PENDAHULUAN-EPIDEMIOLOGI (1)

27
LAPORAN PENUGASAN ELEKTIF HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA USIA 0-5 TAHUN DI DUSUN WONOSARI DAN DUSUN BENGAN KIDUL SAWANGAN MAGELANG Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Oleh : FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2015

description

epidemiologi

Transcript of PENDAHULUAN-EPIDEMIOLOGI (1)

Page 1: PENDAHULUAN-EPIDEMIOLOGI (1)

LAPORAN PENUGASAN ELEKTIF

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA USIA 0-5

TAHUN DI DUSUN WONOSARI DAN DUSUN BENGAN KIDUL SAWANGAN

MAGELANG

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Oleh :

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2015

I. PENDAHULUAN

Page 2: PENDAHULUAN-EPIDEMIOLOGI (1)

A. Latar Belakang

Salah satu program yang bertujuan untuk pembangunan nasional adalah

membangun sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas untuk menuju masyarakat

yang sejahtera. Untuk mengaplikasikan program tersebut, maka salah satunya diawali

dengan pemberian ASI eksklusif kepada bayi. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi

yang paling alamiah, yang sesuai dengan kebutuhan gizi bayi dan mempunyai nilai

proteksi yang tidak bisa ditirukan oleh pabrik susu manapun.

Penularan diare dapat dengan cara fekal-oral melalui makanan atau minuman yang

tercemar oleh enteropatogen, yaitu melalui finger, flies, fluid, field atau yang dikenal

dengan istilah 4F. Faktor risiko diare salah satu diantaranya adalah tidak memberikan air

susu ibu (ASI) secara penuh pada bayi usia 4-6 bulan.

Menurut UNICEF, sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta

kematian anak balita di dunia pada setiap tahunnya bisa dicegah melalui program

pemberian ASI eksklusif, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan

kepada bayi dalam waktu 6 bulan.

Sedangkan menurut Departemen Kesehatan RI (2010), pemberian ASI secara baik

dan benar tetap dianjurkan sampai bayi berusia 24 bulan (2 tahun), tujuannya untuk

membantu memelihara dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi

serta menjalin kasih sayang antara ibu dan anak. Seperti yang tercantum di dalam Al-

Qur’an, Syrat Al-Baqarah (223) :

“dan ibu-ibu hendaklah menyusui anaknya selama 2 tahun penuh, bayi yang ingin

menyusui secara sempurna ”

Pada saat ini, angka kematian dan kejadian diare pada anak-anak di negara-negara

berkembang masih sangat tinggi. Terutama pada anak yang tidak mendapatkan ASI. Hal

ini disebabkan oleh adanya faktor-faktor nutrisi maupun non-nutrisi pada ASI yaitu selain

nilai gizi ASI yang tinggi juga di dalam ASI mengandung antibodi. Adapun kandungan

lainnya seperti sel-sel darah putih, enzim, hormon, dan sebagainya.

Berdasarkan SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 2007

hanya 32% bayi dibawah 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif menurun sebanyak 6

Page 3: PENDAHULUAN-EPIDEMIOLOGI (1)

point. Rata-rata bayi Indonesia hanya disusui selama 2 bulan 64% menjadi 48% pada

SDKI 2007. Sebaiknya sebanyak 65% bayi baru lahir mendapatkan makanan selain ASI

selama tiga hari pertama.

Dari penemuan kasus diare di fasilitas masyarakat pada tahun 2011 terdapat

35,5% kasus diare yang ditangani di Indonesia. Di Jawa Tengah ditemukan kasus diare

sebanyak 1.337.427, dan yang ditangani 225.332 kasus atau sekitar 16,8%. (3) Kejadian

diare di kota Surakarta pada tahun 2007 cukup tinggi yaitu sebanyak 7,06% dari total

jumlah penduduk.

Di bagian ilmu kesehatan anak FKUI/RSCM diare didefinisikan sebagai buang air

besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari

biasanya. Hal ini banyak disebabkan oleh berbagai faktor yang diantaranya bakteri, virus,

faktor lingkungan, faktor penyapihan dan higienis perorangan. Tetapi, dari bermacam-

macam faktor itu yang paling banyak menyebabkan diare pada bayi adalah pada saat

penyapihan, karena pada saat ini bayi diberi susu formula atau makanan tambahan yang

kurang higienis, oleh karena itu air susu ibu (ASI) yang merupakan makanan terbaik bagi

bayi sangatlah perlu untuk diberikan pada bayi dengan diberikan ASI bayi akan banyak

mendapat keuntungan salah satunya adalah zat-zat kekebalan yang terkandung di

dalamnya, untuk melindungi diirinya dari penyakit-penyakit infeksi terutama penyakit

diare (FKUI, 1985).

Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab lain seperti

malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem

gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran pencernaan, tetapi sekarang lebih

dikenal dengan “penyakit diare”, karena dengan sebutan penyakit diare akan

mempercepat tindakan penanggulangannya. Penyakit diare terutama pada bayi perlu

mendapat tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bila terlambat (Ngastiyah,

1997). Penyakit diare apabila tidak segera ditangani dapat menimbulkan beberapa

komplikasi diantaranya yaitu terjadi dehidrasi, renjatan hipovolemik, hipokalemia,

intoleransi laktosa sekunder, kejang dan kurang energi protein (FKUI, 1985)

Diare merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian anak terutama di

negara berkembang, dengan prakiraan sekitar 1,5 milyar episode dan 1,5 - 2,5 juta

kematian tiap tahun. Sekitar 85% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2

tahun pertama kehidupan (Misnadiarly, 1995) Menurut laporan Dep.Kes RI, di Indonesia

setiap anak mengalami episode diare 1,6 – 2 kali setahun (Dwipoerwantoro, 2003). Di

Page 4: PENDAHULUAN-EPIDEMIOLOGI (1)

bangsal gastroenterologi unit anak RSCM, FKUI angka kematian dengan penyakit diare

sebanyak 20,3%.

Menurut survey pemberantasan penyakit diare tahun 2000 bahwa angka kesakitan

atau insiden diare terdapat 301 per 1000 penduduk di Indonesia.   3Angka kesakitan diare

pada balita adalah 1,0 - 1,5 kali per tahun. Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) Depkes RI tahun 2000, bahwa 10%penyebab kematian bayi adalah diare. Data

statistik menunjukkan bahwa setiap tahun diare menyerang 50 juta penduduk Indonesia

dan dua pertiganya adalah bayi dengan korban meninggal sekitar 600.000 jiwa (Widjaja,

2002). Pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan sangat

berpengaruh terhadap frekuensi kejadian diare. Berdasarkan hasil pengamatan praktik

lapangan, bayi yang mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama frekuensi

terkena diare sangat kecil bahkan mulai minggu ke 4 sampai bulan ke 6. Keadaan ini

menggambarkan seluruh produk ASI dapat terserap oleh sistem pencernaan bayi

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang masalah tersebut maka penulis membuat rumusan masalah

“Apakah ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi

usia 4 - 6 bulan?”

C. TUJUAN

Umum Diketahuinya hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian

diare pada bayi usia 4 - 6 Bulan. 2. Khusus a. Diketahuinya tindakan pemberian ASI

eksklusif oleh ibu kepada bayinya. b. Diketahuinya kejadian diare pada bayi usia 4 - 6

Bulan.

D. MANFAAT

Bagi penulis, 1. Epidemiologi ini menjadi pengalaman yang berguna dalam

menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan. 2. Bagi penulis lain,

hasil ini dapat digunakan sebagai landasan untuk merumuskan lebih lanjut. 3. Bagi

institusi kesehatan, hasil ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam peningkatan mutu

pelayanan maternitas terutama tentang P2D (Pemberantasan Penyakit Diare). 4. Bagi

masyarakat, hasil ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan tantang pentingnya

pemberian ASI eksklusif bagi bayi pada masyarakat.

II. LANDASAN TEORI

Page 5: PENDAHULUAN-EPIDEMIOLOGI (1)

A. ASI eksklusif

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 33 Tahun 2012, Air

Susu Ibu atau ASI merupakan cairan hasil ekskresi kelenjar payudara ibu. Sedangkan,

ASI Eksklusif adalah Asi yang diberikan kepada bayi mereka sejak dilahirkan selama

6 bulan, tanpa menambahkan dan/ atau menganti dengan makanan atau minuman lain.

ASI mengandung banyak komponen makro dan mikro nutrien. Makronutrien adalah

karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien adalah vitamin & mineral. Air

susu ibu hampir 90% nya terdiri dari air. Volume dan komposisi nutrien ASI berbeda

untuk setiap ibu bergantung dari kebutuhan bayi. Perbedaan volume dan komposisi di

atas juga terlihat pada masa menyusui (kolostrum, ASI transisi, ASI matang dan ASI

pada saat penyapihan). Kandungan zat gizi ASI awal dan akhir pada setiap ibu yang

menyusui juga berbeda. Kolostrum yang diproduksi antara hari 1-5 menyusui kaya

akan zat gizi terutama protein.

ASI transisi mengandung banyak lemak dan gula susu (laktosa). ASI yang

berasal dari ibu yang melahirkan bayi kurang bulan (prematur) mengandung tinggi

lemak dan protein, serta rendah laktosa dibanding ASI yang berasal dari ibu yang

melahirkan bayi cukup bulan. Pada saat penyapihan kadar lemak dan protein

meningkat seiring bertambah banyaknya kelenjar payudara. Walapun kadar protein,

laktosa, dan nutrien yang larut dalam air sama pada setiap kali periode menyusui,

tetapi kadar lemak meningkat.

Jumlah total produksi ASI dan asupan ke bayi bervariasi untuk setiap waktu

menyusui dengan jumlah berkisar antara 450 -1200 ml dengan rerata antara 750-850

ml per hari. Banyaknya ASI yang berasal dari ibu yang mempunyai status gizi buruk

dapat menurun sampai jumlah hanya 100-200 ml per hari (IDAI, 2013).

Komposisi diantaranya:

1. Mengandung air

Sebanyak 87.5%, oleh karena itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu

lagi mendapat tambahan air walaupun berada di tempat yang mempunyai suhu

udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu

formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat menyebabkan

terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu formula.

2. Mengandung Karbohidrat

Page 6: PENDAHULUAN-EPIDEMIOLOGI (1)

Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu

sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2 kali

lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu sapi atau susu formula. Namun

demikian angka kejadian diare yang disebabkan karena tidak dapat mencerna

laktosa (intoleransi laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal

ini disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik dibanding laktosa susu

sapi atau susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi,

tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah

melahirkan). Sesudah melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil.

3. Mengandung protein

Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan

protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri dari

protein whey dan Casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey

yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak

mengandung protein Casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah protein

Casein yang terdapat dalam ASI hanya 30% dibanding susu sapi yang mengandung

protein ini dalam jumlah tinggi (80%). Disamping itu, beta laktoglobulin yaitu

fraksi dari protein whey yang banyak terdapat di protein susu sapi tidak terdapat

dalam ASI. Beta laktoglobulin ini merupakan jenis protein yang potensial

menyebabkan alergi. 

Kualitas protein ASI juga lebih baik dibanding susu sapi yang terlihat dari

profil asam amino (unit yang membentuk protein). ASI mempunyai jenis asam

amino yang lebih lengkap dibandingkan susu sapi. Salah satu contohnya adalah

asam amino taurin; asam amino ini hanya ditemukan dalam jumlah sedikit di

dalam susu sapi. Taurin diperkirakan mempunyai peran pada perkembangan otak

karena asam amino ini ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada jaringan otak

yang sedang berkembang. Taurin ini sangat dibutuhkan oleh bayi prematur, karena

kemampuan bayi prematur untuk membentuk protein ini sangat rendah.

ASI juga kaya akan nukleotida (kelompok berbagai jenis senyawa organik

yang tersusun dari 3 jenis yaitu basa nitrogen, karbohidrat, dan fosfat) dibanding

dengan susu sapi yang mempunyai zat gizi ini dalam jumlah sedikit. Disamping itu

kualitas nukleotida ASI juga lebih baik dibanding susu sapi. Nukleotida ini

mempunyai peran dalam meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus,

Page 7: PENDAHULUAN-EPIDEMIOLOGI (1)

merangsang pertumbuhan bakteri baik dalam usus dan meningkatkan penyerapan

besi dan daya tahan tubuh.

4. Mengandung lemak

Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi dan susu

formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan

otak yang cepat selama masa bayi. Terdapat beberapa perbedaan antara profil

lemak yang ditemukan dalam ASI dan susu sapi atau susu formula. Lemak omega

3 dan omega 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi banyak ditemukan

dalam ASI. Disamping itu ASI juga mengandung banyak asam lemak rantai

panjang diantaranya asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam arakidonat (ARA)

yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina mata. 

Susu sapi tidak mengadung kedua komponen ini, oleh karena itu hampir

terhadap semua susu formula ditambahkan DHA dan ARA ini. Tetapi perlu diingat

bahwa sumber DHA & ARA yang ditambahkan ke dalam susu formula tentunya

tidak sebaik yang terdapat dalam ASI. Jumlah lemak total di dalam kolostrum lebih

sedikit dibandingkan ASI matang, tetapi mempunyai persentasi asam lemak rantai

panjang yang tinggi.

ASI mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang dibanding

susu sapi yang lebih banyak mengandung asam lemak jenuh. Seperti kita ketahui

konsumsi asam lemah jenuh dalam jumlah banyak dan lama tidak baik untuk

kesehatan jantung dan pembuluh darah. 

5. Mengandung Karnitin

Karnitin ini mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang

diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. ASI mengandung kadar

karnitin yang tinggi terutama pada 3 minggu pertama menyusui, bahkan di dalam

kolostrum kadar karnitin ini lebih tinggi lagi. Konsentrasi karnitin bayi yang

mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.

6. Mengandung Vitamin K

Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor

pembekuan. Kadar vitamin K ASI hanya seperempatnya kadar dalam susu formula.

Bayi yang hanya mendapat ASI berisiko untuk terjadi perdarahan, walapun angka

kejadian perdarahan ini kecil. Oleh karena itu pada bayi baru lahir perlu diberikan

vitamin K yang umumnya dalam bentuk suntikan.

Page 8: PENDAHULUAN-EPIDEMIOLOGI (1)

7. Mengandung Vitamin D

Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. Hal ini

tidak perlu dikuatirkan karena dengan menjemur bayi pada pagi hari maka bayi

akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari. Sehingga

pemberian ASI eksklusif ditambah dengan membiarkan bayi terpapar pada sinar

matahari pagi akan mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan

vitamin D.

8. Mengandung Vitamin E

Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah

merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya kekurangan darah

(anemia hemolitik). Keuntungan ASI adalah kandungan vitamin E nya tinggi

terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal.

9. Mengandung Vitamin A

Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk

mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. ASI mengandung

dalam jumlah tinggi tidak saja vitamin A dan tetapi juga bahan bakunya yaitu beta

karoten. Hal ini salah satu yang menerangkan mengapa bayi yang mendapat ASI

mempunyai tumbuh kembang dan daya tahan tubuh yang baik. 

10. Mengandung Vitamin yang larut dalam air

Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat,

vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh

terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi

dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu

dengan gizi kurang. Karena vitamin B6 dibutuhkan pada tahap awal perkembangan

sistim syaraf maka pada ibu yang menyusui perlu ditambahkan vitamin ini.

Sedangkan untuk vitamin B12 cukup di dapat dari makanan sehari-hari, kecuali ibu

menyusui yang vegetarian.

11. Mengandung Mineral

Mineral utama yang terdapat di dalam ASI adalah kalsium yang mempunyai

fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf dan

pembekuan darah. Walaupun kadar kalsium ASI lebih rendah dari susu sapi, tapi

tingkat penyerapannya lebih besar. Penyerapan kalsium ini dipengaruhi oleh kadar

fosfor, magnesium, vitamin D dan lemak. Perbedaan kadar mineral dan jenis lemak

diatas yang menyebabkan perbedaan tingkat penyerapan. Kekurangan kadar

Page 9: PENDAHULUAN-EPIDEMIOLOGI (1)

kalsium darah dan kejang otot lebih banyak ditemukan pada bayi yang mendapat

susu formula dibandingkan bayi yang mendapat ASI. 

Kandungan zat besi baik di dalam ASI maupun susu formula keduanya

rendah serta bervariasi. Namun bayi yang mendapat ASI mempunyai risiko yang

lebih kecil utnuk mengalami kekurangan zat besi dibanding dengan bayi yang

mendapat susu formula. Hal ini disebabkan karena zat besi yang berasal dari ASI

lebih mudah diserap, yaitu 20-50% dibandingkan hanya 4 -7% pada susu formula.

Keadaan ini tidak perlu dikuatirkan karena dengan pemberian makanan padat yang

mengandung zat besi mulai usia 6 bulan masalah kekurangan zat besi ini dapat

diatasi. 

Asi merupakan hadiah terindah yang dapat diberikan seorang ibu kepada

bayi mereka sebagai hadiah kelak untuk masa depannya. Asi diberikan bukan

semata-mata hanya untuk kebutuhan, melainkan untuk pertumbuhan dan

perkembangan bayi. Asi banyak memberikan manfaat terhadap bayi, ibunya,

keluarga, serta negara. Adapun manfaat pemberian Asi Eksklusif, diantaranya:

a. Bagi bayi

- Memberikan makanan utama (nutrisi) bagi bayi dari usia 0-6 bulan, karena

mengandung lebih dari 60 % kebutuhan bayi.

- Siap saji

- Mudah diserap dan dicerna sehingga mencegah terjadinya konstipasi

- Memberikan zat kekebalan tubuh (antibodi) terutama kolostrum membantu

tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit lainnya contohnya infeksi saluran

pernafasan dan infeksi salurna pencernaan

- Menngandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak

sehingga bayi dengan pemberian asi eksklusif cenderung lebih cerdas. Lemak

yang terkandung adalah lemak tak jenuh yang dimana mengandung omega 3

untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi akan tumbuh

optimal dan terbebas dari rangsangan kejang hingga sel-sel saraf otak

(Kristiyansari, 2009).

- Mengandung Laktobasillus bifidus yang dimana berfungsi untuk mengubah

laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat. Kedua asam ini akan

menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga menghambat

pertumbuhan 9 Lactobasillus bifidus. Susu sapi tidak mengandung faktor ini

(Sunardi, 2008).

Page 10: PENDAHULUAN-EPIDEMIOLOGI (1)

b. Bagi ibu

- Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh

kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah

terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya

perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi.

Kejadian karsinoma mammae pada ibu menyusui lebih rendah dibanding

yang tidak menyusui (Kristiyansari, 2009).

- Menyusui secara murni Eksklusif dapat mengatur jarak kehamilan.

Ditemukan rata-rata ibu yang menyusui adalah 24 bulan sedangkan yang

tidak menyusui 11 bulan. Hormon yang mempertahankan laktasi bekerja

untuk menekan hormon ovulasi sehingga dapat menunda kembalinya

kesuburan. Ibu yang sering hamil kecuali menjadi beban sendiri juga

merupakan risiko tersendiri bagi ibu untuk mendapatkan penyakit seperti

anemia, 13 risiko kesakitan dan kematian akibat persalinan (Suryoprajogo,

2009). Beberapa manfaat tersebut, sangat penting diberikan dalam usia bayi

selama 6 bulan.

B. Diare

Menurut WHO diare merupakan penyaki yang ditandai dengan perubahan

bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi

buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari

(Simatupang, 2004).

Menurut Depkes (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi 4 kelompok

yaitu:

1. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari

2. Disentri adalah diare yang disertai darah dalam tinjanya

3. Diare persisten adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus-

menerus

4. Diare yang disertai penyakit jenis lain (demam, gangguan gizi)

Diare terjadi karena disebabkan oleh bakteri seperti contoh shigella, salmonela,

E coli, staphylococus aureus. Juga dapat disebabkan oleh golongan virus seperti

rotavirus, adenovirus. Parasit seperti contoh cacing perut, Ascaris, Trichiuris,

Strongyloides, Blastsistis huminis, protozoa, Entamoeba histolitica, Giardia labila,

Belantudium coli dan Crypto juga dapat menyebabkan terjadinya diare. Selain dari

Page 11: PENDAHULUAN-EPIDEMIOLOGI (1)

faktor-faktor tersebut, diare dapat disebabkan karena alergi, keracunan, malabsorbsi

dan imunodefisiensi.

Diare mengakibatkan terjadinya kehilangan air dan elektrolit serta gangguan

asam basa yang menyebabkan dehidrasi dan asidosis metabolik. sehingga terjadi

gangguan sirkulasi darah berupa renjatan hipovolemik atau prarenjatan sebagai akibat

diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah, perpusi jaringan berkurang sehingga

hipoksia dan asidosis metabolik bertambah berat, kesadaran menurun dan bila tak

cepat diobati penderita dapat meninggal.

Gejala diare

Diare dapat menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit,

terutama natrium dan kalium dan sering disertai dengan asidosis metabolik. Dehidrasi

dapat diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan serum elektrolit.

Setiap kehilangan berat badan yang melampaui 1% dalam sehari merupakan

hilangnya air dari tubuh. Kehidupan bayi jarang dapat dipertahankan apabila defisit

melampaui 15% (Soegijanto, 2002).

Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi empat kali

atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai: muntah, badan lesu atau lemah, panas,

tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran, rasa mual dan muntah-muntah

dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-

tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau

kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala-

gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala.

Gangguan bakteri dan parasit kadangkadang menyebabkan tinja mengandung darah

atau demam tinggi (Amiruddin, 2007).

Menurut Ngastisyah (2005) gejala diare yang sering ditemukan mula-mula

pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang, tinja

mungkin disertai lendir atau darah, gejala muntah dapat timbul sebelum dan sesudah

diare. Bila penderita benyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai

nampak, yaitu berat badan menurun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar

menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Dehidrasi

merupakan gejala yang segera terjadi akibat pengeluaran cairan tinja yang berulang-

ulang. Dehidrasi terjadi akibat kehilangan air dan elektrolit yang melebihi

pemasukannya (Suharyono, 1986). Kehilangan cairan akibat diare menyebabkan

dehidrasi yang dapat bersifat ringan, sedang atau berat.

Page 12: PENDAHULUAN-EPIDEMIOLOGI (1)

C. Hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare

Pada waktu bayi baru lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan tubuh dari

ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun setelah kelahiran

bayi, padahal dari waktu bayi lahir sampai bayi berusia beberapa bulan, bayi belum

dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. Sehingga kemampuan bayi

membantu daya tahan tubuhnya sendiri menjadi lambat selanjutnya akan terjadi

kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan daya tahan tersebut dapat diatasi apabila

bayi diberi ASI (Roesli, 2005). Pemberian makanan berupa ASI sampai bayi

mencapai usia 4-6 bulan, akan memberikan kekebalan kepada bayi terhadap berbagai

macam penyakit.

Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare

pada balita, yaitu (Depkes RI, 2007):

1. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada

balita yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar daripada balita

yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.   

2. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh

kuman karena botol susah dibersihkan.

3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapa

jam pada suhu kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan berkembang

biak. 

Page 13: PENDAHULUAN-EPIDEMIOLOGI (1)

4. Menggunakan air minum yang tercemar.  

5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja

anak atau sebelum makan dan menyuapi anak 

6. Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja tidak

berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah

besar. Selain  itu tinja binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.

D. Kerangka teori

III METODE PENELITIAN

ASI Eksklusif

Peningkatan sistem imun bayi

Page 14: PENDAHULUAN-EPIDEMIOLOGI (1)

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis analitik

observasional (non-eksperimental) dengan desain Cross Sectional. Desain ini dipilih untuk

mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada balita di desa

Mangunsari, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di desa Mangunsari, Sawangan, Magelang. Pengumpulan data

dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 2015 di 2 Posyandu yang tersebar di desa Mangunsari.

3.3 Subyek Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak usia 0-5 tahun di

Desa Mangunsari Kecamatan Sawangan. Berdasarkan data yang kami peroleh, terdapat 98

anak usia 0-5 tahun di wilayah Desa Mangunsari Kecamatan Sawangan yang tersebar dalam

2 wilayah kerja posyandu di desa tersebut.

3.3.2 Kriteria Sampel

1. Kriteria Inklusi

a. Ibu yang menyetujui dijadikan responden dalam penelitian

b. Ibu yang memiliki balita di desaMangunsari

2. Kriteriaeksklusi

a. Ibu yang tidak datang ke posyandu

b. Balita yang diantar oleh selain ibu kandung ke posyandu

3.3.3 Besar Sampel

Pada penelitian ini kami menggunakan teknik total sampling dari populasi, yang

disesuaikan dengan kriteria inklusi. Kami dapatkan sampel sebanyak 50 subyek penelitian.

3.4 Variabel Penelitian

Page 15: PENDAHULUAN-EPIDEMIOLOGI (1)

Variabel penelitian pada penelitian ini terbagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut:

1. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah pemberian ASI eksklusif

2. Variabel bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah adalah :

a. Umur

b. Pendidikan

c. Pekerjaan

d. Pengetahuan

e. Jumlah paritas

f. Dukungan keluarga

3.5 Definisi Operasional

1. ASI eksklusif pada penelitian ini didefinisikan sebagai pemberian ASI saja oleh ibu

kepada anaknya sejak bayi baru lahir hingga 6 bulan pertama kehidupannya tanpa

adanya makanan tambahan lain kecuali vitamin, mineral dan obat. Dalam penelitian

ini dikatagorikan kedalam 2 kelompok yaitu kelompok ASI eksklusif jika memenuhi

kriteria pemberian ASI eksklusif dan kelompok ASI tidak eksklusif jika tidak

memenuhi kriteria ASI eksklusif sesuai dengan definisi yang telah disebutkan

sebelumnya.

2. Usia adalah jumlah umur dalam tahun terhitung sejak tahun ibu lahir hingga tahun

saat penelitian ini dilakukan. Usia dalam penelitian ini dikategorikan kedalam 3

kategori yaitu kategori usia ibu kurang dari 20 tahun, usia ibu 20-35 tahun, dan usia

ibu lebih dari 35 tahun.

3. Pendidikan adalah jenjang pendidikan teakhir yang telah dicapai oleh ibu selama

masa hidupnya. Pendidikan dalam penelitian ini terbagi menjadi jenjang pendidikan

SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi (PT) yang kemudian dipersempit dengan

pengelompokan ke dalam 2 kategori yaitu pendidikan rendah (SD, SMP) dan

pendidikan tinggi (SMA, PT).

4. Pengetahuan adalah hal-hal yang ibu ketahui mengenai ASI eksklusif meliputi

pengertian, kandungan atau komposisi ASI , manfaat, dan waktu pemberian ASI

Page 16: PENDAHULUAN-EPIDEMIOLOGI (1)

eksklusif yang kemudian dilakukan skoring dan dikelompokkan menjadi ibu dengan

pengetahuan kurang (skor 0 hingga 6) dan pengetahuan cukup (skor 7 hingga 10).

5. Pekerjaan dalam penelitian ini terbagi menjadi pekerjaan sebagai PNS, Peg.Swasta,

Petani, Wiraswasta, dan tidak bekerja atau Ibu Rumah Tangga (IRT) yang kemudian

dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu kategori kelompok IRT dan kelompok non-

IRT (pekerjaan lain selain IRT).

6. Jumlah paritas dalam penelitian ini didefinisikan sebagai jumlah anak yang pernah

dilahirkan dan masih hidup yang ibu miliki saat ini.

7. Dukungan Keluarga adalah dorongan keluarga kepada ibu untuk memberikan ASI

eksklusif terhadap anaknya baik berupa pemberian informasi, nasihat, anjuran dan

sikap dari anggota keluarga. Dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 kategori yakni

kategori ada dukungan keluarga jika terdapat dukungan dari keluarga baik suami,

orangtua, maupun keduanya dan kategori tidak ada dukungan keluarga jika tidak

terdapat dukungan keluarga baik dari suami maupun orangtua ibu.

3.6 InstrumenPenelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebuah kuesioner.

Kuesioner kami dapatkan dari penelitian sebelumnya yang berjudul “ Hubungan

Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Diare Pada Usia 0-5 Tahun Di Desa

Mangunsari, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang “ yang sudah di validasi.

3.7 Tahapan Penelitian

Penelitian kali ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu :

1. Tahap persiapan

- Menyusun ide penelitian kemudian mengkonsultasikan dengan pembimbing

- Menyusun metode penelitian kemudian mengkonsultasikan dengan pembimbing

- Menyampaikan rencana penelitian kepada petugas puskesmas

2. Tahap pelaksanaan

- Meminta izin kepada kader kesehatan dan bidan Desa untuk melakukan penelitian

epidemiologi.

- Pengambilan data langsung saat kegiatan posyandu rutin berlangsung

- Pengolahan data dan memeriksa ulang data yang sudah didapatkan apakah sudah

sesuai atau belum, dan memasukkan data ke komputer.

- Melakukan coding data, kemudian melalukan analisis data menggunakan software

statistik.

Page 17: PENDAHULUAN-EPIDEMIOLOGI (1)

3. Tahap akhir

- Melakukan penyusunan laporan sesuai dengan format penelitian epidemiologi.

- Berdisuksi dengan pembimbing terkait dengan hasil penelitian.

3.8 Analisis Data

Pengolahan dan analisis data akan dilakukan dengan bantuan software IBM

SPSS 18. Data dari hasil penelitian akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan persentase, tabel analisis univariat berupa karakteristik responden dan

analisis bivariat berupa tabulasi silang dan tabel korelasi serta keterangan akan diberikan

dalam bentuk narasi.

Jadi ada 2 macam analisis yang akan dilakukan yaitu :

a. Univariat

Analisis univariat digunakan untuk melaporkan deskripsi hasil temuan baik variabel

terikat maupun bebas. Direncanakan dalam bentuk tabel distribusi.

b. Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan antar variabel, digunakan tehnik

analisis chi-square, dipilih CI 95% dengan α = 0,05. Dikatakan berhubungan bila nilai

p < α.

3.9 Etika Penilitian

Sebelum penelitian dilakukan, peneliti meminta izin kepada kader kesehatan serta

bidan desa dan memberikan penjelasan penelitian apa yang akan dilakukan dan

mekanisme penelitian. Selanjutnya peneliti akan menjelaskan mengenai mekanisme

penelitian kepada subyek dan meminta subyek untuk mengisi dan menanda tangani form

informed concent. Peneliti tidak akan mencantumkan nama subyek pada hasil penelitian

maupun laporan dan menjamin kerahasiaan informasi dari subyek yang telah diberikan.