PENILAIAN KOMPETENSI DASAR SKRIPSI Diajukan...
Transcript of PENILAIAN KOMPETENSI DASAR SKRIPSI Diajukan...
-
PENGEMBANGAN INSTRUl\IE:\ PENILAIAN KOMPETENSI DASAR
MEMBACA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK
SISWA KELAS VII Sl\IP NEGERI 15 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastl'a Indonesia
. Oleh:
Maria Rezti Dafrida
NIM: 121224043
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang disusun atas teori
“pendidikan berdasarkan standar” (standard base education) dan teori kurikulum
berbasis kompetensi. Pendidikan berdasarkan standar berarti ada standar atau
tetapan tertentu yang dapat menjamin mutu pendidikan di Indonesia. Bukan hanya
standar saja melainkan pengalaman belajar anak untuk mengembangkan
keterampilan dan kompetensinya dalam bersikap, bertingkah laku, dan memiliki
pengetahuan yang luas.
Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 66
Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Tujuan dari penetapan standar
pendidikan adalah untuk menjamin: (1) perencanaan penilaian peserta sisik sesuai
dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian,
(2) pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif,
efektif, efisien,dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan (3) pelaporan hasil
penelitian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif (Kunandar,
2013).
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar pendidikan
dengan jelas menyatakan pendidikan nasional harus memenuhi standar nasional
pendidikan. Beberapa standar nasional pendidikan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
dimaksud adalah, (a) tenaga kependidikan,(b) standar sarana dan prasarana, (c)
standar penilaian pendidikan. Ketiga standar pendidikan tersebut juga tentunya harus
memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Khusus untuk standar penilaian pendidikan, harus
memenuhi kriteria dalam asesmen, pengukuran dan penilaian hasil yang menjadi
acuan evaluasi pendidikan. Assesment yang digunakan juga harus meliputi proses
kinerja siswa dalam proses belajar yang dilakukan.
Penilaian hasil belajar siswa sangatlah penting dalam mengukur sejauh mana
siswa tersebut menguasai materi yang disampaikan sekaigus mengukur ketercapaian
siswa terhadap indikator-indikator pembelajaran. Kompetensi lulusan dari suatu
jenjang pendidikan merupakan hasil dari implementasi kurikulum yang di dalamnya
mengandung tiga domain dalam tujuan pembelajaran, yaitu domain kognitif, afektif
dan psikomotorik, atau kompetensi berpikir, perilaku dan keterampilan melakukan
pekerjaan. Setiap mata pelajaran seharusnya menuntut ketiga domain tersebut, tidak
terkecuali Bahasa Indonesia. Pengembangan instrumen penilaian dala pembelajaran
Bahasa Indonesia memuat empat aspek keterampilan membaca yang terangkum
dalam kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD). Keempat keterampilan
tersebut meliputi (1) mendengarkan (2) berbicara (3) membaca, dan (4) membaca.
Keempat aspek tersebut tidak dapat dipisahkan. Misalnya, ketika peserta didik
mempelajari kompetensi dasar tentang aspek membaca, siswa juga belajar membaca,
mendengarkan dan berbicara. Pembelajaran demikian dinamakan pembelajaran
integratif yang mencakup 4 keterampilan berbahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
Sebagai acuan untuk mengetahui besarnya keberhasilan siswa dalam proses
pembelajaran adalah dengan evaluasi. Penilaian ranah afektif saat ini masih
mengalami banyak kendala, khususnya penilaian mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Ada banyak masalah dalam penilaian hasil belajar yang terjadi di sekolah antara lain
belum adanya instrumen penilaian yang sesuai dengan ranah kognitif yang akan
dinilai, rubrik penilaian atau penskoran pada soal uraian terutama untuk tulisan
karangan belum sesuai untuk digunakan, akibatnya seorang guru bisa saja menilai
karangan tanpa panduan penskoran yang pasti. Untuk mengetahui apakah tujuan
pembelajaran telah tercapai, evaluasi perlu didukung dengan instrumen yang sesuai
dengan karakteristik tujuan (termasuk kompetensi inti maupun kompetensi dasar),
serta dilakukan secara berkala dan berkesinambungan.
Berangkat dari masalah di atas, peneliti ingin mengangkat persoalan tersebut
dalam judul “Pengembangan Instrumen Penilaian Kompetensi Dasar Membaca pada
Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Yogyakarta’’
dengan mengunakan metode R&D (Research and Development). Pemilihan SMP
Negeri 15 sebagai lokasi penilaian adalah karena di SMP Negeri 15 khususnya guru-
guru Bahasa Indonesia, belum memiliki pegangan instrumen penilaian yang bisa
mengukur kompetensi atau pencapaian siswa. Tidak ada pedoman penilaian yang
tetap sehingga ketika menilai hasis belajar siswa, terkadang hasilnya akan berbeda
oleh tiap penilai atau dalam hal ini guru Bahasa Indonesia. Selama ini, guru-guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
hanya menggunakan instrumen dari hasil MGMP yang lama dan sudah tidak cocok
untuk diterapkan pada pembelajaran berbasis Kurikulum 2013.
Metode R&D dipakai karena lebih sesuai untuk mengembangkan instrumen
penilaian yang sesuai khususnya untuk penilaian kompetensi membaca. Instrumen
penelitian yang akan dikembangkan oleh peneliti terdiri dari kisi-kisi soal, soal-soal,
pedoman penilaian, dan rubrik penilaian.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dipaparkan dalam
skripsi ini adalah:
1. Bagaimana pengembangan instrumen penilaian kompetensi dasar membaca
pada pembelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas VII di SMP N 15
Yogyakarta dengan bentuk tes pilihan ganda?
2. Bagaimana pengembangan instrumen penilaian kompetensi dasar membaca
pada pembelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas VII di SMP N 15
Yogyakarta dengan bentuk tes uraian?
3. Bagaimana pengembangan instrumen penilaian kompetensi dasar membaca
pada pembelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas VII di SMP N 15
Yogyakarta dengan bentuk tes unjuk kerja?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
1.3 Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah yang dibuat, maka tujuan dari penelitian
ini yaitu:
1. Mendeskripsikan proses penyusunan produk instrumen penilaian kompetensi
dasar membaca pada pembelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas VII di
SMP N 15 Yogyakarta dengan bentuk tes pilihan ganda.
2. Mendeskripsikan proses penyusunan produk instrumen penilaian kompetensi
dasar membaca pada pembelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas VII di
SMP N 15 Yogyakarta dengan bentuk tes uraian.
3. Mendeskripsikan proses penyusunan produk instrumen penilaian kompetensi
dasar membaca pada pembelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas VII di
SMP N 15 Yogyakarta dengan bentuk tes unjuk kerja.
Penelitian pengembangan ini akan menghasilkan produk berupa instrumen
penilaian kompetensi membaca siswa kelas VII berdasarkan kurikulum 2013.
Instrumen penilaian ini digunakan oleh pengajar untuk siswa SMP. Di dalam
instrumen penilaian ini terdapat ranah kognitif dan ranah keterampilan yang
disesuaikan dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar kompetensi membaca.
1.4 Spesifikasi Produk
Spesifikasi produk yang dibuat pada penelitian ini meliputi satu paket
instrumen penilaian kompetensi membaca siswa kelas VII di SMP Negeri 15
Yogyakarta. Satu paket instrumen penilaian tersebut terdiri dari: 1) kisi-kisi soal
yang dibuat sesuai dengan KI dan KD, 2) soal-soal Bahasa Indonesia yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
disesuaikan dengan KI dan KD meliputi soal pilihan ganda, uraian dan soal unjuk
kerja, 3) Kunci jawaban soal pilihan ganda dan soal uraian, 4) Rubrik Penilaian 5)
pedoman penskoran , 6) lembar observasi. Instrumen penilaian ini digunakan oleh
guru untuk menilai kompetensi membaca siswa kelas VII berdasarkan kurikulum
2013.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti,
bagi guru Bahasa Indonesia, bagi SMP Negeri 15 Yogyakarta sebagai sekolah
yang menjadi tempat uji coba produk, dan bagi peneliti lain. Adapun manfaatnya
akan dipaparkan sebagai berikut:
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini mampu memberikan tambahan wawasan mengenai upaya
mengembangkan intrumen penilaian yang baru untuk dapat diterapkan dalam
menilai kompetensi membaca siswa.
b. Bagi guru Bahasa Indonesia.
Penelitian ini diharapkan mampu membantu para guru Bahasa Indonesia
dalam menemukan instrumenpenilaian yang lebih sesuai untuk menilai
kompetensi dasar membaca pada siswa SMP kelas VII.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pembaruan dalam
peningkatan mutu pendidikan di sekolah-sekolah yang menggunakan
instrumen penilaian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
d. Bagi Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan rujukan bagi
peneliti lain dalam mengembangkan instrumen penilaian kompetensi dasar
membaca siswa SMP.
1.6 Batasan Istilah
Untuk menyamakan konsep mengenai berbagai istilah yang akan digunakan,
peneliti memberikan batasan istilah. Di bawah ini dijelaskan batasan istilah yang
digunakan dalam penilitian ini, yaitu:
a. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian keseluruhan yang sistematik tentang manfaat
atau kegiatan suatu objek. Menurut Sax dalam Majid Abdul (2014)
evaluasi adalah proses di mana pertimbangan atau keputusan suatu nilai
dibuat dari berbagai pengamatan, latar belakang, serta pelatihan dari
evaluator.
b. Instrumen Penilaian.
Instrumen penilaian adalah rubrik atau pedoman penilaian yang
dipakai ketika menilai hasil belajar siswa. Instrumen penelitian ini
digunakan untuk menilai hasil belajar siswa melalui ulangan harian di
sekolah.
c. Evaluasi pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
Evaluasi adalah suatu proses di mana pertimbangan atau keputusan
suatu nilai dibuat dari berbagai pengamatan, latar belakang, serta pelatihan
dari evaluator (Sax, 1980:18 dalam Majid, 2014:33).
1.7 Sistematika Penyajian
Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I adalah bab pendahuluan yang
memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, spesifikasi produk, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II
adalah landasan teori. Bab ini memaparkan penelitian terdahulu yang relevan dan
kajian teori. Bab III adalah bab metoologi penelitian. Hal-hal yang akan dibahas
dalam bab III adalah jenis penelitian, sumber data penelitian, teknik pengumpulan
data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan triangulasi data. Bab IV adalah
bab hasil penelitian dan pembahasan. Hal-hal yang akan dibahas dalam bab ini
adalah deskripsi data, hasil analisis data dan pembahasan. Bab V adalah bab
penutup. Bab ini berisi dua hal, yaitu simpulan dan saran untuk mahasiswa, dosen
pembimbing, dan penelitian lanjutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian yang Relevan
Ada dua penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian ini. Pertama,
Penelitian yang dilakukan oleh Firda Fauziah, Muhardjito, dan Asim (2012) dalam
jurnal yang berjudul “Pengembangan Instrumen Penilaian Berbasis Reading
Comperhension Materi Energi untuk Mendiagnosis Kompetensi Berpikir Kritis Siswa
SMP” Universitas Negeri Malang. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan
instrumen berbasis reading comprehension untuk mendiagnosis kompetensi berpikir
kritis siswa SMP. Instrumen berbasis reading comprehension terdiri dari:1) kisi-kisi
instrumen berbasis reading comprehension, 2) teks beserta butir-butir soal uraian, 3)
dan rubrik penilaian. Metode penelitian yang digunakan adalah R&D (Research and
Development). Skala penilaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
Likert atau yang biasa disebut dengan skala 4 yang mengacu pada teori dari Arikunto
(2012). Hasil dari penelitian ini berupa produk instrumen berbasis Reading
Comperhension untuk mendiagnosis kompetensi berpikir kritis siswa SMP.
Instrumen berbasis reading comprehension terdiri dari:1) kisi-kisi instrumen berbasis
reading comprehension, 2) teks beserta butir-butir soal uraian, 3) dan rubrik
penilaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Nila Maulana, Imam Agus Basuki, dan
Bustanul Arifin (2012) dalam jurnal yang berjudul “Pengembangan Instrumen
Penilaian Pembelajaran Membaca Kelas VII SMP” Universitas Negeri Malang.
Tujuan penelitian pengembangan ini adalah (1) mengembangan instrumen penilaian
pembelajaran membaca kamus untuk yang valid, reliabel, dan praktis, (2)
mengembangan instrumen penilaian pembelajaran membaca cepat 200 kata per yang
valid, reliabel, dan praktis, (3) mengembangkan instrumen penilaian pembelajaran
membaca teks perangkat yang valid, reliabel, dan praktis, (4) mengembangkan
instrumen penilaian pembelajaran menceritakan kembali cerita anak yang valid,
reliabel, dan praktis, (4) mengembangan instrumen penilaian pembelajaran
mengomentari buku cerita anak yang valid, reliabel, dan praktis. Metode penelitian
yang digunakan ialah metode penelitian pengembangan. Hasil penelitian ini berupa
produk instrumen penilaian pembelajaran membaca kamus, membaca cepat,
membaca teks upacara, menceritakan kembali cerita anak, dan mengomentari buku
cerita anak. Instrumen penilaian membaca kamus teridiri atas tugas membaca kamus
dan rubrik penilaian. Instrumen penilaian membaca cepat terdiri atas tes subjektif dan
rambu-rambu jawaban. Instrumen penilaian membaca teks upacara teridiri atas tugas
membaca teks upacara dan rubrik penilaian. Instrumen penilaian menceritakan
kembali cerita anak terdiri atas tugas menceritakan kembali cerita anak dan rubrik
penilaian. Instrumen penilaian mengomentari buku cerita anak terdiri tugas
mengomentari buku cerita anak dan rubrik penilaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
Kedua penelitian tersebut memiliki relevansi dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan. Relevansi penelitian yang pertama dengan penelitian yang akan dilakukan
terletak pada metode penelitian yang dilakukan yaitu metode R&D, penghitungan
validitas produk menggunakan skala Likert atau skala 4 yang merujuk pada teori dari
Arikunto. Perbedaannya adalah pada peneliti pertama, uji coba produk dilakukan
pada kelas VIII, sedangkan pada penelitian ini uji coba produk dilakukan pada guru
dan siswa kelas VII. Relevansi penelitian kedua dengan penelitian ini terletak pada
tujuan penelitiannya yaitu menghasilkan produk instrumen penilaian keampuan
membaca siswa kelas VII, Skala penghitungan uji kelayakan menggunakan skala
Likert atau skala 4. Posisi peneliti dalam penelitian ini adalah mengembangan
instrumen penilaian yang juga menilai kompetensi dasar membaca, tetapi penelitian
dilakukan terhadap guru Bahasa Indonesia dan siswa kelas VII SMP Negeri 15
Yogyakarta. Pengembangan instrumen yang dilakukan meliputi pembuatan kisi-kisi,
soal, kunci jawaban, pedoman penskoran, rubrik penilaian dan lembar observasi.
2.2 Kajian Teori
Sub bab ini memaparkan beberapa teori terkait pengembangan instrumen
penilaian. Beberapa teori yang digunakan adalah pengertian penilaian, pengukuran,
dan evaluasi, prinsip-prinsip penilaian, teknik penilaian tes, instrumen penilaian,
kompetensi dasar membaca, validitas, reliabilitas, analisis butir soal, kurikulum 2013,
kisi-kisi, Taksonomi Bloom, langkah-langkah penyusunan perangkat tes, kaidah
penulisan soal yang baik. Berikut ini akan dipaparkan mengenai teori-teori tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
2.2.1 Pengertian Penilaian, Pengukuran, dan Evaluasi.
2.2.1.1 Penilaian
Departemen of Education of the States, Territories and Commonwealth of
Australia memaknai penilaian sebagai bukti-bukti yang digunakan oleh pembelajar
(learner) dan para guru untuk menentukan apakah para pembelajar tersebur terlibat
dalam pembelajaran, ke manakah tujuan mereka akan pergi (tujuan pembelajaran)
(Basuki, 2014:7). Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa penilaian
merupakan segala upaya yang dilakukan untuk melihat secara keseluruhan sejauh
mana seorang siswa telah menguasai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Linn dan Gronlund dalam Miller (2009:28) menyatakan bahwa assessment
merupakan prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang belajar
siswa termasuk tes tertulis (misalnya essay), keterampilan mengerjakan tugas-tugas
otentik seperti eksperimen laboraturium, obserasi oleh guru dan laporan hasil
pengamatan diri oleh siswa. Dengan kata lain, pernyataan Linn dan Gronlund tersebut
dapat diartikan bahwa assessment atau penilaian secara garis besar dapat dugunakan
untuk melihat seberapa baik kinerja siswa secara pribadi dalam proses pembelajaran
yang dilakukan.
Hampir sama dengan pernyataan Linn dan Gronlund, Nitko dan Brookhart
(2011:3) menyatakan bahwa penilaian merupakan proses mengumpulkan informasi
yang digunakan untuk membuat suatu pertimbangan dan keputusan terhadap siswa;
kurikulum, program pembelajaran, dan sekolah; dan kebijakan pendidikan. Ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
peneliti mengaktakan “menilai kompetensi siswa” yang peneliti maksudkan
sebenarnya adalah peneliti mengumpulkan informasi untuk mengetahui sejauh mana
seorang siswa mencapai target pembelajaran tersebut. Tahap assessment atau
penilaian berdasarkan pendapat Nitko dan Brookhart merupakan tahap pengumpulan
informasi tentang pencapaian siswa, jadi tahap ini perupakan tahap awal sebelum
melangkah pada tahap tahap selanjutnya yaitu pengukuran dan evaluasi.
Permendiknas Nomor 27 Tahun 2007 dan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan ditemukan pengertian penilaian pendidikan adalah proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar
peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga
menjadi informasi yang bermakna.
Menurut Nurgiyantoro (2010), penilaian merupakan proses sistematis dalam
pengumpulan, analisis, dan penafsiran informasi, untuk menentukan seberapa jauh
seorang peserta didik dapat mencapai tujuan pendidikan. Pendapat Nurgiyantoro
sejalan dengan pendapat para ahli-ahli lain yang telah dibahas di atas menyatakan
bahwa penilaian merupakan proses yang bertujuan untuk melihat sejauh mana siswa
telah mencapai target atau tujuan pembelajaran.
Dari beberapa pendapar para ahli di atas, dapat ditarik satu kesimpulan bahwa
penilaian merupakan proses sistematis yang jigunakan untuk mengumpulkan
informasi tentang kompetensi siswa sehingga dapat diketahui sejauh mana seorang
siswa tersebut telah mencapai target pembelajaran yang telah ditetapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
2.2.1.2 Pengukuran
Guilford (1954) dalam Basuki (2014) menyatakan pengukuran adalah proses
penetapan ukuran terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu. Pengukuran
dilaksanakan untuk menjawab how much? Pengukuran dapat menggunakan tes dan
non-tes. Maksud dari pernyataan tersebut pengukuran merupakan tahap setelah
mengumpulkan informasi (penilaian/ assessment) yaitu dengan menetapkan ukuran
tertentu bahwa seberapa besar kemajuan siswa atau pencapaian siswa terhadap target
pembelajaran.
Menurut Nurgiyantoro (2010) pengukuran merupakan proses untuk memperoleh
deskripsi angka (skor) yang menunjukkan tingkat capaian seseorang dalam suatu
bidang tertentu. Sejalan dengan itu, Linn dan Gronlund dalam Miller (2009) juga
menyatakan pengukuran perupakan proses memperoleh gambaran angka atau skor
yang menunjukkan tikat pencapaian siswa. Pengukuran menjawab pertanyaan how
much? Nitko dan Brookhart (2011) menyatakan pengukuran adalah prosedur untuk
penilaian angkan atau yang sering disebut skor untuk karakteristik tertentu dari
seseorang. Dari ketiga pendapat tersebut dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa
yang dimaksudkan dengan pengukuran adalah sebuah proses yang dilakukan untuk
mengumpulkan data atau skor atau nilai sehingga memeroleh gambaran tentang
tingkat pencapaian siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
2.2.1.3 Evaluasi
Evaluasi dimaknai sebagai penilaian yang sistematik tentang manfaat dan
kegunaan dari suatu objek. Dalam melaksanakan evaluasi terdapat pertimbangan
(judgement) untuk menentukan nilai suatu program yang sedikit banyak mengandung
unsur subjektif (Basuki, 2014). Tahap evaluasi adalah tahap penilaian keseluruhan
yang sistematik untuk mengetahui apakah suatu objek berguna ataukah tidak.
Nitko dan Brookhart (2011) mendefinisikan evaluasi sebagai proses dari
membuat sebuah pertimbangan atau judgement tentang kelayakan dari produk siswa
atau performance siswa. Pendapat tersebut jelas menerangkan bahwa evaluasi dapat
digunakan untuk melihat apakah suatu objek tertentu layak atau tidak, memiliki
manfaat atau tidak, berpengaruh pada perkembangan kognitif siswa atau tidl.
Hopkins (1998) dalam Chatterji (2003) menyatakan evaluasi aalah proses setelah
pengukuran selesai. Evaluasi digunakan untuk menentukan pertimbangan nilai atau
interpretasi bedasarhan data hasil pengukuran yang diperoleh. Pendapat Hopkins
dapat diartikan bahwa tahap evaluasi adalah pertimbangan tentang baik buruknya
suatu objek berdasarkan data hasil pengukuran yang dilakukan terhadap objek
tersebut.
Dari penjabaran tentang pengertian pengukuran, penilaian dan evaluasi di atas,
peneliti dapa memperoleh pembedaan yang jelas tentang ketiganya. Fokus penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
ini adalah pada tahap penilaian. Maka beberapa hal yang dibahas dalam penelitian ini
adalah segala sesuati yang berkaitan dengan penilaian khususnya instrumen penilaian.
2.2.2. Prinsip-Prinsip Penilaian
Linn dan Gronlund dalam Miller (2009) menjabarkan lima prinsip umum tentang
penilaian yaitu: (1) Prioritas dalam proses penilaian adalah menentukan dengan jelas
apa yang ingin dinilai; (2) Prosedur penilaian harus tepat karena berhubungan dengan
karakteristik dan pelaksanaan yan akan diukur; (3) Penilaian yang komperhensif
membutuhkan berbagai jenis prosedur; (4) Penggunaan yang tepat dari prosedur
penilaian harus mempertimbangkan kelemahan dari prosedur itu sendiri; (5) Penilaian
adalah alat untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri.
Kelima prinsip di atas merupakan prinsip-prinsip yang mendukung proses
penialain berjalan lebih efektif. Pada poin pertama jelas dinyatakan bahwa penentuan
apa yang harus dinilai merupakan hal yang prioritas. Hal ini dikarenakan semua
proses yang akan berlangsung akan tergantung pada seberapa besar gambaran yang
diperoleh dari apa yang akan peneliti nilai. Ketika menilai siswa belajar, hal ini
berarti peneliti sudah harus menentukan tujuan pembelajaran sebelum menentukan
prosedur penilaian seperti apa yang akan peneliti gunakan. Poin kedua menyatakan
prosedur penilaian harus tepat. Hal ini karena prosedur penilaian dipakai berdasarkan
objektifitasnya, akurasinya, dan mudah digunakan. Poin ketiga menjelaskan bahwa
penilaian yang kompehensif membutuhkan prosedur yang variatif. Bentuk-bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
penilaian yang telah ada, tidak ada satu pun yang dapat diterapkan dalam menilai
segala aspek pembelajaran. Misalnya saja ketika menilai hasil ulangan berupa pilihan
ganda ataujawaban singkan, yang akan peneliti lihat adalah pemahaman atau
pengetauan siswa. Berbeda ketika peneliti menilai tugas esai atau tugas projek, yang
peneliti lihat adalah kompetensi mereka mengungkapkan pikiran. Begitu pula pada
tugas laporan observasi, yang peneliti nilai adalah kompetensi siswa membuat
rumusan masalah sehingga peneliti dapat menilai tingkah laku dan minat siswa.
2.2.3 Teknik Penilaian Tes
Berikut ini akan dipaparkan mengenai teknik penilaian tes tertulis dan unjuk kerja
yang akan digunakan dalam penelitian ini. Beberapa tes yang akan dinilai meliputi tes
tertulis bentuk pilihan, tes tertulis bentuk uraian, penilaian kerja, dan penilaian
proyek.
2.2.3.1 Tes Tertulis Bentuk Pilihan
Tes tertulis bentuk pilihan ganda merupakan tes yang jawabannya harus dipilih
dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Tes bentuk pilihan ganda
terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri
atas kunci jawban dan pengecoh (distractor). Kunci jawaban merupakan jawban
paling benar (Kusaeri, 2014: 70).
Bentuk pilihan ganda memiliki beberapa kelebihan diantaranya : (a) mampu
mengukur berbagai tingkatan kognitif (mulai dari mengingat sampai mengkreasi);
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
(b) penskorannya mudah, cepat, objektif, dan mampu mencakup ruang lingkup materi
yang luas; dan (c) tepat untuk ujian yang pesertanya sangat banyak, dan hasilnya
harus segera diumumkan. Kelemahan dari bentuk ini adalah (a) memerlukan waktu
yang relatif lama untuk membaca soalnya, (b) sulit membuat pengecoh yang
homogen dan berfungsi baik, dan (c) terdapat peluang untuk menebak jawaban
(Kusaeri, 2014:71).
2.2.3.2 Tes Tertulis Bentuk Uraian
Tes tertulis bentuk uraian merupakan jenis tes yang menuntut siswa untuk
mengingat dan mengorganisasi gagasan atau hal-hal yang telah dipelajari. Caranya
adalah dengan mengemukakan gagasan tersebut dalam uraian tertulis. Kelebihan dari
bentuk tes uraian ini adalah mengukur kompetensi siswa dalam hal menyajikan
jawaban terurai secara bebas, mengorganisasikan pikiran, mengemukakan pendapat,
dan mengekspresikan gagasan dengan kata-kata sendiri (Kusaeri, 2014: 90).
2.2.3.3 Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah suatu penilaian yang meminta siswa mendemonstrasikan
tugas tertentu guna mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya.
Penilaian kinerja dilaksanakan berdasrkan tiga asumsi pokok. Pertama, tugas-tugas
yang diberikan atau dikerjakan oleh siswa merupakan begian yang tidak terpisahkan
dari keseluruhan proses pembelajaran. Kedua, penilaian kinerja tidak hanya untuk
mengetahui posisi siswa pada saat proses pembelajaran tetapi untuk memperbaiki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
proses pembelajaran itu sendiri. Ketiga, penilaian kinerja didasarkan pada partisipasi
aktif siswa (Kusaeri, 2014: 143).
2.2.3.4 Penilaian proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan seseorang atau sekelompok siswa dalam waktu tertentu. Tugas tersebut
berupa kegiatan sejak perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pelaksanaan tugas, pengolahan, dan penyajian produk (bila berupa barang dan jasa)
dan laporan tertulis.
2.2.4 Membaca
Membaca adalah kegiatan menginterpretasikan teks tertulis sebagai bagian dari
komunikasi. Dengan kata lain, ada asumsi bahwa komuniasi cenderung dilakukan
oleh penulis, yang kemudian oleh pembaca akan diinterpretasikan sehingga dapat
memahami isi tulisan yang disampaikan penulis (Wallace, 2003:4). Wallace
mengatakan bahwa membaca adalah mengartikan atau menginterpretasikan tulisan-
tulisan yang ada dengan tujuan memahami isi bacaan yang ditulis. Ketika membaca,
terjadi sebuah komunikasi antara pembaca dan penulis. Komunikasi yang terjadi tiak
secara langsung melainkan melalui tulisan-tulisan yang ada.
Wallace (2003) mengemukakan ada empat tujuan membaca yaitu: 1) Reading for
survival yaitu jenis membaca dalam kaitannya dengan respon terhadap lingkungan
sekitar, misanya tanda ‘STOP’ untuk pengendara motor atau mobil; 2) Reading for
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
learning yaitu, membaca untuk mencari informasi untuk memperoleh pengetahuan
lebih atau wawasan yang lebih luas; 3) Reading for pleasure yaitu, ketika reading for
survival dipakai untuk memberikan respon yang cepat terkait suatu situasi tertentu
dan reading for learning juga berorientasi pada suatu tujuan, reading for pleasure
juga memiliki tujuan tersendiri.
Sandy Urquhart dan Cyril Weir (1998) mengklasifikasikan tipe atau jenis
membaca yaitu: 1) skimming, membaca untuk inti sari. Pembaca ajan menjawab
pertanyaan apa isi keseluruhan teks tersebut, sambil mengabaikan hal-hal yang detail;
2) search reading menempatkan atau menandai informasi pada topic sebelumnya.
Pembaca membutuhkan informasi untuk menjawab beberapa petanyaan atau untuk
membuktikan data tertentu; 3) scanning, membaca secara selektif untuk mencapai
tujuan tertentu saja misalnya menemukan nomor telepon tertentu di buku telepon,
atau menemukan ibu kota Bavaria; 4) Careful reading, jenis membaca ini yang paling
sering digunakan dalam dunia pendidikan dan psikologi. Hal ini terkait dengan tujuan
membaca untuk belajar atau mempelajari sesuatu; 5) browsing adalah jenis membaca
yang dipakai ketika tujuan membaca sebelumnya belum dicapai secara sempurna,
beberapa bagian teks mungkin dilewatkan secara acak.
2.2.5. Penilaian Membaca
Beberapa jenis penilaian membaca didasarkan pada jenis membaca yang
digunakan. Brown (2004) merumuskan ada tida tipe membaca beserta penilaiannya,
yaitu perspecrive reading, selective reading, interactive reading, dan extensive
reading.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
Jenis penilaian untuk perspective reading menurut Brown (2004) adalah: 1)
Readin Aloud, para siswa memperhatikan beberapa huruf terpisah, kata atau kalimat
pendek dan membacakannya dengan lantang, satu per satu. Ketika penialaian
kompetensi membaca , pengucapan yang sesuai dari siswa menandakan suatu
ketepatan atau benar; 2) Tanggapan Tertulis, para siswa memeriksa kembali
tanggapan tertulisnya. Karena di sini terjadi transfer skil, penilai perlu memeriksa
secara hati-hati dengan anggapan bahwa kesalahan penulisan yang terjadi mungkin
disebabkan karena kesalahan membaca; 3) Pilihan Ganda, jenis tugas ini tidah hanya
pada soal memilij satu dari lima jawaban yang ada. Pada kasus tertentu, beberapa
mungkin dapat berguna pada lebel membaca yang rendaj termasuk menyamakan atau
membedakan, melingkari jawaban, benar/salah, mencocokan huruf; 4) Picture-Cued
Item, siswa menunjukkan gambar yang telah dituliskan nomer dan kalimat pendek.
Dari gambar tersebut mereka membacakan kalimat tertentu yang merujuk pada suatu
gambar.
Peneliti mengembangkan instrumen penilaian kompetensi membaca siswa kelas
VII. Pengembangan instrumen penilaian tersebut tentunya juga disesuaikan dengan
KI maupun KD yang ada. Beberapa KD yang mengukur tingkat kognitif ranah
membaca siswa kelas VII adalah KD 3.1, 3.2, 3.3, 3.4 dan 4.1.
Berikut ini merupakan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang
diperuntukan kelas VII berdasarkan salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 tentang kurikulum 2013
Sekolah Menengah Pertama:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
Tabel 2.1 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Pertama
Kelas VII.
KI KD
KI 1 : Menghargai dan menghayati
ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghargai dan menghayati
perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong),
santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya
KI 3 : Memahami pengetahuan
(faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
KI 4 : Mencoba, mengolah, dan
menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak
(membaca, membaca,
menghitung, menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori.
1.1 Menghargai dan mensyukuri
keberadaan bahasa Indonesia sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk
mempersatukan bangsa Indonesia di
tengah keberagaman bahasa dan
budaya
1.2 Menghargai dan mensyukuri
keberadaan bahasa Indonesia sebagai
anugerah Tuhan yang Maha Esa
sebagai sarana memahami informasi
lisan dan tulis
1.3 Menghargai dan mensyukuri
keberadaan bahasa Indonesia sebagai
anugerah Tuhan yang Maha Esa
sebagai sarana menyajikan informasi
lisan dan tulis
2.1 Memiliki perilaku jujur, tanggung
jawab, dan santun dalam menanggapi
secara pribadi hal-hal atau kejadian
berdasarkan hasil observasi
2.2 Memiliki perilaku percaya diri dan
tanggung jawab dalam membuat
tanggapan pribadi atas karya budaya
masyarakat Indonesia yang penuh
makna
3.1 Memahami teks hasil observasi,
tanggapan deskriptif, eksposisi,
eksplanasi, dan cerita pendek baik
melalui lisan maupun tulisan
3.2 Membedakan teks hasil observasi,
tanggapan deskriptif, eksposisi,
eksplanasi, dan cerita pendek baik
melalui lisan maupun tulisan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
3.4 Mengidentifikasi kekurangan teks
hasil observasi, tanggapan deskriptif,
eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek
berdasarkan kaidah-kaidah teks baik
melalui lisan maupun tulisan
4.1 Menangkap makna teks hasil
observasi, tanggapan deskriptif,
eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek
baik melalui lisan maupun tulisan
4.2 Menyusun teks hasil observasi,
tanggapan deskriptif, eksposisi,
eksplanasi, dan cerita pendek sesuai
dengan karakteristik teks yang akan
dibuat baik secara lisan maupun tulisan
4.3 Menelaah dan merevisi teks hasil
observasi, tanggapan deskriptif,
eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek
sesuai dengan struktur dan kaidah teks
baik secara lisan maupun tulisan
4.4 Meringkas teks hasil observasi,
tanggapan deskriptif, eksposisi,
eksplanasi, dan cerita pendek baik secara
lisan maupun tulisan
2.2.6 Validitas
Validitas adalah bentuk penguatan terhadap tafsiran terhadap penggunaan hasil
penilaian siswa (Nikto, 2011:35). Pendapat nikto ini ingin menggambarkan peran
validitas sebagai suatu hal yang dapat menguatkan penafsiran peneliti dengan
didukung oleh bukti atau teori-teori yang relevan.
Menurut Gronlund (1985) dalam Nurgiyantoro (2010) jika kita berpikir tentang
validitas dalam kaitannya dengna tes, hal-hal berikut perlu dipertimbangkan. Pertama,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
validitas menunjuk pada kelayakan interpretasi yang dibuat berdasarkan skor hasil tes
yang berkaitan dengan penggunaan tertentu dan bukan terhadap instrumennya itu
sendiri. Kedua, validitas adalah masalah kadar (matter of degree), maka haruslah
dihindari pemikiran bahwa sebuah hasil tes itu valid atau tidak valid. Ketiga, validitas
berkaitan dengan penggunaan khusus karena tidak ada satu tes pun yang valid untuk
semua tujuan. Maka penilaian terhadap validitas tes mesti terkait dengan tujuan
penggunaan hasil tes itu (Nurgiyantoro, 2010:152). Dari pernyataan Gronlund, ada
tiga hal penting yang perlu diperhatikan ketika berbicara tentang validitas. Validitas
merupakan dukungan beberapa bukti dan teori terhadap penafsiran hasil penilaian
siswa.
Suatu sklala pengukuran dapat valid apabila skala tersebut digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur (Sarwono, 2009:99). Pernyataan tersebut
berarti suatu skala pengukuran dikatakan valid jiha skala tersebut sesuai dengan objek
yang akan diukur. Misalnya skala nominal digunakan untuk mengukur variable
nominal bukan parametik.
Empat prinsip validitas dikemukakan oleh Messick (1986b, 1994a) dalam Nitko
dan Brookhart (2011), yaitu interpretation, uses, values, dan consequences. (1)
Interpretasi terhadap hasil penilaian siswa hanya valid jika dapat menunjukkan bukti
yang mendukung kelayakan dan kebenarannya, (2) penggunaan atau pemakaian hasil
penilaian hanya valid pada tahapan yang mana yang dapat dibuktikan kebenaran dan
kelayakannya, (3) interpretasi dan penggunaaan hasil analisis hanya valid jika nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
yang disiratkan mereka (para siswa) layak, (4) interpretasi dan penggunaan hasil
penilaian hanya valid ketika akibat atau konsekuensi dari interpretasi dan penggunaan
hasil penialaan tersebut konsisten dengan nilai kelayakannya.
Empat prinsip di atas kurang lebih menggambarkan tentang kelayakan interpretasi,
kelayakan penggunaan, kelayakan nilai, dan kelayakan konsekuensi atau hasil yang
ditimbulkan. Kelayakan interpretasi yang dimaksudkan adalah interpretasi atau
anggapan yang peneliti miliki terhadap hasil belajar siswa, baru dikatakan valid jika
ada bukti-bukti yang mendukung interpretasi tersebut. Dalam menggunakan hasil
penilaian, peneliti juga harus menggunakan interpretasi yang telah valid terhadap
hasil penilaian.
Berdasarkan analisis rasional atau pertimbangan logika, validitas dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu valiitas isi dan validitas konstruk. Berdasarkan data
empirik, validitas dibedakan menjadi dua yaitu validitas sejalan dan vaiditas ramalan
(Nurgiyantoro, 2010: 155). Berikut akan dibahas secara singkat tentang beberapa
jenis validitas tersebut menurut Nurgiyantoro.
1. Validitas isi
Validitas isi menurut Gronlund (1985) dalam Nurgiyantoro (2010) disebut validasi
yang pembuktiannya berdasarkan isi . validasi ini dimaknai sebagai proses penentuan
seberapa jauh suatu alat tes menunjukkan kerelevansian dan keterwakulan terhadap
ranah tugas yang diukur. Validitas isi merupakan jenis vaiditas yang harus terpenuhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
dalam alat tes, khususnya alat tes yang disusun oleh guru untuk mengukur tingkat
keberhasilan peserta didik. Pemenuhan dan penemuan bukti-bukti validitas isi
terutama dilihat dari kesesuaiannya dengan kisi-kisi yang dipakai sebagai dasar
penyusunan butir-butir tesnya itu sendiri.
2. Validitas Konstruk
Validitas konstruk merupakan jenis validitas yang oleh Gronlund (1985) dan
Popham (1995) dikatakan pembuktiannya berdasarkan konstruk. Validitas konstruk
berkaitan dengan konstruk atau konsep bidang ilmu yang akan iuji validitas tesnya.
Konstruk merupakan suatu hipotesis yan gberkenaan dengan suatu bidang ilmu atau
sub bidang tertentu (Nurgiyantoro, 2010: 156).
3. Vaiditas Sejalan
Validitas ini dimaknai sebagai proses penentuansejauh mana skor sebuah tes
berkaitan dengan skor tes yang lain. Skor penilaian tes itu lah yang disebut sebagai
kriteria atau pembanding. Dengan demikian vaiditas sejalan dapat dimaknai sebagai
pembuktian apakan skor hasil tes pada suatu bidang mencerminkan atau sesuai engan
skor bidang yang lain yang waktu pengukurannya bersamaan (Nurgiyantoro, 2010:
157).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
4. Valiitas Prediktif
Validitas prediktif merujuk pada pengertian pembuktian apakah skor alat tes yang
diujikan kini mempunyai kaitan dengan skor tes atau prestasi yang diteskan atau
dicapai kemudian (Nurgiyantoro, 2010: 159).
2.2.7 Reliabilitas
Realibilitas adalah konsistensi pengukuran, yaitu seberapa konsisten skor tes atau
hasil evaluasi suatu pengukuran ke pengukuran yang lain. Suatu perangkat penilaian
yang baik harus memiliki validitas dan realibilitas yang baik pula. Seorang peserta
didik yang di tes beberapa kali menggunakan alat tes yang sama dan memiliki hasil
yang sama pulam hal ini menandakan bahwa reliabilitas alat tes tersebut baik. Berikut
ini akan dijelaskan jenis-jenis reliabilitas menurut Nurgiyantoro, (2010:167-177).
1) Reliabilitas Ulang Uji
Teknik tes ulang uji adalah teknik memerkirakan tingkat reliabilitas tes
dengan melakukan kegiatan pengukuran dua kali terhadap tes yang sama kepada
peserta didik yang sama pula.
2) Reliabilitas Belah Dua
Pengujian reliabilitas tes dengan teknik belah dua (split half) dilakukan
dengan memisahkan skor hasil ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok ganjil
dan kelompok genap atau kelompok awal dan kelompok akhir. Caranya ialah
dengan menghitung jumlah skor untuk butir-butir soal bernomor ganjil dan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
bernomor genap. Kedua jumlah skor tersebut kemudian dikorelasikan untuk
mendapatkan koefisien korelasi (r) antara keduanya.
Untuk mendapatkan korelasi realibilitas seluruh tes, kita dapat memergunakan
rumus Spearman-Brown. Rumus Spearman-Brown yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
Realibilitas seluruh tes = 1+2 𝑋 𝑟
1+𝑟
3) Reliabilitas Rumus Kuder-Richardson 20 dan 21
Pengujian realibilitas tes dengan memergunakan rumus Kuder Richardson
(K—R) 20 dan 21, dilakukan dengan membandingkan skor butir-butir tes. Jika
butir-butir tes itu menunjukkan tingginya tingkat kesesuaian (degree of
agreement), kita dapat menyimpulkan bahwa hasil pengukuran hasil tes itu
konsisten. Rumus K-R 20 dan 21 menunjukkan seri karena kedua orang itu
mengembangkan banyak rumus yang diberi nomor seri.
Rumus K—R 20 sebagai berikut:
r = 𝑛
𝑛−1(1 −
𝑝𝑞
s2)
r = Koefisien relibilitas tes
n = Jumlah butir soal
p = Proporsi jawaban betul
q = Proporsi jawaban salah (q=1-p)
s = Simpangan baku, s2; varian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
Rumus K—R 21 adalah sebagai berikut:
r = 𝑛
𝑛−1(1 −
𝑋(𝑛−𝑋)
ns2)
Keterangan:
X = rata-rata hitung (mean), sedangkan simbol-simbol yang lain sama
seperti yang di atas.
4) Reliabilitas Alpha Cronbach
Rumus realibilitas Alpha Cronbach digunakan untuk mengukur realibilitas
produk instrumen penilaian berupa butir soal. Koefisien reliabilitas Alpha
Cronbach diterapkan diterapkan pada tes yang mempunyai skor berskala dan
dikhotomis sekaligus. Artinya, prosedur uji realibilitas ini diterapkan pada hasil
pengukuran yang berjenjang.
Rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach adalah sebagai berikut:
r = 𝑘
𝑘−1(1 −
si2
si2)
keterangan:
k = Jumlah butir soal
si2 = Jumlah varian butir-butir
st2 = varian total (untuk seluruh butir tes)
5) Reliabilitas Bentuk Pararel
Pengujian realibilitas hasil pengukuran tes dengan teknik butir pararel
dilakukan terhadap adanya dua perangkat tes yang bersifat pararel. Untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
menguji reliabilitas hasil pengukuran tes, kedua perangkat tes tersebut
diujicobakan kepada sejumlah subjek yang sama, kemudian hasilnya
dikorelasikan. Tinggi rendahnya koefisien korelasi akan mencerminkan
reliabilitas hasil pengukuran kedua perangkat tes tersebut.
6) Reliabilitas Bentuk Tes Uraian
Reliabilitas bentuk tes uraian dapat dicari dengan memergunakan rumus
koefisien Alpha Cronbach. Berikut rumus koefisien Alpha Cronbach untuik soal
uraian
r = 𝑘
𝑘−1(1 −
si2
si2)
keterangan:
k = Jumlah butir soal
si2 = Jumlah varian butir-butir
st2 = varian total (untuk seluruh butir tes)
Realibilitas yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu realibilitas
Alpha Cronbach. Rumus realibilitas Alpha Cronbach digunakan untuk mengukur
realibilitas produk instrumen penilaian berupa butir soal (Nurgiyantoro,
2010:171).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
2.2.8 Analisis Butir Soal
Analisis Butir Soal atau analisis item adalah pengkajian pertanyaan-pertanyaan
tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai. Ada
dua jenis analisis butir soal, yakni tingkat kesukaran soal dan analisis daya pembeda
(Sudjana, 1990:135-141).
1) Analisis tingkat kesulitan
Menganalisis tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal-soal tes dari segi
kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk, sedang, dan
sukar. Ada beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah kategori
mudah, sedang, dan sukar. Pertimbangan pertama adalah adanya keseimbangan,
yakni jumlah soal yang sama untuk ketiga kategori tersebut. Artinya jumlah soal
mudah, sedang, dan sukar jumlahnya seimbang. Pertimbangan kedua proporsi jumlah
soal untuk ketiga kategori tersebut didasarkan atas kurva normal. Artinya, sebagian
besar soal berada dalam kategori sedang, sebagian lagi termasuk ke dalam kategori
mudah dan sukar dengan proporsi yang seimbang.
Cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
I = indeks kesulitan untuk setiap butir soal
B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal
𝐼 =𝐵
𝑁
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
N = banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang
dimaksudkan
Kriteria yang digunakan adalah akin kecil indeks yang diperoleh, maka makin
sulit soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal
tersebut. Kriteria indeks kesulitan soal itu adalah sebagai berikut:
0—0,30 = soal kategori sukar
0,31—0,70 = soal kategori sedang
0,71—1,00 = soal kategori mudah
2) Analisis daya pembeda
Menganalisis daya pembeda artinya mengkaji soal-soal tes dari segi kesanggupan
tes tersebut dalam membedakan siswa yang termasuk ke dalam kategori lemah atau
rendah dan kategori kuat atau tinggi prestasinya. Artinya, bila soal tersebut diberikan
kepada anak yang mampu, hasilnya menunjukkan prestasi yang tinggi; dan bila
diberikan kepada siswa yang lemah, hasilnya rendah. Tes dikatakan tidak memiliki
daya pembeda apabila tes tersebut, jika diujikan kepada anak berprestasi tinggi,
hasilnya rendah, tetapi bila diberikan kepda anak yang lemah, hasilnya lebih tinggi.
Atau bila diberikan kepada kedua kategori siswa tersebut, hasilnya sama saja. Dengan
demikian tes yang tidakmemiliki daya pembeda, tidak akan menghasilkan gambaran
hasil yang sesuai dengan gambaran siswa yang sebenarnya.
Cara yang biasa dilakukan dalam analisis daya pembeda adalah dengan
menggunakan tabel atau kriteria dari Rose dan Stanley seperti dalam analisis tingkat
kesukaran soal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
Rumusnya adalah:
Keterangan:
SR = Jumlah siswa yang menjawab salah kelompok rendah
ST = Jumlah siswa yang menjawab salah kelompok tinggi
2.2.9 Kurikulum
Kurikulum tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran, istilah kurikulum
berasal dari bahasa Latin, yakni “Curriculae”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh
seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jarak wakut pendidikan
yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan
menempuh satu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah, dalam hal ini ijazah pada
hakikatnya merupakan suatu bukti bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang
berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu
jarak antarsatu tempat ke tempat yang lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan
kata lain, kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai
titik akhir dari suatu pelrjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.
Hamalik (2001 dalam Susilo, 2007:78-79) memberikan beberapa tafsiran
kurikulum dalam tiga hal, yaitu:
SR—ST
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
1) Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata
ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh
sejumlah pengetahuan. Mata ajaran (subject matter) dipandang sebagai
pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau, yang telah disusun
secara sistematis dan logis.
2) Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program
pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu
para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan
perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan
pembelajaran. Itu sebabnya kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar
maksud tersebut dapat tercapai
3) Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Hal ini kurikulum merupakan suatu
serangkaian pengalaman belajar.
Pengertian ini menunjukkan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak
terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan juga mencakup kegiatan-kegiatan di
luar kelas. Tak ada pemisahan yang tegas antara intra dan ekstrakurikulum.
Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa
pada hakikatnya adalah kurikulum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
Kurikulum menurut Soetopo dan Soemanto (1986) dalam Hamalik
(2007:79) memiliki lima definisi. Kelima definisi tersebut akan dipaparkan
sebagai berikut.
1) Kurikulum dipandang sebagai suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang
program pendidikan suatu sekolah yang harus dilaksanakan dari tahun ke
tahun.
2) Kurikulum dilukiskan sebagai bahan tertulis yang dimaksudkan untuk
digunakan oleh para guru di dalam melaksanakan pelajaran untuk murid-
muridnya.
3) Kurikulum adalah suatu usaha yang menyampaikan asas-asas dan ciri-ciri
yang penting dari suatu rencana pendidikan dalam bentuk yang sedemikian
rupa sehingga dapat dilaksanakan oleh guru di sekolah.
4) Kurikulum diartikan sebagai tujuan pengajaran, pengalaman-pengalaman
belajar, alat-alat pelajaran dan cara-cara penilaian yang direncana kan dan
digunakan dalam pendidikan.
5) Kurikulum dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan
dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar (Bab 1, Ps. 1 butir 9 dalam Hamalik, 2007:18).
Dari berbagai pengertian kurikulum dari pendapat beberapa ahli di atas,
peneliti berpendapat bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana pembelajaran
yang disusun secara sistematis yang digunakan oleh sekolah-sekolah sebagai
acuan utama dalam melaksanakan pendidikan.
2.2.9.1 Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill,
dan pendidikan karakter. Siswa dituntut untuk lebih memahami materi yang ada
secara mandiri, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki karakter yang
mulia. Kurikulum 2013 mewajibkan peserta didik untuk mengikuti mata pelajaran di
satuan pendidikan pada setiap jenjang pendidikan.
Menurut kemendikbud (2013), pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-
prinsip berikut:
1. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan
dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada delapan Standar Nasional
Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar pendidikan dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan. Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan
penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif.
2. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai
isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan
informasi.
3. Penyempurnaan Pola Pikir
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan pola piker sebagai berikut: 1) pola
pembelajaran yang berpusat pada guru menjasi pembelajaran berpusat pada
peserta didik; 2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik )
menjadi pembelajaran interaktif; 3) pola pembelajaran terisolasi menjadi
pembelajaran secara jejaring; 4) pola pembelajaran pasif menjadi pola
pembelajaran aktif-mencari. 5) pola pikir sendiri menjadi belajar kelompok; 6)
pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia;
7) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users); 8)
pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal menjadi pembelajaran ilmu
pengetahuan jamak.
4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai
daftar mata pelajaran. Pendekatan kurikulum 2013 untuk Sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan.
Dalam kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut: 1) tata
kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat
kolaboratif; 2) penguatan manajemen sekolah melalui penguatan kompetensi
manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kepegawaian; 3) penguatan
sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.
5. Penguatan materi
Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi
yang relevan bagi peserta didik. Kurikulum 2013 dirancang untuk karakteristik
sebagai berikut:
a. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan
sosial, rasa ingin tau, kreativitas, kerja sama dengan kompetensi intelektual
dan psikomotorik.
b. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman
belajar terencana di mana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di
sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber
belajar.
c. mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya
dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.
d. Memberikan waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
e. kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci
lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.
f. kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements)
kompetensi dasar, di mana semua kompetensi dasar dan proses
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan
dalam kompetensi ini.
g. kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat dan memperkaya antarmata pelajaran dan jenjang pendidikan
(Kunandar, 2013:22).
Dari penjelasan di atas, maka peneliti mendapat gambaran tentang
kompetensi inti dan kompetensi dasar. Jadi, dalam kurikulum 2013 istilah SK
atau standar kompetensi telah diganti menjadi kompetensi inti yang dijabarkan
secara lebih terperinci dalam kompetensi dasar.
2.2.10 Kisi-kisi
Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan kompetensi
tertentu . fungsi kisi-kisi adalah sebagai pedoman untuk membaca soal atau merakit
soal menjai perangkat tes. Kisi-kisi yang baik akan memperoleh perangkat soal yang
relatif sama sekalipun penulis soalnya berbeda (Arifin, 2009:93).
Kisi-kisi soal disusun berdasarkan RPP yang telah dibuat oleh para guru sesuai
dengan KD dan KI yang ada. Adapun langkah-langkah peneliti dalam membuat kisi-
kisi soal adalah: (1) analisis KI dan KD yang tertera pada RPP; (2) menyusun kisi-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
40
kisi; (3) membuat soal; (4) membuat kunci jawaban; (5) menyusun pedoman
penskoran.
2.2.11 Taksonomi Bloom
Perumusan tujuan pembelajaran berttik tolak dari tingkah laku dan bersifat
operasional. Maka dari itu perlu adanya pengklasifikasian (taksonomi) tujuan
pembelajaran. Salah satu ahli yang merumuskan taksonomi tersebut adalah Bloom
yang kita kenal dengan nama Taksonomi Bloom. Taksonomi tujuan pembelajaran
umumnya terbagi menjadi tida ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Hierarki Taksonomi Bloom dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1: Hierarki dalam taksonomi Bloom (Kusaeri, 2014:32).
Menurut Depdikbud, Butir-butir soal dikembangkan menjadi enam tingkatan,
yaitu: pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi
(C5), dan mencipta (C6). Proporsi di antara jenjang pengetahuan tingkat SMP untuk
PENGETAHUAN
Mengingat
Menghafal
Menyebut
PEMAHAMAN
Menerangkan
Menjelaskan
Merangkum
PENERAPAN
Menghitung
Membuktikan
Melengkapi
ANALISIS
Memilah
Membedakan
Membagi
SINTESIS
Merangkai
Merancang
Mengatur
EVALUASI
Mengkritik
Menilai
Menafsirkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
41
C1 – C2 berkisar 20%, C3-C4 berkisar 55%, C5 berkisar 15%, dan C6 berkisar 10%
(Depdikbud, 2014: 48).
1) Pengetahuan (C1)
Ranah pengetahuan merupakan tingkat kompetensi yang terendah. Pada
tingkatan ini soal dibuat untuk mengetahui kompetensi peserta didik dalam
mengingat kembali materi yang pernah diterimanya. Soal pengetahuan lebih
menuntut peserta didik dalam mengingat sesuatu (hafalan) (Depdikbud: 2014: 48).
Contoh soal untuk jenjang C1:
Dalam sejarah kesusastraan Indonesia, penyair yang banyak membaca puisi
kontemporer adalah ….
A. W.S. Rendra
B. Ramadhan K.H
C. Sutarji Calzoum Bachri
D. Putu Wijaya
2) Pemahaman (C2)
Pada tingkatan ini peserta didik dituntut untuk memahami/mengerti materi
yang telah diajarkan dan tidak sekedar hafalan. Soal pemahaman menuntut jawaban
berupa pernyataan atau contoh dari suatu konsep dengan bahasa sendiri
(Depdikbud: 2014: 48). Contoh soal:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
42
Perbedaan prosa, puisi, dan drama dalam kesusastraan Indonesia didasarkan
atas….
A. bahasa yang digunakan
B. pengembangan plot dan struktur cerita
C. perwujudan lahiriah sebuah karya sastra
D. banyaknya tokoh dalam cerita
3) Penerapan (C3)
Dalam tataran penerapan, peserta didik dituntut untuk mengimplementasikan
prinsip, konsep dalam situasi tertentu, dan umumnya belum pernah dikenal atau
disampaikan guru di kelas (Depdikbud: 2014: 48). Contoh soal:
4) Analisis (C4)
Pada tataran Analisis, peserta didik dituntut untuk menggunakan informasi
ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat,
dan menemukan hubungan sebab akibat.Soal analisis menuntut jawaban informatif,
penemuan asumsi, dan penemuan sebab akibat (Depdikbud: 2014: 49). Contoh soal:
5) Evaluasi (C5)
Jenjang soal evaluasi (C5) merupakan ranah pengetahuan menuntut peserta
didik melakukan evaluasi informasi, seperti bukti sejarah, editorial, teori-teori, dan
termasuk di dalamnya melakukan keputusan terhadap hasil analisis untuk suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
43
kebijakan.Soal tingkat evaluasi menuntut jawaban berupa keputusan dan penentuan
suatu nilai informasi (Depdikbud: 2014: 49). Contoh soal:
Hasan mendengarkan dengan tekun ” Acara Pembinaan Bahasa Indonesia ”
melalui TV. Sebentar-sebentar ia mencatat, kemudian cepat beralih dan
memperhatikan kembali kepada pembicara. Hasan tidak beranjak dari kursinya
sebelum acara tersebut selesai. Berdasarkan contoh tersebut, Hasan memiliki unsur-
unsur, misalnya, konsentrasi penuh, bertujuan, berminat, siap secara fisik dan
mental. Unsur-unsur tersebut termasuk bagian dari …
A. pembicara
B. pembicaraan
C. penyimak
D. situasi
6) Mencipta (C6)
Jenjang soal mencipta (C6) merupakan ranah pengetahuan tertinggi,
menuntut peserta didik memiliki kompetensi dalam merancang suatu kegiatan,
membuat atau mendesain suatu benda produk dengan berbagai pertimbangan dan
analisis. Merancang dalam ranah pengetahuan sebatas pada menghasilkan
prototipe atau ide/gagasan dalam bentuk konseptual (Depdikbud: 2014: 50).
Contoh soal : Akhir-akhir ini, kota-kota besar di Indonesia sering dilanda
banjir yang cukup merepotkan. Banyak kalangan menilai bahwa tata ruang yang
tidak sesuai dan terkesan dibangun asal-asalan menjadi penyebabnya, sehingga
hampir tiap tahun dipastikan akan tergenang banjir. Tapi di lain pihak, kita juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
44
menyaksikan sampah yang berserakan di mana-mana dan tak terkendali. Sampah-
sampah ini menghalangi aliran air yang mengalir ke tempat sebenarnya, dan
menjadi salah satu penyebab banjir.
Pertanyaan:
Buatlah rancangan upaya-upaya yang sekiranya dapat dilakukan untuk
mengurangi risiko banjir sehingga tidak menimbulkan bencana!
2.2.12 Langkah-langkah penyusunan Perangkat Tes
Dalam Djiwandono (2008) dijelaskan beberapa langkah-langkah yang perlu
dilakukan sejak awal untuk menghasilkan perangkat tes seperti yang direncanakan:
1) Penyusunan kisi-kisi tes (table of spesification), yaitu tabel yang memuat rumusan
tiga tujuan umum, rincian tujuan khusus, yang disusun secara bertingkat mulai dari
yang paling sederhana sampai dengan yang paling sulit, isertai jumlah atau
presentasi butir tes atau pertanyaan untuk masing-masing rincian tujuan, sesuai
dengan tingkat relevansi atau pentingnya pada tes yang dijalankan.
2) Perumusan petunjuk penggunaan tes dan bila perlu pemberian contoh pengerjaan.
3) Penyusunan kunci jawaban (untuk tes objektif) dengan skor 1 bila benar dan 0 bila
salah, dan rambu-rambu penskoran (untuk tes subjektif) dengan rentangan skor
tertentu (misalnya 2,1,0, atau 4,3,2,1,dll), tergantung pda ketepatan dan
kelengkapan jawaban peserta sesuai dengan rincian rambu-rambu penskoran yang
telah disusun sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
45
4) Penetapan metode validasi tes untuk melakukan kajian terhadap validitas dan
Reliabilitas, dengan merujuk kepada rumus penghitungan yang sesuai dengan jenis
dan format tes yang digunakan.
5) Pengumpulan umpan balik untuk memperbaiki konsep tes yang telah tersusun
melalui berbagai cara termasuk moderating atau editing yaitu masukan dari ahli
dan teman sejawat tentang berbagai aspek tes yang sedang disusun.
6) Revisi terhadap konsep tes berdasarkan umpan balik, catatan, dan hasil analisis uji
coba untuk menghasilkan tes yang sesuai dengan yang direncanakan.
7) Penyusunan seluruh perangkat tes yang lengkap yang terdiri dari: (a) Tes dengan
butir-butir tes yang dilengkapi dengan petunjuk pengerjaan, (b) lembar jawaban,
jika diperlukan, dalam jumlah yang cukup, (c) Kunci jawaban atau rambu-rambu
penskoran untuk digunakan oleh pengajar (Djiwandono, 2008: 201-203).
2.2.13 Kaidah Penulisan Soal yang Baik
Kaidah-kaidah penulisan soal merupakan petunjuk atau pedoman yang perlu
diikuti penulis agar soal yang dihasilkan memiliki mutu yang baik. Kaidah penulisan
soal dibedakan ke dalam tiga hal yaitu materi, konstruksi, dan Bahasa yang akan
diuraikan di bawah ini (Surapranata, 2005:179). Penyusunan soal yang baik harus
mengikuti kaidah-kaidah penulisan soal. Jika tidak mnegikuti kaidah penulisan soal
maka soal yang akan dihasilkan pun kurang baik. Surapranata (2005:179-193)
menjelaskan kaidah-kaidah penulisan soal yang baik yaitu: (1) soal harus sesuai
dengan kompetensi dasar dan indikator yang terdapat dalam kurikulum, (2) pilihan
jawaban harus berfungsi, homogen, dan logis, (3) setiap soal harus mempunyai satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
46
jawaban yang benar atau yang paling benar, (4) pokok soal harus dijelaskan secara
jelas dan tegas, (5) rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan
pernyataan yang diperlukan saja, (6) pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah
jawaban benar, (7) pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif
ganda, (8) gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal
harus jelas dan berfungsi, (9) panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama,
(10) pilihan jawaban jangan megandung pernyataan, “semua pilihan jawaban di atas
salah”, atau “semua pilihan jawaban di atas benar”, (11) pilihan jawaban yang
berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai
angka tersebut, atau kronologis waktunya, (12) butir soal jangan bergantung pada
jawaban soal sebelumnya, (13) setiap soal harus menggunakan Bahasa yang sesuai
dengan kaidah Bahasa Indonesia, (14) menggunakan Bahasa yang komunikatif
sehingga mudah dimengerti, (15) jangan menggunakan Bahasa yang berlaku
setempat, jika soal akan digunakan untuk daaerah lain atau nasional, dan (16) pilihan
jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu kesatuan
pengertian. Letakkan kata tersebut pada pokok soal.
2.3. Kerangka Berpikir
Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan kerangka berpikir yang akan
digunakan dalam mengembangkan instrumen penilaian kognitif mata pelajaran
Bahasa Indonesia, khususnya pada aspek kompetensi membaca para siswa. Instrumen
penilaian merupakan perangkat yang memegang peranan penting dalam proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
47
evaluasi pembelajaran. Instrumen penilaian yang baik dan benar akan berpengaruh
pada hasil evaluasi pembelajaran. Seiring perkembangan kurikulum dan materi
pembelajaran, maka guru tidak hanya dituntut untuk dapat menciptakan sarana
pembelajaran yang baik tetapi juga instrumen penilaian yang tepat. Selama ini
instrumen yang dipakai belum dapat digunakan secara maksimal dalam menilai hasil
belajar siswa. Hal ini dikarenakan kurangnya minat para guru untuk menciptakan
suatu instrumen penilaian baru dan yang lebih tepat guna memberikan penilaian hasil
belajar siswa.
Penggunaan instrumen di sekolah-sekolah terutama di tingkat SMP adalah suatu
hal yang nyata. Masih banyak guru-guru yang memberikan penilaian tanpe
menggunakan instrumen yang jelas. Misanya saja ketika seorang guru Bahasa
Indonesia menilai tulisan teks eksemplum atau cerita pendek para siswa, guru tidak
memberikan nilai berdasarkan aspek-apek yang sudah ada dalam instrumen penilaian
tetapi hanya menilai berdasarkan misalnya penggunaan EYD (Ejaan yang
Disempurnakan), atau penggunaan tanda baca. Penilaian seperti inilah yang menjadi
masalah utama dan kurang tepat jika digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar
secara keseluruhan.
Solusi yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan permasalahan di atas adalah
peneliti melakukan pengembangan instrumen penilaian berdasarkan analisis
kebutuhan instrumen penilaian mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 15
Yogyakarya. Uji coba produk akan dilakukan dalam dua tahap: 1) penilaian yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
48
dilakukan oleh dosen ahli dari Universitas Sanata Dharma dan pengajar ahli dari
beberapa sekolah terpilh dan 2) uji lapangan. Terakhir, revisi berdasarkan hasil uji
coba produk.
Peneliti melakukan penelitian dengan subjek guru SMP Negeri 15 Yogyakarta.
Teori yang digunakan dala penelitian ini adalah: 1) instrumen penilaian; 2) membaca;
3) validitas; 4) Reliabilitas; 5) penilaian; 6) metode R&D; dan 7) kurikulum 2013.
Peneliti menggunakan terori tersebut agar relevansi dengan judul penelitian
pengembangan instrumen penilaian yang akan dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini, peneliti akan memaparkan mengenai: 1) jenis penelitian, 2) model
pengembangan, 3) sumber data penelitian, 4) teknik pengumpulan data, 5) prosedur
pengembangan, 6) uji coba produk, dan 7) teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian pengembangan instrumen penilaian kompetensi membaca siswa kelas
VIII ini termasuk dalam jenis penelitian pengembangan dengan data kualitatif dan
kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan
mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena
yang bersifat alamiah maupun fenomena rekayasa manusia (Sukmandinata, 2011).
Penelitian kuantitatif menurut Moleong (2007), penelitian kualitatif merupakan
penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Pemilihan jenis
penelitian ini didasarkan pada tujuan penelitian yaitu untuk mendeskripsikan produk
instrumen penilaian kompetensi membaca yang akan dibuat.
3.2 Model Pengembangan
Model pengembangan yang dipakai dalam penelitian ini adalah model R&D
(Research and Development). Model pengembangan ini digunakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
50
menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono,
2014:297).
Untuk dapat menghasilkan produk instrumen penilaian kompetensi membaca
pada siswa kelas VIII digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan
untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat digunakan oleh para guru di
SMP Negeri 15 Yogyakarta, maka dilakukan penelitian utnuk mengujicobakan
produk tersebut.
Dick and Carey (2009) menjabarkan 10 langkah pengembangan instrumen
penilaian yaitu sebagai berikut:
Bagan 3.1 Tahapan Pengembangan Model Dick and Carey
Selain Dick and Carey, Sugiyono (2014:409) juga merumuskan sepuluh langkah
penelitian dan pengembangan yang ditunjukan dengan bagan berikut.
Asses
Need To
Identify
Goal (s)
Conduct
Instructiona
l Analysis
Analyze
Learners
and Contex
Write
Performanc
e Objective
Design and
conduct
Formative
Evaluation of
Instruction
Develop and
Select
Instructional
Materials
Develop
Instructional
Strategy
Develop
Assesment
Instrument
Design and
Conduct
Summative
Evaluation
Revise Instruction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
51
Bagan 3.2. Langkah-langkah Penggunaan Metode Research and Development
(R&D)
Berkaitan dengan judul penelitian dan kondisi yang ada di lapangan, maka
peneliti mengadaptasi beberapa langkah-langkah yang sesuai untuk diterapkan.
Langkah-langkah tersebut merupakan adaptasi dari kedua teori di atas yaitu teori
Sugiyono(2012) dan teori Dick and Carey dalam Tegeh (2010). Maka langkah-
langkah yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut:
1. Analisis kebutuhan.
2. Pengumpulan data.
3.Pengembangan instrumen
penilaian.
4. Mendesain produk.
5. Validasi desain.
6. Revisi desain.
7. Uji coba produk
8. Revisi produk.
9.Produksi.
Potensi dan
Masalah
Desain
Produk
Pengumpulan
Data
Validasi
Desain
Uji Coba
Pemakaian
Revisi
Produk
Produksi
Masal
Revisi
Desain
Uji COba
Produk
Revisi
Desain
Revivi Produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
52
TAHAP I : ANALISIS KEBUTUHAN
AN KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
TAHAP II : TAHAP II : PENGUMPULAN DATA
ANALISIS KEBUTUHAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN
Analisis
Kompetensi Inti
Peng Pengembangan
Instrumen Penilaian
embangan Instrumen
Penilaian
Analisis Sumber
Belajar
Pengembangan
Pengembangan
instrumen
penilaian
penilaian
TAHAP III : PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN
BANGAN INSTRUMEN PENILAIAN
KONTEN
INSTRUMEN
INDIKATOR
PENGUMPULAN
BAHAN
DESAIN
PRODUK
TAHAP IV: DESAIN PRODUK
DASI DESAIN PRODUK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
53
Bagan 3.3. Skema Prosedur Penelitian Lapangan
3.3 Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan memaparkan langkah-langkah peneliti dalam
mengembangkan produk. Pengembangan instrumen penilaian kompetensi dasar
membaca dilakukan dalam beberapa langkah, yaitu:
3.3.1 Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui informasi mengenai sistem
penilaian yang selama ini dilakukan, khususnya dalam pembelajaran membaca di
kelas. Informasi diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap guru pengampu
VALIDASI
Dosen ahli
Guru Ahli
Analisis
UJI C UJI COBA LAPANGAN
OBA LAPANGAN
REVISI PRODUK I
REVISI II
REVISI II
PRODUK INSTRUMEN PENILAIAN MEMBACA
PENILAIAN MEMBACA
TAHAP IV: VALIDASI DESAIN PRODUK
DASI DESAIN PRODUK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
54
mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas VII di SMP Negeri 15 Yogyakarta dan
menganalisis RPP yang dibuat oleh guru tersebut.
3.3.2 Menyusun Spesifikasi Produk
Spesifikasi produk yang ingin dihaslkan dalam penelitian ini adalah seperangkat
instrumen penilaian kompetensi dasar membaca untuk kelas VII. Penyusunan
spesifikasi produk mencakup kegiatan berikut ini: (1) Mempelajari RPP guru
pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk mengembangkan kisi-kisi yang
berkualitas dan memilah kompetensi dasar yang termasuk ke dalam kompetensi dasar
membaca. (2) Menentukan bentuk tes, yaitu pilihan ganda dan uraian untuk tes
kognitif dan tes unjuk kerja untuk ranah psikomotorik. (3) Membuat soal berdasarkan
kisi-kisi yang sudah dibuat, membuat kunci jawaban pilihan ganda dan uraian, dan
membuat rubrik penilaian. (4) Validasi isi oleh dosen ahli penilaian, dosen ahli
pengajaran Bahasa, dan guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia. (5)
Melakukan revisi berdasarkan hasil validasi isi.
3.3.3 Menyusun Instrumen Penilaian
Instrumen penilaian yang dimaksud berupa, kisi-kisi soal, butir-butir soal
kognitif dan psikomotorik, kunci jawaban soal pilihan ganda, pedoman penskoran,
dan rubrik penilaian.
3.3.4 Menilai Instrumen Penilaian
Dosen ahli penilaian dan dosen ahli pengajaran Bahasa melakukan penilaian
terhadap instrumen penilaian yang telah peneliti hasilkan. Penilaian meliputi
kejelasan, kesesuaian, dan kebenaran perangkat instrumen penilaian kompetensi dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
55
membaca. Penilaian berfungsi untuk memperbaiki kualitas instrumne penilaian
sebelum dilakukan uji coba produk di lapangan.
3.3.5 Revisi 1
Peneliti melakukan perbaikan terhadap instrumen yang telah dihasilkan,
perbaikan berdasarkan hasil penilaian yang diberikann oleh dosen ahli penilaian,
dosen ahli pengajaran Bahasa, dan guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia
kelas VII di SMP Negeri 15 Yogyakarta. Peneliti memperbaiki instrumen penilaian
dari segi kejelasan isi dan kelayakan instrumen yang dihasilkan.
3.3.6 Uji Coba Instrumen Penilaian
Uji coba instrumen penilaian dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan
realibilitas instrumen penilaian yang telah peneliti hasilkan. Sasaran uji coba produk
instrumen penilaian adalah siswa kelas VII di SMP Negeri 15 Yogyakarta dan guru
pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia.
3.3.7 Analisis Hasil Uji Coba
Berdasarkan hasil uji coba produk di lapangan, peneliti mengetahui kualitas
instrumen penilaian yang dihasilkan. Analisis yang dilakukan meliputi analisis
tingkat realibilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran butir soal. Analisis validitas
isi, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran butir soal dilakukan berdasarkan
skor pemerolehan siswa melalui uji coba terbatas maupun uji coba dalam sampel
besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
56
3.3.8 Revisi 2
Peneliti melakukan perbaikan untuk kedua kalinya berdasarkan hasil uji coba
produk instrumen penilaian di lapangan. Perbaikan yang peneliti lakukan berdasarkan
pada hasil perhitungan tingkat reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran butir
soal.
3.3.9 Produk
Setelah melalui tahap validasi isi, reliabilitas, uji coba instrumen penilaian, dan
analisis butir soal, peneliti melakukan perbaikan terhadap produk instrumen penilaian
tersebut. setelah melalui tahap perbaikan, instrumen penilaian dapat dikatakan
sebagai produk akhir.
3.4. Sumber Data Penelitian
3.4.1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah 32 siswa kelas VII D SMP Negeri 15 Yogyakarta
dan guru Bahasa Indonesia kelas VII SMP Negeri 15 Yogyakarta Ibu Retno
Handayani, S.Pd. Guru sebagai sumber data dapat memberikan data yang berupa 1)
subjek analisis kebutuhan dan 2) penggunaan instrumen penilaian kompetensi
membaca .
3.4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Peneliti memilih lokasi penelitian di SMP Negeri 15 Yogyakarta yang beralamat
di Jalan Tegal Lempuyangan Nomor 61, Seleman-Yogyakarta. Penelitian dilakukan
pada tanggal 18 sampai 25 Mei 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
57
3.4.3. Data penelitian
Data merupakan hasil pencatatan peneliti tentang objek penelitan (Soewandi,
2007:16) Data dalam penelitian pengembangan ini adalah data kualitatif dan
kuantitatif. data kualitatif berupa: 1) informasi yang didapat melalui angket analisis
kebutuhan instrumen penilaian mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya aspek
membaca; 2) wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII
SMP Negeri 15 Yogyakarta; 3) saran dari hasil konsultasi dengan dosen tentang
pengembangan instrumen penilaian.
Data kuantitatif berupa 1) pemerolehan skor dari butir-butir angket kebutuhan
guru terhadap instrumen penilaian; 2) pemerolehan nilai dari hasil penilaian produk
oleh dosen pengembangan dan guru Bahasa Indonesia dan 3) pemerolehan nilai hasil
pembelajaran siswa yang dinilai dengen instrumen penilaian yang dikembangkan.
Setelah itu akan dilakukan penghitungan kemudian disimpulkan secara deskriptif
untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan instrumen penilaian yang
dibutuhkan
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Di dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara
dan angket analisis kebutuhan. Menurut Arikunto (2006:219), instrumen adalah alat
bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan peneliti
dalam penelitian pengembangan ini adalah instrumen non tes, yaitu: (1) wawancara
untuk guru, dan (2) angket. Wawancara dilakukan untuk memperoleh infomasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
58
tentang instrumen penilaian kompetensi membaca Bahasa Indonesia oleh guru.
Angket digunakan guru untuk mengetahui informasi mengenai instrumen penilaian
kompetensi membaca.
1. Wawancara
Wawancara (interview) merupakan salah satu metode pengumpulan bahan (data
atau fakta). Pelaksanaannya bisa dilakukan bertatap muka (face to face) dengan orang
yang diwawancarai (interviewe), atau secara tidak langsung seperti melalui telephone,
internet, atau surat (wawancara tertulis termasuk lewat e-mail dan sms) (Romli,
2009:35).
Teknik ini ditujukan kepada guru Bahasa Indonesia kelas VII di SMP N 15
Yogyakarta. Hal ini ditujukan karena guru lebih mengetahui kesulitan-kesulitan apa
saja yang dialami guru dalam membuat instrumen penilaian kompetensi membaca
berdasarkan dengan kurikulum 2013.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Wawancara
No Butir Pertanyaan Jumlah
1 Apa yang Anda ketahui tentang instrumen penilaian
membaca dalam kurikulum 2013?
1
2 Bagaimana pengalaman Anda dalam menggunakan
rubrik penilaian keterampilan membaca?
1
3 Apakah penilaian dengan menggunakan rubrik akan
memudahkan guru dalam memberikan penilaian?
1
4 Jenis tes apa saja yang Anda gunakan untuk menilai
keterampilan membaca dalam kurikulum 2013?
1
5 Instrumen seperti apa yang Anda gunakan untuk
menilai hasil belajar siswa?
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
59
6 Seberapa sering Anda menggunakan instrumen
penilaian keterampilan membaca?
1
7 Apakah Anda sudah pernah membuat instrumen
penilaian membaca?
1
8 Aspek apa saja yang Anda nilai dalam menilai
keterampilan membaca siswa?
1
9 Kendala-kendala apa saja yang Anda temui dalam
pelaksanaan penilaian membaca pada pembelajaran
Bahasa Indonesia?
1
10 Langkah-langkah apa saja yang Anda lakukan ketika
menghadapi kendala tersebut?
1
11 Apakah peran evaluasi pembelajaran dapat membantu
proses belajar di kelas dan meningkatkan prestasi
belajar siswa?
1
12 Bagaimana pendapat Anda mengenai instrumen
penila