Dissertation/Thesis Guidelines 2010 - Universiti Tunku Abdul Rahman
PEMIKIRAN TUNKU ABDUL RAHMAN PUTRA AL-HAJ TENTANG ...
Transcript of PEMIKIRAN TUNKU ABDUL RAHMAN PUTRA AL-HAJ TENTANG ...
PEMIKIRAN TUNKU ABDUL RAHMAN PUTRA AL-HAJ TENTANG
NASIONALISME MELAYU
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Pensyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
OLEH :
MOHAMAD NASRULLAH BIN MOHAMAD ZAINUDIN
NIM: 109045200025
KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH
PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperloleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 April 2011
19 Jumadil Awal 1432 H
Penulis,
Mohamad Nasrullah Bin Mohamad Zainudin
KATA PENGANTAR
بِسْمِ اْلِله الْرَّحْمنِ الْرَّحِيْمِ
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadrat Allah Swt, Tuhan segenap
alam karena dengan limpahan rahmat, nikmat, hidayah dan mahabbah-Nya ke seluruh
alam sehingga penulis dapat menyelesaikan kewajiban penyusunan skripsi ini.
Shalawat dan salam buat Khatimul Anbiya’, junjungan besar Nabi Muhammad Saw,
ahli keluarga baginda, para sahabat, tabi’ tabi’in serta seluruh pengikut baginda yang
menyeru pada yang ma’ruf dan mencegah pada yang mungkar demi mengharap
keredhaan-Nya sampai akhir zaman, semoga mendapat kejayaan dan ganjaran di
akhirat sana.
Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulisan skripsi ini
telah dapat diselesaikan dengan baik walaupun masih banyak kekurangannya. Penulis
menyadari bahwa selesainya penulisan skripsi ini karena adanya pertolongan dan
dukungan dari semua pihak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Pihak pemimpin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta yang
telah mengizinkan penulis untuk menuntut ilmu di sini;
2. Kepada Negara Republik Indonesia yang telah memberi kebenaran dan izin
kepada penulis untuk tinggal, mencari serta memperoleh ilmu yang sangat
bermanfaat dan bernilai;
3. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta;
4. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. sebagai Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta;
5. Dr. Asmawi, M.Ag. dan Afwan Faizin, MA., sebagai Ketua dan Sekretaris
Jurusan Jinayah Siyasah, dan juga kepada Ibu Sri Hidayati yang banyak
memberikan bantuan, kemudahan administratif, bimbingan akademik sejak awal
perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini;
6. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, MA, sebagai dosen pembimbing yang
senantiasa memberikan petunjuk dan nasehat kepada penulis ke arah perfeksi
penulisan, meluangkan waktu dan banyak memberi masukan hingga selesai skripsi
ini;
7. Dr. Asmawi, M.Ag. dan Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, MA., sebagai
dosen penguji seminar proposal dan juga banyak memberi bimbingan kepada
penulis sepanjang proses perbaikan proposal;
8. Seluruh dosen Kolej Universiti Darul Quran Islamiyyah (KUDQI) dan Institut
Pengajian Al-Azhar (IPA) terutama Bapak Rektor Al-Fadhil Ustaz Mohd Zain bin
Abd. Rahman, Ustaz Muhayyat bin H. Husin, H. Wan Ahmadul Badawi bin Wan
Ibrahim dan Ustazah Hasanah Halin yang banyak memberikan sokongan dan
dukungan moral sehingga penulis dapat meneruskan pengajian di bumi Indonesia;
9. Segenap dosen-dosen Syariah dan Hukum yang telah memberi petunjuk dan
memberikan ilmu yang bermanfaat kepada diri penulis dan teman-teman
seperjuangan selama menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta;
10. Para pemimpin dan staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Syari’ah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta;
11. Kedutaan Besar Malaysia di Indonesia atas pengawasan dan kebajikan yang
mengambil alih peran dalam menjaga seluruh mahasiswa Malaysia di bumi
Indonesia;
12. Keluarga tersayang Ayahanda Mohamad Zainudin bin Aspan dan Ibunda Nurhana
binti Syarif yang sentiasa mendoakan kejayaan, merawat, mangasuh, mendidik
serta memberikan dukungan moral dalam setiap langkah penulis;
13. Saudara/ri Nur Adila, Siti Mu’minah, Mohamad Khairullah, dan adik-adik Siti
Nabihah, Mohamad Salahuddin, dan Siti solehah serta kerabat-kerabat dari pihak
ayahanda dan bondaku;
14. Insan tersayang Alfiyah binti Mohd Ruslan yang banyak membantu dari segi
bantuan dan dukungan peribadi;
15. Teman-teman serumah Riduan, Farid, Syamil, Khalil, Ustaz Azhari, Ramadhan,
Hanzalah, Amir, Razman, dan teman-teman yang sama-sama menuntut ilmu di
Indonesia Ridzuan, Sabri, Muaz, Zailani, Ukasyah serta teman-teman yang tidak
dapat penulis sebutkan;
16. Saudara Muhsin yang sudi meluangkan waktu untuk membantu penulis
menterjemahkan skripsi ini;
17. Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia di Indonesia (PKPMI), Malaysian Club
UIN Jakarta (MCUJ) dan Kelab UMNO Jakarta Indonesia;
18. Pemerintah Malaysia dan Pemerintah Republik Indonesia;
19. Semua pihak yang telah menghulur bantuan secara langsung maupun tidak
langsung sepanjang penyusunan skripsi ini, semoga segala bantuan dan niat baik
diterima sebagai amal shaleh di sisi Allah SWT. Amin.
Akhirnya penulis menginsafi bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan, oleh karena itu kritikan dan saran yang konstruktif sangat diperlukan
untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat sebagai karya ilmiah
khususnya bagi penulis dan sekalian pembaca umumnya.
Jakarta, 14 April 2011 M
10 Jumadil Awal 1432 H
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..............................................................1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.........................................4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................5
D. Review Studi Terdahulu..............................................................6
E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan..................................10
F. Sistematika Penulisan................................................................11
BAB II KONSEP NASIONALISME
A. Pengertian Nasionalime............................................................12
B. Sejarah Munculnya Nasionalisme.............................................15
C. Nasionalisme Menurut Tokoh-Tokoh Kontemporer.................20
D. Nasionalisme di Malaysia.........................................................23
BAB III BIOGRAFI TUNKU ABDUL RAHMAN
A. Riwayat Hidup Tunku Abdul Rahman.................................... 31
B. Latar Belakang Pendidikan Tunku Abdul Rahman..................34
C. Perjalanan Karir Politik Tunku Abdul Rahman........................37
BAB IV NASIONALISME YANG DITERAPKAN TUNKU ABDUL RAHMAN
A. Pandangan Tunku Abdul Rahman terhadap Nasionalisme Berbagai
Aliran..............................................................................................46
B. Perjuangan Tunku Abdul Rahman Sebelum dan Sesudah
Kemerdakan.................................................................................. 52
1. Memperjuangkan Bangsa Melayu...............................54
2. Penyatuan antara Etnis................................................56
3. Memperjuangkan Agama Islam..................................58
C. Rumusan Penulis....................................................................62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................66
B. Saran......................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................70
LAMPIRAN........................................................................................................74
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kata nasionalisme selalu dikaitkan dengan suatu perang atau revolusi, kata ini
mengacu pada negara-negara di Afrika, Asia, Amerika Latin, atau Timur Tengah.
Selain itu, “nasionalisme” sering digunakan untuk etnis minoritas di berbagai negara,
secara historis nasionalisme yang merupakan kesadaran bernegara atau semangat
kebangsaan berasal pertama kali dari Eropa. Rasa kebersamaan pada bangsa dan
upaya untuk mempertahankan budaya bangsa merupakan ciri khusus bangsa, dan hal
ini merupakan segi-segi esensial nasionalisme.1
Permasalah pemikiran Tunku Abdul Rahman terhadap nasionalisme Melayu
adalah mengfokuskan beberapa aliran pemikiran yaitu, nasionalisme Melayu terbagi
menjadi dua bentuk, yaitu berdasarkan terhadap pemerintahan kolonial dan sikap
terhadap pemerintah feudal. Di Tanah Melayu khususnya, mereka yang bersikap pro-
kolonial dan pro-feudalisme dianggap berpegang kepada paman nasionalisme
konservatif, sedangkan mereka yang bersikap anti penjajah dan anti pro-feudalisme
berpegang kepada nasionalisme radikal. 2
Menurut Firdaus Haji Abdullah di dalam kajiannya tentang politik Melayu
radikal, nasionalis konservatif diwakili oleh para birokrat tradisional yang
berpendidikan Barat, sedangkan nasionalis radikal pula diwakili oleh mereka yang
1 Muhammad Azhar, Filsafat Politik: Perbandingan antara Islam dan Barat (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 1997), Cet. Pertama, hlm.64.
2 Roslan Saadon, Gagasan Nasionalisme Melayu Raya: Organisasi dan Perkembangan
(Selangor: Karisma Publications, 2009), Cet. Pertama, hlm.18.
berpendidikan Islam dan vernacular Melayu. Beliau juga menjelaskan bahwa
nasionalis konservatif sering mendapat dukungan dan layanan rakyat baik dari pihak
penjajah, sedangkan nasionalis radikal sentiasa ditekan dan diberikan layanan buruk
oleh Inggeris.3
Nama Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj bukanlah nama asing bagi negara
masyarakat Malaysia, lebih-lebih lagi dalam sejarah lipatan politik tanah air. Beliau
yang memiliki darah keturunan raja adalah seorang Ketua Menteri Persekutuan Tanah
Melayu pada zamannya. Selain itu, beliau juga memegang jabatan sebagai Perdana
Menteri Malaysia yang pertama. Kepemimpinan beliau amat terserlah baik dalam
bidang politik yaitu sebagai Presiden UMNO maupun sebagai seorang pemimpin
negara yang berwibawa dan kompeten dalam mengelola negara dan rakyatnya. Peran
Tunku dalam usaha mencapai kemerdekaan negara sangat penting. Sebagai
pemerintah, beliau bertanggung jawab dalam mendapatkan kemerdekaan Tanah
Melayu dari pihak penjajah pada tahun 1957. Beliau juga memainkan peran penting
dalam membentuk Persekutuan Malaysia pada tahun 1963.4
Di antara kebijakan politik Tunku Abdul Rahman adalah, beliau berhasil
membangkitkan semangat nasionalisme dalam diri masyarakat Tanah Melayu dan
menyatukan etnis di Malaya. Meskipun pada waktu itu hubungan etnis sedikit tegang.
Tunku banyak membantu mendirikan UMNO pada tahun 1945 dan beliau diangkat
sebagai Presiden UMNO pada tahun 1952. Beliau juga berhasil membentuk Partai
3 Firdaus Haji Abdullah, Redical Malay Politics, Its Origins and Development (Kuala
Lumpur: Pelanduk Publications, 1985, hlm.3.
4 Ibrahim Mahmood, Sejarah Perjuangan Bangsa Melayu (Kuala Lumpur: Pustaka Antara,
1981), Cet. Pertama, hlm.335.
Perikatan, dan partai tersebut telah memenangkan pemilihan umum atau pemilu
pertama Tanah Melayu pada tahun 1955.5
Kewibawaan Tunku Abdul Rahman yang berhasil menyatukan penduduk
negara ini yang terdiri daripada tiga etnis yang utama yaitu Melayu, Cina, dan India.
Penyatuan ketiga etnis tersebut di bawah pimpinan Tunku telah memberi keyakinan
kepada pihak Inggeris untuk memberi kemerdekaan kepada Persekutuan Tanah
Melayu pada 31 Agustus 1957.
Selain memperjuangkan Melayu, Tunku Abdul Rahman juga
memperjuangkan agama Islam dari jajahan Inggris. Beliau telah diakui oleh Arab
Saudi dan negara-negara Islam lain karena kontribusi beliau kepada pembangunan
Islam. Misalnya di tingkan nasional, Organisasi Kebajikan Islam Malaysia
(PERKIM) telah membantu saudara baru memeluk Islam yang dipimpin oleh Tunku
sendiri.6
Tunku Abdul Rahman telah banyak memberikan kontribusinya terhadap
perkembangan Islam di negara Malaysia malah mengharumkan nama negara di
persada dunia. Beliau banyak terlibat dalam penyelenggaraan Kompensi Membaca
Al-Quran. Beliau juga pernah menjadi Presiden Organisasi Kebajikan Islam Malaysia
(PERKIM) pada Agustus 1960. Atas kemampuan dan daya usaha gigihnya itu, beliau
berhasil meletakkan PERKIM sebagai sebuah organisasi yang terkemuka dan
dihormati oleh semua umat Islam di Malaysia. Tunku Abdul Rahman adalah seorang
5 Siti Mariam Daud dan Sulaiman Zakaria, Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj (Kuala
Lumpur: Jade Green Publications, 1996), Cet. Pertama, hlm.1.
6 Zaid Ibrahim, Saya Pun Melayu (Selangor: Zi Publications SDN. BHD, 2009), Cet.
Pertama, hlm.291.
pejuang kemanusiaan yang murni. Beliau telah mengizinkan PERKIM cabang Negeri
Kedah menggunakan tanah miliknya untuk membangun rumah anak-anak yatim dan
orang tua yang diberi nama Darul Aliam Wal Masalan Tunku Abdul Rahman Putra.7
Dengan latar belakang yang cukup komplek itu (model negara, dan pribadi
Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj), penulis harap penelitian ini akan lebih menarik.
Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj sebagai tokoh yang menjadi kajian, dalam
membentuk serta mengembangkan pemikiran nasionalisme Melayu di Malaysia.
Dengan demikian, penelitian berjudul “PEMIKIRAN TUNKU ABDUL RAHMAN
PURTA AL-HAJ TENTANG NASIONALISME MELAYU” sebagai langkah
mengetahui perjuangan terhadap Nasionalisme Melayu di Malaysia.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Sebagai kajian, maka penulis akan membuat kajian terhadap perjuangan yang
telah dilalui oleh Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj dan pemikirannya tentang
nasionalisme Melayu, dan berbagai aliran nasionalisme.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang dan pembatasan masalah di atas dan
supaya tidak menjadi kajian yang melebar, penulis merumuskan permasalah dengan
rincian dalam bentuk persoalan seperti berikut.
a. Bagaimanakah perjuangan Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj, sebelum dan
sesudah kemerdekaan?
7 Ibid., hlm.292.
b. Bagaimanakah Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj menyelesaikan masalah
nasionalisme yang berkaitan dengan etnis?
c. Bagaimanakah perjuangan Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj dalam memjadikan
agama Islam sebagai agama resmi negara Malaysia?
d. Bagaimanakah Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj menyatukan penduduk negara
Malaysia yang berbagai etnis?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memiliki tujuan di antaranya:
1. Untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana perjuangan Tunku Abdul
Rahman Putra al-Haj dalam perjuangan, sebelum dan sesudah kemerdekaan dan
apa saja perjuangannya.
2. Supaya dapat diketahui bagaimana Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj
menyelesaikan masalah nasionalisme etnis.
3. Untuk mengetahui bagaimana perjuangan Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj
dalam menjadikan agama Islam sebagai agama resmi negara Malaysia.
4. Untuk mengetahui bagaimana Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj menyatukan
penduduk negara Malaysia yang berbagai etnis.
Adapun manfaat dari penelitian penulis ini adalah sebagai berikut:
1. Supaya penelitian ini bermanfaat bagi penulis dan bagi orang lain, tentang
pemikiran Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj tentang nasionaslsme Melayu.
2. Agar dapat dijadikan bahan masukan dan dan informasi bagi mahasiswa yang
ingin menambahkan pengatahuan tentang perjalanan politik Malaysia.
3. Sebagai sumbangan pemikiran pada pembaca yang ingin menambah pengatahuan
tentang sejarah persatuan bangsa di Malaysia.
D. Studi Terdahulu
Sejumlah penelitian dengan bahasan tentang pemikiran-pemikiran tokoh telah
dilakukan, baik mengkaji secara spesifik topik tersebut atau yang mengkajinya secara
umum yang sejalan dengan bahasan penelitian ini. Berikut ini adalah tampilan
tinjauan umum atas sebahagian karya-karya penelitian tersebut baik yang berupa
buku maupun skripsi, di antaranya adalah:
Penelitian yang ditulis oleh Iwan Marwan yang berjudul Nasionalisme Ahmad
Hassan, Studi Pemikiran Ahmad Hassan tentang Paham Kebangsaan, tahun 2007
penelitian ini di antaranya membahas tentang pemikiran Ahmad Hassan tentang
paham kebangsaan di Indonesia.8
Penelitian yang ditulis oleh Mohd Faiz Bin Awang yang berjudul
Nasionalisme Dalam Pandangan Partai Islam Se-Malaysia (PAS), penelitian ini
membahas pandangan PAS sebagai partai yang berbasis ideologi Islam terhadap
nasionalisme atau faham kebangsaan khususnya di Malaysia.9
8 Iwan Marwan, Nasionalisme Ahmad Hassan: Studi atas Pemikiran Ahmad Hassan tentang
Paham Kebangsaan (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2007).
9 Mohd Faiz Bin Awang, Nasionalisme dalam Pandangan Partai Islam Se-Malaysia (PAS)
(Skripsi S1 Fakultas Syari’ah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2010).
Selain skripsi di atas, berikut ini merupakan tampilan tinjauan tentang
nasionalisme Melayu telah dilakukan, sebagian karya-karya penelitian tersebut
adalah:
Buku pertama, Sejarah Politik Melayu Berbagai Aliran. Buku ini membahas
artikel-artikel terpilih mengenai persoalan sejarah politik Melayu berbagai aliran
yang pernah mewarnai arus perdana politik Malaysia sebelum dan sesudah merdeka.
Di dalam buku ini juga membicarakan persoalan sejarah politik sayap kiri. Secara
spontan pandangan masyarakat umum akan mempersoalkan tentang suatu gerakan
yang berbentuk revolusi atau ekstrim.10
Buku kedua, Orang Melayu Masalah dan Masa Depan. Buku ini
menjelaskan tentang orang Melayu dan masyarakat Malaysia umumnya.11
Penulis
mencoba mengkaji sejarah dan perkembangan orang Melayu dari berbagai sudut
sebagai latar belakang mengenali isu-isu asas, karekter sosial serta masalah yang
dihadapi mereka.
Buku ketiga, Perjuangan Membela Melayu: UMNO Selangor 1946-2006.
Buku ini menjelaskan perjuangan Melayu Selangor menentang dan menggagalkan
rancangan Malayan Union yang diperkenalkan oleh Inggeris sekembalinya
menguasai Tanah Melayu pada 13 September 1945 tidak lama setelah Jepang
10
Ishak Saat, Sejarah Politik Melayu Berbagai Aliran (Shah Alam: Karisma Publications
Sdn. Bhd., 2007).
11
Syed Husin Ali, Orang Melayu: Masalah dan Masa Depan, Buku Harakah, 2005.
menyerah kalah dalam Perang Dunia Kedua. Perjuangan itu telah membawa kepada
kelahiran United Malays National Organisation atau lebih dikenal dengan UMNO.12
Buku keempat, Malaysia Kita. Buku ini memperjelas sejarah Tanah Melayu
sejak dari lahirnya negeri Melaka hingga negara mencapai kemerdekaan.13
Buku ini
mengandung sembilan bagian, sebagian yang meliputi sejarah Tanah Melayu, sejarah
Persekutuan Melayu, sejarah pembentukan negara Malaysia, sistem pemerintahan dan
administrasi negara Malaysia, pengelolaan ekonomi negara Malaysia, rancangan
pembangunan negara dan dasar-dasar utama negara Malaysia, sistem pendidikan dan
persatuan negara Malaysia, kebijakan luar negeri Malaysia dan Malaysia yang wujud
pada hari Ini. Buku ini juga mengandung informasi terkini tentang kemajuan yang
telah dicapai oleh negara Malaysia.
Buku kelima, Saya Pun Melayu. Buku ini menceritakan tentang politik
Malaysia dan hal-hal yang terkait dengan kepentingan rakyat Malaysia.14
Buku ini
memperlihatkan perkembangan dari perspektif seorang mantan pemimpin UMNO
dan juga mantan seorang Menteri.
E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan
1. Jenis Penelitian
Untuk permasalahan dan meneliti data dalam skripsi ini, penulis
menggunakan metode penelitian deskriptif. Penulis mencoba mengumpulkan data-
12
Chamil Warina, Perjuangan Membela Melayu: UMNO Selangor 1946-2006 (Kuala
Lumpur: Media Global Matrix Sdn. Bhd., 2006).
13
Malaysia Kita (Kuala Lumpur: Internasional Law Book Services, 2002), Cet. Pertama,
hlm.15.
14
Zaid Ibrahim, Saya Pun Melayu (Selangor: Zi Publications Sdn. Bhd., 2009).
data berasal dari sumber-sumber kepustakaan, baik berupa buku-buku yang
berkenaan dengan Nasionalisme Melayu, seperti Sejarah Perjuangan Bangsa Melayu
yang dikarang oleh Ibrahim Mahmood, jurnal, internet dan buku-buku yang berkait
dengan permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini.
2. Obyek Penelitian
Dalam kajian ini obyek penelitiannya adalah tentang sosok Tunku Abdul
Rahman dalam perjuangan nasionalisme Melayu sebelum dan sesudah kemerdekaan,
dan pemikirannya tehadap aliran nasionalisme yang timbul.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapat data yang lebih akurat dan faktual, teknik pengumpulan data
dilakukan kepustakaan (library research) dengan mengumpul dokumenter dari
bahan-bahan tertulis yakni dengan mencari bahan-bahan yang terkait tentang
Nasionalisme Melayu serta memiliki relevensi dengan obyek penelitian. Data yang
diperoleh adalah menjadi sekunder dan tertier.
Sumber data sekunder adalah biografi Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj
yang diambil dari buku Ishak Saat, Sejarah Politik Melayu Berbagai Aliran, Shah
Alam: Karisma Publications Sdn. Bhd., 2007, literatur-literatur, website yang berkait
dengan obyek penelitian. Kemudian data tertier berupa artikel.
4. Teknik Analisis Data
Dalam melakukan analisis data, penulis menggunakan teknik deskriptif
analisis data yang terhimpun, dengan cara-cara mengumpulkan data-data dan
mencoba untuk menganalisis pemikiran seorang tokoh politik, yaitu Tunku Abdul
Rahman Putra al-Haj.
5. Teknik Penulisan Skripsi
Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007” yang
diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudahkan dan memperoleh gambaran yang utuh serta
menyeluruh, penelitian skripsi ini ditulis dengan sistematika penulisan sebagai
berikut:
Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang
penelitian, pembahasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
kajian studi terdahulu (review), metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab kedua membahas tentang pengertian dan definisi nasionalisme, sejarah
munculnya nasionalisme, pengertian nasionalisme menurut tokoh-tokoh kontemporer
dan menurut tokoh-tokoh Islam, serta kemunculan dan perkembangan nasionalisme
di Malaysia.
Bab ketiga menceritakan tentang biografi, latar belakang pendidikan, dan
perjalanan karir politik Tunku Abdul Rahman.
Bab keempat menceritakan tentang nasionalisme berbagai aliran yang muncul
di Malaysia, serta perjuangan Tunku Abdul Rahman sebelum dan sesudah
kemerdekaan.
Bab kelima merupakan penutup yang di dalamnya terdapat kesimpulan dan
saran.
BAB II
KONSEP NASIONALISME
Nasionalisme merupakan suatu kesadaran kelompok manusia untuk
membentuk sebuah komunitas yang bekerbudayaan sama, yang terikat oleh garis-
garis batas wilayah yang jelas, memiliki sejarah silam yang mirip, memiliki proyek
masa depan yang sama dan mengklaim hak pemerintahan sendiri.
Singkatnya, nasionalisme berkeyakinan bahwa umat manusia terbagi dalam
bangsa-bangsa dan bahwa semua bangsa memiliki pemerintahan dan menentukan
nasibnya sendiri. Negara dan bangsa multinasional yang terdiri atas berbagai negara
secara inheren adalah salah. Oleh karena itu, negara bangsa adalah satu-satunya unit
politik yang sah sebagai penjaga identitas bangsa. Persatuan bangsa merupakan
tujuan utama dari tindakan politik etnis nasionalis. nasionalisme adalah doktrin dan
sebuah ideologi.15
A. Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme dari segi bahasa berasal dari kata nation yang bererti bangsa.
Bangsa memiliki dua pengertian yaitu: dalam pengertian antropologis, sosiologis, dan
politik.16
Dalam pengertian antropologis dan sosiologis, bangsa adalah suatu
masyarakat yang merupakan suatu persekutuan hidup yang berdiri sendiri dan
masing-masing merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, sejarah, dan istiadat.
15
Ian Adams, Ideologi Politik Mutakhir, Konsep, Ragam, Kritik, dan Masa Depan
(Yogyakarta: Qalam, 1993), Cet. Pertama, hlm.119.
16
Aminuddin Nur, Pengantar Studi Sejarah Pergarakan Nasional (Jakarta: Pembimbing
Massa, 1967), hlm.87.
Adapun yang dimaksud bangsa dalam pengertian politik adalah masyarakat dalam
suatu daerah yang sama, dan mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai
suatu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam.
Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan
kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk
sekelompok manusia. Para nasionalis menganggap negara adalah berdasarkan
beberapa “kebenaran politik” (political legitimacy).17
Para ilmuwan politik biasanya
menumpukan penyelidikan mereka kepada nasionalisme yang ekstrem seperti
nasionalisme sosialis, pengasingan, dan sebagainya.
Nasionalisme juga adalah satu konsep yang berpendapat bahwa kesetiaan
individu diserahkan sepenuhnya kepada negara. Paham kebangsaan ini pada mulanya
berpusat di Eropa Barat dan tersebar ke Asia Tenggara khususnya di Malaysia
melalui pelajar yang belajar di luar negeri maupun di tanah air. Nasionalisme di Asia
pada umumnya adalah nasionalisme yang timbul sebagai reaksi terhadap penjajahan
Barat.18
Ideologi nasionalisme telah didefinisikan dengan berbagai cara, tetapi
kebanyakan definisi tersebut tumpang tindih dan menyingkapkan tema yang sama.
Tentu saja tema utamanya adalah masalah yang mendominasi bangsa. Nasionalisme
adalah suatu ideologi yang meletakkan bangsa dipusat masalahnya dan berupaya
mempertinggi keberadaannya. Namun, pernyataan ini agak kabur, dan kita harus
17
Yudhim, “Nasionalisme”, artikel diakses pada 07 Februari 2011 dari http://yudhim.
blogspot.com/2008/01/nasionalisme.html.
18
Nazaruddin Sjamsuddin, Soekarno Pemikiran Politik dan Kenyataan Praktek (Jakarta: PT.
Raja Persada, 1993), Cet. Kedua, hlm.37.
melangkah lebih jauh dan menetapkan sasaran utama, tempat nasionalisme berupaya
mempertinggi derajat bangsa. Sasaran ini ada tiga yaitu otonomi nasional, kesatuan
nasional, dan identitas nasional.
Bagi para nasionalis, suatu bangsa tidak bisa meneruskan kehidupannya jika
tidak ada tiga sasaran tersebut dalam derajat yang memadai. Dari sini muncul definisi
kerja nasionalisme: “Suatu gerakan ideologis untuk mencapai dan mempertahankan
otonomi, kesatuan, dan identitas bagi suatu populasi, yang sejumlah anggotanya
bertekad untuk membentuk suatu “bangsa” yang aktual atau “bangsa” yang
potensial.” Itulah definisi kerja yang didasarkan pada unsur umum dari ideal
nasionalis yang mempunyai gaya sendiri, sehingga berkarakter induktif.19
Sememangnya setiap nasionalisme mengajar sasaran identitas nasional ini dalam
tingkatan yang berbeda-beda. Tetapi, selalu akan kembali ke ideal bangsa itu sendiri.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa nasionalisme ini adalah
suatu ideologi dan paham yang hanya memperjuangkan “bangsa” semata-mata, dan
berupaya dalam mempertinggi derajat dan keberadaan bangsanya. Meskipun di sana
ada bentuk nasionalisme agama, tetapi agama hanya sebagai simbol bagi perjuangan
bangsa itu saja. Yang paling utama bagi perjuangan “nasionalisme” ini adalah bangsa
bagi sesebuah negara, jika bangsa itu Melayu, maka Melayulah yang akan
diperjuangkannya. Kenyataan itu adalah sangat berbeda dengan zaman kegemilangan
Islam, yaitu ketika Rasulullah SAW berhijrah bersama sahabat-sahabatnya serta
19
Anthony D. Smith, Nasionalisme Teori, Ideologi, Sejarah (Jakarta: Erlangga, 2003),
hlm.10-11.
kaum Muhajirin ke Yastrib pada 1 Rabi’ul Awal (6 Juni 622 M). Di situlah baginda
berhasil mendirikan sebuah negara politik Islam yang pertama.20
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, bentuk negara ini kemudian dikenal
sebagai kekhalifahan. Sebelum kedatangan Islam, orang-orang Arab tidak mengenal
konsep negara. Konsep ini bersumber dari agama baru tersebut dan sangat berbeda
dari konsep-konsep semacamnya yang telah ada pada waktu itu. Negara Madinah
tidak berdasarkan batas-batas geografi, ras, warna kulit, atau nasionalitas (bangsa).
Negara ini mewakili kehendak bersama dari sebuah masyarakat muslim yang
teroganisir dan tidak mengenal klan, suku dan nasional yang disebut bangsa
(ummah).21
B. Sejarah Munculnya Nasionalisme
Ada suatu sejarah nasionalisme yang secara meluas diterima, dan itu adalah
dianggap mordernis. Sejarah ini dimulai pada perempat terakhir abad ke-18, dengan
Partisi Polandia dan Revolusi Amerika serta Revolusi Prancis, hingga reaksi terhadap
penaklukan yang dilakukan Napoleon atas Prusia, Rusia, dan Spanyol.22
Menurut
pandangan ini, nasionalisme dilahirkan dalam revolusi yang berlangsung selama
empat puluh tahun.
Nasionalisme menyebar secara meluas kebagian Eropa lainnya, yaitu, Serbia,
Yunani, dan Polandia dan juga di kalangan elit creole Amerika Latin, sejak 1810
20
Qamaruddin Khan, Pemikiran Politik Ibnu Taimiyyah (Bandung: Penerbit Pustaka, 1983),
Cet. Pertama, hlm.170.
21
Ibid., hlm.171-172.
22
Anthony D. Smith, hlm.108.
hingga 1820-an. Gelombang nasionalisme besar yang pertama memuncak pada
berbagai Revolusi di Eropa pada tahun 1848. Peristiwa ini disebut juga “berseminya
rakyat”. Pencapaian pertama yang dihasilkannya adalah penyatuan Jerman dan Italia
dengan bantuan Prusia dan Piedmontese, serta bangkitnya Hubgaria yang terletak di
dalam kekaisaran Habsburg.
Dalam sepertiga teakhir abad ke-19, nasionalisme gelombang kedua
menjamur di Eropa Timur dan Eropa Utara, yaitu merentang dari Ceko, Slovak,
Rumania, Bulgaria, Lithuania, Finlandia, Norvegia, Yahudi serta beberapa
nasionalisme di luar Eropa di antaranya, Meiji di Jepang, India, Amerika, dan Mesir.
Kemudian terakhir segera disusul dengan munculnya berbagai nasionalisme etnis di
Asia pada beberapa dekade pertama abad ke-20, seperti Turki, Arab, Persia, Burma,
Jawa, Filipina, Vietnam, dan China, juga perkembangan nasionalisme pertama di
Afrika yang merentan dari Nigeria, Ghana, dan Afrika Selatan. Pada tahun 1930-an,
sungguh sulit menemukan bagian bola bumi yang tidak dilanda wabah gerakan
nasionalis. Periode yang sama menjadi saksi klimaks nasionalisme di Eropa, yang
memuncak pada Nazisme dan pembunuhan missal yang terjadi dalam Perang Dunia
Kedua, pada sisi lain diusul dengan Asia dan Afrika yang mengambil bentuk gerakan
“kemerdekaan” yang anti kolonial.23
Dalam pendapat yang lain, sejarah nasionalisme dimulai dari benua Eropa
sekitar abad pertengahan. Kesadaran berbangsa yang dipelopori oleh Martin Luther di
Jerman. Saat itu, Luther yang menentang Gereja Katolik Roma menerjamahkan
perjanjian baru dalam bahasa Jerman dengan menggunakan gaya bahasa yang
23
Anthony D. Smith, Ibid., hlm.108-109.
memukau dan kemudian merangsang rasa kebangsaan Jerman. Terjemahan Injil
membuka luas penafsiran pribadi yang sebelumnya hak eksklutif untuk mereka yang
menguasai bahasa Latin, seperti para pastor, uskup, dan kardinal. Implikasi yang
sedikit demi sedikit muncul adalah kesadaran pada bangsa dan kebangsaan yang
memiliki identitas sendiri. Bahasa Jerman yang digunakan Luther untuk
menerjemahkan Injil mengurangi dan secara bertahap menghilangkan pengaruh
bahasa Latin yang saat itu bahasa ilmiah dari kesadaran masyarakat Jerman. Mesin
cetak yang ditemukan Johann Gothenberg turut mempercepatkan penyebaran
kesadaran bangsa dan kebangsaan. Hal ini penting dicatat, mengingat pada sekitar
tahun yang sama (1518-1521), Majapahit mengalami kehancuran yang disebabkan
oleh pemberontakkan daerah-daerah dan kemerosotan internal pemerintahan.
Majapahit waktu itu merupakan kerajaan besar yang menguasai sebagian besar
wilayah yang saat itu disebut Nusantara. Namun, kebesaran ini tidak memunculkan
kesadaran berbangsa, dalam arti modern, hal itu disebabkan tidak adanya alat
percetakan yang mengakselerasi penyedaran missal seperti yang terjadi di Jerman.24
Namun demikian, nasionalisme yang pada kelahirannya menghasilkan
deklarasi hak-hak manusia berubah menjadi kebijakan yang didasarkan atas kekuatan
dan self interest, bukan atas kemanusiaan. Dalam perkembangan nasionalisme Eropa
berpindah haluan menjadi persaingan fanatisme nasional antar bangsa-bangsa Eropa
yang melahirkan penjajahan terhadap negeri-negeri yang saat itu belum memiliki
identitas kebangsaan (nasionalisme) di benua Asia, Afrika, dan Amerika Latin.25
24
Anthony D. Smith, op. cit., hlm.110. 25
Artikel diakses pada 13 Februari 2011 dari http://robbani.wordpress. com/2007/08/4/.html.
Justru, agak sulit untuk disimpulkan mengenai sejarah nasionalisme ini.
Ketika secara luas karena muncul anggapan bahwa “kekuatannya sudah habis”
nasionalisme justru kembali bersemi dalam gerakan otonomi etnis di Barat pada
tahun 1960-an dan 1970-an di Catalonia. Dalam membicarakan nasionalisme di
Tanah Melayu, latar belakang pengaruh merupakan hal penting yang perlu dilihat.
Hubungan politik luar seperti China, Jepang, India, Filipina, dan Indonesia banyak
mempengaruhi politik Tanah Melayu. Khususnya untuk nasionalisme Melayu Raya.
Golongan nasionalis radikal di Tanah Melayu mengambil ide dan iktibar dari
perjuangan rakyat Indonesia menentang Belanda.
Nasionalisme di Tanah Melayu pada dasarnya merupakan efek pengaruh
nasionalisme negara-negara luar. Dua aliran penting yang mempengaruhi semangat
nasionalisme awal di Tanah Melayu yaitu aliran reaksi kebudayaan Islam yang
menentang Barat dan aliran pergerakan nasionalisme Indonesia.26
Pengaruh Islam
dari Timur Tengah membentuk aliran nasionalisme Melayu pada tahap pertama pada
1906-1926.27
Sedangkan aliran nasionalisme Melayu tahap kedua di Tanah Melayu
pada tahun 1926-1937. Gerakan ini diinspirasikan dari keberhasilan pemimpin-
pemimpin politik Indonesia, melalui jalur pendidikan Sultan Idris Training College
(SITC). Semangat kebangsaan Indonesia telah berhasil mempengaruhi mahasiswa-
26
Roslan Saadon, Gagasan Nasionalisme Melayu Raya: Organisasi dan Perkembangan
(Shah Alam: Karisma Publications 2009), Cet. Pertama, hlm.20.
27
Mohammad Redzuan Othman, Islam dan Masyarakat Melayu, Peranan dan Pengaruh
Timur Tengah (Kuala Lumpur: Universitas Malaya, 2005), Cet. Pertama. hlm.7.
mahasiswa di SITC, hingga menjadi pusat kegiatan politik Melayu.28
Kedua pengaruh
ini meresap masuk ke Tanah Melayu melalui saluran koran dan majalah.
Kebangkitan kesadaran kebangsaan di kalangan orang Indonesia terkait
dengan perubahan yang telah terjadi di Asia setelah tahun 1900. Kemenangan Jepang
terhadap Rusia pada tahun 1905 dilihat sebagai fajar baru dalam sejarah. Dengan
kemenangan Jepang tersebut, ia telah mendorong pemimpin-pemimpin Indonesia
mencari persamaan hak penduduk-penduduk Eropa di negara meraka. Berawal dari
gerakan kebangsaan yang bercorak sederhana dan terbatas pada kaum idealis yang
berpendidikan Barat, kemudiaannya secara bertahap berkembang menjadi luas dan
teratur. Hal ini terjadi karena meluasnya pendidikan Barat.29
Jika dilihat dari kebijakan awal Melayu, yang berpendidikan Arab berkiblat
kepada konsep Pan-Islamisme yang didirikan oleh Sheikh Muhammad Abduh di
Mesir. Sedangkan dasar berpendidikan Melayu terutama di SITC dipengaruhi oleh
semangat kebangsaan Indonesia.30
Ibrahim Haji Yaakob merupakan tokoh awal
pejuang nasionalisme di Tanah Melayu. Beliau adalah seorang yang suka membaca
bahan-bahan bacaan dari Indonesia dan telah terdedah kepada segala pergolakan
politik Indonesia yang tentunya meninggalkan dampak pada pemikiran dan
tindakannya.31
Pengakuan Ibrahim Yaakob terhadap peristiwa melawan Belanda di
28
Kamaruzzaman Abd. Kadir, Nasionalisme dalam Puisi Melayu (Kuala Lumpur: Dewan
Bahasa dan Pustaka, 1988), Cet. Pertama, hlm.8.
29
Roslan Saadon, Ibid., hlm.21.
30
Roslan Saadon, op. cit, hlm.22.
31
Ramlan Adam, Biografi Sumbangan Dikenang (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka, 2005), Cet. Pertama, hlm.43.
Jawa dan Sumatera tahun 1926, dan peristiwa Sumpah Pemuda 1928 telah menjadi
pemangkin kesadaran anti kolonial dalam jiwa orang Melayu. Hal ini jelas
memperlihatkan pengaruh Indonesia dalam gerakan kebangsaan Melayu sejak akhir
tahun 1920-an lagi. Ia juga telah banyak dikatakan dan diakui banyak orang, bisa kita
lihat semangat nasionalisme Indonesia dalam melawan penjajah Belanda telah
mempengaruhi semangat para nasionalis Melayu untuk mengusir penjajah Inggeris.
C. Nasionalisme Menurut Tokoh-Tokoh Kontemporer
1. Hassan al-Banna
Menurut Imam Hassan al-Banna, beliau berpendapat bahwa jika paham ini
bertepatan dengan Islam, maka ia di alu-alukan, tetapi jika ia bertentangan dengan
Islam maka Islam adalah bebas darinya. Beliau menegaskan bahwa Islam
mewajibkan umatnya agar menyayangi tanah air mereka serta mempertahankannya.32
Menurutnya, bila yang dimaksudkan dengan nasionalisme adalah kerinduan atau
keberpihakan terhadap tanah air, keharusan berjuang membebaskan tanah air dari
penjajahan, ikatan kekeluargaan antar masyarakat, dan pembebasan negeri-negeri
lain, maka nasionalisme dalam makna demikian dapat diterima dan bahkan dalam
kondisi tertentu dianggap sebagai kewajiban.
Imam Hassan al-Banna menjelaskan lagi tentang kecintaan yang harus ada
pada pecinta tanah air yang sebetulnya, yaitu dengan mengerat ikatan antar penduduk
suatu negara berdasarkan ketakwaan serta mencapai kemashlahatan dunia dan akhirat
mereka.
32
Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, Fiqh Siyasah Menurut Imam Hassan al-Banna (Kuala
Lumpur: Pustaka Syuhada, 2000), Cet. Pertama, hlm.149-150.
2. Mohammad Natsir
Bagi Mohamamad Natsir,33
paham kebangsaan ini harus memiliki semacam
landasan teologis. Karena itu, beliau menyatakan bahwa perjuangan mencapai
kemerdekaan harus diperintah atau diniatkan sebagai bagian dari pengabdian diri
yang lebih tinggi kepada Allah. Menurutnya lagi, gerakan nasionalisme ini akan
mencapai tujuannya dengan tercapainya kemerdekaan. Bangsa Muslim akan
melanjutkan perjuangannya selama negara belum diatur dan didasarkan pada Islam.34
Tenaga harta dan jiwa mereka tersedia untuk digunakan dengan berbekalkan
semangat kebangsaan mereka sebagai tali pengikat bangsa dan sebagai dasar dalam
upaya mencari kemerdekaan sejati.35
3. Agus Salim
Menurut Agus Salim,36
mencintai tanah air karena elok, cantik dan sebagainya
mengandung bahaya, yaitu tergoda oleh hawa nafsu. Oleh karena itu, seseorang
mestilah mencintai tanah airnya karena keadilan, prioritas, yang batas-batasnya telah
ditentukan oleh Allah.37
4. Soekarno
33
Mohammad Natsir adalah pemimpin Masyumi dan salah seorang tokoh politik dan tokoh
Islam di Indonesia. Selain itu beliau juga merupakan Perdana Menteri Indonesia pada era awal 1950-
an.
34
Badri Khaeruman, Islam Ideologis, Perspektif Pemikiran dan Peran Pembaharuan Islam
(Jakarta: Misaka Galiza, 2005), Cet. Pertama, hlm.288.
35
M. Natsir, Agama dan Negara dalam Perspektif Islam (Jakarta: Media Dakwah, 2001), Cet.
Pertama, hlm.29.
36
Agus Salim adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1915, beliau
bergabung dengan Sarekat Islam (SI) dan menjadi pemimpin kedua di SI.
37
Panitia Peringatan, Seratus Tahun Haji Agus Salim (Jakarta: Sinar Harapan, 1996),
hlm.348.
Menurut Soekarno,38
nasionalisme itu adalah cinta tanah air, kesediaan yang
tulus untuk membaktikan diri dan mengabdi pada tanah air, serta kesediaan untuk
mengesampingkan kaum sempit. Dalam tulisan yang lain, beliau mengatakan bahwa
nasionalisme adalah keyakinan, kesadaran di kalangan rakyat, dan mereka bersatu
dalam satu bangsa.39
5. Burhanuddin al-Helmy
Bagi Burhanuddin al-Helmy,40
Islam memandang kebangsaan itu sebagai
suatu alat, bukan tujuan. Nasionalisme harus mengambil tempat yang sederhana dan
bulat sebagai suatu lambang atau simbol yang dapat menarik dan menyatukan suatu
bagian energi untuk mencapai cita-cita mulia yang besar dan abadi. Sebagaimana
Islam memandang dunia bukan tujuan tetapi hanya satu alat atau tunggangan yang
menyampaikan ke akhirat.41
Kesimpulannya, walaupun tampak perbedaan dalam perumusannya, namun
kebanyakan terdapat unsur-unsur yang disepakati yaitu nasionalisme adalah paham
bahwa kesetiaan tertinggi bagi induvidu. Ia harus diserahkan kepada negara,
perjuangan membebaskan tanah air dari penjajah, dan ikatan kekeluargaan antar
38
Soekarna adalah Presiden Indonesia pertama pada periode 1945-1966. Beliau adalah
penggali pancasila dan merupakan Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad
Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Beliau juga merupakan pendiri Partai Nasional
Indonesia yang didirikan pada tahun 1927.
39
Soekarno, Nasionalisme, Islam, and Marxism, Penerjemah Karel h. Warouw dan Peter D.
Weldon, dalam Bahtiar Effendi, Islam dan Negara, Tranformasi Pemikiran dan Praktek Politik Islam
di Indonesia (Jakarta: Paramadina, 1998), Cet. Pertama, hlm.71.
40
Burhanuddin al-Helmy adalah Yang DiPertua Agung/Presiden Partai Islam Se-Malaysia
(PAS) pada tahun 1956-1969.
41
Akmal Hisham, “Dr. Burhanuddin al-Helmy”, artikel diakses pada 18 Februari 2011 dari
http://akmalhisham.blogspot.com/2007/07/dr-burhanuddin-al-helmy-brief.html.
masyarakat negeri-negeri lain. Tetapi menurut penulis, kecintaan yang harus ada pada
pencinta tanah air dan mengeratkan ikatan antar penduduk sebuah negara dan negara-
negara lain berdasarkan ketakwaan dan mencapai kemashlahatan dunia dan akhirat
mereka.
D. Nasionalisme di Malaysia
Nasionalisme di Malaysia pada mulanya timbul sebagai reaksi terhadap
penjajahan Barat.42
Ini bisa dilihat ketika Malaysia berada di bawah kekuasaan
Portugis dan Belanda sebelum menjadi wilayah jajahan Inggeris sejak akhir abad ke-
18, kemudian Malaysia merdeka dari jajahan Inggeris pada 31 Agustus 1957.43
Gerakan kesadaran bangsa Melayu muncul dengan cara yang sistematis
dibandingkan dengan penentangan awal yang dilakukan oleh bangsa Melayu pada
abad ke-18 dan ke-19 dalam organisasi yang tersusun. Orang Melayu bisa melahirkan
rasa tidak puas hati mereka terhadap kebijakan Inggeris di Tanah Melayu. Menjelang
abad ke-20, gerakan kesadaran di kalangan orang Melayu semakin meluas, dan
semangat nasionalisme semakin membara dalam jiwa mereka. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kebangkitan semangat nasionalisme orang Melayu di antara adalah:
1. Pengaruh nasionalisme Filipina yang berjaya mengusir penjajah Sepanyol.
2. Perang Rusia-Jepang memberi dampak yang mendalam atas semangat orang
Melayu untuk bangkit melawan penjajah Inggeris.
42
Nazaruddin Sjamsuddin, Sorkarno Pemikiran Politik dan Kenyataan Praktek (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. Kedua, hlm.37.
43
Taufik Adnan Amal dan Samsul Rizal Panggabean, Politik Syariah Islam dari Indonesia
Hingga Nigeria (Jakarta: Alvabet, 2004), Cet. Pertama, hlm.156.
3. Pengaruh Gerakan Pemuda Turki yang berjaya menebus kembali imej negara
Turki.
4. Pengaruh dari Sarekat Islam Indonesia yang telah berhasil membangkitkan
semangat nasionalisme di Indonesia, dan juga di Tanah Melayu.
Pada akhir abad ke-19, terdapat banyak mahasiswa Melayu yang telah
melanjutkan studi ke Universitas Al-Azhar di Mesir. Modenisme dalam Islam yang
diperkenalkan oleh Muhammad Abduh pada waktu itu, telah mempengaruhi pelajar-
pelajar Melayu. Menerusi penerbitan majalah Al-Imam, mereka menyebarkan
pemikiran baru dalam Islam di Tanah Melayu.44
Gerakan kesadaran ini juga mempengaruhi kaum elit Melayu yaitu kaum
Melayu yang berpendidikan. Efek positif dari pendidikan sekular Inggeris, terdapat
satu kelas elit Melayu yang beranggotakan guru-guru yang berkualifikasi dari Maktab
Perguruan Sultan Idris (MPSI) atau SITC, Tanjung Malim, Perak. MPSI merupakan
pusat yang melahirkan banyak nasionalis Melayu seperti Ibrahim Yaakob, Harun
Aminurrashid, Isa Mahmud, dan lain-lain. Pada tahun 1929 dan 1930, kaum elit
Melayu ini telah membentuk sebuah organisasi yang berbau politik yaitu Ikatan
Pemuda Pelajar. Pendirian itu lahir efek dari pengaruh dan perjuangan Partai
Nasional Indonesia (PNI) yang dipimpin oleh Soekarno.
Pada tahun 1938, Ibrahim Yaakob telah mendirikan Kesatuan Melayu Muda
(KMM). Motif perjuangan organisasi tersebut adalah untuk melindungi hak-hak
bangsa Melayu dan melawan penjajahan Inggeris. KMM juga berjuang untuk
44
Malaysia Kita (Singapura dan Kuala Lumpur: Internasional Law Book Services, 2002),
Cet. Pertama, hlm.90.
menggulingkan pihak Inggeris di Tanah Melayu melalui tindakan yang keras. Ini
merupakan sifat radikal organisasi itu. Pemimpin-pemimpin KMM juga ingin untuk
menyatukan Tanah Melayu dengan Indonesia di bawah Panji Melayu Raya jika
mereka berjaya menumpas kekuasaan penjajah. Perjuangan radikal KMM ini
menyebabkan pihak Inggeris menganggap mereka sebagai pejuang sayap kiri.
Menjelang Perang Dunia Kedua, pejuang KMM menjadi lemah akibat banyak
pemimpinnya telah ditangkap oleh pihak Inggeris. Kelemahan KMM makin jelas
setelah Tanah Melayu dikuasai Jepang pada tahun 1942-1945. Namun demikian,
KMM telah membantu serangan tentara Jepang ke Tanah Melayu pada sepanjang
tahun 1941-1942.45
Meskipun usia KMM tidak panjang saat diharamkan oleh Inggeris, baik
Inggeris maupun Jepang karena diklaim sebagai gerakan radikal yang dapat
menggugat kepentingan pihak penjajah, namun semangat pejuang dan para
pendukung gerakan KMM ini akhirnya terpaksa menggunakan strategi baru untuk
melanjutkan perjuangan mereka. Akhirnya, mereka memilih untuk membentuk
gerakan politik baru dan juga menggunakan strategi lain yaitu dengan menyerap
masuk ke dalam beberapa organisasi politik yang memiliki jiwa perjuangan yang
sama yaitu bersemangat kental dan radikal.46
Gerakan sayap kiri muncul kembali setelah Perang Dunia Kedua,
sebagaimana tokoh-tokoh pimpinan yang suatu masa dahulu memimpin gerakan
45
Malaysia Kita, Ibid., hlm.91.
46
Ishak Saat, Sejarah Politik Melayu Berbagai Aliran (Shah Alam, Selangor: Karisma
Publications Sdn. Bhd., 2007), Cet. Pertama, hlm.85.
KMM. Setelah KMM diharamkan, mereka telah mendirikan dan menjaga gerakan-
gerakan sayap kiri yang lain seperti Kesatuan Rakyat Indonesia Semenanjung (KRIS)
pada bulan Juli 1945 yang dipimpin oleh Ibrahim Yaakub, Dr. Burhanuddin al-
Helmy, dan Ishak Hj. Muhammad. Kemudian, sejak itu terbentuknya Partai
Kebangsaan Melayu Malaya (PKMM) pada 17 Oktober 1945 yang dipimpin oleh
Moktaruddin Laso, Dr. Burhanuddin al-Helmy, Ishak Hj. Muhammad, dan Ahmad
Boestamam yang suatu masa dahulu merupakan penggerak utama KMM. Kemudian
lahir pula Partai Rakyat Malaya (PRM) pada 11 November 1955 dipimpin oleh
Ahmad Boestamam yang baru saja dibebaskan dari Rumah Tahanan Politik Inggeris.
Mereka merupakan pendukung perjuangan KMM yang berjiwa ideologi Kebangsaan
Melayu radikal yang melawan penjajah Inggeris serta menuntut pemerintahan
sendiri.47
UMNO adalah di antara organisasi politik terawal yang berpegang kepada
nasionalisme konservatif. Ia bukan saja mempertahankan tradisi kebangsaan Melayu,
malah mengekalkan tradisi kerjasama dengan pihak Inggeris. Hubungan baik dan
sikap lunak terhadap Inggeris memberi banyak kebaikan kepada UMNO.
Keistimewaan yang paling besar yang diterima oleh UMNO adalah bila pihak
Inggeris sanggup mengadakan peundingan dengan UMNO dan Raja-raja Melayu.
Pada tahun 1948, ketika Undang-undang Darurat dilaksanakan, banyak organisasi
politik diharamkan tetapi UMNO diperbolehkan untuk bergerak dan hal ini telah
47
Ishak Saat, Ibid., hlm.86.
memungkinkan UMNO menjadi partai yang dominan dan berhasil pula menguasai
Pemilihan umum atau Pemilu pada tahun 1955.48
Partai Perikatan telah dibentuk pada Januari 1952. Ia beranggotakan oleh dua
partai komponen terbesar di Persekutuan Tanah Melayu yaitu UMNO dan Malayan
Chinese Association (MCA). Partai itu dibentuk untuk menghadapi Pemilu Majelis
Perbandaran Kuala Lumpur pada Februari 1952. Berdasarkan persetujuan yang telah
dicapai oleh kedua partai, MCA tidak akan tanding di area UMNO dan begitu juga
UMNO tidak akan tanding di area MCA. Hasil dari kerjasama ini, Partai Perikatan
telah memenangkan 9 dari 13 kursi yang telah dipertandingkan. UMNO dan MCA
telah mencapai satu persetujuan untuk pembentukan Partai Perikatan ditingkat
nasional bagi bertanding dalam Pemilu 1955.
Pada tahun 1955, Malayan Indian Congress (MIC) bergabung dengan Partai
Perikatan. Tujuan utama pergabungan tersebut adalah mengakhiri keadaan darurat,
memperjuangkan Kemerdekaan Persekutuan Tanah Melayu dan memenangkan
Pemilu 1955. Pada tahun 1953, Partai Perikatan muncul sebagai partai politik yang
paling berpengaruh di Persekutuan Tanah Melayu. Partai ini telah mengajukan saran
agar anggota-anggota Majelis Rapat Undangan Persekutuan dipilih melalui sistem
pemilu dan tidak lagi dipilih oleh pihak Inggeris.49
Pada 27 Juli 1955, Pemilu yang pertama untuk Persekutuan Tanah Melayu
telah diadakan. Partai Perikatan yang beranggotakan tiga partai terbesar yaitu
UMNO, MCA, dan MIC telah menempatkan 35 orang calon, dengan 15 orang calon
48
Saadon Roslan, op. cit., hlm.19.
49
Malaysia Kita, hlm.109.
dari MCA dan dua orang calon dari MIC. Partai-partai lain yang ikut dalam pemilu
ini ialah Partai Islam Se-Malaysia (PAS), Partai Buruh, Partai Negara, dan Partai
Progresif Rakyat.50
Partai Perikatan telah mendapat kemenangan yang cemerlang dalam Pemilu
1955, yaitu 51 dari jumlah 52 kursi yang telah dipertandingkan. PAS hanya
memenangkan 1 kursi saja, sedangkan partai lain telah mengalami kekalahan teruk.
Hasil dari kemenangan itu, Partai Perikatan berhasil mencapai tujuan untuk menjadi
kelompok mayoritas dalam Majelis Rapat Undangan Persekutuan dan menciptakan
bentuk pemerintahan dan dipimpin oleh Tunku Abdul Rahman Putra. Sejak itu.
Persekutuan Tanah Melayu telah menjadi sebuah negara yang memiliki pemerintahan
sendiri.51
Dalam kampanye Pemilu 1955, Partai Perikatan mengusulkan satu kebijakan
politik, yaitu Kemerdekaan Persekutuan Tanah Melayu harus dicapai dalam waktu 4
tahun. Namun demikian, dalam waktu 2 tahun saja Persekutuan Tanah Melayu telah
mencapai kemerdekaan. Faktor utama berhasilnya percapaian ini adalah persatuan
dan gabungan tiga etnis terbesar di Tanah Melayu. Faktor kedua adalah keadaan
darurat yang berlaku pada ketika itu. Inggeris telah mengajukan satu syarat untuk
Persekutuan Tanah Melayu mencapai kemerdekaan yaitu tiga etnis utama di Tanah
Melayu harus bersatu dan bekerjasama dalam bidang politik. Persatuan ini dapat
mempercepatkan lagi proses kemerdekaan Persekutuan Tanah Melayu.52
50
Ibid., hlm.110.
51
Ibid., hlm.111. 52
Op. cit., hlm.111.
Kesimpulannya, nasionalisme di Malaysia bisa dikatakan mulai timbulnya
adalah sebagai reaksi terhadap penjajah. UMNO telah membawa gerakan dan
perjuangan nasionalisme dengan sangat concern berdasarkan slogan “Hidup
Melayu”. Tanggal 31 Agustus 1957, sebagaimana yang telah dijanjikan oleh pihak
penjajah Inggeris, Persekutuan Tanah Melayu mencapai kemerdekaan dan
berakhirlah perjuangan menuntut kemerdekaan baik bagi gerakan sayap kanan
maupun kiri dalam persoalan anti Inggeris. Dimulai dari tanggal keramat tersebut
akhirnya seluruh gerakan sayap kiri berubah menjadi partai-partai oposisi di
Malaysia. Namun, tidak kurang juga ada di antara gerakan tersebut yang bergabung
dengan Partai Perikatan setelah merdeka.
BAB III
BIOGRAFI TUNKU ABDUL RAHMAN
Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj, adalah nama yang tidak asing dalam
sejarah politik di Malaysia. Tunku dikenal sebagai seorang negarawan berjiwa rakyat
yang lahir di kalangan Istana. Sebagai putra raja, beliau memiliki kharisma yang
sangat unik dan sepanjang kiptah beliau dalam bidang politik. Beliau banyak
memberi kontribusi kepada bangsa dan negara. Tunku juga dianggap sebagai penyatu
bangsa, karena beliau telah berhasil menyatukan etnis-etnis di Malaya dalam
melawan pihak Inggeris dan menuntut kemerdekaan Malaysia.53
Tunku Abdul Rahman adalah seorang pemimpin yang senantiasa tenang
ketika berdepan dengan sesuatu kondisi yang dihadapinya. Beliau juga banyak
berkorban untuk negara. Berbagai tantangan dan hambatan yang dihadapi, namun
segalanya berjaya diselesaikannya dengan bijak. Kualitas Tunku memang tiada
persamaan atau bandingannya dengan orang lain. Jika beliau sudah yakin akan
sesuatu hal, biasanya beliau akan bertindak tegas dengan apa cara sekalipun. Tunku
tidak akan menghampakan harapan teman-temannya dan tidak mengecewakan
amanah yang diberi kepadanya.
Dalam menghadapi sesuatu masalah, Tunku senantiasa bersikap mengejar
masalah dan bukannya menanti masalah. Beliau tidak membiarkan sesuatu masalah
itu terselesai dengan sendirinya. Sifat atau kelebihan ini memang sudah terlihat sejak
beliau mulai mengambil alih pimpinan UMNO dari Dato’ Onn. Dengan penuh tekad
53
Tunku Abdul Rahman Bin Abdul Hamid, Memoir Patriotik (Kuala Lumpur: Pustaka
Antara, 1991), Cet. Pertama, hlm.52.
dan tegas itulah banyak perkara yang pada mulanya mustahil telah menjadi
kenyataan. 54
A. Riwayat Hidup Tunku Abdul Rahman
Almarhum Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj ibni Almarhum Sultan Abdul
Hamid Shah, lahir pada tanggal 8 Februari 1903. Beliau merupakan Ketua Menteri
Persekutuan Tanah Melayu 1955 dan Perdana Menteri Pertama sejak kemerdekaan
pada tahun 1957 hingga 1970. Pembentukan Malaysia pada tahun 16 September 1963
merupakan salah satu dari pencapaiannya yang teragung. Biasanya dikenal sebagai
"Tunku", beliau juga dikenang sebagai "Bapa Kemerdekaan" dan "Bapa Malaysia".
Beliau lahir di Istana Tiga Tingkat, Alor Setar, Kedah yang lebih dikenal
sebagai Istana Pelamin. Tunku merupakan anak laki-laki kepada Sultan Abdul Hamid
Halim Shah, Sultan Kedah yang ke-24 yang ke-7 dari 20 bersaudara. Bundanya
Makche Menyelara, seorang istri Sultan Abdul Hamid yang tidak berdarah gahara,
adalah anak perempuan Luang Naraborirak (Kleb), seorang pegawai daerah Thailand.
Kelahiran Tunku disambut secara biasa saja karena beliau bukan bakal pengganti
Sultan Kedah. Pengganti Sultan Kedah, yaitu Sultan Badlishah ibni Sultan Abdul
Hamid, yang sudah berumur 30 tahun ketika itu.
Sejak kecil, Tunku dipanggil Awang karena rupa parasnya yang tidak sesegak
saudara laki-lakinya yang lain. Beliau bebas bermain di luar Istana dan pernah
membentuk tim sepak bola kampung. Tunku biasa mengendap burung dan melastik,
serta bermain lumpur hingga
54
Wikipedia, “Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj”, Artikel diakses pada 12 Maret 2011 dari
http://ms.wikipedia.org/wiki/Tunku_Abdul_Rahman_Putra_Al-Haj.html.
beliau tidak panjang karena istri kesayangannya meninggal dunia akibat
menghidap penyakit puru di kakinya.55
Pada tahun 1931, beliau mengakhiri zaman bujangnya dengan menikahi gadis
Cina berketurunan Siam, bernama Mariam setelah memeluk agama Islam. Pernikahan
mereka dikurniakan dua orang cahaya mata, bernama Tunku Khatijah dan Tunku
Ahmad Nerang. Namun jodoh menderita penyakit malaria.56
Setelah kematian Mariam, Tunku menikah dengan Violet Coulson, mantan
tuan rumahnya di Inggeris. Antara saksi perkawinannya di Geylang Serai, Singapura
ialah Syed Ahmad al-Sagoff. Sebenarnya, kerabat diraja Kedah dilarang menikah
dengan wanita Inggeris karena peristiwa penipuan Penang oleh Kapten Francis Light,
seorang Inggeris. Tunku mengalami nasib yang sama seperti Tunku Yusuf ibni Sultan
Abdul Hamid. Disuruh untuk menceraikan Violet oleh Pemangku Raja Kedah.57
Beliau mendirikan rumah tangga buat kali yang ketiga dengan Sharifah
Rodziah Syed Alwi Barakbah dan berkekalan hingga ke akhir hayat.58
Seorang
saudara jauh yang juga merupakan adik Syed Omar Barakbah, rakan sekuliahnya di
Inggeris, pada tahun 1939. Perkawinan ini direstui karena istrinya itu keturunan Arab
yang ternama dan kaya di Kedah (Islam disamakan dengan Arab). Karena
perkawinan ini tidak dikaruniakan anak, mereka mengambil tiga anak angkat yaitu
55
Artikel diakses pada 18 April 2011 dari http://merdeka09.smkaminuddinbakichemor.
com/indexfiles/Page511.html.
56
Ishak Saat, Sejarah Politik Melayu Pelbagai Aliran (Shah Alam: Karisma Publications Sdn.
Bhd., 2007), Cet. Pertama, hlm.1.
57
Yusuf Harun, Tunku: Idealisme dalam Kenangan (Kuala Lumpur: Yayasan Bumiputra,
1991), Cet. Pertama, hlm.54. 58
Ishak Saat, Ibid., hlm.1.
Faridah, Sulaiman, dan Mariam. Tunku juga telah menikahi seorang yang berbangsa
Cina pada tahun 1963 secara rahasia dan telah mendapat dua orang cahaya mata
perempuan yang diberi nama Tunku Noor Hayati dan Tunku Mastura.59
Tunku Abdul Rahman adalah seorang penulis yang berbakat. Karya beliau
mampu menarik perhatian orang publik. Meskipun pada waktu itu, beliau pensiun
ketika berumur 85 tahun, beliau masih bergiat cergas malah semakin aktif dalam
bidang penulisan seperti ruangan Looking Back dan As I See It dalam koran The Star.
Sepanjang 16 September 1974 sehingg 16 Agustus 1975, Tunku telah menghasilkan
sebanyak 53 artikel dalam ruangn Looking Back. Pada tahun 1969, Tunku telah
menghasilkan bukunya yang pertama, yaitu May 13, Before and After. Setelah itu,
beliau melanjutkan penulisannya dalam koran The Star melalui ruangan baru, yaitu
As I See It. Artikel-artikel yang beliau tulis dalam koran adalah terkait dengan
masyarakat dan menghasilkan Viewpoints (1970), Looking Back (1977), As Matter of
Interest (1981), Something to Remember (1983), Less We Forget dan Contemporary
Issues in Malaysia Politics (1984), Challenging Times (1986) dan Political
Awakening (1986). Semua hasil tersebut adalah tentang isu-isu semasa.60
Tunku juga tertarik pada bidang seni dan kebudayan negara. Sebelum
menjadi Perdana Menteri, beliau bercita-cita menjadikan Kuala Lumpur sebagai pusat
kebudayaan. Pada 27 Agustus hingga 30 Agustus 1969, beliau meluncurkan
Konferensi Internasional Drama dan Muzik Tradisional Asia Tenggara dengan tujuan
menonjolkan Kebudayaan Melayu di mata dunia. Tunku telah menghasilkan tiga
59
Artikel diakses pada 13 Maret 2011 dari http://merdeka09.smkaminuddinbakichemor.
com/index_files/Page613.html. 60
Siti Mariam Daud dan Sulaiman Zakaria, Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj (Kuala
Lumpur: Jade Green Publication, 1996), Cet. Pertama, hlm.24.
karya yang kemudian difilmkan, yaitu “Mahsuri”, “Raja Bersiung” dan “Sumpahan
Mahsuri”. Film Malaysia yang ditayangkan adalah untuk mengutip derma dan
kemudian diberikan kepada Tabung Tugu Peringatan Rosli Dhobie.
B. Latar Belakang Pendidikan Tunku Abdul Rahman
Tunku bermula pendidikannya pada 1909 di sebuah sekolah dasar Melayu di
Jalan Baharu, Alor Setar. Beliau belajar bahasa Melayu di sekolah. Tunku biasa
berbahasa Siam di rumah. Seorang guru pula datang ke rumahnya untuk mengajar
bahasa Inggeris. Tunku kemudian pindah ke sebuah sekolah bahasa Inggeris yang
kini dinamakan Kolej Sultan Abdul Hamid. Di situ, beliau belajar di sekolah pada
waktu siang dan membaca Al-Quran pada waktu petang.
Pada tahun 1913, sewaktu berumur 10 tahun, Tunku dikirim ke Bangkok
untuk tinggal bersama Tunku Yusuf ibni Sultan Abdul Hamid, abang sulungnya, dan
belajar di Sekolah Thebsirintrawat (Debsirindir School). Pada tahun 1915,61
Tunku
pulang dan melanjutkan studinya di Penang Free School. Antara gurunya ialah HR
Cheeseman dan SM Zainal Abidin. Beliau juga seorang yang aktif, dan pernah
bergabung dengan Pengakap dan Korps Kadet.62
Pada tahun 1919, ketika berumur 16 tahun, Tunku menerima Beasiswa Negeri
Kedah untuk melanjutkan studinya di Sekolah Tinggi St Catharine di Universitas
Cambridge. Beliau merupakan mahasiswa pertama menerima pendidikan di United
Kingdom, London di bawah sponsor Kerajaan Negeri Kedah. Ketika itu, Tunku tidak
61
Siti Mariam Daud dan Sulaiman Zakaria, Ibid., hlm.5.
62
Ramlan Adam, Biografi Politik Tunku Abdul Rahman (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka, 2005), Cet. Pertama, hlm.15.
diizinkan tinggal di asrama St Catharine karena Dasar Aparteid (warna kulit) masih
diamalkan. Beliau bertindak membantah amalan tersebut kepada William Peel,
Penasehat Inggeris kepada Sultan Kedah. Akhirnya, pengetua sekolah itu terpaksa
meminta maaf.
Dari segi berpakaian, Tunku agak kebaratan. Saat beliau dihantar ke Inggeris,
tidak ada sepasang pun baju Melayu yang dibawa. Tunku dan keluarganya hanya
memesan pakaian Barat di toko Pritchards di Penang. Ketika di Inggeris, Tunku amat
berbeda dengan Sultan Perak yang berbaju Melayu, siap dengan tengkolok (peci).63
Awalnya, Tunku mengambil jurusan hukum bersama rekannya, Sir Ivor
Jenning, H.V. Davies dan George Brown, kemudian beralih kepada jurusan sastra
(Sejarah). Beliau suka berjalan-jalan dengan motor Riley Sport dan mobil mewah.
Beliau telah melakukan 28 kesalahan trafik jalan raya ketika berada di Cambridge.
Tunku tidak dapat menduduki ujian yang memungkinkannya memperoleh ijazah
gelar sarjana Sastra karena lupa jadwal waktu ujian. Dengan bantuan dan kerjasama
dari sahabatnya, Taib Andak, akhirnya beliau berhasil memperoleh ijazahnya pada
tahun 1925.
Pada tahun 1927, Tunku dikirim kembali ke Inggeris untuk studi hukum di
Universitas Cambridge karena keluarganya tidak puas dengan prestasinya yang lalu.
Beliau lulus semester pertama dalam jurusan hukum di Inner Temple pada tahun
1930.64
63
Sejarah Hidup Tunku Abdul Rahman, artikel diakses pada 23 April 2011 dari
http://www.scribd.com/doc/13416649/Sejarah-Hidup-Tunku-Abdul-Rahman.html. 64
Siti Mariam Daud dan Sulaiman Zakaria, Ibid., hlm.8.
Pada tahun 1938, Tunku kembali lagi ke Inggeris buat kali yang ketiga untuk
melanjutkan studi hukum. Di antara temannya adalah Sardon Haji Jubir. Beliau
kembali ke Kedah pada tahun 1939 karena ada berita bahwa perang akan meletus di
Eropa. Pada tahun 1940, beliau diangkat sebagai Wakil Direktur Pelayanan Tim
Kontrol Am Selatan Kedah.65
Pada 9 Desember 1941, Tunku menyembunyikan Sultan Abdul Hamid Halim
Syah, ayahandanya yang ketika itu berumur 80 tahun, sewaktu pegawai Inggeris
hendak membawanya ke India. Bagi beliau, tidak wajarlah seseorang raja melarikan
diri dari tanah airnya sewaktu perang. Dengan berpakaian Tentara Utara Australia,
Tunku menculik ayahandanya yang ketika itu bersama dengan Syed Abu Bakar al-
Idrus, seorang Merinyu Kesehatan Kedah dan menyembunyikannya di Sedim, dekat
dengan Kulim, dijaga oleh Penghulu Wahab. Tunku Badlishah, Pemangku Raja
Kedah, tidak puas dengan tindakan Tunku yang membelakangkannya sebagai bakal
pengganti Sultan Kedah.
Pada 19 Desember 1941, Sultan Abdul Hamid dibawa pulang ke Alor Star,
Kedah. Jepang mengakui baginda sebagai Sultan Kedah, tetapi pengelolaannya
berada di bawah Gubernur dan Tentara Jepang. Sultan Abdul Hamid meninggal pada
tahun 1943. Saat Jepang berkuasa, Tunku kekal sebagai Pegawai Jajahan Kulim,
tetapi ditemani oleh Ohata, seorang pejabat Jepang yang pernah menjadi tukang
gunting di pekan Alor Star. 66
65
Abdul Aziz Ishak, Riwayat Hidup Tunku Abdul Rahman (Kuala Lumpur: Karya Bistari),
Cet. Pertama, hlm.15. 66
Adul Aziz Ishak, Ibid., hlm.20.
Tunku melanjutkan studi lagi di Inner Temple, Inggeris pada tahun 1947 dan
ketika itu beliau bertemu dengan Abdul Razak Hussein. Beliau dipilih sebagai
presiden untuk Persatuan Pelajar Melayu Inggeris, dan Abdul Razak, yang berumur
26 ketika itu, dipilih sebagai sekretarisnya. Saat itu, Tunku bergabung dalam
"Persatuan Pelajar India Islam" yang menuntut kemerdekaan India. Beliau juga
berkampanye untuk Lyold George Jurith, seorang calon Partai Liberal. Tunku
akhirnya diizinkan menjadi jaksa pada tahun 1949.67
C. Perjalanan Karir Politik Tunku Abdul Rahman
Sekembalinya Tunku Abdul Rahman dari Inggeris pada bulan April 1931, beliau
bertugas sebagai Pegawai Pelatihan di Kantor Penasehat Hukum. Beliau dipilih sebagai
Pegawai Jajahan untuk Kuala Nerang pada tahun berikutnya. Beliau kemudian dipindahkan
ke Pulau Langkawi pada tahun 1935 oleh Clayton, Penasehat Inggeris waktu itu. Pada tahun
1937, Tunku bertugas sebagai Pegawai Jajahan di Sungai Petani di samping tugas sebagai
Hakim Daerah dan Kepala Dewan Kebersihan Sungai Petani. Sebuah mesjid di Sungai Petani
telah dinamakan Mesjid Rahmaniah diambil dari nama Tunku.68
Karena ingin menghilangkan gelisah dan perderitaan masyarakat Malaya akibat
pendudukan Jepang di Malaya, beliau merancang untuk membentuk organisasi, yaitu
“Persatuan Sandiwara Belia-belia Melayu” dan organisasi ini dipimpin oleh beliau
sendiri. Dasar perjuangan organisasi tersebut adalah untuk mengumpulkan dana bagi
membantu buruh-buruh paksa yang dipaksa oleh pihak Jepang. Tunku juga pernah
bergabung dalam Gerakan Bintang Tiga dan Malayan People Anti-Jepanese Army
67
Abdul Aziz Ishak, op. cit., hlm.21. 68
Siti Mariam Daud dan Sulaiman Zakaria, Ibid., hlm.10.
(MPAJA). Tujuannya adalah untuk melawan pendudukan Jepang pada waktu itu.
Sewaktu Jepang berkuasa, Tunku dan beberapa temannya berharap dan meminta agar
pihak Inggeris kembali memerintah Malaya.69
Setelah “Persatuan Sandiwara Belia-belia Melayu” merubah nama ke
“Serikat Kerjasama Am Satoburi” (SEBERKAS), Tunku telah menjadi anggota
organisasi ini. Organisasi ini merubah nama karena ada kaum muda Melayu yang
ingin menjadikan organisasi ini sebagai organisasi yang berguna kepada masyarakat
Malaya, terutama dalam memajukan ekonomi dan pendidikan bagi orang-orang
Melayu. Perubahan ini juga untuk menghindari dari dicurigai oleh pihak Inggeris
karena ada kepentingan politik dalam organisasi itu. Dengan munculnya rancangan
pembentukan Malayan Union, Persatuan SEBERKAS telah menunjukkan dan
memperjuangkan dasar politiknya.70
Pada tahun 1947, beliau ke Inggeris untuk
melanjutkan studinya dalam jurusan hukum di Universitas Cambridge hingga tahun
1949.
Sekembalinya Tunku Abdul Rahman ke Malaya pada tahun 1949, beliau
ditugaskan untuk bekerja di sebuah kantor Pegawai Hukum di Alor Star, Kedah.
Beliau kemudian meminta ditukarkan ke Kuala Lumpur di mana beliau menjadi Jaksa
dan kemudian diangkat sebagai Yang DiPertua Mahkamah Sesyen.
Pada periode itu, semangat nasionalisme bertambah hebat di kalangan orang
Melayu di tengah-tengah pengakuan pembentukan Malayan Union oleh Inggeris.
Dato’ Onn Jaafar mengepalai United Malays National Organisation (UMNO) untuk
69
Ramlan Adam, Biografi Politik Tunku Abdul Rahman (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka, 2005), Cet. Pertama, hlm.53. 70
Ramlan Adam, Ibid., hlm.59.
melawan Malayan Union dan Tunku juga bersama-sama bergabung dalam partai
tersebut. Pada Agustus 1951, suatu krisis di dalam UMNO memaksakan Dato’ Onn
meletakkan jabatan sebagai presiden partai dan Tunku dipilih sebagai presiden yang
baru selama 20 tahun.71
Pengunduran Dato’ Onn Jaafar dari UMNO telah memberi ruang yang cukup
untuk Tunku Abdul Rahman memperlihatkan kepemimpinannya yang dinamis dan
hala tuju orang Melayu ke arah yang lebih jelas dan terbuka. Tugas sebagai Pegawai
Daerah telah banyak mendidik beliau untuk menjadi salah seorang politikus Melayu
yang prihatin dengan perjuangan membela nasib orang Melayu.
Pada tahun 1951, beliau dipilih menjadi Presiden UMNO. Peluang itu memberi
beliau kesempatan yang baik untuk memperjuangkan nasib orang Melayu yang
dilihatnya sebagai satu bangsa yang jauh ketinggalan dalam semua lapangan
kehidupan. Meskipun beliau dari golongan aristorat Melayu, namun sejak zaman
anak-anak lagi beliau memperlihatkan bahwa beliau lebih nyaman bergaul dengan
rakyat jelata.72
Langkah pertama yang telah diambil oleh Tunku adalah meletakkan jabatannya
sebagai jaksa sebagaimana yang telah dijanjikannya. Satu pengumuman telah dibuat
dengan tegas oleh Tunku yaitu bahwa setiap anggota UMNO yang masuk menjadi
anggota partai Dato’ Onn, akan dipecat. Selanjutnya, Tunku mulai melaksanakan
langkah dan program-program mengorganisasi kembali UMNO. Beliau mengadakan
beberapa kunjungan ke setiap tempat dan daerah. Tujuannya adalah untuk memberi
71
Wikipedia Indonesia. “Tunku Abdul Rahman”, artikel diakses pada 29 Maret 2011 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Tunku_Abdul_Rahman.html. 72
Ishak Saat, Sejarah Politik Melayu Berbagai Aliran (Shah Alam, Karisma Publications
Sdn. Bhd., 2007), Cet. Pertama, hlm.3.
penerangan dan dorongan ke seluruh daerah dan terutama area yang pengaruh
UMNO lemah. Bisa dikatakan bahwa Tunku tidak pernah berada di rumah bersama
anak-anak dan istrinya lebih dari dua hari dalam seminggu. kunjungannya, di mana
pun telah mendapat sambutan yang baik.73
Di dalam semua kunjungan itu, Tunku
telah membelanjakan uangnya sendiri tanpa tidak sedikit pun membelanjakan uang
UMNO.
Tindakan Tunku Abdul Rahman meletakkan jabatan sebagai jaksa, semata-mata
karena ingin terlibat dalam UMNO telah menjadi satu daya tarikan kepada
masyarakat. Selain itu, masyarakat mula percaya bahwa Tunku sebenarnya jujur dan
sanggup berkorban meninggalkan jabatan bergaji besar hampir dua ribu ringgit
sebulan serta beberapa kesenangan yang lain. Dengan cara itu, beliau telah
meyakinkan banyak orang bahwa tindakan yang dilakukannya membuktikan
kepentingan rakyat lebih utama dari kepentngan pribadi. Tunku sanggup turun hidup
bersama rakyat dan mengakui bahwa meskipun beliau seorang putra raja tetapi gelar
itu tidak menjadi hambatan untuk dirinya bersifat jiwa rakyat.74
Pada 31 Desember 1956, sebagai Ketua Menteri dan Menteri Hal Ehwal
Dalam Negeri, Tunku Abdul Rahman telah memimpin rombongan ke London untuk
melakukan negosiasi atau perundingan dengan pihak Inggeris tentang kemerdekaan
Malaya. Hasil pertemuan tersebut, Perjanjian Merdeka (Independent Treaty) telah
ditandatangani di Lancaster House, London. Dalam perjanjian tersebut, ia
menyatakan bahwa Malaya akan merdeka pada tanggal 31 Agustus 1957. Setelah
73
Mahmood Ibrahim, Sejarah Perjuangan Bangsa Melayu (Kuala Lumpur: Antara Pustaka,
1981), Cet. Pertama, hlm.336.
74
Mahmood Ibrahim, Ibid., hlm.337.
merdeka, Tunku diangkat sebagai Perdana Menteri Pertama, dan terus memimpin
Partai Perikatan dalam Pemilu pada tahun 1959, 1964 dan 1969.75
Pada bulan Mei 1961, Tunku berusaha memelihara hubungan baik dengan
negara-negara luar. Beliau telah melakukan pertemuan di Singapura dengan beberapa
jurnalis dari negara asing. Dalam pertemuan itu, Tunku mengumumkan bahwa,
Malaya akan mengadakan satu persepakatan dengan Brunei, Singapura, Sabah dan
Sarawak untuk mendirikan Malaysia. Hasrat Tunku untuk mendirikan Malaysia
pernah ditantang oleh Filipina dan Indonesia. Namun, dengan kesungguhan dan
ketabahan beliau, Malaysia berhasil didirikan pada 6 September 1963 yang terdiri
dari Malaya, Singapura, Sabah dan Sarawak. Pada tahun 1965, Tunku terpaksa
mengeluarkan Singapura dari Malaysia.76
Pada 22 September 1970, Tunku mengundurkan diri dari terus
mempertahankan jabatan sebagai Perdana Menteri dan Presiden UMNO. Meskipun
telah pensiun dalam dunia politik, beliau tetap aktif dalam lapangan sosial dan
kebajikan, seperti kegiatan dakwah dan memgembangkan Islam di Malaysia dan di
tingkat internasional.77
Dengan ini, bisa dilihat bahwa Tunku adalah sosok seorang
negarawan yang tidak ada tolok bandingannya. Kontribusi dan pengorbanan yang
beliau berikan untuk kesejahteraan rakyat dan Negara Malaysia. Maka, beliau wajar
dijadikan teladan yang baik dan diabadikan agar dapat dihayati oleh generasi
75
Hasnah Hussin dan Mardiana Nordin, Pengajian Malaysia (Selangor: Oxford Fajar Sdn.
Bhd., 2007), Cet. Pertama, hlm.72.
76
Muhdi Shuid. dkk, Longman, Sejarah Malaysia (Selangor: Pearson Malaysia, Sdn. Bhd.,
2009), Cet. Pertama, hlm.243.
77
Malaysia Kita, (Singapura dan Kuala Lumpur: Internasional Law Book Services, 2002),
Cet. Pertama, hlm.15.
mendatang. Beliau harus diberi penghargaan yang tinggi atas jasa dan pengorbanan
beliau sebagai seorang manusia, negarawan, dan pembela bangsa Melayu. Sifatnya
yang penuh pertimbangan terhadap rakyat khususnya orang-orang bukan Melayu dan
kesabaran serta penderitaan yang beliau alami sepanjang menjadi pemimpin negara
harus dicontohi. Hingga kini dan untuk selama-lamanya rakyat negara Malaysia akan
terus menganggap beliau sebagai seorang pemimpin yang berwibawa dan berjiwa
rakyat.
BAB IV
NASIONALISME YANG DITERAPKAN OLEH TUNKU ABDUL RAHMAN
Nasionalisme di Malaysia dapat dibedakan kepada dua macam, yaitu
nasionalisme konservatif dan nasionalisme radikal. Nasionalisme konservatif ini
adalah paham yang lebih cenderung mempertahankan dan mendukung kolonialisme.
Sedangkan nasionalisme radikal ialah paham yang melawan kolonial.
Paham konservatif dapat dikatakan sebagai lanjutan atau penyempurnaan dari
paham yang sebelumnya78
. Lanjutan dari paham itu kemudiannya melahirkan
organisasi politik awal yang mendukung gagasan nasionalisme konservatif yaitu
United Malays National Organisation (UMNO). Objektifnya bukan sekedar
mempertahankan tradisi kebangsaan Melayu, tetapi juga mempertahankan tradisi
kerjasama dengan pihak kolonial Inggeris. Karena Inggeris sendiri menghendaki
kerja sama penuh dengan UMNO.
Tunku Abdul Rahman adalah salah seorang pejuang nasionalisme konservatif.
Beliau mula berjuang sejak masih dalam usia yang amat muda dan berusaha memberi
kemerdekaan Tanah Melayu. Tunku telah menaikkan semangat para nasionalis pada
zamannya demi menuntut kemerdekaan Tanah Melayu dari jajahan Inggeris.
Penerapan semangat nasiaonalisme Tunku dimulai ketika kekalutan UMNO setelah
78
Yaitu paham mengatakan bahwa “Inggeris adalah sebuah pemerintahan yang adil. Inggeris
sudah lama melindungi orang-orang Melayu dan menaungi negeri-negeri Melayu. Jika tidak kepada
mereka, ke mana lagi orang-orang Melayu mengadu masalah”.
Dato’ Onn Jaafar meletakkan jabatan sebagai presiden dan mendirikan Independent
of Malayan Party (IMP). Karisma beliau terserlah bila berhasil mengontrol situasi
genting dalam politik orang Melayu. Selanjutnya, menyatupadukan penduduk
berbilang bangsa di Tanah Melayu melalui permuafakatan politik UMNO-MCA-
MIC. Hasilnya membawa kepada terbentuknya Partai Perikatan yang mencapai
kejayaan yang besar dalam Pemilu 1955. 79
Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj adalah salah seorang yang hadir dalam
Kongres Melayu Se-Malaya yang telah diadakan di Kelab Sultan Sulaiman pada
tahun 1946. Lima tahun kemudian, beliau menjadi pengerusi UMNO bagian Negeri
Kedah. Tunku telah dipilih dengan sebulat suara terbanyak bagi mengisi kekosongan
sebagai Presiden UMNO pada 26 Agustus 1951.80
Meskipun pun beliau telah lama bercita-cita ingin meninggalkan jabatan
pemerintah, kemudian berniat untuk berkhidmat kepada rakyat. Setelah pemilihannya
itu dibuat, Tunku masih belum dapat menentukan pendirian beliau baik menerima
ataupun sebaliknya pencalonan sebagai Presiden UMNO. Namun, setelah dipujuk
oleh Abdul Razak dan Bahaman bin Shamsuddin barulah beliau setuju untuk
menerima pencalonan sebagai Presiden UMNO. Beliau sering berkunjung ke
beberapa kampung untuk melihat sendiri kondisi sebenar rakyatnya. Beliau sanggup
79
Dasar Luar Era Tunku Abdul Rahman, artikel diakses pada 06 April 2011 dari
http://www.scribd.com/doc/19011858/Dasar-Luar-Era-Tunku-Abdul-Rahman.html.
80
Ibrahim Mahmood, Sejarah Perjuangan Bangsa Melayu (Antara Pustaka: Kuala Lumpur,
1981), Cet. Pertama, hlm.336.
mengorbankan segala kesenangan serta kesehatannya karena tidak ingin
mengecewakan rakyatnya.81
Setelah mengambil alih kepimpinan UMNO dari Dato' Onn, Tunku Abdul
Rahman Putra Al-Haj telah membuat satu kerjasama dengan MCA dengan
memdirikan Partai Perikatan pada tahun 1952. Sejak itu, partai tersebut menjadi
partai yang sangat dominan dalam memperjuangkan kemerdekaan hingga negara
boleh memperoleh kebebasan mutlak. Pada pagi 31 Agustus 1957, Tunku
membacakan pengakuan kemerdekaan yang kini disambut setiap tahun sebagai Hari
Nasional Negara Malaysia untuk menyambut kemerdekaan.
Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj juga telah membuktikan kenegarawanan
beliau setelah Partai Perikatan dihasilkan bersama-sama dengan MCA dan kemudian
diikuti pula oleh MIC.82
Tunku menegaskan bahwa kemerdekaan hanya akan dicapai
melalui kerjasama di antara tiga etnis yang utama yaitu Melayu, Cina dan India.
Kewibawaan beliau sebagai seorang pemimpin lebih terserlah setelah berhasil
dalam pemilu yang pertama pada 31 Agustus 1955 dan Partai Perikatan telah
memenangi 51 dari 52 kursi yang dipertandingkan. Tunku juga telah diangkat
menjadi Ketua Menteri.83
Di antara usaha beliau yang penting adalah cobaan
menyelamatkan negara dari ancaman komunis saat keadaan darurat dengan memberi
penawaran pengampunan massal jika pengganas menyerah diri. Ini diikuti oleh
81
Ibrahim Mahmood, Ibid., hlm.337.
82
Malaysia Kita (Singapura dan Kuala Lumpur: Internasional Law Book Services, 2002), Cet.
Pertama, hlm.110.
83
Ibid., hlm.111.
Rundingan Baling pada 27 dan 28 Desember 1955 antara PKM dan pemerintah tetapi
menemui jalan buntu.84
Dapat dilihat bahwa penerapan nasionalisme Tunku Abdul Rahman, bukan
saja hanya membela bangsa Melayu, tetapi beliau juga membela nasib bangsa lain
yang berada di Tanah Melayu. Di samping itu, beliau mempermudahkan proses
menuntut kemerdekaan Tanah Melayu dari jajahan Inggeris, karena penyatuan antar
etnis adalah salah satu syarat untuk kemerdekaan Tanah Melayu yang telah diusulkan
oleh pihak Inggeris.
A. Pandangan Tunku Abdul Rahman Terhadap Gerakan Sayap Kiri
Gerakan sayap kiri lebih dikenali dengan panggilan radikal yang bermotif
penentangan untuk mengusir penjajah Inggeris keluar dari Tanah Melayu. Mereka
memilih cara untuk tidak mendukung pihak kolonial dan golongan yang mendukung
kolonial pula digelar sayap kanan atau konservatif.
Dalam sejarah, perjuangan melawan penjajah suatu negara adalah faktor
gerakan radikal tidak dapat dipisahkan karena memang sifat manusia yang suka
melawan wujud dalam jiwa setiap insan. Kehadiran gerakan sayap kiri ini
memperlihatkan perjalanan sejarah perjuangan melawan penjajah dan menuntut
kemerdekaan. Di Tanah Melayu terdapat banyak gerakan yang memilih jalan untuk
tidak bekerjasama dengan pihak penjajah dan lantaran itulah mereka digelar sebagai
gerakan sayap kiri.
84
Sejarah Hidup Tunku Abdul Rahman, artikel diakses pada 23 April 2011 dari
http://www.scribd.com/doc/13416649/Sejarah-Hidup-Tunku-Abdul-Rahman.html.
Ringkasnya sejarah perjuangan gerakan sayap kiri di Tanah Melayu, berawal
dari semangat yang dipelopori oleh anak muda. Pada tahun 1920-1930, gerakan
Kesatuan Melayu Muda (KMM) telah didirikan. Gerakan ini berjaya membangkitkan
semangat melawan terhadap penjajah Inggeris. Kaum Muda yang rata-rata mereka
mendapat pendidikan dari Timur Tengah pulang dengan membawa ilmu pengatahuan
agama yang tinggi bersama dengan semangat reformasi. Begitu juga kelahiran
gerakan-gerakan nasionalisme yang dipelopori oleh golongan yang berpendidikan
Barat atau sekuler yang diperkenalkan oleh penjajah Inggeris melalui Sultan Idris
Traning College (SITC), Tanjung Malim, Perak telah berjaya melahirkan golongan
guru yang berjiwa rakyat. Ada di antara mereka yang sadar akan kepentingan dan
kebajikan orang Melayu di Tanah Melayu harus dipertahankan. Akhirnya, semangat
itu membawa mereka kepada pendirian KMM sekitar tahun 1937 di bawah pimpinan
Ibrahim Yaakob. Ini merupakan pembentukan politik Melayu yang pertama lahir di
Tanah Melayu.85
Perlu diperhatikan bahwa pada tahun 1930, Partai Komunis Malaya (PKM)
meskipun ia telah diharamkan, namun perjuangan yang berideologikan komunis tetap
hidup dalam pikiran mereka. Mereka juga menggunakan strategi menyelinap masuk
ke dalam beberapa organisasi lain demi untuk mencapai cita-cita mereka mengusir
penjajah Inggeris serta mendirikan Republik Komunis Malaya. Melalui strategi ini,
pergerakan mereka memperlihatkan kejayaan menyelinap masuk dan menguasai
partai-partai politik yang didirikan selepas Perang Dunia Kedua seperti Partai
85
Ishak Saat, Sejarah Politik Melayu Berbagai Aliran (Shah Alam: Karisma Publications,
2007), Cet. Pertama, hlm.86.
Kebangsaan Melayu Melaya (PKMM). Penyataan ini bisa dibuktikan dengan
kejayaan Muktaruddin Laso86
yang menjadi Ketua Umum Pertama PKMM pada awal
pembentukannya di Tanah Melayu.87
Ideologi komunis tiba di Tanah Melayu pada tahun 1920-an terutama di
sekitar tahun 1925. Imigran Cina telah membawa buku-buku dan selebaran tentang
ajaran komunis dan disebarkan di kalangan orang Cina di Tanah Melayu. Hasil dari
kegiatan mereka, guru-guru dan murid-murid sekolah Cina telah mendirikan Liga
Pemuda Komunis di Singapura pada tahun 1926. Pada tahun 1927, komunis di Tanah
Melayu bergerak di sebalik Partai Kuomintang (KMT) karena adanya kerjasama
antara Partai Komunis China (PKC) dan KMT di China. Perpecahan KMT-PKC pada
tahun 1927 telah menyebabkan PKC mengirim 5 orang wakilnya ke Tanah Melayu.
Mereka telah berhasil mendirikan Partai Komunis Nanyang (PKN) di Singapura pada
tahun yang sama. Agen-agen komintern yang tiba di Tanah Melayu pada tahun 1928
telah mngusulkan agar PKNg disusun ulang. Pada 6 April 1930, satu konferensi
komunis telah diadakan di Singapura dan lahirlah Partai Komunis Malaya (PKM)
yang berpusat pejabat di Singapura.88
Pada tahun 1930-1941, PKM telah diperintah untuk mengawasi gerakan
komunis di Thailand dan Indonesia selain menjalankan kegiatannya di Tanah
Melayu. PKM telah diletakkan di bawah Biro Komunis Internasional Timur Jauh
86
Muktaruddin Laso merupakan mantan pejuang anti-Jepang dalam masa Perang Dunia
Kedua dan kemudian menjadi salah seorang pengasas Partai Kebangsaan Melayu Malaya (PKMM).
Beliau juga merupakan seorang pejuang radikal yang mendukung ideologi komunis di Tanah Melayu.
87
Ishak Saat, hlm.86.
88
Artikel diakses pada 11 April 2011 dari http://eforum1.cari.com.my/archiver/?tid
170176.html.
yang berpusat di Shanghai. Sejak didirikan, PKM terpaksa menjalankan kegiatan
mereka secara rahasia setelah diharamkan karena kegiatan anti-Inggeris yang
dijalankan diklaim mengganggu ketenteram publik.89
Darurat Tanah Melayu merupakan kondisi yang telah diakui oleh Inggeris di
Malaya dari tahun 1948 hingga tahun 1960. Keadaan darurat ini diikuti dengan
penarikan hak-hak sipil, pemberian kuasa istimewa kepada pihak polisi, dan langkah-
langkah lain yang bertujuan untuk mengongkong kegiatan politik sayap kiri,
terutamanya PKM. Perang gerilya merupakan sebagian dari konflik yang sedang
terjadi antara PKM dan partai sayap kiri yang lain dengan Inggeris berawal setelah
Jepang menyerah kalah pada tahun 1945 hingga penandatanganan perjanjian damai
antara komunis dengan Malaysia pada Desember 1989.
Maka, dapat dikatakan bahwa segalanya berawal setelah pendudukan Jepang
pada tahun 1942-1945. Nasionalisme orang Melayu telah dipengaruhi oleh orang
Jepang ketika pendudukannya. Hal ini telah mendorong ke arah ingin membentuk
pemerintahan sendiri. Inggeris menganggap PKM sebagai partai politik yang radikal.
Pengharaman ini telah menimbulkan ketidakpuasan hati oleh kebanyakan anggota
dalam PKM karena jasa mereka telah dilupakan oleh Inggeris saat penentangan
dengan Jepang. Dengan itu, ketua PKM, telah mengubahkan dasarnya dari bersikap
sederhana ke sifat yang lebih agresif, yaitu dengan cara pembunuhan. PKM
menggunakan cara pemogokan bersama dengan serikat sekerja, serta pembentukan
Persatuan Buruh Baru (New Democratic Youth League). Namun, pemogokan itu
89
Malaysia Kita (Singapura dan Kuala Lumpur: Internasional Law Book Services, 2002),
Cet. Pertama, hlm.97.
gagal karena dasar hukum yang baru dibuat oleh Inggeris untuk melemahkan PKM.
Selanjutnya, PKM menggunakan serangan bersenjata untuk mendapatkan apa yang
mereka rasai patut.90
Setelah perjuangan bersenjata KMM gagal juga, mereka
memohon rundingan perdamaian dengan Partai Perikatan.
Rundingan Baling yang diadakan pada 28 hingga 29 Desember 1955
merupakan rekomendasi Tunku Abdul Rahman Putra. Beliau merupakan Ketua
Menteri Persekutuan Tanah Melayu berusaha meredam pemberontakan komunis yang
semakin mengancam keamanan negara hingga mengakibatkan Perintah Darurat
dilaksanakan pada tahun 1948. Rundingan tersebut dijalankan di daerah Baling
bertempat di Sekolah Inggeris Baling yang kini dikenal sebagai Sekolah Kebangsaan
Tunku Putra, Baling. Tunku berpendapat rundingan tersebut memungkinkan pihak
pemerintah dan PKM menyampaikan pandangan yang boleh mengarah kepada
perdamaian. Pihak pemerintah diwakili oleh Tunku Abdul Rahman, Dato' Tan Cheng
Lock (Presiden MCA) dan Encik David Marshall (Ketua Menteri Singapura)
sedangkan PKM diwakili oleh Chin Peng (Setiausaha Agung PKM), Rashid Maidin
(Anggota Pusat PKM) dan Chen Tien (Ketua Propaganda PKM).91
Rundingan Baling tersebut tidak membawa apapun hasil yang drastis. Ini
disebabkan pemerintah menawarkan pengampunan dengan syarat PKM dicabut yang
bebas, sedangkan Chin Peng pula meminta PKM diizinkan untuk bergerak sebagai
sebuah partai politik. Pihak pemerintah yang telah mencapai kemajuan dalam
90
Keris Warisan, “PKM dan Darurat 1948-1960”, artikel diakses pada 15 April 2011 dari
http://www.keriswarisan.com/live/blog/view/id_365/title_pkm-dan-darurat-1948-1960/html. 91
Artikel diakses pada 17 April 2011 dari http://www.mykedah2.com/20hall_fame/level
2/102a_1_l2d.html.
membasmikan PKM, mempertimbangkan kekejaman partai tersebut terhadap rakyat
sebelumnya telah menolak usul mereka. Setelah itu, Tunku menegaskan kepada
rakyat bahwa PKM bertindak melawan pemerintahan yang sah. Buktinya amat jelas
bahwa pemerintah yang sedia ada telah dipilih oleh rakyat dan merdeka dari penjajah
Inggeris.92
Rundingan Baling telah menemui kegagalan, faktor yang menyebabkan
rundingan tersebut gagal adalah karena:
1. Persekutun Tanah Melayu enggan mengakui PKM sebagai sebuah partai politik
yang sah;
2. Chin Peng enggan menerima tawaran pengampunan dari Persekutuan Tanah
Melayu. Tawaran tersebut kemudian ditarik oleh Tunku Abdul Rahman pada tahun
1956. Chin Peng tidak mahu menerima syarat-syarat yang diberikan karena syarat
tersebut ingin PKM dicabut. PKM akan tetap berkembang secara bebas di dalam
hutan dan meneruskan perjuangan bersenjata mereka.93
Tanah Melayu mencapai kemerdekaan pada 31 Agustus 1957 ketika keadaan
darurat masih lagi terjadi. Pada 31 Juli 1960, ia berakhir setelah ancaman komunis
semakin berkurangan dan pengunduran mereka ke pembatasan Tanah Melayu dan
Thailand. Penempatan baru komunis di pembatasan telah memungkinkan mereka
mengumpul dan memulihkan kekuatannya. Selepas sekian lama dan atas kesadaran
pucuk pimpinan PKM, maka pada 2 Desember 1989, Perjanjian Damai (Perjanjian
Haadyai) telah ditandatangani di antara PKM dengan Malaysia dan Thailand.
Perjanjian bersejarah itu telah mengakhiri perjuangan bersenjata PKM selama 41
92
Tunku Abdul Rahman Bin Abdul Hamid, 13 Mei Sebelum dan Selepas (Kuala Lumpur:
Utusan Publication dan Distributors, 2007), Cet. Pertama, hlm.172. 93
Malaysia Kita, hlm.172.
tahun dan mengembalikan taat setianya kepada Yang DiPertuan Agung dan patuh
kepada konstitusi dan hukum Negara Malaysia.94
B. Perjuangan Tunku Abdul Rahman Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan
Sepanjang hayatnya, Tunku telah menunjukkan kehebatan sebagai pemimpin
yang berwibawa dalam berbagai bidang. Ketokohannya juga diakui oleh Tun Abdul
Razak sebagai Perdana Menteri Malaysia Kedua dalam ucapan penghargaan dan
terima kasih kepada Tunku di Dewan Rakyat pada Februari 1971. Beliau menyatakan
bahwa Tunku telah muncul pada saat yang penting dalam sejarah perjuangan bangsa
Melayu. Ini jelas terbukti dengan warisan yang ditinggalkan Tunku dalam catatan
sejarah Negara Malaysia.
Jika diselusuri sejarah perkembangan negara, Tunku adalah seorang pejuang
yang berjiwa kental dan memiliki semangat jati diri yang tinggi untuk membebaskan
negara dari cengkeraman penjajah. Keterlibatannya melawan Malayan Union,
mengepalai kepemimpinan UMNO dalam perubahan slogan dari “Hidup Melayu”
kepada “Merdeka”, mengatur strategi pakatan antara etnis dengan kerjasama pihak
Majelis Raja-raja Melayu telah membuktikan kepemimpinan Tunku hingga berhasil
mencapai kemerdekaan secara aman hanya dengan meja rundingan.
Setelah merdeka, Tunku yang memimpin kabinet telah membentuk strategi
pembangunan jangka panjang dengan melaksanakan rancangan pembangunan negara
bagi periode setiap lima tahun dimulai dengan Rancangan Malaya Pertama pada
tahun 1956-1960. Rancangan pada tingkat awal lebih berfokus kepada pemulihan dan
94
Artikel diakses pada 18 April 2011 dari http://merdeka09.smkaminuddinbakichemor.
com/indexfiles/Page511.html.
pembangunan untuk membangun kemajuan negara. Rancangan pembangunan ini
meliputi semua lapisan masyarakat berbilang bangsa baik di kota maupun luar kota.
Dari aspek persatuan, Tunku Abdul Rahman sebagai pemimpin yang
mewakili kepentingan orang Melayu, tidak sesekali menyingkirkan etnis lain. Jelas
bahwa persatuan rakyat berbilang etnis di Malaysia berdasarkan Perlembangan Tanah
Melayu dan ia harus dipahami oleh semua rakyatnya. Sifat saling memahami penting
dan ditekankan oleh Tunku agar rakyat dapat hidup dalam suasana muhibah dan
harmonis. Tunku juga dikatakan sebagai A Man of Peace. Sifat yang cintakan
kedamaian dan persatuan dapat dibuktikan dengan kehadiran Tunku berpartisipasi
dalam Rundingan Baling 1955 dengan wakil-wakil PKM. Meskipun runding tersebut
menemui gagal, namun beliau tetap dilihat sebagai tokoh pencinta kedamaian.
Kemerdekaan bukanlah titik akhir medan Tunku dalam berkontribusi pada
negara. Sebagai pemimpin yang berwawasan dan mementingkan keamanan global,
Tunku telah berhasil membentuk Negara Malaysia yang terdiri dari Persekutuan
Tanah Melayu, Singapura, Sabah dan Sarawak pada tahun 1963. Meskipun banyak
tantangan dan hambatan khususnya dari sahabat-sahabat negara tetangga, pendekatan
melalui rundingan dan diplomasi yang dipraktekkan oleh Tunku berhasil
menyelesaikan semua kemelut yang terjadi.95
1. Memperjuangkan Bangsa Melayu
Partai politik Melayu yang unggul yaitu UMNO telah lahir ke pesada alam
Melayu. Kesatuan semangat Melayu yang tidak leka dengan kejayaan ini dan masih
95
Artikel diakses pada 20 April 2011 dari http://pendidikan.dunyahalal.com/index.php?
id=195&mnu=195.html.
banyak lagi hak-hak Melayu dan Tanah Melayu perlu diperjuangkan antaranya
kemerdekaan, ekonomi, pendidikan, bahasa dan Ketuanan Melayu.
UMNO merupakan wadah dan pilar utama perjuangan utama orang Melayu.
Ia mengalami proses pengalihan tampuk kepemimpinan setelah Dato’ Onn Jaafar96
sebagai presiden pertama meletakan jabatannya pada Agustus 1951. Kemudian,
Tunku Abdul Rahman Putra pula dipilih oleh orang Melayu untuk memimpin
UMNO. Transisi ini melihat slogan UMNO berubah dari “Hidup Melayu” kepada
“Merdeka”. Ini berarti bahwa orang Melayu mula bergerak secara serius untuk
mencapai kemerdekaan Tanah Melayu dari Inggeris.97
Tunku Abdul Rahman merupakan penerus pejuang bangsa Melayu di Tanah
Melayu. Setelah tamat Perang Dunia Kedua, Tunku turut terlibat dalam dunia politik
melawan Malayan Union dan membangkitkan kesadaran ke arah kemerdekaan.
Bersama-sama dengan pemimpin-pemimpin lain dalam UMNO, beliau berusaha
menyatupadukan energi orang-orang Melayu.98
Di antara tahun 1952-1953, sebagian usaha UMNO difokuskan kepada satu
tujuan, yaitu menghidupkan jiwa merdeka dan perasaan cinta kebebasan. Tunku
Abdul Rahman dan beberapa orang Pegawai Tinggi UMNO, di dalam kunjungan
mereka ke beberapa tempat di Persekutuan Tanah Melayu. Mereka bukan saja telah
mendorong bagian-bagian dan cabang-cabang UMNO bergerak dengan lebih lancar
96
Dato’ Onn Jaafar merupakan Presiden UMNO pertama, sebelum Tunku Abdul Rahman
mengantikannya pada tahun 1951. 97
Proses Kemerdekaan Dipelopori dan Terajui Orang-orang Melayu. Artikel diakses pada 13
Maret 2011 dari http://bigdogdotcom.wordpress.com/2007/09/01/proses-kemerdekaan-dipelupuri-dan-
terajui-orang-orang-melayu/html.
98
Aniza, “Abdul Rahman”, artikel diakses pada 10 April 2011 dari http://www.angelfire.
com/wa2/aniza/abdul_rahman.html.
dan cergas, tetapi juga telah menanam semangat merdeka ke dalam hati setiap orang
Melayu.99
Kejujuran Tunku, keramahan tutur katanya dan lemah lembut tingkah
lakunya, serta pengorbanannya yang tidak ada bandingnya itu telah menjadi satu
kekuatan dan daya penarik yang luar biasa. Cita-cita kemerdekaan itu telah efektif
dan mendalam. Kalimat “merdeka” yang dahulunya pernah menjadi sesuatu kata
yang sangat menggerunkan, hingga orang banyak tidak berani menyebutnya apa lagi
menyeru-nyeru dan berteriak. Tetapi setelah itu, kalimat itu telah menjadi satu
perangsang yang disuarakan dengan bersemangat oleh segenap lapisan orang Melayu,
baik di kota maupun luar kota.100
Sejak keadaan darurat dilaksanakan pada tahun 1948, banyak orang Melayu
telah tertangkap dan ditempatkan di rumah tahanan. Tidak ada satu pihak
mempedulikan nasib mereka apa lagi untuk membela. Setelah Tunku Abdul Rahman
menjadi Presiden UMNO, para tahanan Melayu itu mulai diperhatikan. Tunku telah
bersuara dan menuntut agar pihak Inggeris mengadakan penyelidikan segera terhadap
para tahanan itu dan orang-orang yang tidak bersalah. Setelah disidangkan, mereka
harus dibebaskan dengan segera. Sebuah Organisasi Kebajikan Orang-Orang
Tahanan telah didirikan dan diketuai oleh Tunku sendiri dan sekretarisnya, serta
anggota-anggota yang terdiri dari wakil-wakil politik Melayu.101
99
Ibrahim Mahmood, Sejarah Perjuangan Bangsa Melayu (Kuala Lumpur: Pustaka Antara,
1981), Cet. Pertama, hlm.394.
100
Ibid., hlm.350.
101
Ibrahim Mahmood, op. cit., hlm.351.
Dapat disimpulkan disini bahwa tindakan Tunku sebagai negarawan
membela nasib orang Melayu diambang menuju kemerdekaan, dengan langkah awal
menyatukan orang Melayu dan menerapkan semangat untuk merdeka dari jajahan
Inggeris. Tunku harus diberi penghargaan yang tinggi atas jasa dan pengorbanan
beliau sebagai seorang manusia, negarawan dan pembela bangsa Melayu.
2. Penyatuan antara Etnis
Ketika Tunku Abdul Rahman dan Tun Abdul Razak sama-sama belajar di
Inggeris, mereka banyak berdiskusi tentang arah politik Malaya. Mereka juga telah
membuat kesimpulan bahwa Malaya di masa depan harus menempuh salah satu jalan
dari dua jalan, yaitu komunitas etnis harus bersatu atau negara itu terpaksa dibagi.
Jika ia dibagi, akan menyebabkan terjadinya pertumpahan darah dan tidak bermanfaat
kepada masyarakat. Hasil diskusi itu, telah mendorong Tunku sebagai Ketua
Persatuan Melayu Great Inggeris, untuk mengatasi masalah hubungan etnis yang
menjadi masalah pokok dalam politik Malaya.102
Sebagai Ketua Persatuan, Tunku telah berusaha memberi nasehat kepada
mahasiswa Melayu agar berbaik-baik dengan mahasiswa Cina. Tunku juga telah
mengambil inisiatif mengadakan pertemuan semua mahasiswa Malaya di Inggeris,
pertemuan tersebut adalah sebagai jalan menyatukan mahasiswa dengan mengadakan
jamuan makan setiap bulan.103
Dengan keramahan Tunku, beliau berhasil memberi
penjelasan kepada mahasiswa Cina dan dapat mengatasi rasa tidak puas masyarakat
Cina pada posisi istimewa masyarakat Melayu di Malaya.
102
Ramlah Adam, Biografi Politik Tunku Abdul Rahman (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka, 2005), Cet. Pertama, hlm.90.
103
Ibid., hlm.90.
Pada bulan Agustus 1951, Tunku telah diangkat sebagai Presiden UMNO. Di
bawah pimpinannya, beliau telah membentuk satu Partai Perikatan yang terdiri dari
beberapa partai yang mewakili komunitas etnis di Malaya. Pada pertengahan tahun
1954, partai itu hanya berpartisipasi oleh dua partai saja yaitu partai UMNO dan
MCA. Namun, pada akhir tahun 1954, kekuatan Partai Perikatan menjadi lebih kuat
dengan kehadiran Partai MIC. Partai tersebut dibentuk untuk menyatukan komunitas
etnis di Malaya, dengan harapan partai ini dapat memenangkan Pemilu pertama pada
27 Juli 1955.104
Dalam salah satu karya Tunku Abdul Rahman yang berjudul “Political
Awakening” mengatakan: “By the end of 1954, after the UMNO and MCA had won
sweeping victoriesin Johore, and in municipalties and town councils in the rest of
Malaya, the Malayan Indian Congress joined the Alliance. For the first time the
Chinese, Indians and Malays came together with a common aim, and swore to stand
together and fight for independence of Malaya. In the Penang State elections which
followed where the MIC partaicipated for the first time, the alliance won a
resounding victory.”105
Dengan usaha Tunku menyatukan tiga kompenen partai etnis di Malaya, telah
memberi keyakinan dan mendapat persetujuan dari pihak Inggeris untuk memberi
kemerdekaan kepada Malaya. Partai yang mewakili tiga etnis utama Malaya harus
104
Malaysia Kita (Kuala Lumpur: International Law Book Services, 2005), Cet. Pertama,
hlm.110.
105
Tunku Abdul Rahman Bin Abdul Hamid, Political Awakening (Selangor: Pelanduk
Publication, 1986), Cet. Pertama, hlm.51.
bersatu dan bekerjasama dalam bidang politik, merupakan salah satu syarat yang
dikemukakan pihak Inggeris untuk memberi kemerdekaan kepada Malaya.
3. Memperjuangkan Agama Islam
Tunku telah banyak memberi kontribusinya terhadap perkembangan Islam di
negara Malaysia malah mengharumkan nama negara di persada dunia. Selain itu,
dengan satu ketentuandalam Perlembagaan Malaysia yang menjadikan agama Islam
sebagai agama resmi negara. Malaysia juga memainkan peran dalam gerakan dakwah
dengan membuatkan agama Islam berkembang secara terhormat di seluruh negerinya.
Organisasi Kebajikan Islam Malaysia (PERKIM) merupakan satu-satunya
organisasi yang bergiat cergas dalam bidang kebajikan dan dakwah baik kepada
orang-orang Islam maupun bukan Islam. Pembentukan ini lahir dari pemikiran
Tunku Abdul Rahman Putra saat beliau berada di Padang Arafah. Di situ, beliau
beliau melihat sendiri persatuan universal di kalangan umat Islam dalam satu ikatan
akidah yang menyingkirkan sama sekali batas-batas bangsa, warna kulit, darejat,
pangkat, dan usia.106
PERKIM telah didirikan di kediaman resmi Tunku Abdul Rahman, yaitu di
Kuala Lumpur pada 19 Agustus 1960. Pada hari tersebut, Tunku telah mengadakan
pertemuan dengan beberapa orang Islam yang berminat, dengan tujuan ingin
mendirikan sebuah badan yang akan berusaha mengembangkan agama Islam di
Semenanjung Tanah Melayu (Malaya). Pada hari yang sama juga, Tunku berpendapat
106
Sejarah Hidup Tunku Abdul Rahman, Artikel diakses pada 23 April 2011 dari
http://www.scribd.com/doc/13416649/Sejarah-Hidup-Tunku-Abdul-Rahman.html.
bahwa tujuan utama mereka adalah ingin menyampaikan seruan Islam kepada mereka
yang belum beragama Islam dari semua etnis di Malaya, terutamanya dari kalangan
orang Cina. Maka, dari hasil diskusi itu, nama yang dipilih ialah Organisasi
Kebajikan Islam Malaya (PERKIM).
Beberapa tahun kemudian kat Malaya diubah ke Malaysia. Selain dari Tunku,
yang hadir di perjumpaan itu juga, adalah Tuan S.O.K Ubaidulla, Tuan Haji
Mohamed Ali Taib, Ustaz Nik Mahyudin Musa, Tuan Haji Ally Maricar, Tuan
Sheikh Ahmad, Tuan Haji Ahmad Damanhuri, Tuan Syed Jaafar Albar, Tuan Haji
Ali Raya, Tuan Wan Kadir dan Tuan Haji Abdul Mubin Sheppard. Pada petang itu
juga, Tunku telah menyerahkan selembar cek bernilai dua puluh ribu ringgit sebagai
sumbangan peluncuran organisasi itu.107
Sebelum pertemuan itu berakhir, Tunku memberitahu bahwa beliau akan
menyerahkan laporan terkait pembentukan PERKIM ke bawah Raja-raja Melayu, dan
meminta dukungan dari pemerintahan negeri masing-masing. Maka sebagaimana
yang dijanjikan, Tunku telah membawa laporan pembentukan PERKIM tersebut
kepada kedua pihak yang dinyatakan dan telah mendapat restu dari mereka.
Meskipun Tunku senantiasa sibuk dengan tugas Perdana Menteri dan lawatan ke luar
negeri, Tunku tetap memperhatian perjalanan dan perkembangan PERKIM dan akan
membantunya jika perlu.108
Di antara masalah yang dihadapi oleh PERKIM dari awal ialah
ketiadaan orang Cina di Malaya yang layak bertugas sebagai guru atau mubaligh dan
107
Abdul Aziz Ishak, Riwayat Hidup Tunku Abdul Rahman (Kuala Lumpur: Karya Bistari,
1983), Cet. Pertama, hlm.115.
108
Ibid., hlm.117.
dapat menyampaikan seruan kepada etnis Cina. Tuan Haji Ibrahim T.Y. Ma. adalah
mantan konsul Cina di Malaya sebelum Perang Dunia Kedua. Beliau tinggal di
Singapura dan hanya diundang datang ke Kuala Lumpur serta memberi tenaga dan
layanannya kepada PERKIM sekitar tiga bulan sekali.
Anggota Kerja memutuskan untuk mengundang beberapa tokoh orang Cina
Islam dari Taiwan. Tunku telah memberi arahan khusus agar kebenaran masuk dari
luar bisa diberi kepada orang yang berkelayakan. Meskipun kebenaran ini telah
diberikan, Anggota Kerja mengalami kesulitan untuk memilih tokoh Cina Islam yang
layak kerena mereka hanya mengerti bahasa Cina dan tidak dapat berhubung dan
berkonsultasi dengan Anggota Kerja atau Pegawai-pegawai Negeri Sipil. Masalah ini
terus menghalangi usaha PERKIM. Namun, sekitar setahun kemudian, Anggota Kerja
memutusan untuk mengadakan Pusat Pelatihan Mubaligh di mana orang Melayu akan
belajar bahasa Cina di samping mendalami agama Islam dan cara menyampaikannya
kepada publik.
Pada awal tahun 1962, Tunku telah memberi perhatian khusus kepada
masalah orang Islam di Sarawak yang tidak diberi layanan langsung oleh Inggeris.
Tunku telah setuju supaya PERKIM memberi pertolongan kepada Persatuan Islam
Sarawak.109
Dengan daya usaha Tunku, nama PERKIM dikenal sebagai lembaga Islam
yang berpengaruh luas di negara Islam dan menjadi anggota di Badan Muktamar
Islamiah sedunia. Badan itu berpusat di Beirut dan Mufti Besar Palestin, Syed Amin
109
PERKIM, Artikel diakses pada 26 April 2011 dari, http://www.perkim.net.my/content.
cfm?ID= CCF1B74FEEAE5ECC97434FFC499180.html.
al-Husaini adalah Yang DiPertuanya. Maka dua orang wakil PERKIM telah diundang
hadir di pertemuan Muktamar di Baghdad pada tahun 1962 dan Sekretaris Jeneral
lembaga itu telah mengunjungi ke Kuala Lumpur serta diberi layanan baik oleh
PERKIM.
Hasil dari kunjungan itu, dengan persetujuan Tunku Abdul Rahman, Kuala
Lumpur telah dipilih sebagai tempat konsultasi wakil-wakil Islam dari 19 buah
negara di Asia Tenggara. Konsultasi itu telah diadakan di Dewan Tunku Abdul
Rahman, Kuala Lumpur dan diresmikan oleh beliau pada 28 Januari 1964. Usaha
menyiapkan dan menguruskan konsultasi itu diserahkan kepada Anggota Kerja
PERKIM. Tun Abdul Razak, Wakil Perdana Menteri Malaysia telah dipilih sebagai
Ketua Majelis. Mufti Besar Palestin telah dibawa oleh wakil PERKIM berkunjung ke
beberapa tempat di mana PERKIM menjalankan usahanya termasuk Pusat Pelatihan
Mubaligh dan Galeri Islam Kuala Lumpur.110
Rancangan PERKIM ingin mendirikan Galeri Islam di Kuala Lumpur
senantiasa diberi dukungan oleh Tunku. Masalah utama adalah usaha mencari modal
untuk pembangunannya. Tetapi, Tunku telah memberikan bantuan dengan beberapa
cara seperti meminta jutawan Runme Shaw dari Singapura memberikan bantuan
keungan kepada PERKIM. Bantuan tersebut adalah dari hasil tayangan perdana film
yang berjudul "Lawrence of Arabia" di Kuala Lumpur, dengan syarat kutipan dari
tayangan itu akan digunakan untuk tabung pembangunan galeri tersebut.
Kutipan hasil yang diperoleh dari film itu berjumlah RM 26.000.00 sekali
tayangan. Dengan adanya Tunku sebagai Yang DiPertuan, berbagai rancangan dapat
110
Abdul Aziz Ishak, op. cit., hlm.120.
diaktifkan kembali, khususnya terhadap rancangan pembangunan Markas PERKIM
di Jalan Ipoh, Kuala Lumpur, yaitu tanah yang telah diberikan oleh Menteri Besar
Selangor atas permintaan Tunku.111
Kesimpulannya, meskipun Tunku Abdul Rahman sangat sibuk dengan
berbagai tanggung jawab lain, namun beliau telah memberi dukungan penuh kepada
PERKIM demi memperkokohkan agama Islam di Malaysia. Begitulah sosok seorang
tokoh negara yang harus dijadikan contoh baik bagi pemimpin-pemimpin negara
maupun masyarakat sekarang yang ingin maju ke depan, bukan semakin menoleh ke
belakang.
C. Rumusan Penulis
Nasionalisme di Malaysia pada awalnya sebagai reaksi menentang penjajah,
ini bisa dilihat ketika Malaysia berada di bawah kekuasaan Portugis dan Belanda
pada akhir abad ke-18, sebelum kedatangan penjajah Inggeris. Namun gerakan
kesadaran bangsa Melayu muncul dengan cara yang sistematis pada abad ke-19. Pada
abad ke-20 gerakan kesadaran orang Melayu semakin meluas dan semangat
nasionalisme semakin membara dalam jiwa orang Melayu melalui organisasi yang
tersusun demi mencapai kemerdekaan negara.
Tunku Abdul Rahman adalah salah seorang nasionalisme konservatif. Beliau
mula berjuang semenjak dalam usia yang amat muda dan berusaha memberi
memerdekakan Tanah Melayu. Tunku telah menaikkan semangat para nasionalis
pada eranya demi menuntut kemerdekaan Tanah Melayu dari jajahan Inggeris.
111
Zaid Ibrahim, Saya Pun Melayu (Selangor: ZI Publications, 2009), Cet. Pertama, hlm.291.
Karisma beliau terserlah apabila beliau berhasil mengontrol situasi genting dalam
politik orang Melayu. Selanjutnya, beliau berhasil menyatupadukan penduduk
berbilang bangsa di Tanah Melayu melalui permuafakatan penggabungan politik
dengan mendirikan Partai Perikatan. Dengan gabungan tiga buah partai ini yaitu
United Malays National Organisation (UMNO), Malaysian Indian Congress (MIC),
dan Malaysian Chinese Association (MCA), beliau berjaya memenangkan pemilu
pertama pada tahun 1955.
Dari aspek persatuan, Tunku Abdul Rahman sebagai peminpin yang mewakili
kepentingan orang Melayu, tidak sesekali menyingkirkan etnis lain. Jelas bahwa
persatuan rakyat berbilang etnis di Malaysia berdasarkan Perlembagaan Tanah
Melayu dan ia harus dipahami oleh semua rakyat. Sifat saling memahami penting dan
ditekankan oleh Tunku Abdul Rahman agar rakyat dapat hidup dalam suasana
muhibah dan harmonis. Tunku dikenal sebagai A Man of Peace. Sebagai seorang
pemimpin, Tunku lebih memilih jalan perundingan dari menggunakan cara
peperangan atau pertumpahan darah. Ini bisa dilihat ketika proses perundingan
kemerdekaan negara Malaysia pada tahun 1956. Tunku bersama teman-temannya
telah ke London untuk mengadakan rundingan dengan pihak Inggeris untuk
membebaskan Tanah Melayu dari jajahan Inggeris.
Hasil dari rundingan tersebut pada 8 Februari 1956, Perjanjian London telah
dipersetujui kedua pihak. Menurut perjanjian itu, tanggal kemerdekaan Persekutuan
Tanah Melayu ditetapkan pada 31 Agustus 1957. Pada hari tersebut, beliau telah
diangkat sebagai Perdana Menteri Pertama dan Yamtuan Besar Negeri Sembilan,
Tuanku Abdul Rahman diangkat sebagai Yang Di-Pertuan Agung yang pertama.
Menurut Tunku, selagi sesuatu masalah itu bisa dirunding, beliau akan menggunakan
cara tersebut demi kesejahteraan rakyat. Ini berbeda berbeda dengan proses
kemerdekaan di Indonesia, dimana semangat nasionalisme di Indonesia lebih pada
perjuangan menentang Belanda dengan cara perperangan dan pertumpahan darah.
Dengan keperibadian Tunku dalam mencintai perdamaian dapat juga dilihat
semasa keadaan darurat di Tanah Melayu yaitu ketika pemberontakan Partai Komunis
Malaya (PKM) pada tahun 1948 hingga tahun 1960. Meskipun Tunku sebagai Ketua
Pemimpin Tanah Melayu, bisa memerangi komunis dengan cara kekerasan karena
telah melakukan keganasan dan pemberontakan, namun beliau masih memilih jalan
rundiangan dengan pihak komunis yang pada ketika itu dipimpin oleh Chin Peng.
Pada tanggal 28 hingga 29 Desember 1955, Tunku telah mengadakan
rundingan dengan pihak komunis. Rundingan ini dikenal sebagai, Rundingan Baling.
Beliau yang waktu itu merupakan Ketua Menteri Persatuan Tanah Melayu berusaha
meredamkan pemberontakan komunis yang semakin mengancam keamanan negara
sehingga mengakibatkan Perintah Darurat dilaksanakan pada tahun 1948. Tunku
berpendapat rundingan tersebut memungkinkan pihak pemerintah dan pihak PKM
menyampaikan pandangan yang boleh mengarah kepada perdamaian.
Rundingan yang diadakan dengan pihak PKM menemui kegagalan karena
pihak PKM menolak perdamaian dengan pihak pemerintah. Ini disebab pemerintah
menawarkan pengampunan dengan syarat PKM dicabut. Sedangkan Chin Peng pula
meminta PKM diizinkan untuk bergerak sebagai sebuah partai politik. Pihak
pemerintah yang telah mencapai kemajuan dalam membasmi PKM,
mempertimbangkan kekejaman partai tersebut terhadap rakyat sebelumnya pihak
pemerintah telah menolak usul mereka. Setelah perundingan gagal Chin Peng dan
pengikutnya kembali ke dalam hutan dan meneruskan perjuangan PKM. Setelah itu
pihak pemerintah memerangi PKM secara menyeluruh.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nasionalisme merupakan tali pengikat yang kuat, yakni paham yang
menyatakan bahwa kesetiaan individu harus diserah kepada negara kebangsaan.
Ikatan yang erat terhadap tumpah darahnya, dan keinginan untuk bersatu. Pandangan
Tunku Abdul Rahman yang berbasiskan Melayu dan penyatuan bangsa amat berguna
untuk dikaji. Setelah penulis menampilkan bab demi bab dalam pembahasan skripsi
tentang pemikiran Tunku Abdul Rahman tentang nasionalisme Melayu. Dalam bab
terakhir ini penulis memberi beberapa kesimpulan.
1. Dalam sejarah perkembangan partai politik di Tanah Melayu, UMNO bukanlah
sebuah pendirian partai politik yang pertama atau tertua di Malaysia. Kegiatan
dan perjuangan politik di Tanah Melayu mula bertunas pada akhir tahun 1930-an.
Kemunculan gerakan-gerakan Melayu yang dipengaruhi oleh gerakan nasionalis
Indonesia, merupakan satu pendekatan untuk memperjuangkan kepentingan orang
Melayu. Dengan kebangkitan semangat nasionalisme, golongan nasionalis yang
berpendidikan Melayu telah mendirikan sebuah partai politik yang dinamakan
Kesatuan Melayu Muda (KMM) pada tahun 1937. KMM inilah merupakan
pendirian partai politik yang pertama di Tanah Melayu. Partai tersebut bersifat
radikal dan merupakan partai politik Melayu sayap kiri. Tujuan utama
pendiriannya adalah untuk membebaskan orang Melayu dari belenggu penjajah
dan memperjuangkan kemerdekaan Tanah Melayu dan bergabung dengan
Indonesia bagi membentuk Indonesia Raya atau Melayu Raya.
2. Sistem politik di Malaysia mempunyai asal-usul yang bertitik tolak dari konflik
antara etnis. Orang Melayu bersatu untuk membentuk UMNO sebagai satu
benteng pertahanan terhadap ancaman atas kedaulatan Raja-raja Melayu dan hak-
hak orang Melayu. UMNO merupakan partai politik Melayu yang unggul di
Tanah Melayu. UMNO telah didirikan pada 11 Mei 1946, hasil dari Kongres
Melayu Se-Malaya yang telah diadakan di Johor Bahru. UMNO telah berhasil
menggagalkan rancangan Malayan Union. Partai itu juga telah membantu pihak
Inggeris membentuk Perlembagaan Persekutuan Tanah Melayu dengan
mengusulkan beberapa saran untuk kepentingan orang Melayu dan juga etnis lain.
Orang Cina di Tanah Melayu telah membentuk MCA untuk menjaga kepentingan
bangsa Cina dan melindungi orang Cina.
3. Tunku Abdul Rahman adalah putra Sultan Abdul Hamid Halim Shah, yaitu Sultan
Negeri Kedah. Tunku adalah seorang pangeran yang terkenal sebagai tokoh
politik Malaysia. Beliau telah diberi penghargaan sebagai seorang tokoh yang
telah merintis kemerdekaan Malaysia dan melahirkan ide untuk mendirikan
pemerintahan Malaysia dan sebagai Perdana Menteri Malaysia yang pertama.
4. Keterlibatan politik Tunku Abdul Rahman berawal ketika beliau dipilih sebagai
Presiden UMNO. Di dalam posisi tersebut, berbagai kebijakan yang dilakukannya
dalam menuntut kemerdekaan Malaysia dari pihak Inggeris. Di antara
kebijakannya itu adalah berusaha menyatukan masyarakat dengan
menggabungkan partai yang mewakili etnis-etnis di Tanah Melayu. Kewibawaan
Tunku telah berhasil menyatukan penduduk Malaysia yang terdiri dari tiga etnis
utama iaitu Melayu, Cina, dan India. Tunku juga berusaha membujuk Partai
Komunis Malaya (PKM) supaya menghentikan kekacauan.
5. Dapat juga disimpulkan di sini bahwa penerapan nasionalisme Tunku Abdul
Rahman kepada rakyat Malaysia, bukan saja membela orang Melayu, tetapi
beliau juga membela nasib bangsa lain yang berada di Tanah Melayu. Selain itu,
beliau mempermudahkan proses menuntut kemerdekaan Tanah Melayu dari
jajahan Inggeris karena telah memenuhi persyaratan yang disepakati bersama.
B. Saran
Dengan semangat nasionalisme dan hasil perjuangan serta kebijakan politik
Tunku Abdul Rahman bersama teman seperjuangannya, penulis memberikan
beberapa saran, sebagai berikut:
1. Penulis menyarankan pemerintah Malaysia memberikan penjelasan yang lebih
rinci kepada seluruh rakyat tentang sejarah awal semangat nasionalisme serta
tokoh-tokoh nasionalis di Malaysia. Melalui radio, film, pembelajaran disekolah
dari tingkat rendah hingga tingkat atas.
2. Dengan kondisi Malaysia yang memiliki masyarakat majemuk, penulis
menyarankan semua rakyat Malaysia yang berbeda etnis menghargai dan
mengingati perjuangan tokoh-tokoh politik Malaysia yang telah berhasil
merealisasikan kemerdekaan Malaysia. Etnis-etnis di Malaysia juga harus bersatu
dan mengekalkan persatuan bangsa jika ingin keamanan dan kemajuan
berkekalan baik dalam maupun luar negara tercinta ini.
3. Kepada semua pemimpin Malaysia agar pemerintahan yang dijalankan dengan
kejujuran, adil, amanah dan tetap mempertahankan agama Islam, karena agama
Islam adalah agama resmi negara.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hamid, Tunku Abdul Rahman. 13 Mei Sebelum dan Selepas. Kuala Lumpur:
Utusan Publication dan Distributors, 2007.
--------------. Political Awakening. Selangor: Pelanduk Publication, 1986.
--------------. Memoir Patriotik. Kuala Lumpur: Pustaka Antara,1991.
Abd. Kadir, Kamaruzzaman. Nasionalisme dalam Puisi Melayu. Kuala Lumpur:
Dewan Bahasa dan Pustaka, 1988.
Abu Faris, Muhammad Abdul Qadir. Fiqh Siyasah Menurut Imam Hassan al-Banna.
Kuala Lumpur: Pustaka Syuhada, 2000.
Adams, Ian. Ideologi Politik Mutakhir, Konsep, Ragam, Kritik, dan Masa Depan.
Yogyakarta: Qalam, 1993.
Ali, Syed Husin. Orang Melayu: Masalah dan Masa Depan. Buku Harakah, 2005.
Amal, Taufik Adnan dan Panggabean, Samsul Rizal. Politik Syariah Islam dari
Indonesia Hingga Nigeria. Jakarta: Alvabet, 2004.
Awang, Mohd Faiz. Nasionalisme dalam Pandangan Partai Islam Se-Malaysia
(PAS). Jakarta: Skripsi SI Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Azhar, Muhammad. Filsafat Politik: Perbandingan antara Islam dan Barat. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 1997.
Daud, Siti Mariam dan Zakaria, Sulaiman. Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj. Kuala
Lumpur: Jade Green Publications, 2006.
D. Smith, Anthony. Nasionalisme: Teori, Ideologi, Sejarah. Jakarta: Erlangga, 2003.
Haji Abdullah, Firdaus. Radical Malay Politics, Its Origins and Development. Kuala
Lumpur: Pelanduk Publications, 1985,
Harun, Yusuf. Tunku: Idealisme dalam Kenangan. Kuala Lumpur: Yayasan
Bumiputra, 1991.
Hussin, Hasnah dan Nordin, Mardiana. Pengajian Malaysia. Selangor: Oxford Fajar
Sdn. Bhd., 2007.
Ibrahim, Mahmood. Sejarah Perjuangan Bangsa Melayu. Kuala Lumpur: Pustaka
Antara, 1981.
Ibrahim, Zaid. Saya Pun Melayu. Selangor: Zi Publications Sdn.Bhd., 2009.
Internasional Law Book Services. Malaysia Kita. Singapura dan Kuala Lumpur:
2002.
Ishak, Abdul Aziz. Riwayat Hidup Tunku Abdul Rahman. Kuala Lumpur: Karya
Bistari, 1990.
Khaeruman, Badri. Islam Ideologis, Perspektif Pemikiran dan Peran Pembaharuan
Islam. Jakarta: Misaka Galiza, 2005.
Khan, Qamaruddin. Pemikiran Politik Ibnu Taimiyyah. Bandung: Penerbit Pustaka,
1983.
Marwan, Iwan. Nasionalisme Ahmad Hassan: Studi dan Pemikiran Ahmad Hassan
tentang Paham Kebangsaan. Jakarta: Skripsi SI Fakultas Ushusuluddin dan
Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
Natsir, M., Agama dan Negara dalam Perspektif Islam. Jakarta: Media Dakwah,
2001.
Nur, Aminuddin. Pengantar Studi Sejarah Pergarakan Nasional. Jakarta:
Pembimbing Massa, 1967.
Othman, Mohammad Redzuan. Islam dan Masyarakat Melayu, Peranan dan
Pengaruh Timur Tengah. Kuala Lumpur: Universitas Malaya, 2005.
Panitia Peringatan. Seratus Tahun Haji Agus Salim. Jakarta: Sinar Harapan, 1999.
Ramlan, Adam. Biografi Sumbangan Dikenang. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka, 2005.
Saadon Roslan, Gagasan Nasionalisme Melayu Raya: Organisasi dan
Perkembangan. Selangor: Karisma Publications, 2009.
Saat, Ishak. Sejarah Politik Melayu Berbagai Aliran. Shah Alam, Selangor: Karisma
Publications Sdn. Bhd., 2007.
Shuid, Muhdi. dkk, Longman, Sejarah Malaysia, Selangor: Pearson Malaysia, Sdn.
Bhd., 2009.
Sjamsuddin, Nazaruddin. Soekarno: Pemikiran Politik dan Kenyataan Praktek.
Jakarta: PT. Raja Persada, 1993.
Soekarno, Nasionalisme, Islam, and Marxism, Penerjemah Karel h. Warouw dan
Peter D. Weldon, dalam Bahtiar Effendi, Islam dan Negara, Tranformasi
Pemikiran dan Praktek Politik Islam di Indonesia, Jakarta: Paramadina, 1998.
Warina, Chamil. Perjuangan Membela Melayu: UMNO Selangor 1946-2006. Kuala
Lumpur: Media Global Matrix Sdn. Bhd., 2008.
Website:
Akmal Hisham. “Dr. Burhanuddin al-Helmy”. Artikel diakses pada 18 Februari 2011
dari http://akmalhisham.blogspot.com/2007/07/dr-burhanuddin-al-helmy-brief.html.
Aniza. “Abdul Rahman”. Artikel diakses pada 10 April 2011 dari
http://www.angelfire.com/wa2/aniza/abdul_rahman.html.
Artikel diakses pada 13 Februari 2011 dari http://robbani.wordpress.com/2007/08/4/.html.
Artikel diakses pada 13 Februari 2011 dari http://robbani.wordpress.com/2007/08/01/4.html.
Artikel diakses pada 18 April 2011 dari
http://merdeka09.smkaminuddinbakichemor.com/indexfiles/Page511.html.
Artikel diakses pada 20 April 2011 dari
http://pendidikan.dunyahalal.com/index.php?id=195&mnu=195.html.
Artikel diakses pada 11 April 2011 dari http://eforum1.cari.com.my/archiver/?tid-
170176.html.
Artikel diakses pada 17 April 2011 dari
http://www.mykedah2.com/20hall_fame/level2/102a_1_l2d.html.
Dasar Luar Era Tunku Abdul Rahman. Artikel diakses pada 06 April 2011 dari
http://www.scribd.com/doc/19011858/Dasar-Luar-Era-Tunku-Abdul-Rahman.html.
Keris Warisan. “PKM dan Darurat 1948-1960”. Artikel diakses pada 15 April 2011
dari http://www.keriswarisan.com/live/blog/view/id_365/title_pkm-dan-darurat-1948-
1960/html.
PERKIM. Artikel diakses pada 26 April 2011 dari
http://www.perkim.net.my/content.cfm?ID=CCF1B74FEEAE5ECC97434FFC499180.html.
Proses Kemerdekaan Dipelopori dan Terajui Orang-orang Melayu. Artikel diakses
pada 13 Maret 2011 dari http://bigdogdotcom.wordpress.com/2007/09/01/proses-
kemerdekaan-dipelupuri-dan-terajui-orang-orang-melayu/html.
Sejarah Hidup Tunku Abdul Rahman. Artikel diakses pada 23 April 2011 dari
http://www.scribd.com/doc/13416649/Sejarah-Hidup-Tunku-Abdul-Rahman.html.
Sejarah Darurat Tanah Melayu 1948-1960. Artikel diakses pada 15 April 2011 dari
http://wzwh.blogspot.com/2010/08/sejarah-darurat-tanah-melayu-1948-1960.html.
Yudhim, “Nasionalisme”. Artikel diakses pada 07 Februari 2011 dari
http://yudhim.blogspot.com/2008/01/nasionalisme.html.
Wikipedia. “Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj”. Artikel diakses pada 12 Maret
2011 dari http://ms.wikipedia.org/wiki/Tunku_Abdul_Rahman_Putra_Al-
Haj.html.
Wikipedia Indonesia. “Tunku Abdul Rahman”. Artikel diakses pada 29 Maret 2011
dari http://id.wikipedia.org/wiki/Tunku_Abdul_Rahman.html.