PENGARUH MODEL PBL (PROBLEM BASED LEARNING …
Transcript of PENGARUH MODEL PBL (PROBLEM BASED LEARNING …
PENGARUH MODEL PBL (PROBLEM BASED LEARNING)
BERBANTUAN LKPD TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS
PESERTA DIDIK PADA MATERI ELASTISITAS DAN HUKUM HOOKE
DI KELAS XI MIA MAN 2 TANAH DATAR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Batusangkar
untuk Memenuhi Syarat guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan dalam Bidang
Pendidikan Fisika
oleh:
ROVISATFIS14107035
JURUSAN TADRIS FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BATUSANGKAR
2019
iv
ABSTRAK
Rovisa, NIM. 14 107 035, Judul Skripsi “Pengaruh model pembelajaran PBL(Problem Based Learning) berbantuan LKPD pada materi elastisitas danHukum Hooke terhadap keterampilan proses sains peserta didik di kelas XIMIA MAN 2 Tanah Datar”, Jurusan Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah danIlmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar 2019.
Pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center) saat ini masihdilaksanakan di MAN 2 Tanah Datar. Akibatnya peserta didik menjadi tidakberperan aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini terlihat dari modelpembelajaran yang digunakan guru cenderung masih menggunakan modelpembelajaran ekspositori. Selain itu, dalam penilaian guru hanya menfokuskanpada nilai ujian saja, hal ini terlihat dari rendahnya nilai keterampilan proses sainspeserta didik pada materi elastisitas dan hukum hooke. Berdasarkan permasalahandi atas, peneliti mencoba memberikan solusi untuk menyikapi permasalahantersebut dengan menerapkan model pembelajaran PBL (Problem BasedLearning) berbantuan LKPD yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilanproses sains pada materi elastisitas dan hukum hooke peserta didik di kelas XIMIA MAN 2 Tanah Datar.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu, dengan rancanganpenelitian yaitu Posttest Only Control Group Design. Populasi dalam penelitianini adalah peserta didik kelas XI MIA MAN 2 Tanah Datar terdiri dari tiga kelasdengan jumlah populasi 104 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknikRandom Sampling, sampel yang terpilih adalah kelas XI MIA 2 sebagai kelaseksperimen dan kelas XI MIA 3 sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan datadalam penelitian ini menggunakan lembar observasi dan laporan proyek.Pengolahan data dilakukan dengan cara uji statistik yang terdiri dari uji normalitassampel, uji homogenitas sampel, dan uji hipotesis dengan uji-t.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa, hasil kemampuanketerampilan proses sains peserta didik pada kelas eksperimen diperoleh nilaisebesar 79,18 sedangkan pada kelas kontrol diperoleh nilai sebesar 69,42. Ujihipotesis yang dilakukan dengan uji-t dari perhitungan diperoleh thitung sebesar4,76 dan ttabel pada taraf nyata α adalah 0,05 sebesar 1.66792, karena thitung > ttabel
maka hipotesis diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh padaketerampilan proses sains peserta didik yang menerapkan model pembelajaranPBL (Problem Based Learning) berbantuan LKPD namun tidak terdapat pengaruhpada keterampilan proses sains peserta didik yang menerapkan modelpembelajaran ekspositori di kelas XI MIA MAN 2 Tanah Datar.
Kata kunci: Model Problem Based Learning, LKPD, keterampilan proses sains
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil’alamin puji syukur penulis ucapkan kepada Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Model Pembelajaran PBL
(Problem Based Learning) Berbantuan LKPD terhadap Keterampilan Proses
Sains Peserta Didik pada Materi Elastisitas dan Hukum Hooke di Kelas XI MIA
MAN 2 Tanah Datar”. Selanjutnya shalawat beserta salam dimohonkan kepada
Allah SWT semoga selalu tercurah pada junjungan umat, yaitu Nabi Muhammad
SAW, Allahumma Shali ‘Ala Muhammad Wa’ala Ali Muhammad.
Skripsi ini ditulis untuk melengkapi syarat-syarat dan tugas untuk
mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada jurusan Tadris Fisika, Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)Batusangkar.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan baik moril maupun
materil dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Sri Maiyena M.Sc selaku Pembimbing yang telah memberikan banyak
bantuan, bimbingan dan saran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini.
2. Bapak Dr. Marjoni Imamora M.Sc dan Ibu Novia Lizelwati, M.Pfis selaku
Penguji I dan Penguji II yang telah memberi bimbingan dan saran kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Ketua jurusan Tadris Fisika ibu Venny Haris M.Si, yang telah memberikan
segala fasilitas kepada penulis dan yang telah membimbing dan memberikan
saran kepada penulis selaku Penasehat Akademik sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Rektor IAIN Batusangkar Bapak Dr. Kasmuri, M.A, yang telah
memberikan segala fasilitas kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini.
vi
5. Bapak Asril S.Pd selaku guru fisika MAN 2 Tanah Datar dan Kepala Sekolah
MAN 2 Tanah Datar beserta jajaran yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk melakukan penelitian.
6. Siswa dan siswi MAN 2 Tanah Datar yang telah membantu kelancaran
penelitian.
7. Tercinta kepada kedua orang tua penulis, kakak dan adik tersayang yang
selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis, serta do’a beliau
yang membuat penulis bisa seperti sekarang ini, dan bisa menyelesaikan
penulisan skripsi ini dengan baik.
8. Rekan–rekan Mahasiswa-mahasiswi Jurusan Tadris Fisika IAIN Batusangkar
yang telah memberikan berbagai bantuan.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga
semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan menjadi amal di sisi Allah
SWT. Aminn.
Semoga bantuan dan bimbingan Bapak/Ibu/rekan-rekan menjadi amal
kebaikan dan mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang dapat mencapai kesempurnaan yang diharapkan. Amin ya
Rabbal’alamin.
Batusangkar, Oktober 2019Penulis
RovisaNIM: 14107035
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI .................................................................. iii
BIODATA PENULIS..................................................................................... iv
KATA PERSEMBAHAN .............................................................................. v
ABSTRAK ................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 9
C. Batasan Masalah............................................................................. 9
D. Perumusan Masalah ....................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian ........................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 10
G. Definisi Operasional....................................................................... 10
BAB II: KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Toeri .............................................................................. 13
1. Hakikat Pembelajaran ...................................................................... 13
2. Hakikat Pembelajaran Fisika............................................................. 14
3. Model Pembelajaran Problem Based Learning ............................... 15
4. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)................................................ 21
5. Materi Ajar Penelitian ....................................................................... 22
6. Model Pembelajaran Ekspositori....................................................... 28
7. Keterampilan Proses Sains ................................................................ 30
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan........................................................ 32
viii
C. Kerangka Berpikir .................................................................................. 34
D. Hipotesis................................................................................................. 34
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian............................................................................... 35
B. Rancangan Penelitian ..................................................................... 35
C. Variabel dan Data........................................................................... 36
D. Populasi dan Sampel ...................................................................... 37
E. Prosedur Penelitian......................................................................... 42
F. Instrumen Penelitian....................................................................... 48
G. Teknik Analisis data....................................................................... 51
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ............................................................................... 58
B. Analisis data .................................................................................. 60
C. Pembahasan................................................................................... 62
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 69
B. Saran.............................................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Persentase Ketuntasan Ulangan Harian Materi Elastisitas dan
hukum Hooke Kelas XI MIA MAN 2 Tanah Datar Tahun
Ajaran 208/2019............................................................................ 5
Tabel 2.1 Sintaks atau Langkah-langkah PBL............................................... 20
Tabel 2.2 Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi ............ 23
Tabel 2.3 Modulus Elastis Berbagai Zat ........................................................ 25
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian..................................................................... 35
Tabel 3.2 Jumlah Peserta Didik XI MIA ....................................................... 37
Tabel 3.3 Hasil Uji Normalitas Populasi Kelas XI MIA ............................... 39
Tabel 3.4 Daftar Analisis Variansi................................................................. 41
Tabel 3.5 Uji Kesamaan Rata-rata ................................................................. 42
Tabel 3.6 Jadwal Pelaksanaan Penelitian....................................................... 43
Tabel 3.7 Kegiatan Pembelajaran .................................................................. 44
Tabel 3.8 Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains .............................. 49
Tabel 3.9 Lembar Penilaian Laporan Proyek................................................. 50
Tabel 3.10 Kriteria Penilaian ........................................................................... 52
Tabel 3.11 Hasil Uji Normalitas Kelas Sampel ............................................... 54
Tabel 4.1. Hasil Keterampilan Proses Sains Peserta Didik............................. 59
Tabel 4.2. Data Uji Normalitas Kelas Sampel ................................................ 60
Tabel 4.3. Data Uji Homogenitas Kelas Sampel............................................. 61
Tabel 4.4. Data Uji Hipotesis Kelas Sampel................................................... 61
x
DAFTAR gambar
Gambar 2.1 Grafik Tegangan terhadap Regangan.......................................... 25Gambar 2.2 Susunan Seri Pegas...................................................................... 27Gambar 2.3 Susunan Paralel Pegas................................................................. 27Gambar 2.4 Kerangka Berpikir ....................................................................... 34
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era global pada saat sekarang ini merupakan era penting yang melingkupi
setiap aspek kehidupan yang menuntut peningkatan daya saing dan
kompetensi yang terbuka. Hal ini telah menimbulkan orientasi baru dalam
pendidikan, yaitu sangat perlunya diciptakan dan ditekankan adanya
pendidikan yang bermakna. Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat
essensial dan menjadi kebutuhan primer dewasa ini, dimana ilmu
pengetahuan dan teknologi mampu menunjang serta memperlancar seluruh
sendi kehidupan dan menduduki peranan penting dalam upaya meningkatkan
kualitas sumber daya manusia, baik dalam segi intelektual, sosial, dan
spiritual.
Sebagai hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, pendidikan
diharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas manusia dalam bentuk
meningkatnya kompetensi dalam semua aspek. Pendidikan akan membawa
perubahan yang lebih baik pada sikap dan perilaku pada individu, kelompok
dan masyarakat. Melalui pendidikan akan tercipta manusia yang memiliki
kompetensi dalam berbagai bidang kehidupan dan memiliki ide cemerlang
sebagai bekal untuk memperoleh masa depan yang lebih baik.
Menurut Undang-undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkansuasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktifmengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritualkeagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak muliaserta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dannegara.”
Dari pengertian di atas dapat dimengerti bahwa pendidikan merupakan
suatu usaha atau aktivitas untuk membentuk manusia-manusia cerdas dalam
berbagai aspek, baik aspek intelektual spiritual keagamaan, sosial, emosional,
terampil serta berkepribadian, berprilaku dengan dihiasi akhlak mulia dan
berguna bagi bangsa dan negaranya. Di dalam dunia pendidikan banyak mata
2
pelajaran yang menuntut peserta didik untuk dapat memiliki berbagai aspek
pengembangan diri, kepribadian dan keterampilan, salah satunya adalah mata
pelajaran Fisika.
Fisika adalah salah satu cabang ilmu sains yang dapat mengembangkan
kemampuan berfikir analisis dan ilmiah, karena berbagai peristiwa alam dapat
dijelaskan dan diselesaikan dengan menggunakan aplikasi konsep Fisika
dengan menerapkan kerja ilmiah. Oleh karena itu, pengembangan kompetensi
peserta didik dalam bidang Fisika merupakan salah satu kunci keberhasilan
peningkatan kompetensi dalam menguasai ilmu pengetahuan dan
perkembangan teknologi. Melihat begitu pentingnya mata pelajaran Fisika
dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah banyak usaha yang
dilakukan pemerintah, baik dari segi penyempurnaan kurikulum, pemerataan
tenaga pendidik (guru), pengadaan pelatihan, menambah sarana dan prasarana
seperti laboratorium, penyediaan alat-alat laboratorium dan sarana yang
menunjang lainnya. Berbagai upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan
mutu pembelajaran Fisika yang terlihat pula pada pencapaian kompetensi
peserta didik yang lebih baik. Salah satu kompetensi yang akan dicapai
peserta didik tersebut adalah keterampilan proses sains yang akan didapatkan
melalui kerja ilmiah.
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan sesuai arahan Permendikbud
Nomor 22 tahun 2016 hendaknya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik (Sari and Eurika, 2016). Melalui proses pembelajaran
interaktif, inspiratif, dan menyenangkan, diharapkan peserta didik dapat
memperoleh pembelajaran yang bermakna dalam rangka mengembangkan
potensinya. Hal ini sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yang berlaku saat
ini.
Kurikulum 2013 ini menyatakan bahwa pembelajaran yang
berkembang harusnya berpusat pada peserta didik dengan pola pembelajaran
3
aktif mencari (diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains)
(Permendiknas No. 69 tahun 2013). Berdasarkan Permendiknas tersebut,
dapat dipahami bahwa pola pembelajaran yang ditekankan sekarang ini
menuntut peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran. Dengan kata lain
pembelajaran yang dilaksanakan berpusat pada peserta didik (student
centered). Pola pembelajaran aktif ini harus diterapkan pada semua mata
pelajaran, salah satunya Fisika. Salah satu aspek penting yang akan diperoleh
oleh peserta didik dengan menerapkan pola pembelajaran aktif pada mata
pelajaran Fisika adalah keterampilan proses sains.
Fakta yang ada menunjukkan bahwa belum semua proses pembelajaran
berlangsung sesuai dengan arahan standar proses, tetapi lebih kepada
bagaimana mentransfer pengetahuan saja, salah satunya adalah pembelajaran
Fisika di sekolah menengah atas (SMA). Proses pembelajaran masih
didominasi oleh guru (teacher centered), sehingga komunikasi hanya terjadi
satu atau dua arah saja. Guru menyampaikan materi pembelajaran dan peserta
didik mendengarkan penjelasan dari guru. Peserta didik hanya duduk sambil
mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru dan jarang bertanya atau
mengungkapkan pendapat mereka, akibatnya peserta didik tidak mengalami
proses langsung pada dirinya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan
tidak tercapainya tujuan pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang
Sisdiknas pasal 20 ayat 3 Tahun 2003 yang bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab serta tercapainya tujuan pembelajaran Fisika dalam
mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif, deduktif dan ilmiah
dengan menggunakan konsep dan prinsip Fisika.
Permasalahan di atas juga terjadi pada proses pembelajaran Fisika di MAN
2 Tanah Datar. Berdasarkan hasil observasi peneliti, di MAN 2 Tanah Datar
kelas XI MIA sudah menerapkan pendekatan saintifik yang merupakan
tuntutan kurikulum 2013. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang
4
mengharapkan peserta didik dapat aktif dan kreatif dengan melibatkan
keterampilan proses yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan
mengkomunikasikan (student centered). Namun dalam pelaksanaannya di
kelas cenderung kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh guru (teacher
centered) dan menggunakan metode ceramah yang mengakibatkan peserta
didik bosan dan tidak dapat mengeksplorasi kemampuannya untuk melakukan
proses ilmiah, selain itu guru belum ada menggunakan bahan ajar yang lebih
kreatif dan inovatif sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Bahan ajar yang
lebih kreatif dan inovatif seperti modul, LKPD, handout, dan lain-lain yang
sesuai dengan karakteristik, kebutuhan maupun penerapan kurikulum 2013.
Sehingga cita-cita dari kurikulum 2013 tersebut belum tercapai dengan
maksimal. Akibatnya, hasil belajar peserta didik rendah dan tidak memenuhi
KKM.
Rendahnya hasil belajar peserta didik tersebut mencerminkan bahwa
pembelajaran yang dilakukan selama ini belum efektif dan optimal, hal ini
disebabkan karena peserta didik masih kurang memiliki motivasi dalam
belajar sehingga mereka merasa bosan dengan proses pembelajaran yang
monoton. Peserta didik kurang berpartisipasi aktif dalam mengikuti
pembelajaran, serta kurangnya tanggung jawab peserta didik mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan oleh guru, hal inilah yang menyebabkan hasil
belajar peserta didik rendah. Rendahnya hasil belajar peserta didik tersebut
menjadi indikasi bahwa peserta didik memiliki keterampilan proses sains
yang rendah pula. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Syafriansyah dkk (2014) yang menyatakan bahwa keterampilan proses sains
berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar Fisika peserta didik kelas XI
SMA Negeri 1 Punduh Pedada melalui metode eksperimen dengan
pendekatan inkuiri terbimbing, dimana kontribusinya sebesar 36,7%. Selain
itu, adanya pengaruh keterampilan proses sains terhadap hasil belajar peserta
didik juga dibuktikan oleh Markawi (2011) dalam penelitiannya yang
berjudul, “Pengaruh Keterampilan Proses Sains, Penalaran, dan Pemecahan
Masalah terhadap Hasil Belajar Fisika.” Dimana dalam hasil penelitiannya ia
5
menyatakan bahwa, “Keterampian proses sains, penalaran, dan pemecahan
masalah berpengaruh positif yang mengakibatkan peningkatan hasil belajar
Fisika.” Hasil penelitian tersebut memberikan implikasi bahwa hasil belajar
Fisika dapat ditingkatkan dengan melatih keterampilan proses sains, daya
nalar, dan strategi pemecahan masalah Fisika.
Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan guru Fisika kelas XI MIA
MAN 2 Tanah Datar, bahwa dalam pembelajaran Fisika belum maksimal
melaksanakan praktikum untuk materi-materi prosedural. Bahkan menurut
guru tersebut, sangat jarang dilaksanakan praktikum. Hal ini disebabkan
karena waktu yang tidak mencukupi untuk melaksanakan praktikum.
Akibatnya, keterampilan proses sains peserta didik tidak dapat dilatihkan
sehingga keterampilan proses sains peserta didik rendah.
Menurut hasil wawancara bersama guru Fisika kelas XI MIA di MAN 2
Tanah Datar, sebagian materi Fisika sulit untuk dipahami oleh peserta didik.
Salah satunya adalah materi elastisitas dan Hukum Hooke. Hal ini terlihat
dari hasil ulangan harian yang diberikan kepada peserta didik belum
mencapai kriteria ketuntasan minimum seperti terlihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 Persentase Ketuntasan Ulangan Harian Materi Elastisitas dan
Hukum Hooke Kelas XI MIA MAN 2 Tanah Datar 2018/2019
NOKelas
Jumlah
SiswaTuntas
Tidak
Tuntas
Pesentase Ketuntasan (%)
Tuntas Tidak tuntas
1 XI MIA 1 34 19 15 55,88 44,12
2 XI MIA 2 34 14 20 41,18 58,82
3 XI MIA 3 34 15 19 44,12 55,88
(Sumber: Guru Bidang Studi Fisika MAN 2 Tanah Datar)
Selain nilai ketuntasan ulangan harian yang terbilang rendah, peneliti
memilih materi elastisitas dan hukum hooke karena pertimbangan untuk
mengukur keterampilan proses sains peserta didik, materi ini dominan
bahasan prosedurnya dan cocok untuk dilaksanakan praktikum. Materi
prosedural elastisitas dan hukum hooke terdapat pada Kompetensi Dasar
(KD) 4.2 yaitu melakukan percobaan tentang sifat elastisitas suatu bahan
6
berikut presentasi hasil percobaan dan pemanfaatannya. Kegiatan praktikum
ini harus dilaksanakan dalam pembelajaran, sehingga dapat melatihkan
keterampilan proses sains peserta didik.
Pada aspek lain yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar Fisika
peserta didik menurut observasi adalah kurang diadakannya bahan ajar yang
variatif oleh guru. Guru hanya menggunakan satu bahan ajar yaitu buku cetak
dari pustaka, dimana bahasa buku tersebut susah dipahami peserta didik,
sehingga menyebabkan peserta didik kurang tertarik mempelajarinya. Selain
itu, guru juga jarang menggunakan pendamping bahan ajar berupa Lembar
Kerja Peserta Didik (LKPD) dalam pembelajaran di kelas.
Upaya mengatasi permasalahan tersebut merupakan tugas dan
tanggung jawab semua tenaga kependidikan terutama guru, sebab gurulah
yang langsung membimbing peserta didik di sekolah melalui proses belajar
mengajar. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41
Tahun 2007, proses pembelajaran harus dilaksanakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif sesuai dengan bakat dan minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik (Astuti, Wahyuningsih, & Murtini, 2012).
Berdasarkan hal tersebut, diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan
kompotensi peserta didik pada mata pelajaran Fisika yang ditekankan pada
adanya keterampilan proses sains yang dapat diperoleh. Dalam hal ini,
penulis mencoba memberikan solusi pemecahan masalah tersebut dengan
menawarkan untuk menerapkan salah satu model pembelajaran yang mampu
membawa perubahan ke arah yang lebih baik dan menjadikan peserta didik
itu aktif dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran akan bersifat
student centered. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual
berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan
digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai
tujuan belajar. Memilih model pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan
pengajaran, kemampuan guru, kemampuan peserta didik dan fasilitas yang
tersedia, oleh karena itu seorang guru harus mampu memilih model
7
pembelajaran yang tepat sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung
baik, efektif dan efisien (Ridwan, 2014:89).
Model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil
belajar Fisika peserta didik adalah model pembelajaran yang menjadikan
peserta didik itu aktif, belajar mandiri, dapat menemukan sendiri konsep,
fakta, prinsip yang terkait dalam materi Fisika yang dipelajari serta dapat
memberikan pengalaman keterampilan proses sains pada peserta didik.
Adapun model yang menjadikan peserta didik itu aktif, belajar mandiri,
menemukan konsep secara mandiri, dan memperoleh keterampilan proses
sains seperti model pembelajaran inkuiri, PBL (Problem Based Learning),
Discovery Based Learning, PjBL (Project Based Learning), CTL (Contextual
Teaching Learning) dan banyak model lainnya. Dalam penelitian ini, model
pembelajaran yang penulis tawarkan adalah model pembelajaran (PBL)
Problem Based Learning, karena dengan model pembelajaran PBL peserta
didik akan menemukan konsep sendiri melalui suatu masalah yang akan
dicari pemecahannya oleh peserta didik dan dibimbing oleh guru serta akan
dapat memberikan pengalaman keterampilan proses sains kepada peserta
didik melalui kerja ilmiahnya.
Penggunaan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik. Hal ini telah dibuktikan oleh Ade Saputra dalam
penelitiannnya yang berjudul, “Pengaruh Model Pembelajaran Problem
Based Learning terhadap Hasil Belajar Fisika Kelas VIII SMPN 3
Batusangkar”, dari hasil penelitiannya terlihat bahwa hasil belajar Fisika
peserta didik di kelas VIII SMPN 3 Batusangkar mengalami peningkatan
dengan nilai rata-rata peserta didik 76,14 di kelas eksperimen dan hanya
68,13 di kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Selain
itu, penelitian yang dilakukan oleh Aan Hanafiah yang berjudul, “Pengaruh
Model Problem Based Learning (PBL) terhadap Keterampilan Proses Sains
(KPS) Siswa pada Materi Laju Reaksi di MAN Mauk Kabupaten Tanggerang
membuktikan bahwa terdapat pengaruh penerapan model PBL terhadap
keterampilan proses sains peserta didik pada materi laju reaksi di MAN Mauk
8
Kabupaten tanggerang dengan uji hipotesis didapatkan thitung sebesar 7,32 dan
ttabel pada taraf signifikan 0.05 sebesar 2,00.
Dalam aspek lain, model pembelajaran PBL juga berkontribusi
terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik, hal ini dibuktikan oleh
Ayu Fajarotul dkk dalam penelitiannya yang menerapkan model
pembelajaran PBL disertai media tiga dimensi. Dari hasil penelitian itu
didapatkan hasil bahwa penerapan model pembelajaran PBL disertai media
tiga dimensi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan
berpikir kreatif peserta didik.
Selain menggunakan model pembelajaran PBL yang menekankan
pada aktivitas peserta didik, guru juga dapat memberikan bantuan kepada
peserta didik berupa bahan ajar yang dapat menunjang proses pembelajaran
berlangsung. Adapun bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini berupa
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Depdiknas menyatakan bahwa LKPD
adalah lembaran-lembaran berisi pernyataan-pernyataan atau soal-soal yang
harus dikerjakan oleh peserta didik, yang di dalamnya disertai petunjuk dan
langkah-langkah kerja untuk menyelesaikan soal-soal berupa teori maupun
praktek. Penggunaan LKPD dalam pembelajaran berkontribusi dalam
pencapaian kompetensi peserta didik yang lebih baik. Sebagaimana yang
dinyatakan oleh Vitri dalam hasil penelitiannya bahwasanya hasil belajar
Fisika peserta didik di MAN 1 Padang Panjang mengalami peningkatan
dengan diterapkannnya model pembelajaran PDEODE berbantuan LKPD
pada materi gelombang bunyi dan cahaya. Nilai rata-rata peserta didik
mencapai 71,56 di kelas eksperimen, sedangkan di kelas kontrol hanya 59,76
saja. Oleh karena itu, penggunaan LKPD dalam pembelajaran amat baik
dilakukan.
9
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk
meneliti tentang “Pengaruh model pembelajaran PBL (Problem Based
Learning) berbantuan LKPD pada materi elastisitas dan Hukum Hooke
terhadap keterampilan proses sains peserta didik kelas XI MIA MAN 2
Tanah Datar”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
identifikasi masalah dalam peneletian ini adalah:
1. Rendahnya hasil belajar peserta didik yang menjadi indikasi tidak adanya
keterampilan proses sains yang diperoleh peserta didik dalam
pembelajaran Fisika.
2. Strategi belajar dalam pembelajaran masih bersifat teacher centered
sehingga kurang melibatkan peserta didik aktif dalam pembelajaran.
3. Kurangnya aktivitas dan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran
seperti bertanya, menjawab, dan mengemukakan pendapat.
4. Kurangnya interaksi peserta didik dengan peserta didik.
5. Rendahnya motivasi belajar peserta didik.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini dibatasi pada
melihat ada atau tidaknya pengaruh penerapan model pembelajaran Problem
Based Learning berbantuan Lembar Kerja Peserta Didik pada materi
elastisitas dan Hukum Hooke terhadap keterampilan proses sains peserta
didik di kelas XI MIA MAN 2 Tanah Datar.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan latar belakang masalah di atas,
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah terdapat pengaruh
dalam penerapan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan
LKPD pada materi elastisitas dan Hukum Hooke dengan keterampilan proses
sains peserta didik pada mata pelajaran Fisika di kelas XI MIA MAN 2 Tanah
Datar?”
10
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
penerapan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan LKPD
pada materi elastisitas dan Hukum Hooke terhadap keterampilan proses sains
peserta didik pada mata pelajaran Fisika di kelas XI MIA MAN 2 Tanah
Datar.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumbangan
pemikiran dalam memperkaya wawasan dibidang pendidikan.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menyumbangkan
pemikiran terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan masalah
kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik. Manfaat
praktis dalam penelitian ini diantaranya:
a. Bagi Guru
1) Dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran di dalam
kelas.
2) Membantu meningkatkan motivasi belajar dan kualitas proses
pembelajaran peserta didik di dalam kelas.
b. Bagi Peserta didik
1) Peserta didik lebih berpartisipasi aktif untuk mengikuti proses
pembelajaran dengan model pembelajaran yang berbeda dari
biasanya.
2) Dengan adanya tindakan yang baru dilakukan oleh guru dapat
memungkinkan hasil belajar yang lebih baik.
c. Bagi Penulis
1) Untuk menambah pengalaman dan pelatihan dalam melaksanakan
proses pembelajaran di kelas sebagai calon pendidik profesional.
2) Untuk menambah pengetahuan bagaimana cara mengajar yang lebih
baik.
11
G. Defenisi Operasional
Agar pemahaman tentang persoalan yang diangkat dalam penelitian
dapat dipahami oleh pembaca, maka pada bagian ini diuraikan beberapa
defenisi operasional sebagai berikut:
1. Model pembelajaran
Model pembelajaran merupakan seluruh penyajian materi ajar yang
meliputi segala aspek sebelum dan sesudah pembelajaran yang telah
dilakukan seorang guru dan segala aktifitas yang terkait baik secara
langsung maupun tidak secara langsung dalam proses belajar mengajar.
2. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah model
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran peserta didik pada
masalah autentik sehingga peserta didik dapat menyusun pengetahuannya
sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan
inquiri, memandirikan peserta didik dan meningkatkan kepercayaan diri
sendiri.
3. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah lembar kerja yang
berisi tentang pertanyaan, pernyataan, informasi, dan perintah yang
diberikan oleh guru untuk dijadikan pedoman oleh peserta didik dalam
melakukan penyelidikan atau kegiatan memecahkan masalah dalam
bentuk kerja, praktek, percobaan yang di dalamnya terdapat semua aspek
yang dikembangkan dalam pembelajaran.
4. Model pembelajaran ekspositori
Model pembelajaran ekspositori (Sanjaya, 2006:179) adalah model
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi
secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok peserta didik dengan
maksud agar peserta didik dapat menguasai materi pelajaran secara
optimal. Itu artinya yang paling berberan dalam pembelajaran adalah
guru tanpa melibatkan peserta didik secara langsung dan mandiri.
12
5. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses sains (Trianto, 2010:144) adalah keseluruhan
keterampilan ilmiah yang terarah yang dapat digunakan untuk
menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan
konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan
penyangkalan terhadap suatu penemuan. Adapun keterampilan proses
yang diteliti ada tujuh indikator yaitu (observasi, prediksi, merencanakan,
aplikasi, klasifkasi, interpretasi, dan komunikasi) (Syarifudin, 2010:119-
121).
13
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Hakikat Pembelajaran
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok, ini berarti bahwa berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada
bagaimana proses belajar yang dialami peserta didik. Belajar adalah
suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, dan mengokohkan
kepribadian (Suyono and Hariyanto, 2012:9). Belajar merupakan proses
mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan,
pembelajaran, dan lain-lain sehingga terjadi perubahan dalam diri.
Perubahan tingkah laku meliputi perubahan sikap, dan minat menuju
kebaikan.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sistem pembelajaran
(Sanjaya, 2010:52-57):
a. Faktor GuruGuru adalah komponen yang sangat menentukan dalam suatu
strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnyasuatu strategi pembelajaran maka strategi itu tidak mungkin bisadiaplikasikan.
b. Faktor peserta didikSikap dan penampilan peserta didik di dalam kelas juga merupakan
aspek lain yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran. Adakalanyaditemukan peserta didik yang sangat aktif dan ada pula peserta didikyang pendiam, tidak sedikit juga ditemukan peserta didik yangmemiliki motivasi yang rendah dalam belajar.
c. Faktor sarana dan prasaranaSarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung
terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya mediapembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lainsebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secaratidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran,misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil, danlain sebagainya.
14
d. Faktor lingkungan1) Faktor organisasi kelas
Faktor organisasi kelas meliputi jumlah peserta didik dalam satukelas merupakan aspek penting yang bisa mempengaruhi prosespembelajaran. Anggota kelompok yang terlalu banyak akancenderung semakin banyaknya peserta didik yang engganberpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan kelompoknya.
2) Faktor iklim sosial-psikologisFaktor iklim sosial-psikologis, maksudnya keharmonisan hubunganantara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial-psikologis secara internal adalah hubungan antara orang yangterlibat dalam lingkungan sekolah, misalnya antara peserta didikdengan peserta didik, antara peserta didik dengan guru, bahkanantara guru dengan pimpinan sekolah.
2. Hakikat Pembelajaran Fisika
Fisika merupakan ilmu yang membahas tentang gejala dan
fenomena fisis dari alam. Fisika merupakan cabang IPA yang mendasari
perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam
(BNSP, 2006:159). Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam,
Fisika juga memberikan pelajaran yang baik bagi manusia untuk hidup
selaras berdasarkan hukum alam.
Mata pelajaran Fisika bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut (BNSP, 2006:160):
a. Membentuk sikap positif terhadap Fisika dengan menyadariketeraturan dan keindahan alam serta mengungkapkan kebesaranAllah SWT
b. Memupuk sikap ilmiah, yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis,menghargai karya orang lain, berani mempertahankan kebenaran,dan bekerja sama dengan orang lain.
c. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah,mengajukan, dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancangdan merakit intrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, danmenafsikan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secaralisan dan tertulis kemudian menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari.
d. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berfikir analisisinduktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsipFisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam danmenyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
e. Menguasai konsep dan prinsip Fisika serta mempunyaiketerampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri
15
sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yanglebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam pembelajaran Fisika peserta didik dituntut untuk bisa
berpartisipasi aktif dalam setiap proses pembelajaran, tidak hanya pasif
di dalam kelas dengan mendengarkan penyampaian dari guru tanpa ada
umpan balik dari peserta didik dengan mengajukan petanyaan,
berpendapat, dan lain-lain. Salah satu cara untuk mencapai hal tersebut
adalah dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based
Learning.
3. Model Problem Based Learning (PBL)
a. Pengertian model Problem Based Learning (PBL)
Model Problem Based Learning merupakan pembelajaran
yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu
permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi
penyelidikan dan membuka dialog (Ridwan, 2014:127).
Model problem based learning (PBL) adalah modelpembelajaran dengan pendekatan pembelajaran peserta didik padamasalah autentik sehingga peserta didik dapat menyusunpengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilanyang lebih tinggi dan inquiri, memandirikan peserta didik danmeningkatkan kepercayaan diri sendiri. Model ini bercirikanpenggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harusdipelajari peserta didik untuk melatih dan meningkatkanketerampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah sertamendapat konsep-konsep penting, dimana tugas guru hanyamenfokuskan diri untuk membantu peserta didik mencapaiketerampilan mengarahkan diri (Hosnan, 2014:295).
PBL meliputi pengajuan pertanyaan atau masalah,
memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik,
kerjasama dan menghasilkan karya serta peragaan. Pembelajaran
berbasis masalah bertujuan untuk membantu peserta didik
mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan pemecahan
masalah, dan keterampilan proses.
Menurut Arends, pertanyaan dan masalah yang diajukan
haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut (Hosnan, 2014:296):
16
1) Autentik, yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunianyata peserta didik daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplinilmu tertentu.
2) Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidakmenimbulkan masalah baru bagi peserta didik yang pada akhirnyamenyulitkan penyelesaian peserta didik.
3) Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan hendaknyamudah dipahami peserta didik. Selain itu, masalah disusun dandibuat sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
4) Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, yaitu masalah yangdisusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalahtersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang diajarkan sesuaidengan waktu, ruang, dan sumber yang tersedia. Selain itumasalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuanpembelajaran yang telah ditetapkan.
5) Bermanfaat, yaitu masalah yang telah disusun dan dirumuskanharuslah bermanfaat baik peserta didik sebagai pemecah masalahmaupun guru sebagai pembuat masalah. Masalah yangbermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuanberpikir, memecahkan masalah, dan kemampuan proses pesertadidik, serta membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
PBL menuntut peserta didik menghasilkan produk tertentu
dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang
menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang
mereka temukan. Produk itu dapat berupa transkrip, debat, laporan,
model fisik, video atau program komputer.
Menurut Lepinski, tahap-tahap pemecahan masalah sebagai
berikut ini, yaitu (Hosnan, 2014:297):
1) Penyampaian ide (ideas)Pada tahap ini dilakukan secara curah pendapat
(brainstorming). Peserta didik merekam semua daftar masalah(gagasan,ide) yang akan dipecahkan. Mereka kemudian diajakuntuk melakukan penelaahan terhadap ide-ide yang dikemukakanatau mengkaji pentingnya relevansi ide berkenaan denganmasalah yang akan dipecahkan (masalah aktual, atau masalahyang relevan dengan kurikulum), dan menentukan validitasmasalah untuk melakukan proses kerja melalui masalah.
2) Penyajian fakta yang diketahui (known facts)Pada tahap ini, peserta didik diajak mendata sejumlah fakta
pendukung sesuai dengan masalah yang telah diajukan. Tahap inimembantu mengklarifikasi kesulitan yang diangkat dalammasalah. Tahap ini mungkin juga mencakup pengetahuan yang
17
telah dimiliki oleh peserta didik berkenaan dengan isu-isu khusus,misalnya pelanggaran kode etik, teknik pemecahan konflik, dansebagainya.
3) Mempelajari masalah (learning issues)Peserta didik diajak menjawab pertanyaan tentang, Apa
yang perlu kita ketahui untuk memecahkan masalah yang kitahadapi? Setelah melakukan diskusi dan konsultasi, merekamelakukan penelaahan atau penelitian dan mengumpulkaninformasi. Peserta didik melihat kembali ide-ide awal untukmenentukan mana yang masih dapat dipakai. Seringkali, pada saatpara peserta didik menyampaikan masalah-masalah, merekamenemukan cara-cara baru untuk memecahkan masalah. Dengandemikian, hal ini dapat menjadi sebuah proses atau tindakanuntuk mengeliminasi ide-ide yang tidak dapat dipecahkan atausebaliknya ide-ide yang dapat dipakai untuk memecahkanmasalah.
4) Menyusun rencana tindakan (action plan)Pada tahap ini, peserta didik diajak mengembangkan
sebuah rencana tindakan yang didasarkan atas hasil temuanmereka. Rencana tindakan ini berupa sesuatu (rencana) apa yangmereka akan lakukan atau berupa suatu rekomendasi saran-saranuntuk memecahkan masalah.
5) Evaluasi (evaluation).Tahap evaluasi ini terdiri atas tiga hal:a) bagaimana peserta didik dan evaluator menilai produk (hasil
akhir) prosesb) bagaimana mereka menerapkan tahapan PBM untuk bekerja
melalui masalahc) bagaimana pebelajar akan menyampaikan pengetahuan hasil
pemecahaan masalah atau sebagai bentukpertanggungjawaban mereka. Peserta didik menyampaikanhasil-hasil penilaian atau respon-respon mereka dalamberbagai bentuk yang beragam, misalnya : secara lisan atauverbal, laporan tertulis, atau sebagai suatu bentuk penyajianformal lainnya.
b. Tujuan Problem Based Learning (PBL)
Tujuan pembelajaran adalah membantu peserta didik agar
memperoleh berbagai pengalaman dan mengubah tingkah laku
peserta didik, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Perubahan
tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan, keterampilan, dan
nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan prilaku
peserta didik.
18
Tujuan utama PBL bukanlah penyampaian sejumlah besar
pengetahuan kepada peserta didik, melainkan pada pengembangan
kemampuan berpikir, kemampuan pemecahan masalah, keterampilan
proses dan sekaligus mengembangkan kemampuan peserta didik
untuk secara aktif membangun pengetahuan sendiri. PBL juga
dimaksud untuk mengembangkan kemandirian belajar dan
keterampilan sosial peserta didik. Kemandirian belajar dan
keterampilan sosial itu dapat terbentuk ketika peserta didik
berkolaborasi untuk mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber
belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah.
Ciri-ciri Problem Based Learning (Hosnan, 2014:300):
1) Pengajuan masalah atau pertanyaanPengaturan pembelajaran berkisar pada masalah atau
pertanyaan yang penting bagi peserta didik maupun masyarakat.Pertanyaan atau masalah yang diajukan itu haruslah memilikikriteria autentik, jelas, mudah dipahami, luas, dan bermanfaat.
2) Keterkaitan dengan berbagai masalah disiplin ilmuMasalah yang diajukan dalam pembelajaran berbasis
masalah hendaknya mengaitkan atau melibatkan berbagaidisiplin ilmu.
3) Penyelidikan yang autentik4) Penyelidikan yang diperlukan dalam pembelajaran berbasis
masalah bersifat autentik. Selain itu penyelidikan diperlukanuntuk mencari penyelesaian masalah yang bersifat nyata. Pesertadidik menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkandan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisisinformasi, melaksanakan eksperimen menarik kesimpulan, danmenggambarkan hasil.
5) Menghasilkan dan memamerkan hasil/karyaPada pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bertugas
menyusun hasil penelitiannya dalam bentuk karya danmemamerkan hasil karyanya. Artinya, hasil penyelesaianmasalah peserta didik ditampilkan atau dibuatkan laporannya.
6) KolaborasiPada pembelajaran masalah, tugas-tugas belajar berupa
masalah harus diselesaikan bersama-sama antara peserta didikdengan peserta didik, baik dalam kelompok kecil maupun besar,dan bersama-sama antara peserta didik dengan guru.
19
c. Prinsip Problem Based Learning (PBL)
Prinsip utama PBL adalah penggunaan masalah nyata sebagai
sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan dan
sekaligus mengembangkan kemampuan berpikir, kemampuan
pemecahan masalah dan keterampilan proses. Masalah nyata adalah
masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat
langsung apabila diselesaikan.
Pemilihan atau penentuan masalah nyata ini dapat dilakukan
oleh guru maupun peserta didik yang disesuaikan dengan kompetensi
dasar tertentu. Masalah itu bersifat terbuka (open-ended problem),
yaitu masalah yang memiliki banyak jawaban atau strategi
penyelesaian yang mendorong keingintahuan peserta didik untuk
mengidentifikasi strategi dan solusi tersebut. Masalah itu juga bersifat
tidak terstrukur dengan baik (ill-structured) yang tidak dapat
diselesaikan secara langsung dengan cara menerapkan formula atau
strategi tertentu, melainkan perlu informasi lebih lanjut untuk
memahami serta perlu mengkombinasikan beberapa strategi atau
bahkan mengkreasi strategi sendiri untuk menyelesaikannya (Hosnan,
2014:301).
d. Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL)
Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terdiri atas
lima langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan
peserta didik dengan situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian
dan analisis hasil kerja peserta didik. Sintaks PBL terdiri-dari
(Hosnan, 2014:303):
1) Orientasi peserta didik pada masalahGuru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yang diperlukan, memotivasi peserta didik agar terlibatpada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2) Mengorganisasikan peserta didik untuk belajarGuru membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan denganmasalah tersebut.
3) Membimbing penyelidikan individual dan kelompok
20
Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkaninformasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untukmendapat penjelasan dan pemecahan masalahnya.
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karyaGuru membantu peserta didik merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan, video, danmodel serta membantu berbagai tugas dengan temannya.
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalahGuru membantu peserta didik melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang merekagunakan.
Kegiatan pembelajaran melalui PBL diawali dengan aktivitaspeserta didik untuk menyelesaikan masalah nyata yang ditentukanatau disepakati. Proses tersebut dilakukan dalam tahapan-tahapanatau sintaks pembelajaran yang disajikan pada Tabel 2.1 berikut.Tabel 2.1 Sintaks atau Langkah-Langkah PBL
Tahap Aktivitas Guru dan Peserta Didik
Tahap 1
Mengorientasi pesertadidik terhadap masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajarandan sarana atau logistik yangdibutuhkan. Guru memotivasi pesertadidik untuk terlibat dalam aktivitaspemecahan masalah yang dipilih atauditentukan
Tahap 2
Mengorganisasikanpeserta didik untukbelajar
Guru membantu peserta didikmendefinisikan dan mengorganisasikantugas belajar yang berhubungan denganmasalah yang sudah diorientasikan padatahap sebelumnya.
Tahap 3
Membimbingpenyelidikan individualdan kelompok
Guru mendorong peserta didik untukmengumpulkan informasi yang sesuaidan melaksanakan eksperimen untukmendapat kejelasan yang diperlukanuntuk menyelesaikan masalah.
Tahap 4
Mengembangkan danmenyajikan hasil karya
Guru membantu peserta didik untukberbagi tugas dan merencanakan danmenyiapkan hasil karya yang sesuaisebagai hasil pemecahan masalah dalambentuk laporan, video, atau model.
Tahap 5 Guru membantu peserta didikmelakukan refleksi atau evaluasi
21
Menganalisis danmengevaluasi prosespemecahan masalah
terhadap penyelidikan dan prosespemecahan masalah yang dilakukan.
4. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan pendamping
sumber belajar untuk membantu peserta didik memahami konsep yang
dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis. LKPD juga
merupakan sarana pembelajaran yang dapat digunakan pendidik dalam
meningkatkan keterlibatan dan aktivitas peserta didik dalam proses
belajar mengajar. Menurut Trianto (dalam Pusfarini, 2016:18) LKDP
memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh
peserta didik untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya
pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian yang
ditempuh. Sedangkan menurut Suyatno dan Sartinem (dalam Pusfarini,
2016:19), LKPD merupakan bahan ajar yang dikemas sedemikian rupa
agar peserta didik dapat mempelajari materi tersebut secara mandiri.
Sejalan dngan pendapat di atas, Depdiknas juga menyatakan bahwa
LKPD adalah lembaran-lembaran berisi pernyataan-pernyataan atau soal-
soal yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang di dalamnya disertai
petunjuk dan langkah-langkah kerja untuk menyelesaikan soal-soal
berupa teori maupun praktek (Depdiknas, 2008:13). Selain itu, M. Yasir
dkk (dalam Pusfarini, 2016:19) menjelaskan bahwa LKPD merupakan
stimulus atau bimbingan guru dalam pembelajaran yang akan disajikan
secara tertulis sehingga dalam penulisannya perlu memperhatikan kriteria
media grafis sebagai media visual untuk menarik perhatian peserta didik.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat diartikan bahwa
LKPD merupakan lembar kerja yang berisi tentang pertanyaan,
pernyataan, informasi, dan perintah yang diberikan oleh guru untuk
dijadikan pedoman oleh peserta didik dalam melakukan penyelidikan
atau kegiatan memecahkan masalah dalam bentuk kerja, praktek,
22
percobaan yang di dalamnya terdapat semua aspek yang dikembangkan
dalam pembelajaran.
Manfaat yang dapat diperoleh dengan menggunakan LKPD
menurut Abdurrahman (dalam Pusfarini, 2016:21) adalah:
a. Dapat membantu guru dalam mengarahkan peserta didik untuk dapatmenemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri atau dalamkelompok kerja.
b. Dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses, sikapilmiah, serta membangkitkan minat peserta didik terhadap alamsekitarnya.
c. Dapat memudahkan guru untuk melihat keberhasilan peseta didikdalam mencapai tujuan belajar.
Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksud LKPD adalah
pendamping sumber belajar berupa lembar kerja sebagai panduan bagi
peserta didik yang digunakan untuk mengembangkan keterampilan
proses, sikap ilmiah, serta minatnya terhadap alam sekitar sehingga
memudahkan guru dalam mengelola proses pembelajaran dan memantau
keberhasilan peserta didik untuk mencapai sasaran belajar.
5. Materi Ajar Penelitian
a. Kompetensi Dasar (KD) Dan Indikator Pencapaian Kompetensi
(IPK)
Pada penelitian ini, materi yang diteliti yaitu materi elastisitas
dan Hukum Hooke. Materi elastisitas dan Hukum Hooke terdiri dari
Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi
(IPK). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.2 di bawah
ini:
Tabel 2.2: Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator PencapaianKompetensi (IPK) Pada Materi elastisitas danHukum Hooke Kelas XI MIA MAN 2 Tanah Datartahuan Ajaran 2019/2020
Kompetensi Dasar(KD)
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3.2. Menganalisis sifatelastisitas bahan dalamkehidupan sehari hari
3.2.1. Menyebutkan benda-benda elastis
3.2.2. Menjelaskan pengertian elastisitas
3.2.3.Menjelaskan tentang tegangan,
23
regangan dan modulus Young
3.2.4.Menentukan pengaruh gaya terhadap
perubahan panjang pegas
3.2.5. Menentukan/menghitung nilai tetapan
gaya
3.2.6 Menganalisis tetapan gaya pada pegasyang disusun secara seri dan paralel
4.2 Melakukanpercobaan tentangsifat elastisitas suatubahan berikutpresentasi hasilpercobaan danpemanfaatannya
4.2.1. Melakukan percobaan Hukum Hooke
secara berkelompok
4.2.2. Membuat laporan hasil percobaan
berdasarkan grafik yang telah dibuat
dan mempresentasikannya
b. Materi Elastisitas dan Hukum Hooke
1) Elastisitas Zat Padat
Sifat elastis atau elastisitas merupakan kemampuan suatu
benda untuk kembali ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar
yang diberikan kepada benda itu dihilangkan. Salah satu contoh
benda elastis adalah pegas dan karet. Beberapa benda seperti
tanah liat, adonan tepung kue, dan lilin mainan (plastisin) tidak
segera kembali ke bentuk awalnya setelah gaya luar dihilangkan.
Benda-benda seperti itu disebut benda tak elastis atau benda
plastis. Semua benda padat agak elastis, walaupun tampaknya
tidak elastis.
Pemberian gaya tekan (pemampatan) dan gaya tarik
(penarikan) bisa mengubah bentuk suatu benda tegar. Jika suatu
benda tegar diubah bentuknya (dideformasi) sedikit, benda
segera kembali ke bentuk awalnya ketika gaya tekan atau gaya
tarik ditiadakan. Jika benda tegar diubah bentuknya melampaui
batas elatisnya, benda tidak akan kembali ke bentuk awalnya
ketika gaya ditiadakan, melainkan akan berubah bentuk secara
24
permanbatas elastien. Bahkan jika perubahan bentuknya jauh
melebihi batas elastisnya, benda akan patah.
Besaran-besaran yang berkaitan dengan elastisitas zat
padat.
a) Tegangan
Tegangan merupakan perbandingan antara gaya tarik
yang bekerja pada benda terhadap luas penampang benda
tersebut. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut:
σ =
b) Regangan
Regangan merupakan hasil bagi antara pertambahan
panjang dengan panjang awal. Secara matematis
dirumuskan sebagai berikut: e =∆
c) Grafik tegangan terhadap regangan
Grafik tegangan terhadap regangan bisa dilihat pada
Gambar 2.1. Grafik tersebut menunjukkan variasi tegangan
terhadap regangan ketika seutas kawat logam (baja) diberi
gaya tarik hingga kawat itu patah.
Gambar 2.1. Grafik Tegangan terhadap Regangan
25
d) Modulus elastis
Modulus elastis juga disebut modulus Young.
Modulus Young adalah perbandingan antara tegangan dan
regangan yang dialami bahan. Secara matematis
dirumuskan sebagai berikut: E =
Modulus elastis bergantung hanya pada jenis zat dan
tidak pada ukuran atau bentuknya. Hal ini bisa dilihat pada
Tabel 2.3 berikut:
Tabel 2.3 Modulus Elastis berbagai zat
ZatModulus elastis E
(N/m2)
Besi 100 x 109
Baja 200 x 109
Perunggu 100 x 109
Aluminium 70 x 109
Beton 20 x 109
Batu bara 14 x 109
Marmer 50 x 109
Granit 45 x 109
Kayu (pinus) 10 x 109
Nilon 5 x 109
Tulang muda 15 x 109
(Kanginan, 2013: 226-230)
2) Hukum Hooke
Pada hukum hooke benda elastis yang menjadi perhatian
adalah benda spiral terbuat dari logam yang disebut logam.
Pegas apabila diberikan gaya tarik, maka akan mengalami
pertambahan panjang. Antara gaya tarik dan pertambahan
panjang adalah sebanding sehingga di rumuskan: F = k . ∆dengan k sebagai konstanta atau tetapan gaya pegas. Persamaan
26
tersebut dapat dinyatakan dengan kalimat, “Jika gaya tarik tidak
melampaui batas elastis pegas, pertambahan panjang
berbanding lurus (sebanding) dengan gaya tariknya.”
Pernyataan tersebut pertama kali dikemukaakn oleh Robert
Hooke. Oleh karena itu, pernyataan di atas dikenal sebagai
Hukum Hooke.
a) Tetapan Gaya Benda Elastis
Tetapan gaya k adalah tetapan umum yang berlaku
untuk benda elastis jika diberi gaya yang tidak melampaui
batas Hukum Hooke. Cara menentukan tetapan gaya k dari
suatu benda elastis adalah dengan rumus umum tetapan
gaya k yaitu: k = .
b) Hukum Hooke untuk Susunan Pegas
Beberapa buah pegas dapat disusun seri, paralel, atau
gabungan keduanya. Susunan pegas ini dapat diganti
dengan sebuah pegas pengganti.
(1) Susunan seri pegas
Prinsip susunan beberapa buah pegas seri adalah pada
Gambar 2.2 berikut:
Gambar 2.2. Susunan Seri Pegas
Tetapan pegas pada susunan seri dapat ditentukan
dengan rumus:
1 = 1
27
Untuk n buah pegas identik dengan tiap pegas memiliki
tetapan k, tetapan pegas pengganti seri ks dapat dihitung
dengan rumus: ks = , khusus untuk dua buah pegas
dengan tetapan k1 dan k2 yang disusun seri, tetapan
pegas pengganti seri ks dapat dihitung dengan rumus:
ks = =(2) Susunan paralel pegas
Prinsip susunan beberapa buah pegas paralel adalah
pada Gambar 2.3 berikut:
Gambar 2.3. Susunan Paralel Pegas
Tetapan pegas pada susunan paralel dapat ditentukan
dengan rumus:
=Untuk n buah pegas identik dengan tiap pegas memiliki
tetapan k, tetapan pegas pengganti paralel kp dapat
dihitung dengan rumus: kp = n . Jika dibandingkan
antara susunan pegas dengan susunan resistor nampak
bahwa rumus-rumus untuk pegas paralel mirip dengan
rumus-rumus untuk resistor seri.
c) Manfaat Pegas sebagai Produk Perkembangan Teknologi
dalam Keseharian
(1) Sistem suspensi kendaraan bermotor untuk meredam
kejutan
28
(2) Pegas pada setir kemudi (Kanginan, 235-244)
6. Model Pembelajaran Ekspositori
Model pembelajaran ekspositori ini yang diterapkan di MAN 2
Tanah Datar. Model pembelajaran ini lebih menitikberatkan pada
keaktifan guru dibandingkan keaktifan peserta didik. Berikut dijelaskan
mengenai model pembelajaran ekspositori:
a. Pengertian Model Pembelajaran Ekspositori
Model pembelajaran ekspositori (Sanjaya, 2006:179) adalah
model pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian
materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok peserta
didik dengan maksud agar peserta didik dapat menguasai materi
pelajaran secara optimal. Itu artinya yang paling berberan dalam
pembelajaran adalah guru tanpa melibatkan peserta didik secara
langsung dan mandiri.
b. Karakteristik Model Pembelajaran Ekspositori
Terdapat beberapa karakteristik model pembelajaran
ekspositori yaitu (Sanjaya, 2006:179):
1) Dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secaraverbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalammelakukan model ini.
2) Materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yangsudah jadi, seperti fakta atau data, dan konsep tertentu yangharus dihafal.
3) Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaranitu sendiri.c. Prosedur Pelaksanaan Model Pembelajaran Ekspositori
Prosedur peaksanaan model pembelajaran ekspositori terdiri
atas (Sanjaya, 2006:185-190):
1) PersiapanTahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta
didik untuk menerima pelajaran. Dalam model pembelajaran inilangkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting.Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakanmodel ekspositori sangat tergantung pada persiapan. Tujuan yangingin dicapai dalam melakukan persiapan adalah:
29
b) Mengajak peserta didik keluar dari kondisi mental yangpasif
c) Membangkitkan motivasi dan minat peserta didik untukbelajar
d) Merangsang dan menggugah rasa ingin tahu peserta didike) Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka
2) Penyajian (presentation)Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi
pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Halyang harus dipikirkan oleh setiap guru dalam penyajian iniadalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudahditangkap dan dipahami oleh peserta didik.
3) Korelasi (corelation)Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi
pelajaran dengan pengalaman peserta didik atau dengan hal-halyang memungkinkan peserta didik dapat menangkapketerkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telahdimilikinya.
4) Menyimpulkan (generalization)Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari
materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkanmerupakan langkah yang sangat penting dalam modelpembelajaran ekspositori, sebab melalui langkah menyimpulkanpeserta didik akan dapat mengambil inti sari dari prosespenyajiannya.
5) MengaplikasikanLangkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan peserta
didik setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah inimerupakan langkah yang sangat penting dalam prosespembelajaran ekspositori.
7. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan
perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu,
termasuk kreatifitas. Sedangkan proses dapat didefenisikan sebagai
perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam
melakukan penelitian ilmiah. Proses juga merupakan konsep besar yang
dapat diuraikan menjadi komponen-komponen yang harus dikuasai
seseorang saat akan melakukan penelitian (Setyandari, 2015:21).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu
pengetahuan yang semula berasal dari bahasa inggris “Science”. Kata
30
“Science” sendiri berasal dari bahasa latin “Scienta” yang berarti saya
tahu. Secara istilah sains diartikan sebagai suatu kumpulan teori yang
sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam,
lahir dan berkembang melalui metode ilmiah (Trianto, 2010:144).
Keterampilan proses sains (Trianto, 2010:144) adalah keseluruhan
keterampilan ilmiah yang terarah yang dapat digunakan untuk
menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan
konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan
penyangkalan terhadap suatu penemuan. Adapun jenis keterampilan
proses sains menurut Funk (dalam Syarifudin dkk, 2010:119) dibagi
menjadi dua tingkatan yaitu keterampilan proses tingkat dasar (basic
skill) dan keterampilan proses terpadu (integrated skill). Keterampilan
proses tingkat dasar meliputi observasi, klasifikasi, eksperimen,
interpretasi, prediksi, dan mengkomunkasikan. Sedangkan keterampilan
proses terpadu meliputi menentukan variabel, menyusun tabel data,
menyusun grafik, memberi hubungan variabel, memproses data,
menganalisis penyelidikan, menyusun hipotesis, menentukan variabel
secara operasional, merencanakan penyelidikan dan melakukan
eksperimen.
Dalam kegiatan proses belajar mengajar keterampilan proses yang
umumnya digunakan adalah keterampilan proses tingkat dasar (basic
science process skill) yang meliputi (Syarifudin, 2010:119-121):
a. Mengobservasi atau mengamatiKegiatan ini merupakan keterampilan untuk mengumpulkan
data atau informasi melalui hasil-hasil pengamatan panca indra.Kegiatan pengamatan meliputi: melihat, mendengarkan, meraba,membau, mencicipi, mengecap, menyimak, membaca, mencarihubungan ruang/waktu.
b. Meramalkan (memprediksi)Kegiatan ini merupakan keterampilan mengantisipasi atau
menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi pada masa yang datangberdasarkan perkiraan atau kecenderungan, pola tertentu, salinghubungan atau informasi. Kegiatan meramalkan meliputi:mengantisipasi kecendrungan pola atau hubungan antara data daninformasi.
31
c. Merencanakan penelitian/eksperimenKeterampilan untuk merancang dan merencanakan penelitian.
Kegiatan ini meliputi: menentukan, merumuskan masalah atau objekyang akan diteliti, menentukan tujuan penelitian, menentukan ruanglingkup penelitian, menentukan sumber data atau informasi,menentukan cara analisis, menentukan langkah penelitian ataupengumpulan data, menentukan alat, bahan, dan sumberkepustakaan, menentukan langkah kerja.
d. Menerapkan (mengaplikasikan)Kegiatan ini merupakan penggunaan hasil belajar baik berupa
informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori, dan keterampilandalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan mengaplikasikan meliputi:menggunakan informasi, menarik kesimpulan, konsep, hukum, teori,sikap, nilai, keterampilan dalam situasi, menghitung, menentukanvariabel, menghubungan konsep, merumuskan konsep pertanyaanpenelitian.
e. Mengklasifikasikan (menggolongkan)Kegiatan ini merupakan keterampilan menggolongkan benda,
kenyataan, konsep, nilai atau kepentingan tertentu. Kegiatanmengklasifikasikan meliputi: mencari persamaan, menyamakan,mencari perbedaan, membedakan, membandingkan,mengkontraskan, mencari dasar penggolongan.
f. Menginterpretasi atau menafsirkan dataKegiatan ini merupakan keterampilan menafsirkan sesuatu
benda, kenyataan, peristiwa, konsep atau informasi yang telahdikumpulkan melalui kegiatan penyelidikan. Kegiatanmenginterpretasikan meliputi: menaksir, memberi arti, mengartikan,mencari hubungan ruang dan waktu, menentukan pola, menarikkesimpulan dan mengeneralisir.
g. MengkomunikasikanKeterampilan menyampaikan perolehan atau hasil belajar
kepada orang lain dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakanatau penampilan. Kegiatan ini meliputi: berdiskusi, mengarang,mendeklamasikan, mendramakan, bertanya, merenungkan,memeragakan, mengungkapkan, membuat laporan dalam bentuklisan dan tulisan, gerak atau penampilan.
Dalam penelitian ini, indikator-indikator keterampilan proses sains
peserta didik akan dinilai melalui instrumen non tes. Instrumen non tes
yang digunakan yaitu lembaran observasi dan laporan proyek pada materi
elastisitas dan Hukum Hooke.
32
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Dalam kajian pustaka ini terdiri dari penelitian yang terdahulu. Sebagai
bahan perbandingan peneliti mengkaji beberapa penelitian terdahulu untuk
menghindari kesamaan objek dalam penelitian ini.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ade Putra dengan judul, “Pengaruh
Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar
Fisika Kelas VIII SMPN 3 Batusangkar”, dimana berdasarkan hasil
penelitiannya, pengaruh hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen
dengan penggunaan model PBL memperoleh nilai rata-rata 76,14
sedangkan pada kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata 68,13, hasil uji
hipotesis diketahui bahwa th 1,860 > 1,645 artinya nilai hasil
belajar peserta didik pada kelas ekperimen dengan penggunaan model
PBL lebih tinggi dari pada hasil belajar peserta didik pada kelas kontrol.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Vitri Ardila yang berjudul “Pengaruh
model pembelajaran PDEODE (predict, discuss, explain, observe,
discuss II, explain II) berbantuan LKPD terhadap hasil belajar Fisika
peserta didik pada materi gelombang bunyi dan cahaya di kelas XI IPA
MAN 1 Padang Panjang”, dimana berdasarkan penelitian yang dilakukan
nilai rata-rata peserta didik untuk ranah kognitif pada kelas eksperimen
yaitu 71,56 sedangkan pada kelas kontrol yaitu 59,76. Selain itu untuk uji
t didapatkan harga thitung yaitu 2,065 sedangkan untuk ttabel 1,677. Dapat
dilihat thitung>ttabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.
3. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Mutia Ledi Septia, dengan
judul “ Penerapan Media Video dalam Problem Based Learning Pada
Mata Pelajaran Fisika Kelas X di SMA Muhammadiyah Padang
Panjang”, dimana berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mutia, penerapan media video pada pembelajaran model PBL
berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik, hal ini
dibuktikan dengan diperolehnya nilai rata-rata peserta didik di kelas
eksperimen 75, sedangkan di kelas kontrol nilai rata-rata peserta didik
adalah 69,6. Pada hasil uji hipotesis diketahui bahwa th 2,17 >
33
2.01 artinya nilai hasil belajar peserta didik pada kelas ekperimen dengan
penggunaan media video pada model PBL lebih tinggi dari pada hasil
belajar peserta didik pada kelas kontrol.
4. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Aan Hanafiah yang berjudul,
“Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) terhadap Keterampilan
Proses Sains (KPS) Siswa pada Materi Laju Reaksi di MAN Mauk
Kabupaten Tanggerang membuktikan bahwa terdapat pengaruh
penerapan model PBL terhadap keterampilan proses sains peserta didik
pada materi laju reaksi di MAN Mauk Kabupaten tanggerang dengan uji
hipotesis didapatkan thitung sebesar 7,32 dan ttabel pada taraf signifikan
0.05 sebesar 2,00.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Tari Rizda Utami dengan judul,
“Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning terhadap
Keterampilan Proses Sains Peserta didik dalam Pembelajaran Fisika di
Kelas XI IPA SMA N 1 Lareh Sago Halaban”, dimana berdasarkan hasil
penelitiannya, keterampilan proses sains peserta didik pada kelas
ekperimen dengan penggunaan model PjBL lebih baik dari pada
keterampilan proses sains peserta didik pada kelas kontrol. Hal ini
dibuktikan dengan melihat analisis hasil lembar observasi dan laporan
proyek pada kelas kontrol dengan analisis hasil lembar observasi dan
laporan proyek pada kelas ekpserimen. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan
terdapat pengaruh model PjBL terhadap keterampilan proses sains
peserta didik.
34
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir penelitian yang akan dilakukan adalah terdapat pada
Gambar 2.4 berikut:
Gambar 2.4. Skema Kerangka BerpikirD. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir, maka hipotesis
penulis adalah terdapat pengaruh pada keterampilan proses sains peserta didik
yang menerapkan model pembelajaran PBL berbantuan LKPD dan tidak
terdapat pengaruh pada keterampilan proses sains peserta didik yang
menerapkan model pembelajaran ekspositori di kelas XI MIA MAN 2
Tanah Datar.
Kelas KontrolKelas Eksperimen
Pesertadidik
Guru PBM
Model pembelajaranekspositori
Proses pembelajaran PBLberbantukan LKPD
Keterampilan ProsesKeterampilan Proses
Dibandingkan
35
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis PenelitianSesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Penelitian
eksperimen adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh
suatu perlakuan atau tindakan pendidikan terhadap tingkah laku peserta didik
atau menguji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh tindakan itu bila
dibandingkan dengan tindakan lain yang diberikan (Amali Putra, 2011:65).
B. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Posttest Only
Control Group. Dalam design ini terdapat dua kelompok yang masing-masing
dipilih secara random (R). Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok
eksperimen dan yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol
(Sugiyono, 2007:112). Perlakuan yang peneliti berikan pada kelas eksperimen
adalah penerapan model PBL (Problem Based Learning) berbantuan LKPD,
sedangkan pada kelas kontrol penerapan pembelajaran ekspositori. Rancangan
penelitian yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.1 (Moh. Nazir,
2011:233).
Tabel 3.1 Rancangan Penelitan
Kelompok Perlakuan Test
kelompok eksperimen X T
kelompok kontrol - T
keterangan :
X : Perlakuan dengan model PBL (Problem Based Learning) berbantuan
LKPD
36
- : Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran ekpositori
T : Tes akhir
C. Variabel dan Data
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek
pengamatan penelitian. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Variabel bebas (variabel independen)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau
variabel terikat (Sugiyono, 2013:39). Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah perlakuan pembelajaran Fisika dengan mengunakan model
PBL (Problem Based Learning) berbantuan LKPD.
b. Variabel terikat (variabel dependen)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013:39).
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah keterampilan
proses sains peserta didik.
2. Data
a. Jenis Data
Data hasil percatatan penulis, baik yang berupa fakta ataupun angka
(Moh Nazir, 2011:123). Data dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis,
yaitu :
1) Data primer adalah data yang lansung diambil dari sampel yang
akan diteliti yaitu keterampilan proses sains peserta didik.
2) Data sekunder berupa nilai kelas XI MIA MAN 2 Tanah Datar.
b. Sumber Data
1) Sumber data primer merupakan sumber data yang peneliti himpun
sendiri dalam penelitian ini, yaitu kelas yang ditunjuk berdasarkan
pertimbangan sebagai tempat peneliti melakukan penelitian.
37
2) Sumber data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh dari
orang lain. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah guru
bidang studi Fisika Kelas XI MIA MAN 2 Tanah Datar.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2013:80). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah
peserta didik kelas XI MIA MAN 2 Tanah Datar seperti pada Tabel 3.2
berikut ini.
Tabel 3.2 Jumlah peserta didik kelas XI MIA MAN 2 Tanah DatarTahun ajaran 2019/2020
No Kelas Jumlah Peserta didik
1 XI MIA 1 35
2 XI MIA 2 33
3 XI MIA 3 36
Total 104
(Sumber: Guru bidang studi Fisika kelas XI MIA MAN 2 Tanah Datar)
2. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto sampel adalah “Sebagian atau wakil
dari populasi yang diteliti”. Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti,
maka dibutuhkan dua kelas untuk sampel yaitu kelas ekperimen dan kelas
kontrol. Adapun cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan random sampling. Random sampling adalah teknik
pengambilan sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada pada populasi itu (Sugiyono, 2013:119).
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengambilan sampel
adalah sebagai berikut:
38
a. Mengumpulkan nilai Ujian Akhir Semester (UAS) Fisika peserta didik
Kelas X MIA MAN 2 Tanah Datar Tahun Pelajaran 2018/2019,
setelah itu dihitung rata-rata dan simpangan bakunya.
b. Melakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Liliefors.
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah populasi tersebut
berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis yang diajukan adalah:
0H : Populasi berdistribusi normal.
1H : Populasi tidak berdistribusi normal.
Adapun Langkah-langkah dalam menentukan uji normalitas ini
yaitu:
1) Menyusun skor hasil belajar peserta didik dalam suatu tabel skor,
disusun dari yang terkecil sampai yang terbesar.
2) Data , , . . . , yang diperoleh dari data yang terkecil ke yang
terbesar.
3) Data , , . . . . , dijadikan bilangan baku , , . . . , dengan
rumus berikut :
s
xxz i
i
Keterangan :
s = Simpangan Baku
x Skor rata-rata
xi = Skor dari tiap peserta
didik
4) Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian
dihitung peluang : ( ) = ( ≤ )5) Dengan menggunakan proporsi yang lebih kecil atau sama dengan
, jika proporsi ini dinyatakan dengan S( ) maka :
( ) = , , … . ≤
39
6) Menghitung selisih F(Zi)-S(Zi) yang kemudian ditentukan harga
mutlaknya.
7) Diambil harga yang paling besar diantara harga mutlak selisih
tersebut yang disebut dengan Lo.
0L = Maks F( ) –S( )
8) Membandingkan nilai Lo dengan LTabel dengan taraf nyata α = 0,05
jika Lo< LTabel maka data berdistribusi normal.
Kriteria Pengujiannya:
a) Jika Lo< LTabel berarti data tabel berdistribusi normal.
b) Jika Lo> LTabel berarti data sampel tidak berdistribusi normal.
(Sudjana, 2005: 466) .
Setelah dilakukan uji normalitas diperoleh hasil bahwa
seluruh populasi berdistribusi normal dengan taraf nyata 05,0 .
Hipotesis diterima jika L0 ≤ Ltabel dapat dilihat seperti Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Hasil Uji Normalitas Populasi Kelas XI MIA di MAN
2 Tanah Datar
No Kelas L0 Ltabel Hasil Keterangan
1 XI MIA 1 0,099744 0,148 L0< LtabelBerdistribusiNormal
2 XI MIA 2 0.120324 0,148 L0< LtabelBerdistribusiNormal
3 XI MIA 3 0.138722 0,148 L0< LtabelBerdistribusiNormal
Dari ketiga kelas XI MIA MAN 2 Tanah Datar , semua
kelas populasi berdistribusi normal, untuk lebih jelasnya proses uji
normalitas dapat dilihat pada Lampiran II.
c. Melakukan uji homogenitas variansi dengan menggunakan uji Barlett
(Sudjana, 2005:261). Uji ini bertujuan untuk melihat apakah populasi
mempunyai variansi yang homogen atau tidak.
40
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut :
H0: 12 = 2
2
1H : Paling kurang ada satu pasang variansi yang tidak sama
Menentukan uji homogenitas ini dilakukan dengan beberapa
langkah:
1) Hitung buah ragam contoh dari contoh-contoh
berukuranknnn ,...,, 21dengan:
2) Gabungkan semua ragam contoh sehingga menghasilkan dugaan
gabungan:
3) Dugaan gabungan di tentukan nilai peubah acak yang mempunyai
sebaran Bartlett:
Kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika b ≥ bk ( ;n1,n2...nk), berarti data homogen
Jika b < bk (( ;n1,n2...nk), berarti data tidak homogen.
Setelah dilakukan uji Barlett, didapatkan < ( )( )=1.7638 < 5.99, maka hipotesis nolnya diterima, jadi populasi bersifat
homogen. Untuk lebih jelasnya proses analisis uji Bartlett dapat
dilihat pada Lampiran III.
k ksss ,...,, 21
k
iinN
1
kN
isns
k
ii
p
2
12
1
2
11212
212 )...().()( 2
p
kNnk
nni
s
sssb
ki
kk nnnbb .....,; 21
N
nbnnbnnbnnnnb kkkkk
kk
;.........;.;.....,; 2211
21
diterimaH 0
ditolakH 0
41
d. Melakukan uji kesamaan rata-rata dengan teknik Anava Satu Arah
digunakan rumus sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudjana
dengan langkah-langkah sebagai berikut (Sudjana, 2005: 304):
1) Menghitung kuadrat rata-rata dengan rumus:
Ry = J2 / ni dengan J = J1 + J2 + ….= Jk
2) Menghitung kuadrat antar kelompok, dengan rumus:
Ay = ( Ji2 / ni ) - Ry
3) Menghitung jumlah kuadrat dari semua nilai, dengan rumus:
Y2 = Ji2
4) Menghitung jumlah kuadrat dalam kelompok, dengan rumus:
Dy = Y2 – Ry – Ay
5) Menyusun hasil perhitungan langkah di atas kedalam tabel analisis
variansi, seperti pada Tabel 3.4:
Tabel 3.4 Daftar Analisis Variansi untuk Menguji H0 : 1 = 22
= 3 = ….= k (Sudjana, 2005: 304)
Sumber Variansi Dk Jk Kt F
Rata-rata
Antar Kelompok
Dalam kelompok
1
k – 1
(ni -1)
Ry
Ay
Dy
R = Ry / 1
A = Ay / (k -
1)
D = Dy /
(ni-1)
A / D
Total ni Y2 - -
6) Membandingkan nilai Fhitung dan nilai FTabel dengan dk
pembilang = k – 1 dan dk penyebut = (ni -1) sedangkan
untuk taraf nyata kita tolak hipotesis H0 : 12 = 2
2 = …= k2
jika Fhitung> F(1- ) (v1,v2), dimana F(1- ) (v1,v2), di dapat dari
daftar distribusi F.
Kesimpulan yang diperoleh terima H0 dengan kriteria
pengujian fhitung f(1 - )(v1,v2), atau 0,0000158672,67 artinya
42
keempat kelas populasi memiliki rata-rata yang sama. Seperti yang
terlihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Uji Kesamaan Rata-rata
SumberVariansi Dk JK KT Fhitung
Rata-rata 1 414415.625 414415.6250.1035Antar
Kelompok 2 53.99 26.995
Dalamkelompok 101 26351.385 260.904802
Total 104 440821Untuk lebih jelas proses analisisnya dapat dilihat pada
Lampiran IV.
e. Setelah ketiga kelas pada populasi berdistribusi normal, mempunyai
variansi yang homogen serta memiliki kesamaan rata-rata, maka
diambil sampel dua kelas secara random dengan teknik lotting. Kelas
yang terambil pertama di tetapkan sebagai kelas eksperimen dan kelas
yang terambil kedua ditetapkan sebagai kelas control.
E. Prosedur Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan, perlu disusun
prosedur yang sistematis. Secara umum, prosedur penelitian terdiri dari tiga
tahap yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan penelitian ini meliputi:
a. Meninjau sekolah tempat penelitian.
b. Konsultasi dengan guru Fisika yang bersangkutan.
c. Merancang dan memvalidasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), yang akan divalidasi oleh guru dan dosen dapat dilihat pada
Lampiran VI – Lampiran IX.
d. Menetapkan jadwal penelitian yang akan dilakukan, adapun jadwal
penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.6 di bawah ini:
43
Tabel 3.1: Jadwal Penelitian di MAN 2 Tanah Datar.
No Hari / TanggalKelas
Eksperimen Kontrol1 Selasa / 23 Juli 2019 -
3 Jumat / 26 Juli 2019 4 Rabu / 31 Juli 2019 - 5 Selasa / 30 Juli 2019 -
6 Rabu / 02 Agustus 2019 -
e. Menyelesaikan segala administrasi penelitian seperti surat izin
penelitian dan lain-lain.
f. Membuat instrumen untuk penelitian
g. Melakukan validasi instrumen penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
a. Penyusunan instrumen penelitian
Pada penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa
penilaian non tes yang terdiri atas penilaian unjuk kerja dan
penilaian proyek. Penilaian unjuk kerja yang digunakan yaitu lembar
observasi dan penilaian proyek yaitu laporan penyelidikan dari
Lembar Kerja Peserta Didik. Penilaian yang akan dilakukan terdiri
dari tujuh indikator keterampilan proses sains peserta didik yang
akan dinilai dalam suatu proses pembelajaran. Tujuh indikator itu
terdiri atas observasi, prediksi, merencanakan, aplikasi, klasifikasi,
interpretasi dan komunikasi. Empat indikator keterampilan proses
sains yaitu observasi, prediksi, aplikasi, dan komunikasi bisa
langsung dinilai melalui pengamatan langsung dari lembar observasi.
Sedangkan tiga indikator lainnya yang terdiri dari merencanakan,
klasifikasi, dan interpretasi dilihat melalui laporan proyek berupa
lembar kerja peserta didik, kemudian baru diberikan nilai akhir dari
kedua instrumen tersebut.
44
b. Pelaksanaan penelitian
Penelitian ini dilakukan di MAN 2 Tanah Datar dengan
menggunakan dua kelas sampel. Pada tahap pelaksanaan ini peneliti
merancang pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada
kelas eksperimen menggunakan model Problem Based Learning
berbantuan LKPD dan pada kelas kontrol menggunakan model
pembelajaran ekspositori. Durasi waktu pelaksanaan pembelajaran
direncanakan untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 3 kali
pertemuan dengan durasi 3 x 2JP (6 X 45 menit). Kegiatan
pembelajaran diuraikan dalam Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas
kontrol
Kegiatan
Pembelajara
n
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Alokasi
Waktu
Pendahuluan Mengucapkan
salam
Mengucapkan
salam
15
menit
Membaca Do’a Membaca Do’a
Absensi peserta
didik
Absensi peserta
didik
ApersepsiGuru membukapelajaran denganmenggalikemampuan awalpeserta didiktentang konsepelastisitas danhukum hooke yangmereka ketahui.
ApersepsiGuru memberikanapersepsi denganmengajukanpertanyaan terkaitmateri yangdipelajari
MotivasiGuru memberikangambaran tentangpembelajaran
MotivasiGuru memberikangambaran tentangpembelajaran.
45
TujuanPembelajaranGurumenyampaikantujuanpembelajaran yangingin dicapai.
TujuanPembelajaranGurumenyampaikantujuanpembelajaran yangingin dicapai.(Memberikaninformasi dantujuanpembelajaran)
Kegiatan
Inti
(Mengamati)
a. Gurumemberikangambarandalamkehidupansehari-hari didepan kelasyangberhubungandenganelastisitas danhukum hooke,dari gambarantersebut gurumemberikanmasalah yangharus dipecahkan olehpeserta didik.(Orientasipada masalah)
(Mengamati)
a. Gurumenjelaskanmateripembelajaran,danmenjelaskansecara rincikonsep terkait
(Penyajian)
b. Gurumengajukanpertanyaankepada pesertadidik.
(Korelasi) 70menit
(Mencoba)a. Guru membagi
peserta didikdenganbeberapakelompokuntukmelakukankegiatanpenyelidikan(Kegiatan
(Mencoba)a. Guru
memberikansoal-soal terkaitpembelajaran.
b. Gurumengarahkanuntukmengerjakansoal secara
46
tersebut sudahterdapat dalamLKPD)
b. Kelompok yangdibentuksekurang -kurangnyaberjumlah 4 – 5orang dalamsatu kelompok.
c. GurumemberikanLKPD kepadamasing-masingkelompokuntukdikerjakan dandiberi bataswaktu.
(Mengorganisasi)d. Guru meminta
peserta didikdan melakukanpenyelidikanuntukmemecahkanmasalah yangada di dalamLKPD
e. Gurumembimbingpeserta didikmelakukanpenyelidikan
(Menanya)f. Guru meminta
peserta didikmenanyakantentangprosedurpenyelidikanyang tidakdipahami.(MembimbingPenyelidikan)
berkelompok.c. Guru membagi
peserta didikdenganbeberapakelompokuntukmenjawab soal-soal yang telahdiajukansebelumnya.
d. Kelompok yangdibentuksekurang -kurangnyaberjumlah 4-5orang dalamsatu kelompok.
e. Guru memintapeserta didikuntukmenjawabpertanyaanyang telahdiajukan
(Mengaplikasikan)
(Menanya)a. Guru meminta
peserta didikuntukmenanyakanbagian soalyang tidakdipahami
(Menalar)a. Guru meminta
peserta didikuntuk dapatmenemukankonsep setelahmenjawabpertanyaanyang diberikan.(Menalar)
47
a. Guru memintapeserta didikuntukmendiskusikandata dari hasilpenyelidikanyang sudahdilakukan danmenyajikannyadalam bentuklaporan.(mengembangkan danmenyajikanhasil karya)
(Mengkomunikasikan)a. Guru meminta
peserta didikuntukmelaporkanhasil jawabanyang telahdidiskusikan
b. Gurumemberikanwaktu kepadapeserta didikuntukmelakukanpersentase
c. Gurumemberikanjawaban yangbenar terkaitdengan yangtelahdidiskusikan
(Menyimpulkan)
(Mengkomunikasikan)a. Guru meminta
peserta didikuntukmelaporkanhasilpenyelidikanyang telahdilaksanakan
b. Gurumemberikanwaktu kepadapeserta didikuntukmelakukanTanya jawab(mengembangkan danmenyajikanhasil karya)
c. Guru memintapeserta didikuntuk mencaripenyelesaianmasalah yangdiajukan diawalpembelajaranyang terdapat
48
dalam LKPD.(Menganalisis danmengevaluasiproses pemecahanmasalah)
Kegiatan
Penutup
a. Gurumemberikankesempatankepada pesertadidik untukmenyimpulkanpembelajaranyang telah dipelajari.
b. Gurumemberikanreward kepadapeserta didikyangberpartisipasiaktif dalamkegiatanpembelajaran.
c. Gurumemberikanpenegasanterhadapkesimpulanpeserta didiktentang konsepelastistas danhukum hooke.
d. Gurumemberikankesempatanpada pesertadidik untukbertanya terkaitmateri yangkurangdipahami.
e. Menginformasikan rencanakegiatanpembelajaranuntuk
a. Gurumemberikanpenegasanterhadapkesimpulanpeserta didiktentang konsepelastisitas danhukum hooke.
b. Gurumemberikankesempatanpada pesertadidik untukbertanya terkaitmateri yangkurangdipahami.
c. Gurumemberikantugas dirumah
d. Menginformasikan rencanakegiatanpembelajaranuntukpertemuanberikutnya
10menit
49
pertemuanberikutnya.
3. Tahap Akhir
a. Mengumpulkan semua skor yang didapat dari lembar observasi dan
laporan proyek.
b. Mengolah data dari nilai akhir untuk menguji hipotesis.
c. Menarik kesimpulan dari nilai akhir yang didapat sesuai dengan
teknik analisis data yang digunakan.
F. Instrumen Penelitian
Dalam mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini
digunakan instrumen non tes berupa lembar observasi keterampilan proses
sains peserta didik dan laporan proyek.
1. Lembar Observasi
Penggunaan lembar observasi peserta didik dimaksudkan untuk
melihat sejauh mana peningkatan keterampilan proses sains peserta didik
dalam pembelajaran. Sebelum digunakan dalam penelitian, lembar
observasi terlebih dahulu divalidasi kepada dosen dan guru yang
berkompeten. Dari lembar observasi ini akan diperoleh data tentang
keterampilan proses sains peserta didik yang terdiri atas empat indikator,
yaitu observasi, prediksi, aplikasi, dan komunikasi. Secara rinci dimuat
dalam Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Lembar Observasi Keterampilan Poses Sains Peserta didik
No Indikator Keterampilan Proses
Skor
5 4 3 2 1
1
Observasi
a. Melakukan pengamatan terhadap
objek yang diamati
b. Melakukan pengamatan dengan
menggunakan lebih dari satu indra
50
2
Prediksi
a. Menuliskan jawaban sementara
dengan kalimat komunikatif
b. Mengusulkan jawaban sementara
sesuai logika dan fenomena yang
dipaparkan tentang elastisitas dan
hukum hooke
3
Aplikasi
a. Melakukan prosedur kerja percobaan
b. Menggunakan alat/bahan/sumber
untuk percobaan
c. Mengenali batasan dalam suatu
pemecahan masalah
4
Komunikasi
a. Mempresentasikan hasil diskusi
b. Penggunaan bahasa
c. Kemampuan argumentasi
(mempertahankan dan menanggapi
pertanyaan atau sanggahan)
Jumlah skor
Nilai
(Syafrudin (2010) sebagaimana yang dikembangkan oleh Utami
(2018:38-39)).
Dalam pemberian skor untuk lembar observasi ini berdasarkan
pada rubrik penskoran yang telah ditetapkan. Secara detail rubrik
penskoran lembaran observasi keterampilan proses sains tersebut dapat
dilihat pada Lampiran XII.
2. Lembar Penilaian Laporan Proyek
Lembar penilaian laporan proyek yang digunakan bertujuan untuk
melihat sejauh mana peningkatan keterampilan proses sains peserta didik,
51
dinilai dari laporan proyek yang dibuat oleh peserta didik dari hasil
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini,
laporan proyek yang dimaksud berupa lembar kerja peserta didik yang
diberikan guru sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran. Sebelum
digunakan dalam penelitian, lembar penilaian laporan proyek terlebih
dahulu divalidasi kepada dosen dan guru yang berkompeten. Dari lembar
penilaian laporan proyek ini akan diperoleh data tentang keterampilan
proses sains peserta didik yang terdiri atas tiga indikator, yaitu
merencanakan,klasifikasi dan interpretasi. Secara rinci dimuat dalam
Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Lembar penialaian laporan proyek
No Indikator Komponen
1Merencanakan
ekperimen
1. Merencanakan alat/bahan/sumber yang
akan digunakan dalam percobaan
2. Merencanakan prosedur kerja percobaan
3. Merencanakan tabel hasil pengamatan
dari percobaan
2 Klasifikasi
1. Menuliskan hasil pengamatan ke dalam
tabel
2. Mengidentifikasi informasi terkait
fenomena yang berhubungan dengan
materi percobaan
3 Interpretasi
1. Menjawab pertanyaan pada LKPD yang
dikerjakan
2. Menganalisis data yang diperoleh
berdasarkan LKPD yang diberikan
3. Membuat kesimpulan sesuai dengan
tujuan perencanaan
Jumlah skor maksimum
52
(Syafrudin (2010) sebagaimana yang dikembangkan oleh Utami
(2018:43-44)).
Dalam pemberian skor untuk lembar penilaian laporan proyek ini
berdasarkan pada rubrik penskoran yang telah ditetapkan. Secara detail
rubrik penskoran lembaran penilaian laporan proyek keterampilan proses
sains tersebut dapat dilihat pada Lampiran XII.
G. Teknik Analisis Data
Lembar observasi dan lembar penilaian laporan proyek digunakan
terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol yang kemudian dilakukan
penskoran sesuai rubrik indikator yang telah ditentukan pada masing-masing
lembar observasi dan lembar penilaian laporan proyek dengan melakukan
perhitungan nilai sebagai berikut:
Nilai = 100Secara rinci teknik analisa data untuk lembar observasi dan lembar
penilaian laporan proyek yaitu:
Data dari lembar observasi kemudian dihitung nilainya dengan
menggunakan rumus sederhana, yaitu:
Nilai = x 100
Data dari lembar penilaian laporan proyek peserta didik kemudian
dihitung nilainya dengan menggunakan rumus, yaitu:
Nilai = x 100
Nilai masing-masing peserta didik yang telah diperoleh untuk tiap
indikator keterampilan proses sains dari perhitungan nilai lembar observasi
dan lembar penilaian laporan proyek, selanjutnya ditentukan proporsi nilai
akhir untuk setiap peserta didik dan ditetapkan kriteria penilaian sebagaimana
pada Tabel 3.10 berikut:
Tabel 3.10 Kriteria Penialaian
Nilai Keterangan
81-100 Sangat baik
53
61-80 Baik
41-60 Cukup
21-40 Kurang
0-20 Sangat kurang
(Riduwan, 2007:89)
Berdasarkan nilai keterampilan proses sains yang telah ditentukan
proporsi nilai akhirnya, dilakukan analisis uji statistik terhadap kelas
eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan uji-t, terlebih dahulu
digunakan uji normalitas dan homogenitas sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui sampel
yang diteliti berdistribusi normal atau tidak, maka terlebih dahulu
diuji dengan menggunakan uji Liliefors. Hipotesis yang diajukan
adalah (Sudjana, 2005: 466):
Populasi berdistribusi normal
Populasi tidak berdistribusi normal
Adapun Langkah-langkah dalam menentukan uji normalitas
ini yaitu:
1) Menyusun nilai ulangan harian peserta didik dalam suatu table
skor, disusun dari yang terkecil sampai yang terbesar.
2) Mencari skor baku dan skor mentah dengan rumus sebagai
berikut:s
xxz i
i
Keterangan:
s Simpangan baku
x Skor rata-rata
ix Skor dari tiap peserta
didik
3) Tiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar dari
distribusi normal baku dihitung peluang:
:0H
:1H
54
)()( ii zzPzF
4) Menghitung jumlah proporsi skor baku ,,....,, 21 nzzz yang lebih
kecil atau sama yang dinyatakan dengan )( izS dengan
menggunakan rumus:( ) = …… . ≤5) Menghitung selisih antara )( izF dengan )( izS kemudian tentukan
harga mutlaknya.
6) Ambil harga mutlak yang terbesar dan harga mutlak selisih di beri
symbol0L ,
0L Maks
7) Kemudian bandingkan0L dengan nilai kritis L yang diperoleh
dan daftar nilai kritis untuk uji Lilliefors pada taraf α yang dipilih,
yang ada pada tabel pada taraf nyata yang dipilih. Hipotesis
diterima jikatabelLL 0
.
Kriteria pengujiannya :
a) JikatabelLL 0
berarti data sampel berdistribusi normal.
b) Jika berarti data sampel tidak berdistribusi normal
Setelah dilakukan uji normalitas dengan taraf nyata = 0,05
diperoleh hasil untuk kelas eksperimen dengan jumlah 33 orang dan
untuk kelas kontrol 36 orang, maka didapat uji normalitas sampel
seperti dalam Tabel 3.11 berikut:
Tabel 3.11. Hasil Uji Normalitas Sampel
Kelas N Lo LtabelKeterangan
Eksperimen 33 0,05 0.144617 0.1542 Normal
Kontrol 36 0,05 0.086743 0.14766 Normal
Untuk lebih jelas proses uji normalitas dapat dilihat pada
Lampiran XVII.
iz
))()(( ii zSzFF
tabelLL 0
55
2. Uji homogenitas
Uji Homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua
kelompok mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Uji ini
dilakukan dengan cara uji dua variansi yang dikenal dengan uji
kesamaan dua variansi atau uji f. Dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut (Sudjana, 2005:249-250)
1) Tulis H1 dan H0 yang diajukan: =: ≠2) Tentukan nilai sebaran F dengan = − 1, dan = − 13) Tetapkan taraf nyata a = 0,05
4) Tentukan wilayah kritiknya, jika ∶ ≠ , maka wilayah
kritiknya adalah:( )( )( ) < < ( ),( )5) Tentukan nilai f bagi pengujian : = , yaitu dengan
rumus:=6) Keputusannya :
diterima, jika ( )( )( ) < < ( ),( ),berarti datanya homogenitas, selain dari itu ditolak.
Uji ini dilakukan dengan menggunakan taraf nyata 0,05, maka
hasilnya sebagai berikut:
Ho diterima karena, f< 21
2
,vvf atau 1,085145 < 1,860811
dengan demikian dapat disimpulkan data sampel memiliki variansi
yang homogen. Untuk perhitungan dapat dilihat pada Lampiran
XVIII.
56
3. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas,
selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis bertujuan untuk
menentukan apakah keterampilan proses sains kedua kelas sampel
berbeda secara uji satu pihak, dengan hipotesis statistik. Uji ini
dilakukan untuk melihat apakah keterampilan proses sains peserta
didik melalui model PBL berbantuan LKPD lebih baik dari pada
hasil belajar Fisika peserta didik mengunakan model pembelajaran
ekspositori secara uji-t satu arah, dengan hipotesis statistik ∶= dan ∶ > .yang berbunyi:∶ = Tidak terdapat pengaruh pada keterampilan proses
sains peserta didik yang menerapkan model PBL
berbantuan LKPD dan juga tidak terdapat pengaruh
pada keterampilan proses sains peserta didik yang
menerapkan model pembelajaran ekspositori di kelas
XI MIA MAN 2 Tanah Datar.∶ > Terdapat pengaruh pada keterampilan proses sains
peserta didik yang menerapkan model pembelajaran
PBL berbantuan LKPD namun tidak terdapat
pengaruh pada keterampilan proses sains peserta didik
yang menerapkan model pembelajaran ekspositori di
kelas XI MIA MAN 2 Tanah Datar
Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas, ada
beberapa rumus untuk menguji hipotesis yaitu (Sudjana, 2005:239) :
1) Jika skor hasil belajar peserta didik berdistribusi normal dan
data berasal dari sampel yang bervariansi homogen, maka
rumusnya:= −1 + 1
57
Dengan, = ( ) ( )Dimana :
= Nilai rata-rata kelompok eksperimen= Nilai rata-rata kelompok kontrol= Jumlah peserta didik kelompok eksperimen= Jumlah peserta didik kelompok kontrol= Variansi hasil belajar kelompok eksperimen= Variansi hasil belajar kelompok kontrol
Dengan kriteria :
Hipotesis nol ( ) diterima jika, > atau <, dengan = + − 2. Selain itu ditolak.
2) Jika populasi berdistribusi normal dan kedua kelompok data
tidak mempunyai variansi yang homogen, maka rumusnya := −1 + 1Kriteria pengujiannya adalah :
diterima jika : − < <Keterangan := == ( )( ) = ( )( )dan H0 ditolak jika terjadi sebaliknya.
Setelah dilakukan uji hipotesis dengan uji-t, maka
didapatkan hasilnya tolakdiH0 karena tabelhitung tt
(4,76>1.66792). Maka dapat disimpulkan bahwa: “Terdapat
pengaruh pada keterampilan proses sains peserta didik yang
menerapkan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning)
berbantuan LKPD namun tidak terdapat pengaruh pada keterampilan
proses sains peserta didik yang menerapkan model pembelajaran
ekspositori di kelas XI MIA MAN 2 Tanah Datar.” Untuk
perhitungan dapat dilihat pada Lampiran XIX.
58
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Hasil kemampuan keterampilan proses sains peserta didik dengan
menerapkan pembelajaran PBL (Problem Based Learning) berbantuan
LKPD pada peserta didik di kelas XI MIA 2 sebagai kelas eksperimen dan
menerapkan model pembelajaran ekspositori pada peserta didik kelas XI
MIA 3 sebagai kelas kontrol dilaporkan pada bagian ini. Kegiatan
penelitian ini telah dilakukan terhitung tiga kali pertemuan selama lima
hari, yaitu pada hari Selasa, Rabu, Jum’at, Selasa, Rabu dimulai pada
tanggal 23 Juli sampai tanggal 02 Agustus 2019. Adapun jadwal
pelaksanaan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.6 pada
Bab III.
Sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan, materi pelajaran dan
instrumen penelitian telah disediakan dan sudah divalidasi. Materi yang
dipilih untuk disampaikan menggunakan PBL (Problem Based Learning)
ini adalah tentang elastisitas dan hukum hooke. Instrumen penelitian yang
digunakan berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), LKPD dan
lembar observasi keterampilan proses sains peserta didik. Materi yang
telah dipilih disampaikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Hasil penilaian keterampilan proses sains peserta didik ini didapatkan
dari instrument penelitian berupa lembar observasi dan lembar proyek
yang diambil selama 3 kali pertemuan dengan durasi waktu 6 hari dan sub
materi yang berbeda. Dalam lembar observasi dan lembar proyek ini ada 7
indikator keterampilan proses sains peserta didik yang diteliti, yaitu: 1)
observasi, 2) prediksi, 3) merencanakan, 4) aplikasi, 5) klasifikasi, 6)
interpretasi dan 7) komunikasi. Nilai rata-rata dari ketujuh aspek tersebut
dapat dilihat pada Tabel 4.1.
59
Tabel 4.1: Hasil Keterampilan Proses Sains Kelas XI MIA MAN 2Tanah Datar
No. IndikatorKelas Sampel
KelasEksperimen Kategori
KelasKontrol Kategori
1 Observasi 86SangatBaik
74,67 Baik
2 Prediksi 76,67 Baik 67,33 Baik3 Merencanakan 78,2 Baik 68,6 Baik
4 Aplikasi 81,4SangatBaik
70,37 Baik
5 Klasifikasi 79,47 Baik 71,1 Baik6 Interpretasi 79,73 Baik 69,03 Baik7 Komunikasi 72,77 Baik 64,87 Baik
Rata-rata 79,18 Baik 69,42 Baik
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa hasil keterampilan proses sains
peserta didik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol sama-sama
berkategori baik selain pada dua buah indikator di kelas eksperimen
yaitu indiktor observasi dan indikator aplikasi yang berkategori sangkat
baik. Namun nilai keterampilan proses sains peserta didik yang sama-
sama berkategori baik pada kedua kelas eksperimen dan kontrol
didapatkan lebih tinggi pada kelas eksperimen daripada nilai
keterampilan proses sains peserta didik kelas kontrol untuk semua
indikator. Hal ini ditunjukkan dari nilai keseluruhan indikator untuk
kelas eksperimen sebesar 79,18 dengan kategori baik. Sedangkan nilai
keseluruhan indikator untuk kelas kontrol sebesar 69,42 juga dengan
kategori baik.
Pada kelas eksperimen indikator yang mempunyai niai tertinggi
adalah indikator observasi sebesar 86, begitupun di kelas kontrol untuk
nilai tertinggi juga pada indikator observasi sebesar 69,42. Sedangkan,
nilai terendah pada kedua kelas sampel terjadi pada indikator
komunikasi dengan nilai di kelas eksperimen sebesar 72,77 dan di kelas
kontrol sebesar 64,87. Kemudian, perbedaan nilai tiap indikator pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol cukup signifikan dengan selisih
nilai tiap indikator yaitu, indikator observasi 11.33, prediksi 9.34,
60
merencanakan 9.6, aplikasi 11.03, klasisikasi 8.37, interpretasi 10.7,
dan komunikasi 7,9.
B. Analisis Data
Analisis data keterampilan proses sains peserta didik bertujuan untuk
menguji hipotesis. Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kelas sampel yang
berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan menggunakan uji
liliefors. Dari uji normalitas yang dilakukan, maka didapatkan Lo dan
Ltabel pada taraf nyata = 0,05 seperti pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 : Data Uji Normalitas Kelas Sampel
Kelas N Lo Ltabel KeteranganEksperimen 33 0,05 0.144617 0.1542 Normal
Kontrol 36 0,05 0.086743 0.14766 Normal
Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat bahwa Lo kelas eksperimen adalah
0.144617 dan kelas kontrol 0.086743 dengan Ltabel adalah sebesar
0,14766 sehingga Lo Ltabel. Data ini menunjukkan bahwa kemampuan
keterampilan proses sains peserta didik kedua sampel berdistribusi
normal. Untuk lebih jelasnya cara menghitung uji normalitas dapat
dilihat pada Lampiran XVII.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat kedua kelas sampel
yang memiliki variansi homogen. Uji homogenitas dilakukan
menggunakan uji-f. Seperti dapat dilihat pada Tabel 4.3 dengan taraf
nyata = 0,05.
Tabel 4.3 : Data Uji Homogenitas Kelas Sampel
Kelas Α Fhitung Ftabel Keterangan
Eksperimen0,05 1,085145 1,860811 Homogen
Kontrol
61
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa fhitung lebih kecil dari
ftabel yaitu 1,085145 < 1,860811 pada taraf = 0,05. Data ini
menunjukkan bahwa bahwa kedua kelas sampel memiliki varians yang
homogen. Untuk lebih jelasnya proses uji homogenitas dapat dilihat
pada Lampiran XVIII.
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk melihat keterampilan proses sains
peserta didik dengan penerapan model pembelajaran PBL (Problem
Based Learning) berbantuan LKPD lebih baik dari pada hasil
kemampuan keterampilan proses sains peserta didik dengan penerapan
model pembelajaran ekspositori. Berdasarkan uji normalitas dan uji
homogenitas ternyata kedua kelas sampel berdistribusi normal dan
mempunyai variansi yang homogen. Oleh karena itu untuk uji hipotesis
dilakukan uji-t. Hasil uji-t dapat dilihat pada Tabel 4.4
Tabel 4.4 : Data Uji Hipotesis Kelas Sampel
Kelas Α thitung ttabel Keterangan
Eksperimen0,05 4,76 1,66792 Hipotesis diterima
Kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan dengan uji-t didapat harga thitung =4,76 sedangkan ttabel = 1.66792., pada taraf nyata = 0,05. Berarti
thitung ttabel dimana 4,76>1.66792. Dengan demikian kriteria uji H1
dapat diterima jika thitung ttabel . Jadi dapat disimpulkan H1 diterima,
yang menunjukkan keterampilan proses sains peserta didik yang
menerapkan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning)
berbantuan LKPD lebih baik daripada keterampilan proses sains peserta
didik yang menerapkan model pembelajaran ekspositori di kelas XI
MIA MAN 2 Tanah Datar. Untuk lebih jelasnya proses uji hipotesis
dapat dilihat pada Lampiran XIX.
62
C. Pembahasan Kemampuan Keterampilan Proses Sains Peserta didik
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh
keterampilan proses sains peserta didik yang menerapkan model
pembelajaran PBL berbantuan LKPD di kelas eksperimen lebih baik
daripada keterampilan proses sains peserta didik yang menerapkan model
pembelajaran ekspositori di kelas kontrol. Hal ini ditunjukkan pada tabel
4.1 dimana terdapat perbedaan keterampilan proses sains yang cukup
signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan
penilaian keterampilan proses sains peserta didik selama tiga kali
pertemuan, diperoleh nilai untuk kelas eksperimen sebesar 79,18 dan
69,42 untuk kelas kontrol. Hasil perhitungan didukung dengan uji
hipotesis yaitu thitung ttabel dimana 4,76 1,66792. Sehingga H1 diterima.
Berdasarkan nilai yang diperoleh secara keseluruhan dari indikator
keterampilan proses sains pada materi elastisitas dan hukum hooke, yaitu
sebesar 79,18 merupakan berkategori baik dalam sebuah penilaian. Hal ini
menunjukkan keberhasilan dari pelaksanaan model PBL. Keberhasilan
dalam menerapakan model PBL ini, tidak terlepas dari langkah-langkah
model pembelajarannya yang secara langsung dapat menunjang
keterampilan proses sains peserta didik. Langkah-langkah pembelajaran
PBL menurut Hosnan (2014: 303) terdiri atas : (1) orientasi peserta didik
pada masalah, (2) mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, (3)
membimbing penyelidikan individual dan kelompok, (4) mengembangkan
dan menyajikan hasil karya, (5) menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah.
Dalam penilaian keterampilan proses sains, ada tujuh indikator
yang dinilai. Indikator pertama yang dinilai dari keterampilan proses sains
adalah observasi. Pada indikator ini, penilaian ditujukan pada dua aspek,
yang pertama bagaimana peserta didik melakukan pengamatan terhadap
objek yang diamati dan yang kedua bagaimana peserta didik melakukan
pengamatan dengan menggunakan lebih dari satu indra. Keterampilan
63
observasi ini dilakukan peserta didik pada langkah pertama dari model
pembelajaran PBL yaitu orientasi peserta didik kepada masalah, diawali
dengan mengarahkan peserta didik pada suatu masalah yang dekat dengan
kehidupan sehari-harinya atau dengan memberikan demonstrasi. Masalah
ini kemudian diarahkan pada pertanyaan yang diajukan kepada peserta
didik untuk dijawab dengan jawaban sementara sebagai hipotesis. Hal ini
bertujuan untuk memotivasi peserta didik dalam mengamati objek yang
disajikan guru dalam pembelajaran. Indikator observasi juga dapat diamati
pada langkah ketiga dari model PBL yaitu pada saat peserta didik
melaksanakan penyelidikan dengan diberikan panduan berupa LKPD.
Kedua langkah ini sangat mempengaruhi keterampilan observasi dalam
kegiatan pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dari ketercapaian nilai
keberhasilan keterampilan observasi sebesar 86 dengan kategori sangat
baik.
Indikator kedua adalah prediksi. Aspek yang dinilai dalam
indikator ini diantarannya, bagaimana peserta didik menuliskan jawaban
sementara dengan kalimat komunikatif, serta bagaimana peserta didik
mengusulkan jawaban sementara sesuai logika dan fenomena yang
dipaparkan tentang elastisitas dan hukum hooke. Dua aspek tersebut
dilaksanakan peserta didik pada langkah mengorientasikan peserta didik
kepada masalah dari model pembelajaran PBL. Hasil keterampilan
prediksi yang diperoleh dengan diterapkan model pembelajaran ini
berkategori baik dengan nilai sebesar 76,67.
Selanjutnya, indikator ketiga yang dinilai dari keterampilan proses
sains adalah merencanakan. Ada tiga aspek yang dinilai untuk indikator
merencanakan diantaranya adalah bagaimana peserta didik merencanakan
alat/bahan/sumber yang akan digunakan dalam percobaan, merencanakan
prosedur kerja percobaan serta merencanakan tabel hasil pengamatan dari
percobaan. Indikator merencanakan ini memperoleh nilai sebesar 78,2
dengan kategori baik. Aspek ini dilaksanakan peserta didik pada langkah
pertama model PBL. Pada langkah ini perencanaan praktikum tentang
64
menentukan alat dan bahan dalam praktikum serta langkah kerjanya
dilakukan oleh peserta didik sendiri bersama teman kelompoknya dengan
memperhatikan arahan dari guru dan dibantu oleh LKPD yang diberikan
oleh guru.
Kemudian, indiktor ke empat yang dinilai dari keterampilan proses
sains adalah aplikasi. Indikator ini mencapai nilai sebesar 81,4 dengan
kategori sangat baik. Pada indikator ini terdapat tiga kategori yang dinilai
diantaranya, bagaimana peserta didik melakukan prosedur kerja
percobaan, menggunakan alat dan bahan untuk percobaan serta mengenali
batasan dalam suatu pemecahan masalah. Kegiatan-kegiatan ini
dilaksnakan pada langkah ketiga model pembelajaran PBL. Pada tahap ini
peserta didik melaksanakan penyelidikan untuk memecahkan masalah
yang telah diberikan oleh guru di awal pembelajaran secara berkelompok
dengan tetap dibimbing oleh guru.
Indikator kelima adalah klasifikasi. Aspek yang dinilai dalam
indikator ini di antaranya, bagaimana peserta didik menuliskan hasil
pengamatan ke dalam tabel serta bagaimana peserta didik mengidentifikasi
informasi terkait fenomena yang berhubungan dengan materi elastisitas
dan hukum hooke. Dua aspek tersebut dilaksanakan peserta didik pada
langkah melaksanakan percobaan dari model pembelajaran PBL.
Ketercapaian yang diperoleh pada keterampilan klasifikasi sebesar 79,47
dengan kategori baik.
Kemudian, indiktor ke enam yang dinilai dari keterampilan proses
sains adalah interpretasi. Di antara aspek yang dilihat untuk indikator
interpretasi adalah bagaimana peserta didik menjawab pertanyaan pada
LKPD yang dikerjakan, menganalisis data yang diperoleh berdasarkan
LKPD yang diberikan, dan memberi kesimpulan sesuai dengan tujuan
perencanaan. Keterampilan interpretasi dapat dinilai dalam melaksanakan
penyelidikan berupa menjawab pertanyaan pada LKPD serta menganalisis
data yang diperoleh untuk kemudian dirumuskan kesimpulannya,
65
keterampilan interpretasi ini mencapai nilai sebesar 79,73 dengan kategori
baik.
Indikator terakhir dari keterampilan proses sains yang dinilai
adalah komunikasi. Ada tiga aspek yang dilihat pada indikator ini yaitu
bagaimana peserta didik mempresentasikan hasil diskusi, bagaimana
meggunakan bahasa, dan kemampuan dalam berargumentasi. Kegiatan ini
terlihat pada saat melaksanakan langkah ke empat dari model
pembelajaran PBL yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Setelah data praktikum diperoleh peserta didik, kemudian dilakukan
pengolahan data yang selanjutnya hasil dari pengolahan tersebut akan
dipresentasikan oleh masing-masing kelompok di depan kelas. Peserta
didik dinilai dari kemampuannya menyampaikan hasil penyelidikannya.
Juga kemampuan mempertahankan hasil diskusi dan menanggapi setiap
sanggahan serta pertanyaan yang diberikan. Dari kegiatan ini dinilai
keterampilan komunikasi peserta didik yang mencapai nilai sebesar 72,77.
Meski kemampuan komunikasi peserta didik belum begitu bagus, namun
nilai tersebut sudah termasuk ke dalam ketegori baik. Selain itu, aktifitas
komunikasi peserta didik juga dilihat pada saat melakukan penyelidikan,
dimana peserta didik satu berkomunikasi dengan peserta didik lain.
Selain itu, keberadaan LKPD dalam menunjang keberhasilan
model pembelajaran PBL untuk meningkatkan keterampilan proses sains
peserta didik ini sangat tepat. Tampilan dari LKPD yang disajikan dalam
bentuk yang menarik menjadi daya tarik tersendiri bagi peserta didik
dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini secara langsung membuat
semangat belajar peserta didik menjadi lebih baik. LKDP membuat
peserta didik menjadi terarah dalam melakukan penyelidikan. Mereka
tidak lagi bingung untuk melaksanakan langkah demi langkah yang harus
dilakukan dalam penyelidikan. Selain itu, karena terarahnya peserta didik
dalam melakukan penyelidikan, maka penggunaan waktu yang digunakan
untuk penyelidikan menjadi efisien.
66
Keterampilan proses sains di kelas eksperimen meskipun kategori
nilainya pada semua indikator masih belum sangat baik, tetapi dengan
menggunakan model pembelajaran PBL berbantuan LKPD sudah mampu
mencapai nilai dengan kategori sangat baik pada dua indikator dan pada
lima indikator lainnya mencapai kategori baik dengan nilai yang yang
tinggi dalam kategori tersebut. Berbeda halnya dengan kelas kontrol yang
menggunakan model pembelajaran ekspositori yang mencapai ketujuh
indikator keterampilan yang diinginkan dengan kategori baik. Namun,
nilai dari ketujuh indikator tersebut terdapat pada rentang yang rendah di
kategori ini. Juga, nilai pada ke tujuh indikator mempunyai perbedaan
yang signifikan dibandingkan dengan nilai di kelas eksperimen. Sehingga
dapat dikatakan kelas kontrol mencapai keterampilan proses sains yang
berada dalam keadaan lebih rendah dari keterampilan proses sains kelas
eksperimen. Hal ini disebabkan karena di kelas kontrol tidak menerapkan
langkah-langkah pembelajaran PBL dibantu dengan LKPD yang lebih
mengutamakan keaktifan peserta didik dalam mempelajari pengetahuan
dan keterampilan melalui proses yang terstruktur serta pengalaman nyata.
Perbedaan keterampilan proses sains yang cukup signifikan antara
peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model
PBL dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran ekspositori disebabkan karena adanya perbedaan perlakuan
pada langkah-langkah pembelajaran yang telah dijelaskan. Selain itu
dipengaruhi karakteristik dari model pembelajaran PBL itu sendiri.
Karakteristiknya yaitu pembelajaran berpusat pada peserta didik
(sentralistis) yang diawali dengan masalah berupa pertanyaan penuntun
pada peserta didik, sehingga peserta didik dituntut aktif dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Selain itu peserta didik melakukan
investigasi konstruktif yang memberikan kebebasan pada peserta didik
untuk menentukan targetnya sendiri, serta proyek yang dikerjakan itu
bersifat real (Sutirman, 2013:45).
67
Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Hasanah (2017)
bahwa Penerapan model pembelajaran PBL berpengaruh signifikan
terhadap keterampilan proses sains peserta didik dalam pembelajaran
kimia materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Dari analisis data
menggunakan uji-t, data hasil perhitungan perbedaan rata-rata kedua kelas
diperoleh thitung sebesar 2,61, sedangkan ttabel pada taraf signifikan 0,05
sebesar 1,66, sehingga thitung > ttabel yang menunjukkkan bahwa hipotesis
tentang ada nya pengaruh penerapan model pembelajaran PBL diterima.
Begitupun dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syafriansyah dkk
(2014) yang menyatakan bahwa keterampilan proses sains berpengaruh
signifikan terhadap hasil belajar Fisika peserta didik kelas XI SMA Negeri
1 Punduh Pedada melalui metode eksperimen dengan pendekatan inkuiri
terbimbing, dimana kontribusinya sebesar 36,7%. Selain itu, adanya
pengaruh keterampilan proses sains terhadap hasil belajar peserta didik
juga dibuktikan oleh Markawi (2011) dalam penelitiannya yang berjudul,
“Pengaruh Keterampilan Proses Sains, Penalaran, dan Pemecahan Masalah
terhadap Hasil Belajar Fisika.” Dimana dalam hasil penelitiannya ia
menyatakan bahwa, “Keterampian proses sains, penalaran, dan pemecahan
masalah berpengaruh positif yang mengakibatkan peningkatan hasil
belajar Fisika.” Hasil penelitian tersebut memberikan implikasi bahwa
hasil belajar Fisika dapat ditingkatkan dengan melatih keterampilan proses
sains, daya nalar, dan strategi pemecahan masalah Fisika.
Kendala yang dihadapi dalam Penelitian.
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menemukan beberapa
kendala. Adapun kendala yang ditemukan tersebut, yaitu:
a. Kekurangan waktu pada saat peserta didik ingin menyelesaikan
permasalahan yang ada sehingga penyelesaian permasalahan
kurang optimal.
b. Kurangnya fasilitas sarana dan prasarana yang disediakan sekolah
untuk praktikum.
68
c. Pada awalnya peneliti kesulitan dalam meminta siswa untuk
mempresentasikan hasil kegiatan yang dilakukan, kebanyakan dari
siswa tersebut masih malu – malu atau belum berani untuk tampil
kedepan kelas serta kurangnya pengalaman siswa dalam melakukan
kegiatan presentasi
69
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh pada keterampilan proses sains peserta didik yang menerapkan
model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan LKPD di kelas
XI MIA MAN 2 Tanah Datar. Hal ini dibuktikan dengan uji hipotesis yang
dilakukan dengan uji-t, diperoleh thitung = 4,76 dan ttabel dengan taraf nyata
0,05 sebesar 1.66792, karena thitung > ttabel maka hipotesis diterima. Dari
nilai keseluruhan indikator keterampilan proses sains untuk kelas
eksperimen diperoleh nilai rata-rata keterampilan proses sains peserta
didik sebesar 79,18, sedangkan nilai rata-rata keterampilan proses sains
peserta didik yang diperoleh kelas kontrol adalah sebesar 69,42.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh peneliti menyarankan
beberapa hal berikut:
1. Guru disarankan menerapkan model pembelajaran problem based
learning berbantuan LKPD dalam pembelajaran sains, karena dengan
menerapkan model pembelajaran problem based learning berbantuan
LKPD peserta didik akan mempelajari pengetahuan dan keterampilan
melalui proses yang terstruktur dan pengalaman nyata.
2. Pada penelitian ini materi pembelajaran yang digunakan terbatas pada
materi elastisitas dan hukum hooke. Untuk itu, perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut dengan mengkaji materi yang berbeda. Hal ini
bertujuan agar diketahui konsistensi hasil penelitian ini.
70
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abdullah, Sani Ridwan. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi
Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.
Ardila, Vitri, 2014. Penerapan Model Pembelajaran PDEODE berbantuan LKPD
terhadap Hasil Belajar Fisika Kelas XI pada Materi Gelombang Cahaya
dan Bunyi di MAN 1 Padang Panjang. Batusangkar: IAIN Batusangkar
(Skripsi)
Arikunto, Suharsimi. 2015. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Astuti, R., Wahyuningsih., & Murtini, T. 2012. Penerapan Strategi ETH
Berbantuan Media Interaktif untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Matematika. Joyful Learning Journal, 1 (2), 105-110.
BNSP. 2006. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta.
BNSP. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Hanafiah, Aan. 2015. Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) terhadap
Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa pada Materi Laju Reaksi di MAN
Mauk Kabupaten Tanggerang. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Skripsi)
Hasnah, Azzahrotul. 2017. Pengaruh Penerapan Model Problem Based Learning
terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa. Jurnal Pendidikan Sains, 5(2),
56-64.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Kanginan, Marthen. 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Markawi, Napis. 2011. Pengaruh Keterampilan Proses Sains, Penalaran, dan
Pemecahan Masalah Terhadap Hasil Belajar Fisika. Jurnal Formatif, 3 (1),
11-25.
Nazir, Mohammad. 2011. Metode Peneltian. Jakarta: Ghalia Indonesia
71
Permendikbud Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013. Tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
Pusfarini., Abdurrahman., & Jalmo, Tri. 2016. Efektifitas LKPD Sains
Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Menumbuhkan
Kecakapan Berpikir Kreatif. Jurnal Pendidikan Progresif, 6 (1), 65-72.
Putra, Ade. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning
terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII SMPN 3
Batusangkar.Batusangkar: IAIN Batusangkar (Skripsi)
Putra, Amali. 2011. Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press.
Riduwan. 2007. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Groub
Sanjaya, W. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada
Media Groub.
Sari, N.M & Eurika, N. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Gruop
Investigation untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Biologi dan
Pembelajaran Biologi, 1(1), 29-41.
Setyandari, Kiki. 2015. Penerapan Metode Project Based Learning Berbasis
Chemoentrepreneurship pada Materi Koloid Untuk Meningkatkan
Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI. Semarang: UNS Press
Sudjana, Nana. 2005. Penilain Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta
Suyono dan Hariyanto. 2012. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep
Dasar. Bandung: Rosdakarya.
Syafriansah, dkk. 2014. Pengaruh Keterampilan Proses Sains (KPS) terhadap
Hasil Belajar Fisika Siswa melalui Metode Eksperimen dengan Pendekatan
Inquiri Terbimbing. Jurnal Pendidikan UNILA, 433-443.
Syarifudin, dkk. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Diadit Media
72
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Kencana
Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional), UU RI No. 20 Tahun
2003. Jakarta: Sinar Grafika.
Utami, T R. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning
terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa dalam Pembelajaran Fisika di
Kelas XI IPA SMA N 1 Lareh Sago Halaban. Batusangkar: IAIN
Batusangkar (Skripsi).