PENGARUH STRUKTUR ORGANISASI, PENDEKATAN...
Transcript of PENGARUH STRUKTUR ORGANISASI, PENDEKATAN...
-
i
PENGARUH STRUKTUR ORGANISASI, PENDEKATAN PSIKOLOGI
DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP KOMUNIKASI DALAM TIM
AUDIT
(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)
Oleh:
Tri Wahyuni Sukiyaningsih
NIM: 1111082000130
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2015 M
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBADI
1. Nama : Tri Wahyuni Sukiyaningsih
2. Tempat/ Tanggal Lahir : Tangerang, 08 Januari 1994
3. Alamat : Jl. Tanah Seratus Rt. 002/011 No. 34
Tangerang
4. No. Telepon : 085691972595
5. Agama : Islam
6. Kewarganegaraan : Indonesia
B. DATA PENDIDIKAN
1. Tahun : 1998 – 1999 TK Aisyah 76 Ciledug Tangerang 2. Tahun : 1999 – 2005 SDN Sudimara 14 Ciledug Tangerang 3. Tahun : 2005 – 2009 SMPI AL – Hasanah Ciledug Tangerang 4. Tahun : 2009 – 2011 SMAN 13 Tangerang 5. Tahun : 2011 – 2015 FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
C. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Tahun : 2013 -2014 HMJ Akuntansi Divisi Olahraga 2. Tahun : 2013 Penanggung Jawab Divisi Kestari OPAK 3. Tahun : 2012 Anggota Divisi Kestari OPAK
-
vi
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Tri Wahyuni Sukiyaningsih
No. Induk Mahasiswa : 1111082000130
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain. 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa ijin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsu data. 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.
Jikalau di kemudian hari ada yang menuntut dari pihak lain atas karya saya, dan
telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya
Ciputat, Mei 2015
Yang Menyatakan,
(Tri Wahyuni Sukiyaningsih )
-
vii
INFLUENCE OF ORGANIZATIONAL STRUCTURE, PSIKOLOGY
APPROACH, AND LOCUS OF CONTROL TO AUDIT TEAM
COMMUNICATION
ABSTRACT
This study examinies influence of organizational structure, psikologi approach,
and locus of control to audit team communication. Respondents in this study are
auditors who worked for Public Accounting Firm in Jakarta. The number of auditor
that were visited in this study were 65 auditors from 11 Public Accounting Firm.
Data processing method used in this research were four methods, method of
analysis used in hypothesis testing is multiple regression which declare link
between independen variable to dependent variable.
The result shows organizational structure, psikology approach, and locus of
control and significantly influence to audit team communication. This significant
link is positive that means if the independent variable increased them same goes to
the dependent variable and in reverse.
Keywords: organizational structure, psikology approach, locus of control, audit
team communication.
-
viii
PENGARUH STRUKTUR ORGANISASI, PENDEKATAN PSIKOLOGI
DAN
LOCUS OF CONTROL TERHADAP KOMUNIKASI DALAM TIM AUDIT
ABSTRAK
Penelitian ini menguji pengaruh struktur organisasi, pendekatan psikologi, dan
locus of control terhadap komunikasi dalam tim audit. Responden dalam penelitian
ini adalah para auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di wilayah Jakarta.
Jumlah auditor yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 65 auditor dari 11
Kantor Akuntan Publik yang berada di wilayah Jakarta. Metode pengolahan data
yang digunakan dalam penelitian ini ada empat metode, metode analisis yang
digunakan dalam uji hipotesis adalah regresi berganda yang menyatakan hubungan
diantara variabel independen terhadap dependen.
Hasil penelitian menunjukan bahwa struktur organisasi, pendekatan psikologi
dan locus of control secara simultan dan signifikan berpengaruh terhadap
komunikasi dalam tim audit. hubungan signifikan ini bernilai positif yang berarti
jika variabel struktur organisasi meningkat maka variabel dependen juga meningkat
begitu pula sebaliknya.
Kata kunci: struktur organisasi, pendekatan psikologi, locus of control, komunikasi
dalam tim audit
-
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Pengaruh Struktur Organisasi, Pendekatan Psikologi, Dan Locus Of Control
Terhadap Komunikasi Dalam Tim Audit”. penyusunan skripsi ini dimaksudkan
untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, ibu sukini dan bapak H. Suyanto yang selalu
memberikan doa, dukungan, motivasi dan semangat yang tiada henti kepada
penulis.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, LC., M. Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Yessi Fitri SE, M.Si., Ak., CA selaku ketua jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM., CA selaku sekretaris jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dosen Pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktu memberikan pengarahan, bimbingan serta saran
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
-
x
6. Ibu Wilda Farah, SE., M.Si., Ak., CPA., CA selaku Dosen Pembimbing II yang
telah bersedia meluangkan waktu memberikan pengarahan, bimbingan serta
saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
7. Seluruh staf pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri yang telah
memberikan bantuan kepada penulis.
8. Seluruh pihak Kantor Akuntan Publik di wilayah Jakarta atas partisipasinya
menjadi responden sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian ini dengan
baik.
9. Teman-teman nananana, akukece, akuntansi2011 yang menjadi teman
seperjuangan.
10. Kepada Nurahman yang membantu skripsi ini hingga selesai, terimakasih atas
semua doa, semangat dan waktunya.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, Mei 2015
(Tri Wahyuni Sukiyaningsih)
-
xi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi .............................................................................. ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ....................................................... iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ................................................................... iv
Daftar Riwayat Hidup ....................................................................................... v
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ................................................... vi
Abstract ............................................................................................................. vii
Abstrak ............................................................................................................ viii
Kata Pengantar ................................................................................................. ix
Daftar isi ............................................................................................................ xi
Daftar Tabel ..................................................................................................... xv
Daftar Gambar ............................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A.Latar Belakang ...................................................................................... 1
B.Perumusan Masalah ............................................................................. 10
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 10
1. Tujuan Penelitian ................................................................................ 10
2. Manfaat Penelitian .............................................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 13
A.Tinjauan Literatur ................................................................................ 13
1. Teori Asimetri ..................................................................................... 13
2. Audit ..................................................................................................... 16
3. Struktur Organisasi Kantor Akuntan Publik ................................... 22
4. Psikologi .............................................................................................. 28
5. Locus Of Control ................................................................................ 37
-
xii
6. Komunikasi dalam Tim Audit .......................................................... 46
B.Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis .......................... 51
1. Struktur Organisasi Terhadap Komunikasi dalam Tim Audit ...... 51
2. Psikologi Terhadap Komunikasi dalam Tim Audit ....................... 52
3. Locus Of Control Terhadap Komunikasi dalam Tim Audit ......... 53
4. Struktur Organisasi, Psikologi dan Locus Of Control terhadap
komunikasi dalam tim audit ............................................................. 55
C.Penelitian Terdahulu ............................................................................ 58
D.Kerangka Pemikiran ............................................................................ 63
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 65
A.Ruang Lingkup Penelitian.................................................................... 65
B.Metode Penentuan Sampel ................................................................... 65
1. Populasi ..................................................................................................... 65
2. Teknik Sampling ...................................................................................... 65
C.Metode Pengumpulan Data .................................................................. 66
D.Metode Analisis Data .......................................................................... 66
1. Uji Statistik Deskriptif ............................................................................. 66
2. Uji Kualitas ............................................................................................... 67
3. Uji Asumsi Klasik .................................................................................... 68
4. Uji Hipotesis ............................................................................................. 70
-
xiii
E. Operasional Variabel Penelitian .......................................................... 72
1. Struktur Organisasi (X1) .......................................................................... 72
2. Pendekatan Psikologi (X2) ...................................................................... 72
3. Locus Of Control (X3) ............................................................................. 73
4. Komunikasi dalam Tim Audit (Y) ......................................................... 74
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ................................................ 76
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................ 76
1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 76
2. Karakteristik Profil Responden .............................................................. 78
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ............................................................ 82
1. Hasil uji Statistik Deskriptif ................................................................... 82
2. Hasil Uji Kualitas Data ........................................................................... 83
3. Hasil Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 86
4. Hasil Uji Hipotesis ................................................................................... 90
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 99
A. Kesimpulan ........................................................................................ 99
B. Saran ................................................................................................ 100
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 102
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 106
-
xiv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Struktur Organisasi Kantor Akuntan Publik ............................................ 25
2.2 Aspek Manusia Sebagai Individu ............................................................ 29
2.3 Hasil Penelitian Terdahulu ...................................................................... 58
3.1 Operasional Variabel Penelitian .............................................................. 75
4.1 Data Populasi penelitian ......................................................................... 77
4.2 Data Distribusi Populasi Penelitian ......................................................... 77
4.3 Hasil Uji Deskripsi Berdasarkan Jenis Kelamin ...................................... 79
4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir ................... 79
4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ........... 80
4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ................................... 80
4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja .............. 81
4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................................... 82
4.9 Hasil Uji Validitas Struktur Organisasi ................................................... 83
4.10 Hasil Uji Validitas Pendekatan Psikologi ................................................ 84
4.11 Hasil Uji Validitas Locus Of Control ...................................................... 84
4.12 Hasil Uji Validitas Komunikasi Dalam Tim Audit .................................. 85
4.13 Hasil Uji Reabilitas ................................................................................. 86
4.14 Hasil Uji Multikolinieritas ...................................................................... 87
4.15 Hasil Uji Koefisien Adjusted R Square .................................................... 90
4.16 Hasil Uji Statistik t ................................................................................. 91
4.17 Hasil Uji Statistik F ................................................................................ 97
-
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Pembagian JenjangMenurut Kantor Akuntan Publik ................................ 22
2.2 Skema Kerangka Pemikiran ..................................................................... 63
2.3 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ................................... 88
3.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram ............................. 88
4.1 Grafik Scatterplot .................................................................................... 89
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan atau organisasi terdiri dari sekelompok orang yang bekerja
sama untuk suatu kepentingan bisnis, profesi sosial dan berbagai macam
keperluan lainnya. Bekerja sama melakukan berbagai kegiatan organisasional
yang ada dalam suatu kegiatan organisasional, tidak dapat dihindari bahwa
kegiatan organisasional adalah kegiatan antar individu menuju kegiatan
berkelompok atau antar kelompok. Kegiatan organisasional ini dilakukan untuk
menyusun kerangka kerja, menjalankan proses bisnis serta untuk mencapai
tujuan dari perusahaan atau organisasi secara bersama. Bahkan kegiatan
organisasional ini di lakukan untuk pengambilan keputusan dan juga untuk
memonitoring kerja setiap individu yang ada di dalam kelompok organisasi.
Semua yang dilakukan dalam kegiatan organisasi ini sangat membutuhkan
komunikasi yang baik, komunikasi sangat membantu memudahkan setiap
langkah kerja maupun penyelesaian tugas-tugas yang di emban (Wina: 2013).
Sama halnya dengan penugasan dalam Kantor Akuntan Publik terdapat
kegiatan organisasional yaitu tim audit. Tim audit adalah sebuah tim yang di
bentuk secara berjenjang dan terdiri dari beberapa individu (auditor junior,
auditor senior, manager/supervisor, dan partner atau rekan) yang bekerja sama
dengan tujuan untuk melaksanakan audit. Tim audit merupakan unit operasi
dasar dalam pengerjaan pengauditan. Kegiatan audit dibagi-bagi kepada para
anggota tim, maka kunci sukses yang menentukan adalah kemampuan individu
untuk bekerja sama dalam menghasilkan opini audit yang memuaskan.
-
2
Komunikasi antar anggota tim audit merupakan aktivitas dasar dalam rangka
menggabungkan berbagai informasi menjadi produk akhir berupa opini audit.
Keberhasilan kerja sama antar anggota tergantung dari proses komunikasi di
dalam tim audit. Kegiatan yang di lakukan pada setiap bagian audit memerlukan
kerjasama antar individu yang di rangkai menjadi sebuah tim, oleh karena itu
kerjasama sangatlah dibutuhkan dalam memperlancar tugas (I Gede dkk, 2013).
Pendekatan-pendekatan audit secara sistematis membuat informasi yang
didapatkan dan dikirimkan untuk anggota tim menjadi lebih banyak dan
bervariasi. Konsentrasi pengambilan keputusan pada tingkat organisasi yang
lebih tinggi memberikan kesan bahwa tim senior akan memperoleh informasi
yang berbeda dengan anggota tim yang lebih rendah tingkatannya dan hambatan
dalam membuat perubahan memberikan kesan bahwa auditor perlu melakukan
lebih banyak konsultasi kepada seniornya. Bisa dikatakan bahwa senior lah
yang akan lebih mendapatkan banyak informasi dibandingkan denga senior
audit dalam hal penyelesaian penugasan audit, salah satu factor yang
menyebabkan banyak atau sedikitnya informasi yang di dapat adalah
komunikasi. Komunikasi ini digunakan untuk mendapatkan bahkan
menyampaikan informasi kepada rekan yang tergabung dalam satu tim tersebut.
Komunikasi merupakan bagian yang penting dalam kehidupan kerja. Hal
ini mudah dipahami sebab komunikasi yang baik bisa mempunyai dampak yang
luas terhadap kehidupan organisasi, misalnya konflik antar karyawan dan
sebaliknya komunikasi yang baik dapat meningkatkan saling pengertian,
kerjasama juga kepuasan kerja (Laras, 2006). Pengertian komunikasi dalam
-
3
suatu kelompok menurut Ivancevich dan Matteson (1987) dalam
Halmatusyadiah (2003) dalam Nyoman dan I made (2014) adalah pengiriman
informasi oleh salah seorang anggota kelompok kepada anggota lain dengan
menggunakan simbol-simbol tertentu. Sedangkan menurut Wina (2013) Untuk
menjalankan tugas-tugas tersebut, mereka beraksi, berinteraksi dan
berkomunikasi, bahkan 70% hari hari kerja para eksekutif dan staf perusahaan
atau organisasi dipergunakan untuk melakukan kegiatan komunikasi.
Komunikasi yang terjalin di diantara anggota tim audit menjadi aktivitas yang
sangat fundamental untuk mencapai hasil akhir dalam audit.
Komunikasi adalah salah satu penunjang keberhasilan dari penugasan, oleh
karena itu komunikasi sangat dibutuhkan di setiap tahapan penugasan audit.
Setiap individu harus mampu berkomunikasi secara baik karena komunikasi
yang baik akan mempermudah penugasan yang sedang dijalankan. Komunikasi
yang baik akan menghasilkan informasi yang baik pula, sehingga komunikasi
yang baik dan efektif menjadi faktor yang penting bagi pencapaian tujuan suatu
organisasi dalam hal ini adalah tim audit (Muhammad,2005).
Dalam Ketut Ardy Prabhawa dkk (2013) menyatakan bahwa Komunikasi
merupakan bagian yang penting dalam kehidupan kerja. Hal ini mudah
dipahami sebab komunikasi yang tidak baik bisa mempunyai dampak yang luas
terhadap kehidupan organisasi, misalnya konflik antar karyawan, dan
sebaliknya komunikasi yang baik dapat meningkatkan saling pengertian,
kerjasama dan juga kepuasan kerja. Mengingat yang bekerjasama dalam suatu
organisasi dalam rangka mencapai tujuan merupakan sekelompok sumber daya
-
4
manusia dengan berbagai karakter, maka komunikasi yang terbuka harus
dikembangkan dengan baik. Dengan demikian masing-masing karyawan dalam
hal ini adalah tim audit didalam organisasi mengetahui tanggung jawab dan
wewenang masing-masing. Tim audit yang mempunyai kompetensi
komunikasi yang baik akan mampu memperoleh dan mengembangkan tugas
yang diembannya, sehingga tingkat kinerja karyawan menjadi semakin baik.
Komunikasi memegang peranan penting di dalam menunjang kelancaran
aktivitas tim audit di Kantor Akuntan Publik.
Salah satu peristiwa yang terjadi ada dalam siaran pers yang dikeluarkan
oleh badan pengawasan pasar modal pada tanggal 27 Desember 2002
menyatakan bahwa kasus ini bermula dari ditemukannya yang pertama yaitu
dalam rangka retrukturisasi PT Kimia Farma Tbk. (PT KAEF), Sdr. Ludovicus
Sensi W selaku partner dari KAP HTM yang diberikan tugas untuk mengaudit
laporan keuangan PT KAEF untuk masa 5 bulan yang berakhir pada 31 Mei
2002, menemukan dan melaporkan adanya kesalahan dalam penilaian
persediaan barang jadi dan kesalahan pencatatan penjualan untuk tahun yang
berakhir per 31 Desember 2001, selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di
harian kontan yang menyatakan bahwa Kementerian BUMN memutuskan
penghentian proses divestasi saham milik Pemerintah di PT KAEF setelah
melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan (overstated) dalam
laporan keuangan pada semester I tahun 2002.
PT. Kimia Farma (PT. KAEF) berdasarkan tindakan yang dilakukan
terbukti melanggar Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.7 tentang Pedoman
-
5
Penyajian Laporan Keuangan dan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan,
terbukti bahwa Akuntan yang melakukan audit Laporan Keuangan per 31
Desember 2011 PT. Kimia Farma (PT KAEF) telah melakukan prosedur audit
termasuk prosedur audit sampling yang telah diatur dalam Standar Profesional
Akuntan Publik, dan tidak diketemukan adanya unsur kesengajaan membantu
manajemen PT KAEF dalam penggelembungan keuntungan tersebut. Namun
demikian proses audit tersebut tidak berhasil mendeteksi adanya
penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT KAEF.
Dalam konteks skandal kecurangan diatas, memunculkan pertanyaan
apakah trik-trik rekayasa tersebut mampu terdeteksi oleh akuntan publik yang
mengaudit laporan keuangan tersebut, Jika yang terjadi adalah auditor tidak
mampu mendeteksi trik rekayasa laporan keuangan, maka yang menjadi inti
permasalahan adalah Kinerja KAP HTM tidak berkualitas karena KAP HTM
tidak mampu mendeteksi kecurangan dari laporan keuangan yang dilakukan PT.
Kimia Farma. Seperti pernyataan diatas pihak KAP dikenakan sanksi yaitu
denda, denda ini diperlukan dan ditujukan agar tidak ada KAP yang melakukan
(material misstatement) atau salah saji material yang bisa membuat para
pengguna informasi keuangan mengalami kerugian atas informasi yang salah
secara material dan diharapkan kejadian seperti ini tidak terjadi lagi dan
diharapkan para auditor independen dapat lebih hati-hati dan lebih teliti lagi
dalam mengadakan pemeriksaan terhadap perusahaan yang diauditnya dan tetap
menjaga prinsip-prinsip dan kode etik profesi akuntan independen.
-
6
Ketika struktur tim audit mulai mendominasi interaksi antar anggota tim
audit dalam kegiatan pertukaran informasi dan jumlah informasi yang
dipertukarkan, para peneliti kemudian menentukan kesimpulan yang berbeda-
beda sebagai suatu keuntungan atas adanya komunikasi. Cushingdan loebbeck
(1986) dalam Rifqi (2005) dalam Muhammad (2013) menjelaskan sebuah
kemungkinan keuntungan. Mereka berpendapat bahwa standarisasi dan
pemrograman dalam proses audit dapat memberikan informasi dasar bagi para
auditor untuk dipertukarkan. Sedangkan Bamber dan Bylinski (1982) dalam
Rifqi (2005) dalam Muhammad (2013) menemukan sebuah kerugian, Mereka
berpendapat bahwa terjadi peningkatan biaya standarisasi dan pemrograman
berhubungan dengan struktur lingkungan, dimana terjadi penurunan kapastian
informasi dalam tim.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rifqi Muhammad (2013)
tentang pengaruh struktur audit terhadap komunikasi dalam tim audit terdapat
hubungan yang positif antara struktur audit terhadap komunikasi dalam tim
audit. Sedangkan komponen budaya organisasi yang terdiri dari budaya
birokratis, budaya inovatif, dan budaya suportif memiliki hasil yang positif
dengan variabel komunikasi dalam tim audit.
Struktur audit merupakan prosedur pelaksanaan audit yang telah ditetapkan
oleh auditor senior dan akan dilaksanakan oleh staf audit untuk menghimpun
bukti. Bomber, Snowball, Tubs (1998) dalam warles (2005) menyatakan bila
Kantor Akuntan Publik tidak memiliki struktur audit yang baku, misalnya
dalam bentuk aturan-aturan yang baku seperti aturan-aturan yang berlaku di
-
7
Kantor Akuntan Publik oleh karena itu senior auditor memiliki porsi yang lebih
di bandingkan junior dan staf audit lainnya.
Bamber, Snowball, Tubs (1998) dalam Wrles (2005) menyatakan Kantor
Akuntan Publik yang menggunakan prosedur audit yang terstruktur dalam
pelaksanaan auditnya maka efisien dan kualitas audit meningkat, sedangkan
kantor akuntan publik yang menggunakan prosedur audit yang tidak terstruktur
memiliki potensi meningkatnya konflik yang disarankan staf auditnya.
Sedangkan menurut I Gede, dkk (2013) struktur audit membantu auditor dalam
melakukan audit lebih terarah, sehingga dapat meningkatkan kinerja dari
auditor. Staf audit yang tidak mengetahui struktur audit akan mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan tugas auditnya.
Komunikasi yang terjalin di antara anggota tim audit menjadi aktivitas
yang sangat fundamental untuk mencapai hasil akhir, yaitu opini audit yang
berkualitas. Kusuksesan kerja tim sangat dipengaruhi oleh komunikasi
penyampaian informasi dalam tim audit (Widyawati, 2013).
Bagi auditor komunikasi sangatlah penting karena kegiatan audit
menyangkut proses penyampaian informasi dan perolehan informasi yang
diperlukan dalam mencapai hasil audit, dalam meningkatkan
profesioanalismenya, seorang auditor haruslah terlebih dahulu memahami
dirinya sendiri dan tugas yang akan dilaksanakannya. Auditor dituntut selalu
meningkatkan dan mengendalikan dirinya dalam berhubungan dengan auditee.
Selain itu auditor diharapkan mampu memahami perilaku auditee serta
membangun komunikasi dan kerjasama dengan pihak auditee. Dalam kaitannya
-
8
ini para auditor setidaknya dapat menciptakan suasana psikologis terhadap
auditee. Suasana psikologi tersebut antara lain menciptakan suasana nyaman,
aman dan auditee tidak merasa terancam dalam memberikan informasi yang
dibutuhkan menyangkut adanya fakta penyimpangan yang ditemukan auditor
(Achmad Badjuri, 2005).
Didasari atau tidak, auditor maupun auditee adalah individu-individu yang
mempunyai ciri-ciri, sifat-sifat maupun kebiasaan-kebiasaan yang tampil secara
khas malalui tingkah lakunya. Pemahaman mengenai tingkah laku manusia
menjadi penting bagi auditor manakala interaksi antara auditor dengan pihak
auditee tidak berlangsung harmonis yang dapat mengganggu kelancaran proses
audit. Kondisi demikian memerlukan keterampilan khusus atau keahlian
seorang auditor untuk melakukan pendekatan yang lebih baik secara psikologi
maupun komunikatif (Badjuri, 2008). Karakteristik personal yang
mempengaruhi penerimaan perilaku disfungsional diantaranya locus of control
(Donelly et.al, 2003 dalam Widi Hidayat, 2012), dan Kinerja karyawan
(Employe performance) (Gable & De Angelo, 1994; Donelly et al, 2003).
Penelitian-penelitian terdahulu telah menunjukkan suatu hubungan yang kuat
dan positif diantara eksternal locus of control individual dengan suatu
keinginan-keinginan atau maksud-maksud untuk menggunakan penipuan atau
manipulasi untuk memperoleh tujuan-tujuan personil.
Locus of control telah menjadi topik dalam seminar psikologi selama
bertahun-tahun sehingga locus of control di anggap sebagai aspek penting dari
kepribadian. Awalnya konsep ini dikembangkan oleh seorang ahli teori
-
9
pembelajaran sosial sutrisno (2009). Pemahaman konsep tersebut menjadi suatu
aspek dari studi kepribadian. Locus dalam Bahasa latin untuk “tempat” atau
lokasi maka locus of control yang artinya adalah pusat kendali.
Menurut Wiriani (2011) locus of control merupakan salah satu variabel
kepribadian (personality), yang didefinisikan sebagai keyakinan individu
terhadap mampu atau tidaknya mengontrol nasib sendiri (destiny). Locus of
control telah menghasilkan banyak penelitian di berbagai bidang dalam
psikologi, kontruksi ini berlaku untuk bidang-bidang psikologi pendidikan,
psikologi industri dan ekonomi, psikologi kesehatan dan psikologi klinis.
Banyak penelitian yang membuktikan bahwa locus of control terbukti
berguna bagi individu-individu dalam organisasi. Locus of control telah
dimasukan sebagai salah satu dari empat dimensi evaluasi diri sendiri dan
penilaian individu seseorang tentang dirinya sendiri bersama dengan dimensi
lainnya yaitu neurotisisme, self-effescy dan harga diri.
Robbins dan judge (2008) mendefinisikan locus of control sebagai tingkat
dimana individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri di
konseptualkan internal dan eksternal yang dimaksudkan internal yaitu orang
tersebut percaya bahwa mereka dapat mengontrol hidup mereka, sedangkan
eksternalyaitu mereka percaya bahwa keputusan mereka dan kehidupan
dikendalikan oleh faktor lingkungan.
Kelancaran komunikasi antar anggota dalam suatu tim audit sangat penting
keberadaannya dalam upaya menghindari terjadinya perilaku penurunan
kualitas audit (audit quality reduction behavior) yang dilakukan oleh auditor.
-
10
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi setiap tahapan audit yang
akan dilaksanakan, karena komunikasi tersebut mempengaruhi informasi,
informasi juga akan berpengaruh secara langsung kepada hasil audit yang akan
di hasilkan (Widyawati, 2013).
Adapun judul dalam penulisan ini adalah “Pengaruh Struktur Audit,
Pendekatan Psikologi dan Locus Of Control Terhadap Komunikasi Dalam
Tim Audit”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
permasalahan yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Apakah struktur organisasi berpengaruh terhadap komunikasi dalam
tim audit?
2. Apakah psikologi berpengaruh terhadap komunikasi dalam tim audit?
3. Apakah locus of control signifikan terhadap komunikasi dalam tin
audit?
4. Apakah struktur organisasi, psikologi dan locus of control berpengaruh
terhadap komunikasi dalam tim audit?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti-bukti empiris atas hal sebagai berikut:
-
11
a. Menganalisis pengaruh struktur organisasi terhadap komunikasi
dalam tim audit.
b. Menganalisis pengaruh psikologi terhadap komunikasi dalam tim
audit.
c. Menganalisis pengaruh locus of control terhadap komunikasi dalam
tim audit.
d. Menganalisis pengaruh struktur organisasi, psikologi dan locus of
control terhadap komunikasi dalam tim audit.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dilakukannya penelitian ini:
a. Bagi Para Auditor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang
lebih luas bagi para akuntan dalam struktur organisasi, psikologi
dan locus of control terhadap komunikasi dalam tim audit.
Penelitian ini memberikan manfaat seberapa penting komunikasi
dalam menjalankan tugas mengaudit, lebih memahami karakteristik
diri sendiri dan auditee yang sedang diperiksa serta dapat
mengendalikan diri dari sisi auditor dalam menjalankan tugas
sehingga dapat menghasilkan hasil audit yang baik.
b. Bagi Akademik/Peneliti
Penelitian ini diharapkan menambah kajian teoritis, daftar
kepustakaan, sumbangan pemikiran khususnya di bidang auditing
-
12
tentang struktur organisasi, psikologi dan locus of control terhadap
komunikasi dalam tim audit.
c. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memberikan
wawasan dan ilmu tentang struktur organisasi, psikologi dan locus
of control terhadap komunikasi dalam tim audit. Memberikan
informasi juga bagaimana seorang auditor menjalankan tugasnya
dengan cara komuniksai yang baik, menilai diri sendiri dan klien
serta mengendalikan diri sendiri dalam menghadapi berbagai tugas
yang sedang dikerjakannya.
d. Mahasiswa
Penelitian ini ditunjukan untuk memenuhi persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Jurusan Akuntansi,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta serta memberikan wawasan mengenai
struktur organisasi, psikologi dan locus of control terhadap
komunikasi dalam tim audit.
-
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Asimetri
Menurut Dunk dalam Apriyandi (2011) Information asymmetry
exists only when subordinates' information exceeds that of their
superiors. Artinya informasi asimetri terjadi ketika bawahan memliki
informasi lebih dibanding atasan mengenai suatu unit organisasi atau
pusat pertanggungjawaban bawahan.
Informasi asimetri timbul dalam teori keagenan (agency theory)
yaitu teori yang menjelaskan hubungan antara prinsipal dan agen yang
diungkapkan oleh Jensen n Meckling (1976). Dalam teori keagenan
salah satu pihak yang bertindak sebagai prinsipal membuat suatu
kontrak dengan pihak lain yang bertindak sebagai agen dengan harapan
bahwa agen akan melaksanakan pekerjaan seperti yang diinginkan
prinsipal.
Menurut teori keagenan, agen mempunyai lebih banyak informasi
tentang kinerja aktual, motivasi, dan tujuan yang ingin dicapai.
Manajamen tingkat atas harus menggunakan informasi yang akurat baik
dalam hal waktu dan kondisi yang ada pada saat itu. Para manajemen
tingkat bawah lebih mengetahui informasi yang sebenarnya mengenai
aktivitas perusahaan di lapangan dibanding atasan (Abdul, 2008). Jika
atasan dapat memperoleh semua informasi yang dimiliki oleh bawahan
maka atasan akan lebih mudah membuat keputusan. Informasi asimetri
-
14
yaitu kondisi di mana atasan (principal) tidak memiliki cukup informasi
dibanding dengan bawahan (agent) atau sebaliknya. Bila atasan atau
manajemen puncak memiliki lebih banyak informasi dibanding
bawahan atau manajer pusat pertanggungjawaban (MPP), maka akan
muncul tuntutan yang lebih besar dari atasan kepada bawahan/MPP
tentang pencapaian target anggaran yang kemungkinan sangat sulit
dicapai oleh MPP. Bila bawahan/MPP memiliki lebih banyak informasi
dibanding manajemen puncak/atasan maka bawahan/MPP cenderung
membuat target yang lebih rendah dari target tertinggi yang bisa dicapai.
Perbedaan informasi inilah yang disebut sebagai informasi asimetri.
Shields dan Young (1993) dalam Falikhatun(2007) mengemukakan
beberapa kondisi perusahaan yang memungkinkan terjadinya informasi
asimetri, yaitu:
a. perusahaan yang sangat besar
b. mempunyai penyebaran secara geografis
c. memiliki produk yang beragam
d. membutuhkan tekhnologi
Informasi yang akurat mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja manajer di beberapa organisasi ternyata lebih
banyak dimiliki oleh bawahan. Perbedaan informasi antara bawahan
dengan atasan sebenarnya dapat dimanfaatkan dengan cara melakukan
anggaran partisipatif, tujuannya agar informasi yang dimiliki bawahan
bisa dikomunikasikan dengan atasan sehingga dapat menghasilkan
-
15
anggaran yang lebih realistis untuk organisasi. Tetapi, anggaran
partisipatif juga dapat menimbulkan permasalahan lain yang disebut
dengan senjangan anggaran.
Jensen dan Meckling (1976) dalam Puput (2001) menambahkan
bahwa jika kedua kelompok (agen dan prinsipal) tersebut adalah orang-
orang yang berupaya memaksimalkan utilitasnya, maka terdapat alasan
yang kuat untuk meyakini bahwa agen tidak akan selalu bertindak yang
terbaik untuk kepentingan prinsipal. Prinsipal dapat membatasinya
dengan menetapkan insentif yang tepat bagi agen dan melakukan
monitor yang didesain untuk membatasi aktivitas agen yang
menyimpang.
Ada dua tipe asimetri informasi : adverse selection dan moral
hazard.
a. Adverse selection
Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dalam mana
satu pihak atau lebih yang melangsungkan/akan melangsungkan
suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki
informasi lebih atas pihak-pihak lain. Adverse selection terjadi
karena beberapa orang seperti manajer perusahaan dan para pihak
dalam (insiders) lainnya lebih mengetahui kondisi kini dan prospek
ke depan suatu perusahaan daripada para investor luar.
-
16
b. Moral Hazard
Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dalam mana
satu pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan
suatu transaksi usaha atau transaksi usaha potensial dapat
mengamati tindakan-tindakan mereka dalam penyelesaian transaksi-
transaksi mereka sedangkan pihak-pihak lainnya tidak. Moral
hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan pemilikan dengan
pengendaliaan yang merupakan karakteristik kebanyakan
perusahaan besar.
2. Audit
a. Definisi Auditing
Pengertian Auditing menurut (Sukrisno Agoes, 2012:4)
Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis
dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan
keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-
catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan
untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut.
Pengertian Auditing menurut (Alvin A. Arens, Mark S.
Beasley dan Randal J.Elder, 2011:4)
“ Auditing (is the accumulation and evaluation of evidence
about information to determine and report on the degree of
correspondence between the information and established criteria.
Auditing should be done by a competent, independent person”.
-
17
“ Auditing adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang
informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian
antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus
dilakukan oleh seorang yang kompeten, independen orang”.
Berdasarkan definisi auditing yang telah dikemukakan oleh
para ahli diatas, maka pengertian auditing adalah suatu proses yang
sistematis serta mengumpulkan bukti secara objektif mengenai
kejadian-kejadian ekonomi dan melaporkan derajat kesesuaian yang
telah didapat selama proses audit lalu membandingkannya dengan
kriteria yang telah ditentukan serta menyampaikan hasilnya ke
pihak-pihak yang berkepentingan.
b. Jenis-jenis audit
Menurut Randal J. Elder. Mark S. Beasley, Alvin A. Arens,
Amin Abadi Jusuf dalam buku jasa audit dan assurance (2011: 16)
yang telah diterjemahkan oleh Desti Fitriani, mengemukakan tiga
jenis audit, yaiu:
1. Audit Operasional
Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap
bagian dari produser dan metode operasi organisasi. Pada akhir
audit operasional, manajemen biasanya mengharapkan saran-
saran untuk memperbaiki operasi. Dalam audit operasional,
review atau penelaahan yang dilakukan tidak terbatas pada
akuntansi, tetapi dapat mencakup evaluasi ats struktur
-
18
organisasi, operasi komputer, metode produksi, pemasaran dan
semua bidang lain dimana auditor menguasainya.
2. Audit ketaatan (compliance audit)
Audit ketaatan dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak
audit telah mengikuti prosedur, aturan atau ketentuan tertentu
yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi.
3. Audit laporan keuangan (financial statement audit)
Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah
laporan keuangan (informasi yang diverifikasi) telah
dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu. Biasanya kriteria
yang berlaku adalah prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum (GAAP), walaupun auditor mungkin saja melakukan
audit atas laporan keuangan yang disusun dengan menggunakan
akuntansi dasar kas atau beberapa dasar lainnya yang cocok
untuk orgnisasi tersebut. Dalam menentukan apakah laporan
keuangan telah dinyatakan secara wajar sesuai denga standar
yang berlaku secara umum, auditor mengumpulkan bukti untuk
menetapkan apakah laporan keuangan itu mengandung
kesalahan yang vital atau salah saji lainnya.
Berdasarkan penjelasan diatas jenis-jenis audit terbagi atas
3 yaitu audit operasional, audit ketaatan dan audit laporan
keuangan. Audit operasional dilakukan oleh pihak eksternal untuk
menilai efektivitas serta efisiensi perusahaan, audit ketaatan
-
19
adalah memastikan bahwa sebuah perusahaan sudah menjalankan
sesuai dengan peraturan yang berlaku atau sesuai dengan Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia sedangkan audit laporan
keuangan adalah audit yang dilakukan oleh pihak independen
dengan menilai kewajaran suatu laporan keuangan yang
dikeluarkan sebuah perusahaan dan mengeluarkan opini atas
kewajaran dari laporan keuangan tersebut.
c. Standar audit
Proedur membahas tentang langkah-langkah yang harus
dilaksanakan sedangkan standar membahas tentang kriteria atau
ukuran mutu pelaksanaan serta dikaitkan dengan tujuan yang
hendak dicapai dengan menggunakn prosedur yang bersangkutan.
Jadi berlainan dengan prosedur auditing, standar auditing
mencakup mutu profesional auditor independen dan pertimbangan
yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan
audit.
Menurut IAI PSA No.1 (SA seksi 150) Berikut merupakan
standar aditing yang terbagi kedalam menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Standar Umum
(a). Audit harus dilakukan oleh seorang atau lebih yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai
auditor.
-
20
(b). Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor.
(c). Dalam pelaksanaan audit dalam penyusunan laporannya,
auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya
dengan cermat dan seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
(a). Pekerjaan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan
jika digunakan asisten harus di supervisi dengna
semestinya.
(b). Pemahaman yang memadai ada struktur pengendalian
intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan
menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan
dilakukan.
(c). Bukti audit kompoten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, pengujian pertanyaan, dan
konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan
pendapat atat laporan keuangan yang telah diaudit.
3. Standar Pelaporan
(a.). Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan
telah disusun sesuia dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
-
21
(b). Laporan audit harus menunjukan keadaan yang
didalamnya, prinsip akuntansi tidak secara konsisten
diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode
berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi
yang dterapkan dalam periode sebelumnya.
(c). Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam
laporan audit.
(d). Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu
asesrsi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan,
maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang
sama auditor dikaitkan dengan lapoan keuangan, laporan
auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan auditor.
Standar pelaporan audit terdiri atas tiga bagian utama yaitu
standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.
Standar umum terdiri dari memiliki kemampuan yang baik dan
memadai, memiliki sikap independensi dan memiliki sikap yang
professional dalam melaksanakan tugas. Standar pekerjaan
lapangan yaitu memiliki sikap managerial (supervisi) terhadap
anggota tim, internal control yang baik untuk penyusunan tugas
selanjutnya, memilih bukti yang baik untuk mendukung
-
22
kelengkapan tugas. Standar pelaporan yaitu pengungkapan penuh
terhadap apa yang sudah ditemukan dalam proses audit,
menggunakan standar yang berlaku, konsisten dalam penggunaan
standar-standar akuntansi serta menyatakan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan. Jadi dalam setiap penugasan seorang
auditor harus menjalankan tiga standar utama agar dapat
menghasilkan opini yang sesuai dengan kondisi laporan keuangan
serta dapat menyampaikan hasilnya kepada para pengguna laporan
keuangan untuk pengambilan keputusan.
3. Struktur Organisasi Kantor Akuntan Publik
Kantor Akuntan Publik di Indonesia memiliki bentuk
hokum berupa usaha sendiri (Sole Practitioners) atau bentuk
kerjasama antara dua atau lebh rekan akuntan (Partnership).
Pembagian struktur organisasi Kantor Akuntan Publik
secara umum biasanya pembagian menurut jenjang atau jabatan
akuntan publik, pembagian dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Pembagian Jenjang atau Jabatan Menurut Kantor Akuntan Publik
(Mulyadi, 2009)
-
23
Adapun penjelasan dari bagan tersebut, adalah sebagai berikut:
a. Partner
Partner menduduki jabatan tinggi dalam penugasan audit.
Bertanggung jawab atas hubungan klien , bertanggung jawab
secara menyeluruh mengenai auditing. Partner
menandatangani laporan audit dan management letter, dan
bertanggung jawab terhadap penagihan fee audit kepada klien.
b. Manajer Audit
Manajer audit bertindak sebagai pengawas audit, bertugas
untuk membantu auditor senior dalam merencanakan program
audit dan waktu audit, me-review kertas kerja, laporan audit
dan management letter. Biasanya manajer melakukan
pengawasan terhadap pekerjaan beberapa auditor senior.
Pekerjaan manajer tidak berada di kantor klien, melainkan di
kantor auditor, dalam bentuk pengawasan terhadap pekerjaan
yang dilaksanakan pada auditor senior.
c. Auditor Senior
Auditor senior bertugas untuk melaksanakan audit, bertanggung
jawab untuk mengusahakan biaya audit dan waktu audit sesuai
dengan rencana; bertugas untuk mengarahkan dan me-review
pekerjaan auditor junior. Auditor senior biasanya hanya menetap
di kantor klien sepanjang prosedur audit dilaksanakan. Umumnya
-
24
auditor senior melakukan audit terhadap suatu objek pada saat
tertentu.
d. Auditor Junior
Auditor melaksanakan prosedur audit rinci, membuat kertas
kerja untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah
dilaksanakan. Pekerjaan ini biasanya dipegang oleh auditor
yang baru saja menyelesaikan pendidikan formalnya di
sekolah.
Sama seperti perusahaan atau kantor kantor pada umumnya,
Kantor Akuntan Publik memiliki struktur organisasi dalam
menjalankan tugas dan fungsinya. Struktur organisasi ini ada
untuk membantu dalam menjalankan tugasnya. Namun, setiap
kantor akuntan memiliki pembagian struktur organisasi tersendiri
tergantung kepada kebijakan perusahaan yang ditetapkan.
a. Hirarki Kantor Akuntan Publik
Suatu struktur atau hirarki organisasi yang ada dalam
kantor akuntan publik biasanya meliputi partner, manajer,
supervisor dan auditor pemula. Hirarki organisasi yang di dalam
kantor akuntan publik tidak harus sama seperti halnya yang
disebutkan tapi dapat tergantung pada organisasi kantor akuntan
publik itu sendiri
-
25
Tabel 2.1
Struktur Organisasi Kantor Akuntan Publik
Level Staf Rata-rata
Pengalaman
Tanggung Jawab
Auditor
Pemula
0-2 Tahun Melaksanakan sebagian besar
detail-detail audit.
Senior atau
auditor yang
memimpin
audit
2-5 Tahun Mengkoordinasi dan
bertanggung jawab atas audit di
lapangan, termasuk mengawasi
dan mereview pekerjaan auditor
pemula.
Manager atau
supervisor
5-10 Tahun Membantu auditor yang
memimpin audit dalam
merencanakan dan mengelola
audit, mereview pekerjaan
auditor penanggung jawa, serta
menjaga hubungan dengan
klien. Manager dapat
bertanggung jawab lebih dari
satu pekerjaan pada saat yang
bersamaan.
Rekan atau
Partner
Lebih dari 10
Tahun
Meriview secara keseluruhan
pkerjaan audit dan terlibat
dalam pembuatan keputusan
audit yang penting. Rekan
adalah pemilik perusahaan, dan
ia memiliki tanggung jawab
mutlak untuk melaksanakan
audit dan melayani kliennya.
Sumber: Arens (2003) Auditing.
Tabel diatas ,mengikhtisarkan pengalaman dan tanggung
jawab pada masing-masing tingkatan klasifikasi di dalam
kantor akuntan publik. Sebagaimana dinyatakan dalam tabel,
promosi jabatan di lingkugan kantor akuntan publik bergulir
-
26
cukup cepat, dengan mengikuti sertakan pula tugas-tugas dan
tanggung jawab. Selain itu anggota staf audit umumnya
memperoleh beragam pengalaman dari berbagai macam
perjanjian penugasan dengan klien. Dengan adanya kemauan
teknologi komputer dan audit, para auditor pemula dalam
bidang audit dengan cepat memperoleh tanggung jawab dan
tantangan yang lebih besar.
Kantor Akuntan Publik (KAP) memiliki karakteristik dan
lingkup penyediaan jasa yang amat beragam, yang pada
gilirannya mempengaruhi struktur dan organisasi dari
perusahaan-perusahaan tersebut. Tiga faktor utama yang
memprngaruhi struktur organisasi dari perusahaan-perusahaan
tersebut adalah:
1. Kebutuhan untuk memiliki independensi atas klien
Independensi membuat auditor tetap objektif/tidak
memihak dalam menarik kesimpulan mengenai laporan
keuangan klien.
2. Pentingnya struktur untuk mendorong kompetensi
Kompetensi mengizinkan para auditor untuk melaksanakan
audit dan melakukan jasa-jasa lainnya secara efeisien dan
efektif.
-
27
3. Meningkatkan resiko pengadilan yang dihadapi oleh auditor
Dalam dekade terakhir, perusahaan-perusahaan memiliki
sejumlah pengalaman dalam peningkatan biaya-biaya yang
terkait dengan pengadilan. Beberapa struktur organisasi
mampu memberikan suatu tingkat proteksi pada individu
anggota perusahaan.
Kerakteristik hirarki dalam Kantor Akuntan Publik (KAP)
membantu meningkatkan kompetensi. Para individu pada setiap
tingkatan audit mengawasi dan meriview pekerjaan rekannya
yang berada pada tingkatan struktur organisasi di bawah
mereka. Sebagai contoh seorang auditor pemula yang baru
bekerja di awasi langsung oleh senior atau auditor yang
memimpin tugas pengauditan. Hasil pekerjaan dari auditor
pemula ini kemudian diriview oleh auditor yang memimpin
audit, berikutnya diriview oleh manager dan rekanan.
Pendekatan struktur audit juga berhubungan dengan total
waktu pelaksanaan audit yang lebih lama, dimana penggunaan
lebih banyak sumber daya dan input. Namun ketika ada
kejadian yang tidak terantisipasi, maka perusahaan yang
menggunakan pendekatan struktur organisasi dalam hal ini
adalah struktur audit lebih mampu beradaptasi secara cepat
sehingga waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian
-
28
menjadi lebih singkat (Bamber dan Snowball dalam Rheny,
2013).
Menurut penjelasan diatas hirarki dari Kantor Akuntan
Publik (KAP) terdiri dari parthner, manager, senior auditor dan
junior auditor. Hirarki ini dapat meningkatkan kompetensi dari
setiap level auditor karena dapat mengawasi kinerja anggota di
bawahnya serta dapat mengurangi biaya karena terdapat
pembagian tugas yang jelas serta waktu yang lebih efektif dan
efisien.
4. Psikologi
Pengertian psikologi menurut Laura A. King (2010) dalam
bukunya yang berjudul Psikologi Umum (sebuah pandangan
apresiatif) Psikologi (psychology) secara formal didefinisikan
sebagai kajian ilmiah mengenai perilaku dan proses-proses
mental. Terdapat tiga istilah penting dalam definisi ini ilmu
pengetahuan, perilaku, dan proses-proses mental.
Sebagai sebuah ilmu pengetahuan (science), psikologi
menggunakan metode ilmu pengetahuan yang sistematis untuk
mengamati perilaku manusia dan menarik kesimpulan. Tujuan
ilmu pengetahuan psikologi adalah menggambarkan,
meramalkan dan menjelaskan perilaku.
Perilaku (behavior) adalah segala sesuatu yang kita
lakukan yang dapat secara langsung. Proses mental (mental
-
29
process) adalah berbagai pikiran dan motivasi yang dialami oleh
kita secara pribadi.
Manusia sebagai individu merupakan kesatuan yang
integral dan tidak dapat dipisahkan antara aspek-aspek fisiologi,
psikologis dan sosial seperti digambarkan dalam tabel 2.2.
Tabel 2.2
Aspek Manusia Sebagai Individu
Aspek
Fisiologi
Manusia sebagai organisme
dengan segala masalah
biologis serta fungsinya
seperti fungsi penginderaan,
fungsi kelenjar, fungsi
susunan syaraf pusat, fungsi
peredaran darah, dsb
Aspek
Psikologi
Manusia dengan segala
fungsi kemampuan psikis
seperti pengamatan,
perasaan, pikiran, dsb
Aspek Sosial Manusia dengan
pengahayatan pada kedua hal
diatas dalam interaksinya
dengan lingkungan atau
dunia luar, baik secara pasif
maupun aktif.
Sumber: Badjuri (2008).
Dalam setiap tingkah laku, aspek-aspek tersebut
memainkan peranannya sendiri-sendiri, namun dalam keadaan
tertentu salah satu aspek mungkin lebih menonjol dari aspek
lainnya. Untuk memahami makna tingkah laku, semua aspek
tersebut perlu diperhitungkan peranannya.
Peranan faktor psikologi dalam praktek audit bagi seseorang
auditor adalah:
-
30
a. Penguasaan personal yakni keterampilan untuk
mengklarifikasi dan memahami visi orang dan mempunyai
kesabaran dalam mencapai tujuan.
b. Keterampilan membuat asumsi, generalisasi, gambaran atau
kesan secara mendalam dalam memahami kehidupan dan
menentukan sikap yang harus diambil.
c. Keteramilan dalam menciptakan visi bersama sehingga segala
usaha menuju tujuan tersebut tercapai.
d. Seorang auditor dapat menciptakan suasana nyaman dan
aman sehingga secara psikologis, auditee tidak merasa
terancam dalam memberikan segala sesuatu atau informasi
yang akan ditumbuhkan dalam pelaksanaan proses audit.
Secara normal aspek psikologsi bekerja berdasarkan
aspek fisiologis yang sehat dan disesuaikan dengan keadaan
lingkungan sosial, fasilitas sekitarnya, serta nilai-nilai kehidupan
yang ada. Kesatuan dari ketiga aspek tersebut dalam
perkembangannya pada setiap orang berbeda. Karenanya sering
disebut bahwa manusia adalah makhluk yang unik.
Berdasarkan penjelasan diatas menyatakan bahwa
seorang auditor harus memiliki psikologis yang baik dalam
menjalankan tugasnya. Apabila psikologis auditor tersebut tidak
baik maka akan berdampak kepada tugas yang ia jalankan,
contohnya adalah apabila ia sedang berhadapan dengan auditee
-
31
maka auditee tersebut tidak merasakan nyaman dan tertekan
sehingga akan mempengaruhi hasil dari bukti audit tersebut.
Dampak lainnya juga tidak maksimalnya penyelesaian tugas dari
seorang auditor.
1). Pendekatan dalam psikologi sosial
Menurut Shelley E. Taylor, Letitia Anne Peplau, David O.
Sears (2009) dalam bukunya yang berjudul psikologi sosial
terdapat beberapa teori diantaranya:
(a). Teori motivasi
Teori ini berfokus kepada kebutuhan atau motif individu.
Pengalaman sehari-hari maupun riset psikologi sosial
telah memberikan banyak contoh cara bagaimana
kebutuhan kita bisa memengaruhi persepsi kita.
(b). Pendekatan Teori Belajar
Ide utama dalam teori belajar adalah bahwa perilaku
seseorang sekarang adalah hasil dari pengalaman
sebelumnya.
(c). Teori Kognitif
Pendekatan kognitif menyatakan bahwa perilaku
seseorang akan tergantung pada cara dia memahami
situasi sosial
-
32
(d). Teori Pengambilan Keputusan
Decision-making theories (teori pengambilan keputusan)
mengasumsikan bahwa individu mengevaluasi untung
rugi atau biaya dan manfaat dari berbagai macam
tindakan dan akan memilih alternatif terbaik berdasarkan
pertimbangan yang logis dan rasional.
(e). Teori Interdependensi
Teori kesalingketergantungan (independensi) lebih fokus
pada analisis perilaku dari dua individu atau lebih yang
berinteraksi satu sama lain. Ketika orang-orang
berinteraksi, mereka akan saling memengaruhi. Dalam
term teknis interdependence (interdependensi) berarti
hasil yang diterima oleh seseorang akan bergantung
setidaknya pada perilaku orang lain, dan sebaliknya.
(f). Teori Sosiokultural
Culture (kultur) keyakinan, nilai-nilai, tradisi, dan pola
perilaku yang dialami bersama satu kelompok tertentu.
Sosial norms (norma sosial) aturan atau ekspektasi
tentang bagaimana anggota kelompok seharusnya
berperilaku adalah salah satu unsur penyangga
kebudayaan dan kultur.
Berdasakan berbagai teori yang telah dijelaskan diatas
diantaranya, teori motivasi, teori belajar, teori kognitif, teori
-
33
pengambilan keputusan, teori interdependensi dan teori
sosialkultural menjelaskan bagaimana interaksi antar
individu dalam kelompok. Teori-teori diatas menjelaskan
perilaku yang dikerjakan oleh individu baik dalam dalam
diri, proses, berinteraksi, pengambilan keputusan dan
budaya-budaya yang terdapat di dalam kelompok.
a. Pendekatan dalam psikologi komunikasi
Menurut George A. Miller, psikologi komunikasi adalah
ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan
mengendalikan peristiwa mental dan perilaku komunikasi
individu. Peristiwa mental adalah proses yang mengantarai
stimuli dan respons (internal mediation of stimuli) yang
berlangsung sebagai akibat belangsungnya komunikasi.
Namun, Prof. Nina W. Syam, pada Buku Psikologi
Sebagai Akar Ilmu Komunikasi, memaparkan bahawa dalam
psikologi komunikasi yang terpenting adalah gejala kejiwaan
yang ada pada aliran psikologi, yang sangat bermanfaat untuk
menganalisis proses komunikasi interpersonal, ketika orang
sedang melakukan proses interpretasi dari suatu stimulus, mulai
dari sensasi, asosiasi, persepsi, memori, sampai dengan berfikir,
baik untuk pekerjaan mengirim maupun menerima pesan.
Menurut Fisher dalam Jalaludin Rahmat Psikologi
Komunikasi dan Nina W. Syam Psikologi Sebagai Akar ilmu
-
34
Komunikasi pendekatan psikologi komunikasi memiliki empat
ciri-ciri, yang pertama, adalah Penerimaan Stimuli Secara
Inderawi (Sensory Reception of Stimuly).Kedua, Proses yang
Mengantarai Stimuli dan Respons (Internal Mediation
Of Stimuli). Ketiga, Prediksi Respons (Prediction of
Response). Keempat,Peneguhan Respons (Reinforcement of
Response).
Dari empat ciri tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Penerimaan Stimuli Secara Inderawi (Sensory Reception of
Stimuly).
Pada proses ini komunikasi diawali atau bermula ketika
panca indra kita diterpa oleh stimuli, panca indra tersebut
yakni mata, hidung, telinga, kulit, dan mulut. Stimuli bisa
berbentuk orang, pesan, suara, warna, dan sebagainya;
pokoknya segala hal yang mempengaruhi kita.
b. Proses yang Mengantar Stimuli dan Respons (Internal
Mediation Of Stimuli).
Pada ciri pendekatan ini, stimuli yang ditangkap oleh
alat indera, kemudian diolah dalam otak. Kita hanya
mengambil kesimpulan tentang proses yang terjadi pada
otak dari respons yang tampak. Melalui tanda-tanda yang
diketahui, seperti tersenyum, tepuk tangan, dan meloncat-
loncat, yang memiliki arti sedang gembira.
-
35
c. Prediksi Respons (Prediction of Response).
Pada pendekatan ciri ini, Respons yang terjadi pada masa
lalu dapat dapat dilihat serta dapat diramal responya untuk
masalah mendatang. Kuncinya, harus mengetahui sejarah
respons terdahulu, sebelum meramalkan respons individu saat
ini.
d. Peneguhan Response (Reinforcement of Response)
Pada pendekatan ciri ini timbul perhatian pada gudang
memori (memori storage) dan set (penghubung masa lalu dan
masa sekarang). Salah satu unsur sejarah respons ialah
peneguhan. Peneguhan adalah respons lingkungan (atau
orang lain pada respons organisme yang asli). Berger dan
Lambert menyebutnya feedback (umpan balik), tetapi Fisher
tetap menyebutnya Peneguhan.
Ciri-ciri pendekatan psikologi komunikasi, terlihat
bagaimana psikologi komunikasi memakai perspektif
keilmuan lain dan sekaligus pula menggambarkan
menggambarkan kemandirian psikologi komunikasi sendiri
sebagai sebuah disiplin keilmuan. Dari gambaran itu dapat
dikemukakan bagaimana tujuan umum psikologi
komunikasi.
-
36
Tujuan Psikologi Komunikasi Secara Umum
1) Psikologi meneliti kesadaran dan pengalaman manusia.
Hal tersebut diarahkan pada pusat perhatian perilaku
manusia dan mencoba menyimpulkan proses kesadaran
yang menyebabkan terjadinya perilaku manusia itu.
Psikologi pada perilaku individu komunikan. Ketika akan
melakukan komunikasi, tak bisa dipungkiri
membutuhkan pihak lain sebagai pendengar atau
komunikan untuk merespon pesan yang disampaikan.
2) Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respon
yang terjadi pada masa lalu dapat meramalkan respon
yang terjadi pada masa yang akan datang. George A.
Miller membuat definisi psikologi yang mencakup
semuanya: Psychology is the science that attempts to
describe, predict, and control mental and behavioral
event. Dengan demikian, psikologi komunikasi adalah
imu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan
mengendalikan persistiwa mental dan behavioral dalam
komunikasi. Peristiwa mental adalah ”internal meditation
of stimuli”, sebagai akibat berlangsungya komunikasi.
Komunikasi adalah peristiwa sosial, peristiwa yang
terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia yang
lain. Peristiwa sosial secara psikologis membawa kita
-
37
pada psikologi sosial. Pendekatan psikologi sosial adalah
juga pendekatan psikologi komunikasi.
3) Konsep ini menunjukkan bahwa psikologi komunikasi
sangat berperan dalam perubahan perilaku manusia,
terutama saat manusia berkomunikasi dengan manusia
lain, baik yang sifatnya interpersonal, kelompok, maupun
massa. Ketika seseorang memahami dan mengerti
psikologi komunikasi, saat komunikasi berlangsung
antara komunikator dan komunikan, orang mampu
melihat dan menganalisis gerak dan tingkah kedua
komponen tersebut, yang berbicara dan yang mendengar.
Dengan menganalisis pandangan ini, maka peran ilmu
psikologi komunikasi dalam perkembangan masyarakat
dan pengetahuan cukup besar.
5. Locus Of Control
Locus of Control didefinisikan sebagai persepsi seseorang
tentang sumber nasibnya (Robbins:2003 dalam Alvaro:2008).
Locus of control adalah cara pandang seseorang terhadap suatu
peristiwa apakah dia merasa dapat atau tidak dapat
mengendalikan peristiwa yang terjadi padanya. Konsep Locus of
Control memiliki latar belakang teoritis dalam teori pembelajaran
sosial.
-
38
Larsen & Buss (2002; 371) dalam Carti (2013) adalah sebuah
konsep adalah sebuah konsep yang menggambarkan persepsi
seseorang mangenai tanggung jawabnya atas peristiwa yang
terjadi dalam hidupnya. Sedangkan menurut petri (1981;361)
dalam Carti (2013) menyatakan bahwa “locus of control”
mengandung arti sebagai ekspektasi umum mengenai
kemampuan seseorang untuk mengontrol reinforcemen yang
diterima.
Konsep locus of control terutama didasarkan pada teori
pembelajaran sosial (social learning theory) adalah persepsi
seseorang tentang kenapa sesuatu terjadi atau kekuatan apa yang
mendorong aksinya (Kustini, 2008 dalam Siti dan Edy, 2009)
Sementara menurut Lefcourt dalam Smet dalam Carti, 2013
locus of control mengacu pada derajat dimana individu
memandang peristiwa-peristiwa dalam kehidupannya sebagai
konsekuensi perbuatan-perbuatannya, dengan demikian dapat
dikontrol (control internal) atau sebagai sesuatu yang tidak
berhubungan dengan perilaku sehingga diluar control pribadinya
(control eksternal)
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
dalam locus of control memiliki arti pandangan atau persepsi
seseorang serta di dalam locus of control itu adanya kemampuan
untuk mengontrol atau mengendalikan serta bertanggung jawa
-
39
atas perbuatan atau peristiwa yang dilakukan dan dialami dalam
hidup seseorang tersebut. Locus od control juga dapat di artikan
pandangan seseorang dalam menentukan nasibnya sendiri.
a. Aspek-Aspek Locus Of Control
Konsep locus of control yang dikembangkan oleh Rotter
memiliki empat konsep dasar, yaitu:
1). Potensi Perilaku (Behavior Potensial)
Potensi perilaku mengacu pada kemungkinan bahwa
perilaku tertentu akan terjadi dalam situasi tertentu.
Kemungkinan itu ditentukan dengan referensi pada
penguatan yang bisa mengikuti perilaku tersebut.
2). Pengharapan (Expectarancy)
Pengharapan merupakan kepercayaan individu bahwa dia
berperilaku secara khusus pada situasi yang diberikan akan
diikuti oleh penguatan yang telah diprediksikan.
Kepercayaan ini berdasarkan pada probability
kemungkinan penguatan yang terjadi.
3). Nilai Penguatan (reinforcement value)
Mengenai penjelasan mengenai tingkat pilihan untuk satu
penguatan (reinforcement) sebagai pengganti yang lain.
Setiap orang menemukan penguat yang berbeda nilainya
pada aktivitas yang berbeda-beda. Pemilihan penguatan ini
berasal dari pengalaman yang menghubungkan penguatan
-
40
masa lalu dengan yang terjadi saat ini. Berdasarkan
hubungan ini, berkembang pengharapan untuk masa depan.
Karena itulah terjadi hubungan antara konsep pengharapan
(expectancy) dengan nilai penguatan (reinforcement value).
4). Situasi Psikologi (psychology situation)
Merupakan hal yang penting dalam menentukan perilaku.
Rotter dalam ilmiah (2011) percaya bahwa terus menerus
seseorang akan memberikan reaksi pada lingkungan
internal maupun lingkungan eksternalnya. Seseorang tidak
hanya merespon stimulus eksternal saja tetapi juga kedua
lingkungan. Perkembangan ini yang disebut situasi
psikologi dimana situasi dipertimbangkan secara psikologi
karena seseorang mereaksi hubungan berdasarkan pola-pola
persepsi terhadap stimulus eksternal.
b. Jenis Locus Of Control
Menurut Friedman & Schustack dalam Carti, 2013 “locus of
control terbagi menjadi dua, yakni locus of control internal
dan locus of control eksternal”. Disisi lain, leverson dalam
Azwar (dalam Carti, 2013) “membagi locus of control yang
merupakan bagian dari teori atribusi ke dalam tiga faktor,
yaitu faktor internal (I), faktor Powerfull others (P), faktor
Chance (C)”. Berikut penjelasannya:
-
41
1. Faktor internal (I) merupakan keyakinan seseorang
bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan
terutama oleh kemampuan dirinya sendiri.
2. Faktor powerfull others (P) merupakan keyakinan
seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya
ditentukan terutama oleh orang lain yang lebih berkuasa.
3. Faktor chance (C) merupakan keyakinan seseorang
bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan
terutama oleh nasib, peluang dan keberuntungan.
1. Locus of Control Internal
Locus of control yaitu persepsi atau pandangan individu
bahwa segala macam kejadian yang menimpa hidupnya
ditentukan oleh usaha dan kemampuannya sendiri. Itu
artinya bagi orang yang memiliki locus of control internal
memandang dunia sebagai suatu hal yang dapat di ramalkan
dan perilaku individu turut serta di dalamnya. Crider dalam
Carti menjelaskan ada beberapa ciri individu yang
cenderung memiliki locus of control internal, yakni sebagai
berikut:
a. Suka bekerja keras.
b. Memiliki inisiatif yang tinggi.
c. Selalu berusaha untuk menemukan pemecahan masalah.
d. Selalu mencoba untuk berpikir seefektif mungkin.
-
42
e. Selalu mempunyai persepsi bahwa usaha harus
dilakukan jika ingin berhasil.
Melihat beberapa ciri diatas, dapat diketahui bahwa
individu yang memiliki kecenderung locus of control
internal lebih mengutamakan usahanya sendiri dalam
menghadapi sesuatu. Mereka memandang tinggi
kemampuan mereka sendiri. Selain itu, orang dengan locus
of control internal yang tinggi cenderung akan bekerja keras
dan memiliki pandangan bahwa usaha yang dilakukannya
akan berhasil. Sementara itu, jika ciri-ciri individu dengan
locus of control internal dikaitkan dengan konsep motivasi,
akan terlihat jelas bahwa individu dengan locus of control
internal yang tinggia cenderung memilki motivasi yang
tinggi pula.
2. Locus Of Control Eksternal
Locus of control eksternal yaitu persepsi atau
pandangan bahwa segala macam kejadian yang menimpa
hidupnya ditentukan oleh faktor dari luar, diantaranya
faktor kesempatan, keberuntungan, nasib dan adanya orang
lain yang berkuasa. Itu artinya orang yang locus of
controlnya akan memandang dunia sebagai hal yang tidak
dapat diramalkan. Demikian juga dalam mencapai tujuan
sehingga perilaku individu tidak akan memiliki peran
-
43
didalamnya. Lebih lanjut Crider (dalam Kustini)
menjelaskan ada beberapa ciri individu yang memiliki
kecenderungan locus of control eksternal, yakni sebagai
berikut:
a. Kurang memiliki inisiatif.
b. Mempunyai harapan bahwa ada sedikit korelasi antara
usaha dan kesuksesan.
c. Kurang suka berusaha, karena mereka percaya bahwa
faktor luarlah yang mengontrol.
d. Kurang mencari informasi untuk memecahkan masalah
Melihat beberapa ciri individu yang cenderung
memiliki locus of control eksternal memiliki semangat
hidup yang rendah. Karena mereka menganggap bahwa
semua peristiwa yang terjadi dalam hidupnya disebabkan
oleh faktor nasib, keberuntungan, kesempatan atau bahkan
karena pengaruh orang lain. Disamping itu, mereka juga
cenderung memiliki inisiatif yang rendah dan kurang
berusaha untuk memandang kemampuannya sendiri. Jika
individu memiliki locus of control eksternal yang tinggi,
mereka akan menganggap bahwa apa yang terjadi dalam
hidupnya karena adanya faktor dari luar dirinya, seperti
keberuntungan, nasib atau disebabkan oleh tindakan orang
lain. Inilah yang dikhawatirkan jika mereka tetap
-
44
menganggap bahwa segala hal yang terjadi dalam
hidupnya karena adanya faktor dari luar, mereka juga akan
mengalami putus asa. Karena mereka menganggap bahwa
diri mereka tidak memiliki kontrol atas lingkungannya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirangkum indikator
penelitian mengenai locus of control yang akan diungkap
dalam penelitian ini yakni sebagai berikut:
1. Percaya pada kemampuan diri
Artinya bagaimana individu dalam memandang
kemampuannya sendiri. Jika individu memiliki
pandangan yang tinggi atas kemampuannya, individu
cenderung memiliki locus of control internal. Namun
sebaliknya jika individu memiliki pandangan yang
rendah atas kemampuan dirinya, cenderung akan
memandang bahwa fakor luar lah yang memiliki kuasa
atas dirinya dan itu artinya mereka cenderung memiliki
locus of control eksternal.
2. Percaya pada usaha
Artinya individu suka bekerja keras dalam
menghadapi sesuatu dan mempunyai persepsi bahwa
usaha yang dilakukannya akan berhasil. Mereka juga
tidak mudah menyerah pada suatu keadaan jika mereka
-
45
menemui kesulitan. Bahkan mereka malah selalu
berusaha menemukan jalan keluar atas permasalahannya.
3. Keyakinan pada kekuatan orang lain
Artinya individu menganggap bahwa orang lain
memiliki peran besar dalam hidupnya, dibandingkan
dengan dirinya tidak memiliki kekuatan apa-apa. Hal ini
bisa menjadi faktor penting yang menyebabkan
seseorang memiliki locus of control eksternal yang
tinggi. Orang yang memiliki keyakinan pada kekuatan
orang lain cenderung akan memandang rendah
kemampuan dirinya dan bekerja keras tidak akan
memberikan hasil yang berarti. Mereka merasa tidak
akan bisa melakukan segala sesuatunya tanpa ada orang
lain yang memiliki kekuasaan atas dirinya. Orang yang
memiliki keyakinan pada kekuatan orang lain juga tidak
akan bisa menjadi mandiri dan cenderung bergantung
pada orang lain.
4. Percaya pada nasib
Artinya individu berkeyakinan bahwa segala hal
yang terjadi dalam hidupnya ditentukan oleh adanya
nasib, baik itu nasib baik atau pun nasib buruk. Nasib,
keberuntungan dan kesempatan adalah suatu hal yang
diyakini seseorang bahwa ketiganya akan selalu
-
46
menyertainya setiap kali mereka melakukan apapun.
Namun sesungguhnya keberuntungan maupun
kesempatan sudah termasuk dalam nasib, khususnya
nasib baik. Oleh karena itu, seseorang cenderung
memaknai sesuatu sebagai nasib baik jika mereka
mendapatkan keberuntungan atau kesempatan. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor dari luar yang
menyebabkan seseorang memiliki locus of control
eksternal lainnya adalah faktor nasib.
6. Komunikasi dalam Tim Audit
Menurut Ivancevich dan Matteson (1987) dalam Nugraheni
(2005) dalam Widyawati dan Deasy (2013), komunikasi dalam
suatu kelompok adalah pengiriman informasi oleh salah seorang
anggota kelompok kepada anggota yang lain dengan
menggunakan simbol-simbol tertentu. Profesi akuntan publik
tidak terlepas dari proses komunikasi karena akuntan publik
selalu dituntut untuk melakukan komunikasi yang baik dengan
klien maupun dengan karyawan professional dan klerikal dalam
perusahaan. Putusnya komunikasi antar akuntan dapat memberi
pengaruh kurang baik terhadap kinerja akuntan, selain itu dapat
menimbulkan konsekuensi yang membahayakan perusahaan dan
juga menghambat kemampuan akuntan untuk menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik, seperti yang dikemukakan oleh
-
47
Hammer dan Galvin (1983) dalam Rachma (2000). Di dalam
proses komunikasi, ada beberapa elemen kunci yang harus
diperhatikan agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, yaitu:
berfikir (thinking), pencatatan (encoding), menyalurkan
(transmitting), merasakan (perceiving), menguraikan (deciding).
pemahaman (understanding). Komunikasi menurut Scott dan
Mitchell (1976) dalam Ibrahim (2001), menjalankan empat fungsi
utama di dalam suatu kelompok atau organisasi, yaitu:
1. Kendali (kontrol atau pengawasan).
Komunikasi bertindak untuk mengendalikan perilaku
anggota dalam beberapa cara. Misalnya, bila para karyawan
diminta untuk terlebih dahulu mengkomunikasikan setiap
keluhan yang berkaitan dengan pekerjaan kepada atasan
langsungnya, sesuai dengan uraian tugasnya, atau sesuai
dengan kebijaksanaan perusahaan, maka komunikasi itu
suatu fungsi kontrol.
2. Motivasi.
Komunikasi membantu perkembangan motivasi dengan
menjelaskan kepada para karyawan apa yang harus
dilakukan, bagaimana mereka bekerja dengan baik dan apa
yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerja jika itu
dibawah standar.
-
48
3. Pengungkapan Emosional.
Komunikasi yang terjadi di dalam kelompok itu merupakan
mekanisme fundamental dengan mana anggota-anggota
menunjukkan kekecewaan dan rasa puas mereka. Oleh
karena itu, komunikasi menyiarkan ungkapan emosional
dari perasaan dan pemenuhan kebutuhan sosial.
4. Informasi.
Komunikasi memberikan informasi yang diperlukan
individu dan kelompok untuk keputusan dengan
meneruskan data guna mengenali dan menilai pilihanpilihan
alternatif. Komunikasi yang terjalin diantara anggota tim
audit menjadi aktivitas yang sangat fundamental untuk
mencapai hasil akhir, yaitu opini audit. Kesuksesan kerja
tim audit dipengaruhi oleh komunikasi penyampaian
informasi dalam tim audit. Komunikasi yang dimaksudkan
dalam penelitian ini adalah komunikasi yang digunakan
oleh Rudolph dan Welker dalam Muhammad (2005) yang
terdiri dari empat dimensi, yaitu: kecukupan informasi,
boundary spanning, kepuasan terhadap pengawasan,
keakuratan informasi.
1. Kelebihan Informasi
Kelebihan (overload) informasi adalah sebuah keadaan
dimana informasi diterima dalam jumlah yang
-
49
terlampau besar sehingga muatan-muatan informasi
tersebuat menyebabkan atau memicu timbulnya reaksi-
reaksi negatif pada diri receiver. Parameter besar, kecil
atau terlampau besarnya informasi yang diterima tidak
diukur secara absolut dengan satuan tertentu. Terlampau
besarnya informasi yang diterima diukur dengan
tergangunya sebuah proses komunikasi dalam sebuah
entitas.
2. Boundary Spanning
Boundary spanning adalah tingkatan dimana para
anggota tim melakukan komunikasi dengan pihak luar
tim, seperti ahli statistik dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi berkaitan dengan proses audit.
Rudolp dan Welker dalam Muhammad (2005)
mendefinisikan boundary spanning sebagai serangkaian
aktivitas para anggota kelompok yang saling
berinteraksi menyampaikan atau menerima informasi
untuk tujuan pengambilan keputusan . aktivitas ini
terjadi ketika auditor melakukan akses dengan orang
lain, yang dimaksudkan dalam hal ini bisa rekan
sekantor maupun orang-orang dari luar kantor tempat ia
bekerja, yang sekiranya dapat diandalkan untuk
-
50
memberikan masukan informasi yang berkaitan dengan
penugasan.
3. Kepuasan atas Penugasan
Indikator yang mempengaruhi tingkat komunikasi
dalam tim audit adalah kualitas dan kuantitas yang
diterima para auditor dari supervisornya. Pengawasan
memerlukan sebuah proses pengarahan tentang
aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh para auditor.
Pengawasan meliputi proses komunikasi antara atasan
(supervisor) dengan bawahan (auditor) yang terdiri dari
intruksi tugas, penjelasan tujuan kegiatan nasehat yang
berguana, dan proses penilaian yang membangun dari
kondisi awal perencanaan sampai dengan pasca
pembuatan keputusan.
4. Keakuratan dalam Informasi
Keakuratan informasi, mencerminkan keberadaan
kualitas informasi yang dipertukarkan dalam tim audit.
Potensi buruk yang mungkin diperoleh dari struktur
adalah mengarahkan tim untuk patuh terhadap aturan
yang dapat mempengaruhi kualitas informasi yang
dipertukarkan oleh para pembuat keputusan. Tingginya
tingkat formalitas dalam proses audit dapat mendorong
para anggota untuk selalu mengikuti aturan karena
-
51
aturan-aturan tersebut merupakan dasar pembuatan
evaluasi. Aturan bisa menjadi lebih penting untuk para
anggota tim dari pada tujuan-tujuan yang dengan alasan
tersebut aturan-aturan tersebut disusun.
Berdasarkan penjelasan diatas yang dimaksudkan dengan
penelitian ini erat kaitannya dengan tugas audit. Jadi variabel ini
mengacu pada informasi yang mendukung data yang disajikan
dalam laporan keuangan. Informasi bisa terdiri atas data
akuntansi dan informasi pendukung lainnya yang sekiranya
bermanfaat sebagai dasar bagi auditor untuk menyatakan
pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan klien.
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Struktur Organisasi Terhadap Komunikasi dalam Tim Audit
Menurut Rifqi menunjukan struktur organisasi berpengaruh
secara signifikan terhadap komunikasi dalam tim audit dan menurut
Bamber dan Bylinski (1982) dalam Rifqi (2005) berpendapat bahwa
secara umum tim audit mempunyai bentuk struktur mekanis. Dalam
penelitian ini, bentuk struktur mekanis merupakan salah satu
pertimbangan yang digunakan karena bentuk struktur ini
mempengaruhi proses komunikasi (Klaus dan Bass, 1982) maka dapat
di simpulkan bahwa struktur organisasi berpengaruh secara signifikan
terhadap komunikasi dalam tim audit.
-
52
Struktur audit membantu auditor dalam melakukan audit lebih
terarah, sehingga dapat meningkatkan kinerja auditor. Staf audit yang
tidak mengetahui 5 struktur audit akan mengalami kesulitan dalam
audit. Hal ini mempengaruhi koordinasi sehingga dapat mengganggu
kinerja auditor. Hasil penelitian Fanani (2008) dan Eriani (2010)
menunjukkan bahwa Kantor Akuntan Publik yang menggunakan
struktur audit meningkatkan kinerja auditor. Struktur audit dapat
membantu setiap langkah kerja yang akan dilakukan oleh auditor serta
memudahkan setiap langkah kerja auditor.
Sedangkan menurut Bamber dan Snowball (1998) dalam Rheny
(2013) setiap staf audit harus memiliki pengetahuan tentang struktur
audit yang baku karena tanpa pengetahuan tersebut staf audit
cenderung mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya. Hal ini
berkaitan dengan koordinasi arus kerja, wewenan