PENGARUSUTAMAAN KESEHATA LINGKUNGAN N DALAM …

12
KAJIAN PENGARUSUTAMAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DALAM PENINGKATAN KUALITAS HIDUP MANUSIA Hadi Siswanto* Abstract The physical, biological and social environment give a big influence on health status (wellbeing). The good and healthy environment and health are the basic rights. However, in implementing those as rights and the importance of environmental health, there is a problem. The problem is the inappropriateness between the decided policy and implementation on the field. The environmental health seems to be separated from the business process of health services. The infrastructure of environmental health is not yet adequates. The objectives of study are to know (1) environmental health's pesrspektive in health efforts, (2) shifting of environmental health perspective and (3) perspectives and efforts implemented in improving life quality . This study is a qualitative research and using the method and analysis through literature study, documents and phenomenon and be completed by the information from six informants related to the policy formulation, endorsement and implementation. The research reveals that first from the historical perspective, human life cannot be separated from the environmental condition. From the past, it is realized that there is a relation between nature and environment and the incidence of disease. Second, from the health perspective basic change happens which is the alteration of health view. Initially health oriented to disease, disability and weakness then changes to the view of productive physically, mentally and socially healthy. This change is equivalent with the paradigm change which is from sick paradigm to healthy paradigm and the perspective change of the role of environment and environmental health. The environment is initially considered limited to its relation with the incidence of disease. The conducted effort is aimed to prevent and break the chain of disease occurrence. Third, as a conceptual changed, but in the field implemented efforts have not been shifted conforming to paradigm change and still in a marginal. Based on this study, it is recommended to place the environmental health as a mainstream in the policy field and in its implementation as a value, socio-cultural and ecological system in the health, education and environment sector. Keyword: health, environmental health and mainstream Pendahuluan K Kesehatan lingkungan di Indonesia sudah lama dikenal dengan hygiene sanitasi. Hygiene sanitasi sudah diprogramkan dan dilaksanakan dalam berbagai program pembangunan. Program dan kegiatan yang dilakukan mengfokuskan kegiatan mencegah penyakit dan memutus mata rantai penularan penyakit. Kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari kegiatan kesehatan masyarakat dan lebih tegas lagi dinyatakan sebagai upaya pencegahan terjadinya penyakit 7 . Di dalam perkembangannya, pada awalnya dikenal sanitasi yaitus ebagai usaha memutus mata rantai terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan 2 . Sebelum mikro-organisme ditemukan, lingkungan dianggap sebagai penyebab langsung terjadinya penyakit, sebagaimana yang disebut dalam "miasma theory" seperti malaria sebagai penyakit yang disebabkan oleh udara yang dihembuskan dari daerah yang buruk. Di dalam kaitan dengan upaya memutus mata rantai terjadinya penyakit ditemukan berbagai masalah yang semakin besar di antaranya dalam penyediaan dan penyehatan air bersih, pengelolaan pembuangan limbah, penyehatan perumahan dan permukiman, penyehatan/sanitasi makanan dan minuman, dan pengendalian tempat- tempat perkembang biakan vektor penyakit, penyehatan tempat-tempat umum termasuk alat pengangkutan umum, dan sarana sanitasi sehingga penyakit berbasis lingkungan masih merupakan masalah pokok kesehatan masyarakat. Selanjutnya kesehatan lingkungan sampai kepada sebagai ilmu dan teknologi melalui proses pengkajian secara teoritis dan empiris. Dalam teori simpul sebagai awal kesehatan lingkungan sebagai ilmu dan seni, dinamika perubahan komponen lingkungan merupakan potensi risiko terhadap gangguan kesehatan. Dinamika per-ubahan komponen lingkungan yang digambarkan dalam teori simpul pada simpul I sumber emisi, simpul II pada ruang * Dosen Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat dan Dekan Jakarta Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Respati Indonesia 77 Media Litbang Kesehatan Volume XIXNomor 2 Tahun 2009

Transcript of PENGARUSUTAMAAN KESEHATA LINGKUNGAN N DALAM …

Page 1: PENGARUSUTAMAAN KESEHATA LINGKUNGAN N DALAM …

KAJIAN

PENGARUSUTAMAAN KESEHATAN LINGKUNGANDALAM PENINGKATAN KUALITAS HIDUP MANUSIA

Hadi Siswanto*Abstract

The physical, biological and social environment give a big influence on health status (wellbeing). The good andhealthy environment and health are the basic rights. However, in implementing those as rights and theimportance of environmental health, there is a problem. The problem is the inappropriateness between thedecided policy and implementation on the field. The environmental health seems to be separated from thebusiness process of health services. The infrastructure of environmental health is not yet adequates. Theobjectives of study are to know (1) environmental health's pesrspektive in health efforts, (2) shifting ofenvironmental health perspective and (3) perspectives and efforts implemented in improving life quality . Thisstudy is a qualitative research and using the method and analysis through literature study, documents andphenomenon and be completed by the information from six informants related to the policy formulation,endorsement and implementation. The research reveals that first from the historical perspective, human lifecannot be separated from the environmental condition. From the past, it is realized that there is a relationbetween nature and environment and the incidence of disease. Second, from the health perspective basic changehappens which is the alteration of health view. Initially health oriented to disease, disability and weakness thenchanges to the view of productive physically, mentally and socially healthy. This change is equivalent with theparadigm change which is from sick paradigm to healthy paradigm and the perspective change of the role ofenvironment and environmental health. The environment is initially considered limited to its relation with theincidence of disease. The conducted effort is aimed to prevent and break the chain of disease occurrence. Third,as a conceptual changed, but in the field implemented efforts have not been shifted conforming to paradigmchange and still in a marginal. Based on this study, it is recommended to place the environmental health as amainstream in the policy field and in its implementation as a value, socio-cultural and ecological system in thehealth, education and environment sector.

Keyword: health, environmental health and mainstream

Pendahuluan

K Kesehatan lingkungan di Indonesiasudah lama dikenal dengan hygienesanitasi. Hygiene sanitasi sudahdiprogramkan dan dilaksanakan dalam

berbagai program pembangunan. Program dankegiatan yang dilakukan mengfokuskan kegiatanmencegah penyakit dan memutus mata rantaipenularan penyakit.

Kesehatan lingkungan merupakan salah satudari kegiatan kesehatan masyarakat dan lebihtegas lagi dinyatakan sebagai upaya pencegahanterjadinya penyakit7. Di dalam perkembangannya,pada awalnya dikenal sanitasi yaitus ebagai usahamemutus mata rantai terjadinya penyakit dangangguan kesehatan2.

Sebelum mikro-organisme ditemukan,lingkungan dianggap sebagai penyebab langsungterjadinya penyakit, sebagaimana yang disebutdalam "miasma theory" seperti malaria sebagaipenyakit yang disebabkan oleh udara yangdihembuskan dari daerah yang buruk.

Di dalam kaitan dengan upaya memutus matarantai terjadinya penyakit ditemukan berbagaimasalah yang semakin besar di antaranya dalampenyediaan dan penyehatan air bersih,pengelolaan pembuangan limbah, penyehatanperumahan dan permukiman, penyehatan/sanitasimakanan dan minuman, dan pengendalian tempat-tempat perkembang biakan vektor penyakit,penyehatan tempat-tempat umum termasuk alatpengangkutan umum, dan sarana sanitasi sehinggapenyakit berbasis lingkungan masih merupakanmasalah pokok kesehatan masyarakat. Selanjutnyakesehatan lingkungan sampai kepada sebagai ilmudan teknologi melalui proses pengkajian secarateoritis dan empiris. Dalam teori simpul sebagaiawal kesehatan lingkungan sebagai ilmu dan seni,dinamika perubahan komponen lingkunganmerupakan potensi risiko terhadap gangguankesehatan. Dinamika per-ubahan komponenlingkungan yang digambarkan dalam teori simpulpada simpul I sumber emisi, simpul II pada ruang

* Dosen Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat dan DekanJakarta

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Respati Indonesia

77 Media Litbang Kesehatan Volume XIXNomor 2 Tahun 2009

Page 2: PENGARUSUTAMAAN KESEHATA LINGKUNGAN N DALAM …

bebas (ambien), simpul HI pada kontak denganmanusia (biomarker) dan simpul IV yangberdampak gangguan atau kesakitan padamanusia3.

Berkaitan dengan factor lingkungan danderajat kesehatan, ada 4 faktor determinan4.Lingkungan merupakan faktor yang terbesar,kemudian disusul faktor-faktor berikutnya(dengan urutan dari yang mempunyai pengaruhbesar ke yang kecil pengaruhnya) yaitu perilaku,pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan. Faktorlingkungan merupakan pengaruh terbesarkemudian perilaku merupakan faktor terbesarkedua, selanjutnya faktor pelayanan kesehatandan faktor keturunan.

Di dalam perkembangan pemahaman tentangbatasan kesehatan yang semula hanya berkaitandengan sakit, cacat dan kelemahan yang tercemindalam batasan "Health is a state of completephysical, mental and social wellbeing and notmerely the absence of diseases and infirmity "3

kemudian berkembang menjadi "Health is asource of everyday life, not merely the obyektiveof living. "l

Pada tataran pembangunan dan reformasi dibidang kesehatan, kesehatan lingkungan mendapatposisi yang cukup tinggi. Hal ini ditunjukkanketika pada tahun 1999 dicanangkan ParadigmaSehat sebagai model pembangunan kesehatandengan strategi pembangunan berwawasankesehatan7. Paradigma Sehat tampaknyamengalami titik balik. Namun penyeleng-garanupaya kesehatan yang bersifat promotif danpreventif masih kurang8. Di dalam beberapadekade terakhir ini paham dan dasar dalammembangun kesehatan, dua faktor utamapeningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan(preventif) tampak tertinggal oleh upayapelayanan pengobatan (kuratif) dan pemulihan(rehabilitatif), sementara kesehatan danlingkungan diangkat sebagai bagian dari hak asasimanusi.

Sampai saat ini, isu kritis lingkungan masihberfokus pada buruknya kondisi sanitasi dasar danrendahnya kepedulian. Infrastrukur yang kurangadekuat, kepedulian terhadap lingkungan rendah.Human tangga yang menempati rumah sehat barusekitar 50 %, fasilitas pembuangan tinja yangsehat kurang dari 50% dan 72,95 tidakmempunyai tempat pembuangan sampah9. Padatahun 2007 masih terdapat 10,32 % rumah tanggayang menggunakan sumur tidak terlindungsebagai sumber air minum, 4,77 % dari mata air

tidak terlindung, 3,02 % dari sungai dan 50,87 %rumah tangga yang membuang tinja tidakmenggunakan tangki septik.10 Sistem pembuangankotoran manusia dalam prakteknya dibangun asal-asalan, sumur peresapan tidak memenuhi syarat,secara fisik terjadi kebocoran, kurang dipelihara,mencemari sumber-sumber air yang digunakanoleh penduduk. Belum dikenal istilah tempatpengolahan akhir sampah. Yang dikenalpembuangan sampah akhir dan dilakukan secaraterbuka (open dumping) yang tidakmemperdulikan etika dan estetika. Keadaantersebut masih jauh dari sasaran pembangunanlingkungan sehat1' .walaupun kesehatanlingkungan dinyatakan sebagai bagian darikesehatan masyarakat12 bahkan sebagai bagianintegral kesehatan masyarakat yang menyangkutsemua aspek manusia dalam hubungannya denganlingkungan.13 Demikian juga faktor lingkungandan perilaku sudah dikenali sebagai faktordeterminan dalam mencapai manusia yang sehat,bahkan pernah menjadi dasar pemikiran dalamSistem Kesehatan Nasional (SKN).14 Secara tegasdan jelas dinyatakan lingkungan sebagai subsistem dan komponen dari SKN15.

Berdasarkan latar belakang danpermasalahan tersebut, maka penelitian inidilakukan dengan maksud dan tujuan untukmengetahui (1) pandangan kesehatan lingkungandalam upaya kesehatan, (2) pergeseranpandangan terhadap kesehatan lingkungan dan(3) pandangan dan upaya yang dilakukan dalammeningkatkan kualitas hidup manusia. Hasilpenelitian ini diharapkan dapat digunakansebagai bahan untuk mengembangkan perspektifkesehatan lingkungan dan membawa kesehatanlingkungan kearus utama dalam peningkatankualitas hidup manusia.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan suatu penelitiankualitatif. Metode yang digunakan studi literatur,mengkaji informasi dari berbagai sumber,fenomena yang terjadi dan pandangan daribeberapa orang pengambil kebijakan danbeberapa orang implementator yang berkaitanlangsung dengan kesehatan lingkungan sebagaiinforman kunci dari sektor kesehatan, lingkungandan pendidikan. Pandangan informan digalimelalui wawancara mendalam (indept interview).Analisis deskriptif terhadap kesejarahan, konsep

Media Litbang Kesehatan Volume XIXNomor 2 Tahun 2009 78

Page 3: PENGARUSUTAMAAN KESEHATA LINGKUNGAN N DALAM …

sehat dan kesehatan lingkungan, kebijakan dankerangka dasar kesehatan lingkungan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pandangan Kesehatan Lingkungan dalamUpaya Kesehatan

a. Orientasi pada Pemberantasan PenyakitBerbasis LingkunganSetiap tahun terjadi kejadian luar biasa

(KLB) Diare. Tahun 2006 hampir separuhpropinsi di Indonesia terjadi KLB, DemamBerdarah Dengue (BDB) menjangkiti seluruhpropinsi. Angka insiden DBD lima tahun terakhirmeningkat secara signifikan. Incidence ratemeningkat berturut-turur 23, 67 (2003), 37,11(2004), 43,42 (2005), 52,48 (2006) dan 71,78(2007) per seratus ribu penduduk16. Diare,kejadian luar biasa (KLB) berturut-turut di 16provisinsi (2004), 12 provinsi (2005), 16 provinsi(2006) dengan jumlah kasus 3.314, 5.501, dan10.980 dengan CFR 1,60; 2,51 dan 2,5217.Chikungunya dalam kurun waktu 2001-2007,tiga belas propinsi provinsi terjangkit, dan kasusmeningkat dengan tajam mulai tahun 2005,berturut-tirut 340 (2005), 1.544 (2006) dan 2.378(2007)18 Jumlah kasus TB Paru menularsepanjang tahun 2007 diperkirakan sebesar232.35819. Malaria di daerah-daerah tertentumewabah, insidennya semakin meningkat dandaerah yang diserang semakin luas, sehinggamalaria merupakan re emerging diseases ataunew emerging diseases.20

Situasi dan kondisi ini mejadikan dasarpandang kesehatan lingkungan sebagai upayapencegahan dan pemberantasan penyakitmenunjukkan masih relevan dijadikan dasarpemikiran ahli perencanaan kesehatan yangmenyatakan bahwa lingkungan dan perilakumerupakan faktor determinan pertama dan keduadalam derajat kesehatan. Sebagaimana jugahubungan kesehatan, lingkungan dan penyakittelah disampaikan sejak dulu kala olehHippocrates.2'

b. Kerangka Dasar Kesehatan Lingkungansebagai Upaya dan Ilmu Belum Berkembang

Kesehatan lingkungan sebagai upaya danilmu pengetahuan dan teknologi, akanmenghasilkan suatu kondisi lingkungan yang

sehat sebagai aksiloginya dan dapat mencegahterjadinya penyakit.

Pandangan dapat dijelaskan sebagai berikut,pertama, kesehatan lingkungan sebagai upaya,dimaknai untuk mencegah penyakit-penyakityang berbasis lingkungan termasuk upayakebersihan diri (personal hygiene) sepertiMalaria, Tuberkulosis (TBC), DBD, InfeksiSaluran Pernafasan Bagian Atas, Chikungunyadan lainnya22. Bahkan kondisi lingkungan yangburuk dapat menimbulkan penyakit. Oleh karenaitu lingkungan sejak awal dipandang sebagaifaktor risiko dalam arti negatif. Kedua, kesehatanlingkungan sebagai ilmu dan seni, kesehatanlingkungan pada tataran konsep obyek kajiantidak hanya faktor risiko tetapi juga faktormanfaat. Hal ini menunjukkan praktek kesehatanlingkungan sebagai ilmu belum memadai.Kesehatan lingkungan sebagai ilmu seharusnyaberkembangan menjadi tidak hanya mencegahterjadinya dan penularan penyakit tetapimerupakan bagian dari upaya peningkatan derajatkesehatan dan sebaai hasil akhir adalahkesejahteraan.. Ketiga, sebagai upaya dan sebagaiilmu dan teknologi, maka sebagai hasil dari suatuproses atau sebagai aksiologi dari suatu ilmutersebut dapat berwujud lingkungan sehat yangmemiliki makna terhadap perubahan batasansehat atau kesehatan sebagai syarat untuk hidupproduktif dan berkualitas.

Dalam kenyataannya belum berkembangdengan baik. Bahkan masih disibukkan olehmengatasi penyakit-penyakit berbasislingkungan.

c. Kualitas Kesehatan PendudukKualitas kesehatan penduduk masih rendah

jauh tertinggal dengan negara-negara tetanggaapalagi negara-negara maju. Kualitas penduduk,digambarkan dengan rendahnya IndeksPembangunan Manusia (IPM). Peringkat IPMIndonesia di antara 187 negara pada urutan 110(2002), satu tingkat diatas Negara Vietnam. IPMyang rendah diindikaskan sebagai keadaan suatupenduduk adalah sakit-sakitan, bodoh danmiskin25. Angka kematian bayi 34 per seribukelahiran hidup, umur harapan hidup 69,09tahun, dan kemungkinan kematian balita 44 perseribu balita2''. Sebagai dampak krisismultidimensi penduduk miskin cukup tinggi yaitu24,2 % (1998).

79 Media Litbang Kesehatan Volume XLXNomor 2 Tahun 2009

Page 4: PENGARUSUTAMAAN KESEHATA LINGKUNGAN N DALAM …

Kualitas manusia tersebut sebenarnya dapatdigambarkan sebagaimana makna suatu nilaikesehatan yang dimaksud dalam Undang-undangDasar 1945 pasal 28H dan perubahan batasankesehatan yang semula hanya berkaitan dengansakit, cacat dan kelemahan yang tercemin dalambatasan dari Winslow yang diadop oleh WHOtahun 1948 kemudian berubah msesuai denganrekomendasi Ottawa Charter25. Kesehatan bukansebagai tujuan tetapi sebagai syarat menjadi hidupproduktif.

2. Pergeseran Pandangan Terhadap KesehatanLingkungan

a. Langkah MendasarIndonesia telah mengambil langkah politis

dan strategis dengan mengadopsi batasan menurutOttawa Charter ke dalam Undang-undang Nomor23 tahun 1992 Tentang Kesehatan pasal 1 ayat 1yaitu yang berbunyi: "Kesehatan adalah keadaansejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yangmemungkinkan setiap orang hidup produktifsecara sosial dan ekonomis " . Kondisi tersebutdapat dirinci sebagai berikut: Keadaan badan yangsejahtera atau sehat adalah fisik yang tidaksakil/bebas dari penyakit, tidak cacat dan tidaklemah. Semua organ tubuh dalam keadaan danberfmgsi nomal/tidak ada gangguan fungsi organtubuh. Keadaan jiwa sejahtera atau sehat palingtidak mencakup 3 aspek: (1) Pikiran sehat yaituyang dicerminkan oleh cara berpikir yang positif,masuk akal (logis), dan runtut (alur yang teratur).(2) Emosi sehat yaitu yang dicerminkan olehkemampuan untuk mengekpresikan perasaangembira dan bersyukur apabila mendapat rizkidan terhindar dari musibah; bersedih dan kecewaapabila mendapat musibah atau tak mendapatkansesuatu yang diharapkan, serta mampu bangkituntuk berusaha memperbaiki; mengekpresikanrasa takut, kawatir dan lain sebagainya. (3)Spritual sehat yaitu adanya kekuasaan dankekuatan Tuhan.27.

Sebagai konsep dan legal formal terjadikemajuan yang mendasar. Kesehatan danlingkungan yang baik dan sehat diakui sebagaibagian hak azasi manusia, termasuk di dalamnyahak azasi manusia mendapat lingkungan yangbaik dan sehat. Hal ini dinyatakan dalamUndang-undang Dasar 1945 hasil amandemenPasal 28 H, ayat (1) "Setiap orang her hak hidupsejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan

mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehatserta berhak memperoleh pelayanan kesehatan28

Hak asasi ini dapat diwujudkan karenamanusia dilahirkan sebagai individu yangberpotensi dan memiliki kemampuan berpikir.Potensi dan kemampuan berpikir karena dibekaliotak yang berbeda dengan makhluk lain. Manusiadilahirkan dikaruniai 100-200 milyar sel otak dansetiap sel otak tersebut siap untuk dikembangkandan diaktualisasikan sesuai dengan potensimanusia29. Informasi dan bagaimana lingkunganyang dialami diserap secara terus menerus danditata dalam struktur pengetahuan dan akanberpengaruh terhadap bagaimana seorang individumemandang alam lingkungan sekitar bagikehidupannyajo. Dinyatakan oleh seorang pakarpsikologi bahwa pada awal perkembanganmanusia sebagai bayi yang memandang sebagai /dan not I terhadap lingkungannya. Bayi akanmenangis bila ia lapar, dan segera tidur atau asikdengan dirinya apabila sudah terpenuhikebutuhannya/' Sikap dan pandangan / dan not Iapabila dimiliki seseorang akan merusaklingkungan. Manusia dan semua makhluk hidupakhirnya menjadi makhluk yang memilikipandangan untuk menjajah alam sebagaibiological imperialism. Pandangan yangsebenarnya, sejak awal manusia menganggapmerupakan bagian dari alam dan alam memilikijiwa seperti yang dianut dalam paham animismeyaitu suatu sikap, pandangan dan bagaimanamemperlakukan alam. Kemudian pandangan yangberorientasi kepada kehidupan (biocentreisme)berkembang suatu etika dikenal dengan etikalingkungan. Etika lingkungan yang memandangmanusia merupakan bagian alam, kekayaan alamtidak tak terbatas dan sumber daya alam perludiperlakukan secara arif, dihemat dan dihargai untukkeseimbangan hidup yang berkualitas.

b. Core Business Kesehatan LingkunganSehubungan dengan kerangka dasar kesehatan

lingkungan dan kondisi yang dihadapi tersebut,didapatkan beberapa pandangan dari informan,pertama bahwa menciptakan kondisi bersih danlingkungan sehat merupakan tugas utama darifungsi dan sebagai aksiologi kesehatanlingkungan. Di samping itu merupakan tugassemua orang sesuai dengan hak asasi dankewajibannya, tugas semua sektor sesuai denganperannya. Bersih dalam pengertian secara fisik,bersih secara kimia dan bersih secara biologis

Media Litbang Kesehatan Volume XIXNomor 2 Tahun 2009 80

Page 5: PENGARUSUTAMAAN KESEHATA LINGKUNGAN N DALAM …

yang tidak membahayakan terhadap kesehatandalam arti posisi aman. Namun, ada penegasan didalam implementasi antara pengatur danpengelolan bagi sektor pemerintah danmasyarakat/swasta. Pemerintah dalam situasitertentu hanya sebagai pengatur, tetapi dalamkondisi tertentu sebagai penggerak dan pelaksanamisalnya penyehatan daerah-daerah kumuh danapa bila terjana bencana alam. Kedua, bahwapemahaman dan pembentukan sikap dan karakterharus dimulai dari sistem pendidikan. Sistempendidikan formal, normal dan informal sejak dinidengan memasukkan pendidikan lingkungandalam kurikulum tingkat satuan pendidikan secaraterpadu dan tematik. Manfaat dan risiko tidakterbagi rata dalam waktu, ruang danorang/kelompok. Makin besar potensi manfaatmaka perlu makin besar upaya yang dilakukan.Untuk memperbesar manfaat dan memperkecilrisiko. Ketiga, masalah lingkungan terus me-nampakkan semakin serius. Panas bumi semakinmeningkat akibat efek rumah kaca. Gagal panenkarena kemarau dan kering panjang pada musinpanas. Bencana banjir pada musim penghujan,hutan semakin habis dan gundul. Pencemaranlingkungan akibat limbah industri, limbahdomestik akibat produksi yang tidak ramahlingkungan. Pencemaran udara oleh akibatburuknya alat tranportasi / penggunaan bahanbakar yang tidak ramah lingkungan. Gaya hidupseperti rokok dan penggunaan peralatan yangtidak bebas Chloro Fluoro Carbon (CFC).Penyediaan air bersih dan air minum yang sangatburuk pengelolaannya, penggunaan pestisida yangtak terkendali dan lain sebagainya akanmerupakan mala petaka berkepanjangan. Proseskejadian dan dampak yang diakibatkan tidakmengenal batas baik batas administrasipemerintahan dan ruang, maka pencegahan danpemecahannyapun multidisiplin dankomprehensif, berkelanjutan.

Kesehatan lingkungan yang sifatnya takmengenal batas, dampaknyapun luas, membawakesehatan lingkungan kepada kepentingan semuaorang dan semua pihak. Lingkungan merupakankepentingan umum yang dapat berdampakkepada kepentingan pribadi dan sebaliknyakepentingan pribadi berdampak kepadakepentingan umum. Oleh karena itu bumi iniadalah milik bersama dan masa depan kitabersama sebagaimana dinyatakan dalam laporandan analisis yang dilakukan oleh Komisi Duniauntuk Lingkungan dan Pembangunan. Bumi

aman untuk kita semua tapi tidak aman jika adadi antara kita yang merusak. Hal ini pernahdiingatkan oleh Mahatma Gandi denganmengatakan "Nature had enough for everybody'sneed but not for everybody's greed.32 Pikiran dancara pandang lama bahwa kehidupan manusiadan alam perlu dipertahankan, dipelihara untukkehidupan (biocentric, life-centered worldview).Cara pandang ini harus menjadi instrumenpengubah sistem dan cara ' erja mengelolalingkungan bahkan mengelola Kehidupan, yaitudari orientasi antrophocentris ke orientasibiocentris.

b. Adanya Misi Kesehatan Lingkungan danKesepakatan GlobalMisi dari kesehatan lingkungan untuk

mencapai kondisi lingkungan yang sehat, pernahdirumuskan sebagai berikut (1) meningkatkankemampuan manusia untuk hidup serasi,seimbang dan harmoni dengan lingkungannyadan mewujudkan hak azasinya untuk mencapaikualitas hidup. (2) Mempengaruhi cara interaksimanusia dengan lingkungannya sehingga dapatmelindungi dan meningkatkan kesehatan mereka.(3) Mengendalikan dan mengubah unsur-unsurlingkungan sedemikian rupa sehingga baik untukperlindungan dan peningkatan kesejahteraanmanusia dan keseimbangan ekologis (kehidupan)baik untuk saat ini maupun untuk generasi yangakan datang (biocentris), dengan konsepberkelanjutan.

Rumusan ini adalah perwujudan darikerangka dasar kesehatan lingkungan dimanakesehatan lingkungan dipandang sebagai suatuupaya, ilmu pengetahuan dan yang menghasilkansuatu lingkungan sehat. Misi dan rumusantersebut sebenarnya dapat menghasilkan suatuprinsip tentang kondisi sehat yaitu (1) Bersih.Bersih dapat dilihat dari dua aspek pertama daripikiran dan keyakinan, bersih tercermin daripandangan bahwa bersih itu sebagai bagian dariiman. Kedua bersih dalam pandangan ilmiahadalah pertama bersih secara fisik yaitu bebasdari cemaran zat padat. Ketiga bersih kimiawiyaitu bebas dari zat-zat kimia yang berbahayaterhadap kesehatan. Keeempat bersih secarabiologis yaitu bebas dari organisme yang berupamikro organisme yang berbahaya atau sebagaibibit penyakit. (2) Memutus mata rantaiterjadinya gangguan kesehatan dan penyakit.Pemutusan dilakukan dengan pengendalian

81 Media Litbang Kesehatan Volume XIXNomor 2 Tahun 2009

Page 6: PENGARUSUTAMAAN KESEHATA LINGKUNGAN N DALAM …

dinamika perubahan komponen lingkungan (3)Melindungi dan mewujudkan lingkungan yangsehat sebagai hak asasi manusia. Lingkunganyang sehat merupakan hak asasi. Untukmewujudkan lingkungan sehat ini maka aspekmanfaat dan risiko lingkungan menjadi obyekkajian dan sasarannya. (4) Keberlanjutan(sustainable). Lingkungan sebagai ruang ke-hidupan perlu dan harus diperhitungkan keber-lanjutannya untuk kehidupan manusia dankeseluruhan ciptaan Tuhan. Upaya terus menerusdilakukan untuk membentuk dan mengembang-kan sistem nilai dan perlakuan terhadaplingkungan untuk menjamin keberlangsungankehidupan generasi ke generasi. (5) Holisme,Multidisipliner dan Integratif. Lingkunganmemiliki ruang yang sangat luas yaitu seluruhruang yang ditempati makhluk hidup termasuksemua isinya yang berupa benda-benda yangtidak hidup dan yang hidup. Lingkungan sangatberpengaruh terhadap semua makhluk hidup,khususnya bagi manusia di dalam mewujudkankesejahteraannya baik untuk masa kini maupununtuk masa yang akan datang. Makhluk hidupdituntut memiliki kemampuan untukmenyesuaikan diri, menyelaraskan denganlingkungannya. Lingkungan harus dilihat secaraholistik, secara utuh, karena di dalam lingkunganterdapat dan terjadi interaksi, salingmempengaruhi dan saling terkait (vice versa).

Untuk menghadapi apa yang telah diuraikantersebut diatas, kesehatan lingkungan selainberdimensi luas dan lintas sektor serta pentingnyaperan masyarakat, perlu perubahan pola pikir,perumusan strategi dan kebijakan baru, sertalangkah-langkah yang komprehensif dariberbagai bidang. Lingkungan harus dilihat secaraholisme, pendekatan multidisiplner dan integratif,mempunyai kaitan dan jaringan. Di tingkat globaldan regional telah dilakukan berbagaikesepakatan. Dimulai dari berbagai deklarasiseperti Deklarasi Stockholm 1972 dan Rio deJaneiro 1992 yang mengangkat isu pembangunanberkelanjutan. Konferensi Tingkat TinggiMillenium PBB pada bulan September tahun2000, yang dua tahun kemudian digunakansebagai isu dalam pembahasan pembangunanberkelanjutan dan Millenium Development Goals(MDGs) yang menghasilkan konsensus yangmerangkai perhatian utama pada hak asasimanusia, tata pemerintahan yang baik,demokrasi, pencegahan konflik, danpembangunan perdamaian. Mendorong jiwa dan

semangat serta komitmen khususnya mencapailingkungan sehat sebagai bagian dari hak asasimanusia, akses air bersih, penyakit berbasislingkungan seperti malaria dan pengelolaanlingkungan hidup secara berkelanjutan.

c. Model Pembangunan Kesehatan

Indonesia telah melakukan reformasi dibidang kesehatan dengan pencanangan modelpembangunan Paradigma Sehat oleh PresidenB.J. Habibie pada tanggal 1 Maret 1999. Modelpembangunan kesehatan ini mengutamakanpembangunan peningkatan kesehatan danpencegahan penyakit dengan tanpa mengabaikanupaya-upaya pengobatan dan pemulihankesehatan yang mendorong konsep pembangunanberwawasan kesehatan.

Paradigma Sehat yang dicanangkan, dapatdimaknai secara makro, semua sektorpembangunan memperhatikan dampaknyaterhadap kesehatan, memberikan kontribusi positifterhadap pengembangan perilaku dan lingkungansehat. Secara mikro pembangunan kesehatan lebihditekankan kepada upaya preventif dan promotifdengan tidak menyampingkan upaya kuratif danrehabilitatif. Masyarakat Indonesia di masamendatang dalam Paradigma Sehat tersebutadalah masyarakat, bangsa dan negara yangindividunya hidup dalam lingkungan dan denganperilaku sehat, memiliki kemampuan menjangkaupelayanan kesehatan yang setinggi-tingginyadinyatakan sebagai visi pembangunan kesehatandengan motto "Indonesia Sehat 2010".

Paradigma Sehat yang dicanangkan olehberbagai kalangan dipandang hanya sebataspayung dan tidak banyak atau kurang mendukungupaya untuk mengatasi masyarakat yang sakit-sakitan, bodoh dan miskin. Alasannya adalahrakyat perlu sembuh dari sakit dengan cepat danmampu menanggung biaya. Paradigma Sehatberada pada titik balik (at the turn point) danbisnis sakit melaju dengan pesat sejalan dengankehidupan yang menuntut serba instan, obattersedia, dokter ahli tersedia dan biayaterjangkau. Kebenaran ini didukung olehprogram pemerintah dengan penyediaanpengobatan gratis pada keluarga miskin (orientasipengobatan) dan kurang dikenalkan bahwakesehatan adalah hak asasi yang harusdiperjuangkan dan merupakan investasi.Sementara yang the have ingin menikmatilingkungan yang nyaman. Oleh karena itu perlu

Media Litbang Kesehatan Volume XIXNomor 2 Tahun 2009 82

Page 7: PENGARUSUTAMAAN KESEHATA LINGKUNGAN N DALAM …

dibangun paradigma sinergisme yaitu sintesisatau integritas pelayanan kesehatan antaraparadigma sehat dan paradigma sakit. Sinergismeantar berbagai program dan sektor pembangunanberwawasan kesehatan.

Bisnis sakit seperti obat, dokter dan fasilitaspelayanan kesehatan yang mendorong serbainstan, mengedepankan faktor kecepatan dankemudahan pelayanan. Upaya ini perlu diikutilangkah strategis peningkatan kesehatan danpencegahan risiko sehingga masalah ditanganidari hulu sampai hilir (mastery).

3. Pandangan dan Upaya MeningkatkanKualitas Hidup Manusia

Ditemukan beberapa pandangan kesehatanlingkungan dari berberapa aspek berkaitandengan upaya meningkatkan kualitas hidupmanusia.

a. Sistem Nilai, Kearifan dan Kepemim-pinan LokalPandangan terhadap lingkungan yang

berkaitan dengan kesehatan dan kualitasindividu, ada dua sisi pandang. Pertama,pandangan bahwa lingkungan/ sumberdaya alammerupakan karunia Tuhan yang diperuntukanmanusia. Pandangan ini disebut antrophocentries,kedua, sebaliknya ada pandangan bahwa semuamakhluk ciptaan Tuhan memiliki nilai instriksisendiri-sendiri, pandangan ini disebut deepecology (life Gentries). Pandangan ini merupakansuatu sistem nilai kehidupan dan lingkungan.Makhluk hidup (biologik) dan benda-benda mati(non biologik) memiliki nilai kesejajaran danmemiliki nilai dan funhsi dalam kehidupan didunia. Dua sisi pandang ini harus berjalanseimbang dan sejajar untuk mencapaikeharmonisan.

Di dalam era otonomi daerah, maka keduapandangan ini sangat dtentukan oleh sistem nilaiyang menyangkut keyakinan, kepercayaanbagaimana memandang lingkungan sebagaikarunia Tuhan, kearifan dan kepemimpinan lokalsangat memegang peran penting. Kepemimpinanlokal dapat difokuskan dari seorangbupati/walikota, camat dan kepala desa/lurahserta tokoh-tokoh masyarakat. Bupati/Walikotabertanggung jawab penuh sebagai pemimpinpilihan rakyat melaksanakan tugas-tugaspemerintahan daerah demikian juga lurah/kepala

desa. Khususnya Bupati/Walikota memilikikewenangan yang besar (primus interpares).Melaksanakan tugas pokok dan fungsipemerintahan melalui struktur dengan proseduradministratifnya yaitu melakukan pengaturan,pembinaan dan pengawasan, terhadap aparatnya.Melakukan pelayanan publik dan pemberdayaanmasyarakat bersama-sama dengan para tokohnyayang dilandasi oleh konsep nilai, sosial danbudaya, kearifan dan ekologis ?~nerti yang dianutdalam TriHita Karana di mas>, rakat Bali.

Kondisi daerah, kebutuhan daerah, sumber-daya daerah, aspirasi bahkan penentuan prioritasdaerah memerlukan kearifan dan kepemimpinanlokal. Kearifan dan kepemimpinan lokal akanmembentuk suatu nilai dan etika sosial dan etikalingkungan. Era otonomi daerah dalam awaliplementasinya pemimpin cenderung cari makan,berkembang kepentingan individualisme.Terjebak dan kejangkitan anomi dan greedely(mentalitas mengikuti hawa nafsu)33 Penumbuhankearifan lokal memperkaya variasi kebinekaandan memperkokoh sosial budaya, nilai dan etikamasyarakat Indonesia. Khusus dalam kesehatanlingkungan etika lingkungan memberikansumbangan besar dalam pelestarian danpenciptaan harmonisasi kehidupan antara alamdan makhluk hidup. Semua ciptaan Tuhanmemiliki arti dan makna mengapa diciptakan.Sebagai inti dari penciptaan ini adalahkeseimbangan. Etika lingkungan membelajarkanmanusia sebagai bagian dari alam danmemperlakukan alam harus bijaksana, alam bukanhanya untuk generasi sekarang tetapi juga untukgenerasi yang akan datang, sebagaimanadiingatkan oleh Mahatma Gandi seratus tahunyang lalu.

Dalam era otonomi, pengelolaan kesehatanlingkungan akan lebih efisien dan terjadi inovasi,menempatkan masyarakat pada kedudukan yangpenting (putting people first). Berbagai kebijakandan strategi disusun dan dilaksanakan. Pemerintahdaerah yang kuat mampu meningkatkan danmengembangkan pemberdayaan masyarakat(community based development) baik dalampenentuan, perumusan kebijakan dan strategi yangakan diambil, penetapan tujuan, sasaran danindikatornya yang terukur sampai kepadamekanisme pengawasan dan evaluasinya (selfauditing) yang akhirnya melalui programkesehatan lingkungan ini dapat memberikankontribusi membangun masyarakat yang berdayadan berdaulat (civil society) dan terjadi sinergi

Media Litbang Kesehatan Volume XIXNomor 2 Tahun 2009

Page 8: PENGARUSUTAMAAN KESEHATA LINGKUNGAN N DALAM …

sikap dan perilaku yang diharapkan dari setiaporang mulai dari personal higyene dan tanggapterhadap lingkungan sampai terbangunnya "sistemnilai bersih dan sehat berkelanjutan" atau "etikadan moral lingkungan" (environmental ethics andmorale). Di dalam era otonomi permasalahanlebih dekat dari pemecah masalah (problemsolver), manfaat dan risiko lebih cepat dirasakan.

b. Perspektif Iptek dan Sosial BudayaPengelolaan kesehatan lingkungan secara

prinsip dapat diterapkan dalam pengelolaanmanfaat dan risiko dan dapat diterapkan dari duaperspektif sekaligus. Pertama perspektif iptekdengan dasar kajian substantif (obyek kajian,metode dan nilai guna). Pandangan ini didasarkanpada data dan informasi sebagai dasarpengambilan keputusan menghadapi faktor risikodan manfaat. Kedua perspektif sosial budaya.Dalam perspektif sosial budaya sebagai dasarpemahaman manfaat dan risiko digunakan dalampendekatan kemasyarakatan. Masyarakat belumsemua atau belum dapat memahami risiko yangdiperkirakan. Terlebih lagi risiko atau dampakdari lingkungan kadangkala memerlukanpembuktian dalam dimensi waktu yang cukuppanjang. Pengelolaan kesehatan lingkungandibangun dalam proses kemasyarakatan, sistemnilai, etika, dan pembudayaan. Pembelajaran danpemberda-yaan masyarakat sebagai inti daripengelolaan dengan dukungan sistem manajemen.Kearifan lokal memperkuat kearifan nasional danakan mewujudkan unity within diversity dandiversity in unity.

Di dalam proses pembelajaran dankemasyarakatan akan terbentuk sikap danpersepsi dan berakhir kepada pembentukansistem nilai, pembudayaan hidup bersih dan sehatmemberikan kontribusi dalam mewujudkan suatuperadaban manusia. Sering terdengar kejadianpenolakan masyarakat terhadap tempatpembuangan akhir (tpa) sampah. Penolakan inimerupakan salah satu akibat dari tidak ataukurang dilibatkan masyarakat dengan kata laintidak melalui proses kemasyarakatan, sehinggaperhitungan manfaat dan risiko tak dipahamimasyarakat, atau rnasyarakat setempat kurangmenda-patkan manfaat dan hanya mendapatbagian menang-gung risiko. Hal ini yang seringdisebut sebagai sindrom "not in my backyard".

Kesehatan lingkungan sebagai ilmupengetahuan mempunyai 4 fungsi yaitu (1)

berfungsi untuk kesejahteraan umat manusia, (2)sebagai pengembangan dari suatu pohon ilmudan merupakan cabang dari suatu ilmu tertentu,(3) dapat dikembangkan melalui penelitian-penelitian (by research) dan (4) fraksisnyamemiliki suatu metode, teknik dan cara yangtelah teruji secara empiris. Teknologi tepat gunaperlu diperhatikan dan dikembangkan.Selanjutnya perlu dikaji state of the art - nya,bagaimana, sudah dimana dan seberapa jauhperkembangannya.

Kesehatan lingkungan dilihat dari hakekatsehat yaitu keadaan sejahtera dari badan, jiwa dansosial yang memungkinkan setiap orang hidupproduktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatanlingkungan sebagai upaya dan memberikan nilaiguna (aksiologi) dari pengetrapan kesehatanlingkungan sebagai ilmu dan seni yangmenghasilkan kondisi yang berada disekitarmanusia yang terdiri atas substansi-substansiabiotis dan non abiotis termasuk lingkungansosialnya untuk kesejahteraan manusia.

Kesehatan lingkungan dilihat dari pengertianbahwa lingkungan adalah segala sesuatu yangberada di sekitar manusia termasuk benda mati,benda hidup, nyata atau abstrak seperti suasanayang terbentuk akibat interaksi semua elementersebut, maka kesehatan lingkungan sebagaikebutuhan untuk memecahkan masalah. Masalahyang terdiri dari substansi-substansi yangmempunyai pengaruh dan nilai guna, sebagaiobyek kajian dan secara hakiki sebagai ilmupengetahuan dan teknologi pendukungnya.Kesehatan lingkungan merupakan studi tentangfaktor-faktor lingkungan termasuk ekologisnyayang mengganggu kesehatan manusia, danbagaimana mengidentifikasi, mencegah danmengawasinya serta meningkatkan kualitasnyaagar berdampak positif. Sebaliknya apabiladipandang dari sudut manusia, manusia hidupbermasyarakat, berada dalam lingkungan dalamsepanjang waktu dan dalam proses bertahan danberubah yang merupakan faktor pengubah.Masalah lingkungan diakibatkan aspek perilaku,kepedulian, bahkan sebagai dampak budaya hiduptidak bersih. Jadi lingkungan perlu dilihat dandipahami dari aspek sosial-kultural

c. Perspektif EkologisEkologi yang sebagai disiplin terapan yang

mempelajari segala interaksi suatu yang adadalam suatu lingkungan yang biotis maupun

Media Litbang Kesehatan Volume XIX Nomor 2 Tahun 2009 84

Page 9: PENGARUSUTAMAAN KESEHATA LINGKUNGAN N DALAM …

abiotis sudah mulai berkembang pesat.Kesehatan lingkungan sebagai bagian integralkesehatan masyarakat merupakan bagian darisatu sistem ekologi. Kesehatan lingkungan secarasubstansial, faktor-faktor yang ada di dalamlingkungan dan interaksi di antaranya berakibatterhadap kondisi lingkungan dan pemenuhankebutuhan. Pemenuhan kebutuhan dasar manusiadiperlukan kepedulian terhadap lingkungan.Prinsip keseimbangan yang menyangkut relasimanusia dengan lingkungan, prinsip kesetaraandalam biosfir, penggabungan antara prinsipsimbiosis dan diversitas hayati dan non hayati,otonomi dan kerjasama dengan menggunakankekuatan normative, keseimbangan ekologis.Keseimbangan lingkungan perlu dijaga untukmenjamin kebutuhan dari generasi ke generasi.

d. Perspektif Struktural Kelembagaan

Kesehatan lingkungan sebagai suatu sistematau sub sistem telah diupayakan dalam batas-batas kegiatan tertentu. Dalam hal ini eksistensikesehatan lingkungan dalam implementasinyadapat ditunjukkan dalam aspek-aspek programpemerintah, pengelolaan, (program kali bersih,parasamya, kota sehat), penegakan hukum, danbentuk-bentuk pende-katan. Hal tersebut dapatdimanifestasikan dalam bentuk organisasimaupun tugas dan fungsi organisasipemerintahan dan non pemerintahan. Kesehatanlingkungan sebagai iptek berada di semua sektor.

Berbagai pandangan, pemikiran, dan feno-mena yang telah diuraikan tersebut, makadapat digambarkan secara universalperkembangan kesehatan lingkungan dalamkonteks upaya peningkatan kualitas hidupmanusia.

Pandangan, pemikiran dan fenomena tersebutdapat digambarkan dengan tiga aspek pendekatanyang saling terkait yaitu aspek pendekatan sistemnilai (value), sistem sosial budaya termasuk didalam aspek kelembagaan, fungsi dan hukum(structure, Junction and law), dan sistem areayaitu area ilmu, ruang (fields) dan ekologi.

Sekecil apapun struktur, tugas dan fungsidiperlukan dalam kehidupan dalam upayamewujudkan suatu tujuan (programpembangunan). Lingkungan merupakan badanatau hardwaresnya sedangkan sehat adalahsoftwaresnya. Sebagai upaya pencegahan danpemberantasan penyakit faktor lingkungan dapatberupa sebagai agent (penyebab penyakit) seperti

adanya mikrobiologi yang patogen, bunyi, zat-zatkimia; lingkungan sebagai reservoir bibitpenyakit, lingkungan sebagai media transmisipenyakit. Pendekatan dan penguatan pranatasosial merupakan suatu keharusan.

Intelectual Key sebagai LandasanPengarusutamaan

Kesehatan lingkungan sebagai upaya, ilmupengetahuan dan teknologi diir aratkan, sebagaihasil atau aksiologi yaitu .condisi, sebagaiberikut: (1) menghasilkan lingkungan,mendorong perubahan orientasi dari penyakit dangangguan kesehatan (paradigma sakit) keorientasi orang sehat dan kesejahteraan(paradigma sehat), lingkungan menjadi faktorpositif dalam kehidupan manusia. Analisiskesehatan lingkung-an tidak hanya dari aspekrisikonya/ negatif saja tetapi kearah aspekmanfaat/ positif, sehingga menjadi menariksebagai landasan hak asasi dan business semuaorang. Kesehatan lingkungan merupakan upayapada posisi terdepan/hulu dalam meningkatkanderajat kesehatan, mendorong proses internalisasiyang membentuk sikap dan karakter perlakuanterhadap lingkungan dan proses ekternalisasiyang membentuk sosial budaya masyarakat yangberujung kepada terbentuknya budaya danperadaban bersih dan sehat. (2) Diakui sebagaihak asasi atas lingkungan yang sehat,memposisikan lingkungan adalah kepentingansemua pihak (environment is everyone'sbusiness). Pandangan dan pikiran sertaditempatkannya sebagai hak asasi (right)mendorong semua orang "proaktif' menuntut danmewujudkan hak asasinya disampingmelaksanakan kewajiban-kewajiban (obligate),dan mendorong pola pandangan mendekatnyalingkungan sebagai public goods dan privategoods. (3) Pengelolaan lingkungan adalah prosessosial kemasyarakatan. Pandangan dan pikiranini menunjukkan bahwa kesehatan lingkunganadalah suatu hasil dari proses, dan produkdemokratisasi pikiran, ilmu dan seni atas dasardari kearifan dan kepemimpinan lokal. Pikirandan pandangan ini menunjukkan bahwakesehatan lingkungan menyadarkan danmendorong kepedulian dan salingmenguntungkan dalam mewujudkan hak asasidan kepentingan semua pihak berjalan denganbaik. Proses sosial kemasyarakat mempercepatpenerimaan dan pengoperasionalan iptek

85 Media Litbang Kesehatan Volume XIXNomor 2 Tahun 2009

Page 10: PENGARUSUTAMAAN KESEHATA LINGKUNGAN N DALAM …

Sistein Sosial Budaya

KESEHATANLINGKUNGAN

Sistem Area, Ruang dan Ekologi

Gambar : Skema Pengarusutamaan Kesehatan Lingkungan sebagai sisten nilai, sosial budaya danSistem Area, Ruang dan Ekologi dalam Peningkatan Kualitas Hidup Manusia

kesehatan lingkungan dari yang sederhanasampai kepada teknologi canggih, dan kesehatanlingkungan merupakan bagian daripembudayaan, membentuk sistem nilai, etika danmoral lingkungan dan akan menghasilkanekologi yang seimbang. Proses ini memberipeluang dan mendorong inovasi teknologi dansosial berupa komitmen dan kebersamaan,upaya-upaya yang terkait dilakukan menjadi satukesatuan bussiness dan demikian juga aktualisasidan inovasi pengembangan iptek dilakukan dariteknologi sederhana dan tepat guna yang masihrelevan, dengan dasar kearifan lokal dibawa kearus utama sebagai upaya pengembangan daninovasi iptek yang lebih maju. (4) Pengembangansumberdaya manusia di bidang kesehatanlingkungan melalui pengembangan institusipendidikan, dan pendidik-an kesehatanlingkungan (baik yang terkait dengankependudukan, kesehatan dan lingkungan) perludikembangkan dan dilakukan sejak dini sebagaiproses pendidikan seumur hidup//owg lifeeducation). Isyarat-isyarat tersebut sebagaiintelectual key yang diperlukan dalammembangun dan mengatasi kesehatan lingkungandengan mulai dari sistem nilai, sosial budaya danarea-tata ruang dan ekologi saling terkait,konsisten mulai dari tingkat teknologi sederhanabersih dengan budaya cuci tangan, kaki dankebersihan badan, sanitasi dasar dan masalah-besar berikutnya dalam kehidupan dan gayahidup.

e. Dimensi Kesehatan Lingkungan dalamKualitas Hidup Manusia

Sebagai hasil penelitian dan pemikiran sertapembahasan yang telah diuraikan dari berbagaiperspektif, maka kesehatan lingkungan dapatdigambarkan sebagai suatu hal yang lengkap dan

mencakup suatu dimensi kehidupan yang luasmendukung kualitas hidup manusia sebagai limas

atau piramida berdinding empat yang dapatberputar pada meja statis.

Di dalam kerangka dasar kesehatanlingkungan, di dalam pengembangan ilmu danteknologi, metode dan pengaplikasian serta hasilyang di peroleh di masa depan prospek kesehatanlingkungan dapat menampakkan wujud limas ataupiramida berdinding empat yang berputar padasumbu vertikalnya. Pada suatu saat menampakkanmuka sebagai ilmu pengetahuan dan teknologidengan ontologi, epistemologi dan aksiologinya,pada suatu saat menampakkan muka sebagaiupaya dengan berbagai metode dan tehnisnyayaitu sebagai fraksisnya, pada suatu saatmenampakkan suatu kondisi dengan kualitas dannilai-nilai kergunaannya bagi kehidupan, dan padasuatu saat menampakkan kesejahteraan denganperadabannya yang bersih, tertib, sehat yangproduktif.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesehatan lingkungan masih sebagai upayayang diarahkan pada penanggulangan penyakit,namun tampak dalam posisi termajinalisasi,belum merupakan bagian business prosespelayanan kesehatan. Upayanya masih sekmental/fragmental Walau demikian, upaya ini perludibenahi dengan penyusunan langkah dankegiatan yang tersistem didukung peralatan dansumberdaya manusia yang cukup memadai.

Secara konseptual terjadi suatu pergeseranatau perkembangan pemikiran. Perkembanganpemikiran sanitasi lingkungan yang berorientasikepada penyakit berubah kepada kesehatanlingkungan yang berorientasi kepadakesejahteraan. Kesehatan lingkungan secarakonsep ada di dalam arus utama dengandicanangkannya model pembangunan ParadigmaSehat dan Kebijakan Pembangunan BerwawasanKesehatan sejalan dengan perubahanbatasan/pengertian tentang sehat. Peluang iniperlu segera ditangkap dan dikembangkan kearah

Media Litbang Kesehatan Volume XlXNomor 2 Tahun 2009 86

Page 11: PENGARUSUTAMAAN KESEHATA LINGKUNGAN N DALAM …

kesehatan lingkungan sebagai faktor pentingmenuju ke kesejahteraan. Perlu segera dirancangdan diupayakan perangkat peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan lingkungan sebagailandasan hukum dan memberikan arah kepadalingkungan sebagai hak asasi sebagai derivasi dariUndang-undang Dasar 1945 (hasil amandemen).Kebijakan dan penggunaan lingkungan sehatsebagai faktor penting hanya sebagai payungpertimbangan, tidak sampai pada tataranimplentasi di lapangan.

Di dalam era otonomi daerah, ada peluangpengelolaan kesehatan lingkungan diangkat danbersumber kepemimpinan lokal yang didasaridengan kearifan-kearifan lokal.

Di dalam sektor kesehatan, kesehatanlingkungan perlu keintegrasian dalam upayapelayan kesehatan terdepan sebagai upayapeningkatan dan pencegahan, dan disektor lainsebagai landasan untuk mewujudkan public healthpolicy dan menuju kualitas hidup manusia.

Pandangan dan upaya dalam meningkatkankualitas hidup manusia, kesehatan lingkungandan lingkungan dikaitkan dengan semua sektordan dibangun serta dirumuskan dalam publicpolicy. Tidak hanya berorientasi pada kondisifisik dan nilai ekonomi. Pembangunan fisik danlingkungan berlandaskan pembangunanberwawasan kesehatan.

Di dalam sektor pendidikan perlupeningkatan pemahami kesehatan lingkungan danmenindak lanjutinya secara keseluruhan baiksebagai ilmu dan seni sekaligus fraksis sebagaiupayanya dan nilai serta manfaatnya sebagaiaksiologinya. Pendekatan yang tepat, dimulaidari tataran konsep, perumusan kebijakan,sampai kepada pemograman dan kegiatan prosesbelajar di lapangan. Perlu pembentukan sikap,perilaku dan karakter berlandaskan danmembentuk sistem nilai, sosial budaya dan nilaikeserasian ekologi yang dilakukan sejak usia dinimelalui jalur pendidikan formal, non formal danin formal. Kesehatan lingkungan sebagaisubstansi proses bermain sambil belajar, materiajar yang dikemas dan disampaikan denganpendekatan tematik sesuai dengan umur danjenjang pendidikannya, namun biladimungkinkan pada tingkat tertentu pendidikankesehatan lingkungan dilakukan secaramonolitik.

Perumusan kebijakan dan pemrogramanmerupakan upaya penggerakan kesehatanlingkungan ke arus utama dalam semua sektor

kehidupan untuk meningkatkan kualitas hidupmanusia. Kualitas hidup harus disentuh dalambentuk sistem nilai, sistem sosial budaya dansistem ekologi. Sistem nilai bermakna sebagaiharga diri, sosial budaya dalam makna perilakudan pelembagaan, sedangkan sistem ekologiperlakuan hubungan yang serasi antar komponenlingkungan.

Berlandaskan kerangka dasar, dan perspektifkesehatan lingkungan, dalam jangka panjangterwujud suatu peradaban dan kualitas hidupsebagai limas atau piramida berdinding empatdimulai dari pembelajaran/pendidikan bermainsambil belajar sejak dini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Leavel, Hugh Rodman and E. Gurney Clark.Pre-ventive Medicine for The Doctor in HisCom-munity: An Epidemiologic Approach.Lon-don: McGraw-Hill Book Company,1965, p. 19-21.

2. Ehlers, Victor M. and Ernest W.Steel.Municipal and Rural Sanitation.London:McGraw-Hill Book Company, 1965,p.2.

3. Achmadi, Umar Fahmi. Manajemen PenyakitBerbasis Wilayah. Jakarta : PT.KompasMedia Nusantara, 2005, p. 26-31.

4. Blum, Hendrik L. Planing for Health,Development and Aplication of SocialChanges Theory. New York : HumanSciences Press, 1974, p. 2-5.

5. Hanlon, John J, and George Pickett. PublicHealth Administration and Practice, 8th.Edition, Santa Clara, 1984, p. 21.

6. Sampoerno, Does. Membangun Bangsa yangSehat Produktif, Jurnal KesehatanMasyarakat, Volume 3 Nomorl,Agustus2008. Jakarta FKM-UI, 2008, p.25

7. Rencana Pembangunan Kesehatan MenujuIndonesia Sehat 2010. Jakarta: DepartemenKesehatan, 1999, op, cit., p. 29.

8. Departemen Kesehatan. Sistem KesehatanNasional. Jakarta: Departemen Kesehatan,2004, p. 6.

9. Riskesdas. Jakarta: Depkes.RI, 2007, p. 258-270.

IQ.Profil Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta:Departemen Kesehatan, 2008, p. 15, 44, 45,46, 32, 23-27.

87 Media Lit bang Kesehatan Volume XIX Nomor 2 Tahun 2009

Page 12: PENGARUSUTAMAAN KESEHATA LINGKUNGAN N DALAM …

ll.Departemen Kesehatan RI. RencanaStrategis Departemen Kesehatan Tahun2005-2009. Jakarta: Departemen Kesehatan,2006, p.29.

12.Aswar, Asrul. Pengantar Ilmu KesehatanLingkungan. Jakarta: PT Mutiara SumberWidya, 1979,p.33.

13.Ryadi,A.L.Slamet. Pengantar KesehatanLing-kungan. Surabaya : Harya Anda,1986, p.33.

14.15 Departemen Kesehatan RI. SistemKesehatan Nasional. Jakarta: DepartemenKesehatan, 1982, p.3. dan p.69.

16. 17, 18, 19, Profil Kesehatan Indonesia2007. Jakarta: Departemen Kesehatan, 2008,p. 15,44,45,46,32,23-27.

20. Fahmi Umar Malaria dan Kemiskinan diIndonesia. Jurnal Data dan InformasiKesehatan Nomor 3 November 2003.Jakarta : Departemen Kesehatan, 2003, p.2.

21.Shahi, Gurinder S at al. A HistoricalPerspektive. International Perspective onEnvironment, Development, and HealthToward a Sustainable World. New York:Springer Publishing Company, Inc., 1997, p.26. ajemen Berbasis Lingkungan. Jakarta: PTElex Media Komputindo, 2007, p. 52-77.

22.Anies. Manajemen Berbasis Lingkungan.Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2007, p.52-77.

23.Moeloek, Farid Anfasa. Paradigma Sehat :Sebagai Pendekatan Menuju Penduduk danLingkungan Sehat. Jakarta: UNJ, 2003, p. 1.

24.Departemen Kesehatan. Profil KesehatanIndonesia 2007. Jakarta: DepartemenKesehatan, 2008, p. 23-27.

25.Sampoerno, Does. Membangun BangsayangSehat Produktif, Jurnal KesehatanMasyarakat Nasional, Volume 3 Nomorl,Agustus 2008. Jakarta :FKM-UI, 2008, p.25

26.Republik Indonesia. Undang-undang Nomor23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan. Jakarta:Depkes.RI, 1992, p.5, p.16

27.Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan danPerilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta,2003, p.4

28.Republik Indonesia.. Undang-undang 1945.Jakarta: Eska Media, 2004, p.23.

29.Clark, Barbara. Growing up Gifted. Ohio:Merrid Publishing Company, 1993, p. 159.

30.Hainstock Elizabeth G. Montessori UntukPra-Sekolah. Alih Bahasa Hermes. Jakarta:PT. Delapratasa Publishing, 2002, p.9-12.

31. Chiras, Daniel D, Environmental Science:Action for a Sustainable Future. Calofornia:The Benyamin/Cummings Pub. Co.Inc.1991,p. 458.

32.Engel, J.Ronald and Joan Gibb Engel. Ethic sof Environment and Development. London:Belhaven Press, 1990, p. 211.

33.Sukanto, Surjono. Pengantar Sosiologi.Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,2002.p.371

Media Litbang Kesehatan Volume XIXNomor 2 Tahun 2009