PENGARUH LIKUIDITAS, LEVERAGE, PROFITABILITAS ......vii V. PELATIHAN DAN SEMINAR YANG DIIKUTI 1. 28...

206
i PENGARUH LIKUIDITAS, LEVERAGE, PROFITABILITAS, AKTIVITAS, DAN SALES GROWTH DALAM MEMPREDIKSI TERJADINYA FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN DISCRIMINANT ANALYSIS DAN LOGISTIC REGRESSION (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2013- 2016) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Meraih Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: ISTI FARAH NIM : 11140810000099 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018 M

Transcript of PENGARUH LIKUIDITAS, LEVERAGE, PROFITABILITAS ......vii V. PELATIHAN DAN SEMINAR YANG DIIKUTI 1. 28...

  • i

    PENGARUH LIKUIDITAS, LEVERAGE, PROFITABILITAS,

    AKTIVITAS, DAN SALES GROWTH DALAM MEMPREDIKSI

    TERJADINYA FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN

    DISCRIMINANT ANALYSIS DAN LOGISTIC REGRESSION

    (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2013-

    2016)

    SKRIPSI

    Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Meraih Syarat-syarat Guna

    Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

    Oleh:

    ISTI FARAH

    NIM : 11140810000099

    JURUSAN MANAJEMEN

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1439 H/2018 M

  • ii

  • iii

  • iv

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

    Hari ini, Rabu 23 Mei 2018 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

    1. Nama : Isti Farah

    2. NIM : 11140810000099

    3. Jurusan : Manajemen Keuangan

    4. Judul Skripsi : Pengaruh Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Aktivitas, dan

    Sales Growth dalam Memprediksi Terjadinya Financial

    Distress Menggunakan Discriminant Analysis dan Logistic

    Regression (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

    di BEI Periode 2013-2016)

    Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

    bersangkutan selama ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di

    atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syartat untuk

    memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, 23 Mei 2018

    1. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si (________________)

    NIP. 197312212005012002 Ketua

    2. Dr. Indoyama Nasarudin, SE., MAB ( )

    NIP. 19741127200112100 Sekretaris

    3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni (________________)

    NIP. 19690203201121003 Penguji Ahli

    4. Dr. Indoyama Nasarudin, SE., MAB ( )

    NIP. 197411272001121002 Pembimbing

  • v

  • vi

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    I. IDENTITAS PRIBADI

    1. Nama : Isti Farah

    2. Tempat tanggal lahir : Jakarta, 14 September 1996

    3. Alamat : Jl. Sengon RT.03 RW.03 No. 46 Cinere-Depok

    4. Telepon : 081282808537

    5. E-mail : [email protected]

    II. PENDIDIKAN

    1. SDN Pondok Labu 08 PT Tahun 2002-2008

    2. SMPN 226 Jakarta Tahun 2008-2011

    3. SMA PGRI 3 Jakarta Tahun 2011-2014

    4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2018

    III. LATAR BELAKANG KELUARGA

    1. Ayah : Perianto

    2. Ibu : Yul Emiza

    3. Alamat : Jl. Sengon RT.03 RW.03 No.46 Cinere-Depok

    IV. PENGALAMAN ORGANISASI

    2012:

    Kepanitiaan Orientasi Siswa SMA PGRI 3 Jakarta.

    Anggota Paskibraka SMA PGRI 3 Jakarta.

  • vii

    V. PELATIHAN DAN SEMINAR YANG DIIKUTI

    1. 28 s/d 30 Agustus 2014 : Orientasi Pengenalan Akademik (OPAK)

    2. 15 September 2014 :Company Visit PT. Yakult Indonesia

    Persada yang diselenggarakan oleh

    Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen

    (HMJ)

    3. 2 September 2015 : Mata Kuliah Praktek Ibadah

    4. 24 November 2015 :Seminar Studentpreneur “Mencetak

    Generasi Berwawasan Kebangsaan Melalui

    Studentpreneur”

    5. 23 Februari 2016 : Mata Kuliah Praktek Qira’at

    6. 25 Juli s/d 25 Agustus 2017 : Kuliah Kerja Nyata (KKN)

  • viii

    ABSTRACT

    This research is conducted to analyze the influence of liquidity, leverage,

    profitability, activity, and sales growth in predicting the occurrence of financial distress

    at manufacturing company listed in Indonesia Stock Exchange (BEI) period 2013-2016

    by using discriminant analysis and logistic regression. The number of population in this

    research is 100 Manufacturing Companies listed in BEI period 2013-2016. Sampling

    using purposive sampling method. Companies that meet the criteria to be sampled in this

    study amounted to 22 companies, 12 companies in non financial distress situation and 10

    companies in financial distress situation. The type of data used is secondary data

    obtained from the Indonesian Stock Exchange (IDX). The result of discriminant analysis

    shows that profitability measured by Return On Asset (ROA) has a significant influence

    in predicting the occurrence of financial distress in a company, while the result of logistic

    regression shows that profitability measured by Return On Asset (ROA) has a negative

    and significant influence in predicting the occurrence of financial distress in a company. For accurate results in predicting non financial distress firms and financial distress

    firms, logistic regression has an overall accuracy of 90.9% higher than the overall rate of

    88.6% discriminant analysis accuracy.

    Keywords: Liquidity, Leverage, Profitability, Activity, Sales Growth, Financial

    Distress, Discriminant Analysis and Logistic Regression.

  • ix

    ABSTRAK

    Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh likuiditas, leverage,

    profitabilitas, aktivitas, dan sales growth dalam memprediksi terjadinya financial distress

    pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-

    2016 dengan menggunakan discriminant analysis dan logistic regression. Jumlah

    populasi dalam penelitian ini adalah 100 Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

    periode 2013-2016. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling.

    Perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini

    berjumlah 22 perusahaan, 12 perusahaan merupakan perusahaan yang tidak mengalami

    kondisi financial distress dan 10 perusahaan merupakan perusahaan yang mengalami

    kondisi financial distress. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh

    dari Indonesian Stock Exchange (IDX). Hasil dari discriminant analysis menunjukkan

    bahwa Profitabilitas yang diukur dengan Return On Asset (ROA) mempunyai pengaruh

    yang signifikan dalam memprediksi terjadinya financial distress di suatu perusahaan,

    sedangkan hasil dari logistic regression menunjukkan bahwa profitabilitas yang diukur

    dengan Return On Asset (ROA) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan dalam

    memprediksi terjadinya financial distress di suatu perusahaan. Untuk hasil tingkat akurasi

    dalam memprediksi perusahaan yang tidak mengalami financial distress dan perusahaan

    yang mengalami financial distress, logistic regression mempunyai hasil keseluruhan

    tingkat akurasi sebesar 90.9% yang lebih tinggi dibandingkan hasil keseluruhan tingkat

    akurasi discriminant analysis sebesar 88.6%.

    Kata Kunci : Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Aktivitas, Sales Growth, Financial

    Distress, Discriminant Analysis, dan Logistic Regression.

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

    rahmat, nikmat, hidayah dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Likuiditas, Leverage,

    Profitabilitas, Aktivitas, dan Sales Growth dalam Memprediksi Terjadinya

    Financial Distress Menggunakan Discriminant Analysis dan Logistic Regression

    (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2013-2016)”.

    Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita baginda Nabi

    Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Penyusunan skripsi ini

    dimaksudkan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Penulis menyadari bahwa sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya

    skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi dukungan baik moril

    maupun materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini, secara khusus penulis

    ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Kedua orang tuaku, Ayahanda Perianto dan Ibunda Yul Emiza. Terimakasih

    atas segala doa, nasihat, kasih sayang, bantuan moril maupun materil, dan

    sudah mendidik penulis dari kecil sampai sekarang ini. Semoga Allah SWT

    selalu memberikan kesehatan, panjang umur dan dilancarkan segala

    usahanya kepada kedua orang tuaku.

    2. Untuk kakakku Ilham Arrahman. Terimakasih atas semua support yang

    telah diberikan kepada penulis.

    3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

    dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    4. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si, selaku Ketua Jurusan Manajemen dan

    Ibu Ella Patriana, MM, selaku Wakil Ketua Jurusan Manajemen Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah

    mengesahkan secara resmi judul penelitian sebagai bahan skripsi dan telah

  • xi

    membantu memberikan izin kepada penulis sehingga penulisan skripsi dapat

    berjalan dengan lancar.

    5. Bapak Dr. Indoyama Nasarudin, SE., MAB., selaku dosen pembimbing

    yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan

    mengarahkan penulisan skripsi ini serta motivasinya yang begitu besar bagi

    penulis. Semoga beliau diberikan kesehatan, dilancarkan segala urusannya

    dan setiap ilmu yang Bapak berikan kepada penulis bisa bermanfaat untuk

    seterusnya. Amin.

    6. Untuk Pahmi Pratama yang selalu memotivasi, support, membantu baik

    moril dan doa kepada penulis. Sehingga penulis dapat termotivasi untuk

    menyelesaikan skripsi ini.

    7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan

    ilmunya yang bermanfaat buat penulis. Serta para staff dan karyawan

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan pelayanan yang

    terbaik bagi mahasiswa.

    8. Teman-teman seperjuanganku Qisti, Ayudhita, Suci, dan Atika yang selama

    ini selalu membuat canda dan tawa disetiap pertemuan dan perkumpulan.

    Semoga kita bisa memberikan yang terbaik untuk bangsa ini dengan hati,

    pikiran dan tenaga yang kita miliki.

    9. Teman-teman KKN BERIKATAN 2017 yang telah bersama-sama

    mengabdikan diri kepada masyarakat di Desa Curug Wetan, Tangerang.

    10. Seluruh teman-teman Manajemen Keuangan 2016 yang tidak dapat

    disebutkan satu per satu, suatu kebahagiaan bisa bersama kalian.

    11. Seluruh teman-teman dari Manajemen angkatan 2014 yang selalu

    memotivasi penulis. Terimakasih untuk kebersamaannya selama ini sejak

    memulai menimba ilmu di UIN.

  • xii

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini

    dikarenakan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh

    karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran, masukan dan kritik yang

    membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga penulisan

    skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak serta menambah wawasan

    bagi kita semua.

    Jakarta, Mei 2018

    Penulis

    (Isti Farah)

  • xiii

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................... ii

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iv

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... Error! Bookmark

    not defined.

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v

    ABSTRACT ........................................................................................................ viii

    ABSTRAK ............................................................................................................ ix

    KATA PENGANTAR ........................................................................................... x

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii

    DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

    BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

    A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

    B. Perumusan Masalah ................................................................................ 14

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 15

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 17

    A. Laporan Keuangan ................................................................................. 17

    B. Analisis Rasio Keuangan ........................................................................ 26

    C. Growth Ratio (Rasio Pertumbuhan) ....................................................... 43

    D. Financial Distress .................................................................................. 47

    E. Penelitian Sebelumnya ........................................................................... 56

    F. Keterkaitan Antar Variabel..................................................................... 70

    G. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 78

    H. Hipotesis ................................................................................................. 80

    BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 81

    A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 81

    B. Metode Penentuan Sampel ...................................................................... 81

  • xiv

    C. Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 84

    D. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 84

    E. Metode Analisis Data .............................................................................. 85

    1. Analisis Deskriptif ............................................................................. 85

    2. Metode Analisis Data ....................................................................... 85

    a. Uji Asumsi Klasik Normalitas ........................................................ 85

    b. Analisis Diskriminan ....................................................................... 86

    3. Metode Analisis Regresi Logistik ..................................................... 89

    a. Menilai Model Fit ............................................................................ 91

    b. Cox dan Snell`s R Square ................................................................ 92

    F. Operasional Variabel Penelitian .............................................................. 94

    BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ..................................................... 99

    A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................ 99

    B. Metode Analisis Data ............................................................................ 118

    1. Analisis Deskriptif ............................................................................ 118

    2. Uji Asumsi Klasik Normalitas .......................................................... 132

    3. Analisis Diskriminan ......................................................................... 135

    4. Analisis Regresi Logistik .................................................................. 146

    C. Pembahasan .......................................................................................... 155

    BAB V PENUTUP ............................................................................................ 168

    A. Kesimpulan ........................................................................................... 168

    B. Keterbatasan dan Saran ....................................................................... 169

    DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 171

    LAMPIRAN ....................................................................................................... 175

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Pergerakan Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar pada

    Tahun 2012-2016 ................................................................................................. 13

    Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 64

    Tabel 3.1 Kriteria Pengambilan Sampel Perusahaan ........................................... 82

    Tabel 3.2 Sampel Perusahaan Non Financial Distress (Kategori 0) ................... 83

    Tabel 3.3 Sampel Perusahaan Financial Distress (Kategori 1) ............................ 84

    Tabel 4.1 Perhitungan Nilai Current Asset (CR) ............................................... 119

    Tabel 4.2 Perhitungan Nilai Debt to Asset Ratio (DAR) ................................... 122

    Tabel 4.3 Perhitungan Nilai Return On Asset (ROA) ......................................... 125

    Tabel 4.4 Perhitungan Nilai Total Asset Turnover (TATO) ............................... 128

    Tabel 4.5 Perhitungan Nilai Sales Growth ......................................................... 130

    Tabel 4.6 Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ............................. 133

    Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinieritas ................................................................. 134

    Tabel 4.8 Analysis Case Processing Summary .................................................. 137

    Tabel 4.9 Hasil Test Of Equality Of Group Means ............................................ 138

    Tabel 4.10 Hasil Uji Log Determinants ............................................................. 139

    Tabel 4.11 Hasil Uji Box’s M ............................................................................. 140

    Tabel 4.12 Variabels Entered ............................................................................ 141

    Tabel 4.13 Wilk’s Lambda ................................................................................. 141

    Tabel 4.14 Eigenvalues ...................................................................................... 142

    Tabel 4.15 Classification Function Coefficients ................................................ 143

    Tabel 4.16 Penentuan Titik Cut-off .................................................................... 144

    Tabel 4.17 Hasil Ketepatan Prediksi MDA ....................................................... 145

    Tabel 4.18 Hasil Uji Processing Summary ......................................................... 147

    Tabel 4.19 Hasil Uji Dependent Variable .......................................................... 147

    Tabel 4.20 Ketepatan Model Prediksi Financial Distress (Block 0: Beginning

    Block) ................................................................................................................. 148

    Tabel 4.21 Ketepatan Model Prediksi Financial Distress (Block 1: Method =

    Enter) .................................................................................................................. 149

    Tabel 4.22 Hasil Cox & Snell’s R Square and Negelkerke R Square ................ 150

  • xvi

    Tabel 4.23 Hasil Uji Hosmer and Lemeshow Test ............................................. 151

    Tabel 4.24 Hasil Prediksi Model Regresi Logistik ............................................ 152

    Tabel 4.25 Hasil Uji Omnibus Test of Model Coefficients ............................... 153

    Tabel 4.26 Variabels in The Equation ............................................................... 154

  • xvii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1 Grafik Pergerakan Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar

    pada Tahun 2012-2016 ......................................................................................... 13

    Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................ 79

  • xviii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Hasil Perhitungan Rasio dengan Excel ......................................... 175

    Lampiran 2 : Hasil Uji SPSS – Uji Asumsi Klasik ............................................. 178

    Lampiran 3 : Hasil Uji SPSS – Analisis Diskriminan......................................... 179

    Lampiran 4 : Hasil Uji SPSS – Analisis Regresi Logistik .................................. 185

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Perkembangan ekonomi dunia dalam beberapa tahun terakhir ini

    telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan yang sangat pesat

    tersebut disebabkan oleh semakin kuat dan meluasnya globalisasi di

    seluruh dunia. Bisnis yang kuat dan berpengalaman akan semakin

    mendapat keuntungan karena meluasnya pengaruh globalisasi. Akan tetapi

    di sisi lain, sebagai bisnis yang baru tumbuh ataupun bisnis yang masih

    berskala nasional akan sulit apabila ingin bersaing dengan perusahaan

    asing, sehingga dampaknya adalah perusahaan yang berskala kecil tersebut

    akan mengalami financial distress (krisis keuangan) dalam perusahaan

    mereka.

    Dalam perkembangan globalisasi, ada beberapa dampak buruk yang

    dapat dirasakan, salah satunya yaitu global financial crisis pada tahun

    2008 yang mengakibatkan melemahnya aktivitas bisnis secara umum.

    Sebagian besar negara di seluruh dunia telah mengalami kemunduran dan

    bencana keuangan karena krisis keuangan tersebut. Krisis keuangan

    (financial crisis) tersebut telah menyebabkan kebangkrutan pada beberapa

    perusahaan publik di Amerika Serikat, Eropa, Asia, dan beberapa negara

    lainnya. Di samping itu, di lingkungan dalam negeri, juga ada beberapa

    dampak atas terjadinya krisis keuangan (financial crisis) tersebut, salah

  • 2

    satunya adalah terdapat beberapa perusahaan yang menjadi de-listing

    akibat dari krisis keuangan tersebut. Perusahaan tersebut bisa dide-listing

    dari Bursa Efek Indonesia (BEI) disebabkan karena perusahaan tersebut

    berada pada kondisi financial distress atau sedang mengalami kesulitan

    keuangan (Pranowo, 2010). Suatu perusahaan dapat dikategorikan sedang

    mengalami financial distress (kesulitan keuangan) apabila perusahaan

    tersebut memiliki kinerja keuangan yang menunjukkan laba operasi

    negatif, laba bersih negatif, nilai buku ekuitas negatif, serta perusahaan

    tersebut melakukan merger (Brahmana, 2007).

    Kesulitan keuangan dimulai ketika perusahaan tidak dapat

    memenuhi jadwal pembayaran atau ketika proyeksi arus kas

    mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut akan segera tidak dapat

    memenuhi kewajibannya (Fachrudin, 2008:2). Pada dasarnya financial

    distress adalah suatu keadaan dimana sebuah perusahaan mengalami

    kesulitan dalam memenuhi kewajibannya, keadaan dimana pendapatan

    perusahaan tidak dapat menutupi total biaya, mengalami kerugian kepada

    kreditur keadaan ini merupakan gejala awal kegagalan ekonomi (Atika, et

    al., 2012).

    Menurut Hanifah (2013), financial distress merupakan tahap dari

    penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan

    ataupun likuidasi, dimana ditunjukkan dengan semakin turunnya

    kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya kepada kreditur.

    Financial distress dapat dimulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek)

  • 3

    sebagai indikasi financial distress yang paling ringan, sampai pada

    kebangkrutan yang merupakan financial distress yang paling berat

    (Triwahyuningtias, 2012).

    Menurut Hapsari (2012), financial distress adalah suatu kondisi

    dimana arus kas operasi suatu perusahaan tidak memadai untuk melunasi

    kewajiban-kewajiban lancar (seperti hutang dagang atau beban bunga) dan

    perusahaan tersebut terpaksa melakukan tindakan perbaikan. Financial

    distress adalah masalah likuiditas yang sangat parah yang tidak bisa

    dipecahkan tanpa perubahan ukuran dari operasi atau struktur perusahaan.

    Financial distress merupakan kondisi dimana keuangan perusahaan dalam

    keadaan tidak sehat atau krisis. Financial distress terjadi sebelum

    kebangkrutan dan terjadi pada saat perusahaan mengalami kerugian

    beberapa tahun. Model prediksi kebangkrutan yang bermunculan

    merupakan antisipasi dan sistem peringatan dini terhadap financial distress

    karena model tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk

    mengidentifikasikan bahkan memperbaiki kondisi sebelum sampai pada

    kondisi krisis atau kebangkrutan. Laporan keuangan dapat dijadikan dasar

    untuk mengukur kondisi financial distress suatu perusahaan melalui

    analisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yang

    ada.

    Menurut Indrawati (2010:71), analisis rasio keuangan adalah suatu

    metode analisis untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca

    atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan

  • 4

    tersebut. Sedangkan menurut Atika, et al (2011), analisis rasio keuangan

    adalah analisis untuk menganalisa hubungan data keuangan dan untuk

    mengetahui hubungan pos-pos dalam neraca atau laporan laba rugi untuk

    mengetahui baik atau buruknya posisi keuangan dan prestasi perusahaan.

    Maka melalui analisis laporan keuangan tersebut akan diperoleh rasio-

    rasio keuangan perusahaan yang menggambarkan tentang kondisi

    keuangan perusahaan, rasio-rasio keuangan inilah yang merupakan

    indikator yang digunakan untuk memprediksi terjadinya financial distress.

    Beberapa penelitian yang menggunakan rasio keuangan untuk

    memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan antara lain adalah

    Widarjo dan Setiawan (2009), Al-Khatib dan Al-Horani (2011), Ahmad

    (2011), Alifiah, et al (2012), Atika, et al (2012), Hapsari (2012), dan

    Hanifah (2013). Penelitian tentang prediksi financial distress pada

    perusahaan publik di Jordan dengan menggunakan rasio keuangan sebagai

    indikatornya seperti yang telah dilakukan oleh Al-Khatib dan Al-Horani

    (2011). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    analisis regresi logistik dan analisis diskriminan. Adapun variabel

    independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current Ratio,

    Current liabilities to total fixed assets, Current liabilities to equity,

    Working capital to equity, Logarithm of total assets, Pre- tax profit to total

    assets Net profit margin, Book value per share, ROA, ROE, Dividend per

    share, Retained earnings to total assets, Equity to total assets, Equity to

    total liabilities, Debt ratio, Debt to equity, Long-term debt ratio to equity

  • 5

    Fixed assets to equity, Asset turnover, Sales to equity Sales to working

    capital Receivables Turnover, Logarithm of asset turnover. Sedangkan,

    variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan

    yang mengalami kondisi financial distress. Hasil dalam penelitian ini

    menunjukkan bahwa selama periode 2007-2011, baik hasil analisis regresi

    logistik maupun analisis diskriminan dapat memprediksi kondisi financial

    distress, dan bahwa ROE dan ROA merupakan dua rasio keuangan

    terpenting, yang membantu dalam memprediksi kondisi financial distress

    di perusahaan publik yang terdaftar di Amman Stock Exchange.

    Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad (2011), menganalisis

    beberapa penyebab perusahaan yang mengalami financial distress dengan

    menggunakan financial ratio dan management capability sebagai

    prediktor. Sampel yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah

    perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

    periode 2005-2010. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa rasio

    leverage mempunyai hubungan positif terhadap prediksi perusahaan yang

    sedang mengalami financial distress, sedangkan variabel-variabel lainnya

    seperti CR, TATO, CATO, ROE, ROA, WCTA, dan management

    capability mempunyai hubungan yang negatif dalam memprediksi

    terjadinya financial distress di suatu perusahaan.

    Variabel indikator kinerja keuangan yang digunakan untuk

    memprediksi financial distress dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas,

    rasio leverage, rasio profitabilitas, rasio aktivitas dan sales growth

  • 6

    dikarenakan rasio-rasio tersebut dianggap dapat menunjukkan kinerja

    keuangan dan efisiensi perusahaan secara umum dalam memprediksi

    terjadinya financial distress.

    Indikator kinerja keuangan yang pertama adalah rasio likuiditas.

    Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

    kewajiban keuangannya yang harus dipenuhi, atau mengenai kemampuan

    perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih

    (Hidayat, 2013). Rasio likuiditas ini biasanya diukur dengan menggunakan

    current ratio, yaitu aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar (Deanta,

    2009).

    Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Atika, et al (2012)

    menunjukkan bahwa rasio likuiditas (current ratio) signifikan berpengaruh

    negatif terhadap kemungkinan terjadinya financial distress di suatu

    perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kemampuan

    perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, maka semakin

    kecil kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Di sisi lain,

    hasil berbeda diperoleh Alifiah, et al (2012), dalam penelitiannya

    menunjukkan bahwa rasio likuiditas yang diukur dengan menggunakan

    Current Ratio (CR) dan Quick Ratio (QR) tidak terlalu berpengaruh dalam

    memprediksi terjadinya financial distress di suatu perusahaan. Sedangkan,

    di luar dugaan Jiming dan Wei Wei (2011) pada penelitiannya yang

    dilakukan di China menyatakan bahwa cash to current liabilities ratio

    memiliki pengaruh positif terhadap terjadinya financial distress.

  • 7

    Berdasarkan adanya perbedaan hasil dari penelitian yang telah dilakukan

    oleh para peneliti terdahulu, maka dalam penelitian ini digunakan variabel

    rasio likuiditas untuk membuktikan bagaimana sebenarnya pengaruh rasio

    likuiditas terhadap prediksi financial distress di suatu perusahaan.

    Indikator kinerja keuangan kedua yang digunakan dalam penelitian

    ini adalah rasio leverage. Rasio leverage juga sering disebut sebagai rasio

    solvabilitas, dimana di dalamnya termasuk solvabilitas jangka pendek dan

    solvabilitas jangka panjang (Hanifah, 2013). Rasio leverage ini mengukur

    perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang

    dipinjam dari kreditur. Adapun rasio leverage yang digunakan biasanya

    diukur dengan menggunakan Debt to Asset Ratio (DAR), yaitu total

    hutang dibagi dengan total aktiva (Deanta, 2009). Total Debt to Asset

    Ratio ini memperlihatkan proporsi seluruh aktiva perusahaan yang didanai

    oleh hutang (Fraser dan Ormiston, 2008). Dengan kata lain menunjukkan

    seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang atau seberapa

    besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva

    perusahaan. Analisis terhadap rasio ini perlu dilakukan untuk mengukur

    kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban-kewajibannya (jangka

    pendek dan jangka panjang) apabila suatu saat perusahaan dilikuidasi atau

    dibubarkan (Widarjo dan Setiawan, 2009).

    Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ahmad (2011) selama

    periode 2005-2010 menunjukkan bahwa rasio leverage yang diukur

    dengan menggunakan Debt to Asset Ratio (DAR) signifikan berpengaruh

  • 8

    positif terhadap kondisi financial distress di suatu perusahaan. Hasil yang

    sama juga ditunjukkan dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Atika,

    et al (2012) yang menunjukkan bahwa rasio leverage (notes payable/total

    assets) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kondisi financial

    distress. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar kegiatan perusahaan

    yang didanai oleh hutang, maka semakin besar pula kemungkinan

    perusahaan mengalami financial distress, ini dikarenakan semakin besar

    kewajiban perusahaan untuk membayar hutang tersebut. Di sisi lain, hasil

    yang berbeda ditunjukkan oleh Alifiah, et al (2012), dimana dalam

    penelitiannya menyatakan bahwa rasio leverage (debt to asset ratio) justru

    mempunyai nilai koefisien negatif, dimana hal ini bertentangan dengan

    penelitian-penelitian lainnya yang menyebutkan bahwa rasio leverage

    mempunyai hubungan yang positif dalam memprediksi terjadinya

    financial distress di suatu perusahaan. Dalam penelitiannya tersebut

    menyatakan hal itu bisa terjadi karena perusahaan-perusahaan di Malaysia

    dalam pendanaannya terlalu bergantung pada hutang, sehingga jika

    semakin kecil hutang yang dimiliki perusahaan, maka akan semakin besar

    kemungkinan perusahaan tersebut akan mengalami financial distress.

    Berdasarkan adanya perbedaan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

    peneliti-peneliti terdahulu, maka dalam penelitian ini digunakan variabel

    rasio leverage untuk membuktikan bagaimana sebenarnya pengaruh rasio

    leverage terhadap prediksi financial distress di suatu perusahaan.

    Indikator kinerja keuangan ketiga yang digunakan dalam penelitian

  • 9

    ini adalah rasio profitabilitas. Adapun rasio tersebut merupakan rasio yang

    digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

    laba perusahaan (Atika, et al., 2012). Profitabilitas suatu perusahaan juga

    menunjukkan kesehatan keuangan dari suatu perusahaan itu sendiri

    (Alifiah, et al., 2011). Dalam penelitian ini rasio profitabilitas diukur

    dengan menggunakan Return On Asset (ROA) (laba bersih dibagi dengan

    total asset). ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam

    menghasilkan laba atau keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang

    dimilikinya (Hanifah, 2013).

    Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Hapsari (2012)

    menyatakan bahwa Return On Asset (ROA) signifikan berpengaruh negatif

    terhadap financial distress, yang berarti bahwa semakin tinggi laba yang

    diperoleh perusahaan, maka semakin kecil suatu perusahaan akan

    mengalami financial distress. Pendapat lain dikemukakan oleh Alifiah, et

    al (2012) yang menyatakan bahwa rasio profitabilitas yang diukur

    menggunakan net income to total asset ratio tidak berpengaruh signifikan

    terhadap kemungkinan terjadinya financial distress di suatu perusahaan.

    Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hanifah (2013) yang

    menyatakan bahwa rasio profitabilitas tidak signifikan dalam

    mempengaruhi financial distress. Berdasarkan adanya perbedaan hasil

    penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, maka dalam

    penelitian ini digunakan variabel rasio profitabilitas untuk membuktikan

    bagaimana sebenarnya pengaruh rasio profitabilitas dalam memprediksi

  • 10

    financial distress di suatu perusahaan.

    Indikator kinerja keuangan selanjutnya yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah rasio aktivitas. Rasio ini juga sering disebut dengan

    operating capacity ratio, dimana rasio ini digunakan untuk mengukur

    kemampuan perusahaan dalam menggunakan aset-asetnya secara efektif

    untuk menghasilkan penjualan (Atika, et al., 2012). Rasio aktivitas yang

    tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mampu menghasilkan

    jumlah penjualan yang tinggi, sehingga akan meningkatkan pendapatan,

    dan sebaliknya (Alifiah, et al., 2012). Dalam hal ini rasio aktivitas diukur

    dengan menggunakan Total Asset Turnover Ratio (TATO), yaitu dengan

    membagi total penjualan dengan total aset yang dimiliki oleh perusahaan.

    Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Alifiah, et al (2012)

    menunjukkan bahwa rasio aktivitas yang diukur dengan menggunakan

    Total Asset Turnover Ratio (TATO) signifikan berpengaruh negatif

    terhadap kemungkinan terjadinya financial distress di suatu perusahaan.

    Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh

    Hanifah (2013) yang menyebutkan bahwa rasio operating capacity yang

    diukur dengan menggunakan Total Asset Turnover Ratio (TATO) juga

    signifikan berpengaruh negatif terhadap kemungkinan terjadinya financial

    distress. Sedangkan, hasil berbeda dikemukakan oleh Nella (2011) yang

    menyebutkan bahwa Total Asset Turnover Ratio (TATO) tidak signifikan

    dalam mempengaruhi financial distress di suatu perusahaan. Berdasarkan

    adanya perbedaan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti

  • 11

    terdahulu, maka dalam penelitian ini digunakan variabel rasio aktivitas

    untuk membuktikan bagaimana sebenarnya pengaruh rasio aktivitas dalam

    memprediksi financial distress di suatu perusahaan.

    Indikator kinerja keuangan terakhir yang dilakukan dalam penelitian

    ini adalah rasio pertumbuhan mengacu pada teori yang dijelaskan Harahap

    (2011) yang menyatakan bahwa rasio pertumbuhan menggambarkan

    persentase pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun. Rasio ini

    di antaranya yaitu pertumbuhan penjualan (sales growth) dan kenaikan

    laba bersih. Pertumbuhan penjualan itu sendiri mencerminkan kemampuan

    suatu perusahaan dalam meningkatkan penjualan produk yang

    dihasilkannya, baik peningkatan frekuensi penjualan ataupun peningkatan

    volume penjualan. Perusahaan yang berhasil menjalankan strateginya

    dalam hal pemasaran dan penjualan produknya, akan meningkatkan sales

    growth perusahaan. Tingginya tingkat sales growth tersebut

    mengindikasikan perolehan laba yang besar. Sehingga, apabila tingkat

    sales growth suatu perusahaan tinggi berarti kondisi keuangan perusahaan

    tersebut cukup stabil dan jauh dari financial distress, karena terbukti

    dengan penjualan yang dapat terus bertumbuh.

    Sedangkan hasil berbeda ditunjukkan dalam penelitian Rahmy

    (2015) yang menunjukkan bahwa sales growth tidak berpengaruh terhadap

    financial distress sehingga hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan

    hipotesis yang dilakukan. Sales growth yang menurun dalam beberapa

    tahun terakhir belum tentu memiliki cash flow operation yang buruk.

  • 12

    Seperti PT Prima Alloy Steel Tbk yang mengalami sales growth negatif

    pada tahun 2009 yakni -60,7%. Namun perusahaan ini tetap memiliki CFO

    sebesar Rp 208.243.945,-. Dengan demikian perusahaan tersebut tetap

    memiliki power untuk kembali menghasilkan kinerja. Terbukti pada tahun

    2010 PT Prima Alloy Steel Tbk dapat mencapai sales growth sebesar

    78,2%. Ini berarti, tingkat sales growth perusahaan tidak dapat

    memperlihatkan apakah perusahaan tersebut sedang dalam kondisi

    financial distress atau tidak. Hasil ini didukung oleh penelitian yang

    Widarjo dan Setiawan (2009).

    Namun ada juga penelitian terdahulu seperti yang dilakukan Eliu

    (2014) menunjukkan bahwa sales growth berpengaruh negatif dan

    signifikan terhadap financial distress. Pengaruh negatif tersebut berarti

    bahwa semakin rendah tingkat sales growth suatu perusahaan maka

    kemungkinan perusahaan yang mengalami financial distress akan semakin

    tinggi dan semakin tinggi sales growth maka akan semakin kecil potensi

    perusahaan yang mengalami financial distress. Berdasarkan adanya

    perbedaan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti

    terdahulu, maka dalam penelitian ini digunakan variabel sales growth

    untuk membuktikan bagaimana sebenarnya pengaruh sales growth

    terhadap prediksi financial distress di suatu perusahaan.

    Penelitian ini dilakukan karena kondisi di Indonesia saat ini sedang

    rawan dengan krisis keuangan. Dapat dilihat dari tabel 1.1 di bawah, hal

    tersebut disebabkan karena pada tahun 2012 sampai tahun 2016 nilai tukar

  • 13

    rupiah terus berfluktuasi setiap bulannya dan cenderung melemah.

    Sedangkan pada gambar 1.1, untuk pergerakan rata-rata nilai tukar rupiah

    terhadap US Dollar pertahunnya pada tahun 2012 sampai tahun 2015, nilai

    tukar rupiah cenderung semakin melemah dengan mencapai nilai rata-rata

    tertinggi di tahun 2015 yakni sebesar Rp 13.457,6 per dollar AS.

    Sedangkan di tahun 2016 nilai tukarnya cenderung meningkat sedikit dari

    tahun 2015 yakni dengan nilai rata-rata sebesar Rp 13.329,8 per dollar AS.

    Namun rata-rata nilai tukar rupiah pada tahun 2016 tersebut masih dapat

    dikatakan cukup lemah dibandingkan pada tahun 2012 sampai tahun 2014.

    Dengan nilai tukar rupiah yang melemah ini, maka akan

    menyebabkan suatu perusahaan yang mengimpor barang dari luar negeri,

    maka harga barang tersebut akan menjadi lebih mahal, sedangkan jika

  • 14

    suatu perusahaan yang akan mengekspor barang hasil produksinya ke luar

    negeri, maka harga barang yang diekspor tersebut akan menjadi lebih

    murah. Karena kondisi tersebut suatu perusahaan di Indonesia akan lebih

    rentan terhadap ancaman financial distress. Dari fenomena dan teori yang

    telah diungkapkan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

    penelitian tentang financial distress.

    Penelitian ini membatasi penelitian terhadap faktor yang dapat

    memprediksi Financial Distress, yaitu Likuiditas, Leverage, Profitabilitas,

    Aktivitas, dan Sales Growth. Selanjutnya penelitian ini diberi judul,

    “Pengaruh Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Aktivitas, dan Sales

    Growth dalam Memprediksi Terjadinya Financial Distress Menggunakan

    Discriminant Analysis dan Logistic Regression (Studi pada Perusahaan

    Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2013-2016)”.

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan

    masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

    a. Bagaimana pengaruh Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Aktivitas,

    dan Sales Growth dalam memprediksi terjadinya Financial Distress

    suatu perusahaan dengan menggunakan metode Discriminant

    Analysis?

    b. Bagaimana pengaruh Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Aktivitas,

    dan Sales Growth dalam memprediksi terjadinya Financial Distress

    suatu perusahaan dengan menggunakan metode Logistic Regression?

  • 15

    c. Diantara dua model (Discriminant Analysis dan Logistic

    Regression), manakah yang paling akurat dalam memprediksi

    terjadinya Financial Distress suatu perusahaan?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Adapun tujuan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini

    berdasarkan rumusan masalah, diantaranya sebagai berikut :

    a. Menganalisis pengaruh Likuiditas, Leverage, Profitabilitas,

    Aktivitas, dan Sales Growth dalam memprediksi terjadinya

    Financial Distress suatu perusahaan dengan menggunakan metode

    Discriminant Analysis.

    b. Menganalisis pengaruh Likuiditas, Leverage, Profitabilitas,

    Aktivitas, dan Sales Growth dalam memprediksi terjadinya

    Financial Distress suatu perusahaan dengan menggunakan metode

    Logistic Regression.

    c. Menganalisis model (antara Discriminant Analysis dan Logistic

    Regression) yang paling akurat dalam memprediksi terjadinya

    Financial Distress suatu perusahaan.

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai

    pihak sebagai berikut :

    a. Bagi Perusahaan

    Dapat memberikan pemahaman bagi perusahaan mengenai

    kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya terjadi dan dapat

    membantu perusahaan dalam mengambil suatu keputusan.

  • 16

    b. Bagi Manajer

    Dapat digunakan untuk landasan pengambilan keputusan

    sehingga dapat cepat menangani perusahaan saat mengalami

    kesulitan keuangan dan mencegah terjadinya kebangkrutan.

    c. Bagi Investor

    Dapat memberikan informasi mengenai kondisi keuangan

    suatu perusahaan sehingga mereka dapat mempertimbangkan dimana

    dan kapan harus mempercayakan investasi mereka pada perusahaan

    tersebut.

    d. Bagi Kreditur

    Sebagai pertimbangan dalam melakukan penilaian kredit,

    apakah suatu perusahaan layak diberikan sejumlah pinjaman dengan

    kondisinya yang saat ini.

    e. Bagi Kalangan Akademisi

    Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta

    dapat digunakan sebagai bahan kajian teoritis dan referensi untuk

    penelitian selanjutnya.

  • 17

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Laporan Keuangan

    1. Pengertian

    Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses

    pencatatan, serta ringkasan dari transaksi keuangan yang kemudian

    disusun untuk menyediakan informasi keuangan mengenai suatu

    perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan

    pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan

    keuangan merupakan sumber informasi utama bagi berbagai pihak

    yang membutuhkan. Laporan keuangan yang lengkap meliputi neraca,

    laporan laba rugi, serta laporan perubahan posisi keuangan (yang

    dapat disajikan dalam berbagai cara, seperti: laporan arus kas dan

    laporan arus dana), catatan dan laporan lain, serta informasi tambahan

    yang berkaitan dengan laporan tersebut (Wardiah, 2013:285).

    Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi,

    dimana setiap transaksi diukur dengan nilai uang, dicatat dan diolah

    sedemikian rupa sehingga laporan akhirpun disajikan dalam nilai uang

    (Deanta, 2009:2).

    Pada hakikatnya, laporan keuangan merupakan alat komunikasi

    yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi keuangan dari

    suatu perusahaan dan kegiatan-kegiatannya kepada pihak-pihak yang

  • 18

    berkepentingan. Pihak yang berkepentingan dapat dikelompokkan

    menjadi dua, yaitu pihak interen perusahaan dan pihak eksteren

    perusahaan. Bagi pihak interen perusahaan, laporan keuangan

    digunakan untuk mengukur dan membuat evaluasi mengenai hasil

    operasinya, serta memperbaiki berbagai kesalahan dan menghindari

    keadaan yang menyebabkan kesulitan keuangan (financial distress).

    Adapun bagi pihak eksteren perusahaan, informasi keuangan

    digunakan untuk menilai kinerja perusahaan yang tercermin dalam

    laporan keuangan (Wardiah, 2013:286).

    Laporan keuangan merupakan dasar bagi upaya analisis tentang

    suatu usaha, sehingga harus mengerti arti dari laporan keuangan. Arti

    dari laporan keuangan, yaitu keseluruhan aktivitas yang bersangkutan

    dengan usaha untuk mendapatkan dana yang diperlukan dan biaya

    minimal dengan syarat-syarat yang paling menguntungkan serta

    usaha-usaha untuk menggambarkan dana tersebut seefisien mungkin

    (Wardiah, 2013:286-287).

    2. Jenis-jenis Laporan Keuangan

    Menurut Deanta (2009:2-3), laporan keuangan suatu perusahaan

    ada beberapa macam sebagian diantaranya adalah neraca, perhitungan

    laba-rugi, ikhtiar laba yang ditahan, dan laporan posisi keuangan.

    Adapun jenis-jenis laporan keuangan tersebut adalah sebagai berikut:

  • 19

    a. Neraca

    Salah satu bentuk laporan keuangan adalah neraca yaitu suatu

    laporan yang memberikan informasi mengenai jumlah harta,

    hutang, dan modal perusahaan pada saat tertentu. Neraca dapat

    memberikan informasi mengenai sumber dan penggunaan dana

    perusahaan. Sisi aktiva menunjukkan penggunaan dana perusahaan

    yang berupa investasi, baik jangka panjang maupun jangka pendek

    yang dilakukan suatu perusahaan pada saat tertentu. Sedangkan sisi

    pasiva menunjukkan sumber dana untuk membiayai investasi

    tersebut, baik dana jangka pendek maupun dana jangka panjang.

    b. Laporan Laba Rugi

    Laporan laba rugi adalah salah satu bentuk laporan keuangan

    yang disajikan perusahaan. Laporan ini merupakan laporan yang

    menyangkut pendapatan, biaya, dan laba perusahaan selama

    periode tertentu. Dalam menyusun laporan laba rugi, ada dua

    pendekatan yang dipakai yakni pendekatan fungsional dan

    pendekatan kontribusi.

    Pendekatan fungsional memberikan informasi mengenai

    biaya-biaya yang dikeluarkan oleh setiap fungsi utama perusahaan

    seperti pemasaran, keuangan, sumber daya manusia, dan lain-lain.

    Sedangkan, pendekatan kontribusi membagi biaya ke dalam dua

    kategori yakni biaya tetap dan biaya variabel.

  • 20

    c. Laporan Perubahan Posisi Keuangan

    Laporan perubahan posisi keuangan ini sering disebut dengan

    laporan sumber dan penggunaan dana. Laporan ini merupakan

    salah satu laporan yang sangat diperlukan untuk mengetahui

    darimana dana diperoleh dan kemana dana digunakan. Laporan ini

    juga dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu unit usaha

    mengalami kemajuan atau mengalami kesulitan keuangan.

    3. Tujuan Laporan Keuangan

    Menurut Wardiah (2013:286), laporan keuangan yang dibuat

    oleh suatu perusahaan mempunyai beberapa tujuan. Adapun tujuan

    dibuatnya laporan keuangan ada beberapa macam diantaranya adalah:

    a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,

    kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang

    bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan

    keputusan ekonomi.

    b. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama

    oleh sebagian pemakainya. Sekalipun demikian, laporan

    keuangan tidak menyediakan semua informasi yang dibutuhkan

    pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara

    umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa

    lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non

    keuangan.

  • 21

    c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan

    manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber

    daya yang dipercayakan kepadanya.

    4. Analisis Laporan Keuangan

    Menurut Deanta (2009:4), dalam melakukan analisis pihak

    penganalisa biasanya akan memperhatikan hal-hal yang berkaitan

    dengan:

    a. Kemampuan perusahaan dalam membayar hutang yang harus

    segera dipenuhi. Dalam analisis sering disebut dengan likuiditas.

    b. Kemampuan perusahaan untung membayar hutang-hutangnya

    apabila perusahaan yang bersangkutan dilikuidasi. Dalam

    analisis sering disebut dengan solvabilitas.

    c. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam suatu

    periode waktu tertentu. Dalam analisis sering disebut sebagai

    rentabilitas.

    d. Kemampuan perusahaan untuk melakukan usaha secara stabil.

    Sedangkan dalam melakukan penganalisaan dapat dilakukan

    dengan beberapa teknik analisa diantaranya adalah:

    a. Analisa perbandingan laporan keuangan. Teknik analisa ini

    dilakukan dengan membandingkan antara pos yang satu dengan

    pos yang lain baik dalam rupiah atau dalam unit, dengan

    demikian dapat diketahui adanya kenaikan atau penurunan pos-

  • 22

    pos tertentu baik dalam persentase ataupun dalam perbandingan

    (rasio).

    b. Analisis trend atau tendensi dalam persentase. Teknik analisa ini

    dapat dilakukan dengan menghitung trend yang kemudian

    dinyatakan dalam persentase dengan menggunakan dasar

    pengukurnya atau tahun dasar. Pemilihan tahun dasar dilakukan

    dengan beberapa pertimbangan tertentu, biasanya tahun paling

    awal yang digunakan sebagai tahun dasar. Disini tiap-tiap pos

    yang terdapat dalam laporan keuangan yang terpilih sebagai

    tahun dasar diberi angka index 100. Pos-pos yang sama dalam

    periode yang dianalisa dikaitkan dengan pos-pos yang sama

    dalam periode yang dianalisis dengan cara membagi jumlah

    rupiah yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar.

    c. Commond size Statement. Teknik analisa ini digunakan untuk

    mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva

    terhadap totalnya, struktur modal, komposisi biaya terhadap

    penjualan.

    d. Analisa rasio. Teknik analisa ini dilakukan dengan

    membandingkan antara pos tertentu dalam laporan keuangan

    baik individu ataupun kombinasi.

    e. Analisa sumber dan penggunaan modal kerja. Teknik analisa ini

    digunakan untuk mengetahui sumber-sumber pendanaan dan

    penggunaan modal kerja serta untuk mengetahui sebab-sebab

  • 23

    terjadinya perubahan modal kerja dalam suatu periode tertentu

    (Deanta, 2009:4-5).

    5. Pihak-Pihak yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan

    Menurut Wardiah (2013:291), pihak-pihak yang berkepentingan

    terhadap posisi keuangan ataupun perkembangan suatu perusahaan

    adalah sebagai berikut:

    a. Pemilik perusahaan, sangat berkepentingan terhadap laporan

    keuangan keuangan perusahaannya, karena dengan adanya

    laporan tersebut, pemilik perusahaan dapat menilai sukses

    tidaknya manajer dalam memimpin perusahaannya dan

    kesuksesan manajer biasanya dinilai dengan laba yang diperoleh

    perusahaan.

    b. Manajer atau pimpinan perusahaan, dengan mengetahui posisi

    keuangan perusahaannya, ia dapat menyusun rencana yang lebih

    baik, memperbaiki system pengawasannya dan menentukan

    kebijakan yang lebih tepat.

    c. Para investor, berkepentingan terhadap prospek keuntungan

    masa mendatang dan perkembangan perusahaan selanjutnya,

    untuk mengetahui jaminan investasinya dan mengetahui kondisi

    kerja atau kondisi keuangan jangka pendek perusahaan tersebut.

    d. Para kreditur dan bankers, berkepentingan dalam mengambil

    suatu keputusan untuk memberi atau menolak permintaan kredit

  • 24

    dari suatu perusahaan, perlu mengetahui terlebih dahulu posisi

    keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.

    e. Pemerintah, berkepentingan dalam menentukan besarnya pajak

    yang harus ditanggung oleh perusahaan juga sangat diperlukan

    oleh BPS, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Tenaga Kerja

    untuk dasar perencanaan pemerintah.

    6. Keterbatasan Laporan Keuangan

    Dengan memperhatikan sifat-sifat laporan keuangan tersebut

    laporan keuangan itu mempunyai beberapa keterbatasan, antara lain

    sebagai berikut:

    a. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya

    merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu

    tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan

    yang final.

    b. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang

    kelihatannya pasti bersih dan tepat, tetapi sebenarnya dasar

    penyusunannya dengan standar nilai yang berbeda atau berubah-

    ubah.

    c. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan

    transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau

    tanggal yang lalu, dan daya beli (purchasing power) uang

    tersebut semakin menurun dibandingkan dengan tahun

    sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang

  • 25

    dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau

    mencerminkan kenaikan jumlah unit yang dijual.

    d. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor

    yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan

    perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan

    dengan satuan uang (dikwantisir) (Wardiah, 2013:292).

    7. Syarat-Syarat Laporan Keuangan

    Menurut Wardiah (2013:293), laporan keuangan dapat diterima

    oleh pihak-pihak tertentu, jika memenuhi syarat-syarat berikut:

    a. Relevan, yaitu laporan keuangan yang disajikan harus sesuai

    dengan data yang ada kaitannya dengan transaksi yang

    dilakukan.

    b. Jelas dan dapat dimengerti, yaitu laporan keuangan yang

    disajikan harus jelas dan dapat dimengerti oleh pemakai laporan

    keuangan.

    c. Dapat diuji kebenarannya, yaitu laporan keuangan yang

    disajikan datanya dapat diuji kebenarannya, dan dapat

    dipertanggungjawabkan.

    d. Netral, yaitu laporan yang disajikan harus bersifat netral artinya

    dapat dipergunakan oleh semua pihak.

    e. Tepat waktu, yaitu laporan yang disajikan harus memiliki waktu

    pelaporan atau periode pelaporan yang jelas.

  • 26

    f. Dapat diperbandingkan, yaitu laporan keuangan yang disajikan

    dapat diperbandingkan dengan laporan-laporan sebelumnya,

    sebagai landasan untuk mengikuti perkembangan dari hasil yang

    dicapai.

    g. Lengkap, yaitu laporan keuangan yang disajikan harus lengkap

    yang sesuai dengan aturan yang berlaku agar tidak terjadi

    kekeliruan dalam menerima informasi keuangan.

    B. Analisis Rasio Keuangan

    Analisis rasio keuangan adalah salah satu cara pemprosesan dan

    penginterpretasian informasi akuntansi, yang dinyatakan dalam arti relatif

    atau absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu

    dan angka lain dari suatu laporan keuangan (Wardiah, 2013:293). Menurut

    Indrawati (2010:71), analisis rasio keuangan adalah suatu metode analisis

    untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan

    laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.

    Sedangkan menurut Atika, et al (2011), analisis rasio keuangan adalah

    analisis untuk menganalisa hubungan data keuangan dan untuk mengetahui

    hubungan pos-pos dalam neraca atau laporan laba rugi untuk mengetahui

    baik atau buruknya posisi keuangan dan prestasi perusahaan.

    Menurut Jiming dan Wei Wei (2011), indikator keuangan (financial

    indicators) dapat dikatakan sebagai indikator yang dapat mengukur kinerja

    keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil atau

    kondisi keuangan suatu perusahaan maupun kinerja yang telah dicapai

  • 27

    pada suatu periode tertentu yang disajikan dalam laporan keuangan

    perusahaan. Adapun metode-metode pendekatan yang digunakan untuk

    menganalisis laporan keuangan, antara lain yaitu :

    a. Pendekatan Lintas Seksi (Cross Sectional Approach)

    Yaitu suatu cara untuk mengevaluasi dengan cara

    membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan

    perusahaan lainnya yang sejenis pada saat bersamaan. Dengan cara

    ini dapat diketahui apakah perusahaan tersebut berada di atas, berada

    pada rata-rata, atau berada di bawah rata-rata industri.

    b. Pendekatan Runtut Waktu (Time Series Analysis)

    Yaitu suatu cara untuk mengevaluasi dengan cara

    membandingkan rasio-rasio financial perusahaan dari satu periode

    ke periode lainnya. Dengan membandingkan antara rasio-rasio yang

    dicapai saat ini dengan rasio-rasio di masa lalu, maka dapat

    memperlihatkan apakah perusahaan tersebut mengalami kemajuan

    atau kemunduran. Perkembangan perusahaan terlihat pada

    kecenderungan (trend) dari tahun ke tahunnya, dan dengan melihat

    perkembangan ini perusahaan tersebut akan dapat membuat

    perencanaan untuk masa depannya.

    Menurut Harahap (2013:298), analisis rasio keuangan memiliki

    kelebihan dibandingkan teknik analisis lainnya. Kelebihan tersebut

    diantaranya yaitu:

  • 28

    a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih

    mudah dibaca dan ditafsirkan.

    b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang

    disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

    c. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

    d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model

    pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score).

    e. Menstandarisir size perusahaan.

    f. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan

    lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau

    ”time series”.

    g. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di

    masa yang akan datang.

    Sedangkan Keown, et al (2011:91) menyatakan beberapa kelemahan

    yang mungkin dapat ditemui dalam menghitung dan menginterpretasikan

    rasio keuangan, diantaranya yaitu:

    a. Kadang-kadang sulit untuk mengidentifikasikan kategori industri,

    jika perusahaan berusaha dalam beberapa bidang usaha. Jika kita

    harus memilih sendiri kumpulan perusahaan pembanding dan

    membuat norma khusus yang sesuai.

  • 29

    b. Angka rata-rata industri yang diterbitkan hanya merupakan perkiraan

    saja dan hanya memberikan petunjukan umum karena bukan

    merupakan hasil penelitian dari seluruh perusahaan dalam industri

    ataupun bahkan sekedar sampel yang mewakili dalam industri.

    c. Perbedaan praktik akuntansi antar-perusahaan dapat menghasilkan

    perbedaan dalam perhitungan rasio. Sebagai tambahan, perusahaan

    mungkin memilih metode yang berbeda dalam penyusutan aktiva

    tetap mereka.

    d. Suatu industri kebanyakan tidak menyediakan suatu target atau nilai

    rasio yang diinginkan. Yang paling baik, suatu industri menyediakan

    petunjuk posisi keuangan dari rata-rata perusahaan yang ada dalam

    industri, termasuk yang buruk dan yang memilih membandingkan

    rasio perusahaan kita dengan menentukan sendiri kelompok

    pembanding atau dengan pesaing tunggal.

    e. Banyak perusahaan mengalami perubahan-perubahan dalam operasi

    mereka. Jadi, masukan neraca dan rasio yang berkaitan dengan

    neraca tersebut juga akan berubah-ubah menurut tahun ketika

    laporan tersebut dibuat.

    Dalam perhitungannya, analisis rasio keuangan ini menggunakan

    data laporan keuangan yang telah ada sebagai dasar penilaiannya.

    Meskipun didasarkan pada data dan kondisi di masa lalu, analisis rasio

    keuangan tersebut dimaksudkan untuk menilai risiko dan peluang

  • 30

    perusahaan di masa yang akan datang. Pengukuran dan hubungan satu pos

    dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan yang mana terlihat

    dalam rasio-rasio keuangan dapat memberikan kesimpulan yang berarti

    dalam menentukan tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan. Secara

    umum rasio keuangan (financial ratio) dapat diklasifikasikan menjadi

    empat macam, antara lain yaitu :

    1. Rasio Likuiditas

    Menurut Deanta (2009:22), rasio likuiditas merupakan rasio

    yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

    memenuhi hutang lancar. Brigham dan Houston (2009:95)

    menyatakan bahwa rasio likuiditas merupakan rasio yang

    menunjukan hubungan antara kas dan aktiva lancar lainnya dari

    sebuah perusahaan dengan kewajiban lancarnya. Sedangkan menurut

    Hidayat (2013), rasio likuiditas menunjukkan mengenai kemampuan

    perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya yang harus

    segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

    kewajiban keuangannya pada saat ditagih. Rasio likuiditas ini dapat

    dicari berdasarkan informasi modal kerja dari pos-pos aktiva lancar

    dan hutang lancar. Likuiditas ini bisa muncul akibat dari keputusan

    di masa lalu perusahaan mengenai pendanaan dari pihak ketiga, baik

    dalam bentuk aset maupun dalam bentuk kas. Dari keputusan

    tersebut, akan menghasilkan suatu kewajiban pembayaran di masa

    yang akan datang.

  • 31

    Menurut Darsono (2009:55), likuiditas merupakan kemampuan

    suatu perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya yang telah

    jatuh tempo. Kemampuan tersebut dapat diwujudkan apabila jumlah

    aset lancar (current asset) lebih besar daripada hutang lancar

    (current liabilities). Perusahaan yang likuid adalah perusahaan yang

    mampu memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo.

    Sebaliknya, perusahaan yang tidak likuid adalah perusahaan yang

    tidak mampu memenuhi semua kewajibannya yang telah jatuh

    tempo.

    Perusahaan yang tidak likuid akan kehilangan kepercayaan

    dari pihak luar terutama para kreditur dan pemasok, dan dari pihak

    dalam yaitu karyawannya. Oleh sebab itu, setiap perusahaan harus

    memiliki likuiditas badan usaha (yang berhubungan dengan pihak

    luar) dan likuiditas perusahaan (yang berhubungan dengan pihak

    dalam perusahaan). Dalam memperbaiki likuiditas dapat dilakukan

    dengan cara: (1) pemilik menambah modal, (2) menjual sebagian

    aset tetap, (3) hutang jangka pendek dijadikan hutang jangka

    panjang, (4) hutang jangka pendek dijadikan modal sendiri

    (Darsono, 2009:55).

    Menurut Deanta (2009:22-24), Likuiditas perusahaan dapat

    diukur dengan beberapa rasio antara lain:

  • 32

    a. Current Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan

    perusahaan untuk membayar hutang yang harus segera

    dipenuhi dengan aktiva lancar yang dimilikinya.

    b. Cash Ratio adalah rasio yang dapat digunakan untuk mengukur

    kemampuan perusahaan dalam membayar hutang yang harus

    segera dipenuhi dengan kas yang tersedia dan efek (surat

    berharga) yang dapat segera diuangkan.

    c. Quick Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan

    perusahaan dalam membayar hutang yang harus segera

    dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid (liquid assets).

    d. Working Capital to Total Assets Ratio digunakan untuk

    mengukur likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja

    bersih.

    Likuiditas ini berkaitan dengan seberapa besar kemampuan

    suatu perusahaan dalam melunasi kewajiban-kewajiban keuangannya

    yang telah jatuh tempo tersebut. Menurut Ahmad (2011), rasio

    likuiditas ini berhubungan negatif dengan financial distress. Adapun

    rasio likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan

    Current Ratio (CR).

    Menurut Margaretha (2014:12) current ratio merupakan rasio

    yang menunjukan sampai sejauh mana kewajiban-kewajiban jangka

    pendek dari para kreditor dapat dipenuhi dengan aktiva yang

  • 33

    diharapkan akan dikonversi menjadi uang tunai dalam waktu dekat.

    Sedangkan menurut Deanta (2009:22), current ratio digunakan

    untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang

    yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang dimilikinya.

    Current ratio yang semakin besar menunjukkan bahwa kemampuan

    perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya semakin

    besar, namun rasio yang terlalu besar juga kurang baik bagi

    perusahaan, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak terlalu

    efisien karena terlalu banyak aktiva lancar yang menganggur yang

    mestinya dapat digunakan untuk menambah nilai bagi perusahaan.

    Current ratio ini dapat dihitung dengan membagi aktiva lancar

    (current asset) dengan hutang lancar (current liabilities) (Deanta,

    2009:22).

    2. Rasio Leverage

    Rasio yang juga sering disebut sebagai rasio solvabilitas ini,

    merupakan rasio yang memperlihatkan proporsi seluruh aktiva

    perusahaan yang didanai oleh hutang (Fraser dan Ormiston, 2008).

    Dengan kata lain menunjukkan seberapa besar aktiva perusahaan

    yang dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang perusahaan

    berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Menurut Widarjo dan

    Setiawan (2009), rasio leverage berfungsi untuk mengukur

    kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban-

    kewajibannya, baik itu dalam jangka pendek maupun jangka panjang

  • 34

    jika suatu saat perusahaan tersebut akan dilikuidasi. Sedangkan

    menurut Deanta (2009:24), rasio leverage atau rasio hutang adalah

    rasio untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai

    dengan hutang atau dibiayai oleh pihak luar. Rasio ini dapat dicari

    dengan menggunakan data neraca dan laporan laba rugi. Menurut

    Atika, et al (2008), terdapat 2 (dua) macam rasio leverage, antara

    lain yaitu :

    a. Operating Leverage

    Operating leverage merupakan penggunaan suatu kekayaan

    atau aktiva tertentu yang akan mengakibatkan beban tetap bagi

    perusahaan, seperti mesin, gedung, dan sebagainya. Dalam hal ini

    beban tetap tersebut dapat berupa biaya depresiasi.

    b. Financial Leverage

    Financial leverage merupakan penggunaan dana tertentu yang

    akan mengakibatkan beban tetap bagi perusahaan yang dapat berupa

    biaya bunga. Sumber dana ini dapat berupa utang obligasi, kredit

    dari bank, dan sebagainya.

    Menurut Darsono (2009:56), leverage artinya aset perusahaan

    didongkrat dengan hutang atau leverage adalah kemampuan

    perusahaan dalam menggunakan hutang untuk membiayai investasi.

    Rasio leverage idealnya sebesar 40%. Namun dalam kondisi

    ekonomi yang baik tingkat leverage bisa tinggi karena diharapkan

  • 35

    akan menghasilkan laba operasi yang tinggi. Sedangkan, dalam

    kondisi ekonomi yang buruk tingkat leverage harus rendah agar

    beban bunga juga rendah.

    Menurut Sigit (2008) dalam Widarjo dan Setiawan (2009),

    leverage ini timbul akibat dari aktivitas penggunaan dana perusahaan

    yang berasal dari pihak ketiga dalam bentuk hutang. Penggunaan

    sumber dana ini akan mengakibatkan timbulnya kewajiban bagi

    perusahaan untuk mengembalikan pinjaman beserta dengan bunga

    pinjaman yang timbul. Apabila keadaan ini tidak diimbangi dengan

    pemasukan perusahaan yang baik, besar kemungkinan perusahaan

    tersebut akan dengan mudah mengalami financial distress. Atika, et

    al (2012) dalam penelitiannya membuktikan hubungan antara rasio

    leverage dengan financial distress, dimana keduanya berhubungan

    positif.

    Menurut Deanta (2009:24-27), Leverage perusahaan dapat

    diukur dengan beberapa rasio antara lain:

    a. Debt Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

    jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang.

    b. Total Debt to Equity Ratio adalah mengukur bagian setiap

    rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk

    keseluruhan hutang.

  • 36

    c. Times Interest Earned Ratio digunakan untuk mengukur

    seberapa besar jaminan keuntungan yang digunakan untuk

    membayar bunga hutang jangka panjang.

    d. Fixed Charge Coverage Ratio digunakan untuk mengukur

    seberapa besar kemampuan perusahaan untuk menutup beban

    tetapnya termasuk pembayaran deviden saham preferen,

    bunga, angsuran pinjaman, dan sewa.

    e. Debt Service Coverage Ratio digunakan untuk mengukur

    kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya

    termasuk angsuran pokok pinjaman.

    f. Long Term Debt to Equity Ratio digunakan untuk mengukur

    bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan

    untuk hutang jangka panjang.

    g. Total Debt to Equity Ratio digunakan untuk mengukur bagian

    setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk

    keseluruhan hutang.

    Leverage ratio ini menekankan pada peran penting pendanaan

    hutang bagi perusahaan dengan menunjukkan presentase aktiva

    perusahaan yang didukung oleh pendanaan hutang (Van Horne dan

    Wachowicz, 2005). Adapun dalam penelitian ini rasio leverage

    diukur dengan menggunakan Debt to Asset Ratio (DAR). Menurut

    Deanta (2009:24), Debt to Asset Ratio adalah rasio untuk mengukur

  • 37

    jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Semakin besar

    rasio ini mengindikasikan bahwa risiko keuangan kreditor semakin

    besar.

    3. Rasio Profitabilitas

    Menurut Deanta (2009:29), rasio profitabilitas adalah rasio

    yang mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh

    laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, aset, maupun laba

    dan modal sendiri. Sedangkan Menurut Harahap (2011), rasio

    profitabilitas ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

    mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada

    seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah

    cabang dan sebagainya. Profitabilitas atau efisiensi dalam Rahmy

    (2015) merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan

    keputusan manajemen.

    Profitabilitas ialah kemampuan manajemen dalam memperoleh

    laba. Laba terdiri dari laba kotor, laba operasi, dan laba bersih. Agar

    dapat memperoleh laba di atas rata-rata, manajemen harus mampu

    meningkatkan pendapatan (revenue) dan mengurangi semua beban

    (expenses) atas pendapatan. Berarti, manajemen harus memperluas

    pangsa pasar dengan tingkat harga yang menguntungkan dan

    menghapuskan aktivitas yang tidak bernilai tambah (Darsono,

    2009:58).

  • 38

    Rasio profitabilitas menunjukkan efisiensi dan efektivitas

    penggunaan aset perusahaan karena rasio ini mengukur kemampuan

    perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan penggunaan aset

    perusahaan tersebut (Widarjo dan Setiawan, 2009). Dengan adanya

    efisiensi dan efektivitas dari penggunaan aset perusahaan tersebut,

    maka beban dan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan

    tersebut tentu akan dapat diperkecil, sehingga dapat membuat

    perusahaan tersebut memiliki keuangan yang cukup stabil dalam

    menjalankan usahanya. Berarti, laba yang diperoleh perusahaan

    tersebut merupakan hasil pemanfaatan dari aset perusahaannya, yang

    kemudian laba tersebut akan dapat kembali digunakan dalam

    menjalankan usaha perusahaan di periode berikutnya. Dengan

    tingginya profitabilitas suatu perusahaan maka kemungkinan

    perusahaan tersebut akan mengalami financial distress tentu akan

    akan semakin rendah.

    Prihadi (2008:45) menyatakan bahwa ada tiga basis

    perhitungan profitabilitas yaitu:

    a. Tingkat profitabilitas yang dikaitkan dengan pendapatan

    (penjualan), Return On Sales (ROS), di antaranya adalah gross

    margin, operating margin, contribution margin, margin before

    interest and tax, EBITDA margin, pretax margin, profit

    margin.

  • 39

    b. Tingkat profitabilitas yang dikaitkan dengan penggunaan aset,

    Return On Asset (ROA), yang diartikan dengan dua cara yaitu

    pertama dengan mengukur kemampuan perusahaan dalam

    mendayagunakan aset untuk memperoleh laba serta yang

    kedua dengan mengukur hasil total untuk seluruh penyedia

    sumber dana yaitu kreditor dan investor.

    c. Tingkat profitabilitas yang dikaitkan dengan modal sendiri,

    Return On Equity (ROE).

    Profitabilitas ini bisa timbul karena keberhasilan suatu

    perusahaan dalam memasarkan produknya, keberhasilan pemasaran

    ini sama halnya dengan keberhasilan perusahaan dalam menjual

    produk-produknya. Atas keberhasilan penjualan tersebut, maka

    perusahaan tersebut akan memperoleh laba. Laba yang diperoleh

    tersebut bisa digunakan dalam tujuan perluasan usaha ataupun

    pembayaran dividen bagi para pemegang saham.

    Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Al-Khatib dan

    Al-Horani (2012) di Jordan, dua proxy pengukuran profitabilitas

    yang signifikan mempengaruhi kemungkinan terjadinya financial

    distress adalah ROA dan ROE, dimana pengaruh yang timbul adalah

    berhubungan negatif. Dalam penelitian ini, rasio profitabilitas

    tersebut akan diukur dengan menggunakan Return On Asset (ROA),

    yaitu dengan mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan

    keuntungan dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya (Hanifah,

  • 40

    2013). Apabila Return On Asset (ROA) tersebut meningkat, maka

    tingkat penjualan perusahaan juga akan meningkat dan akhirnya

    akan meningkatkan pula tingkat profitabilitas yang nantinya bisa

    dinikmati oleh pemegang saham (Ardiyanto, 2011).

    4. Rasio Aktivitas

    Menurut Darsono (2009:60), rasio aktivitas adalah kemampuan

    manajemen dalam mengoptimalkan aset untuk memperoleh

    pendapatan, misalnya aset yang kecil tapi mampu menghasilkan

    pendapatan yang besar, menandakan bahwa manajemen tersebut

    profesional.

    Menurut Deanta (2009:27), rasio aktivitas adalah rasio yang

    mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumberdaya

    yang dimiliki, sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan

    aset untuk memperoleh penjualan. Atas terpakainya aset tersebut

    untuk keperluan aktivitas operasi, maka produksi yang dihasilkan

    oleh perusahaan akan meningkat. Produksi yang meningkat ini

    diharapkan juga akan meningkatkan penjualan. Dengan

    meningkatnya penjualan tersebut, maka akan berdampak pula pada

    peningkatan laba yang akan diperoleh perusahaan, sehingga hal ini

    akan memberikan aliran kas masuk bagi perusahaan.

    Menurut Ikhsan (2009:103), rasio aktivitas merupakan

    perhitungan untuk menentukan aktivitas dari kelas tertentu dari aset,

    seperti persediaan untuk dijual kembali, modal kerja, dan aset jangka

  • 41

    panjang. Rasio aktivitas ini mengungkapkan angka dari waktu

    dibandingkan dengan aktivitas (turnover) yang terjadi sepanjang

    periode tertentu dan dapat membantu dalam mengukur efektivitas

    manajemen dalam menggunakan dan mengendalikan aset ini.

    Menurut Prihadi (2008) aktivitas dibagi kedalam dua

    kelompok yaitu:

    a. Short-term activity, berorientasi pada operasi rutin

    perusahaan yang diwakili oleh kemampuan perusahaan dalam

    rangka mengendalikan piutang, persediaan, dan utang usaha.

    b. Long-term activity, lebih berorientasi pada penggunaan aset

    tetap.

    Kasmir (2013:173) menyatakan bahwa beberapa tujuan yang

    hendak dicapai perusahaan dari penggunaan rasio aktivitas

    diantaranya yaitu:

    1. Untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu

    periode atau beberapa kali dana yang ditanamkan dalam

    piutang ini berputar dalam satu periode.

    2. Untuk menghitung hari rata-rata penagihan piutang (day of

    receivable). Dimana hasil perhitungan ini menunjukan

    jumlah hari (berapa hari) piutang tersebut rata-rata tidak

    dapat ditagih.

    3. Untuk menghitung berapa hari rata-rata persediaan tersimpan

    dalam gudang.

  • 42

    4. Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam

    modal kerja berputar dalam satu periode atau beberapa

    penjualan.

    Aktivitas perusahaan dapat diukur dengan beberapa rasio

    antara lain:

    a. Inventory turnover, diperoleh dengan membagi cost of goods

    sold dengan nilai rata-rata persediaan periode sekarang dan

    tahun sebelumnya. Rasio ini mengukur berapa kali

    perputaran persediaan dalam satu periode. Makin besar

    perputarannya maka akan semakin baik.

    b. Receivable turnover, yaitu perbandingan antara jumlah

    penjualan dengan rata-rata piutang dagang selama setahun

    yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam

    menangani penjualan kredit dan kebijakannya. Dari rasio ini

    akan dapat diketahui likuiditas piutang. Makin kecil rasio ini

    maka semakin baik.

    c. Fixed assets turnover, yaitu perbandingan antara penjualan

    neto dengan aset tetap. Rasio ini menunjukkan berapa kali

    dana yang ditanamkan dalam aset tetap berputar dalam satu

    periode.

    d. Working capital turnover, perbandingan antara penjualan

    neto dengan modal kerja. Rasio ini menunjukkan berapa kali

    dana yang tertanam dalam modal kerja berputar dalam satu

  • 43

    periode, atau jumlah penjualan yang bisa dicapai oleh setiap

    rupiah modal kerja.

    e. Payable turnover, diperoleh dengan membagi total purchase

    dengan average account payable. Rasio ini menghitung

    seberapa sering hutang perusahaan berputar.

    f. Total asset turnover, yaitu perbandingan antara jumlah

    penjualan dengan rata-rata jumlah aset selama setahun yang

    menunjukkan seberapa baik dukungan seluruh aset untuk

    memperoleh penjualan.

    Menurut Alifiah, et al (2012), rasio aktivitas merupakan salah

    satu rasio yang paling signifikan dan berpengaruh negatif dalam

    prediksi terjadinya financial distress suatu perusahaan. Adapun

    proxy yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Asset

    Turnover Ratio (TATO), yaitu dengan cara membagi penjualan netto

    dengan total aktiva (Deanta, 2009:27). Semakin efektif suatu

    perusahaan menggunakan aktivanya untuk meningkatkan penjualan,

    diharapkan akan dapat memberikan keuntungan yang semakin besar

    bagi perusahaan (Ardiyanto, 2011).

    C. Growth Ratio (Rasio Pertumbuhan)

    Setiap manajemen dari suatu perusahaan akan selalu mengevaluasi

    pencapaian kinerja perusahaannya pada suatu periode akuntansi tertentu,

    dimana hasil evaluasi terhadap kinerja perusahaan tersebut akan

    menghasilkan suatu kesimpulan bagi perusahaan tersebut, apakah

  • 44

    perusahaan tersebut telah mencapai tujuan atau target yang telah di

    rencanakan sebelumnya baik jangka pendek maupun jangka panjang.

    Kinerja yang baik dari suatu perusahaan akan membuat manajemen

    perusahaan tersebut berusaha mempertahankan bahkan berusaha mencapai

    hasil yang lebih baik pada periode yang akan datang. Adapun tolak ukur

    yang umumnya digunakan untuk membandingkan pencapaian finansial

    suatu perusahaan pada suatu periode tertentu dengan periode sebelumnya

    dapat menggunakan analisis rasio pertumbuhan.

    Menurut Fahmi (2012:69), rasio pertumbuhan adalah rasio yang

    mengukur seberapa besar kemampuan suatu perusahaan dalam

    mempertahankan posisinya di dalam industri dan dalam perkembangan

    ekonomi secara umum.

    Menurut kasmir (2013:114), rasio pertumbuhan (growth ratio)

    merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan suatu perusahaan

    dalam mempertahankan posisi ekonominya ditengah pertumbuhan

    perekonomian dan sektor usaha. Dalam rasio pertumbuhan yang dianalisis

    adalah pertumbuhan penjualan, laba bersih, pendapatan persaham dan

    deviden persaham.

    Menurut Harahap (2011), rasio pertumbuhan (growth)

    menggambarkan persentase pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun

    ke tahun. Rasio pertumbuhan (growth) ini di antaranya yaitu pertumbuhan

    penjualan (sales growth) dan kenaikan laba bersih. Pertumbuhan penjualan

    (sales growth) itu sendiri mencerminkan kemampuan suatu perusahaan

  • 45

    dalam meningkatkan penjualan produk yang dihasilkannya, baik dalam

    meningkatkan frekuensi penjualan ataupun peningkatan volume

    penjualannya. Perusahaan yang telah berhasil menjalankan strateginya

    dalam hal pemasaran dan penjualan produk, akan dapat meningkatkan

    sales growth perusahaannya. Tingginya tingkat sales growth yang

    tergambar akan mengindikasikan perolehan laba yang besar. Sehingga,

    apabila tingkat sales growth suatu perusahaan tinggi maka akan

    mencerminkan kondisi keuangan perusahan tersebut yang cukup stabil dan

    jauh dari financial distress, karena terbukti dengan penjualan yang dapat

    terus bertumbuh.

    Rasio pertumbuhan memiliki perhitungan yang terdiri dari beberapa

    jenis seperti pertumbuhan penjualan, pertumbuhan laba bersih, Earning

    After Tax (EAT) dan laba perlembar saham. Menurut Harahap (2013:309)

    menyatakan bahwa rasio ini menggambarkan persentasi pertumbuhan pos-

    pos perusahaan dari tahun ke tahun, adapun jenis-jenis rasio pertumbuhan

    diantaranya yaitu:

    1. Pertumbuhan Penjualan

    Rasio ini menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam

    meningkatkan laba bersih yang di bandingkan dengan tahun lalu.

    Pertumbuhan penjualan dapat digunakan untuk mengukur

    kemampuan suatu perusahaan dalam meningkatkan penjualan dari

    tahun sebelumnya. Semakin besar nilai pertumbuhan ini maka akan

    semakin baik.

  • 46

    2. Pertumbuhan Laba Bersih

    Rasio ini menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam

    meningkatkan laba bersih yang di bandingkan dengan tahun lalu.

    Pertumbuhan laba bersih digunakan untuk mengukur kemampuan

    suatu perusahaan dalam meningkatkan laba bersih tahun ini

    dibanding tahun lalu. Semakin besar nilai pertumbuhan ini maka

    akan semakin baik.

    Dalam penelitian ini, rasio pertumbuhan yang digunakan adalah

    rasio pertumbuhan penjualan (sales growth) yakni mencerminkan

    kemampuan suatu perusahaan dalam meningkatkan penjualannya dari

    waktu ke waktu. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan suatu

    perusahaan maka perusahaan tersebut telah berhasil menjalankan

    strateginya dalam hal pemasaran dan penjualan produknya. Hal ini berarti

    semakin besar pula laba yang akan diperoleh perusahaan dari hasil

    penjualan tersebut. Widarjo dan Setiawan (2009:114) merumuskan

    pertumbuhan penjualan (sales growth) sebagai berikut:

    Keterangan:

    Sales growth : pertumbuhan penjualan

    Penjualan (t) : jumlah penjualan pada suatu periode

    Penjualan (t-1): jumlah penjualan pada periode sebelumnya

    𝑺𝒂𝒍𝒆𝒔 𝒈𝒓𝒐𝒘𝒕𝒉 =𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏 𝒕 − 𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏 𝒕− 𝟏

    𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏 𝒕− 𝟏

  • 47

    D. Financial Distress

    1. Pengertian

    Financial distress merupakan kondis