PeraturanKompetisi2014
-
Upload
antoinette-rodriguez -
Category
Documents
-
view
1.781 -
download
4
description
Transcript of PeraturanKompetisi2014
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
ii Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
KATA PENGANTAR
Salam olah raga,
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, buku PERATURAN KOMPETISI PANJAT TEBING INDONESIA
2014 dapat selesai dengan baik, menjadi pegangan bagi para atlit, pelatih maupun pengurus dalam
melaksanakan kompetisi ditingkat cabang, daerah maupun nasional.
Terima kasih kepada team penyusun yang sudah bekerja keras dalam menyiapkan semua bahan dan
meramu menjadi sebuah buku.
Adalah menjadi tanggung jawab FPTI untuk membuat sebuah buku panduan untuk sebuah kompetisi
sehingga dapat berjalan dengan baik, ada batasan – batasan yang harus dipatuhi oleh semua penggiat
olah raga Panjat Tebing sehingga kompetisi menjadi sukses.
Semoga buku ini bermanfaat bagi semua penggiat panjat tebing di Indonesia.
Salam olah raga
Jakarta, 09 Januari 2014
Pontas P Sitanggang, MM
Plt Ketua Umum PP FPTI
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
iii Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
TIM PENYADUR
PRISTIAWAN BUNTORO
IWAN DARMAWAN
WIDHI SASONGKO HADI
RONALD NOVAR MAMARIMBING
MARIA TOBING
Editor teks : Fatah Raditya
Setting : Font Tahoma 7,5 dicetak diatas kertas A5
Hak cipta dipegang oleh Federasi Panjat Tebing Indonesia.
Jika mengutip isi buku ini mohon disebut pemegang hak cipta.
Buku ini dapat diperbanyak tanpa ijin, kecuali untuk tujuan komersil harus mendapat ijin tertulis dari
FPTI. File dalam bentuk DPF dapat diakses di website FPTI.
Saran atau komentar mohon disampaikan melalui email ke [email protected].
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
iv Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iv
1. FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA
1.1 Pendahuluan 1 1.2 Tugas FPTI 1 1.3 Kompetisi 1 1.4 Pihak – pihak resmi Kompetisi FPTI 2
2. PENYELENGGARA KOMPETISI, PEMANJAT DAN OFISIAL TIM 2.1 Pendahuluan 5 2.2 Tanggung jawab penyelenggara Kompetisi, pemanjat dan ofisial tim 5
2.3 Kuota Tim 6 2.4 Pendaftaran Pemanjat 6
3. PERATURAN UMUM
3.1 Tata Tertib/Kedisiplinan 7 3.2 Keamanan 7 3.3 Zona Kompetisi 8 3.4 Pakaian dan Peralatan 9 3.5 Pemeliharaan Dinding 10 3.6 Peringkat 10
4. PROSEDUR KEDISIPLINAN 4.1 Pendahuluan 12
4.2 Para Pemanjat 12 4.3 Ofisial Tim 14 4.4 Personil Lain 14
5. ANTI DOPING
5.1 Pemakaian 15 5.2 Penerapan 15 5.3 Badan – badan yang Kompeten dalam FPTI 15 5.4 Pelanggaran dan Sanksi 15
6. LEAD 6.1 Umum 16 6.2 Struktur Dinding Panjat 16
6.3 Keamanan 16 6.4 Penilaian dan Waktu Pemanjatan 19 6.5 Kuota untuk setiap Babak 21 6.6 Urutan Pemanjatan 21 6.7 Prosedur Kompetisi 22 6.8 Prosedur Pengamatan Jalur 24 6.9 Prosedur Pemanjatan 25
6.10 Peringkat Pada Setiap Babak 27 6.11 Insiden Teknis 29 6.12 Penggunaan Rekaman Video 31 6.13 Protes 32
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
v Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
7. BOULDER 7.1 Umum 35
7.2 Struktur Dinding Panjat 35 7.3 Keamanan 36 7.4 Penilaian dan Pencatatan Waktu 36 7.5 Kuota untuk setiap Babak 37 7.6 Urutan Pemanjatan 37 7.7 Prosedur Kompetisi 38 7.8 Prosedur Pengamatan Jalur 41
7.9 Prosedur Pemanjatan 42 7.10 Peringkat Pada Setiap babak 43 7.11 Insiden Teknis 44 7.12 Penggunaan Rekaman Video 45 7.13 Protes 45
8. SPEED
8.1 Umum 48 8.2 Struktur Dinding Panjat 48 8.3 Keamanan 49
8.4 Pencatatan Waktu 50 8.5 Kuota untuk setiap Babak 51 8.6 Urutan Pemanjatan 51 8.7 Prosedur Kompetisi 52 8.8 Prosedur Percobaan Lintasan / Practice 53 8.9 Prosedur Pemanjatan 54 8.10 Peringkat Pada Setiap babak 57
8.11 Insiden Teknis 57 8.12 Penggunaan Rekaman Video 58 8.13 Protes 59
9. SPEED TIM
9.1 Umum 68 9.2 Struktur Dinding Panjat 68 9.3 Pencatatan Waktu 68 9.4 Prosedur Kompetisi 69 9.5 Prosedur Pemanjatan 70
9.6 Peringkat Pada Setiap babak 73
10. SPEED KLASIK
10.1 Umum 74 10.2 Struktur Dinding Panjat 74 10.3 Keamanan 74 10.4 Pencatatan Waktu 76 10.5 Kuota untuk setiap Babak 77 10.6 Urutan Pemanjatan 77 10.7 Prosedur Kompetisi 78
10.8 Prosedur Percobaan Lintasan 80 10.9 Prosedur Pemanjatan 80 10.10 Peringkat Pada Setiap babak 83 10.11 Insiden Teknis 84 10.12 Penggunaan Rekaman Video 84 10.13 Protes 85
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
vi Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
11. SPEED TRACK 11.1 Umum 88
11.2 Struktur Dinding Panjat 88 11.3 Keamanan 88 11.4 Pencatatan Waktu 89 11.5 Kuota untuk setiap Babak 89 11.6 Urutan Pemanjatan 89 11.7 Prosedur Kompetisi 89 11.8 Prosedur Latihan 89
11.9 Prosedur Pemanjatan 89 11.10 Peringkat Pada Setiap babak 91 11.11 Insiden Teknis 91 11.12 Penggunaan Rekaman Video 91 11.13 Protes 91
12. LEAD TIM
12.1 Umum 92 12.2 Struktur Dinding Panjat 92 12.3 Keamanan 92
12.4 Penilaian dan Waktu Pemanjatan 93 12.5 Kuota untuk setiap Babak 93 12.6 Urutan Pemanjatan 93 12.7 Prosedur Kompetisi / Kompetisi 93 12.8 Prosedur Pengamatan Jalur 94 12.9 Prosedur Pemanjatan 95 12.10 Peringkat pada setiap babak 95
12.11 Insiden Teknis 96 12.12 Penggunaan Video Rekaman 97 12.13 Protes Protes 97
13. BOULDER TIM
13.1 Umum 98 13.2 Struktur Dinding Panjat 98 13.3 Keamanan 98 13.4 Penilaian dan Pencatatan Waktu 99 13.5 Kuota untuk setiap Babak 99
13.6 Urutan Pemanjatan 99 13.7 Prosedur Kompetisi / Kompetisi 99 13.8 Prosedur Pemanjatan 100 13.9 Peringkat Pada Setiap babak 100 13.10 Insiden Teknis 101 13.11 Penggunaan Rekaman Video 102
13.12 Protes 102
14. SPEED WORLD RECORD 14.1 Umum 103
14.2 Struktur Dinding Panjat 103 14.3 Pencatatan Waktu 103
15. SIRKUIT DAN EVENT KOMPETISI PANJAT TEBING NASIONAL
15.1 Pengertian 104 15.2 Penyelenggara 104 15.3 Kategori dan Nomor Kompetisi 104
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
vii Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
15.4 Peraturan Kompetisi 104 15.5 Peringkat Nasional 105
16. KEJUARAAN NASIONAL (KEJURNAS) FPTI
16.1 Pendahuluan 106 16.2 Ofisial Kompetisi FPTI 106 16.3 Kategori dan Nomor Kompetisi 106 16.4 Kuota Pemanjat dan Ofisial 107 16.5 Penghargaan Dalam Kejurnas/Kejurda FPTI 108
16.6 Nomor Kompetisi dan Alokasi Pemanjat Pada Setiap Nomor 108
17. KEJUARAAN NASIONAL (KEJURNAS) FPTI KELOMPOK UMUR
17.1 Pendahuluan 110 17.2 Ofisial Kompetisi FPTI 110 17.3 Kategori dan Nomor Kompetisi 110 17.4 Pengelompokan Umur 110 17.5 Lead dan Speed 111 17.6 Boulder 111
17.7 Kuota Pemanjat dan Ofisial 112 17.8 Alokasi Pemanjat Pada Setiap Kategori 112 17.9 Biaya Administrasi Pemanjat 113
18. LEAD PARACLIMBING
18.1 Peraturan Umum 114 18.2 Format 115 18.3 Urutan Pemanjatan 116 18.4 Prosedur Pemanjatan 116 18.5 Peringkat 116
18.6 Jalur dan Keamanan 117 18.7 Hadiah dan Piala 117
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
1 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
1. FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA 1.1. PENDAHULUAN 1.1.1. Federasi Panjat Tebing Indonesia (selanjutnya disingkat FPTI) bertanggung jawab
terhadap administrasi serta pengembangan segala aspek yang berhubungan dengan
olahraga dan Kompetisi panjat tebing Indonesia. 1.1.2 FPTI mempunyai kewenangan terhadap semua Kompetisi panjat tebing nasional,
seperti diatur dalam pasal 1.3 dibawah. Adapun tanggung jawab FPTI adalah sebagai berikut:
a) Melakukan pengawasan pada semua aspek teknis dan aspek lain yang berhubungan dengan olahraga panjat tebing.
b) Menerima permohonan dari calon-calon penyelenggara untuk mengorganisir
dan atau menyelenggarakan Kompetisi/kejuaraan. c) Menyetujui permohonan tersebut berkenaan dengan kemajuan olah raga panjat
tebing dan setelah melihat kemampuan pengorganisasian dan pendanaan. d) Seluruh Kompetisi yang telah diakui FPTI harus diselenggarakan dan dijalankan
dengan benar berdasarkan pada peraturan dan aturan yang telah ditetapkan. Struktur organisasi FPTI digambarkan secara rinci dalam Statuta dan Peraturan FPTI.
1.2 TUGAS FPTI 1.2.1 Untuk urusan-urusan mengenai organisasi Kompetisi panjat tebing nasional, tugas
tugas FPTI sesuai tingkatan kepengurusan (pusat/daerah) adalah: a) Menerima semua permohonan untuk menyelenggarakan Kompetisi yang
disetujui atau disetujui dan diakui FPTI.
b) Mengurusi semua hal, baik yang berhubungan dengan masalah umum maupun
yang berhubungan dengan Kompetisi yang akan diselenggarakan. c) Menyebarkan semua informasi mengenai Kompetisi yang diakui dan atau
diselenggarakan oleh FPTI.
d) Memberikan peraturan FPTI, regulasi dan pemberitahuan lainnya. Amandemen bisa diterbitkan untuk dokumen tersebut, yang mana harus dibaca bersama dengan dan harus mendahulukan dokumen.
e) Melakukan publikasi resmi mengenai semua hasil Kompetisi, Peringkat Sirkuit
Nasional dan Peringkat Berjalan Nasional dan informasi resmi lainnya.
g) Perjanjian dari pihak – pihak resmi FPTI untuk Kompetisi yang disetujui.
1.3 KOMPETISI 1.3.1 Hanya anggota FPTI, atau organisasi-organisasi khusus yang telah dikenal oleh FPTI
yang diperbolehkan untuk mengajukan permohonan menyelenggarakan sebuah
Kompetisi yang diakui oleh FPTI. 1.3.2 Kompetisi panjat tebing nasional yang memerlukan rekomendasi untuk disetujui dan
diakui FPTI adalah sebagai berikut:
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
2 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
a) Jenis Kejuaraan, yang terdiri dari: i) Terbuka. ii) Militer.
iii) Kelompok Umur. iv) Pelajar.
b) Tingkat Kejuaraan:
i) Nasional. ii) Regional (beberapa Provinsi yang berada dalam satu wilayah). iii) Provinsi/Daerah. iv) Kabupaten/Kota.
c) Kejuaraan yang direkomendasi FPTI, yaitu:
i) Sirkuit Nasional. ii) Kejuaraan Nasional FPTI.
iii) Kejuaraan Nasional Kelompok Umur FPTI. iv) Kompetisi Regional. v) Kompetisi Regional Kelompok Umur. vi) Kejuaraan Daerah/Sirkuit Daerah.
vii) Even Kompetisi Nasional dan Daerah.
1.3.3 Dalam suatu kejuaraan/Kompetisi dapat terdiri dari lebih dari satu jenis atau tingkat kejuaraan/Kompetisi.
1.3.4 Hanya pemanjat pemegang Kartu Identitas FPTI (A1 atau A0) yang masih berlaku
yang berhak mengikuti kejuaraan/Kompetisi yang disetujui dan atau disetujui dan diakui oleh FPTI yang menjadi dasar penghitungan Peringkat Nasional.
1.3.5 FPTI merupakan wewenang akhir dari semua Kompetisi Panjat Tebing Indonesia. 1.3.6 FPTI telah diakui sebagai anggota federasi oleh Komite Olah Raga Nasional (KONI)
dan Komite Olahraga Internasional (KOI). FPTI juga merupakan anggota dari
International Federation Sport Climbing (IFSC) dan Union Internationale Des Associations D‟Alpinisme (UIAA).
1.4 PIHAK – PIHAK RESMI KOMPETISI FPTI
1.4.1 FPTI dapat secara formal menunjuk pihak - pihak resmi berikut untuk tiap Kompetisi
yang disetujui oleh FPTI :
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
3 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Jury President a) Jury President memiliki wewenang menyeluruh dalam Zona Kompetisi (seperti
dirumuskan dalam Pasal 3.3). Wewenang ini mencakup kegiatan awak media dan semua orang yang ditugaskan oleh penyelenggara. Wewenang menyeluruh dari Jury President mencakup semua aspek jalannya Kompetisi. Jury President
memimpin atas semua rapat pihak resmi FPTI dan atas organisasi dan rapat teknis dengan penyelenggara Kompetisi, Ofisial Tim dan pemanjat. Walaupun Jury President tidak secara biasanya memiliki peran penjurian, mereka dapat sewaktu – waktu memilih untuk melaksanakan segala tugas penjurian yang ditugaskan kepada FPTI Judge atau juri lain jika dianggap perlu. Jury President bertanggung jawab untuk mengarahkan semua FPTI Judge yang bertugas
memahami Peraturan FPTI sebelum mulainya Kompetisi. Jury President diminta untuk mengumpulkan laporan rinci kepada FPTI di Kompetisi dan pada setiap Calon Juri yang menjalani tahap akhir dari program pelatihan mereka.
FPTI Judge
b) FPTI Judge merupakan Juri Nasional yang dipilih oleh FPTI untuk membantu
Jury President yang melakukan semua aspek penjurian Kompetisi. Tambahan FPTI Judge dapat ditunjuk. FPTI juga dapat menunjuk Calon Juri yang menjalankan akhir program tahap pelatihan mereka dengan membantu FPTI Judge dalam tugas penjurian mereka. FPTI Judge bertanggung jawab untuk memberitahukan pengumuman starting list dan hasil, permohonan, dan perubahan penting lain diprogram acara Kompetisi.
FPTI Judge dibantu dalam penjurian oleh (Route Judge atau Boulder Judge) ditunjuk oleh penyelenggara Kompetisi atau anggota federasi yang ikut mengatur. Peran utama dari seorang FPTI Judge adalah untuk mewasiti penampilan dari para pemanjat di jalur dan boulder berturut – turut. FPTI Judge haruslah orang yang setidaknya memegang lisensi Daerah. FPTI Judge harus diinformasikan sepenuhnya akan peraturan teknis dan regulasi yang mengatur Kompetisi yang disetujui oleh FPTI, dan harus diberi instruksi dalam
tugas – tugas mereka, dan bekerja dibawah arahan, FPTI Judge. Chief Route Setter
c) Chief Route Setter berkordinasi dengan anggota dari tim pembuat jalur yang
ditunjuk oleh penyelenggara sebelum Kompetisi untuk merencanakan dan mengkoordinasi semua persoalan pembuatan jalur dan pemeliharaan jalur,
termasuk model dari tiap jalur atau boulder; pemasangan pegangan, titik – titik pengaman dan peralatan lain sesuai dengan regulasi FPTI; memperbaiki dan membersihkan jalur dan boulder; dan model, pemasangan dan pemeliharaan dari fasilitas Pemanasan. Chief Route Setter bertanggung jawab untuk memeriksa standar teknis dan keamanan dari tiap jalur atau boulder, mengusulkan kepada Jury President atas segala persoalan teknis dalam Zona Kompetisi, membantu menyusun topo jalur dari jalur lead, dan mengusulkan
para juri dalam letak penempatan kamera video. Chief Route Setter diminta untuk mengumpulkan laporan rinci kepada FPTI di Kompetisi dan pada setiap Calon Chief Route Setter yang menjalani tahap akhir dari program pelatihan mereka.
FPTI Delegate
d) FPTI Delegate berhubungan dengan semua persoalan organisasi berkaitan FPTI
selama jalannya Kompetisi. FPTI Delegate memiliki wewenang untuk memastikan bahwa fasilitas dan pelayanan yang disediakan penyelenggara Kompetisi (seperti pendaftaran pemanjat dan lainnya; penilaian dan pelayanan
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
4 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
hasil; dan fasilitas medis, media dan lainnya) sesuai dengan Regulasi FPTI. FPTI Delegate adalah anggota Juri Protes, dan memiliki hak untuk menghadiri semua rapat dengan penyelenggara Kompetisi, dan mengambil bagian dalam kapasitas memberi nasihat dirapat Juri Kompetisi. Dalam hal ketidak hadiran Jury President dan sebelum kedatangan mereka diKompetisi, FPTI Delegate berperan penting dalam organisasi Kompetisi di Zona Kompetisi. Dibawah
keadaan pengecualian, FPTI Delegate memiliki wewenang untuk memutuskan menerapkan langkah darurat, misalnya penyesuaian format Kompetisi. Langkah tersebut dipisahkan secara khusus oleh FPTI. FPTI Delegate harus mengumpulkan laporan rinci Kompetisi kepada FPTI.
Untuk Kompetisi dimana FPTI Delegate belum dipilih atau sekiranya ketidak
hadiran FPTI Delegate, Jury President akan mengambil alih tugas FPTI Delegate.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
5 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
2. PENYELENGGARA KOMPETISI, PEMANJAT DAN OFISIAL TIM 2.1. PENDAHULUAN
2.1.1. FPTI menghormati secara penuh otonomi anggota federasi dalam kesamaan kegiatan
nasional mereka.
2.1.2 Penyelenggara Kompetisi adalah perorangan, lembaga dan atau organisasi anggota
FPTI yang telah memenuhi syarat dan mendapat rekomendasi untuk menyelenggarakan suatu Kompetisi/kejuaraan panjat tebing.
2.1.3 Pemanjat adalah semua individu yang terdaftar dan telah memenuhi syarat sebagai
pemanjat Kompetisi panjat tebing, baik secara perseorangan maupun utusan organisasi anggota FPTI.
2.1.4 Ofisial Tim adalah personil yang bertanggung jawab terhadap pemanjat baik sebagai
perorangan maupun sebagai sebuah tim yang merupakan utusan Pengurus Provinsi yang telah memenuhi syarat.
2.1.5 FPTI menghormati semua yang berkaitan dengan aktifitas tiap penyelenggara Kompetisi, pemanjat, ofisial tim.
2.2. TANGGUNG JAWAB PENYELENGGARA KOMPETISI, PEMANJAT DAN OFISIAL
TIM
2.2.1 Menjadi kewajiban semua penyelenggara Kompetisi, pemanjat, ofisial tim serta semua
yang berhubungan dengan penyelenggaraan Kompetisi yang disetujui atau, disetujui dan diakui FPTI, apakah bekerjasama langsung dengan FPTI atau dalam asosiasi dengan anggota federasi atau dengan penyelenggara Kompetisi, untuk:
a) Secara sukarela menerima bahwa promosi, pengembangan dan administrasi
yang berhubungan dengan olahraga dan Kompetisi panjat tebing dikontrol sepenuhnya oleh FPTI.
b) Menjamin bahwa tidak ada bantuan keuangan atau perjanjian lain yang akan
diterima organisasi penyelenggara (misal: televisi, sponsor Kompetisi, dll), yang dikhawatirkan akan menimbulkan konflik dengan perjanjian yang telah dibuat dengan FPTI tanpa terlebih dahulu mengajukan permohonan tertulis kepada FPTI.
c) Selalu meminta masukan dan persetujuan FPTI tentang berbagai hal yang mungkin bertentangan dengan tujuan utama olahraga panjat tebing
2.2.2 Menjadi tanggung jawab penyelenggara Kompetisi untuk:
a) Menjalankan, mempromosikan dan mengembangkan secara aktif olahraga
panjat tebing, dan sungguh-sungguh menegakkan prinsip-prinsip Piagam
Olimpiade (Olympic Charter), peraturan-peraturan dari IOC Medical Code, dan juga peraturan FPTI serta aturan yang telah ditetapkan untuk Kompetisi olah raga panjat tebing nasional.
b) Memahami dan mematuhi aturan dan peraturan dalam olah raga panjat tebing
serta menjamin bahwa para pemanjat dan tim ofisial menjunjung tinggi
sportivitas. c) Bersama-sama dengan para pemanjat dan tim ofisial berusaha dengan terus
menerus dan aktif melawan penggunaan obat-obatan dan bahan-bahan terlarang lainnya, serta berusaha mematuhi semua aturan dan pedoman yang
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
6 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
ada untuk menjamin berlangsungnya test pemakaian doping setelah Kompetisi ketika diperlukan.
d) Melarang segala metode atau praktik yang dapat menyebabkan resiko yang
tidak diinginkan terhadap kesehatan atau perkembangan fisik para pemanjat.
e) Bersama-sama berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melawan setiap keinginan untuk memanipulasi aturan dan peraturan yang dapat menguntungkan pemanjat dan tim ofisial tertentu.
f) Menyakinkan bahwa para pemanjat dan tim ofisial akan memperlakukan
pemanjat, ofisial dan pihak lainnya yang terlibat dalam olah raga panjat tebing
dengan penuh hormat setiap saat baik selama Kompetisi berlangsung atau pada kegiatan lainnya.
2.2.3 Menjadi tanggung jawab semua ofisial tim dan pemanjat untuk memastikan bahwa
mereka dibekali informasi yang memadai berkaitan dengan Kompetisi.
2.3. KUOTA TIM
2.3.1 Kuota Tim untuk para pemanjat ditetapkan hanya untuk Kejuaraan Nasional FPTI,
Kejuaraan Nasional FPTI Kelompok Umur, Pra PON dan PON. 2.3.2 Setiap tim diijinkan untuk mendaftarkan sampai maksimal lima (5) ofisial tim yang
dijamin bebas masuk dalam Zona Kompetisi (venues). Ofisial Tim ini harus dicantumkan dalam formulir permohonan/pendaftaran dan secara khusus dijelaskan
untuk masing-masing posisi dibawah ini:
a) Tim Manajer. b) Tim Pelatih. c) Tim Medis.
Ofisial Tim ini diijinkan untuk memasuki dan meninggalkan Zona Isolasi dengan
ketentuan yang sama seperti yang diberlakukan pada pemanjat.
2.4. PENDAFTARAN PEMANJAT
2.4.1. Batas waktu pendaftaran bagi pemanjat yang diberitahukan pada informasi Kompetisi yang disebarkan FPTI harus dipatuhi.
2.4.2. Pendaftaran setelah batas waktu dikenakan biaya pendaftaran tambahan.
2.4.3 Berdasarkan kebijakan FPTI Delegate, perubahan nama-nama pemanjat dapat diterima. Perubahan ini harus diberitahukan kepada FPTI Delegate sebelum penutupan Zona Isolasi.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
7 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
3. PERATURAN UMUM 3.1 TATA TERTIB/KEDISIPLINAN
3.1.1 Kompetisi Panjat Tebing Indonesia mencakup kategori sebagai berikut :
a) Lead : Pemanjatan dilakukan dengan pemanjat memasang titik pengaman saat melakukan pemanjatan. Gerak maju sepanjang sumbu jalur menentukan peringkat pemanjat.
b) Boulder : Pemanjatan jalur pendek dilakukan tanpa tali dan delengkapi
dengan matras pendaratan untuk keamanan. Jumlah Jalur
Boulder yang berhasil diselesaikan menentukan peringkat pemanjat.
c) Speed : Pemanjatan dilakukan dengan sebuah tali pengaman yang
telah terpasang (Top-Rope). Waktu untuk menyelesaikan jalur menentukan peringkat pemanjat.
3.2 KEAMANAN
Tanggung Jawab
3.2.1 Penyelenggara Kompetisi harus bertanggung jawab untuk memelihara keamanan
dalam Zona Kompetisi dan Zona publik, dan semua aktivitas lain yang terkait dengan jalannya Kompetisi.
3.2.2 Setiap pemanjat sadar dan sepenuhnya bertanggung jawab untuk peralatan dan
pakaian yang mereka pakai selama usaha pemanjatan.
3.2.3 Jury President dapat berkonsultasi dengan Chief Route Setter, memiliki wewenang untuk mengambil keputusan dalam segala hal mengenai keamanan dalam Zona
Kompetisi, termasuk menolak untuk memberi ijin untuk memulai atau melanjutkan Kompetisi. Semua pihak – pihak resmi atau orang lain yang dianggap oleh Jury President melanggar prosedur keselamatan, atau dianggap dapat membahayakan keselamatan, maka orang tersebut dapat dibebas tugaskan dalam Kompetisi dan atau dikeluarkan dari arena Kompetisi.
Peralatan
3.2.4 Peralatan teknis yang digunakan di Kompetisi Panjat Tebing Indonesia harus memenuhi Standar EN (atau setara dengan standar Internasional) kecuali ditetapkan lain oleh FPTI atau, dalam kondisi tertentu Jury President mempunyai wewenang
untuk menetapkan lain. Standar peralatan teknis yang digunakan (sesuai table dibawah ini) :
Standar yang Diterapkan untuk peralatan teknis
yang digunakan di Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Peralatan Standar CEN
Belay Devices (Locking) EN15151-1 (konsep)
Belay Devices (Manual) EN15151-2 (konsep)
Harness EN12277:2007 (Tipe C)
Pegangan (point) EN12572-3:2008
Tali Pemanjatan EN892:2004
Struktur Dinding Panjat EN12572-1:2008, EN12572-2:2008
Karabiners (screwgate) EN12275:1998 (Tipe H)
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
8 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Karabiners (Auto-Lock) EN12275:1998 (Tipe H)
Quickdraw / Tape Slings EN566:2007
Quickdraw / Penghubung (Karabiner) EN12275:1998 (Tipe B, Tipe D)
Quickdraw/ penghubung (Quick link) EN12275:1998 (Tipe Q)
Personil Medis
3.2.5 Jury President harus memastikan bahwa seorang dokter medis (Dokter Kompetisi) hadir untuk merespon cepat setiap kecelakaan atau cedera untuk seorang pemanjat atau pihak resmi yang bekerja di dalam Zona Kompetisi. Dokter Kompetisi harus hadir dari jadwal pembukaan Zona Isolasi / Zona Pemanasan selesainya percobaan dari
pemanjat terakhir dalam setiap babak Kompetisi.
3.2.6 Bila Jury President meyakini bahwa seorang pemanjat tidak sehat untuk berKompetisi dengan segala alasan, seperti cedera atau sakit, maka Jury President memiliki
wewenang untuk meminta pemeriksaan pada pemanjat oleh Dokter Kompetisi yang akan memulai dengan test fisik sebagai berikut: a) Tubuh bagian bawah : Pemanjat harus sanggup melakukan 5x lompat
satu kaki berturutan dengan masing – masing kaki.
b) Tubuh bagian atas : Pemanjat harus sanggup melakukan 5x push-up berturutan menggunakan kedua lengan.
c) Pendarahan : Pemanjat harus mampu menghentikan
pendarahan untuk bisa meyakinkan bahwa dia tidak akan menaruh darah pada point. Saputangan putih digunakan pada luka
(setelah mengikat luka tersebut) jangan sampai menunjukkan segala tanda mengenai darah.
Jika berdasarkan hasil tes fisik, dokter menganggap pemanjat yang bersangkutan tidak layak untuk mengikuti Kompetisi, maka Jury President akan melarang pemanjat tersebut untuk mengikuti Kompetisi. Namun jika pada babak berikutnya
terbukti pemanjat bersangkutan telah pulih, maka ia bisa meminta kembali untuk menjalani tes-tes fisik yang telah diakui tersebut.
3.2.7 Tidak dapat dibenarkan melakukan sesuatu atas permintaan dari pemanjat, misal pada Kompetisi Boulder turun kedasar/lantai dari atas (top) pada boulder dengan
melalui sebuah tangga.
3.3 ZONA KOMPETISI
Umum
3.3.1 Zona Kompetisi mencakup:
a) Semua Zona Isolasi/Zona Pemanasan; b) Semua Zona Transit;
c) Semua Zona Transit; dan d) Satu atau lebih Zona Kompetisi,
Yang mana dapat dibuat garis pembatas dari Zona apapun terbuka untuk umum.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
9 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
3.3.2 Zona Kompetisi mencakup dinding panjat, Zona didepan dan disamping dinding panjat, dan Zona lain yang ditunjuk secara khusus untuk mengadakan Kompetisi yang
aman dan wajar, seperti tambahan Zona yang dibutuhkan untuk rekaman video atau pemutaran.
3.3.3 Merokok diperbolehkan hanya di Zona yang ditunjuk khusus, biasanya diluar pintu dari
Zona Isolasi/Zona Pemanasan tetapi tidak didalam atau dekat Zona Transit atau Zona Kompetisi. Zona merokok yang ditunjuk harus diperlakukan sebagai bagian dari Zona Isolasi dan Peraturan Isolasi berlaku.
3.3.4 Tidak ada pemanjat atau Ofisial Tim yang diijinkan untuk membawa atau
menggunakan alat komunikasi elektronik apapun selama berada di Zona Kompetisi kecuali Jury President telah mengijinkan peralatan tersebut.
Akses ke Zona Kompetisi
3.3.5 Hanya orang – orang yang ditetapkan dibawah ini yang dapat diijinkan untuk
memasuki Zona Kompetisi : a) Pihak – pihak resmi FPTI;
b) Pihak – pihak resmi Penyelenggara; c) Pemanjat yang memenuhi syarat untuk mengambil bagian dalam babak
Kompetisi (diarahkan oleh Jury President); d) Ofisial Tim yang disahkan (hanya Zona Isolasi/Zona Pemanasan);
e) Orang lain yang disahkan secara khusus oleh Jury President. Orang tersebut harus, selama di Zona Kompetisi, ditemani dan diawasi oleh pihak resmi untuk memastikan pemeliharaan keamanan Zona Kompetisi dan melarang gangguan apapun, atau campur tangan pada, setiap pemanjat.
3.3.6 Membawa hewan peliharan tidak diijinkan di Zona Kompetisi, kecuali atas persetujuan
dari Jury President.
3.3.7 Kegagalan untuk mematuhi peraturan tersebut dapat menghasilkan tindak
ketidakdisiplinan sesuai dengan Bab 4 (Prosedur Kedisiplinan). 3.4 PAKAIAN DAN PERALATAN
3.4.1 Semua peralatan yang digunakan oleh pemanjat harus menurut dengan standar,
seperti yang dikemukakan pada Pasal 3.2.4. kecuali ditetapkan lain oleh FPTI. Penggunaan yang tidak diakui atau modifikasi yang tidak diakui dari peralatan, simpul dan pakaian, atau yang tidak memenuhi peraturan pemasangan, atau pelanggaran apapun dari bagian peraturan FPTI dan regulasi yang mengatur pakaian dan peralatan tim, akan membuat pemanjat dikenakan tindakan ketidak disiplinan sesuai dengan
Bab 4 (Prosedur Kedisiplinan).
3.4.2 Pemanjat yang mewakili tim provinsi, ketika memanjat, harus memakai seragam Ofisial Tim yang akan berisi :
a) Gambar bendera provinsi atau warna dari bendera provinsi atau warna dari bendera KONI provinsi, dan
b) Nama provinsi atau huruf Kode Provinsi
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
10 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
c) Atasan tim dapat berbeda untuk para pemanjat pria dan wanita.
3.4.3 BIB number yang disediakan oleh penyelenggara Kompetisi, tidak boleh digunting atau
diubah, harus dipasang secara jelas dibelakang atas. Ukuran dari BIB Number tidak boleh melebihi 18 x 24 cm (mendatar). Penyelenggara Kompetisi dapat menyediakan bib number lain untuk diletakkan dicelana panjang pemanjat.
3.4.4 Setiap pemanjat bebas untuk menggunakan sebuah chalk bag, helm panjat tebing,
dan pakaian (sebagai tambahan atasan tim) yang mereka inginkan. Semua peralatan dan pakaian harus sesuai dengan peraturan pemasangan berikut :
a) Pemakaian di kepala : Hanya nama dan/atau logo pabrik; b) Atasan Tim : Label Sponsor – tidak lebih dari 300
centimeter persegi (300 cm2 ) secara total; c) Chalk Bag : Nama dan/atau logo pabrik dan label
sponsor – tidak lebih dari 100 centimeter (100 cm) secara total;
d) Sepatu dan kaos kaki : Hanya nama dan/atau logo.
Tulisan dan logo yang menunjukkan federasi dan/atau provinsi yang mana pemanjat termasuk anggotanya diijinkan untuk semua item diatas, sebagai tambahan sesuai batas ukuran yang ditetapkan. Pemasangan nama atau logo ditempatkan langsung pada bagian tubuh pemanjat, misal, tato, dapat dihitung dalam batas ukuran yang ditetapkan untuk masing –
masing bagian dari tubuh diatas.
3.4.5 Selama percobaan pemanjatan sebuah jalur atau boulder, pemanjat hanya dibolehkan untuk menggunakan kapur (kering atau cair) untuk tangan mereka.
3.4.6 Jika memungkinkan pemanjat dan Ofisial Tim akan memakai seragam tim yang berbeda, khususnya saat upacara penghargaan.
3.4.7 Penolakan untuk mematuhi peraturan tersebut akan menghasilkan tindak ketidak disiplinan sesuai dengan Bab 4 (Prosedur Kedisiplinan).
3.5 PEMELIHARAAN DINDING
3.5.1 Chief Route Setter harus menguji bahwa tim pemelihara yang berpengalaman tersedia sepanjang Kompetisi bertujuan untuk melakukan pemeliharaan apapun dan perbaikan yang diperintahkan oleh FPTI Judge secara efisien dan cara yang aman. Prosedur
keselamatan harus sangat diperhatikan serius.
3.5.2 Dibawah arahan FPTI Judge, Chief Route Setter akan secepatnya menyusun untuk perbaikan kerja apapun. Dalam penyelesaian suatu perbaikan, harus diawasi oleh
Chief Route Setter yang dapat mengusulkan kepada Jury President apakah perbaikan menghasilkan keuntungan secara tak wajar atau ketidak-untungan bagi pemanjat berikut. Keputusan dari Jury President untuk melanjutkan, atau untuk menghentikan dan memulai lagi dari awal babak Kompetisi tersebut, merupakan keputusan akhir, dan tidak ada Protes yang dapat diterima untuk mematuhi keputusan ini.
3.6 PERINGKAT
3.6.1 Prosedur untuk peringkat individual atlit selama Kompetisi dijelaskan dalam bagian Kompetisi Lead, Boulder dan Speed.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
11 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
3.6.2 Peringkat Nasional adalah susunan peringkat atlit secara perorangan yang disusun secara akumulatif berdasarkan :
a) Kompetisi resmi FPTI skala nasional yang masuk dalam kalender Sirkuit
Nasional.
3.6.3 Pemeringkatan atlit nasional dilakukan untuk semua kategori dan nomor Kompetisi
perorangan serta kelompok umur.
3.6.4 FPTI mempublikasikan Peringkat Nasional berikut:
a) Prosedur untuk menghitung Peringkat Nasional dijelaskan dalam Lampiran Pasal
15.5. b) Peringkat Nasional Berjalan disusun dengan dasar dari hasil yang dicapai atlit
pada semua Kompetisi yang diadakan FPTI dua belas (12) bulan sebelumnya.
c) Peringkat Nasional dipublikasikan melalui media resmi FPTI.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
12 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
4. PROSEDUR KEDISIPLINAN 4.1. PENDAHULUAN
4.1.1. Jury President memiliki wewenang menyeluruh atas segala kegiatan dan keputusan
yang mempengaruhi Kompetisi dalam Zona Kompetisi. 4.2. PARA PEMANJAT
Umum
4.2.1. Baik Jury President dan FPTI Judge diberi kuasa untuk mengambil tindakan – tindakan berikut berkenaan dengan pelanggaran – pelanggaran dari peraturan Kompetisi dan berkenaan dengan untuk persoalan ketidak-disiplinan oleh pemanjat.
a) Informal, peringatan lisan; b) Peringatan resmi disertai dengan pemberian Kartu Kuning.
4.2.2. Secepatnya setelah pemberian Kartu Kuning atau Merah, Jury President harus :
a) Menyerahkan pernyataan tertulis kepada manajer tim (atau bila manajer tim
tidak hadir, kepada pemanjat terkait) mengenai pelanggaran dan apakah Jury President mengusulkan untuk menyerahkan persoalan tersebut untuk pertimbangan lebih lanjut tindak kedisiplinan sesuai dengan peraturan;
b) Menyerahkan salinan dari pernyataan tertulis ini bersamaan dengan laporan
rinci atas pelanggaran peraturan, bukti pelanggaran dan rekomendasi mengenai pertimbangan sanksi tambahan untuk penyerahan kepada Komisi Disiplin FPTI.
Peringatan Kartu Kuning
4.2.3. Peringatan Kartu Kuning sesuai dengan Pasal 4.2.1 b) diatas dapat dikeluarkan untuk pelanggaran atas peraturan berikut:
Berkenaan dengan instruksi dari Jury President atau FPTI Judge:
a) Penolakan untuk mematuhi instruksi Jury President atau FPTI Judge, seperti:
i) Menunda untuk kembali menuju Zona Isolasi/Zona Pemanasan sesuai
instruksi dari FPTI Judge atau Jury President; ii) Menunda untuk meninggalkan Zona Transit dan masuk ke Zona
Kompetisi ketika diinstruksikan untuk melakukannya. iii) Penolakan untuk memulai sesuai dengan instruksi FPTI Judge.
Berkenaan dengan peralatan dan upacara: b) Penolakan untuk mematuhi peraturan dan regulasi yang mengatur peralatan
dan pakaian; c) Penolakan untuk memakai BIB Number yang disediakan penyelenggara
Kompetisi; d) Ketidak-ikutsertaan para pemanjat diupacara pembukaan; atau
e) Ketidak-ikutsertaan tiga (3) finalis teratas diupacara penghargaan;
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
13 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Berkenaan dengan kelakuan:
a) Menggunakan bahasa cabul atau kasar atau perilaku tidak sopan; atau b) Perilaku tidak sportif.
Protes atas keputusan tersebut harus mengikuti Prosedur khusus sesuai dengan bab yang relevan pada Bab 2 Peraturan ini.
4.2.4. Pengeluaran dua (2) Kartu Kuning untuk pemanjat yang sama dalam satu Kompetisi
akan menghasilkan diskualifikasi pemanjat dari Kompetisi tersebut.
4.2.5. Pengeluaran tiga (3) Kartu Kuning untuk pemanjat yang sama dalam musim yang
sama akan menghasilkan dari salah satu berikut ini:
a) Bila pemanjat sudah didaftarkan untuk Kompetisi FPTI berikutnya yang masuk untuk perhitungan dalam Peringkat Nasional, maka pemanjat tidak akan memenuhi syarat untuk mengikuti Kompetisi ini;
b) Bila a) tidak dipakai, maka pemanjat tidak boleh mendaftar pada Kompetisi
FPTI berikutnya yang masuk untuk perhitungan Peringkat Nasional, sama dengan Pengeluaran tiga (3) Kartu Kuning untuk pemanjat yang sama.
Diskualifikasi
4.2.6. Jury President berkuasa untuk membatalkan seorang pemanjat dari suatu Kompetisi,
diskualifikasi dapat disertai dengan menunjukkan Kartu Merah.
4.2.7. Pelanggaran – pelanggaran akan peraturan berikut dapat menghasilkan keluarnya
Kartu Merah dan diskualifikasi sesegera mungkin pemanjat dari Kompetisi tanpa sanksi lebih lanjut:
a) Mengamati jalur dari luar Zona Pengamatan yang diijinkan ketika Peraturan
Isolasi sedang berlaku;
b) Penggunaan peralatan yang tidak disetujui; c) Penggunaan segala bentuk alat komunikasi yang tidak disahkan ketika berada
di Zona Isolasi atau di lokasi terlarang lainnya.
Protes atas keputusan tersebut harus mengikuti Prosedur khusus sesuai dengan bab yang relevan pada Bab 2 Peraturan ini.
4.2.8. Pelanggaran – pelanggaran atas peraturan berikut akan menghasilkan keluarnya Kartu Merah dan diskualifikasi sesegera mungkin pemanjat dari Kompetisi, dengan penyerahan kepada Komisi Disiplin FPTI :
Pelanggaran – pelanggaran yang dilakukan di Zona Kompetisi oleh pemanjat atau anggota tim:
a) Mengumpulkan informasi mengenai sebuah jalur yang mana pemanjat
melakukan percobaan diluar dari yang diijinkan peraturan Kompetisi;
b) Mengumpulkan dan/atau mengkomunikasikan informasi untuk pemanjat lainnyadiluar yang diijinkan oleh peraturan Kompetisi;
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
14 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
c) Mengganggu atau mengacaukan pikiran pemanjat lain yang sedang bersiap untuk atau sedang mencoba jalur;
d) Penolakan untuk mematuhi instruksi juri atau penyelenggara atau pihak resmi
FPTI;
e) Menolak untuk menyesuaikan diri dengan regulasi pemasangan yang mengatur perlengkapan dan pakaian;
f) Perilaku yang tidak sportif atau kekacauan serius lainnya selama Kompetisi;
atau
g) Penghinaan, ancaman, atau perilaku kasar kepada pihak – pihak resmi FPTI, penyelenggara, anggota tim (termasuk pemanjat) atau kepada orang lain.
Pelanggaran yang dilakukan diluar Zona Kompetisi tetapi dilakukan di arena publik atau di tempat Kompetisi atau akomodasi apapun atau fasilitas yang digunakan sehubungan dengan Kompetisi oleh seorang pemanjat atau anggota tim:
a) Perilaku tidak sportif serius atau gangguan serius lainnya; atau b) Penghinaan, ancaman, atau perilaku kasar kepada pihak – pihak resmi FPTI,
penyelenggara, anggota tim (termasuk pemanjat) atau kepada orang lain.
Kasus ini akan diikuti dengan penyerahan kepada Komisi Disiplin FPTI dan akan diatur secara terpisah dari Peraturan Kedisiplinan dan Protes FPTI.
4.3. OFISIAL TIM
4.3.1. Ofisial Tim harus dihormati dengan cara yang sama seperti pemanjat dan harus
diperlakukan selayaknya. 4.4. PERSONIL LAIN
4.4.1. Jury President diberi kuasa untuk mengeluarkan segera dari Zona Kompetisi, setiap
orang yang melakukan pelanggaran peraturan dan, bila perlu menunda semua kegiatan Kompetisi sampai permintaan ini telah dipenuhi.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
15 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
5. ANTI DOPING 5.1. PEMAKAIAN
5.1.1. FPTI telah menggunakan World Anti Doping Code, UIAA Anti Doping Policy. Aturan
dan Prosedur Kedisplinan dalam Kompetisi, dan Peraturan Anti Doping Komite Olahraga Nasional (KONI), Komite Olahraga Internasional (KOI).
5.2. PENERAPAN
5.2.1. Berlaku untuk semua Kompetisi yang diatur dibawah wewenang FPTI. Setiap orang yang masuk, bersiap untuk turut serta dalam cara apapun – seperti pemanjat, coach, pelatih, pihak resmi, medis atau personil para-medis – dalam Kompetisi tersebut dianggap telah setuju untuk mematuhi dan tunduk kepada Undang – Undang dan
Pasal 5.4.1 dari peraturan tersebut. 5.3. BADAN – BADAN YANG KOMPETEN DALAM FPTI
5.3.1. Badan – badan yang kompeten dalam FPTI atas penerapan Undang – Undang untuk
Kompetisi Panjat Tebing Indonesia merupakan Komisi Disiplin dan Anti-Doping.
5.4. PELANGGARAN DAN SANKSI
5.4.1. Pelanggaran untuk penggunaan doping akan berurusan sesuai dengan Prosedur dan
Kebijaksanaan Anti-Doping FPTI, dan Peraturan Kedisiplinan dan Protes FPTI.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
16 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
6. LEAD
6.1 UMUM
6.1.1 Kompetisi untuk kategori lead harus di selenggarakan pada dinding panjat buatan
dengan ketinggian minimal 12 meter.
6.1.2 Kompetisi kategori lead terdiri dari :
a) babak Kualifikasi dilakukan pada dua (2) jalur yang tidak identik untuk setiap
Kelompok pemanjatan, dan Kedua jalur tersebut harus memiliki tingkat
kesulitan dan karakter yang sama.
b) babak Semi-final dilakukan pada satu jalur pemanjatan
c) babak final dilakukan pada satu jalur pemanjatan;
Untuk kasus-kasus tertentu, Jury President dapat memutuskan untuk membatalkan
salah satu babak dan babak sebelumnya akan di gunakan untuk menentukan
peringkat dari babak yg di batalkan .
6.2 STRUKTUR DINDING PANJAT
6.2.1 Struktur dinding panjat dan pegangan harus memenuhi Standar yang Berlaku dan
yang sudah ditetapkan pada Bab 3 (Ketentuan Umum).
6.2.2 Permukaan dinding panjat di buat dengan panjang minimal 15 meter dan lebar
minimal tiga (3) meter untuk setiap lintasannya. Untuk kasus-kasus tertentu, jika
lebar lintasan kurang dari 3 meter Jury President dapat memutuskan untuk tetap
melaksanakan Kompetisi.
RANCANGAN JALUR PEMANJATAN
6.2.3 Jika babak kualifikasi dilakukan dengan dua set jalur dan dua kelompok pemanjatan ,
maka setiap set jalur (dua jalur) pemanjatan harus di buat dengan karakter yang
sama (bentuk dinding, gaya pemanjatan dan karakter pegangan) dan setiap jalur
pemanjatan seharusnya memiliki tingkat kesulitan yang sama pula.
6.3 KEAMANAN
6.3.1 Semua peralatan yang di gunakan untuk kategori lead harus sesuai dengan standard
penggunaan alat pada Bab 3 (Ketentuan Umum).
6.3.2 Semua jalur pemanjatan akan di panjat dengan di amankan oleh seorang belayer dari
bawah, setiap pemanjat harus memasang tali pemanjatan pada setiap karabiner
yang sudah di sediakan dengan mengunakan tali panjat yg sesuai standart. FPTI
Judge akan memutuskan frekuwensi penggunaan tali panjat untuk menentukan
penggantian tali panjat.
6.3.3 Setiap jalur pemanjatan harus dirancang berdasarkan :
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
17 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
a) Pada saat pemanjat jatuh tidak membahayakan pemanjat yang sedang
melakukan pemanjatan atau mencederai, atau merugikan pemanjat lain atau
pihak ke 3 ;
b) Tidak menggunakan gerakan melompat ke bawah.
6.3.4 Setelah berkoordinasi dengan kepala pembuat jalur dan dengan persetujuan Jury
President, FPTI Judge dapat memutuskan:
a) tali pemanjatan telah terpasang pada titik pengaman pertama ( jika di anggap
perlu atau dengan alasan lain )
b) Untuk mendapatkan seorang assisten belayer yang bertugas membantu
mengamankan pemanjat ketika memulai melakukan pemanjatan ( untuk
menjaga ) pada bagian awal dari jalur pemanjatan, tetapi, sedapat mungkin
jalur yang disediakan tidak memungkinan tindakan pencegahan di atas terjadi.
Titik Pengaman
6.3.5 Setiap titik pengaman (termasuk pengaman terakhir) pada jalur pemanjatan harus
dilengkapi sebuah QuickDraw, yang terdiri dari:
a) konektor yang dapat tertutup dengan rapat dan bersertifikat quick-Link (
Maillon Rapide );
b) Menggunakan sling yang di jahit dengan mesin dan tidak di sambung, dan
dengan panjang yang sesuai (seperti yang telah di tentukan oleh Chief Route
Setter), dan
c) Sebuah carabiner yang dapat di gunakan pemanjat untuk memasang tali
pengaman ketika melakukan pemanjatan. Lintasan pemasangan quickdraw
sebaiknya tidak terpasang dengan keadaan menyilang .
6.3.6 Tehnik - tehnik yang dlarang digunakan :
a) Memendekkan atau menyesuaikan panjang quickdraw dengan cara disimpul;
b) Mengganti quickdraw selama Kompetisi;
c) Menggunakan tali atau sling pita yang disimpul.
Peralatan pribadi
6.3.7 Setiap pemanjat wajib menggunakan climbing harness. Jury President tidak akan
mengijinkan pemanjat melakukan pemanjatan jika mereka menilai harness yang
digunakan pemanjat tidak aman .
6.3.8 Tali yang digunakan harus terhubung pada harness pemanjat dengan mengunakan
simpul delapan yang dilengkapi dengan simpul stopper .
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
18 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
6.3.9 Pemanjat di larang membawa atau mengunakan audio listening ( mp3, dll ) selama
melakukan observasi jalur dan pada saat melakukan pemanjatan
Pemeriksaan keeamanan
6.3.10 Jury President, FPTI Judge dan Chief Route Setter harus melakukan pemeriksaan
untuk setiap jalur pada setiap babak Kompetisi untuk memastikan seluruhnya telah
memenuhi standart keamanan.
6.3.11 Jury President harus memastikan belay device yang digunakan telah memenuhi
syarat, sesuai dengan Pasal 6.3.13.
6.3.12 Sebelum melakukan pemanjatan, belayer harus memastikan bahwa :
a) harness sudah terpasang dengan benar;
b) Tali pemanjatan telah terpasang pada harness pemanjat sesuai dengan Pasal
6.3.8, dan
c) Tali pemajatan di gulung atau di tata sehingga secepatnya dan dengan baik
dapat di gunakan.
Penambatan
6.3.13 Tali pengaman harus di tambat oleh seorang belayer, dan jika diperlukan dapat di
dampingi oleh seeorang assistance belayer. Belayer harus menggunakan manual
belay device dan harus selalu melakukan pengamatan selama pemanjat melakukan
pemanjatan dengan memperhatikan :
a) Gerakan pemanjat tidak terhalang tali yang terlalu ketat atau longgar pada saat
melakukan pemanjatan;
b) Pada saat pemanjat memasangan tali pengaman pada titik pengaman
/quickdraw, pemanjat tidak terganggu ( tali terlalu ketat ) atau jika pemanjat
gagal memasang tali pengaman pada titik pengaman maka sedapat mungkin
belayer menarik tali sehingga tali pengaman tidak menggantung;
c) Jika pemanjat terjatuh, sedapat mungkin belayer menghentikan dan
menurunkan pemanjat dengan gerakan yang dinamis;
d) Tidak menurunkan pemanjat dengan kecepatan yang berlebihan , dan
e) Tidak membahayakan pemanjat selama proses menurunkan, yang mungkin
terjadi akibat benturan pada sisi dinding panjat atau bagian lain dari dinding
panjat .
6.3.14 Belayer harus memberikan ketegangan tali yang cukup pada saat pemanjatan
berlangsung, ketegangan atau tali yang terlalu longgar dapat dianggap sebagai
bantuan maupun hambatan bagi pemanjat dan dapat di putuskan oleh FPTI Judge
sebagai insiden teknis
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
19 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
6.3.15 Belayer yang di tunjuk oleh panitia penyelenggara untuk kategori lead harus di latih
terlebih dahulu. Setiap saat FPTI Judge dapat menginstruksikan untuk mengganti
seorang belayer dan belayer yang telah diganti tidak di perbolekan lagi melakukan
penambatan selama Kompetisi berlangsung hingga akhir Kompetisi .
6.3.16 Setelah pemanjat mengaitkan pengaman terakhir atau ketika pemanjat terjatuh,
belayer sedapat mungkin menurunkan pemanjat dan memastikan pemanjat tidak
menyentuh landasan dengan keras atau berlebihan.
6.3.17 Setelah pemanjat melepaskan tali dari harnessnya, belayer secepat mungkin harus
menarik tali dan sedapat mungkin tidak merubah posisi quickdraws. Ini merupakan
tanggung jawab belayer untuk memastikan secepat mungkin pemanjat meninggalkan
Zona Kompetisi
6.4 PENILAIAN DAN WAKTU PEMANJATAN
6.4.1 Juri untuk setiap jalur pemanjatan disebut Route Judge yang setidak-tidaknya Juri
daerah.
PROSEDUR PENILAIAN DAN PENCATATN WAKTU
6.4.2 Penilaian untuk setiap jalur pemanjatan berdasarkan :
a) Setiap pemanjat yang telah berhasil menyelesaikan pemanjatannya sesuai
dengan Pasal 6.9.2 akan mendapatkan nilai "TOP";
b) usaha terakhir pemanjat sebelum terjatuh atau ketika pemanjat di hentikan
pada saat melakukan pemanjatan, dan pegangan terakhir yang di pegang atau
di sentuh akan mendapatkan nilai sesuai pasal 6.4.3 hingga 6.4.5.
6.4.3 Dasar penilaian :
a) Nilai setiap pegangan di tentukan :
i) Oleh Chief Route Setter sebelum Kompetisi di mulai, atau
ii) Dari pegangan yang di pegang atau di sentuh oleh pemanjat pada saat
melakukan pemajatan,
Sketsa lintasan untuk setiap babak harus di buat oleh route judge dan
nilai pada setiap pegangan akan di tentukan oleh Chief Route Setter.
b) Hanya pegangan yang di pegang atau di sentuh dengan tangan yang akan
mendapat penilaian .
c) Hanya bagian dari pegangan yang memungkinkan untuk di pegang yang akan
mendapat penilaian .
Catatan: Jika pemanjat menyentuh bagian pegangan yang tidak dapat di pegang
(yang telah ditentukan oleh Chief Route Setter), maka titik ini tidak akan di gunakan
sebagai dasar penilaian .
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
20 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
6.4.4 Dasar yang di gunakan FPTI Judge untuk melakukan penilaian :
a) Sebuah pegangan akan di nilai "controled" jika pemanjat telah menggunakan
pegangan tersebut dengan stabil dan terpegang dengan baik. pegangan ini akan
menjadi nilai bagi pemanjat, sesuai dengan sketsa jalur yang telah di tentukan
FPTI Judge dan Chief Route Setter tanpa tambahan nilai apapun;
b) Jika pemanjat telah memegang sebuah pegangan dengan stabil dan
menggunakan untuk melakukan “used”, maka titik pegangan dari pemanjat
tersebut akan mendapatkan nilai tambahan plus ( + ). Dan nilai ini lebih baik
dari pasal 6.4.4 a).
Catatan: Sebuah gerakan yang stabil dapat berupa gerakan "static" atau "dynamic"
secara natural dan alami dapat di nilai berdasarkan :
i) Perubahan gerak yang signifikan dari “center of mass” pemanjat
tersebut, dan
ii) Gerakan pemanjat yang setidak-tidaknya satu tangan untuk mencapai
pegangan selajutnya (a) pegangan selajutnya yang berada dalam lintasan
pemanjatan, atau (b) pegangan ( foot hold ) yang berhasil di gunakan
sebagai pegangan oleh pemanjat lain yang telah berhasil melewatinya .
6.4.5 hanya FPTI Judge yang berhak untuk menentukan penilaian tentang “ controled “ dan
“ used “ yang nantinya akan di gunakan untuk memisahkan peringkat dari pemanjat .
WAKTU PEMANJATAN
6.4.6 Waktu pemanjatan untuk setiap pemanjat di hitung berdasarkan periode waktu
antara “ saat kedua kaki telah meninggalkan landasan dan pada saat pemanjat telah
selesai melakukan pemanjatannya atau terjatuh “.
6.4.7 Waktu pemanjat untuk melakukan pemanjatan harus dihitung dengan menggunakan
electronic timer yang dioperasikan secara manual dengan tampilan digital (stopwatch
dll).
6.4.8 Setidak-tidaknya satu (1) route judge bertindak sebagai pencatat waktu secara
khusus pada setiap jalur dan akan mencatatnya. Setiap pencatat waktu harus
bertindak secara independen dan tanpa menunjukkan pencatat waktunya atau
mendiskusikan dengan orang lain. Dan jika terjadi pencatatan waktu dengan detik
yang sama di antara pemanjat , maka penilaian waktu harus dibaca dan dicatat ke
detik yang lebih rendah (dibulatkan ke bawah).
6.4.9 Waktu pemanjatan untuk setiap pemanjat dicatat, merupakan waktu antara:
a) Ketika pemanjat memulai untuk melakukan pemanjatan sesuai dengan Pasal
6.9.1, dan
b) Ketika pemanjat melakukan salah satu dari:
i) Mengaitkan QuickDraw terakhir sesuai dengan Pasal 6.9.2; atau
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
21 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
ii) Terjatuh, dan jika terjadi waktu pemanjatan yang sama, maka penilaian
waktu pemanjatan harus di catat berdasarkan detik yang lebih rendah
(yaitu dibulatkan ke bawah).
6.5 KUOTA UNTUK SETIAP BABAK
6.5.1 Kuota untuk babak semi-final dan babak final adalah 26 dan 8 pemanjat untuk
masing-masing babak
6.5.2 Jika babak kualifikasi dilakukan dengan dua kelompok pemanjatan, maka kuota untuk
babak selanjutnya akan dibagi rata dari kedua kelompok tersebut, yaitu tiga belas
(13) pemanjat per kelompok.
6.5.3 Kuota untuk babak Semi Final dan Final akan di pilih berdasarkan peringkat tertinggi
dari babak sebelumnya . Jika jumlah pemanjat melebihi kuota untuk babak
selanjutnya dikarenakan terjadi peringkat yang sama, maka seluruh pemanjat yang
memiliki peringkat yang sama akan lolos ke babak selanjutnya.
6.6 URUTAN PEMANJATAN
Babak Kualifikasi
6.6.1 Jika babak kualifikasi berlangsung dengan dua kelompok pemanjatan, maka pemanjat
akan di kelompokkan berdasarkan urutan pemanjatan berdasarkan :
a) Pertama,pemanjat yang memiliki peringkat nasional untuk kategori Lead akan di
kelompokkan berdasarkan urutan di bawah ini :
Peringkat Nasional
Kelompok A Kelompok B
1st 2nd
4th 3rd
5th 6th
8th 7th
9th 10th
etc… etc…
b) Kedua, setiap pemanjat yang tidak memiliki peringkat nasional akan di
kelompokkan secara acak dan di bagi serata mungkin untuk setiap kelompoknya
.
6.6. 2 Urutan pemanjatan babak kualifikasi untuk tiap kelompok pemanjatan berdasarkan :
a) urutan pemanjatan untuk jalur pertama akan di acak .
b) Urutan pemanjatan untuk jalur kualifikasi kedua, menggunakan urutan
pemanjatan jalur pertama tetapi dengan aturan 50% dari urutan pemanjatan
jalur pertama.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
22 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Contoh: jika pemanjat terdiri dari 21 orang, maka pemanjat dengan urutan
pemanjatan 1 pada lintasan A akan menjadi pemanjat urutan ke 11 pada lintasan B
(urutan ke 11 pada lintasan A, akan menjadi urutan ke 1 pada lintasan B).
Babak Semi-final dan Final
6.6.3 Urutan pemanjatan untuk babak semi-final dan babak final, berdasarkan urutan
terbalik dari babak sebelumnya, peringkat pertama pada babak sebelumnya akan
menjadi pemanjat terakhir pada babak selanjutnya . jika terjadi peringkat yang sama
pada babak sebelumnya maka urutan pemanjatannya berdasarkan :
a) Apabila pemanjat tersebut memiliki peringkat nasional maka pemanjat dengan
peringkat yang lebih baik akan menjadi pemanjat yang terakhir di antara
pemanjat yang memiliki peringkat yang sama .
b) Apabila pemanjat yang memiliki peringkat yang sama tidak memiliki peringkat
nasional maka urutan pemanjatannya akan di acak, dan
c) apabila diantara pemanjat yang memiliki peringkat yang sama ada yang tidak
memiliki peringkat nasional maka pemanjat tersebut akan mendapatkan urutan
pertama.
6.7 PROSEDUR KOMPETISI
Umum
6.7.1 Jika Kompetisi antara babak dilakukan pada hari yang sama yang berurutan, maka
Zona Isolasi untuk babak selanjutnya akan di tutup 2 jam setelah pemanjat terakhir
melakukan pemanjatan pada babak sebelumnya.
Peraturan Zona Isolasi
6.7.2 Pasal 6.7.3 hingga 6.7.6 ("peraturan Zona Isolasi ") hanya berlaku untuk kategori
lead pada babak Semi Final dan Final.
6.7.3 Setelah Zona Isolasi dinyatakan di tutup, maka pemanjat dan offisial tim ( yang
berada di dalam Zona Isolasi ) harus tetap berada di Zona Isolasi kecuali jika diijinkan
untuk meninggalkan Zona Isolasi.
Catatan: Offisial tim atau individu yang mendapatkan ijin untuk berada di dalam Zona
Isolasi akan di berikan pilihan untuk meninggalkan atau tetap berada di Zona Isolasi,
tetapi mereka tidak dapat masuk kembali kedalam Zona Isolasi jika telah
meninggalkan Zona Isolasi dan harus meningkalkan Zona Kompetisi, kecuali
mendapatkan ijin dari Jury President.
6.7.4 Waktu penutupan Zona Isolasi untuk setiap babak Kompetisi tidak kurang dari satu (1) jam sebelum pemanjat pertama dijadwalkan untuk memulai pemanjatan atau
dalam hal babak final, waktu untuk presentasi para finalis.
Catatan: Pemanjat dapat melihat jalur yang disediakan dari luar Zona Kompetisi selama Zona Isolasi belum ditutup.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
23 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
6.7.5 Ketika peraturan Zona Isolasi berlaku, pemanjat tidak di ijinkan untuk mendapatkan
informasi apapun dari jalur yang akan di panjat di luar waktu pengamatan jalur yang
akan di beritahukan oleh Jury President atau FPTI Judge. Ini merupakan tanggung
jawab bagi seluruh pemanjat untuk memperhatikan informasi selama berada di Zona
Isolasi . maka seluruh pemanjat harus memperhatikan hal-hal berikut :
a) selama berada di dalam Zona Kompetisi pemanjat di larang untuk medapatkan
informasi apapun dari luar Zona Kompetisi kecuali secara khusus mendapatkan
ijin dari Jury President;
b) Pemanjat yang telah menyelesaikan usaha pemanjatanya dan karena suatu
alasan tetap berada di Zona Kompetisi tidak di perbolehkan untuk memberikan
informasi apapun kepada pemanjat lain yang belum melakukan pemanjatan .
6.7.6 pelanggaran terhadap peraturan Zona Isolasi akan di kenakan sanksi sesuai dengan
aturan tentang kedisiplinan pada bab 4 (Prosedur Kedisiplinan).
Persiapan sebelum Pemanjatan
6.7.7 Setelah menerima instruksi untuk meninggalkan Zona Isolasi atau Zona pemanasan
dan melanjutkan ke Zona Transit, maka pemanjat hanya boleh di temani oleh
petugas Zona Transit.
6.7.8 setelah pemanjat tiba di Zona Transit maka pemanjat tersebut harus melakukan
persiapan akhir, antara lain memasang sepatu, menyimpulkan tali ke harness dll .
6.7.9 Setiap pemanjat harus siap untuk meninggalkan Zona Transit dan melakukan
pemanjatan jika diperintahkan untuk melakukannya. Setiap penundaan terhadap
aturan ini akan berakibat dikeluarkannya Kartu Kuning. Penundaan selanjutnya akan
mengakibatkan diskualifikasi, sesuai dengan Bab 4 (Prosedur Kedisiplinan).
Pembersihan jalur
6.7.10 Pegangan pada setiap jalur pemanjatan harus di bersihkan sesuai dengan instruksi
dari FPTI Judge setelah berkoordinasi dengan Chief Route Setter . durasi
pembersihan jalur sekurang-kurangnya tidak lebih dari 20 orang pemanjat, dan
frekuensi pembersihan jalur sebaiknya sama untuk setiap durasinya, frekuensi dan
durasi pembersihan jalur sudah harus di umumkan di Zona Isolasi sebelum pemanjat
melakukan pemanjatan. Pemanjat tidak di perbolehkan untuk membersikan pegangan
pada saat melakukan pemanjatan.
Babak Kualifikasi
6.7.11 Babak kualifikasi biasanya dilakukan pada dua (2) jalur tidak identik dengan seluruh
pemanjat memanjat dalam 1 kelompok pemanjatan . selain itu babak kualifikasi juga
di lakukan pada dua (2) set jalur pemanjatan dan setiap setnya terdiri dari dua (2)
jalur dengan pemanjat yang di bagi menjadi dua (2) kelompok pemanjatan.
6.7.12 tiap pemanjat harus melakukan satu (1) usaha pemanjatan di tiap jalur sesuai
kelompok pemajatan, kecuali di perlukan untuk melakukan pemanjatan ulang sebagai
akibat dari suatu protes atau incident teknis.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
24 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
6.7.13 Waktu pemanjatan untuk babak kualifikasi adalah 6 menit untuk setiap jalurnya .
6.7.14 Urutan pemanjatan untuk babak kualifikasi diatur dalam Pasal 6.6.2 dan harus
digunakan untuk prosedur pemanjatan secara bersamaan atau prosedur pemanjatan
secara satu demi satu. Dalam setiap kasus, setelah melakukan pemanjatan pada jalur
pertama, pemanjat di berikan kesempatan untuk beristirahat sekurang-kurangnya 50
menit dan setelah itu baru melakukan pemanjatan pada jalur ke dua.
Babak Semi-final dan Final
6.7.15 Babak Semi Final dan Final di lakukakan pada 1 jalur. Kedua babak tersebut
biasanya di pertandingkan secara bersamaan dalam setiap babak atau, untuk
putaran final , bergantian antar pemanjat untuk setiap kategorinya (putra dan putri).
Misalnya : Ketika bergantian, urutan pemanjat yang mengikuti babak final adalah :
Pertama: Pemanjat peringkat 8 di Kategori A, Kedua: Pemanjat peringkat 8 di
Kategori B, Ketiga: Pemanjat peringkat 7 di Kategori A, dan seterusnya ...
6.7.16 Babak final sebaiknya didahului dengan memperkenalkan pemanjat yang memasuki
babak tersebut.
6.7.17 pemanjat yang berhak masuk pada babak semifinal atau final harus melakukan satu
(1) usaha pemanjatan pada babak tersebut, kecuali di perlukan untuk melakukan
pemanjatan ulang sebagai akibat dari suatu protes atau incident teknis.
6.7.18 Waktu pemanjatan untuk babak semi-final dan babak final adalah 8 menit untuk
setiap jalurnya.
6.7.19 Urutan pemanjatan pada babak semi-final dan babak final di atur pada Pasal 6.6.3
6.8 PROSEDUR PENGAMATAN JALUR
Umum
6.8.1 Setiap pemanjat akan diberikan waktu tambahan untuk melakukan pengamatan
terakhir selama 40 detik dan di hitung pada saat pemanjat meninggalkan Zona
Transit . waktu tambahan untuk melakukan pengamatan tidak merupakan waktu
pemanjatan yang telah ditentukan dan wajib untuk di berikan pada setiap periode
pengamatan tambahan pada babak Kualifikasi, Semi-final atau Final. Jika pemanjat
tidak segera meelakukan pemanjatan maka pemanjat tersebut akan di berikan
peringatan untuk segera melakukan pemanjatan. Penundaan pemanjatan yang
dilakukan pemanjat akan dikenakan tindakan disiplin sesuai dengan bab 4 (Prosedur
Kedisiplinan).
Babak Kualifikasi
6.8.2 Rekaman video untuk setiap jalur pemanjatan pada babak kualifikasi harus di putar
dan di pertontonkan secara terus-menerus di Zona karantina dan setiap jalurnya
mengunakan satu layar peraga, mulai di putarkan pada saat di bukanya Zona
pemanasan dan tidak kurang dari 60 menit sebelum babak tersebut di mulai.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
25 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
6.8.3 Jika pemutaran rekaman video tidak dapat dilakukan , maka demonstrasi pemanjatan
secara langsung dari setiap jalur pemanjatan harus dilakukan sekurang-kurangnya
30 menit sebelum pemanjat pertama melakukan pemanjatan . demonstrasi untuk
jalur putra sebaiknya di lakukan oleh putra dan demonstrasi untuk jalur putri
sebaiknya dilakukan oleh putri.
Catatan PDK : Apakah observasi jalur ada waktu tersendiri ketika demo pemanjatan dilaksanakan, karena demo pemanjatan dilakukan ketika pemutaran video tidak dapat dilaksanakan.
PDK tidak menjelaskan masalah observasi pada babak kualifikasi. Tapi kalau melihat pasal 6.7.2 seperti dibawah tidak ada Isolasi/karantina untuk babak kualifikasi, bisa diartikan untuk babak kualifikasi menggunakan sistim flash.
Babak Semi-final dan Final
6.8.4 Sebelum melakukan pemanjatan pemanjat secara bersama-sama melakukan
pengamatan jalur. Waktu pengamatan jalur di tentukan oleh Jury President setelah
berkoordinasi dengan Chief Route Setter dan biasanya waktu pengamatan jalur tidak
lebih dari 6 menit. terkecuali untuk lintasan pemanjatan yang panjang maka waktu
pengamatan jalur dapat di sesuaikan.
6.8.5 Ofisial tim tidak di perkenankan untuk menemani pemanjat selama proses
pengamatan jalur berlangsung, selama melakukan pengamatan jalur seluruh
pemanjat masih terikat dengan peraturan Zona Isolasi, selama melakukan
pengamatan jalur pemanjat tidak diperkenankan untuk keluar dari Zona yang telah
ditentukan . pemanjat tidak di perkenankan untuk melakukan pemanjatan selama
proses pengamatan jalur atau berdiri dengan mengunakan alat bantu ( kursi, meja
dll ) dan peralatan apapun, selama melakukan pengamatan jalur hanya juri yang
dapat di mintai keterangan.
6.8.6 Pemanjat hanya di perbolehkan untuk menyentuh pegangan pertama dari jalur yang
telah di sediakan tanpa kedua kaki meninggalkan landasan. Pemanjat dapat
menggunakan binokuler sebagai alat bantu pengamatan dan membuat sketsa dengan
catatan dari jalur pemanjatan . Pemanjat tidak dapat mengunakan perekam
elektronik dan alat apapun selain yang telah diijinkan selama proses pengamatan
jalur .
6.8.7 Setelah waktu pengamatan jalur berakhir seluruh pemanjat harus segera menuju
Zona Isolasi atau hanya beberapa pemanjat yang berada pada awal urutan
pemanjatan yang segera menuju Zona Transit sesuai dengan instruksi dari juri.
pemanjat yang melakukan penundaan dan tidak segera memasuki Zona Isolasi atau
Zona Transit dapat di berikan kartu kuning, penundaan selanjutnya akan
mengakibatkan diskualifikasi sesuai dengan Bab 4 (Prosedur Kedisiplinan).
6.9 PROSEDUR PEMANJATAN
Start
6.9.1 Pemanjat dianggap memulai sebuah usaha pemanjatan dan waktu pemanjatan mulai
di hitung pada saat seluruh bagian tubuh pemanjat telah meninggalkan landasan.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
26 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Usaha Pemanjatan di Nyatakan Telah Selesai
6.9.2 usaha pemanjatan dinyatakan telah berhasil dilakukan jika jalur pemanjatan telah di
panjat sesuai dengan aturan dan tali pemanjatan telah terpasang pada quick draw
terakhir dan dalam jangka waktu yang telah di tentukan sesuai dengan pasal 6.7.13
dan 6.7.18.
6.9.3 Pada saat melakukan usaha pemanjatan , pemanjat harus :
a) Memasang tali ke dalam quickdraws secara berurutan.
Catatan: jika memungkinkan, pemanjat di ijinkan untuk memasang tali ke dalam
quick draw dari landasan.
Catatan: Pemanjat di ijinkan untuk melepas dan memasang kembali tali kedalam
karabiner yg terkait terakhir .
b) Pemanjat harus tetap dalam posisi yang sah selama melakukan pemanjatan.
Sesuai dengan Pasal 6.9.4, hal ini dinyatakan sah apabila :
i) Bagian tubuh terbawah dari pemanjat tidak melewati karabiner terbawah
dari quick draw selanjutnya yang belum terpasang ; atau
ii) Pemanjat di ijinkan menyentuh atau menarik tanpa membebani quick draw
dengan tangan ( dan tidak di ijinkan mengait quick draw dengan kaki )
6.9.4 Jury President dapat menentukan untuk memasang tali kedalam quick draw dari
pegangan tertetu . Informasi ini setidak-tidaknya harus di informasikan kepada
pemanjat sebelum perlombaan di mulai dan pegangan atau quick draw yang di
tetapkan sebagai titik untuk memasang tali pengaman harus di beri tanda khusus
secara jelas, sebaiknya dengan tanda silang berwarna biru “ blue cross “ dan pada
saat pengamatan jalur akan di jelaskan.
6.9.5 Setiap gerakan dari pemanjat di luar posisi yang sah untuk melakukan pemasangan
tali ke dalam quick draw tidak dinilai sebagai nilai tertinggi dari sebuah usaha
pemanjatan.
6.9.6 Jika pemanjat mengaitkan tali ke dalam karabiner telah sesuai dengan pasal 6.9.3 a)
di atas, tetapi terjadi "Z-clip" , pemanjat dapat memperbaiki “Z-clip “. Pemanjat
diperbolehkan untuk melepas dan memasukkan kembali tali ke dalam karabiner dari
salah satu karabiner yang mengalami “ Z-clip ” ( jika di perlukan, pemanjat di ijinkan
untuk melakukan pemanjatan ke bawah ). Setelah di perbaiki, semua titik pengaman
harus sudah terpasang dengan benar.
6.9.7 FPTI Judge dapat menghentikan usaha pemanjatan jika dianggap usaha pemanjatan
selanjutnya dapat membahayakan pemanjat.
6.9.8 Selama proses pemanjatan pemanjat di ijinkan untuk menanyakan sisa waktu yang di
miliki, dan FPTI Judge harus sesegera mungkin untuk menginformasikan, atau
memberikan informasi kepada petugas informasi. Ketika waktu pemanjatan telah
berakhir, FPTI Judge harus mengintruksikan kepada pemanjat untuk menghentikan
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
27 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
usaha pemanjatannya. jika pemanjat mengabaikan intruksi dari FPTI Judge maka
dapat di kenakan tindakan disiplin sesuai dengan bab 4 (Prosedur Kedisiplinan).
6.9.9 Usaha pemanjatan dinyatakan telah selesai jika pemanjat :
a) Jatuh;
b) Melebihi batas waktu pemanjatan yang telah di sediakan;
c) Menggunakan bagian apapun dari dinding ( pegangan atau rekahan, dll ) yang
telah di beri pembatas berupa garis hitam ( plester, lakban, dll ) dengan jelas
dan dengan tidak terputus-putus atau mengunakan warna lain yang telah
ditentukan oleh Jury President pada saat technical meeting .
d) Menggunakan lubang yang digunakan untuk memasang pegangan dengan
tangan;
e) Menggunakan sisi kiri, kanan, atau atas dari dinding panjat untuk melakukan
pemanjatan;
f) Menggunakan hanger (termasuk baut hanger) atau quick draw untuk
memanjat;
g) Gagal mengaitkan tali pengaman ke dalam QuickDraw sesuai dengan aturan;
h) menyentuh landasan dengan bagian apapun dari tubuh pemanjat setelah
memulai usaha pemanjatan;
i) Menggunakan alat bantu yang tidak di ijinkan .
6.9.10 Setiap pelanggaran dari:
a) Pasal 6.9.3;
b) Pasal 6.9.4; atau
c) Pasal 6.9.9 b) s/d i),
Maka pemanjat dapat di hentikan usaha pemanjatannya. Penolakan yang di lakukan
oleh pemanjat untuk tidak mematuhi intruksi dari FPTI Judge akan dikenakan
tindakan disiplin sesuai dengan bab 4 (Prosedur Kedisiplinan).
6.10 PERINGKAT PADA SETIAP BABAK
Umum
6.10.1 Penyusunan peringkat pada setiap babak berdasarkan :
a) Pertama, semua pemanjat dinilai dengan nilai "TOP" sesuai dengan Pasal 6.4.2
a);
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
28 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
b) Setelah itu a), semua pemanjat yang telah jatuh atau yang telah mengakhiri
usaha pemanjatannya berdasarkan Pasal 6.9.10, akan mendapatkan nilai sesuai
dengan Pasal 6.4.3 dan 6.4.4
6.10.2 jika pemanjat tidak melakukan pemanjatan pada suatu babak, maka :
a) pemanjat yang tidak melakukan pemanjatan pada ke dua jalur kualifikasi tidak
akan di masukkan kedalam peringkat; atau
b) Pemanjat yang hanya memajat salah satu dari jalur kualifikasi, tidak melakukan
pemanjatan pada jalur semi-final dan final akan mendapatkan nilai paling bawah
dari jalur di babak tersebut.
6.10.3 Jika terjadi peringkat yang sama berdasarkan pasal 6.10.1 dan 6.10.2, maka
peringkat dari babak sebelumnya akan di gunakan untuk memisahkan peringkat dari
pemanjat yang memiliki nilai yang sama ("hitung mundur"). Pemanjat yang memiliki
nilai yang sama akan di peringkat berdasarkan perbandingan peringkat dari babak
sebelumnya.
Catatan: Tidak ada hitung mundur pada babak kualifikasi jika pemanjat di pisahkan
ke dalam dua kelompok pemanjatan .
6.10.4 Jika menggunakan prosedur penyusunan peringkat dengan melihat hasil pemanjatan
pada babak sebelumnya sesuai dengan pasal 6.10.3 maka tiap pemanjat yang
memiliki peringkat yang sama akan :
a) Jika terdapat peringkat yang sama pada babak final, penyusunan peringkat akan
di susun berdasarkan waktu pemanjatan ( pemanjat dengan waktu pemanjatan
tercepat akan menduduki peringkat yang lebih baik ); atau
Catatan: Jika ada hasil pencatatan waktu yang sama antara salah satu/ semua
pemanjat yang memiliki peringkatan yang sama maka pemanjat dengan waktu
pemanjatan yang sama akan menduduki peringkat yang sama.
b) Jika peringkat yang sama tersebut, berhubungan dengan pemanjat lainnya,
maka pemanjat tersebut akan menduduki peringkat yang sama.
Peringkat pada babak kualifikasi
6.10.5 Setiap pemanjat pada babak kualifikasi akan diberikan nilai peringkat untuk setiap
jalurnya, sebagai berikut :
a) terdapat peringkat yang unik pada salah satu jalur ketika pemanjatmemiliki
peringkat yang sama dalam satu kelompok pemanjatan, atau
b) ketika 2 (dua) atau lebih pemanjat memiliki peringkat yang sama, maka akan
diambil rata-rata dari pemanjat yang memiliki peringkat yang sama tersebut
sesuai dengan kelompok pemanjatannya.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
29 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Contoh: jika ada 6 pemanjat dengan peringkat yang sama untuk peringkat pertama,
maka tiap-tiap pemanjat dengan peringkat yang sama akan mendapatkan nilai
berdasarkan (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6) / 6 = 21/6 = 3,50
Contoh: jika ada 4 pemanjat dengan peringkat yang sama untuk peringkat ke 2,
maka tiap-tiap pemanjat dengan peringakat yang sama akan mendapatkan nilai
berdasarkan (2 + 3 + 4 + 5) / 4 = 14/4 = 3,50
6.10.6 Penyusunan peringkat pemanjat untuk babak kualifikasi, merupakan total nilai dari
hasil usaha pemanjatan dari kedua jalur yang di sediakan pada babak kualifikasi, dan
dihitung dasarkan rumus berikut :
TP = √ (R1 x R2)
catatan:
TP = Total Poin
R1 = Nilai peringkat pada jalur satu sesuai dengan Pasal 6.10.5.
R2 = Nilai peringkat pada jalur kedua sesuai dengan Pasal 6.10.5.
6.10.7 Nilai dan perhitungan peringkat untuk Pasal 6.10.5 dan 6.10.6 harus menggunakan
aritmatika. Nilai dan peringkat pada babak kualifikasi harus di sampaikan secara resmi
dengan mengunakan dua bilangan (dua angka di belakang koma).
6.10.8 Jika babak kualifikasi di langsungkan dengan format 2 kelompok pemanjatan maka
peringkat keseluruhan untuk babak kualifikasi akan di tentukan dengan
menggabungkan peringkat dari dua kelompok tersebut , dan untuk pemanjat yang
memiliki nilai yang sama akan mendapatkan peringkat yang sama pula.
misalnya : Peringkat pertama untuk kelompok A dan peringkat pertama untuk
kelompok B akan menduduki peringkat yang sama, yaitu peringkat 1 dengan
menggabungkan peringkat pada babak kualifikasi.
6.11 INSIDEN TEKNIS
Definisi
6.11.1 Insiden Teknis didefinisikan sebagai suatu kejadian yang mengakibatkan kerugian
atau keuntungan bagi pemanjat yang bukan bagian dari perbuatan yang sengaja oleh
pemanjat, diantaranya :
a) Pegangan yang terputar atau pecah;
b) Quick Draw atau karabiner yang posisinya tidak tepat atau tidak pada
posisinya;
c) Ketegangan tali yang dapat membantu atau menghalangi pemanjat;
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
30 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
6.11.2 jika diperlukan untuk menentukan sebuah insident teknis FPTI Judge dapat
berkonsultasi kepada Chief Route Setter.
Prosedur setelah Terjadi Insiden Teknis
6.11.3 Secara umum, jika terjadi insiden teknis:
a) Jika pemanjat berada dalam posisi yang tidak sah / tidak di benarkan
memungkinkan untuk terjadi insiden teknis, maka usaha pemanjatannya harus
di hentikan. Selanjutnya FPTI Judge harus memutuskan secepatnya untuk
menetapkan terjadinya insiden teknis dan mengijinkan kepada pemanjat untuk
melakukan pemanjatan ulang.
b) Jika pemanjat masih dalam posisi yang sah:
i) Jika FPTI Judge menyatakan suatu kejadian sebagai sebuah insiden teknis,
maka pemanjat dapat memutuskan untuk melanjutkan pemanjatan atau
tidak. Jika pemanjat memilih untuk terus melakukan pemanjatan,
pemanjat tidak dapat melakukan protes terhadap insiden teknis tersebut .
ii) Jika pemanjat pada saat melakukan pemanjatan, menyatakan telah terjadi
suatu insiden teknis, maka pemanjat harus menunjukan secara spesifik
letak terjadinya insiden teknis, dengan persetujuan FPTI Judge, pemanjat
dapat memutuskan untuk melanjutkan pemanjatan atau tidak. Jika
pemanjat memilih untuk melanjutkan pemanjatan, maka pemanjat tidak
dapat melakukan protes terhadap insiden teknis tersebut.
6.11.4 Jika pemanjat terjatuh dan merupakan akibat dari suatu insiden teknis, maka
pemanjat tersebut harus segera di arahkan dan di tempatkan pada Zona Isolasi
khusus yang terpisah dari Zona Isolasi sebelumnya yang memiliki akses menuju Zona
pemanasan selama proses untuk menentukan terjadinya insiden teknis, selama
proses istirahat untuk melakukan pemanjatan ulang, pemanjat di larang untuk
berhubungan dengan siapapun selain juri dan panitia yang bertugas.
6.11.5 Apabila pemanjat :
a) Berhenti melakukan pemanjatan atau usaha pemanjatannya di hentikan, sesuai
dengan yg di jelaskan pada pasal 6.11.3; atau
b) Dinyatakan telah terjadi insiden teknis sesuai dengan Pasal 6.11.4, maka
pemanjat yang berhak untuk melakukan pemanjatan ulang akan mendapatkan
waktu istirahat yang sama dengan 1 menit di kalikan jumlah pegangan sebelum
terjadi insiden teknis, tetapi tidak lebih dari 20 menit.
6.11.6 Jury President akan menentukan kapan pemanjat yang mengalami insiden teknis
akan melakukan pemanjatan ulang, berdasarkan permintaan dari pemanjat yang
tidak melebihi dari batas waktu maksimum yang disediakan. Seluruh pemanjat harus
mendapatkan informasi tentang pemanjatan ulang tersebut .
6.11.7 Jika usaha pemajatan ulang dilakukan atau akan dilakukan setelah pemanjat terakhir
dan pemanjat yang mengalami insiden teknis telah menempati peringkat pertama
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
31 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
pada babak tersebut maka pemanjat tersebut tidak diijinkan untuk melakukan
pemanjatan ulang.
Setelah di nyatakan sebuah insiden teknis
6.11.8 Setelah dinyatakan terjadi sebuah insiden teknis, maka pemanjat tersebut akan :
a) memilih untuk melanjutkan usaha pemanjatan sesuai dengan yang dijelaskan
pada Pasal 6.11.3, maka usaha pemanjatannya akan di nyatakan sah ;
b) untuk melakukan sebuah usaha pemanjatan yang sesuai dengan pasal 6.11.5,
maka hasil terbaik dari usaha pemanjatan pada jalur tersebut akan di catat.
6.12 PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO
6.12.1 Seluruh usaha pemanjatan harus dapat terekam oleh alat perekam ofisial Kompetisi.
6.12.2 alat perekam yang di gunakan untuk tiap babaknya, adalah :
a) Untuk babak kualifikasi, tidak kurang dari satu alat perekam untuk setiap
jalurnya ;
b) Untuk babak semi-final dan final, tidak kurang dari dua alat perekam untuk tiap
jalurnya, yang dapat merekam usaha pemanjatan dari seluruh pemanjat mulai
dari awal hingga akhir pemanjatan.
6.12.3 Sebelum Kompetisi di mulai, FPTI Judge harus mengarahkan operator alat perekam
untuk dapat merekam seluruh usaha pemanjatan pemanjat dengan prosedur yang
benar . posisi dari alat perekam akan di tentukan oleh FPTI Judge setelah
berkoordinasi dengan Jury President .
Catatan: Harus dipastikan operator alat perekam tidak terganggu dalam
melaksanakan tugasnya dan tidak satupun yang boleh menghalangi proses
perekaman .
Catatan: Sebaiknya juri yang bertugas membantu operator kamera, yang paling tidak
telah memiliki pengalaman dalam proses perekaman pada saat Kompetisi .
6.12.4 Sebuah monitor yang terhubung dengan sistem pemutar video harus disediakan
untuk membantu proses penjurian jika terjadi insiden teknis. sebaiknya posisi monitor
di tempatkan di Zonaan khusus sehinga juri yang bertugas dapat berdiskusi pada saat
terjadi insiden teknis tanpa gangguan dari pihak yang tidak berkepentingan .
6.12.5 Rekaman Video ofisial Kompetisi dapat digunakan oleh FPTI Judge untuk memastikan
gerakan “ controlled/used “ yang sesuai dengan aturan dan akan di gunakan untuk
menilai dan menyusun peringkat tiap pemanjat setelah Kompetisi pada babak
tersebut telah selesai .
6.12.6 Jika Jury President menyatakan perlu untuk melakukan pengamatan melalui rekaman
video ofisial Kompetisi sebelum membuat sebuah keputusan, maka juri akan
mengijinkan pemanjat untuk menyelesaikan usaha pemanjatan sesuai dengan aturan,
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
32 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
setelah menyelesaikan usaha pemanjatannya FPTI Judge harus segera
memberitahukan kepada pemanjat dan pemanjat tersebut harus patuh pada
keputusan FPTI Judge setelah melakukan pengamatan melalui rekaman video ofisial
komeptisi. Informasi ini harus di berikan sesegera mungkin.
6.12.7 Proses untuk mengambil keputusan (termasuk Protes) tidak akan mempertimbangkan
bukti rekaman selain :
a) Rekaman Video ofisial komeptisi, dan
b) Berdasarkan kebijaksanaan Jury President, setiap rekaman video siaran FPTI
(jika ada). misalnya "Live Streaming" video.
6.12.8 Pada akhir setiap babak, salinan Rekaman Video ofisial Kompetisi harus diberikan
kepada Jury President jika diminta.
6.13 PROTES
Umum
6.13.1 Seluruh proses protes (baik lisan maupun tulisan) harus menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar demikian juga dengan tanggapan dari juri protes.
6.13.2 Selain pasal 6.13.3, protes hanya akan diterima jika disertai dengan biaya protes
resmi. Besaran biaya protes harus dibayar sesuai dengan daftar biaya yang di
keluarkan oleh FPTI. Jika protes diterima, maka biaya protes harus dikembalikan. Jika
protes tidak di terima, biaya protes tidak akan dikembalikan.
Protes terhadap resiko kecelakaan yang mungkin di timbulkan pada saat Kompetisi
6.13.3 Protes terhadap resiko kecelakaan yang mungkin dapat di timbulkan pada saat
Kompetisi hanya dapat di ajukan jika sekurang-kurangnya di lakukan oleh 3 orang
pelatih atau tim manager dari tim yang berbeda. Dan jika di perlukan setelah
berkoordinasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan maka Jury President akan
memutuskan untuk melakukan tindakan.
Tatacara protes
6.13.4 Dalam kasus protes yang disampaikan secara lisan maupun tulisan, Jury President
harus membentuk jury protes yang terdiri dari, Jury President dan FPTI Delegate.
Untuk kasus tertentu jika Jury President bertugas sebagai jury pada saat protes
dilakukan, maka posisi Jury President untuk jury protes akan diambil alih oleh FPTI
Judge.
6.13.5 Pada saat menerima protes lisan maupun tulisan mengenai Hasil Resmi, Jury
President akan pengumuman sebuah keputusan resmi yang merupakan “jawaban
protes“, dengan penjelasan mengenai keputusan dari protes tersebut .
6.13.6 Jika Juri tidak dapat menghasilkan keputusan secara bulat, maka keputusan awal
akan di gunakan sebagai keputusan akhir dan biaya protes akan di kembalikan. Jika
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
33 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
kasus protes di lakukan secara tertulis, maka juri protes harus membuat keputusan
secara tertulis dan di sampaikan kepada yang mengajukan protes secara resmi .
6.13.7 Protes yang diajukan terhadap usaha pemanjat ( contoh : penghentian usaha
pemanjatan ) harus di sampaikan sesegera mungkin. FPTI Judge harus segera
menyampaikan kepada Jury President, sementara proses protes berlangsung
pemanjat yang mengajukan insiden teknis harus sudah di perlakukan sesuai pasal
6.11.5 sampai 6.11.8
6.13.8 Jika protes dilakukan terhadap urutan peringkat pada suatu babak :
a) jika terjadi pada babak kualifikasi dan semi-final :
i) jika ada layar untuk menunjukan peringkat pemanjat secara langsung,
maka protes harus disampaikan tidak lebih dari 5 menit setelah pemanjat
terakhir selesai melakukan pemanjatannya; atau
ii) tidak lebih dari 5 menit setelah “original decision” di umumkan secara
resmi .
b) Jika terjadi pada babak final :
i) jika ada layar untuk menunjukan peringkat pemanjat secara langsung,
maka protes harus disampaikan tidak lebih dari 2 menit setelah pemanjat
terakhir selesai melakukan pemanjatannya; atau
ii) tidak lebih dari 2 menit setelah “original decision” di umumkan secara
resmi dan setiap kasus protes harus di sampaikan secara tertulis.
Catatan: Apabila terjadi protes yang berkaitan dengan nilai terhadap sebuah
usaha pemanjatan pada pegangan tertentu maka jury protes harus meninjau
kembali seluruh pemanjat yang memiliki nilai “ controlled atau used “ pada
pegangan tersebut . hal ini dilakukan agar jury protes memiliki konsistensi
dalam mengambil keputusan .
Konsekuensi Protes
6.13.9 Hasil keputusan yang di keluarkan juri protes bersifat final dan tidak ada protes
lanjutan.
6.13.10 sebuah keputusan yang telah di tetapkan oleh jury protes ( keputusan tetap) harus di
sampaikan:
a) Jika terjadi pada babak qualifikasi dan semi-final, maka keputusan tetap
tersebut harus sudah disampaikan kepada tim manager yang mengajukan
protes selambat-lambatnya tidak lebih dari 5 menit setelah “ original decision “
di umumkan; atau
b) Jika terjadi pada babak final, maka keputusan tetap tesebut harus sesegera
mungkin di sampaikan. Tidak ada protes lanjutan yang dapat di lakukan setelah
keputusan tetap di tetapkan di luar babak yang di pertandingkan pada saat itu .
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
34 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Rujukan ke Komisi Disiplin
6.13.11 Dalam kasus-kasus di mana Jury President menilai bahwa pelanggaran aturan
pertimbangan manfaat oleh Komisi Disiplin FPTI, hal dimaksud wajib dirujuk ke badan
disiplin bersama dengan laporan Jury President, salinan komunikasi tertulis antara
Jury President dan pemanjat / Manajer tim yang bersangkutan, dan semua bukti
yang relevan.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
35 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
7. BOULDER 7.1 UMUM 7.1.1 Kompetisi Boulder terdiri dari serangkaian jalur pemanjatan pendek, disebut boulder,
dipanjat tanpa tali, dirancang pada dinding panjat buatan.
7.1.2 Kompetisi boulder biasanya terdiri dari :
a) Babak Kualifikasi dengan lima (5) boulder untuk tiap Kelompok Pemanjatan dan
Kategori (putra / putri);
b) Babak Semi-Final dengan empat (4) boulder untuk tiap Kategori; dan c) Babak Final dengan empat (4) boulder untuk tiap Kategori.
7.1.3 Dalam kasus tertentu, Jury President dapat memutuskan :
a) Dapat membatalkan setidak-tidaknya satu boulder dalam sebuah babak.
b) Membatalkan satu babak, pada kasus ini babak sebelumnya akan digunakan
untuk menentukan peringkat dari babak yang dibatalkan;
7.2 STRUKTUR DINDING PANJAT
Struktur dinding panjat
7.2.1 Struktur dinding panjat dan pegangan harus mematuhi Standar yang telah ditetapkan di Bab 3 (Peraturan Umum).
7.2.2 Struktur dinding panjat setidaknya terdiri dari sepuluh (10) boulder dengan tujuan
untuk melaksanakan babak Kompetisi secara bersamaan.
7.2.3 Seluruh bolder harus dibangun pada sebuah media yang tinggi dan memungkinkan untuk dapat terlihat dari sisi manapun. Setiap bagian bolder harus di rancang untuk dapat terlihat dengan jelas oleh seluruh pemanjat, dan dilengkapi dengan matras keselamatan.
Model boulder
7.2.4 Berdasarkan Pasal 7.7.11 b) atau c) babak Kualifikasi akan dilaksakan dengan 2 kelompok pemanjatan dengan menggunakan 2 set bolder (1 set terdiri dari 5 bolder) dan setiap set bolder harus memiliki bentuk dan tingkat kesulitan yang setidak-tidaknya memiliki kesamaan.
7.2.5 Setiap boulder memiliki start yang ditandai dengan jelas, terdiri dari :
a) Pegangan yang ditandai untuk kedua tangan; dan b) Pijakan kaki yang ditandai untuk salah satu atau kedua kaki.
penggunaan lakban scotlight tidak diperbolehkan sebagai tanda start pada bagian dinding yang kosong atau bagian dinding yang tidak boleh digunakan. Sesuai
kebijaksanaan dari Chief Route Setter pegangan start dapat diberi tanda untuk tangan kanan dan kiri sebagai start khusus.
7.2.6 Akhir dari setiap bolder (TOP) harus memiliki tanda yang jelas, antara lain :
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
36 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
a) Pegangan yang ditandai dengan jelas; atau b) Posisi tertentu yang ditetapkan sebagai akhir dari jalur pemanjatan.
7.2.7 Tiap boulder memiliki “Pegangan Bonus” yang ditandai dengan jelas. Posisi dari
pegangan ini menjadi kebijaksanaan Chief Route Setter dan harus ditentukan dengan
tepat agar dapat membantu memisahkan hasil pemanjatan tiap pemanjat. 7.2.8 Sesuai dengan Pasal 7.2.5, 7.2.6 dan 7.2.7, warna yang digunakan harus sama selama
Kompetisi. Warna yang digunakan untuk menandai posisi awal (start) dan pegangan akhir (TOP) harus menggunakan warna yang sama dan warna untuk pengangan bonus harus menggunakan warna yang berbeda. Kedua warna tersebut harus berbeda
juga dengan warna yang akan digunakan sebagai pemisah atau pembatas jalur, sesuai dengan Pasal 7.9.5 b). dan contoh warna-warna tersebut harus terpasang di Zona Isolasi.
7.2.9 Jumlah maksimal pegangan tangan untuk satu boulder dua belas (12) dan jumlah rata – rata pegangan tangan per boulder ditiap babak haruslah antara empat (4) sampai delapan (8).
7.3 KEAMANAN 7.3.1 Setiap boulder harus dirancang berdasarkan:
a) Jarak antara bagian tubuh terendah setiap pemanjat tidak lebih dari 3 meter
dengan matras keselamatan; dan
b) agar tidak membahayakan pemanjat ketika terjatuh, mencederai atau
menghalangi pemanjat lain; dan c) tanpa gerakan meloncat kebawah.
7.3.2 Matras keselamatan harus melindungi tiap boulder. Ini merupakan tanggung jawab
Chief Route Setter untuk menempatkan matras yang disediakan oleh penyelenggara, dan untuk menyesuaikan jumlah dan karakter boulder sesuai dengan matras yang tersedia. Bila matras digabungkan, celah antar matras ditutup dengan tujuan untuk menghindari bahwa para pemanjat dapat jatuh dicelah matras.
Peralatan Pribadi
7.3.3 Pemanjat tidak diijinkan untuk membawa atau menggunakan peralatan dengar ”audio listening” selama pengamatan atau ketika melakukan pemanjatan.
Pemeriksaan Keselamatan 7.3.4 Jury President, FPTI Judge dan Chief Route Setter harus memeriksa tiap boulder dan
matras keselamatan sebelum dimulainya babak Kompetisi yang bertujuan untuk
memastikan pelaksanaan standar keselamatan. Secara khusus, FPTI Judge dan Chief Route Setter harus memastikan bahwa semua boulder mematuhi persyaratan dari Pasal 7.3.1 dan 7.3.2.
7.4 PENILAIAN DAN PENCATATAN WAKTU
7.4.1 Juri dari tiap boulder disebut Boulder Judge, yang setidak-tidaknya Juri Daerah. Penilaian
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
37 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
7.4.2 Ditiap boulder, sebuah nilai bonus akan diberikan bila pemanjat memegang Pegangan Bonus secara terkontrol, ditandai seperti yang digambarkan dalam Pasal 7.2.8. Nilai bonus akan diberikan juga dimana seorang pemanjat berhasil menyelesaikan boulder tanpa memegang Pegangan Bonus.
7.4.3 Setiap pemanjat yang melakukan usaha pemanjatan pada sebuah boulder, Boulder
Judge akan mencatat :
a) Jumlah percobaan yang dilakukan oleh pemanjat untuk mendapatkan nilai bonus sesuai dengan Pasal 7.4.2; dan
b) Jumlah percobaan yang dilakukan pemanjat untuk berhasil menyelesaikan
boulder sesuai dengan Pasal 7.9.4.
7.4.4 Untuk tujuan penilaian, setiap usaha pecobaan pemanjatan akan dihitung : a) Mulai pemanjatan sesuai dengan Pasal 7.9.3; b) Menyentuh dengan tangan atau kaki, atau menambah bubuk magnesium pada
pegangan selain pegangan start. c) Memberi tanda tambahan “Thick Mark”.
Pencatatan Waktu 7.4.5 Sebuah sistem pencatat waktu elektronik akan digunakan pada setiap babak untuk
menunjukkan waktu pemanjatan yang tersisa untuk percobaan tiap pemanjat. Layar pencatat waktu harus memperlihatkan waktu tersisa. Layar pencatat waktu harus dalam bentuk angka, posisi dan ukurannya dapat terlihat dengan jelas oleh seluruh pemanjat yang berada di Zona Kompetisi.
7.4.6 Permulaan dan akhir dari setiap Periode Rotasi pada Babak Kualifikasi dan Semi-Final
harus diumumkan dengan keras dan jelas. Ketika satu menit tersisa dari Periode
Rotasi, akan diinformasikan dengan tanda yang lain.
7.5 KUOTA UNTUK SETIAP BABAK 7.5.1 Kuota untuk babak semi-final adalah dua puluh (20) dan babak final adalah enam (6)
pemanjat.
7.5.2 Bila dalam babak Kualifikasi ada dua (2) kelompok pemanjatan, kuota untuk babak berikutnya harus dibagi sama untuk kelompok pemanjatan tersebut.
7.5.3 Kuota untuk babak Semi-Final dan Final harus diikuti oelh pemanjat dengan peringkat
tertinggi dari babak sebelumnya. Jika kuota ini terlampaui karena adanya peringkat sama, jumlah pamanjat yang lebih banyak berhak mengikuti babak selanjutnya.
7.6 URUTAN PEMANJATAN Kualifikasi 7.6.1 Babak Kualifikasi yang menggunakan dua (2) Kelompok pemanjatan, pemanjat akan
dikelompokkan sebagai berikut :
a) Pertama, pemanjat yang memiliki Peringkat Nasional untuk Kategori Boulder pada saat pelaksanaan Technical Meeting (“Peringkat Nasional Terkini”) akan dikelompokkan dengan cara seperti ditunjukkan pada contoh berikut :
Peringkat Nasional Terkini
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
38 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Kelompok A Kelompok B
1 2
4 3
5 6
8 7
9 10
dst... dst...
b) Kedua, pemanjat non peringkat nasional akan di tempatkan setelahnya secara
acak dan seseimbang mungkin pada kedua kelompok pemanjatan.
7.6.2 Urutan pemanjatan babak Kualifikasi dalam setiap kelompok pemanjatan akan diatur sebagai berikut :
a) Pertama, pemanjat yang memiliki Peringkat Nasional Terkini, diurutkan mulai
peringkat teratas sesuai dengan Peringkat Nasional Terkini (dengan kata lain, pemanjat berperingkat tertinggi mulai pemanjatan pertama); dan
b) Kedua, pemanjat non peringkat nasional diurutkan secara acak.
Semi-Final dan Final 7.6.3 Urutan pemanjatan untuk Babak Semi-Final dan Final harus kebalikan dari urutan
peringkat dari babak sebelumnya, yakni pemanjat berperingkat tertinggi mulai
terakhir. Jika terjadi peringkat yang sama pada babak sebelumnya , maka urutan pemanjatanya akan diatur sebagai berikut :
a) pemanjat dengan peringkat nasional teratas akan menjadi pemanjat terakhir
diantara pemanjat yang memiliki peringkat yang sama; b) pamanjat yang tidak memiliki peringkat nasional atau yang memiliki peringkat
nasional yang sama, maka urutan pemanjatan pada babak selanjutnya akan di acak, dan
c) pemanjat dengan peringkat yang sama antara pemanjat berperingkat nasional
dengan pemanjat yang tidak memiliki peringkat nasional, maka pemanjat yang tidak memiliki peringkat nasional akan melakukan pemanjatan pertama.
7.7 PROSEDUR KOMPETISI Umum 7.7.1 Apabila babak Kompetisi Boulder berlangsung berturut-turut dihari yang sama, maka
harus ada jeda waktu minimal dua (2) jam antara waktu ketika pemanjat terakhir menyelesaikan babak pertama dan penutupan Zona Isolasi untuk babak berikutnya.
Peraturan Isolasi 7.7.2 Pasal 7.7.3 sampai 7.7.6 (“Peraturan Isolasi”) berlaku untuk seluruh babak pada
Kompetisi Boulder.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
39 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
7.7.3 Jika Zona Isolasi telah dinyatakan di tutup, maka pamanjat dan atau ofisial tim harus
tetap berada didalam Zona Isolasi, kecuali ada instruksi lainnya.
Catatan: pemanjat / ofisial tim yang mendapat ijin untuk berada di dalam Zona Isolasi dapat memilih untuk meninggalkan Zona Isolasi, tetapi jika mereka telah meninggalkan Zona Isolasi dan Zona Isolasi telah dinyatakan di tutup, maka mereka tidak dapat kembali masuk kedalam Zona Isolasi, kecuali ada ijin khusus yang di berikan oleh Jury President.
7.7.4 Waktu penutupan Zona Isolasi untuk setiap babak Kompetisi tidak kurang dari satu (1) jam sebelum pemanjat pertama dijadwalkan untuk memulai pemanjatan atau pada babak final, waktu untuk presentasi para finalis.
Catatan: pemanjat dapat melihat bolder dari luar Zona Kompetisi selama Zona Isolasi belum ditutup.
7.7.5 pemanjat tidak boleh memiliki informasi apapun tentang jalur pemanjatan di luar waktu yang di sediakan untuk melakukan pengamatan jalur selain informasi yang di berikan Jury President atau bolder judge. Ini merupakan tanggung jawab dari setiap pemanjat untuk dapat memperhatikan setiap instruksi yang di sampaikan kepada mereka, untuk menghindari keraguan maka:
a) selama di Zona Kompetisi, para pemanjat tidak diijinkan untuk mencari
informasi dari luar Zona Kompetisi, kecuali diijinkan secara khusus oleh Jury President;
b) Pemanjat yang telah menyelesaikan pemanjatan disuatu bolder tidak boleh
memberikan informasi apapun mengenai jalur tersebut kepada pemanjat yang belum melakukan pemanjatan.
7.7.6 Pelanggaran terhadap peraturan Zona Isolasi akan dikenakan tindakan disiplin sesuai Bab 4 (Prosedur Kedisiplinan).
Persiapan tepat sebelum Pemanjatan 7.7.7 Setelah diperintah untuk meninggalkan Zona Isolasi/Zona Pemanasan dan menuju ke
Zona Transit, pemanjat hanya boleh ditemani oleh ofisial yang bertugas. 7.7.8 Setelah pemanjat tiba di Zona Transit maka pemanjat tersebut harus melakukan
persiapan akhir, antara lain memasang sepatu, dll. 7.7.9 Setiap pemanjat harus siap untuk meninggalkan Zona Transit dan melakukan
pemanjatan jika diperintahkan untuk melakukannya. Setiap penundaan terhadap
aturan ini akan berakibat dikeluarkannya Kartu Kuning. Penundaan selanjutnya akan mengakibatkan diskualifikasi, sesuai dengan Bab 4 (Prosedur Kedisiplinan).
Pembersihan 7.7.10 Boulder judge atau petugas dari penyelenggara harus membersihkan semua pegangan
sebelum pemanjat memulai percobaan pemanjatan pertama mereka. Seorang pemanjat dapat juga meminta pegangan tersebut dibersihkan sebelum percobaan pemanjatan. Para pemanjat dapat membersihkan pegangan yang mereka dapat jangkau dari landasan. Hanya sikat dan alat – alat yang disediakan oleh penyelenggara yang dapat digunakan untuk tujuan ini.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
40 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Kualifikasi dan Semi-Final 7.7.11 Babak Kualifikasi untuk tiap Kategori akan dilakukan:
a) jika jumlah pemanjat yang terdaftar kurang dari 40, maka Kompetisi akan
dilaksanakan pada satu set bolder dalam satu kelompok pemanjatan; atau b) jika jumlah pemanjat diantara 40 sampai 59, maka Kompetisi dapat
dilaksanakan pada 1 atau 2 set bolder dan dibagi rata untuk setiap kelompoknya, sesuai keputusan FPTI Delegate setelah berkoordinasi dengan Chief Route Setter; atau
c) jika jumlah pemanjat yang terdaftar adalah 60 atau lebih, makan Kompetisi
akan dilaksanakan pada dua (2) set boulder yang dibagi rata untuk setiap Kelompoknya,
d) jika jumlah pemanjat yang terdaftar adalah 60 atau lebih besar, tetapi media yang ada tidak memadai untuk dibuat 2 set bolder maka Jury President dapat
memutuskan untuk tetap melaksanakan Kompetisi pada satu (1) set boulder dan mengabaikan pasal 7.7.11 c)
7.7.12 Babak Semi-Final harus berlangsung dalam satu (1) set boulder untuk tiap Kategori.
Kedua Kategori biasanya akan bertanding bersamaan. 7.7.13 Di babak Kualifikasi dan Semi-Final, tiap pemanjat yang turut serta :
a) Harus mencoba tiap boulder sesuai dengan urutan yang berlaku, dengan
periode waktu rotasi lima (5) menit untuk tiap boulder b) Harus mendapat waktu istirahat yang sama dengan periode rotasi diantara
usaha pemanjatan pada setiap boulder. Pada setiap akhir waktu rotasi, pemanjat harus segera menghentikan pemanjatan dan masuk ketempat
istirahat. Tempat tersebut harus tidak memungkinkan pemanjat mengamati boulder manapun. Pemanjat yang telah menyelesaikan periode istirahat mereka akan pindah ke boulder berikutnya.
Final 7.7.14 Babak Final harus berlangsung dalam satu (1) set boulder (1 set terdiri dari 4 boulder)
untuk tiap Kategori. Kedua kategori ini akan melakukan pemanjatan secara bersamaan sesuai peringkat pemanjat berdasarkan babak sebelumnya. Misalnya pemanjat dengan urutan pemanjatan pertama putra maupun putri pada babak Final akan melakukan pemanjatan secara bersamaan.
Catatan: Jika jumlah pemanjat babak final tidak sama antara putra dan putri, maka pemanjat yang lebih banyak harus melakukan pemanjatan terlebih dahulu.
7.7.15 Babak final sebaiknya didahului dengan memperkenalkan pemanjat yang memasuki
babak tersebut.
7.7.16 Untuk tiap Kategori :
a) Tiap boulder pada babak final harus dicoba oleh semua pemanjat sesuai Pasal 7.6.3.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
41 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
b) setelah pemanjat menyelesaikan pemanjatannya, mereka akan kembali ke Zona Isolasi terpisah dan pemanjat berikutnya akan segera memulai periode pemanjatannya;
c) Jika semua pemanjat telah menyelesaikan pemanjatan mereka, maka seluruh
pemanjat akan diarahkan melanjutkan ke boulder berikutnya;
7.7.17 Periode pemanjatan selama babak final harus empat (4) menit untuk tiap pemanjat.
Apabila seorang pemanjat memulai sebuah percobaan tepat sebelum akhir periode pemanjatan, mereka dapat diijinkan untuk menyelesaikan percobaan tersebut.
Boulder Tie-Break 7.7.18 Dalam keadaan yang digambarkan di Pasal 7.10.4 a), pemanjat yang mempunyai
peringkat yang sama harus melakukan percobaan pemanjatan pada Babak “Tie-Break” : a) Urutan pemanjatan untuk melakukan percobaan harus sama dengan babak
Final.
b) Pemanjatan dari tiap pemanjat akan dinilai sesuai dengan Pasal 6.4.2 hingga
6.4.5 dan 6.10.1. c) jika setelah dilakukan babak “tie-break” dan masih terdapat dua atau lebih
pemanjat yang mempunyai peringkat sama untuk peringkat pertama, maka pemanjat tersebut akan melanjutkan pemanjatan di boulder yang sama
(maksimum enam (6) percobaan). d) Bila hasil seri masih ada setelah enam (6) percobaan, maka pemanjat terkait
akan diberikan peringkat yang sama. 7.8 PROSEDUR PENGAMATAN JALUR
Umum 7.8.1 Ofisial Tim tidak akan diijinkan untuk menemani para pemanjat selama periode
pengamatan. Saat di Zona pengamatan, semua pemanjat mematuhi Peraturan Isolasi. Pemanjat harus berada dalam Zona pengamatan yang ditunjuk selama pengamatan. Mereka tidak diijinkan untuk memanjat dinding panjat atau berdiri diatas peralatan atau alat bantu apapun. Mereka hanya diperbolehkan meminta penjelasan hanya dari
Jury President, FPTI Judge atau Boulder Judge yang ditugaskan untuk boulder. 7.8.2 Selama periode pengamatan, pemanjat diijinkan untuk menyentuh pegangan start
yang sudah ditandai, tanpa meninggalkan landasan dengan kedua kaki mereka. Tidak diijinkan membawa alat perekam.
Kualifikasi dan Semi-Final 7.8.3 Di babak Kualifikasi dan Semi-Final, periode pengamatan adalah bagian dari Periode
Rotasi.
Final
7.8.4 Sebelum dimulainya babak final pemanjat melakukan pengamatan bersama selama dua (2) menit tiap boulder.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
42 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
7.9 PROSEDUR PEMANJATAN Start 7.9.1 Pemanjat akan mulai pemanjatan tiap boulder :
a) Dengan kedua tangan pada pegangan yang sudah ditandai; dan b) Dengan salah satu kaki berada pada pijakan yang diberi tanda.
Jika pada ke dua pijakan start di beri tanda, setelah pemanjat meletakkan kaki pada pijakan pertama maka pemanjat harus meletakkan kaki pada pijakan yang kedua
sebelum melakukan gerakan apapun.
7.9.2 Jika pemanjat tidak dapat meraih pegangan start dari landasan, maka diijinkan memulai pemanjatan dengan melompat untuk meraih pegangan start.
7.9.3 Sebuah percobaan pemanjatan akan dianggap telah mulai, ketika bagian terbawah
dari tubuh pemanjat telah meninggalkan landasan.
Penyelesaiaan Percobaan 7.9.4 Sebuah percobaan disuatu boulder akan dianggap berhasil ketika Boulder judge telah
mengumumkan “OK”, dengan ketentuan bahwa pemanjat telah : a) Memegang pegangan akhir yang ditandai dengan kedua tangan secara
terkontrol; atau b) jika akhir dari boulder (TOP) sesuai dengan pasal 7.2.6. b), sesuai dengan
periode waktu yang telah ditetapkan.
7.9.5 Percobaan pemanjat pada boulder akan dianggap tidak berhasil apabila pemanjat tersebut gagal untuk memegang dengan kedua tangan pegangan akhir yang ditandai
secara terkontrol atau, bila gagal mencapai akhir (TOP) dengan posisi tertentu; atau pemanjat tersebut: a) Gagal untuk melakukan start pada sebuah boulder sesuai dengan Pasal 7.9.1
dan 7.9.2; b) Menggunakan bagian apapun dari dinding ( pegangan atau rekahan, dll ) yang
telah di beri pembatas berupa garis hitam ( plester, lakban, dll ) dengan jelas dan dengan tidak terputus-putus atau mengunakan warna lain yang telah ditentukan oleh Jury President pada saat technical meeting;
c) Menggunakan lubang yang digunakan untuk memasang pegangan dengan
tangan;
d) Menggunakan ujung tepi, atau ujung atas dari dinding panjat untuk melakukan pemanjatan;
e) menyentuh landasan dengan bagian apapun dari tubuh pemanjat setelah
memulai usaha pemanjatan
f) Gagal menyelesaikan percobaan sesuai dengan periode waktu yang telah ditentukan
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
43 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
7.9.6 Dalam hal pelanggaran berkaitan dengan 7.9.5 a) hingga f), Boulder Judge akan memerintahkan pemanjat untuk menghentikan pemanjatan.
7.10 PERINGKAT PADA SETIAP BABAK Umum 7.10.1 Setelah melakukan percobaan pemanjatan pada setiap babak Kompetisi, setiap
pemanjat akan di peringkat sesuai dengan kelompok pemanjatan/kategori dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
a) Pertama, paling banyak jumlah nilai keberhasilan (TOP) pada setiap babak;
b) Kedua, paling sedikit jumlah percobaan dalam mendapatkan nilai keberhasilan
(TOP) pada setiap babak; c) Ketiga, paling banyak, jumlah nilai BONUS pada setiap babak; d) Keempat, paling sedikit jumlah percobaan dalam mendapatkan nilai BONUS
pada setiap babak. Contoh:
Peringkat TOP Percobaan
TOP BONUS
Percobaan BONUS
1 4 4 5 7
2 4 5 5 6
3 4 5 4 5
4 3 3 5 5
7.10.2 Jika pemanjat yang memenuhi syarat bertanding dalam sebuah babak gagal untuk
melakukan pemanjatan : a) Dibabak Kualifikasi, mereka tidak dapat diberi peringkat;
b) Dibabak lain (Semi Final atau Final), mereka harus diberi peringkat terakhir
dibabak tersebut.
7.10.3 Jika ada perserta yang memiliki peringkat yang sama berdasarkan pasal 7.10.1 dan 7.10.2, maka peringkat pemanjat yang memiliki nilai yang sama akan di pisah berdasarkan pada peringkat babak sebelumnya ("hitung mundur").
Catatan: Tidak ada hitung mundur untuk hasil dari babak Kualifikasi jika pemanjat dipisah kedalam dua (2) Kelompok.
7.10.4 Bila mengikuti proses hitung mundur sesuai Pasal 7.10.3 masih terdapat pemanjat yang mempunyai peringkat sama maka :
a) Jika terjadi peringkat yang sama pada peringkat pertama pada babak final,
maka peringkat pemanjat tersebut akan ditentukan sesuai dengan Pasal 7.7.18; atau
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
44 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
b) Jika terdapat peringkat yang sama selain peringkat pertama, pemanjat yang bersangkutan akan mendapat peringkat yang sama.
Babak Kualifikasi (Dua Kelompok)
7.10.5 Jika babak Kualifikasi berlangsung dalam dua (2) set jalur dengan dua (2) Kelompok,
peringkat gabungan untuk babak Kualifikasi harus ditentukan dengan menggabungkan peringkat untuk tiap Kelompok, memperlakukan para pemanjat yang mempunyai peringkat yang sama sebagai hasil seri.
Misal, Pemanjat peringkat ke 1 di Kelompok A dan pemanjat peringkat ke 1 di Kelompok B masing – masing dapat diberi peringkat ke 1 dalam peringkat gabungan.
7.11 INSIDEN TEKNIS 7.11.1 Insiden Teknis didefinisikan sebagai suatu kejadian yang mengakibatkan kerugian atau
keuntungan bagi pemanjat yang bukan bagian dari perbuatan yang sengaja oleh pemanjat.
7.11.2 Jika diperlukan untuk menentukan sebuah insiden teknis FPTI Judge dapat berkonsultasi kepada Chief Route Setter.
Prosedur ketika terjadi Insiden Teknis 7.11.3 Jika insiden teknis terjadi, usaha pemanjatan pertama yang dilakukan oleh pemanjat
yang mengalami insiden teknis pada boulder yang sama setelah pemanjatan yang
mengakibatkan insiden teknis, dihitung sebagai kelanjutan dari usaha pemanjatan sebelumnya.
7.11.4 Pemanjat yang mengalami insiden teknis akan kembali melakukan pemanjatan ulang
setelah dilakukan perbaikan dan mendapatkan waktu pemanjatan yang tersisa setelah insiden teknis terjadi minimal dua (2) menit.
7.11.5 Jika sebuah Insiden Teknis terjadi selama babak Kualifikasi atau Semi-Final: a) Jika Insiden Teknis dapat diperbaiki atau dibetulkan sebelum akhir dari Periode
Rotasi, pemanjat yang terlibat akan ditawarkan kesempatan untuk melanjutkan percobaan mereka:
i) Jika pemanjat memilih untuk melanjutkan, pemanjat tidak dapat
melakukan protes terhadap insiden teknis tersebut. ii) Jika pemanjat memilih untuk tidak melanjutkan, pemanjat akan
melanjutkan percobaan dalam Periode Rotasi yang ditentukan oleh Jury President.
b) Jika Insiden Teknis tidak dapat diperbaiki atau dibetulkan sebelum akhir Periode
Rotasi, maka diakhir Periode Rotasi :
i) FPTI Judge akan menunda usaha pemanjatan untuk pemanjat yang mengalami insiden teknis dan untuk seluruh pemanjat pada boulder pemanjatan sebelumnya; dan
ii) Untuk semua pemanjat lain, babak tersebut dapat berlanjut.
Setelah Insiden Teknis dapat diperbaiki atau telah selesai diperbaiki, pemanjat yang mengalami insiden teknis dapat melanjutkan usaha pemanjatannya dan
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
45 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
seluruh pemanjat yang usaha pemanjatannya di hentikan akan melakukan pemanjatan sesuai dengan waktu periode rotasi.
7.11.6 Jika Insiden Teknis terjadi selama babak Final, pemanjat yang mengalami Insiden Teknis dapat kembali ke Isolasi terpisah di Zona Transit dan menunggu perbaikan. Ketika Insiden Teknis telah diperbaiki, pemanjat yang terkait dapat memulai lagi percobaannya.
7.12 PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO 7.12.1 Seluruh percobaan pemanjatan harus dapat terekam oleh alat perekam ofisial
Kompetisi. 7.12.2 Rekaman video ofisial Kompetisi harus dibuat menggunakan setidaknya dua (2)
kamera video diposisi yang tetap untuk tiap boulder, dimana tiap boulder dapat
terekam untuk :
a) Posisi start setiap boulder; dan b) Pegangan Bonus setiap boulder; c) Pegangan akhir atau posisi tertentu yang ditetapkan (TOP) setiap boulder; dan
d) Batas yang dibuat menurut Pasal 7.9.5 b)
7.12.3 Sebelum Kompetisi di mulai, FPTI Judge harus mengarahkan operator alat perekam
untuk dapat merekam seluruh usaha pemanjatan pemanjat dengan prosedur yang benar . posisi dari alat perekam akan di tentukan oleh FPTI Judge setelah berkoordinasi dengan Jury President.
Catatan: Harus dipastikan operator alat perekam tidak terganggu dalam melaksanakan tugasnya dan tidak satupun yang boleh menghalangi proses perekaman.
7.12.4 Sebuah monitor yang terhubung dengan sistem pemutar video harus disediakan untuk membantu proses penjurian jika terjadi insiden teknis. sebaiknya posisi monitor di tempatkan di Zonaan khusus sehinga juri yang bertugas dapat berdiskusi pada saat terjadi insiden teknis tanpa gangguan dari pihak yang tidak berkepentingan.
7.12.5 Proses untuk mengambil keputusan (termasuk Protes) tidak akan mempertimbangkan bukti rekaman selain :
a) Rekaman Video ofisial komeptisi, dan
b) Berdasarkan kebijaksanaan Jury President, setiap rekaman video siaran FPTI
(jika ada). misalnya "Live Streaming" video.
7.12.6 Pada akhir setiap babak, salinan Rekaman Video ofisial Kompetisi harus diberikan kepada Jury President jika diminta.
7.13 PROTES
7.13.1 Seluruh proses protes (baik lisan maupun tulisan) harus menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar demikian juga dengan tanggapan dari juri prote.
7.13.2 Selain pasal 6.13.3, protes hanya akan diterima jika disertai dengan biaya protes
resmi. Besaran biaya protes harus dibayar sesuai dengan daftar biaya yang di
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
46 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
keluarkan oleh FPTI. Jika protes diterima, maka biaya protes harus dikembalikan. Jika protes tidak di terima, biaya protes tidak akan dikembalikan.
Protes terhadap resiko kecelakaan yang mungkin di timbulkan pada saat Kompetisi 7.13.3 Protes terhadap resiko kecelakaan yang mungkin dapat di timbulkan pada saat
Kompetisi hanya dapat di ajukan jika sekurang-kurangnya di lakukan oleh 3 orang pelatih atau tim manager dari tim yang berbeda. Dan jika di perlukan setelah berkoordinasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan maka Jury President akan memutuskan untuk melakukan tindakan.
Tatacara protes 7.13.4 Dalam kasus protes yang disampaikan secara lisan maupun tulisan, Jury President
harus membentuk jury protes yang terdiri dari, Jury President dan FPTI Delegate. Untuk kasus tertentu jika Jury President bertugas sebagai jury pada saat protes dilakukan, maka posisi Jury President untuk jury protes akan diambil alih oleh FPTI Judge.
7.13.5 Pada saat menerima protes lisan maupun tulisan mengenai Hasil Resmi, Jury President akan pengumuman sebuah keputusan resmi yang merupakan “jawaban protes“, dengan penjelasan mengenai keputusan dari protes tersebut.
7.13.6 Jika Juri tidak dapat menghasilkan keputusan secara bulat, maka keputusan awal akan
di gunakan sebagai keputusan akhir dan biaya protes akan di kembalikan. Jika kasus protes di lakukan secara tertulis, maka juri protes harus membuat keputusan secara
tertulis dan di sampaikan kepada yang mengajukan protes secara resmi. 7.13.7 Protes yang diajukan terhadap percobaan pemanjat (contoh tidak melakukan start
dengan benar) harus disampaikan segera :
a) jika terjadi pada babak Kualifikasi atau Semi-Final, harus di sampaikan pada masa periode rotasi; atau
b) Jika terjadi pada babak final, harus di sampaikan sebelum pemanjat selanjutnya
melakukan pemanjat, dan boulder judge yang bertugas harus segera menyampaikan kepada FPTI Judge. Tidak ada biaya harus dibayarkan sehubungan dengan protes tersebut.
7.13.8 Jika protes dilakukan terhadap urutan peringkat pada suatu babak:
a) jika terjadi pada babak kualifikasi dan semi-final :
i) jika ada layar untuk menunjukan peringkat pemanjat secara langsung,
maka protes harus disampaikan tidak lebih dari 5 menit setelah pemanjat
terakhir selesai melakukan pemanjatannya; atau
ii) tidak lebih dari 5 menit setelah “original decision” di umumkan secara
resmi .
b) Jika terjadi pada babak final :
i) jika ada layar untuk menunjukan peringkat pemanjat secara langsung,
maka protes harus disampaikan tidak lebih dari 2 menit setelah pemanjat
terakhir selesai melakukan pemanjatannya; atau
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
47 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
ii) tidak lebih dari 2 menit setelah “original decision” di umumkan secara resmi dan setiap kasus protes harus di sampaikan secara tertulis..
Konsekuensi Protes
7.13.9 Hasil keputusan yang di keluarkan juri protes bersifat final dan tidak ada protes
lanjutan. 7.13.10 sebuah keputusan yang telah di tetapkan oleh jury protes ( keputusan tetap) harus di
sampaikan:
a) Jika terjadi pada babak qualifikasi dan semi-final, maka keputusan tetap
tersebut harus sudah disampaikan kepada tim manager yang mengajukan
protes selambat-lambatnya tidak lebih dari 5 menit setelah “ original decision “
di umumkan; atau
b) Jika terjadi pada babak final, maka keputusan tetap tesebut harus sesegera mungkin di sampaikan. Tidak ada protes lanjutan yang dapat di lakukan setelah keputusan tetap di tetapkan di luar babak yang di pertandingkan pada saat itu.
Rujukan ke Komisi Disiplin
7.13.11 Dalam kasus-kasus di mana Jury President menilai bahwa pelanggaran aturan pertimbangan manfaat oleh Komisi Disiplin FPTI, hal dimaksud wajib dirujuk ke badan
disiplin bersama dengan laporan Jury President, salinan komunikasi tertulis antara Jury President dan pemanjat / Manajer tim yang bersangkutan, dan semua bukti yang relevan.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
48 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
8. SPEED 8.1 UMUM 8.1.1 Kompetisi Speed harus berlangsung pada lintasan pemanjatan dengan panjang
lintasan 10m (“Kompetisi 10m”) atau 15m (“Kompetisi 15m”), dirancang khusus pada
dinding panjat tebing buatan. 8.1.2 Kompetisi Speed biasanya akan terdiri dari:
a) Babak Kualifikasi, terdiri dari satu (1) tahapan; dan
b) Babak Putaran Final, terdiri antara satu (1) sampai tiga (3) tahapan eliminasi.
Untuk kasus-kasus tertentu, Jury President dapat memutuskan untuk membatalkan salah satu babak dan babak sebelumnya akan di gunakan untuk menentukan peringkat dari babak yg di batalkan.
8.2 STRUKTUR DINDING PANJAT
Struktur Dinding Panjat
8.2.1 Struktur dinding panjat dan pegangan harus memenuhi Standar yang Berlaku dan yang sudah ditetapkan pada Bab 3 (Ketentuan Umum).
8.2.2 Permukaan dinding panjat harus memiliki minimal dua lintasan paralel dengan model
dari tiap lintasan (termasuk posisi penempatan peralatan pencatat waktu) sesuai dengan rancangan dan ukuran dalam Gambar 8.2 a) untuk Kompetisi 10m dan Gambar 8.2 b) untuk Kompetisi 15m. Lintasan pemanjatan dapat berdekatan atau terpisah, tetapi pemisahan antar lintasan tidak boleh lebih dari 1m dan lurus secara horizontal.
8.2.3 Struktur dinding panjat memiliki dua (2) titik pengaman dimana tali pemanjatan
melewati : Top Protection Point dan Deviation Point untuk membantu pengendalian tali pengaman. Posisi Top Protection Point seperti di Gambar 8.2 a) untuk Kompetisi 10m dan Gambar 8.2 b) untuk Kompetisi 15m. Jika Deviation Point berada dipermukaan dinding panjat, posisinya seperti di Gambar 8.2 a) untuk Kompetisi 10m dan Gambar 8.2 b) untuk Kompetisi 15m.
8.2.4 Permukaan dinding panjat harus dilapisi dengan resin dan pasir kwarsa 0.1/0.4
(Granulometry). Permukaan dinding panjat diberi warna cerah dan pegangan diberi warna yang sangat terang. Tiap papan dari permukaan dinding panjat harus memiliki standar jarak antar lubang penempatan pegangan seperti yang dikemukakan dalam Gambar 8.2 c) dengan ukuran 10 mm.
Lintasan Pemanjatan
8.2.5 Lintasan pemanjatan untuk tiap lintasan harus sesuai dengan model pada Gambar 8.2 d) untuk Kompetisi 10m dan Gambar 8.2 e) untuk Kompetisi 15m, menggunakan pegangan yang disetujui oleh FPTI untuk Kompetisi speed. Selain pegangan untuk kategori speed (pegangan yang tidak sesuai untuk Kompetisi speed, quickdraws, dll.) harus dibersihkan dari dinding, kecuali baut hangers yang terpasang secara permanen.
8.2.6 Peralatan pencatat waktu ditempatkan pada permukaan dinding panjat seperti yang
ditentukan Gambar 8.2 d) untuk Kompetisi 10m dan Gambar 8.2 e) untuk Kompetisi 15m. Untuk kasus tertentu, Chief Route Setter dapat menetapkan posisi alternatif
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
49 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
untuk peralatan pencatat waktu agar tidak mengganggu atau membantu gerak pemanjat.
8.3 KEAMANAN
8.3.1 Semua peralatan yang di gunakan untuk kategori speed harus sesuai dengan standard
penggunaan alat pada Bab 3 (Ketentuan Umum).
8.3.2 Seluruh lintasan pemanjatan akan di panjat dan di amankan dengan menggunakan tali yang sesuai standart “single rope” yang telah tepasang pada akhir lintasan pemanjatan. FPTI Judge akan memutuskan frekuwensi penggunaan tali panjat untuk menentukan penggantian tali panjat.
Titik Pengaman
8.3.3 Penghubung tali pemanjatan dengan Top Protection Point; dan Deviation Point harus menggunakan Karabiner Pengunci stainless-steel diamankan ke titik pengaman dengan Sling model pita yang dijahit dan dihubungkan dengan Quick-Link (“Maillon Rapide”):
Peralatan Pribadi
8.3.4 Setiap pemanjat harus memakai “climbing harness”. Jury President tidak akan mengijinkan seorang pemanjat untuk mulai pemanjatan jika Jury President menilai bahwa “harness” yang dipakai pemanjat tidak aman.
8.3.5 Tali pemanjatan harus terhubung pada harness pemanjat dengan dua Karabiner Screwgate atau Self-locking karabiner yang disusun berlawanan (dengan posisi pintu yang saling berlawanan) dan tali pemanjatan harus terpasang pada Karabiner dengan menggunakan “Simpul Delapan”, diamankan dengan “Simpul Stoper” atau selotip.
8.3.6 Pemanjat di larang membawa atau mengunakan audio listening ( mp3, dll ) selama
melakukan observasi lintasan dan pada saat melakukan pemanjatan.
Pemeriksaan Keamanan
8.3.7 Sebelum pemanjatan pada suatu lintasan, belayer harus memastikan bahwa:
a) Harness pemanjat sudah terpasang dengan benar;
b) Tali pemanjatan terhubung dengan harness pemanjat sesuai dengan Pasal 8.3.5.
Penambatan
8.3.8 Tali pemanjatan harus dikendalikan dari bawah oleh dua belayer yang akan
ditempatkan ke satu sisi dari lintasan pemanjatan. Belayer utama dapat menggunakan
dengan baik “Locking Belay Device” maupun ”Manual Belay Device”. Belayer harus memperhatikan dengan seksama untuk memastikan bahwa:
a) Pergerakan pemanjat tidak terhalangi oleh jalannya tali baik terlalu ketat atau
terlalu longgar;
b) Pemanjat yang jatuh atau selesai melakukan pemanjatan dihentikan dengan cara yang aman; dan
c) Pemanjat tidak diturunkan dengan kecepatan yang berlebihan.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
50 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
8.3.9 Belayer yang ditunjuk oleh penyelenggara harus dilatih untuk menambat dengan cara yang sesuai untuk Kompetisi Speed. FPTI Judge diberikan kewenangan untuk memerintahkan penyelenggara mengganti belayer selama Kompetisi. Jika diganti, belayer tidak dapat diijinkan menambatan pemanjat pada Kompetisi tersebut.
8.4 PENCATATAN WAKTU
8.4.1 Waktu pemanjatan untuk setiap pemanjat adalah periode antara starting signal dan
penyelesaian pemanjatan. Waktu yang valid akan dicatat apajika pemanjat telah menyelesaikan pemanjatannya yang sesuai dengan peraturan.
8.4.2 Waktu pemanjatan dicatat menggunakan dua (2) buah pencatat waktu :
a) Sistem Pencatat Waktu Elektronik yang disetujui oleh FPTI, dan b) Pencatat Waktu Manual (stopwatches)
Catatan: Dalam suatu babak Kompetisi jika pemanjat telah melakukan start dan system alat pencatat waktu elektronik mengalami kerusakan, maka hasil dari usaha pemanjatannya akan dicatat menggunakan alat pencatat waktu manual. Alat pencatat waktu manual hanya digunakan sebagai pencatat waktu cadangan (backup)
Pencatat Waktu Mesin-Elektronik
8.4.3 Sistem pencatat waktu yang disetujui oleh FPTI. Sistem pencatat waktu yang dapat : a) Menghasilkan “single starting signal” dengan jeda waktu acak setelah dipicu.
Jeda waktu tidak boleh kurang dari 0.5 detik dan tidak lebih dari 1.5 detik setelah dipicu.
b) Mencatat “finishing time” untuk tiap pemanjat secara terpisah ketika mereka
memukul tombol/bantalan mesin-elektronik yang ditempatkan seperti yang ditunjukkan di Gambar 8.2d) untuk Kompetisi 10m dan Gambar 8.2e) untuk Kompetisi 15m; dan
c) Menunjukkan waktu pemanjatan untuk tiap pemanjat secara terpisah seperti
perbedaan antar “single starting signal” (a) dan “finishing time” (b)
8.4.4 Sistem pencatat waktu harus mampu mencatat waktu setidaknya 1/1000 detik. Untuk tujuan peringkat pemanjat, waktu akan dicatat dan ditunjukkan pada 1/100 detik. Kecuali kalau waktu yang dicatat tepat 1/100 detik, maka dapat dibacakan dan dicatat ke 1/100 detik (dengan kata lain dibulatkan).
8.4.5 Timing device harus memiliki indikator start yang ditempatkan pada permukaan
dinding sesuai dengan Pasal 8.2.6
8.4.6 Jury President harus bertanggung jawab untuk memastikan bahwa sistem pencatat
waktu dapat berfungsi dengan baik. Jury President juga harus berkomunikasi dengan petugas pencatat waktu untuk memastikan pengoperasikan peralatan tersebut dan melakukan tes sistem pencatat waktu sebelum Kompetisi dimulai.
Pencatat Waktu Manual 8.4.7 Alat pencatat waktu manual harus di opersikan secara manual dan dengan
menggunakan tampilan secara digital (“stopwatch”). Catatan waktu untuk tiap pemanjat akan dimulai saat “starting signal” terdengar hingga pemanjat menekan
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
51 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
tombol penghentian waktu yang ditempatkan sesuai dengan Gambar 8.2 d) untuk Kompetisi 10m dan Gambar 8.2 e) untuk Kompetisi 15m.
8.4.8 Tiga (3) time keeper harus mencatat waktu untuk tiap pemanjat. Setiap time keeper
harus bertugas secara independent dan tanpa menunjukkan catatan waktunya atau mendiskusikan catatan waktunya dengan, orang lain. meskipun waktunya
menunjukkan 1/10 detik, waktu pemanjatan harus dibacakan dan dicatat lebih rendah dari 1/10 detik (dengan kata lain dibulatkan).
8.4.9 Waktu resmi untuk tiap pemanjat dapat ditentukan sebagai berikut:
a) jika waktu yang dicatat oleh tiga (3) time keeper sama, maka waktu tersebut
yang akan digunakan; b) jika waktu yang di tunjukan oleh kedua time keeper menunjukan waktu yang
sama, maka waktu dari kedua time keeper yang sama akan di gunakan; c) jika waktu yang di tunjukan oleh ketiga time keeper tidak ada yang sama,
maka diantara waktu tercepat dan terlama yang akan di gunakan.
8.5 KUOTA UNTUK SETIAP BABAK
8.5.1 Kuota untuk babak putaran final adalah ;
Jumlah pemanjat yang mencatat waktu valid di Kualifikasi
Kuota
4 - 7 4
8 - 15 8
16 atau lebih 16
Catatan: Jika jumlah pemanjat yang mencatat waktu valid di babak Kualifikasi kurang dari empat (4), maka Babak Kualifikasi akan diulang.
8.5.2 Kuota untuk babak putaran final akan diisi oleh pemanjat yang mempunyai peringkat tertinggi dari babak Kualifikasi
8.5.3 Dimana kuota untuk babak putaran final terlampaui dikarenakan pemanjat yang
memiliki peringkat sama, pemanjat yang bersangkutan dipisahkan dengan mengikuti prosedur sesuai dengan Pasal 8.7.5.
8.6 URUTAN PEMANJATAN
Kualifikasi
8.6.1 Urutan pemanjatan untuk lintasan kiri (Lintasan A) harus diacak. Urutan pemanjatan untuk lintasan kanan (Lintasan B) harus sama dengan urutan Lintasan A tetapi dengan perubahan urutannya 50%.
Contoh: jika pemanjat terdiri dari 21 orang, maka pemanjat dengan urutan pemanjatan 1 pada lintasan A akan menjadi pemanjat urutan ke 11 pada lintasan B (urutan ke 11 pada lintasan A, akan menjadi urutan ke 1 pada lintasan B).
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
52 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Final
8.6.2 Urutan pemanjatan dan alokasi lintasan untuk tiap tahapan dari babak putaran final harus seperti yang dikemukakan dalam Gambar 8.6(a), 8.6(b) atau 8.6(c) untuk babak putaran final dengan kouta 4/8/16 berturut – turut.
Catatan: Jika dua atau lebih pemanjat mempunyai peringkat yang sama di babak Kualifikasi, maka urutan pemanjatan tahap pertama pada babak putaran Final akan dipisahkan secara acak.
8.7 PROSEDUR KOMPETISI Percobaan Lintasan 8.7.1 Jika memungkinkan, babak Kualifikasi dapat didahului dengan periode percobaan
lintasan. Jury President harus mengumumkan waktu dan durasi dari percobaan lintasan saat Technical Meeting (dan jika tidak memungkinkan, maka percobaan
lintasan dapat ditiadakan). Kualifikasi (Dua Lintasan) 8.7.2 Babak Kualifikasi akan berlangsung dalam dua (2) lintasan dengan pemanjat
memanjat berpasangan. Tiap pemanjat akan mendapatkan kesempatan satu kali pemanjatan pada tiap lintasan, kecuali jika terjadi false start atau insiden teknis. Catatan: Jika pemanjat telah melakukan dua kali false start, pemanjat lainnya akan melanjutkan usaha pemanjatannya di satu atau kedua lintasan, tetapi akan melakukan pemanjatan sendirian.
8.7.3 Setelah menyelesaikan usaha pemanjatan pada lintasan pertama, maka pemanjat akan mendapatkan waktu istirahat tidak kurang dari lima (5) menit sebelum melakukan usaha pemanjatan pada lintasan ke dua.
8.7.4 Tiap pemanjat tetap berada di Zona Kompetisi seperti yang diatur oleh Jury President
sampai mereka telah menyelesaikan percobaan mereka di kedua lintasan.
8.7.5 Jika pemanjat yang berhak memasuki babak putaran final melebihi kuota yang di tetapkan karena ada dua atau lebih pemanjat yang memiliki waktu yang sama pada peringkat terakhir, maka pemanjat yang terkait akan melakukan percobaan lagi di Lintasan A untuk memisahkan peringkat yang sama tersebut. Waktu yang dicatat di percobaan mereka hanya akan digunakan untuk menentukan pemanjat mana yang berhak untuk babak putaran final.
Catatan: jika diperlukan akan dilakukan pemanjatan secara berulang-ulang untuk memisahkan pemanjat dengan waktu pemanjatan yang sama. Catatan : Hanya mengatur untuk pemanjat yang memiliki waktu yang sama pada peringkat terakhir, untuk waktu yang sama bukan pada peringkat terakhir belum diatur karena akan berpengaruh pada putaran final dengan siapa akan berhadapan.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
53 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Final 8.7.6 Babak putaran final dapat didahului dengan presentasi/perkenalan dari pemanjat yang
berhak untuk ikut serta dalam babak tersebut. 8.7.7 Babak putaran final dapat berlangsung sebagai rangkaian dari tahapan eliminasi,
masing – masing terdiri atas jumlah heat pemanjatan, jumlah tahapan eliminasi (heat pemanjatan di tiap tahapan) bergantung dari kuota untuk babak putaran final.
8.7.8 Pemenang dari masing – masing heat pemanjatan merupakan pemanjat dengan
waktu valid terendah di heat pemanjatan tersebut.
Catatan: Jika hanya satu pemanjat yang mencatatkan waktu valid di sebuah heat pemanjatan, pemanjat tersebut dapat dianggap pemenang dari heat pemanjatan tersebut.
8.7.9 Jika tidak ada pemanjat di sebuah heat pemanjatan yang mencatatkan waktu yang
valid:
a) Jika salah satu dari pemanjatan pada tahapan eliminasi melakukan dua kali
false start, maka pemanjat yang menjadi lawannya akan di nyatakan sebagai pemenang pada tahapan eliminasi tersebut;
b) Jika kedua pemanjat dalam sebuah tahapan eliminasi melakukan dua (2) kali
false start, maka kedua pemanat tersebut dinyatakan memiliki waktu yang
sama dan Pasal 8.7.10 akan berlaku. Catatan: jika hasil suatu babak eliminasi di tentukan sesuai dengan pasal 8.7.9.(a), dan pemanjat yang di nyatakan sebagai pemenang memilih untuk melakukan usaha pemanjatan, apabila pemanjat tersebut terjatuh, maka pasal 8.7.9.(b) akan berlaku.
8.7.10 Jika terjadi catatan waktu yang sama dalam sebuah heat, maka : a) Jika catatan waktu yang sama terjadi pada heat untuk memperebutkan juara 3
dan peringkat 4, atau juara 1 dan 2 , maka heat tersebut akan di ulang;
b) Jika catatan waktu yang sama terjadi pada heat yang bukan memperebutkan
juara 3 dan peringkat 4 atau juara 1 dan 2 maka, untuk menentukan pemenang pada heat tersebut akan di tentukan dari heat sebelumnya (jika di perlukan dapat menggunakan peringkat pada tahapan sebelumnya dan atau babak kualifikasi).
Catatan PDK : Jika melihat pasal 8.7.10 b) tidak ada pengulangan pemanjatan ketika terjadi waktu yang sama pada heat pemanjatan selain heat pemanjatan untuk penentuan pemenang juara 1,2,3 dan 4. Penentuan pemenang untuk heat pemanjatan selain heat pemanjatan untuk penetuan pemenag juara 1,2,3, dan 4 dilakukan dengan melihat catatn waktu heat sebelumnya dan atau catatan waktu babak kualifikasi.
8.8 PROSEDUR PERCOBAAN LINTASAN/PRACTICE
8.8.1 Periode percobaan lintasan akan menggunakan tahapan sebagai berikut:
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
54 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
a) setiap pemanjat yang berhak mengikuti babak kualifikasi akan di beri kesempatan untuk melakukan percobaan pemanjatan satu kali percobaan pada setiap lintasan; atau
b) berdasarkan pengelompokan dari pemanjat yang berasal dari suatu daerah atau
tim yang sama, untuk kasus ini Jury President harus memutuskan waktu dari
periode percobaan lintasan berdasarkan jumlah pemanjat dari suatu daerah atau tim yang akan melakukan percobaan pemanjatan.
8.8.2 Jury President dapat menentukan periode percobaan lintasan agar sesuai dengan
keadaan pada saat pertandingan.
8.8.3 Periode percobaan lintasan harus dilakukan dengan menggunakan seluruh peralatan pencatat waktu dan melakukan demontrasi untuk false start signal.
8.9 PROSEDUR PEMANJATAN Start 8.9.1 Pada saat pemanjat akan melakukan pemanjatan, maka pemanjat harus dapat
mendengar aba-aba untuk melakukan pemanjatan dengan jelas yang di berikan oleh “Asign Starter” yang ditunjuk, yang bukan dari pihak resmi FPTI. “Asign Starter” tersebut juga harus mengambil posisi agar tidak terlihat oleh pemanjat yang akan melakukan pemanjatan dan pada saat memberikan aba-aba posisi dari “Asign Starter” tersebut harus memilki jarak yang sama dari kedua pemanjat .
8.9.2 Pada saat diberitahukan untuk melakukan pemanjatan, tiap pemanjat: a) Diberikan kesempatan untuk memperbaiki posisi “starting pad” tidak lebih dari
sepuluh (10) detik; b) Selanjutnya pemanjat tersebut harus menghampiri belayer yang bertugas untuk
memasang tali pengaman sesuai dengan Pasal 8.3.5 dan 8.3.7, dan
c) Setelah itu pemanjat harus mengambil posisi dengan membelakangi lintasan
dengan jarak tidak lebih dari dua (2) meter.
8.9.3 Setelah mendengar aba-aba “at your marks” setiap pemanjat harus menempati posisi start dengan satu kaki bertumpuh pada alat “starting pad” dan kaki yang lainnya berada pada pijakan pertama serta kedua tangan dalam posisi memegang
pegangan start dan dilakukan tidak lebih dari empat (4) detik. Catatan: Jury President dan/atau FPTI Judge akan memberikan sangsi dengan mengeluarkan kartu kuning untuk setiap pelanggaran yang berhubungan dengan waktu yang di tentukan untuk melakukan tahapan di atas. Catatan PDK : Saat start kedua tangan memegang pegangan start, tidak boleh hanya satu tangan.
8.9.4 Untuk alasan apapun, setelah pemenjat menempati posisi start dan “Asign Starter”
yang bertugas memberikan aba-aba start memutuskan untuk tidak melakukan start
maka “Asign Starter” tersebut dapat memberikan arahan kepada kedua pemanjat untuk melakukan atau memperbaiki posisi start kembali.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
55 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
8.9.5 Setelah kedua pemanjat berada pada posisi start, maka “Asign Starter” yang bertugas memberikan aba-aba “READY” dan setelah itu di lanjutkan dengan starting signal atau tanda dari sistem pencatat waktu.
Sesuai dengan pasal 8.9.1 untuk seorang Asign Starter yang ditunjuk, yang bukan pihak resmi dari FPTI.
Catatan: Sistem pencatat waktu dapat secara otomatis mengontrol starting signal sesuai Pasal 8.4.3
8.9.5.1 Tidak ada Protes pada saat asign starter memberi aba-aba” Ready !”
kecuali pemanjat secara jelas memberi tanda dengan mengangkat salah
satu tangannya. 8.9.6 Apabila assign starter memberikan aba-aba pada kedua pemanjat:
a) Gagal mematuhi perintah ” At Your Marks !”, atau tidak menempatkan posisi pada starting pad melebihi empat (4) detik yang ditentukan; atau tetap melakukan gerakan tambahan setelah aba-aba ” Ready !”; atau
b) Mengganggu pemanjat lain setelah perintah ” At Your Marks !”,,
Maka assign starter akan menghentikan start. Jury President dapat memperingatkan pemanjat untuk mematuhi perintah yang berlaku dan mengeluarkan peringatan Kartu Kuning sesuai Bab 4 (Prosedur Kedisiplinan). Jika Jury President tidak setuju dengan keputusan assign starter, maka pemanjat akan diberitahu untuk melanjutkan pemanjatan.
False Start 8.9.7 Seorang pemanjat dapat dinyatakan telah melakukan false start jika, dalam penilaian
assign starter pemanjat :
a) Meninggalkan starting pad setelah assign starter telah berkata ” Ready !” dan sebelum starting signal menyala; atau
b) bereaksi mendahului starting signal kurang dari 1/10 detik. Catatan: Jika sistem pencatat waktu elektrik yang di gunakan, maka tanda false start dari alat tersebut akan di gunakan sebagai sebuah keputusan. apabila signal dari sistem pencatat waktu tidak jelas memberi tanda maka catatan yang dibuat dari sistem pencatat waktu elektrik akan di tetapkan sebagai bukti terjadinya false start.
8.9.8 Seorang pemanjat dapat melakukan satu (1) kali false start selama kompetisi tanpa
penalty. Jika pemanjat yang sama melakukan false star kedua dalam kompetisi, maka
pemanjat tersebut dinyatakan tidak memiliki catatan waktu yang valid diheat pemanjatandimana false start telah dibuat dan tidak boleh dberperan serta lebih jauh lagi dalam Kompetisi.
Catatan: Pemanjat yang tidak melakukan false start dapat memilih untuk (tidak diwajibkan) menyelesaikan percobaan mereka di tahap terkait.
8.9.9 Ketika terjadi false start, Asign Starter segera menghentikan kedua pemanjat.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
56 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
8.9.10 Tidak ada catatan waktu jika false start terjadi. Penyelesaiaan Percobaan
8.9.11 Menurut Pasal 8.9.11, sebuah percobaan dapat dianggap berhasil dan waktu vaild
dicatat apabila pemanjat tersebut telah memukul timing pad dengan tangan mereka
dan menghentikan alat pengatur waktunya. Catatan: Jika sistem pencatat waktu elektrik yang di gunakan, maka catatan waktu dari alat tersebut akan di gunakan sebagai sebuah keputusan. apabila sistem pencatat waktu
elektrik yang di gunakan tidak bekerja dengan baik (contoh: penunjukan angka pada layar tidak jelas), catatan waktu dari sistem pencatat waktu elektrik yang di milik juri akan di gunakan sebagai hasil dari catatan waktu pemanjat.
8.9.12 Jika seorang pemanjat tidak menghentikan alat pengatur waktunya, percobaan
mereka dapat dianggap tidak berhasil dan tidak ada waktu valid yang dapat dicatat. Tidak ada pengulangan atau tambahan percobaan yang akan diijinkan kecuali jika ada
kerusakan pada Sistem Pencatat Waktu Elektronik.
Catatan: Kegagalan pemanjat untuk menghentikan alat pencatat waktu tidak digunakan sebagai dasar untuk menentukan kerusakan atau kesalahan dari alat pencatat waktu.
Catatan: jika pemanjat selanjutnya secara berturut-turut gagal menghentikan sistem pencatat waktu atau kegagalan sistematik sistem pencatat waktu terjadi maka Jury President akan memutuskan untuk melakukan pemeriksaan sistem pencatat waktu tersebut. Jika setelah di lakukan pemeriksaan dan ternyata terjadi kesalahan pada sistem pencatat waktu, maka Jury President akan mempertimbangkan apakah pemanjat yang tidak
mengalami gagal menghentikan sistem pencatat waktu akan melakukan pemanjatan ulang atau tidak . jika setelah di lakukan pemeriksaan tidak terjadi kesalahan pada sistem pencatat waktu, maka hasil dari suatu Kompetisi dari pemanjat yang gagal menghentikan sistem pencatat waktu akan di gunakan sebagai hasil dari Kompetisi.
Catatan: Jury President dapat mengunakan rekaman video untuk mempertimbangkan melakukan pemeriksaan sistem pencatat waktu atau tidak, tetapi rekaman video tidak dapat di gunakan sebagai penentu untuk memutuskan telah terjadi kesalahan pada sistem pencatat waktu.
8.9.13 Usaha pemanjatan di nyatakan tidak berhasil dan tidak di lakukan pencatatan waktu apabila pemanjat:
a) Jatuh; b) Menggunakan tepi sisi atau tepi atas dari dinding panjat; c) menyentuh landasan dengan bagian apapun dari tubuh pemanjat setelah
memulai usaha pemanjatan; d) Menggunakan alat bantu yang tidak di ijinkan.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
57 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
8.10 PERINGKAT PADA SETIAP BABAK Kualifikasi 8.10.1 Sesuai pasal 8.9.11 mengenai false start, para pemanjat dapat diberi peringkat
berdasarkan waktu valid tercepat yang dicatat di Lintasan A atau Lintasan B. Jika
seorang pemanjat gagal untuk mencatatkan waktu valid di kedua Lintasan pemanjat tersebut akan diberi peringkat terakhir.
Final 8.10.2 pemanjat yang gagal pada babak putaran final (tidak termasuk semi-final atau final)
dapat diberi peringkat berdasarkan waktu pemanjatan mereka di tahapan tersebut.
Catatan: Jika pemanjat gagal untuk mencapai waktu valid pemanjat dapat diberi peringkat terakhir di tahapan tersebut.
8.10.3 Jika dua atau lebih pemanjat (i) gagal menyelesaikan usaha pemanjatannya atau (ii)memiliki catatan waktu yang sama pada suatu heat, maka catatan waktu dari heati sebelumnya akan di gunakan sebagai hasil akhir untuk menentukan peringkat (dan jika di perlukan dapat menggunakan catatan waktu dari babak kualifikasi)
8.10.4 Dua pemanjat yang gagal di tahap semi-final akan bertanding berhadapan untuk tempat ke 3 dan ke 4 (Small Final) dan pemenang dari tahap semi-final akan
bertanding berhadapan untuk tempat ke 1 dan ke 2 (Big Final). Small Final dapat selalu dilakukan dan diselesaikan sebelum mulainya Big Final.
8.11 INSIDEN TEKNIS 8.11.1 Insiden Teknis didefinisikan sebagai suatu kejadian yang mengakibatkan kerugian atau
keuntungan bagi pemanjat yang bukan bagian dari perbuatan yang sengaja oleh
pemanjat. 8.11.2 jika diperlukan untuk menentukan sebuah insident teknis FPTI Judge dapat
berkonsultasi kepada Chief Route Setter. 8.11.3 Sebuah kerusakan sistem pencatat waktu elektrik akan di putuskan sebagai Insiden
teknis dan dapat berpengaruh terhadap kedua pemanjat yang sedang melakukan
usaha pemanjatan pada suatu tahapan eliminasi atau, jika kegagalan sistem pencatat waktu tidak dapat di perbaiki , kedua pemanjat yang mengalami kerusakan sistem pencatat waktu akan:
a) Jika kerusakan dapat diperbaiki (contoh: jika terjadi kerusakan pada saluran atau
sambungan elektrik dari sistem pencatat waktu), maka pertandingan dapat di
lanjutkan kembali setelah saluran atau sambungan dari sistem pencatat waktu telah di
perbaiki dan dapat di gunakan kembali;
b) Jika kerusakan tidak dapat diperbaiki, maka Jury President akan (i) membatalkan babak atau tahapan eliminasi yang mengalami kerusakan sistem pencatat waktu, atau (ii) menjadwalkan kembali untuk melakukan pemanjatan untuk tahapan eliminasi yang mengalami kerusakan sistem pencatat waktu.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
58 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Catatan: Pasal 8.4.2 dapat berlaku setiap saat. Jika sistem pencatat waktu elektrik tidak dapat di gunakan atau mengalami kerusakan, maka catatan waktu pada sistem pencatat waktu manual (stop watch) dapat di gunakan.
Prosedur Setelah Terjadi Insiden Teknis 8.11.4 Jika pemanjat atau manajer tim menganggap telah terjadi sebuah insiden teknis,
maka mereka harus segera memberitahukan kepada FPTI Judge ( atau jika tidak ada, dapat memberitahukan kepada Jury President) dan harus sebelum heat selanjutnya di mulai, FPTI Judge tidak akan mempertimbangkan sebuah laporan tentang insiden
teknis jika di lakukan setelah heat selanjutnya di mulai. 8.11.5 Setelah di nyatakan telah terjadi insiden teknis, maka kedua pemanjat harus tetap
berada di Zona Kompetisi sesuai arahan dari Jury President. 8.11.6 Insiden Teknis terjadi pada salah seorang pemanjat :
a) jika terjadi pada babak kualifikasi, maka hanya pemanjat yang mengalami insiden teknis yang akan melakukan pemanjatan ulang;
b) jika terjadi pada babak putaran final, maka kedua pemanjat tersebut harus
melakukan pemanjatan ulang. 8.11.7 Waktu pemulihan, setidak-tidaknya tidak kurang dari lima (5) menit setelah terjadi
insiden teknis.
8.12 PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO 8.12.1 Seluruh usaha pemanjatan harus dapat terekam oleh alat perekam ofisial Kompetisi.
8.12.2 Perekaman video resmi harus dibuat menggunakan dua (2) kamera video, yang harus
minimal menunjukkan:
a) Posisi awal untuk kedua lintasan di awal Kompetisi; b) starting pad dan timing pad untuk kedua lintasan di tiap heat; dan c) Usaha pemanjatan yang dilakukan oleh setiap pemanjat di setiap heat.
8.12.3 Sebelum Kompetisi di mulai, FPTI Judge harus mengarahkan operator alat perekam
untuk dapat merekam seluruh usaha pemanjatan pemanjat dengan prosedur yang benar . posisi dari alat perekam akan di tentukan oleh FPTI Judge setelah berkoordinasi dengan Jury President.
Catatan: Harus dipastikan operator alat perekam tidak terganggu dalam melaksanakan tugasnya dan tidak satupun yang boleh menghalangi proses perekaman.
8.12.4 Sebuah monitor yang terhubung dengan sistem pemutar video harus disediakan
untuk membantu proses penjurian jika terjadi insiden teknis. sebaiknya posisi monitor
di tempatkan di Zonaan khusus sehinga juri yang bertugas dapat berdiskusi pada saat terjadi insiden teknis tanpa gangguan dari pihak yang tidak berkepentingan.
8.12.5 Proses untuk mengambil keputusan (termasuk Protes) tidak akan mempertimbangkan
bukti rekaman selain:
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
59 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
a) Rekaman Video ofisial Kompetisi, dan
b) Berdasarkan kebijaksanaan Jury President, setiap rekaman video siaran FPTI (jika ada). misalnya "Live Streaming" video.
8.12.6 Pada akhir setiap babak, salinan Rekaman Video ofisial Kompetisi harus diberikan
kepada Jury President jika diminta. 8.13 PROTES
8.13.1 Seluruh proses protes (baik lisan maupun tulisan) harus menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar demikian juga dengan tanggapan dari juri protes. 8.13.2 Selain pasal 8.13.3 dan 8.13.7, protes hanya akan diterima jika disertai dengan biaya
protes resmi. Besaran biaya protes harus dibayar sesuai dengan daftar biaya yang di keluarkan oleh FPTI. Jika protes diterima, maka biaya protes harus dikembalikan. Jika
protes tidak di terima, biaya protes tidak akan dikembalikan.
Protes Keselamatan 8.13.3 Protes terhadap resiko kecelakaan yang mungkin dapat di timbulkan pada saat
Kompetisi hanya dapat di ajukan jika sekurang-kurangnya di lakukan oleh tiga (3) orang pelatih atau tim manager dari tim yang berbeda. Dan jika di perlukan setelah
berkoordinasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan maka Jury President akan memutuskan untuk melakukan tindakan.
Prosedur Protes 8.13.4 Dalam kasus protes yang disampaikan secara lisan maupun tulisan, Jury President
harus membentuk jury protes yang terdiri dari, Jury President dan FPTI Delegate.
Untuk kasus tertentu jika Jury President bertugas sebagai jury pada saat protes dilakukan, maka posisi Jury President untuk jury protes akan diambil alih oleh FPTI Judge.
8.13.5 Pada saat menerima protes lisan maupun tulisan mengenai Hasil Resmi, Jury President
akan pengumuman sebuah keputusan resmi yang merupakan “jawaban protes“, dengan penjelasan mengenai keputusan dari protes tersebut.
8.13.6 Jika Juri tidak dapat menghasilkan keputusan secara bulat, maka keputusan awal akan
di gunakan sebagai keputusan akhir dan biaya protes akan di kembalikan. Jika kasus protes di lakukan secara tertulis, maka juri protes harus membuat keputusan secara tertulis dan di sampaikan kepada yang mengajukan protes secara resmi.
8.13.7 Sebuah Protes yang dilakukan terhadap :
a) Sebuah keputusan terhadap usah pemanjatan yang di lakukan pemanjat (contoh: keputusan terhadap gagal melakukan start ) pada setiap babak; atau
b) Hasil dari heat pada babak putaran final. Harus disampaikan sesegera mungkin dan di lakukan sebelum babak atau tahapan eliminasi selanjutnya. Babak atau tahapan eliminasi selanjutnya tidak dapat di
lanjutkan hingga ada keputusan yang di tetapkan. Tidak ada biaya yang di bebankan untuk banding ini
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
60 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
8.13.8 Jika protes dilakukan terhadap urutan peringkat pada suatu babak: a) jika terjadi pada babak kualifikasi :
i) jika ada layar untuk menunjukan peringkat pemanjat secara langsung, maka
protes harus disampaikan tidak lebih dari lima (5) menit setelah pemanjat terakhir
selesai melakukan pemanjatannya; atau
ii) tidak lebih dari lima (5) menit setelah “original decision” di umumkan secara
resmi .
b) Jika terjadi pada babak final :
i) jika ada layar untuk menunjukan peringkat pemanjat secara langsung, maka
protes harus disampaikan tidak lebih dari dua (2) menit setelah pemanjat terakhir
selesai melakukan pemanjatannya; atau
ii) tidak lebih dari dua (2) menit setelah “original decision” di umumkan secara resmi dan setiap kasus protes harus di sampaikan secara tertulis
Konsekwensi dari Protes
8.13.9 Hasil keputusan yang di keluarkan juri protes bersifat final dan tidak ada protes
lanjutan. 8.13.10 sebuah keputusan yang telah di tetapkan oleh jury protes ( keputusan tetap) harus di
sampaikan:
a) Jika terjadi pada babak qualifikasi dan semi-final, maka keputusan tetap tersebut harus sudah disampaikan kepada tim manager yang mengajukan protes selambat-lambatnya tidak lebih dari lima (5) menit setelah “ original decision “ di umumkan; atau
b) Jika terjadi pada babak final, maka keputusan tetap tesebut harus sesegera
mungkin di sampaikan. Tidak ada protes lanjutan yang dapat di lakukan
setelah keputusan tetap di tetapkan di luar babak yang di pertandingkan pada saat itu.
Penyerahan kepada Komisi Disiplin
8.13.11 Dalam kasus-kasus di mana Jury President menilai bahwa pelanggaran aturan
pertimbangan manfaat oleh Komisi Disiplin FPTI, hal dimaksud wajib dirujuk ke badan
disiplin bersama dengan laporan Jury President, salinan komunikasi tertulis antara Jury President dan pemanjat / Manajer tim yang bersangkutan, dan semua bukti yang relevan.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
61 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Gambar 8.2 (a) (model Lintasan Panjat Tebing untuk Kompetisi 10m)
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
62 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Gambar 8.2 (b) (Model lintasan panjat tebing untuk Kompetisi 15m)
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
63 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Gambar 8.2 (c) (Kisi sisipan M10 untuk tiap papan di permukaan pemanjatan)
Catatan:
Untuk jarak lubang pertama pada tepi kanan dan kiri papan adalah 125 mm (12,5 cm), dan untuk jarak lubang pertama pada tepi atas dan bawah papan adalah 188 mm (18,8 cm). Jarak antar lubang papan adalah 125 mm (12,5 cm), dengan besar papan 1,5 m x 1,5 m.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
64 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Gambar 8.2 (d) (Lintasan Topo untuk Kompetisi 10m)
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
65 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Gambar 8.2 (e) (Lintasan Topo untuk Kompetisi 15m)
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
66 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Gambar 8.6 (a) (Urutan mulai untuk babak putaran final – 4 starter)
Gambar 8.6 (b) (Urutan mulai untuk babak putaran final – 8 starter)
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
67 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Gambar 8.6 (c) (Urutan mulai untuk babak putaran final – 16 starter)
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
68 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
9. SPEED TIM 9.1 UMUM 9.1.1 Peraturan ini dibaca bersama dengan Bab 8 (Speed).
9.1.2 Masing – masing Tim (Tim Putra dan Tim Putri) terdiri dari tiga (3) pemanjat dengan jenis kelamin yang sama. Tim Campuran terdiri dari 2 (dua) pemanjat dengan jenis kelamin berbeda.
9.1.3 Masing – masing Provinsi biasanya dapat diijinkan untuk memasukkan satu (1) Tim kecuali untuk tuan rumah maksimal dua (2) tim dalam Kompetisi Speed Tim.
9.1.4 Suatu nomor Kompetisi Kategori Speed Tim ( Putra, Putri dan Campuran) hanya dapat
dilaksanakan jika diikuti tidak kurang dari enam (6) daerah / Tim. 9.2 STRUKTUR DINDING PANJAT 9.2.1 Struktur dinding panjat dan jalur dapat sesuai dengan persyaratan yang dikemukakan
dalam Pasal 8.2 yang diubah oleh ketentuan berikut ini:
a) Permukaan dinding panjat harus memiliki minimal dua pasang jalur paralel (dengan kata lain, minimal empat (4) jalur) dengan model dari tiap jalur (termasuk penempatan peralatan pencatat waktu) menyesuaikan rancangan dan susunan yang ditentukan untuk Kompetisi perseorangan 15m
Catatan : Jika tidak tidak sesuai dengan pasal 8.2.1 point a maka Jury President dapat memutuskan untuk tetap melaksanakan Kompetisi
b) Struktur dinding panjat untuk masing- masing jalur harus memiliki Titik
Pengaman Utama, sehingga memungkinkan digunakan dengan tali pemanjatan yang terpisah untuk pemanjat pertama dan ketiga dalam tim.
9.3 PENCATATAN WAKTU 9.3.1 Waktu pemanjatan untuk sebuah tim adalah periode antara sinyal mulai dan
selesainya percobaan pemanjatan pemanjat ketiga. Waktu valid yang akan dicatat hanya dimana semua pemanjat dalam tim telah menyelesaikan percobaan pemanjatan mereka sesuai dengan peraturan.
9.3.2 Waktu pemanjatan dicatat menggunakan dua (2) buah pencatat waktu:
a) Sistem Pencatat Waktu Elektronik yang disetujui oleh FPTI, dan b) Pencatat Waktu Manual (stopwatches)
Catatan: Dalam suatu babak Kompetisi jika pemanjat telah melakukan start dan system alat pencatat waktu elektronik mengalami kerusakan, maka hasil dari usaha pemanjatannya akan dicatat menggunakan alat pencatat waktu manual. Alat pencatat waktu manual hanya digunakan sebagai pencatat waktu cadangan (backup).
9.3.3 Di tiap jalur akan terdapat tanda yang dapat diketahui (misal, dengan penggunaan
lampu hijau) untuk menunjukkan pemanjat yang sedang memanjat telah menyelesaikan percobaan mereka dan sekaligus sebagai tanda mulai untuk pemanjat berikutnya dalam tim tersebut.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
69 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
9.3.4 Alat pencatat waktu manual harus diopersikan secara manual dan dengan
menggunakan tampilan secara digital (“stopwatch”).Catatan waktu untuk tiap pemanjat akan dimulai saat “starting signal” terdengar hingga pemanjat menekan tombol penghentian waktu yang ditempatkan sesuai dengan Gambar 8.2d) untuk Kompetisi 10m dan Gambar 8.2e) untuk Kompetisi 15m.
9.3.5 Tiga (3) time keeper harus mencatat waktu untuk tiap pemanjat. Setiap time keeper harus bertugas secara independent dan tanpa menunjukkan catatan waktunya atau mendiskusikan catatan waktunya dengan, orang lain. meskipun waktunya menunjukkan 1/10th detik, waktu pemanjatan harus dibacakan dan dicatat lebih rendah dari 1/10th detik (dengan kata laindibulatkan).
9.3.6 Waktu resmi untuk tiap pemanjat dapat ditentukan sebagai berikut:
a) Jika waktu yang dicatat oleh 3 time keeper sama, maka waktu tersebut yang akan digunakan;
b) Jika waktu yang di tunjukan oleh kedua time keeper menunjukan waktu yang
sama, maka waktu dari kedua time keeper yang sama akan di gunakan;
c) Jika waktu yang di tunjukan oleh ketiga time keeper tidak ada yang sama, maka diantara waktu tercepat dan terlama yang akan di gunakan
9.4 PROSEDUR KOMPETISI
Latihan
9.4.1 Bila memungkinkan, babak Kualifikasi harus didahului oleh periode latihan dimana
masing – masing tim diberikan kesempatan untuk melakukan percobaan Kompetisi. Jury President dapat mengumumkan waktu dan durasi dari latihan saat Tehnikal Meeting (dan bila perlu, alasan kenapa periode latihan tidak memungkinkan).
Kualifikasi (Empat Jalur)
9.4.2 Babak Kualifikasi biasanya dapat berlangsung dalam dua (2) pasang jalur dengan para
tim memanjat berpasangan, dengan kata lain, satu tim di tiap pasang jalur. Kecuali diperlukan untuk pemanjatan ulang sebagai akibat terjadi sebuah protes atau insiden teknis,, tiap tim hanya dapat melakukan satu (1) percobaan pemanjatan untuk
mencatatkan waktu Kualifikasi yang valid.
Catatan: Bila jumlah tim yang mengikuti Kompetisi merupakan jumlah ganjil, tim terakhir akan memanjat sendirian. Catatan: Kalau dilihat pasal diatas untuk babak kualifikasi dilakukan hanya satu kali pemanjatan untuk masing-masing tim kecuali ada insiden teknis atau protes. Di kejurnas XIV samarang untuk kualifikasi dilakukan dengan 2 kali pemanjatan atau best time.
9.4.3 Urutan pemanjatan masing – masing tim harus diacak.
9.4.4 Bila kuota untuk babak Final melebihi sebagai akibat adanya hasil tim yang bermain
seri, tim yang terkait dapat melakukan satu percobaan lebih jauh lagi di Jalur A untuk mematahkan hasil seri tersebut. Waktu yang dicatat di percobaan mereka itu hanya
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
70 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
akan digunakan untuk menentukan tim mana yang memenuhi syarat untuk babak Final.
Catatan: Percobaan ganda akan dilakukan bila perlu untuk mematahkan hasil seri yang berulang lagi.
Final
9.4.5 Babak Final dapat berlangsung sebagai rangkaian dari tahap eliminasi, seperti yang
dikemukakan dalam Pasal 8.7.6 hingga 8.7.10 (di tiap hal mengganti referensi kata
„pemanjat‟ dalam Pasal tersebut dengan kata „tim‟)
9.5 PROSEDUR PEMANJATAN
Start
9.5.1 Saat dipanggil untuk mulai pemanjatan sebuah jalur, tiap pemanjat dalam tim tersebut
dapat mengambil posisi pasangan tidak lebih dari dua (2) meter di depan dinding. Pemanjat yang dijadwalkan untuk memanjat kesatu (1) dan ketiga (3) dalam tim berada jalur kiri, dan pemanjat yang dijadwalkan memanjat kedua (2) dalam tim berada jalur kanan. Seorang belayer dapat mengikatkan tali pemanjatan ke masing – masing harness pemanjat seperti dikemukakan dalam Pasal 8.3.5.
9.5.2 Prosedur pemanjatan untuk pemanjat yang dijadwalkan memanjat kesatu (1) dalam
tim harus seperti yang dikemukakan dalam Pasal 8.9.1 dan 8.9.3 hingga 8.9.7.
9.5.3 Prosedur pemanjatan untuk pemanjat yang dijadwalkan memanjat kedua (2) dan ketiga (3) dalam tim harus seperti berikut ini:
a) Tiap pemanjat dapat segera mengambil posisi start, segera setelah pemanjat
kesatu (1) sesuai dengan urutan pemanjatan telah memulai pemanjatan; dan
b) Dapat memulai memanjat hanya ketika tanda mulai telah menunjukkan bahwa
pemanjat terdahulu telah menyelesaikan pemanjatan mereka. Catatan : Dikejurnas XIV pemanjat kedua telah dalam posisi start sebelum pemanjat kesatu memulai pemanjatan.
False Start
9.5.4 Pasal 9.5.5 hingga 9.5.8 menggantikan Pasal 8.9.8 hingga 8.9.11, yang mana tidak dapat diterapkan.
9.5.5 Sebuah tim dapat dianggap telah melakukan false start bila, dalam opini Pemberi Aba
(atau Pemanggil yang disahkan): a) Pemanjat kesatu (1) dalam tim meninggalkan bantalan start setelah Pemberi
Aba berkata ” Ready! ” dan sebelum tanda mulai; atau b) Pemanjat pertama dalam tim bereaksi terhadap sinyal mulai kurang dari 1/10
detik; atau c) Pemanjat kedua atau ketiga dalam tim meninggalkan tanah tepat sebelum
pemanjat yang terdahulu dalam tim telah menyelesaikan percobaan mereka atau tanda mulai untuk pemanjat berikutnya dalam tim tersebut.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
71 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Catatan: Dimana Sistem Pencatat Waktu Mesin-Elektronik digunakan, bukti peralatan ini biasanya dapat diterima secara meyakinkan. Dengan kata lain, tak ada bukti jelas bahwa peralatan itu cacat, pencatatan yang dibuat oleh Sistem Pencatat Waktu Mesin-Elektronik dapat diambil sebagai penentuan apakah sebuah false start telah terjadi.
9.5.6 Dalam Kompetisi ketika terjadi false start oleh pemanjat pertama dalam tim manapun,
pemberi aba harus menghentikan kedua/semua tim segera dan/atau menghentikan pemanjat kedua/ketiga di masing – masing tim untuk memulai pemanjatan.
9.5.7 Dalam Kompetisi yang mana pemanjat kesatu (1) dari tim melakukan dua false start dalam satu heat pemanjatan, tim tersebut dapat dicatat tidak memiliki waktu valid untuk heat pemanjatan dimana false start dibuat.
Catatan: Dalam Kompetisi yang mana pemanjat pertama dalam tim melakukan false start untuk kedua kalinya, tim yang tidak melakukan false start dapat memilih untuk (tetapi tidak diwajibkan) menyelesaikan percobaan mereka di heat pemanjatan terkait.
9.5.8 Dimana pemanjat kedua/ketiga dalam tim melakukan kesalahan start :
a) Pemberi Aba (atau seorang Pemanggil yang disahkan) akan menghentikan
pemanjatan pemanjat yang tersisa dari tim yang telah melakukan kesalahan
start; b) Tim yang tidak melakukan kesalahan start dapat melanjutkan terus dan dapat
mencatatkan waktu valid, dan tim yang melakukan kesalahan start dapat dicatat tidak memiliki waktu valid untuk heat pemanjatan dimana kesalahan start dibuat.
Catatan: Dimana dalam hal (b), tim yang melanjutkan untuk memanjat melakukan false start, maka tim ini juga dihentikan. Meskipun demikian, bila tim ini gagal untuk mencatatkan waktu valid, tidak diijinkan ada pengulangan. Catatan : Jika melihat pasal 8.7.10 b) tidak ada pengulangan pemanjatan ketika terjadi waktu yang sama pada heat pemanjatan selain heat pemanjatan untuk penentuan pemenang juara 1,2,3 dan 4 (untuk perorangan). Penentuan pemenang untuk tim yang mempunyai catatan waktu sama dilakukan dengan melihat catatan waktu heat sebelumnya dan atau catatan waktu babak kualifikasi.
Penyelesaiaan Percobaan
9.5.9 Pasal 9.5.10 hingga 9.5.12 menggantikan Pasal 8.9.12 hingga 8.9.14 yang mana tidak dapat diterapkan.
9.5.10 Tiap pemanjat dalam tim harus memukul bantalan/saklar pencatat waktu dengan
tangan mereka, dan
a) Pemanjat pertama dan kedua, memberi sinyal mulai untuk pemanjat berikutnya;
b) Pemanjat ketiga, menghentikan alat pencatat waktu.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
72 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Catatan: Dimana Sistem Pencatat Waktu Mesin-Elektronik digunakan, bukti peralatan ini biasanya dapat diterima secara meyakinkan. Dengan kata lain, tak hadirnya bukti jelas bahwa peralatan itu cacat, pencatatan yang dibuat oleh Sistem Pencatat Waktu Mesin-Elektronik dapat diambil sebagai penentuan ya atau tidak pemanjat telah berhasil memukul bantalan/saklar dan menghentikan pencatat waktu.
9.5.11 Bila salah satu:
a) Pemanjat kesatu (1) atau kedua (2) gagal untuk memberi sinyal/tanda mulai
untuk pemanjat berikutnya; atau
b) Pemanjat ketiga (3) tidak menghentikan alat pengatur waktunya. maka
pemanjatan tim dapat dianggap tidak berhasil dan tidak ada waktu valid yang dapat dicatat. Tidak ada pengulangan atau percobaan tambahan yang akan diijinkan kecuali kalau itu ditentukan bahwa Sistem Pencatat Waktu Mesin-Elektronik rusak.
Catatan: Kegagalan seseorang untuk menghentikan alat pencatat waktu tidak dapat dijadikan alasan untuk menyatakan bahwa peralatan rusak. Catatan: Bila pemanjat berturutan di jalur yang sama gagal untuk menghentikan alat pencatat waktu, atau bila kegagalan sistematis muncul, Jury President dapat menganggap ya atau tidaknya pemanjat yang terpengaruh harus diijinkan untuk mengulang. Bila pengujian ini mengungkapkan tidak ada kesalahan maka hasilnya dapat berlaku. Pengujian dapat dapat dilakukan oleh Pembuat Jalur untuk memanjat jalur dan memukul saklar/bantalan tersebut.
Catatan: Jury President dapat menganggap rekaman video dalam mempertimbangkan ya atau tidaknya perlunya peralatan pengujian, bagaimanapun rekaman video bahwa seorang pemanjat telah memukul bantalan/saklar (tetapi alat pencatat waktu tidak berhenti) tidak dapat digunakan sebagai bukti meyakinkan atas kesalahan peralatan.
9.5.12 Percobaan dari seorang pemanjat di jalur dapat dianggap tidak berhasil dan waktunya tidak valid apabila pemanjat dalam tim tersebut:
a) Gagal/Jatuh; b) Menggunakan bagian apapun dari dinding, point atau fitur – fitur terbatas yang
digunakan terus – menerus dan selotip hitam yang secara jelas bisa
diidentifikasi (atau bila warna lain diminta untuk digunakan, seperti yang ditetapkan oleh Jury President dalam pengarahan teknis untuk para pemanjat);
c) Menggunakan sisi tepi atau tepi atas dari dinding panjat; d) Kembali ke tanah dengan bagian tubuh apapun setelah start;
e) Menggunakan pertolongan buatan apapun.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
73 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
9.6 PERINGKAT PADA SETIAP BABAK Kualifikasi 9.6.1 Tim dapat diberi peringkat berdasarkan waktu valid tercepat yang dicatatkan di
percobaan Kualifikasi mereka. Bila sebuah tim gagal untuk mencatatkan waktu valid
maka tim tersebut diberi peringkat diposisi terakhir. Final 9.6.2 Peringkat dari masing – masing tim akan mengikuti prinsip – prinsip yang
dikemukakan dalam Pasal 8.10.2 hingga 8.10.4 (di tiap hal, menggantikan kata ” pemanjat ” dalam Pasal tersebut dengan kata ” tim ” ).
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
74 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
10. SPEED KLASIK 10.1 UMUM 10.1.1 Peraturan dibaca bersama dengan Bab 3 (Peraturan Umum).
10.1.2 Kompetisi ini dapat dilakukan pada dinding yang biasanya memiliki ketinggian antara 10m dan 15m dan memiliki tinggat kemiringan tak lebih dari lima (5) derajat, dirancang khusus untuk dinding panjat buatan. Bila terdapat jalur roof, lebarnya tidak lebih dari satu (1) m.
10.1.3 Kompetisi speed klasik biasanya dapat terdiri dari:
c) Babak Kualifikasi, terdiri dari satu (1) tahapan; dan b) Babak Putaran Final, terdiri antara satu (1) sampai tiga (3) tahapan eliminasi.
Untuk kasus-kasus tertentu, Jury President dapat memutuskan untuk membatalkan salah satu babak dan babak sebelumnya akan di gunakan untuk menentukan
peringkat dari babak yg di batalkan.
10.2 STRUKTUR DINDING PANJAT
Struktur Dinding Panjat
10.2.1 Struktur dinding panjat dan pegangan untuk pemanjatan harus mematuhi persyaratan
yang relevan dari Standar EN12572-1 dan EN12572-3 berturut – turut. 10.2.2 Permukaan dinding panjat harus memiliki minimal dua lintasan paralel dengan masing
– masing memiliki lebar 3m. Lintasan pemanjatan dapat berdekatan atau terpisah, tetapi pemisahan antar lintasan tidak boleh lebih dari 1m dan lurus secara horizontal.
10.2.3 Struktur dinding panjat memiliki dua (2) titik pengaman dimana tali pemanjatan
melewati : “Top Protection Point”; dan “Deviation Point” untuk membantu pengendalian tali pengaman. “Top Protection Point” harus diatas akhir dari jalur dan “Deviation Point” dapat ditempatkan agar supaya tidak membantu, menghalangi atau membahayakan seorang pemanjat selama percobaannya di jalur.
Jalur Pemanjatan
10.2.4 Jalur pemanjatan untuk tiap lintasan harus sama panjangnya dan sama karakter dan kesulitannya. jika jalur pada lintasan tidak vertikal maka dapat dirancang sehingga para pemanjat yang memanjat berjauhan dan tidak ke arah satu sama lain. Selain pegangan untuk kategori speed (pegangan yang tidak sesuai untuk Kompetisi speed, quickdraws, dll.) harus dibersihkan dari dinding, kecuali baut hangers yang terpasang secara permanen.
10.2.5 Peralatan pencatat waktu ditempatkan pada permukaan dinding panjat. Untuk kasus tertentu, Chief Route Setter dapat menetapkan posisi alternatif untuk peralatan pencatat waktu agar tidak mengganggu atau membantu gerak pemanjat.
10.3 KEAMANAN 10.3.1 Semua jalur harus dipanjat dengan pemanjat diamankan dari atas (“Top-Rope”)
menggunakan tali pemanjatan yang memenuhi persyaratan Standar (setara EN 892) yang diterapkan untuk tali tunggal (single rope).
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
75 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
10.3.2 Tali pemanjatan harus dikendalikan dari bawah oleh dua belayer yang akan
ditempatkan ke satu sisi dari lintasan pemanjatan. Belayer utama dapat menggunakan dengan baik “Locking Belay Device” maupun ”Manual Belay Device”. Belayer harus memperhatikan dengan seksama untuk memastikan bahwa:
a) Pergerakan pemanjat tidak terhalangi oleh jalannya tali baik terlalu ketat atau terlalu longgar;
b) Pemanjat yang jatuh atau selesai melakukan pemanjatan dihentikan dengan
cara yang aman; dan
c) Pemanjat tidak diturunkan dengan kecepatan yang berlebihan.
Titik Pengaman
10.3.3 Penghubung tali pemanjatan dengan Top Protection Point; dan Deviation Point harus menggunakan Karabiner Pengunci stainless-steel diamankan ke titik pengaman dengan Sling model pita yang dijahit dan dihubungkan dengan Quick-Link (“Maillon
Rapide”).
Peralatan Pribadi 10.3.4 Setiap pemanjat harus memakai “climbing harness”. Jury President tidak akan
mengijinkan seorang pemanjat untuk mulai pemanjatan jika Jury President menilai bahwa “harness” yang dipakai pemanjat tidak aman.
10.3.5 Tali pemanjatan harus terhubung pada harness pemanjat dengan dua Karabiner
Screwgate atau Self-locking karabiner yang disusun berlawanan (dengan posisi pintu yang saling berlawanan) dan tali pemanjatan harus terpasang pada Karabiner dengan menggunakan “Simpul Delapan”, diamankan dengan “Simpul Stoper” atau selotip.
10.3.6 Pemanjat di larang membawa atau mengunakan audio listening ( mp3, dll ) selama
melakukan observasi lintasan dan pada saat melakukan pemanjatan.
Pemeriksaan Keamanan
10.3.7 Sebelum pemanjatan pada suatu lintasan, belayer harus memastikan bahwa:
a) Harness pemanjat sudah terpasang dengan benar;
b) Tali pemanjatan terhubung dengan harness pemanjat sesuai dengan Pasal
8.3.5.
Penambatan
10.3.8 Tali pemanjatan harus dikendalikan dari bawah oleh dua belayer yang akan
ditempatkan ke satu sisi dari lintasan pemanjatan. Belayer utama dapat menggunakan dengan baik “Locking Belay Device” maupun ”Manual Belay Device”. Belayer harus memperhatikan dengan seksama untuk memastikan bahwa: a) Pergerakan pemanjat tidak terhalangi oleh jalannya tali baik terlalu ketat atau
terlalu longgar;
b) Pemanjat yang jatuh atau selesai melakukan pemanjatan dihentikan dengan
cara yang aman; dan c) Pemanjat tidak diturunkan dengan kecepatan yang berlebihan.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
76 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
10.3.9 Belayer yang ditunjuk oleh penyelenggara harus dilatih untuk menambat dengan cara
yang sesuai untuk Kompetisi Speed. FPTI Judge diberikan kewenangan untuk memerintahkan penyelenggara mengganti belayer selama Kompetisi. Jika diganti, belayer tidak dapat diijinkan menambatan pemanjat pada Kompetisi tersebut.
10.4 PENCATATAN WAKTU 10.4.1 Waktu pemanjatan untuk setiap pemanjat adalah periode antara starting signal dan
penyelesaian pemanjatan. Waktu yang valid akan dicatat apajika pemanjat telah menyelesaikan pemanjatannya yang sesuai dengan peraturan.
10.4.2 Waktu pemanjatan dicatat menggunakan dua (2) buah pencatat waktu:
a) Sistem Pencatat Waktu Elektronik yang disetujui oleh FPTI, dan b) Pencatat Waktu Manual (stopwatches)
Catatan: Dalam suatu babak Kompetisi jika pemanjat telah melakukan start dan system alat pencatat waktu elektronik mengalami kerusakan, maka hasil dari usaha pemanjatannya akan dicatat menggunakan alat pencatat waktu manual. Alat pencatat waktu manual hanya digunakan sebagai pencatat waktu cadangan (backup).
Pencatat Waktu Mesin-Elektronik
10.4.3 Sistem pencatat waktu yang disetujui oleh FPTI. Sistem pencatat waktu yang dapat:
a) Menghasilkan “single starting signal” dengan jeda waktu acak setelah dipicu.
Jeda waktu tidak boleh kurang dari 0.5 detik dan tidak lebih dari 1.5 detik setelah dipicu.
b) Mencatat “finishing time” untuk tiap pemanjat secara terpisah ketika mereka memukul tombol/bantalan mesin-elektronik yang ditempatkan seperti yang ditunjukkan di Gambar 8.2d) untuk Kompetisi 10m dan Gambar 8.2e) untuk Kompetisi 15m; dan
c) Menunjukkan waktu pemanjatan untuk tiap pemanjat secara terpisah seperti
perbedaan antar “single starting signal” (a) dan “finishing time” (b)
10.4.4 Sistem pencatat waktu harus mampu mencatat waktu setidaknya 1/1000 detik. Untuk
tujuan peringkat pemanjat, waktu akan dicatat dan ditunjukkan pada 1/100 detik. Kecuali kalau waktu yang dicatat tepat 1/100 detik, maka dapat dibacakan dan dicatat ke 1/100 detik (dengan kata lain dibulatkan)
10.4.5 Timing device harus memiliki indikator start yang ditempatkan pada permukaan
dinding sesuai dengan Pasal 8.2.6 10.4.6 Jury President harus bertanggung jawab untuk memastikan bahwa sistem pencatat
waktu dapat berfungsi dengan baik. Jury President juga harus berkomunikasi dengan petugas pencatat waktu untuk memastikan pengoperasikan peralatan tersebut dan melakukan tes sistem pencatat waktu sebelum Kompetisi dimulai.
Pencatat Waktu Manual
10.4.7 Alat pencatat waktu manual harus di opersikan secara manual dan dengan menggunakan tampilan secara digital (“stopwatch”). Catatan waktu untuk tiap
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
77 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
pemanjat akan dimulai saat “starting signal” terdengar hingga pemanjat menekan tombol penghentian waktu yang ditempatkan sesuai dengan Gambar 8.2 d) untuk Kompetisi 10m dan Gambar 8.2 e) untuk Kompetisi 15m.
10.4.8 Tiga (3) time keeper harus mencatat waktu untuk tiap pemanjat. Setiap time keeper
harus bertugas secara independent dan tanpa menunjukkan catatan waktunya atau
mendiskusikan catatan waktunya dengan, orang lain. meskipun waktunya menunjukkan 1/10th detik, waktu pemanjatan harus dibacakan dan dicatat lebih rendah dari 1/10th detik (dengan kata lain dibulatkan).
10.4.9 Waktu resmi untuk tiap pemanjat dapat ditentukan sebagai berikut:
a) jika waktu yang dicatat oleh 3 time keeper sama, maka waktu tersebut yang akan digunakan;
b) jika waktu yang di tunjukan oleh kedua time keeper menunjukan waktu yang
sama, maka waktu dari kedua time keeper yang sama akan di gunakan; c) jika waktu yang di tunjukan oleh ketiga time keeper tidak ada yang sama,
maka diantara waktu tercepat dan terlama yang akan di gunakan
10.5 KUOTA UNTUK SETIAP BABAK 10.5.1 Kuota untuk babak putaran final adalah ;
Jumlah pemanjat yang mencatat waktu valid di Kualifikasi
Kuota
4 - 7 4
8 -15 8
16 atau lebih 16
Catatan: Jika jumlah pemanjat yang mencatat waktu valid di babak Kualifikasi kurang dari empat (4), maka Babak Kualifikasi akan diulang.
10.5.2 Kuota untuk babak putaran final akan diisi oleh pemanjat yang mempunyai peringkat
tertinggi dari babak Kualifikasi 10.5.3 Dimana kuota untuk babak putaran final terlampaui dikarenakan pemanjat yang
memiliki peringkat sama, pemanjat yang bersangkutan dipisahkan dengan mengikuti prosedur sesuai dengan Pasal 8.7.5.
10.6 URUTAN PEMANJATAN
Kualifikasi
10.6.1 Urutan pemanjatan untuk lintasan kiri (Lintasan A) harus diacak. Urutan pemanjatan untuk lintasan kanan (Lintasan B) harus sama dengan urutan Lintasan A tetapi dengan perubahan urutannya 50%.
Contoh: jika pemanjat terdiri dari 21 orang, maka pemanjat dengan urutan pemanjatan 1 pada lintasan A akan menjadi pemanjat urutan ke 11 pada lintasan B (urutan ke 11 pada lintasan A, akan menjadi urutan ke 1 pada lintasan B).
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
78 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Final
10.6.2 Urutan pemanjatan dan alokasi lintasan untuk tiap tahapan dari babak putaran final harus seperti yang dikemukakan dalam Gambar 8.6(a), 8.6(b) atau 8.6(c) untuk babak putaran final dengan kouta 4/8/16 berturut – turut.
Catatan: Jika dua atau lebih pemanjat mempunyai peringkat yang sama di babak Kualifikasi, maka urutan pemanjatan tahap pertama pada babak putaran Final akan dipisahkan secara acak.
10.7 PROSEDUR KOMPETISI
Percobaan Lintasan
10.7.1 Jika memungkinkan, babak Kualifikasi harus didahului oleh periode latihan dimana tiap pemanjat diberikan kesempatan untuk mencoba masing – masing jalur kualifikasi. Dalam keadaan pengecualian, sebuah demonstrasi dari jalur dapat dilakukan diperiode
latihan. Jury President dapat mengumumkan waktu dan durasi dari latihan saat Technical Meeting (dan jika tidak memungkinkan, maka percobaan lintasan dapat ditiadakan).
Kualifikasi (Dua Lintasan)
10.7.2 Babak Kualifikasi akan berlangsung dalam dua (2) lintasan dengan pemanjat
memanjat berpasangan. Tiap pemanjat akan mendapatkan kesempatan satu kali pemanjatan pada tiap lintasan, kecuali jika terjadi false start atau insiden teknis.
Catatan: Jika pemanjat telah melakukan dua kali false start, pemanjat lainnya akan melanjutkan usaha pemanjatannya di satu atau kedua lintasan, tetapi akan melakukan pemanjatan sendirian.
10.7.3 setelah menyelesaikan usaha pemanjatan pada lintasan pertama, maka pemanjat
akan mendapatkan waktu istirahat tidak kurang dari lima (5) menit sebelum melakukan usaha pemanjatan pada lintasan ke dua.
10.7.4 Tiap pemanjat tetap berada di Zona Kompetisi seperti yang diatur oleh Jury President
sampai mereka telah menyelesaikan percobaan mereka di kedua lintasan. 10.7.5 Jika pemanjat yang berhak memasuki babak putaran final melebihi kuota yang di
tetapkan karena ada dua atau lebih pemanjat yang memiliki waktu yang sama pada peringkat terakhir, maka pemanjat yang terkait akan melakukan percobaan lagi di Lintasan A untuk memisahkan peringkat yang sama tersebut. Waktu yang dicatat di percobaan mereka hanya akan digunakan untuk menentukan pemanjat mana yang
berhak untuk babak putaran final.
Catatan: jika diperlukan akan dilakukan pemanjatan secara berulang-ulang untuk memisahkan pemanjat dengan waktu pemanjatan yang sama.
Final
10.7.6 Babak Final dapat didahului dengan presentasi dari para pemanjat yang memenuhi
syarat untuk ikut serta dalam babak tersebut
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
79 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
10.7.7 Babak putaran final dapat berlangsung sebagai rangkaian dari tahapan eliminasi, masing – masing terdiri atas jumlah heat pemanjatan, jumlah tahapan eliminasi (heat pemanjatan di tiap tahapan) bergantung dari kuota untuk babak putaran final. Tiap pemanjat akan mendapatkan kesempatan satu kali pemanjatan pada tiap lintasan, kecuali jika terjadi false start atau insiden teknis.
10.7.8 Kuota untuk babak Final haruslah:
Jumlah pemanjat yang mencatat waktu valid di Kualifikasi
Kuota
4 - 7 4
8 - 15 8
16 atau lebih 16
Catatan: Jika jumlah pemanjat yang mencatat waktu valid di babak Kualifikasi kurang dari empat (4), maka tidak ada babak Final yang dilaksanakan untuk kategori tersebut.
10.7.9 Urutan pemanjatan dan alokasi lintasan untuk tiap tahapan dari babak putaran final
harus seperti yang dikemukakan dalam Gambar 8.6(a), 8.6(b) atau 8.6(c) untuk babak putaran final dengan kouta 4/8/16 berturut – turut. Segera setelah pemanjat
melakukan percobaan di jalur pertama mereka, pemanjat dapat ” tukar jalur ” dan melakukan percobaan di jalur kedua mereka.
misal, pemanjat pada saat awal memanjat pada jalur A maka akan memanjat di jalur B, dan pemanjat pada saat awal memanjat pada jalur B akan memanjat di jalur A.
Catatan: Jika dua atau lebih pemanjat mempunyai peringkat yang sama di babak Kualifikasi, maka urutan pemanjatan tahap pertama pada babak putaran Final akan dipisahkan secara acak.
10.7.10 Pemenang dari masing – masing heat pemanjatan merupakan pemanjat dengan
jumlah total waktu valid terkecil untuk kedua jalur.
Catatan: Jika hanya satu pemanjat yang mencatatkan waktu valid di sebuah heat pemanjatan, pemanjat tersebut dapat dianggap pemenang dari heat pemanjatan tersebut.
10.7.11 Jika tidak ada pemanjat di sebuah heat pemanjatan yang mencatatkan waktu yang
valid : a) Jika salah satu dari pemanjatan pada tahapan eliminasi melakukan dua kali
false start, maka pemanjat yang menjadi lawannya akan di nyatakan sebagai pemenang pada tahapan eliminasi tersebut;
b) Jika kedua pemanjat dalam sebuah tahapan eliminasi melakukan dua (2) kali false start, maka kedua pemanat tersebut dinyatakan memiliki waktu yang sama dan Pasal 8.7.10 akan berlaku.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
80 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Catatan: jika hasil suatu babak eliminasi di tentukan sesuai dengan pasal 8.7.9.(a), dan pemanjat yang di nyatakan sebagai pemenang memilih untuk melakukan usaha pemanjatan, apabila pemanjat tersebut terjatuh, maka pasal 8.7.9.(b) akan berlaku.
10.7.12 Jika terjadi catatan waktu yang sama dalam sebuah heat, maka : a) Jika catatan waktu yang sama terjadi pada heat untuk memperebutkan juara 3
dan peringkat 4, atau juara 1 dan 2 , maka heat tersebut akan di ulang ; b) Jika catatan waktu yang sama terjadi pada heat yang bukan memperebutkan
juara 3 dan peringkat 4 atau juara 1 dan 2 maka, untuk menentukan pemenang pada heat tersebut akan di tentukan dari heat sebelumnya (jika di perlukan dapat menggunakan peringkat pada tahapan sebelumnya dan atau babak kualifikasi).
10.8 PROSEDUR PERCOBAAN LINTASAN 10.8.1 Periode percobaan lintasan akan menggunakan tahapan sebagai berikut:
a) setiap pemanjat yang berhak mengikuti babak kualifikasi akan di beri
kesempatan untuk melakukan percobaan pemanjatan satu kali percobaan pada setiap lintasan; atau
b) berdasarkan pengelompokan dari pemanjat yang berasal dari suatu daerah atau
tim yang sama, untuk kasus ini Jury President harus memutuskan waktu dari periode percobaan lintasan berdasarkan jumlah pemanjat dari suatu daerah atau tim yang akan melakukan percobaan pemanjatan.
10.8.2 Jury President dapat menentukan periode percobaan lintasan agar sesuai dengan
keadaan pada saat pertandingan .
10.8.3 Periode percobaan lintasan harus dilakukan dengan menggunakan seluruh peralatan pencatat waktu dan melakukan demontrasi untuk false start signal.
10.9 PROSEDUR PEMANJATAN
Start
10.9.1 Pada saat pemanjat akan melakukan pemanjatan, maka pemanjat harus dapat mendengar aba-aba untuk melakukan pemanjatan dengan jelas yang di berikan oleh “Asign Starter” yang ditunjuk, yang bukan dari pihak resmi FPTI. “Asign Starter” tersebut juga harus mengambil posisi agar tidak terlihat oleh pemanjat yang akan melakukan pemanjatan dan pada saat memberikan aba-aba posisi dari “Asign Starter” tersebut harus memilki jarak yang sama dari kedua pemanjat.
10.9.2 Pada saat diberitahukan untuk melakukan pemanjatan, tiap pemanjat :
a) Diberikan kesempatan untuk memperbaiki posisi “starting pad” tidak lebih dari sepuluh (10) detik;
b) Selanjutnya pemanjat tersebut harus menghampiri belayer yang bertugas untuk
memasang tali pengaman sesuai dengan Pasal 8.3.5 dan 8.3.7, dan c) Setelah itu pemanjat harus mengambil posisi dengan membelakangi lintasan
dengan jarak tidak lebih dari dua (2) meter.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
81 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
10.9.3 Setelah mendengar aba-aba “at your marks” setiap pemanjat harus menempati posisi start dengan satu kaki bertumpuh pada alat “starting pad” dan kaki yang lainnya berada pada pijakan pertama serta kedua tangan dalam posisi memegang pegangan start dan dilakukan tidak lebih dari empat (4) detik.
Catatan: Jury President dan/atau FPTI Judge akan memberikan sangsi dengan mengeluarkan kartu kuning untuk setiap pelanggaran yang berhubungan dengan waktu yang di tentukan untuk melakukan tahapan di atas.
10.9.4 Untuk alasan apapun, setelah pemenjat menempati posisi start dan “Asign Starter”
yang bertugas memberikan aba-aba start memutuskan untuk tidak melakukan start maka “Asign Starter” tersebut dapat memberikan arahan kepada kedua pemanjat untuk melakukan atau memperbaiki posisi start kembali.
10.9.5 Setelah kedua pemanjat berada pada posisi start, maka “Asign Starter” yang bertugas
memberikan aba-aba “READY” dan setelah itu di lanjutkan dengan starting signal atau tanda dari sistem pencatat waktu.
Sesuai dengan pasal 10.9.1 untuk seorang Asign Starter yang ditunjuk, yang bukan
pihak resmi dari FPTI.
Catatan: Sistem pencatat waktu dapat secara otomatis mengontrol starting signal sesuai Pasal 8.4.3
10.9.6 Tidak ada Protes pada saat asign starter memberi aba-aba” Ready !” kecuali pemanjat secara jelas memberi tanda dengan mengangkat salah satu tangannya.
10.9.7 Apabila assign starter memberikan aba-aba pada kedua pemanjat :
a) Gagal mematuhi perintah ” At Your Marks !”, atau tidak menempatkan posisi
pada starting pad melebihi empat (4) detik yang ditentukan; atau tetap melakukan gerakan tambahan setelah aba-aba ” Ready !”; atau
b) Mengganggu pemanjat lain setelah perintah ” At Your Marks !”,
Maka assign starter akan menghentikan start. Jury President dapat memperingatkan pemanjat untuk mematuhi perintah yang berlaku dan mengeluarkan peringatan Kartu
Kuning sesuai Bab 4 (Prosedur Kedisiplinan). Jika Jury President tidak setuju dengan keputusan assign starter, maka pemanjat akan diberitahu untuk melanjutkan pemanjatan.
False Start
10.9.8 Seorang pemanjat dapat dinyatakan telah melakukan false start jika, dalam penilaian
assign starter pemanjat : a) Meninggalkan starting pad setelah assign starter telah berkata ” Ready !” dan
sebelum starting signal menyala; atau b) bereaksi mendahului starting signal kurang dari 1/10 detik.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
82 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Catatan: Jika sistem pencatat waktu elektrik yang di gunakan, maka tanda false start dari alat tersebut akan di gunakan sebagai sebuah keputusan. apabila signal dari sistem pencatat waktu tidak jelas memberi tanda maka catatan yang dibuat dari sistem pencatat waktu elektrik akan di tetapkan sebagai bukti terjadinya false start.
10.9.9 Apabila pemanjat melakukan false start satu (1) kali pada suatu babak atau tahapan eliminasi tanpa diberi peringatan (kartu kuning), jika pemanjat melakukan false start kedua, maka pemanjat tersebut dinyatakan tidak memiliki catatan waktu pada pertandingan tersebut dan tidak diijinkan melanjutkan pemanjatannya. Catatan: Pemanjat yang tidak melakukan false start dapat memilih untuk (tidak diwajibkan) menyelesaikan percobaan mereka di tahap terkait.
10.9.10 Ketika terjadi false start, Assign starter segera menghentikan kedua pemanjat.
10.9.11 Tidak ada catatan waktu jika false start terjadi.
Penyelesaiaan Percobaan
10.9.12 Menurut Pasal 8.9.11, sebuah percobaan dapat dianggap berhasil dan waktu vaild dicatat apabila pemanjat tersebut telah memukul timing pad dengan tangan mereka dan menghentikan alat pengatur waktunya.
Catatan: Jika sistem pencatat waktu elektrik yang di gunakan, maka catatan waktu dari alat tersebut akan di gunakan sebagai sebuah keputusan. apabila sistem pencatat waktu elektrik yang di gunakan tidak bekerja dengan baik (contoh: penunjukan angka pada layar tidak jelas), catatan waktu dari sistem pencatat waktu elektrik yang di milik juri
akan di gunakan sebagai hasil dari catatan waktu pemanjat.
10.9.13 Jika seorang pemanjat tidak menghentikan alat pengatur waktunya, percobaan mereka dapat dianggap tidak berhasil dan tidak ada waktu valid yang dapat dicatat. Tidak ada pengulangan atau tambahan percobaan yang akan diijinkan kecuali jika ada kerusakan pada Sistem Pencatat Waktu Elektronik. Catatan: Kegagalan pemanjat untuk menghentikan alat pencatat waktu tidak digunakan sebagai dasar untuk menentukan kerusakan atau kesalahan dari alat pencatat waktu. Catatan: jika pemanjat selanjutnya secara berturut-turut gagal menghentikan sistem pencatat waktu atau kegagalan sistematik sistem pencatat waktu terjadi maka Jury President akan memutuskan untuk melakukan pemeriksaan sistem pencatat waktu tersebut. Jika setelah di lakukan pemeriksaan dan ternyata terjadi kesalahan pada sistem pencatat waktu, maka Jury President akan mempertimbangkan apakah pemanjat yang tidak mengalami gagal menghentikan sistem pencatat waktu akan melakukan pemanjatan
ulang atau tidak . jika setelah di lakukan pemeriksaan tidak terjadi kesalahan pada sistem pencatat waktu, maka hasil dari suatu Kompetisi dari pemanjat yang gagal menghentikan sistem pencatat waktu akan di gunakan sebagai hasil dari Kompetisi.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
83 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Catatan: Jury President dapat mengunakan rekaman video untuk mempertimbangkan melakukan pemeriksaan sistem pencatat waktu atau tidak, tetapi rekaman video tidak dapat di gunakan sebagai penentu untuk memutuskan telah terjadi kesalahan pada sistem pencatat waktu.
10.9.14 Usaha pemanjatan di nyatakan tidak berhasil dan tidak di lakukan pencatatan waktu
apabila pemanjat: a) Jatuh;
b) Menggunakan tepi sisi atau tepi atas dari dinding panjat; c) menyentuh landasan dengan bagian apapun dari tubuh pemanjat setelah
memulai usaha pemanjatan; d) Menggunakan alat bantu yang tidak di ijinkan.
10.10 PERINGKAT PADA SETIAP BABAK Kualifikasi 10.10.1 Sesuai pasal 8.9.11 mengenai false start, para pemanjat dapat diberi peringkat
sebagai berikut :
a) Jika pemanjat telah mencatatkan waktu valid di masing - masing jalur, berdasarkan jumlah total waktu pemanjatan yang dicatatkan dari kedua jalur (jumlah total waktu terkecil lebih baik).
b) Jika seorang pemanjat gagal untuk mencatatkan waktu valid di kedua Lintasan
pemanjat tersebut akan diberi peringkat terakhir. Final
10.10.2 pemanjat yang gagal pada babak putaran final (tidak termasuk semi-final atau final)
dapat diberi peringkat berdasarkan total waktu pemanjatan mereka di tahapan tersebut.
Catatan: Jika pemanjat gagal untuk mencapai waktu valid pemanjat dapat diberi peringkat terakhir di tahapan tersebut.
10.10.3 Jika dua atau lebih pemanjat (i) gagal menyelesaikan usaha pemanjatannya atau
(ii)memiliki catatan waktu yang sama pada suatu heat, maka catatan waktu dari heati sebelumnya akan di gunakan sebagai hasil akhir untuk menentukan peringkat (dan
jika di perlukan dapat menggunakan catatan waktu dari babak kualifikasi)
10.10.4 Dua pemanjat yang gagal di tahap semi-final akan bertanding berhadapan untuk tempat ke 3 dan ke 4 (Small Final) dan pemenang dari tahap semi-final akan bertanding berhadapan untuk tempat ke 1 dan ke 2 (Big Final). Small Final dapat selalu dilakukan dan diselesaikan sebelum mulainya Big Final.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
84 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
10.11 INSIDEN TEKNIS 10.11.1 Insiden Teknis didefinisikan sebagai suatu kejadian yang mengakibatkan kerugian atau
keuntungan bagi pemanjat yang bukan bagian dari perbuatan yang sengaja oleh pemanjat.
10.11.2 jika diperlukan untuk menentukan sebuah insident teknis FPTI Judge dapat berkonsultasi kepada Chief Route Setter.
10.11.3 Sebuah kerusakan sistem pencatat waktu elektrik akan di putuskan sebagai Insiden
teknis dan dapat berpengaruh terhadap kedua pemanjat yang sedang melakukan usaha pemanjatan pada suatu tahapan eliminasi atau, jika kegagalan sistem pencatat
waktu tidak dapat di perbaiki , kedua pemanjat yang mengalami kerusakan sistem pencatat waktu akan:
a) Jika kerusakan dapat diperbaiki (contoh: jika terjadi kerusakan pada saluran
atau sambungan elektrik dari sistem pencatat waktu), maka pertandingan dapat di lanjutkan kembali setelah saluran atau sambungan dari sistem pencatat waktu telah di perbaiki dan dapat di gunakan kembali;
b) Jika kerusakan tidak dapat diperbaiki, maka Jury President akan (i)
membatalkan babak atau tahapan eliminasi yang mengalami kerusakan sistem pencatat waktu, atau (ii) menjadwalkan kembali untuk melakukan pemanjatan untuk tahapan eliminasi yang mengalami kerusakan sistem pencatat waktu.
Catatan: Pasal 8.4.2 dapat berlaku setiap saat. Jika sistem pencatat waktu elektrik tidak dapat di gunakan atau mengalami kerusakan, maka catatan waktu pada sistem pencatat waktu manual (stop watch) dapat di gunakan.
Prosedur Setelah Terjadi Insiden Teknis
10.11.4 Jika pemanjat atau manajer tim menganggap telah terjadi sebuah insiden teknis, maka mereka harus segera memberitahukan kepada FPTI Judge ( atau jika tidak ada, dapat memberitahukan kepada Jury President) dan harus sebelum heat selanjutnya di mulai, FPTI Judge tidak akan mempertimbangkan sebuah laporan tentang insiden teknis jika di lakukan setelah heat selanjutnya di mulai.
10.11.5 Setelah di nyatakan telah terjadi insiden teknis, maka kedua pemanjat harus tetap
berada di Zona Kompetisi sesuai arahan dari Jury President. 10.11.6 Insiden Teknis terjadi pada salah seorang pemanjat:
a) jika terjadi pada babak kualifikasi, maka hanya pemanjat yang mengalami
insiden teknis yang akan melakukan pemanjatan ulang;
b) jika terjadi pada babak putaran final, maka kedua pemanjat tersebut harus melakukan pemanjatan ulang.
10.11.7 Waktu pemulihan, setidak-tidaknya tidak kurang dari lima (5) menit setelah terjadi
insiden teknis.
10.12 PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO 10.12.1 Seluruh usaha pemanjatan harus dapat terekam oleh alat perekam ofisial Kompetisi.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
85 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
10.12.2 Perekaman video resmi harus dibuat menggunakan dua (2) kamera video, yang harus minimal menunjukkan:
a) Posisi awal untuk kedua lintasan di awal Kompetisi; b) starting pad dan timing pad untuk kedua lintasan di tiap heat; dan
c) Usaha pemanjatan yang dilakukan oleh setiap pemanjat di setiap heat.
10.12.3 Sebelum Kompetisi di mulai, FPTI Judge harus mengarahkan operator alat perekam
untuk dapat merekam seluruh usaha pemanjatan pemanjat dengan prosedur yang benar . posisi dari alat perekam akan di tentukan oleh FPTI Judge setelah
berkoordinasi dengan Jury President.
Catatan: Harus dipastikan operator alat perekam tidak terganggu dalam melaksanakan tugasnya dan tidak satupun yang boleh menghalangi proses perekaman.
10.12.4 Sebuah monitor yang terhubung dengan sistem pemutar video harus disediakan untuk membantu proses penjurian jika terjadi insiden teknis. sebaiknya posisi monitor di tempatkan di Zonaan khusus sehinga juri yang bertugas dapat berdiskusi pada saat terjadi insiden teknis tanpa gangguan dari pihak yang tidak berkepentingan.
10.12.5 Proses untuk mengambil keputusan (termasuk Protes) tidak akan mempertimbangkan
bukti rekaman selain:
a) Rekaman Video ofisial Kompetisi, dan b) Berdasarkan kebijaksanaan Jury President, setiap rekaman video siaran FPTI
(jika ada). misalnya "Live Streaming" video.
10.12.6 Pada akhir setiap babak, salinan Rekaman Video ofisial Kompetisi harus diberikan
kepada Jury President jika diminta. 10.13 PROTES 10.13.1 Seluruh proses protes (baik lisan maupun tulisan) harus menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar demikian juga dengan tanggapan dari juri protes.
10.13.2 Selain pasal 8.13.3 dan 8.13.7, protes hanya akan diterima jika disertai dengan biaya protes resmi. Besaran biaya protes harus dibayar sesuai dengan daftar biaya yang di keluarkan oleh FPTI. Jika protes diterima, maka biaya protes harus dikembalikan. Jika protes tidak di terima, biaya protes tidak akan dikembalikan.
Protes Keselamatan
10.13.3 Protes terhadap resiko kecelakaan yang mungkin dapat di timbulkan pada saat Kompetisi hanya dapat di ajukan jika sekurang-kurangnya di lakukan oleh 3 orang pelatih atau tim manager dari tim yang berbeda. Dan jika di perlukan setelah berkoordinasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan maka Jury President akan memutuskan untuk melakukan tindakan.
Prosedur Protes 10.13.4 Dalam kasus protes yang disampaikan secara lisan maupun tulisan, Jury President
harus membentuk jury protes yang terdiri dari, Jury President dan FPTI Delegate.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
86 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
10.13.5 Pada saat menerima protes lisan maupun tulisan mengenai Hasil Resmi, Jury President akan pengumuman sebuah keputusan resmi yang merupakan “jawaban protes“, dengan penjelasan mengenai keputusan dari protes tersebut.
10.13.6 Jika Juri tidak dapat menghasilkan keputusan secara bulat, maka keputusan awal akan
di gunakan sebagai keputusan akhir dan biaya protes akan di kembalikan. Jika kasus
protes di lakukan secara tertulis, maka juri protes harus membuat keputusan secara tertulis dan di sampaikan kepada yang mengajukan protes secara resmi.
10.13.7 Sebuah Protes yang dilakukan terhadap :
a) Sebuah keputusan terhadap usah pemanjatan yang di lakukan pemanjat
(contoh: keputusan terhadap gagal melakukan start ) pada setiap babak; atau d) Hasil dari heat pada babak putaran final,
Harus disampaikan sesegera mungkin dan di lakukan sebelum babak atau tahapan eliminasi selanjutnya. Babak atau tahapan eliminasi selanjutnya tidak dapat di lanjutkan hingga ada keputusan yang di tetapkan. Tidak ada biaya yang di bebankan
untuk banding ini.
10.13.8 Jika protes dilakukan terhadap urutan peringkat pada suatu babak : a) jika terjadi pada babak kualifikasi :
i) jika ada layar untuk menunjukan peringkat pemanjat secara langsung,
maka protes harus disampaikan tidak lebih dari 5 menit setelah pemanjat
terakhir selesai melakukan pemanjatannya; atau ii) tidak lebih dari 5 menit setelah “original decision” di umumkan secara
resmi.
b) Jika terjadi pada babak final :
i) jika ada layar untuk menunjukan peringkat pemanjat secara langsung, maka protes harus disampaikan tidak lebih dari 2 menit setelah pemanjat terakhir selesai melakukan pemanjatannya; atau
ii) tidak lebih dari 2 menit setelah “original decision” di umumkan secara
resmi dan setiap kasus protes harus di sampaikan secara tertulis.
Konsekwensi dari Protes
10.13.9 Hasil keputusan yang di keluarkan juri protes bersifat final dan tidak ada protes lanjutan.
10.13.10 sebuah keputusan yang telah di tetapkan oleh jury protes ( keputusan tetap) harus di
sampaikan:
a) Jika terjadi pada babak qualifikasi dan semi-final, maka keputusan tetap
tersebut harus sudah disampaikan kepada tim manager yang mengajukan protes selambat-lambatnya tidak lebih dari 5 menit setelah “ original decision “ di umumkan; atau
b) Jika terjadi pada babak final, maka keputusan tetap tesebut harus sesegera mungkin di sampaikan.
Tidak ada protes lanjutan yang dapat di lakukan setelah keputusan tetap di tetapkan di luar babak yang di pertandingkan pada saat itu.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
87 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Penyerahan kepada Komisi Disiplin
10.13.11 Dalam kasus-kasus di mana Jury President menilai bahwa pelanggaran aturan pertimbangan manfaat oleh Komisi Disiplin FPTI, hal dimaksud wajib dirujuk ke badan disiplin bersama dengan laporan Jury President, salinan komunikasi tertulis antara Jury President dan pemanjat / Manajer tim yang bersangkutan, dan semua bukti yang
relevan.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
88 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
11. SPEED TRACK
11.1 UMUM 11.1.1 Peraturan ini dapat dibaca bersama dengan Bab 3 (Peraturan Umum).
11.1.2 Kompetisi Speed Track dapat dilakukan pada dinding panjat dengan minimal ketinggian 15 m, lebar tiap lintasan 1.5 m, dan kemiringan 50 (lima derajat).
Catatan : Jika tidak sesuai dengan pasal 11.1.2 maka Jury President dapat memutuskan untuk tetap melaksanakan Kompetisi.
11.1.3 Kompetisi speed track biasanya dapat terdiri dari:
a) Babak Kualifikasi, terdiri dari satu (1) tahapan; dan b) Babak Final, terdiri antara satu (1) sampai tiga (3) tahapan eliminasi.
Untuk kasus-kasus tertentu, Jury President dapat memutuskan untuk membatalkan salah satu babak dan babak sebelumnya akan di gunakan untuk menentukan peringkat dari babak yg di batalkan.
11.2 STRUKTUR DINDING PANJAT
Struktur Dinding Panjat 11.2.1 Struktur dinding panjat dan point untuk pemanjatan harus mematuhi persyaratan
yang relevan dari Standar EN12572-1 dan EN12572-3 berturut – turut. 11.2.2 Permukaan dinding panjat harus memiliki minimal dua lintasan paralel dengan masing
– masing memiliki lebar 3m. Lintasan pemanjatan dapat berdekatan atau terpisah, tetapi pemisahan antar lintasan tidak boleh lebih dari 1m dan lurus secara horizontal.
11.2.3 Struktur dinding panjat memiliki dua (2) titik pengaman dimana tali pemanjatan
melewati : “Top Protection Point”; dan “Deviation Point” untuk membantu pengendalian tali pengaman. “Top Protection Point” harus diatas akhir dari jalur dan “Deviation Point” dapat ditempatkan agar supaya tidak membantu, menghalangi atau membahayakan seorang pemanjat selama percobaannya di jalur.
Jalur Pemanjatan
11.2.4 Jalur pemanjatan untuk tiap lintasan harus sesuai dengan model yang disetujui oleh FPTI untuk Kompetisi Speed Track.
11.2.5 Chief Route Setter dapat menetapkan posisi alternatif untuk peralatan pencatat waktu
agar tidak mengganggu atau membantu gerak pemanjat.
11.3 KEAMANAN
Sesuai dengan pasal 8.3.1 dan pasal 8.3.2
Titik - Titik Perlindungan
Sesuai dengan pasal 8.3.3
Peralatan Pribadi
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
89 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Sesuai dengan pasal 8.3.4 sampai dengan pasal 8.3.6
Pemeriksaan Keselamatan Sesuai dengan pasal 8.3.7
Penambatan Sesuai dengan pasal 8.3.8 sampai dengan pasal 8.3.9
11.4 PENCATATAN WAKTU
Sesuai dengan pasal 8.4.1 dan pasal 8.4.2
Pencatat Waktu Mesin-Elektronik Sesuai dengan pasal 8.4.3 sampai dengan pasal 8.4.6
Pencatat Waktu Tangan
Sesuai dengan pasal 8.4.7 sampai dengan pasal 8.4.9
11.5 KUOTA UNTUK SETIAP BABAK
Sesuai dengan pasal 8.5.1 sampai dengan pasal 8.5.3
11.6 URUTAN PEMANJATAN Kualifikasi
Sesuai dengan pasal 8.6.1
Final
Sesuai dengan pasal 8.6.2
11.7 PROSEDUR KOMPETISI
Latihan
Sesuai dengan pasal 8.7.1
Kualifikasi (Dua Jalur) Sesuai dengan pasal 8.7.2 sampai dengan pasal 8.7.5
Final
Sesuai dengan pasal 8.7.6 sampai dengan pasal 8.7.10
11.8 PROSEDUR PERCOBAAN LINTASAN
Sesuai dengan pasal 8.8.1 sampai dengan pasal 8.8.3
11.9 PROSEDUR PEMANJATAN
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
90 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Start
11.9.1 Pada saat pemanjat akan melakukan pemanjatan, maka pemanjat harus dapat mendengar aba-aba untuk melakukan pemanjatan dengan jelas yang di berikan oleh “Asign Starter” yang ditunjuk, yang bukan dari pihak resmi FPTI. “Asign Starter” tersebut juga harus mengambil posisi agar tidak terlihat oleh pemanjat yang akan
melakukan pemanjatan dan pada saat memberikan aba-aba posisi dari “Asign Starter” tersebut harus memilki jarak yang sama dari kedua pemanjat.
11.9.2 Pada saat diberitahukan untuk melakukan pemanjatan, tiap pemanjat:
a) Diberikan kesempatan untuk memperbaiki posisi “starting pad” tidak lebih dari
sepuluh (10) detik; b) Selanjutnya pemanjat tersebut harus menghampiri belayer yang bertugas untuk
memasang tali pengaman sesuai dengan Pasal 8.3.5 dan 8.3.7, dan
11.9.3 Saat perintah ” At Your Marks !”, tiap pemanjat harus berada pada posisi start yang dikehendaki (tidak kurang dari dua (2) meter didepan dinding panjat) dalam empat
(4) detik. Catatan: Jury President dan/atau FPTI Judge akan memberikan sangsi dengan mengeluarkan kartu kuning untuk setiap pelanggaran yang berhubungan dengan waktu yang di tentukan untuk melakukan tahapan di atas. Catatan : (sesuai dengan SK hasil rakornis) untuk start menggunakan star blok. Karena speed track semua point merupakan pegangan dan pijakan perlu ditentukan garis batas untuk start ( ex 1.5 m dari landasan). Orang yang tinggi dan pendek starnya sama dibawah garis start.
11.9.4 Untuk alasan apapun, setelah pemenjat menempati posisi start dan “Asign Starter” yang bertugas memberikan aba-aba start memutuskan untuk tidak melakukan start maka “Asign Starter” tersebut dapat memberikan arahan kepada kedua pemanjat untuk melakukan atau memperbaiki posisi start kembali.
11.9.5 Setelah kedua pemanjat berada pada posisi start, maka “Asign Starter” yang bertugas
memberikan aba-aba “READY” dan setelah itu di lanjutkan dengan starting signal atau
tanda dari sistem pencatat waktu. Sesuai dengan pasal 11.9.1 untuk seorang Asign Starter yang ditunjuk, yang bukan pihak resmi dari FPTI. Catatan: Sistem pencatat waktu dapat secara otomatis mengontrol starting signal sesuai Pasal 8.4.3
11.9.6 Tidak ada Protes pada saat asign starter memberi aba-aba” Ready !” kecuali
pemanjat secara jelas memberi tanda dengan mengangkat salah satu tangannya. 11.9.7 Apabila assign starter memberikan aba-aba pada kedua pemanjat :
a) Gagal mematuhi perintah ” At Your Marks !”, atau tidak menempatkan posisi pada starting pad melebihi empat (4) detik yang ditentukan; atau tetap melakukan gerakan tambahan setelah aba-aba ” Ready !”; atau
b) Mengganggu pemanjat lain setelah perintah ” At Your Marks !”,
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
91 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Maka assign starter akan menghentikan start. Jury President dapat memperingatkan pemanjat untuk mematuhi perintah yang berlaku dan mengeluarkan peringatan Kartu Kuning sesuai Bab 4 (Prosedur Kedisiplinan). Jika Jury President tidak setuju dengan keputusan assign starter, maka pemanjat akan diberitahu untuk melanjutkan pemanjatan.
False Start
Sesuai dengan pasal 8.9.8 sampai dengan pasal 8.9.11
Penyelesaiaan Percobaan
Sesuai dengan pasal 8.9.12 sampai dengan pasal 8.9.14
11.10 PERINGKAT PADA SETIAP BABAK
Kualifikasi
Sesuai dengan pasal 8.10.1
Final Sesuai dengan pasal 8.10.2 sampai dengan pasal 8.10.4
11.11 INSIDEN TEKNIS
Sesuai dengan pasal 8.11.1 sampai dengan pasal 8.11.3
Prosedur Setelah Terjadi Insiden Teknis
Sesuai dengan pasal 8.11.4 sampai dengan pasal 8.11.7
11.12 PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO Sesuai dengan pasal 8.12.1 sampai dengan pasal 8.12.6
11.13 PROTES
Sesuai dengan pasal 8.13.1 dan pasal 8.13.2
Protes Keselamatan
Sesuai dengan pasal 8.13.3
Prosedur Protes
Sesuai dengan pasal 8.13.4 sampai dengan pasal 8.13.8
Konsekwensi dari Protes Sesuai dengan pasal 8.13.9 dan pasal 8.13.10
Penyerahan kepada Komisi Disiplin Sesuai dengan pasal 8.13.11
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
92 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
12. LEAD TIM
12.1 UMUM 12.1.1 Kompetisi untuk kategori lead tim diselenggarakan pada dinding panjat buatan dengan
ketinggian minimal 12 meter.
12.1.2 Kompetisi untuk kategori Lead Tim terdiri dari :
a) Lead Tim Putra b) Lead Tim Putri
c) Lead Tim Campuran
12.1.3 Jumlah atlet dan babak Kompetisi :
a) pemanjat untuk lead tim putra dan lead tim putri terdiri dari tiga (3) pemanjat
dengan salah satunya kapten tim;
b) Pemanjat untuk lead tim campuran terdiri dari satu (1) putra dan satu (1) putri dan salah satunya kapten tim;
c) Kompetisi Kategori Lead Tim hanya dapat dipertandingkan jika diikuti tidak kurang dari 6 (enam) daerah / tim.
d) Terdiri dari 2 babak, yaitu babak qualifikasi dan babak final.
12.1.4 Kompetisi kategori Lead Tim terdiri dari babak qualifikasi dan final dilakukan pada tiga
(3) jalur yang tidak identik untuk setiap Kelompok pemanjatan, dan Ketiga jalur tersebut harus memiliki tingkat kesulitan dan karakter yang sama (grade sama). Untuk kasus-kasus tertentu, Jury President dapat memutuskan untuk membatalkan salah satu babak dan babak sebelumnya akan di gunakan untuk menentukan peringkat dari babak yg di batalkan.
12.2 STRUKTUR DINDING PANJAT
Sesuai dengan pasal 6.2.1 dan pasal 6.2.2 Rancangan Jalur Pemanjatan 12.2.1 Babak qualifikasi dan final dilakukan dengan tiga (3) jalur dan tiga (3) kelompok
pemanjatan, maka setiap jalur pemanjatan harus dibuat dengan karakter yang sama (bentuk dinding, gaya pemanjatan dan karakter pegangan) dan setiap jalur pemanjatan seharusnya memiliki tingkat kesulitan yang sama pula.
Untuk kasus-kasus tertentu, jika media yang ada tidak dapat dibuat tiga (3) jalur, Jury President dapat memutuskan untuk tetap melaksanakan pertandingan.
12.3 KEAMANAN
Sesuai dengan pasal 6.3.1 sampai dengan pasal 6.3.4 Titik Pengaman
Sesuai dengan pasal 6.3.5 dan pasal 6.3.6 Peralatan pribadi
Sesuai dengan pasal 6.3.7 sampai dengan pasal 6.3.9
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
93 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Pemeriksaan keeamanan Sesuai dengan pasal 6.3.10 sampai dengan pasal 6.3.12
Penambatan Sesuai dengan pasal 6.3.13 sampai dengan pasal 6.3.17
12.4 PENILAIAN DAN WAKTU PEMANJATAN 12.4.1 Juri untuk setiap jalur pemanjatan disebut Route Judge yang setidak-tidaknya Juri
daerah.
Prosedur Penilaian dan Pencatatan Waktu
Sesuai dengan pasal 6.4.2 sampai dengan pasal 6.4.5 Waktu Pemanjatan
Sesuai dengan pasal 6.4.6 sampai dengan pasal 6.4.9
12.5 KUOTA UNTUK SETIAP BABAK 12.5.1 Kuota untuk babak final adalah 6 Tim 12.5.2 Jika kuota babak Final terlampaui dikarenakan terjadi peringkat yang sama, maka
seluruh tim yang memiliki peringkat sama akan lolos ke babak Final.
12.6 URUTAN PEMANJATAN Babak Qualifikasi 12.6. 1 Babak Qualifikasi berlangsung dengan tiga (3) jalur pemanjatan dan dibagi dalam tiga
(3) kelompok pemanjatan maka urutannya pemanjatannya akan diacak.
Babak Final
12.6.2 Urutan pemanjatan untuk babak final, berdasarkan urutan terbalik dari babak
sebelumnya, Tim yang menduduki peringkat pertama pada babak sebelumnya akan menjadi Tim terakhir pada babak selanjutnya. jika terjadi peringkat yang sama pada babak sebelumnya maka urutan pemanjatannya berdasarkan :
a) Apabila anggota daerah/tim tersebut ada yang memiliki peringkat nasional
maka pemanjat dengan peringkat yang lebih baik akan menjadi tim yang terakhir diantara tim yang memiliki peringkat yang sama.
b) Apabila anggota daerah/tim yang memiliki peringkat yang sama tidak memiliki
peringkat nasional maka urutan pemanjatannya akan diacak , dan
c) Apabila diantara daerah/tim yang memiliki peringkat yang sama ada yang tidak
memiliki peringkat nasional maka tim tersebut akan mendapatkan urutan pertama.
12.7 PROSEDUR KOMPETISI
Umum
Sesuai dengan pasal 6.7.1
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
94 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Peraturan Zona Isolasi Sesuai dengan pasal 6.7.2 sampai dengan pasal 6.7.6
Persiapan sebelum Pemanjatan
Sesuai dengan pasal 6.7.7. sampai dengan pasal 6.7.9 Pembersihan jalur 12.7.1 Pegangan pada setiap jalur pemanjatan harus di bersihkan sesuai dengan instruksi
dari FPTI Judge setelah berkoordinasi dengan Chief Route Setter. Durasi pembersihan
jalur sekurang-kurangnya tidak lebih dari 20 orang pemanjat, dan frekuensi pembersihan jalur sebaiknya sama pada setiap durasinya, frekuensi dan durasi pembersihan jalur sudah harus diumumkan di Zona Isolasi sebelum pemanjat melakukan pemanjatan. Pemanjat tidak di perbolehkan untuk membersikan pegangan pada saat melakukan pemanjatan.
Babak Qualifikasi dan Final 12.7.2 Babak Qualifikasi dan Final dilakukan pada tiga (3) jalur tidak identik dengan
anggota tim hanya memanjat satu (1) jalur dalam tiap babak. 12.7.3 Tiap pemanjat harus melakukan satu (1) usaha pemanjatan, kecuali diperlukan untuk
melakukan pemanjatan ulang sebagai akibat suatu protes atau insiden teknis.
12.7.4 Waktu pemanjatan untuk babak Qualifikasi dan Final adalah 6 menit untuk setiap jalurnya.
12.8 PROSEDUR PENGAMATAN JALUR Umum Sesuai dengan pasal 6.8.1
Babak Qualifikasi dan Final 12.8.1 Sebelum melakukan pemanjatan pemanjat secara bersama-sama dapat melakukan
pengamatan jalur. Waktu pengamatan jalur ditentukan oleh Jury President setelah berkoordinasi dengan Chief Route Setter dan waktu pengamatan jalur tidak lebih dari sepuluh (10) menit, terkecuali untuk lintasan pemanjatan yang panjang maka waktu
pengamatan jalur dapat disesuaikan. 12.8.2 Rekaman video untuk setiap jalur pemanjatan pada babak kualifikasiharus di putar
dan di pertontonkan secara terus-menerus di Zona karantina dan setiap jalurnya mengunakan satu layar peraga, mulai di putarkan pada saat di bukanya Zona pemanasan dan tidak kurang dari 60 menit sebelum babak tersebut di mulai.
12.8.3 Sesuai dengan pasal 6.8.7 12.8.4 Prosedur Pemanjatan :
a) Kapten tim bersama anggotanya akan ditempatkan bersamaan di Zona Isolasi,
b) Waktu observasi tidak lebih dari sepuluh (10) menit. c) Setelah waktu observasi selesai, seluruh anggota tim kembali menuju Zona
Isolasi untuk berkoordinasi sampai dengan menyerahkan lembar formasi kepada juri tidak lebih 2 menit
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
95 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
12.9 PROSEDUR PEMANJATAN Start
Sesuai dengan pasal 6.9.1 Usaha Pemanjatan dinyatakan Telah Selesai
Sesuai dengan pasal 6.9.2 sampai dengan pasal 6.9.10
12.10 PERINGKAT PADA SETIAP BABAK Umum 12.10.1 Penyusunan peringkat pada setiap babak berdasarkan :
a) Pertama, semua pemanjat dinilai dengan nilai "TOP" sesuai dengan Pasal 6.4.2 a);
b) Setelah itu a), semua pemanjat yang jatuh atau yang telah mengakhiri usaha
pemanjatannya berdasarkan Pasal 6.9.10, akan mendapatkan nilai sesuai dengan
Pasal 6.4.3 dan 6.4.4.
12.10.2 salah satu anggota tim tidak melakukan pemanjatan, maka :
a) Tim yang tidak melakukan pemanjatan pada Babak Qualifikasi tidak akan di
masukkan kedalam peringkat;
b) Tim yang tidak melakukan pemanjatan pada Babak Final akan mendapatkan nilai
paling bawah di babak tersebut.
12.10.3 Jika terjadi peringkat yang sama berdasarkan pasal 12.10.1 dan 12.10.2, maka
peringkatdari babak sebelumnya akan di gunakan untuk memisahkan peringkat dari
Tim yang memiliki nilai yang sama ("hitung mundur"). Tim yang memiliki nilai yang
sama akan diperingkat berdasarkan perbandingan peringkat dari babak sebelumnya.
12.10.4 Jika menggunakan prosedur penyusunan peringkat pasal 12.10.3 masih terdapat tim
yang memiliki peringkat yang sama, maka :
a) Tim yang mempunyai jumlah pemanjat dengan nilai pemanjatan lebih baik pada
babak terakhir berhak menempati peringkat lebihbaik dari tim lainnya.
b) Jika pemisahan peringkat menggunakanmetode 12.10.1 sampai dengan 12.10.3
dan 12.10.4 (a)tidak dapat dilakukan karena terjadi peringkatsama selain pada 2
(dua) tim teratas maka tim yang bersangkutan akan dibiarkan memiliki peringkat
sama.
c) Jika pemisahan peringkat menggunakan metode 12.10.1 sampai dengan 12.10.3
dan 12.10.4 (a) tidak dapat dilakukan karena masih terdapat dua atau lebih tim
yang mempunyai peringkat sama untuk peringkat pertama,maka akan diadakan
Babak Super - Final untuk tim yang bersangkutan dan hanya diwakili oleh salah
satu anggota tim.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
96 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
d) Jika hasil pemanjatan pada Babak Super Final masih terjadi nilai sama, maka akan
dilihat catatan waktu dari pemanjatan Babak Super Final. Catatan waktu yang lebih
baik akan menduduki peringkat teratas.
e) Jika pemisahan peringkat menggunakan metode d) masih terdapat peringkat sama,
maka tim yang bersangkutan akan memiliki peringkat sama.
Peringkat pada babak Qualifikasi dan Final 12.10.5 Setiap pemanjat pada babak Qualifikasi dan Final akan diberikan nilai peringkat untuk
setiap jalurnya, sebagai berikut :
a) terdapat peringkat yang unik pada salah satu jalur ketika pemanjatmemiliki peringkat yang sama dalam satu kelompok pemanjatan, atau
b) ketika 2 (dua) atau lebih pemanjat memiliki peringkat yang sama, maka akan diambil rata-rata dari pemanjat yang memiliki peringkat yang sama tersebut sesuai dengan kelompok pemanjatannya.
Contoh: jika ada 6 pemanjat dengan peringkat yang sama untuk peringkat pertama,
maka tiap-tiap pemanjat dengan peringkat yang sama akan mendapatkan nilai
berdasarkan (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6) / 6 = 21/6 = 3,50
Contoh: jika ada 4 pemanjat dengan peringkat yang sama untuk peringkat ke 2, maka tiap-tiap pemanjat dengan peringakat yang sama akan mendapatkan nilai berdasarkan (2 + 3 + 4 + 5) / 4 = 14/4 = 3,50
12.10.6 Penyusunan peringkat pemanjat untuk babak kualifikasi, merupakan total nilai dari hasil usaha pemanjatan dari kedua jalur yang di sediakan pada babak kualifikasi, dan dihitung dasarkan rumus berikut :
TP = √ (R1 x R2 x R3)
catatan:
TP = Total Poin
R1 = Nilai peringkat pada jalur satu sesuai dengan Pasal 12.10.5.
R2 = Nilai peringkat pada jalur kedua sesuai dengan Pasal 12.10.5.
R3 = Nilai peringkat pada jalur ketiga sesuai dengan pasal 12.10.5
12.10.6 Nilai dan perhitungan peringkat untuk Pasal 10.10.5 dan 10.10.6 harus menggunakan aritmatika. Nilai dan peringkat pada babak kualifikasi harus di sampaikan secara resmi dengan mengunakan dua bilangan (dua angka di belakang koma).
12.11 INSIDEN TEKNIS Definisi
Sesuai dengan pasal 6.11.1 dan pasal 6.11.2 Prosedur setelah Terjadi Insiden Teknis
Sesuai dengan pasal 6.11.3 dan pasal 6.11.7
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
97 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Pengaruh Terhadap Hasil Sesuai dengan pasal 6.11.8
12.12 PENGGUNAAN VIDEO REKAMAN
Sesuai dengan pasal 6.12.1 sampai dengan pasal 6.12.8
12.13 PROTES
Umum
Sesuai dengan pasal 6.13.1 dan pasal 6.13.2 Protes terhadap resiko kecelakaan yang mungkin di timbulkan pada saat Kompetisi
Sesuai dengan pasal 6.13.3
Prosedur protes
Sesuai dengan pasal 6.13.4 sampai dengan pasal 6.13.8
Konsekuensi Protes
Sesuai dengan pasal 6.13.9 dan pasal 6.13.10 Rujukan ke Komisi Disiplin
Sesuai dengan pasal 6.13.11
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
98 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
13. BOULDER TIM 13.1 UMUM 13.1.1 Kompetisi Boulder terdiri dari serangkaian jalur pemanjatan pendek, disebut boulder,
dipanjat tanpa tali, dirancang pada dinding panjat buatan.
13.1.2 Kompetisi Boulder Tim biasanya terdiri dari:
a) Babak Qualifikasi dengan empat (4) boulder; dan b) Babak Final dengan empat (4) boulder.
13.1.3 Dalam kasus tertentu, Jury President dapat memutuskan :
d) Dapat membatalkan setidak-tidaknya satu boulder dalam sebuah babak. e) Membatalkan satu babak, pada kasus ini babak sebelumnya akan digunakan
untuk menentukan peringkat dari babak yang dibatalkan;
13.1.4 Kompetisi untuk Kategori Boulder Tim teridiri dari :
a) Boulder Tim Putra b) Boulder Tim Putri
c) Boulder Tim Campuran
13.1.5 Jumlah atlet dan babak Kompetisi :
a) Jumlah pemanjat untuk setiap tim pada masing-masing nomor Kompetisi adalah 4 (empat) orang yang salah satunya kapten tim.
b) Hanya dipertandingkan dalam dua (2) babak untuk kategori Boulder tim,yaitu babak qualifikasi dan babak final.
c) Kompetisi Kategori Boulder Tim hanya dapat dipertandingkan jika diikuti oleh
paling sedikit 6 (enam) tim.
13.2 STRUKTUR DINDING PANJAT
Struktur Dinding Panjat
13.2.1 Struktur dinding panjat dan pegangan untuk pemanjatan harus mematuhi Standar yang ditetapkan di Bab 3 (Peraturan Umum).
13.2.2 Struktur dinding panjat terdiri dari empat (4) boulder. 13.2.3 Seluruh bolder harus dibangun pada sebuah media yang tinggi dan memungkinkan
untuk dapat terlihat dari sisi manapun. Setiap bagian bolder harus di rancang untuk dapat terlihat dengan jelas oleh seluruh pemanjat, dan dilengkapi dengan matras keselamatan
Model boulder
Model boulder Sesuai dengan pasal 7.2.4 sampai dengan pasal 7.2.9
13.3 KEAMANAN Sesuai dengan pasal 7.3.1 dan 7.3.2
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
99 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Peralatan Pribadi
Sesuai dengan pasal 7.3.3 Pemeriksaan Keselamatan
Sesuai dengan pasal 7.3.4 13.4 PENILAIAN DAN PENCATATAN WAKTU 13.4.1 Juri dari tiap boulder disebut Boulder Judge, yang setidak-tidaknya Juri Daerah.
Penilaian
Sesuai dengan pasal 7.4.2 sampai dengan pasal 7.4.4
Pencatatan Waktu
Sesuai dengan pasal 7.4.5 dan 7.4.6
13.5 KUOTA UNTUK SETIAP BABAK 13.5.1 Kuota untuk babak Final enam (6) Tim. 13.5.2 Kuota untuk Final harus diisi Tim dengan peringkat tertinggi dari babak sebelumnya.
Jika kuota ini terlampaui karena adanya peringkat sama, jumlah Tim yang lebih
banyak berhak mengikuti babak selanjutnya. 13.6 URUTAN PEMANJATAN Qualifikasi 13.6.1 Urutan pemanjatan babak Qualifikasi diurutkan secara acak.
Final 13.6.2 Urutan pemanjatan untuk Babak Final harus kebalikan dari urutan peringkat dari
babak sebelumnya, yakni Tim berperingkat tertinggi dapat mulai terakhir. Dalam hal babak sebelumnya terdapat tim yang mempunyai peringkat sama, urutan pemanjatan antara mereka diacak.
13.7 PROSEDUR KOMPETISI Umum
Sesuai dengan pasal 7.7.1 Peraturan Isolasi Sesuai dengan pasal 7.7.2 sampai dengan pasala 7.7.6 Persiapan tepat sebelum Pemanjatan
Sesuai dengan pasal 7.7.7 sampai dengan pasal 7.7.9
Pembersihan Sesuai dengan pasal 7.7.10
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
100 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Qualifikasi
13.7.1 Babak Qualifikasi dapat berlangsung dalam satu (1) set boulder (4 boulder).
13.7.2 Di babak Qualifikasi, setiap anggota Tim yang berhak mengikuti babak ini akan melakukan pemanjatan sesuai dengan urutan yang telah ditentukan oleh kapetn tim, dengan periode waktu lima (5) menit.
Final
13.7.3 Babak Final dapat berlangsung dalam satu (1) set boulder.
13.7.4 Babak Final dapat didahului dengan presentasi/perkenalan dari Tim yang memenuhi syarat untuk ikut serta dalam babak tersebut.
13.7.5 Untuk tiap Tim :
a) Tiap boulder harus dicoba oleh pemanjat dalam urutan yang dikemukakan dalam Pasal 13.8.1 d)
b) Anggota tim yang telah selesai melakukan percobaan pemanjatan, dapat kembali ketempat yang telah disediakan (biasanya didepan boulder).
13.7.6 Waktu pemanjatan dalam babak Final harus empat (4) menit untuk tiap Tim Apabila
seorang Anggota Tim memulai sebuah percobaan tepat sebelum akhir periode pemanjatan, mereka dapat diijinkan untuk menyelesaikan percobaan tersebut.
13.8 PROSEDUR PEMANJATAN
13.8.1 Prosedur Pemanjatan :
a) Kapten tim bersama anggota timnya akan dikarantina, b) Kapten tim akan melakukan observasi jalur selama 2 (dua) menit pada tiap-tiap
jalur.
c) Setelah waktu observasi selesai, kapten tim kembali akan berkoordinasi kepada
anggota timnya sampai dengan menyerahkan lembar formasi kepada juri tidak lebih dari 10 (sepuluh) menit.
d) Setiap anggota tim akan melakukan pemanjatan secara bersamaan sesuai
dengan lembar formasi yang telah disampaikan.
e ) Kapten tim dan anggota tim yang telah selesai melakukan pemanjatan boleh
memberikan motivasi tanpa memberikan arahan untuk melakukan pemanjatan. Start
Sesuai dengan pasal 7.9.1 sampai dengan pasal 7.9.3
Penyelesaiaan Percobaan
Sesuai dengan pasal 7.9.4 sampai dengan pasal 7.9.6 13.9 PERINGKAT PADA SETIAP BABAK
Umum
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
101 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
13.9.1 Setelah tiap babak Kompetisi, tiap Tim yang turut serta dibabak tersebut harus diberi peringkat menggunakan kriteria berikut ini:
a) Pertama, paling banyak jumlah Total ” TOP ” yang berhasil diselesaikan dibabak ini;
b) Kedua, paling sedikit, jumlah total percobaan untuk menyelesaikan ” TOP ”; c) Ketiga, paling banyak, jumlah Total ” Bonus ” yang diraih oleh pemanjat
dibabak ini;
d) Keempat, paling sedikit, jumlah total percobaan untuk mencapai poin ” Bonus
” tersebut. Contoh:
Peringkat TOP Percobaan
TOP BONUS
Percobaan BONUS
1 4 4 5 7
2 4 5 5 6
3 4 5 4 5
4 3 3 5 5
13.9.2 Bila Tim yang memenuhi syarat untuk turut serta dalam sebuah babak gagal untuk
memulai:
a) Dibabak apapun, mereka harus diberi peringkat terakhir dibabak tersebut.
13.9.3 Bila mengikuti proses penghitungan mundur, masih terdapat Tim yang tersisa
berperingkat sama: a) Jika peringkat sama terjadi pada 2 (dua) tim teratas, maka akan diadakan
babak ” Tie Break ” untuk kedua tim. Pada babak ” Tie break ”, pemanjatan
dilakukan oleh salah satu dari anggota tim tersebut pada satu jalur masalah dengan penilaian seperti Pasal 6.4.2 hingga 6.4.5 dan 6.10.1.
b) Jika masih terdapat nilai yang sama dalam pemanjatan babak ” Tie Break ”,
maka anggota tim tersebut akan melakukan pemanjatan pada jalur sama pada pasal 13.9.3 a) (sampai dengan maksimum enam (6) percobaan).
c) Jika pemanjatan babak ” Tie Break ” telah dilakukan sampai enam (6) percobaan masih terdapat nilai yang sama maka tim yang berkaitan akan diberikan peringkat yang sama.
13.10 INSIDEN TEKNIS
Sesuai dengan pasal 7.11.1 dan pasal 7.11.2 Prosedur yang mengikuti sebuah Insiden Teknis
Sesuai dengan pasal 7.11.3 sampai dengan pasal 7.11.6
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
102 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
13.11 PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO Sesuai dengan pasal 7.12.1 sampai dengan pasal 7.12.6
13.12 PROTES
Sesuai dengan pasal 7.13.1 dan pasal 7.13.2 Protes Keselamatan Sesuai dengan pasal 7.13.3
Prosedur Protes Sesuai dengan pasal 713.4 sampai dengan pasal 7.13.8
Konsekwensi dari Protes
Sesuai dengan pasal 7.13.9 dan pasal 7.13.10
Penyerahan kepada Komisi Disiplin
Sesuai dengan pasal 7.13.11
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
103 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
14. SPEED WORLD RECORD 14.1 UMUM
14.1.1 Peraturan ini dibaca bersama dengan Bab 8 (Speed) kecuali ada beberapa pasal yang
diubah dalam Bab ini.
14.1.2 IFSC memperlombakan Speed untuk World Record pada kategori Putra dan Putri:
Ketinggian 10m Ketinggian 15m
Senior Y Y
Junior N N
Remaja A N N
Remaja B N N
14.1.3 Speed World Record hanya dapat dilaksanakan pada :
f) Dinding panjat yang telah terdaftar pada website resmi IFSC, serta memiliki rekomendasi Kompetisi untuk pelaksanaan Pemecahan Record IFSC;
g) Kompetisi yang masuk pada kalender resmi IFSC; dan h) Jury President yang telah ditunjuk oleh IFSC. Harus melaporkan setiap adanya
pemecahan record baru yang telah tercatat kepada IFSC.
14.2 STRUKTUR DINDING PANJAT
14.2.1 Permukaan dinding panjat harus dibuat dengan warna Abu – Abu Cerah (ref RAL 7035/ 7001/ 7038/ 7044/ 9002/ 9018) dan semua pegangan pada lintasan dapat dibuat dengan warna Merah (ref RAL 2002/ 2004/ 2008/ 2009/ 2011/ 2012).
14.2.2 Struktur dinding panjat dan pegangan harus mematuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh IFSC Delegate sesuai pasal 8.2 :
14.2.2.1 Pada dinding panjat yang permanen, tidak lebih dari 24 bulan sebelum Kompetisi dilaksanakan; atau
14.2.2.2 Pada dinding panjat sementara, tepat sebelum dimulainya Kompetisi,
dan pada kasus lain, pihak penyelenggara harus menyediakan salinan dari Laporan Pengesahan IFSC untuk Jury President sebagai bukti.
14.3 PENCATATAN WAKTU
14.3.1 Waktu pemanjatan harus ditentukan menggunakan system pencatat waktu elektronik.
Tidak dianggap sebagai pemecahan Record jika digunakan pencatat waktu manual, dengan kata lain Pasal 8.4.7 samapai 8.4.9 tidak dapat dipakai.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
104 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
15. SIRKUIT DAN EVENT KOMPETISI PANJAT TEBING NASIONAL 15.1 PENGERTIAN 15.1.1 Sirkuit Panjat Tebing (selanjutnya disebut Sirkuit) merupakan serangkaian Kompetisi
resmi FPTI skala nasional yang masuk dalam kalender sirkuit.
15.1.2 Event Kompetisi Panjat Tebing Nasional merupakan Kompetisi resmi FPTI skala
nasional yang tidak masuk dalam kalender sirkuit. 15.1.3 Masuk dan tidaknya sebuah Kompetisi resmi FPTI skala nasional dalam kalender
Sirkuit Nasional berdasarkan syarat dan ketentuan yang diatur dalam Pedoman
Penyelenggaraan Kompetisi yang akan diterbitkan kemudian. 15.1.4 Pemanjat Sirkuit dan Event Panjat Tebing Nasional adalah atlet panjat tebing
pemegang Kartu Identitas Atlet (KIAT) yang sah dengan status domisili tetap di suatu provinsi.
15.1.5 Ofisial Kompetisi adalah personal yang ditunjuk oleh Pengurus Pusat Federasi Panjat
Tebing Indonesia (PP. FPTI) yang bertugas dan bertanggung jawab secara teknis atas terlaksananya Kompetisi pada setiap Sirkuit dan Event Kompetisi Panjat Tebing Nasional yaitu terdiri dari FPTI Delegate, Jury President, FPTI Judge, Chief Route Setter ditambah dengan Tim Route Setter yang berjumlah 5 orang atau lebih.
15.2 PENYELENGGARA
15.2.1 Sirkuit dan Event Kompetisi Panjat Tebing Nasional diselenggarakan oleh suatu organisasi penyelenggara.
15.2.2 Penyelenggara wajib menanggung setiap kerugian yang timbul karena perubahan
jadwal yang dilakukannya. Penyelenggara yang tidak bertanggung jawab dimasukkan kedalam daftar hitam (blacklist organiser) yang hanya bisa dibatalkan atas kebijakan Ketua Umum PP. FPTI.
15.3 KATEGORI DAN NOMER KOMPETISI 15.3.1 Sirkuit dan Event Kompetisi Panjat Tebing Nasional wajib mempertandingkan tiga (3)
kategori Kompetisi,yaitu:
a) Lead.
b) Speed. c) Boulder.
Jika tidak memungkinan menggelar tiga (3) kategori Kompetisi tersebut daitas, maka diperbolehkan mempertandingkan minimal dua (2) kategori Kompetisi, yaitu: Lead dan
Speed, atau Speed dan Boulder,atau Lead dan Boulder.
15.3.2 Hanya nomor perorangan yang wajib dilaksanakan pada setiap kategori.
15.4 PERATURAN KOMPETISI
15.4.1 Umum sesuai dengan Bab 3 (Peraturan Umum).
15.4.2 Peraturan Kategori Kategori Lead :
Sesuai dengan Bab 6 (Peraturan Lead).
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
105 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
15.4.3 Peraturan Kompetisi Kategori Boulder :
Sesuai dengan Bab 7 (Peraturan Boulder)
15.4.4 Peraturan Kategori Kategori Speed : Sesuai dengan Bab 8 (Peraturan Speed)
15.5 PERINGKAT NASIONAL
15.5.1 Pemanjat yang menduduki Peringkat satu (1) sampai Tiga puluh (30) setiap nomor
perorangan pada Kompetisi yang masuk kalender Sirkuit Nasional berhak atas nilai seperti diatur pada pasal 15.5.2 dibawah.
15.5.2 Pada tiap akhir Sirkuit Nasional, 30 pemanjat terbaik pada tiap kategori, baik putra
dan putri akan diberi nilai, sebagai berikut :
Peringkat Nilai Peringkat Nilai Peringkat Nilai
1 100 11 31 21 10
2 80 12 28 22 9
3 65 13 26 23 8
4 55 14 24 24 7
5 51 15 22 25 6
6 47 16 20 26 5
7 43 17 18 27 4
8 40 18 16 28 3
9 37 19 14 29 2
10 34 20 12 30 1
15.5.3 Nilai yang diperoleh pemanjat setiap selesainya Sirkuit Nasionalakan dijumlahkan.
Kumpulan nilai akan dihitung ulang setiap selesainya Sirkuit Nasional dan pemanjat yang mempunyai nilai akan dirangking dari nilai tertinggi sampai terendah berdasar
akumulasi nilai yang diperoleh. Peringkat Sirkuit Nasional untuk Lead, Boulder dan Speed akan dipublikasikan setiap selesainya Sirkuit Nasional.
Secara detail mengenai penyelenggaraan Kejurnas FPTI diatur dalam ” PEDOMAN PENYELENGGARAAN KOMPETISI FPTI yang akan diterbitkan kemudian ”
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
106 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
16. KEJUARAAN NASIONAL (KEJURNAS) FPTI 16.1 PENDAHULUAN 16.1.1 Kejuaraan Nasional (Kejurnas), Panjat Tebing FPTI adalah Kompetisi panjat tebing
yang dilaksanakan oleh FPTI setiap tahun yang tempat dan tanggal pelaksanaannya
ditentukan dan ditetapkan oleh Rapat Kerja Nasional FPTI. 161.2 Pemanjat adalah pemanjat yang diutus oleh Pengurus Provinsi FPTI dimana pemanjat
tersebut adalah pemegang Kartu Identitas Pemanjat (KIAT) yang syah di provinsi tersebut. Tidak ada pemanjat dibawah umur 14 (empat belas) tahun yang diijinkan untuk mengikuti Kejurnas FPTI.
16.1.3 Panitia Pelaksana, selanjutnya disebut Penyelenggara, adalah susunan kepanitiaan
yang terdiri dari unsur-unsur Pengurus Provinsi FPTI tuan rumah dan Pengurus Pusat FPTI untuk Kejuaraan Nasional.
16.1.4 Juara umum adalah Pengprov FPTI yang memperoleh terbanyak medali terbaik.
16.2 OFISIAL KOMPETISI FPTI 16.2.1 Ofisial Kompetisi FPTI adalah personal yang ditunjuk oleh Pengurus Pusat FPTI untuk
Kejurnas, yang bertugas dan bertanggung jawab secara teknis atas terlaksananya Kompetisi, yang terdiri: FPTI Delegate, Jury President, FPTI Judge, Chief Route Setter ditambah dengan Tim Route Setter yang berjumlah 5 orang atau lebih.
16.2.2 Semua biaya yang timbul akibat penunjukkan Ofisial Kompetisi FPTI menjadi tanggung jawab Pengurus Pusat FPTI untuk Kejurnas dan menjadi tanggung jawab Pengurus Provinsi FPTI untuk Kejurda antara lain biaya transportasi menuju tempat Kompetisi pergi-pulang, akomodasi, konsumsi, dan honor.
16.2.3 Jika dianggap perlu, Tim Route Setter dapat ditambah. Biaya yang timbul akibat
penambahan ini menjadi tanggungjawab Pengprov FPTI tuan rumah.
16.3 KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI 16.3.1 Kategori Kompetisi yang dilaksanakan dalam Kejurnas meliputi:
a) Kompetisi Lead
b) Kompetisi Speed World Record
c) Kompetisi Boulder
d) Kompetisi Speed Track
e) Kompetisi Speed Klasik
16.3.2 Setiap kategori Kompetisi wajib terdiri dari nomor:
1) Lead Perorangan putra (pa);
2) Lead Perorangan putri (pi);
3) Speed World Record Perorangan putra (pa);
4) Speed World Record Perorangan putri (pi);
5) Boulder Perorangan putra (pa);
6) Boulder Perorangan putri (pi);
7) Lead Tim putra, tiap regu terdiri dari 3 pemanjat salah satunya kapten tim;
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
107 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
8) Lead Tim putri, tiap regu terdiri dari 3 pemanjat salah satunya kapten tim;
9) Speed World Record Tim (Relay) putra, tiap regu terdiri dari 3 pemanjat;
10) Speed World Record Tim (Relay) putri, tiap regu terdiri dari 3 pemanjat;
11) Boulder Tim putra, tiap regu terdiri dari 4 pemanjat salah satunya kapten tim;
12) Boulder Tim putri, tiap regu terdiri dari 4 pemanjat salah satunya kapten tim;
13) Lead Tim Campuran, tiap regu terdiri dari 2 pemanjat (1 pa dan 1 pi) salah
satunya Kapten Tim;
14) Speed World Record Tim Campuran, tiap regu terdiri dari 2 pemanjat (1 pa
dan 1 pi) salah satunya Kapten Tim;
15) Boulder Tim Campuran: tiap regu terdiri dari 4 pemanjat (2 pa dan 2 pi) salah
satunya Kapten Tim;
16) Speed Track Perorangan putra;
17) Speed Track Perorangan putri;
18) Speed Klasik Perorangan putra;
19) Speed Klasik Perorangan putri.
16.3.3 Untuk nomor tim dan campuran setiap Pengprov FPTI hanya berhak mendaftarkan satu tim, kecuali tim Tuan Rumah berhak mendaftarkan dua regu.
16.3.4 Suatu nomor Kompetisi hanya dapat dipertandingkan di Kejurnas FPTI jika jumlah
pemanjat atau regu yang akan berpartisipasi minimal 20 pemanjat untuk nomor perorangan dan 6 tim untuk nomor tim dan campuran dari provinsi yang berbeda.
16.3.5 Penyusunan Peringkat untuk nomor tim dan campuran ditentukan berdasarkan:
a) Kategori Lead tim dan campuran : sesuai pasal 6.10.1 sampai dengan pasal 6.10.7.
b) Katogori Boulder tim dan campuran : sesuai pasal 7.10.1 sampai dengan
pasal 7.10.4.
c) Kategori Speed tim dan campuran : didasarkan akumulasi waktu
tercepat yang diperoleh tiap tim pada setiap babak.
16.3.6 Kompetisi nomor tim dan campuran Kategori Lead dan Boulder terdiri dari 2 (dua)
babak yaitu Semi-Final dan Final. Kuota tim pada babak Final untuk nomor tim dan
campuran Lead dan Boulder adalah enam (6) tim. 16.3.7 Kompetisi nomor tim dan campuran Kategori Spedd terdiri dari 2 (dua) babak yaitu
Babak Kualifikasi dan Babak Putaran Final. Kuota tim pada dengan pasal Babak Putaran Final sesuai pasal 8.5.1 sampai 8.5.3 dengan mengganti kata pemanjat menjadi tim.
16.4 KUOTA PEMANJAT DAN OFISIAL 16.4.1 Kuota pemanjat dan ofisial:
a) Setiap Pengprov FPTI berhak mengirimkan pemanjat sebanyak 10 (sepuluh)
putra dan 10 (sepuluh) putri.
b) Pengprov FPTI tuan rumah penyelenggara Kejurnas berhak mengirimkan 15
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
108 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
(lima belas) putra dan 15 (lima belas) putri. c) Setiap Pengprov FPTI berhak mengirimkan paling banyak 5 (lima) orang
ofisial(satu orang manajer tim, dua orang pelatih dan dua orang ofisial). d) Daftar nama pemanjat, manajer tim dan ofisial harus sudah diterima FPTI paling
lambat 14 (empat belas) hari sebelum tanggal pembukaan Kejurnas/Kejurda. Daftar pemanjat inti dan cadangan wajib diisi pada FormulirPendaftaran Kejurnas/Kejurda.
16.5 PENGHARGAAN DALAM KEJURNAS/KEJURDA FPTI
16.5.1 Tiga terbaik untuk setiap nomor Kompetisi berhak atas medali yang disediakan oleh PP FPTI/Pengprov FPTI tuan rumah. Untuk peringkat 1, 2, dan 3 tidak diperkenankan terdapat lebih dari satu pemanjat atau regu.
16.5.2 Tigapuluh (30) pemanjat peringkat pertama pada setiap nomor Kompetisi perorangan
berhak atas nilai berikut:
Peringkat Nilai Peringkat Nilai Peringkat Nilai
1 100 11 31 21 10
2 80 12 28 22 9
3 65 13 26 23 8
4 55 14 24 24 7
5 51 15 22 25 6
6 47 16 20 26 5
7 43 17 18 27 4
8 40 18 16 28 3
9 37 19 14 29 2
10 34 20 12 30 1
16.5.3 Pemanjat Kelompok Umur diperbolehkan mengikuti Kejuaraan Kelas Umum, terhadap
ketentuan ini pemanjat tersebut berhak mengikuti kejuaraan/Kompetisi maupun Kejuaraan Nasional Kelompok Umur FPTI sesuai dengan Kelompok Umurnya dan peringkat Kelompok Umurnya akan dicabut dan sebaliknya pemanjat Kelompok Umur yang mempunyai peringkat Umum ketika mengikuti Kejuaran Kelompok Umur untuk
peringkat umumnya akan dicabut. 16.6 NOMOR KOMPETISI DAN ALOKASI PEMANJAT PADA SETIAP NOMOR
KOMPETISI 16.6.1 Dari kuota pemanjat pada 14.4 diatas dialokasikan untuk setiap nomor Kompetisi
dengan aturan sebagai berikut:
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
109 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
16.6.2 Pemanjat Cadangan boleh tidak ada pada setiap nomor yang diikuti, konskuensinya tidak akan ada pengecualian jika pemanjat inti tidak dapat meneruskan Kompetisi.
Secara detail mengenai penyelenggaraan Kejurnas FPTI diatur dalam”PEDOMAN PENYELENGGARAAN KOMPETISI FPTI yang akan diterbitkan kemudian ”
No
Nomor
Kompetisi
Alokasi Pemanjat
Pemanjat Inti Pemanjat Cadangan
Semua Pengda Tuan Rumah
A Nomor perorangan
A.1 Nomor Peorangan Putra
1 Lead 2 4 2
2 Boulder 2 4 2
3 Speed WR 2 4 2
4 Speed Track 2 4 2
5 Speed Klasik 2 4 2
A.2 Nomor Perorangan Putri
1 Lead 2 4 2
2 Boulder 2 4 2
3 Speed WR 2 4 2
4 Speed Track 2 4 2
5 Speed Klasik 2 4 2
B Nomor Non Perorangan
B.1 Tim Putra
1 Lead 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2
2 Speed WR 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2
3 Boulder 4 ( 1 Tim ) 8 ( 2 Tim) 2
B.2 Tim Putri
1 Lead 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2
2 Speed WR 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2
3 Boulder 4 ( 1 Tim ) 8 ( 2 Tim) 2
B.3 Tim Campuran
1 Lead 1 pa+1 pi (1 Tim ) 2 pa+2 pi (2 Tim ) 1 pa + 1 pi
2 Speed 1 pa+1 pi (1 Tim ) 2 pa+2 pi (2 Tim ) 1 pa + 1 pi
3
Boulder
1 pa+1 pi (1 Tim ) 2 pa+2 pi (2 Tim ) 1 pa + 1 pi
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
110 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
17. KEJUARAAN NASIONAL (KEJURNAS) FPTI KELOMPOK UMUR
17.1 PENDAHULUAN 17.1.1 Kejuaraan Nasional (Kejurnas) FPTI Kelompok Umur adalah Kompetisi panjat tebing
untuk kelompok umur tertentu yang dilaksanakan oleh FPTI setiap tahun yang tempat
dan tanggal pelaksanaannya ditentukan dan ditetapkan oleh Rapat Kerja FPTI. 17.1.2 Pemanjat adalah pemanjat Kelompok Umur yang diutus oleh Pengurus Provinsi FPTI
dimana pemanjat tersebut berdomisili. Pemanjat adalah pemegang Kartu Identitas Pemanjat (KIAT) yang syah dengan status domisili tetap diprovinsi tersebut.
17.1.3 Panitia Pelaksana, selanjutnya disebut Penyelenggara, adalah susunan kepanitiaan yang terdiri dari unsur-unsur Pengurus Provinsi FPTI tuan rumah dan Pengurus Pusat FPTI.
17.1.4 Juara umum adalah Pengprov FPTI yang memperoleh medali terbaik terbanyak. 17.2 OFISIAL KOMPETISI FPTI
17.2.1 Ofisial Kompetisi FPTI adalah personal yang ditunjuk oleh Pengurus Pusat FPTI untuk
Kejurnas, yang bertugas dan bertanggung jawab secara teknis atas terlaksananya Kompetisi, yang terdiri: FPTI Delegate, Jury President, FPTI Judge, Chief Route Setter ditambah dengan Tim Route Setter yang berjumlah 5 orang atau lebih.
17.2.2 Semua biaya yang timbul akibat penunjukan Ofisial Kompetisi FPTI menjadi tanggung
jawab Pengurus Pusat FPTI untuk Kejurnas, antara lain biaya transportasi menuju tempat Kompetisi pergi- pulang, akomodasi, konsumsi, dan honor.
17.2.3 Jika dianggap perlu, Tim Route Setter dapat ditambah. Biaya yang timbul akibat
penambahan ini menjadi tanggung jawab Pengprov FPTI tuan rumah. 17.3 KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI
17.3.1 Kategori Kompetisi yang dipertandingkan dalam Kejurnas FPTI Kelompok Umur ini
meliputi:
a) Kompetisi Lead. b) Kompetisi Speed WR dan Speed Klasik c) Kompetisi Boulder.
17.3.2 Setiap kategori Kompetisi terdiri dari nomor perorangan putra dan perorangan putri.
17.3.3 Suatu nomor Kompetisi pada satu kelompok umur hanya dapat dilaksanakan secara
tersendiri, jika jumlah pemanjat minimal 6 (enam) pemanjat. Jika tidak memenuhi kuota tersebut, maka pelaksanaan Kompetisi nomor tersebut digabung dengan nomor Kompetisi kelompok umur lainnya, namun penyusunan peringkat tetap dilakukan tersendiri berdasarkan kelompok umurnya.
17.4 PENGELOMPOKAN UMUR 17.4.1 Kejurnas FPTI Kelompok Umur memasukkan kategori Lead dan Speed untuk
kelompok umur sebagai berikut:
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
111 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Tahun Kompetisi
Tahun Kelahiran
SpiderC SpiderB SpiderA YouthB YouthA Junior
2013 2006 2004 2003 2002 2001 2000 1999 1998 1997 1996 1995 1994
2014 2007 2005 2004 2003 2002 2001 2000 1999 1998 1997 1996 1995
2015 2008 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000 1999 1998 1997 1996
2016 2009 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000 1999 1998 1997
2017 2010 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000 1999 1998
2018 2011 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000 1999
2019 2012 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000
17.5 LEAD DAN SPEED 17.5.1 Kompetisi kategori Lead diadakan sesuai Bab 6 (Peraturan Lead) dan Speed diadakan
sesuai Bab 8 dan 9 (Peraturan Speed dan Speed Klasik).
17.5.2 Kompetisi kategori Lead terdiri:
a) Babak Kualifikasi dilakukan pada dua (2) jalur yang tidak identik untuk setiap Kelompok pemanjatan, dan Kedua jalur tersebut harus memiliki tingkat kesulitan dan karakter yang sama.
b) Babak Semi-final dilakukan pada satu (1) jalur pemanjatan c) Babak final dilakukan pada satu (1) jalur pemanjatan; Untuk kasus-kasus tertentu, Jury President dapat memutuskan untuk membatalkan salah satu babak dan babak sebelumnya akan digunakan untuk menentukan peringkat dari babak yang dibatalkan.
17.5.3 KompetisiSpeed biasanya dapat terdiri dari:
a) Babak Kualifikasi, terdiri dari tahap tunggal; dan b) Babak Putaran Final, terdiri antara satu dan tiga tahap eliminasi.
Dalam hal peristiwa yang tidak terduga, Jury President bisa memutuskan untuk membatalkan salah satu babak dalam hal dimana hasil babak sebelumnya dapat dihitung untuk peringkat dari babak yang dibatalkan.
17.6 BOULDER 17.6.1 Kompetisi Boulder, hanya dipertandingkan untuk kelompok umur :
a) Youth B. b) Youth A. c) Junior.
17.6.2 Semua Kompetisi Boulder dijalankan sesuai dengan Bab 7(Peraturan Boulder).
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
112 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
17.6.3 KompetisiBoulder biasanya dapat terdiri dari:
a) Babak Kualifikasi dengan lima (5) boulder; a) Babak Semi-Final dengan empat (4) boulder; dan
b) Babak Final dengan empat (4) boulder.
17.6.4 Dalam keadaan luar biasa, Jury President dapat memutuskan:
a) Untuk membatalkan paling banyak satu boulder dalam sebuah babak.
b) Membatalkan satu babak Kompetisi, pada kasus ini babak sebelumnya akan di
gunakan untuk menentukan peringkat dari babak yang di batalkan; 17.7 KUOTA PEMANJAT DAN OFISIAL 17.7.1 Kuota pemanjat dan ofisial:
a) Setiap Pengprov FPTI berhak mengirimkan pemanjat sebanyak tiga (3) putra
dan tiga (3) putri, untuk setiap kelompok umur, kecuali tuan rumah berhak mengirimkan paling banyak enam (6) putra dan enam (6) putri, untuk setiap kelompok umur.
b) Setiap Pengprov FPTI berhak mengirimkan paling banyak lima (5) orang
ofisial(satu (1) orang manajer tim, dua (2) orang pelatih dan dua (2) orang ofisial).
c) Daftar nama pemanjat, manajer dan ofisial tim harus sudah diterima FPTI
paling lambat empat belas (14) hari sebelum tanggal pembukaan Kejurnas/kejurda. Daftar pemanjat inti dan cadangan wajib diisi pada Formulir Pendaftaran Kejurnas.
d) Jury President berhak menolak daftar pemanjatyang diterima terlambat atau
meminta perubahan kategori Kompetisi.
17.8 ALOKASI PEMANJAT PADA SETIAP KATEGORI 17.8.1 Dari kuota pemanjat pada Pasal 16.4 diatas dialokasikan untuk setiap nomor Kompetisi
pada masing-masing kelompok umur dengan aturan sebagai berikut: 17.8.2 Setiap Pemanjat diijinkan mengikuti lebih dari satu Kategori Kompetisi.
No Nomor Kompetisi Alokasi Pemanjat Tuan Rumah
01 Lead perorangan putra 2 4
02 Lead perorangan putri 2 4
03 Speed perorangan putra 2 4
04 Speed perorangan putri 2 4
05 Boulder perorangan putra 2 4
06 Boulder perorangan putri 2 4
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
113 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
17.9 BIAYA ADMINISTRASI PEMANJAT
a) Setiap Pengprov FPTI pemanjat yang berpartisipasi dalam Kejurnas Kelompok Umur dikenakan biaya administrasi sebesar Rp.500.000,00
b) Pelunasan biaya administrasi dan denda administrasi dilakukan sebelum
dilaksanakan Kejurnas Kelompok Umur FPTI. Pemanjat yang tidak melunasi biaya dan denda administrasi tidak akan diijinkan berpartisipasi pada Kejurnas/Kejurda Kelompok Umur berikutnya.
c) Uang administrasi dan denda administrasi pada Pasal 17.9. a) sampai b)
diatas disetorkan ke rekening resmi FPTI selanjutnya dialokasikan dengan
aturan sebagai berikut:
• 40% untuk FPTI. • 60% untuk FPTI Tuan Rumah.
Secara detail mengenai penyelenggaraan Kejurnas FPTI Kelompok Umur diatur dalam ”PEDOMAN PENYELENGGARAAN KOMPETISI FPTI yang akan diterbitkan kemudian”
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
114 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
LAMPIRAN
18. LEAD PARACLIMBING 18.1 PERATURAN UMUM
Peraturan ini dapat dibaca bersama dengan Bab 3 (Peraturan Umum) dan Bab 6
(Peraturan Lead) Peraturan Kompetisi FPTI 2013.
18.1.1 Kompetisi FPTI Paraclimbing Kejuaraan Nasional FPTI Paraclimbing Kejuaran Daerah FPTI Paraclimbing Sirkuit FPTI Paraclimbing
Lain - Lain
18.1.2 Kategori Penyandang Cacat Kategori penyandang cacat sesuai didaftar dibawah sebagai acuan Paraclimbing FPTI. Jumlah minimal pemanjat untuk sebuah kategori haruslah 6 pemanjat dari 4 daerah/utusan berbeda. Sebagai tambahan, Pengurus FPTI dapat memutuskan untuk membatasi kategori yang dipertandingkan dalam Kompetisi Paraclimbing FPTI.
Keputusan tersebut akan dikomunikasikan pada Technical Meeting. a) Kelemahan Penglihatan
Para atlet dengan kelemahan penglihatan dapat melewati pemeriksaan medis tanpa kacamata, lensa kontak dan peralatan optik lainnya. Komite Medis akan menunjuk para pemeriksa medis.
B1 Para atlet yang benar – benar buta.
B2 Para atlet yang memiliki penglihatan hingga 5%, dengan jarak penglihatan yang terbatas.
B3 Para atlet lemah penglihatan yang memiliki penglihatan hingga 20%.
b) Penyandang cacat fisik
Para atlet penyandang cacat fisik dapat menggunakan kaki buatan. Dalam hal koefisien mengenai hasil penampilan mereka dapat berlaku.
i) Penyandang cacat fisik akibat amputasi:
AAM 0 Amputasi Jari
AAM 01 Amputasi Satu Tangan
AAM 02 Amputasi Dua Tangan
AAM 1 Amputasi Satu Lengan dibawah siku
AAM 2 Amputasi Satu Lengan diatas siku
AAM 3 Amputasi Dua Lengan dibawah siku
AAM 4 Amputasi Dua Lengan diatas siku
AAM ¾ Amputasi Dua Lengan, satu – dibawah siku, yang lain – diatas siku
LAM 0 Amputasi Jari Kaki
LAM 01 Amputasi Satu Kaki
LAM 02 Amputasi Dua Kaki
LAM 1 Amputasi Satu Kaki dibawah lutut
LAM 2 Amputasi Satu Kaki diatas lutut
LAM 3 Amputasi Dua Kaki dibawah lutut
LAM 4 Amputasi Dua Kaki diatas lutut
LAM ¾ Amputasi Dua Kaki, satu – dibawah lutut, yang lain – diatas lutut.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
115 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
ii) Penyandang Cacat Fisik Radang Sendi:
ART 0
ART 1
ART 3
iii) Penyandang Cacat Fisik Saraf:
NRL 0
NRL 1
NRL 3
iv) Penyandang Cacat Fisik Radang Sendi dan Saraf:
ARN 0
ARN 1
v) Penyandang Cacat Fisik Saraf Kaki Seluruhnya:
CNL 0
vi) Subkategori lain dari Penyandang Cacat:
OSD 0
Catatan:
Evaluasi medis akan menyatakan ya atau tidaknya koefisien akan berlaku pada hasil penampilan dari kategori Penyandang Cacat Fisik. Singkatan:
AAM Arm amputee (amputasi lengan) LAM Leg amputee (amputasi kaki)
ART Arthritis (radang sendi) NRL Neurological (saraf)
ARN Arthritis + neurological (radang sendi + saraf)
OSD Other subcategories of a disability (subkategori lain dari penyandang cacat)
CNL Complete neurological leg (saraf kaki seluruhnya)
VIM Visual impairment (lemah penglihatan)
18.2 FORMAT Kompetisi dapat mulai dengan periode pengamatan. Kategori para atlet yang buta akan dibantu oleh asisten (silahkan lihat poin 4 – Prosedur panjat tebing). Jumlah waktu pengamatan dapat diatur oleh Jury President setelah berkoordinasi dengan Chief Route Setter dan tidak boleh kurang dari enam (6) menit per jalur.
Kompetisi Lead Paraclimbing dapat terdiri dari:
- Babak kualifikasi yang menggunakan (2) dua jalur yang tidak sama untuk tiap
kelompok pemanjatan dan kategori kemampuan; dan - Babak final.
” Sistem Flash ” digunakan di kualifikasi. Babak final adalah ” On-Sight ”.
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
116 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
Babak final untuk atlet dengan lemah penglihatan dapat menggunakan” Sistem Flash ” , tanpa demonstrasi.
Kuota setelah babak kualifikasi:
Jumlah pemanjat di kualifikasi Kuota untuk final
Nb ≤ 10 3
11 < Nb < 15 4
15 atau lebih dari 15 6
18.3 URUTAN PEMANJATAN
Untuk jalur kualifikasi pertama, urutan mulai untuk tiap regu dan kategori kemampuan
harus diacak. Untuk jalur kualifikasi kedua, urutan mulai haruslah dalam urutan yang sama seperti di jalur pertama dengan perubahan sekitar 50%. Contoh: Dalam regu berisikan 19, atlet yang dijadwalkan untuk memanjat di urutan ke 10 di jalur kualifikasi pertama akan memanjat pertama di jalur kualifikasi kedua. Semua atlet harus memiliki waktu penyembuhan minimal 50 menit dari antara penyelesaian percobaan mereka di jalur pertama dan awal percobaan mereka di jalur kedua.
18.4 PROSEDUR PEMANJATAN
Pertolongan untuk kategori atlet yang buta (B1, B2, B3) : Atlet dapat menggunakan bantuan asisten, atau pelatih, dengan tujuan untuk mendapatkan instruksi mengenai arah pergerakan, bentuk pegangan, dan juga jarak antara pegangan. Ini mencakup penggunaan sistem komunikasi selama pemanjatan.
Waktu pemanjatan harus 6 menit di babak kualifikasi dan 8 menit di babak final. Jury President dapat memutuskan untuk menentukan waktu ini setelah berkoordinasi dengan Chief Route Setter. Bila pengaturan dibuat, periode pemanjatan yang diatur dapat diumumkan kepada pemanjat selama rapat teknis dan/atau diindikasikan di Starting List.
Tiap pemanjat dapat memulai pemanjatan tanpa menunda. Tiap percobaan pemanjat dapat dianggap telah mulai, dan pengukuran dari waktu pemanjatan dapat mulai, ketika bagian tubuh terbawah pemanjat telah meninggalkan tanah. Jalur yang diselesaikan ketika pegangan terakhir di jalur dikuasai.
18.5 PERINGKAT
Tiap pemanjat akan diberi peringkat secara terpisah sesuai dengan (kategori dan kelompok kemampuan mereka) di tiap jalur yang dipanjat. Tiap pemanjat akan diberikan peringkat keseluruhan sesuai dengan kategori dan
kelompok kemampuan mereka kebalikan perhitungan Total Poin (TP) untuk dua jalur dimana:
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
117 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2014
TP = F* √ (r1 * r2) Dan: F adalah faktor kemampuan (antara 0 dan 1) yang diberikan kepada pemanjat oleh pemeriksa medis;
r1 adalah peringkat pemanjat di jalur pertama; r2 adalah peringkat pemanjat di jalur kedua.
18.6 JALUR DAN KEAMANAN
Kompetisi Lead Paraclimbing dapat berlangsung di dinding yang dirancang khusus
dengan tinggi minimal 10 meter, yang dapat membolehkan jalur dengan panjang minimal 12 meter dan lebar minimal 3 meter per jalur. Menurut kebijaksanaan Jury President, lebar yang kurang dari 3 meter dapat diterima untuk bagian batas dinding. Jalur untuk Kompetisi Lead Paraclimbing dapat diatur dan diingat bahwa para atlet
penyandang cacat turut serta dalam Kompetisi. Tiap pemanjat harus diamankan dengan ” Top Rope ”, ditambat dari bawah. Tali pemanjatan harus tali tunggal. Jury President dapat memutuskan, setelah berunding dengan Kepala Pembuat Jalur, bahwa tali kedua dapat digunakan dimana karakter jalur dapat berakibat pendulum ketika pemanjat jatuh.
Kecenderungan negatif dari jalur, jalur boleh dibuat untuk menghindari tubrukan dengan relief dari dinding saat jatuh. Pada saat dimulai tiap percobaan pemanjatan sebuah jalur: Tiap pemanjat harus diperlengkapi sesuai dengan peraturan FPTI yang mengatur tentang pelengkapan;
Tali pemanjatan harus dihubungkan ke masing – masing harness pemanjat menggunakan dua (2) karabiner scewgate secara berlawanan. Tali pemanjatan harus diikatkan ke karabiner scewgate menggunakan simpul ” delapan ”, diamankan dengan simpul stoper.
18.7 HADIAH DAN PIALA Pemenang dari tiap kategori penyandang cacat dapat diberikan medali FPTI. Penyelenggara, rekan kerja dan sponsor dapat memberikan piala menurut standar FPTI.