PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JINTEN HITAM …/Pengaru… · I. Cara Kerja ... Perkembangan terapi...
Transcript of PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JINTEN HITAM …/Pengaru… · I. Cara Kerja ... Perkembangan terapi...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JINTEN HITAM (Nigella sativa)
SEBAGAI TERAPI ADJUVAN TERHADAP HITUNG NEUTROFIL
MENCIT BALB/C MODEL SEPSIS
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
ANISA PRASTIWI
G0008005
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Pengaruh Pemberian Minyak Jinten Hitam (Nigella
sativa) Sebagai Terapi Adjuvan Terhadap Hitung Neutrofil Mencit Balb/C
Model Sepsis
Anisa Prastiwi, NIM : G0008005, Tahun : 2011
Telah diuji dan sudah disahkan dihadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada hari Selasa , Tanggal 21 November 2011
Pembimbing Utama Suyatmi, dr.,M.BiomedSc NIP. 19720105 200112 2 001 (..................................) Pembimbing Pendamping DR.Kiyatno,dr.,M.Or.,PFK.,AIFO NIP. 19480118 197603 1 002 (..................................) Penguji Utama Muthmainah, dr., MKes NIP. 19660702 199802 2 001 (..................................) Anggota Penguji Arif Suryawan, dr., AIFM NIP. 19580327 198601 1 001 (....................................)
Surakarta,........................2011
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zaenal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM
NIP. 19660702 199802 2 001 NIP. 19510101 197903 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, April 2011
Muhammad Aria Novianto
NIM. G0008227
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Muhammad Aria Novianto, G0008227, 2011. Perbedaan Kecerdasan Emosi pada Mahasiswa Aktivis UKM dengan Mahasiswa Non Aktivis UKM di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecerdasan emosi pada mahasiswa aktivis UKM dengan mahasiswa non aktivis UKM di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Maret 2011 di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pengambilan sampel dilaksanakan secara purposive random sampling dengan criteria inklusi adalah (1) Mahasiswa semester VI (Angkatan 2008) (2) Bersedia menjadi responden dan telah menyetujui lembar informed consent. Sampel tidak dapat dipilih jika (1) Skor LMMPI lebih dari sama dengan 10 (2) Penyakit fisik yang berat (3) Pernah mengikuti pelatihan EQ. Sampel mengisi lembar biodata dan informed consent sebagai tanda persetujuan, (2) kuesioner skala L-MMPI untuk menilai dan mengetahui kejujuran dalam menjawab pertanyaan yang diberikan, (3) kuesioner Kecerdasan Emosi. Diperoleh 84 data dan dianalisis menggunakan (1) Uji normalitas data Kolmogorov-Smirnov (2) Uji Mann-Whitney melalui program SPSS 17.0 for Windows. Hasil Penelitian: Penelitian ini menunjukkan (1) rerata skor kecerdasan emosi pada mahasiswa aktivis UKM sebesar 118,5 ± 11,127 dan untuk mahasiswa non aktivis UKM sebesar 107,2 ± 9,620 (2) hasil uji Mann-Whitney menunjukkan p = 0,000. Simpulan Penelitian: Terdapat perbedaan kecerdasan emosi yang signifikan antara mahasiswa aktivis UKM dengan mahasiswa non aktivis UKM di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Mahasiswa aktivis UKM lebih tinggi kecerdasan emosinya dibandingkan mahasiswa non aktivis UKM. Kata kunci : mahasiswa aktivis UKM, mahasiswa non aktivis ukm, kecerdasan
emosi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Muhammad Aria Novianto, G0008227, 2011. The Differences of Emotional Quotient between Student Organization Activist and Student Organization Non Activist in Medical Faculty of Sebelas Maret University. Medical Faculty of Sebelas Maret University Surakarta. Objectives: This research aims to know the difference of emotional quotient between student organization activist and student organization non activist in Medical Faculty of Sebelas Maret University. Methods: This research was an analytical descriptive research using cross sectional approach and had been done in March 2011 in Medical Faculty of Sebelas Maret University. Data was collected by using purposive random sampling method within inclusion and exclusion criteria. The inclusion criteria were student semester VI (Force 2008), willing to be a respondent and approved the informed consent has sheet. Samples can not be selected if the score LMMPI more than equal to ten, severe physical illness, ever EQ training. Sample fill the biodata and informed consent as a sign of approval, L-MMPI scale questionnaire to assess and find honesty in answering questions given, questionnaire Emotional Quotient. Eighty four samples were obtained and analyzed using data normality test with Kolmogorov-Smirnov and Mann-Whitney test through SPSS 17.00 for Widows.…………………………………………………. Results : This research shows a significant mean difference of emotional quotient for student organizationactivist is 118,5 ± 11,127 and for non activist student organizationnon activist is 107,2 ± 9,620. The Mann Whitney test shows p=0,000 Conclusion: This study found a significant difference of emotional quotient between student organization activist and student organization non activist in Medical Faculty of Sebelas Maret University. The student organization activist is more than student organization non activist. Key words : student organization activist, student organization nnon activist,
emotional quotient.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Alhamdulillaah, segala puji syukur bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan taufik, hidayah, dan kekuatan serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Perbedaan Kecerdasan Emosi pada Mahasiswa Aktivis UKM dengan Mahasiswa Non Aktivis UKM di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku ketua tim skripsi beserta tim skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Prof. Dr. H. M. Fanani, dr., SpKJ (K), selaku Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasehat.
4. Vitri Widyaningsih dr., selaku Pembimbing Pendamping yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasehat.
5. Hj. Makmuroch, Dra., MS, selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan dan nasehat.
6. Slamet Riyadi, dr., M.Kes, selaku Anggota Penguji yang telah memberikan bimbingan dan nasehat.
7. Bapak, Ibu, adik serta seluruh keluarga yang telah memberi dukungan moral, material, serta senantiasa mendoakan untuk terselesaikannya skripsi ini.
8. Teman-teman cHocLatoZz (Nanung, Gerry, Luthfi, Willy dll) dan Kejutan 2008 (Maik, Tiwi, Ira, Imam dll) yang telah memberi dukungannya.
9. Teman-teman Kost Techno House yang selalu memotivasi penulis dengan tawa dan semangat mereka.
10. Teman-teman mahasiswa angkatan 2008 atas bantuannya dalam mengisi kuesioner dalam penelitian ini.
11. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.
Surakarta, 16 April 2011
Muhammad Aria Novianto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 3
BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................................. 5
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 5
1. Kecerdasan Emosi ........................................................................... 5
2. Pengertian Aktivis ........................................................................... 11
3. Unit Kegiatan Mahasiswa.................................................................. 12
4. Hubungan Kecerdasan Emosi terhadap Aktivis UKM..................... 13
B. Kerangka Berpikir ............................................................................. 15
C. Hipotesis ............................................................................................ 16
BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 17
A. Jenis Penelitian............................................................................... 17
B. Lokasi Penelitian............................................................................ 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
C. Subyek Penelitian.......................................................................... 17
D. Teknik Sampling .......................................................................... 18
E. Identifikasi Variabel Penelitian..................................................... 18
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...................................... 18
G. Instrumen Penelitian ..................................................................... 19
H. Rancangan Penelitian .................................................................... 22
I. Cara Kerja .................................................................................... 22
J. Teknik Analisis Data..................................................................... 23
BAB IV. HASIL PENELITIAN ........................................................................... 24
A. Deskripsi Sampel ............................................................................. 24
B. Analisis Statistika............................................................................. 25
BAB V. PEMBAHASAN .................................................................................... 30
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 33
A. Simpulan .......................................................................................... 33
B. Saran ................................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 35
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Perlakuan ............................................. 33
Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ...................................... 34
Tabel 3. Rerata Skor EQ ...................................................................................... 34
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Data dengan Kolmogorov-Smirnov test .............. 36
Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas Skor EQ dengan Levene’s Test ......................... 37
Tabel 6. Hasil uji Mann Whitney…...…………………………………………...38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Tabel 1. Boxplots Skor EQ ................................................................................... 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran
Lampiran 2. Identitas Sampel dan Informed Consent
Lampiran 3. Kuesioner L-MMPI
Lampiran 4. Kuesioner EQ
Lampiran 5. Data Mentah Hasil Penelitian
Lampiran 6. Distribusi Data
Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas Data
Lampiran 8. Hasil Analisis Data Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sepsis merupakan proses infeksi dan inflamasi kompleks yang terjadi karena
adanya respons tubuh yang berlebihan terhadap rangsangan produk mikroorganisme
(Guntur, 2008). Morbiditas dan mortalitas sepsis di Indonesia masih sangat tinggi. Sepsis
masih menjadi penyebab utama kematian di sejumlah Intensive Care Unit (ICU). Selama
periode Januari 2006 - Desember 2007 di bagian Perinatal Intensive Care Unit/ Neonatal
Intensive Care Unit (PICU/NICU) Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Surakarta,
terdapat angka kejadian sepsis 33,5% dengan tingkat mortalitas sebesar 50,2%
(Pudjiastuti, 2008). Perkembangan terapi dengan obat-obatan akan berdampak secara
mendasar pada morbiditas dan mortalitas sepsis. Berdasarkan hasil penelitian tahap
Randomized Control Trials (RCTs), berbagai terapi adjuvan seperti anti-lipopolisakarida
(anti-endotoksin), anti-CD14, anti-Lipopolisakarida Binding Protein (anti-LBP), anti-
TNF-α, IL-1ra, ibuprofen, kortikosteroid dosis tinggi, bradikinin antagonist, platelet-
activating factor acetyl hydrolase, elastase inhibitor, nitric oxide synthase inhibitor tidak
memperlihatkan perbaikan kelangsungan hidup penderita sepsis (Rolfes, 2006; Guntur,
2008). Oleh karena itu, diperlukan suatu terapi adjuvan baru yang dapat memberikan
perbaikan pada pasien sepsis, salah satunya adalah jinten hitam (Nigella sativa).
Nigella sativa (jinten hitam) merupakan tanaman obat tradisional dari daerah
Mediterania yang dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit karena
memiliki efek antibakteri, antiinflamasi, analgesik, antipiretik, antioksidan, bersifat
hepatoprotektor dan renoprotektor serta mampu meningkatkan sistem imun (Navdeep,
2009). Namun sampai saat ini belum ada penelitian yang membuktikan bahwa minyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
2
jinten hitam (Nigella sativa) dapat digunakan untuk menginduksi apoptosis neutrofil
melalui jalur NF κ-β dan caspase-3 pada sepsis. Oleh karena itu, peneliti ingin
mengetahui pengaruh pemberian minyak jinten hitam terhadap neutrofil serum.
Pemberian minyak jinten hitam diharapkan memiliki potensi sebagai terapi adjuvan
dalam penatalaksanaan sepsis sehingga dapat menekan tingkat morbiditas dan mortalitas
sepsis.
Kondisi patologis pada sepsis dapat mempengaruhi hampir semua komponen sel
dalam sirkulasi termasuk neutrofil (De Backer et al., 2002; Spronk et al., 2004; Trzeciak
and Rivers, 2005). Lipoprotein bakteri yang terikat pada Toll Like Receptor-2 (TLR-2)
dan CD14+ pada permukaan neutrofil akan mengaktifkan Nuclear Factor κ-β (NF κ-β)
dan menghambat depolarisasi membran mitokondria sehingga akan menurunkan cysteine
aspartatespesific protease-3 (caspase-3) dan caspase-9. Akibatnya, masa hidup neutrofil
dalam sirkulasi memanjang (Ayala et al., 2002; Lomas et al., 2003). Neutrofil ini
selanjutnya akan beradhesi dengan endotel dan mengeluarkan lisozim serta senyawa
superoksidan yang akan merusak endotel sehingga terjadi gangguan vaskuler dan
menyebabkan Multiple Organ Failure (MOF) (Guntur, 2008). Hal tersebut diperkuat
oleh pendapat Bone (1997) dan Cohen (1996) bahwa kerusakan organ multipel pada
sepsis terjadi akibat inflamasi sistemik serta trombosis dan koagulasi pada pembuluh
darah kecil sehingga terjadi syok septik dan kematian. Nigella sativa mengandung
senyawa thymoquinone yang memiliki efek positif terhadap sistem imun. Mekanisme
kerjanya adalah menghambat translokasi NF-κB ke dalam nukleus sehingga menurunkan
sintesis sitokin proinflamasi, kemokin, adhesion factor serta faktor koagulasi (Clark and
Coppersmith, 2007; Navdeep, 2009). Nigella sativa juga secara signifikan mampu
mengurangi level stres oksidatif yang memicu sintesis sitokin pro-inflamasi melalui
molekul adhesi (Turkdogan et al. 2000). Aktivitas Nigella sativa sebagai antioksidan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
3
serta antiinflamasi tersebut dapat diaplikasikan pada kondisi patologis yang memiliki
respons inflamasi berlebih seperti pada sepsis. Selain itu, tanaman ini memiliki nilai
lebih karena toksisitasnya yang lebih rendah, harganya yang terjangkau serta mudah
ditemukan di lingkungan sekitar.
B. Rumusan Masalah
Adakah pengaruh pemberian minyak jinten hitam (Nigella sativa) sebagai terapi
adjuvan terhadap hitung neutrofil mencit Balb/C model sepsis?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak jinten hitam (Nigella sativa)
sebagai terapi adjuvan terhadap hitung neutrofil mencit Balb/C model sepsis.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Ilmiah
Penelitian ini dapat memberi masukan dalam ilmu pengetahuan tentang
pengembangan minyak jinten hitam (Nigella sativa) sebagai terapi adjuvan pada
kasus sepsis.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam penelitian
tentang memanfaatkan minyak jinten hitam (Nigella sativa) sebagai terapi adjuvan
pada kasus sepsis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Nigella sativa
a. Klasifikasi Tumbuhan
Kerajaan (Kingdom) : Plantae
Divisi (Division) : Magnoliophyta
Kelas (Class) : Magnoliopsida
Bangsa (Ordo) : Ranunculales
Suku (Family) : Ranunculaceae
Marga (Genus) : Nigella
Jenis (Species) : Nigella sativa
b. Sinonim
Black cumin, fennel flower, Nutmeg flower, Roman coriander, black
seed, black caraway, black onion seed, kalonji, habatussauda, habbat
albarakah (Attia et al., 2008).
c. Deskripsi Tanaman
Nigella sativa merupakan tumbuhan dengan tinggi sekitar 20-30 cm,
berbatang halus, daunnya berbau segar, bunganya berwarna biru lembut dengan
5-10 kelopak, tumbuh liar sampai ketinggian 1100m di atas permukaan laut.
Biasanya ditanam di daerah pegunungan atau sengaja ditanam di halaman atau
ladang sebagai tanaman rempah - rempah. Buahnya berbentuk kapsul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
5
menggembung, terdiri dari 3-7 folikel, yang masing - masing berisi beberapa
biji. Bentuk bijinya kerucut kecil dan berserabut, panjangnya berukuran tidak
lebih dari 3 mm. Memiliki aroma, bentuk yang sama seperti biji wijen, namun
berwarna hitam. Bijinya digunakan untuk rempah - rempah dan obat - obatan
(Attia et al., 2008).
Gambar 2.1. Tanaman Nigella sativa
Gambar 2.2. Tanaman Nigella sativa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
6
d. Kandungan Kimia
1) Fixed Oil
Kandungan asam lemak dalam jinten hitam sebagai berikut:
Tabel 1. Kandungan Asam Lemak Dalam Jinten Hitam
Asam Lemak Persentase
Asam laurat
Asam miristat
Asam palmitat
Asam stearat
Asam oleat
Asam linoleat
Asam linolenat
Asam eicosadinoat
0,6
0,5
12,5
3,4
23,4
55,6
0,4
3,1
Total 99,5
Sumber: Nickavar et al., 2003
Dari komposisi di atas diketahui bahwa jinten hitam lebih banyak
mengandung asam lemak tidak jenuh (82,5%). Asam lemak tidak jenuh
yang terpenting adalah asam linoleat dan asam oleat (Wardlaw and Smith,
2006).
Asam linoleat termasuk golongan asam omega-6 dengan dua ikatan
rangkap (Almatsier, 2001). Asam lemak ini dibutuhkan untuk pertumbuhan
dan fungsi normal semua jaringan. Hewan dan manusia tidak dapat
menambahkan ikatan rangkap pada karbon ke-3 dan ke-6 pada asam lemak
yang ada di dalam tubuh sehingga tidak dapat mensintesis asam lemak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
7
tersebut. Oleh karena itu, asam linoleat merupakan asam lemak esensial
(Wardlaw and Smith, 2006).
Asam oleat termasuk asam lemak tidak jenuh dengan satu ikatan
rangkap (monounsaturated fatty acid=MUFA). MUFA adalah asam lemak
yang kehilangan dua atom hidrogen dan mempunyai satu ikatan rangkap.
MUFA bermanfaat untuk menurunkan risiko terjadinya penyakit
kardiovaskuler dengan cara menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol
total (Rolfes et al., 2006).
2) Volatile oil
Volatile oil dari Nigella sativa mengandung beberapa zat seperti
trans-anethole, carvone, cymene, thymohydroquinone, thymoquinon, d-
limonene, nigellin, dan nigellone (Nickavar et al., 2003). Limonene
bermanfaat dalam memicu produksi enzim untuk mendetoksifikasi
karsinogen sehingga menghambat pertumbuhan kanker (Rolfes et al.,
2006).
3) Kandungan Lain
Komposisi gizi dari biji jinten hitam meliputi karbohidrat 35%,
lemak 35-38% dan protein 21%. Sisanya berupa vitamin, mineral dan zat
lain. Karbohidrat dalam jinten hitam berupa monosakarida, yaitu glukosa,
rhamosa, xylosa dan arabinosa. Selain itu, Nigella sativa juga mengandung
non-starch polysaccharide sebagai sumber serat tinggi (Nickavar et al.,
2003).
Protein yang terkandung di dalam jinten hitam ada 15 macam, di
antaranya alanin, arginin, sistin, asam glutamat, glisin, lisisn, methionin,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
8
phenylalanin, threonin, tryptophan, asparagin, isoleusin dan leusin
(Nickavar et al., 2003).
Selain itu, jinten hitam juga mengandung alkaloid, saponin, asam
askorbat, asam dehidroaskorbat, lipase, phytosterol, beta-sitosterol, alpha-
spinasterol, stigmasterol, campesterol dan tannin. Saponin diketahui dapat
menghambat replikasi DNA pada sel kanker serta menstimulasi sistem
imun. Tannin memiliki efek sebagai antioksidan yang dapat menghambat
aktivitas zat karsinogenik dan perkembangan kanker. Phytosterol
merupakan zat dari tumbuhan yang mempunyai struktur mirip kolesterol
sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol darah melalui kompetisi
absorbsi di usus (Rolfes et al., 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
9
Tabel 2. Kandungan kimia jinten hitam
Nilai Nutrisi
Rata-rata
Kandungan kimia
Nigella sativa per-
100 gram kadar
air
US
RDA
B
% of US
RDAB
INQ
%
Energi (kkal
(MJ) )
Protein (gram)
Tiamin (mg)
Riboflavin (mg)
Piridoksin (mg)
Niasin (mg)
Kalsium (mg)
Besi (mg)
Tembaga (mg)
Seng (mg)
Fosfor (mg)
Folasin (mg)
531 (222)
20,8
1,5
0,1
0,5
5,7
185,9
10,5
1,8
6
526,5
0,061
2300 (9,63)
65
1,5
1,7
2
20
1000
18
2
15
1000
0,4
23,1
32
100
5,9
25
28,5
18,6
53,8
90
40
52,7
15,3
1
14
4,3
0,3
1,1
1,2
0,8
2,5
3,9
1,7
2,3
0,7
RDAB : Recommended Dietary Allowences For Bodybuilders
INQ : Index Of Nutritional Quality
Sumber : Yulianti et al., 2006
e. Efek Farmakologis
Berbagai penelitian menunjukkan efek Nigella sativa sebagai
antioksidan, analgesik, antipiretik, antihipertensi, bronkodilator, antibakteri,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
10
imunomudulator, anti ulkus, anti jamur, antihelmintes, antitumor, antidiabetik,
berpotensi meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menurunkan kadar lemak,
kolesterol serum, trigliserida, menghambat nekrosis hepar dan renoprotektif,
(Bashandy, 2006). Beberapa senyawa yang terkandung dalam minyak Nigella
sativa seperti thymoquinone,dithymoquinone, thymohydroquinone dan thymol
memiliki aktivitas antioksidan, antimikroba, agen hipoglikemik, antitumor, efek
hepatoprotektif, inhibitor sintesis eikosanoid dan peroxidasi membran lipid
(Thippeswamy, 2005).
Nigella sativa dan komponen aktifnya thymoquinone (TQ), dapat
menghambat peroksidasi lipid non-enzimatik pada liposom dan memiliki
potensi menetralkan radikal bebas. Kemampuannya sebagai antioksidan telah
terbukti dalam melawan hepatotoksisitas CCL4, fibrosis hati dan sirosis serta
kerusakan hepar. Nigella sativa secara signifikan dapat mengurangi level
Oxidative Stress Index (OSI) dan Total Oxidative Status (TOS) yang
mengindikasikan tingkat stres oksidatif jaringan. Mekanisme aktivitas stres
oksidatif dapat menyebabkan pembentukan sitokin pro-inflamasi melalui
molekul sel adhesi.Selain itu, Nigella sativa dapat meningkatkan level Total
Antioxidant Capacity (TAC) yang menunjukkan kadar antioksidan pada
jaringan hepar (Turkdogan et al. 2000).
Thymoquinone yang terkandung dalam Nigella sativa juga dapat
menghambat tromboksan B2 dan leukotrien B4 (dengan menghambat
cyclooxygenase dan 5-lipooxygenase) serta peroksidasi membran lipid.
Thymoquinone terbukti menghambat sitokin proinflamasi seperti IL-1ß, IL-8,
dan kemokin seperti Macrophage Chemotactic Protein-1 (MCP-1). Mekanisme
kerjanya adalah melalui inhibisi terhadap TNF-α yang menginduksi aktivasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
11
NF-κB serta menghambat translokasi NF-κB ke dalam nukleus (Navdeep,
2009). Aktivitasnya sebagai antioksidan serta anti-inflamasi tersebut dapat
diaplikasikan pada kondisi patologis yang memiliki respon inflamasi berlebih
seperti pada sepsis.
2. Sepsis
a. Definisi Sepsis
Sepsis adalah suatu sindroma klinik yang terjadi sebagai manifestasi
proses inflamasi imunologi karena adanya respon tubuh yang berlebihan
terhadap rangsangan produk mikroorganisme (Guntur, 2008; Hotchkiss et al.,
2003). Untuk mencegah timbulnya kerancuan, disepakati standardisasi
terminologi. Pada bulan Agustus 1991, telah dicapai konsensus yang dihasilkan
American College of Chest Physicians / Society of Critical Care Medicine
sebagai berikut (Eny, 2004):
1) Infeksi, respon inflamasi akibat adanya mikroorganisme yang secara normal
pada jaringan tersebut seharusnya steril.
2) Bakteriemi, adanya bakteri hidup dalam darah.
3) Systemic Inflammatory Response Syndrome merupakan reaksi inflamasi
masif sebagai akibat dilepasnya berbagai mediator secara sistemik yang
dapat berkembang menjadi disfungsi organ atau Multiple Organ
Disfunction (MOD) dengan tanda klinis:
a) Temperatur > 38,30C atau < 35,60C
b) Denyut jantung > 90 kali/menit
c) Frekuensi nafas > 20 kali /menit atau PaCO2 < 32 torr (< 4,3 kPa)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
12
d) Hitung leukosit > 12.000 sel / mm3 atau < 4000 sel / mm3 atau
ditemukan > 10% sel imatur.
4) Sepsis, SIRS yang disebabkan oleh infeksi
5) Sepsis berat (severe sepsis), sepsis disertai disfungsi organ, yaitu kelainan
hipotensi (tekanan sistolik < 90 mmHg atau terjadi penurunan > 40 mmHg
dari keadaan sebelumnya tanpa disertai penyebab dari penurunan tekanan
darah yang lain). Hipoperfusi atau kelainan perfusi ini meliputi timbulnya
asidosis laktat, oligouria atau perubahan akut status mental.
6) Syok septik, sepsis dengan hipotensi walaupun sudah dilakukan resusitasi
cairan yang adekuat tetapi masih didapatkan gangguan perfusi jaringan.
b. Etiologi Sepsis
Sepsis sampai syok septik telah diakui penyebabnya adalah bakteri gram
negatif, tetapi mungkin juga disebabkan oleh mikroorganisme lain, gram positif,
jamur, virus bahkan parasit. Timbulnya syok septik dan atau Acute Respiratory
Disstress Syndrome (ARDS) sangat penting pada bakteriemia gram negatif.
Syok terjadi pada 20%-35% penderita bakteriemia gram negatif (John, 1994).
Produk yang berperan penting terhadap sepsis adalah Lipopolisakarida
(LPS). Lipopolisakarida atau kompleks endotoksin-glikoprotein merupakan
komponen utama membran terluar dari bakteri gram negatif. Lipopolisakarida
merangsang peradangan jaringan, demam dan syok pada penderita yang
terinfeksi. Struktur lipid A dalam LPS merangsang produksi mediator inflamasi
seperti TNF, berbagai sitokin dan prostaglandin, colony stimulating factor
(CSF), platelet activating factor (PAF) dan radikal bebas yang bertanggung
jawab terhadap reaksi dalam tubuh penderita (Kuntaman, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
13
Angka mortalitas penderita sepsis dengan endotoksemia (41,17%) lebih
tinggi dibandingkan tanpa endotoksemia (12,5%) walaupun secara statistik tidak
ditemukan perbedaan bermakna. Jenis kuman yang sering ditemukan adalah
kuman gram negatif (55,26%), diikuti gram positif (39,47%) dan jamur atau sel
ragi (5,26%) (Suhendro, 1997).
c. Patofosiologi Sepsis
Patofisiologi sepsis sangat kompleks karena melibatkan interaksi antara
proses infeksi kuman patogen, inflamasi dan jalur koagulasi (Kristine et al., 2007)
yang dikarakteristikkan sebagai ketidakseimbangan antara sitokin pro-inflamasi
seperti TNF-α, IL-1β, IL-6 dan IFNγ dengan sitokin anti-inflamasi seperti IL-1ra,
IL-4 dan IL-10 (Li-Weber and Krammer, 2003; Elena et al., 2006). Overproduksi
sitokin pro-inflamasi sebagai hasil dari aktivasi NF-κB akan menyebabkan aktivasi
respon sistemik berupa SIRS terutama pada paru-paru, hati, ginjal, usus dan organ
lainnya yang mempengaruhi permeabilitas vaskuler, fungsi jantung dan
menginduksi perubahan metabolik sehingga terjadi apoptosis maupun nekrosis
jaringan, MOF, syok septik serta kematian (Arul, 2001; Elena et al., 2006; Chopra
and Sharma, 2007).
Sepsis memiliki dua fase yang berbeda, yaitu early sepsis dan late sepsis.
Early sepsis merupakan fase hiperdinamik yang ditandai oleh peningkatan cardiac
output, perfusi jaringan dan penurunan resistensi vaskuler. Tanda khas pada fase
ini adalah status pro-inflamasi yang dimediatori terutama oleh neutrofil, makrofag
dan monosit yang telah distimulasi sebelumnya oleh mikroba dan atau toksinnya.
Late sepsis merupakan fase hipodinamik yang meliputi penurunan aliran darah
menuju jaringan dan mikrovaskuler, penurunan fungsi jantung, dan peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
14
indeks cedera dan disfungsi organ. Pada fase ini, sistem imun menunjukkan
presentasi antigen yang tidak sempurna, penurunan Major Histocompatibility
Complex type II (MHC-II), hilangnya respon hipersensitivitas tipe lambat,
hilangnya fungsi fagosit dan penurunan pelepasan sitokin dari sel T helper tipe 1
(Th1) (Guntur, 2008).
d. Peran Apoptosis Neutrofil dalam Patologi Sepsis
Apoptosis adalah suatu proses yang diprogramkan untuk membunuh sel
yang tidak dikehendaki dan sel yang berpotensi membahayakan (Strasser et al.,
2008) pada saat morfogenesis, remodeling jaringan dan resolusi respons imun
(Wesche-Soldato et al., 2007). Apoptosis ini akan membatasi kerusakan yang
berlebihan pada lingkungan sekitarnya (Wesche et al., 2005).
Apoptosis atau kematian sel yang terprogram dicirikan oleh adanya
degenerasi nukleus, kondensasi, dan degradasi DNA nukleus serta fagositosis dari
residu sel. Multiple Organ Disfunction atau Multiple Organ Failure sering
berhubungan dengan peningkatan apoptosis sel limfoid sehingga pengembangan
terapi pada sepsis bertujuan untuk memblok jalur sinyal sel yang akan mengawali
proses apoptosis dapat digunakan sebagai target terapi baru (Oberholzer et al.,
2001).
Perubahan apoptosis dari sel dimediatori oleh cysteine aspartatespesific
protease atau caspase, yang akan membelah dan menghancurkan sejumlah besar
struktur protein dan juga mengaktifkan enzim-enzim untuk membongkar asam
nukleat (Caspase activated DNAse yang disebut CAD) atau struktur lainnya.
Caspase ada di dalam sel-sel sehat dalam keadaan inaktif (zymogen). Berdasarkan
struktur, fungsi, dan cara aktivasinya, caspase dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
15
(i) Initiator caspases (contoh caspase-8, caspase-9 dan Caenohabditis elegans
CED-3) dan (ii) Effector caspases (contoh caspase-3, caspase-6, serta caspase 7).
Effector caspase bertanggung-jawab pada proteolisis dari struktur protein dan
aktivasi CAD (Strasser et al., 2008).
Sejumlah penelitian menyatakan bahwa disregulasi apoptosis terhadap
kematian sel-sel imun bertanggungjawab dalam menimbulkan disfungsi imun serta
MOF selama sepsis (Chung et al., 2000; Chung et al., 2003). Pemicu apoptosis ini
termasuk steroid, sitokin seperti TNF-α, IL-1, IL-6, FasL, heat shock protein,
oksigen radikal bebas, Nitric Oxide (NO), dan limfosit T cytotoxic (Tc) yang akan
mengekspresikan FasL pada permukaan sel-selnya (Roth and Hanspeter, 2004).
Proses kematian sel melalui apoptosis terjadi melalui tiga jalur yang berbeda, yaitu
jalur reseptor kematian ekstrinsik (sel tipe I), jalur intrinsik/mitokondria (sel tipe
II) dan jalur yang diinduksi oleh stres (jalur retikulum endoplasma) (Strasser et al.,
2000; Daniel and Remick, 2007; Turner et al., 2007)
Neutrofil adalah leukosit granular matur polimorfonuklear, memiliki daya
lekat dengan kompleks imun dan kemampuan fagositosis (Dorland, 2002).
Presentase normal dari neutrofil dari jumlah total sel darah putih kira-kira 62%.
Jumlah ini merupakan jumlah yang terbanyak (Guyton and Hall, 2007).
Neutofil banyak mengandung granula merah jambu (azuropilik). Granula
terbagi menjadi granula primer yang muncul pada stadium premielosit, dan
sekunder yang muncul pada stasium mielosit serta paling banyak terdapat pada
neutrofil matang. Kedua granula berasal dari lisososm. Lisosom primer
mengandung mieloperoksidase, fosfatase asam dan hidrolase asam lain, sedangkan
lisosom sekunder mengandung fosfatase lindi dan lisozim (Hoffbrand, 1996).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
16
Neutrofil merupakan sel inflamasi dengan oksidatif poten dan potensial
proteolitik yang berfungsi sebagai pertahanan pertama terhadap patogen. Neutrofil
dalam sirkulasi normalnya memiliki masa hidup yang singkat sekitar 24 jam
(Remick, 2007). Pada kasus sepsis, terjadi delayed apoptosis sehingga jumlah
neutrofil yang berada di sirkulasi meningkat. Secara normal, neutrofil bermanfaat
sebagai agen fagositik. Akan tetapi pada sepsis neutrofil jumlahnya berlebihan dan
mengalami penurunan kapasitas fungsional sehingga mengakibatkan kerusakan
organ dan sistem organ (Oberholzer et al., 2001).
Lipopolisakarida di dalam serum darah akan berikatan dengan antibodi
membentuk kompleks Lipopolisakarida-Antibodi (LPS-Ab). Dengan perantara
reseptor CD14+, LPS-Ab yang berada di dalam darah akan bereaksi dengan
makrofag dan kemudian ditampilkan sebagai Antigen Presenting Cell (APC)
(Brahmbhatt et al., 2005). Selain berikatan dengan antibodi, induksi LPS pada
aktivasi monosit adalah melalui reseptor CD14+ pada membran monosit tersebut
serta dibantu oleh suatu senyawa, yaitu Lipopolisakarida Binding Protein (LBP).
LBP merupakan protein fase akut yang dihasilkan oleh sel hepatosit. LBP ini akan
mengkatalisis pergerakan fosfolipid pada LPS monomer ke lipoprotein kompleks
atau ke reseptor CD14+, baik CD14+ yang ada di permukaan monosit maupun
CD14+ yang ada di dalam sirkulasi darah (Clark and Coppersmith, 2007).
Ikatan antara LBP dan LPS ini memerlukan protein transmembran dari
golongan MD-2 dan Toll Like Receptor (TLR), terutama TLR-4. Interaksi antara
LPS dan CD14+ dengan TLR-4 dan MD-2 ini akan membentuk suatu transduksi
sinyal yang akan menginduksi fosforilasi I-κβ oleh 26S proteasome (Zandi and
Karim, 1999). Dari hasil fosforilasi I-κβ akan terjadi pelepasan NFκ-B ke dalam
nukleus dan induksi transkripsi (Diding dan Guntur, 2009). NFκ-B yang teraktivasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
17
ini akan menyebabkan peningkatan transkripsi dari molekul proinflamasi (TNF-α,
IL-1, IL-2, IL-6, IL-8, IFN-γ, leukotrien B4, GM-CSF, G-CSF), faktor koagulasi
(PAI-1, vWF, TF, fibrinogen), stres oksidatif serta penurunan Nitric Oxide (NO)
sehingga akan menghambat depolarisasi membran mitokondria. Selanjutnya, akan
terjadi proses induksi terhadap protein anti-apoptosis seperti Bcl-2, Bci-xl, Mcl-1,
A1, cIAP-2 yang akan mempercepat proses degradasi dari caspase 3 dan caspase 9.
Akibatnya, proses apoptosis neutrofil akan terhambat (Wesche et al., 2005).
Pada sepsis terjadi peningkatan kadar IL-1β, TNF-α dan IFN-γ. IL-1β,
TNF-α dan IFN-γ juga mempunyai efek pada sel endotel untuk terjadinya adhesi
dengan neutrofil melalui pembentukan prostaglandin E2 (PG-E2) dan Intercellular
Adhesion Molecule-1 (ICAM-1) (Roth and Hanspeter, 2004). Interaksi endotel
dengan neutrofil terdiri dari tiga langkah, yaitu (Guntur, 2008):
1) Bergulirnya neutrofil, P-selektin dan E-selektin yang dikeluarkan oleh endotel
dan L-selektin-neutrofil dalam mengikat ligan respektif.
2) Adhesi dan aktivasi neutrofil yang mengikat integretin CD-11 atau CD-18
yang melekatkan neutrofil pada endotel dengan molekul adhesi (ICAM-1)
yang dihasilkan endotel
3) Diapedesis neutrofil menembus dinding endotel
Neutrofil yang beradhesi dengan endotel akan mengeluarkan lisozim yang
menyebabkan dinding endotel lisis, akibatnya endotel terbuka. Neutrofil juga
membawa superoksidan (radikal bebas) yang mempengaruhi oksigenasi
mitokondria pada siklus GMP-s sehingga endotel menjadi nekrosis. Endotel yang
rusak menyebabkan trombosis dan koagulasi dalam pembuluh darah kecil sehingga
terjadi syok septik yang berakhir dengan kematian (Guntur, 2008). Akibatnya akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
18
terjadi gangguan vaskuler sehingga menyebabkan Multiple Organ Failure (MOF)
(Kristine et al., 2007).
Neutrofil berperan utama pada pertahanan alamiah terhadap infeksi dengan
cara mengeliminasi patogen-patogen. Adanya delayed apoptosis pada keadaan
inflamasi akan menghambat kemampuan membunuh dari neutrofil dan peran
antiinflamasi, sehingga akan timbul SIRS maupun MOD dan MOF (Ayala et al.,
2002; Lomas et al., 2003).
Apoptosis berperan dalam pengaturan respons inflamasi. Penelitian
menunjukkan bahwa fagositosis terhadap neutrofil, apoptosis oleh makrofag
alveolar dan hubungan antara makrofag alveolar dengan apoptosis sel endotel tidak
hanya menghambat pelepasan sitokin pro-inflamasi dari makrofag tetapi juga
meningkatkan sekresi sitokin anti-inflamasi dan faktor pertumbuhan, penurunan
ekspresi FasL, dan inisiasi apoptosis limfosit T melalui c-Myc (Wesche et al.,
2005).
e. NF κB
Nuclear Factor κ-β merupakan faktor transkripsi yang ditemukan pada
semua tipe sel hewan dan dilibatkan dalam respon seluler terhadap sejumlah
rangsangan seperti stres, sitokin, radikal bebas, radiasi ultraviolet, LDL yang
teroksidasi dan antigen virus maupun bakteri (Jobin, 2000; Gilmore, 2006). Nuclear
Factor κ-β berperan dalam mengendalikan aktivasi sejumlah gen yang terlibat dalam
pertumbuhan, diferensiasi, respon imunitas, dan kelangsungan hidup dari sel (Jobin,
2000). Nuclear Factor κ-β berperan penting dalam patofisiologi dari penyakit-
penyakit kritis dengan mengatur ekspresi dari gen (sitokin, kemokin, reseptor) yang
secara bersama-sama akan menentukan respon dari host. Nuclear Factor κ-β
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
19
mempunyai fungsi proapoptosis dan anti-apoptosis yang tergantung pada stimuli dan
jenis selnya (Clark and Coopersmith, 2007; Turner et al., 2007).
Oleh karena itu, maka kesalahan dalam pengaturan NF κ-β berhubungan
dengan kanker, inflamasi, penyakit autoimun, syok septik, infeksi virus dan
perkembangan imunitas yang salah (Gilmore, 2006). Nuclear Factor κ-β ditemukan
dalam sitoplasma yang terikat pada penghambat endogen yang disebut I-κβs dan
akan teraktivasi setelah terjadi fosforilasi I-κβ. Dari hasil degradasi I-κβ akan terjadi
pelepasan NF κ-β ke dalam nukleus dan induksi transkripsi. Pada sel epitel
intestinal, aktivasi NF κ-β akan menginduksi ekspresi dari sejumlah gen yang
berefek pada inflamasi dan perbaikan mukosa (Diding and Guntur, 2009).
Nuclear Factor κ-β mempunyai fungsi pro-apoptosis dan anti-apoptosis yang
bergantung pada stimulus dan jenis selnya (Li et al., 2001). Nuclear Factor κ-β akan
mengikat sejumlah gen pro-apoptosis termasuk p53, FasL, dan IL-1β converting
enzyme, pada promoternya. Sebaliknya aktivitas NF κ-β juga diperlukan dalam
pengaktifan gen-gen yang menekan beberapa bentuk apoptosis. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa NF κ-β adalah faktor kelangsungan hidup dari sel yang akan
melindungi sel dari stimuli kematian (Diding and Guntur, 2009).
f. Penatalaksanaan Sepsis
1) Pemakaian Antibiotik
Antibiotik merupakan terapi utama dalam penatalaksanaan sepsis.
Dianjurkan menggunakan kombinasi antibiotik yang rasional sesuai dengan
hasil kultur dan uji sensitivitas. Apabila fasilitas kurang memungkinkan, dapat
diberikan antibiotik secara empiris disertai dengan penatalaksanaan penyakit
dasar seoptimal mungkin (Guntur, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
20
Beberapa jenis antibiotik tertentu dapat memperburuk keadaan sepsis
karena dapat menyebabkan pelepasan LPS sehingga menimbulkan inflamasi
yang lebih hebat. Antibiotik yang tidak menyebabkan pasien memburuk adalah
ceftriaxone, karbapenem, sefepim, aminoglikosida dan quinolon.
Ceftriaxone merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi III
yang memiliki efek, baik terhadap bakteri gram positif maupun negatif (Guntur,
2008). Antibiotik ini stabil terhadap berbagai jenis betalaktamase. Ceftriaxone
bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel bakteri dan mampu
melisiskan bakteri secera cepat (rapid lytic action). (Petri, 2006)
2) Imunonutrsi
Imunonutrisi adalah kumpulan beberapa nutrien spesifik seperti arginin,
glutamin, nukleotida dan asam lemak omega 3 yang diberikan sendiri ataupun
kombinasi yang memiliki pengaruh terhadap parameter imunologik dan
inflamasi serta telah terbukti secara klinis dan laboratoris. Kelainan respons
imun Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT) memberikan kontribusi terhadap
disfungsi intestinum dalam keadaan sepsis. Pada penderita sepsis, pemberian
imunonutrisi akan memperbaiki keadaan penyakit sehingga terjadi penurunan
komplikasi, jangka waktu perawatan serta kematian (Guntur, 2008)
3) Pengobatan Suplementasi
Adapun pengobatan suplementasi yang sedang dikembangkan untuk
penatalaksanan sepsis antara lain (Guntur, 2008):
a) Strategi anti-endotoksin dengan pemberian antibodi monoklonal, tetapi
pemberian ini masih diperdebatkan.
b) Pemberian infus antibodi monoklonal Faktor VII dapat menghambat
pembentukan trombin dan konversi fibrinogen. Sistem Antitrombin III (AT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
21
III)-Heparin Sulfat dapat mengikat dan mengurangi aktivitas trombin dalam
proses pembekuan darah, sehingga dapat mengatasi Disseminated
intravascular Coagulation (DIC).
c) Strategi antimediator inflamasi. Ekspresi sitokin merupakan respon normal
dari inflamasi setelah mendapatkan stimulasi dan akan terjadi penurunan
secara withdrawal apabila stimuli dihilangkan. Dalam penelitian
eksperimental, penghambatan atau netralisasi mediator dalam keadaan
sepsis dapat mengurangi angka kematian dan strategi ini sedang dalam
proses uji klinik yang hasilnya masih dievaluasi.
d) Netralisasi NO. Nitric Oxide merupakan vasodilator yang diproduksi oleh
endotel pembuluh darah pada saat sepsis. Apabila NO diproduksi
berlebihan, maka akan terjadi vasodilatasi pembuluh darah tepi dan
penurunan resistensi sehingga terjadi penurunan tekanan darah sampai
syok. Oleh karena itu, NO harus dinetralisasi dengan menggunakan
methilen blue.
e) Hemofiltrasi. Dalam teori dinyatakan bahwa hemofiltrasi dapat
mengeluarkan mediator inflamasi serta toksin inflamasi, namun metode ini
masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
f) Penggunaan IntraVenous ImunoGlobulin (IVIG). Pemberian IVIG akan
meningkatkan netralisasi toksin, opsonisasi, aktivitas bakterisidal serta
menstimulasi fagositosis oleh leukosit dan makrofag. Pemberian IVIG
mempunyai efek yang sinergis dengan antibiotik β-laktam dan membentuk
antibodi laktamase serta dapat merusak membran sel bakteri gram negatif.
IVIG juga dapat menekan aktivitas mediator inflamasi dan mengurangi
pelepasan sitokin proinflamasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
22
g. Metode Induksi Sepsis
1) Cecal inoculum (CI)
Cecal inoculum (CI) adalah suatu model yang mampu menggambarkan
dengan baik keadaan sepsis mirip dengan keadaan klinis peritonitis yang
disebabkan infeksi polimikroba. Infeksi tersebut akan menghasilkan respon
inflamasi peritoneum terhadap organisme polimikroba yang berasal dari
saluran pencernaan (Fu Bu et al., 2006).
Dari hasil penelitian injeksi cecal inoculum memperlihatkan tanda-
tanda piloerection, periocular discharge, tampak lesu, penurunan nafsu makan
dan minum, dan diare. Terlihat infeksi yang berlebihan, kerusakan yang hebat
dan perlengketan di sejumlah organ termasuk hepar, lien, ginjal, serta
memperlihatkan tingkat kematian sebesar 100% selama tujuh hari perlakuan
(Diding and Guntur, 2009) dan peningkatan jumlah neutrofil dalam sirkulasi
(Fu Bu et al., 2006).
Pada penelitian kali ini, akan digunakan induksi CI yang merupakan
modifikasi dari metode yang diperkenalkan oleh Brahmhatt et al. (2005) dan
Chopra (2007). Cecal inoculum dibuat baru setiap hari dari mencit donor yang
dikorbankan dengan mensuspensikan 200 mg material cecal pada 5 mL
dextrose water 5% (D5W) steril. Pada mencit diinjeksikan cecal inoculum 6
mg/mencit/i.p (Ren et al., 2002).
2) Polymicrobial sepsis induced by cecal ligation and puncture (CLP)
Sejumlah tikus putih jantan dengan berat badan berkisar 120- 150 g, di
anastesi per i.p. dengan Nembutal (65 mg/ Kg) dan ditempatkan di bawah
cahaya lampu. Setelah anastesi bekerja, dinding abdomen tikus diinsisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
23
sepanjang midline dengan diameter 2 cm. Cari cecum, dan keluarkan dari
cavitas abdomen. Bagian distal cecum diikat (ligation dengan 5-0 benang
sutra, kemudian cecum yang telah diligasi ditusuk dua kali dengan jarum
gauge ukuran 18 dan ditekan dengan lembut menggunakan aplikator sampai
sedikit material cecal keluar. Setelah itu, cecum dimasukkan kembali ke dalam
peritoneum. Bekas insisi dijahit menggunakan 5- 0 benang sutra untuk lapisan
otot dan surgical staples (9 mm) untuk kulit. Berat badan tikus dimonitoring
secara rutin setiap hari sampai akhir eksperimen (Fu Bu H et al., 2006).
3) Lipopolisakarida (LPS)
Lipopolisakarida (LPS) atau endotoksin glikoprotein kompleks dan
dinyatakan sebagai penyebab sepsis terbanyak. Struktur lipid A dalam LPS
bertanggung jawab terhadap reaksi inflamasi jaringan, demam, dan syok. LPS
dapat langsung mengaktifkan sistem imun seluler dan humoral, yang dapat
menimbulkan septikemia (Guntur, 2008).
Produk yang berperan penting terhadap sepsis terutama kandungan
lipid A dalam LPS tersebut. Dalam aliran darah LPS akan terikat pada protein
yang bersirkulasi kemudian berinteraksi dengan reseptor makrofag, limfosit,
dan monosit serta sel lain pada sistem retikuloendotelial. Hal ini akan
mengakibatkan pelepasan sitokin dan pengaktifan jalur komplemen dan
koagulasi. Runtutan peristiwa tersebut dapat diamati secara klinis sebagai
demam, leukopenia, hipoglikemia, hipotensi, syok, koagulasi intravaskuler
hingga kematian karena disfungsi organ (Brooks et al., 2003).
Karena kemampuannya dalam menyebabkan sepsis, maka LPS dapat
dimanfaatkan untuk menginduksi sepsis pada percobaan. Caranya, LPS
(lipopolisakarida) dari bakteri gram negatif (E. coli paling sering digunakan),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
24
diinjeksikan secara i.p. ke tikus putih dengan dosis 15 mg/kg. kemudian
Survival dari hewan coba dimonitor dengan interval 12 jam selama tujuh hari
(Fu Bu H et al., 2006).
3. Peranan Minyak Jinten Hitam dalam Penatalaksanaan Sepsis
a. Thymoquinone
Thymoquinone (2-isopropyl-5-methyl-1,4-benzoquinone) termasuk ke
dalam golongan monoterpenoid keton (Nickavar et al., 2003). Efek antinflamasi
yang ditimbulkan oleh thymoquinone berlangsung melalui mekanisme sebagai
berikut (El Gazzar et al.,2006):
1) Menghambat translokasi NF-κB ke dalam nukleus
2) Menghambat influks kalsium (Ca2+) sehingga dapat mencegah degranulasi
sel mast
3) Penghambatan jalur lipoksigenase dan siklooksigenase yang dapat
menurunkan biosintesis mediator inflamasi
4) Penurunan produksi sitokin limfosit CD4+ Th2, terutama interleukin-4 (IL-
4), yang berakibat langsung pada penurunan proliferasi dan diferensiasi
limfosit CD4+ Th2 dan secara tidak langsung pada proses pertumbuhan sel
mast dan produksi imunoglobulin-E (IgE)
5) Meningkatkan produksi IL-3 yang berperan sebagai Macrophage Activating
Factor (MAF)
6) Menurunkan produksi Reactive Oxygen Species (ROS) dan NO
b. Thymohidroquinone
Thymohidroquinone yang terkandung dalam Nigella sativa memiliki
akrivitas antibakterial, terutama terhadap bakteri gram negatif, seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
25
Escherichia coli, Salmonella typhi, Pseudomonas aeruginosa, bakteri gram
prositif seperti Bacilus subtilis, Staphylococcus aureus serta jamur seperti
Candida albicans (Mariam and Basal, 2009)
c. Asam Linoleat
Mekanisme penghambatan reaksi inflamasi oleh asam linoleat oleh asam
linoleat adalah sebagai berikut:
1) penurunan produksi histamin (Cook et al., 2001)
2) penurunan produksi sitokin proinflamasi (O’shea et al., 2004)
3) penurunan produksi senyaea radikal bebas (Sammon, 1999)
d. Asam Linolenat
Asam linolenat merupakan asam lemak tak jenuh majemuk
(polyunsaturated fatty acid (PUFA)) (Rolfes et al., 2006). Asam linolenat atau
asam lemak omega-3 mempunyai 18 atom karbon, dimana ikatan rangkap
pertamanya terletak pada atom karbon ke-3 dari ujung gugus metil omega
(Sizer, 2006). Turunan asam lemak omega-3 adalah Eicosapentaenoic Acid
(EPA, C20:5 ω-3) dan Decosahexaenoic Acid (DHA, c22:6 ω-6) (Almatsier,
2003).
Asam linolenat dapat meredam proses alergi inflamasi melalui
mekanisme sebagai berikut:
1) menghambat metabolisme asam arakhidonat (Barham et al., 2000)
2) menurunkan produksi sitokin proinflamasi (Simopuolus et al., 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
26
B. Kerangka Pemikiran
1. Kerangka Berpikir Konseptual
Cecal inoculum
Degradasi caspase-3
Protein anti apoptosis (cIAP-2)
Sitokin proinflamasi
Oksidatif stress
Makrofag
NF-κB
Neutrofil
CD14
CD14
Depolarisasi membran
Apoptosis neutrofil
Sepsis
Nigella sativa
TLR4
TLR 2
IL-8
NF-κB
Keterangan
: merangsang
: menghambat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
27
2. Kerangka Berpikir Teoritis
Kandungan LPS dalam cecal inoculum ini di dalam serum darah akan
berikatan dengan antibodi membentuk kompleks Lipopolisakarida-Antibodi (LPS-
Ab) (Brahmbhatt et al., 2005). Dengan perantara reseptor CD14+ dan Toll Like
Receptor-4 (TLR-4) pada makrofag, LPS-Ab akan ditampilkan sebagai Antigen
Presenting Cell (APC) (Clark and Coppersmith, 2007). Interaksi antara LPS dan
CD14+ dengan TLR-4 ini akan membentuk suatu transduksi sinyal yang akan
menginduksi aktivasi NFκ-B (Diding dan Guntur, 2009). NFκ-B yang teraktivasi ini
akan menyebabkan peningkatan transkripsi dari sitokin proinflamasi (TNF-α, IL-1,
IL-2, IL-6, IL-8, IFN-γ, leukotrien B4, GM-CSF, G-CSF) serta oksidatif stres yang
dapat menurunkan depolarisasi membran mitokondria melalui perantara IL-18. Di
samping itu, kandungan LPS dalam cecal inoculum juga mampu menurunkan
depolarisasi membran mitokondria neutrofil dengan perantara reseptor TLR-4.
Penurunan depolarisasi membran mitokondria ini akan menyebabkan peningkatan
protein antiapoptosis sehingga terjadi degradasi caspase-3. akibatnya, terjadi
hambatan apoptosis neutrofil yang berakibat pada peningkatan jumlah neutrofil
dalam sirkulasi.
C. Hipotesis
Pemberian minyak biji jinten hitam (Nigella sativa) dapat menurunkan hitung
neutrofil pada mencit Balb/C model sepsis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan
penelitian posttest only controlled group design.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret.
C. Subjek Penelitian
Subyek penelitian adalah mencit Balb/C dengan jenis kelamin jantan, umur 4-6
minggu, berat badan + 20-30 gram, sehat, dan aktif. Mencit Balb/C jantan ini diperoleh
dari Unit Pengembangan Hewan Percobaan Universitas Setia Budi (USB) Surakarta.
Bahan makanan Mencit Balb/C berupa pakan mencit BR.
D. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara insidental sampling.
Kemudian, sampel dibagi menjadi empat kelompok secara random murni/sederhana.
Subyek penelitian sebanyak 24 ekor, yang dibagi menjadi empat kelompok (satu
kelompok kontrol negatif, satu kontrol positif dan dua kelompok perlakuan). Masing-
masing kelompok terdiri atas enam ekor mencit Balb/C jantan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
29
Adapun cara perhitungan besar sampel adalah dengan rumus Federer, yaitu:
(n-1) (t-1) > 15 dengan n = jumlah mencit Balb/C per kelompok
t = jumlah kelompok
(n-1) (t-1) > 15 à t = 4
(n-1) (4-1) > 15
3n-3 > 15
3n > 18
n > 6 à n = 6 ekor
Dengan dasar tersebut, didapatkan jumlah mencit Balb/C per kelompok adalah
enam ekor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
30
E. Rancangan Penelitian
Hasil dianalisis dengan uji statistik ANOVA dilanjutkan dengan Post Hoc Test
Menghitung jumlah neutrofil pada setiap kelompok
24 jam setelah hari ke-13 mencit dikorbankan
Hari 8-13 · Injeksi cecal
inoculm 0,15 ml/i.p/mencit
Hari 9-13 · Antibiotik
ceftriaxon 5,2mg/0,05 ml/ i.m 1x sehari
· Minyak jinten hitam 0,117 ml peroral 1x sehari
Hari 8-13 · Injeksi cecal
inoculm 0,15 ml/i.p/mencit
Hari ke 9-13 · Aquades
peroral 0,117ml 1x sehari
Hari 8-13 · Injeksi cecal
inoculm 0,15 ml/i.p/mencit
Hari ke 9-13 · Antibiotik
ceftriaxon 5,2mg/0,05 ml/ i.m 1x sehari
Hari 9-13 · Aquades
peroral 0,117 ml 1x sehari
Kelompok Perlakuan 2
Mencit Balb/C 6 ekor
Kelompok Perlakuan 1
Mencit Balb/C 6 ekor
Kelompok sepsis
Mencit Balb/C 6 ekor
Kelompok kontrol negatif
Mencit Balb/C 6 ekor
Adaptasi hari 1-7
Simple random
Sampel mencit Mencit Balb/C jantan umur 2-3 bulan berat badan 20-30 gram
Populasi Mencit Balb/C jantan umur 2-3 bulan berat badan 20-30 gram
Incidental sampling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
31
F. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas : minyak biji jinten hitam (Nigella sativa)
2. Variabel Terikat : jumlah neutrofil
3. Variabel Perancu
a. Dapat Dikendalikan : genetik, umur, berat badan, makanan
b. Tidak Dapat Dikendalikan : suhu udara, kondisi psikologis mencit,
bioavailabilitas obat/zat pada mencit.
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Minyak Jinten Hitam (Variabel Bebas)
Minyak Jinten Hitam merupakan skala kategorikal. Minyak Jinten Hitam
yang digunakan dapat diperoleh dari pasar atau supermarket dengan merek ada pada
peneliti. Penggunaan minyak Nigella sativa untuk pemeliharaan kesehatan dan
pengobatan terhadap penyakit pada manusia adalah 30-45 ml perhari untuk sediaan
cair. Dosis manusia dengan berat badan 70 kg tersebut dikonversi terhadap mencit
dengan berat 20-30 gram adalah 0.0026 sehingga dosis untuk mencit adalah 0,078-
0,117 ml perhari. Pada penelitian ini, dosis yang akan diberikan kepada mencit
adalah 0,117 ml perhari. Pemberian minyak jinten hitam ini dilakukan secara peroral
(El Saleh et al., 2004).
2. Hitung Neutrofil (Variabel Terikat)
Darah diambil dari sinus orbitalis mencit hingga mencapai volume minimal
1ml kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang telah terisi EDTA sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
32
antikoagulan. Hitung jenis neutrofil dilakukan dengan menggunakan alat differential
neutrofil count di klinik Budi Sehat. Hitung Neutrofil ini menggunakan skala
numerik.
H. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat Penelitian
a. Kandang hewan penelitian
b. Sonde
c. Spuit injeksi
d. Timbangan hewan
e. Pipet ukur
f. Termometer
g. Handscoen
h. Kertas saring
i. Beker Glass
j. Timbangan obat
k. Tabung reaksi
2. Bahan Penelitian
a. Hewan uji (40 ekor mencit Balb/C jantan)
b. Material cecal inoculum
c. Antibiotik Ceftriaxone
d. Minyak jinten hitam (Nigella sativa)
e. Dekstrose water 5%
f. Aquades
g. Makanan hewan uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
33
I. Cara Kerja
1. Sebelum Perlakuan
a. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan
b. Kandang mencit disiapkan. Satu kandang untuk satu kelompok mencit
c. Mencit sebanyak 24 ekor dikelompokkan secara acak menjadi 4 kelompok,
masing-masing 6 ekor
d. Mencit diadaptasikan dengan lingkungan selama 7 hari
2. Pemberian Perlakuan
a. Kelompok 1 hanya diberi diet standar dan aquades peroral 0,117 ml 1 x sehari
b. Kelompok 2 diberi diet standar, aquades peroral 0,117 ml 1 x sehari dan injeksi
cecal inoculum 0,15 ml per mencit secara intraperitoneal perhari
c. Kelompok 3 diberi diet standar, diet standar, aquades peroral 0,117 ml 1 x
sehari, injeksi cecal inoculum 0,15 ml per mencit secara intraperitoneal perhari
serta antibiotik ceftriaxone 5,2mg/0,05ml secara intramuskuler satu kali sehari
d. Kelompok 4 diberi diet standar, aquades peroral 0,117 ml 1 x sehari, injeksi
cecal inoculum 0,15 ml per mencit secara intraperitoneal perhari, antibiotik
ceftriaxone 5,2mg/0,05ml secara intramuskuler satu kali sehari serta minyak
jinten hitam 0,117 ml peroral satu kali sehari
3. Terminasi
Pada hari keempatbelas, mencit dikorbankan untuk diambil darahnya. Darah
dikumpulkan dari sinus orbitalis mencit untuk dilakukan pengukuran hitung
neutrofil dengan menggunakan alat differential neutrofil count di Laboraturium
Universitas Setia Budi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
34
J. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan uji ANOVA (Analysis of
Variance) dan menggunakan program SPSS16 for Windows Release 11.5 dan p <0,05
dipilih sebagai tingkat minimal signifikansinya. Kemudian, dilanjutkan dengan uji Post
Hoc test. Uji ANOVA adalah uji hipotesis parametrik untuk membandingkan perbedaan
mean pada lebih dari dua kelompok. Uji ANOVA yang dipakai dalam penelitian kali ini
adalah uji one way ANOVA karena akan membandingkan mean antara satu variabel
independen berskala kategorikal dengan satu variabel dependen berskala numerik. Uji
ANOVA harus memenuhi syarat berikut:
1. Varians homogen (sama)
2. Distribusi data normal
Jika uji one way ANOVA tidak terpenuhi, maka digunakan alternatif uji hipotesis
non-parametrik Kruskal-Wallis. Uji Kruskal-Wallis membutuhkan syarat yang lebih
longgar, yaitu:
1. Sampel berasal dari populasi independen, pengamatan satu dan yang lainnya
independen
2. Sampel diambil secara random dari populasi masing-masing
3. Data diukur minimal dalam skala ordinal
Post Hoc test bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut kelompok mana yang
berbeda meannya apabila pada penggunaan uji ANOVA dihasilkan ada perbedaan
bermakna (H0 ditolak) (Departemen Biostatik FKM UI, 2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Data Hasil Penelitian
Setelah dilakukan pemeriksaan hitung neutrofil total dengan menggunakan alat
differential neutrofil count, didapatkan data kelompok kontrol negatif memperlihatkan
hitung neutrofil sebesar 1.551,63 sel. Pemberian cecal inoculum sebanyak 6
mg/mencit/hari secara intraperitoneal mampu meningkatkan hitung neutrofil kelompok
sepsis (kontrol positif) menjadi 2.896,30 sel. Dari hasil penelitian, injeksi cecal inoculum
secara intraperitonel dengan dosis 6mg/mencit/i.p/hari mampu memperlihatkan tanda-
tanda piloerection, periocular discharge, tampak lesu, penurunan nafsu makan dan
minum serta diare. Terlihat infeksi yang berlebihan, kerusakan hebat dan perlengketan di
sejumlah organ termasuk hepar, lien, serta ginjal. Pemberian antibiotik ceftriaxone
dengan dosis 5,2 mg/mencit/hari secara intramuskuler mampu menurunkan hitung
neutrofil menjadi 2.410,17 sel pada kelompok perlakuan 1, sedangkan terapi kombinasi
antibiotik ceftrriaxone dengan dosis 5,2 mg/mencit/hari secara intramuskuler serta
minyak jinten hitam (Nigella sativa) dengan dosis 0,1 ml/mencit/hari secara per oral
pada kelompok perlakuan 2 memperlihatkan hitung neutrofil yang lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok perlakuan 1, yaitu sebesar 1.747,02 sel. Data
selengkapnya hitung neutrofil total masing-masing kelompok hewan coba disajikan pada
tabel 4.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
36
Tabel 4.1. Hitung neutrofil total
Kelompok Jumlah + Standar Deviasi
Kontrol Negatif
Kontrol Positif
Perlakuan 1
Perlakuan 2
1.551,63 + 215,65
2.896,30 + 249,80
2.410,17+ 504,67
1.747,01 + 212,19
Pada penelitian ini juga didapatkan data survival rate dari masing-masing
kelompok perlakuan. Berdasarkan data yang ada, didapatkan survivalitas terbesar
terdapat pada kelompok perlakuan 2 dan survivalitas terkecil terdapat pada kelompok
kontrol positif. Survivalitas masing-masing kelompok disajikan pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Survival rate hewan coba masing-masing kelompok perlakuan
Kontrol Negatif Kontrol Positif Perlakuan 1 Perlakuan 2
Jumlah Awal 10 10 10 10
Jumlah Hidup 10 6 8 9
Jumlah Mati 0 4 2 1
Survival rate 100% 60% 80% 90%
B. Analisis Data
Analisis statistik untuk data di atas dilakukan dengan uji One-way ANOVA jika
memenuhi syarat. Syarat untuk uji One-way ANOVA adalah distribusi data harus normal
dan varians data harus homogen. Jika syarat tidak terpenuhi maka perlu dilakukan
transformasi data. Jika syarat tetap tidak terpenuhi maka digunakan uji alternatifnya yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
37
uji Kruskal Wallis. Jika uji One-way ANOVA atau Kruskal Wallis menghasilkan nilai
p<0,05 maka dilanjutkan dengan Post Hoc test.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data normal.
Nilai p>0,05 menunjukkan bahwa distribusi data normal.
Hasil uji normalitas data hitung neutrofil darah mencit menunjukkan nilai p=
0,686 untuk kelompok kontrol negatif, p=0,167 untuk kelompok kontrol positif, p=
0,950 untuk kelompok perlakuan 1 dan p=0,414 untuk kelompok perlakuan 2.
Karena semua kelompok mempunyai nilai p> 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
data hasil transformasi berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui varians data homogen atau
tidak. Nilai p> 0,05 menunjukkan varians data homogen.
Hasil uji homogenitas data hitung neutrofil darah mencit menunjukkan nilai
p= 0,194 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa varians data homogen.
3. Uji One-Way ANOVA
Analisis data hitung neutrofil total mencit dengan menggunakan uji One-way
ANOVA menunjukkan nilai p=0,000. Karena nilai P<0,05, maka terdapat perbedaan
yang bermakna antarkelompok sehingga dilanjutkan dengan analisis Post Hoc.
4. Uji Post Hoc
Uji Post Hoc dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut kelompok mana yang
berbeda meannya apabila pada penggunaan uji One-way ANOVA dihasilkan ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
38
perbedaan yang bermakna. Dari hasil Uji Post Hoc didapatkan terdapat perbedaan
hitung neutrofil secara bermakna antara mencit kelompok kontrol negatif dengan
kelompok mencit yang diinjeksi cecal inoculum (p=0,000). Selain itu, pada
kelompok mencit yang diinjeksi cecal inoculum dengan mencit kelompok sepsis
yang diberikan terapi antibiotik ceftriaxone (kelompok perlakuan 1), terdapat
perbedaan hitung neutrofil secara bermakna (p=0,016). Perbedaan hitung neutrofil
yang bermakna (p=0,002) juga dijumpai pada kelompok perlakuan 1 dengan mencit
kelompok sepsis yang diberikan terapi kombinasi antibiotik ceftriaxone dan minyak
jintern hitam (kelompok perlakuan 2). Namun, tidak dijumpai adanya perbedaan
hitung neutrofil yang bermakna antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok
perlakuan 2 (p=0,302)
Hasil Uji Post Hoc secara lengkap disajikan dalam tabel 4.5
Tabel 4.5. Rangkuman Uji Post Hoc
Kelompok p Keterangan
Kontrol negatif vs Kontrol Positif
Kontrol negatif vs Perlakuan 1
Kontrol negatif vs Perlakuan 2
Kontrol positif vs Perlakuan 1
Kontrol positif vs Perlakuan 2
Perlakuan 1 vs Perlakuan 2
0,000
0,000
0,302
0,016
0,000
0,002
Bermakna
Bermakna
Tidak Bermakna
Bermakna
Bermakna
Bermakna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
39
BAB V
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian ini diperoleh hitung neutrofil darah tepi mencit kelompok sepsis
(kontrol positif) adalah 2.896,30 sel. Hitung neutrofil kelompok kontrol positif ini lebih
tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (1.551,63 sel). Hal ini membuktikan
bahwa pemberian cecal inoculum pada mencit kelompok kontrol positif mampu
menyebabkan sepsis tahap awal (early sepsis). Pada sepsis tahap awal, mikroorganisme pada
cecal inoculum akan terikat pada bacterial lipoprotein ligation, yaitu TLR-2 dan CD-14 yang
berada di permukaan membran sel neutrofil akan menghambat depolarisasi membran
mitokondria. Selanjutnya, akan terjadi proses induksi terhadap protein anti-apoptosis, seperti
cIAP-2, yang akan mempercepat proses degradasi dari caspase-3 dan 9. Akibatnya, proses
apoptosis neutrofil akan terhambat (Wesche et al., 2005). Di samping itu, mikroorganisme
pada cecal inoculum juga akan mengaktifkan NF-κB sehingga terjadi peningkatan sitokin-
sitokin proinflamasi seperti TNF-α, IL-1β, IL-6, IFN-γ, GM-CSF, G-CSF dan IL-8 sehingga
ikut berperan dalam menghambat apoptosis neutrofil (Guo et al.,2006). Akibatnya jumlah
neutrofil di dalam sirkulasi meningkat.
Neutrofil ini selanjutnya akan beradhesi dengan endotel dan mengeluarkan lisozim
yang menyebabkan dinding endotel lisis sehingga endotel terbuka. Neutrofil juga membawa
superoksidan (radikal bebas) yang mempengaruhi oksigenasi mitokondria pada siklus GMP-s
sehingga endotel menjadi nekrosis. Endotel yang rusak menyebabkan trombosis dan
koagulasi dalam pembuluh darah kecil sehingga terjadi gangguan vaskuler, Multiple Organ
Failure (MOF) serta syok septik yang berakhir dengan kematian (Guntur, 2008). Hal tersebut
dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan jumlah kematian mencit pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
40
kelompok sepsis (kontrol positif) yang mencapai 40% (survivalitas 60%). Angka kematian
kelompok sepsis ini merupakan angka yang tertinggi dibandingkan dengan kelompok lain.
Hasil uji Post Hoc menunjukkan adanya perbedaan jumlah neutrofil yang bermakna
antara kelompok sepsis (kontrol positif) dengan kelompok sepsis yang diberikan terapi
antibiotik ceftriaxone (kelompok perlakuan 1). Pemberian antibiotik ceftriaxone secara
bermakna mampu menurunkan hitung neutrofil pada hewan coba model sepsis. Hal tersebut
dikarenakan antibiotik ceftriaxone mampu membunuh bakteri tanpa menyebabkan pelepasan
LPS yang lebih banyak ke dalam darah. Berkurangnya jumlah LPS ini akan menyebabkan
penurunan aktivasi dari NF-κB sehingga akan menurunkan produksi sitokin pro-inflamasi
dan stres oksidatif. Akibatnya, terjadi peningkatan apoptosis dari neutrofil sehingga jumlah
neutrofil dalam sirkulasi menurun. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian yang
menunjukkan hitung neutrofil yang lebih rendah pada kelompok perlakuan 1 (2.410,17 sel)
dibandingkan dengan kelompok kontrol positif (2.896,30 sel). Jumlah neutrofil yang
menurun ini akan mengakibatkan berkurangnya jumlah endotel yang lisis sehingga koagulasi
dalam dalam pembuluh darah kecil, gangguan vaskuler, Multiple Organ Failure (MOF) serta
syok septik dapat ditekan. Dengan demikian angka survivalitas hewan coba akan meningkat.
Hal tersebut dibuktikan dengan lebih tingginya angka survivalitas hewan coba pada
kelompok perlakuan 1 (80%) dibandingkan dengan kelompok kontrol positif (60%).
Hasil uji Post Hoc juga menunjukkan adanya perbedaan jumlah neutrofil yang
bermakna antara kelompok perlakuan 1 (kelompok sepsis yang diberikan diberikan terapi
antibiotik ceftriaxone) dengan kelompok sepsis yang diberi terapi kombinasi antibiotik
ceftriaxone dan minyak jinten hitam (perlakuan 2). Hal ini sesuai dengan teori bahwa minyak
jinten hitam mampu memperbaiki kemampuan apoptosis neutrofil. Minyak jinten hitam
mengandung senyawa Thymoquinone, asam linoleat dan asam linolenat yang bermanfaat
sebagai zat antiinflamasi dan antioksidan sehingga dapat menghambat pelepasan ROS akibat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
41
adanya stres oksidatif pada proses inflamasi (Aniya et al., 2000). Aktivitas antiinflamasi
minyak jinten hitam dapat menurunkan aktivitas NF-κB sehingga akan menurunkan produksi
sitokin pro-inflamasi dan stres oksidatif. Dengan demikian, minyak jinten hitam dapat
memperbaiki kemampuan apoptosis neutrofil sehingga menurunkan jumlah neutrofil dalam
sirkulasi pada pasien sepsis. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian yang
menunjukkan hitung neutrofil yang lebih rendah pada kelompok perlakuan 2 (1.747,01 sel)
dibandingkan dengan kelompok perlakuan 1 (2.410,17 sel). Menurunnya hitung neutrofil ini
akan diikuti dengan peningkatan angka survivalitas hewan coba. Berdasarkan data yang ada,
diketahui bahwa survivalitas hewan coba pada kelompok perlakuan 2 (90%) lebih tinggi
dibandingkan kelompok perlakuan 1 (80%). Survivalitas hewan coba pada kelompok
perlakuan 2 ini merupakan angka yang tertinggi dibandingkan dengan kelompok lain.
Hasil uji Post Hoc juga menunjukkan adanya perbedaan jumlah neutrofil yang
bermakna antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok perlakuan 1. Jumlah neutrofil
kelompok perlakuan 1 + 858 sel lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif.
Hal tersebut menunjukkan bahwa terapi sepsis hanya dengan menggunakan antibiotik
ceftriaxone saja belum mampu menurunkan progresivitas sepsis karena jumlah neutrofil yang
masih belum mendekati normal.
Hasil uji Post Hoc antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok perlakuan 2
tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Jumlah neutrofil pada kelompok
sepsis yang diberikan terapi kombinasi antibiotik ceftriaxone dan minyak jinten hitam
mendekati jumlah neutrofil pada kelompok kontrol negatif. Hal ini menunjukkan bahwa
terapi kombinasi antibiotik ceftriaxone dan minyak jinten hitam mampu menurunkan jumlah
neutrofil hingga mendekati jumlah normal pada kelompok kontrol negatif.
Sejumlah penelitian lain menunjukkan bahwa penurunan jumlah neutrofil dalam
sirkulasi pada pasien sepsis akan menghambat pelepasan sitokin pro-inflamasi, meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
42
sekresi sitokin anti-inflamasi dan faktor pertumbuhan sehingga akan meningkatkan survival
penderita sepsis. Hal ini terbukti dari hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa kelompok
perlakuan 2 mempunyai survivalitas yang lebih besar (90%) dibandingkan dengan kelompok
perlakuan 1 (80%) dan kelompok kontrol positif (60%).
Kelemahan dari penelitian ini antara lain
1. Belum menggunakan variasi dosis minyak jinten hitam sehingga belum dapat diketahui
apakah dosis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan dosis yang paling tepat
untuk terapi sepsis pada tahap awal atau bukan. Oleh karena itu, tetap diperlukan
penelitian-penelitian lebih lanjut demi mendapatkan angka penyembuhan sepsis tahap
awal yang lebih bermakna.
2. Belum mengukur petanda-petanda inflamasi lain maupun sitokin-sitokin yang berperan
dalam patofisiologi sepsis. Oleh karena itu, diharapkan ada penelitian lain yang dapat
menyempurnakan penelitian ini demi mendapatkan terapi optimal untuk menurunkan
morbiditas dan mortalitas sepsis.
3. Belum mengukur kemampuan fagositosis neutrofil pada kondisi sepsis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
43
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Pemberian terapi kombinasi antibiotik ceftriaxone dosis 52 mg/mencit/i.m/hari
dan minyak jinten hitam dengan dosis 0,1 ml/mencit/hari secara oral dapat menurunkan
hitung neutrofil pada mencit Balb/C model sepsis serta dapat mempertahankan
survivalitas hewan coba hingga 90%.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan parameter petanda inflamasi lain
maupun sitokin-sitokin yang berperan pada patofisiologi sepsis.
2. Perlu dilakukan variasi dosis minyak jinten hitam untuk mendapatkan angka
penyembuhan sepsis tahap awal yang lebih bermakna.
3. Perlu dilakukan uji kualitatif neutrofil berupa uji fagositosis neutrofil dengan teknik
acridine orange fluorescence.