Penerapan Sistem Preventive Maintenance Pada UPS.docx
-
Upload
likhul-lubiz -
Category
Documents
-
view
206 -
download
33
Transcript of Penerapan Sistem Preventive Maintenance Pada UPS.docx
Penerapan Sistem Preventive Maintenance Pada UPS (Uninteruptible Power Supply).
(Shalikhul Hadi Lubis1)Jurusan Teknik Elektro, Program Studi Teknik Otomasi Industri, Politeknik Negeri Bandung
Jln. Gegerkalong Hilir, Bandung,4000, INDONESIA1 [email protected]
Abstrak — Bagi sebagian orang nama UPS masih terlalu asing di dengar. UPS adalah
singkatan dari (Uninteruptible Power Supply). Perangkat ini dapat menyebabkan
kerusakan yang fatal apabila digunakan di daerah yang memiliki kualitas listrik yang
rendah seperti indonesia. Saat ini peran stavolt atau stabilizer perlahan-lahan mulai
tergantikan oleh peran UPS karena kemampuan stavolt untuk melindungi komputer
dalam hal kekurangan ataupun kegagalan daya. Oleh karena itu, perlu adanya
penekanan kepada masyarakat untuk mempelajari dan memahami perangkat UPS. Hal
ini dilakukan agar kedepanya masyarakat bisa mengerti betapa pentingnya
penggunaan UPS dalam bekerja khususnya yang pekerjaan yang menggunakan
komputer dan berada di instansi atau perusahaan menuntut harus menggunakan
komputer serta masyarakat dapat mengetahui kualitas UPS yang sesuai dengan
kebutuhan.
Kata kunci — UPS, stavolt, komputer, power.
I. Pengertian dan Fungsi UPS.
UPS merupakan singkatan dari Uninteruptible Power Supply yang mempunyai pengertian
bahwa UPS ini adalah perangkat yang biasanya menggunakan baterai backup sebagai catuan
daya alternatif untuk dapat memberikan suplai daya yang tidak terganggu untuk perangkat
elektronik yang terpasang. UPS merupakan sistem penyedia daya listrik yang sangat penting
dan diperlukan sekaligus dijadikan sebagai protect dari kegagalan daya serta kerusakan
system dan hardware. UPS akan menjadi system yang sangat penting dan sangat diperlukan
pada banyak perusahaan penyedia jasa telekomunikasi, jasa informasi, penyedia jasa internet
dan banyak lagi. Dapat dibayangkan berapa besar kerugian yang timbul akibat kegagalan
daya listrik jika sistem tersebut tidak dilindungi dengan UPS.
Fungsi dari UPS antara lain yaitu :
1. Sebagai pengganti energi listrik sementara ketika energi listrik utama mengalami
gangguan.
2. Memberikan waktu yang cukup untuk menghidupkan genset sebagai pengganti listrik
utama.
3. Memberikan waktu yang cukup untuk melakukan back up data yang penting dan
mengamankan sistem operasi (OS) dengan melakukan shutdown sesuai prosedur
ketika listrik utama padam.
4. Sebagai pengaman sistem komputer dari gangguan listrik yang dapat merusak
software, maupun hardware.
5. UPS dapat melakukan stabilisasi tegangan ketika terjadi perubahan tegangan pada
input sehingga tegangan output yang digunakan komputer tetap stabil
6. UPS dapat melakukan diagnosa dan management terhadap dirinya sendiri sehingga
memudahkan pengguna untuk mengantisipasi jika akan terjadi gangguan terhadap
sistem.
II. Elemen Dasar UPS.
Karakteristik elemen yang mendukung sebuah sistem UPS ini sangat memegang peranan
penting dalam performa UPS secara keseluruhan. Sehingga pada proses disain sebuah sistem
UPS harus benar-benar diperhitungkan karakteristik masing-masing elemen tersebut. Elemen
utama pendukung sebuah sistem UPS dibagi menjadi 3 bagian.
Rectifier-Charger.
Pada bagian ini merupakan rangkaian yang umum dipakai dalam penyerahan dan
pengisian baterai. Namun rangkaian inilah yang menjadi titik berat sistem UPS. Pada
prinsipnya blok rectifier-charger ini akan mensuplai daya yang dibutuhkan oleh
inverter dalam kondisi terbeban penuh dan pada saat itu juga dapat mempertahankan
muatan di dalam baterai backup. Selain itu blok ini harus mempunyai batasan yang
cukup tinggi dalam hal kemampuan mengalirkan daya ke output yaitu sebeasr 125-
130%.
Jadi seandainya beban meningkat sampai 125% dari batas daya yang diijinkan maka
blok ini harus masih bisa memberikan daya ke bagian inverter tanpa ada penurunan
performa.
Karakteristik baterai juga perlu diperhitungkan dalam disain rangkaian charger-nya
karena jika sebuah baterai diisi ulang dengan arus yang melebihi batasan kemampuan
sebuah baterai dapat memperpendek umur baterai tersebut. Biasanya untuk arus
pengisian sebuah baterai backup UPS ini adalah 80% dari kondisi arus yang
dikeluarkan oleh baterai backup pada saat beban penuh (pada kondisi emergency-
kondisi dimana suplai tenaga konvensional terganggu).
Batasan sebuah sistem UPS yang baik (menurut standar NEMA-National Electical
Manufacturer Association) adalah dapat memberikan daya 100% terus-menerus
(continous load) dan 2 jam pada beban 125% tanpa terjadi penurunan performa
(kerusakan). Dalam hal baterai, baterai masih dapat dikategorikan sebagai kondisi
layak pakai adalah baterai yang masih mampu memberikan daya 100% selama 1 jam
jika lama pengisiannya selama 8 jam (ditentukan oleh manufaktur baterai).
Inverter.
Kualitas inverter merupakan penentu dari kualitas daya yang dihasilkan oleh suatu
sistem UPS. Sistem inverter yang membangun sebuah sistem UPS biasanya
disesuiakan dengan beban kritis yang akan diaplikasikan. Pada dasarnya sistem
inverter yang digunakan tidaklah menjadi masalah yang serius jika beban kritisnya
masih berupa komputer saja tetapi ketidak sesuaian karakteristik inverter pada beban
tertentu dapat menyebabkan sebuah sistem UPS berhenti bekerja.
Tugas utama dari sebuah inverter adalah merubah tegangan DC dari rangkaian
rectifier-charger menjadi tegangan AC yang berupa sinyal sinus setelah melalui
pembentukan gelombang dan rangkaian filter. Tegangan output yang dihasilkan harus
stabil baik amplitudo tegangan maupun frekuensi tegangan yang dihasilkan, distorsi
yang rendah, tidak terdapat tegangan transien serta tidak dapat diinterupsi oleh suatu
keadaan.
Transfer Switches.
Pada umumnya saklar pemindah dibagi menjadi 2 bagian yaitu ;
Electromekanikal
Static
Pada saklar elektromekanikal dibangun dari relay-relay yang salah satu terminal
mendapatkan suplai tegangan dari suplai konvensional dan yang lain dari sistem UPS.
Pada sistem saklar statis digunakan komponen semikonduktpr seperti SCR. Pada
dasarnya penggunaan SCR akan lebih baik karena kecepatan peralihan pada saklar
elektromekanikal terlalu lama yaitu sekitar 50 sampai 100 ms jika dibandingkan
dengan operasi pemindahan yang dilakukan dengan SCR yang hanya membutuhkan
waktu 3 sampai 4 ms.
Dari ketiga bagian utama sebuah sistem UPS, bagian rectifier-charger dan bagian
inverter sangat memegang peranan penting bagi sebuah UPS.
III. Diagram dan Mekanisme UPS.
Pada saat kondisi normal operation, statics switch terhubung pada terminal menggunakan
mains supply (saluran utama/sumber). perangkat elektronik mengambil daya langsung dari
mains supply yang mana main supply terhubung dalam UPS. Sedangkan UPS sendiri
melakukan pengisian battery.
Pada saat kondisi mains failure, statics switch secara otomatis pindah ke terminal yang
terhubung pada baterry UPS dan perangkat elektronik mengambil daya dari battery UPS di
karenakan pada mains supply (saluran utama/sumber) terjadi kegagalan.
Pada saat kondisi UPS failure, saat mains supply (saluran utama/sumber) kembali normal dan
UPS mengalami kegagalan (kehabisan daya) maka secara otomatis statics switch pindah ke
terminal yang terhubung pada mains supply dan perangkat elektronik mengambil daya dari
mains supply.
IV. Pendekatan Pemeliharaan UPS.
Pada perangakat UPS metode pendekatan pemeliharaan yang cocok digunakan yaitu
meggunakan metode preventive maintenance. karena pada preventive maintenance dapat
meminimalkan masalah operasi UPS dan mencegah terjadinya kegagalan dengan
mengadakan perbaikan kecil sebelum terjadi kegagalan yang besar. Kondisi pada UPS perlu
dievaluasi secara berkala kemudian data hasil evaluasi tersebut digunakan sebagai acuan pada
pemeriksaan berikutnya sehinga kondisi UPS dalam keadaan setidaknya mendekati kondisi
awal/baru.
V. Parameter Fisik dan Kinerja Sistem Dalam Pemeliharaan UPS.
Dalam perawatan UPS ada 2 aspek parameter-parameter yang perlu diketahui dimana aspek
tersebut menjadi acuan dalam mengambil tindakan :
Aspek Parameter Fisik.
1. Deposit debu pada UPS.
2. Genangan air di sekitar UPS.
3. Timbul korosif pada UPS.
Aspek Parameter Non-Fisik.
1. Tegangan kerja UPS.
2. Arus kerja UPS.
3. Suhu kerja UPS.
4. Daya kerja UPS.
VI. Metoda Monitoring.
Dalam melakukan monitoring UPS berikut cara-cara yang dilakukan.
Untuk deposit debu dengan cara melakukan tinjauan secara visual pada bagian luar
UPS (casing) kemudian bagian dalam UPS meliputi saluran sirkulasi udara, kipas
UPS, dan lain-lain.
Untuk genangan air dengan cara melakukan tinjauan secara visual dibagian sekitar
UPS kemudian di bagian atas UPS jika ada tetasan air yang jatuh.
Untuk timbulnya korosif dengan cara melakukan tinjauan secara visual pada bagian
luar UPS (casing) kemudian kemudian dibagian dalam pada konponen-komponen
UPS.
Untuk mengetahui tegangan kerja UPS dengan cara mengukur tegangan input dan
tegangan pada battery menggunakan alat multimeter.
Untuk mengetahui arus kerja UPS dengan cara mengukur arus input UPS dari sumber
utama dan arus UPS ketika UPS beroperasi (berjalan) dengan menggunakan alat
multimeter.
Untuk mengetahui suhu kerja UPS dengan cara mengukur suhu pada trafo UPS
dengan menggunakan termometer.
Untuk mengetahui daya kerja UPS dengan cara mengukur daya ketika UPS sedang
bekerja dengan menggunakan wattmeter.
Untuk parameter- parameter seperti tegangan,arus,daya,suhu jika UPS sudah dilengkapi
dengan software untuk monitoring sekaligus mengkontrol UPS kita tidak perlu lagi untuk
mengukur/melakukan pengecekan dengan menggunakan alat, langsung saja dengan
menggunakan sofware tersebut.
VII. Penjadualan Pemeliharaan UPS.
Pada penjadualan pemeliharaan UPS menggunakan beberapa skenario, yaitu :
Parameter Acuan Jangka Waktu
Deposi Debu 1x Seminggu
Timbul Genangan Air 1x Seminggu
Timbul Korosif 1x Seminggu
Tegangan Kerja UPS 1x Seminggu
Arus Kerja UPS 1x Seminggu
Suhu Kerja UPS 1x Seminggu
Daya Kerja UPS 1x Seminggu
VIII. Alat Bantu Ukur yang Diperlukan.
Dalam perawatan UPS cukup memerlukan alat ukur yaitu multitester digital dan termometer
Karena pada proses perawatan UPS, parameter yang utama perlu di ketahui hanya tegangan
dan arus.
IX. Teknik Penggunaan Alat Ukur.
Gambar: Multitester Digital,Wattmeter Digital dan Thermometer Infrared Digital.
Cara menggunakan multitester digital sebagai voltmeter.
1. Pasang kabel hitam ke COM (Ground), dan pasang kabel merah ke lubang paling
kanan warna merah (V/Ohm).
2. Menentukan object pengukuran, dalam hal ini kita mengukur tegangan yang ada pada
UPS.
3. Lihat skala pada multitester pada bagian V (Volt) ada dua yaitu:
DC Volt (Tegangan searah. AC Volt (Tegangan Bolak Balik). Untuk pengukuran
UPS ini kita menggunakan AC Volt.
4. Setelah memilih nilai yang tepat kemudian lakukan pengukuran dengan
menempelkan kabel merah ke positif UPS dan kabel hitam ke negatif UPS kemudian
akan muncul hasil pengukurannya.
Cara menggunakan multitester digital sebagai amperemeter.
1. Pasang kabel hitam ke lubang 10 A/400 mA sesuai dengan arus yang akan diukur dan
pasang kabel merah ke lubang paling kanan warna merah (V/Ohm).
2. Lihat skala pada multitester ada dua yaitu dengan arus AC (A) atau Arus AC(mA).
Untuk pengukuran UPS kita menggunakan Arus AC (A).
3. Setelah memilih nilai yang tepat kemudian lakukan pengukuran dengan
menempelkan kabel merah ke positif UPS dan kabel hitam ke negatif UPS kemudian
akan muncul hasil pengukurannya.
Cara menggunakan wattmeter digital.
1. Masukan kabel power sumber (input) pada terminal WATT & 10 A, sesuai petunjuk
pada wattmeter digital yang bertuliskan “POWER SOURCE”.
2. Masukan kabel beban (output) pada terminal COM & V, sesuai petunjuk pada
wattmeter digital yang bertuliskan “LOAD”.
3. Masukan kabel power sumber (input) pada terminal WATT & 10 A, sesuai petunjuk
pada wattmeter digital yang bertuliskan “POWER SOURCE”.
4. Tekan tombol pilihan watt 1 (2000 W) atau watt 2 (6000 W – x10W) tergantung dari
beban yang akan dikukur.
5. Apabila pada layar tidak tertulis nol maka perlu setting Watt Zero Adjust agar
tampilan pada layar bernilai nol.
6. Masukan kabel power sumber (input) pada stopkontak agar beban / load dapat
bekerja.
7. Lihat hasil tampilan pada layar, apabila menggunakan batas ukur yang watt 1 (2000
W). Makan tampilan pada layar merupakan hasil pengukuran daya pada beban/load.
Cara menggunakan thermometer Infrared Digital.
1. Tujukan lampu infrared ke target yang akan diukur.
2. Tekan trigger (F), suhu yang di ukur akan muncul di display (B).
3. Agar mendapat pengukuran yang baik jarak pengukuran sesuai dengan range jarak
yang diizinkan.
X. Perencanaan Kartu Pemeliharaan UPS.
XI. Diagram Alir Pemeliharaan Sistem UPS.
PT.MULTISARANA PERSADA
KARTU PERAWATAN/PEMELIHARAAN UPS
Kode Perangkat :
Spesifikasi Alat :
ParamterWaktu Perawatan
JuliMinggu-1 Minggu-2 Minggu-3 Minggu-4
ASPEK FISIKDeposit debu (√)Korosi (√)Genangan air (√)ASPEK NON FISIKInputFasa Netral (Volt)Fasa Line (Volt)
OutputDaya (Watt)Arus (Ampere)Fasa Netral (Volt)
Suhu (˚C)
Nama TeknisiTanggal
Paraf
Mengetahui
Penanggung jawab
Start A
XII. Hasil Monitoring dan Catatan Pemeliharaan Sistem UPS.
Studi Buku Panduan UPS.
Cek Deposit Debu
Monitoring Secara Fisik
Cek Genangan Air
Cek Korosif
Monitoring Secara Fisik Meliputi
Arus,Tegangan,Daya,Suhu.
A
Analisa Keseluruhan
Tindakan Maintenance atau
Repair
End
Laporan Y
Y
Y
T
T
T
Untuk hasil monitoring dan catatan pemeliharaan sistem UPS belum bisa dicantumkan dikarenakan data belum lengkap dikarenakan jangka waktu untuk melakukan monitoring yang lama.
XIII. Analisis Data Pemeliharaan UPS.
Untuk analisa data belum bisa dicantumkan juga dikarenakan hasil monitoring dan catatan pemeliharaan belum ada sehingga tidak bisa menganalisa data.
XIV. Manual Pemeliharaan UPS.
Sesuai dengan cakupan pada penelitian diatas didapat bahwa :
1. Membaca buku manual UPS sebelum melakukan pemeliharaan untuk mengetahui
bagian-bagian dari UPS tersebut untuk mempermudah proses pemeliharaan.
2. Cek deposit debu. Apabila debu banyak segera di bersihkan.
3. Cek genangan air. Apabila disekitar tempat UPS terdapat genangan air/tetasan
segera dibersihkan atau dipindah ke tempat yang aman.
4. Cek korosif. Apabila terdapat karat pada UPS segera lakukan
pembersihan/penggantian spare part.
5. Lakukan pengecekan tegangan,arus,suhu,daya. Apabila ada parameter tersebut
tidak dalam kondisi normal segera lakukan analisa terlebih dahulu lalu dilakukan
perbaikan.
6. Analisa seluruh data hasil pengecekan. Data hasil analisa yang lalu menjadi acuan
untuk mengambil tindakan saat sekarang. Jadi data yang lalu sebaiknya disimpan.
7. Hasil dari seluruh kegiatan pengecekan beserta analisa di buat dalam bentuk
laporan agar mempermudah proses perawatan berikutnya.