

berumur 3 bulan diberi makanan yang cukup bergizi supaya pertumbuhan otot

kakinya berkembang sehingga mampu untuk berjalan. Ini tidak mungkin berhasil

sebelum mencapai umur lebih dari 10 bulan.

2. Faktor eksternal.

Faktor eksternal ialah faktor yang berasal dari luar diri anak. Termasuk

kedalam faktor eksternal adalah sebagai berikut:

a. Kesehatan

Anak yang sering sakit-sakitan pertumbuhan fisiknya akan terhambat.

b. Makanan

Anak yang kurang gizi pertumbuhannya akan terhambat, sebaliknya yang cukup

gizi pertumbuhannya pesat.

c. Stimulasi lingkungan

Individu yang tubuhnya sering dilatih percepatan pertumbuhannya akan berbeda

dengan yang tidak pernah mendapat latihan.

B. PERKEMBANGAN INTELEKTUAL

Menurut English dalam bukunya “A Comprehensive Dictionary

Psychoanalitical Terms” (dalam Sunarto, 2002) , istilah intelect berarti antara lain ,

(1) kekuata mental dimana manusia dapat berpikir , (2) suatu rumpun nama untuk

proses kognitif , terutama untuk aktifitas yang berkenaan dengan berpikir , (misalnya

untuk menghubungkan , menimbang dan memahami , dan (3) kecakapan, terutama

kecakapan yang tinggi untuk berpikir.

Kalau pada usia Sekolah Dasar (SD) , kemampuan berfikir anak masih

berkenaan dengan hal – hal yang konkret, pada masa SLTP mulai berkembang

kemampuan berfikir abstrak , remaja mampu membayangkan apa yang akan dialami

bila terjadi suatu peristiwa umpamanya perang nuklir, kiamat dan sebagainya. Remaja

telah mampu berfikir jauh melewati kehidupannya baik dalam dimensi ruang maupun

waktu. Berpikir abstrak adalah berpikir tentang ide – ide , yang oleh Jean Piaget

seorang ahli Psikologi dari Swiss disebutnya sebagai berpikir formal operasional.

Berkembangnya kemampuan berfikir formal operasional pada remaja ditandai dengan

3 hal penting , yaitu :

1. Anak mulai mampu melihat (berpikir) tentang kemungkinan – kemungkinan

“Jika pada sekolah dasar, anak hanya mampu melihat kenyataan , maka pada usia

remaja mereka sudah mampu berpikir tentang kemungkinan yang akan terjadi. “

2. Anak telah mampu berpikir ilmiah

3. Remaja telah mampu memadukan ide – ide secara logis.

“Ide – ide atau pemikiran abstrak yang komplek telah mampu dipadukan dalam

suatu kesimpulan yang logis”

Pada usia Sekolah Dasar anak sudah memiliki kemampuan mengingat

informasi dan keterampilan memproses informasi tersebut. Dengan telah

dikuasainya kemampuan berfikir formal, maka keterampilan memproses informasi

ini berkembang lebih jauh. Pemrosesan informasi yang mencakup penerimaan

informasi oleh alat indera ditahan sebentar, kemudian dilanjutkan ke terminal

ingatan singkat (TIS) dan diproses lebih lanjut dalam suatu bentuk yang dapat

disimpan dalam terminal ingatan lama (TIL). Keterampilan memproses informasi

ini pada remaja lebih cepat dan kuat, dan ini sangat memegang peranan penting

dalam penyelesaian tugas – tugas pembelajaran maupun pekerjaan. Berikut ini

disajikan perbedaan perkembangan intelektual

NO. Siswa SLTP (Remaja Awal) Siswa SLTA (Remaja Akhir)

1. Proses berpikirnya sudah

mampu mengoperasikan

kaidah – kaidah logika

formal (asosiasi,

differensiasi, komparasi, dan

kausalitas) dalam ide – ide

atau pemikiran abstrak

(meskipun relative terbatas)

Sudah mampu mengoperasikan kaidah –

kaidah logika formal disertai kemampuan

membuat generalisasi yang lebih konklusif

dan komperehensif

2. Kecakapan dasar umum

(general intelligence)

menjalani laju perkembangan

yang terpesat (terutama bagi

yang belajar disekolah)

Tercapainya titik puncak (kedewasaan

intelektual umum, yang mungkin ada

pertambahan yang sangat terbatas bagi

yang terus bersekolah )

3. Kecakapan dasar khusus

(bakat atau aptitude) mulai

menunjukkan kecenderungan

– kecenderungan lebih jelas

Kecenderungan bakat tertentu mencapai

titik puncak dan kemantapannya.

Piaget membagi tahap perkembangan kognitif kedalam 4 tahap, yaitu tahap

sensoriomotor , tahap pra- operasional , tahap konkret operasional, dan tahap formal

operasional.

1. Tahap 1 : Sensorimotor (0 – 2 tahun ). Pada tahap ini anak menggunakan

penginderaan dan aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya. Diawali dengan

modifikasi refleks yang semakin lebih efisien dan terarah, dilanjutkan dengan reaksi

pengulangan gerakan yang menarik pada tubuhnya dan keadaan atau objek yang

menarik , koordinasi reaksi dengan cara menggabungkan beberapa skema untuk

memperoleh sesuatu, reaksi pengulangan untuk memperoleh hal-hal yang baru , serta

permulaan berpikir dengan adanya kettapan objek. Pada masa sensoriomotor,

berkembang pengertian bahwa dirinya terpisah dan berbeda dengan lingkungannya.

Anak berusaha mengkoordinasikan tindakannya dan berusaha memperoleh

pengalaman melalui eksplorasi dengan indera dan gerak motorik. Jadi perkembangan

skema kognitif anak dilakukan melalui gerakan refleks, motorik, dan aktivitas indera.

Selanjutnya, anak juga mampu mempersepsi ketetapan objek.

2. Tahap 2: Pra - Operasional (2 - 7 tahun). Pada fase ini anak belajar mengenal

lingkungan dengan menggunakan symbol bahasa, peniruan, dan permainan. Anak

belajar melalui permainan dalam menyusun benda menurut urutannya dan

mengelompokkan sesuatu. Jadi, pada masa pra – operasional anak mulai

menggunakan bahasa dan pemikiran simbolik. Mereka mulai mengerti adanya

hubungan sebab – akibat meskipun logica hubungannya belum tepat, mampu

mengelompokkan sesuatu, serta perbuatan rasionalnya belum didukung oleh

pemikiran tetapi oleh perasaan.

3. Tahap 3 : Konkret Operasional (7 – 11 tahun). Pada masa ini anak sudah bisa

melakukan berbagai macam tugas mengkonversi angka melalui tiga macam proses

operasi, yaitu

a. negasi sebagai kemampuan anak dalam mengerti proses yang terjadi diantara

kegiatan dan memahami hubungan antara keduanya;

b. resiprokasi sebagai kemampuan untuk melihat hubungan timbal balik; serta

c. identits dalam mengenali benda – benda yang ada

Dengan demikian, pada tahap ini anak sudah mampu berpikir konkret dalam

memahami sesuatu sebagaimana kenyataannya, mampu mengkonversi angka,

serta memahami konsep melalui pengalaman sendiri dan lebih objektif

4. Tahap 4: Formal Operasional (11tahun – dewasa). Pada fase ini anak sudah dapat

berpikir abstrak, hipotesis, dan sistematis mengenai sesuatu yang abstrak dan

memikirkan hal – hal yang akan dan mungkin terjadi. Jadi, pada tahap ini anak sudah

mampu meninjau masalah dari berbagai sudut pandang dan mempertimbangkan

alternatif / kemungkinan dalam memecahkan masalah, bernalar berdasarkan

hipotmatesis, menggabungkan sejumlah informasi secara sistematis, menggunakan

rasio dan logika dalam abstraksi, memahami arti simbolik, dan membuat perkiraan di

masa depan.

Dengan mengetahui tahap perkembangan kognitif tersebut, diharapkan orang

tua dan guru dapat mengembangkan kemampuan kognitif dan intelektual anak dengan

tepat sesuai dengan usia perkembangan kognitifnya. Peserta didik usia SD/ MI ,

misalnya berada pada tahap konkret operasional. Untuk mengembangkan kemampuan

kognitifnya, terutama pembentukan pengertian dan konsep, dilakukan dengan

menggunakan benda – benda konkret atau menggunakan alat peraga dalam

pembelajaran.

Faktor – Factor yang Mempengaruhi Perkembangan Intelek Kognitif

Mengenai factor yang mempengaruhi perkembangan intelek individu ini

terjadi perbedaan pendapat di antara para penganut psikologi.Kelompok psikometrika

radikal berpendapat bahwa perkembangan intelektual individu sekitar 90% ditentukan

oleh factor hereditas dan pengaruh lingkungan termasuk didalamnya pendidikan,

hanya memberikan kontribusi sekitar 10% saja.

Sebaliknya, kelompok penganut pedagogis radikal amat yakin bahwa

intervensi lingkungan, termasuk pendidikan, justru memiliki andil sekitar 80 – 85%,

sedangkan hereditas hanya memberikan kontribusi 15 – 20% terhadap perkembangan

intelektual individu. Syaratnya adalah memberikan kesempatan rentang waktu yang

cukup bagi individu untuk mengembangkan intelektualnya secara maksimal.

Tanpa mempertentangkan kedua kelompok radikal itu, perkembangan

intelektual sebenarnya dipengaruhi oleh dua factor utama, yaitu hereditas dan

lingkungan. Pengaruh factor hereditas dan lingkungan terhadap perkembangan

intelektual itu dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Faktor Hereditast

Semenjak dalam kandungan, anak telah memiliki sifat – sifat yang

menentukan daya kerja intelektualnya. Secara potensial anak telah membawa

kemungkinan, apakah akan menjadi kemampuan berpikir setaraf normal, diatas

normal, atau dibawah normal. Namun, potensi ini tidak akan berkembang atau

terwujud secara optimal apabila lingkungan tidak member kesempatan untuk

berkembang. Oleh karena itu, peranan lingkungan sangat menentukan

perkembangan intelektual anak.

2. Faktor Lingkungan

Ada 2 unsur lingkungan yang sangat penting peranannya dalam mempengaruhi

perkembangan intelek anak, yaitu keluarga dan sekolah.

a. Keluarga

Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua

adalah memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang

kehidupan sehingga anak memiliki informasi yang banyak yang merupakan

alat bagi anak untuk berpikir. Cara – cara yang digunakan, misalnya

memberikan kesempatan kepada anak untuk merealisasikan ide – idenya,

menghargai ide- idenya tersebut, memuaskan dorongan keingintahuan anak

dengan jalan seperti menyediakan bacaan, alat – alat keterampilan, dan alat –

alat yang dapat mengembangkan daya kreativitas anak. Memberi kesempatan

atau pengalaman tersebut akan menuntut perhatian orang tua.

b. Sekolah

Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk

meningkatkan perkembangan anak termasuk perkembangan berpikir anak.

Dalam hal ini, guru hendaknya menyadari bahwa perkembangan intelektual

anak terletak di tangannya. Beberapa cara di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Menciptakan interaksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik

2. Memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog dengan

orang – orang yang ahli dan berpengalaman dalam berbagai bidang ilmu

pengetahuan, sangat menunjang perkembangan intelektual anak.

3. Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik anak, baik melalui kegiatan

olahraga maupun menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi

perkembangan berpikir peserta didik.

4. Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik, baik melalui media

cetak maupun dengan menyediakan situasi yang memungkinkan para

peserta didik berpendapat atau mengemukakan ide – idenya.

C. PERKEMBANGAN EMOSI

Jika dilihat dari tiga ranah yang bisa digunakan dalam dunia pendidikan, yaitu

ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, emosi termasuk dalam ranah afektif. Emosi

banyak berpengaruh pada fungsi-fungsi psikis yang lainnya seperti pengamatan,

tanggapan, pemikiran, dan kehendak. Individu akan mampu melakukan pengamatan

atau pemikiran dengan baik jika disertai dengan emosi yang baik pula. Individu juga

akan memberikan tanggapan yang positif terhadap suatu objek manakala disertai

dengan emosi yang positif pula. Sebaliknya individu akan melakukan pengamatan

atau tanggapan negatif terhadap suatu objek, jika disertai dengan emosi yang negatif

terhadap objek tersebut.

Pengertian Emosi

Kata yang dirujuk dalam hal ini adalah emosi, istilah yang makna tepatnya masih

membingungkan baik para ahli psikologi maupun ahli filsafat selama lebih dari satu abad.

Dalam makna paling harfiah, Oxford English Dictionary mendefenisikan emosi sebagai

“setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental yang hebat

atau meluap-meluap”. Oleh sebab itu emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran

khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk

bertindak. Ada ratusan emosi, bersama dengan campuran, variasi, mutasi, dan nuansanya.

Sungguh, terdapat lebih banyak penghalusan emosi dari pada kata yang kita miliki untuk itu.

Para peneliti terus berdebat tentang emosi mana benar-benar yang dapat dianggap sebagai

emosi primer biru, merah, dan kuningnya setiap campuran perasaan atau bahkan

mempertanyakan apakah memang ada emosi primer semacam itu. Sejumlah teoritikus

mengelompokkan emosi dalam golongan-golongan besar, meskipun tidak semua sepakat

tentang golongan itu. Calon-calon utama dan beberapa anggota golongan tersebut adalah :

Amarah : beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu,

rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan barang kali yang paling hebat,

tindak kekerasan dan kebencian patologis.

Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian,

ditolak, putus asa, dan kalau menjadi anggota patologis, depresi berat.

Rasa takut : cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut sekali, waspada,

sedih, tidak tenang, ngeri, takut sekali, kecut; sebagain patologi, fobia dan panik.

Kenikmatan : bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga,

kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan luar

biasa, senang, senang sekali, dan batas ujungnya, mania.

Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti,

hormat, kasmaran, kasih.

Terkejut : terkejut, terkesiap, takjub, terpana.

Jengkel : hina, jijik, muak, benci, tidak suka, mau muntah.

Malu : rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.

Ciri Utama Pikiran Emosional.

a. Respons yang Cepat tetapi Ceroboh

Pikiran emosional jauh lebih cepat dari pada pikiran rasional, langsung melompat

bertindak tanpa mempertimbangkan bahkan sekejap pun apa yang dilakukannya.

Kecepatannya itu mengesampingkan pemikiran hati-hati dan analitis yang merupakan

ciri khas akal yang berpikir. Dalam evolusi, kecepatan ini sangat boleh jadi berkisar di

seputar keputusan yang paling dasariah, apa-apa yang harus diperhatikan, dan setelah

waspada, misalnya, ketika menghadapi binatang lain, melakukan keputusan kilat

seperti, Apakah saya akan memakannya, ataukah binatang itu yang akan memakan

saya? Organisme yang berhenti terlalu lama untuk merenungkan jawaban ini mustahil

akan punya banyak keturunan yang menjadi pewaris gen mereke yang lambat

bertindak.

b. Mendahulukan Perasaan Kemudian Pikiran

Karena pikiran rasional membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk mendata dan

menanggapi dari pada waktu yang dibutuhkan oleh pikiran emosional, maka

“dorongan pertama” dalam situasi emosional adalah dorongan hati, bukan dorongan

kepala. Ada pula reaksi emosional jenis kedua yang lebih lamban dari pada respons

cepat yang digodok dan diolah terlebih dahulu dalam pikiran sebelum mengalir ke

perasaan.

c. Memperlakukan Realias sebagai Realitas Simbolik

Logika pikiran emosional yang disebut juga logika hati bersifat asosiatif. Artinya

memandang unsur-unsur yang melambangkan suatu realitas itu sama dengan realitas

itu sendiri. Oleh sebab itu, seringkali berbagai perumpamaan, pantun, kiasan,

gambaran, karya seni, novel, film, puisi, nyanyian, opera, dan teater secara langsung

ditujukan kepada pikiran emosional.

Para ulama, penyiar agama, dan para guru spiritual termasyur ketika menyampaikan

ajaran-ajarannya senantiasa berusaha menyentuh hati para pengikutnya dengan cara

berbicara dalam bahasa emosi, dan mengajar melalui perumpamaan, fabel, ibarat, dan

kisah-kisah yang sangat menyentuh perasaan.

d. Masa Lampau Diposisikan sebagai Masa Sekarang

Apabila sejumlah ciri suatu peristiwa tampak serupa dengan kenangan masa lampau

yang mengandung muatan emosi, akal emosional menanggapinya dengan memicu

perasaan-perasaan yang berkaitan dengan peristiwa yang diingat itu. Akal emosional

bereaksi terhadap keadaan sekarang seoalah-olah keadaan itu adalah masa lampau.

Kesulitannya adalah, terutama apabila penilaian itu cepat dan automatis, barangkali

kita tidak menyadari bahwa apa yang dahulu memang begitu, sekarang tidak lagi.

e. Realitas yang Ditentukan oleh Keadaan

Bekerjanya akal emosional itu untuk sebagian besar ditentukan oleh keadaan,

didiktekan oleh perasaan tertentu yang sedang menonjol pada saat tersebut.

Bagaimana kita berpikir dan bertindak sewaktu kita merasa romantis akan betul-betul

berbeda dengan bagaimana kita berperilaku jika kita sedang marah atau ditolak.

Ada juga sejumlah teori emosi yang lain yang dapat digunakan untuk menjelaskan

hubungan atau pengaruh emosi terhadap tingkah laku. Ada juga sejunlah teori emosi

yang lain yang juga menjelaskannya. Adapun teori-teori tersebut adalah sebagai

berikut.

Teori Sentral

Teori sentral ini dikemukakan oleh Walter B. Canon. Menurut teori ini, gejala

kejasmanian termasuk tingkah laku merupakan akibat dari emosi yang dialami

oleh individu. Jadi, individu mengalami emosi lebih dahulu, baru kemudian

mengalami perubahan-perubahan dalam jasmaninya.

Teori Peripheral

Teori ini dikemukakan oleh James dan Lange. Menurut teori ini dikatakan

bahwa gejala-gejala kejasmanian atau tingkah laku seseorang bukanlah

merupakan akibat dari emosi, melainkan emosi yang dialami oleh individu itu

sebagai akibat dari gejala-gejala kejasmanian.

Teori Kepribadian

Menurut teori ini, emosi merupakan suatu aktivitas pribadi di mana pribadi ini

tidak dapat dipisah-pisahkan. Oleh sebab itu, emosi meliputi perubahan-

perubahan jasmani.

Teori Kedaruratan Emosi

Teori ini dikemukakan oleh Cannon. Teori ini mengemukakan bahwa reaksi

yang mendalam dari kecepatan jantung yang semakin bertambah akan

menambah cepatnya aliran darah menuju ke urat-urat, hambatan pada

pencernaan, pengembangan atau pemuaian pada kantung-kantung di dalam

paru-paru dan proses lainnya yang mencirikan secara khas keadaan emosional

seseorang, kemudian menyiapkan organisme untuk melarikan diri atau

berkelahi.

Ciri-ciri Perkembangan Emosi Remaja.

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada

masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik, mental, social, dan

emosional. Umumnya, masa ini berlangsung sekitar umur 13 tahun sampai umur 18 tahun,

yaitu masa anak duduk di bangku sekolah menengah. Masa ini biasanya dirasakan sebagai

masa sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga, atau lingkungannya.

Karena berada pada masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa status remaja

agak kabur, baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya. Masa remaja biasanya memiliki

energi yang besar, emosi berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna.

Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman, tidak tenang, dan khawatir kesepian.

Meskipun emosi remaja sering kali sangat kuat, tidak terkendali dan tampaknya irasional

tetapi dari tahun ke tahun terjadi perbaikan perilaku emosional. Remaja 14 tahun sering kali

marah-marah, mudah dirasangsang dan emosinya cenderung meledak, tidak berusaha

mengendalikan perasaannya. Sebaliknya, remaja 16 tahun mengatakan bahwa mereka tidak

punya keprihatinan; jadi badai danrnya tekanan dalam periode ini berkurang menjelang

berakhirnya awal masa remaja.

Sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja adalah perubahan

jasmani, perubahan pola interaksi dengan orang tua, perubahan interaksi dengan teman

sebaya, faktor pandangan luar, perubahan interaksi dengan sekolah dan kematangan emosi.

D. PERKEMBANGAN BAHASA

1. Pengertian Perkembangan Bahasa

Sesuai dengan fungsinya, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan

oleh seorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. Bahasa

merupakan alat bergaul, oleh karena itu penggunaan bahasa menjadi efektif sejak

seorang individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain. Sejak seorang bayi

mulai berkomunikasi dengan orang lain, sejak itu pula bahasa diperlukan. Sejalan

dengan perkembangan hubungan social, maka perkembangan bahasa seorang (bayi-

anak) dimulai dengan meraba (suara atau bunyi tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa

satu suku kata, dua suku kata, menyusun kalimat sederhana dan seterusnya melakukan

sosialisasi dengan menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan tingkat

perilaku sosial. 

Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang berarti

faktor intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan

berbahasa. Bayi yang tingkat intelektual belum berkembang dan masih sangat

sederhana, bahasa yang digunakannya sangat sederhana. Semakin bayi itu tumbuh dan

berkembang serta mulai mampu memahami lingkungan, maka bahasa mulai

berkembang dari tingkat yang sangat sederhana menuju ke bahasa yang kompleks.

Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada

dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan. Anak (bayi) belajar bahasa seperti

halnya belajar hal yang lain, “meniru” dan “mengulang” hasil yang telah didapatkan

merupakan cara belajar bahasa awal. Bayi bersuara, “mmm mmm”, ibunya tersenyum,

mengulang menirukan dengan memperjelas dan memberi arti suara itu menjadi

“maem maem”. Bayi belajar menambah kata-kata dengan meniru bunyi yang

didengarnya. Manusia dewasa (terutama ibunya) disekeliliingnya membetulkan dan

memperjelas. Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia 6-7

Thn, disaat anak mulai bersekolah.Jadi perkembangan bahasa adalah meningkatnya

kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan,

tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat, mampu menguasai alat

komunkasi disini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami dan

dipahami orang lain. 

2. Tahapan Perkembangan Bahasa

Secara umum, perekembangan keteampilan berbahasa pada individu menurut

Berk (1989( dapat dibagi ke dalam empat komponen, yaitu:

1. Fonologi (phonologi);

2. Semantik (semantics);

3. Tata bahasa (grammar);

4. Pragmatic (pragmatics)

Fonologi berkenaan dengan bagaimana individu memahami dan menghasilkan

bunyi bahasa. Jika kita oernah mengunjungi daerah lain atau negara lain yang

bahasanya yang tidak kita mengerti boleh jadi kita akan kagum, heran atau bingung

karena bahasa orang asli disana terdengar begitu cepat dam sepertinya tidak putus-

putus antara satu kata dengan kata lain. Sebaliknya, orang asing yang sedang belajar

bahasa kita juga sangat mungkin mengalami hambatan karena tidak familiar dengan

bunyi-bunyi, kata-kata dan pola intonasinya. Bagaimana seseorang mempreoleh

fasilitas kemampuan memahami bunyi kata dan intonasi merupakan sejarah

perkembangan fonologi.

Semantic merujuk kepada makna kata atau kombinasi kata atau cara yang

mendasari konsep-konsep yang diekspresikan dalam kata-kata atau kombinasi kata.

Setelah selesai masa pra sekolah, anak-anak memperoleh sejumlah kata-kata baru

dalam jumlah yang banyak, penelitian intensif tentang perkembangan kosakata pada

anak-anak diibaratkan oleh Berk (1989) sebagai sejauh mana kekuatan anak untuk

memahami ribuan pemetaan kata-kata ke dalam konsep-konsep yang dimiliki

sebelumnya meskipun belum terlabelkan dalam dirinya dan kemudian

menghubungkannya dengan kesepakatan dalam bahasa masyarakatnya.

Pragmatic merujuk kepada sisi komunikatif dari bahasa. Ini berkenaan dengan

bagaimana menggunakan bahasa dengan baik ketika berkomunikasi dengan orang

lain. Di dalamnya meliputi bagaimana mengambil kesempatan yang tepat, mencari

dan menetapkan topic yang relevan, mengusahakan agar benar-benar komunikatif,

bagaimana menggunakan bahasa tubuh, intonasi, suara dan menjaga konteks agar

pesan-pesan verbal yang disampaikan dapat dimaknai secara tepat oleh penerimanya.

Pragmatic juga mencakup di dalamnya pengetahuan sosiolingustik, yaitu bagaimana

suatu bahasa harus diuucapkan dalam suatu kelompok masyarakat tertentu.

Dilihat dari perkembangan umur kronologis yang dikaitkan dengan

perkembangan kemampuan berbahasa individu, tahapan perkembangan bahasa dapat

dibedakan ke dalam tahap-tahap sebagai berikut:

a. Tahap pralinguistik atau meraba (0,3 – 1,0 tahun)

Pada tahap ini anak mengeluarkan bunyi ujaran dalam bentuk ocehan yang

mempunyai fungsi komunikatif.

b. Tahap holofrastik atau kalimat satu kata (1,0 – 1,8 tahun)

Pada usia sekitar satu tahun anak mulai mengucapkan kata-kata. Satu kata

yang diucapkan oleh anak-anak harus dipandang sebagai suatu kalimat penuh.

Mencakup aspek intelektual maupun emosional sebagai cara untuk

menyatakann mau tidaknya terhadap sesuatu.

c. Tahap kalimat dua kata (1,6 – 2,0 tahun)

Pada tahap ini anak mulai memiliki banyak kemungkinan untuk menyatakan

kemauannya dan berkomunikasi dengan menggunakan kalimat sederhana

yang disebut dengan istilah “kalimat dua kata” yang dirangkai secara tepat.

Misalnya, anak mengucapkan “mobil-mobilan siapa?’ atau bertanya “itu

mobil-mobilan milik siapa?”, dsb.

d. Tahap pengembangan tata bahasa awal (2,0 – 5,0)

Pada tahap ini anak mulai mengembangkan tata bahasa, panjang kalimat

mulai bertambah. Ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin kompleks, dan

mulai menggunakan kata jamak dalam kematangan perkembangan anak.

e. Tahap pengembangan tata bahasa lanjutan (5,0 – 10,0)

Pada tahap ini anak semakin mampu mengembangkan struktur tata bahasa

yang kompleks lagi serta mampu menggabungkan kalimat-kalimat sederhana

dengan komplementasi, relevan, dan konjungsi.

f. Tahap kompetensi lengkap (11,0 tahun – dewasa)

Pada akhir masa kanak-kanak perbendaharaan kata semakin meningkat, gaya

bahasa mengalami perubahan, dan semakin lancer serta fasih dalam

berkomunikasi. Keterampilan dan performasi tata bahasa terus berkembangan

karah tercapainya kompetensi berbahasa secara lengkap sebagai perwujudan

dari kompetensi komunikasi.

3. Karakteristik Perkembangan Bahasa Remaja

Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang. Ia telah banyak

belajar dari lingkungan dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari

kondisi lingkungan. Lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga,

masyarakat dan khususnya pergaulan teman sebaya dan lingkungan sekolah.

Pola bahasa yang dimilki adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga

atau bahasa ibu. 

Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh

lingkungan masyarakat dimana mereka tinggal. Hal ini berarti proses

pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan dengan masyarakat

sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku bahasa. Bersamaan dengan

kehidupannya di dalam masyarakat luas,anak (remaja) mengikuti proses

belajar di sekolah.Sebagaimana diketahui, dilembaga pendidikan diberikan

ransangan yang terarah sesuai dengan kaedah-kaedah yang benar. Proses

pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawal ilmu pengetahuan

semata, tetapi juga secara berencana merekayasa perkembangan system

budaya, termasuk perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam

masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak

(remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa yang pergaulan yang berkembang

di dalam kelompok sebaya. Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi,

bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus seprti istilah “baceman”

dikalangan pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal atau ulangan tes.

Bahasa “prokem” terutama secara khusus untuk kepentingan khusus pula. 

Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga, masyarakat dan

sekolah dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara

anak yang satu dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh pilihan dan kosa

kata sesuai dengan tingkat social keluarganya. Keluarga dari masyarakat

lapisan berpendidikan rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan

bahasa pasar, bahasa sembarangan dengan istilah-istilah yang kasar.

Masyarakat terdidik yang pada umumnya memilki status social lebih baik,

akan menggunakan istilah-istilah lebih selektif dan umumnya anak-anak

remaja juga berbahasa lebih baik. 

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa

Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. oleh sebab itu perkembanganya

dipengaruhi oleh beberapa factor:

a. Umur anak

Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya,

bertambahnya pengalaman dan meningkat kebutuhannya. Bahasa seseorang

akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya.

Faktor fisik akan ikut mempengaruhi sehubungan semakin sempurnanya

pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan

isyarat. Pada masa remaja perkembangan biologis yang menunjang

kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat kesempurnaan dengan

dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual anak akan mampu

menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik. 

b. Kondisi lingkungan

Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang member andil yang cukup

besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa dilingkungan perkotaan akan

berbeda dengan dilingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa

didaerah pantai, pegunungan dan daerah-daerah terpencil menunjukkan

perbedaaan. Sebagaimana diuraikan diatas bahwa bahasa pada dasarnya

dipelajari dari lingkungan. Lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan

pergaulan yang terbentuk kelompok-kelompok, seperti kelompok bermain,

kelompok kerja dan kelompok social yang lain. 

c. Kecerdasan anak

Untuk meniru lingkungan tentang bunyi atau suara, gerakan dan mengenal

tanda-tanda, memerlukan kemampuan motorik yang baik, kemampuan

intelektual dan kemampuan berfikir. Ketepatan meniru, memproduksi

perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun kalimat dengan

baik dan memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan pihak lain

amat dipengaruhi oleh kerja piker atau kecerdasan seseorang anak. 

d. Status social ekonomi keluarga

Keluarga yang berstatus ekonomi yang baik, akan mampu menyediakan situasi

yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak, anggota keluarganya,

Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota kelluarga yang

berstatus social tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus social yang

rendah. Hal ini akan tampak perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang

hidup di dalam keluarga terdidik atau tidak terdidik. Dengan kata lain

pendidikan keluarga berpengaruh pula terhadap perkembangan bahasa. 

e. Kondisi fisik

Kondisi fisik dimaksudkan kondisi kesehatan anak. Seseorang yang cacat

terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi seperti bisu, tuli, gagap,

organ suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangannya dalam

bahasa. 

5. Pengaruh Kemampuan Berbahasa Terhadap Kemampuan Berpikir

Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling berpengaruh

satu sama lain. Bahwa kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan

berbahasa dan sebaliknya kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap

kemampuan berpikir. Seseorang rendah kemampuan berpikirnya akan

mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik, logis dan sistematis.

Hal ini akan berakibat sulitnya berkomunikasi. Bersosialisasi berarti

malakukan konteks dengan yang lain. Seseorang menyampaikan ide dan

gagasannya dengan berbahasa dan menangkap ide dan gagasan orang lain

melalui bahasa. Menyampaikan dan menganmbil makna ide dan gagasan itu

merupakan proses berpikir yang abstrak. Ketidaktepatan menangkap arti

bahasa akan berakibat ketidaktepatan dan kekaburan persepsi yang

diperolehnya. Akibat lebih lanjut adalah bahwa hasil proses berpikir tidak

tepat.Ketidaktepatan hasil pemrosesan pikir ini diakibatkan kekurang

mampuan dalam bahasa. 

6. Perbedaan Individual Dalam Kemampuan dan Perkembangan Bahasa

Menurut Chomsky (woolfolk,dkk.1984:70) anak dilahirkan ke dunia

telah memiliki kapasitas berbahasa. Akan tetapi seperti dalam bidang yang

lain, factor lingkungan akan mengambil peranan yang cukup menonjol,

mempengaruhi perkembangan bahasa anak tersebut. Mereka belajar makna

kata dan bahasa sesuai dengan apa yang mereka dengar, lihat dan mereka

hayati dalam hidupnya sehari-hari. Perkembangan bahasa anak terbentuk oleh

lingkungan yang berbeda-beda. 

Di depan telah diuraikan bahwa kemampuan berpikir anak berbeda-

beda, sedang berpikir dan bahasa mempunyai korelasi tinggi; anak dengan IQ

tinggi akan brekemampuan bahasa yang tinggi. Sebaran nilai IQ

menggambarkan adanya perbedaan individual anak dan dengan demikian

kemampuan mereka dalam bahasa juga bervariasi sesuai dengan variasi

kemampuan mereka berpikir. 

Bahasa berkembang dipengaruhi oleh factor lingkungan karena

kekayaan lingkungan merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan

yang sebagian besar dicapai dengan proses meniru, dengan demikian remaja

yang berasal dari lingkungan yang berbeda juga akan berbeda-beda pula

kemampuan dan perkembangan bahasanya. 

7. Upaya Pengembangan Kemampuan Bahasa Remaja dan Implikasinya

Dalam Penyelenggaraan Pendidikan

Kelas atau kelompok belajar terdiri dari siswa-siswa yang bervariasi

bahasanya,baik kemampuannya maupun polanya. Menghadapi hal ini guru

harus mengembangkan strategi belajar-mengajar bidang bahasa dengan

memfokuskan pada potensi dan kemampuan anak. 

Pertama, anak perlu melakukan pengulangan (menceritakan kembali)

pelajaran yang telah diberikan dengan kata dan bahasa yang disusun oleh

murid-murid sendiri. Dengan cara ini senantiasa guru dapat melakukan

identifikasi tentang pola dan tingkat kemampuan bahasa murid-muridnya. 

Kedua, berdasar hasil identifikasi itu guru melakukan pengembangan

bahasa murid dengan menambahkan perbendaharaan bahasa lingkungan yang

telha dipilih secara tepat dan benar oleh guru. Cerita murid tentang isi

pelajaran yang telah diperkaya itu diperluas untuk langkah-langkah

selanjutnya, sehingga paraa murid mampu menyusun cerita lebih

komprehensip tentang isi bacaan yang telah dipelajari dengan menggunakan

pola bahasa mereka sendiri. 

Perkembanngan bahasa yang menggunakan model pengeksporesian

secara mandiri, baik lisan maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan

bacaan akan lebih mengembangkan kemampuan bahasa anak membentuk pola

bahasa masing-masing. Dalam penggunaan model ini guru harus banyak

memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi

bebas. Dalam itu saran pengembangan bahasa seperti buku-buku, surat kabar,

majalah dan lain-lainnya hendaknya disediakan di sekolah maupun di rumah.

E. PERKEMBANGAN BAKAT KHUSUS

Bakat (attiude) mengandung makna kemampuan bawaan yang merupakan potensi

(potential ability) yang masih perlu pengembangan dan latihan lebih lanjut. Karena sifatnya yang

masih bersifat potensial atau masihlaten, bakat merupakan potensi yang masih memerlukan

ikhtiar pengembangan dan pelatihan secara serius dan sistematis agar dapat terwujud. Bakat

berbeda debgan kemampuan (ability) yang mengandung makna sebagai daya untuk melakukan

sesuatu, sebagai hasil pembawaan dan latihan. Bakat juga berbeda dengan dengan kapasitas

(capacity) dengan sinonimnya, yaitu kemampuan yang dapat dikembangkan dimasa yang akan

datang apabila latihan dilakukan secara optimal. Dengan demikian, dapat disarikan bahwa bakat

masih merupakan suatu tindakan yang dapat dilaksanakan atau akan dapat dilaksanakan.

Jadi yang disebut bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan dan

keterampilan, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus. Bakat umum apabila

kemampuan yang berpotensi tersebut bersifat umum. Misalnya bakat intelektual secara umum,

sedangkan bakat khusus apabila kemampuan yang berpotensi tersebut bersifat khusus, misalnya

bakat akademik social dan seni kinestestik. Bakat khusus ini biasanya disebut talen, sedangkan

bakat umum (intelektual) sering disebut dengan istilah gifted. Oleh karena itu, anak yang

memiliki bakat khusus sering disebut dengan istilah talented children, sedangkan anak yang

memiliki intelektual menonjol sering disebut dengan gifted children.

Dengan bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu.

Tetapi untuk mewujudkan bakat kedalam suatu prestasi dibutuhkan latihan,

pengetahuan,pengalaman dan motivasi. Seseorang memiliki potensi bakat musik tapi tidak

memperoleh kesempatan mengembangkannya, bakat musik tidak dapat berkembang dan terwujud

dengan baik. Sebaliknya, seseorang yang memperoleh fasilitas dan pendidikan musik secara baik,

tetapi tidak memiliki bakat musik, tidak akan dapat mengembangkan keterampilan musik secara

maksimal. Lain halnya pada seseorang anak yang pada dasarnya memiliki bakat dibidang musik

dan orangtuanya mendukung. Ia kan mengusahakan agar anknya memperoleh pengalaman untuk

mengembangkan bakatnya dang dengan motivasi yang tinggi dapat berlatih sehingga bakatnya

berkembang maksimal dan memperoleh prestasi.

Guilford ( dalam Sunarto,2002) mengemukakan bahwa bakat itu mencakup 3 dimensi

Psikologis yaitu dimensi perceptual, dimensi psikomotor, dan dimensi intelektual.

1. Dimensi Perseptual.

Dimensi perseptual meliputi kemampuan dalam mengadakan persepsi dan ini meliputi faktor-

faktor antara lain:

- Kepekaan Indra

- Perhatian

- Orientasi waktu

- Luas daerah persepsi

- Kecepatan persepsi, dan sebagainya

2. Dimensi Psikomotor.

Dimensi psikomotor ini mencakup enam faktor, yaitu faktor:

- Kekuatan

- Impuls

- Kecepatan gerak

- Ketelitian yang terdiri dari dua macam yaitu:

Faktor kecepatan statis yang menitik beratkan pada posisi dan faktor kecepatan dinamis

yang menitik beratkan pada gerakan

- Koordinasi dan

- Keluwesan

3. Dimensi Intelektual.

Dimensi inilah yang umumnya sorotan luas, karena memang dimensi inilah yang mempunyai

implikasi sangan luas. Dimensi ini meliputi 5 faktor yaitu:

- Faktor ingatan, mencakup substansi, relasi dan sistem

- Faktor ingatan mengenai pengenalan terhadap keseluruhan informasi, golongan(kelas),

hubugan-hubungan, bentuk atau struktur dan kesimpulan.

- Faktor evaluatif, mengenai: identitas, relasi-relasi, sistem dan penting tidaknya problem.

- Faktor berfikir konvergen, yang meliputi faktor untuk menghasilkan: nama-nama,

hubungan-hubungan, sistem-sistem, transformasi dan implikasi-implikasi yang unik.

- Faktor berfikir divergen yang meliputi faktor: untuk menghasilkan unit-unit, se[erti word

fluency, ideational fluency, untuk pengalihan kelas-kelas secara spontan, kelancaran

dalam menghasilkan hubungan-hubungan, untuk menghasilkan sistem, seperti

expressional fluency, untuk transformasi divergen, dan untuk menyusun bagian0bagian

menjadi garis besar atau kerangka.

Dari penjelasan diatas menunjukkan betapa rumitnya bagian dari kualitas individu yang

disebut bakat. Jadi apakah yang sebenarnya disebut bakat? Apakah bedanya dengan

kemampuan dan dengan kapasitas serta insting?

Bakat dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi

(potencial ability) yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Kemampuan adalah daya

untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dari latihan. Kemampuan

menunjukkan bahwa suatu tindakan dapat dilakukan dapat dilaksanakan sekarang, sedangkan

bakat memerlukan pendidikan dan latihan agar suatu tindakan dapat dilakukan dimasa yang

akan datang. Kapasitas sering digunakan sebagai sinonim untuk kemampuan dan biasanya

diartikan sebagai kemampuan yang dapat dikembangkan sepenuhnya dimasa mendatang

apabila latihan dilakukan secara optimal. Dalam praktek kapasitas seseolrang jarang tecapai.

Insting umumnya terdapat pada hewan, dimana dengan insting itu dapat melakukan

sesuatu tanpa latihan sebelumnya. Jadi bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh

pengetahuan dan keterampilan yang relatif bersifat umum ( misalnya bakat intelektual umum)

atau khusus (bakat akademis khusus) bakat khusus disebut juga talen. (cony Semiawan,1987)

a. Jenis-jenis Bakat Khusus

Bakat khusus (talent) adalah kemampuan bawaan berupa potensi khusus dan jika

memperoleh kesempatan berkembang denga baik, akan muncul sebagai kemampuan khusus

didalam bidang tertentu sesuai potensinya. Individu yang memiliki bakat khusus dalam

bidang matematika misalnya, apabila memperoleh kesempatan mengembangkannya secara

optimal disertai motivasi yang tinggi akan memiliki kemampuan khusus dan prestasi yang

menonjol di bidang matematika.

Cony Semiawan dan Utami Munandar mengklasifikasikan jenis-jenis bakat khusus, baik

yang masih berupa potensi maupun yang sudah terwujud menjadi lima bidang yaitu:

1. Bakat akademis khusus

2. Bakat kreatif-produktif

3. Bakat seni

4. Bakat kinestetik/psikomotorik, dan

5. Bakat social

Termasuk kedalam akademik khusus, misalnya bakat untuk bekerja dalam angka-angka

(numeric), logika bahasa, dan sejenisnya. Bakat khusus dalam bidang kreatif produktif artinya

bakat dalam menciptakan sesuatu yang baru. Misalnya, menghasilakan rancangan arsitektus

terbaru, menghasilkan teknologi terbaru, dan sejenisnya. Bakat khusus dalm bidang seni,

misalnya mampu mengaransemen musik dan sangat dikagumi, mampu menciptakan lagu

hanya dalm 30 menit dan mampu melukis dengan sangat indah dalm waktu singkat, dan

sejenisnya. Bakat khsusus kinestetik/psikomotorik, misalnya sepakbola, bulutangkis, tennis

dan keterampilan teknik. Adapun bakat khusus dalam bidang social, misalnya sangat mahir

mencari koneksi, sangat mahir berkomunikasi dalam organisasi dan sangat mahir dalam

kepemimpinan.

b. Hubungan Antara Bakat dan Prestasi

Perwujudan nyata dari bakat dan kemampuan adalah prestasi ( Utami Munandar, 1992)

karena bakat dan kemampuan sangat memnentukan prestasi seseorang. Orang yang memiliki

bakat matematika diprediksikan mampu mencapai prestasi yang menonjol dalam bidang

matematika. Prestasi yang menonjol dalam matematika merupakan cerminan dari bakat

khusus yang dimiliki dalam bidang tersebut.

Perlu ditekankan bahwa karena bakat masih bersifat potensial, seseorang yang berbakat

belum tentu mampu mencapai prestasi yang tinggi dalam bidangnya jika tidak mendapatkan

kesempatan untuk mengembangkan bakatnya secara maksimal. Bakat khusus yang

memperoleh kesempatan maksimal dan dikembangkan sejak dini dan didukung oleh fasilitas

dan motivasi yang tinggi, akan terealisasikan dalam bentuk prestasi unggul. Contoh konkret

bakat yang tidak memperoleh kesempatan maksimal untuk berkembang adalah hasil

penelitian Yaumil Agoes Akhir (1999) yang menemukan bahwa sekitar 22% siswa SD dan

SLTP menjadi anak undererachiever, artinya prestasi belajar yang mereka peroleh berada

dibawah potensi atau bakat intelektual yang sesungguhnya mereka miliki. Bakat memang

sangat menentukan prestasi seseorang, tetapi sejauh mana bakat itu akan terwujud dan

menghasilkan suatu prestasi, masih banyak variabel yang turut menentukan.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat Khusus

Cony Semiawan dan Utami Munandar menegaskan bahwa berbeda dengan kemampuan

yang menunjuk pada suatu kinerja (performance) yang dapat dilakukan sekarang. Bakat

sebagai potensi masih memerlukan pendidikan dan latihan agar suatu kinerja (performance)

dapat dilakukan pada masa yang akan datang. Ini memberikan pemahan bahwa bakat khusus

sebagai potential ability untuk dapat terwujud sebagai kinerja (performance) atau perilaku

nyata dalam bentuk prestasi yang menonjol, masih memerlukan pelatihan dan pengembangan

lebih lanjut.

Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat khusus yang secara garis

besar dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang

berasal dari dalam diriindividu. Faktor-faktor internal tersebur adalah:

1. Minat

2. Motif berprestasi

3. Keberanian mengambil resiko

4. Keuletan dalm menghadapi tantangan, dan

5. Kegigihan atau daya juang dalm mengatasi kesulitan yang timbul.

Adapun faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari lingkunga individu

tumbuh dan berkembang. Faktor-faktor eksternal meliputi:

1. Kesempatan maksimal untuk mengembangkan diri

2. Saran dan prasarana

3. Dukungan dan dorongan orangtua/keluarga

4. Lingkungan tempat tinggal, dan

5. Pola asuh orangtua

Individu memiliki bakat khusus dan memperoleh dukungan internal maupun

eksternal, yaitu memiliki minat yang tinggi terhadap bidang yang menjadi bakat

khususnya, memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, memiliki daya juang tinggi. Dan

ada kesempatan maksimal untuk mengembangkan bakat khusus tersebut secara optimal

maka akan memunculkan kinerja atau kemampuan unggul dan mecapai prestasi yang

menonjol.

d. Perbedaan Individual Dalam Bakat Khusus

Dilihat dari aspek apapun, setiap individu memiliki perbedaan satu denga yang lain.

Demikian juga dalam aspek bakat khsusu, setiap individu juga memiliki bakat khususnya

masing – masing secara berbeda – beda . menurut Cony Semiawan dan Utami Munandar,

perbedaan bakat khusus ini bisa terletak pada jenisnya dan juga pada kualitasnya.

Perbedaan dari jenisnya terlihat dari kemampuan yang ditunjukkan. Misalnya,

seseorang memiliki bakat khusus bekerja dengan angka (numerical aptutide), yang lain

lebih menonjol dalam berbahasa (verbal aptitude). Sementara yang lainnya lagi memiliki

bakat yang menonjoldalm bidang musik. Sedangkan perbedaan dalm bidang kualitasnya

mengandung makna bahwa diantara individu yang satu dengan yang lain memiliki bakat

khusus yang sama, tetapi kualitasnya berbeda. Misalnya, antara dua orang yang sama-

sama memiliki bakat khusus untuk bekerja dengan angka. Orang pertama memiliki

kemampuan yang lebih unggul dari orang kedua.