PERILAKU PENCARIAN INFORMASI SISWA SMA NEGERI YANG …

19
UNIVERSITAS INDONESIA PERILAKU PENCARIAN INFORMASI SISWA SMA NEGERI YANG AKAN MENGIKUTI TES SIMAK UI: STUDI KASUS SMA NEGERI 48 JAKARTA TIMUR JURNAL Ditujukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora INTAN SURYANDARI 1106078095 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS INDONESIA JANUARI 2016 Perilaku Pencarian ..., Intan Suryandari, FIB UI, 2016

Transcript of PERILAKU PENCARIAN INFORMASI SISWA SMA NEGERI YANG …

UNIVERSITAS INDONESIA

PERILAKU PENCARIAN INFORMASI SISWA SMA NEGERI YANG AKAN MENGIKUTI TES SIMAK UI: STUDI KASUS SMA NEGERI 48

JAKARTA TIMUR

JURNAL Ditujukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Humaniora

INTAN SURYANDARI

1106078095

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN

UNIVERSITAS INDONESIA

JANUARI 2016

 

 

Perilaku Pencarian ..., Intan Suryandari, FIB UI, 2016

 

 

 

 

Perilaku Pencarian ..., Intan Suryandari, FIB UI, 2016

 

Perilaku Pencarian ..., Intan Suryandari, FIB UI, 2016

Perilaku Pencarian Informasi Siswa SMA Negeri Yang Akan Mengikuti Tes SIMAK UI: Studi Kasus SMA Negeri 48 Jakarta Timur

Intan Suryandari, Utami Budi Rahayu Hariyadi, M.Lib, M.Si (Corresponding Author)

Program Studi Ilmu Perpustakaan

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola perilaku pencarian informasi siswa kelas XII SMA Negeri 48 Jakarta untuk mengikuti tes ujian masuk perguruan tinggi, khususnya tes ujian SIMAK UI, serta untuk mengidentifikasi hambatan dalam pencarian informasi yang dibutuhkan.. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Informan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII, pustakawan sekolah dan guru SMA Negeri 48 Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa mencari sumber informasi melalui buku-buku kumpulan soal, soal-soal dari program bimbingan belajar, diskusi kelompok tentang cara tukar-menukar soal, tentang referensi buku yang bisa dibeli dari kakak kelas, serta tentang penggunaan akses Internet. Hambatan yang dihadapi siswa diantaranya adalah kesulitan mencari sumber informasi yang tepat, dan karena perpustakaan sekolah belum menyediakan sumber informasi yang dibutuhkan.  Kata kunci: Perilaku pencarian informasi, SIMAK UI, Tes masuk Perguruan Tinggi Negeri.

Abstract The aim of this research is to understand the information seeking behavior of the students of SMAN 48 Jakarta in collecting information they need’ to take the university entrance examination, especially SIMAK UI test. This research also identified the obstacles in gettting the neeeded information. This research used qualitative approach with a case study. The informants of this research are students, teachers, and librarian of the SMAN 48 Jakarta. The result of this research shows that students seek information through past exam collection books, , the materials from tutoring programs, discussions for exchanging past test questions, discussions with seniors for reference books, and using Internet access. The obstacles faced by the students are because of the difficulties in searching the right information sources, and the unavailability of needed information soures from their school library. Keywords: Information seeking behaviour, SIMAK UI, Public University entrance test  

 

 

 

Perilaku Pencarian ..., Intan Suryandari, FIB UI, 2016

Pendahuluan

Informasi saat ini sudah menjadi kebutuhan utama. Hal ini menuntut masyarakat untuk

terus mengikuti perkembangan informasi yang sedang terjadi, apalagi dengan perkembangan

pesat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan Internet, yang memudahkan

masyarakat dalam mengakses informasi. Tak seorangpun sanggup mengikuti seluruh

perkembangan dan pertumbuhan informasi secara tuntas, bahkan seorang ahli di bidangnya

sekalipun. Kebutuhan informasi setiap orang berbeda-beda dan tidak sama dengan kebutuhan

infornasi orang lain. Kebutuhan informasi mahasiswa berbeda dengan kebutuhan informasi

karyawan atau ibu rumah tangga. Menurut Sulistyo-Basuki (2004: 393) kebutuhan informasi

adalah:

“informasi yang diinginkan seseorang untuk pekerjaan, penelitian, kepuasan rohaniah, pendidikan dan lain lain. Karna kebutuhan merupakan masalah yang signifikan dalam sistem manusia. Kebutuhan merupakan kakas (forces) dinamis yang menciptakan ketidakstabilan. Hal ini terjadi karena kebutuhan merupakan pernyataan fisiologis yang dapat dipenuhi dalam bentuk komoditi berupa objek atau makhluk”.

Informasi yang berkembang setiap harinya sangat erat hubungannya dengan kemajuan

TIK. Produk dan sarana TIK saat ini dapat memberikan informasi untuk masyarakat disaat

yang bersamaan dan dimanapun, tanpa mengenal ruang dan waktu. Tidak ada seorangpun

yang tidak membutuhkan informasi, tua, muda, anak-anak dan remaja membutuhkan

informasi untuk mendukung pekerjaan ataupun kegiatan mereka sehari-hari. Hanya saja para

pengguna informasi harus lebih aktif dan mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi dalam hal

pencarian informasi yang mereka butuhkan.

Pencarian informasi yang dilakukan setiap orang pasti berbeda-beda sesuai dengan

kebiasaan mereka dalam mencari informasi yang dibutuhkan. Pencarian informasi dilakukan

melalui berbagai jenis atau media informasi, misalnya dalam bentuk tercetak seperti buku

teks, koran, majalah, dan koleksi referens. Dalam bentuk digital seperti e-journal, e-book, dan

berbagai sumber informasi lainnya. Pencarian informasi oleh siswa pada umumnya

dilakukan untuk pemenuhan tugas sekolah untuk memenuhi tugas penilaian dari guru, namun

yang tidak kalah penting adalah pencarian informasi ketika siswa harus menempuh berbagai

ujian untuk dapat masuk ke perguruan tinggi sesuai dengan jurusan yang mereka inginkan.

Sumber informasi yang digunakan oleh siswa untuk pemenuhan tugas sekolah dapat berupa

buku teks dan koleksi referens atau bahkan mereka sudah mengandalkan akses Internet.

Sementara itu, siswa juga harus mempersiapkan diri untuk mengikuti tes masuk perguruan

tinggi . Kendala yang dihadapi oleh siswa terkadang datang dari dalam dirinya seperti

Perilaku Pencarian ..., Intan Suryandari, FIB UI, 2016

kesenjangan dalam memenuhi kebutuhan informasi yang tercermin dalam perilakunya guna

memenuhi kebutuhan tersebut. Situasi permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini

adalah situasi dimana siswa merasakan kurangnya informasi atau pengetahuan yang mereka

miliki yang berkaitan dengan ujian masuk perguruan tinggi, khususnya perguruan tinggi

negeri. Saat ini terdapat banyak jalur masuk ke perguruan tinggi negeri, salah satunya yaitu

Seleksi Masuk Universitas Indonesia (SIMAK UI). yang mengkhususkan para calon

mahasiswa yang ingin masuk ke Universitas Indonesia.

Kesiapan seorang siswa yang akan menempuh pendidikan tinggi tergantung dari upaya

dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah serta membuat keputusan yang diperlukan.

Keberhasilan pencarian informasi dipengaruhi oleh pengenalan kebutuhan informasi. Dalam

upaya pemenuhan kebutuhan informasi siswa, sekolah menyediakan perpustakaan sekolah

sebagai sarana penunjang proses pembelajaran dengan penyediaan sumber – sumber

informasi yang disesuaikan dengan kurikulum. Perpustakaan sekolah sebagai salah satu

sarana penunjang kegiatan belajar siswa memegang peranan yang sangat penting dalam

memacu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah (Darmono, 2007:1).

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian ini dirumuskan dalam bentuk

pertanyaan, yaitu bagaimana perilaku pencarian informasi siswa kelas XII SMA Negeri 48

Jakarta Timur dalam proses belajar untuk menghadapi tes SIMAK UI dan hambatan apa yang

dirasakan oleh siswa kelas XII tersebut. Dari rumusan masalah tersebut, dapat ditentukan

tujuan penelitian yakni pola perilaku pencarian informasi untuk memenuhi proses

pembelajaran menghadapi tes SIMAK UI dan juga mengidentifikasi hambatan yang ditemui

dalam pencarian informasi tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

dan pemahaman kepada siswa SMA khususnya siswa kelas XII dalam memenuhi pencarian

informasi yang diperlukan untuk mengikuti tes ujian masuk perguruan tinggi dengan cara

yang tepat dan efektif.

Tinjauan Literatur

Perilaku pencarian informasi muncul karena adanya suatu upaya untuk memenuhi

kebutuhan informasi. Kebutuhan informasi dideskripsikan oleh Case (2007:5) sebagai suatu

pengakuan bahwa pengetahuan yang dimiliki tidak memadai untuk memenuhi suatu tujuan.

Menurut Krikelas dalam Rodliyah (2009:10) terdapat dua perbedaan aktifitas yang mendasar

dalam hal pencarian informasi, yaitu pengertian seeking dan gathering. Hal ini diperkuat

dengan pendapat Rubin (2004:40) dalam Rodliyah (2009:10) yang menjelaskan bahwa proses

Perilaku Pencarian ..., Intan Suryandari, FIB UI, 2016

seeking merupakan proses yang lebih luas. Pengertian ini dipahami dari kesimpulan 2 (dua)

definisi berikut:

1. “information seeking is an attempt to satisfy an immediate need by searching for

relevant information”, (usaha untuk melakukan pencarian informasi (saat ini) yang

relevan)

2. “Information gathering is an attempt to satisfy a deferred need by searching for

relevant information” (usaha untuk memuaskan kebutuhan informasi yang tertunda

dengan mencari informasi yang relevan)

Pencarian informasi disini dimaksudkan sebagai suatu upaya menemukan informasi

dengan tujuan tertentu sebagai akibat dari adanya kebutuhan informasi. Proses ini tidak hanya

dibatasi pada tindakan seseorang saat berinteraksi dengan sistem informasi tetapi seluruh

upaya seseorang dalam rangka memenuhi kebutuhan informasinya.

Terdapat 6 (enam) tahapan dalam poses pencarian informasi menurut Khulthau dalam

bukunya yang berjudul Seeking Meaning: a process approach to library and information

services (2004:44) sebagaimana terdapat dalam the information search process (ISP) yang

menjelaskan tahap-tahapan sebagai berikut:

1. Inisiasi (Initiation) adalah suatu tahapan yang ditandai adanya keragu-raguan dari

pencari informasi yang mulai menyadari bahwa ia membutuhkan pengetahuan dan

pemahaman. Contohnya, ketika seorang siswa mendapatkan tugas, biasanya mereka

menunjukkan sikap ketidakpastian dan ketakutan. Kebutuhan itu masih belum

terfokus dan perlu didiskusikan kembali dengan mengaitkan beberapa informasi yang

telah mereka dapatkan sebelumnya dan mengidetifikasi kemungkinan mendapatkan

topik. Pada tahapan ini mulai timbul upaya mengaitkan situasi yang dihadapi dengan

kumpulan pengalaman yang dimiliki pada masa lalu dalam hal pencarian informasi.

2. Seleksi (Selection) merupakan tahapan saat seseorang mulai menetapkan topik khusus

dan menetapkan pendekatan dan metode yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya.

Beberapa usaha mulai dicoba untuk mencari informasi sesuai topik pilihan. Tahapan

saat seseorang merasa optimis karena informasi yang dikumpulkan dapat memenuhi

kebutuhannya. Pola pikir mulai diarahkan kepada upaya mempertimbangkan

informasi yang telah ditemui dengan berbagai kriteria seperti kepentingan pribadi,

Perilaku Pencarian ..., Intan Suryandari, FIB UI, 2016

persyaratan dalam tugas-tugas yang harus diselesaikan, sumber informasi yang

tersedia, dan waktu yang tersedia.

3. Eksplorasi (Exploration) adalah tahapan saat pencari informasi mulai serius

mengeksplor topik, menjaring informasi untuk menyiapkan konsep. Pada saat inilah

timbulnya kebingungan dan perasaan yang tidak pasti karena meningkatnya keragu-

raguan. Hal ini disebabkan terjadinya pembenturan antara konsep yang ada dalam

struktur kognisis pencari informasi dengankenyataan informasi yang didapat. Untuk

mengatasinya pola pikir mulai diarahkan pada upaya menemukan titik orientasi yang

dapat membantu menemukan sisi pandang yang sesuai dengan kepentingan pencarian

informasi.

4. Formulasi (Formulation) merupakan tahap yang menentukan karena perasaan tidak

pasti sebelumnya mulai hilang, dan digantikan rasa percaya diri. Pola untuk

membentuk perspektif tentang topik tertentu yang terkait. Mulai mengevaluasi dan

memilih informasi yang relevan. Seseorang mulai percaya diri dalam penelitian dan

prosesnya.

5. Pengumpulan (Collection) yaitu terjadinya interaksi antara pemakai dengan sistem

informasi yang paling efektif dan efisien. Pola pikir dikonsentrasikan pada upaya

memperjelas, memperluas, memperluas dan mengumpulkan informasi tentang topik

yang diminati dan mulai mencatat semua informasi yang terkait.

6. Presentasi (Presentation) merupakan tahap akhir pencarian informasi sudah lengkap,

walaupun keberhasilannya tergantung banyak faktor: ketersediaan informasi,

keefektifan sistem informasi yang digunakan danketrampilan penelusur. Ada 2 (dua)

kemungkinan, yaitu perasaan puas atau sebaliknya kecewa terhadap informasi yang

telah diperolehnya. Pada tahap ini seseorang telah berani dan merasa siap menyatakan

pendapatnya dalam bentuk karya tulis. Pola pikir yang dihasilkan merupakan sintesa

dari berbagai sumber informasi dan melibatkan egonya berupa pendapat pribadi yang

berpijak pada informasi sebelumnya. Karya-karya itu bisa berupa rangkuman, sintesa

atau laporan.

Model pencarian informasi ini sesuai digunakan untuk penelitian pencarian informasi

siswa Sekolah Menengah Atas. Sesuai dengan yang dikatakan oleh Kuhlthau (2004:51)

bahwa model pencarian informasi berasal dari pembelajaran intensif di sekolah menengah

Perilaku Pencarian ..., Intan Suryandari, FIB UI, 2016

atas. Selanjutnya dikatakan kembali oleh Kuhlthau (2004:51) model ini menjelaskan tentang

proses pencarian informasi dari sudut pandang pengguna yang mengalami 6 tahap dari

berpikir, perasaan, dan tindakan.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Sutopo (2006:43) dalam

pola penelitian kualitatif, peneliti memiliki kebebasan untuk mengulang kegiatan yang sudah

dilakukan guna mendapatkan kemantapan atau mengubah hal-hal yang tidak tepat untuk lebih

disesuaikan dengan kenyataan yang ditemukan dalam konteksnya.

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif dengan metode penelitian studi

kasus. Sulistyo Basuki mengatakan bahwa penelitian deskriptif mencoba mencari deskripsi

yang tepat dan cukup dari semua aktifitas, objek, proses, dan manusia (Sulistyo Basuki,

2006:110). Sedangkan studi kasus merupakan kajian mendalam tentang peristiwa,

lingkungan, dan situasi tertentu yang memungkinkan mengungkapkan atau memahami suatu

hal (Sulistyo Basuki, 2006:113). Penelitian ini juga menggunakan teknik pengumpulan data

wawancara, observasi dan analisis data. Wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang

bersifat terbuka dan mengarah pada kedalaman informasi, serta dilakukan dengan cara yang

tidak tidak terstruktur, guna menggali pandangan subjek yang diteliti tentang banyak hal yang

sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi informasinya secara lebih jauh, lengkap, dan

mendalam (Sutopo 2006:69) dan observasi dilakukan karena apa yang dikatakan informan

bisa berbeda dengan apa yang dilakukan informan (Ridjal dalam Bungin, 2007: 138).

Analisis

Sekolah SMA Negeri 48 Jakarta Timur merupakan sekolah yang berada di daerah

Pinang Ranti, Jakarta Timur. Sekolah ini juga merupakan salah satu sekolah unggulan

peringkat 3 di Jakarta Timur yang dikenal dengan banyaknya prestasi yang diperoleh dari

kejuaran akademik maupun non-akademik. Untuk dapat masuk ke sekolah ini, nilai rata-rata

yang harus diperoleh yaitu 8,85. Siswa Sekolah SMA Negeri 48 Jakarta Timur ini juga

sering menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) dalam bidang geografi dan

matematika. Dari data yang diperoleh oleh peneliti, pada tahun 2014/2015 terdapat 87 siswa

yang diterima masuk Universitas Indonesia, 54 siswa melalui jalur SIMAK UI, 27 siswa

melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), dan 6 siswa

melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi  (SBMPTN).

Perilaku Pencarian ..., Intan Suryandari, FIB UI, 2016

. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dan observasi kepada tiga

orang siswa. Yang pertama bernama Nay, dia merupakan anak yang pandai dan rajin. Dia

meraih peringkat 5 di kelas 12 IPA 1dan Nay juga pernah meraih juara 2 lomba matematika.

Informan kedua bernama Riri, dia juga termasuk anak yang pandai dan ramah, meraih

peringkat 4 di kelas 12 IPS 2. Riri merupakan murid yang cerdas dalam berbahasa Inggris,

dia juga pernah meraih juara 1 lomba pidato berbahasa Inggris. Informan ketiga bernama

Yudi, dia merupakan siswa yang meraih peringkat 20 di kelas 12 IPS 2. Yudi bukan termasuk

anak yang menonjol di kelas maupun di sekolah. Ketiga informan menyebutkan

keinginannya kelak untuk mengikuti tes ujian Perguruan Tinggi Negeri melalui SIMAK UI,

karena mereka menyadari persaingan yang begitu ketat saat ini, termasuk pesaing ujian yang

dari luar Jakarta yang bisanya banyak diterima dari jalur SBMPTN atau SNMPTN, dan juga

alasan karena mereka memilih jurusan yang sekiranya banyak peminatnya tetapi yang

diterima dalam jumlah kuota yang sedikit.

Ketiga informan diatas memiliki cara yang berbeda-beda dalam proses

belajarnyauntuk mengikuti tes SIMAK UI dan a hambatan yang mereka rasakan selama

proses belajar yang mereka jalani juga berbeda - beda. Hasil wawancara dengan ketiga

informan sesuai dengan proses pencarian informasi yang dikemukakan oleh Carol Khulthau

dalam bukunya yang berjudul Seeking Meaning: a process approach to library and

information services tahun 2004, sebagai berikut:

1. Inisiasi (pengenalan tugas): Informan Nay dan Riri melakukan pengenalan tugas yang

sama, yaitu dengan cara mengikuti progam bimbingan belajar, dan mengikuti

pendalaman materi yang diadakan oleh sekolah. Berbeda halnya dengan Yudi yang

melakukan pengenalan tugas langsung dengan Internet dan melalui buku-buku.

2. Seleksi (Pemilihan): ketiga informan memiliki pemilihan awal untuk mengetahui apa

yang harus mereka cari pertama kali dari SIMAK UI, yaitu prosedur pendaftaran,

tanggal tes, biaya, jurusan beserta kuota penerimaanya dan yang tidak kalah penting

adalah mengetahui kebutuhan informasi untuk membantu mereka dalam proses

belajar, yaitu mengetahui jenis soal-soal yang pernah keluar di SIMAK UI tahun-

tahun sebelumnya.

3. Eksplorasi (Penjelajahan): Informan Nay dan Riri memiliki kesamaan dalam mencari

referensi soal yang mereka butuhkan, yaitu dengan cara dari buku kumpulan soal

yang sudah memiliki pembahasannya, karena dapat memudahkan mereka untuk lebih

cepat memahami materi tersebut. Berbeda dengan informan Yudi, dia lebih senang

Perilaku Pencarian ..., Intan Suryandari, FIB UI, 2016

mengandalkan media elektronik (Internet) dalam mencari semua kebutuhan

informasinya, karena dianggap lebih mudah dan lebih efisien.

4. Formulasi (Penyusunan): dari semua informasi yang sudah mereka dapatkan, maka

ketiga informan memilih untuk membuat sebuah catatan yang dapat mereka bawa

setiap hari sebagai pengingat. Mereka membuat catatan dari jenis soal yang mereka

dapatkan kemudian mereka membuat catatan soal-soal yang mereka tidak mengerti

dan memang memerlukan pemahaman yang lebih dalam, dengan begitu mereka dapat

menanyakan kesulitan tersebut kepada guru sekolah atau mentor di tempat progrsm

bimbingan belajar..

5. Collection (Pengumpulan): informasi yang sudah di dapat masih sering dirasa kurang

akan informasi tersebut, mereka mengumpulkan informasi kembali dengan cara

mencari dari website, menukar soal dengan teman yang berbeda tempat les,

mendapatkan referensi dari kakak kelas, dan juga dari Internet.

6. Presentasi (Hasil akhir): pada tahap ini, peneliti mengaitkan seluruh informasi yang

sudah ketiga informan pelajari dengan hasil try out yang sudah mereka ikuti, informan

Nay dan Riri merasa puas dengan hasil yang mereka peroleh karena dari hasil

pembelajaran selama ini, mereka mendapatkan kenaikan nilai yang lumayan

signifikan dari sebelumnya, akan tetapi hal tersebut tidak dirasakan oleh Yudi, karena

Yudi merasa tidak ada kenaikan ataupun penurunan yang berarti selama proses

belajarnya.

Tahap inisiasi atau tahap pengenalan tugas, terlihat bahwa seluruh informan merasa untuk

mendapatkan informasi tentang SIMAK UI membutuhkan pencarian yang lebih mendalam

dan informan merasa masih ada kecemasan dan keragu-raguan. Hal ini dapat dilihat juga

dalam tabel yang dibuat oleh Khulthau bahwa pada tahap ini sering kali timbul rasa

kekhawatiran pada ketidakpastian, karena masih perlu waktu untuk merenungkan sesuatu

yang akan dicari dan dimulai dari hal apa yang harus dicari, dan semua informan mengatakan

membutuhkan waktu lebih banyak untuk belajar di sekolah (pendalaman materi), mengikuti

bimbingan belajar (bimbel), melakukan penelusuran melalui Internet dan membeli buku

kumpulan soal. Hasil wawancara juga tidak menunjukkan perasaan takut yang timbul dari

diri mereka dalam mempelajari informasi tersebut.

Tahap seleksi atau tahap pemilihan, dalam teori Kuhlthau juga disebutkan, pada tahap

ini seseorang menyadari adanya kebutuhan informasi untuk menyelesaikan tugasnya, adanya

rasa ketidakpastian dalam diri informan apakah ia mampu atau tidak untuk menyelesaikan

Perilaku Pencarian ..., Intan Suryandari, FIB UI, 2016

tugasnya. Setelah hampir beberapa jam peneliti melakukan pendekatan dengan informan,

ternyata Nay, Riri dan Yudi memiliki kebutuhan informasi hampir sama yang berhubungan

dengan tipe soal dari SIMAK UI, pendaftaran, cara memilih dan melihat jurusan untuk

menentukan minat yang diinginkan. Dapat dilihat dalam teori Khulthau juga bahwa para

siswa sudah mampu menentukan hal apa yang harus dicari pertama kali, dan hal ini dapat

dilihat dari para informan yang memiliki kesamaan dalam pencarian informasi yang pertama

kali mereka cari.

Pada tahap eksplorasi atau tahap penjelajahan, dua informan lebih memilih

penjelajahan melalui buku, sedangkan Yudi lebih memilih melakukan penelusuran melalui

Internet. Terlihat dari jawaban Nay dan Riri, mereka lebih yakin untuk mencari melalui buku

dari pada mencari melalui Internet. Nay dan Riri merasa jika dia mencari melalui buku, maka

akan membantu dia dalam pemahaman. Seiring dengan pendekatan yang peneliti lakukan

dengan Nay dan Riri mereka sering dilanda perasaan bingung dan ragu dalam memilih buku

yang diinginkan. Nay juga bertanya kepada mentor program bimbingan belajar bagaimana

cara mereka memilih buku yang sesuai dengan informasi yang mereka butuhkan, yaitu

dengan cara memilih penerbit yang sudah terkenal, isinya lengkap dan tahun keluaran

terbaru, untuk Riri sendiri dia melakukan pencarian buku atas usulan dari kakak kelas.

Sebaliknya dengan Yudi, dia lebih memilih penjelajahan melalui Internet, biasanya

menggunakan mesin pencari google. Yudi memasukkan kata kunci yang dia inginkan, maka

akan keluar semua rujukan informasi seusai dengan kata kunci. Yudi membuka setiap

rujukan informasinya dengan menggunakan newtab untuk membuka rujukan informasi lebih

dari satu. Setelah itu Yudi melihat satu-satu yang sesuai dengan informasi yang dia butuhkan.

Rujukan informasi yang memiliki isi informasi yang sama dan paling sering muncul, maka

itulah yang dipilih. Yudi memilih melalui Internet karena hal tersebut dianggap lebih efektif

dapat dilakukan di rumah tanpa batasan ruang dan waktu. Sesuai dengan teori yang ada

dalam tabel Khulthau, tindakan yang dilakukan informan yaitu sudah mulai mencari fokus

informasi yang sesuai dengan cara mereka yang berbeda-beda.

Tahap formulasi atau tahap penyusunan, dapat dikatakan sesuai dengan teori Kuhlthau

pada aspek tindakan, yaitu reading notes for themes. Hal ini dijelaskan oleh ketiga

informan, bahwa mereka sama-sama memiliki catatan untuk menyusun informasi yang

mereka butuhkan. Ketiga informan memiliki cara yang berbeda-beda dalam menyusun

informasinya. Informan Nay memilih untuk mencatat soal yang susah terlebih dahulu karena

dia merasa telah menguasai soal yang lebih mudah. Sebaliknya dngan Riri, dia lebih memilih

Perilaku Pencarian ..., Intan Suryandari, FIB UI, 2016

untuk menyusun dari yang lebih mudah dahulu, karena dia merasa tidak cukup waktu untuk

terus berkutat di materi yang dia anggap susah. Untuk Yudi, dia memang anak yang terlihat

santai dan, dia memilih menyusun materi yang banyak keluar dibanding materi baru. Dapat

dilihat dalam tabel teori Khulthau juga bahwa dalam tahap ini informan sudah memiliki rasa

optimis untuk dapat menyelesaikan materi yang dianggap sulit.

Pada tahap mengumpulkan, ketiga informan memiliki kesamaan cara dalam

mengumpulkan informasi. Sesuai dengan strategi yang disebutkan dalam teori Khulthau

bahwa dalam tahap ini informan dapat melakukan pencarian menyeluruh dari berbagai jenis

tipe materi, materi yang digunakan oleh informan yaitu buku, Internet, dan bertanya kepada

orang lain. Dalam tahap ini informan sudah terlihat memiliki rasa ketertarikan yang cukup

besar terhadap tes SIMAK UI.

Tahap presentasi atau tahap hasil akhir, informan Nay dan Riri sudah merasa puas dengan

pencarian informasi yang mereka dapatkan, karena mampu mempengaruhi nilai hasil try out

yang sudah mereka jalani, hal ini sesuai dengan perasaan yang ada dalam tabel teori

Khulthau. Sebaliknya dengan informan Yudi, yang terlihat seperti masih ragu-ragu dengan

hasil pencarian yang dia dapatkan, hal ini juga terlihat dalam tabel teori Khulthau. Mereka

juga masih mencari sumber lain yang sesuai dengan kebutuhan informasi informan, hal ini

sesuai dengan tabel teori Khulthau yang menjelaskan untuk mengecek sumber untuk melihat

informasi terdahulu, dan informan pun masih menyimpan catatan materi yang akan kembali

mereka pelajari.

Dalam proses penyiapan diri untuk mengikuti tes masuk, peran perpustakaan sangat

diperlukan oleh siswa sebagai sarana pemenuhan kebutuhan informasi baik di luar maupun di

dalam sekolah. Akan tetapi, ketiga informan mengatakan bahwa perpustakaan sekolah tidak

membantu dalam memenuhi kebutuhan informasi yang diinginkan oleh informan misalnya

dengan menyediakan kumpulan soal-soal yang menyangkut ujian tes masuk Perguruan

Tinggi khususnya Negeri atau soal-soal latihan try out yang pernah keluar di tahun

sebelumnya, karena setidaknya hal tersebut dapat membantu para siswa untuk memprediksi

jenis soal apa saja yang pernah keluar di tahun sebelumnya. Perpustakaan sekolah sendiri

hanya menyediakan koleksi yang berhubungan dengan mata pelajaran, dan tidak

menyediakan informasi diluar mata pelajaran, selain kebutuhan untuk hiburan seperti

tersedianya karya fiktif. Pernyataan tersebut juga tidak dibantah oleh petugas perpustakaan

yang sudah bekerja selama 7 tahun.

Perilaku Pencarian ..., Intan Suryandari, FIB UI, 2016

Pernyataan yang diungkapkan oleh ketiga informan tersebut didukung dengan pernyataan

yang diberikan oleh seorang guru di sekolah tersebut yang menyebutkan bahwa perpustakaan

sekolah memang tidak menyediakan soal-soal diluar kebutuhan sekolah, hanya sampai Ujian

Nasional saja. Untuk membantu pembelajaran terkadang guru juga mengalami kesulitan

dalam memberikan materi tambahan untuk siswa, untuk itu terkadang guru sendiri memiliki

ide untuk meminta soal-soal dari tempat les siswa dan di fotokopi serta dibagikan kepada

siswa yang lainnya sebagai bahan belajar yang baru. Setelah peneliti dalami lagi, ternyata

alasan lain sekolah tidak menyediakan latihan soal-soal masuk Perguruan Tinggi karena para

siswa dianggap sudah memiliki wawasan tambahan dari program bimbingan belajar yang

mereka jalani di luar jam sekolah dan juga sekolah hanya memiliki rasa tanggung jawab

sampai Ujian Nasional selesai.

Setelah dilakukan penelitian lebih dalam, ternyata terdapat kesenjangan informasi dalam

peran yang dijalani oleh perpustakaan dan guru Bimbingan Penyuluhan dan Konseling

(BP/BK), hal ini dinyatakan oleh petugas perpustakaan bahwa ternyata kebijakan sekolah

sendiri sudah menugaskan guru BP/BK yang memiliki tanggung jawab dengan informasi

siswa yang berkaitan dengan Perguruan Tinggi Negeri dari mulai informasi pendaftaran

sampai informasi mengenai soal-soal ujian tes masuk Perguruan Tinggi Negeri tahun-tahun

sebelumnya. Apabila kita ketahui, sebenarnya tugas yang menjadi tanggung jawab guru

BP/BK seharusnya adalah tanggung jawab dari perpustakaan sebagai sarana penyedia

informasi. Akan tetapi, tidak seperti kenyataannya bahwa perpustakaan memiliki peran

tersebut. Perpustakaan sekolah hanya menyediakan kebutuhan informasi untuk mata

pelajaran sekolah saja.

Wawancara kembali peneliti lakukan kepada guru BP/BK untuk memastikan koordinasi

tanggung jawab antara perpustakaan dan guru BP/BK. Guru BP/BK pun membenarkan

bahwa kebutuhan informasi siswa yang terkait dengan Perguruan Tinggi khususnya Negeri,

mulai dari pendaftaran hingga tanggal tes dan konsultasi jurusan memang tersedia di bagian

Bimbingan Konseling, akan tetapi guru BP/BK sendiri membantah jika penyediaan soal-soal

juga menjadi tanggung jawab guru BP/BK, beliau sendiri menyebutkan bahwa seharusnya

perpustakaanlah yang bertanggung jawab dalam penyediaan soal-soal tersebut.

Dapat dilihat dari kedua hasil wawancara antara petugas perpustakan dan guru BP/BK

bahwa terdapat kesalah pahaman untuk menyediakan informasi soal-soal latihan untuk masuk

Perguruan Tinggi khususnya Negeri. Tetapi sejauh yang peneliti lihat, antara petugas

perpustakaan dan guru BP/BK tidak memiliki masalah ketika mereka bertemu. Adanya

kesalahpahaman informasi ini terjadi karena petugas perpustakaan kurang memahami

Perilaku Pencarian ..., Intan Suryandari, FIB UI, 2016

tentang tugas yang dia jalani sekarang ini, seperti yang dikatakan oleh salah satu guru sekolah

tentang kinerja petugas perpustakaan dan menyebutkan bahwa petugas perpustakaan kurang

memiliki ide-ide untuk memajukan perpustakaan sekolah, serta kurang berkomitmen untuk

menjadi petugas perpustakaan, karena petugas perpustakaan bukan berlatar belakang sebagai

pustakawan, jadi petugas perpustakaan sendiri belum mengerti benar bagaimana cara

memajukan perpustakaan sekolah.

Hasil dari wawancara juga menunjukkan bahwa ketiga informan memiliki hambatan

yang berbeda-beda, hal ini disebabkan karena setiap informan mencari informasi dengan

media yang berbeda dan juga cara pencarian yang berbeda-beda. Informan Nay mengalami

rasa ketidakyakinan dengan sumber yang telah dia dapatkan, akan tetapi informan Nay

kemudian langsung mencari kembali informasi yang dibutuhkan dengan cepat. Nay juga

sering dilanda keresahan karena banyaknya jenis soal yang dia dapatkan, sehingga

menyebabkan Nay menjadi bingung informasi mana yang relevan dan tidak relevan.

Informan Riri sendiri terlihat lebih mengandalkan sumber informasi dalam bentuk media

cetak, yaitu buku-buku karena Riri merupakan salah satu murid yang pandai bergaul dengan

kakak kelas/senior sehingga dia dengan mudah mendapatkan referensi buku apa saja yang

harus dia cari, walaupun terkadang buku yang diperlukan tersebut harus dicari di beberapa

toko buku, dan hal tersebut membutuhkan waktu yang lebih banyak. Informan Riri juga

merasakan hambatan apabila dia sudah belajar satu materi dengan baik, dan dia belajar lagi

materi yang lain, ketika muncul soal yang berhubungan dengan materi soal yang sudah dia

pahami, dia akan lupa cara mengerjakannya/menjawabannya, Riri sering disebut sebagai

pelupa apabila dia terlalu banyak menampung materi jika tidak langsung dituangkan dalam

soal. Berbeda dengan informan Nay dan Riri yang mengalami hambatan, informan Yudi

merasa tidak memiliki hambatan apapun dalam pencarian informasi yang dia inginkan,

karena Yudi sendiri lebih menyukai pencarian informasi melalui Internet dibandingkan

melalui media cetak. Penggunaan Internet sendiri dianggap lebih memudahkan Yudi, karena

akses ke jaringan Internet juga tersedia di rumahnya, sehingga dia bebas menggunakan akses

Internet tanpa batasan waktu. Yudi juga merasa mendapatkan banyak jenis informasi,

sehingga dia dapat memilih informasi mana yang cocok dengan kebutuhan informasinya.

Hambatan juga dirasakan oleh petugas perpustakaan dalam pembelian koleksi dalam

pemenuhan kebutuhan siswa, karena petugas perpustakaan merasa tidak adanya keberanian

dari Kepala sekolah untuk melakukan persetujuan dalam pengajuan untuk pembelian buku

kumpulan soal-soal tes masuk Perguruan Tinggi Negeri. Hal ini disebabkan karena Kepala

Perilaku Pencarian ..., Intan Suryandari, FIB UI, 2016

Sekolah hanya mengandalkan perintah yang sudah turun dari Dinas Pendidikan. Hambatan

ini juga terjadi karena adanya kesalahpahaman tugas antara perpustakaan dengan tugas guru

BP/BK, karena petugas perpustakaan mengatakan bahwa pemenuhan informasi mengenai

Perguruan Tinggi khususnya Negeri, mulai dari informasi pendaftaran hingga soal-soal yang

pernah keluar di tahun-tahun sebelumnya seharusnya bimbingan konselinglah yang

bertanggung jawab, sedangkan para siswa lebih mengetahui bahwa perpustakaanlah yang

biasanya menyediakan informasi mengenai soal-soal tes maupun soal-soal untuk ujian

sebagai sarana pemenuhan kebutuhan siswa.

Kesimpulan

Kesimpulan yang diambil dalam penelitian ini adalah berdasarkan hasil wawancara

dan observasi terhadap para informan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kebutuhan informasi mengenai SIMAK UI sudah menjadi kebutuhan utama dalam pencarian

siswa, informasi yang pertama kali mereka cari, yaitu informasi mengenai pendaftaran,

registrasi, pembayaran, tanggal ujian, serta jurusan yang sesuai dengan minat yang

diinginkan. Pencarian informasi selanjutnya, yaitu jenis soal yang pernah keluar di ujian

SIMAK UI pada tahun .sebelumnya.

Sumber informasi yang digunakan, adalah buku-buku kumpulan soal, soal-soal dari

bimbingan belajar, hasil diskusi kelompok dengan cara tukar-menukar soal, hasil diskusi

dengan kakak kelas tentang referensi buku yang harus dibeli serta penggunaan akses Internet.

Bentuk (format) informasi dalam media tercetak maupun bentuk digital juga dimanfaatkan,

walaupun tidak semua informan yang memanfaatkan kedua bentuk (format) informasi

sekaligus.

Selanjutnya, terdapat kesalahpahaman mengenai tugas guru Bimbingan

Penyuluhan/Konseling (BP/BK) dengan petugas perpustakaan, karena selama ini siswa lebih

mengenal perpustakaan sebagai tempat penyedia informasi untuk memenuhi kebutuhan

informasi siswa, baik informasi mata pelajaran maupun di luar mata pelajaran, serta

perpustakaan diketahui siswa sebagai sarana penyimpanan latihan-latihan soal Perguruan

Tinggi Negeri terdahulu, namun pada kenyataannya semua informasi yang berkaitan dengan

Perguruan Tinggi khususnya Negeri berdasarkan deskripsi kerja seharusnya bagian

Bimbingan Penyuluhan/Konselinglah yang menyediakan informasi tersebut, tetapi

kesenjangan tugas inilah yang sampai saat ini belum diketahui dengan baik antara petugas

perpustakaan dengan guru BP/BK, maka kesenjangan tersebut masih terus ada.

Perilaku Pencarian ..., Intan Suryandari, FIB UI, 2016

Hambatan - hambatan yang dihadapi siswa kelas XII diantaranya adalah kesulitan

mencari sumber informasi yang tepat, dan tidak tersedianya informasi yang dibutuhkan di

perpustakaan sekolah. Kumpulan soal yang banyak terdapat di toko buku dan Internet

membuat siswa kesulitan terhadap informasi yang akan dipilih. Selain itu, perpustakaan

sekolah hanya menunjang kebutuhan mata pelajaran. Kurangnya komunikasi yang terjalin

mengenai pembagian kerja yang baik antara petugas perpustakaan dan guru BP/BK untuk

menghindari adanya kesalahpahaman deskripsi kerja untuk sama-sama saling melengkapi

kebutuhan siswa.

Saran

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah sekolah seharusnya mampu

menunjang kebutuhan informasi tidak hanya untuk mendukung proses pembelajaran dan

untuk persiapan Ujian Nasional, tetapi juga untuk persiapan tes masuk Perguruan Tinggi. Hal

ini karena peringkat sekolah juga dipengaruhi oleh banyaknya siswa yang diterima masuk ke

Perguruan Tinggi khususnya Negeri. Sekolah dapat mengikut sertakan pustakawan sekolah

dan guru untuk menunjang kebutuhan informasi siswa. Adapun sumber informasi yang biasa

digunakan siswa kelas XII adalah Internet, toko buku, diskusi dengan teman dan dari

bimbingan belajar. Oleh karena itu, pustakawan sekolah dapat berkolaborasi dengan guru

untuk menunjang kebutuhan informasi para siswa kelas XII, dengan cara aktif mencari dan

memberikan informasi mengenai prosedur masuk perguruan tinggi negeri dan swasta Negeri,

tentang pemilihan jurusan yang tepat, serta penyediaan soal-soal latihan persiapan tes masuk

Perguruan Tinggi Negeri. Di samping itu S pimpinan sekolah (Kepala Sekolah) diharapkan

mendukung perpustakaan sekolah menyediakan berbagai sumber informasi mengenai hal –

hal yang terkait dengan tata-cara memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, khususnya

perguruan tinggi negeri.

Dalam penyediaan informasi, sekolah juga dapat menjalin hubungan kerjasama dengan

alumni sekolah SMAN 48 Jakarta yang sudah diterima masuk Perguruan Tinggi Negeri,

dengan cara mengundang seluruh alumni untuk datang dan memberikan pengalaman tentang

kiat-kiat yang dulu pernah alumni lakukan. Organisasi yang terdapat di Perguruan Tinggi

Negeri , misalnya BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) UI, mereka menyediakan kumpulan

soal-soal tes masuk UI dari soal SNMPTN dan SIMAK UI dari dua tahun sebelumnya hingga

satu tahun sebelumnya, dan soal ini dapat diberikan kepada adik-adik kelas XII yang akan

mengikuti tes masuk Perguruan Tinggi Negeri sebagai bentuk kerjasama antara sekolah dan

alumni.

Perilaku Pencarian ..., Intan Suryandari, FIB UI, 2016

Kepala Sekolah, guru dan petugas perpustakaan diharapkan menjalin kerjasama dan

komunikasi yang baik untuk sama-sama melihat informasi apa saja yang dibutuhkan oleh

siswa, bukan hanya kebutuhan informasi penunjang proses pembelajaran di sekolah akan

tetapi juga kebutuhan informasi siswa untuk mengikuti ujian masuk ke Perguruan Tinggi

Negeri. Misalnya setiap wali kelas dapat menanyakan kepada siswa kebutuhan informasi

apalagi yang mereka butuhkan selain materi pembelajaran, karena siswa kelas XII sudah

tentu memikirkan sesuatu yang menyangkut jenjang pendidikan yang lebih tinggi, khususnya

Perguruan Tinggi Negeri, dan setiap siswa pasti sudah memiliki keinginan untuk memilih

jurusan yang mereka inginkan.

Kepala Sekolah diharapkan membuat pertemuan rutin dengan para guru dan staf termsuk

dengan pengelola perpustakaan sekolah setidaknya satu bulan sekali untuk menjelaskan

perkembangan maupun kesulitan proses pembelajaran di kelas, untuk menyelesaikan masalah

bersama ketika terdapat kendala di dalam pelajaran atau di perpustakaan. Kepala Sekolah

diharapkan dapat menegaskan tugas dari masing-masing staf sehingga dapat mengurangi

adanya kesenjangan dalam pemenuhan tugas, seperti yang terjadi antara tugas guru

bimbingan konseling dengan petugas perpustakaan dalam pemenuhan informasi untuk siswa

mengenai Perguruan Tinggi Negeri.

Apabila siswa merasakan hambatan sering lupa dengan materi yang sudah dipelajari,

siswa dapat meminta bantuan guru untuk memberikan cara cepat/cara menghafal cepat

dengan metode yang berbeda, misalnya materi hafalan menggunakan cara fun learning yaitu

mengingat dengan tambahan gerak tubuh, atau dibuat singkatan atau bahkan dibuat seperti

nyanyian untuk memudahkan dalam mengingat materi sekolah.

Daftar Rujukan

Burhan, Bungin. (2007). Metodologi penelitian kualitatif : Aktualisasi metodologis ke arah

ragam varian kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Case, Donald O. (2007). Looking for Information: A Survey of Research on Information

Seeking, Needs, and Behavior (2 ed.). California: Academic Press.

Darmono. (2007). Perpustakaan sekolah: pendekatan aspek manajemen dan tata kerja.

Jakarta: Grasindo.

Perilaku Pencarian ..., Intan Suryandari, FIB UI, 2016

Khulthau, Carol Collier. (2004). Seeking meaning: A process approach to library and

information services (2 ed.). Connecticut: Libraries Unlimited.

Rodliyah, Ummi. 2009. Perilaku pencarian informasi dosen: studi kasus di fakultas tarbiyah

IAIN Sunan Ampel Surabaya. Tesis. Depok: Universitas Indonesia.

Rowlands, Ian, et al. (2008). The Google generation: the information behaviour of the

researcher of the future. Aslib Proceedings: New Information Perspectives. 60, 4.

Sulistyo-Basuki. (2004). Pengantar dokumentasi. Bandung: Rekayasa Sains.

-------------------. (2006). Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Sutopo, H.B. (2006). Metodologi penelitian kualitatif: dasar teori dan terapannya dalam

penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

 

Perilaku Pencarian ..., Intan Suryandari, FIB UI, 2016