PERILAKU PENCARIAN INFORMASI MELALUI...
Transcript of PERILAKU PENCARIAN INFORMASI MELALUI...
PERILAKU PENCARIAN INFORMASI MELALUI INTERNET
OLEH USTADZ DI PONDOK PESANTREN ULUMUL QUR’AN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
RIZKY ANDIKA
NIM: 11150251000077
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020/1441 H
Lembar Pengesahan
PERILAKU PENCARIAN INFORMASI MELALUI INTERNET
OLEH USTADZ DI PONDOK PESANTREN ULUMUL QUR’AN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
Rizky Andika
NIM: 11150251000077
Di bawah Bimbingan,
Nuryudi, MLIS.
NIP. 196709121999031002
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020/1441 H
i
ABSTRAK
Rizky Andika (11150251000077). Perilaku Pencarian Informasi Melalui Internet
Oleh Ustadz di Pondok Pesantren Ulumul Qur’an di bawah bimbingan
Nuryudi, MLIS. Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
Sikap seseorang dalam mencari informasi berbeda-beda dan dapat mempengaruhi
hasil temuan informasi. Bagi profesi guru/ustadz, sikap yang tepat dalam mencari
informasi pembelajaran di internet akan membantu dan memudahkan mereka dalam
menemukan informasi pembelajaran yang dibutuhkan secara cepat dan tepat.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran umum perilaku pencarian
informasi pembelajaran berbasis internet oleh ustadz di pondok pesantren Ulumul
Qur’an Bojongsari - Depok. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ustadz yang
mengajar di pondok pesantren Ulumul Qur’an yang berjumlah 42 orang.
Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan teknik sampel jenuh, sebab
populasi penelitian kurang dari 100 orang, yang berarti seluruh populasi menjadi
sampel penelitian. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner
yang disebarkan kepada seluruh ustadz yang mengajar di pondok pesantren Ulumul
Qur’an. Penelitian ini menggunakan model pencarian informasi Ellis yang telah
diperbaharui oleh Lokman L. Meho dan Helen R. Tibbo, yang membagi proses
pencarian informasi menjadi 10 tahapan, yaitu: starting, chaining, browsing,
monitoring, accessing, differentiating, extracting, verifying, monitoring, dan
managing information. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum perilaku
pencarian informasi ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an dilakukan secara urut
sesuai dengan tahapan pencarian informasi Meho dan Tibbo. Perilaku pencarian
informasi ustadz pondok pensantren Ulumul Qur’an dilakukan dengan
mempersiapkan kata kunci sesuai dengan informasi yang akan dicari dan bertanya
kepada teman terkait informasi yang akan dicari. Selanjutnya ustadz akan
mengetikan kata kunci pencarian pada mesin pencari (search engine) ataupun pada
website penyedia informasi menggunakan pencarian sederhana (simple search).
Setelah informasi pembelajaran yang dibutuhkan didapatkan, ustadz mengecek isi
informasi tersebut dan menyimpan informasi tersebut jika dirasa penting pada file
khusus agar mudah ditemukan jika dibutuhkan kembali. Secara keseluruhan,
perilaku pencarian informasi ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an ketika
mencari informasi pembelajaran di internet bernilai positif atau dapat dikatakan
baik. Hal tersebut dapat dilihat dari skor rata-rata dari seluruh tahapan pencarian
informasi dengan skor sebesar 3,05 dimana skor ini berada pada interval 2,52 – 3,27.
Namun, terdapat proses pencarian informasi yang tidak dilakukan ustadz yaitu
penggunaan operator boolean (AND, OR, NOT) ketika mencari informasi
pembelajaran di internet. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan ustadz
dalam menggunakan operator boolean tersebut.
Kata kunci : perilaku pencarian informasi, internet, ustadz, pondok pesantren.
ii
KATA PENGANTAR
له الر حمن الر حيمبسم ال
Dengan memanjatkan puji serta syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Perilaku Pencarian Informasi
Melalui Internet Oleh Ustadz di Pondok Pesantren Ulumul Qur’an” dengan baik.
Shalawat dan salam tak lupa pula penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW,
semoga syafaatnya dapat diperoleh kelak. Aamiin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik dari
segi isi maupun penulisannya. Dalam menyelesaikan skipsi ini penulis selalu
mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril
maupum materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa
terimakasih yang setulusnya kepada:
1. Prof. Dr. Armany Lubis, Lc. MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dr. Saiful Umam, Ph.D, Selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Siti Maryam, M.Hum, selaku ketua Program Studi Ilmu Perpustakaan.
4. Bapak Amir Fadilah, S.Sos, M.Si, selaku sekretaris Program Studi Ilmu
Perpustakaan.
5. Bapak Nuryudi, MLIS, selaku dosen pembimbing penulis yan telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membantu mengarahkan
dan memberi masukan serta semangat kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan yang telah
memberikan ilmu selama perkulaiahan sebagai bekal bagi penulis kelak
7. Direktur Kulliyyatul Muallimin Al Islamiyah pondok pesantren Ulumul
Qur’an, Ust. Kurniawan, MA. yang telah mengizinkan penulis
melaksanakan peneltian dan memberikan data yang penulis butuhkan.
8. Seluruh ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an yang telah berkenan
membantu penulis dalam pengisian kuesioner sehingga penelitian ini dapat
selesai.
9. Kedua orang tua penulis, Bapak Ridwan (alm) dan Ibu Amanah, S.Pd.I yang
selalu memberi kasih sayang, semangat dan doa setiap saat sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Adik-adikku, Herlambang, Eva Rosalia, Evi Rosalia, M. Iqbal yag telah
memberi dukungan dan semangat kepada penulis.
11. Seluruh teman-teman seperjuangan angkatan 2015 khususnya kelas IP C
atas segala kebersamaan, semangat, dan bantuannya selama menjalani
perkuliahan sampai akhir. Semoga silaturahmi kita tetap terjaga.
12. Seluruh teman-teman KKN 200 Pelita 2018, atas waktu dan pengalaman
yang berharga selama satu bulan mengabdi.
13. Serta terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam meyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu. Hanya doa dan ucapan terima kasih yang dapat
penulis sampaikan. Semoga Allah SWT yang akan membalas semua
kebaikan kalian. Aamiin.
Jakarta, 03 Juni 2020
Rizky Andika
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................... 7
1. Pembatasan Masalah ..................................................................... 7
2. Perumusan Masalah ...................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 7
1. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7
2. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7
D. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 8
E. Sistematika Penulisan ......................................................................... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 12
A. Informasi ............................................................................................ 12
B. Kebutuhan Informasi .......................................................................... 15
C. Perilaku Pencarian Informasi ............................................................. 17
D. Internet ............................................................................................... 30
E. Pondok Pesantren ............................................................................... 35
F. Unsur-Unsur Pesantren ...................................................................... 37
G. Ustadz ................................................................................................. 41
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 44
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ......................................................... 44
B. Populasi dan Sampel .......................................................................... 44
C. Sumber Data ....................................................................................... 45
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 46
E. Teknik Pengolahan Data .................................................................... 47
F. Teknik Analisis Data .......................................................................... 47
G. Uji Validitas dan Reabilitas................................................................ 50
H. Waktu Dan Tempat Penelitian ........................................................... 52
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 54
A. Profil Pondok Pesantren Ulumul Qur’an ........................................... 54
B. Temuan Hasil Penelitian .................................................................... 57
1. Identitas Responden .................................................................... 57
2. Perilaku pencarian informasi melalui internet oleh ustadz di
pondok pesantren Ulumul Qur’an ............................................... 59
C. Pembahasan ........................................................................................ 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 93
A. Kesimpulan......................................................................................... 93
B. Saran ................................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 95
LAMPIRAN LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan Model Ellis (1989), Ellis, Cox dan Hall (1993),
Meho Tibbo (2003) .................................................................. 25
Tabel 3.1 Hasil uji validitas ...................................................................... 50
Tabel 3.2 Hasil uji reabilitas ..................................................................... 52
Tabel 3.3 Jadwal penelitian ....................................................................... 53
Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Ulumul Qur’an ......... 55
Tabel 4.2 Jenis kelamin ............................................................................. 57
Tabel 4.3 Latar Belakang Pendidikan ....................................................... 57
Tabel 4.4 Mata Pelajaran........................................................................... 58
Tabel 4.5 Menentukan topik kebutuhan informasi pembelajaran
sebelum mencari informasi di internet ...................................... 59
Tabel 4.6 Menyiapkan kata kunci (keyword) sebelum mencari
informasi pembelajaran di internet............................................ 60
Tabel 4.7 Menentukan dan membuat daftar informasi pembelajaran
yang akan dicari di internet ....................................................... 61
Tabel 4.8 Rekapitulasi perilaku pencarian informasi pembelajaran oleh
ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an pada tahap starting .. 61
Tabel 4.9 Membaca literatur lain seperti buku, jurnal penelitian, atau
sumber lainnya sebagai referensi sebelum mencari informasi
pembelajaran di internet ............................................................ 62
Tabel 4.10 Bertanya kepada teman sebelum mencari informasi
pembelajaran yang dibutuhkan di internet .............................. 63
Tabel 4.11 Menggunakan daftar sumber rujukan sebelum mencari
informasi pembelajaran di internet.......................................... 64
Tabel 4.12 Rekapitulasi perilaku pencarian informasi pembelajaran
oleh ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an pada tahap
chaining ................................................................................... 65
Tabel 4.13 Menggunakan mesin pencari (search engine) saat mencari
informasi pembelajaran di internet.......................................... 66
Tabel 4.14 Menggunakan operator Boolean logic (AND, OR, NOT)
saat mencari informasi pembelajaran di internet .................... 66
Tabel 4.15 Menelusuri katalog online, indeks, atau abstrak jurnal
online ketika mencari informasi pembelajaran di internet ...... 67
Tabel 4.16 Rekapitulasi perilaku pencarian informasi pembelajaran
oleh ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an pada tahap
browsing .................................................................................. 68
Tabel 4.17 Memantau perkembangan informasi terbaru terkait
pembelajaran yang menjadi perhatian dari berbagai sumber
di internet ................................................................................ 69
Tabel 4.18 Merasa mudah dalam mengakses informasi pembelajaran
yang dibutuhkan saat mencari informasi di internet ............... 70
Tabel 4.19 Terdaftar sebagai anggota database online (seperti
perpustakaan nasional) guna memudahkan dalam
mengakses informasi pembelajaran yang dibutuhkan ............ 71
Tabel 4.20 Rekapitulasi perilaku pencarian informasi pembelajaran
oleh ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an pada tahap
accessing ................................................................................. 72
Tabel 4.21 Memilih sumber yang terpercaya saat mencari informasi
pembelajaran di internet .......................................................... 73
Tabel 4.22 Memilih informasi pembelajaran di internet yang relevan
dengan informasi yang dibutuhkan ......................................... 74
Tabel 4.23 Melakukan pencarian informasi pembelajaran lebih lanjut
di internet untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam ... 75
Tabel 4.24 Rekapitulasi perilaku pencarian informasi pembelajaran
oleh ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an pada tahap
extracting................................................................................. 75
Tabel 4.25 Membandingkan informasi pembelajaran yang dipilih
dengan sumber informasi lainnya ........................................... 76
Tabel 4.26 Mengecek ulang informasi pembelajaran yang didapatkan
di internet ................................................................................ 77
Tabel 4.27 Rekapitulasi perilaku pencarian informasi pembelajaran
oleh ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an pada tahap
verifying................................................................................... 78
Tabel 4.28 Memanfaatkan informasi yang didapatkan dari internet dan
menyebarluaskannya melaui media seperti media sosial,
email, atau media lainnya ........................................................ 78
Tabel 4.29 Melakukan diskusi terkait informasi pembelajaran yang
diperoleh di internet secara langsung atau melalui media
seperti media sosial, blog dan lainnya..................................... 79
Tabel 4.30 Rekapitulasi perilaku pencarian informasi pembelajaran
oleh ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an pada tahap
networking ............................................................................... 80
Tabel 4.31 Menyimpan informasi pembelajaran yang didapatkan dari
internet untuk digunakan di masa mendatang ......................... 81
Tabel 4.32 Mengatur informasi pembelajaran dari internet yang telah
disimpan agar mudah ditemukan jika dibutuhkan kembali..... 82
Tabel 4.33 Rekapitulasi perilaku pencarian informasi pembelajaran
oleh ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an pada tahap
managing information ............................................................. 83
Tabel 4.34 Rekapitulasi perilaku pencarian informasi ustadz pondok
pesantren Ulumul Qur’an ketika mencari informasi
pembelajaran di internet .......................................................... 83
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model perilaku pencarian informasi Wilson (1981) ......................... 19
Gambar 2.2 Model perilaku pencarian informasi Wilson (1996) ........................ 20
Gambar 2.3 Model perilaku pencaarian Informasi Ellis, Cox, dan Hall .............. 22
Gambar 2.4 Model perilaku pencarian informasi Kuhlthau ................................. 27
Gambar 4.1 Struktur organisasi pondok pesantren Ulumul Qur’an ..................... 56
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 Surat Tugas Menjadi Pembimbing
Lampiran 3 Surat Ganti Judul
Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran 5 Membangun Kuesioner Penelitian
Lampiran 6 Kuesioner Penelitian
Lampiran 7 Hasil Cek Plagiasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupannya, manusia dikenal sebagai makhluk sosial yang selalu
membutuhkan informasi dalam menjalankan aktifitasnya. Terlepas dari apapun
latar belakang pendidikan, pekerjaan, dan status sosialnya semua membutuhkan
informasi. Informasi sangat penting bagi seseorang dalam menjalankan
kegiatannya sehari-hari, juga sebagai pertimbangan dalam pengambilan
keputusan untuk menyelesaikan suatu masalah. Ataupun hanya sebagai pemuas
hasrat keingintahuan seseorang akan suatu hal yang sedang menjadi
perhatiannya.
Kebutuhan informasi dapat terjadi pada siapa saja, kapan saja, dan dimana
saja. Belkin dalam Tawaf dan Khaidir, menyatakan bahwa kebutuhan informasi
terjadi ketika seseorang menyadari adanya kekurangan dalam tingkat
pengetahuannya tentang situasi atau topik tertentu dan berkeinginan mengatasi
kekurangan tersebut.1 Dengan kata lain, kebutuhan informasi muncul ketika
terjadi kesenjangan pengetahuan dalam diri seseorang, sehingga untuk
mengatasi kesenjangan tersebut seseorang akan berusaha mencari informasi
yang dibutuhkan agar segera terpenuhi.
Tidak ada seorang pun yang tidak membutuhkan informasi walau sekecil
apapun kebutuhan informasi tersebut. Khususnya di era globalisasi saat ini,
informasi merupakan komoditi yang sangat dibutuhkan dalam berbagai aspek
kehidupan guna menunjang aktivitas sehari-hari. Bahkan, lebih jauh lagi yakni
sebagai peningkatan pola kehidupan yang terus menerus menuju kompleksitas
yang semakin tinggi.
Kebutuhan akan informasi merupakan pemicu awal terjadinya perilaku
pencarian informasi guna memenuhi kebutuhan informasi seseorang. Wilson
dalam Pawit M. Yusuf menjelaskan bahwa perilaku pencarian informasi
1 Tawaf dan Alimin Khaidir, Kebutuhan Informasi Manusia: Sebuah Pendekatan
Kepustakaan. Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 15, No. 1 (2012), h. 51
2
merupakan perilaku di tingkat mikro, berupa perilaku mencari yang ditunjukkan
seseorang ketika berinteraksi dengan sistem informasi.2 Sikap atau perilaku
seseorang dalam mencari informasi sangat beragam yang dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti pekerjaan, pendidikan, usia, geografis, dan lainnya.
Selain itu, semakin tingginya tingkat kebutuhan seseorang akan informasi,
maka akan semakin aktif pula orang tersebut dalam mencari informasi yang
dibutuhkannya.
Pendidikan sangat berguna bagi kehidupan manusia. Subadi menjelaskan
bahwa pendidikan merupakan bagian yang paling penting dalam membentuk
kualitas manusia. Dengan pendidikan manusia akan mendapatkan pengetahuan,
wawasan, keterampilan dan kemandirian. Dengan pengetahuan manusia
diharapkan dapat membangun keberadaan hidupnya menjadi lebih baik. 3
Dengan pendidikan pula diharapkan akan tercipta peningkatan kualitas sumber
daya manusia yang unggul, handal, dan berakhlak mulia.
Dalam kaitannya dengan belajar dan menuntut ilmu, sejak 14 abad yang lalu
agama Islam telah memerintahkan setiap umatnya untuk belajar guna menuntut
ilmu. Sebagaimana yang disampaikan Rasulllah SAW:
طلب العلم فريضة على كل مسلم
Artinya: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah).4
Hadits di atas sangat jelas memberikan perintah kepada kaum muslim
khususnya untuk menuntut ilmu. Menuntut ilmu memiliki banyak keutamaan, di
antaranya yaitu orang yang berilmu akan ditinggikan dejaratnya oleh Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran:
ات ج ر م د ل ع وا ال وت ين أ الذ م و ك ن وا م ن ين آم ع الله الذ ف ر ي
2 Pawit M. Yusup dan Priyono Subekti, Teori dan Praktek Pencarian Informasi, (Jakarta:
Kencana, 2010), h. 101 3 Subadi Tjipto, Sosiologi dan Sosiologi Pendidikan, (Solo: Fairuz Media, 2009), h. 103. 4 Fatharani Fariha, Keutamaan Menuntut Ilmu Agama. Diakses dari:
<https://muslimah.or.id/10472-keutamaan-menuntut-ilmu-agama.html >
3
Artinya: “... Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat.” (Q.S Al-Mujadalah : 11)5
Saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang begitu pesat.
Perkembagan tersebut juga berimbas pada semakin banyaknya informasi yang
tersebar luas. Saat ini informasi tidak hanya tersedia dalam bentuk cetak, tetapi
juga dalam bentuk elektronik. Tersebarnya informasi dalam bentuk elektronik
tidak lain adalah akibat adanya internet. Internet merupakan teknologi
revolusioner dalam sejarah manusia. Internet merupakan sebuah jaringan
komunikasi tanpa batas yang menghubungkan jutaan komputer di seluruh dunia.
Internet menjadi media baru yang mampu menyajikan beragam informasi dari
seluruh dunia. Hadirnya internet seakan menjadi penghilang batas ruang dan
waktu antar wilayah. Dengan menggunakan internet, seseorang dapat
mengetahui berbagai informasi dan pengetahuan terbaru dengan cepat, mudah,
dan murah.
Berdasarkan hasil survey penetrasi pengguna internet di Indonesia yang
dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII),
pengguna Internet di Indonesia sampai akhir tahun 2018 mencapai 171,17 juta
jiwa atau 64,8 % dari total populasi penduduk Indonesia sebanyak 264,16 juta
jiwa. Jumlah tersebut naik signifikan dari tahun sebelumnya dengan peningkatan
sebanyak 10,12%.6 Hasil survey tersebut menunjukan bahwa terjadi peningkatan
jumlah pengguna internet di Indonesia. Meningkatnya jumlah pengguna internet
pada akhirnya juga turut mempengaruhi pola kehidupan masyarakat, khususnya
dalam hal pencarian informasi.
Setiap pekerjaan tentu membutuhkan informasi, tidak terkecuali bagi tenaga
pengajar atau guru. Dalam pendidikan, guru merupakan komponen penting
dalam kegiatan belajar mengajar. Guru berperan penting sebagai media dan
5 TafsitQ, Surat Al-Mujadilah Ayat 11, diakses dari: <https://tafsirq.com/58-al-
mujadilah/ayat-11#tafsir-jalalayn > 6 APJII, Laporan Survei Penetrasi & Profil Perilaku Pengguna Internet Indonesia 2018,
diunduh dari: <https://apjii.or.id/survei >
4
pembimbing siswa dalam transfer ilmu pengetahuan. Karenanya, wajib bagi
seorang guru untuk memiliki wawasan yang luas, baik dalam bidang
keilmuannya, juga bidang lainnya. Demi meningkatkan kualitas anak didiknya,
guru juga perlu meningkatkan kapasitas keilmuan dalam dirinya dengan banyak
belajar dan tidak menutup diri dengan perkembangan zaman, khususnya dengan
perkembangan teknologi informasi.
Pada era modern seperti saat ini, kemampuan untuk mengoperasikan
komputer sudah layaknya dimiliki oleh setiap tenaga pendidik, khususnya dalam
penggunaan internet sebagai media penelusuran informasi. Sebagaimana
dijelaskan dalam UU RI Nomor 14 tahun 2005, bahwasanya guru berkewajiban
meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni.7 Walaupun, dalam kenyataannya masih banyak didapati guru yang
gagap akan teknologi, namun hal tersebut seharusnya bukan menjadi alasan
untuk tidak mengupgrade diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
informasi terbaru.
Salah satu lembaga pendidikan keagamaan yang masih eksis hingga saat ini
adalah pesantren. Dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 55
tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan,
menjelaskan bahwa:
“Pesantren atau pondok pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan
Islam berbasis masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan diniyah
atau secara terpadu dengan jenis pendidikan lainnya”.8
Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua yang ada di Indonesia.
Pesantren diyakini telah ada sejak awal penyebaran Islam di Nusantara oleh para
wali. Tidak bisa dipungkiri, bahwa pada masa penjajahan, pesantren turut andil
dalam memperjuangkan kemerdekaan yang dipelopori oleh para kyai pemimpin
7 UU RI Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan Dosen.[pdf]. diunduh dari:
<http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU14-2005GuruDosen.pdf > 8 UU RI No. 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.[pdf].
diunduh dari: <https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/PP_55_2007-
Pendidikan-Agama-Keagamaan.pdf >
5
pesantren. Dalam perkembangannya, sampai saat ini pesantren masih memegang
peran penting di masyarakat dalam bidang pendidikan, khususnya dalam bidang
pendidikan agama Islam.
Sebagai lembaga penyelenggara pendidikan, pesantren diharapkan dapat
mengembangkan sumber daya manusia sehingga dapat memberikan kontribusi
dalam membangun masyarakat yang berkualitas baik dari segi pengetahuan dan
keagamaan. Oleh karena pentingnya peranan pesantren tersebut, maka
seyogyanya diiringi dengan tenaga pengajar (guru) yang berkualitas, yaitu
ustadz-ustadz yang mampu bersama-sama dengan santri, supaya dapat
mengantisipasi perkembangan pengetahuan yang ada, berkeahlian dan
berkemampuan dalam mengakses ilmu dan melakukan riset, bahkan kerjasama
di bidang ilmu. Guru memiliki peran, fungsi dan tanggung jawab yang begitu
penting dalam pendidikan, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Begitu strategisnya peran, fungsi,
dan tanggung jawab guru tersebut, maka diperlukan guru yang profesional.
Sebab, guru yang profesional akan memanfaatkan berbagai sumber belajar
dalam mentransfer ilmu kepada peserta didik. Salah satu sumber belajar itu yang
sangat memiliki cakupan luas dan mudah diakses saat ini adalah internet.
Dengan meningkatnya tuntutan kompetensi profesionalisme dalam dunia
pendidikan, maka sudah sepantasnya juga guru harus dapat menguasai internet
dengan baik.
Pondok pesantren Ulumul Qur’an adalah pesantren yang termasuk dalam
tipologi pesantren khalafiyah, yaitu pesantren yang tidak hanya memberikan
pendidikan dalam bidang agama saja, namun mengintegrasikan antara ilmu
agama dengan ilmu umum. Pondok pesantren Ulumul Qur’an berusaha untuk
selalu terbuka akan perkembangan zaman, khususnya dalam hal teknologi
informasi. Pesantren Ulumul Qur’an berusaha untuk mendorong santri dan
tenaga pendidik (ustadz) dalam memanfaatkan teknologi informasi. Hal tersebut
dapat dilihat dari disediakannya sarana prasarana untuk mengaksesnya. Saat ini,
pesantren Ulumul Qur’an telah menyediakan setidaknya 35 unit komputer dan
jaringan internet yang dapat dimanfaatkan oleh para santri maupun ustadz untuk
6
kegiatan pembelajaran dan penelusuran informasi. Selain itu, sebagian besar
ustadz pun telah memiliki laptop pribadi yang digunakan untuk menunjang
aktifitas sebagai guru, kegiatan pembelajaran, dan mencari informasi di internet.
Berdasarkan hasil pengamatan awal penulis di lapangan, tenaga pengajar
(ustadz) di pondok pesantren Ulumul Qur’an mayoritas di antaranya adalah
alumni dari pondok pesantren Ulumul Qur’an yang melakukan pengabdian di
pesantren, baik yang baru lulus ataupun yang telah mengabdi selama belasan
bahkan puluhan tahun. Dalam hal penggunaan teknologi informasi, para guru,
dalam hal ini ustadz sebagai tenaga pendidik di pesantren Ulumul Qur’an sudah
dapat menggunakan sarana teknologi informasi dengan baik. Akan tetapi, dalam
hal pencarian informasi menggunakan media internet belum dilakukan secara
maksimal yang dilatar belakangi oleh berbagai faktor. Pola penelusuran ustadz
dalam menggunakan internet sebagian besar masih sebatas pengguna pemula
(novice). Bahkan terdapat beberapa ustadz yang masih enggan untuk menjadikan
internet sebagai bahan referensi untuk mengajar dan lebih memilih sumber buku
sebagai satu-satunya sumber belajar. Padahal dengan menggunakan internet,
terdapat banyak informasi terbaru yang dapat memudahkan ustadz dalam
menyusun rancangan belajar mengajar, dan informasi lainnya terkait kegiatan
pembelajaran.
Pada era modern saat ini, internet merupakan sumber informasi yang banyak
digunakan. Internet memuat jutaan informasi yang beragam termasuk informasi
pembelajaran yang dibutuhkan oleh guru/ustadz guna membantu kegiatan
belajar mengajar. Sikap seseorang dalam mencari informasi berbeda-beda dan
dapat mempengaruhi hasil temuan informasi. Bagi profesi guru/ustadz, sikap
yang tepat dalam mencari informasi pembelajaran di internet sejatinya akan
membantu dan memudahkan mereka dalam menemukan informasi pembelajaran
yang dibutuhkan secara cepat dan tepat.
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis jabarkan di atas, penulis
tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perilaku pencarian ustadz dalam
memanfaatkan internet guna memenuhi kebutuhan informasi pembelajaran.
7
Oleh karena itu, penulis memilih judul, “Perilaku Pencarian Informasi Melalui
Internet Oleh Ustadz di Pondok Pesantren Ulumul Qur’an”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, serta agar tidak meluasnya
pembahasan pada penelitian ini, penulis memfokuskan penelitian ini pada
perilaku pencarian informasi pembelajaran berbasis internet oleh ustadz di
pondok pesantren Ulumul Qur’an.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah bagaimana gambaran perilaku pencarian informasi
pembelajaran berbasis internet oleh ustadz di pondok pesantren Ulumul
Qur’an?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi terkait
dengan gambaran perilaku pencarian informasi pembelajaran berbasis
internet oleh ustadz di pondok pesantren Ulumul Qur’an.
2. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara
lain:
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah baru ilmu
pengetahuan di bidang perpustakaan. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan wawasan dan informasi khususnya yang berkaitan
dengan masalah perilaku pencarian informasi.
8
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Pesantren Ulumul Qur’an
a) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang
berguna bagi pondok pesantren Ulumul Qur’an dalam
meningkatkan kompetensi dan profesionalisme ustadz dalam
mengajar.
b) Penelitian diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna
pula, khususnya bagi ustadz dalam menelusuri informasi
melalui internet.
2) Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman atau acuan
untuk penelitian selanjutnya yang berkenaan dengan masalah
perilaku pencarian informasi.
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai perilaku penelusuran informasi memang bukan hal
yang baru. Berikut ini merupakan beberapa penelitian terdahulu yang penulis
temukan terkait dengan tema yang penulis ambil, yaitu:
1. Skripsi berjudul “Perilaku pencarian informasi mahasiswa
pascasarjana UHAMKA” yang disusun oleh Hilda Safitri dari jurusan
Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2017. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
perilaku mahasiswa pascasarjana UHAMKA sebelum, saat, dan setelah
mencari informasi di internet. Persamaan penelitian ini dengan penulis
adalah sama-sama ingin mengetahui perilaku pencarian informasi. Metode
yang digunakan pun sama yakni kuantitatif, agar didapatkan sampel yang
menyeluruh. Namun yang membedakan adalah pada subjek penelitian.
Subjek penelitian oleh Hilda safitri adalah mahasiswa pascasarjana
UHAMKA, sedangkan subjek penelitian penulis adalah ustadz/guru pondok
pesantren Ulumul Qur’an. Selain itu, penekanan pada penelitian pun
berbeda, penelitian oleh Hilda Safitri membahas perilaku informasi secara
9
umum, sedangkan penelitian penulis lebih menekankan kepada sumber
informasi di internet. Lokasi penelitiannya pun berbeda, penelitian oleh
Hilda Safitri dilaksanakan di perpustakaan pascasarjana UHAMKA.
Sedangkan, penelitian penulis dilaksanakan di pondok pesantren Ulumul
Qur’an Bojongsari – Depok. Hasil penelitian menunjukan bahwa perilaku
mahasiswa pascasarjana UHAMKA setelah melakukan pencarian informasi
adalah positif, dengan skor 3,09, skor ini berada pada skala interval 2,52 –
3,27. Perilaku mahasiswa pascasarjana UHAMKA saat melakukan
pencarian informasi adalah positif, dengan skor 3,08, skor ini berada pada
skala interval 2,52 – 3,27. Perilaku mahasiswa pascasarjana UHAMKA
setelah melakukan pencarian informasi adalah sangat positif, dengan skor
3,30, skor ini berada pada skala interval 3,28 – 4,03. Berdasarkan hasil
penelitian, perilaku pencarian informasi mahasiswa pascasarjana
UHAMKA secara keseluruhan mencakup aspek sebelum, saat dan setelah
mencari informasi adalah positif, dengan skor 3,16, skor ini berada pada
skala interval 2,52 – 3,27
2. Skripsi berjudul “Perilaku Pencarian Informasi Memalui Internet Oleh
Guru SMA Islamic Village Tangerang” yang disusun oleh Fidyastari dari
jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2018. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui perilaku guru SMA Islamic Village sebelum, saat, dan setelah
mencari informasi di internet. Persamaan penelitian ini dengan penulis
adalah sama-sama ingin mengetahui perilaku pencarian guru dalam
menggunakan internet. Metode yang digunakan pun sama yakni kuantitatif,
agar didapatkan sampel yang menyeluruh. Namun yang membedakan
adalah pada penelitian oleh Fidyastari dilaksanakan di SMA Islamic Village
Tangerang. Sedangkan, penelitian penulis dilaksanakan di pondok
pesantren Ulumul Qur’an Bojongsari – Depok. Hasil penelitian menunjukan
bahwa perilaku guru SMA Islamic Village sebelum melakukan pencarian
informasi melalui internet adalah positif, dengan skor 3,02, skor ini berada
10
pada skala interval 2,52 – 3,27. Perilaku guru SMA Islamic Village saat
melakukan pencarian informasi melalui internet adalah positif, dengan skor
2,98, skor ini berada pada skala interval 2,52 – 3,27. Perilaku guru SMA
Islamic Village sebelum melakukan pencarian informasi melalui internet
adalah sangat positif, dengan skor 3,34, skor ini berada pada skala interval
3,28 – 4,03. Berdasarkan hasil penelitian, perilaku pencarian informasi
melalui internet oleh guru SMA Islamic Village secara keseluruhan adalah
positif, dengan skor 3,11, skor ini berada pada skala interval 2,52 – 3,27.
Walaupun hasil yang didapat hampir keseluruhannya positif, ada pernyataan
yang memperoleh hasil negatif yaitu bertanya kepada pustakawan sebelum
melakukan pencarian informasi di internet dengan mendapatkan skor 2,40
dan merasa terbantu dalam pencarian informasi menggunakan operator
boolean logic untuk memfilter informasi yang dibutuhkan saat mencari
informasi di internet dengan mendapat skor 2,17. Skor tersebut berada pada
skala interval 1,76 – 2,51.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam memahami penelitian ini, maka penulis
membaginya ke dalam lima bab dengan rincian sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini, berisi latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penelitian
terhdahulu, dan sistematika penulisan.
BAB II Kajian Pustaka
Pada bab ini, berisi penjelasan dari teori-teori yang berasal dari
kajian pustaka dari berbagai sumber mengenai tema atau
permasalahan yang penulis angkat dalam penelitian ini, meliputi
informasi, kebutuhan informasi, perilaku pencarian informasi,
internet, dan pondok pesantren.
11
BAB III Metode Penelitian
Bab ini menjabarkan mengenai jenis dan pendekatan penelitian,
populasi dan sampel, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data, serta keterangan tempat dan waktu penelitian.
BAB IV Temuan Penelitian dan Pembahasan
Pada bab ini, membahas mengenai objek penelitian, yakni profil dari
pondok pesantren Ulumul Qur’an, visi dan misi, dan lainnya yang
berkaitan dengan penelitian. Hasil temuan penelitian, serta
pembahasan terhadap hasil penelitian mengenai perilaku pencarian
informasi melalui internet oleh ustadz di pondok pesantren Ulumul
Qur’an.
BAB V Penutup
Pada bab ini, penulis menarik kesimpulan keseluruhan hasil
penelitian dan memberikan saran atas permasalahan yang diteliti.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Informasi
1. Definisi Informasi
Dalam keseharian kita, pasti sering mendengar atau bahkan
mengucapkan kata informasi. Secara etimologi, kata informasi diyakini
berasal dari kata perancis kuno informacion yang berarti “garis besar,
konsep, ide”. Informasi merupakan kata benda dari informare yang berarti
aktifitas dalam “pengetahuan yang dikomunikasikan. Istilah ini digunakan
untuk menyampaikan ide atau gagasan baru yang akan disampaikan kepada
masyatakat”.9 Senada dengan pengertian tersebut, dalam bahasa Inggris,
informasi berasal dari kata kerja “inform” biasanya digunakan dalam arti
berkomunikasi (melaporkan, menghubungkan, atau memberi tahu).
Secara istilah, kata informasi memiliki makna yang sangat beragam dan
terkadang berlainan tergantung dari sudut pandang dan latar belakang dari
yang menyampaikannya. Seperti, Prof. Raya Fidel, dari University of
Washington, menyatakan bahwa “Information is data that is communicated,
has meaning, has an effect, has a goal”,10 (Informasi adalah data yang
dikomunikasikan, memiliki makna, memiliki efek, memiliki tujuan).
Adapun Sholeh dalam Rifai, mendefinisikan informasi sebagai data yang
telah diolah dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat.11
Dari berbagai definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa,
informasi merupakan data yang memiliki nilai, makna dan tujuan, telah
diolah sehingga dapat digunakan seseorang dalam pengambilan keputusan
guna menyelesaikan suatu masalah.
9 Ulpah Handayani, Dasar-Dasar Organisasi Informasi, (Tangerang Selatan: UIN Jakarta
Press, 2016), h. 7. 10 Chaim Zins, What is the meaning of "data", "information", and "knowledge"?.[pdf].
diunduh dari:
<https://pdfs.semanticscholar.org/d04c/f02cf43bfb27245e2ec8b3c0b0fcf48837da.pdf > 11 Agus Rifai, Penelusuran Informasi, (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014),
h. 2.4
13
2. Sumber-Sumber Informasi
Kejadian atau peristiwa apapun bisa melahirkan informasi, terutama
jika dilihat atau direkam orang.12 Artinya, informasi bersumber dari segala
fenomena dan peristiwa yang terjadi di sekitar kita, dilihat, disaksikan, atau
bahkan direkam oleh orang. Dapat diartikan pula bahwa informasi memiki
kuantitas yang tidak terbatas, sebab setiap waktu terjadi begiru banyak
peristiwa. Singh dalam Ulpah mengelompokkan informasi ke dalam dua
kategori, yaitu:
a. Sumber dokumenter (documentary source)
Sumber dokumenter adalah sumber informasi yang
didokumentasikan baik tertulis ataupun terekam. Sumber-sumber
tersebut dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Sumber informasi primer (primary sources)
Sumber informasi primer merupakan sumber informasi asli
atau original pada saat informasi tersebut dihasilkan. sumber
informasi primer berasal dari tangan pertama dan tidak dapat
ditemukan dalam bentuk publikasi lain. Beberapa jenis-jenis sumber
informasi primer antara lain: monograf, laporan, dokumen paten,
tesis, surat-surat, prosiding seminar, hasil wawancara, buku harian,
hasil survei, rekaman audio dan video, karya seni, artifak, pidato,
dan lainnya.
2) Sumber informasi sekunder (secondary sources)
Sumber informasi sekunder yaitu hasil pengolahan ulang
melalui analisis, interpretasi, evaluasi, dan modifikasi dari sumber
primer untuk tujuan atau target pembaca tertentu. Beberapa jenis
sumber informasi sekunder antara lain: artikel surat kabar, buku teks,
kamus, ensiklopedia, indeks, biografi, bibliografi, tinjauan literatur,
dan lainnya.
12 Pawit M. Yusuf, Ilmu Informasi, Komunikasi, dan Kepustakaan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), h. 7
14
3) Sumber informasi tersier (tertiary sources)
Sumber informasi tersier yaitu sumber yang merupakan hasil
pemilahan dan kumpulan dari sumber primer dan sekunder.
Beberapa jenis sumber informasi tersier antara lain: almanak,
direktori, kronologi, buku panduan, buku kejadian, bibliografi dari
bibliografi, dan manual.13
b. Sumber non dokumenter (non dokumenray source)
Sumber non dokumenter yaitu sumber informasi dalam bentuk
komunikasi lisan (oral) atau kata-kata (verbal). Sumber ini dibagi
menjadi dua, yaitu:
1) Sumber informasi formal, biasanya dihasilkan dari organisasi
penelitian, lembaga pendidikan, lembaga pemerintah, serta kalangan
profesional dan ilmiah.
2) Sumber informasi informal, berasal dari diskusi dalam acara
konferensi dan percakapan antara perorangan dengan para pakar
(expert),.14
Selain sumber informasi yang telah disebutkan di atas terdapat satu
sumber informasi yang keberadaannya begitu eksis di zaman sekarang,
yaitu internet. Pada era informasi saat ini, internet telah menempatkan
dirinya sebagai salah satu pusat informasi yang dapat diakses dari berbagai
tempat tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Internet disebut sebagai pusat
informasi bebas hambatan karena dapat menghubungkan satu situs
informasi ke situs informasi lainnya dalam waktu yang singkat serta
memiliki jangkauan yang begitu luas. Pesatnya perkembangan internet telah
mendorong tumbuhnya penerbitan elektronik (electronic publishing), yaitu
publikasi berbagai karya melalui situs web.15
13 Agus Rifai, Penelusuran Literatur, h. 2.11-2.13. 14 Ulpah Handayani, Dasar-Dasar Organisasi Informasi, (Tangerang Selatan: UIN
Jakarta Press, 2016), h. 25. 15 Sheila Savitri, Peranan Internet Sebagai Sumber Informasi.[pdf]. diunduh dari:
<http://jakarta.litbang.pertanian.go.id/ind/artikel%20bptp/peranan%20internet%20sebagai%20sum
ber%20informasi>
15
Sulistyo Basuki, menyebutkan beberapa hal yang dapat dilakukan
melalui internet, yaitu email. chatting, akses jarak jauh, menemukan sumber
informasi, perolehan data, (data capture), perpustakaan maya, media massa
warga, dan keperluan lainnya. 16 Informasi yang disediakan di internet
begitu beragam, seperti informasi mengenai politik, pendidikan, kesehatan,
gaya hidup, hobi, dan lain sebagainya, bahkan informasi yang dirasa cukup
aneh dan tidak penting ada di internet. Karenanya, kita pun perlu memilah-
milah kembali informasi yang berasal dari internet tersebut. Informasi yang
tersedia dalam berbagai jenis seperti artikel, e-book, hasil penelitian (e-
journal, tesis, disertasi), katalog perpustakaan, katalog produk, data statistik,
audio, video, dan masih banyak lagi. Keragaman jenis informasi dan
kemudahan aksesnya, membuat internet menjadi salah satu media informasi
yang diminati masyarakat.
B. Kebutuhan Informasi
Setiap manusia pasti membutuhkan informasi. Namun, informasi yang
dibutuhkan antara satu individu dengan individu lainnya berbeda-beda.
Informasi yang dibutuhkan seorang mahasiswa dan seorang dokter tentu
berbeda. Akan tetapi, informasi yang dibutuhkan memiliki tujuan yang sama
yaitu untuk membantu menyelesaikan suatu permasalahan yang sedang
dihadapi dalam aktivitas keharian tiap individu.
Menurut Krikelas dalam Tawaf dan Khaidir, mendefinisikan kebutuhan
informasi sebagai berikut, “... when the current state of possessed knowledge is
less than needed”, yang artinya bahwa kebutuhan informasi timbul ketika
pengetahuan yang dimiliki seseorang kurang dari yang dibutuhkan, sehingga
mendorong seseorang untuk mencari informasi.17
Adapun, menurut Online Dictionary for Library and Information Science
(ODLIS) dalam Agus Rifai, menyatakan bahwa kebutuhan informasi
16 Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, (Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2013), h. 12.8-12.14. 17 Tawaf dan Alimin Khaidir, Kebutuhan Informasi Manusia: Sebuah Pendekatan
Kepustakaan. Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 15, No. 1 (2012), h. 51.
16
merupakan suatu kesenjangan atau kekosongan (gap) dalam pengetahuan
seseorang pada saat menghadapi pertanyaan atau kejadian, yang kemudian
mendorong ia untuk mencari jawabannya. Jika kebutuhan tersebut bersifat
mendesak maka ia akan mengerahkan segenap kemampuannya untuk
memenuhi hasrat yang diinginkannya.18
Dari kedua pernyataan di atas dapat dilihat bahwa setiap orang tentu
membutuhkan informasi. Kebutuhan informasi disebabkan karena adanya
kesenjangan akan pengetahuan ketika dihadapkan pada suatu kejadian atau
pertanyaan. Maka, informasi yang dibutuhkan akan menjadi jawaban atas
pemasalahan tersebut. Karenanya, ketika seseorang membutuhkan informasi, ia
akan akan berusaha untuk mencarinya.
Lebih lanjut, Katz, Gurevitch dan Haas membagi kebutuhan manusia
menjadi 5 bagian, yaitu:19
1. Kebutuhan Kognitif
Kebutuhan untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan pemahaman
mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat seseorang
untuk memahami lingkungannnya.
2. Kebutuhan afektif
Kebutuhan yang berkaitan dengan penguatan estetis yang ada pada diri
seseorang, yakni berupa hal-hal yang dapat menyenangkan dan
pengalaman-pengalaman emosional.
3. Kebutuhan integrasi personal
Kebutuhan untuk memperkuat kredibilitas, rasa percaya diri, stabilitas,
dan status individual. Hal tersebut bisa diperoleh dari hasrat akan harga diri.
4. Kebutuhan integrasi sosial
Kebutuhan untuk mempererat hubungan dengan keluarga, teman dan
orang lain. Hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk bergabung atau
berkelompok dengan orang lain.
18 Agus Rifai, Penelusuran Literatur, h. 1.23 19 Pawit M. Yusuf dan Priyo Subekti, Teori dan Praktik Penelusuran Informasi, h. 82 –
83.
17
5. Kebutuhan pelepasan ketegangan
Kebutuhan yang berkaitan dengan kebutuhan untuk melarikan diri,
melepas ketegangan, dan hasrat untuk mencari hiburan atau pengalihan.
C. Perilaku Pencarian Informasi
1. Definisi Perilaku Pencarian Informasi
Secara sederhana perilaku dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang
dilakukan oleh seseorang. Seseorang berperilaku karena dorongan oleh
kebutuhan. Adapun, pencarian informasi erat kaitannya dengan kebutuhan
akan informasi. Kebutuhan informasi sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya, merupakan suatu pemicu awal yang mendorong perilaku
seseorang untuk bersikap yang diwujudkan dalam aktivitas mencari
informasi yang dibutuhkannya.
Seseorang yang menyadari kekurangannya akan sesuatu yang menjadi
perhatiannya tentu akan tergerak untuk melengkapi kekurangan tersebut.
Wilson dalam artikelnya Human Information Behavior, mendefinisikan
perilaku informasi sebagai suatu tindakan yang dilakukan individu dalam
mengidentifikasi kebutuhan informasi, mencari informasi melalui berbagai
sumber dan saluran informasi, dan menggunakan atau mentransfer
informasi tersebut.20
Spink dan Cole sebagaimana dikutip dalam Muliyadi, menjelaskan
bahwa perilaku pencarian informasi adalah aktivitas pencarian informasi
yang dilakukan oleh seseorang untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu.21
Dalam aktivitas pencarian informasi, seseorang akan selalu berinteraksi
dengan sistem informasi baik konvensional seperti buku, majalah, koran,
dan berbagai bentuk cetak lainnya, ataupun interaksi dengan sistem
komputer seperti internet yang banyak digunakan saat ini. Namun, apapun
20 T.D Wilson, Human Information Behavior, Informing Sience, Vol 3, No. 2 (2000), h.
49. 21 Irvan Muliyadi. Perilaku Pencarian Informasi Mahasiswa Pascasarjana UIN Alauddin
Makassar, Khizanah al-Hikmah : Jurnal Ilmu Perpustakaan, Informasi, dan Kearsipan, Vol. 6, No.
1 (2018), h. 4.
18
sumber informasinya, perilaku seseorang dalam mencari informasi
bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya.
2. Model Perilaku Pencarian Informasi
Wilson menyatakan bahwa model pencarian informasi biasanya tidak
mewujudkan teori sepenuhnya. Sebuah model dapat digambarkan sebagai
kerangka kerja untuk memikirkan masalah dan dapat berkembang menjadi
pernyataan hubungan antara proposisi teoritis. Sebagian besar model dalam
bidang umum perilaku informasi berasal dari varietas sebelumnya; dapat
berupa pernyataan, seringkali dalam bentuk diagram yang menggambarkan
aktivitas pencarian informasi, penyebab dan konsekuensi dari aktivitas itu,
atau hubungan dari aktivitas itu.22
Selama beberapa dekade terakhir terdapat banyak model pencarian
informasi yang dicetuskan oleh para pakar ilmu informasi untuk
menggambarkan pola pencarian informasi masyarakat yang tentunya sangat
beragam. Beberapa model tersebut adalah sebagai berikut:
a. Model perilaku pencarian informasi Wilson (1981 dan 1996)
Wilson merupakan salah satu pakar informasi yang aktif menulis
dan membahas mengenai perilaku informasi. wilson mengemukakan
model perilaku informasi berdasarkan dua proposisi sebagai berikut:
1) Kebutuhan informasi bukan kebutuhan utama atau primer, tetapi
merupakan kebutuhan sekunder yang timbul karena keinginan
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya;
2) Dalam usahanya menemukan informasi, dihadapkan pada
beberapa kendala (barriers) sebagai variabel perantara
(intervening variable), kendala tersebut memungkinkan akan
memengaruhi perilaku seseorang.23
Sampai saat ini, ia telah mencetuskan 2 model perilaku pencarian
informasi. Model perilaku pencarian informasi yang pertama ia
22 T.D Wilson, Models In Information Behaviour Research, Journal of Documentation,
Vol. 55, No 3 (June, 1999) h. 250. 23 Tri Septyantono, Literasi Informasi, (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2017),
h. 7.20.
19
perkenalkan pada tahun 1981, model tersebut dapat dilihat pada
diagram berikut:
Gambar 2.1
Model perilaku pencarian informasi Wilson (1981)
Pada model Wilson yang pertama, menunjukkan bahwa perilaku
pencarian informasi muncul sebagai konsekuensi dari kebutuhan yang
dirasakan oleh pengguna informasi. Guna memenuhi kebutuhan
tersebut, membuat tuntutan terhadap sumber atau layanan informasi
formal atau informal, yang mengakibatkan keberhasilan atau kegagalan
untuk menemukan informasi yang relevan. Jika berhasil, individu
kemudian menggunakan informasi yang ditemukan untuk memenuhi
kebutuhannya. Namun, jika gagal memenuhi kebutuhan, maka harus
mengulangi proses pencarian.
Pada model ini juga menunjukkan bahwa bagian dari perilaku
pencarian informasi dapat melibatkan orang lain melalui pertukaran
informasi. Adapun, informasi yang dianggap bermanfaat dapat
disampaikan kepada orang lain, serta digunakan (atau tidak digunakan)
oleh orang itu sendiri.24
24 T.D. Wilson, Models In Information Behaviour Research. h. 251
20
Selanjutnya, pada tahun 1996, Wilson kembali menperkenalkan
model perilaku pencarian informasi yang merupakan pembaharuan dari
model yang pertama. Kerangka dari kedua model tersebut memiliki
fokus yang sama, berbedaannya terletak pada penggunaan istilah
variabel penghalang (intervening variable) sebagai faktor yang
mempengaruhi perilaku pencarian informasi. Selain itu, model kedua
Wilson juga menyebutkan adanya tipe dari perilaku pencarian
informasi. 25 Model Wilson yang kedua dapat diihat pada gambar
berikut:
Gambar 2.2
Model perilaku pencarian informasi Wilson (1996)
Pada model kedua Wilson hanya terbatas pada perilaku pencarian
informasi dan beranggapan bahwa hal tersebut merupakan sebuah
siklus melingkar yang berkaitan langsung dengan pengolahan dan
pemanfaatan informasi. Perilaku pencarian infomasi juga dipengaruhi
oleh beberapa kendala yaitu: kondisi psikologis; demografis; peran
seseorang di masyarakat; lingkungan; dan karakteristik sumber
25 Tri Septyantono, Literasi Informasi, h. 7.20.
21
informasi. Menurut Wilson, kelima faktor tersebut akan sangat
mempengaruhi perilaku pencarian informasi seseorang.
b. Model perilaku informasi Ellis (1989)
Model selanjutnya merupakan model perilaku pencarian informasi
yang di perkenalkan oleh David Ellis pada tahun 1989. Ellis tidak
menggambarkan modelnya sebagai diagram, melainkan
menggambarkannya dalam serangkaian paragraf. Hal tersebut tidak
didimaksudkan untuk menunjukkan urutan kejadian yang pasti, tetapi
sebaliknya, urutan tindakan mungkin bervariasi dan berulang-ulang. 26
Model Ellis diperoleh berdasarkan hasil analisis dari pola pencarian
informasi di kalangan peneliti bidang ilmu sosial. Hasil penelitiannya
tersebut menghasilkan pola pencarian informasi yang terdiri dari enam
tahapan, yaitu: starting, chaining, browsing, differentiating, monitoring,
dan ekstracting.27
Pada tahun 1993, model tersebut dikembangkan oleh Ellis bersama
dengan Cox dan Hall. Pengembangan tersebut dilakukan dengan
membandingkan pola pencarian informasi peneliti bidang ilmu sosial
dengan peneliti bidang fisika dan kimia. Perbandingan tersebut
menghasilkan dua tahapan baru dalam perncarian informasi yaitu
verifying dan ending.28 Model Ellis, Cox dan Hall dapat dilihat pada
gambar berikut.
26 Donald O’Case, Looking for Information. (London: Academic Press, 2002), h. 143. 27 Tri Septiyantono. Literasi Informasi. h. 7. 22. 28 Tri Septiyantono. Literasi Informasi. h. 7. 22.
22
Gambar 2.3
Model perilaku pencaarian Informasi Ellis, Cox, dan Hall
Line dalam Meho dan Tibbo, berpendapat bahwa dunia informasi
saat ini hampir keseluruhan telah diubah oleh Internet. Karenanya,
pembaharuan akan studi baru mengenai penggunaan dan kebutuhan
informasi saat ini penting untuk dilakukan. Pentingnya pembaruan studi
tersebut disebabkan oleh pesatnya kemajuan teknologi informasi yang
menyebabkan bergesernya pola pencarian informasi menggunakan
sistem informasi. Adapun studi awal yang dilakukan Ellis kepada
ilmuwan sosial dilakukan sebelum pengembangan World Wide Web
(WWW). Berbeda dengan kondisi saat ini dimana penggunaan world
wide web telah banyak digunakan.
Pada tahun 2002, terdapat lebih dari 150 penelitian mengenai
perilaku perncarian informasi menggunakan model Ellis pada ilmuan
pada bidang lain. Salah satunya dilakukan oleh Meho dan Tibbo (2003),
yang meneliti perilaku pencarian informasi ilmuan bidang sosial dan
lainnya. Meskipun studi yang dilakukan oleh Meho dan Tibbo
menggunakan model Ellis, penelitian tersebut menemukan deskripsi
yang lebih lengkap tentang proses pencarian informasi ilmuwan sosial
yang mencakup empat fitur tambahan selain yang diidentifikasi oleh
Ellis. Fitur-fitur baru tersebut yaitu: accessing, networking, verifying,
and information managing. Adapun keseluruhan tahapan pencarian
informasi oleh menurut Meho dan Tibbo adalah sebagai berikut:
1) Starting: aktivitas awal dalam memulai kegiatan pencarian
informasi. Kegiatan starting biasa dimulai dengan penentuan topik
dari informasi yang menjadi kebutuhan dengan mencari beberapa
literatur primer dan sekunder. Selain itu, biasanya seseorang akan
mulai mempersiapkan kata kunci (keyword) yang akan digunakan
untuk mencari informasi yang dibutuhkan.
23
2) Chaining: biasanya digunakan untuk mengidentifikasi sumber
informasi baru atau kebutuhan informasi baru. Dalam chaining,
biasanya dilakukan dengan mengikuti referensi (catatan kaki daftar
pustaka) pada dokumen, baik buku atau jurnal yang telah dibaca.
Selain itu, terkadang seseorang juga dapat bertanya langsung pada
teman, kolega, atau pustawakawan yang memiliki pengetahuan
terkait informasi yang dibutuhkan.
3) Browsing: kegiatan pencarian informasi dari berbagai sumber baik
pada sumber primer ataupun sekunder. Pada pencarian informasi
melalui sumber online, dapat dilakukan dengan menggunakan
mesin pencari (search engine), atau dapat pula dilakukan dengan
melakukan penelusuran pada katalog online, indeks dan abstrak,
sumber daya web, dan referensi lainnya yang dapat ditemukan.
4) Monitoring: kegiatan pemantauan pada perkembangan informasi
yang menjadi minat atau perhatian seseorang melalui interaksinya
dengan berbagai sumber seperti jurnal, prosiding konferensi,
artikel surat kabar, ulasan buku, iklan dan katalog penerbit, dan
sumber daya web.
5) Accessing: Agar proses pencarian informasi terus berlanjut, para
pencari informasi harus dapat mengakses bahan atau sumber
informasi yang dibutuhkannya. Seringkali, terjadi masalah akses
ke informasi yang dibutuhkan baik karena langka dan sulit
ditemukan, atau akses berbayar untuk memdapatkan sumber
informasi yang dibutuhkan.
6) Differentiating: maksud pembedaan disini yaitu menilai informasi
yang didapatkan berdasarkan sifat, kualitas, kepentingan relatif,
dan kegunaannya sebagai cara untuk menyaring jumlah informasi
yang diperoleh. Menurut Eliis, pemilihan sumber informasi yang
terpercaya dirasa sangat penting guna menghindari kesalahan isi
informasi.
24
7) Ekstracting: kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas
mengidentifikasi secara selektif bahan atau informasi yang relevan
dari sumber informasi yang ditemukan. Biasanya, seseorang akan
melanjutkan pencarian dengan menggali informasi secara lebih
mendalam dari suatu sumber informasi tertentu.
8) Verifying: pada tahap ini, merupakan kegiatan pengecekan
keakuratan informasi yang telah ditemukan. Dalam penelusuran
melalui internet, sumber informasi yang tersebar begitu melimpah,
karenanya pengecekan ini penting dilakukan guna mendapatkan
informasi yang paling tepat. Pengecekan tersebut dapat pula
dilakukan dengan membandingkan informasi yang dipilih dengan
sumber informasi lainnya.
9) Networking: merupakan kegiatan yang terkait dengan komunikasi,
dan menjaga hubungan yang erat dengan sejumlah orang seperti
teman, kolega, dan intelektual yang mengerjakan topik serupa.
Selain dalam hal komunikasi, juga dapat berupa sharing atau
berbagai informasi. Pada era digital saat ini kegiatan berbagi
informasi tidak hanya dilakukan secara lisan, melainkan
memanfaatkan media elektronik yang yang hampir dimiliki semua
orang saat ini seperti sosial media, email, dan lainnya.
10) Managing information: merupakan kesadaran akan pentingnya
pengarsipan dan pengorganisasian informasi yang telah didapatkan
sehingga dapat digunakan kembali dimasa mendatang apabila
dibutuhkan.29
Berdasarkan uraian di atas, terdapat beberapa tambahan tahapan
pencarian informasi pada model Ellis yang telah diperbaharui.
Perbandingan tahapan pencarian informasi antara model Ellis (1989),
29 Lokman L. Meho and Helen R. Tibbo, Modeling the Information-Seeking Behavior of
Social Scientists: Ellis’s Study Revisited, Journal of American Society for Information Science
and Technology, Vol. 6, No. 56 (April 2003), h. 571-582.
25
Ellis, Cox dan Hall (1993), serta Meho dan Tibbo (2003) dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Perbandingan Model Ellis (1989), Ellis, Cox dan Hall (1993),
Meho Tibbo (2003)
Ellis (1989) Ellis, Cox dan Hall
(1993)
Meho dan Tibbo
(2003)
Starting Starting Starting
Chaining Chaining Chaining
Browsing Browsing Browsing
Differentiating Differentiating Monitoring
Monitoring Monitoring Accessing
Ekstracting Ekstracting Differentiating
Verifying Ekstracting
Ending Verifying
Networking
Menaging
Information
Berdasarkan tabel di atas, terlihat jelas perbedaan model perilaku
pencarian informasi yang sejatinya berasal dari model Ellis. Antara
model Ellis (1989) dengan model Ellis, Cox, dan Hall (1993) terdapat
perbedaan pada tahap akhir pencarian informasi. Model Ellis (1989)
berakhir pada tahap Ekstracting, sedangkan pada model Ellis, Cox, dan
Hall (1993) terdapat dua penambahan pada tahap akhir pencarian
informasi yaitu Verifying dan Ending.
Adapun antara model Ellis, Cox, dan Hall (1993) dan Meho dan
Tibbo (2003) terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Pada kedua
model, tahap awal penelusuran masih sama yaitu, Starting, Chaining,
dan Browsing. Namun, perbedaannya jelas terlihat pada tahap menuju
Differentiating. Pada model Meho dan Tibbo (2003), terdapat tahap
Monitoring dan Accessing sebelum tahap Differentiating. Selain itu, di
26
tahap akhir penelusuran, pada model Meho dan Tibbo (2003)
menghilangkan tahap Ending dan menambahkan dua tahap baru, yaitu
Networking dan Managing Information. Sebab, pada model Meho dan
Tibbo (2003), lebih mengarah pada penelusuran online.
c. Model perilaku informasi Kuhlthau (1991)
Model perilaku pencarian informasi lainnya adalah milik Carrol C.
Kuhlthau yang didasarkan pada studi eksperimental. Model ini dikenal
sebagai Information Search Process (ISP). Dalam model ini, Kuhlthau
lebih menekankan pada aspek afektif (perasaan), kognitif (pikiran), dan
fisik (tindakan). Dalam model ini, Kuhlthau menyatakan bahwa pencari
informasi bergerak tahap demi tahap. 30 Adapun Wilson menyatakan
bahwa proposisi mendasar dari model Kuhlthau adalah bahwa perasaan
ketidakpastian terkait dengan kebutuhan untuk mencari informasi
menimbulkan perasaan ragu, kebingungan dan frustrasi, kemudian
ketika proses pencarian berlangsung dan semakin sukses, perasaan itu
berubah: ketika bahan yang relevan dikumpulkan, kepercayaan diri akan
meningkat dan menimbulkan perasaan lega, puas, dan terarah.31
Dalam model Kuhlthau, terdapat 6 tahapan Information Search
Process (ISP) yang terjadi pada bidang afektif, kognitif, dan fisik,
tahapan tersebut adalah sebagai berikut:32
1) Initiation, yaitu tahap ketika seseorang sadar akan kebutuhannya
tentang informasi guna melengkapi tugasnya.
2) Selection, yaitu tahap menyeleksi dan memilih topik utama yang
akan diselidiki dan dicari serta cara yang akan ditempuh.
30 Azami Mohammad, et. all, Evaluation And Analysis Of Uncertainty In The Information
Seeking Behavior Of Medical Post-Graduate Students. Journal of Research in Medical and Dental
Sciences 2018, Volume 6, h. 25. 31 T.D Wilson, Models In Information Behaviour Research. h. 255. 32 Carol C. Kuhlthau, Inside the Search Process: Information Seeking from the user's
Perspective, Journal of the American Society for Information Science and Technology, Vol. 42,
No.5 (1991): h. 366-368.
27
3) Eksploration, tahap ini perasaan kebingungan, ketidakpastian dan
keraguan seringkali meningkat yang disebabkan penemuan
informasi yang tidak cocok, selalu berubah-ubah, dan tidak sesuai
dengan kebutuhan. Beberapa bahkan cenderung meninggalkan
proses pencarian pada tahap ini.
4) Formulation, yaitu tahapan dimana ketidakjelasan berkurang dan
kepercayaan diri meningkat. Pada tahap ini, informasi akan
diidentifikasi untuk membentuk sudut pandang yang jelas.
5) Collection, yaitu tahap dimana interaksi antara pengguna dan
sistem informasi sangat efektif dan efisien.
6) Presentation, yaitu tahap akhir dimana perasaan lega, perasaan
puas ketika pencarian berjalan dengan baik atau kekecewaan jika
informasi yang dibutuhkan tidak didapatkan.
Model perilaku pencarian informasi Kuhlthau dapat dilihat pada
gambar berikut.33
Gambar 2.4
Model perilaku pencarian informasi Kuhlthau
Dari ketiga model perilaku pencarian informasi yang telah penulis
jabarkan di atas, yakni model Wilson, Ellis, dan Kuhlthau, memiliki
perbedaan dalam hal konteks penekanan pada perilaku pencarian
33 Donald O’Case, Looking for Information. h. 145.
28
informasi seseorang. Model Wilson lebih menekankan pada aspek yang
dapat mempengaruhi perilaku pencarian informasi seseorang. Model
Ellis lebih menekankan pada proses dan tindakan seseorang secara
sistematis ketika melakukan pencarian informasi. Adapun model
Kuhlthau, yakni Information Search Process (ISP) lebih menekankan
pada aspek afektif (perasaan), kognitif (pikiran), dan fisik (tindakan).
Maka, dalam penelitian ini penulis memilih model Ellis yang telah
di revisi oleh Meho dan Tibbo (2003) sebagai acuan analisis dalam
penelitian yang penulis lakukan. Sebab, model tersebut lebih
menekankan pada tindakan seseorang secara sistematis dalam
melakukan pencarian informasi melalui media internet sesuai dengan
tema penelitian penulis.
3. Hambatan Dalam Pencarian Informasi
Ketika mencari informasi, seseorang akan menghadapi beberapa
hambatan yang dapat mempengaruhinya dalam mencari informasi yang
dibutuhkannya. Menurut Wilson, sebagaimana yang tertera dalam model
perilaku informasi Wilson (1996), bahwa hambatan dalam kegiatan
pencarian informasi adalah sebagai berikut:
a. Karakter pribadi
1) Disonansi kognitif, merupakan gangguan yang menimbulkan
konflik kognisi (perasaan) dalam diri seseorang. Oleh karena itu,
biasanya seseorang akan berusaha untuk menyelesaikan konflik
tersebut dengan satu atau beberapa cara. Salah satu caranya adalah
dengan mencari informasi untuk mendukung pengetahuan pada diri
seseorang.
2) Tekanan selektif, umumnya seseorang cenderung membuka diri
pada informasi yang sesuai dengan minat, kebutuhan, atau sikap
mereka. Baik secara sadar ataupun tidak, seseorang cenderung akan
menghindari informasi yang bertentangan dengan dirinya.
29
3) Karakter fisiologis, kognitif, dan emosional. Berkaitan erat dengan
kondisi fisik, pengetahuan atau pikiran serta emosional dan mental
seseorang ketika mencari informasi.
4) Tingkat pendidikan dan pengetahuan dasar. Seseorang dengan
pendidikan dan pengetahuan yang lebih tinggi akan lebih
memudahkannya dalam menemukan informasi, begitu pula
sebaliknya.
5) Demografi. Dalam hal demografi hambatan berupa usia, jenis
kelamin, dan faktor lainnya.
b. Hambatan sosial/interpersonal
Hambatan sosial ini biasanya timbul ketika seseorang beriteraksi
dengan orang lain untuk mendapatkan akses ke sumber informasi.
Masalah yang dihadapi dapat berupa sikap seseorang kepada orang lain.
c. Lingkungan atau situasi
1) Waktu, keterbatasan waktu seseorang dalam mencari informasi
menjadi hambatan dalam proses pencarian informasi.
2) Geografi, dalam hal ini usia dan tempat dimana ia tinggal turut
mempengaruhi dalam pencarian informasi.
3) Budaya nasional, adanya perbedaan budaya pada tiap negara juga
akan mempengaruhi dalam mencari informasi
4) Hambatan ekonomi, hambatan ekonomi yang mempengaruhi ada
dua macam, yaitu biaya dan waktu.
5) Karakteristik sumber informasi, hambatan tersebut antara lain,
akses informasi (sulitnya mengakses informasi); kreadibilitas
(kualitas dan ketepatan sumber informasi); saluran informasi
(penggunaan saluran informasi yang tepat).34
34 T.D Wilson, Information Behaviour: an Interdiciplinary perspective, h. 552-562.
30
D. Internet
1. Pengertian Internet
Internet merupakan singkatan dari Interconnected Networking. Jika
diartikan dalam Bahasa Indonesia berarti rangkaian komputer yang
terhubung di dalam beberapa rangkaian jaringan. Menurut KBBI, internet
adalah jaringan komunikasi elektronik yang menghubungkan jaringan
komputer dan fasilitas komputer yang terorganisasi di seluruh dunia melalui
telepon atau satelit.35 Seluruh jaringan komputer tersebut saling terhubung
menggunakan standar Internet Protocol Suite (TCP/IP) untuk melayani
miliaran pengguna di seluruh dunia.
Menurut Rusman, internet merupakan jaringan luas dari jutaan jaringan
komputer yang menjangkau jutaan orang di seluruh jagat raya. Adapun,
Ahmadi & Hermawan dalam Muliati menjelaskan bahwa internet adalah
jaringan komunikasi global yang menghubungkan seluruh komputer di
dunia meskipun berbeda sistem operasi dan mesin. Kemunculan internet
telah berkembang menjadi ajang komunikasi yang sangat cepat dan efektif,
internet telah tumbuh menjadi sedemikian besar dan berdaya sebagai alat
informasi dan komunikasi yang tidak dapat diabaikan.36
Dari berbagai definisi di atas, dapat dipahami bahwa, internet
merupakan salah satu hasil dari kecanggihan dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi buatan manusia. Internet dapat menghubungkan
jutaan jaringan komputer dan orang diseluruh dunia. Terciptanya internet
telah melahirkan dunia baru yang memiliki pola, corak, dan karakteristik
yang berbeda dengan dunia nyata. Sehingga pada akhirnya dampak dari
hadirnya internet saat ini telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan
manusia. Bahkan telah menjadi bagian dari kehidupan manusia yang tidak
dapat dipisahkan, khususnya dalam hal komunikasi dan informasi.
35 KBBI Online, Internet. diakses dari: <https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/internet> 36 Nur Anisah Mutiati. "Efektivitas Mengikuti Religion Onine di Instagram Terhadap
Spiritualitas Mahasiswa Universitas Syiah Kuala." Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial
& Ilmu Politik, Vol. 3. No. 1, (2018). h. 119.
31
2. Keunggulan Internet
Ari Nugraha dalam Hartono, mengemukakan beberapa keunggulan dan
manfaat internet sebagai media pencari informasi, yaitu:37
a. Cakupan informasi. informasi yang terkandung dalam internet sangat
besar dan banyak (masif). Hampir setiap jenis informasi dalam berbagai
format (teks, grafik, gambar, audio, video, dsb) dapat dengan mudah
kita temui di internet.
b. Kemutakhiran data. Data dan informasi yang di sharing melalui internet
biasanya merupakan informasi yang paling up to date. Informasi yang
dapat diakses keterbaruannya tidak lagi dalam hitungan hari, namun
juga hitungan jam, menit, bahkan detik.
c. Koneksi dan aksebilitas. Koneksi dan jangkauan internet tersedia secara
real time dan terus menerus. Serta dari segi geografis, internet memiliki
keunggulan daya jangkau yang luas yang bisa di akses dari berbagai
belahan dunia.
d. Interaktif. Jaringan internet memungkinkan tiap penggunanya
berinteraksi secara real time melalui berbagai aplikasi yang tersedia,
baik dengan pengguna lain maupun dengan konten informasi yang di
aksesnya.
Internet memang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat
informasi di zaman sekarang. Masyarakat saat ini sangat bergantung pada
informasi dan membutuhkannya dengan cepat, tepat dan murah. Manfaat
dan keunggulan internet sebagaimana disebutkan di atas merupakan daya
tarik internet sebagai sumber informasi yang diminati masyarakat luas.
Bahkan, internet juga telah banyak digunakan pada berbagai sektor seperti
bisnis, pertanian, pendidikan, dan lainnya baik oleh pihak swasta maupun
lembaga pemerintahan.
37 Hartono, Manajemen Sistem Informasi Perpustakaan: Konsep, Teori dan Implementasi,
(Yogyakarta: Gava Media, 2017), h. 337.
32
3. Manfaat Internet dalam Dunia Pendidikan
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), khususnya
internet telah memberikan dampak yang sangat signifikan ke semua aspek
kehidupan manusia. Perkembangan ini memiliki dampak semakin terbuka
dan tersebarnya informasi dan pengetahuan dari dan ke seluruh dunia
menembus batas, jarak, tempat, ruang dan waktu. Pengaruhnya pun meluas
keberbagai kehidupan, termasuk bidang pendidikan.
Dunia pendidikan termasuk yang paling diuntungkan dengan hadirnya
internet, karena memperoleh manfaat yang luar biasa. Mulai dari eksplorasi
materi-materi pembelajaran yang berkualitas seperti literatur, jurnal dan
buku, membangun forum-forum diskusi ilmiah, sampai konsultasi/ diskusi
dengan para pakar di dunia.38 Selain dapat menghemat biaya dan tenaga
dalam mencarinya, materi-materi yang dapat ditemui di internet sangat
melimpah dan cenderung lebih up to date.
Menurut Rusman, Deni, dan Cepi, pemanfaatan internet sebagai media
pembelajaran memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut:
a. Penyebaran pendidikan ke semua penjuru tanah air dan kapasitas daya
tampung yang tidak terbatas karena tidak memerlukan kelas.
b. Proses pembelajaran tidak terbatas oleh waktu.
c. Dapat memilih topik atau bahan ajar yang sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan.
d. Materi pembelajaran lebih akurat dan up to date.
e. Pembelajaran dapat dilakukan secara interaktif, sehingga menarik
minat siswa.39
4. Strategi Penelusuran Informasi di Internet
Informasi yang terdapat di internet sangat beragam dan terus bertambah
setiap saat. Jutaan informasi yang tersebar di internet tidak serta merta
38 Tuti Andriani, Sistem Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi.
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya, Vol. 12 No. 1, 2015. h. 136. 39 Rusman, Deni Kurniawan, dan Cepi Riyana, Pembelajaran Berbasis Informasi Dan
Komunikasi: Mengembangkan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 108.
33
memenuhi kebutuhan informasi seseorang. Dari sekian banyaknya
informasi yang ada, hanya beberapa saja yang mungkin sesuai dengan apa
yang diinginkan. Tidak jarang ketika mencari informasi, yang didapat justru
yang tidak ada kaitannya dengan kebutuhan. Karenanya, dibutuhkan suatu
strategi untuk mencari informasi di antara lautan informasi tersebut guna
mendapatkan hasil yang diinginkan dengan cepat dan tepat.
Beberapa strategi penelusuran informasi di internet yang dapat di
praktekkan adalah sebagai berikut:
a. Penelusuran dengan kata dan frase (word and phrase search)
Dalam penelusuran informasi, istilah “kata” merujuk pada
kumpulan huruf yang berfungsi membentuk suatu arti atau makna, atau
memberikan informasi, misalnya makanan, pendidikan, politik, dan
ekonomi. Adapun istilah “frase” merujuk pada pengertian kumpulan
atau gabungan dua kata atau lebih yang memiliki satu pengertian. Suatu
frasa bukan merupakan kalimat karenan tidak memiliki predikat,
misalnya “perpustakaan digital’, “politik luar negeri”, dan “rumah
sakit”.
Dalam kegiatan penelusuran, baik kata maupun frase dapat
digunakan untuk menelusur informasi. kata tunggal (a single term)
seperti “politik”, “ekonomi” , dan “padi”, maupun kata gabungan (a
phrase term) seperti “politik luar negeri”, “ekonomi mikro”, dan “hama
padi” dapat menjadi istilah dalam menelusur informasi sesuai dengan
subyek yang diinginkan. Penelusuran dengan menggunakan kata atau
frase seringkali dilakukan pada jenis penelusuran melalui kata kunci
(keyword search), baik pada penelusuran sederhana (simple search)
maupun penelusuran tingkat lanjut dan ahli (advance dan expert search).
Oleh sebab itu, pemilihan kata atau frase yang tepat perlu diperhatikan
sebelum mencari informasi baik di katalog ataupun di internet.
b. Penelusuran dengan logika boolean (boolean logic)
Logika Boolean merupakan suatu logika matematis yang dikenalkan
oleh seorang ahli matematika yang bernama George Boole. Logika
34
Boolean berisi seperangkat teknik yang digunakan dalam ilmu
matematika untuk memanipulasi dan mengkombinasikan data dengan
menggunakan logika tertentu. Logika tersebut didasarkan atas fungsi
operasi AND, OR, dan NOT. Logika ini kemudian dikenal dalam sistem
temu kembali informasi dengan istilah logika Boolean. Logika Boolean
dikenal luas sebagai suatu strategi dan teknik dalam penelusuran
informasi, terutama pada penelusuran online. Penggunaan logika
Boolean diyakini dapat mempengaruhi hasil penelusuran secara
signifikan. Adapun fungsi dari ketiga operasi Boolean tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Operasi AND
Operator AND digunakan untuk menghubungkan beberapa
konsep atau kata carian sehingga akan didapatkan dokumen yang
berisi tentang konsep yang berhubungan tersebut. Misalnya,
Psikologi AND Pendidikan, maka sistem akan mencari dokumen
atau informasi yang berkaitan dengan kedua istilah, yaitu Psikologi
dan Pendidikan. Selanjutnya, sistem hanya akan menampilkan
sumber informasi yang berisi kedua istilah tersebut, yaitu psikologi
dan pendidikan saja.
2) Operator OR
Dalam penelusuran informasi, operator OR memiliki fungsi
untuk memperluas penelusuran. Misalnya penelusuran Hama
Tanaman OR Padi, maka akan di peroleh hasil penelusuran tentang
kedua istilah carian ditambah dengan gabungan dari kedua istilah
tersebut. Isi informasi yang didapatkan berupa Hama Tanaman,
Padi, dan Hama Tanaman Padi sekaligus.
3) Operator NOT
Dalam penelusuran informasi, operator NOT berfungsi untuk
membatasi informasi yang ditelusuri. Dalam penelusuran, operator
NOT akan membatasi suatu penelususran dengan cara mengarahkan
penelusuran untuk mengeluarkan sumber informasi yang berisi kata
35
atau informasi yang dinafikan. Misalnya, penelusuran Psikologi
NOT Pendidikan, maka sistem akan mencari dokumen atau
informasi yang berkaitan dengan istilah yang dicari yaitu Psikologi,
baik psikologi umum, anak, dan lainnya, tetapi tidak memunculkan
informasi yang berkaitan dengan Pendidikan, seperti Psikologi
Pendidikan.40
E. Pondok Pesantren
1. Definisi Pesantren
Secara bahasa, kata pondok berasal dari bahasa arab yaitu “funduk” yang
berarti hotel atau asrama.41 Hal tersebut sesuai dengan tradisi pesantren
yang menyediakan tempat tinggal (asrama) bagi santrinya. Adapun, dalam
kamus besar bahasa Indonesia pesantren berarti asrama tempat santri atau
tempat murid-murid belajar mengaji dan sebagainya.42
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia.
Awal mula pesantren diyakini sejak masa awal penyebaran Islam di
nusantara, yakni sejak zaman walisongo yang menyebarkan Islam di tanah
Jawa. Menurut asal katanya, pesantren berasal dari kata “santri” yang
mendapat awalan “pe” dan akhiran “an” yang menunjukkan tempat. Oleh
karena itu, pesantren dapat berarti “tempat para santri”. Selain itu, ada yang
beranggapan bahwa kata pesantren merupakan gabungan dari kata “sant”
(manusia baik) dengan suku kata “tra” (suka menolong), sehingga kata
pesantren dapat berarti “tempat pendidikan manusia baik-baik”.43
Menurut M. Arifin dalam Mujamil Qomar, pondok pesantren berarti
lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat
sekitar, dengan sistem asrama (komplek) dimana santri-santri menerima
40 Agus Rifa’i, Penelusuran Informasi, h. 7.5-7.14. 41 Abdullah Idi dan Safarina, Etika Pendidikan: Keluarga, Sekolah dan Masyarakat,
(Jakarta: Rajawali Press, 2016), h. 157. 42 KBBI Online, Pesantren, diakses dari: <https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pesantren> 43 Mustajab, Masa Depan Pesantren: Telaah atas Model Kepemimpinan dan Manajemen
Pesantren Salaf. (Yogyakarta : LKIS, 2015), h. 56.
36
pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang
sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari leadership seorang atau
beberapa kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta
independen dalam segala hal.44
Senada dengan M. Arifin, K.H Imam Zarkasyi dalam Abdullah Syukri
Zarkasyi, mengungkapkan bahwa pondok pesantren merupakan satuan
pendidikan agama Islam dengan sistem asrama atau pondok, dimana kyai
sebagai figur sentralnya, masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya,
dan pengajaran agama Islam dibawah bimbingan kyai yang diikuti santri
sebagai kegiatan utamanya.45
Berdasarkan definisi di atas, maka dalam penelitian ini, yang dimaksud
dengan pondok pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan yang
menitikberatkan pendidikannya pada pendidikan agama Islam dengan
menyediakan asrama sebagai tempat tinggal santri dalam satu komplek
bersama dengan kyai sebagai pimpinan pesantren.
2. Tipologi Pesantren
Secara umum, tipologi pesantren dibagi atas dua jenis, yaitu:
a. Pesantren Salafiah
Pondok Pesantren salafiyah adalah pondok pesantren yang kegiatan
pembelajrannya dilakukan dengan pendekatan tradisional yang tetap
menerapkan tradisi pesantren sebagaimana pada awal
perkembangannya. Pada pesantren salafiyah, pembelajaran ilmu-ilmu
agama Islam masih dilakukan dengan perpedoman pada kitab-kitab
klasik (kitab kuning) yang berbahasa Arab. Penjenjangannya pun
didasarkan pada tamatnya kitab yang dipelajari bukan pada satuan
waktu. Ciri lain yang menonjol pada pesantren salafiyah yaitu pada
pembelajarannya yang lebih ditekankan pada kompetensi bahasa Arab
44 Mujamil Qomar, Pesantren: dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 2. 45 Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta:
Raja Grafindo, 2005), h. 4.
37
secara pasif, yaitu keterampilan membaca dan menerjemah teks Arab
klasik.
b. Pesantren Khalafiah
Pondok pesantren khalafiyah sering disebut juga sebagai pesantren
modern. Pesantren khalafiyah biasanya memiliki satuan pendidikan
formal baik madrasah (MI, MTs, MA atau MAK), maupun sekolah (SD,
SMP, SMU dan SMK), atau lainnya, tetapi dengan pendekatan klasikal.
Sistem pembelajaran dan penjenjangan di pesantren khalafiyah
biasanya seperti sekolah pada umumnya melalui satuan waktu. Dalam
hal ini “pondok” lebih difungsikan sebagai asrama tempat tinggal santri
dan pengajaran pendidikan agama Islam. Pada pesantren khalafiah
biasanya penekanan pelajaran bahasa Arab dan bahasa Inggris
diarahkan dalam penguasaan secara aktif, dengan membiasakannya
dalam kehidupan sehari-hari sebagai alat komunikasi.46
F. Unsur-Unsur Pesantren
Pesantren umumnya memiliki 5 unsur utama yang menjadi ciri khas yang
membedakannya dengan lembaga pendidikan lainnya. Kelima unsur tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Pondok
Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan
Islam tradisional dimana siswa tinggal bersama dan belajar di bawah
bimbingan seorang (atau lebih) guru yang lebih dikenal dengan dengan
sebutan “kyai”. Asrama para santri berada dalam lingkungan komplek
pesantren dimana kyai bertempat tinggal yang juga menyediakan sebuah
masjid untuk beribadah, ruangan untuk belajar dan kegiatan keagamaan
lainnya. Komplek pesantren biasanya dikelilingi oleh tembok untuk
46 Muhammad Rouf. "Memahami Tipologi Pesantren dan Madrasah sebagai Lembaga
Pendidikan Islam Indonesia." TADARUS: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 5, No. 1 (2016). h. 79-
80.
38
menjaga dan mengawasi keluar masuknya para santri sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Pondok tempat tinggal santri merupakan unsur paling penting dari
tradisi pesantren, terlebih lagi sebagai penompang utama pesantren dalam
menjalankan berbagai aktivitasnya. Walaupun biasanya keadaan pondok
sangat sederhana dan penuh sesak, anak-anak yang berasal dari berbagai
daerah demi menuntut ilmu juga belajar bermasyarakat menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosial yang baru.47
Pondok adalah ciri khas yang sangat membedakan pesantren dengan
pendidikan lainnya. Santri yang belajar di pesantren tidak hanya berasal dari
daerah sekitar, melainkan dari berbagai darah yang jauh. Karenanya, dengan
adanya pondok (asrama) para santri tidak perlu resah lagi dengan masalah
tempat tinggal. Bagi kyai, adanya pondok juga memudahkannya dalam
mengawasi dan mendidik santri-santrinya.
2. Masjid
Masjid merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari pesantren. Di
pesantren, masjid memiliki fungsi ganda, selain sebagai tempat shalat dan
ibadah lainnya, juga sebagai tempat pengajian dan pendidikan. Dalam
tradisi pesantren, masjid menempati posisi strategis sebagai perwujudan
sistem pendidikan Islam tradisional.
Bahkan sebelum masuknya pengaruh barat, banyak ulama yang
mengabdi untuk mengajar murid-muridnya di masjid, serta memberi
pengajaran, arahan, dan nasehat kepada para santri guna melestarikan tradisi
yang telah ada sejak zaman awal permulaan Islam.48
47 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai Dan Visinya
Mengenai Masa Depan Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 2011), h. 79-85 48 Zamakhsyari Dhofier, h. 85-86
39
3. Pengajaran kitab Islam Klasik (Kitab Kuning)
Sebagai lembaga pendidikan, pesantren mengajarkan sistem nilai
dengan mengakses ajaran agama melalui literatur kitab kuning yang disusun
oleh para ulama salaf terdahulu. 49 Pengajaran formal di lingkungan.
pesantren pada masa lalu, hanya bersumber dari kitab kuning (kitab Islam
klasik) karangan dari ulama-ulama yang bermazhab Syafi’i. Tujuan utama
pendidikan pesantren tersebut adalah guna mencetak calon ulama.
Saat ini, kitab Islam klasik yang di ajarkan di pesantren dapat
digolongkan kedalam 8 kelompok jenis pengetahuan, yaitu: 1. Nahwu
(syntax) dan shorof (morfologi); 2. Fiqh; 3. Usul fiqh; 4. Hadits; 5. Tafsir;
6. Tauhid; 7. Tasawuf dan etika, dan 8. Cabang ilmu lain seperti tarikh dan
balaghah. Kitab yang diajarkan di pesantren di seluruh Indonesia umumnya
sama. Begitu pula dengan sistem pengajarannya pun biasanya sama yaitu
dengan sistem sorongan dan bandongan. Seragamnya kitab dan sistem
pengajaran di pondok pesantren menghasilkan persamaan pandangan hidup,
kultural, dan praktik-praktik keagamaan di kalangan kyai dan santri seluruh
Nusantara.50
4. Kyai
Kyai merupakan unsur paling mendasar dalam pesantren. Bahkan
seringkali seorang kyai adalah pendiri dari sebuah pondok pesantren. Maka,
kemampuan seorang kyai dalam mengelola pesantren sangat menentukan
maju dan mundurnya pesantren. Istilah kyai mungkin hanya dapat ditemui
di Indonesia. Kyai merupakan sebuah gelar yang diberikan masyarakat
kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pemimpin
pesantren dan mengajarkan kitab-kitab klasik kepada para santrinya. 51
Selain gelar kyai, ia juga sering disebut sebagai seorang alim (orang yang
dalam pengetahuan Islamnya). Kyai yang disebut alim adalah bila ia benar-
49 Abu Yasid, Paradigma Baru Pesantren, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2018), h. 13. 50 Zamakhsyari Dhofier, h. 86-88 51 Zamakhsyari Dhofier, h. 93.
40
benar memahai, mengamalkan, dan menfatwakan kitab kuning. Kyai yang
demikian menjadi panutan bagi santri di pesantren, dan bahkan bagi
masyarakat Islam secara luas.52
Dalam tradisi pesantren, seorang kyai tidak akan memiliki status dan
kemasyhuran hanya karena kepribadian yang dimilikinya. Ia menjadi kyai
karena ada yang mengajarnya. Seorang kyai pada dasarnya mewakili watak
pesantren dan guru dimana ia belajar. Kyai di samping sebagai pendidik dan
pengajar, juga sebagai pemegang kendali manajerial pesantren. Bentuk
pesantren yang bermacam-macam merupakan cerminan dari kecenderungan
kyainya.
5. Santri
Santri merupakan sebutan bagi pelajar yang sedang menimba ilmu di
pondok pesantren. Menurut Zamakhsyari Dhofier, berdasarkan tradisi
pesantren, santri terbagi menjadi 2, yaitu:53
a. Santri mukim, yaitu santri-santri yang berasal dari berbagai daerah dan
tinggal menetap di pesantren. Santri mukin biasanya tidak akan pulang
kecuali pada waktu yang telah ditetapkan. Santri mukim yang telah
lama tinggal di pesantren biasanya juga diberi tanggung jawab untuk
turut membantu mengurus kegiatan sehari-hari di pesantren. Serta
membantu membimbing santri baru dalam belajar.
b. Santri kalong, yaitu santri-santri yang berasal dari desa di sekitar
pesantren dan tidak tinggal menetap di pesantren. Mereka datang ke
pesantren hanya untuk mengikuti pelajaran di pesantren saja dan setelah
selesai mereka akan kembali ke rumahnya masing-masing.
52 Mujamil Qomar, Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi, 2006, h. 20. 53 Zamakhsyari Dhofier, h. 89
41
G. Ustadz
1. Definisi Guru/Ustadz
Dalam keseharian kita tentu sering mendengar kata “ustadz”. Kata
ustadz sendiri sejatinya berasal dari bahasa Arab, yaitu yang berarti أستاذ
“guru besar”. Dalam budaya Indonesia, kata ustadz merupakan sebuah gelar
dimasyarakat yang ditujukan bagi orang yang mengajar mengaji dan agama
Islam. Namun, bagi pengajar dibidang ilmu umum biasanya hanya disebut
dengan guru. Walaupun terdapat perbedaan istilah, namun tugas seorang
ustadz/guru sama yaitu sebagai tenaga pendidik.
Dalam konteks pendidikan Islam, terdapat beberapa istilah dalam
bahasa Arab yang biasa dipakai sebagai sebutan bagi para guru, yaitu:
a. Ustadz. Orang yang berkomitmen terhadap profesionalisme, yang
melekat pada dirinya sikap dedikatif, komitmen terhadap mutu, proses,
dan hasil kerja, serta sikap continous improvement.
b. Mu’allim. Orang yang menguasai ilmu dan mampu
mengembangkannya serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan,
menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya, atau sekaligus melakukan
transfer ilmu/pengetahuan, internalisasi, serta amaliah.
c. Murabby. Orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar
mampu berkreasi, serta mampu mengatur dan memelihara hasil
kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya,
masyarakat dan alam sekitarnya.
d. Mursyid. Orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi
diri, atau menjadi pusat anutan, teladan dan konsultan bagi peserta
didiknya.
e. Mudarris. Orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi,
serta memperbaharui pengetahuan dan keahliannya secara
berkelanjutan, dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya,
memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan sesuai
dengan bakat, minat dan kemampuannya.
42
f. Muaddib, Orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk
bertanggungjawab dalam membangun peradaban yang berkualitas di
masa depan.54
Di lingkungan pesantren, ustadz merupakan sebutan bagi guru laki-laki
yang mengajar para santri. Adapun guru perempuan disebut dengan
ustadzah. Para ustadz biasanya merupakan alumni dari pesantren tersebut
dan tengah melakukan pengabdian. Ustadz merupakan salah satu
komponen penting di pesantren. Posisi ustadz di pesantren cukup strategis,
yakni sebagai pembantu kyai, sebab tidak semua pengajaran dan urusan
pesantren dapat ditangani oleh kyai sendiri. Selain mengajar, ustadz juga
sangat berperan dalam mengelola segala kegiatan di pesantren, seperti
administrasi, konsumsi, kesantrian, kebersihan, dan lain sebagainya.
2. Syarat dan Sifat Guru/Ustadz
Menurut Abdurahman an-Nahwali dalam kitabnya, Usul al-tarbiyah al-
islamiyah wa Asalibaha; fi albait wa al-madrasah, wa al-mujtama’,
sebagaimana dikutip dalam Wiwaha, sebagai bentuk ketaatan kepada Allah
dan Rasul Nya, seorang guru/ustadz harus memiliki sifat-sifat antara lain:
a. Memiliki sifat Rabbani, selalu menghadirkan keagungan dan keesaan
Allah dalam setiap pelajaran yang diajarkan.
b. Ikhlas karena Allah SWT.
c. Sabar dalam mengajarkan ilmu.
d. Jujur dalam menyampaikan ilmu.
e. Selalu meningkatkan pengetahuan dan wawasannya.
f. Terampil dan cerdik dalam menciptakan metode pengajaran yang
variatif.
g. Bersifat tegas.
h. Peka terhadap fenomena yang berdampak buruk bagi peserta didik.
54 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah,
dan Perguruan Tinggi, (Jakarta : RajaGrafindo Perkasa, 2005), h. 50.
43
i. Bersikap adil kepada seluruh anak didiknya.55
3. Tugas Guru/Ustadz
Menjadi seorang guru merupakan pekerjaan yang mulia. Tugas yang
diemban seorang guru pun bukan hal yang ringan. Seorang guru mempunyai
tugas terhadap santri atau anak didiknya, adapun tugas sebagai guru sebagai
berikut:
a. Mengajar, yaitu suatu usaha mengorganisasikan lingkungan dalam
hubungannya dengan santri dan bahan pengajaran yang menimbulkan
terjadinya proses belajar. Sebagai pengajar, maka seorang ustadz harus
selalu meningkatan kapasitas diri dan menambah wawasan dengan
mamanfaatkan berbagai media yang tersedia.
b. Membimbing dan mengarahkan anak didiknya agar dapat senantiasa
berkeyakinan, berpikir, beremosi, bersikap dan berperilaku positif yang
berparadigma pada wahyu ketuhanan, sabda, dan keteladanan kenabian.
c. Membina, yaitu berupaya dengan sungguh-sungguh untuk menjadikan
sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.56 Khususnya pada pembinaan
akidah dan akhlak santri sehingga dapat mencetak generasi penerus
yang unggul tidak hanya berilmu, tapi juga berakhlak mulia.
55 Weli Arjuna Wiwaha, Manajemen Mutu Guru/Ustadz di Pondok Pesantren, EL-
HIKAM: Jurnal Pendidikan dan Kajian Keislaman, (Vol. V No. 2, Desember 2012), h. 12. 56 Hamka Abdul Aziz, Karakter Guru Profesional Melahirkan Murid Unggul Menjawab
Tantangan Masa Depan, (Jakarta: Al-Mawardi, 2012), h. 31.
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, metode penelitian yang penulis gunakan adalah
deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha
menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya,
dengan tujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik
objek yang diteliti secara tepat. 57 Penulis akan menggambarkan mengenai
perilaku pencarian informasi ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an ketika
mencari informasi pembelajaran di internet.
Pendekatan yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data
berupa angka, sesuai dengan bentuk penelitian kuantitatif, data dapat diolah
atau di analisis menggunakan teknik perhitungan statistik.58
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah himpunan yang lengkap dari satuan individu yang
karakteristiknya ingin diketahui. Banyaknya individu atau elemen yang
merupakan anggota populasi disebut sebagai ukuran populasi.59 Adapun
populasi pada penelitian ini adalah seluruh ustadz yang mengajar di pondok
pesantren Ulumul Qur’an yang berjumlah sebanyak 42 orang.
57 Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 151 58 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Dengan Perbandingan
Perhitungan Manual & SPSS. (Jakarta: Kencana, 2013), h. 4. 59 Durri Andriani, Metode Penelitian. (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014), h.
4.3
45
2. Sampel
Sampel adalah sebagian anggota populasi yang memberikan keterangan
atau data yang diperlukan dalam suatu penelitian. 60 Ukuran sampel
merupakan banyaknya sampel yang diambil dari suatu populasi.
Menurut Arikunto dalam Sita, jika jumlah populasinya kurang dari 100
orang, maka jumlah sampelnya diambil secara keseluruhan, tetapi jika
populasinya lebih besar dari 100 orang, maka bisa diambil 10-15% atau 20-
25% dari jumlah populasinya.61
Adapun teknik sampling yang penulis gunakan dalam penelitian ini
menggunakan sampling jenuh. Sampling jenuh adalah sampel yang
mewakili jumlah populasi. Sampling jenuh biasanya dilakukan jika populasi
dianggap kecil atau jumlahnya kurang dari 100.62
Dalam penelitian ini, karena jumlah seluruh ustadz yang mengajar
sebagai populasi kurang dari 100 orang, yakni hanya 42 orang, maka seluruh
ustadz yang mengajar tersebut menjadi sampel pada penelitian ini.
C. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data
pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian. 63 Data primer dalam
penelitian ini diperoleh dari hasil pengamatan langsung penulis di lapangan
dan penyebaran angket/kuesioner kepada seluruh ustadz yang mengajar di
pondok pesantren Ulumul Qur’an.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi,
sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, dan biasanya sudah dalam
60 Durri Andriani, h. 4.4 61 NN. Sita, Populasi dan Sampel Jenuh (Sampel Sensus). [pdf]. Diunduh dari :
http://repository.unpas.ac.id/30110/6/BAB%20III%20Lanjutan.pdf 62 Suryani dan Hendryadi, Metode Riset Kuantitatif: Teori Dan Aplikasi Pada Penelitian
Bidang Manajemen Dan Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 203. 63 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, Dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosiallainnya, (Jakarta: Kencana, 2005). h. 132.
46
bentuk publikasi. 64 Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari
berbagai tinjauan literatur yang berkaitan dengan penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Angket (Kuesioner)
Angket merupakan serangkaian pertanyaan atau pernyataan yang
diberikan kepada responden yang telah ditentukan guna mendapatkan data
atau informasi penelitian.65 Penulis menyebarkan angket yang berisi daftar
pernyataan yang disusun secara sistematis kepada seluruh ustadz yang
mengajar di pondok pesantren Ulumul Qur’an.
2. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui
pencatatan dan pengamatan secara sistematis, objektif, logis, dan rasional
mengenai suatu fenomena untuk mencapai tujuan tertentu. 66 Kegiatan
observasi di pondok pesantren Ulumul Qur’an selama melaksanakan
penelitian.
3. Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui
percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan
responden untuk mencapai tujuan tertentu.67 Dalam penelitian ini, penulis
melakukan wawancara dengan kepala bidang akademik pesantren Ulumul
Qur’an, untuk mengetahui profil, tenaga pengajar, dan fasilitas yang ada di
pesantren Ulumul Qur’an.
4. Kajian pustaka
Kajian pustaka merupakan proses pengumpulan data dari berbagai
sumber baik cetak maupun elektronik seperti buku, jurnal, laporan hasil
64 Syofian Siregar, h. 4. 65 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011) h. 228 66 Zainal Arifin. h. 230 67 Zainal Arifin. h. 233
47
penelitian, majalah, koran dan sebagainya yang berisi informasi seputar
masalah penelitian.
E. Teknik Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan, data akan diolah untuk selanjutnya di analisis.
Adapun dalam mengolah data penulis menggunakan teknik sebagai berikut:68
1. Editing
Editing merupakan tahap pemeriksaan, pengecekan, dan pengoreksian
satu per satu data yang telah terkumpul untuk menghidari kesalahan-
kesalahan yang mungkin terjadi.
2. Coding
Setelah tahap pemeriksaan (editing), tahap selanjutnya yaitu coding.
Coding atau pengkodean merupakan tahap klasifikasi atau penyederhanaan
data dengan memberikan kode atau simbol baik berupa huruf ataupun angka
pada masing-masing jawaban responden untuk mempermudah proses
pengolahan data.
3. Tabulasi
Setelah kedua tahap di atas selesai, tahap terakhir yaitu tabulasi data.
Tabulasi merupakan tahap memasukkan data pada tabel tertentu dan
mengatur angka-angka untuk selanjutnya dihitung. Penyusunan data pada
tabel dimaksudkan agar memudahkan penulis dalam memahami dan
menganalisis data.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses lanjutan setelah data tersebut diolah. Tahap
awal analisis data yaitu dengan mempersentasekan data yang telah diolah
menggunakan rumus presentase berikut:69
68 Burhan Bungin, h.175-178. 69 Anas Sudijono, Pengantar Statistika Pendidikan. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005), h. 25.
48
𝐏 = 𝒇
𝒏 × 𝟏𝟎𝟎%
Keterangan:
P = angka presentase dari setiap kategori
f = frekuensi jawaban responden
n = jumlah responden
Setelah data dalam bentuk persentase didapatkan, jawaban kuesioner
selanjutnya ditafsirkan menggunakan rumus skala Likert. Skala Likert
merupakan skala yang biasa digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. 70 Pada
penelitian ini, penulis menggunakan empat penilaian persepsi pada masing-
masing pernyataan sebagai berikut:
1. Sangat setuju (SS) = 4
2. Setuju (S) = 3
3. Tidak setuju (TS) = 2
4. Sangat tidak setuju (STS) = 1
Pada pilihan jawaban kuesioner penulis tidak membuat pilihan netral
untuk menghidari jawaban yang tidak pasti atau sifatnya ragu-ragu. Selanjutnya,
akan dicari skor rata-rata untuk mengetahui penilaian responden dengan
menggunakan rumus berikut:
𝑋 = [(𝑆4𝑥𝐹) + (𝑆3𝑥𝐹) + (𝑆2𝑥𝐹) + (𝑆1𝑥𝐹)]
𝑁
Keterangan:
X = rata-rata
(S4-S1) = Skor pada skala 1-4
F = Frekuensi
N = jumlah sampel
70 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung:Alfabeta,
2009), h. 93.
49
Skala penghitungan diatas merupakan skala ordinal dimana terdapat
keterbatasan dalam menganalisa. Karenanya, untuk memperluas analisa, penulis
mengubah skala ordinal menjadi skala interval. Untuk menentukan skala interval
dilakukan dengan cara membagi selisih antara skor tertinggi dengan skor
terendah dengan banyak skala menggunakan rumus sebagai berikut:71
Skala interval = 𝒂(𝒎−𝒏)
𝒃
Keterangan:
a = jumlah atribut
m = skor tertinggi
n = skor terendah
b = jumlah skala penilaian yang ingin dibentuk atau diterapkan.
Jika skala penilaian yang diterapkan berjumlah 4, dimana skor terendah (1)
dan tertinggi (4), maka skala interval dapat dihitung sebagai berikut:
Interval = 1(4−1)
4
= 0,75
Dari hasil perhitungan di atas, didapatkan skala interval atau jarak setiap
titik adalah 0,75. Sehingga dapat diperoleh jarak antar tiap penilaian sebagai
berikut:
1. Sangat positif = 3,28 – 4,03
2. Positif = 2,52 – 3,27
3. Negatif = 1,76 – 2,51
4. Sangat negatif = 1,00 – 1,75
71 Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen. (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2004), h. 46.
50
G. Uji Validitas dan Reabilitas
1. Uji Validitas
Uji validitas merupakan suatu proses pengujian untuk mengetahui
sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur.72 Alat
ukur yang dimaksud yakni kuesioner yang digunakan sebagai instrumen
penelitian.
Uji validitas pada penelitian ini menggunakan metode korelasi pearson.
Uji validitas dilakukan kepada seluruh sampel yang berjumlah 42 orang.
Untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu item pernyataan dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Membandingkan nilai r tabel dengan r hitung, dengan ketentuan:
Jika nilai r hitung > r tabel, maka item dinyatakan valid
Jika nilai r hitung < r tabel, maka item dinyatakan tidak valid
Nilai r tabel ditentukan berdasarkan banyaknya jumlah responden.
Pada penelitian penulis, jumlah responden yaitu 42 orang, maka
didapatkan nilai r tabel pada signifikansi 5% sebesar 0,304.
b. Melihat nilai signifikansi (sig.), dengan ketentuan:
Jika nilai signifikansi < 0,05, maka item dinyatakan valid
Jika nilai signifikansi > 0,05, maka item dinyatakan tidak valid73
Untuk menguji validitas tiap item pernyataan pada kuesioner yang
penulis buat, penulis menggunakan program IBM SPSS V20. Berikut
merupakan hasil uji validitas yang didapatkan.
Tabel 3.1 Hasil uji validitas
No Item/
Pernyataan rhitung
rtabel 5%
(N = 42) Sig. Keterangan
1 0,675 0,304 0,000 Valid
72 Syofian Siregar, h. 46. 73 Duwi Priyatno, Panduan Praktis Olah Data Mengguanakan SPSS, (Yogyakarta: Andi,
2017), h. 68-69.
51
2 0,675 0,304 0,000 Valid
3 0,707 0,304 0,000 Valid
4 0,518 0,304 0,000 Valid
5 0,497 0,304 0,001 Valid
6 0,587 0,304 0,000 Valid
7 0,755 0,304 0,000 Valid
8 0,746 0,304 0,000 Valid
9 0,726 0,304 0,000 Valid
10 0,754 0,304 0,000 Valid
11 0,583 0,304 0,000 Valid
12 0,809 0,304 0,000 Valid
13 0,567 0,304 0,000 Valid
14 0,609 0,304 0,000 Valid
15 0,666 0,304 0,000 Valid
16 0,682 0,304 0,000 Valid
17 0,512 0,304 0,001 Valid
18 0,624 0,304 0,000 Valid
19 0,492 0,304 0,001 Valid
20 0,471 0,304 0,002 Valid
21 0,429 0,304 0,005 Valid
Berdasarkan tabel 3.1, dapat diketahui bahwa 21 item pernyataan dalam
kuesioner menunjukan nilai r hitung > r tabel (0,304), dan seluruh nilai
signifikansi < 0,05. Maka dari hasil uji validitas di atas dapat dikatakan
bahwa seluruh item pernyataan adalah valid.
52
2. Uji Reabilitas
Uji reabilitas adalah suatu proses pengujian untuk mengetahui sejauh
mana hasil pengukuran tetap konsisten jika dilakukan pengukuran lagi
dengan alat ukur yang sama.74
Menurut sekaran dalam Duwi, reabilitas < 0,6 adalah kurang baik,
sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik. 75 Dalam
melakukan uji reabilitas instrumen, penulis menggunakan teknik
Cronbach’s Alpha dengan menggunakan program IMB SPSS V20. Berikut
merupakan hasil uji reabilitas yang didapatkan.
Tabel 3.2 Hasil uji reabilitas
Cronbach's
Alpha
N of Items
,917 21
Dari hasil uji reabilitas pada tabel 3.2, diperoleh nilai Cronbach’s Alpha
sebesar 0,917 yang berada pada konstanta 0,8 – 1. Maka dapat dikatakan
bahwa 21 pernyataan dalam instrumen yang penulis gunakan dapat
dipercaya atau reliabel.
H. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada 13-16 Januari 2020 di pondok Pesantren
Ulumul Qur’an yang beralamat di Jl. H. Suhaimi No.63 Kelurahan Duren Mekar,
Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, dengan menyebarkan kuesioner tercetak.
74 Syofian Siregar, h. 55. 75 Duwi Priyatno, h. 79.
53
Tabel 3.3 Jadwal penelitian
No. Kegiatan Waktu
Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Apr
1. Sidang
proposal
2. Bimbingan
skripsi
3. Penyebaran
kuesioner
4.
Pengolahan
data dan
analisis data
5. Pengesahan
skripsi
6. Sidang skripsi
54
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Pondok Pesantren Ulumul Qur’an
Pondok Pesantren Ulumul Qur’an merupakan lembaga pendidikan
berasrama yang terletak di Desa Parung Tengah, Jl. H. Suhaemi, RT. 05/03,
Kelurahan Duren Mekar, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok. Pondok
pesantren Ulumul Qur’an berdiri pada tahun 1992, berawal dari sebuah Taman
Pendidikan Al-Qur’an (TPA) yang dipimpin oleh Bapak Kyai H. Edi Junaidi,
di atas tanah yang luasnya kurang lebih sekitar 4 hektar. Kemudian, pada
tanggal 1 Juli 1993 secara resmi beliau mendirikan Pondok Pesantren Ulumul
Qur’an dengan sistem pendidikan modern berbasis Kulliyyatul Mu’allimin Al-
Islamiyyah atau yang disingkat KMI yang berkiblat ke Pondok Modern
Daarussalam Gontor Ponorogo dan pendidikan menghafal Al-Qur’an yang
berkiblat ke Pondok Pesantren Darul Huffadz Bone Sulawesi Selatan.
Pondok Pesantren Ulumul Qur’an yang disingkat PPUQ adalah pondok
pesantren yang menerapkan dua sistem pendidikan terintegrasi yaitu, pertama;
sistem pendidikan KMI adalah sebuah sistem pendidikan yang berartikan
persemaian guru-guru Islam. Pendidikan KMI setara dengan sistem pendidikan
Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Jenjang pendidikannya selama 6
tahun dan bersifat klasikal, mulai dari kelas satu sampai kelas enam. Materi
pelajaran yang diajarkan pada pendidikan KMI ini lebih mendominasi pada
pelajaran agama, antara lain adalah pelajaran Tafsir, Tajwid, Tauhid, Fiqih,
Ushul Fiqh, Tarikh Islam dan materi berbahasa arab seperti Nahwu, Shorof,
Mutholaah, Balaghoh, Mahfudzot. Namun, tidak juga mengesampingkan
materi umum seperti Berhitung, Matematika, IPS, IPA, Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris. Selain itu juga diajarkan materi praktis yakni pendidikan
keterampilan, amaliyah tadris, dan materi ektrakurikuler lainnya; dan sistem
kedua yaitu sistem pendidikan penghafalan Al-Qur’an.76 Integrasi dua sistem
76 Dokumen Tata Usaha Pondok Pesantren Ulumul Qur’an, Depok: PPUQ, 2018.
55
pendidikan ini menjadi unggulan Pondok Pesantren Ulumul Qur’an dalam
pendidikannya.
1. Sarana dan Prasarana
Guna mendukung kegiatan belajar mengajar, pondok pesantren Ulumul
Qur’an menyediakan berbagai sarana dan prasarana pendukung sebagai
berikut:77
Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Ulumul Qur’an
No Sarana Prasarana Jumlah Keadaan
1 Gedung Masjid 1 Unit Baik
2 Gedung Asrama 5 Unit Baik
3 MCK 5 Unit Cukup Baik
4 Kantor Dosen STITDQ 1 Unit Baik
5 Kantor Direktur KMI-PPUQ 1 Unit Baik
6 Kantor Guru KMI-PPUQ 1 Unit Baik
7 Ruang Kelas STITDQ 3 Unit Baik
8 Ruang Kelas KMI-PPUQ 22 Unit Baik
9 Ruang Kelas MI PPUQ 6 Unit Baik
10 Ruang Kelas PAUD 3 Unit Baik
11 Ruang Lab. Komputer 1 Unit Baik
12 Ruang Lab. Bahasa 1 Unit Baik
13 Ruang Lab. IPA 1 Unit Baik
14 Ruang Perpustakaan 1 Unit Baik
15 Ruang Koperasi 1 Unit Baik
16 Ruang Kantin 1 Unit Baik
17 Lapangan Sepak Bola 1 Unit Baik
18 Lapangan Basket 1 Unit Baik
19 Lapangan Bulu Tangkis 1 Unit Baik
20 Lapangan Volley 1 Unit Baik
21 Lapangan Futsal 1 Unit Baik
77 Dokumen Tata Usaha Pondok Pesantren Ulumul Qur’an, Depok: PPUQ, 2018.
56
2. Visi dan Misi
Pondok Pesantren Ulumul Qur’an memiliki visi mencetak generasi
muslim yang beriman, berilmu dan terampil berlandaskan Al-Qur’an dan
Hadits.
Guna mewujudkan visi tersebut, Pondok Pesantren Ulumul Qur’an
memiliki misi sebagai berikut:
a. Menanamkan dasar-dasar keimanan melalui bimbingan intensif,
pembiasaan dan keteladanan.
b. Mengembangkan potensi edukatif dan inovatif.78
3. Struktur Organisasi
Gambar 4.1
Struktur organisasi pondok pesantren Ulumul Qur’an
78 Dokumen Tata Usaha Pondok Pesantren Ulumul Qur’an, Depok: PPUQ, 2018.
57
B. Temuan Hasil Penelitian
Pada sub bab ini, penulis akan menjabarkan hasil penelitian terkait perilaku
pencarian informasi ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an ketika mencari
informasi di internet. Penelitian ini dilakukan di pondok pesantren Ulumul
Qur’an pada 13 – 16 Januari 2020. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kuantitatif. Responden pada penelitian ini berjumlah 42 orang.
Responden penelitian ini adalah ustadz di pondok pesantren Ulumul Quran.
Sebanyak 42 orang ustadz yang menjadi sampel merupakan ustadz yang
mengajar di pesantren Ulumul Qur’an.
Berikut ini merupakan data identitas responden yang didapatkan dari hasil
pengisian kuesioner oleh ustadz di Pondok Pesantren Ulumul Qur’an:
1. Identitas Responden
Tabel 4.2 Jenis kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
LK 42 95%
PR 2 5%
Jumlah 42 100%
Tabel 4.2 menunjukan bahwa responden pada penelitian ini hampir
seluruhnya adalah laki-laki dengan jumlah 42 orang (95% responden) dan
perempuan yang berjumlah 2 orang (5% responden). Sebab, penelitian ini
dilakukan di pesantren putra Ulumul Qur’an. Maka dapat disimpulkan
bahwa hampir seluruh responden adalah laki-laki.
Tabel 4.3 Latar Belakang Pendidikan
Latar Belakang
Pendidikan Frekuensi Persentase
Strata 2 5 12%
Strata 1 26 62%
SMA/Sederajat 11 26%
Jumlah 42 100%
58
Tabel 4.3 menunjukan bahwa hampir seluruh ustadz yang mengajar
telah menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Lulusan strata 2 berjumlah
5 orang (12% responden), strata 1 berjumlah 26 orang (62% responden),
dan SMA/sederajat berjumlah 11 orang (26% responden). Adapun, 11 orang
ustadz yang berlatar belakang SMA/sederajat seluruhnya saat ini sedang
menempuh pendidikan strata 1.
Tabel 4.4 Mata Pelajaran
Mata Pelajaran Frekuensi Persentase
Bahasa 10 24%
Agama Islam 20 48%
Tarbiyyah 1 2%
Sejarah Islam 2 5%
Matematika 2 5%
IPA 1 2%
IPS 1 2%
PPKn 1 2%
Seni/Kaligrafi 2 5%
TIK 2 5%
Jumlah 42 100%
Tabel 4.4 di atas menunjukan mata pelajaran yang diajarkan oleh ustadz
di pondok pesantren Ulumul Qur’an. Ustadz yang mengajar pada mata
pelajaran bahasa (B. Arab, B. Inggris, dan B. Indonesia) berjumlah 10
orang (24% responden), ustadz yang mengajar pada mata pelajaran agama
Islam (Fiqhu Sunnah, Tafsir, Fiqh, Ushul Fiqh, Hadits, Musthalah Hadits,
Dinul Islam, Faroid, Ushuluddin, Aqoid, Mahfudzot, Mutholaah, dan
Tajwid) berjumlah 20 orang (48% responden), ustadz yang mengajar pada
mata pelajaran Tarbiyyah berjumlah 1 orang (2% responden), ustadz yang
mengajar pada mata pelajaran Sejarah Islam berjumlah 2 orang (5%
responden), ustadz yang mengajar pada mata pelajaran Matematika
berjumlah 2 orang (5% responden), ustadz yang mengajar pada mata
59
pelajaran IPA berjumlah 1 orang (2% responden), ustadz yang mengajar
pada mata pelajaran IPS berjumlah 1 orang (2% responden), ustadz yang
mengajar pada mata pelajaran PPkn berjumlah 1 orang (2% responden),
ustadz yang mengajar pada mata pelajaran Seni/Kaligrafi berjumlah 2
orang (5% responden), dan ustadz yang mengajar pada mata pelajaran
TIK berjumlah 2 orang (5% responden). Maka dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar responden merupakan pengampu pada mata pelajaran
agama Islam, kemudian bahasa, dan pelajaran umum lainnya.
2. Perilaku pencarian informasi melalui internet oleh ustadz di pondok
pesantren Ulumul Qur’an
a. Starting
Sebagai upaya untuk mengetahui perilaku pencarian informasi
pembelajaran ustadz melalui internet pada tahap starting, penulis
mengajukan beberapa pernyataan sebagai berikut:
Tabel 4.5 Menentukan topik kebutuhan informasi pembelajaran sebelum
mencari informasi di internet
Jawaban Responden Bobot
Nilai F P S
Sangat setuju (SS) 4 12 29% 48
Setuju (S) 3 26 62% 78
Tidak Setuju (TS) 2 4 9% 8
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 0 0% 0
Total 42 100% 134
Skor Rata-rata 3,19
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa 12 orang (29% responden)
menyatakan sangat setuju, 26 orang (62% responden) menyatakan
setuju, 4 orang (9% responden) menyatakan tidak setuju, dan tidak
ada satupun responden yang menyatakan sangat tidak setuju pada
60
pernyataan menentukan topik kebutuhan informasi pembelajaran
sebelum mencari informasi di internet.
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan skor rata-rata sebesar 3,19
yang terletak pada interval 2,52 – 3,27. Skor tersebut menunjukan
bahwa perilaku ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an dalam
menentukan topik kebutuhan informasi pembelajaran sebelum
mencari informasi di internet adalah positif.
Tabel 4.6 Menyiapkan kata kunci (keyword) sebelum mencari informasi
pembelajaran di internet
Jawaban Responden Bobot
Nilai F P S
Sangat setuju (SS) 4 18 43% 72
Setuju (S) 3 24 57% 72
Tidak Setuju (TS) 2 0 0% 0
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 0 0% 0
Total 42 100% 144
Skor Rata-rata 3,42
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa 18 orang (43% responden)
menyatakan sangat setuju, 24 orang (57% responden) menyatakan
setuju, dan tidak ada satupun responden yang menyatakan tidak
setuju dan sangat tidak setuju pada pernyataan menyiapkan kata
kunci (keyword) sebelum mencari informasi pembelajaran di
internet.
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan skor rata-rata sebesar 3,4
yang terletak pada interval 3,28 – 4,03. Skor tersebut menunjukan
bahwa perilaku ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an dalam
menyiapkan kata kunci (keyword) sebelum mencari informasi
pembelajaran di internet adalah sangat positif.
61
Tabel 4.7 Menentukan dan membuat daftar informasi pembelajaran yang
akan dicari di internet
Jawaban Responden Bobot
Nilai F P S
Sangat setuju (SS) 4 10 24% 40
Setuju (S) 3 18 43% 54
Tidak Setuju (TS) 2 9 21% 18
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5 12% 5
Total 42 100% 117
Skor Rata-rata 2,78
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa 10 orang (24% responden)
menyatakan sangat setuju, 18 orang (43% responden) menyatakan
setuju, 9 orang (21% responden) menyatakan tidak setuju, dan 5
orang (12% responden) menyatakan sangat tidak setuju pada
pernyataan menentukan dan membuat daftar informasi
pembelajaran yang akan dicari di internet.
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan skor rata-rata sebesar
2,78 19 yang terletak pada interval 2,52 – 3,27. Skor tersebut
menunjukan bahwa perilaku ustadz pondok pesantren Ulumul
Qur’an dalam menentukan dan membuat daftar informasi
pembelajaran yang akan dicari di internet adalah positif.
Tabel 4.8 Rekapitulasi perilaku pencarian informasi pembelajaran oleh
ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an pada tahap starting
No. Pernyataan Persentase Skor
1.
Menentukan topik kebutuhan
informasi pembelajaran sebelum
mencari informasi di internet
91% 3,19
62
2.
Menyiapkan kata kunci (keyword)
sebelum mencari informasi
pembelajaran di internet
100% 3,42
3.
Menentukan dan membuat daftar
informasi pembelajaran yang akan
dicari di internet
67% 2,78
Total 258% 9,39
Rata-rata 86% 3,13
Menurut hasil rekapitulasi pada tabel 4.8 di atas, 86% ustadz
(hampir seluruhnya) menyatakan setuju melakukan rangkaian proses
pencarian pada tahap starting. Didapatkan skor rata- rata pada tahap
starting sebesar 3,13 yang terletak pada interval 2,57 – 3,27. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa perilaku pencarian informasi
pembelajaran oleh ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an pada tahap
starting adalah positif.
b. Chaining
Sebagai upaya untuk mengetahui perilaku pencarian informasi
pembelajaran ustadz melalui internet pada tahap chaining, peneliti
mengajukan beberapa pernyataan sebagai berikut:
Tabel 4.9 Membaca literatur lain seperti buku, jurnal penelitian, atau
sumber lainnya sebagai referensi sebelum mencari informasi
pembelajaran di internet
Jawaban Responden Bobot
Nilai F P S
Sangat setuju (SS) 4 5 12% 20
Setuju (S) 3 21 50% 63
Tidak Setuju (TS) 2 10 24% 20
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 6 14% 6
63
Total 42 100% 109
Skor Rata-rata 2,59
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa 5 orang (12% responden)
menyatakan sangat setuju, 21 orang (50% responden) menyatakan
setuju, 10 orang (24% responden) menyatakan tidak setuju, dan
6 orang (14% responden) menyatakan sangat tidak setuju
terhadap pernyataan membaca literatur lain seperti buku, jurnal
penelitian, atau sumber lainnya sebagai referensi sebelum mencari
informasi di internet.
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan skor rata-rata sebesar
2,59 yang terletak pada interval 2,52 – 3,27. Skor tersebut
menunjukan bahwa perilaku ustadz pondok pesantren Ulumul
Qur’an mengenai membaca literatur lain seperti buku, jurnal
penelitian, atau sumber lainnya sebagai referensi sebelum mencari
informasi di internet adalah positif.
Tabel 4.10 Bertanya kepada teman sebelum mencari informasi
pembelajaran yang dibutuhkan di internet
Jawaban Responden Bobot
Nilai F P S
Sangat setuju (SS) 4 8 19% 32
Setuju (S) 3 26 62% 78
Tidak Setuju (TS) 2 8 19% 16
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 0 0% 0
Total 42 100% 126
Skor Rata-rata 3,00
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa 8 orang (19% responden)
menyatakan sangat setuju, 26 orang (62% responden) menyatakan
setuju, 8 orang (19% responden) menyatakan tidak setuju, dan
64
tida seorang pun responden yang menyatakan sangat tidak setuju
dalam bertanya kepada teman sebelum mencari informasi
pembelajaran yang dibutuhkan di internet.
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan skor rata-rata sebesar
3,00 yang terletak pada interval 2,52 – 3,27. Skor tersebut
menunjukan bahwa perilaku ustadz pondok pesantren Ulumul
Qur’an mengenai bertanya kepada teman sebelum mencari
informasi pembelajaran yang dibutuhkan di internet adalah positif.
Tabel 4.11 Menggunakan daftar sumber rujukan sebelum mencari
informasi pembelajaran di internet
Jawaban Responden Bobot
Nilai F P S
Sangat setuju (SS) 4 5 12% 20
Setuju (S) 3 23 55% 69
Tidak Setuju (TS) 2 11 26% 22
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 3 7% 3
Total 42 100% 114
Skor Rata-rata 2,71
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa 5 orang (12% responden)
menyatakan sangat setuju, 23 orang (55% responden) menyatakan
setuju, 11 orang (26% responden) menyatakan tidak setuju, dan 3
orang (7% responden) menyatakan sangat tidak setuju dalam
menggunakan daftar sumber rujukan sebelum mencari informasi
pembelajaran di internet.
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan skor rata-rata sebesar
2,71 yang terletak pada interval 2,52 – 3,27. Skor tersebut
menunjukan bahwa perilaku ustadz pondok pesantren Ulumul
Qur’an mengenai penggunaan daftar sumber rujukan sebelum
mencari informasi pembelajaran di internet adalah positif.
65
Tabel 4.12 Rekapitulasi perilaku pencarian informasi pembelajaran oleh
ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an pada tahap chaining
No. Pernyataan Persentase Skor
1.
Membaca literatur lain seperti buku,
jurnal penelitian, atau sumber lainnya
sebagai referensi sebelum mencari
informasi pembelajaran di internet
62% 2,59
2.
Bertanya kepada teman sebelum
mencari informasi pembelajaran yang
dibutuhkan di internet
81% 3,00
3.
Menggunakan daftar sumber rujukan
sebelum mencari informasi
pembelajaran di internet
67% 2,71
Total 210% 8,30
Rata-rata 70% 2,76
Menurut hasil rekapitulasi pada tabel 4.12 di atas, 70% ustadz
(sebagian besar) menyatakan setuju melakukan rangkaian proses
pencarian pada tahap chaining. Didapatkan skor rata- rata pada tahap
chaining sebesar 2,76. Skor ini berada pada skala interval 2,57 – 3,27,
yang menunjukkan bahwa perilaku pencarian informasi pembelajaran
oleh ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an pada tahap chaining
adalah positif.
c. Browsing
Sebagai upaya untuk mengetahui perilaku pencarian informasi
pembelajaran ustadz melalui internet pada tahap browsing
(penelusuran), penulis mengajukan beberapa pernyataan sebagai
berikut:
66
Tabel 4.13 Menggunakan mesin pencari (search engine) saat mencari
informasi pembelajaran di internet
Jawaban Responden Bobot
Nilai F P S
Sangat setuju (SS) 4 16 38% 64
Setuju (S) 3 26 62% 78
Tidak Setuju (TS) 2 0 0% 0
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 0 0% 0
Total 42 100% 142
Skor Rata-rata 3,38
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa 16 orang (38% responden)
menyatakan sangat setuju, 26 orang (62% responden) menyatakan
setuju, dan tidak ada satupun responden yang menyatakan tidak
setuju dan sangat tidak setuju pada pernyataan menggunakan
mesin pencari (search engine) saat mencari informasi
pembelajaran di internet.
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan skor rata-rata sebesar
3,38 yang terletak pada interval 3,28 – 4,03. Skor tersebut
menunjukan bahwa perilaku ustadz pondok pesantren Ulumul
Qur’an mengenai penggunaan mesin pencari (search engine) saat
mencari informasi pembelajaran di internet adalah sangat positif.
Tabel 4.14 Menggunakan operator Boolean logic (AND, OR, NOT) saat
mencari informasi pembelajaran di internet
Jawaban Responden Bobot
Nilai F P S
Sangat setuju (SS) 4 0 0% 0
Setuju (S) 3 8 19% 24
Tidak Setuju (TS) 2 24 57% 48
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 10 24% 10
67
Total 42 100 82
Skor Rata-rata 1,95
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun (0%
responden) menyatakan sangat setuju, 8 orang (19% responden)
menyatakan setuju, 24 orang (57% responden) menyatakan tidak
setuju, dan 10 orang (24% responden) menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan menggunakan operator Boolean logic (AND,
OR, NOT) saat mencari informasi pembelajaran di internet.
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan skor rata-rata sebesar 1,95
yang terletak pada interval 1,76 – 2,51. Skor tersebut menunjukan
bahwa perilaku ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an tmengenai
penggunaan operator Boolean logic (AND, OR, NOT) saat mencari
informasi pembelajaran di internet adalah negatif.
Tabel 4.15 Menelusuri katalog online, indeks, atau abstrak jurnal online
ketika mencari informasi pembelajaran di internet
Jawaban Responden Bobot
Nilai F P S
Sangat setuju (SS) 4 5 12% 12
Setuju (S) 3 20 48% 60
Tidak Setuju (TS) 2 14 33% 28
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 3 7% 5
Total 42 100% 111
Skor Rata-rata 2,64
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa 5 orang (12% responden)
menyatakan sangat setuju, 20 orang (48% responden) menyatakan
setuju, 14 orang (33% responden) menyatakan tidak setuju, dan 3
orang (7% responden) yang menyatakan sangat tidak setuju dalam
68
menelusuri katalog online, indeks, atau abstrak jurnal online ketika
mencari informasi pembelajaran di internet.
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan skor rata-rata sebesar 2,64
yang terletak pada interval 2,52 – 3,27. Skor tersebut menunjukan
bahwa perilaku ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an terhadap
pernyataan menelusuri katalog online, indeks, atau abstrak jurnal
online ketika mencari informasi pembelajaran di internet adalah
positif.
Tabel 4.16 Rekapitulasi perilaku pencarian informasi pembelajaran oleh
ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an pada tahap browsing
No. Pernyataan Persentase skor
1.
Menggunakan mesin pencari (search
engine) saat mencari informasi
pembelajaran di internet
100% 3,38
2.
Menggunakan operator Boolean logic
(AND, OR, NOT) saat mencari
informasi pembelajaran di internet
19% 1,95
3.
Menelusuri katalog online, indeks, atau
abstrak jurnal online ketika mencari
informasi pembelajaran di internet
60% 2,64
Total 179% 7,97
Rata-rata 60% 2,65
Menurut hasil rekapitulasi pada tabel 4.16 di atas, 60% ustadz
(hampir seluruhnya) menyatakan setuju melakukan rangkaian proses
pencarian pada tahap browsing. Didapatkan skor rata – rata pada tahap
browsing sebesar 2,65. Skor ini berada pada skala interval 2,57 – 3,27,
yang menunjukkan bahwa perilaku pencarian informasi pembelajaran
oleh ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an pada tahap chaining
adalah positif.
69
Akan tetapi, pada pernyataan menggunakan operator Boolean logic
(AND, OR, NOT) saat mencari informasi pembelajaran di internet
hanya 19% ustadz (sebagian kecil) saja yang melakukan kegiatan
tersebut. Pernyataan tersebut juga mendapatkan hasil negatif dengan
skor 1,95 yang berada pada interval 1,76 – 2,51.
d. Monitoring
Sebagai upaya untuk mengetahui perilaku pencarian informasi
pembelajaran ustadz melalui internet pada tahap monitoring, penulis
mengajukan pernyataan sebagai berikut:
Tabel 4.17 Memantau perkembangan informasi terbaru terkait
pembelajaran yang menjadi perhatian dari berbagai sumber di internet
Jawaban Responden Bobot
Nilai F P S
Sangat setuju (SS) 4 12 29% 48
Setuju (S) 3 21 50% 63
Tidak Setuju (TS) 2 9 21% 18
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 0 0% 0
Total 42 100% 132
Skor Rata-rata 3,07
Tabel 4.17 menunjukkan bahwa 12 orang (29% responden)
menyatakan sangat setuju, 21 orang (50% responden) menyatakan
setuju, 9 orang (21% responden) menyatakan tidak setuju, dan
tidak ada satupun responden yang menyatakan sangat tidak setuju
terhadap pernyataan memantau perkembangan informasi terbaru
terkait pembelajaran yang menjadi perhatian dari berbagai sumber
di internet.
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan skor rata-rata sebesar
3,07 yang terletak pada interval 2,52 – 3,27. Skor tersebut
menunjukan bahwa perilaku ustadz pondok pesantren Ulumul
70
Qur’an mengenai pemantauan terhadap perkembangan informasi
terbaru terkait pembelajaran yang menjadi perhatian dari berbagai
sumber di internet adalah positif.
e. Accessing
Sebagai upaya untuk mengetahui perilaku pencarian informasi
pembelajaran ustadz melalui internet pada tahap accessing
(mengakses), penulis mengajukan beberapa pernyataan sebagai
berikut:
Tabel 4.18 Merasa mudah dalam mengakses informasi pembelajaran yang
dibutuhkan saat mencari informasi di internet
Jawaban Responden Bobot
Nilai F P S
Sangat setuju (SS) 4 15 36% 60
Setuju (S) 3 19 45% 57
Tidak Setuju (TS) 2 8 19% 16
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 0 0% 0
Total 42 100% 133
Skor Rata-rata 3,16
Tabel 4.18 menunjukkan bahwa 15 orang (36% responden)
menyatakan sangat setuju, 19 orang (45% responden) menyatakan
setuju, 8 orang (19% responden) menyatakan tidak setuju, dan
tidak ada satupun responden yang menyatakan sangat tidak setuju
pada pernyataan merasa mudah ketika mengakses informasi
pembelajaran yang dibutuhkan saat mencari informasi di internet.
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan skor rata-rata sebesar
3,16 yang terletak pada interval 2,52 – 3,27. Skor tersebut
menunjukan bahwa perilaku ustadz pondok pesantren Ulumul
Qur’an mengenai kemudahan akses informasi pembelajaran yang
dibutuhkan saat mencari informasi di intrnet adalah positif.
71
Tabel 4.19 Terdaftar sebagai anggota database online (seperti
perpustakaan nasional) guna memudahkan dalam mengakses informasi
pembelajaran yang dibutuhkan
Jawaban Responden Bobot
Nilai F P S
Sangat setuju (SS) 4 5 12% 20
Setuju (S) 3 12 29% 36
Tidak Setuju (TS) 2 18 43% 36
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 7 16% 7
Total 42 100% 99
Skor Rata-rata 2,35
Tabel 4.19 menunjukkan bahwa 5 orang (12% responden)
menyatakan sangat setuju, 12 orang (29% responden) menyatakan
setuju, 18 orang (43% responden) menyatakan tidak setuju, dan
7 orang (16% responden) yang menyatakan sangat tidak setuju
terhadap pernyataan terdaftar sebagai anggota database online
(seperti perpustakaan nasional) guna memudahkan dalam
mengakses informasi pembelajaran yang dibutuhkan.
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan skor rata-rata sebesar
2,35 yang terletak pada interval 1,76 – 2,51. Skor tersebut
menunjukan bahwa perilaku ustadz pondok pesantren Ulumul
Qur’an mengenai terdaftarnya ustadz sebagai anggota database
online (seperti perpustakaan nasional) guna memudahkan dalam
mengakses informasi pembelajaran yang dibutuhkan adalah
negatif.
72
Tabel 4.20 Rekapitulasi perilaku pencarian informasi pembelajaran oleh
ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an pada tahap accessing
No. Pernyataan Persentase skor
1.
Merasa mudah dalam mengakses
informasi pembelajaran yang
dibutuhkan saat mencari informasi di
internet.
81% 3,16
2.
Terdaftar sebagai anggota database
online (seperti perpustakaan nasional)
guna memudahkan dalam mengakses
informasi pembelajaran yang
dibutuhkan.
41% 2,35
Total 122% 5,51
Rata-rata 61% 2,75
Menurut hasil rekapitulasi pada tabel 4.20 di atas, 61% ustadz
(sebagian besar) menyatakan setuju melakukan rangkaian proses
pencarian pada tahap accessing. Didapatkan skor rata-rata pada tahap
accessing sebesar 2,75 yang terletak pada interval 2,57 – 3,27. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa perilaku pencarian informasi
pembelajaran oleh ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an pada tahap
accessing adalah positif.
Akan tetapi, pada pernyataan terdaftar sebagai anggota database
online (seperti perpustakaan nasional) guna memudahkan dalam
mengakses informasi pembelajaran yang dibutuhkan, hanya 41%
ustadz (hampir setengahnya) setuju akan pernyataan tersebut.
pernyataan tersebut juga memperoleh hasil negatif dengan skor 2,16
yang berada pada interval 1,76 – 2,51.
73
f. Differentiating
Sebagai upaya untuk mengetahui perilaku pencarian informasi
pembelajaran ustadz melalui internet pada tahap differentiating
(memilah), penulis mengajukan beberapa pernyataan sebagai berikut:
Tabel 4.21 Memilih sumber yang terpercaya saat mencari informasi
pembelajaran di internet
Jawaban Responden Bobot
Nilai F P S
Sangat setuju (SS) 4 15 36% 60
Setuju (S) 3 27 64% 81
Tidak Setuju (TS) 2 0 0% 0
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 0 0% 0
Total 42 100% 141
Skor Rata-rata 3,35
Tabel 4.21 menunjukkan bahwa 15 orang (36% responden)
menyatakan sangat setuju, 27 orang (64% responden) menyatakan
setuju, dan tidak ada satupun responden yang menyatakan tidak
setuju dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan memilih
sumber yang terpercaya saat mencari informasi pembelajaran di
internet.
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan skor rata-rata sebesar
3,35 yang terletak pada interval 3,28 – 4,03. Skor tersebut
menunjukan bahwa perilaku ustadz pondok pesantren Ulumul
Qur’an mengenai pemilihan sumber yang terpercaya saat mencari
informasi pembelajaran di internet adalah sangat positif.
74
g. Extracting
Sebagai upaya untuk mengetahui perilaku pencarian informasi
pembelajaran ustadz melalui internet pada tahap extracting, penulis
mengajukan beberapa pernyataan sebagai berikut:
Tabel 4.22 Memilih informasi pembelajaran di internet yang relevan
dengan informasi yang dibutuhkan
Jawaban Responden Bobot
Nilai F P S
Sangat setuju (SS) 4 23 55% 80
Setuju (S) 3 19 45% 66
Tidak Setuju (TS) 2 0 0% 0
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 0 0% 0
Total 42 100% 146
Skor Rata-rata 3,54
Tabel 4.22 menunjukkan bahwa 23 orang (55% responden)
menyatakan sangat setuju, 19 orang (45% responden) menyatakan
setuju, dan tidak ada satupun responden yang menyatakan tidak
setuju dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan memilih
informasi pembelajaran di internet yang relevan dengan informasi
yang dibutuhkan.
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan skor rata-rata sebesar
3,54 yang terletak pada interval 3,28 – 4,03. Skor tersebut
menunjukan bahwa perilaku ustadz pondok pesantren Ulumul
Qur’an mengenai pemilihan informasi pembelajaran di internet
yang relevan dengan informasi yang dibutuhkan adalah sangat
positif.
75
Tabel 4.23 Melakukan pencarian informasi pembelajaran lebih lanjut di
internet untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam
Jawaban Responden Bobot
Nilai F P S
Sangat setuju (SS) 4 15 36% 60
Setuju (S) 3 20 48% 60
Tidak Setuju (TS) 2 7 16% 14
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 0 0% 0
Total 42 100% 134
Skor Rata-rata 3,19
Tabel 4.23 menunjukkan bahwa 15 orang (36% responden)
menyatakan sangat setuju, 20 orang (48% responden) menyatakan
setuju, 7 orang (16% responden) tidak setuju dan tidak ada
satupun responden yang menyatakan sangat tidak setuju
mengenai pernyataan melakukan pencarian informasi
pembelajaran lebih lanjut di internet untuk mendapatkan informasi
yang lebih dalam.
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan skor rata-rata sebesar
3,19 yang terletak pada interval 2,52 – 3,27. Skor tersebut
menunjukan bahwa perilaku ustadz pondok pesantren Ulumul
Qur’an mengenai pencarian informasi pembelajaran lebih lanjut di
internet untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam adalah
positif.
Tabel 4.24 Rekapitulasi perilaku pencarian informasi pembelajaran oleh
ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an pada tahap extracting
No. Pernyataan Persentase Skor
1. Memilih informasi pembelajaran di
internet yang relevan dengan informasi
yang dibutuhkan.
100% 3,54
2. Melakukan pencarian informasi
pembelajaran lebih lanjut di internet 84% 3,19
76
untuk mendapatkan informasi yang
lebih dalam.
Total 184% 6,73
Rata-rata 92% 3,36
Menurut hasil rekapitulasi pada tabel 4.24 di atas, 92% ustadz
(hampir seluruhnya) menyatakan setuju melakukan rangkaian proses
pencarian pada tahap extracting. Didapatkan juga skor rata-rata pada
tahap extracting sebesar 3,36. Skor ini berada pada skala interval 3,28
– 4,03. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perilaku pencarian
informasi pembelajaran oleh ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an
pada tahap extracting adalah sangat positif.
h. Verifying
Sebagai upaya untuk mengetahui perilaku pencarian informasi
pembelajaran ustadz melalui internet pada tahap verifing (pengecekan),
penulis mengajukan beberapa pernyataan sebagai berikut:
Tabel 4.25 Membandingkan informasi pembelajaran yang dipilih dengan
sumber informasi lainnya
Jawaban Responden Bobot
Nilai F P S
Sangat setuju (SS) 4 16 38% 64
Setuju (S) 3 18 43% 54
Tidak Setuju (TS) 2 8 19% 19
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 0 0% 0
Total 42 100% 137
Skor Rata-rata 3,26
Tabel 4.25 menunjukkan bahwa 16 orang (38% responden)
menyatakan sangat setuju, 18 orang (43% responden) menyatakan
setuju, 8 orang (19% responden) tidak setuju dan tidak ada
77
satupun responden yang menyatakan sangat tidak setuju terkait
pernyataan membandingkan informasi pembelajaran yang dipilih
dengan sumber informasi lainnya.
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan skor rata-rata sebesar 3,26
yang terletak pada interval 2,52 – 3,27. Skor tersebut menunjukan
bahwa perilaku ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an mengenai
membandingkan informasi pembelajaran yang dipilih dengan
sumber informasi lainnya adalah positif.
Tabel 4.26 Mengecek ulang informasi pembelajaran yang didapatkan di
internet
Jawaban Responden Bobot
Nilai F P S
Sangat setuju (SS) 4 11 26% 44
Setuju (S) 3 21 50% 63
Tidak Setuju (TS) 2 10 24% 20
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 0 0% 0
Total 42 100% 127
Skor Rata-rata 3,02
Tabel 4.26 menunjukkan bahwa 11 orang (26% responden)
menyatakan sangat setuju, 23 orang (50% responden) menyatakan
setuju, 10 orang (24% responden) tidak setuju dan tidak ada
satupun responden yang menyatakan sangat tidak setuju terkait
mengecek ulang informasi pembelajaran yang didapatkan di
internet.
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan skor rata-rata sebesar
3,02 yang terletak pada interval 2,52 – 3,27, yang menunjukan
bahwa perilaku ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an mengenai
pengecekan ulang informasi pembelajaran yang didapatkan di
internet adalah sangat positif.
78
Tabel 4.27 Rekapitulasi perilaku pencarian informasi pembelajaran oleh
ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an pada tahap verifying
No. Pernyataan Persentase skor
1. Membandingkan informasi
pembelajaran yang dipilih dengan
sumber informasi lainnya
81% 3,26
2. Mengecek ulang informasi
pembelajaran yang didapatkan di
internet.
76% 3,02
Total 157% 6,28
Rata-rata 78% 3,14
Menurut hasil rekapitulasi pada tabel 4.27 di atas, 78% ustadz
(hampir seluruhnya) menyatakan setuju melakukan rangkaian proses
pengecekan pada tahap verifying. Didapatkan skor rata-rata pada tahap
verifying sebesar 3,14 yang terletak pada interval 2,52 – 3,27. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa perilaku pencarian informasi
pembelajaran oleh ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an pada tahap
verifying adalah positif.
i. Networking
Sebagai upaya untuk mengetahui perilaku pencarian informasi
pembelajaran ustadz melalui internet pada tahap networking
(menyebarluaskan), penulis mengajukan beberapa pernyataan sebagai
berikut:
Tabel 4.28 Memanfaatkan informasi yang didapatkan dari internet dan
menyebarluaskannya melaui media seperti media sosial, email,
atau media lainnya
Jawaban Responden Bobot
Nilai F P S
Sangat setuju (SS) 4 11 26% 44
Setuju (S) 3 21 50% 63
79
Tidak Setuju (TS) 2 8 19% 16
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 2 5% 2
Total 42 100% 125
Skor Rata-rata 2,97
Tabel 4.28 menunjukkan bahwa 11 orang (26% responden)
menyatakan sangat setuju, 21 orang (50% responden) menyatakan
setuju, 8 orang (19% responden) menyatakan tidak setuju, dan 2
orang (5% responden) menyatakan sangat tidak setuju terkait
pernyataan memanfaatkan informasi yang didapatkan dari internet
dan menyebarluaskannya melaui media seperti media sosial, email,
atau media lainnya.
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan skor rata-rata sebesar
2,97 yang terletak pada interval 2,52 – 3,27. Skor tersebut
menunjukan bahwa perilaku ustadz pondok pesantren Ulumul
Qur’an mengenai pemanfaatan informasi yang didapatkan dari
internet dan menyebarluaskannya melaui media seperti media
sosial, email, atau media lainnya adalah positif.
Tabel 4.29 Melakukan diskusi terkait informasi pembelajaran yang
diperoleh di internet secara langsung atau melalui media seperti media
sosial, blog dan lainnya
Jawaban Responden Bobot
Nilai F P S
Sangat setuju (SS) 4 8 19% 32
Setuju (S) 3 18 43% 34
Tidak Setuju (TS) 2 11 26% 22
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5 12% 5
Total 42 100% 113
Skor Rata-rata 2,69
80
Tabel 4.29 menunjukkan bahwa 8 orang (19% responden)
menyatakan sangat setuju, 18 orang (43% responden) menyatakan
setuju, 11 orang (26% responden) menyatakan tidak setuju, dan
5 orang (12% responden) menyatakan sangat tidak setuju terkait
pernyataan melakukan diskusi terkait informasi pembelajaran yang
diperoleh di internet secara langsung atau melalui media seperti
media sosial, blog dan lainnya.
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan skor rata-rata sebesar
2,69 yang terletak pada interval 2,52 – 3,27. Skor tersebut
menunjukan bahwa perilaku ustadz pondok pesantren Ulumul
Qur’an mengenai melakukan diskusi terkait informasi
pembelajaran yang diperoleh di internet secara langsung atau
melalui media seperti media sosial, blog dan lainnya adalah positif.
Tabel 4.30 Rekapitulasi perilaku pencarian informasi pembelajaran oleh
ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an pada tahap networking
No. Pernyataan Persentase Skor
1.
Memanfaatkan informasi yang
didapatkan dari internet dan
menyebarluaskannya melalui media
seperti media sosial, email, atau
media lainnya.
76% 2,97
2.
Melakukan diskusi terkait informasi
pembelajaran yang diperoleh di
internet secara langsung atau melalui
media seperti media sosial, blog dan
lainnya.
62% 2,69
Total 138% 5,66
Rata-rata 69% 2,83
Menurut hasil rekapitulasi pada tabel 4.30 di atas, 69% ustadz
(sebagian besar) menyatakan setuju melakukan rangkaian proses
penyebarluasan informasi pada tahap networking. Didapatkan juga
skor rata-rata pada tahap networking sebesar 2,83yang terletak pada
81
interval 2,52 – 3,27. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perilaku
pencarian informasi pembelajaran oleh ustadz pondok pesantren
Ulumul Qur’an pada tahap networking adalah positif.
j. Managing Information
Sebagai upaya untuk mengetahui perilaku pencarian informasi
pembelajaran ustadz melalui internet pada tahap managing
information (organisasi informasi), penulis mengajukan beberapa
pernyataan sebagai berikut:
Tabel 4.31 Menyimpan informasi pembelajaran yang didapatkan dari
internet untuk digunakan di masa mendatang
Jawaban Responden Bobot
Nilai F P S
Sangat setuju (SS) 4 23 55% 92
Setuju (S) 3 19 45% 57
Tidak Setuju (TS) 2 0 0% 0
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 0 0% 0
Total 42 100% 149
Skor Rata-rata 3,54
Tabel 4.31 menunjukkan bahwa 23 orang (55% responden)
menyatakan sangat setuju, 19 orang (45% responden) menyatakan
setuju, dan tidak ada satupun responden yang menyatakan tidak
setuju dan sangat tidak setuju terkait pernyataan menyimpan
informasi pembelajaran yang didapatkan dari internet untuk
digunakan di masa mendatang.
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan skor rata-rata sebesar
3,54 yang terletak pada interval 3,28 – 4,03. Skor tersebut
menunjukan bahwa perilaku ustadz pondok pesantren Ulumul
Qur’an mengenai penyimpanan informasi pembelajaran yang
82
didapatkan dari internet untuk digunakan di masa mendatang
adalah sangat positif.
Tabel 4.32 Mengatur informasi pembelajaran dari internet yang telah
disimpan agar mudah ditemukan jika dibutuhkan kembali
Jawaban Responden Bobot
Nilai F P S
Sangat setuju (SS) 4 20 48% 80
Setuju (S) 3 22 52% 66
Tidak Setuju (TS) 2 0 0% 0
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 0 0% 0
Total 42 100% 146
Skor Rata-rata 3,47
Tabel 4.32 menunjukkan bahwa 20 orang (48% responden)
menyatakan sangat setuju, 22 orang (52% responden) menyatakan
setuju, dan tidak ada satupun responden yang menyatakan tidak
setuju dan sangat tidak setuju terkait pernyataan mengatur
informasi pembelajaran dari internet yang telah disimpan agar
mudah ditemukan jika dibutuhkan kembali.
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan skor rata-rata sebesar
3,47 yang terletak pada interval 3,28 – 4,03. Skor tesebut
menunjukan bahwa perilaku ustadz pondok pesantren Ulumul
Qur’an mengenai oerganisasi informasi pembelajaran dari internet
yang telah disimpan agar mudah ditemukan jika dibutuhkan
kembali adalah sangat positif.
83
Tabel 4.33 Rekapitulasi perilaku pencarian informasi pembelajaran oleh
ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an pada tahap managing
information
No. Pernyataan Persentase Skor
1. Menyimpan informasi pembelajaran
yang didapatkan dari internet untuk
digunakan di masa mendatang.
100% 3,54
2.
Mengatur informasi pembelajaran dari
internet yang telah disimpan agar
mudah ditemukan jika dibutuhkan
kembali.
100% 3,47
Total 200% 7,01
Rata-rata 100% 3,50
Menurut hasil rekapitulasi pada tabel 4.33 di atas, 100% ustadz
(seluruhnya) menyatakan setuju melakukan proses organisasi
informasi pada tahap managing information. Didapatkan juga skor
rata-rata sebesar 3,50 yang terletak pada interval 3,28 – 4,03. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa perilaku pencarian informasi
pembelajaran oleh ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an pada tahap
managing information adalah sangat positif.
Tabel 4.34 Rekapitulasi perilaku pencarian informasi ustadz pondok
pesantren Ulumul Qur’an ketika mencari informasi pembelajaran di
internet
No. Tahapan pencarian
informasi Jawaban Persentase
Skor
rata-
rata
1. Starting Positif 86% 3,13
2. Chaining Positif 70% 2,76
3. Browsing Positif 60% 2,65
4. Monitoring Positif 79% 3,07
5. Accessing Positif 61% 2,75
84
6. Differentiating Sangat Positif 100% 3,35
7. Extracting Sangat Positif 92% 3,36
8. Verifying Positif 78% 3,14
9. Networking Positif 69% 2,83
10. Managing
information Sangat Positif 100% 3,50
Total 795% 30,54
Rata-rata 79% 3,05
Hasil rekapitulasi dari seluruh rangkaian tahap pencarian informasi
pada tabel 4.34, 79% ustadz (hampir seluruhnya) menyatakan setuju
melakukan rangkaian proses pencarian informasi secara berurutan
dimulai dari tahap starting – managing information. Diperoleh juga
skor rata-rata sebesar 3,05 yang terletak pada interval 2,52 – 3,27. Hasil
tersebut menunjukan bahwa perilaku pencarian informasi ustadz
pondok pesantren Ulumul Qur’an dalam mencari informasi
pembelajaran di internet adalah positif.
Skor terbesar terdapat pada tahap managing information dengan
persentase 100% (seluruhnya) dan perolehan skor rata-rata sebesar 3,50
yang berada pada interval 3,28 – 4,03 yang menunjukan hasil sangat
positif. Adapun skor terendah terdapat pada tahap browsing dengan
persentase 60% (sebagian besar) dan perolehan skor rata-rata sebesar
2,65 yang berada pada interval 2,52 – 3,27 yang menunjukan hasil
positif.
C. Pembahasan
Perilaku pencarian informasi merupakan sebuah proses yang dilakukan
seseorang ketika menyadari kebutuhannya akan informasi. Dalam pembahasan
ini penulis akan menjabarkan analisis hasil penelitian penulis mengenai perilaku
pencarian informasi ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an ketika mencari
85
informasi pembelajaran di internet dengan menggunakan model Meho dan
Tibbo yang terdiri atas 10 tahapan pencarian informasi, yaitu: starting, chaining,
browsing, monitoring, accessing, differentiating, extracting, verifying,
monitoring, dan managing information.
Dalam runtutan proses pencarian informasi, tahapan yang pertama yaitu
starting. Starting merupakan aktivitas awal dalam memulai kegiatan pencarian
informasi, seperti menentukan topik kebutuhan informasi, menyiapkan kata
kunci (keyword), menentukan dan membuat daftar informasi yang akan di cari.
Berdasarkan hasil analisis data yang penulis lakukan, hampir keseluruhan atau
91% ustadz yang mengajar di pondok pesantren Ulumul Qur’an menentukan
topik kebutuhan informasi pembelajaran yang akan dicari sebelum mencari di
internet. Dengan menentukan topik kebutuhan informasi akan memudahkan
ustadz dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan, sebab topik informasi
yang akan dicari akan sesuai dengan kebutuhannya.
Ustadz di pondok pesantren Ulumul Qur’an juga telah mempersiapkan
pencarian informasi dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari hasi penelitian
yang menunjukan sangat positif dengan skor 3,42 dalam mempersiapkan kata
kunci (keyword) sebelum mencari informasi pembelajaran di internet.
Selanjutnya, dalam mempersiapkan pencarian informasi sebagian besar ustadz
juga membuat daftar informasi pembelajaran yang akan dicari di internet agar
pencarian informasi dapat terarah, tidak terlupa, dan tidak melenceng dari
informasi pembelajaran yang dibutuhkan. Hal tersebut mendapatkan skor
sebesar 2,78 yang menunjukan hasil positif.
Dalam tahapan chaining, sebelum melakukan pencarian informasi lebih dari
setengah ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an yakni 62% ustadz membaca
literatur lain seperti buku, jurnal penelitian, atau sumber lainnya sebagai
referensi atau acuan dalam mencari informasi yang dibutuhkan. Selain itu,
sebanyak 81% ustadz juga lebih sering bertanya kepada teman sebelum mencari
informasi pembelajaran yang dibutuhkan di internet. Hal tersebut
menggambarkan bahwa bertanya kepada teman yang lebih paham dan
menggeluti bidang yang sama akan memudahkan persiapan sebelum mencari
86
informasi. Masih berkaitan dengan persiapan pencarian informasi, sebanyak
67% ustadz menggunakan daftar sumber rujukan sebelum mencari informasi
pembelajaran di internet. Dari hasil penelitian, ketiga hal dalam tahap chaining
memperoleh skor sebesar 2,59, 3,00, dan 2,71 yang menunjukan hasil positif.
Ketika melakukan pencarian informasi pembelajaran di internet, pada tahap
browsing seluruh ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an menggunakan
mesin pencari (search engine) ketika mencari informasi pembelajaran di
internet. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan skor sebesar 3,38 yang
menunjukan hasil sangat positif. Informasi yang tersebar di internet begitu
berfariasi dengan jumlah yang besar serta memiliki alamat yang bersebaran.
Karenanya, untuk menemukan informasi yang tepat sesuai yang diinginkan,
pengguna harus mencarinya dengan mesin pencari (search engine) seperti
Yahoo, Google, dan sebagainya.79 Dengan menggunakan mesin pencari (search
engine) akan membantu pengguna dalam mencari informasi yang terdapat pada
berbagai website sesuai dengan kata pencarian yang telah di tentukan. Adapun
hampir keseluruhan ustadz menggunakan mesin pencari Google sebagai alat
bantu dalam mencari informasi pembelajaran di internet.
Adapun dalam penelusuran informasi menggunakan operator boolean logic
(AND, OR, NOT), sebanyak 19% ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an
mengaku menggunakan operator boolean logic saat mencari informasi
pembelajaran di internet. Namun, sebagian besar ustadz pondok pesantren
Ulumul Qur’an atau sebanyak 81% ustadz tidak menggunakan operator boolean
logic saat mencari informasi pembelajaran di internet. Hal tersebut dapat dilihat
dari perolehan skor sebesar 1,95 yang menunjukan hasil negatif. Alasan
sebagian besar ustadz tidak menggunakan operator boolean logic disebabkan
oleh kurangnya pengetahuan mereka tentang manfaat dan cara menggunakan
operator boolean logic tersebut. Selain itu, banyak juga di antara mereka yang
tidak mengetahui tentang operator boolean logic. Padahal, dengan
menggunakan operator boolean logic akan memfilter pencarian informasi yang
79 Pawit M. Yusuf dan Priyo Subekti, Teori dan Praktik Penelusuran Informasi. h. 328.
87
dicari dengan memanipulasi penggunaan ketiga operator logika boolean (AND,
OR, NOT) tersebut sehingga pencarian informasi akan lebih efektif dan efisien.
Ketika mencari informasi pembelajaran di internet, 60% ustadz pondok
pesantren Ulumul Qur’an menelusuri katalog online, indeks, atau abstrak jurnal
online yang merupakan sumber informasi sekunder atau informasi yang telah
disusun kembali dari sumber primer, dan sumber tersier yakni informasi yang
merupakan hasil pemilahan dan kumpulan dari sumber primer dan sekunder.80
Penggunaan katalog online, indeks, atau abstrak tersebut adalah sebagai alat
bantu dalam mencari informasi pembelajaran yang dibutuhkan.
Pada tahap monitoring, 79% ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an
memantau perkembangan informasi terbaru terkait pembelajaran yang menjadi
perhatiannya. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan skor sebesar 3,07 yang
menunjukan hasil positif. Informasi yang tersebar di internet terus bertambah
seiring dengan pengetahuan yang terus bertambah. Karenanya, sebagai seorang
guru tentu harus memiliki wawasan yang luas dengan membekali diri dengan
informasi yang up to date.
Penelususran informasi melalui internet selalu berkaitan dengan akses ke
berbagai sumber informasi yang tersebar di jaringan internet tersebut. Sebab,
sebanyak apapun informasi yang terdapat di internet akan sia-sia jika tidak
dapat mengaksesnya. Dalam hal fasilitas untuk mengakses seperti komputer dan
jaringan internet, sebagian besar ustadz telah memiliki laptop pribadi, adapun
jaringan internet telah disediakan oleh pondok pesantren. Dari hasil penelitian,
81% ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an merasa mudah dalam mengakses
informasi pembelajaran yang dibutuhkannya ketika mencari informasi di
internet. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan skor sebesar 3,16 yang
menunjukan hasil positif.
Akan tetapi, terkadang terdapat kendala juga saat mengakses informasi yang
dibutuhkan, khususnya informasi yang terdapat pada database online. Ketika
mendapatkan informasi pembelajaran yang dibutuhkan, namun harus terdaftar
80 Agus Rifai, Penelusuran Literatur, h. 2.12-2.13.
88
sebagai anggota untuk bisa mengaksesnya. Dari hasil penelitian, 41% ustadz
pondok pesantren Ulumul Qur’an telah terdaftar sebagai anggota database
online seperti perpustakaan nasional, kemenagm dan lainnya., namun sisanya
sebanyak 59% ustadz belum pernah mendaftar sebagai anggota database online.
Hal tersebut dikarenakn ketidak tahuan mereka tentang bagaimana cara
mendaftar sebagai anggota database online tersebut. Terdaftarnya ustadz
pondok pesantren Ulumul Qur’an memperoleh skor sebesar 2,35 yang
menyatakan hasil negatif. Padahal, dengan terdaftar sebagai anggota database
online akan mempermudah mereka dalam mengakses informasi pembelajaran
yang dibutuhkan.
Pada tahap differentiating, seluruh ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an
setuju untuk memilih sumber yang terpercaya saat mencari informasi
pembelajaran di internet. Hal tersebut dapat dilihat pada perolehan skor sebesar
3,35 yang menunjukan hasil sangat positif. Tahap differentiating
(membedakan) disini yaitu menilai informasi yang telah didapatkan dari
berbagai sumber di internet. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melihat
kualitas, sumber referensi dan sumber penyedia informasi tersebut. Terkadang,
yang diragukan pengguna mengenai internet adalah keabsahan isi informasi
yang disajikan. Keabsahan informasi di internet sejatinya dapat dilihat dari
situsnya, pihak penyelenggara web, dan banyaknya akses pengguna.81 Bagi
seorang guru, informasi yang diperoleh haruslah informasi yang terpercaya agar
informasi tersebut dapat di pertanggungjawabkan kebenarannya, sebab
informasi tersebut akan di sampaikan kembali kepada anak didiknya.
Berdasarkan hasil penelitian, pada tahap extracting, seluruh ustadz pondok
pesantren Ulumul Qur’an melakukan proses identifikasi secara selektif
informasi yang relevan dari berbagai sumber yang ditemukan. Informasi yang
relevan tentu akan sesuai dan tepat sararan dalam memenuhi kebutuhan
informasi mereka. Hal tersebut dapat dilihat pada perolehan skor sebesar 3,54
yang menunjukan hasil sangat positif. Selanjutnya, guna mendapatkan
81 Pawit M. Yusuf dan Priyo Subekti, Teori dan Praktik Penelusuran Informasi. h. 356.
89
informasi yang dibutuhkan, sebagian besar ustadz pondok pesantren Ulumul
Qur’an juga melakukan pencarian informasi pembelajaran lebih lanjut di
internet untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam. Dengan melakukan
pencarian informasi lebih lanjut dapat mengeksplorasi berbagai sumber
informasi dengan lebih luas dan memungkinkannya mendapatkan informasi
yang benar-benar dibutuhkan. Hal tersebut juga dapat dilihat pada perolehan
skor sebesar 3,19 yang menunjukan hasil positif.
Tahap selanjutnya yakni Verifying, merupakan kegiatan pengecekan
keakuratan informasi yang telah ditemukan. Dari hasil penelitian, hampir
keseluruhan yakni 81% ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an melakukan
proses verifikasi dengan membandingkan informasi pembelajaran yang
didapatkannya dengan informasi lainnya. Selanjutnya 76% ustadz juga
melakukan pengecekan ulang terhadap informasi yang didapatkannya tersebut.
Dilakukannya pembandingan dan pengecekan ulang tersebut oleh para ustadz
menggambarkan bahwa sebagian besar telah memiliki kemampuan literasi
informasi yang cukup baik, ustadz tidak mudah percaya akan informasi yang
didapatkan dari satu sumber dan melakukan pembuktian terhadap kebenaran
informasi tersebut. Sebagai seorang pengajar yang menyampaikan ilmu kepada
anak didiknya, pengecekan akan isi informasi merupakan hal yang sangat
penting guna menghindari dari informasi yang keliru dan tidak tepat sehingga
dapat menjadi musibah dikemudian hari. Adapun perihal pengecekan informasi
pun telah Allah perintahkan dalam Al – Qur’an al-Hujurat ayat 6 yang berbunyi:
وا يب ص ن ت وا أ ين ب ت إ ف ب ن ق ب اس م ف ك اء ن ج وا إ ن آم ين ا الذ يه ا أ يني م اد م ن ت ل ع ا ف ى م ل حوا ع ب ص ت ة ف ال ه ج ا ب م و ق
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Q.S. Al-Hujurat:
6)82
82 TafsirQ, Surat al-Hujurat ayat 6, diakses dari: <https://tafsirq.com/49-al-hujurat/ayat-6
90
Dalam tafsir Jalalain, menjelaskan bahwa ayat di atas memerintahkan agar
lebih teliti dan memeriksa kembali kebenaran dari berita yang diterima, apakah
sumbernya benar dan dapat dipercaya atau tidak sebelum menyampaikan berita
tersebut kepada orang lain. Sebab, berita yang tidak benar yang disampaikan
ditakutkan akan menjadi fitnah dan menimbulkan kemudharatan serta dapat
menyesatkan orang lain. Dalam hal ini, ketika seorang guru memperoleh berita
atau informasi yang akan digunakan dalam proses belajar khususnya yang
bersumber dari internet, maka ia harus mengecek kebenaran informasi tersebut
agar tidak menimbulkan kemudharatan atau keburukan yang akan menyesatkan
anak didiknya di kemudian hari akibat dari ketidakbenaran informasi tersebut.
Dengan berpegang pada ayat tersebut, ustadz mengecek kebenaran terhadap
informasi yang diperolehnya sebelum disampaikan kepada santrinya. Kedua
pernyataan dalam tahap verifying memperoleh skor sebesar 3,26 dan 3,02 yang
menunjukan hasil positif.
Pada umumnya, ketika seseorang mendapatkan informasi dan dirasa
berguna, ia cenderung akan membagikan informasi tersebut kepada orang lain.
Kegiatan tersebut tercantum pada model pencarian informasi Meho dan Tibbo
yaitu networking. Networking dalam hal ini merupakan kegiatan yang berkaitan
dengan komunikasi dan menjaga hubungan erat dengan teman atau kolega yang
berkecimpung pada bidang yang sama, juga menyebarluaskan informasi.
setelah mendapatkan informasi pembelajran yang dibutuhkan di internet, ustadz
pondok pesantren Ulumul Qur’an menggunakan informasi tersebut untuk
dirinya dan membagikan informasi tersebut kepada teman yang mengajar pada
bidang studi yang sama. Pesatnya perkembangan teknologi informasi saat ini
semakin memudahkan dalam menyebarluaskan informasi baik melalui media
sosial, email atau media lainnya. Hampir semua ustadz pondok pesantren
Ulumul Qur’an menggunakan media sosial seperti facebook, whatsapp,
instagram, email, dan lainnya. Dengan menggunakan media tersebutlah
sebanyak 76% ustadz menyebarluaskan informasi pembelajaran yang mereka
dapatkan.
91
Selain menggunakan dan menyebarkan informasi, 62% ustadz pondok
pesantren Ulumul Qur’an juga melakukan diskusi terkait informasi
pembelajaran yang didapatkannya di internet baik secara langsung ataupun
melalui media sosial, blog dan lainnya dengan orang-orang yang berkecimpung
pada bidang studi yang sama. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan skor
sebesar 2,69 yang menunjukan hasil positif.
Tahap akhir dari model pencarian informasi Meho dan Tibbo adalah
Managing Information yakni kesadaran akan pentingnya pengarsipan dan
pengorganisasian informasi yang telah didapatkan. Setelah mendapatkan
informasi pembelajaran yang dibutuhkan di internet, keseluruhan ustadz
pondok pesantren Ulumul Qur’an menyimpan informasi tersebut. Penyimpanan
tersebut dilakukan agar informasi tersebut dapat digunakan kembali di
kemudian hari. Kemudian, informasi yang telah disimpan tersebut di organisir
agar tertata rapih. Biasanya dimasukan kedalam folder komputer dengan nama
yang telah ditentukan. Hal tersebut dilakukan guna mempermudah proses temu
kembali jika sewaktu-waktu dibutuhkan kembali. Dari hasil penelitian, kedua
pernyataan tersebut mendapatkan hasil yang sangat positif dengan skor 3,54 dan
3,47.
Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan di atas, maka didapatkan hasil
bahwa secara keseluruhan perilaku ustadz ketika mencari informasi
pembelajaran di internet adalah dengan mempersiapkan kata kunci sesuai
dengan informasi yang akan dicari dan bertanya kepada teman terkait informasi
yang akan dicari. Selanjutnya ustadz akan mengetikan kata kunci pencarian
pada mesin pencari (search engine) yang mana hampir seluruh ustadz
menggunakan mesin pencari google. Selain itu, kadangkala ustadz juga
mengetikan kata kunci pencarian pada website penyedia informasi seperti jurnal
online, katalog online, dan lainnya. Setelah informasi pembelajaran yang
dibutuhkan didapatkan, hampir seluruh ustadz mengecek kebenaran isi
informasi yang didapatkan tersebut dengan bertanya kepada teman yang lebih
ahli atau membandingkan informasi pada situs lainnya. Pada tahap akhir,
seluruh ustadz menyimpan informasi pmbelajaran yang didapatkan jika dirasa
92
penting dan menyimpannya pada folder khusus agar mudah ditemukan jika
dibutuhkan kembali.
Dari hasil analisa penulis, sebanyak 79% ustadz (hampir seluruhnya) telah
melakukan pencarian informasi secara urut dimulai dari tahap strarting,
chaining, browsing, monitoring, accessing, differentiating, extracting, verifying,
monitoring, dan managing information. Keseluruhan tahapan perilaku
pencarian informasi ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an ketikan mencari
informasi pembelajaran di internet menunjukan hasil yang positif. Hal tersebut
dapat dilihat pada tabel 4.33 dimana didapatkan skor rata-rata dari keseluruhan
proses pencarian informasi sebesar 3,05. Skor tersebut berada pada interval 2,52
– 3,27. Adapun terdapat proses pencarian informasi yang tidak dilakukan ustadz
yaitu penggunaan operator boolean (AND, OR, NOT) ketika mencari informasi
pembelajaran di internet. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan
ustadz dalam menggunakan operator boolean tersebut.
93
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang penulis lakukan terhadap perilaku pencarian
informasi pembelajaran berbasis internet oleh ustadz di ponpok pesantren
Ulumul Qur’an, dapat disimpulkan bahwa:
1. Perilaku pencarian informasi ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an
dilakukan dengan mempersiapkan kata kunci sesuai dengan informasi yang
akan dicari dan bertanya kepada teman terkait informasi yang akan dicari.
Selanjutnya ustadz akan mengetikan kata kunci pencarian pada mesin
pencari (search engine) ataupun pada website penyedia informasi seperti
jurnal online, katalog online, dan lainnya. Setelah informasi pembelajaran
yang dibutuhkan didapatkan, hampir seluruh ustadz mengecek kebenaran
dari informasi tersebut dan menyimpan informasi tersebut jika dirasa
penting pada file khusus agar mudah ditemukan jika dibutuhkan kembali.
2. Perilaku pencarian informasi ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an
ketika mencari informasi pembelajaran di internet telah dilakukan secara
urut dimulai dari tahap starting, chaining, browsing, monitoring, accessing,
differentiating, extracting, verifying, monitoring, dan managing information.
Keseluruhan proses pencarian informasi ustadz pesantren Ulumul Qur’an
memperoleh hasil yang positif atau dapat dikatakan baik. Hal tersebut dapat
dilihat dari skor rata-rata dari seluruh tahapan pencarian informasi tersebut
dengan skor sebesar 3,05 dimana skor ini berada pada interval 2,52 – 3,27.
3. Terdapat dua poin pernyataan yang memiliki nilai negatif yang
menunjukkan kelemahan ustadz ketika mencari informasi pembelajaran
melalui internet, yaitu (1) menggunakan operator boolean logic (AND, OR,
NOT) saat mencari informasi pembelajaran di internet memperoleh hasil
negatif dengan skor 1,95. Skor ini terletak pada interval 1,76 – 2,51. (2)
Terdaftar sebagai anggota database online (seperti perpustakan nasional)
guna memudahkan dalam mengakses informasi pembelajaran yang
94
dibutuhkan memperoleh hasil negatif pula dengan skor 2,35. Skor ini
terletak pada interval 1,76 – 2,51.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, beberapa saran yang dapat
penulis utarakan adalah sebagai berikut:
1. Pondok pesantren ulumul Qur’an dapat menyelenggarakan pelatihan
pencarian informasi untuk para ustadz agar lebih memahami strategi
pencarian informasi khususnya dalam penggunaan boolean logic (AND, OR,
NOT) dan pengenalan mengenai database online guna memudahkan ustadz
dalam mencari dan mendapatkan informasi pembelajaran yang dibutuhkan.
2. Pesantren Ulumul Qur’an sebaiknya menyediakan beberapa unit komputer
sebagai sarana penelusuran informasi online di perpustakaan pesantren guna
memfasilitasi dan memudahkan ustadz khususnya dalam menelusuri
informasi pembelajaran di internet.
95
DAFTAR PUSTAKA
Andrian, Durri. Metode Penelitian. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014.
Andriani, Tuti. “Sistem Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Dan
Komunikasi”. Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan
Budaya, Vol. 12, No. 1 (2015).
Anwar, Rully Khairul. Neneng Komariah, dan M. Taufiq Rahman. "Pengembangan
Konsep Literasi Informasi Santri: Kajian di Pesantren Arafah Cililin
Bandung Barat". Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya, Vol, 2
No. 1 (2017).
Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.
APJII. Laporan Survei Penetrasi & Profil Perilaku Pengguna Internet Indonesia
2018. diunduh dari: <https://apjii.or.id/survei >
Aziz, Hamka Abdul. Karakter Guru Profesional Melahirkan Murid Unggul
Menjawab Tantangan Masa Depan. Jakarta: Al-Mawardi, 2012.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, Dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosiallainnya. Jakarta: Kencana, 2005.
Case, Donald O. Looking for Information. London: Academic Press, 2002.
Darmadi, Hamid. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2011.
Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai Dan
Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia. Jakarta: LP3ES, 2011.
Handayani, Ulpah. Dasar-Dasar Organisasi Informasi. Tangerang Selatan: UIN
Jakarta Press, 2016.
Hartono. Manajemen Sistem Informasi Perpustakaan: Konsep, Teori dan
Implementasi. Yogyakarta: Gava Media, 2017.
Idi, Abdullah, dan Safarina. Etika Pendidikan: Keluarga, Sekolah dan Masyarakat.
Jakarta: Rajawali Pers, 2016.
KBBI Online, Internet, Pesantren. diakses pada 16 dan 17 November 2019.
<https://kbbi.kemdikbud.go.id/>
96
Kuhlthau, Carol C. “Inside the Search Process: Information Seeking from the user's
Perspective”. Journal of the American Society for Information Science and
Technology, Vol. 42, No.5 (1991).
Meho, Lokman L., and Tibbo, Helen R. “Modeling the Information-Seeking
Behavior of Social Scientists: Ellis’s Study Revisited”. Journal of American
Society for Information Science and Technology, Vol. 6, No. 56 (2003).
Muliyadi, Irvan. “Perilaku Pencarian Informasi Mahasiswa Pascasarjana UIN
Alauddin Makassar”. Khizanah al-Hikmah: Jurnal Ilmu Perpustakaan,
Informasi, dan Kearsipan, Vol. 6, No. 1 (2018).
Muslimah.or.id. Keutamaan Menuntut Ilmu Agama. Diakses pada 9 November
2019. <https://muslimah.or.id/10472-keutamaan-menuntut-ilmu-agama.html
>
Mustajab. Masa Depan Pesantren: Telaah atas Model Kepemimpinan dan
Manajemen Pesantren Salaf. Yogyakarta : LKIS, 2015.
Mutiati, Nur Anisah. "Efektivitas Mengikuti Religion Onine di Instagram Terhadap
Spiritualitas Mahasiswa Universitas Syiah Kuala". Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik, Vol. 3. No. 1 (2018).
NN. Sita, Populasi dan Sampel Jenuh (Sampel Sensus). [pdf]. Diunduh dari :
<http://repository.unpas.ac.id/30110/6/BAB%20III%20Lanjutan.pdf >
PP Ulumul Qur’an. Dokumen Tata Usaha Pondok Pesantren Ulumul Qur’an.
Depok: PPUQ, 2018.
Priyatno, Duwi. Panduan Praktis Olah Data Mengguanakan SPSS. Yogyakarta:
Andi, 2017.
Qomar, Mujamil. Pesantren: dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi. Jakarta: Erlangga, 2006.
Rifai, Agus. Penelusuran Informasi. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014.
Rouf, Muhammad. "Memahami Tipologi Pesantren dan Madrasah sebagai
Lembaga Pendidikan Islam Indonesia". TADARUS: Jurnal Pendidikan Islam,
Vol. 5, No. 1 (2016).
97
Rusman, Kurniawan Deni, dan Cepi Riyana. Pembelajaran Berbasis Informasi Dan
Komunikasi: Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta: Rajawali Pers,
2015.
Savitri, Sheila. Peranan Internet Sebagai Sumber Informasi.[pdf]. diunduh
dari:<http://jakarta.litbang.pertanian.go.id/ind/artikel%20bptp/peranan%20i
nternet%20sebagai%20sumber%20informasi>
Septyantono, Tri. Literasi Informasi. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka,
2017.
Simamora, Bilson. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2004.
Siregar, Syofian. Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Dengan Perbandingan
Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Kencana, 2013.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2009.
Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2013.
Suryani dan Hendryadi. Metode Riset Kuantitatif: Teori dan Aplikasi Pada
Penelitian Bidang Manajemen Dan Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana, 2016.
Tawaf, dan Khaidir, Alimin. “Kebutuhan Informasi Manusia: Sebuah Pendekatan
Kepustakaan”. Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 15,
No. 1 (2012).
TafsitQ. Surat Al-Mujadilah Ayat 11. diakses pada 9 November 2019.
<https://tafsirq.com/58-al-mujadilah/ayat-11#tafsir-jalalayn >
Tjipto, Subadi. Sosiologi dan Sosiologi Pendidikan. Solo: Fairuz Media, 2009.
UU RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.[pdf]. Diunduh dari:
<http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU14-2005GuruDosen.pdf >
UU RI No. 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan
Keagamaan.[pdf]. diunduh dari: <https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-
98
content/uploads/2016/08/PP_55_2007-Pendidikan-Agama-Keagamaan.pdf
>
Wilson, T.D. “Human Information Behavior”. Informing Science, Vol 3, No. 2
(2000).
Wilson, T.D. “Models In Information Behaviour Research”. Journal of
Documentation, Vol. 55, No 3 (1999).
Wiwaha, Weli Arjuna. “Manajemen Mutu Guru/Ustadz di Pondok Pesantren”. EL-
HIKAM: Jurnal Pendidikan dan Kajian Keislaman, Vol. 5, No. 2 (2012).
Yasid, Abu. Paradigma Baru Pesantren. Yogyakarta: IRCiSoD, 2018.
Yusup, Pawit M, dan Subekti, Priyono. Teori dan Praktek Pencarian Informasi.
Jakarta: Kencana, 2010.
Yusuf, Pawit M. Ilmu Informasi, Komunikasi, dan Kepustakaan. Jakarta: Bumi
Aksara, 2009.
Zarkasyi, Abdullah Syukri. Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren.
Jakarta: Raja Grafindo, 2005.
Zins, Chaim. What is the meaning of "data", "information", and
"knowledge"?.[pdf]. diunduh dari:
<https://pdfs.semanticscholar.org/d04c/f02cf43bfb27245e2ec8b3c0b0fcf488
37da.pdf >
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 Surat Tugas Menjadi Pembimbing
Lampiran 3 Surat Ganti Judul
Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran 5 Membangun Kuesioner Penelitian
Membangun Kuesioner Penelitian
No. Variabel Sub Variabel
(Meho dan Tibbo) Indikator Pernyataan
1.
Perilaku pencarian
informasi
Starting
a. Menentukan topik terkait informasi
pembelajaran yang dibutuhkan
1. Menentukan topik kebutuhan informasi pembelajaran sebelum
mencari informasi di internet. (Meho & Tibbo, 2003)
b. Mempersiapkan keyword dan daftar
pencarian terkait informasi
pembelajaran yang ingin di cari
2. Menyiapkan kata kunci (keyword) sebelum mencari informasi
pembelajaran di internet. (Ahmad J, 2012)
3. Menentukan dan membuat daftar informasi pembelajaran yang
akan dicari di internet. (Ahmad J, 2012)
2. Chaining
c. Membaca literatur lain terkait dengan
informasi pembelajaran yang
dibutuhkan
4. Membaca literatur lain seperti buku, jurnal penelitian, atau
sumber lainnya sebagai referensi sebelum mencari informasi di
internet. (Meho & Tibbo, 2003)
d. Bertanya sebelum mencari informasi
terkait pembelajaran yang dibutuhkan
5. Bertanya kepada teman sebelum mencari informasi
pembelajaran yang dibutuhkan di internet (Meho & Tibbo,
2003)
e. Menggunakan daftar pustaka pada
dokumen
6. Menggunakan daftar sumber rujukan sebelum mencari informasi
pembelajaran di internet. (Meho & Tibbo, 2003)
3. Browsing f. Menggunakan mesin pencari
7. Menggunakan mesin pencari (search engine) saat mencari
informasi pembelajaran di internet. (Meho & Tibbo, 2003)
Perilaku pencarian
informasi
g. Menggunakan operator boolean logic
8. Menggunakan operator Boolean logic (AND, OR, NOT) saat
mencari informasi pembelajaran di internet. (Rifa’i, 2014)
h. Menelusuri katalog online, indeks,
atau abstrak
9. Menelusuri katalog online, indeks, atau abstrak jurnal online
ketika mencari informasi pembelajaran di internet. (Meho &
Tibbo, 2003)
4. Monitoring i. Memantau informasi terbaru terkait
pembelajaran yang jadi perhatian.
10. Memantau perkembangan informasi terbaru terkait pembelajaran
yang menjadi perhatian dari berbagai sumber di internet. (Meho
& Tibbo, 2003)
5. Accessing
j. Kemudahan akses informasi
pembelajaran
11. Mudah dalam mengakses informasi pembelajaran yang
dibutuhkan saat mencari informasi di internet. (Meho & Tibbo,
2003)
k. Menjadi anggota database online
12. Terdaftar sebagai anggota database online (seperti perpustakaan
nasional) guna memudahkan dalam mengakses informasi
pembelajaran yang dibutuhkan. (Meho & Tibbo, 2003)
6.
Differentiating l. Memilih sumber informasi
pembelajaran
13. Memilih sumber yang terpercaya saat mencari informasi
pembelajaran di internet. (Ellis, 1989)
7. Extracting m. Memilih informasi pembelajaran yang
relevan
14. Memilih informasi pembelajaran di internet yang relevan dengan
informasi yang dibutuhkan. (Hilda S, 2017)
Perilaku pencarian
informasi
n. Melakukan pencarian informasi
pembelajaran lebih lanjut
15. Melakukan pencarian informasi pembelajaran lebih lanjut di
internet untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam. (Hilda
S, 2017)
8. Verifying
o. Membandingkan informasi
pembelajaran yang dipilih
16. Membandingkan informasi pembelajaran yang dipilih dengan
sumber informasi lainnya. (Hilda S, 2017)
p. Mengecek ulang informasi
pembelajaran yang didapatkan
17. Mengecek ulang informasi pembelajaran yang didapatkan di
internet. (Hilda S, 2017)
9. Networking
q. Menyebarluaskan informasi
pembelajaran yang diperoleh
18. Memanfaatkan informasi yang didapatkan dari internet dan
menyebarluaskannya melaui media seperti media sosial, email,
atau media lainnya. (Meho & Tibbo, 2003)
r. Melakukan diskusi terkait informasi
pembelajaran yang diperoleh
19. Melakukan diskusi terkait informasi pembelajaran yang
diperoleh di internet secara langsung atau melalui media seperti
media sosial, blog dan lainnya. (Meho & Tibbo, 2003)
10. Managing
Information
s. Menyimpan informasi pembelajaran
yang di dapat
20. Menyimpan informasi pembelajaran yang didapatkan dari
internet untuk digunakan di masa mendatang. (Meho & Tibbo,
2003)
t. Mengatur informasi pembelajaran
yang telah di dapatkan
21. Mengatur informasi pembelajaran dari internet yang telah
disimpan agar mudah ditemukan jika dibutuhkan kembali.
(Meho & Tibbo, 2003)
Lampiran 6 Kuesioner Penelitian
KUESIONER
PERILAKU PENCARIAN INFORMASI MELALUI INTERNET OLEH
USTADZ DI PONDOK PESANTREN ULUMUL QUR’AN
Saya Rizky Andika, mahasiswa S1 jurusan Ilmu perpustakaan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian yang
berjudul “Perilaku Pencarian Informasi Melalui Internet Oleh Ustadz Di Pondok
Pesantren Ulumul Qur’an”. Kuesioner ini digunakan untuk pengumpulan data
dalam rangka penulisan skripsi. Kuesioner ini semata-mata demi kepentingan
akademik, bukan untuk menguji ustadz. Karenanya saya memohon kesediaan
ustadz untuk mengisi kuesioner ini. Atas waktu dan kerjasamanya saya ucapkan
terima kasih.
Petunjuk pengisian kuesioner
o Mohon untuk mengisi seluruh pernyataan dalam kuesioner
o Berilah tanda ceklis ( ) pada jawaban anda
o Keterangan pilihan jawaban:
SS = sangat setuju
S = setuju
TS = tidak setuju
STS = sangat tidak setuju
Profil responden
Nama (boleh dikosongkan) : .................................................................
Usia : .................................................................
Jenis Kelamin : L / P*
Pendidikan terakhir : .................................................................
Guru mata pelajaran : .................................................................
Lama menjadi guru : .................................................................
*coret yang tidak perlu
Perilaku pencarian informasi ustadz pondok pesantren Ulumul Qur’an ketika
mencari informasi pembelajaran di internet.
No. Pernyataan SS S TS STS
1.
Saya menentukan topik kebutuhan
informasi pembelajaran sebelum mencari
informasi di internet.
2.
Saya menyiapkan kata kunci (keyword)
sebelum mencari informasi pembelajaran
di internet
3.
Saya menentukan dan membuat daftar
informasi pembelajaran yang akan dicari di
internet.
4.
Saya membaca literatur lain seperti buku,
jurnal penelitian, atau sumber lainnya
sebagai referensi sebelum mencari
informasi pembelajaran di internet
5.
Saya bertanya kepada teman sebelum
mencari informasi pembelajaran yang
dibutuhkan di internet
6.
Saya menggunakan daftar sumber rujukan
sebelum mencari informasi pembelajaran di
internet.
7.
Saya menggunakan mesin pencari (search
engine) saat mencari informasi
pembelajaran di internet.
8.
Saya menggunakan operator Boolean logic
(AND, OR, NOT) saat mencari informasi
pembelajaran di internet.
9.
Saya menelusuri katalog online, indeks,
atau abstrak jurnal online ketika mencari
informasi pembelajaran di internet.
10.
Saya memantau perkembangan informasi
terbaru terkait pembelajaran yang menjadi
perhatian dari berbagai sumber di internet
11.
Saya merasa mudah dalam mengakses
informasi pembelajaran yang dibutuhkan
saat mencari informasi di internet.
No. Pernyataan SS S TS STS
12.
Saya terdaftar sebagai anggota database
online (seperti perpustakaan nasional) guna
memudahkan dalam mengakses informasi
pembelajaran yang dibutuhkan.
13. Saya memilih sumber yang terpercaya saat
mencari informasi pembelajaran di internet.
14.
Saya memilih informasi pembelajaran di
internet yang relevan dengan informasi
yang dibutuhkan.
15.
Saya melakukan pencarian informasi
pembelajaran lebih lanjut di internet untuk
mendapatkan informasi yang lebih dalam.
16.
Saya membandingkan informasi
pembelajaran yang dipilih dengan sumber
informasi lainnya
17. Saya mengecek ulang informasi
pembelajaran yang didapatkan di internet.
18.
Saya memanfaatkan informasi yang
didapatkan dari internet dan
menyebarluaskannya melalui media seperti
media sosial, email, atau media lainnya.
19
Saya melakukan diskusi terkait informasi
pembelajaran yang diperoleh di internet
secara langsung atau melalui media seperti
media sosial, blog dan lainnya.
20
Saya menyimpan informasi pembelajaran
yang didapatkan dari internet untuk
digunakan di masa mendatang.
21.
Saya mengatur informasi pembelajaran dari
internet yang telah disimpan agar mudah
ditemukan jika dibutuhkan kembali.
Lampiran 7 Hasil Cek Plagiasi
BIODATA PENULIS
Rizky Andika. Lahir di Bogor, 30 Agustus 1995. Putra
pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak
Ridwan (Alm) dan Ibu Amanah. Bertempat tinggal di Jl.
Lestari I RT 04/004 Curug – Bojongsari – Depok.
Penulis telah menyelesaikan pendidikan di MI Hidayatul
Athfal Curug (2001-2007), Pondok Pesantren Ulumul
Qur’an Bojongsari – Depok (2007-2010), dan MA
Islamiyah Sawangan – Depok (2010-2013). Kemudian
melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di
Fakultas Adab dan Humaniora pada Program Studi Ilmu Perpustakaan pada tahun
2015-2020. Menyelesaikan skripsi dengan judul “Perilaku Pencarian Informasi
Melalui Internet Oleh Ustadz di Pondok Pesantren Ulumul Qur’an”. Selama masa
perkuliahan, penulis pernah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di UPT
Perpustakaan Universitas Tebuka (UT) pada Januari – Februari 2018 dan
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tapos II Kecamatan Tenjolaya
Kabupaten Bogor selama satu bulan pada Juli – Agustus 2018. Selain itu penulis
juga aktif sebagai staf pengajar di SD Islam Assinamiyah sejak tahun 2017 sampai
saat ini.