PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

download PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

of 65

Transcript of PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    1/65

     

    TUGAS

    PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

    DOSEN PEMBIMBING : CANDRA ADITYA, ST., MT.

    N A M A : AMBROSIO MARTINS NUNO

    N I M : 12 28 42 82 0972

    JURUSAN SIPIL-FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS WIDYAGAMA

    MALANG

    2014

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    2/65

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

    122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1  LATAR BELAKANG

    Perkembangan transportasi di Indonesiasaat ini semakin pesat,

    sejalan dengan laju perkembangan teknologi dan industri. Oleh karena itu perlu

    adanya sarana dan prasarana perhubungan darat, laut dan udara. Prasarana

    perhubungan darat adalah masalah paling penting untuk diprioritaskan, karena tanpa

    adanya sarana perhubungan darat kegiatan ekonomi, sosial dan budaya maupun

    informasi dari suatu daerah akan terhambat.Pembangunan sarana darat sangat dipengaruhi oleh keadaan topografi daerah

    yang dibangun. Masalah yang sering timbul dalam pembangunan jalan raya adalah

    trase jalan yang direncanakan terhalang oleh jurang, sungai atau keadaan lain yang

    menuntut dibangunnya bangunan penghubung seperti jembatan. Perencaanaan

     jembatan ini hendaknya memenuhi persyaratan perencanaan yang harus dapat

    menerima beban – beban yang berada diatasnya dengan konstruksi permanen dan

    dapat berumur panjang.

    Oleh karena itu, dalam penyusunan laporan akhir ini penyusun

    membahas mengenai Perencanaan Bangunan Atas Jembatan Komposit Sungai

    Sawo. Jembatan ini merupakan elemen yang sangat penting dalam transportasi

    untuk mengangkut kayu jati yang berkualitas tinggi di daerah tersebut. Jembatan

    Komposit Sungai Sawo terletak Jalan Pembangunan dan Jalan DR. Sitomo

    Balikpapan.

    1.2  PERMASALAHAN

    Dengan desain konvensional yang telah ada, keakuratan hasil perencanaan

    kurang memadai, maka penyusun menganggap perlu untuk merencanakan

     jembatan komposit ini dengan perencanaan 3 D yang terintegrasi. Permasalahan

    yang timbul adalah :

    Bagaimana merencanakan struktur bangunan atas jembatan sesuai syarat aman dan

    ekonomis ?

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    3/65

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

    122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

    1.3  TUJUAN

    Dalam merencanakan ulang (redesain) jembatan komposit ini

    penyusun dapat :

    1. 

    Menentukan desain awal dan data jembatan.

    2.  Memperoleh hasil yang meliputi gelagar utama, gelagar tepi, diafragma, tebal pelat

    lantai kendaraan, tebal lantai trotoir, dimensi kerb, tiang sandaran, sambungan

    dan shear connector .

    3.  Mengetahui gambaran metode pelaksanaan jembatan komposit di lapangan.

    1.4  BATASAN MASALAH

    Dalam penyusunan laporan akhir ini, penyusun memberikan batasan permasalahan

    yang akan dibahas. Adapun materi yang akan penyusun bahas antara lain :

    1.  Perencanaan bangunan atas jembatan komposit.

    a.  Perencanaan pelat lantai kendaraan.

    b. 

    Perencanaan tiang sandaran

    c.  Perencanaan kerb

    d.  Perencanaan pelat trotoar

    e. 

    Perencanaan gelagar utama

    f.  Perencanaan penyambung geser ( shear connector ) 

    g.  Perencanaan sambungan profil.

    h. 

    Perencanaan diafragma

    i.  Metode pelaksanaan pembangunan bangunan atas jembatan komposit.

    1.5  SISTIMATIKA PEMBAHASAN

    1.5.1  Prosedur Pembahasan

    1.  Perencanaan bangunan atas jembatan tipe komposit dimulai dari penyusunan

    Bab I yang isinya antara lain : latar belakang ; permasalahan ; tujuan ;

    batasan masalah dan sitematika masalah. Bisa juga dimulai dari bab II,

    karena tidak ada keterkaitan yang berarti. Dalam bab II berisi dasar/pedoman

    dalam merencanakan jembatan komposit ini. (catatan : tanda panah putus-putus

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    4/65

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

    122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

    merupakan urut-urutan jika bab I harus diselesaikan terlebih dahulu karena ada

    keterkaitan yang berarti).

    2. 

    Setelah selesai penyusunan bab I & bab II dilanjutkan penyusunan bab III yang

    didalamnya terdapat item perhitungan dan perencanaan.

    3.  Pada bab III berisi perencanaan jembatan jembatan komposit yang dimulai dengan

    mengansumsikan atau memperkirakan sementara data yang akan dipakai untuk

    perhitungan nantinya, misalnya : dimensi pelat, tiang sandaran, dll.

    4.  Perhitungan pada bab III dapat dimulai dari ke empat item hitungan,

    yaitu : Pelat lantai kendaraan ; tiang sandaran ; kerb dan atau lantai trotoir.

    Kemudian hasil dari perhitungan didapatkan momen untuk mencari tulanganyang dipakai. Khusus untuk pelat lantai kendaraan penyusun membandingkan

    dengan perhitungan memakai Staad Pro untuk perhitungan

    momennya dan menggunakan momen tersebut dalam perencanaan penulangan.

    5. Perhitungan gelagar tidak mempunyai keterkaitan yang berarti jadi dapat pula

    dikerjakan sebelum atau bersamaan dengan dimulai dengan mengansumsikan

    dimensi profil yang akan digunakan.

    6. 

    Data tersebut kemudian dipakai untuk perhitungan gelagar tengah dan gelagar tepi

    (biasanya dimensi untuk gelagar tengah dan tepi dipakai dimensi yang sama).

    Dari perhitungan didapat momen yang kemudian dikontrol terhadap lendutan,

    perubahan bentuk dan faktor keamanan (SF).

    7.  Jika hasil yang didapatkan tidak memenuhi syarat, maka perhitungan diulang dari

    point ke – 5. tetapi jika data yang dihasilkan telah memenuhi syarat maka

    dilanjutkan dengan perhitungan tegangan sebelum dan sesudah komposit.

    Perhitungan untuk tegangan juga dikontrol oleh tegangan ijin dasar baja.

    8.  Jika hasil perhitungan tersebut tidak memenuhi syarat maka dilakukan

    perhitungan ulang pada point ke – 5, tetapi jika telah sesuai dengan yang

    disyaratkan maka perhitungan dapat

    dilanjutkan dengan perhitungan pada shear connector , sambungan, atau diafragma.

    Hasil perhitungan tersebut kemudian dikontrol .

    9. 

    Jika hasil perhitungan tersebut tidak memenuhi syarat maka dilakukan

    perhitungan

    ulang pada masing-masing

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    5/65

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

    122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

    10. 

    Pada metode pelaksanaan terdapat urut-urutan pengerjaan jembatan sesuai instruksi

    dari pembimbing.

    11. 

    Setelah selesai maka yang terakhir menyusun bab V yaitu penutup yang berisi

    kesimpulan dan saran.

    1.6. NOTASI

    WuDL  = beban mati berfaktor

    WuLL = beban hidup berfaktor

    fc’ = mutu beton

    fy = mutu bajaAst = luas tulangan utama

    Vu = gaya lintang berfaktor

    Vn = gaya geser nominal

    Vc = kekuatan geser tulangan

    Av = luas tulangan sengkang

    S = spasi/jarak sengkang

    ∅  = diameter tulangan polos

    D = diameter tulangan ulir

    bf = lebar sayap profil baja

    tf = tebal sayap profil baja

    bw = tebal badan profil baja

    tw = tebal badan profil baja

    Ix = momen imersia

    bE = lebar efektif pelat

    C = gaya tekan

    T = gaya tarik

    ts = tebal pelat beton

    Cc = gaya tekan pada beton

    Cs = gaya tekan pada baja

    Ts = gaya tarik pada baja

    Mn = momen kapasitas penampang

    Ec = Elastisitas beton

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    6/65

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

    122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

    Es = Elastisitas baja

    n = modulus rasio

    Ikomp  = inersia komposit

    Wmp = beban mati primer

    Wms = beban mati sekunder

    K = koefisien kejut

    Mta = momen angin total

    MR   = momen akibat rem

    α  = koefisien thermal

    Is = inersia pada bajaIc = inersia pada beton

     Nc,Ns = gaya normal

    Mtsuhu  = momen akibat suhu

    Mtsusut  = momen akibat susut S

    Cg = titik keseimbangan

    σ  = tegangan

    σ  = tegangan ijin

    y’ = jarak terhadap Cg

    ya = jarak dari serat atas ke g.n. komposit

    yb = jarak dari serat bawah ke g.n. komposit

    Mts  = momen baja total

    Mtc  = momen beton total

    H = tinggi stud SC

    ds = diameter stud SC

    Wx = momen tahanan

    Ap = luas plat penyambung

    tp = tebal plat penyambung

    Kgs = kekuatan baut akibat geser

    Ktp = kekuatan baut akibat tumpu

    Tm = gaya horisontal pada sambungan

    Td = gaya akibat gaya lintang

    τ  = tegangan geser

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    7/65

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA 

    2.1.  DASAR PERENCANAAN 

    Konstruksi  jembatan direncanakan sesuai dengan peraturan sbb : 

    1. Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan, 1992 (PPTJ-1992), Departemen Pekerja- 

    an Umum, Direktorat Jendral Bina Marga, Direktorat Bina Program Jalan. 

    2. Bridge Design Manual, 1992 (BDM-1992), Directorate General of  Highways, Ministry 

    of  Public Works, Republic of  Indonesia. 

    2.2.  BEBAN JEMBATAN 

    A. 

    AKSI 

    TETAP 

    (PERMANENT 

    ACTIONS) 

    1.  BERAT SENDIRI ( MS ) 

    Berat sendiri ( self  weight  ) adalah berat bahan dan bagian  jembatan yang merupakan 

    elemen struktural, ditambah dengan elemen non-struktural yang dipikulnya dan bersifat 

    tetap.  Berat sendiri dihitung berdasarkan berat satuan ( unit weight  ) seperti Tabel 1. 

    Tabel 1. Berat satuan untuk menghitung berat sendiri 

    Bahan  /  material  Berat sat 3 

    kN/m 

    Bahan  /  material  Berat sat 3 

    kN/m 

    Beton bertulang  25.0  Timb. tanah padat  17.2 

    Beton prategang  25.5  Kerikil dipadatkan  20.0 

    Beton  24.0  Aspal beton  22.0 

    Batu pasangan  23.5  Lapisan beraspal  22.0 

    Baja 

    77.0 

    Air 

    murni 

    9.8 

    Besi tuang  71.0  Pasir basah  18.4 

    Besi tempa  75.5  Pasir kering  17.2 

    Timbal  111.0  Lempung lepas  12.5 

    Beton ringan  19.6  Kayu ringan  7.8 

    Neoprin  11.3  Kayu keras  11.0 

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    8/65

    Koefisien tekanan tanah pasif,  Kp = tan  ( 45°+ φ'  /  2 ) 

    2. 

    BEBAN 

    MATI 

    TAMBAHAN 

    MA 

    Beban 

    mati 

    tambahan 

    superimposed 

    dead 

    load 

    ), 

    adalah 

    berat 

    seluruh 

    bahan 

    yang 

    menimbulkan suatu beban pada  jembatan yang merupakan elemen non-struktural, dan 

    mungkin besarnya berubah selama umur  jembatan.  Jembatan direncanakan mampu 

    memikul beban tambahan yang berupa : 

    a.  Aspal beton setebal 50 mm untuk pelapisan kembali di kemudian hari (overlay ). 

    b.  Tambahan genangan air hujan setinggi 50 mm apabila saluran drainase tidak beker- 

     ja dengan baik. 

    3.  TEKANAN TANAH ( TA ) 

    Tekanan 

    tanah 

    lateral 

    dihitung 

    dihitung 

    berdasarkan 

    harga 

    nominal 

    dari 

    berat 

    tanah 

    s, 

    sudut gesek dalam φ, dan kohesi c dengan : 

    ws' 

    ws 

    φ' 

    tan-1 

    (KφR 

    tan 

    φ 

    dengan 

    faktor 

    reduksi 

    untuk 

    φ', 

    KφR 

    0.7 

    c' 

    KcR 

    dengan 

    faktor 

    reduksi 

    untuk 

    c', 

    KcR 

    1.0 

    Koefisien 

    tekanan 

    tanah 

    aktif, 

    Ka = tan2 ( 45° - φ'  /  2 ) 2 

    Pada 

    bagian 

    tanah 

    di 

    belakang 

    dinding 

    penahan 

    yang 

    dibebani 

    lalu-lintas, 

    harus 

    diper- 

    hitungkan adanya beban tambahan yang setara dengan tanah setebal 0.60 m yang 

    berupa beban merata pada bagian tersebut. 

    Beban 

    merata 

    0.60 

    Ws 

    B.  AKSI SEMENTARA (TRANSIENT ACTIONS) 

    1. 

    BEBAN 

    LALU-LINTAS 

    Beban 

    lalu-lintas 

    untuk 

    perencanaan 

     jembatan 

    terdiri 

    dari 

    beban 

    lajur 

    "D" 

    dan 

    beban 

    truk "T". Beban  lajur "D" digunakan untuk perhitungan yang mempunyai bentang se- 

    dang sampai panjang, sedang beban truk "T" digunakan untuk bentang pendek dan 

    lantai kendaraan. Lalu-lintas rencana mempunyai lebar 2.75 m. 

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    9/65

        q     (     k     P    a     )

    q kPa 

    1.1. 

    BEBAN 

    LAJUR 

    "D" 

    TD 

    Beban 

    lajur 

    "D" 

    terdiri 

    dari 

    beban 

    terbagi 

    merata 

    (Uniformly 

    Distributed 

    Load), 

    UDL 

    dan 

    beban garis (Knife Edge Load), KEL seperti terlihat pada Gambar 1. 

    UDL mempunyai intensitas q  (kPa) yang besarnya tergantung pada  panjang total  L 

    yang dibebani seperti Gambar 2 atau dinyatakan dengan rumus sebagai berikut : 

    8.0  kPa  untuk 

    ≤ 

    30 

    8.0 

    *( 

    0.5 

    15 

     /  

    )  kPa  untuk L > 30 m 

    5.5 

    KEL 

    p kN/m 

    direction of  traffic 90°  5.5

     

    5.5 m 

    UDL 100% 

    50% 

    Gambar 1. Beban lajur "D" 

    10 

    0  20  40  60  80  100 L (m) 

    Gambar 2. Intensitas Uniformly Distributed Load (UDL) 

    KEL mempunyai intensitas,  p = 44.0  kN/m 

    Faktor 

    beban 

    dinamis 

    (Dinamic 

    Load 

    Allowance) 

    untuk 

    KEL 

    diambil 

    sebagai 

    berikut 

    DLA 

    0.4  untuk L ≤ 50 m 

    DLA 

    0.4 

    0.0025*(L 

    50)  untuk 50 

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    10/65

         D     L     A     (     %     )

    50 

    40 

    30 

    20 

    10 

    0  50  100  150  200 

    Bentang, L (m) 

    Gambar 2. Faktor beban dinamis (DLA) 

    Untuk bentang menerus, digunakan panjang bentang ekivalen yang dinyatakan dengan 

    rumus 

    LE 

    √ 

    Lav 

    Lmax 

    Lav  = 

    panjang 

    bentang 

    rata-rata 

    Lmax 

    panjang 

    bentang 

    maksimum 

    1.2. 

    BEBAN 

    TRUK 

    "T" 

    TT 

    Pembebanan truk "T" terdiri dari kendaraan truk semi-trailer yang mempunyai susunan 

    dan beban as seperti pada Gambar 2. Faktor beban dinamis untuk pembebana truk di- 

    ambil, DLA

     

    0.3 

    Gambar 3. Beban truk "T" 

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    11/65

         G    a    y    a    r    e    m     (     k     N     )

        q     (     k     P    a     ) 

    2. 

    GAYA 

    REM 

    TB 

    Pengaruh 

    pengereman 

    dari 

    lalu-lintas 

    diperhitungkan 

    sebagai 

    gaya 

    dalam 

    arah 

    me- 

    manjang, dan dianggap bekerja pada permukaan lantai  jembatan.  Besarnya gaya 

    rem 

    arah 

    memanjang 

     jembatan 

    tergantung 

    panjang 

    total 

     jembatan 

    (Lt) sebagai berikut : 

    Gaya 

    rem, 

    TTB  = 250  kN  untuk Lt ≤ 80 m 

    Gaya 

    rem, 

    TTB = 250 + 2.5*(Lt - 80)  kN  untuk 80 

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    12/65

    Ab 

    luas 

    bidang 

    samping 

     jembatan 

    (m 

    Untuk  10 m   100 m  :  q=  2  kPa 

    A = luas bidang trotoar yang dibebani pejalan kaki (m2) 

    Beban hidup merata q : 

    Untuk 

    ≤ 

    10 

    m2 

    q= 

    kPa 

    2  2 

    C.  AKSI LINGKUNGAN (ENVIRONMENTAL ACTIONS) 

    1.  PENGARUH TEMPERATUR ( ET ) 

    Variasi temperatur rata-rata pada konstruksi  jembatan yang digunakan untuk meng- 

    hitung 

    pemuaian 

    dan 

    gaya 

    yang 

    terjadi 

    akibat 

    perbedaan 

    temperatur 

    diberikan 

    pada 

    Tabel 2. Besarnya harga koefisien perpanjangan akibat suhu disajikan pada Tabel 3. 

    Tabel 2. Temperatur Jembatan Rata-rata 

    Tabel 3. Sifat Bahan Rata-rata Akibat Pengaruh Temperatur 

    2.  BEBAN ANGIN ( EW ) 

    Gaya 

    akibat 

    angin 

    dihitung 

    dengan 

    rumus 

    sebagai 

    berikut 

    TEW 

    0.0006*Cw*(Vw)2*Ab 

    kN 

    Cw =  koefisien seret, lihat Tabel 4. 

    Vw =  Kecepatan angin rencana ( m/det ), lihat Tabel 5. 2 

    Tipe Bangunan Atas 

    Jembatan 

    Temperatur min. 

    rata-rata 

    Temperatur maks. 

    rata-rata 

    Lantai beton di atas 

    gelagar beton  15  °C  40  °C 

    Bahan 

    Jembatan 

    Koefisien muai 

    akibat suhu 

    Modulus Elastis 

    beton 

    Beton dengan kuat 

    tekan, fc' 

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    13/65

    Beban garis merata tambahan arah horisontal pada permukaan lantai  jembatan akibat 

    angin yang meniup kendaraan di atas  jembatan dihitung dengan rumus : 

    TEW = 0.0012*Cw*(Vw)2 

    kN/m 

    dengan, 

    Cw 

    1.2 

    Tabel 

    4. 

    Koefisien 

    seret, 

    Cw 

    Untuk harga antara b/d dapat diinterpolasi 

    Tabel 

    5. 

    Kecepatan 

    Angin 

    Rencana, 

    Vw 

    2. 

    BEBAN 

    GEMPA 

    EQ 

    Beban gempa rencana dihitung dengan rumus : 

    TEQ = Kh * I * Wt 

    Kh = C * S 

    TEQ =  Gaya geser dasar total pada arah yang ditinjau (kN) 

    Kh  =  Koefisien beban gempa horisontal 

    I  =  Faktor kepentingan 

    Wt 

    Berat 

    total 

    bangunan 

    yang 

    berupa 

    berat 

    sendiri 

    dan 

    beban 

    mati 

    tambahan 

    PMS + PMA  kN 

    C  =  Koefisien geser dasar untuk wilayah gempa, waktu getar, dan kondisi tanah 

    S  =  Faktor tipe struktur yang berhubungan dengan kapasitas penyerapan energi 

    gempa (daktilitas) dari struktur  jembatan. 

    Waktu getar struktur dihitung dengan rumus : 

    Struktur Atas Masif   Cw  Keterangan 

    b/d =  1.0  2.10  b = lebar total  jembatan dihitung dari 

    sisi 

    luar 

    sandaran 

    d = tinggi struktur atas 

    b/d =  2.0  1.50 

    b/d ≥  6.0  1.25 

    Keadaan Batas  Lokasi 

    s/d 5 km dari pantai  > 5 km dari pantai 

    Daya layan  30  m/det  25  m/det 

    Ultimit  35  m/det  30  m/det 

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    14/65

    KP 

    Ec 

    Ic 

     /  

    Ic =  momen inersia (m  ) 

    π 

    √ 

    WTP  /  ( g * KP ) ] 

    WTP = ( PMS + PMA ) struktur atas + 1/2*PMS struktur bawah 

    T  =  waktu getar (detik) 

    WTP =  berat sendiri struktur atas dan beban mati tambahan, ditambah setengah 

    berat sendiri struktur bawah (kN) 

    PMS =  berat sendiri (kN) 

    PMA =  beban mati tambahan (kN) 

    percepatan 

    grafitasi 

    (= 

    9.8 

    m/det2) 

    KP =  kekakuan struktur yang merupakan gaya horisontal yang diperlukan untuk 

    menimbulkan satu satuan lendutan (kN/m) 

    Ec =  modulus elastis beton (kPa) 4 

    h =  tinggi struktur (m) 

    Untuk struktur  jembatan dengan daerah sendi plastis berupa beton bertulang dan 

    struktur berperilaku elastis, maka nilai faktor tipe struktur, 

    S = 3.0 

    Jika struktur dapat berperilaku daktail dan mengalami simpangan yang cukup besar, 

    sehingga mampu menyerap energi gempa yang besar, maka nilai faktor tipe struktur, 

    S = 1.0 * F  ≥ 1.0 

    1.25 

    0.025 

     jumlah 

    sendi 

    plastis 

    yang 

    menahan 

    deformasi 

    arah 

    lateral 

    yang 

    ditinjau. 

    Koefisien geser dasar untuk wilayah gempa 3 disajikan pada Tabel 6, atau dapat di- 

    lihat pada Gambar 5. 

    Kriteria kondisi tanah keras, sedang, dan lunak, untuk menentukan koefisien geser da- 

    sar diberikan pada Tabel 7. Faktor kepentingan ( I ) disajikan pada Tabel 8. 

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    15/65

         K    o    e     f     i    s     i    e    n    g    e    s    e    r     d    a    s    a    r ,     C

    Tabel 6. Koefisien geser dasar untuk wilayah gempa 3 

    0.20 

    0.15 

    0.10 

    0.05 

    0.00 

    0.0 

    0.5 

    1.0 

    1.5 

    2.0 

    2.5 

    3.0 Waktu

     

    getar, 

    (detik) 

    Gambar 5. Koefisien geser dasar gempa wilayah 3 

    Tabel 7. Kondisi tanah untuk koefisien geser dasar 

    Tipe Tanah  Kedalaman Tanah 

    Keras  Sedang  Lunak 

    Untuk seluruh  jenis tanah  ≤ 3m  3 - 25 m  > 25 m 

    Untuk tanah kohesif  dengan kuat geser undrained 

    rata-rata 

    50 

    kPa 

    ≤ 6m  6 - 25 m  > 25 m 

    Lapisan tanah yang bersifat kohesif  dengan kuat ge- 

    ser undrained rata-rata > 100 kPa atau tanah berbu- 

    tir sangat padat 

    ≤ 9m  9 - 25 m  > 25 m 

    Untuk tanah kohesif  dengan kuat geser undrained 

    rata-rata > 200 kPa 

    ≤ 12 m  12 - 30 m  > 30 m 

    Untuk tanah berbutir dengan ikatan matrik padat  ≤ 20 m  20 - 40 m  > 40 m 

    Tanah keras 

    Tanah lunak 

    detik 

    Nilai C untuk Tanah 

    Keras 

    Sedang 

    Lunak 

    0.00  0.14  0.18  0.18 

    0.40  0.14  0.18  0.18 

    0.55  0.11  0.16  0.18 

    0.60  0.10  0.15  0.17 

    0.90  0.10  0.10  0.14 

    1.30  0.10  0.10  0.10 

    3.00  0.10  0.10  0.10 

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    16/65

    Tabel 8. Faktor kepentingan, I 

    Klasifikasi  I  min. 

    Jembatan 

    yang 

    memuat 

    2000 

    kendaraan/hari, 

     jembatan 

    pada 

     jalan 

    raya 

    utama atau arteri, dan  jembatan dimana tidak ada route alternatif  

    1.2 

    Seluruh  jembatan permanen lainnya dimana route alternatif  tersedia, tidak 

    termasuk  jembatan yang direncanakan untuk mengurangi pembebanan 

    lalu-lintas 

    1.0 

    Jembatan sementara (misal, Bailley) dan  jembatan yang direncanakan 

    untuk mengurangi pembebanan lalu-lintas 

    0.8 

    2.1. TEKANAN TANAH LATERAL AKIBAT GEMPA 

    Gaya gempa arah lateral akibat tekanan tanah dinamis dihitung dengan menggunakan 

    koefisien 

    tekanan 

    tanah 

    dinamis 

    KaG) sebagai berikut : -1 

    θ 

    tan 

    (Kh) 2

     

    KaG = cos  ( φ' - θ )  /  [ cos  θ * { 1 + √ (sin φ' *sin (φ' - θ) )  /  cos θ } ] KaG

     

    KaG 

    Ka 

    Gaya gempa arah lateral akibat tekanan tanah dinamis : 2 

    TEQ = 1/2 * h  * ws *  KaG  kN/m 

    2.2. 

    TEKANAN 

    AIR 

    LATERAL 

    AKIBAT 

    GEMPA 

    Gaya gempa arah lateral akibat tekanan air dihitung sebagai berikut : 

    Tipe Bangunan  Gaya air horisontal 

    Pilar tipe dinding 2 

    TEQ 

    0.58 

    Kh 

    wa 

    Pilar tipe kolom dg. 2 

    b*h ≤ 2 m 2 

    TEQ 

    0.75*Kh*I*wa*b 

    *h 

    4*b*h 

    2  2 2 m   

    3.1 

    TEQ 

    0.38 

    Kh 

    wa 

    b 3 

    wa  =  berat volume air = 9.8 kN/m 

    b  =  lebar pilar (m) 

    h  =  kedalaman air rata-rata (m) 

    Kh  =  koefisien beban gempa horisontal 

    I  =  faktor kepentingan 

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    17/65

    AD  =  luas proyeksi benda hanyutan tegak lurus arah aliran (m  ) 

    TEF = 0.5 * CD * Va  * AD  kN 

    Gaya gempa arah lateral akibat tekanan air dianggap bekerja pada kedalaman sama 

    dengan setengah kedalaman air rata-rata. 

    3. 

    ALIRAN 

    AIR, 

    BENDA 

    HANYUTAN, 

    DAN 

    TUMBUKAN 

    DGN 

    KAYU 

    3.1. 

    ALIRAN 

    AIR 

    Gaya seret pada pilar akibat aliran air dihitung dengan rumus : 

    TEF = 0.5 * Cd * Va2 * Ad  kN 

    Cd 

    koefisien 

    seret 

    (Tabel 

    9) 

    Va  = 

    kecepatan 

    aliran 

    air 

    rata-rata 

    saat 

    banjir 

    dg 

    periode 

    ulang 

    tertentu 

    (m/det) 

    =  3 m/det (jika tidak dihitung berdasarkan analisis hidrologi) 

    Ad 

    luas 

    proyeksi 

    pilar 

    tegak 

    lurus 

    arah 

    aliran 

    dengan 

    tinggi 

    sama 

    dengan 

    kedalaman air banjir (m2) 

    Tabel 9. Koefisien seret 

    3.2. BENDA HANYUTAN 

    Gaya akibat benda hanyutan dihitung dengan rumus : 

    CD 

    1.04 

    Va  =  kecepatan aliran air rata-rata saat banjir dg periode ulang tertentu (m/det) 2 

    =  b*h 

    h =  kedalaman benda hanyutan ( diambil = 1.20 m di bawah muka air banjir ) 

    b =  lebar benda hanyutan 

    =  setengah panjang bentang dan harus  ≤ 20 m 

    Bentuk depan pilar  Cd 

    Persegi  1.4 

    Bersudut 

    0.8 

    Bundar  0.7 

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    18/65

    3.3. 

    TUMBUKAN 

    DENGAN 

    KAYU 

    Gaya 

    akibat 

    tumbukan 

    dengan 

    batang 

    kayu 

    dihitung 

    dengan 

    rumus 

    TEF 

    Vs2 

     /  

    kN 

    M =  massa batang kayu = 2.0 Ton 

    Vs =  kecepatan aliran air permukaan pada saat banjir (m/det) 

    =  1.4 * Va 

    d =  lendutan elastis ekivalen (Tabel 10) 

    Tabel 10. Lendutan elastis ekivalen 

    Untuk kombinasi pembebanan diambil nilai terbesar dari : 

    1. Kombinasi : gaya seret + gaya akibat benda hanyutan 

    2. Kombinasi : gaya seret + gaya akibat tumbukan batang kayu 

    D.  AKSI-AKSI LAINNYA 

    1.  GESEKAN PADA PERLETAKAN ( FB ) 

    Gaya akibat gesekan pada perletakan dihitung berdasarkan beban tetap dikalikan dgn 

    koefisien gesek untuk perletakan yang bersangkutan. 

    TFB =  µ* (PMS + PMA) 

    PMS =  aksi tetap berat sendiri stuktur atas (kN) 

    PMA 

    aksi 

    tetap 

    beban 

    mati 

    tambahan 

    struktur 

    atas 

    (kN) 

    µ  =  koefisien gesek 

    Untuk  jenis perletakan berupa elastomeric, koefisien gesek rata-rata dapat diambil 

    sebesar 0.18. 

    Tipe 

    pilar 

    (m) 

    Pilar beton masif   0.075 

    Pilar beton portal  0.150 

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    19/65

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    20/65

    2.4.  KOMBINASI BEBAN 

    A. 

    Kombinasi 

    pada 

    keadaan 

    ultimit 

    Aksi  /  Beban  Faktor 

    Beban 

    KOMBINASI 

    1  2  3  4 

    A. Aksi Tetap 

    Berat sendiri  KMS  1.30  1.30  1.30  1.30 

    Beban Mati Tambahan  KMA  2.00  2.00  2.00  2.00 

    Tekanan Tanah  KTA  1.25  1.25  1.25  1.25 

    B. Aksi Transien 

    Beban 

    Lajur 

    "D" 

    atau 

    "T" 

    KTD 

     /  

    KTT 

    2.00 

    1.00 

    1.00 

    Gaya Rem  KTB  2.00  1.00  1.00 

    Beban Trotoar  KTP  2.00 

    C. Aksi Lingkungan 

    Pengaruh Temperatur  KET  1.00  1.00  1.00 

    Beban Angin  KEW  1.00  1.20 

    Beban Gempa  KEQ  1.00 

    Aliran air, hanyutan  /  tumbukan  KFB  1.00  2.00 

    D. Aksi Lainnya 

    Gesekan pada perletakan  KFB  1.00  1.00  1.00 

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    21/65

    B. Kombinasi pada keadaan tegangan kerja 

    Aksi 

     /  

    Beban 

    Faktor 

    Beban 

    KOMBINASI 

    A. Aksi Tetap 

    Berat sendiri  KMS  1.00  1.00  1.00  1.00 

    Beban Mati Tambahan  KMA  1.00  1.00  1.00  1.00 

    Tekanan Tanah  KTA  1.00  1.00  1.00  1.00 

    B. Aksi Transien 

    Beban Lajur "D" atau "T"  KTD  /  KTT  1.00  1.00  1.00 

    Gaya Rem  KTB  1.00  1.00  1.00 

    Beban 

    Trotoar 

    KTP 

    1.00 

    1.00 

    1.00 

    C. Aksi Lingkungan 

    Pengaruh Temperatur  KET  1.00 

    Beban Angin  KEW  1.00 

    Beban Gempa  KEQ  1.00 

    Aliran air, hanyutan  /  tumbukan  KFB  1.00  1.00  1.00 

    D. Aksi Lainnya 

    Gesekan pada perletakan  KFB  1.00  1.00 

    Kelebihan Tegangan yang diperbolehkan  0%  25%  40%  50% 

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    22/65

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

    122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

    BAB III

    METODE KAJIAN PELAKSANAAN

    3.1 PEKERJAAN PERSIAPAN

    1. 

    Mobilisasi

    Mobilisasi adalah kegiatan mendatangkan tenaga, bahan, dan peralatan yang akan digunakan

    dalam kegiatan pembangunan suatu proyek. Untuk alat-alat berat yang akan digunakan

    didatangkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan yang akan digunakan terlebih

    dahulu. Pada tahap I pendatangan alat berat, yaitu : dump truk, buldozer, back hoe, tahap II

    yang didatangkan berupa material dan crane, tahap III yang didatangkan adalah alat

    pemancang, pada tahap IV alat berat yang didatangkan adalah alat berat untuk pekerjaan

    perkerasan, seperti TR, Tandem,  finisher , dll. Untuk lokasi penempatan/tata letak site

    proyek ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

    Gambar 4.1 Tata Letak Site2. 

    Pembersihan Lokasi

    Pada kegiatan pembersihan, kegiatan yang dilakukan antara lain : perataan lahan,

    penebangan semak belukar ataupun pohon yang setidaknya dapat menggangu jalannya

    proyek, pembuatan akses jalan masuk proyek yang seluruhnya dilakukan dengan alat berat

     jenis buldozer (lihat gambar 4.2)

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    23/65

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    24/65

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

    122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

    3.3 

    PEKERJAAN BANGUNAN BAWAH

    3.3.1 

    Pekerjaan Galian

    1.  Pekerjaan galian untuk abutment dilaksanakan sampai dengan elevasi dasar pile

    cap yaitu ± 1 m.

    2. 

    Penggalian dilakukan melebihi luasan yang akan digunakan untuk abutmen untuk

    memudahkan penempatan konstruksi. Pekerjan ini menggunakan alat berat back

    hoe dan menggunakan dumptruck (DT)  (gambar 4.3) dan tanah hasil galian

    dibuang ketempat yang sudah direncanakan.

    3. Dilanjutkan dengan penggalian tanah untuk pengerjaan pilar Penggalian

    menggunakan alat berat jenis back hoe dengan langsung masuk ke sungai, karena

    pada aliran air di sungai pada waktu musim kemarau sangat sedikit atau hampir tidakada dan dari data geologi yang didapat jenis tanah pada lokasi proyek adalah

    lapisan tanah kerapak (gambar 4.4).

    Gambar 4.3 Cara kerja back hoe 

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    25/65

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

    122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

    Gambar 4.4 Keadaan sungai gandong

    4.  Pengeringan air  dewatering) pada pekerjaan pondasi untuk abutment dilakukan

     jika air dianggap menggenangi lokasi penggalian.

    3.3.2  Pekerjaan Tiang Pancang

    1. 

    Pekerjaan pemancangan dimulai dari pondasi pilar jembatan dan dilanjutkan ke

    abutmen.

    2.  Tiang pancang diangkat menuju lokasi dan ditegakkan pada titik yang ditentukan.

    3. 

    Tiang pancang diukur ketegakan tiang menggunakan theodolite.

    4.  Dilakukan pemukulan dengan disel hammer   dan setiap 10 kali pukulan dilakukan

    pencatatan penurunan.

    5.  Setelah proses pemancangan selesai, dilakukan pemotongan /pengelupasan tiang sesuai

    dengan elevasi rencana. Tulangan pada tiang disisakan ± 50 cm untuk pengecoran pile

    cap.

    3.3.3  Pekerjaan Beton

    1.  Langkah awal yang dilakukan adalah membuat bekisting untuk abutmen dan

    pilar jembatan menggunakan kayu lapis (playwood)  setebal 12 mm dan kayu meranti

    ukuran 5/7. kayu bekisting dirangkai sesuai ukuran. Tulangan abutmen/pilar yang sudah

     jadi diletakan pada tempatnya. Kemudian bekisting dipasang di sekeliling tulangan

    (sesuai dimensi abutmen/pilar) dan dilebihkan setebal bekisting tersebut.

    2. 

    Pengecoran dilakukan setelah bekisting dicek terhadap goyangan, kebocoran dan

    kekuatan perancah.

    3.  Sebelum pengecoran beton dicek terhadap nilai slump untuk mengukur kekentalan

    ampuran beton tersebut.

    4.  Pengecoran dilakukan dengan menggunakan ready mix concrete dari truk molen. Tata

    cara pengecoran dilakukan secara bertahap atau persegmen.

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    26/65

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

    122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

    Gambar 4.5 Pengecoran ready mix dari truk molen

    5.  Setelah pengecoran setebal 30 cm dilakukan pemadatan beton menggunakan

    vibrator dan dibantu dengan pemadatan dengan cara mengetok bekisting

    dengan palu ataupun dengan tongkat besi.

    6. Setelah beton mencapai umur yang disyaratkan atau seijin pengawas lapangan

    bekisting bisa dibongkar sesuai instruksi dari pengawas.

    3.3.4  Pekerjaan Urugan

    1. 

    Pekerjaan selanjutnya adalah pengurugan dengan menggunakan tanah urug dari tanah

    bekas galian ataupun dari tanah lain yang diambil dari luar proyek dilakukan oleh back

    hoe. (gambar 4.6)

    Gambar 4.6 Pengurugan oleh back hoe 

    2.  Pekerjaan pemadatan dilakukan tiap tebal pengurugan ± 15cm dengan menggunakan

     stamper  ataupun baby roller .(gambar 4.7)

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    27/65

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

    122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

    Gambar 4.7 Alat Pemadat 

    3.4 PEKERJAAN BANGUNAN ATAS

    3.4.1 

    Pekerjaan Sambungan Gelagar

    1. 

    Pendatangan profil baja

    Pendatangan profil baja dilakukan dengan menggunakan truk

    khusus untuk mengangkut profil baja yang dilengkapi dengan sejenis rane 

    untuk mengangkat dan meletakkan profil baja. Ketika truk tersebut

    sampai dilokasi proyek profil tersebut diletakkan sesuai instruksi dari

    pelaksana, pengawas atau pun orang yang bertanggungjawab terhadap

    pelaksanaan penyambungan.

    2.  Peletakan profil baja

    a.Sebelum profil tersebut diletakkan, sebaiknya telah dibuat semacam

    perletakan dari kayu yang disusun dua tingkat serta melintang terhadap

    profil nantinya.

    b.Setelah truk sampai profil tersebut diletakkan dengan hati hati dan searah

    memanjang jembatan pada perletakan yang telah dibuat.

    c.Untuk peletakan profil yang lain untuk dilakukan penyambungan,

    perletakannya harus berhimpit dengan gelagar yang lain. (gambar 4.8)

    Gambar 4.8 Peletakan profil baja

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    28/65

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

    122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

    3.  Penyambungan profil baja

    a. 

    Setelah profil tersebut diletakkan pada perletakan, kemudian

    dilakukan penyambungan terhadap profil baja tersebut dengan alat sambung baut.

    b.  Proses penyambungan dilakukan dengan tenaga manusia dengan diawasi serta

    mengikuti instruksi dari pelaksana maupun pengawas lapangan.

    3.4.2  Pekerjaan Pengelasan

    1.  Setelah profil disambung, permukaan atas profil diberi tanda (titik atau garis) untuk

    pemasangan  r connector   dan juga nantinya untuk pelat begisting.

    2.  Kemudian  shear connector   dipasang dengan menggunakan las sudut dengan jarak

    sesuai perhitungan. (gambar 4.9)

    Gambar 4.9 Pengelasan shear connector  

    3.4.3  Pemasangan Gelagar Utama

    1.  Sebelum gelagar baja tersebut diangkat dan dipasangkan pada perletakan di

    abutmen jembatan, sebaiknya terlebih dahulu dicek terhadap sambungan,  shear

    connector , dan pada abutmen diukur dan diberi tanda untuk perletakan expantion joint  

    dan perletakan untuk tumpuan.

    Gambar 4.10 Jenis perletakan pada tumpuan 

    (elastomeric bearing-pad  dan expantion roller bearing )

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    29/65

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

    122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

    2.  etelah siap semuanya, gelagar dipindahkan ke atas abutmen dan pilar

    dengan menggunakan crane.

    3.  Posisi crane  berada di depan jembatan rencana dan bersebelahan dengan

    tempat penyambungan profil baja. 

    Gambar 4.11 Pemindahan gelagar profil baja

    4.  Peletakan gelagar tersebut haruslah secara hati-hati dan tepat berada pada tumpuan.

    5. 

    Setelah pemindahan gelagar yang pertama, dilanjutkan dengan

    gelagar yang kedua. Setelah gelagar kedua tersebut diletakkan pada

    tempatnya, kedua gelagar tersebut segera disambung dengan diafragma.Penyambungan dengan diafragma dimulai dari yang ujung gelagar. Demikian

    seterusnya sampai dengan gelagar yang terakhir.

    Gambar 4.12 Sambungan diafragma

    3.4.4  Pekerjaan Beton

    1.  Pekerjaan begisting

    a. Begisting yang digunakan pada pengecoran pelat lantai kendaraan

    adalah terbuat dari beton bertulang dengan tulangan utama tegak lurus dengan arah

    memanjang gelagar.

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    30/65

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

    122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

    b.  Begisting tersebut dipesan pada pabrik pembuatan beton bertulang sesuai instruksi

    pelaksana atau pengawas lapangan.

    c. Pemasangan begisting ke atas gelagar diangkat dengan rane.

    Gambar 4.13 Penempatan pelat begisting

    2.  Pekerjaan pembesian

    a. 

    Pekerjaan pembesian atau penulangan terdiri dari pemotongan,

    pembengkokan dan perangkaian tulangan tersebut.

    b. Pemotongan dan pembengkokan tulangan dilakukan di barak kerja

    harus sesuai dengan gambar kerja.

    c. Perangkaian tulangan dilakukan langsung di atas gelagar.

    3. 

    Pengecoran

    a. Sebelum dilakukan pengecoran, tulangan dicek dahulu posisi dan

    keadaannya juga pemberian decking untuk tebal selimutnya.

    b. Sesaat sebelum pengecoran hendaknya ready mix dicek terhadap

    nilai  slump  terlebih dahulu. Jika sudah sesuai maka dapat dilakukan pengecoran.

    c. Pegecoran untuk tempat yang jauh dari truk molen digunakan pompa.

    Gambar 4.14 Detail pemompaan ready mix 

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    31/65

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

    122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

    4.  Pemadatan

    a. 

    Pemadatan dilakukan dengan menggunakan vibrator.

    b.Pemadatan dengan menggunakan vibrator haruslah dilakukan oleh orang yang

    berpengalaman dan cakap, karena untuk pemadatan haruslah sesuai dengan aturan

    diantaranya yaitu tidak diperkenankan menyentuh tulangan, sudut penggunaan

    vibrator haruslah sesuai dengan yang diperkenankan.

    c.  Selain pemadatan dengan vibrator juga dilakukan dengan cetok kayu untuk

    meratakan permukaan.

    5.  Perawatan beton

    a.Beton yang baru dicor harus dilindungi dari hujan, matahari secara langsung serta

    kerusakan lain karena sentuhan, sampai beton telah menjadi keras. Permukaan beton

    harus diusahakan tetap dalam keadaan lembab, dengan cara menutupnya dengan

    karung basah atau menggenanginya dengan air.

    b. Permukaan beton tersebut harus dibasahi selama minimum 14 hari.

    c. 

    Kemudian dilanjutkan dengan pengecoran lantai trotoir dan tiang sandaran.

    d. Perawatan untuk trotoir menggunakan air curring sedangkan untuk tiang sandaran

    menggunakan karung basah.

    3.4.5  Pekerjaan Perkerasan

    1. Pekerjaan perkerasan dimulai dari lapisan pondasi bawah dengan

    aggregat kelas B dan dipadatkan dengan menggunakan trimbis  atau tandem roller.

    2.Dilanjutkan dengan lapisan pondasi atas dengan aggregat kelas A dan dipadatkandengan tandem.

    3. 

    Kemudian dilanjutkan dengan lapisan perkerasan menggunakan ATB  setebal padat 5

    cm. Sebelum diberi aspal, permukaan lantai kendaraan dibersihkan dari debu ataupun

    kotoran dengan menggunakan compresor   lalu permukaannya diberi  prime coat ,

    setelah itu dipadatkan dengan menggunakan tandem roller dan Pneumatic Tire

     Roller (TR). 

    4. Untuk perkerasan di atas jembatan hanya menggunakan  prime coat   dan dilapisi

    dengan ATB dengan tebal padat 5 cm.

    Gambar 4.15 Tandem Roller dan TR

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    32/65

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

    122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

    3.4.6 Finishing

    1. Pekerjaan Lain-lain

    a. Pembuatan booksandaran dengan pasangan batukali sejumlah 4 buah dengan

    dimensi sesuai dengan gambar.

    b. Pemasangan Rambu – rambu jalan dengan bagian bawahnya dicor dengan beton

    rabat.

    2. Pekerjaan Acian

    a. Pekerjaan acian untuk kerb lantai kendaraan

    b. Pekerjaan acian untuk booksandaran

    3. Pekerjaan Pengecatan

    a. Pengecatan pada tiang trotoirb. Pengecatan pada rambu – rambu

    c. Pengecatan pada kerb

    d. Pengecatan pada booksandaran

    e. Pengecatan untuk marka, khusus untuk marka digunakan bahan yang khusus.

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    33/65

    9 m

    m

    BAB IV

    7,40,8 0,8

    1,48

    0,8

    kN/m3

    L

    b1b2

    berat beton tidak bertulang

    b

    Tegangan leleh bajaMutu baja

    Tebal slap lantai jembatan

    ths

    Mpa

    210000

    mm

    920

    mm

    m

    m

    m0,8

    Lebar Jalur Lalu-lintas

    Lebar trotoar

    7,4

    0,05

    fy

    Panjang bentang jembatanLebar total Jembatan

    1,48 1,481,48

    hKETERANGAN SIMBOL

    Jarak antara girder baja

    NILAI SATUAN

    Diketahui

    Tebal lapisan aspal ta

    1,48 m

    0,20,1

    Tebal genangan air hujan

    MpaMpa

    Tegangan dasar Modulus elastis baja,

    37

    Fs =Fy/1.5Es

    240160

    Bj

    Fy = U*10 390

    240

    Mpa

    MpaU 24

    Fy = U*10

    kN/m3

    Kuat tekan beton,

    tuk baja tulangan dengan Ø > 12 mTegangan leleh baja,tuk baja tulangan dengan Ø > 12 m

    K fc'

    Mutu Beton

    U

    24,9

    39

    berat beton bertulang

    Modulus elastis beton Ec = 4700√fc' 23453

    9772,1υ 0,2

    Spesific Grafity

    77,0

    Angka PoissonMpa

    25,0

    22,0 kN/m3

    wswc

    waBerat Lapisan Aspal

    Berat baja

    w'c

    kN/m3

    24,0

    Tegangan leleh baja,

    Koefisien Muai Panjang untuk betonG=E/2*(1+υ)

    α

    Mpa

    300Mpa

    MpaModulus Geser 

    1,E-05

    1,48

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. DATA KONSTRUKSI

    trotoar 

    Aspal (tebal ta)Slab (tebal ts)

    SandaranGirder 

    Deck slab Diafragma

    0.3 m

    0.2 m0.1 m

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

     122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    34/65

    700 300 13 20

    4.2.1 Beban Sendiri (MS)

    Faktor beban Ultimit : KMS =Ditinjau slab lantai jembatan selebar = mTebal slap lantai Jembatan sebesar = m

    Berat beton bertulang = 25 kN/m3

    Berat Sendiri, QMS = b * h * wc = kN/m

    4.2.2 Beban mati tambahan (MA)

    beban faktor Ultimit :

    12

    Beban mati tambahan, kN/m

    4.2.3 Beban Truk "T" (TT)

    Faktor beban Ultimit : K TT =

    Beban hidup pada lantai jembatan berupa beban roda ganda oleh Truk (beban T) yang besarnya,Jembatan kelas I = kNFaktor beban dinamis untuk pembebanan truk diambil, DLA =Beban Truk "T" PTT = (1+DLA)*T kN

    K MA

    2013

    Berat air hujan/jenis air 

    Lebar Tinggi

    ww

    Wprofil

    kN/m3

    kN/mmm

    WF

    9,8

    1,6600

    mm

    mmmm

    300

    A

    Wx

    21150

    twtf 

    h

    Wc

    LMomen InersiaPanjang bentang Girder 

    Tebal badantebal sayap

    Tebal Slab beton

    Luas penampang

    hs mm

    0,15

    mm2

    mm3

    mm4

    mmmm

    QMS 5,000

    Beban

    QMA

    (m)

    Berat

    kN/m3

    4980000

    1720000000

    4.2. ANALISIS BEBAN SLAB LANTAI JEMBATAN

    No JenisTebal

    20000

    db

    2001480

    Tahanan momen

    700

    Profil bajaBerat profil baja

    Jarak antara girder

    2,0

    T

    130

    kN/m

    3,30

    =

    Ix

    b

    22,009,80,05

    3,790,49Air hujan

    2,0

    100

    1,31

    0,2

    Lapisan Aspal + Overlay

    0,3

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

     122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    35/65

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    36/65

    Bdangvertikal yang ditiup angin merupakan bidang samping kendaraan dengan tinggi2 m di atas lantai jembatan. h = 2 mJarak antara roda kendaraan x = mTransfer beban angin ke lantai jemba PEW  = (1/2*h/x*TEW)

    = kN4.2.5 Pengaruh temperatur (ET)

    Faktor beban ultimit : K ET Untuk memperhitungkan tegangan maupun deformasi struktur yang timbul akibat pengaruhtemperatur, diambil perbedaan temperatur yang besarnya setengah dari selisih antara temperaturmaksimum dan temperatur minimum rata-rata pada lantai jembatan.

    Temperatur maksimum rata-rata Tmax = 40   ᵒC

    Temperatur minimum rata-rata Tmin  = 15   ᵒC

      ∆T = ( Tmax - Tmin ) / 2Perbedaan temperatur pada slab,   ΔT =   ᵒCKoefisien muai panjang untuk beton,   α =   /ᵒC

    Modulus elastis beton, Ec = kpa

    4.2.6 Momen pada slab lantai Jembatan

    Formasi pembebanan slab untuk mendapatkan momen maksimum pada bentang menerusdilakukan seperti pada gambar. Momen maksimum pada slab dihitung berdasarkan metodeone way slab dengan beban sebagai berikut :

    QMSQMAPTT kN

    PEW kN∆T ᵒC12,5

    3,790

    1,008

    5,000

    12,50,00001

    1,2

    130,00

    1,008

    kN/m

      kN/m

    23452953

    1,75

    QMS

    QMA

    PEW

    PTT PTT

    PEW

    ?T   ?T

    1.48 m 1.48 m 1.48 m 1.48 m 1.48 m

    1.48 m 1.48 m 1.48 m 1.48 m 1.48 m

    1.48 m 1.48 m 1.48 m 1.48 m 1.48 m

    1.48 m 1.48 m 1.48 m 1.48 m 1.48 m

    1.48 m 1.48 m 1.48 m 1.48 m 1.48 m

    Aspal (tebal ta)Slab (tebal ts)

    0.1 m

    trotoar 

    0.2 m

    Girder 

    Deck slab Diafragma

    0.3 m

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

     122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    37/65

     oefisien momen lapangan dan momen tumpuan untuk bentang menerus dengan beban merata, terpusat, dan perbedaan temperatur adalah sebagai berikut :

    k = koefisien momen s = 1,48

    Untuk beban merata Q : M =  * Q * s2

    Untuk beban pusat P: M = * P * s

    Untuk beban temperatur, ΔT : M = k * α * ΔT * Ec * s3

    Momen tumpuan, =   * Q MS * 2 = kNm

    Momen Lapangan, =   * Q MS * 2 = kNm

    Momen tumpuan, =   * Q MA * 2 = kNm

    Momen Lapangan, =   * Q MA * 2

    = kNm

    Momen tumpuan, =   * PTT * = kNm

    Momen Lapangan, =   * PTT * = kNm

    Momen tumpuan, =   * PEW * = kNm

    Momen Lapangan, =   * PEW * = kNm

    Momen tumpuan, =   * α * ΔT * EC * 3 = kNm

    Momen Lapangan, =  * α * ΔT * E

    C *

    3

    = kNm

    a. Momen Slab

    1   B

    2   B

    3   B "T"

    4   B

    5   P T

    0,210

    0,005

    0,027

    MMSMMS

    0,912

    0,457

    1,2

    1,0

    2,0

    PEW

    ∆T

    1,2

    0,233

    M tumpuan(kNm)

    2,0

    0,9123

    0,8642

    30,0529

    Ultimite

    QMAPTT

    Momen akibat beban Angin (EW) :

    Momen akibat temperatur (ET) :

    MMA

    Momen akibat beban mati tambahan (MA)

    Momen akibat beban truk (TT)

    MET

    Faktor No

    MTTMTT

    MEWMEW

    MMA

    0,4483

    0,2330 0,2099

    0,0053 0,0267

    0,864

    0,448

    30,053

    27,071

    0,4567

    27,0707

    1,0

    0,1041

    Layan

    1,0

    1,0

    QMS

    Keadaan

    0,1562

    0,1562

    0,1407

    1,3

    2,81,E06

    beban

    MET

    Daya

    Momen akibat berat sendiri (MS)

    0,1407

    M lapangan(kNm)

    0,0417

    5,62,E07

    0,0540

    1,0

    0,0833

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

     122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    38/65

    b. Kombinasi - 1

    1   B

    2   B 3   B "T"4   B 5   P T

    c. Kombinasi - 2

    1   B 2   B 3   B "T"4   B 5   P T

    4.2.7. PEMBESIAN SLAB

    4.2.7.a. Tulangan Lentur Negatif 

    M : Mu = kNmM : K - Kuat tekan beton, f c' = pa

    M U -   39 Tegangan leleh baja, f y = paT S , h = mmJ , d' = mmM , E Es =F ,   β1 =

    ρb = β1*0,85*f c'/f y*600/(600 + f y) =

    R = 0,75 * ρ *  * 1 1/2 * 0,75 * ρ *   / (0,85 *  ') =

    F ,   φ =M , Mu = NmT , = mmD 1 b = mmM , Mn = Mu/φ = Nm

    F , R n = Mn * 10-6 / (b * d2) =

    .....Ok 

    63,2591651000

    79,073

    2,90443

    d = h - d'

    24,9

    39020035

    2100000,85

    0,027957

    6,59766

    0,8

    1,2 0,0053   0,0267 0,0064 0,0320Total momen Ultimit slab, Mu = 33,2533 28,8449

    1,0 30,0529   27,0707 30,0529 27,07071,2 0,2330   0,2099 0,2796 0,2519

    1,3 0,9123   0,4567 1,1860 0,59372,0 0,8642   0,4483 1,7284 0,8966

     No   Faktor M tumpuan M lapangan Mu tumpuanbeban (kNm) (kNm) (kNm)

    1,0 0,0053   0,0267 0,0053 0,0267Total momen Ultimit slab, Mu = 63,2585 55,8682

    2,0 30,0529   27,0707 60,1058 54,14141,0 0,2330   0,2099 0,2330 0,2099

    1,3 0,9123   0,4567 1,1860 0,5937

    2,0 0,8642   0,4483 1,7284 0,8966

    Mu tumpuanbeban (kNm) (kNm) (kNm)

     No   Faktor M tumpuan M lapangan

    (kNm)

    Mu lapangan(kNm)

    63,259

    Mu lapangan

    300

    Rn < R max

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

     122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    39/65

    R T

     ρ = 0,85 *'/ * 1 2 * R/(0,85 * ')  =R ρ  = 25%*(1,4/)  =R ρ  =L A = ρ * b * d = mmD D mm

    J   S = π /4*D*/A  = mmD D 16 - 150

     = 1340 mm2

    T / 50%

    As'  = 50% *As = 664 mmD D 13 mm mmJ S  = π /4*D²*b/As

    D D 13 - 175

    As'  =  = 758 mm2

    4.2.7.b. Tulangan Lentur Positif 

    M : Mu = kNmM B K 300 Kuat tekan beton fc' =M B U 39 Tegangan leleh Baja fy =T S B h = mmJ d' = mmM E B, E Es =F B T B   ρ1  = 0,9

    ρ = β1*0,85*'/F*600/( 600 + )  =

    R  = 0,75 * ρ * * 1 1/2 * 0,75 * ρ * / (0,85 * ')  =F   ᵩ  =M U Mu =T h - d' =D 1 b =

    M M = M/ᵩ  =F  =

    Rn < R max .....Ok 

    0,80

    π /4*D²*b/s

    AS = π /4*D²*b/s

    200,027

    151,499

    6,5977

    2,5651

    0,028

    35210000

    55,868165

    1000

    69,835

    55,86824,9

    0,00804

    390200

    MPaMPa

    0,000900,00804

    161327,15

    )*/(10*   26 d b Mn Rn   −=

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

     122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    40/65

    R

     =R  =R   ρ  =L  = m

    D m

    J  = mD D 16 -

     = m2

    T 50%

     = 580 mmDiameter tulangan yang digunakan D mmJarak tulangan yang diperlukan = mm

    Digunakan tulangan D 13 -

     = 885 mm2

    4.2.8 KONTROL LENDUTAN SLAB

    M K   Kuat tekan bet fc' = MpaM B :U   39 Tegangan lele fy = MpaM  = MpaM Es = Mpa

    T S h = mm

    Jarak tulangan terhadap sisi luar beto d' = mmT E  = mmL S As = mm

    1,48 = mm  = m = mm  = kNB  = kN/m  = mm B  = mm  = MpaN  =

     = mmJ  = mm

    I :

     = mm⁴ = 100 mm

    M :  = mmM ( )

     = kNmMa = Nmm

    I

     = mmQ   = N/mm   P =  N

    L : = m

    50,506702

    8,790

    3,91,E+08

    2,33,E+07

    4,18,E+08130000

    D

    18003,279

    0,952

    18,003279

    13

    8,790

    8,9540963

    200

    35

    2011

    14801000

    6,167666666667

    390

    21000023452,95

    150

    130

    50506702

    165

    228,763

    1,00

    300

    0,00703

    0,00703

    173,2644

    24,9

    100

    3,492993

    2011

    0,00090

    1160,434116

    [ ])'*85,0/(*21*/'*85,0   fc Rn  fy  fc   −= ρ 

    )/4,1(*25min   00   fy= ρ 

    d b As   ** ρ =

     Asb DS    /**4/  2

    π =

     sb D As   /**4/   2π =

     As As   *50'   00=

     Asb DS    /**4/   2π =

    S b D As   /**4/'  2π =

    '*4700   fc Ec=

    'd hd    −=

    m Lx 48,1=

    TT T  P =

     MA MS    P  P Q   +=

    ( )   240/ xtot    Lharus

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    41/65

    R =

    F ( > 5 ),:

     =

     =L

     =

    L J :

    Lx/240 = =

    < L/240 () ..........OK

    M K K , fc' = paK   Fv = 0.3 * √fc' = paK ,   ᴓ  =B , PTT = 130 = N

    = m a = m = m b = m =   + 2 * + = m = mm =   + 2 * + = m = mm

    T d = mm

    L : Av = 2 * ( u + h ) * d = m2

    G : Pn = Av * Fv = NF K TT =

    Pu = K TT * PTT = N< φ * P

    Aman (ok)

    4.2.9 KONTROL TEGANGAN GESER PONS

    0,0121856

    0,70,9

    1300000,300,50700900

    2,0

    24,9

    0,070

    1,2428

    2,0

    1,496997

    6,167

    1,021

    0,60

    165

    790414,4

    260000

    300

    0,20

    0,10

    528000

    )*/(   d b As= ρ 

    ζ  

    )*501/(   p+=ζ  λ 

    )*/(**384/5*   4  Ie Ec LxQ g    λ δ    =

     g etot 

      δ  δ  δ     +=

    a

    u

    b

    a

    Vua

    V

    h

    ta b

    PTT

    PTT

    kN 

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

     122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    42/65

    4.3 PERHITUNGAN SLAB TROTOAR 

    4.3.1 BERAT SENDIRI TROTOAR 

    J

    L = 2 mBerat beton bertulang

    Wc = 25 /m

    800

    200

    300

    172

    200

    400

    230

    502

    78

    SGP 3"

    156

    133

    131

    53

    25

    1

    3

    2

    45

    6

    789

    10

    11

    12

    13

    507

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

     122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    43/65

    B L : 2 m Wc = 25

    1234

    56789

    1011121314

    Berat sendiri trotoar per m lebar  MMS =

    4.3.2 BEBAN HIDUP PADA PENDESTRIAN

    PMS =

    MMS =

    MTP =

    H1 = 0,75 kN/mP = 20 kNq = 5 kPa

    H2 = 1,5 kN/mNo

    1 Beban horizontal pada realing (H1)2 Beban horisontal pada kerb (H2)3 Beban vertikal terpusan (P)4 Beban vertikal merata (q*b2)

    Momen akibat beban hidup pada pedestrian MTP  =4.3.3 MOMEN ULTIMEIT RENCANA SLAB TROTOAR 

    Faktor beban ultimeit untuk berat sendiri K MS  = 1,3

    Faktor beban ultimeit untuk beban hidu p K TP  = 2,0

    Momen akibat berat sendiri pedestrian MMS  = kNM

    Momen akibat beban hiduppedestrian MTP  = kNM

    Momen ultimeit rencana slab trotoar  MU = K MS*MMS+K TP*MTPMU = Nm

    6,83

    22,1175

    53,116495

    1,5

    20,857

    0,838

    0,400

    lengan m

    1,4460,601

    0,885

    0,039

    Momen (kNm)

    0,75

    0,75

    0,846

    1,330

    6,832

    0,802

    0,8820,4730,1903,279

    0,045

    5,625

    Lengan (m)

    0,6

    22,125

    207,5

    1,1900,4

    0,75 15

    2,520

    PMS = 11,15

    0,2163,5281,468

    Total 22,31

    Jenis Beban

    h m shape L m

    0,574

    1

    Gaya kN

    0,622

    0,622

    1,51,5

    0,4910,051

    1,51,5

    1,5

    10,63

    1,51,51,51,54

    0,027

    0,1210,0690,057

    0,2

    0,5

    0,078 3" dengan bera

    0,502

    0,3 0,50,30,10,10,1

    0,053

    0,1720,8

    0,172

    0,30,3

    0,507 10,5

    0,1071,51,50,5

    0,51

    1

    0,131

    0,3

    1,5 0,254

    0,1330,025

    0,8250,230,233,55

    0,51

    0,5

    3,000

    0,388

    0,394

    13,664

    0,3280,090

    momen kNm

    1,007

    0,0573,352

    1,2001,935

    0,968

    1,361

    1,203

    0,740

    berat kN

    5,7041,5

    15,930

    22,1175

    0,8925

    0,929

    1193

    P = 20 kN

    q = 5 kPa

    H2 = 1.5 kN/m

    400

    b2

    H1 = 0.75 kN/m

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

     122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    44/65

    4.3.4 PEMBESIAN SLAB TROTOAR 

    Muu Beto K - Kuat tekan beton fc'  = MpaMutu Baja:U - 39 tegangan leleh baj fy  = MPaTabel slab beto h  = mm

    Jarak tulangan terhadap sisi luar beton d'  = mmModolus elastis baja Es  =Faktor bentuk distribusi tegangan beto   β1  =

     = =

    Faktor reduksi kekuatan lentur =Faktor reduksi kekuatan geser =Momen rencana ultimeit Mu = kNmTebal efektif slab beton d = h-d' = mmDitinjau slab beton selebar 1 m b = mmMomen nominal rencana Mn Mu/ = kNmFaktor tahanan momen =

    Rasio tulangan yang diperlukan

    ρ= 0.85 * fc’ / fy * [ 1 - √* [1 – 2 * Rn/ ( 0.85 * fc’ ) ] =Rasio tulangan minimum =Rasio tulangan yang diperluka   ρ  =

    Luas tulangan yang diperlukan = mm2

    Diameter tulangan yang digunakan D mmJarak tulangan yang diperlukan = mm

    Digunakan tulangan D 16 - = mm2

    Untuk tulangan logitudinal diambil 50% tulangan pokok 

     = mm2

    Diameter tulangan yang diperlukan D 13 mmJarak tulangan yang diperlukan = mm

    Digunakan tulangan D 13 -

     = mm2885

    1002011

    249,816

    531,3203

    150

    300

    2,297426

    24,9390200

    30

    1062,616

    189,2097

    170

    6,598

    0,653,12

    0,006250,00090,0063

    66,4

    0,850,027957

    200000

    1000

    0,8

    )600/(600*/'*85,0*1   fy  fy  fcb   += β   ρ 

    [ ])'*85,0/(**75,0*2/11**75,0   fc  fy  fy R bb Max   ρ  ρ    −=

    φ 

    φ 

    φ 

    )*/(10*   26 d b Mn Rn=

    )(OK  R Rn  MAX  <

    )/4,1(*25   00

    min   fy= ρ 

    d b A s   ** ρ =

     s Ab DS    /***4/  2π =

     sb D A s   /**4/  2

    π  =

    S S   A A   *50'   00=

    S  Ab DS    /**4/  2π =

    S b D AS    /**4/  2π =

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

     122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    45/65

    1.25*b/tf  =L/d >  1.25*b/tf  (OK)

    d / tw 

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    46/65

    4.4.3 SECTION PROPERTIES SETELAH KOMPOSIT

    4.4.4 LEBAR EFEKTIF SLAB BETON

      Lebar efektif slab beton ditentukan dari nilai terkecil berikut ini :

    S = mm12*h = 12 x = mm

      Diambil lebar efektif slab beton, Be = mm

    4.4.4. A. SECTION PROPERTIES GIRDER KOMPOSIT

    * 200

    Luas penampang Komposit, Acom = A+Act = +

    = mm2

    Momen statis penampang terhadap sisi bawah balok,Acom * ybs = A * d / 2 + Act * (d + h / 2)

    Jarak garis netral terhadap sisi bawah,ybs = [ A * d / 2 + Act * (d + h / 2) ] / Acom =

      < d maka garis netral di bawah slab beton

    Jarak sisi atas profil baja terhadap garis netral, yts = d - ybs = 700 -= mm

    Jarak sisi atas slab beton thd. grs. netral, ytc = h + yts = 200 += mm

    L/5 = 20000 = 4000 mm5

    =

    200 24001000

    Rasio perbandingan modulus elastis, n = Es/Ec =210000

    = 8,954123453

    Luas penampang beton transformasi, Act = Be*h / n =1000

    606,82

    606,819

    22336,1 m8,9541

    21150 22336

    43486

    93,1893,18

    293,18

    1480

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

     122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    47/65

    Momen inersia penampang komposit :

    1/12*Be/n = mm4

    Act*(ytc-h/2= mm4

    Ix = mm4

    A*(d/2-yts) = mm

    4

    Ico = mm4

    Tahapan Momen penampang Komposit :

    Sisi atas beton, Wtc = Icom / ytc = mm3

    Sisi atas baja, Wts = Icom / yts = mm3

    Sisi bawah baja, Wbs = Icom / ybs = mm3

    4.4.4.B TEGANGAN IJIN

    Tegangan ijin lentur beton, Fc = 0,4 * = MpaTegangan ijin lentur baja, Fs = 0,8 * = Mpa

    4.4.5 KONDISI GIRDER SEBELUM KOMPOSIT

    4.4.5.A. BEBAN SEBELUM KOMPOSIT

    1 Berat sendiri profil baja WF 700.300.13.20234 Slab beton 1 0,20 25

    Total beban mati girder sebelum komposit, QD kN/m

    Beban hidup sebelum komposit, merupakan beban hidup pekerja pada saat pelaksanaan konstruksi,dan diambil

    qL = kN/m2

    QL = s * qL = kN/m

    Total beban pada girder sebelum komposit,

    Qt= QD+ QL = kN/m

    74453818,75

    833559488,2

    1720000000

    13949704684022983775

    13721848,13

    43173910,16

    6629626,144

    9,96

    Perancah dan bekisting dari kayu 1,7505

    8,589

    128

    No. JENIS BEBANBEBAN

    (kN/m)

    1,66

    2

    2,96

    11,549

    Berat diafragma 0,179

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

     122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    48/65

    4.4.5.B. TEGANGAN PADA BAJA SEBELUM KOMPOSIT

    Panjang bentang girder, L = m

    Momen maksimum akibat beban mati,

    M = 1/8 * Qt* L 2 = kN.m

    Tegangan lentur yang terjadi, f = M * 10

    6

    /Wx =< Fskip =AMAN (OK)

    4.4.5.C. LENDUTAN PADA BAJA SEBELUM KOMPOSIT

    Qt   11,549 kN/m E = kPa

    L = 20,00 m Ix = m2

    δ= 5/384 * Qt*L4/(E*Ix) = m

    < L/240 = m OK 

    4.5. BEBAN PADA GIRDER KOMPOSIT

    4.5.1 BERAT SENDIRI (MS)

    1.2.3. Slab Lantai 0,2 1

    Total berat Sendiri kN/m

    141,972115,954

    20

    577,45

    210000000

    0,00172

    0,0666124490,083333333

     No. Jenis KonstruksiBeban(kN/m)

    Girder baja WF 1,66Diagfragma 0,179

    25 5,00

    QMS 6,839

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

     122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    49/65

    Panjang bentang Girder, L = mMomen dan gaya geser maksimum akibat berat sendiri,

    MMS = 1/8 * QMS* L2 = kNm

    VMS = 1/2 * QMS* L = kN

    4.5.2 BEBAN MATI TAMBAHAN (MA)

    1. Aspal 1 222. Air hujan 1Total beban mati tambahan kN/m

    Panjang bentang Girder, L = mMomen dan gaya geser maksimum akibat berat mati tambahan

    MMA = 1/8 * QMA* L2 = kNm

    VMA = 1/2 * QMA* L = kN

    4.5.3. BEBAN LAJUR "D"

    Beban kendaraan yg berupa beban lajur "D" terdiri dari beban terbagi rata (UniformlyDistributed Load), UDL dan beban garis (Knife Edge Load), KEL seperti pada Gambar.UDL mempunyai intensitas q (kPa) yang besarnya tergantung pada panjang total L ygdibebani lalu-lintas atau dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

    q = 8 kPa untuk L ≤30 mq = 8.0 *( 0.5 + 15 / L ) kPa untuk L > 30 m

    KEL mempunyai intensitas, p = 44,00 kN/mFaktor beban dinamis (Dinamic Load Allowance) untuk KEL diambil sebagai berikut :DLA = 0,4 m untuk L ≤50 mDLA = 0.4 - 0.0025*(L - 50) untuk 50 < L < 90 mDLA = 0,3 untuk L ≥90 m

     No. Jenis KonstruksiBeban(kN/m)

    QMA 2,69

    20,00

    341,95

    68,39

    134,5

    26,9

    0,1 2,200,05 9,8 0,49

    20,00

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

     122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    50/65

    Panjang bentang girder, = 20,00 mq = 8 DAL = 0,4 s = 1 mBeban lajur "D", QTD = q * s = 8 kN/m

      PTD = (1 + DLA) * p * s = 61,6 kN

    Momen dan gaya geser maksimum akibat beban lajur "D",

    MTD = 1/8 * QTD * L2 + 1/4 * PTD *L = kN/m

    VTD = 1/2 * QTD * L + 1/2 * PTD = kN

    4.5.4. GAYA REM (TB)

    Pengaruh pengereman dari lalu-lintas diperhitungkan sbg gaya dalam arah memanjangdan dianggap bekerja pada jarak 1.80 m dari permukaan lantai jembatan. Besarnya gayarem tergantung panjang total jembatan (Lt) sebagai berikut :

    Gaya rem, TTB  = kN untuk Lt ≤  80 mGaya rem, TTB  = + 2,5 * ( Lt - 80 ) kN untuk 80 < Lt   180 m

    Gaya rem, TTB  = kN untuk Lt ≥  180 m

    Panjang bentang girder, L = 20,00 m jumlah girder, n = 5besarnya gaya rem, TTB = 250/n = 50 kN

    Lengan terhadap pusat tampang girder  y = ytc + ta + 1,80 = 2,14 m

    708

    110,8

    250250

    500

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

     122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    51/65

    omen dan gaya geser maksimum akibat beban lajur "D",MTB = 1/2 * TTB * y = kNm

    MTB = TTB * y/L = kN

    4.5.5. BEBAN ANGIN (EW)

    Beban garis merata tambahan arah horisontal pada permukaan lantai jembatan akibatangin yang meniup kendaraan di atas jembatan dihitung dengan rumus :

    TEW = 0,0012 * Cw * Vw2 kN

    Cw = koefisien seret =

    Vw = kecepatan angin rencana = m/det

    TEW = 0,0012 * Cw * Vw2 = kN

    Bidang vertikal yang ditiup angin merupakan bidang samping kendaraan dengan tinggi2.00 m di atas lantai jembatan h = 2 mJarak antara roda kendaraan x = 1,75 mTransfer beban angin ke lantai jembatan, QEW = [ 1/2 * h / x * TEW ]

    = 1,008 kN/m

    Panjang bentang girder, L = mMomen dan gaya geser maksimum akibat transfer beban angin,

    MEW = 1/8 * QEW * L2 = kNm

    VEW = 1/2 * QEW * L = kN

    4.5.6. BEBAN GEMPA (EQ)

    Gaya gempa vertikal pada balok dihitung dengan menggunakan percepatan vertikal kebawah sebesar 0.1*g dengan g = percepatan grafitasi.Gaya gempa vertikal rencana : T EW= 0.10 * Wt 

    20

    50,4

    10,08

    1,764

    53,5795

    5,3580

    1,2

    35

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

     122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    52/65

    ban berat sendiri, QMS = kN/m

    Beban mati tambahan, QMA = kN/m

    Beban gempa vertikal, QEQ = 0,10 * ( QMS + QMA ) = kN/mPanjang bentang girder, L = mMomen dan gaya geser maksimum akibat transfer beban angin,

    MEQ = 1/8 * QEQ * L2 = kNm

    VEQ = 1/2 * QEQ * L = kN

    4.6. TEGANGAN PADA GIRDER KOMPOSIT

    Wtc = mm2

    Wts = mm2

    Wbs = mm2

    n =

    Tegangan pada sisi atas beton,     

    (  )

    Tegangan pada sisi atas baja,     

    Tegangan pada sisi bawah baja,     

    Momen

    M (kNm)

    1. 341,952. 134,53. 7084. 53,57955. 50,46. 47,645

    KOMBINASI - 1 Tegangan ijin beton : 100% * Fc = Mpa

    Tegangan ijin baja : 100% * Fs = Mpa

    1.2.3.4.5.6.

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    53/65

     OMBINASI - 2 Tegangan ijin beton : 125% * Fc = MpaTegangan ijin baja : 125% * Fs = Mpa

    1.

    2.3.4.5.6.

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    54/65

    4.7. LENDUTAN PADA GIRDER KOMPOSIT

    Lendutan max. pada girder akibat :

    1. Beban merata Q :  δ max = 5/384 * Q * L4 / ( Es * Icom )

     δ max = 5/48 * P * L3 / ( Es * Icom )

    3. Beban momen M :  δ max = 1 / ( 72 √3 ) * M * L2 / ( Es * Icom )

    Panjang bentang girder, L = mModulus elastis, Es = Mpa

    Momen inersia, Icom = m4

    Q

    (kN/m)

    1. 6,8392. 2,693. 84.5. 1,0086. 0,953

    Batasan lendutan elastis, L/240 = 0.05KOM-1Lendutan

    δ

    1. 0,016862. 0,006633. 0,171634.

    5.6.0,19513

    < L/240(OK)

    4.8. GAYA GESER MAKSIMUM PADA GIRDER KOMPOSIT

    1.2.3.4.5.6.

    Beban angin (EW) 10,0800Beban gempa (EQ) 9,5290

    Beban Mati tambahan (MA) 26,9000Beban lajur "D" (TD) 110,8000Gaya rem (TB) 5,3580

    No Jenis BebanGaya Geser

    V (kN)

    Berat sendiri (MS) 68,3900

    < L/240 < L/240 < L/240(OK) (OK) (OK)

    Beban gempa (EQ) 0,00235δtot 0,19762 0,19782 0,20017

    Gaya rem (TB) 0,00020 0,00020

    Beban angin (EW) 0,00249 0,00249 0,00249

    Beban Mati tambahan (MA) 0,00663 0,00663 0,00663Beban lajur "D" (TD) 0,17163 0,17163 0,17163

    δmax   δmax

    Berat sendiri (MS) 0,01686 0,01686 0,01686

    KOMBINASI BEBAN KOM-2 KOM-3 KOM-4

    No Jenis BebanLendutan Lendutan Lendutan

    δmax

    Beban angin (EW) 0,00249Beban gempa (EQ) 0,00235

    Beban lajur "D" (TD) 61,6000 0,17163Gaya rem (TB) 53,5795 0,0002

    Berat sendiri (MS) 0,01686Beban Mati tambahan (MA) 0,00663

    No Jenis BebanP M Lendutan

    (kN) (kNm)   δmax

    20210000000

    0,004022984

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

     122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    55/65

     OMBINASI - 1 100%

    1.2.3.

    4.5.6.

    Vmax =

    KOMBINASI - 2 125%

    1.2.3.

    4.5.6.

    Vmax =

    KOMBINASI - 3 140%

    1.2.

    3.4.5.6.

    Vmax =

    KOMBINASI - 4 150%

    1.2.3.4.5.6.

    Vmax =

    Beban angin (EW) 10,0800Beban gempa (EQ) 9,5290

    231,0570

    Beban Mati tambahan (MA) 26,9000Beban lajur "D" (TD) 110,8000Gaya rem (TB) 5,3580

    221,5280

    No Jenis BebanGaya Geser

    V (kN)

    Berat sendiri (MS) 68,3900

    Gaya rem (TB) 5,3580Beban angin (EW) 10,0800Beban gempa (EQ)

    Berat sendiri (MS) 68,3900Beban Mati tambahan (MA) 26,9000

    Beban lajur "D" (TD) 110,8000

    Beban angin (EW) 10,0800Beban gempa (EQ)

    216,1700

    No Jenis BebanGaya Geser

    V (kN)

    Beban Mati tambahan (MA) 26,9000Beban lajur "D" (TD) 110,8000

    Gaya rem (TB)

    206,0900

    No Jenis BebanGaya Geser

    V (kN)

    Berat sendiri (MS) 68,3900

    Gaya rem (TB)Beban angin (EW)Beban gempa (EQ)

    Berat sendiri (MS) 68,3900Beban Mati tambahan (MA) 26,9000Beban lajur "D" (TD) 110,8000

    No Jenis BebanGaya Geser

    V (kN)

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

     122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    56/65

    1. %2. %3. %4. %

    Vmax rencana =

    4.9. PERHITUNGAN SHEAR CONNECTOR 

    Gaya geser maksimum rencana, Vmax = kNytc  = mm mm

    Luas penampang beton yang ditransformasikan, A mm2

    Momen statis penampang tekan beton yang ditransformasikan,S

    c = A

    ct * ( y

    tc - h / 2 ) =

    mm

    3

    Gaya geser maksimum, qmax = Vmax * Sc / Icom  =  N/mm

    Untuk shear connector digunakan besi beton bentuk U, D 12

    Luas penampang geser, Asv = π / 4 * D2 *2 =

    Tegangan ijin geser, Fsv = 0,6 * fs =Kekuatan satu buah shear connector, Qsv = Asv * Fsv =Jumlah shear connector dari tumpuan sampai 1/4 L

    n = 1/4 * qmax * L / Qsv =Jarak antara shear connector, s = L / ( 4 * n ) =

    Digunakan shear connector, 2 D 12Jumlah shear connector 1/4 L sampai tengah bentang :

    n = 1/8 * qmax * L / Qsv =s = L / ( 4 * n ) =

    2 D 12

    50

    31,81101194100

    221,0451824

    226,1976,8

    17371,751

    63,62202247

    293,18 h = 200

    Act  = 22336,15

    4314916,699

    Kombinasi - 4 150 231,0570 154,0380

    206,0900

    206,0900

    Kombinasi - 2 125 216,1700 172,9360Kombinasi - 3 140 221,5280 158,2343

    Gaya Geser Gaya Geser

    teg. Ijin V (kN) V (kN)

    Kombinasi - 1 100 206,0900 206,0900

    No Jenis BebanPersen

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

     122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    57/65

    4.10. PERENCANAAN SAMBUNGAN GELAGAR 

    Bentang 20 m dari jembatan ini dibagi menjadi 2 segmen, karena profil yang

     pada gambar :

    Data teknis

    Gelagar 700.300.13.20- Berat sendiri = 166 kg/m

    305 - Tinggi tampang = 700 mm

    - Lebar sayap = 300 mm

    - Tebal badan = 20 mm

    - Tebal web = 13 mm

    - Luas tampang = 211,5 cm2

    - Momen inersia (I) = 172000 cm4

    - Momen tahanan (Wx) = 4980 cm3

    - Tegangan ijin profil (σ ijin) = 1600 kg/cm2

    - Tegangan ijin baut = 1600 kg/cm2

     Momen kapasirtas profil = σijin . Wx

    = 7968000 kgcm

    1. Perencanaan sambungan

    - Alat sambungan dengan baut Ø 17/8" = 4,7 cm

    - Pelat sambungan pada flens

    Tebal = 5 cm

     b' = 20 cm

    - Pelat sambungan pada web

    Tebal = 5 cm

     b' = 75 cm

    2. Tegangan pada baut

    Menurut PPBBI, mei 1984, tegangan-tegangan yang diijinkan dalam

    menghitung kekuatan baut adalah sebagai berikut :

    a. Tegangan geser 

    τ = 9,6 kN/cm2

     b. Tegangan tumpu

    σtp = 1.5 x σ ijin, untuk S1 ≥ 2d

    = 24 kN/cm2σtp = 1.2 x σ ijin, untuk 1,5d ≤ S1 ≤ 2d

    = 19,2 kN/cm2

    ada, panjangnya hanya 12 m tapi yang digunakan pada jembatan ini adalah 10 m.

    Maka untuk itu perlu adanya sambungan seperti

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

     122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    58/65

    Flens, syarat = A' > ∆f 

    A' > ∆f  

    h' . T' > Tebal badan . Lebar sayap

    200 > 60,000

    c. Tegangan ijin tarik 

    σta = 0,7 . σ ijin

    = 11,2 kN/cm2

    Web, syarat = t ≥ 0,7 tweb

    t ≥ 0,7 tweb

    5 ≥ 0,91

    3. Pola pemasangan baut

    Alat sambungan dengan baut Ø 1 7/8" = 4,7 cm

    - 2,5d ≤ S ≤ 7d

    11,75 ≤ S ≤ 32,9

    S = 18 cm

    - 1,5d ≤ u ≤ 3d

    7,05 ≤ u ≤ 14,1

    u = 8 cm

    - 2,5d ≤ S1 ≤ 7d

    11,75 ≤ S1 ≤ 32,9

    S1 = 18 cm

    4. Perhitungan sambungan

    Kekuatan sambungan ditentukan oleh kuatnya kapasitas dari profil itu

    sendiri, dimana momen kapasitas profil sebesar = 7968000 kgm

    didistribusikan ke sayap dan ke badan profil. Besarnya distribusi momentersebut sebanding dengan inersia sayap dan inersia badan.

     Mf = (If/It) / Mpr Mb = (Ib/It) / Mpr 

    Dimana :

    Mf = Momen pada sayap (flens)

    Mb = Momen pada badan (web)

    If = Inersia sayap

    Ib = Inersia badan

    It = (If + Ib)

    Menurut PPBBI, mei, 1984, ukuran maksimal dari diameter lubang paku

    keling/baut ditambah 1 mm. Jadi diameter baut yang diperhitungkan adalah :

    - Pada badan (web)

    D = 4 cm

    - Pada sayap (flens)

    D = 4 cm

    Σx2 = 6480

    Σy2 = 6480

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

     122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    59/65

    5. Perhitungan Inersia flens dan Inersia badan

    a. Inersia flens

     If  = {4(1/12 . 20 . 5^3)} + {4(20 . 5 . 39.84^2)}

    If = 372267 cm4

    A lubang = 20 cm2

    I lubang = 149173 cm4

     If Total = If - I lubang 

    If Total = 223093 cm4

     b. Inersia badan

    A lubang = 20 cm2

    Iw = 33169,7 cm4

    Iw lubang = 26,6667 cm4

     Iw Total = Iw - I lubang 

    Iw total = 1326,11 cm4

     Inersia total = If total + Iw total 

    Inersia total = 224419 cm4

    6. Momen yang bekerja pada flens dan badan (Mf dan Mb)

    -  Mf = (If total/It) . Mpr 

    Mf = 7920917 kgcm

    -  Mb = (Iw total/It) . Mpr 

    Mb = 47083,3 kgcm

    7. Garis normal pada flens

    Gaya normal pada flens merupakan momen kopel (Nf), dimana besarnya

    dapat dihitung sebagai berikut :

     Nf = Mf / h Nf = 113156 kg

    Dengan adanya gaya normal, maka timbul tegangan pada flens yang

    dihitung dengan rumus sebagai berikut :

     Af = 4.(18 . 5) - 4.(4,8 . 5)

    Af = 264 cm2

    Tegangan pada flens = 428,621 ≤ 1600

    Jadi pelat masih aman untuk menahan beban

    8. Garis normal pada flens

    a. Sambungan pada pelat flens

     K = Nf/16 K = 7072,25 kg

    (ada 16 baut pada flens)

     Kgs = 1/4 . Π . D^2 . Τ 

    Kgs = 12057,6 kg

     Ktp = t.d.tp

    Ktp = 38400 kg

    Dari kedua nilai di atas dapat disimpulkan bahwa baut pada flens

    mampu untuk menahan beban yang bekerja karena Kgs dan Ktp > K 

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

     122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

  • 8/18/2019 PERANCANGAN_JEMBATAN_KOMPOSIT

    60/65

     b. Sambungan pada pelat badan

    Σx2 + Σy2= 12960 cm2

    Mb = 47083,29324 kgcm

     KY 1 = KX1 = (Mb . Y) / (Σx2 + Σy2)

    KY1 = K = 98,090 kg

     K1 = KY1^2 + Kx1^2

    K1 = 138,720 kg

    Kekuatan geser dan tumpu pada baut

     Kgs = 1/4 . Π . D^2 . Τ . 2

    Kgs = 24115,2 kg

     Ktp = t.d.tp

    Ktp = 38400 kg

     Nilai kedua perhitungan di atas menunjukkan bahwa baut kuat

    menahan beban yang bekerja karena Kgs dan Ktp > K1

    Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANGAmbrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

     122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT122842820972 PER