Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim...

124
Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Depok 2006 Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Transcript of Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim...

Page 1: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya

Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988

Azizah

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

Depok 2006

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

fib
Note
Silakan klik bookmarks untuk link ke halaman isi
Page 2: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya

Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988

Skripsi Diajukan untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar

Sarjana Humaniora

Oleh

Azizah 0702070083

Program Studi Arab

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Universitas Indonesia Depok 2006

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 3: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Skripsi ini telah diujikan pada hari Rabu tanggal 19 Juli 2006.

PANITIA UJIAN

Ketua Pembimbing I

Maman Lesmana, M. Hum. Apipudin, M.Hum.

Panitera Pembimbing II

Letmiros, M. Hum. Abdurakhman, M. Hum.

Pembaca

Suranta, M. Hum.

Disahkan pada hari Senin, tanggal 7 Agustus 2006 oleh:

Koordinator Program Studi Dekan

Maman Lesmana, M. Hum. Prof. Dr. Ida Sundari Husen

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 4: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Seluruh skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Depok, 19 Juli 2006

Penulis

Azizah

NPM. 0702070083

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 5: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Kupersembahkan untuk

Aba dan Umi tercinta

Serta kedua adik Hani dan Ja’far

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 6: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan taufik, rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat dan salam saya haturkan kepada Baginda Rasulullah SAW dan

kepada para keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya.

Skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar

Sarjana Humaniora di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Pada kesempatan ini pertama-tama saya mengucapkan rasa terima kasih saya

yang tak terhingga untuk kedua orang tua, Aba dan Umi, yang telah mencurahkan

seluruh doa, cinta dan kasih sayangnya yang tidak akan pernah bisa terbalas. Juga

kepada Hani dan Ja’far, kedua adik yang telah direpotkan dengan dimonopolinya

komputer di kamar. Untuk kakek, Enjid Salim bin Ahmad Al Haddad atas doanya

yang selalu diberikan walaupun dalam keadaan sakit.

Terima kasih banyak kepada Bapak Apipudin dan Bapak Abdurakhman yang

telah membimbing saya dalam mengerjakan skripsi ini dari awal sampai selesai,

terima kasih atas segala tenaga dan waktunya dalam membimbing skripsi saya.

Terima kasih juga kepada Bapak Maman Lesmana, Koordinator Program

Studi Arab yang banyak membantu skripsi saya. Kepada Bapak Suranta yang telah

bersedia menjadi pembaca skripsi ini dan kepada seluruh dosen pengajar program

studi Arab yang dengan sabar telah memberikan ilmunya.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 7: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih kepada PT Gudang Garam dan

Yayasan Tifico yang telah memberikan beasiswanya sehingga dapat meringankan

finansial saya dalam menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu pengetahuan Budaya.

Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pegawai

perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya yang telah membantu dalam

pengumpulan data skripsi ini dan telah memberikan kenyamanan sehingga

perpustakaan FIB menjadi rumah kedua bagi saya selama pembuatan skripsi.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Om Hamdan Basyar yang telah

meminjamkan buku LIPI yang sangat bermanfaat bagi penulisan skripsi ini, juga

kepada istri, Tante Rahmah atas dukungannya. Serta kepada pegawai perpustakaan

Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII LIPI) yang telah membantu saya

mencari data sumber.

Terima kasih kepada seluruh teman-teman Arab 2002 yang telah menjadi

bagian dalam hidup saya selama masa kuliah. Wira, terima kasih sudah menjadi

sahabat yang baik, maaf gak bisa banyak bantu kalo lagi ada masalah. Arie, yang di

akhir kuliah sering pergi bersama ke perpus-perpus untuk mencari bahan. Kepada

teman-teman 2002 yang sering ngumpul di perpus dan menjadi teman bersama

selama di akhir-akhir masa kuliah. Siti Chodijah, teman shopping, makasih jeung

udah nemenin Ik belanja-belanja. Nur Laily Nusroh, terima kasih telah mengajak saya

ke Ras FM saya jadi makin suka sama Al Jazirah. Dayat, sahabat yang selalu

berkorban, terima kasih sudah menjadi teman yang baik selama di kampus. Dedi,

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 8: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

sang sufi, terima kasih sudah menjadi tempat untuk bertanya dan tempat curhat

masalah agama jika saya sedang bingung.

Mira, teman gila di segala tempat. Hanifah, ukhti yang sangat sabar, tetaplah

berjuang, jangan pernah lelah dan menyerah. Musa Shahab, tetap semangat ye wan

ngerjain skripsinye. Emad, terima kasih atas foto-fotonya. Anggra, Baiq, Syukron,

Alia, Sitta, Zaeni, Rosi, Beni, Andini, Romlah, Een, Mahmud, terima kasih telah

menjadi bagian dari Keluarga Arab 2002.

Terima kasih banyak saya sampaikan kepada BPH Senat Mahasiswa FIB UI

2005, Ai, Yudi, Manda, Rian, Ani, Marni, Haura, Mas Ivan, Iqbal, Zaenal, Jerry, dan

Mey-Mey. Dan seluruh keluarga Senat Mahasiswa 2005 yang banyak mendukung

saya. Serta kepada Gita dan Iwid, kedua sahabat yang sudah meluangkan waktu dan

tenaga untuk mengedit skripsi ini serta atas doa dan dukungannya.

Terima kasih kepada Diani (Inggris ’02) yang telah membantu saya

menerjemahkan beberapa data. Juga kepada Kurniawan Lutfi (Manajemen ’00) yang

sangat membantu saya menerjemahkan beberapa buku sumber sehingga sangat

membantu saya dalam pembuatan skripsi ini.

Kepada teman-teman Arab ’03 terutama teman-teman ’04 (Kiki, Intan, Anggi

dan kawan-kawan) dan teman-teman ’05 atas doa dan dukungannya.

Saya sadar bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh

karena itu saya mengharapkan kritik dan saran agar skripsi ini bisa lebih baik.

Semoga skripsi ini dengan segala kekurangannya dapat bermanfaat bagi para

pembaca.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 9: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................i

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................vii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................ix

BAB 1 PENDAHULUAN ..........................................................................................1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................1

1.2 Alasan Memilih Judul ...........................................................................................10

1.3 Ruang Lingkup Penulisan .....................................................................................10

1.4 Perumusan Masalah .............................................................................................11

1.5 Tujuan Penulisan...................................................................................................12

1.6 Kerangka Teori .....................................................................................................12

1.7 Metode Penulisan..................................................................................................17

1.8 Sumber penulisan..................................................................................................17

1.9 Sistematika penulisan............................................................................................18

BAB 2 BURMA DAN MASYARAKATNYA.........................................................20

2.1 Burma....................................................................................................................20

2.2 Pemerintahan di Arakan........................................................................................24

2.2.1 Masa Kerajaan Arakan.......................................................................................24

2.2.2 Masa Pemerintahan Burma ................................................................................28

2.2.3 Masa Kolonisasi Inggris dan Jepang..................................................................29

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 10: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

2.2.4 Arakan Setelah Kemerdekaan Burma ................................................................35

2.2.5 Arakan di bawah Pemerintahan Militer .............................................................37

2.3 Kehidupan Beragama di Burma............................................................................45

2.3.1 Muslim di Burma ...............................................................................................46

BAB 3 MUSLIM ROHINGYA ................................................................................51

3.1 Sejarah Muslim Rohingya.....................................................................................51

3.2 Kedatangan Orang-Orang Arab dan Islam di Arakan...........................................52

3.3 Perkembangan Muslim Rohingya .........................................................................53

3.3.1 Penduduk............................................................................................................53

3.3.2 Agama dan Budaya Muslim Rohingya ..............................................................54

3.3.3 Pendidikan Muslim Rohingya............................................................................55

3.3.4 Status Politik Muslim Rohingya ........................................................................55

3.4 Perlakuan Terhadap Muslim Rohingya.................................................................56

3.4.1 Muslim Rohingya dan Masalah Sosial Budaya .................................................57

3.4.2 Muslim Rohingya dan Masalah Ekonomi..........................................................59

BAB 4 PEMBERONTAKAN SPORADIS MUSLIM ROHINGYA ....................62

4.1 Latar Belakang Pemberontakan ............................................................................62

4.2 Pemberontakan Muslim Rohingya di Masa Pemerintahan U Nu .........................65

4.3 Gerakan Muslim Rohingya Masa Pemerintahan Ne Win.....................................78

4.3.1 Rohingya Independence Force (RIF) dan perkembangannya ...........................80

4.4 Operasi Naga Min .................................................................................................83

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 11: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

4.5 Undang-Undang Kewarganegaraan 1982 .............................................................84

BAB 5 KESIMPULAN .............................................................................................86

BIBLIOGRAFI ...........................................................................................................92

LAMPIRAN ...............................................................................................................94

RIWAYAT HIDUP .................................................................................................108

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 12: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

DAFTAR SINGKATAN

AFPFL : Anti-Fascist People’s Freedom League

AHRO : Arakan Human Rights Organization

ANUO : Arakan National Union Organization

ANLP : Arakan National Liberation Party

ARIF : Arakan Rohingya Islamic Front

ARNO : Arakan Rohingya National Organization

BIA : Burma Independence Army

BRAJ : Burmese Rohingya Association in Japan

BRCA : Burmese Rohingya Community in Australia

BSPP : Burma Socialist Programme Party

CPA : Communist Party of Arakan

CPB : Communist Party of Burma

ENC : Ethnic Nationalities Council

GCBMA : General Council of Burma Moslem Associations

IMA : Ittihadul Mozahidin of Arakan

MPU : Members of the Parliament Union

NCGUB : National Coalition Government of the Union of Burma

NCUB : National Council of the Union of Burma

NDF : National Democratic Front

NDPH : National Democratic Party for Human Rights

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 13: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

NLD : National League Democracy

RIF : Rohingya Independence Force

RLO : Rohingya Liberation Organization

RNA : Rohingya National Alliance

RPF : Rohingya Patriotic Front

RSO : Rohingya Solidarity Organization

RYDF : Rohingya Youth Development Forum

SLMD : Students and Youth League for Mayu Development

SPDC : State Peace and Development Council

UNLD : United Nationalities League for Democracy

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 14: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Peta Burma ..............................................................................94

Lampiran 2 : Peta Arakan .............................................................................95

Lampiran 3 : Peta State dan Division Burma................................................96

Lampiran 4 : Peta negara-negara tetangga Burma........................................97

Lampiran 5 : Deklarasi Konvensi Bangsa Rohingya....................................98

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 15: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

IKHTISAR

AZIZAH. Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan

Burma 1948 – 1988. (Di bawah bimbingan Apipudin dan Abdurakhman). Fakultas

Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006.

Penulisan mengenai pemberontakan muslim Rohingya yang dilakukan secara

sporadis akibat tekanan yang berkepanjangan oleh masyarakat mayoritas Budha dan

pemerintah junta militer Burma.

Pengumpulan sumber didapatkan melalui perpustakaan-perpustakaan dan

beberapa media online. Metode penulisannya menggunakan empat tahap metode

sejarah. Pertama, Heuristik yaitu proses mencari dan menemukan sumber. Kedua,

proses kritik, yaitu memilah-milah sumber berdasarkan wilayah, periode dan etnis.

Ketiga, proses interpretasi yaitu menganalisis masalah dengan mengaplikasikan

berbagai teori, dalam penulisan ini digunakan teori sosial dan teori militer. Keempat,

historiografi, yaitu proses penulisan sejarah.

Hasil analisa adalah pemberontakan muslim Rohingya diakibatkan oleh

tindakan represif yang dilakukan secara terus menerus oleh masyarakat mayoritas

Budha dan pemerintah junta militer Ne Win serta kekecewaan muslim Rohingya

terhadap pemerintah Burma yang tidak memenuhi tuntutan mereka untuk menjadikan

daerah Arakan Utara sebagai wilayah otonomi Islam.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 16: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Pemberontakan yang berlangsung selama dua periode pemerintahan Burma,

masa U Nu (1948 – 1962) dan masa Ne Win (1962 – 1988) mengalami perbedaan

motif penyebab terjadinya penindasan oleh kedua pemerintah tersebut. Pada masa

pemerintahan U Nu muslim Rohingya ditindas oleh mayoritas Budha karena muslim

Rohingya menganut agama Islam, agama yang dianggap bukan agama asli Burma.

Sedangkan pada masa pemerintahan junta militer, muslim Rohingya ditindas karena

sistem pemerintahan junta militer yang mengeluarkan berbagai kebijakannya yang

sangat merugikan muslim Rohingya.

Dalam gerakan ini muslim Rohingya tidak mendapatkan bantuan dari negara

luar, hanya sedikit campur tangan dari negara tetangga, Bangladesh, yang banyak

menerima pengungsi asal Arakan ini. Namun, dikarenakan ketertutupan negara

Burma terhadap dunia internasional, tidak banyak yang bisa dilakukan negara-negara

luar untuk membantu masalah ini. Muslim Rohingya harus berjuang sendiri tanpa

bantuan dari luar negeri. Badan internasional pun tidak banyak membawa perubahan.

Walaupun organisasi PBB dan negara-negara lain telah meminta pihak pemerintah

Burma untuk merubah sikap mereka terhadap warganya, mereka tidak pernah

merubah sikapnya yang diktator.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 17: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat yang beragama Islam di Burma (pada Juni 1989 berganti nama

menjadi Myanmar1) merupakan kelompok minoritas, hanya 4% dari penduduk

Burma yang berjumlah 42 juta jiwa lebih.2 Walaupun pemeluk agama Islam

minoritas, tetapi mereka mempunyai pengaruh di berbagai bidang. Hal ini terbukti

dengan banyaknya jabatan penting di pemerintahan yang diduduki oleh orang Islam.

Mereka juga banyak menguasai bidang perdagangan, diplomatik, administrasi,

politik, bahasa, dan budaya.3

Masyarakat Burma dibagi berdasarkan faktor etnis, seperti Burma, Shan,

Karen, Rakhine, Kayah, Cina, India, dan Mon.4 Pembagian tersebut berlaku juga

dalam masyarakat muslim, ada muslim Burma atau Zerbadee, muslim keturunan

India, muslim Hui Hui atau Panthay, dan muslim Rohingya.5 Namun, pada umumnya

masyarakat muslim di Burma terbagi dalam tiga komunitas yang berbeda, yaitu:

1 Tempo, 1 Juli, 1989, hlm. 25. 2 The World Fact Book, “Burma” (7 Maret 2006, 13.14), terdapat di situs http://www.cia.gov/cia/publications/factbook/geos/bm.html3 Saiful Muzani, Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, (Jakarta, 1993), hlm. 28. 4 The World Fact Book, Loc. Cit. 5 Taufik Abdullah, “Islam Kontemporer di Myanmar,” Ensiklopedi Tematis Dinamika Masa Kini (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2002), hlm. 312 – 313.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 18: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

1. Muslim Burma atau Zerbadee.

2. Muslim India, imigran keturunan India.

3. Muslim Rohingya.

Masing-masing komunitas muslim mempunyai hubungan yang berbeda-beda

dengan mayoritas masyarakat Budha dan pemerintah.6 Komunitas pertama, muslim

Burma, merupakan komunitas yang terbentuk paling awal. Mereka berasal dari

wilayah Swebo di dataran tengah dekat ibu kota prakolonial kerajaan Burma.

Komunitas ini dapat dirunut asal usulnya hingga abad ke-13 dan ke-14, ketika nenek

moyang mereka datang ke negara itu sebagai pembantu istana, tentara sewaan, dan

pedagang dari Barat.7 Pada 1930-an, muslim Burma yang berasimilasi dengan baik

ini jumlahnya dilaporkan kurang dari sepertiga komunitas muslim.

Komunitas kedua, muslim India, merupakan komunitas muslim yang

terbentuk seiring kolonisasi Burma oleh Inggris pada abad ke-19. Pada 1886 sampai

1937, Burma dijadikan sebagai bagian dari Provinsi India oleh Inggris. Oleh karena

itu, banyak imigran dari India ke Burma. Pemerintah Inggris sangat berperan atas

datangnya muslim-muslim India ini. Mereka berdomisili di provinsi Arakan dan

Tenasserim. Kedatangan arus imigran yang besar ke Burma ini menyebabkan

munculnya masalah sosial, politik dan ekonomi.8

6 John L. Esposito, “Myanmar,” Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern (Bandung: Mizan, 2001), hlm. 139 - 140. 7 Ibid. 8 Riza Sihbudi, dkk., Problematika Minoritas Muslim di Asia Tenggara: kasus Moro, Pattani, dan Rohingya. (Jakarta: PPW-LIPI, 2000), hlm.143.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 19: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Penyebab muslim India banyak berdatangan ke Burma karena kebutuhan

pemerintah Burma terhadap sumber daya manusia dan penilaian subyektif Inggris

tentang imigran India yang dinilai lebih adaptif dan mandiri. Di Burma, muslim India

ini mempertahankan hubungan erat dengan praktek-praktek religius dan kultural dari

tanah asal mereka. Hal ini sering membuat mereka berselisih dengan mayoritas

Budha mengenai masalah-masalah perkawinan dan hukum kepemilikan serta peran

Islam dalam kehidupan politik Burma.9

Komunitas muslim ketiga di Burma adalah komunitas muslim Rohingya yang

bermukim di negara bagian Arakan atau Rakhine, yang berbatasan dengan

Bangladesh. Sebelum 1784, walaupun penguasanya menggunakan perlambangan

Islam, Arakan adalah sebuah kerajaan Budha merdeka. Akan tetapi, kerajaan Budha

tersebut dihancurkan oleh tentara Burma pada 1784. Kedudukannya melemah

diakibatkan oleh bangkitnya kekuatan Burma di bagian Timur. Arakan kemudian

dimasukkan menjadi bagian dalam Burma oleh Inggris. Sejak saat itu, Arakan

didatangi sejumlah besar imigran dari Chittagong (Bengal). Proporsi terbesar kaum

muslim di Burma adalah keturunan Bengal dan sebagian besar mereka tinggal di

Negara Bagian Arakan.10 Arakan sendiri merupakan wilayah yang didiami oleh dua

komunitas etnis, Budha Arakan atau Rakhaing dan muslim Rohingya.11 Rakhaing

9 Ibid. 10 Esposito, Loc. Cit. 11 Mohammed Ashraf Alam, “A Short Historical Background”, (7 Maret 2006 12.57), terdapat di situs http://www.rohingyatimes.i-p.com/history/history_maa.html

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 20: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

menempati wilayah Arakan Selatan sedangkan muslim Rohingya tinggal di Arakan

Utara, terutama di daerah Buthidaung dan Maungdaw.

Setelah Burma merdeka pada 1948, ketiga komunitas muslim di atas memiliki

peran yang berbeda. Muslim Burma mendapat tempat dalam pemerintahan Perdana

Menteri U Nu. Setelah Perdana Menteri U Nu dikudeta pada 1962 oleh pemerintah

militer dan sosialis Jenderal Ne Win, muslim Burma masih banyak yang tetap

bertugas pada pemerintahan. Sebaliknya, kaum muslim India, yang lebih

berpandangan ke luar dan berorientasi pada perdagangan, mengalami masa hidup

yang lebih sulit setelah kemerdekaan.12 Menjelang bulan September 1964, sekitar

100.000 orang India terpaksa harus meninggalkan Burma akibat kebijakan

nasionalisasi dan birokratisasi yang dijalankan Ne Win.13

Akan tetapi, dibandingkan dengan Muslim Zerbadee dan muslim India,

kedudukan muslim Rohingya yang paling sulit. Mereka merupakan komunitas yang

paling miskin yang ada di Burma. Mereka selalu ditolak status kewarganegaraannya,

juga berbagai akses sekolah, dan rumah sakit.14 Selain itu, mereka juga disulitkan

oleh peperangan, dislokasi, dan perselisihan.15

Bersamaan dengan kemerdekaan Burma, banyak terjadi pemberontakan-

pemberontakan, seperti Komunis Bendera Merah (Red Flag Communist), Komunis

12 Esposito, Loc. Cit. 13 Alfian, Militer Dan Politik Pengalaman Beberapa Negara. (Djakarta, 1970), hlm. 8. 14 Andrew Selth, Burma’s Muslims: Terrorists or Terrorised ? (Canberra, 2003 ), hlm. 12. 15 Esposito, Loc. Cit.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 21: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Bendera Putih (White Flag Communist), dan White Comrade.16 Mereka menentang

pemerintah karena merasa tidak puas dengan kebijakan yang ada. Mereka tidak bisa

menentukan daerahnya sendiri, seperti yang terjadi di beberapa ras lain, misalnya

Shan, Kachin, dan Karen. Melihat keadaan ini, muslim Rohingya ikut memanfaatkan

kesempatan dari pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh gerakan

komunis tersebut. Mereka menuntut berdirinya daerah otonom. Namun, pemerintah

menolak kedua tuntutan pemberontak tersebut. Akibatnya, Rakhaing mencabut

dukungan mereka untuk AFPFL (Anti-Facist People’s Freedom League) dan memilih

ANUO (Arakan National Union Organization) dalam pemilihan. Sementara itu,

muslim Rohingya membentuk organisasi tentara “Mujahid”. Organisasi yang

dibentuk di bawah deklarasi Dobboro Chaung pada 20 Agustus 1947, dipimpin oleh

Jafar Hussain yang lebih dikenal dengan nama Jafar Kawal.17 Organisasi ini

bertujuan membentuk daerah otonomi Islam. Mereka menuntut agar bagian utara

Arakan yaitu Buthidaung dan Maungdaw dimasukkan ke dalam bagian Pakistan.

Gerakan Mujahid itu lebih dikenal dengan perjuangan bersenjata menuntut

otonomi di wilayah utara. Walaupun perjuangan mereka mengalami kemunduran

sejak tahun 1961, semangat untuk memperjuangkan tuntutan otonomi masih tetap

populer di muslim Rohingya. Perlawanan bersenjata, meski dilakukan secara

sporadis, sebenarnya tidak menguntungkan orang-orang Islam dalam situasi

pemerintahan militer yang berkuasa sejak 1962 ini. Kondisi sosial dan ekonomi yang

16 Kyaw Zan Tha, “Background of Rohingya Problem”, 22 Februari 2006 pukul 19.35, terdapat di situs http://rakhapura.com/read.asp?id=4&a=scholarscolumn17 Ibid.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 22: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

buruk serta wilayah Arakan yang terpencil, telah mengakibatkan timbulnya banyak

masalah. Sumber ekonomi dan lahan pertanian yang terbatas menimbulkan

perselisihan antara muslim Rohingya dan mayoritas Budha. Iklim sosial politik dan

ekonomi yang berkembang di Burma tidak memberi banyak pilihan kepada muslim

Rohingya. Muslim Rohingya memanfaatkan kesempatan yang ada dengan memilih

jalan mereka sendiri untuk menghadapi pemerintah pusat, tetapi tindakan ini tidak

membawa pengaruh besar.18

Pada tahun 1962, terjadi kudeta terhadap kekuasaan pemerintahan U Nu oleh

Jenderal Ne Win. Akibat kudeta ini, pemerintahan Burma mengalami proses

transformasi, dari pemerintah sipil menjadi pemerintah junta militer. Hal ini sangat

berdampak pada gerakan pemberontakan muslim Rohingya, yaitu pembubaran

gerakan Mujahid.

Pembubaran gerakan Mujahid tersebut tidak mengurangi semangat muslim

Rohingya lainnya. Mereka justru memperkuat barisan tentara mereka dengan

membentuk organisasi Rohingya Independence Force (RIF) pada 26 Maret 1963 di

Maungdaw.19 Selain itu, ada organisasi-organisasi muslim Rohingya lainnya, seperti

Rohingya Independence Army, Rohingya Patriotic Front (RPF), dan Rohingya

National Alliance (RNA). Semua organisasi ini memiliki tujuan yang sama, yaitu

18 Abdullah, Loc. Cit. 19 Martin Smith, BURMA: Insurgency and The Politics of Ethnicity (NewYork, 1991), hlm. 30.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 23: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

menuntut pembentukan daerah otonom bagi muslim Rohingya di wilayah

pemerintahan Burma.20

Salah satu dampak dari pemberontakan-pemberontakan di Arakan adalah

semakin bangkitnya kesadaran untuk memperjuangkan Arakan sebagai wilayah

otonom bagi muslim Rohingya.21 Meskipun pemberontakan tidak memberikan hasil

optimal, tetapi tetap memberikan efek politis di lingkungan muslim Burma, yaitu

berupa kesadaran tentang otonomi Arakan.

Pemerintah Burma melarang seseorang untuk memasuki Burma lewat jalur

darat. Semua orang asing hanya diperbolehkan masuk Burma lewat jalur udara, tetapi

banyak sekali kawasan yang tertutup bagi orang asing. Akibatnya, muslim Rohingya

sulit berkomunikasi dengan dunia luar untuk memberitahu apa yang terjadi pada diri

mereka.

Berdasarkan laporan PBB, kira-kira 20.000 umat Islam Arakan telah dibunuh

oleh rezim militer antara tahun 1962 hingga tahun 1984. Ratusan wanita diperkosa

dan semua harta benda milik umat Islam dirampas. Media komunikasi dalam negeri

digunakan untuk menyebarkan kebohongan dan fitnah terhadap Islam.22

Konvensi Bangsa Rohingya, yang terbentuk pada tanggal 14 – 16 Mei 2004

lalu, membuka mata dunia terhadap masalah Rohingya. Konvensi yang diikuti oleh

20 Ibid. 21 Riza Sihbudi, dkk., Op. Cit. hlm. 155. 22 Zaman kegelapan Islam dan Ketibaan Era Kebangkitan Islam, “Burma Penduduk Yang Berhadapan Dengan Kezaliman Penganut Budha”, (22 Februari 2006 pukul 19.30), diambil dari situs http://www.harunyahya.com/malaysian/buku/kebangkitanislam/kebangkitanislam19.php

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 24: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

organisasi-organisasi Rohingya yang ada di beberapa negara di belahan dunia itu

sedikit melegakan nasib Rohingya yang tertindas selama puluhan tahun.

Negara Burma merupakan negara yang tertutup bagi negara-negara asing

terutama untuk para wartawan. Oleh karena itu, bahan kepustakaan mengenai Burma

atau mengenai masalah yang terjadi pada minoritas muslim Rohingya sangat sulit

ditemukan. Hal itu juga ditambah dengan keadaan geografi Arakan yang terisolir dari

kota-kota di sekitarnya. Artikel atau buku yang ada, yang membahas masalah

Rohingya, hanya sedikit pembahasannya. Hal itu disebabkan minimnya masyarakat

umum yang mengetahui tentang masalah muslim Rohingya. Namun, bukan berarti

tidak ada sama sekali data-data yang membahas tentang Rohingya, sampai saat ini

penulis telah mendapatkan beberapa buku dan artikel dari Newsletter yang

dikeluarkan oleh Arakan Rohingya National Organization (ARNO).

Salah satu buku yang penulis dapatkan adalah buku hasil laporan penelitian

yang dilakukan oleh Puslitbang Politik dan Kewilayahan Lembaga Ilmu Pegetahuan

Indonesia (PPW-LIPI). Penelitian tersebut berjudul Problematika Minoritas Muslim

di Asia Tenggara: Kasus Moro, Pattani, dan Rohingya, penelitian itu membahas

problematika ketiga muslim minoritas dilihat dari perspektif masalah diskriminasi

sosial-budaya, masalah represi di bidang ekonomi, represi politik, serta membahas

tentang gerakan resistensi ketiga minoritas muslim tersebut dengan dimensi

internasional, dalam hal ini adalah peranan negara-negara OKI dalam menyikapi

masalah muslim Rohingya.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 25: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Dinamika kelompok minoritas muslim Rohingya masih menghadapi

persoalan-persoalan kemasyarakatan dan negara yang sangat kompleks. Fenomena

dinamika keminoritasan masyarakat yang beragama Islam di negara Burma, secara

umum diwarnai dengan represi, diskriminasi, dan eksploitasi dari kelompok

mayoritas, dan penguasa di negara itu. Hal itu menyebabkan persoalan-persoalan

sosial, politik dan ekonomi yang berlangsung, secara kumulatif menjadi gerakan-

gerakan yang mengarah pada separatis.

Buku tulisan Martin Smith yang berjudul Burma: Insurgency and the Politics

of Ethnicity merupakan buku yang menerangkan secara lengkap tentang Burma

secara umum. Di dalam buku tersebut diceritakan tentang konflik-konflik yang terjadi

dan tentang pemberontakan di Burma, termasuk pemberontakan Mujahid.

Buku lain yang membahas persoalan muslim Rohingya di Arakan adalah buku

yang ditulis oleh Clive J. Christie dengan judul A Modern History of Southeast Asia:

Decolonization, Nationalism, and Separatism. Salah satu bahasannya yang berjudul

“At the Frontier of the Islamic World: the Arakenese Muslim” membahas

perselisihan dan pemberontakan di dunia Islam, dalam hal ini adalah muslim Arakan

yang menjadi masyarakat minoritas yang terlupakan di negaranya sendiri. Diceritakan

pula keadaan di Arakan selama dan setelah perang dunia kedua, serta berbagai

pemberontakan-pemberontakan yang dilancarkan oleh gerakan Mujahidin.

Sementara itu, Newsletter yang dikeluarkan setiap bulan oleh ARNO (Arakan

Rohingya National Organzation) berisi berita-berita mengenai situasi dan kondisi

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 26: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

terkini di Arakan, dan di dalamnya terdapat artikel dan opini tentang Rohingya

ataupun tentang Burma.

1.2 Alasan Memilih Judul

Pada saat ini, perhatian dunia terfokus pada tragedi kemanusiaan di Palestina,

Irak, dan Iran, ataupun di penjuru dunia lain. Sedikit sekali masyarakat Internasional

yang mengangkat isu penderitaan muslim Rohingya di Burma yang mengalami

penindasan oleh penguasa junta militer.

Kurangnya perhatian masyarakat dunia terhadap masalah muslim Rohingya

serta ketertutupan pemerintah Burma terhadap dunia luar menyebabkan terbatasnya

buku-buku atau artikel yang membahas secara rinci tentang muslim Rohingya,

khususnya tentang gerakan-gerakan pemberontakan Rohingya. Hal itu menyebabkan

minimnya masyarakat luas yang mengetahui dengan pasti apa yang telah terjadi

dengan muslim Rohingya (dari kalangan akademisi maupun kalangan awam). Oleh

karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat dan memaparkan masalah muslim

Rohingya dalam skripsi ini.

1.3 Ruang Lingkup Penulisan

Agar pembahasan skripsi ini terfokus, maka penulis membatasi penulisan

skripsi ini dengan membahas peristiwa pemberontakan dari tahun 1948 – 1988. Pada

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 27: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

tahun tersebut ada dua masa pemerintahan. Dua masa itu adalah tahun 1948, yang

merupakan tahun kemerdekaan negara Burma di bawah kepimpinan U Nu. Tahun ini

juga merupakan awal pemberontakan muslim Rohingya yang dipelopori oleh gerakan

Mujahid dan diteruskan oleh gerakan-gerakan yang lainnya. Masa pertama ini

berakhir saat pemerintahan U Nu dikudeta oleh Jenderal Ne Win pada tahun 1962.

Masa kedua adalah masa Ne Win. Pada saat itu Burma mengalami proses

transformasi bentuk pemerintahan, dari sipil menjadi junta militer. Hal itu berdampak

besar pada gerakan pemberontakan muslim Rohingya hingga kekuasaan Ne Win

berakhir pada tahun 1988.

1.4 Perumusan Masalah

Penindasan terhadap muslim Rohingya dilakukan pada dua masa

pemerintahan Burma, yaitu masa pemerintahan U Nu (1948 – 1962) dan masa

pemerintahan junta militer Ne Win (1962 – 1988). Penindasan ini mengakibatkan

penderitaan terhadap muslim Rohingya selama puluhan tahun. Dari masalah tersebut,

penulis mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengungkapkan permasalahan, yaitu

sebagai berikut.

1. Kenapa muslim Rohingya menjadi sasaran dari berbagai aksi kekerasan di

Burma?

2. Apa motif penindasan dari dua masa pemerintahan Burma?

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 28: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

3. Siapa tokoh-tokoh di balik tindak kekerasan yang dilakukan terhadap muslim

Rohingya?

4. Apa yang melatarbelakangi terjadinya pemberontakan di Arakan?

5. Bagaimana muslim Rohingya melakukan perlawanan terhadap penindasan

yang menimpa mereka?

1.5 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan dan mengungkapkan masalah yang terjadi pada muslim

Rohingya.

2. Memberikan informasi-informasi yang jelas kepada khalayak umum

mengenai masalah muslim Rohingya yang selama ini kurang diperhatikan.

1.6 Kerangka Teori

Dalam ilmu sosial terdapat istilah yang dikenal dengan interaksi sosial.

Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama, persaingan, dan bahkan

pertentangan atau konflik. Menurut Gillin dan Gillin yang dikutip oleh Soerjono

Soekanto, ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi

sosial. Pertama, proses sosial yang asosiatif. Proses ini dibagi dalam tiga bentuk

khusus, yaitu: akomodasi, asimilasi dan akulturasi. Kedua, proses sosial yang

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 29: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

disosiatif. Proses ini mencakup persaingan yang meliputi kontravensi dan konflik.23

Sesuai dengan masalah yang diangkat dalam tulisan ini maka penulis menggunakan

proses disosiatif dalam bentuk konflik untuk menganalisis permasalahan antara

muslim Rohingya dan pemerintah Burma yang merupakan bentuk persaingan antara

penguasa dan kelompok minoritas.

Konflik adalah proses sosial suatu individu atau sekelompok orang yang

berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang

disertai dengan ancaman dan kekerasan. Pertentangan atau konflik merupakan akibat

dari tajamnya perbedaan-perbedaan, seperti perbedaan kebudayaan, perbedaan

kepentingan, baik itu kepentingan ekonomi maupun kepentingan politik, dan akibat

perubahan sosial.24

Konflik mempunyai beberapa bentuk khusus, diantaranya konflik pribadi,

konflik rasial, konflik antar kelas sosial, konflik politik, dan konflik internasional.

Dalam penulisan ini akan digunakan konflik rasial dan konflik politik. Konflik rasial

tidak hanya terletak pada perbedaan fisik, tetapi juga terletak pada perbedaan

kepentingan dan kebudayaan. Konflik akan semakin berkembang jika ditambah

dengan kenyataan bahwa salah satu etnis adalah kelompok mayoritas.25

Menurut Ted Robert Gurr, yang dikutip oleh Riza Sihbudi, ada tiga penyebab

terjadinya pemberontakan. Pertama, psikologis masyarakat akibat tekanan yang terus

23 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 77 - 78 24 Ibid. hlm. 107 – 108. 25 Ibid. hlm. 111 – 112.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 30: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

dilakukan sehingga menimbulkan pemberontakan. Pemberontakan tersebut akan

semakin cepat berkembang jika ada tokoh dari masyarakat yang tertindas turut

mendukung bahkan menjadi pemimpin perlawanan tersebut. Kedua, perbedaan kelas

antar masyarakat yang tajam, sehingga menimbulkan kecemburuan sosial atau

bahkan ketegangan sosial. Ketiga, rasa curiga akibat faktor suku atau agama dari

pihak minoritas terhadap kaum mayoritas yang mendominasi.26

Selain itu, Ted Robert Gurr menyebutkan, pemberontakan terjadi karena

adanya respon dari kekecewaan yang tidak dapat dihindari lagi. Kekecewaan tersebut

tidak perlu menimbulkan pemberontakan, namun kemarahan yang disebabkan oleh

kekecewaan merupakan kekuatan yang mendorong manusia untuk melakukan

pemberontakan. Apabila kekecewaan atau tekanan yang dialami cukup lama atau

terasa sangat menyakitkan, maka pemberontakan akan sangat mungkin terjadi.

Orang-orang yang tertekan memiliki watak untuk melakukan pemberontakan yang

sebanding dengan intensitas rasa tertekan tersebut.27

Sedangkan menurut Eric A. Nordlinger, salah satu penyebab terjadinya

konflik antar kelompok suku adalah masalah agama. Konflik ini dapat menimbulkan

perpecahan. Kelompok tersebut cenderung memperlihatkan pertentangan emosional

antar satu sama lain. Dalam hal ini perbedaan agama di Arakan yang menyebabkan

konflik antar muslim Rohingya dan Budha Arakan.28

26 Riza Sihbudi, dkk., Op. Cit. hlm. 192. 27 Thomas santoso, Teori-Teori Kekerasan (Jakarta, 2002), hlm. 73. 28 Eric A. Nordlinger, Militer Dalam Politik, Kudeta Dan Pemerintahan, terj. Drs. Sahat Simamora (Jakarta, 1990), hlm. 213 – 214.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 31: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini, penulis menggunakan teori

kekuasaan. Teori kekuasaan dijalankan melalui saluran-saluran tertentu, yaitu saluran

politik, saluran militer, saluran ekonomi, saluran tradisional, dan saluran ideologi.

Dalam penulisan ini penulis lebih menekankan pada saluran politik dan saluran

militer. Dalam saluran politik penguasa dan pemerintah berusaha untuk membuat

peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh masyarakat dengan cara antara lain,

meyakinkan atau memaksa masyarakat untuk mentaati peraturan-peraturan yang telah

dibuat oleh badan-badan yang berwenang dan sah. Sedangkan saluran militer

merupakan saluran yang digunakan para penguasa dengan memakai cara paksaan

serta kekuatan militer. Untuk keperluan tersebut, seringkali dibentuk organisasi-

organisasi atau pasukan khusus yang bertindak sebagai dinas rahasia. Hal ini banyak

dijumpai pada negara totaliter.29 Persis seperti apa yang terjadi pada muslim

Rohingya mereka dipaksa untuk melakukan berbagai tindakan paksaan dari

pemerintah, misalnya membangun pagoda di atas tanah bekas masjid milik mereka

yang dihancurkan oleh pemerintah atau dikirimkannya Burma Territorial Force

(BTF) yang dipimpin oleh Mayor Tha Kyaw untuk menyerang gerakan Mujahid yang

menyebabkan gerakan ini tidak berjalan selama beberapa tahun hingga akhirnya

dibubarkan.

Pemerintah Militer yang berkuasa tidak mampu untuk mengatasi konflik yang

semakin parah, menurut Eric A. Nordlinger, militer telah membuat konflik menjadi

lebih parah. Beberapa juta orang semakin menderita sewaktu junta militer 29 Soerjono Soekanto, Op. Cit. hlm. 301 – 302.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 32: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

menjalankan pemerintahannya. Tindakan mereka telah menimbulkan perang saudara,

pemberontakan, pertumpahan darah dan pembunuhan.30

Pemerintah militer menganggap kompromi, tawar menawar, dan penyesuaian

dalam bentuk kelompok yang bertentangan adalah cara yang negatif. Langkah

perdamaian yang demikian dianggap kurang penting, tidak objektif dan berbahaya.

Cara-cara tersebut tidak disenangi oleh para elit militer. Tindakan ke arah perdamaian

tidak dihargai dan merupakan tanda kelemahan, niat yang tidak kuat, dan semangat

yang lemah. Mereka lebih bersedia menghadapi kekerasan daripada berdiskusi,

melakukan penindasan daripada kompromi. Tawar menawar dan kompromi bukan

merupakan cara yang umum dilaksanakan oleh pemerintah militer.31

Dengan demikian, militer tidak melaksanakan tugas yang rumit guna mencari

penyelesaian politik yang dapat diterima oleh kelompok suku yang bertentangan.

Mereka juga tidak bersedia untuk memberi konsesi kepada kelompok suku yang

bertentangan dengan sasaran dan kebijakan militer sendiri. Mereka lebih cenderung

mengeluarkan keputusan yang disepakati oleh satu pihak saja. Memaksakan

kehendak mereka sendiri, atau menindas satu kelompok dengan kekerasan, daripada

pandangan yang penting di antara kelompok itu atau dengan kelompok yang lain.32

30 Eric A. Nordlinger, Op. Cit. hlm. 212. 31 Ibid. hlm. 218 – 219. 32 Ibid.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 33: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

1.7 Metode Penulisan

Penulisan ini menggunakan proses metode sejarah. Dalam metode ini dikenal

empat tahap. Tahap pertama adalah Heuristik. Heuristik adalah proses mencari dan

menemukan sumber. Dalam metode ini penulis telah mendapatkan data primer dan

sekunder yang didapatkan dari beberapa perpustakaan dan situs media online yang

terkait dengan penulisan ini.

Tahap kedua adalah kritik, yaitu proses memilah-milah sumber. Sumber-

sumber buku yang telah penulis dapatkan merupakan buku Burma secara umum,

maka penulis memilah sumber tersebut sesuai dengan tema penulisan ini, yaitu

berdasarkan wilayah, etnis, dan periode.

Tahap ketiga adalah interpretasi, yaitu aplikasi berbagai teori untuk

menganalisis masalah. Dalam skripsi ini penulis akan menggunakan teori sosial dan

beberapa teori militer.

Tahap terakhir adalah historiografi, yaitu penulisan sejarah. Dalam tahap ini

penulis akan memaparkan peristiwa tematis pemberontakan muslim Rohingya.

1.8 Sumber penulisan

Dalam skripsi ini penulis tidak hanya menggunakan sumber buku, tetapi juga

mendapatkan sumber dari media online, surat kabar harian Suara Pembaruan yang

terbit pada tahun 1990 dan surat kabar harian Tempo tahun 1989. Sumber buku

penulis dapatkan dari Central for Strategic and International Study (CSIS), Lembaga

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 34: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan

Budaya (FIB UI), dan Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia. Sedangkan sumber

surat kabar penulis dapatkan di Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

(FIB UI) dan CSIS. Sementara itu, untuk media online penulis mendapatkan sumber

dari situs-situs antara lain, http://www.rohingya.com, http://www.rakhapura.com,

http://www.burmaissues.org, http://web.amnesty.org, http://www.eramuslim.com,

dan http://www.harunyahya.com.

1.9 Sistematika penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab Pertama adalah bab pendahuluan. Bab ini

berisi latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penulisan, alasan

memilih judul, ruang lingkup penulisan, kerangka teori, metode penulisan, sumber

penulisan dan sistematika penulisan.

Bab kedua menjelaskan tentang Burma secara umum, gambaran kehidupan

etnis, masa pemerintahan di Arakan, kehidupan beragama, dan kehidupan muslim di

Burma.

Bab ketiga membahas muslim Rohingya dan perkembangannya serta

perlakuan mayoritas Budha dan pemerintah Burma terhadap muslim Rohingya.

Bab keempat berisi tentang latar belakang terjadinya gerakan pemberontakan,

pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh gerakan-gerakan sporadis pada

masa pemerintahan U Nu dan masa pemerintahan junta militer Jenderal Ne Win,

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 35: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

tentang operasi Naga Min dan undang-undang kewarganegaraan 1982 serta tinjauan

analisis dengan berbagai penggunaan teori sebagai bentuk analisis masalah.

Bab kelima adalah kesimpulan dari skripsi ini dan sebagai pelengkap

disertakan juga daftar pustaka, dan lampiran-lampiran.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 36: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

BAB 2

BURMA DAN MASYARAKATNYA

2.1 Burma

Burma merupakan negara yang komunitasnya dibagi menjadi tujuh division,

yaitu Ayeyarwady, Bago, Magway, Mandalay, Sagaing, Tanintharyi, dan Rangoon.

Burma juga dibagi menjadi tujuh state, yaitu Chin, Kachin, Kayin, Kayah, Mon,

Rakhine, dan Shan.33

Di dalam undang-undang reformasi peta modern Burma, tahun 1974,34

disebutkan bahwa ada tujuh division, populasi terbesar di Burma. Disebutkan pula

ada tujuh etnik minoritas, yaitu Chin, Kachin, Karen, Kayah, Mon, Rakhine (Arakan),

dan Shan. Prosentase terakhir populasi etnis di Burma adalah etnis Burma 68%, Shan

9%, Rakhine 4%, Chinese 3%, India 2%, Mon 2%, dan etnis minoritas lainnya 5%.

Hal itu menunjukkan adanya percampuran etnis yang sangat kompleks. Akibatnya,

lebih dari 100 bahasa ditemukan di Burma. 35

33 The World Fact Book, “Burma” (7 Maret 2006, 13.14), terdapat di situs http://www.cia.gov/cia/publications/factbook/geos/bm.html34 Martin Smith, BURMA: Insurgency and The Politics of Ethnicity (NewYork, 1991), hlm. 30. 35 Ibid.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 37: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Pada masa lalu, Burma dikenal sebagai sebuah tempat yang menarik perhatian

bagi para antropolog. Hal itu karena Burma memiliki begitu banyak etnis yang

berbeda satu sama lain. Secara umum para antropolog sepakat bahwa penduduk

modern Burma dikenal dengan nama Mons yang terletak di Asia Selatan. Mereka

adalah keturunan Austro Asiatic atau Mon Khmer yang kebanyakan berasal dari Asia

Tenggara. Mereka juga disebut suku Palaung atau Ta-ang dan Wa pada saat

pemerintahan Shan. Suku yang pertama kali menetap adalah Karen dan Chin.

Kemudian, mereka pindah ke bagian tengah. Hal itu terjadi sebelum adanya migrasi

suku-suku Burma ke bagian utara Burma pada abad ke-9 dan ke-10. Pada saat yang

sama, suku Shan pindah melalui sungai-sungai di kaki gunung, timur laut. Mereka

melewati mayoritas etnik lain menuju ke Asia Tenggara. Gambaran etnik-etnik pada

saat itu terlihat jelas karena adanya migrasi bermacam-macam suku. Suku terbesar

adalah Tibeto-Burmese yang pindah ke daerah pegunungan ke arah tenggara.

Perpindahan tersebut menjadi beberapa macam subkomunitas Kachin. Perpindahan

itu terus berlanjut hingga Thailand, mulai dari bermacam-macam suku di daerah

perbukitan, seperti Lisu dan Akha.36

Para sejarahwan melihat adanya suku-suku kecil seperti Mon, Burma, Arakan,

dan Shan di daerah perbukitan. Kerajaan-kerajaan itu menjadi basis sebuah

pemerintahan kota kecil yang di dalamnya sudah mulai dibangun struktur-struktur

politik. Kekuasaan pemerintahan sudah mulai muncul pada kerajaan-kerajaan tersebut

dengan frekuensi yang sangat besar. Umumnya, pemerintahan itu seperti sistem 36 Ibid. hlm. 32.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 38: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

monarki, misalnya yang digunakan suku Anawrahta, yang memiliki Undang-Undang

Pagan di Burma, abad 11. Undang-undang tersebut menciptakan kestabilan sistem

pemerintahan. Pada abad ke-14 dan ke-15 disebut sebagai abad kejayaan Shan. Pada

awal abad ke-16, suku Mon di Burma mencapai puncak kejayaannya pada masa

pemerintahan Mon Pegu. Ada sebuah anggapan bahwa pada abad 18 adalah masa

kejayaan Karen. Di Burma, ada tiga dinasti yang cukup besar, yaitu Anawrahta (abad

ke-11), Bayinaung (abad ke-16) dan Alaungphaya (abad ke-18). Tiga kerajaan

tersebut membentuk sebuah kerajaan yang terpusat dan akhirnya merekam sebuah

sejarah.37

Secara umum, konflik etnik yang terjadi di Burma semenjak kemerdekaan

telah menimbulkan banyak interpretasi karena banyak perbedaan sudut pandang. Jika

dikaitkan dengan kondisi politik kontemporer, perbedaan sudut pandang itu terjadi

karena sistem akademik yang ada menyebabkan para pemimpin politik sulit untuk

memimpin serta membangun identitas sejarah yang tepat untuk Burma.38

Pada masa pemerintahan Inggris, perbedaan sudut pandang itu dianggap

sebagai masalah yang lebih membingungkan sejarah Burma tentang hubungan etnik.

Pada zaman tersebut, banyak informasi tertulis yang akhirnya menjadi sebuah

persepsi dasar secara umum. Pada saat itu juga para kolonialis dan misionaris masuk

ke Burma untuk menjelajah dan menjalankan misinya.39

37 Ibid. 38 Ibid. hlm. 33. 39 Ibid.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 39: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Pada saat itu, ada kebijakan untuk menyatukan suku-suku minoritas dan

menghilangkan etnis atau Burmanisasi minoritas-minoritas yang ada. Namun, para

politikus tidak setuju dengan penyatuan perbedaan-perbedaan itu. Menurut salah

seorang politikus, Aung San, politik etnik tersebut adalah garda-garda terdepan dalam

politik persatuan nasional. Para sejarahwan sepakat dengan hal itu. Menurut mereka,

permasalahan persukuan di Burma sangat kompleks. Banyak kajian yang menyatakan

dengan jelas, bahwa dalam sejarah Burma, tidak ada masyarakat yang hanya satu

suku. Sebagai contoh, tidak hanya kerajaan Burma yang memiliki peraturan

pemerintahan dalam kerajaannya. Namun, juga Arakan, Shan dan Mon. Selain itu,

ada juga beberapa pemerintahan kecil yang mencerminkan masyarakat multietnik.40

Thakin Mya, seorang anggota dewan majelis, pada 1947, mengklaim bahwa sangat

sulit untuk menghomogenkan rakyat Burma dalam satu negara. Menurutnya, secara

ekonomi dan geografi, negara Burma adalah negara persatuan yang tidak dapat

dibagi-bagi.41

Tahun 1982, Burma memiliki hukum kependudukan yang ekstrem di dunia

internasional. Secara teoretis, kependudukan secara penuh hanya diberikan kepada

penduduk asli di Burma (sebelum adanya penyatuan dengan Inggris pada 1824). Hal

itu menyebabkan orang-orang non-Budha sangat dicurigai dan banyak yang ditawan.

Pada 1978, para tawanan non-Budha tersebut dieksodus dalam jumlah besar. Lebih

dari 200.000 muslim Arakan pergi ke Bangladesh setelah terkena operasi sensus

40 Ibid. hlm. 34. 41 Ibid. hlm. 35.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 40: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Naga Min. Operasi itu dilakukan pemerintah dengan cara memeriksa kartu identitas

mereka secara kejam.42

Angka kelahiran suku-suku minoritas semakin besar. Sejak Inggris dan India

pergi dari Burma, populasi di Burma semakin bertambah walaupun perlahan.

Akibatnya, ada marginalisasi integritas. Hal itu terbukti dengan berlanjutnya perang

saudara dan ketegangan-ketegangan politik sampai sekarang. Selain itu, bahasa-

bahasa etnis minoritas jarang diajarkan di sekolah. Bahkan hanya sedikit

pengembangan ekonomi yang dialokasikan untuk para etnis minoritas. Hal tersebut

membuat etnis minoritas sangat dirugikan.43

2.2 Pemerintahan di Arakan

Secara garis besar sejarah Arakan dibagi menjadi enam periode, yaitu:

Pertama, Kerajaan Independen 2666 SM – 1784 M, kedua, masa Pemerintahan

Burma 1784 – 1826, ketiga, masa Pemerintahan Inggris 1826 – 1942, keempat, masa

Pemerintahan Jepang 1942 – 1945, kelima, masa Pemerintahan Inggris 1945 – 1948,

dan keenam, masa Pemerintahan Burma 1948 – sekarang.44

42 Ibid. hlm. 37. 43 Ibid. hlm. 38. 44 Abdul Mabud Khan, “The Liberation Struggle in Arakan,” (7 Maret 2006, 13.10), terdapat dalam situs http://www.rakhapura.com/read.asp?id=15&a=scholarscolumn

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 41: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

2.2.1 Masa Kerajaan Arakan

Di bawah periode sejarah yang berbeda, Arakan telah menjadi sebuah

kerajaan yang dipimpin oleh kaum Hindu, Budha, dan Islam. Menurut A. P Phayre

dan G.E. Harvey, yang dikutip oleh Mohammed Ashraf Alam,45 Arakan didirikan

secara bergantian pada delapan kota. Mereka adalah Dhannyawadi (146 – 746) 25

raja, Vaisali (788 – 994) 12 raja, Pyin Tsa pertama/Sanbawut (1018 – 1103) 15 raja,

Pa-rein (1103 – 1167) 8 raja, Kharit (1167 – 1180) 4 raja, Pyin Tsa kedua (1180 –

1237) 16 raja, Launggrat (1237 – 1430) 17 raja, dan Mrauk-U (1430 – 1784) 48

raja.46

Marayu, raja pertama Arakan mendirikan kota Dhannyawadi, kemudian

keturunannya memimpin Arakan selama 1800 tahun. Dia adalah anak dari pangeran

Kapilavastu yang diusir dari tempat kelahirannya oleh lawan politiknya. Ketika

Marayu mulai dewasa, ia memimpin seluruh suku dari ibunya bersama pengikut-

pengikut ayahnya dari India. Setelah itu, dia mendirikan sebuah dinasti di Arakan

pada tempat yang disebut Dhannyawadi, dari sinilah dinasti itu disebut dinasti

Dhannyawadi.47

Setelah jatuhnya dinasti Dhannyawadi pertama, muncullah Dhannyawadi

kedua yang didirikan oleh Kanrazagri. Keturunan Kanrazagri memimpin Arakan

selama lebih dari 800 tahun. Dinasti yang didirikan oleh Kanrazagri ditaklukan oleh

45 Alam, Loc. Cit. 46 Ibid. 47 Khan, Loc. Cit.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 42: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

raja Surya, ia mendirikan kota Dhannyawadi yang ketiga.48 Menurut Morris Collis,

yang dikutip oleh Mohammed Ashraf Alam,49 Hindu memerintah Arakan dari abad

pertama hingga abad ke-10. Pada waktu itu, Arakan merupakan jembatan bagi orang

Hindu India untuk melakukan hubungan dengan negara-negara di timur. Akan tetapi,

riwayat Rakhine Arakan mengklaim bahwa kerajaan Dhannyawadi ditemukan pada

tahun 2666 SM dan terdapat nama raja yang dimulai sejak masa itu.50

Pada masa Raja Sandhaturiya (146 – 198) terdapat patung Mahamuni yang

merupakan patung dewa Budha terkenal sebagai tanda penghormatan kepada dewa

Budha. Pada awal abad permulaan, patung tersebut biasanya ditempatkan di daerah

suci di bukit Shiri Gupta di Dhannyawadi, sebuah kota tua yang terletak 25 mil ke

utara dari Mrauk-U.51 Patung itu dibawa ke Amarapura ketika Arakan ditaklukkan

oleh Burma pada 1784. Di Arakan, raja Budha juga dikenal sebagai Mahamuni.52

Pada akhir abad ke-8, sejarah menyebutkan adanya dinasti Chandra. Ibu

kotanya disebut Vaisali (bahasa India). Selama 230 tahun, 13 raja dari dinasti itu

berkuasa. Kota Vaisali didirikan pada tahun 788 oleh raja Mahataing Sandya.

Reruntuhan kota tersebut masih tampak pada tepi anak sungai sepanjang 44 mil pada

teluk Bengal dari kota Akyab. Kota ini menjadi pelabuhan perdagangan yang penting

yang disinggahi oleh ribuan kapal secara terus menerus. Raja-raja dinasti Chandra

meluaskan kekuasaan mereka ke sebelah utara, yaitu Chittagong. Vaisali runtuh

48 Ibid. 49 Alam, Loc. Cit. 50 Khan, Loc. Cit. 51 Alam, Loc. Cit. 52 Khan, Loc. Cit.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 43: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

karena invasi oleh Shan pada 957. Meskipun dalam keadaan tidak stabil, ia tetap

menjadi ibu kota hingga 1018. Sebelum kedatangan Islam di Arakan, orang-orang

Vaisali merupakan penganut Hindu dan Budha. Kemudian, mereka meninggalkan

Hindu dan memeluk agama Budha dan Islam.53

Pada tahun 1430, di Arakan berdiri dinasti Mrauk-U. Dinasti Mrauk-U adalah

sebuah kerajaan Islam dengan Sultan Sulaiman Shah sebagai pendirinya. Sultan

Sulaiman Shah dibantu oleh orang-orang dari Bengal. Ketika itu, setiap orang yang

akan diangkat menjadi raja harus dipilih secara konstitusional dengan syarat harus

mengerti ilmu pengetahuan tentang agama Islam.54

Selama masa dinasti Mrauk-U, sastra dan budaya di Arakan berkembang

dalam setiap segi kehidupan. Masa itu disebut “Masa keemasan dalam sejarah

Arakan”. Arakan memasuki masa paling jaya dalam sejarahnya dengan naiknya Raja

Mong Ben (1531 – 1553). Raja-raja Arakan mendirikan kekuasaan mereka di daerah

Chittagong selama abad 16. Selama kekuasaan Raja Razagri (1593 – 1612), dalam

waktu yang singkat, jajahan Arakan meluas dari Sunderban sampai ke Monlmein.

Pada masa pertengahan, beberapa raja Arakan menggunakan gelar muslim dan

menggunakan tulisan Arab di mata uang mereka, meniru raja-raja Bengal.55

Kerajaan Arakan jatuh ke tangan orang-orang Burma pada 1784. Thamada,

raja terakhir Arakan menjadi sandera. Ia dideportasi ke Pegu bersama keluarga dan

pengikutnya, juga bersama patung Mahamuni. Arakan, untuk pertama kalinya

53 Alam, Loc. Cit. 54 Riza Sihbudi, dkk., Op. Cit. hlm. 51. 55 Khan, Loc. Cit.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 44: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

kehilangan kemerdekaannya dan menjadi jajahan kekuasaaan asing. Arakan

kemudian menjadi bagian dari wilayah Burma.56

2.2.2 Masa Pemerintahan Burma

Pada tahun 1784, Raja Burma Boddawphaya mengirimkan 30.000 tentara

untuk menaklukkan Arakan atas permintaan bangsawan Nagasandi. Tentara tersebut

kembali pada Februari 1785 dengan keluarga kerajaan dan 20.000 tahanan. Pada

penaklukkan itu ribuan muslim dan Budha Arakan terbunuh. Tentara-tentara Burma

menghancurkan masjid, kuil, tempat-tempat suci, sekolah, dan perpustakaan kerajaan

Mrauk U. Mereka juga membawa Patung Mahamuni, milik Budha Arakan, ke

Burma. Jatuhnya kerajaan Mrauk U merupakan pukulan keras bagi umat muslim, saat

itu semua benda dan budaya Islam dihancurkan.57

Selama masa pemerintahan Burma (1784 – 1824), sekitar 200.000 penduduk

(Rohingya dan Rakhaing) mengungsi ke berbagai daerah. Kemudian, pemerintah

Inggris di daerah India Timur menerima pengungsi tersebut di wilayah selatan

Chittagong. Setelah Burma berkuasa selama 40 tahun, Inggris berhasil menguasai

Burma pada 1824.58

56 Ibid. 57 Alam, Loc. Cit. 58 Ibid.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 45: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

2.2.3 Masa Kolonisasi Inggris dan Jepang

Inggris melengkapi jajahannya ke seluruh bagian Burma tahun 1826 dan

menjadikan Burma sebagai bagian dari India tahun 1886. Dengan demikian, jumlah

penduduk Arakan berkurang. Beberapa bulan setelah perjanjian di Yandabo, Mr.

Paton, pengawas urusan sipil di Arakan, mengajukan sebuah data rinci ke Inggris

tentang batas wilayah, sejarah, populasi, angka produksi, kebiasaan, dan adat-istiadat

penduduk Arakan. Ia menyebutkan bahwa populasi Arakan adalah 100.000. Jumlah

itu terdiri atas Maghs 60.000, Muslim 30.000, dan Burma 10.000. Pada saat itu,

muslim Arakan yang telah ditaklukkan oleh Inggris adalah 30.000 orang. Jumlah

tersebut merupakan 30% dari total populasi di Arakan. Ketika situasi Arakan damai,

muslim Arakan yang berasal dari Chittagong mulai membangun kembali rumah

nenek moyang mereka di Arakan. Sebenarnya, orang-orang tersebut tidak takut

datang ke Arakan karena mereka tahu Arakan merupakan “Mugher Mulluk”, yaitu

negara yang tidak berhukum.59

Selama abad ke-15 sampai abad ke-16 terjadi perubahan besar. Islam lebih

berpengaruh daripada Budha. Pengaruh Islam itu ditunjukkan dengan kedatangan

Raja Moghul India, Shah Suja, ke Arakan. Populasi muslim Rohingya pun semakin

lama semakin bertambah.60

Selama perang dunia kedua, diperkirakan 500.000 orang imigran, orang India

dan orang muslim, meninggalkan Burma. Sebagian tunduk pada pemerintah Inggris.

59 Ibid. 60 Ibid.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 46: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Sebagian lagi dikejar secara kejam oleh nasionalis Burma Independent Army (BIA).

Pada saat itu, ribuan orang dilaporkan mati karena kelaparan, terserang penyakit, atau

karena serangan sporadis. Namun, kejadian itu hanya sedikit yang diceritakan dalam

sejarah modern Burma.61

Pada saat itu, di Arakan, banyak muslim dan Budha lokal yang mengatakan

tidak ada masalah serius antara kedua komunitas agama tersebut. Masalah itu

dikobarkan ketika unit BIA pertama memasuki daerah Arakan bersama Japanese

Imperial Army. BIA secara langsung memberikan peringatan tentang terjadinya

pengusiran orang-orang India. Mereka juga mengatakan ada yang menjadi pendukung

Inggris di Burma Pusat. Selain itu, mereka menanyakan kenapa nasionalis Rakhaing

tidak melakukan hal yang sama. Oleh karena itu, terjadilah pemberontakan pertama,

yaitu tahun 1942.62

Penyebab utama konflik yang terjadi di Arakan pada 1942 adalah akibat

invasi Jepang terhadap Burma. Konflik tersebut terus berlangsung hingga Inggris

berhasil mengusir Jepang keluar dari Arakan, tahun 1945. Selama tiga tahun invasi

Jepang tersebut (1942 – 1945), Arakan, termasuk Inggris, berada dalam posisi

terjepit. Saat itu, keadaan Arakan sangat kacau. Tidak ada hukum yang mengatur dan

keadaan administrasi pemerintahan yang cukup berantakan. Pembangunan Arakan

pun tereksploitasi oleh Jepang dan Inggris karena kedua negara tersebut punya

kepentingan masing-masing di Arakan, baik kepentingan militer maupun keinginan

61 Ibid. 62 Ibid.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 47: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

untuk menghancurkan rakyat Arakan secara mental. Puncak dari perang tersebut

adalah usaha mengasingkan Arakan dan Burma dari dunia internasional. Hal itu

mengakibatkan dampak yang sangat besar bagi Arakan.63

Salah satu dampak besar yang dirasakan oleh Arakan akibat perang tersebut

adalah hubungan yang baik antara muslim Arakan dan Inggris. Sementara itu,

hubungan dengan Jepang telah memicu konflik internal atau perang saudara antara

Budha dan komunitas muslim. Selama kekuasaan Jepang, Budha menjadi mayoritas

di wilayah itu. Mereka mengusir muslim Arakan dan menyebabkan muslim Arakan

melarikan diri ke wilayah utara. Di wilayah utara, tempat daerah-daerah kekuasaan

Inggris, tidak ada diskriminasi terhadap muslim Rohingya, terutama di daerah

Maungdaw.64

Pada bulan Desember 1942 hingga April 1943, Jepang berusaha melakukan

penyerangan terhadap Inggris. Saat itu, Inggris kalah dan akhirnya daerah kekuasaan

Inggris, yang merupakan daerah muslim Rohingya, berhasil direbut oleh Jepang.

Akibatnya Inggris harus menyerahkan populasi muslim tersebut. Pemerintah Jepang

kembali melakukan tindakan diskriminasi terhadap muslim Rohingya.65

Pada bulan April 1942, Inggris melakukan serangan dengan menggunakan

gerilya yang disebut dengan V Force. Serangan tersebut dilakukan oleh pasukan garis

depan Inggris. Muslim Arakan juga dikerahkan untuk menjadi tentara oleh Inggris

63 Clive J. Christie, A Modern of History Southeast Asia: decolonization, nationalism and separatism (London, 1996), hlm. 165. 64 Ibid. 65 Ibid.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 48: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

pada September 1942. Pada 1943, setelah masa pelatihan selesai, para tentara muslim

Arakan yang tergabung dalam V Force ini mulai memainkan peranan penting dalam

merebut kota Arakan. Muslim Arakan beroperasi di daerah-daerah yang memang

tidak ada pemiliknya dan di belakang garis perbatasan musuh dengan tujuan untuk

mendapatkan informasi. Mereka juga mengerahkan pasukan, menyelamatkan para

pilot yang tertembak pesawatnya, dan menghukum para mata-mata dan pengkhianat

yang tertangkap basah telah bekerja untuk Jepang.66

Pada akhir tahun 1943 sampai awal tahun 1944, militer Inggris melakukan

sebuah serangan baru di Arakan, untuk mengambil alih Arakan Utara dan kemudian

beralih ke arah selatan, menuju Akyab. Pada Januari 1944, Inggris mengambil alih

Maungdaw dengan kekuatan V Force, yang berperan penting dalam serangan ini.

Namun, rencana Inggris tersebut gagal karena adanya serangan dari Jepang di daerah

Buthidaung. Jepang memukul mundur Inggris hingga kembali ke wilayah Bengal.67

Setelah pertempuran yang cukup lama membuat Inggris putus asa, serangan

udara pun akhirnya digencarkan. Inggris terus mengontrol jalur darat di sekitar

pegunungan yang menghubungkan Maungdaw dengan Buthidaung. Sebelum

Desember 1944, Inggris berhasil mendapatkan Buthidaung. Awal Januari 1945,

Inggris mengalahkan Jepang dan hampir seluruh wilayah Arakan berada di bawah

kekuasaan Inggris.68

66 Ibid. hlm. 166. 67 Ibid. 68 Ibid.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 49: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Setelah perang, para muslim Rohingya secara tidak resmi telah mengusahakan

banyak hal yang berhubungan dengan status mereka. Inggris telah berjanji untuk

memberikan mereka sebuah wilayah nasional Islam di Maungdaw atas balasan

bantuan yang mereka berikan saat perang. Para tentara muslim Arakan yang

tergabung dalam V Force, para pemimpin Islam, seperti juga Anthony Irwin, merasa

sangat khawatir Inggris akan mengingkari janji tersebut. Menurut Anthony Irwin,

mereka pantas diberikan imbalan atas bantuan militer yang telah mereka berikan

untuk Inggris. Irwin mengatakan:

“Sebenarnya kaum-kaum minoritaslah yang paling banyak membantu Inggris selama tiga tahun ini untuk menyerang Jepang, mereka berperang dan menjadi tentara pendukung Inggris. Namun, sepertinya kaum-kaum minoritas inilah yang dilupakan oleh pemerintah Inggris. Seharusnya tidak! Inggris harus melihat siapa yang membantu mereka berperang dan kewajiban Inggrislah untuk memberikan penghargaan terhadap apa yang telah mereka lakukan.”69

Dalam waktu yang cukup lama, akhirnya muslim Arakan mendapatkan

wilayah mereka di Arakan Utara. Inggris memberikan otonomi pemerintahan lokal

kepada mereka. Untuk mengamankan pemerintahannya, orang-orang Budha yang

dulu bekerja untuk Jepang tidak diberikan jabatan-jabatan penting dalam

pemerintahan Inggris. Para tahanan muslim Arakan yang dulu melarikan diri ke

Bengal Selatan selama perang berlangsung, akhirnya kembali ke desa mereka

masing-masing. Ada juga para imigran yang berasal dari Chittagong, yang

memanfaatkan situasi ini dengan pindah ke Arakan Utara.70

69 Ibid. 70 Ibid.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 50: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Selama Inggris berada di Burma (1945), isu yang diangkat oleh Inggris adalah

menstabilkan pemerintahan setelah peperangan. Muslim Arakan yang tinggal di

Arakan Utara juga melihat adanya para imigran dan para tahanan yang masuk ke

Arakan Utara. Hal itu dapat memicu isu rasis dan memperburuk ketegangan

antaragama.71

Di Arakan, terjadi demonstrasi-demonstrasi yang dilakukan oleh para orang-

orang nasionalis yang tidak menginginkan adanya pemerintahan Inggris. Pada 1946,

keadaan semakin anarkis. Hal tersebut terjadi karena adanya pengaruh komunis.

Sayangnya, Aung San sebagai pemimpin AFPFL (Anti-Facist People’s Freedom

League) tidak dapat menyelamatkan situasi di Arakan, terutama kondisi politiknya.

Hal itu memperlihatkan pemerintah yang kurang bertanggung jawab.72

Setelah Perang Dunia II, di Arakan Utara ada dua masalah besar. Masalah

pertama, yang merupakan masalah lokal, adalah perang saudara antara Islam dan

Budha. Perang saudara tersebut sudah terjadi sejak tahun 1942 dan terus berlangsung

sampai setelah Perang Dunia II. Masalah kedua, yang merupakan masalah nasional,

yaitu kekhawatiran para pemimpin muslim jika Inggris ditarik keluar dari Burma,

yang akhirnya menggantikan posisi mereka di pemerintahan oleh mayoritas Budha.

Dua masalah tersebut akan berdampak besar bagi muslim Arakan.73

71 Ibid. hlm. 167. 72 Ibid. 73 Ibid.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 51: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

2.2.4 Arakan Setelah Kemerdekaan Burma

Setelah 40 tahun di bawah peraturan tirani Raja Boddawphaya di Burma,

kolonialis Inggris merebut Arakan dan memasukkannya ke India. Pada 1937, Inggris

memisahkan Burma dari India dan memasukkan Arakan menjadi bagian dari

kolonialis Inggris. Hal itu menunjukkan peraturan Home Rule (yang merupakan

peraturan administratif internal) dilakukan oleh Inggris dengan seenaknya. Tahun

1948, daerah Arakan hanya merupakan daerah kecil yang pemerintahan pusatnya

dipegang oleh Burma. Sebelum Burma merdeka, Arakan berada di bawah

perencanaan para pemimpin dan orang-orang yang berkepentingan di Burma. Arakan

tetap berada di bawah peraturan kolonial. Pemerintahan Arakan dipegang oleh orang

Burma, lalu oleh Inggris. Setelah itu, Arakan diperintah kembali oleh orang Burma.74

Pada tanggal 7 Oktober 1947, diadakan Konferensi London untuk

membicarakan masalah kemerdekaan Burma. Berdasarkan konferensi tersebut,

akhirnya, kekuasaan Inggris diserahkan kepada pemerintah Burma pada 4 Januari

1948. Tanggal tersebut dijadikan sebagai hari kemerdekaan Burma. Namun, usaha

meraih kemerdekaan harus ditebus dengan nyawa Aung San. Pemimpin AFPFL itu

dan juga sembilan calon anggota kabinet ditembak mati oleh lawan politiknya. Saat

itu, mereka sedang mengadakan pertemuan untuk menentukan masa depan negerinya,

Juli 1947. Akhirnya, wakil presiden AFPFL, U Nu, terpilih menjadi perdana menteri

Burma.75

74 Alam, Loc. Cit. 75 Priyambudi, “Burma Yang Penuh Pergolakan,” Suara pembaruan, 29 Mei, 1990.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 52: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Seperti halnya di wilayah lain Burma, di Arakan, kekerasan politik juga

terjadi saat perjuangan kemerdekaan. Kepentingan politik, baik dari komunitas

muslim maupun Budha, sangat diatur oleh pemerintah pusat Burma di Rangoon dan

Arakan. Namun, status mereka sebagai warga negara bagian tidak pernah dijamin.

Padahal, umat Islam secara jelas telah mendapatkan empat kursi dalam parlemen. Hal

itu merupakan bukti nyata bahwa status negara bagian mereka harus diakui.76 Pada

awal kemerdekaan, perdana menteri U Nu telah mengecewakan muslim Rohingya.

Karena didalam draft konstitusi Burma kaum muslim tidak dimasukkan dalam

kategori kelompok minoritas. Padahal pada saat itu, jumlah umat muslim di Burma

merupakan minoritas terbesar setelah Suku Karen. Akibatnya, umat muslim tidak

memiliki hak keminoritasan, seperti kuota dalam legislatif dan jaminan khusus dalam

soal intervensi status hukum individu kaum minoritas. Teorinya, posisi umat muslim

diangkat tinggi-tinggi, AFPFL menyatakan bahwa semua muslim Burma, baik yang

pribumi maupun yang hasil kawin campur, diperlakukan sama dengan etnis Burma

lainnya, termasuk kesempatan menjadi presiden atau anggota parlemen. Namun

dalam kenyataannya kebijakan tersebut tidak memberikan jaminan bagi umat muslim,

karena umat muslim tidak memiliki kesempatan untuk diangkat sebagai legislator.77

Pada saat para komunis dan nasionalis Rakhaing yang telah dipersenjatai

merebut kekuasaan di kota-kota Arakan, ratusan muslim Rohingya yang juga

dipersenjatai bersatu. Mereka bergabung dengan gerakan Mujahid yang dipimpin

76 Alam, Loc. Cit. 77 Riza Sihbudi, dkk., Op. Cit. hlm. 184

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 53: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

oleh Jafar Kawal. Muslim Rohingya melakukan pergerakan perlawanan dan

mendapatkan kemenangan pada 1950-an melawan tirani rezim Burma. Pemerintahan

Burma akhirnya memenuhi tuntutan mereka dengan memberikan beberapa posisi

pemerintahan serta daerah distrik khusus yang meliputi daerah Maungdaw,

Buthidaung, dan Rathedaung. Distrik khusus tersebut dikenal dengan daerah “Mayu

Frontier District” pada tanggal 1 Mei 1961.78

2.2.5 Arakan di bawah Pemerintahan Militer

Pada tahun 1958, terjadi kudeta militer pertama dibawah pimpinan Ne Win.

Salah satu sebab utama dilakukannya kudeta ini adalah kriris politik yang semakin

meningkat pada masa pemerintahan U Nu sebagai akibat langsung dari perpecahan

yang terjadi di dalam partainya, AFPFL (Anti-Fascist People’s Freedom League).

Pada tahun 1960 Jenderal Ne Win mengembalikan pemerintahan sipil dan

menegakkan demokrasi dengan cara melaksanakan pemilihan umum.79

Penarikan diri pemerintah militer yang berkuasa selama dua tahun ini bukan

karena tanpa alasan. Menjelang tahun 1960, kalangan militer meragukan bahwa

negara yang terpecah belah itu tidak dapat bersatu di bawah pemerintahan militer.

Dengan adanya unjuk rasa oleh masyarakat terhadap pemerintah, mereka menyadari

78 Ibid. 79 Alfian, Militer Dan Politik Pengalaman Beberapa Negara. (Djakarta, 1970), hlm. 5

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 54: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

akan manfaat kehadiran pemerintah sipil untuk meredakan aksi-aksi unjuk rasa

tersebut.80

Sesuai dengan pandangan Eric A. Nordlinger,81 bahwa salah satu faktor

jatuhnya kekuasaan militer akibat ketidakstabilan rezim militer adalah penarikan diri

secara sukarela dari pemerintahan mungkin dilakukan karena mendapat tekanan yang

kuat dari pihak sipil dan pihak militer sendiri merasa kedudukan mereka tidak dapat

dipertahankan sedangkan keadaan negara tidak dapat dikendalikan. Hal ini

digambarkan oleh Lucian W. Pye yang dikutip oleh Eric A. Nordlinger:82

“Pada tahun 1958, tentara Burma percaya bahwa masalah-masalah negara bisa diatasi seandainya pemerintah menunjukkan semangat dan keinginan untuk melakukan pengorbanan. Mereka melihat semangat dan kepercayaan ahli-ahli politik tidak lebih sebagai keinginan melakukan penyelewangan. Sebagai militer, mereka percaya bahwa semua masalah dapat diatasi melalui pengaruh yang bersih dari tindakan dan kehormatan. Dalam waktu enam bulan, para perwira militer mulai menyadari bahwa urusan pemerintahan sangat rumit dan sulit diawasi. Penyelesaiannya tidak semudah apa yang mereka duga. Setelah setahun berkuasa, para perwira militer mulai menyadari bahwa mereka terpaksa melanggar nilai-nilai awal mereka. Mereka sadar kalau mereka kehilangan status sebagai militer dan mengambil beberapa aspek yang terdapat pada para politisi yang selalu mereka pandang dengan perasaan benci” Padahal pemerintah seharusnya menyadari bahwa perpecahan antar suku,

yang didasarkan pada kesetiaan kuat terhadap kelompok kecil serta faktor-faktor

seperti ekonomi, sosial, dan kebudayaan merupakan masalah yang tidak dapat

mungkin diatasi dalam waktu singkat. Begitu pula dengan konflik etnis yang selalu

80 Eric A. Nordlinger, Op. Cit. hlm. 208 81 Ibid. hlm. 202. 82 Ibid. hlm. 206.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 55: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

melibatkan isu-isu terpendam yang didorong oleh emosi dan tidak dapat diatasi dalam

jangka waktu yang pendek. Hakikat politik menentukan bahwa pemerintahan akan

menerima keberadaan konflik kesukuan yang berkesinambungan, dengan disertai

pergolakan politik dan kekerasan. Oleh karena itu, untuk mengurangi tingkat

perpecahan nasional bukanlah pekerjaan yang mudah.83

Pemilihan umum yang dilaksanakan untuk yang ketiga kalinya (setelah tahun

1947 dan 1952) dalam sejarah Burma dimenangkan oleh partai baru yang dipimpin U

Nu, Pyidaungsu (Partai Persatuan) dengan perolehan angka yang tinggi, sekitar 80

persen dari 250 suara anggota. Dengan kemenangan ini, U Nu terpilih kembali

menjadi perdana menteri Burma. Namun keadaan ini tidak bertahan lama, dua tahun

kemudian, tepatnya pada tanggal 2 Maret 1962, Jenderal Ne Win kembali melakukan

kudeta kekuasaan terhadap pemerintahan Burma.84 U Nu dan seluruh kabinetnya

serta sebagian pemimpin kelompok minoritas dipenjarakan tanpa tuduhan resmi dan

tanpa diadili. Kudeta ini diikuti dengan pembentukan Dewan Revolusioner yang

diketuai sendiri oleh Ne Win dan kawan-kawan dekatnya. Sejak saat itu, Ne Win

mengumumkan garis besar politik dengan sebutan Burma Socialist Programme Party

(BSPP).85

Kudeta kali ini disebabkan oleh tiga hal. Pertama, karena ketidakmampuan

pemerintah sipil untuk menciptakan suatu susunan politik yang sehat dan stabil.

Kompetisi dan kecurigaan diantara mereka sangat besar sehingga waktu mereka habis

83 Ibid. hlm. 215—216 84 Alfian, Op. Cit., hlm. 6. 85 Priyambudi, Loc. Cit.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 56: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

terbuang untuk saling mengkritik dan hal-hal lain yang memiliki pengaruh buruk

terhadap sistem pemerintahan demokrasi. Bahkan perebutan kekuasaan antar anggota

partai sendiri sudah menjadi kehidupan nyata dari politik Burma pada waktu itu.86

Kedua, masalah keamanan yang sering melanda Burma. U Nu sebagai

pemimpin Burma pada saat itu kurang berhasil dalam menghadapi masalah ini.

Pemberontakan-pemberontakan bersenjata yang dilakukan oleh orang-orang komunis

dan kelompok etnis minoritas menjadi sesuatu hal yang mengancam negara.

Sedangkan ratusan sisa-sisa tentara yang pernah terlibat dalam perang dunia kedua

turut bergabung dengan pemberontakan tersebut. Ketiga, disebabkan oleh faktor diri

pribadi dari U Nu sendiri sebagai pemimpin dan politisi. U Nu sebagai seorang

pemimpin yang terlihat cukup memiliki karisma kurang tegas dan lamban dalam

mengambil keputusan, kebijakan, atau tindakan. Hal ini berpengaruh pada

perkembangan hubungan diantara politisi-politisi sipil yang semakin memburuk

hingga menyebabkan perpecahan. Ketidaktegasan U Nu juga menyebabkan

kegagalan Burma dalam mengatasi berbagai macam pemberontakan.87

Selain ketiga penyebab di atas, ada beberapa hal lain yang menyebabkan

terjadinya kudeta kekuasaan seperti masalah keinginan untuk menjadikan agama

Budha sebagai agama negara Burma yang menimbulkan berbagai macam tanggapan

dalam masyarakat yang akan menambah kekacauan suasana politik. Sebab-sebab

inilah yang dijadikan alasan oleh Ne Win untuk melakukan kudeta kekuasaan

86 Alfian, Op. Cit. 87 Ibid. hlm. 7

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 57: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

terhadap pemerintahan U Nu, bahwa kudeta tersebut terpaksa dilakukan karena

keadaan yang semakin buruk yang akan membahayakan kelanjutan kehidupan

bernegara.88

Penyebab-penyebab tersebut sesuai dengan pandangan Eric A. Nordlinger,

militer seringkali menuduh pemerintah sipil telah gagal menjalankan tugas

pemerintahan. Tindakan yang tidak sah dan di luar kelembagaan, merosotnya

pertumbuhan ekonomi dan ketidakmampuan pemerintah dalam mengatasi

pertentangan politik tanpa kekerasan. Hal tersebut merupakan alasan yang sering

digunakan untuk menghalalkan tindakan mereka dalam mengambil alih kekuasaan

pemerintah.89

Pada tanggal 30 April 1962, Dewan Revolusioner mengeluarkan pernyataan

politik terpenting yaitu The Burmese Way to Socialism ‘Jalan Rakyat Burma menuju

Sosialis’. Dalam pernyataan ini dikemukakan alasan mengenai penghapusan sistem

demokrasi, sistem tersebut dianggap telah gagal dijalankan akibat kekurangan dan

kelemahan yang menyebabkan perpecahan dan pertentangan politik semakin

berkembang. Selain itu, pernyataan tersebut dikemukakan pula tentang rumusan

rencana pembangunan ekonomi yang sesuai dengan sosialisme Burma.90

Akibat pernyataan politiknya, Dewan Revolusioner menghapus undang-

undang dan membubarkan parlemen Burma. Semua kekuasaan negara, baik itu

legislatif, yudikatif maupun eksekutif dihapuskan. Pada Februari 1963, Dewan

88 Ibid. 89 Nordlinger, Op. Cit. hlm. 124. 90 Ibid.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 58: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Revolusioner menasionalisasi semua bank dan perusahaan bisnis di semua kota.

Padahal, di Arakan hampir semua pendirian bisnis utama dipegang oleh orang-orang

muslim. Oleh karena itu, nasionalisasi perusahaan tersebut merupakan pukulan berat

bagi mereka. Dewan Revolusioner menghapus semua partai politik dan hanya

mengakui satu partai, yaitu Burma Socialist Programme Party (BSPP) dengan Ne

Win sebagai ketuanya.91

Dewan Revolusioner melarang adanya gerakan muslim Rohingya. Semua

kesejahteraan dan sosial budaya muslim Rohingya dihapuskan. Rezim militer

mencabut program bahasa Rohingya yang disiarkan di Burma Broadcasting Service

(BBS) di Rangoon pada Oktober 1965.92 Sedangkan pada bulan Desember 1965,

Dewan Revolusioner melarang penerbitan semua koran-koran swasta yang

mengakibatkan matinya kebebasan pers.93

Dalam bidang politik, Jenderal Ne Win menerapkan kebijakan politik sistem

partai tunggal. Menurut Eric A. Nordlinger, ketika militer telah mendapatkan

kekuasaannya, maka salah satu langkah mereka untuk mempertahankan kekuasaan

tersebut ialah menghalangi pemimpin-pemimpin oposisi untuk menggunakan

kekuasaan pemerintahan, mereka takut akan kemungkinan terjadinya aksi balas

dendam untuk merebut kembali kekuasaan pemerintahan. Pemerintah menutup

91 Alam, Loc. Cit. 92 Ibid. 93 Alfian, Op. Cit., hlm. 8.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 59: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

peluang-peluang keterlibatan massa, persaingan politik, dan tidak ada hak

berpendapat, mereka merebut hak dan kebebasan politik masyarakat.94

Ne Win juga memanfaatkan dukungan militer untuk memperkuat posisinya.

Dalam kultur masyarakat Burma, rasa hormat terhadap nilai-nilai senioritas sangat

dijunjung tinggi. Kesetiaan militer tersebut dipakai oleh Ne Win untuk

menghancurkan lawan-lawan politiknya. Penggunaan cara-cara kekerasan, teror, dan

propaganda adalah cara berpolitik Ne Win ketika berkuasa. Selama lebih dari dua

dekade, Ne Win menghabiskan anggaran pemerintahnya untuk berperang melawan

kelompok-kelompok etnis minoritas di sepanjang perbatasan.95

Dalam bidang politik luar negeri, Ne Win menerapkan kebijakan menutup diri

dari dunia internasional. Bantuan-bantuan dari luar negeri selalu dicurigai sehingga

bantuan tersebut sering ditolak. Ford Foundation dan Asia Foundation dipulangkan,

rencana bantuan Amerika Serikat untuk pembuatan jalan raya sebesar US$ 84 juta

ditolak begitu saja. Syarat-syarat untuk pengiriman sarjana dan mahasiswa ke luar

negeri terutama ke negara-negara Barat dipersulit.96 Wartawan-wartawan asing diusir

dari Rangoon. Orang asing hanya diperbolehkan membawa visa yang berlaku selama

satu minggu dan itu pun hanya untuk mengunjungi daerah-daerah tertentu saja.

Semua jalan yang menuju ke sana ditutup. Penduduk lokal dikenai larangan

bepergian secara bebas ke luar negeri. Jaringan komunikasi internasional diawasi

94 Nordlinger, Op. Cit. hlm. 116. 95 Priyambudi, Loc. Cit. 96 Alfian, Op. Cit.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 60: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

secara ketat oleh negara. Singkatnya, rakyat Burma diasingkan dari dunia

internasional.97

Sementara itu, dalam bidang ekonomi, Ne Win melakukan nasionalisasi

besar-besaran. Mekanisme pasar ditentukan oleh semacam dewan perekonomian yang

dikontrol secara ketat oleh negara. Pabrik-pabrik, bank-bank, dan sektor-sektor

perekonomian yang penting dikuasai sepenuhnya oleh negara. Pada awalnya, usaha

ini cukup berhasil membawa Burma menjadi produsen beras nomor satu di dunia.

Namun, prestasi ini tidak berlangsung lama. Oleh karena adanya birokratisasi yang

dijalankan di semua sektor perekonomian, membuat hal itu menghambat

pengambilan keputusan dan efisiensi yang diperlukan dalam bidang perekonomian.

Akibat kebijakan ekonomi tersebut, barang-barang konsumsi dan barang-barang

kebutuhan dasar sangat sulit didapatkan.98 Terjadi krisis persediaan beras dan

makanan, pada tahun 1965 – 1966 produksi padi turun sebesar 5,3% dari tahun

sebelumnya, tahun 1966 – 1967 turun lagi sebesar 17,7% dari tahun 1965 – 1966.

Burma yang dikenal sebagai pengekspor beras nomor satu di dunia harus jatuh ke

nomor tiga setelah Muangthai dan Amerika Serikat.99 Harga barang melambung

tinggi, sementara nilai mata uang merosot drastis.100

Apa yang terjadi pada Burma setelah Ne Win berkuasa adalah suatu usaha

untuk mengasingkan Burma dari segala pengaruh dunia luar. Politik isolasi seperti ini

97 Priyambudi, Loc. Cit. 98 Priyambudi, Loc. Cit. 99 Alfian, Op. Cit., hlm. 9. 100 Aye Saung, Catatan-Catatan Dari Bawah Tanah: Otobiografi Pemberontakan Burma, terj. Nurul Agustina (Jakarta: LP3ES, 1991).

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 61: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

disebut sebagai politik Nasionalisme Tertutup, inward-looking nationalism. Negara-

negara yang menjalankan politik ini biasanya dipimpin oleh orang-orang yang sangat

takut akan kritik dari luar negeri terhadap kepemimpinan mereka atas rakyatnya,

sehingga pemerintah menutup rakyatnya rapat-rapat terasing dari orang lain.

Akibatnya, negara tersebut terjerumus ke dalam suatu sistem pemerintahan yang

rakyatnya hanya sedikit sekali memiliki hak suara.101

2.3 Kehidupan Beragama di Burma

Menurut perhitungan yang dibuat oleh pemerintah Burma, hampir 90 persen

dari penduduk Burma memeluk agama Budha Theravada. Akan tetapi, karena alasan

politis tertentu jumlah ini masih diragukan kebenarannya oleh banyak pihak.

Walaupun sekitar 89 persen penduduk Burma memang beragama Budha. Sekitar

empat persen dari penduduk memeluk Islam, empat persen lainnya memeluk agama

Kristen dan sisanya memeluk agama lain, seperti Hindu dan Yahudi.102

Menurut Departemen Dalam Negeri Amerika, ada keterkaitan antara suku

bangsa yang ada di Burma dengan agama yang mereka anut. Etnis Burma yang

meliputi 68 persen dari populasi, hampir seluruhnya memeluk agama Budha

Theravada. Hal itu sama dengan yang dianut oleh suku Shan (yang meliputi 9 persen

dari populasi) dan suku Mon (2 persen). Agama kristen adalah agama yang dominan

dianut oleh suku Kayah dan Karen (yang meliputi 7 persen dari populasi). Agama 101 Alfian, Op. Cit., hlm. 8. 102 Andrew Selth, Burma’s Muslims: Terrorists or Terrorised ? (Canberra, 2003), hlm. 3.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 62: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Hindu dianut oleh etnis India. Sementara itu Islam merupakan agama yang dianut

oleh mayoritas suku Rohingya yang bermukim di bagian Arakan.103

Undang-Undang Burma, yang diadopsi pada tahun 1948 ketika baru merdeka

dari Inggris, mengakui bahwa Budha merupakan agama mayoritas di negara tersebut.

Akan tetapi, negara juga memberikan kebebasan menjalankan kehidupan beragama

kepada semua orang. Sejalan dengan hal itu, pemerintah militer di Rangoon selalu

memberitahukan kepada dunia luar bahwa Burma adalah “negara yang bangga akan

dirinya karena semua agama yang ada di dunia berdampingan satu sama lain dalam

damai dan harmoni”. Akan tetapi, pernyataan tersebut tidak pernah terbukti semenjak

Ne Win meraih kekuasaan pada tahun 1962, dan hingga saat ini situasinya tidak

berubah.104

2.3.1 Muslim di Burma

Keberadaan kelompok muslim Burma paling awal dapat dilacak

keberadaannya pada abad ke-13 M dan ke-14 M. Saat itu, nenek moyang mereka

datang sebagai pedagang dan sebagai tentara bayaran. Kebanyakan mereka berasal

dari etnis Arab, Persia, dan India. Para pendatang ini kemudian menikah dengan

penduduk lokal yang beragama Budha, kemudian menetap di Burma. Mereka yang

meninggalkan Burma tidak membawa keluarga mereka.

103 Ibid. 104 Ibid. hlm. 4.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 63: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Di satu sisi, sebagai balasan dari pengabdian yang diberikan kepada pihak

kerajaan, kelompok muslim yang lain mendapatkan lahan di daerah, seperti Sagaing,

Yamethin, dan Kyauke. Sejumlah lainnya bekerja di pengadilan Burma, sebagai

administrator dan penerjemah. Kelompok muslim ini (termasuk anak cucunya)

berbicara dengan bahasa Burma, memakai pakaian Burma, dan menganggap diri

mereka sebagai orang Burma, tetapi tetap memeluk agama Islam. Di bawah

kekuasaan raja Burma, mereka dikenal dengan nama Pathi atau Kala. Saat ini, mereka

dikenal dengan nama Zerbadee, sebutan untuk seseorang dengan ayah beragama

Islam dan ibu beragama Budha. Akan tetapi, sebutan itu tidak disukai oleh muslim

Burma modern. Sebutan tersebut membawa implikasi yang disebabkan oleh agama

mereka. Mereka dianggap bukan orang Burma asli. Mereka lebih suka disebut dengan

sebutan Muslim Burma, sebuah istilah yang secara resmi diterima oleh pemerintah

kolonial Inggris pada tahun 1941.105

Arus imigrasi orang-orang India paling besar terjadi setelah Inggris menguasai

Burma pada masa tiga perang, antara tahun 1824 – 1886. Dengan menjadikan Burma

bagian dari British India, pemerintahan baru mendatangkan imigran dalam jumlah

besar sebagai buruh, pelayan, dan pedagang dari Asia Tengah. Kebanyakan dari

mereka mendirikan rumah dan usaha di ibu kota kolonial. Sebelum terjadinya

eksodus ke India, ketika pecahnya perang dunia kedua, terdapat lebih dari satu juta

imigran India di Burma, dari total populasi 16 juta. Lebih dari setengahnya, tinggal di

Rangoon (ibu kota Burma). Mereka berbicara bahasa Urdu dan Tamil dan memiliki 105 Ibid. hlm. 6.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 64: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

hubungan yang kuat dengan agama dan praktek budaya di tanah kelahiran mereka.

Perbedaan agama telah menyebabkan konflik masalah ekonomi dan ketegangan ras.

Hal itu juga menyebabkan kerusuhan antara mayoritas Budha dan muslim Burma

melawan komunitas India di Rangoon pada tahun 1931 sampai 1938. Beberapa orang

India kembali ke Burma pada masa pemerintah kolonial 1945, tetapi jumlah mereka

tidak pernah mencapai jumlah yang sama seperti jumlah sebelum perang. Ketika

pemerintah militer Ne Win menguasai ekonomi Burma pada 1963 dan menjalankan

hukum kewarganegaraan baru, ratusan ribu warga Asia Selatan termasuk warga

muslimnya, diusir ke India dan Pakistan.106

Terdapat juga sejumlah kecil komunitas muslim Cina di timur laut Burma,

yang dikenal dengan Panthay. Pengikutnya adalah sisa-sisa bekas kesultanan Islam

yang berdiri di Yunan pada pertengahan abad ke-19. Banyaknya kehadiran muslim di

barat daya Cina berawal dari penempatan tentara muslim dalam jumlah besar, yang

dikirim oleh kaisar untuk meredam pemberontakan di Tibet pada tahun 801 SM.

Kemudian, muslim Turki datang ke wilayah tersebut bersama dengan Kubilai

Khan.107

Kunci penting yang membedakan antara muslim Burma dengan muslim yang

ada di negara lain adalah Islam di Burma tidak dipengaruhi oleh kekuatan eksternal.

Selain dari konflik periodik dengan negara tetangganya, Burma tidak pernah menjadi

target dari kekuatan besar negara Islam untuk menyebarkan Islam di sana. Muslim

106 Ibid. hlm. 7. 107 Ibid. hlm. 6.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 65: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Bengal memang pernah menorehkan pengaruhnya di Arakan, akan tetapi Islam gagal

meraih jantung di negeri ini. Kolonial Inggris, yang kemudian menguasai negeri ini,

menyebarkan agama Kristen. Tidak ada aktivitas dakwah Islam yang bertujuan untuk

menyebarkan Islam, seperti yang terjadi di Semenanjung Malaya. Hal itu membuat

muslim Burma yang berkembang melalui imigrasi dan eksogami, mempunyai

karakter yang unik. Menurut Moshe Yegar, yang dikutip oleh Andrew Selth,108 hal

itu disebabkan oleh keadaan geografis Burma yang menantang. Burma tidak menarik

untuk dikuasai, baik secara militer maupun komersial, sebagaimana negeri lainnya

yang lebih ke timur. Yang lebih penting lagi, di Burma telah hadir agama Budha

Theravada yang cukup kuat sejak abad ke 12.

Pernyataan ini diperkuat oleh Hugh Tinker yang dikutip oleh Riza Sihbudi,109

bahwa penyebab agama Islam tidak berkembang dengan baik di Burma adalah

geografi Burma yang sangat sulit dikuasai. Penaklukkan yang pernah dilakukan oleh

kaum Mongol, Manchu dan orang-orang Asia Tengah yang mengarah ke Asia

Tenggara umumnya berhenti ketika mencapai Burma. Hal tersebut disebabkan

kondisi geografi Burma yang dikelilingi hutan lebat, jurang, dan perbukitan tinggi.

Sedangkan sejarahwan lain mengemukakan bahwa negara Burma tidak memiliki daya

tarik bagi pedagang Malaysia dan Indonesia untuk datang ke Burma. Padahal para

pedagang-pedagang tersebut biasanya turut melakukan misi menyebarkan agama

Islam. Di Indonesia dan Malaysia, ketika pedagang Islam datang untuk menyebarkan

108 Ibid. hlm. 8. 109 Riza Sihbudi, dkk., Problematika Minoritas Muslim di Asia Tenggara: kasus Moro, Pattani, dan Rohingya (Jakarta: PPW-LIPI, 2000), hlm. 175.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 66: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

agama Islam, sudah ada suasana religious yang memudahkan Islam beradaptasi

dengan agama yang sudah ada. Pada waktu itu, agama Hindu dan Budha di Indonesia

dan Malaysia sedang dalam posisi yang tidak begitu kental, baru pada tataran agama

hukum yang melingkar di lingkungan kaum elit tanpa mampu menetrasi massa secara

kuat. Keadaan tersebut dapat di manfaatkan dengan baik oleh para pedagang Islam.

Hal ini sangat berbeda dengan kondisi Burma, Budha telah menjadi agama yang kuat

dan mengakar dalam masyarakat Burma.

Pada tahun 1936, muslim Burma membentuk sebuah aliansi bernama General

Council of Burma Moslem Associations (GCBMA). Aliansi ini bertujuan untuk

menjamin kepentingan masyarakat muslim di masa kemerdekaan Burma, terutama

jaminan khusus status keanggotannya di parlemen. Selain itu organisasi ini juga

menjaga agama, budaya, dan status hukum komunitas muslim, baik yang pribumi,

imigran, maupun muslim hasil kawin campur. Organisasi ini diutamakan dipimpin

oleh muslim yang memiliki latar belakang minimal punya satu orang tua asli Burma.

Namun, upaya GCBMA ini tidak mendapat respon positif dari kolonialis Inggris,

demikian juga dengan masyarakat nasionalis Budha Burma, mereka tidak

memberikan jaminan tersebut pada kaum muslim.110

110 Ibid. hlm. 177.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 67: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

BAB 3

MUSLIM ROHINGYA

3.1 Sejarah Muslim Rohingya

Rohang, adalah sebutan kata Arakan sebelumnya. Arakan merupakan tempat

yang cukup terkenal bagi para pelaut Arab sebelum adanya Islam. Saat itu, banyak

orang-orang, seperti Arab, Moor, Turki, Moghuls, Asia Tengah, dan Bengal yang

datang sebagai pedagang, prajurit, dan ulama. Mereka datang melalui jalur darat dan

laut.111

Pendatang tersebut banyak yang tinggal di Arakan dan bercampur dengan

penduduk setempat. Percampuran suku tersebut membentuk suku baru, yaitu suku

Rohingya. Oleh karena itu, muslim Rohingya yang menetap di Arakan sudah ada

sejak abad ke-7 dan mereka tidak terbentuk dari satu suku saja. Mereka terbentuk dari

percampuran berbagai suku yang berbeda.112

Suku Rohingya sebenarnya adalah orang-orang Islam dengan budaya mereka

yang jelas terlihat di daerah Arakan. Hal itu karena mereka menurunkan agama

mereka pada seluruh keturunan mereka dari bangsa Arab, Moor, Pathan, Moghul,

Asia Tengah, Bengal dan beberapa bangsa Indo-Mongol. Percampuran dari berbagai

111 Mohammed Ashraf Alam, “A Short Historical Background”, (7 Maret 2006 12.57), terdapat di situs http://www.rohingyatimes.i-p.com/history/history_maa.html112 Ibid.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 68: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

suku, membuat penampakan fisik unik mereka seperti tulang pipi yang tidak begitu

keras, mata mereka tidak begitu sipit (seperti orang Rakhine Magh dan orang Burma),

hidung mereka tidak begitu pesek. Mereka lebih tinggi dari orang Rakhine Magh

tetapi kulit mereka lebih gelap, beberapa dari mereka kulitnya kemerahan, tetapi tidak

terlalu kekuningan.113

3.2 Kedatangan Orang-Orang Arab dan Islam di Arakan

Muslim Arab datang pertama kali melewati daratan India dan Asia Tenggara

melalui jalur perdagangan pada abad ke-7. Pada waktu itu, rempah-rempah, katun,

batu mulia, barang tambang, dan komoditas lainnya yang datang dari selatan dan Asia

Tenggara merupakan barang-barang yang sangat dibutuhkan di daerah Timur Tengah

dan Eropa. Orang-orang Arab datang sebagai nelayan dan hampir menguasai

perdagangan tersebut. Mereka melahirkan pedagang-pedagang yang menyebarkan

Islam dan menjadi pelaut-pelaut hebat. Pengetahuan mereka tentang navigasi, ilmu

garis lintang dan garis bujur, fenomena astronomi, dan geografi negara-negara telah

membuat mereka tak tertandingi dalam hal berdagang di Samudra Hindia selama

beberapa abad. Orang-orang Arab tersebut menulis tentang tempat-tempat yang

mereka datangi untuk membuktikan kedatangan mereka di dunia Timur dan Barat. 114

Agama Islam pertama kali masuk ke Arakan dibawa oleh orang-orang Arab

yang dipimpin Muhammad bin Hanafiya pada tahun 680 M. Pada waktu itu, Arakan 113 Ibid. 114 Ibid.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 69: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

dikuasai oleh sebuah kelompok kanibal yang dipimpin oleh Ratu Kaiyapuri. Ketika

Muhammad bin Hanafiya datang ke Burma dan menyebarkan agama Islam Ratu

Kaiyapuri ikut memeluk agama Islam. Lalu, Hanafiya menikahi Ratu Kaiyapuri.

Pengikut Ratu Kaiyapuri pun ikut memeluk agama Islam. Setelah itu, dakwah Islam

pun tersebar di Arakan oleh para pelaut dan pedagang yang berasal dari Timur

Tengah.115

Arakan, yang pada asal mulanya dinamakan Rohang, merupakan sebuah

bangsa yang berdiri sendiri sejak awal mula sejarah bangsa itu dikenal. Oleh karena

itulah, mereka dinamakan orang Rohangya, yang kini lebih dikenal dengan sebutan

Rohingya. Arakan itu sendiri merupakan kata jamak dari rukn, berasal dari kata

bahasa Arab yang artinya ‘tiang-tiang’. Kata tersebut mencirikan keislaman dari etnis

Rohingya.116

3.3 Perkembangan Muslim Rohingya

3.3.1 Penduduk

Penduduk Rohingya hidup dengan bercocok tanam. Hasil produksi pertanian

utama di Arakan berasal dari Rohingya. Sebagian penduduk yang lain, bekerja

sebagai nelayan, pedagang, pengrajin tangan, dan tukang kayu. Oleh karena

diskriminasi yang menimpa mereka, penduduk Rohingya mulai kehilangan tanah dan

menjadi tuna wisma. Lahan perkebunan mereka diambil oleh masyarakat Budha yang 115 Ibid. 116 Riza Sihbudi, dkk., Op. Cit., hlm. 51.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 70: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

datang dari dalam dan dari luar Arakan pada tahun 1942. Selain itu, pajak tinggi

terhadap hasil pertanian dan pengambilalihan tanah membuat mereka hidup di bawah

garis kemiskinan dan mengalami kelaparan. Jumlah pengusaha semakin menurun,

mereka tidak diizinkan melakukan kegiatan bisnis secara bebas. Rezim militer telah

melarang mereka mendapatkan hak kebebasan di kotanya. Hal itu berdampak pada

kehidupan sosial budaya, ekonomi, pendidikan, dan kehidupan sehari-hari muslim

Rohingya.117

3.3.2 Agama dan Budaya Muslim Rohingya

Masyarakat Rohingya adalah penganut agama Islam yang taat. Sebagian besar

dari muslim Rohingya, para laki-lakinya menumbuhkan janggut dan para wanita

memakai jilbab. Rumah-rumah mereka dikelilingi oleh dinding–dinding bambu yang

tinggi. Di Arakan, di setiap desa terdapat masjid dan madrasah (sekolah untuk

penganut agama Islam). Laki-laki Rohingya salat secara berjamaah sedangkan para

wanita salat di rumah.

Semua kegiatan sosial seperti menolong orang miskin, janda dan anak yatim,

serta acara pernikahan dan kematian dilakukan oleh suatu lembaga sosial yang ada di

setiap desa. Lembaga tersebut disebut Samaj. Ulama dalam lingkungan muslim

117 Nurul Islam, “Facts About The Rohingya Muslims Of Arakan”, (22 Februari 2006, 20.02), terdapat di situs http://www.rohingya.com/rohi/summary.htm

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 71: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Rohingya memiliki peranan yang sangat penting, khususnya dalam masalah hukum,

seperti masalah keluarga muslim Rohingya.118

3.3.3 Pendidikan Muslim Rohingya

Sebelum junta militer berkuasa tahun 1962, muslim Rohingya memiliki posisi

yang sama dengan masyarakat mayoritas Budha. Akibat kemiskinan, diskriminasi

sosial dan serangan yang terus melanda mereka, jumlah pelajar-pelajar muslim

Rohingya menurun drastis. Pendidikan tingkat dasar, apalagi tingkat tinggi, tidak bisa

dengan mudah mereka dapatkan.

Terdapat sejumlah sukarelawan di sekolah-sekolah agama untuk memberikan

pendidikan pada pelajar-pelajar muslim Rohingya. Namun, dengan adanya berbagai

larangan, minimnya dana dan fasilitas membuat mereka tidak mampu memberikan

pendidikan yang layak. Hal inilah yang menyebabkan mereka tidak bisa menciptakan

pemuda-pemuda yang berpendidikan untuk membantu menyelesaikan masalah

masyarakat Rohingya.119

3.3.4 Status Politik Muslim Rohingya

Sebelum 1962, muslim Rohingya dikenal sebagai etnis bangsa pribumi

Burma. Mereka memiliki perwakilan di parlemen Burma, beberapa dari mereka

diangkat menjadi menteri, sekretaris parlemen, dan di beberapa posisi pemerintahan

118 Ibid. 119 Ibid.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 72: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

lainnya. Setelah rezim militer berkuasa, secara sistematis hak politik mereka dicabut,

pegawai-pegawai pemerintahan yang sebelumnya diduduki oleh muslim Rohingya

diganti oleh orang-orang Budha Arakan.

Pada awal kemerdekaan, Budha Arakan yang fundamentalis sering menuduh

nasionalisme muslim Rohingya sebagai pro Pakistan. Berdasarkan pada tuduhan

tersebut muslim Rohingya sulit menjadi tentara, pejabat sipil, polisi, dan kepala desa

di wilayah mereka sendiri. Keadaan tersebut semakin parah setelah dikeluarkannya

Undang-Undang Kewarganegaraan 1982 yang menyatakan bahwa mereka bukan

penduduk asli Burma. Pemerintah tidak lagi mengizinkan mereka untuk berpartisipasi

dalam kehidupan politik pemerintahan Burma.120

3.4 Perlakuan Terhadap Muslim Rohingya

Di bawah pemerintahan kolonial, masyarakat muslim menduduki posisi senior

di bidang pelayanan umum dan masyarakat sipil. Selama tahun 1920-an dan 1930-an,

kelompok nasionalis muslim muda berada di garis depan menuntut kemerdekaan dari

Inggris. Setelah pembentukan Union of Burma tahun 1948, sejumlah muslim

menempati posisi yang tinggi di pemerintahan, di bawah pimpinan Perdana Menteri

U Nu yang beragama Budha. Setelah kudeta militer tahun 1962, sejumlah kecil

muslim terus mengabdi di bawah pemerintahan Jendral Ne Win.121

120 Ibid. 121 Selth, Op. Cit., hlm. 8.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 73: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Terhadap kelompok minoritas ini, pemerintah yang berkuasa memberlakukan

larangan dan kewajiban-kewajiban tertentu. Pemerintah melarang pembentukan

perserikatan dan melarang munculnya gerakan yang mempertanyakan tentang hak-

hak buruh. Tidak jarang, mereka memperoleh perlakuan kasar, dan tidak

berperikemanusiaan. Hal itu menyebabkan sakit dan kematian merupakan hal yang

lekat dengan keseharian mereka.122

Diperkirakan, pemerintahan Burma telah melakukan paling tidak 13 operasi

bersenjata melawan Rohingya semenjak tahun 1948. Mereka melucuti senjata,

menutup sekolah agama, dan membakar masjid-masjid. Pada 1975, sekitar 15.000

penduduk muslim Rohingya mengungsi ke negara tetangga, Bangladesh, untuk

melarikan diri dari penganiayaan. Pada 1978, operasi militer masif, yang dikenal

dengan nama Operasi Naga Min, memaksa sekitar 200.000 Rohingya untuk keluar

dari Burma. Operasi tersebut meliputi relokasi paksa muslim disertai pemerkosaan,

pemaksaan, dan penggusuran masjid. Rezim yang berkuasa menyalahkan kelompok

pengacau Bengal atas kejadian itu.

3.4.1 Muslim Rohingya dan Masalah Sosial Budaya

Muslim Rohingya selalu mengalami pengalaman pahit atas ketidakadilan

sosial budaya yang mereka terima selama bertahun-tahun. Ketidakadilan tersebut

meliputi perlakuan atas agama, suku, dan posisi mereka sebagai kelompok minoritas.

122 Riza Sihbudi, dkk., Op. Cit., hlm. 61.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 74: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Pemerintah Burma yang diktator memberlakukan pembatasan-pembatasan pada

kelompok agama tertentu, bahkan melakukan pengawasan yang ketat untuk aktivitas

gerakan kelompok itu. Perlakuan yang tidak setara terhadap kelompok minoritas

merupakan perlakuan yang biasa diterima. Menurut pendapat Yegar, yang dikutip

oleh Riza Sihbudi,123 munculnya pertentangan antara pemerintah dan masyarakat

Burma dengan kelompok muslim minoritas pada intinya adalah sebagai akibat dari

perbedaan karakteristik yang tidak bisa disatukan antara adat kebiasaan orang Burma

dengan budaya Islam.

Secara umum, pemerintah sebenarnya mencanangkan kebijakan untuk

memberi kebebasan kepada penduduk dalam menjalankan agama mereka masing-

masing. Pada kenyataannya, pemerintah menerapkan banyak larangan, khususnya

terhadap kelompok minoritas. Kitab suci Alquran yang diterjemahkan ke dalam

bahasa lokal, tidak dapat diimpor secara legal. Izin untuk mendirikan masjid sangat

sulit didapatkan.124

Dalam hal bepergian ke luar negeri seperti menjalankan ibadah haji atau

menghadiri pertemuan keagamaan dengan luar negeri sebenarnya diperbolehkan.

Namun, pembatasan dan pengawasan yang ketat serta kesulitan lain menghadang

kelompok minoritas muslim ini. Seperti, pembatasan masa berlakunya visa, sulitnya

pengurusan paspor, dan kecurigaan atas segala kegiatan yang dilakukan oleh

kelompok minoritas muslim di dalam dan di luar negeri. Contoh perlakuan yang

123 Ibid. hlm. 60. 124 Ibid. hlm. 62.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 75: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

dilakukan pemerintah Burma pada tahun 1962, tentang aturan pembatasan haji. Pada

tahun tersebut, jamaah haji Burma berkisar sampai 500 orang. Namun dengan adanya

kebijakan uang ketat di era pemerintahan militer, jumlah tersebut turun drastis

menjadi rata-rata hanya 16 orang. Itu pun hanya diberikan kepada orang-orang tua

yang belum pernah pergi haji.125

Dalam pengaturan soal organisasi keagamaan, pemerintah menerapkan suatu

mekanisme yang mewajibkan setiap organisasi keagamaan kelompok harus

mendaftarkan diri pada Menteri Dalam negeri dengan tembusan ke Menteri Agama.

Namun, persoalan yang bertentangan timbul ketika salah satu di antara organisasi

tersebut yang memperoleh kesempatan untuk membuka rekening bank. Organisasi

tersebut diharuskan membuat tembusan ke Dewan Gereja Burma bukan ke Menteri

Agama.126

3.4.2 Muslim Rohingya dan Masalah Ekonomi

Di wilayah Arakan Utara yang mayoritas penduduknya adalah muslim,

pemerintah pusat menekankan suatu aturan baru yang menyebabkan kerugian besar

bagi muslim Rohingya. Aturan baru itu menyebutkan, bahwa petani, buruh pemotong

kayu dan bambu, serta pekerja agrobisnis, harus menjual produk mereka kepada agen

yang telah ditunjuk oleh pemerintah dalam harga yang sudah ditentukan. Mereka

125 Ibid. 126 Ibid. hlm. 63.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 76: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

dilarang menjual produknya kepada orang lain. Untuk memperoleh fasilitas tersebut,

para agen telah memberikan uang yang banyak kepada pemerintah.127

Pada tahun 1989, pemerintah militer Burma mengeluarkan kartu identitas baru

untuk penduduk. Kartu identitas tersebut tidak hanya memuat foto, nama orang tua,

dan alamat, tetapi juga memuat asal suku bangsa dan agama. Kartu identitas baru itu

harus selalu dibawa ke manapun mereka pergi. Kartu itu juga dibuat sebagai

persyaratan jika ingin membeli tiket untuk bepergian, mendaftarkan anak di sekolah,

melamar pekerjaan, termasuk semua kedudukan sebagai pegawai negeri, menjual atau

membeli tanah, dan kegiatan sehari-hari lainnya.128

Muslim Rohingya tidak diperbolehkan memiliki kartu identitas tersebut. Hal

itu membuat mereka mengalami kesulitan bila akan bepergian. Mereka

diperkenankan bepergian, setelah memperoleh izin dari pihak yang berwenang.

Dalam banyak kasus, izin perjalanan hanya diberikan untuk 12 jam saja dan hanya

pada kasus tertentu seorang muslim diberikan izin perjalanan sampai bisa menginap.

Untuk perjalanan yang jauh, seperti ke Maungdaw, Buthidaung, atau ke ibu kota

propinsi Akyab, mereka sulit mendapatkan izin. Kesulitan memperoleh izin

perjalanan itu menyebabkan masyarakat Rohingya sulit memperoleh pekerjaan,

terutama pada musim panas, ketika pekerjaan pertanian menurun. Muslim Rohingya

hidup dalam kamp konsentrasi dengan tidak mempunyai akses untuk bekerja, tidak

ada peluang untuk berdagang dan bisnis, serta tidak ada kesempatan untuk

127 Ibid. hlm. 88. 128 Ibid. hlm. 90.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 77: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

melanjutkan pendidikan. Bahkan, hak menikah pun dilarang. Muslim yang berjanggut

tidak boleh menggunakan transportasi umum atau memasuki kantor-kantor

pemerintah. Sementara muslim yang bukan penduduk Akyab (ibukota Arakan)

dilarang memasuki kota itu dan kota Rangoon.129

Kondisi di atas diperparah lagi dengan kewajiban untuk membayar berbagai

macam pajak. Bila musim panen, para petani diharuskan menjual kepada pemerintah

dengan harga yang sudah ditetapkan. Di samping itu, pajak padi dihitung dari

prosentase luas tanah yang dimiliki oleh petani, bukan dari hasil panen. Perhitungan

ini merugikan petani Rohingya yang sebagian besar dari mereka mempunyai tanah

tidak subur. Dengan kondisi tanah seperti itu dan pemerintah yang tetap

memberlakukan pajak padi berdasarkan luas tanah, membuat banyak petani Rohingya

yang tidak mampu membayar pajak.130

Dengan berbagai tekanan dan paksaan, baik dari pihak mayoritas Budha

maupun pihak pemerintah, muslim Rohingya selalu mengalami perlakuan yang

semena-mena. Muslim Rohingya seakan tidak lagi memiliki hak asasi untuk

menentukan kehidupan mereka sendiri.

129 Ibid. 130 Ibid. hlm. 91.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 78: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

BAB 4

PEMBERONTAKAN SPORADIS MUSLIM ROHINGYA

4.1 Latar Belakang Pemberontakan

Di masa pendudukan Jepang tahun 1942, sebagian besar masyarakat muslim

di Arakan tetap proinggris. Untuk mempertahankan loyalitas dan dukungan ini,

pemerintah Inggris menjanjikan pada kaum muslim, menjadikan wilayah Arakan

Utara sebagai wilayah muslim secara nasional. Ketika Jepang kalah dalam Perang

Dunia II, dan Inggris kembali menduduki Burma, tokoh-tokoh dari masyarakat

muslim Rohingya yang berkolaborasi dengan Inggris ditunjuk untuk menduduki

jabatan-jabatan penting dalam birokrasi dan administrasi lokal di Arakan. Di masa itu

Inggris juga banyak mendatangkan imigran muslim yang berasal dari Chittagong,

Pakistan Timur. Inggris juga mengundang ratusan ribu pengungsi muslim di Arakan

Selatan yang menyeberang ke India di tahun 1942 untuk kembali ke Arakan Utara.131

Berdasarkan afiliasi keagamaan dari mayoritas penghuninya, Arakan terbagi

ke dalam dua distrik; di bagian utara merupakan distrik muslim, dan di bagian selatan

merupakan distrik kaum Budha.132 Sejak pemerintahan kolonial Inggris, kelompok

Budha dan muslim Arakan sudah saling bermusuhan satu sama lain. Mereka saling

bersaing untuk memperebutkan sumber-sumber daya ekonomi. Di bagian selatan

131 Ibid. hlm. 150. 132 Ibid.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 79: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Arakan orang-orang yang beragama Budha merupakan kelompok mayoritas

sedangkan Islam tergolong minoritas. Sebaliknya, di Arakan Utara kaum muslim

merupakan mayoritas sedangkan Budha adalah minoritas. Di Arakan Selatan,

mayoritas Budha sering menyerang minoritas muslim. Hal itu mengakibatkan

terjadinya gelombang pengungsian kaum muslim ke Arakan Utara. Terdapat pula

sekitar 22.000 orang muslim Arakan yang menyeberang ke daerah perbatasan

Bangladesh. Cerita yang dibawa oleh para pengungsi muslim yang mencapai daerah

Maungdaw di Arakan Utara tentang perlakuan kaum Budha membangkitkan

kemarahan penduduk asli muslim di sana. Sebagai pelampiasan dendam, penduduk

muslim di Arakan Utara itu menyiksa kaum minoritas Budha. Pada akhirnya,

penyerangan ini mengakibatkan kelompok Budha di Arakan Utara menyeberang ke

selatan tempat mayoritas kaum Budha.133

Setelah kemerdekaan Burma, posisi para pejabat dan pegawai muslim di

Arakan Utara banyak yang diganti oleh pemerintah Burma dengan kaum Budha

Arakan. Pemerintah Burma yang baru juga berupaya memulihkan kembali desa-desa

Budha yang ditinggalkan oleh para penghuninya selama terjadi kerusuhan. Kaum

muslim yang menduduki tanah-tanah kaum Budha diusir begitu saja, tanpa

menyediakan lahan baru sebagai penggantinya. Perlakuan semena-mena dari

pemerintah Burma ini diperburuk lagi dengan kegagalan pemerintah Burma untuk

memenuhi janji Inggris; menjadikan Arakan Utara sebagai wilayah administratif

muslim yang tersendiri. Hal itu berakibat terjadinya berbagai sabotase dan sikap non- 133 Ibid.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 80: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

kooperatif dari kaum muslim di Arakan Utara kepada pemerintah Burma dan

masyarakat Budha setempat. Mereka mengadakan boikot ekonomi, sosial maupun

politik. Kaum muslim menyabotase pengiriman bahan-bahan makanan dan fasilitas

air bersih di perkampungan-perkampungan kaum Budha di Arakan Utara. Hal

tersebut merupakan upaya kaum muslim untuk mengusir kaum Budha kembali ke

Arakan Selatan.134

Menurut Ted Robert Gurr, yang dikutip oleh Riza Sihbudi,135 ada tiga

penyebab terjadinya pemberontakan. Pertama, karena secara psikologis masyarakat

tertentu mengalami tekanan. Pada saat tekanan tersebut mencapai tingkat yang tak

dapat ditahan lagi, maka akan timbul perlawanan atau pemberontakan. Peristiwa

tesebut akan cepat berkembang jika ada tokoh dari masyarakat yang tertindas turut

mendukung bahkan menjadi pemimpin perlawanan tersebut. Kedua, karena

perbedaan kelas yang tajam, sehingga menimbulkan kecemburuan sosial atau bahkan

frustasi sosial di kalangan yang menderita yang jika tak terbendung lagi maka akan

menimbulkan pemberontakan. Ketiga, karena rasa curiga akibat faktor suku atau

agama dari pihak minoritas terhadap kaum mayoritas yang mendominasi.

Sedangkan menurut Eric A. Nordlinger,136 salah satu penyebab terjadinya

konflik antar kelompok suku adalah masalah agama. Konflik ini dapat menimbulkan

perpecahan. Kelompok tersebut cenderung memperlihatkan pertentangan emosional

antar satu sama lain. Dalam hal ini perbedaan agama di Arakan yang menyebabkan

134 Ibid. hlm. 151. 135 Ibid. hlm. 192. 136 Eric A. Nordlinger, Op. Cit. hlm. 213-214.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 81: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

konflik antar muslim Rohingya dan Budha Arakan. Konflik ini semakin parah setelah

Ne Win berkuasa di Burma dengan sistem junta militernya. Dengan berbagai

kebijakan yang merugikan rakyat terutama muslim Rohingya semakin gencar

dilakukan. Seperti Operasi Naga Min (Operasi Raja Naga) pada tahun 1978 yang

telah mengusir 200.000 muslim Rohingya dari Arakan dan Undang-Undang

Kewarganegaraan tahun 1982 yang menyatakan bahwa muslim Rohingya bukan

bagian dari warga negara Burma. Dengan berbagai tindakannya tersebut muslim

Rohingya semakin mengalami penderitaan yang seakan tak pernah ada habisnya.

4.2 Pemberontakan Muslim Rohingya di Masa Pemerintahan U Nu

Pada bulan Agustus 1948, delapan bulan setelah kemerdekaan, terjadi

kekacauan yang luar biasa. Banyak terjadi pemberontakan-pemberontakan, seperti

Komunis Bendera Merah (Red Flag Communist), Komunis Bendera Putih (White

Flag Communist), dan White Comrade. Mereka merasa tidak puas dengan kebijakan

pemerintah karena tidak bisa menentukan daerahnya sendiri, seperti yang diharapkan

di beberapa ras lain, yaitu Shan, Kachin, dan Karen.137

Muslim Rohingya pun dirugikan, dengan status mereka dalam pemerintahan

nonmuslim, ketika pejabat-pejabat Islam digantikan oleh orang-orang Budha.

Pengungsi-pengungsi Budha yang berada di bagian Arakan Selatan diperbolehkan

untuk kembali ke rumah dan desa, dari tempat mereka dipindahkan beberapa tahun

137 Kyaw Zan Tha, Loc. Cit.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 82: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

sebelumnya.138 Melihat keadaan ini, muslim Rohingya memanfaatkan kesempatan

dari aksi gerakan yang dilakukan oleh gerakan-gerakan komunis. Mereka menuntut

berdirinya negara otonom. Namun, pemerintah menolak kedua tuntutan tersebut.

Akibatnya, gerakan komunis mencabut dukungan mereka untuk AFPFL (Anti-Fascist

People’s Freedom League) dan memilih Arakan National Union Organization

(ANUO) dalam pemilihan. Sementara itu, muslim Rohingya memulai pemberontakan

di bawah gerakan Mujahid. Gerakan tersebut dibentuk pada deklarasi Dobboro

Chaung, Agustus 1947, dipimpin oleh Jafar Hussain atau lebih dikenal dengan nama

Jafar Kawal139 (pada Oktober 1950 Jafar Kawal dibunuh. Kepemimpinan Mujahid

digantikan oleh penerusnya, Cassim).140 Pemimpin muslim mulai menyerukan jihad

melawan pendudukan Arakan, dan target utama dari penyerangan ini adalah

penduduk lokal beragama Budha, bukan perwakilan pemerintah pusat.141

Oleh karena lemahnya pemerintah pusat pada waktu itu, ditambah dengan

kekacauan yang terjadi di Burma, gerakan yang dilakukan oleh Mujahid berkembang

semakin cepat.142 Dalam setahun pemberontakan Mujahid menguasai sebagian besar

wilayah Arakan Utara serta menarik perhatian warga Rangoon pada waktu itu.

Peristiwa itu terjadi bersamaan dengan kejatuhan Burma dalam ketidakstabilan

politik. Pemerintah juga tidak memulai tindakan pencegahan hingga 1951.143

138 Christie, Op. Cit., hlm. 168. 139 Tha, Loc. Cit. 140 Smith, Op. Cit., hlm. 129. 141 Selth, Op. Cit., hlm. 14. 142 Ibid. 143 Christie, Op. Cit.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 83: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Pada awal timbulnya pemberontakan, banyak pemimpin-pemimpin Islam

yang berkhutbah tentang pembelaan terhadap Islam atau melakukan jihad ketika ada

yang menyerang hak serta wilayah umat Islam. Dengan istilah yang lebih spesifik,

pemberontak dan warga muslim Arakan yang tidak secara langsung mendukung

pemberontakan inginkan adalah pemberian daerah khusus bagi umat Islam, sebuah

“negara bagian perbatasan”. Seperti halnya yang disebut oleh pertemuan muslim di

Maungdaw pada April 1947, daerah yang bukan pemisahan dari Burma, tetapi dari

dominasi umat Budha di Arakan.144

Keadaan di Arakan saat itu sangatlah rumit, dengan banyaknya kekerasan

yang terjadi di seluruh Arakan, tidak hanya di daerah utara yang didominasi oleh

muslim. Akibat perang yang berkepanjangan, Arakan terisolasi dari wilayah Burma

yang lain. Hal itu juga disebabkan semakin parahnya gerakan separatis setelah

perang. Infrastruktur yang terdapat di Arakan tidaklah mencukupi dan telah

dihancurkan semasa perang. Banyak masyarakat Arakan menganggap bahwa para

politikus Burma kurang memperhatikan perbaikan ekonomi wilayah tersebut. Hal

tersebut menyebabkan stimulasi sentimen separatis dan permintaan untuk

pembentukan negara bagian bagi orang-orang Arakan sebagai “unit otonomi yang

terpisah” dalam kesatuan Burma, dari orang-orang yang beragama Budha.145

Dalam keadaan yang penuh kekerasan, Arakan sangat terpengaruh oleh

pemimpin pergerakan setempat yang merupakan pemimpin Mujahid. Sejak adanya

144 Ibid. 145 Ibid. hlm. 169.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 84: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

saling ketergantungan antarpara pemberontak, tanpa bisa dihindari, ada kolusi

antarmereka, dalam hal persenjataan dan penyelundupan beras. Hal itu juga terjadi

antara Mujahid dan grup pemberontak lain di Arakan. Akan tetapi, secara

keseluruhan antara muslim Arakan yang memberontak dan pihak separatis selalu

diliputi rasa curiga, bahkan terjadi konflik terbuka. Hal itu membuat pemberontakan

Mujahid dianggap sebagai gejala konflik internal Arakan, yang juga merupakan

tantangan bagi pemerintah pusat. Hal terakhir yang diinginkan oleh penduduk muslim

Rohingya adalah pembentukan negara bagian Arakan yang semiotonom. Jika

terwujud, hal itu merupakan bentuk kebaikan yang diberikan oleh pemerintah yang

didominasi oleh Budha Arakan yang berpusat di Akyab (ibu kota Arakan).146

Keadaan hubungan yang kompleks antara penduduk muslim Arakan, Budha,

dan pemerintah pusat memberikan peluang kepada Rangoon untuk mengeksploitasi

pertentangan regional dan komunitas tersebut. Pada saat yang sama, hal tersebut

mempersulit terbentuknya keputusan politik yang dapat memuaskan semua pihak.

Jika kesepakatan dibuat bersama salah satu kelompok pemberontak, maka akan

ditentang oleh kelompok yang lain. Arakan merupakan contoh yang sempurna bagi

“ekuilibrium ketidakstabilan” yang melanda daerah-daerah di Burma dalam beberapa

dekade sejak kemerdekaan.147

Antara tahun 1951 – 1954, tentara Burma lebih memfokuskan perhatiannya

terhadap Arakan. Serangkaian aksi diadakan untuk meredam tindakan gerakan

146 Ibid. 147 Ibid.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 85: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Mujahid. Di antaranya menangkap dan mengasingkan pemimpin Mujahid, Cassim, ke

Pakistan pada bulan Juni 1954. Aksi tersebut berpuncak pada November 1954 dengan

nama ‘Operation Mansoon’. Tujuan utama operasi tersebut adalah untuk memecah

persatuan pemberontak muslim langsung di daerah mereka. Akibatnya, kegiatan

Mujahid berfokus pada penyelundupan beras dan imigran gelap ke Pakistan untuk

mendapatkan senjata. Pemberontakan melemah dan menjadi semikejahatan yang

menjadikan masyarakat sipil menjadi korban.148

Mei 1946, beberapa kaum muslim Rohingya mencoba membuat maklumat

untuk bekerja sama dengan M. Ali Jinnah, seorang tokoh Pakistan, untuk

menggabungkan wilayah Arakan Utara sebagai bagian dari Pakistan. Dua bulan

setelah maklumat ini diumumkan, Liga Muslim Arakan Utara (North Arakan Muslim

League) didirikan. Anggota-anggotanya, khususnya yang ingin bergabung dengan

Pakistan, adalah imigran muslim yang berasal dari Chittagong sedangkan muslim

Rohingya yang lain menolak penggabungan ini. M. Ali Jinnah berusaha meyakinkan

Jenderal Aung San, pemimpin Burma waktu itu, yang tidak mendukung

penggabungan tersebut. Setelah Pakistan mencapai kemerdekaannya, dan Ali Jinnah

menjadi pemimpin di tahun 1947, sama sekali tidak terjadi pergolakan di Arakan.

Namun, setahun kemudian, tepatnya di bulan April 1948, pecah lagi kerusuhan di

Arakan. Hal ini disebabkan pemerintah Burma melancarkan program

pengambilalihan tanah-tanah muslim untuk kaum Budha. Pemerintah Burma

berkeyakinan tanah-tanah yang dimiliki kaum muslim dulunya merupakan tanah- 148 Ibid. hlm. 170.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 86: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

tanah Budha Burma yang ditinggalkan untuk menghindari diri dari kerusuhan

antarkelompok keagamaan.149

Tindakan pemerintah Burma sangat meresahkan kaum Mullah Arakan, di

dalam setiap khutbah mereka senantiasa melancarkan jihad melawan Budha Burma

yang mereka sebut sebagai bentuk untuk melawan kekafiran. Khutbah-khutbah ini

menyalakan semangat antipati yang luar biasa di kalangan muslim terhadap

pemerintah Burma, yang dianggapnya hanya memenuhi kepentingan Budha Arakan

saja. Penduduk akhirnya melancarkan aksi protes di Maung Bazar terhadap

pemerintah yang menyita tanah-tanah mereka. Petugas keamanan yang didatangkan

oleh pemerintah Rangoon untuk menertibkan suasana justru menjadi sasaran amuk

massa. Peristiwa di Maung Bazar menjadi titik awal dari pemberontakan muslim

Rohingya di Arakan Utara terhadap pemerintah Rangoon.150

Muslim di bagian Burma lainnya tidak mendukung pemberontakan muslim

Rohingya yang dipelopori oleh kaum Mullah. Muslim yang berhaluan moderat

bahkan berusaha mempengaruhi para pemberontak untuk menghentikan aktivitasnya.

Mereka meyakinkan pemerintah Rangoon bahwa pemberontakan tersebut merupakan

hasil provokasi dan digerakkan oleh sebagian kecil pemimpin muslim Arakan.

Pemerintah Burma berusaha melakukan negosiasi dengan para pemberontak dengan

mengirimkan komisi khusus di bulan Juli 1948 yang mencoba menyelidiki sebab-

149 Riza Sihbudi, dkk., Op. Cit. hlm. 151. 150 Ibid. hlm. 152.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 87: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

sebab pemberontakan dengan mendengarkan segala keluhan-keluhan mereka.151

Dalam dengar pendapat di antara kedua belah pihak, kaum pemberontak muslim

Rohingya mengutarakan pada komisi pemerintah, bahwa Rohingya tidaklah seperti

imigran muslim yang berasal dari Chittagong, meskipun keduanya menganut agama

yang sama, serta memiliki atribut-atribut kultural maupun etnik yang relatif sama.

Muslim Rohingya sudah berabad-abad dan secara turun-temurun tinggal di Arakan,

mereka mengklaim dirinya sebagai penduduk asli Arakan. Kuburan nenek-moyang

dan masjid yang dibangun berabad-abad yang silam adalah simbol-simbol keaslian.

Mereka adalah “the native Arakan”. Sementara itu, muslim Chittagong, menurut

Rohingya, adalah imigran yang didatangkan oleh pemerintah kolonial Inggris untuk

membantu pembangunan infrastruktur dan prasarana lainnya di Burma. Meskipun

sudah demikian jelas perbedaannya, tetap saja masyarakat Budha Arakan

menganggap Rohingya tidak bedanya dengan imigran Chittagong. Masyarakat

Budha Arakan bahkan melancarkan propaganda bahwa muslim Rohingya adalah

bagian dari muslim Pakistan sehingga hak-hak hidupnya atas tanah Arakan harus

diabaikan.152

Hampir semua sektor kehidupan di Arakan dikuasai oleh Budha Arakan.

Mulai dari birokrasi pemerintahan sipil, militer, perdagangan, dan jasa. Muslim

Rohingya sangat dimarginalkan, kesempatan mereka untuk menjadi polisi, kepala

desa, pegawai pemerintah sangatlah kecil dibanding Budha. Polisi dan kepala desa di

151 Ibid. 152 Ibid. hlm. 153.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 88: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

daerah-daerah muslim banyak digantikan oleh orang-orang Budha. Muslim di Arakan

juga diperlakukan tidak adil. Mereka dijarah, diperas, dan dipenjarakan tanpa proses

pengadilan. 153

Akibat ancaman dan penggusuran oleh kaum Budha, muslim Rohingya yang

diusir di tahun 1942 tidak bisa kembali ke desanya lagi. Akibatnya, ribuan pengungsi

Rohingya hidup di tempat-tempat pengungsian di India dan Pakistan. Sementara itu,

tanah-tanah dan harta-benda mereka di Arakan dirampas. Para mujahid Rohingya

mengangkat senjata karena segala protes dan tuntutan mereka tak didengar oleh

pemerintah Rangoon. Pemerintah Rangoon malah mendukung terjadinya

pembasmian etnis dan menghilangkan identitas etnis Rohingya dengan mengambil

kembali tanah-tanah Rohingya untuk Budha. Pemerintah justru mengadakan operasi

militer besar-besaran untuk membantai dan mengusir Rohingya dari tanah

kelahirannya. Rohingya menghendaki keadilan. Mereka berharap dapat menjadi

warga negara Burma di bawah aturan hukum, bukan di bawah dominasi tirani.154

Sayangnya, tidak tercapai kesepakatan antara komisi yang mewakili

pemerintah dan pihak pemberontak. Pemerintah tetap menempuh kekerasan militer

untuk melumpuhkan pemberontakan. Para pemberontak bertempur sengit melawan

polisi dan angkatan bersenjata Burma yang ditempatkan di Arakan untuk mengepung

wilayah ini dalam waktu yang relatif panjang. Di tahun 1949, militer Burma berhasil

menguasai pelabuhan Akyab sedangkan para pemberontak menguasai seluruh

153 Ibid. 154 Ibid. hlm. 154.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 89: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

wilayah Arakan Utara.155 Gerakan-gerakan pemberontakan muslim juga terjadi di

bagian lain propinsi Arakan. Pada tahun 1954, Cassim, pemimpin muda militan dan

berpendidikan, menjadi pemimpin dari setiap gerakan yang dilakukan oleh muslim

Rohingya. Dalam waktu yang singkat, ia berhasil memperoleh dukungan dalam

jumlah besar. Namun, pada 13 September 1966 Cassim dibunuh oleh orang tak

dikenal di daerah Cox’s Bazar. Kematiannya menyebabkan gerakan muslim

Rohingya mengalami kemunduran.156

Dari tahun 1951 sampai 1954, militer Burma mengadakan serangan besar-

besaran terhadap gerilyawan Rohingya. Hal itu membuat gerilyawan Rohingya

terpaksa mundur dari wilayah yang didudukinya. Operasi militer pemerintah pada

bulan November 1954, pada akhirnya menghancurkan basis pertahanan terakhir dari

para mujahid Rohingya. Beberapa pemimpin utama pemberontakan terbunuh dalam

pertempuran ini. Keberhasilan operasi militer ini membuat perlawanan Rohingya

menurun. Kekuatan Rohingya semakin memudar dan terpecah-pecah ke dalam

kelompok-kelompok kecil. Pada akhirnya, gerakan Mujahid tidak lagi menjadi

ancaman bagi pemerintah Burma.157

Setelah berakhirnya operasi militer yang terorganisir dari para mujahid,

pemerintah Burma masih melancarkan tuduhan bahwa para mujahid mendorong

masuknya ribuan imigran gelap dari Chittagong, yang sangat padat penduduknya, ke

Arakan. Para imigran ini, karena faktor kesamaan agama sangat mudah membaur

155 Ibid. 156 Khan, Loc. Cit. 157 Riza Sihbudi, dkk., Op. Cit., hlm. 154.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 90: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

dengan muslim Rohingya di Arakan Utara.158 Mereka, seperti halnya Rohingya,

hidup dari pertanian subsistem dengan menggarap lahan-lahan kosong di Arakan.

Pemimpin-pemimpin Rohingya menolak tuduhan tersebut. Mereka mengatakan

pemerintah Rangoon tidak hanya melancarkan tuduhan yang tidak benar, tetapi juga

melakukan propaganda untuk mencegah para pengungsi Rohingya, yang dulunya

melarikan diri ke Pakistan, untuk kembali ke tanah air dengan menuduh mereka

berasal dari Chittagong yang menyusup ke Burma secara ilegal.159

Salah satu dampak dari pemberontakan di Arakan adalah makin bangkitnya

kesadaran untuk memperjuangkan Arakan sebagai wilayah otonom bagi muslim

Rohingya. Mereka yang berhaluan moderat juga menuntut Arakan menjadi negara

bagian tersendiri (State of Arakan) di bawah persatuan Burma yang memiliki hak-hak

dan kesempatan yang sejajar dengan daerah bagian lainnya. Sebagian besar dari

Rohingya, khususnya yang tinggal di daerah Buthidaung dan Maungdaw, lebih

menekankan tuntutan pembentukan Arakan sebagai wilayah otonom yang

bertanggung jawab langsung pada pemerintah pusat di Rangoon, dengan

menyingkirkan semua pejabat pemerintahan Arakan yang beragama Budha.160

Antara 1960 sampai 1962, masyarakat Rohingya berjuang untuk memperbaiki

status Arakan. Pada waktu pemilihan umum April 1960, U Nu berjanji jika partainya

memenangkan pemilu, dia akan menjadikan Arakan sebagai wilayah negara bagian

yang otonom dan sejajar dengan negara-negara bagian lainnya dibawah persatuan

158 Ibid. 159 Ibid. hlm. 155. 160 Ibid.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 91: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Burma. Setelah mencapai kemenangan, U Nu membentuk komisi yang bertugas

mengumpulkan segala permasalahan dan aspirasi muslim Arakan.161

Pada tahun selanjutnya, U Nu memenuhi janjinya setelah regional autonomy

commission tahun 1948, mengumumkan pembentukan negara Mon dan Arakan, yang

akan diselesaikan pada tahun 1962. Akan tetapi, kelompok Mujahid yang tidak puas

meneruskan pemberontakan untuk memaksa dan meminta hak beragama Islam dan

pemisahan yang legal dari daerah terdepan Mayu dari Burma. Walaupun pemerintah

merasa mendapatkan dukungan selama tahun 1961 dengan menyerahnya 500 tentara

gerilya Mujahid bersenjata berat yang dipimpin oleh Rauschid Bullah dan Mustafiz,

yang aktif di perbatasan Pakistan semenjak merdeka, banyak penduduk lokal Budha

dan Islam yang berkata bahwa terdapat potensi konflik yang tidak terlihat oleh

pemerintah Burma.

Rohingya Jamieatul Ulama merupakan salah satu organisasi yang

menyerahkan memorandum yang mencatat semua aspirasi dan pandangan muslim

Rohingya. Memorandum tersebut di antaranya menyebutkan bahwa muslim

Rohingya menghendaki wilayah otonom yang langsung berada di bawah pengawasan

pemerintah pusat Rangoon. Pemenuhan tuntutan tersebut merupakan persyaratan

untuk menghentikan kasus-kasus penyelundupan dan datangnya imigran gelap

sehingga perdamaian dan ketertiban dapat terpelihara di Arakan.162

161 Ibid. 162 Ibid.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 92: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Sebuah pemerintahan lokal yang terpisah dari yang lainnya perlu didirikan di

Arakan untuk membantu meningkatkan standar hidup masyarakat muslim Rohingya

yang selama ini sangat bergantung pada pertanian subsistem. Melalui birokrasi lokal

yang otonom, muslim Arakan mengharap segala pelanggaran hak asasi manusia yang

dilakukan oleh Budha Arakan terhadap kaum muslim bisa ditindak langsung.163

Muslim Rohingya tidak keberatan dengan dibentuknya negara bagian Arakan

asal disertai persyaratan bahwa Arakan juga harus memiliki Dewan Regional yang

memiliki otonomi penuh untuk menanggulangi masalah-masalah lokal. Eksekutif di

tingkat pusat harus mempertimbangkan saran Dewan Regional dalam menunjuk dan

menempatkan orang-orang yang menduduki jabatan penting dalam pemerintahan

negara bagian Arakan. Begitu pula dalam hal mencari penyelesaian masalah regional

Arakan, pejabat pusat harus mendengar pula nasihat dan bahan-bahan pertimbangan

yang diajukan Dewan Regional. Pemerintah regional Arakan sudah semestinya

mendapatkan pelimpahan wewenang, tugas, dan tanggung jawab langsung dari

pemerintah pusat di Rangoon guna mengatasi masalah ekonomi, politik, budaya,

pendidikan, dan agama. Wakil-wakil dari wilayah Maungdaw dan Buthidaung,

meskipun pada dasarnya menyetujui pembentukan negara bagian Arakan, mereka

menolak wilayah mereka (Maungdaw, Buthidaung, dan sebagian dari Rathedaung)

menjadi bagian dari the state of Arakan. Muslim di ketiga wilayah ini menempati

posisi mayoritas. Oleh karenanya, menurut anggapan mereka, menyatukan Islam

163 Ibid. hlm. 156.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 93: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

dengan Budha Arakan ke dalam satu negara bagian, sama artinya dengan

mengundang pertumpahan darah baru.164

Pandangan muslim di Akyab dan di wilayah Arakan lainnya, tempat muslim

menjadi minoritas, tentang rencana pembentukan negara bagian Arakan, lebih

kompleks lagi. Mereka tidak keberatan dengan ide pembentukan negara bagian

Arakan sepanjang ada jaminan hak-hak muslim di dalam konstitusi maupun

praktiknya sehari-hari. Mereka juga menuntut persamaan hak, baik Budha maupun

muslim Arakan secara bergiliran menduduki posisi sebagai kepala negara bagian

Arakan. Bila kepemimpinan dipegang oleh umat Islam, maka wakilnya Budha.

Demikian pula dengan posisi Dewan Negara bagian, bila ketuanya Budha, maka

wakilnya dari umat Islam. Begitu seterusnya, setiap mendudukkan personel dalam

jabatan-jabatan penting di pemerintahan, diatur secara bergantian antara umat Islam

dan Budha.165

Mereka juga mengusulkan pada pemerintah Rangoon agar sepertiga dari

jabatan kementerian dipegang muslim. Begitu pula halnya dalam menempatkan figur-

figur yang menjalankan pemerintahan negara bagian, suara delegasi muslim harus

didengar terlebih dulu. Jumlah kaum muslim yang menduduki posisi penting di

pemerintahan, kementerian, parlemen harus proporsional sesuai dengan prosentase

jumlah muslim secara keseluruhan.166

164 Ibid. 165 Ibid. hlm. 157. 166 Ibid.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 94: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Pada 1 Mei 1961, pemerintah Rangoon membentuk daerah perbatasan Mayu

(Mayu Frontier) yang meliputi Maungdaw, Buthidaung, dan bagian barat

Rathedaung. Daerah tersebut merupakan wilayah administratif militer, bukan

merupakan suatu pemerintahan otonom. Namun, karena pembentukan zona militer ini

tidak menjadikan Arakan sebagai subordinat dari pemerintah Rangoon, pemimpin-

pemimpin Rohingya dapat menyetujuinya. Persetujuan ini tampak, khususnya setelah

pemerintahan administratif militer yang baru berhasil menekan pemberontakan-

pemberontakan lokal dan memulihkan keamanan dan perdamaian di wilayah

Mayu.167

4.3 Gerakan Muslim Rohingya Masa Pemerintahan Ne Win

Pemerintah AFPFL (Anti-Fascist People’s Freedom League) mengirimkan

Burma Territorial Force (BTF) yang dipimpin oleh Mayor Tha Kyaw untuk

menghentikan gerakan Mujahid. Akhirnya, Mujahid termasuk pemimpinnya, Cassim,

melarikan diri ke Pakistan Timur dan pada tahun 1959 gerakan Mujahid tidak

berjalan.168

Awal 1962, pemerintah mengajukan draft pembentukan negara bagian Arakan

tanpa memasukkan wilayah Mayu ke dalamnya. Namun, sesudah terjadi kudeta di

bawah pimpinan Ne Win pada Maret 1962, rezim baru Burma tersebut membatalkan

rencana pembentukan negara bagian Arakan dan membubarkan gerakan Mujahid. 167 Ibid. 168 Tha, Loc. Cit.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 95: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Hingga kini, cita-cita untuk membentuk wilayah Arakan yang otonom masih

terkatung-katung. Arakan tetap berada di bawah kontrol represif dari pemerintahan

militer Burma.169

Partai militer Burmese Socialist Programme Party (BSPP) telah mengekang

kebebasan seluruh rakyat Burma, membatasi gerak politik dan melarang publikasi

apapun yang bernada antipemerintah. Penduduk dihalang-halangi untuk bepergian ke

daerah-daerah tertentu, dan jarang sekali diberi paspor untuk ke luar negeri. Semua

industri dan bank-bank dinasionalisasikan dan dilakukan pengawasan yang sangat

ketat terhadap perdagangan oleh pemerintah. Semua hal tersebut dilakukan dengan

alasan akan membawa Burma ke dalam sosialisme.

Jenderal Ne Win membuat sebuah perencanaan yang bertujuan mengusir

setiap orang yang beragama Islam keluar dari Burma. Umat Islam yang masih tersisa

diintegrasikan ke dalam masyarakat Budha. Partainya mengadakan suatu propaganda

besar-besaran yang bertujuan menuduh orang-orang Islam sebagai unsur-unsur yang

antipemerintah. Mereka mengatakan bahwa umat Islam merupakan orang asing di

negara itu meskipun pada kenyataannya mereka telah bergenerasi-generasi tinggal di

sana. Pihak militer dan alat-alat kekuasaan negara lainnya diperintahkan untuk

menghancurkan segala yang berbau Islam dalam masyarakat, dengan melakukan

segala bentuk penindasan di bidang sosial, politik, ekonomi, dan pendidikan.

169 Riza Sihbudi, dkk., Op. Cit., hlm. 158.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 96: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

4.3.1 Rohingya Independence Force (RIF) dan Perkembangannya

Umat Islam di Arakan terperangkap di antara situasi yang tidak pasti. Banyak

warga muslim yang mengalami kesulitan untuk membuktikan status

kewarganegaraan mereka dan takut akan hak mereka untuk menetap di dalam negeri.

Seorang mantan mahasiswa dari Universitas Rangoon, Muhammad Jafar Habib,

mereformasi gerakan Mujahid dengan nama baru, Rohingya Independece Force pada

26 maret 1963 di Maungdaw, Arakan Utara.170 Mengikuti jejak pendahulunya,

Mujahid, RIF merupakan gerakan sebagai bentuk protes terhadap kudeta militer Ne

Win dan pelarangan organisasi muslim seperti Rohingya Students Union dan

Rohingya Youth League. Sedikit sekali yang diketahui mengenai RIF, akan tetapi

laporan mengenai kontak senjata dengan pihak pemerintah kadang kala muncul ke

media.171 Tahun 1969, RIF berubah nama menjadi Rohingya Independence Army

(AIR) dipimpin oleh Jafar Habib.172

Pada tanggal 12 September 1973 berdiri Rohingya Patriotic Front (RPF)

dengan pemimpinnya Jafar Habib di Sack Dala. Organisasi ini merupakan perubahan

dari Rohingya Independence Army (AIR). Setelah kemerdekaan Bangladesh, banyak

terjadi perubahan di RPF dan akhirnya, pada Juni 1974, RPF direkonstruksi, dipimpin

oleh Jafar Habib, Presiden Nurul Islam, Wakil Presiden, dan Sekretaris Umum

170 Smith, Op. Cit., hlm. 219. 171 Selth, Op. Cit., hlm. 15. 172 Rohingya politics, (22 Februari 2006, 20.00), terdapat di situs http://www.rohingya.com/rohi/index.htm

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 97: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Shabbir Hussain. Tujuan organisasi ini sama dengan organisasi sebelumnya, yaitu

membentuk negara otonomi Islam.173

Gerakan yang terinspirasi oleh munculnya semangat pan-islamisme di dunia

ini, mengkampanyekan ketidakadilan yang dirasakan oleh muslim di Arakan. Namun,

gerakan ini hanya mendapat sambutan yang kecil dan akhirnya terpecah ke dalam

beberapa faksi.174

Pakta dengan Rohingya Patriotic Front disetujui pada 1973. Walaupun

kelompok mujahid dapat mempersenjatai beberapa ratus penduduk muslim dengan

bantuan Bangladesh sepanjang sungai Naaf, secara militer perjanjian ini tidak terlalu

signifikan.175

Sementara itu, Zafar Sani mereorganisasi unit gerilya diantara komunitas

muslim di wilayah agak ke utara sepanjang sungai Naaf. Pada awalnya, kelompok

muslim National Liberation Party yang dipimpin oleh Sani bekerja di antara aliansi

dengan Rakhine ‘Nationalist’ Front, Communist Party of Arakan (CPA), dan Arakan

National Liberation Party (ANLP). Melimpahnya supply senjata selama perang

kemerdekaan Bangladesh, membuat kelompok muslim National Liberation Party

menjelma menjadi kelompok pengacau nomor dua di negara tersebut setelah

Communist Party of Burma (CPB), tahun 1970.176

173 Ibid. 174 Selth, Op. Cit. 175 Smith, Op. Cit., hlm. 241. 176 Ibid. hlm. 219.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 98: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Pada 1982, salah satu faksinya membentuk Rohingya Solidarity Organisation

(RSO), dan kemudian sempalannya membentuk Arakan Rohingya Islamic Front

(ARIF) pada 1986. Keduanya berkedudukan di selatan Bangladesh.177

Organisasi-organisasi ini merupakan organisasi yang didirikan sebagai bentuk

perlawanan terhadap pemerintah yang tak henti-hentinya melakukan penindasan.

Salah satu dampak dari pemberontakan di Arakan adalah semakin bangkitnya

kesadaran untuk memperjuangkan Arakan sebagai wilayah otonom bagi muslim

Rohingya. Kendati perlawanan kekerasan tak memberikan hasil optimal,

pemberontakan itu tetap memberikan efek politik di lingkungan muslim Burma, yaitu

kesadaran tentang otonomi Arakan.178

Menanggapi perlawanan di wilayah Arakan, di samping melakukan

penyerangan militer, pemerintah juga sempat beberapa kali bernegoisasi. Pemerintah

tidak mampu menumpas habis gerakan ini, terutama karena kendala geografi.

Sebaliknya, pemberontakan muslim Rohingya tidak kunjung menjadi besar. Hal itu

karena di antara mereka sendiri cenderung terpecah ke dalam kelompok-kelompok

kecil.

177 Selth, Op. Cit., hlm. 15. 178 Riza Sihbudi, dkk., Op. Cit., hlm. 155.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 99: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

4.4 Operasi Naga Min

Pada tahun 1978, pemerintah Burma melancarkan operasi militer untuk

mengusir muslim Rohingya dari Arakan. Mereka dianggap sebagai komunitas ilegal

di tanah kelahiran mereka sendiri. Operasi yang disebut dengan nama Operasi Naga

Min (Dragon King Operation/Operasi Raja Naga) ini telah memaksa 200.000 muslim

Rohingya mengungsi ke negara Bangladesh untuk melarikan diri dari

penganiayaan.179 Padahal, saat itu jumlah penduduk yang bermukim di Bangladesh

sudah mencapai 156.630 orang.180 Operasi tersebut meliputi relokasi paksa muslim

disertai pemerkosaan, pembunuhan, dan penggusuran masjid.181

Setelah melalui perundingan dan bantuan Komisi Tinggi PBB untuk

pengungsi, Burma menerima kembali 186.965 muslim Rohingya untuk menetap di

Arakan, di bawah perjanjian Decca pada tahun 1979.182 Akan tetapi, rezim yang

berkuasa saat itu menyalahkan semua kekacauan kepada orang-orang Bengal.

Menurut mereka, yang menyebabkan kekacauan dan yang menyerang desa Budha di

Arakan dilakukan oleh “kelompok bersenjata Bengal”, “kelompok perampok

Bengal”, dan, “ekstremis Islam”. Sejak saat itu, ribuan orang Islam Burma terus

mengungsi ke berbagai negara, seperti Pakistan, Mesir, dan negara-negara Arab

lainnya. Mereka dianggap sebagai “Palestina Baru” di Asia.183

179 Selth, Op. Cit., hlm. 12. 180 Tha, Loc. Cit. 181 Selth, Op. Cit. 182 Tha, Loc. Cit. 183 Smith, Op. Cit., hlm. 241.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 100: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

4.5 Undang-Undang Kewarganegaraan 1982

Tidak lama setelah operasi Naga Min berlangsung, pada tahun 1982, penguasa

militer Burma mengeluarkan sebuah dekrit tentang Undang-Undang

Kewarganegaraan Burma.184 Di dalam undang-undang tersebut, muslim Rohingya

dicoret hak kewarganegaraannya dan mereka menjadi tidak mempunyai negara

(stateless).185 Ne Win memaklumatkan bahwa muslim Rohingya adalah rakyat tanpa

negara (people without state).186

Padahal, status warga negara sangat penting bagi penduduk muslim Rohingya.

Dengan memperoleh status warga negara, mereka bisa memperoleh kemudahan

sosial, pendidikan, dan kesehatan. Kebijakan itu telah menyebabkan kaum muslim

Rohingya semakin mengalami penindasan, penyiksaan, tekanan, dan kematian di

tangan penguasa tirani militer Burma. Pembunuhan yang tidak terhitung jumlahnya,

pelecehan terhadap wanita Islam, tindakan penangkapan yang sewenang-wenang,

pengurungan dalam penjara, serta perlakuan dengan cambuk, sampai hukuman mati

yang semena-mena.187 Selain itu, pemerintah juga menghilangkan segala ciri yang

berbau keislaman. Sehingga, muslim Rohingya dilarang untuk memelihara janggut,

memakai kopiah dan penutup kepala yang lain, serta memakai jilbab (tutup kepala

184 Riza Sihbudi, dkk., Op. Cit. hlm. 52. 185 Ibid. hlm. 89. 186 “Apa Salah Kami Sebagai Muslim?” (7 Maret 2006, 13.07), terdapat di situs http://www.eramuslim.com/br/dn/34/6244,1,v.html187 Riza Sihbudi, dkk., Op. Cit. hlm. 89.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 101: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

bagi wanita). Akibatnya, sekitar 20.000 muslim Rohingya dibunuh oleh rezim militer

di antara tahun 1962 sampai tahun 1984.188

188 Zaman kegelapan Islam dan Ketibaan Era Kebangkitan Islam, “Burma Penduduk Yang Berhadapan Dengan Kezaliman Penganut Budha”, (22 Februari 2006, 19.30), Diambil dari situs http://www.harunyahya.com/malaysian/buku/kebangkitanislam/kebangkitanislam19.php

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 102: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

BAB 5

KESIMPULAN

Muslim Rohingya merupakan muslim minoritas yang tertindas sejak tahun

1942 oleh masyarakat mayoritas Budha dan pemerintah. Kelompok muslim yang

tinggal di Arakan ini memulai pemberontakannya akibat tekanan yang

berkepanjangan setelah Burma meraih kemerdekaannya tahun 1948. Muslim

Rohingya sebagai muslim minoritas hampir tidak pernah merasakan kehidupan yang

layak. Penindasan-penindasan seakan sudah akrab dalam kehidupan mereka. Sejak

Burma merdeka sampai pemerintahan junta militer, muslim Rohingya selalu

diperlakukan tidak adil oleh mayoritas Burma. Agama Islam dianggap bukan agama

asli Burma. Sedangkan penganutnya, muslim Rohingya, dianggap sebagai imigran

ilegal yang datang dari Chittagong (Pakistan Timur). Berbagai hak individu muslim

Rohingya dirampas oleh orang-orang Budha Arakan dan pemerintah.

Dengan berbagai tekanan, muslim Rohingya pun melakukan perlawanan atas

kekerasan yang mereka terima. Mereka menuntut kepada pemerintah untuk

menjadikan Arakan Utara (Buthidaung, Maungdaw, dan sebagian Rathedaung)

sebagai wilayah otonomi bagi muslim Rohingya di bawah pemerintahan Burma

terlepas dari dominasi mayoritas umat Budha. Namun, tuntutan ini tidak dipenuhi

oleh pemerintah Burma. Akibat kekecewaan dan tekanan yang dialami muslim

Rohingya, mendorong mereka untuk melakukan pemberontakan. Pemberontakan pun

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 103: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

semakin berkembang ketika banyak tokoh-tokoh Rohingya, seperti Jafar Kawal dan

Cassim turut mengobarkan semangat untuk menuntut keadilan bagi muslim

Rohingya.

Pemberontakan muslim Rohingya selama dua periode pemerintahan Burma,

masa U Nu (1948 – 1962) dan masa Ne Win (1962 – 1988) mengalami perbedaan

motif penyebab terjadinya penindasan oleh kedua pemerintah tersebut. Pada masa

pemerintahan U Nu muslim Rohingya ditindas oleh mayoritas Budha karena muslim

Rohingya menganut agama Islam, agama yang dianggap bukan agama asli Burma.

Sedangkan pada masa pemerintahan junta militer, muslim Rohingya ditindas karena

sistem pemerintahan junta militer yang mengeluarkan berbagai kebijakannya yang

sangat merugikan muslim Rohingya.

Pada masa pemerintahan U Nu pihak yang bertikai adalah muslim Rohingya

sebagai muslim minoritas yang tertindas dan mayoritas Budha sebagai pihak yang

mendominasi. Konflik antar kedua kelompok ini dikarenakan kedudukan muslim

Rohingya yang diambil alih oleh mayoritas Budha setelah Burma merdeka, muslim

Rohingya dianggap sebagai masyarakat asing penganut agama Islam yang datang ke

Arakan sebagai imigran ilegal dari Chittagong (Pakistan Timur). Atas alasan tersebut

mayoritas Budha merampas hak-hak muslim Rohingya dan melakukan tindakan

represif terhadap muslim Rohingya.

Sedangkan pada masa pemerintahan Ne Win, pihak yang bertikai adalah

muslim Rohingya dengan gerakan Mujahid, Rohingya Independence Front, dan

gerakan-gerakan yang lainnya yang dipimpin oleh Jafar Kawwal, Cassim, Jafar

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 104: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Habib, Zafar Sani, dan pemerintah junta militer Burma yang dipimpin oleh Jenderal

Ne Win. Pemerintah yang menganut sistem militer merupakan pemerintah yang

berkuasa dengan cara paksaan dan tekanan dengan kekuatan militer dan kebijakan-

kebijakan sepihak. Dengan alasan ingin memperbaiki pemerintahan U Nu yang

dianggap telah gagal menjalankan pemerintahan karena pada saat itu Burma

mengalami kekacauan politik akibat merebaknya aksi-aksi pemberontakan oleh

gerakan separatis yang banyak dilancarkan oleh kelompok komunis dan kelompok

minoritas, Ne Win mengambil alih kekuasaan pemerintah. Namun, ketika

pemerintahan dikuasai Ne Win, Burma semakin mengalami kekacauan. Tekanan-

tekanan yang dilakukan pemerintah militer dengan tujuan untuk menjadikan Burma

sebagai negara sosialis malah membuat rakyat Burma semakin menderita, terutama

muslim Rohingya. Gerakan Mujahid setelah Ne Win berkuasa dibubarkan. Muslim

Rohingya yang lain semakin mengalami penderitaan akibat penindasan yang tidak

berperikemanusiaan. Setelah pembubaran gerakan Mujahid, berdirilah gerakan-

gerakan lain sebagai wadah aspirasi muslim Rohingya yang memiliki tujuan yang

sama dengan Mujahid, menuntut wilayah otonomi Islam untuk daerah Arakan Utara.

Pertentangan atau konflik merupakan akibat dari tajamnya perbedaan-

perbedaan misalnya menyangkut perbedaan ras atau etnis. Akibat dari pertentangan

diantaranya adalah tambahnya solidaritas in-group. Apabila suatu kelompok

bertentangan dengan kelompok lain, maka solidaritas antar warga kelompok biasanya

akan bertambah erat. Mereka bahkan bersedia berkorban demi keutuhan

kelompoknya. Hal ini terbukti pada muslim Rohingya yang saling bekerja sama

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 105: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

membentuk suatu gerakan untuk mempertahankan komunitas mereka yang

berdampak semakin eratnya hubungan antara muslim Rohingya untuk mencapai

tujuannya.

Muslim Rohingya merupakan komunitas yang terasing, baik karena kondisi

geografi Arakan yang terisolir maupun kebijakan pemerintah pusat yang sengaja

mengasingkan diri dari dunia internasional. Dalam ilmu sosiologi keterasingan dapat

disebabkan karena pengaruh perbedaan ras atau kebudayaan yang kemudian

menimbulkan prasangka-prasangka. Muslim Rohingya merupakan muslim keturunan

Bengal yang penerus-penerusnya menetap dan menjadi bagian dari warga Arakan.

Namun, walaupun mereka telah bergenerasi-generasi tinggal di Arakan, muslim

Rohingya tetap dianggap sebagai masyarakat asing yang datang dari negara Pakistan

sebagai imigran ilegal sehingga mereka mengalami ketidakadilan atas agama, suku

dan posisi mereka sebagai kelompok minoritas.

Keterasingan ini mengakibatkan putusnya komunikasi dengan dunia luar

serta sulitnya mengadakan suatu interaksi sosial. Begitu pula yang terjadi dengan

muslim Rohingya, selama puluhan tahun tertindas mereka tak dapat

mengkomunikasikan apa yang mereka alami kepada masyarakat luas sehingga

kejadian yang tak berperikemanusiaan itu pada umumnya tidak mendapat perhatian

dari dunia luar.

Tahun 1995 dua organisasi Rohingya, Arakan Islamic Front (ARIF) dan

Rohingya Solidarity Organization (RSO) bersatu dalam satu aliansi, yaitu Rohingya

National Alliance (RNA). Organisasi ini bekerja sama dalam semua bidang, politik,

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 106: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

militer, sosial budaya, dan pendidikan. Selain organisasi-organisasi tersebut terdapat

organisasi lain, seperti Rohingya Liberation Organization (RLO) dan Ittihadul

Mozahidin of Arakan (IMA). Pada tahun 1999, kembali dibentuk Arakan Rohingya

National Organisation (ARNO), sebuah wadah organisasi bagi aspirasi muslim

Rohingya.

Dalam gerakan ini muslim Rohingya tidak mendapatkan bantuan dari negara

luar, hanya sedikit campur tangan dari negara tetangga, Bangladesh, yang banyak

menerima pengungsi asal Arakan ini. Namun, dikarenakan ketertutupan negara

Burma terhadap dunia internasional, tidak banyak yang bisa dilakukan negara-negara

luar untuk membantu masalah ini. Muslim Rohingya harus berjuang sendiri tanpa

bantuan dari luar negeri. Badan internasional pun tidak banyak membawa perubahan.

Walaupun organisasi PBB dan negara-negara lain telah meminta pihak pemerintah

Burma untuk merubah sikap mereka terhadap warganya, mereka tidak pernah

merubah sikapnya yang diktator.

Sejak Burma merdeka sampai Ne Win tidak lagi menjadi pemimpin Burma,

tuntutan muslim Rohingya hanya tinggal tuntutan, sekedar keinginan yang tidak

pernah terpenuhi. Hal itu terlihat pada konvensi bangsa Rohingya yang terbentuk

pada tanggal 14 – 16 Mei 2004. Diantara isi deklarasi tersebut adalah menyatakan

bahwa Rohingya merupakan salah satu etnis kebangsaan Burma, dan mereka

memiliki hak-hak tersendiri serta mengecam pemerintah Burma karena telah

membatasi gerakan kebebasan sosial, ekonomi, kebudayaan dan aktivitas keagamaan

Rohingya. Namun, deklarasi ini tidak membawa pengaruh banyak terhadap nasib

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 107: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

muslim Rohingya, mereka tetap ditindas oleh junta militer yang masih terus berkuasa

di Burma. Hal tersebut terbukti pada 26 April 2006 ditemukan sebuah kapal yang

mengangkut 77 warga muslim Rohingya terdampar di Pulau Rondo, Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam. Mereka terpaksa meninggalkan negaranya untuk

mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, karena selama ini di Myanmar mereka

sangat sulit memperoleh pekerjaan. Kelompok yang semula ingin menuju ke

Malaysia ini mengaku tidak ingin kembali ke negara asal mereka. Namun, setidaknya

dampak dari konvensi bangsa Rohingya tersebut, dunia telah mengetahui apa yang

telah terjadi selama ini terhadap muslim Rohingya. Muslim Rohingya sendiri bisa

memberikan banyak informasi tentang keadaan mereka melalui organisasi Arakan

Rohingya National Rohingya (ARNO), organisasi muslim Rohingya yang terus

berjuang sampai sekarang. Sampai saat ini perjuangan muslim Rohingya untuk

memenuhi tuntutannya tidak pernah berhasil, tuntutan mereka tidak pernah mencapai

titik hasil yang signifikan.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 108: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

BIBLIOGRAFI

Buku Abdullah, Taufik. “Islam Kontemporer di Myanmar,” Ensiklopedi Tematis Dinamika

Masa Kini (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), hlm. 312 - 313. Alfian. Militer Dan Politik Pengalaman Beberapa Negara. Djakarta: Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia, 1970. Esposito, John L. “Myanmar,” Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern (Bandung:

Mizan, 2001), hlm. 139 - 140. Christie, Clive J. A Modern of History Southeast Asia: decolonization, nationalism

and separatism. London: Tauris Academic Studies an imprint of I.B. Tauris Publisher, 1996.

Henderson, John W. dkk. Area Hand Book for Burma. Amerika: Foreign Area

Studies The American University, 1971. Muzani, Saiful. Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara. Jakarta:

Pustaka LP3ES, 1993. Nordlinger, Eric A. Militer Dalam Kekuasaan Kudeta Dan Pemerintahan, terj. Drs.

Sahat Simamora, Jakarta: Rineka Cipta, 1990. Salim, Peter Drs., dan Yenny Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta:

Modern English Press, 1991. Santoso, Thomas. Teori-Teori Kekerasan. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002. Saung, Aye. Catatan-Catatan Dari Bawah Tanah: Otobiografi Pemberontakan

Burma. Terj. Nurul Agustina, Jakarta: LP3ES, 1991. Selth, Andrew. Burma’s Muslims: Terrorists or Terrorised ?. Canberra: Strategic and

Defence Studies Centre The Australian National University, 2003.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 109: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Sihbudi, Riza. Dkk. Problematika Minoritas Muslim di Asia Tenggara: kasus Moro, Pattani, dan Rohingya. Jakarta: PPW-LIPI, 2000.

Smith, Martin. BURMA: Insurgency and The Politics of Ethnicity. NewYork: St.

Martin’s Press, 1991. Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

1998. Tinker, Hugh. The Union of Burma. London: Oxford University Press, 1967.

Artikel Harian

Priyambudi. “Myanmar Yang penuh Pergolakan,” Suara Pembaruan, 29 Mei, 1990. Tempo, 1 Juli, 1989.

Media Online

“The World Fact Book, Burma,” (7 Maret 2006, 13.14), terdapat di situs http://www.cia.gov/cia/publications/factbook/geos/bm.html

Mohammed Ashraf Alam, “A Short Historical Background,” (7 Maret 2006, 12.57),

terdapat di situs http://www.rohingyatimes.i-p.com/history/history_maa.html Kyaw Zan Tha, “Background of Rohingya Problem,” (22 Februari 2006, pukul

19.35), terdapat di situs http://rakhapura.com/read.asp?id=4&a=scholarscolumn “Rohingya politics,” (22 Februari 2006, 20.00), terdapat di situs

http://www.rohingya.com/rohi/index.htm Abdul Mabud Khan, “The Liberation Struggle in Arakan,” (7 Maret 2006, 13.10)

terdapat di situs http://www.rakhapura.com/read.asp?id=15&a=scholarscolumn

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 110: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Lampiran 1

Peta Burma

Sumber:

Facts About Burma, 1983.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 111: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Lampiran 2

Peta Arakan

Sumber:

Facts About Burma, 1983.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 112: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Lampiran 3

Peta State dan Division Burma

Sumber:

Facts About Burma, 1983.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 113: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Lampiran 4

Peta Negara-Negara Tetangga Burma

Sumber:

Facts About Burma, 1983.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 114: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Lampiran 5

Deklarasi Konvensi Bangsa Rohingya

Press Release:

THE ROHINGYA NATIONAL CONVENTION

The Rohingya National Convention was held on 14-16 May 2004. It was participated

by Arakan Rohingya National Organisation (ARNO), Burmese Rohingya Association

in Japan (BRAJ), Burmese Rohingya Community in Australia (BRCA), exiled

leaders of the National Democratic Party for Human Rights (NDPH), Students and

Youth League for Mayu Development (SLMD), National League for Democracy

(NLD) in Arakan, and other organizations and leaders from inside and outside Arakan

– including Rohingya Youth Development Forum (RYDF), Arakan Human Rights

Organization (AHRO), Ex.MPs, Rohingya elites from Bangladesh, academics and

professionals, religious and community leaders, youth and student leaders, refugee

leaders and social welfare activists.

The Convention has formed a “Working Committee” with the participants for

building consensus and drafting Arakan State constitution, in a manner consistent to

democracy and federalism. It has expressed total support and solidarity with the

Arakan Rohingya National Organisation (ARNO) entrusting all matters of national

interest to it.

Following is the Declaration of the Convention in abridged form:

The Rohingya are an indigenous people in Arakan and, therefore, are one of the many

ethnic nationalities of the Union of Burma entitled to the “right of self-

determination”.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 115: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

The Convention has called for unity and combined efforts of all peoples of the

country for establishing a genuine Democratic Federal Union of Burma that will

ensure political self-determination, self-identification, democracy, equality, justice

and human rights to all, including the ethnic Rohingya. Meanwhile, the Convention

has deplored the policy of ‘exclusiveness’ practiced by some Rakhaing political party

leaders and individuals to keep the Rohingya politically marginalized and has urged

upon them to work together to find the best solution for our future generation.

The Convention has expressed its deep concern over the SPDC sponsored sham

National Convention of 17 May 2004.The only real route to national reconciliation

and political reform in Burma is a “tripartite dialogue” with the junta, the democratic

oppositions and ethnic nationalities as called for annually by the United Nations since

1994. The Convention has expressed its support to the decisions of the NLD and

United Nationalities League for Democracy (UNLD) with Shan Nationalities League

for Democracy (SNLD) not to participate in the SPDC’s National Convention.

The Convention has expressed its support to the NDPH and Kaman National league

for Democracy (KNLD) and all other election winning parties in Arakan, and urges

upon them to work together on the basis of mutual respect and benefit.

The Convention has urged upon the international community and host countries,

including Bangladesh, to help the refugees from Burma continue their peaceful living

in their present places of refuge on humanitarian ground. The Convention has also

urged upon Bangladesh to play a ‘Key role’ for a permanent solution of the Rohingya

problem.

The Convention has welcomed the continued sanction of the US and EU against the

SPDC and has urged upon them to take tougher political and economic sanctions

unless it initiates meaningful progress toward democracy. The Convention has also

urged the neighboring China, India, Bangladesh and ASEAN countries to mount

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 116: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

effective pressure against the SPDC for the restoration of democracy and human

rights in Burma, in the interest of peace and stability in the region.

The Convention has strongly condemned the continuing human rights violations on

the Burmese people and democracy activists, particularly in areas of ethnic

nationalities and Arakan; and it has called upon the junta to stop treating the

Rohingya as animals and ensure their rights and freedom.

The Convention has strongly condemned the SPDC’s state terrorism upon Daw Aung

San Suu Kyi and her supporters at Depayin on 30 May 2003 and has demanded for an

impartial investigation into the massacre, take action against perpetrators, and

immediately release Daw Aung San Suu Kyi and all political prisoners, including the

student leader Min Ko Naing now in Akyab jail.

The Convention has stressed that people of Arakan with the indigenous Rohingya

have complete right and ownership of the resources, gas and petroleum in their

backyard or under their feet and it has condemned the SPDC for selling the gas to

serve its own purposes, without informed consent of the people, which does not

benefit the people.

Abul Faiz (a) AFK Jilani

Chairman

Rohingya National Convention

Arakan, Burma.

Dated: 18 May 2004

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 117: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

DECLARATION OF THE ROHINGYA NATIONAL CONVENTION

Arakan, also known as Rohang, had been a sovereign independent kingdom for many

centuries. Burman invaded and occupied it 1784. Then the British imperialist

colonized our homeland in 1824. They transferred the “sovereignty’ over Arakan to

Burma at the time of Burmese independence in January 1948.

Arakan is a land with a population of diverse, ethnic, linguistic, cultural and religious

identities. Rakhaing and Rohingya are the two major indigenous peoples of Arakan.

There are other ethnic races distributed among Chin, Kaman, Thet, Dinnet,

Mramagri, Mro and Khami etc.

Throughout the Burmese rule, the Rohingya are under endless tyranny. Campaigns of

terror, genocide, ethnic cleansing, extermination and other grave human rights

violations have been perpetrated against them in a systematic and planned way.

The Rohingya tried to redress their grievances by peaceful means. But their non-

violence resistance was met with premeditated and planned government and state

sponsored terrorism directed towards annihilating the Rohingya population. So, the

Rohingya first embarked on freedom movement for their “right of self-

determination” soon after the Burmese independence in 1948. The current movement

is but the continuation of the Rohingya people’s long and heroic struggle.

The Rohingya National Convention was held on 14-16 May 2004 in a place on the

border area. It was a long felt national conference of the Rohingya people,

participated by Arakan Rohingya National Organisation (ARNO), Burmese Rohingya

Association in Japan (BRAJ), Burmese Rohingya Community in Australia (BRCA),

exiled leaders of the National Democratic Party for Human Rights (NDPH), Students

and Youth League for Mayu Development (SLMD) and National League for

Democracy (NLD) in Arakan, and other organizations and leaders from inside and

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 118: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

outside Arakan -- including Rohingya Youth Development Forum (RYDF), Arakan

Human Rights Organization (AHRO), Ex. Members of the Parliament (MPs),

Rohingya elites from Bangladesh, academics and professionals, religious and

community leaders, youth and student leaders, refugees leaders and social welfare

activists. A number of Rohingya groups and individuals from home and abroad,

particularly from USA, Canada, France, Netherlands, KSA, UAE, Pakistan, Thailand

and Malaysia sent their messages expressing their solidarity with the Convention.

The delegates and participants discussed on the current political developments and

process and other important issues and problems relating to Arakan and its peoples,

particularly matters of Rohingya’s concern.

The Convention expressed its total support and solidarity with Arakan Rohingya

National Organisation (ARNO) entrusting all matters of national interest to it.

The Convention formed a “Working Committee” with the participants for building

consensus and drafting Arakan State Constitution, in a manner consistent to

democracy and federalism.

The Convention unanimously issued a Declaration as follows:

(1) The Rohingya are an indigenous people in Arakan and, therefore, are one of the

many ethnic nationalities of the Union of Burma. The Rohingya -- having a

supporting history, separate culture, civilization, language and literature, historically

settled territory and reasonable size of population and area -- consider themselves

distinct from other sectors of the society and are determined to preserve, develop and

transmit to future generations their ancestral history, and their ethnic identity, as the

basis of their continued existence as people, in accordance with their own cultural

pattern, social institution and legal system.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 119: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

(2) The Rohingya have the right to ‘self-determination’ by virtue of which they have

the right of whatever degree of autonomy they choose. The concept of the Rohingy’s

‘self-determination’ is to charter the future of the Rohingya and that of their

generation to come under genuine federalism of the Union of Burma.

(3) The Convention stresses the need for unity among all the peoples of Arakan and

Burma, irrespective of language, culture, religion and ethnic background, for

establishing a genuine Democratic Federal Union of Burma that will ensure political

self-determination, self-identification, democracy, equality, justice and human rights

to all.

(4) The Convention deplores the policy of ‘exclusiveness’ being practiced by some

Rakhaing political party leaders and individuals to keep the Rohingya politically

marginalized and urges upon them to shun from inflammatory writings, speeches and

activities against the Rohingya, in the interest of the all people of Arakan. Such

practice that leads to confrontation rather than co-existence cannot be done without

doing injustice to the composite nature of the Arakan society. Let’s come forward

with a commitment for both unity and diversity, a respect for difference, willingness

to share power. Replace hatred with love and affection, because the third party

preaches the hatred. Let’s replace the policy of confrontation and destruction with

cooperation, peace and development and let’s work together to find the best solution

for our future generation.

(5) The Convention expresses its solidarity with all Burmese oppositions, democratic

forces and ethnic nationalities and aspires to work together with Members of the

Parliament Union (MPU), United Nationalities League for Democracy (UNLD)

Ethnic Nationalities Council (ENC), National Democratic Front (NDF), National

Council of the Union of Burma (NCUB), and National Coalition Government of the

Union of Burma (NCGUB).

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 120: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

(6) The Convention expresses its support to the 1990 General Elections results and

National League for Democracy (NLD) whose parliamentarians won an

overwhelming victory and its leader Daw Aung San Suu Kyi and other political and

ethnic parties, including the National Democratic Party for Human Rights (NDPH)

and Kaman National League for Democracy (KNLD).

(7) The Convention expresses its concern over the SPDC sponsored sham National

Convention to be held, on 17 May 2004, only with its handpicked persons, without

regards to democratic norms. This unauthentic convention is liable to be condemned

nationally and internationally. There would be no genuine indication of democratic

changes and national reconciliation in Burma while the military regime continues to

keep political prisoners and suppress basic freedom. The SPDC Roadmap has yet to

be manifested by real and tangible changes on the ground towards a genuinely free,

transparent, and an inclusive process involving all political parties, ethnic

nationalities, including Rohingya, and elements of civil society. The only real route to

political reform in Burma is a ‘tripartite dialogue’ with the junta, the democratic

oppositions and ethnic nationalities as called for annually by the United Nations since

1994. Without ‘tripartite dialogue’ there is little hope for national reconciliation and,

there will be no peaceful resolution of crisis in the Union.

The Convention supports the decisions and actions of the NLD and UNLD, including

Shan National League for Democracy (SNLD), not to participate in the sham

convention.

(8) The Convention strongly condemns the SPDC’s state terrorism upon Daw Aung

San Suu Kyi and her supporters at Depayin on 30 May 2003, in which hundreds of

people were reportedly killed and injured. In contradiction to its slogan about national

harmony and unity, the SPDC is practicing violence and terrorism to oppress and

subjugate the country’s democracy activists and ethnic nationalities. The Convention

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 121: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

demands for an immediate and impartial investigation into the massacre and take

action against perpetrators. It also calls upon the SPDC to immediately release Daw

Aung San Suu Kyi and all political prisoners across the country, including the ailing

student leader Min Ko Naing now in Akyab jail.

(9) The Convention welcomes and thanks the United States and European Union for

their renewal and continued sanction against the SPDC. In view of the absence of

tangible and substantial efforts and measurable progress toward transition to

democracy, the Convention urges upon the international community to take tougher

political and economic sanctions against SPDC. In this connection, the US and EU

may formally place the issue on the agenda of the U.N. Security Council, and work

urgently toward a resolution threatening credible sanctions against the Burmese

regime unless it initiates meaningful progress toward democracy.

(10) The Convention notes that there are huge number of refugees from Burma

sheltering in all neighboring countries and urges upon the international community,

UN with UNHCR, and the host countries to help them continue their peaceful living

on humanitarian ground.

Since 1948 about 1.5 million Rohingyas have been expelled or have fled the country

for their lives. Many of these uprooted people are taking shelter in Bangladesh,

Pakistan, Saudi Arabia, UAE, other Middle-East countries, Thailand and Malaysia.

They are still waiting to return to their ancestral homeland of Arakan with dignity and

honor.

(11) The Convention expresses its serious concern over the continuing human rights

violations on the Burmese people and democracy activists, particularly on the

Rohingya and in areas of ethnic nationalities. Crimes like extra judicial killings,

summery executions, arbitrary arrests and torture, humiliating restriction on the

movement, forced labor, forced relocation, confiscation of properties, destruction of

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 122: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

settlements and places of worship, mosques and religious schools are being

perpetrated. Rapes and molestation of womenfolk have become the unwritten but

institutionalized code of punishment by the military junta. The Convention calls upon

the SPDC to stop forthwith all its heinous actions against the people.

(12) The Convention strongly condemns the SPDC for its continued humiliating

restrictions on the freedom movement and other socio-economic, cultural and

religious activities of the Rohingya. The movement restriction imposed on the

Rohingya is not acceptable to any living creatures on earth. The Convention calls

upon the junta to stop treating the Rohingya as animals and ensure their human rights

and freedom.

(13) The Convention proclaims that the people of Arakan with the indigenous

Rohingya have the right to own, develop and control their land and territories, air,

water, coastal sea, flora and fauna and other resources, they have traditionally

occupied or otherwise used. They have complete right and ownership of the gas and

petroleum in their homeland.

The Convention expresses its serious concern that the SPDC is now selling the gas to

serve its own purposes and the people of Arakan are not benefiting from the huge gas

reserve in their backyard. The Convention urges upon all those interested in Arakan

gas to comply with all civilized norms and practices in order to serve the local people

of the area, help restore democracy with legitimate responsible government and

thereafter enter into gas deals and other projects with the informed consent of the

people.

(14) The Convention expresses its gratitude to neighboring Bangladesh for providing

food and shelter to our people. Being a neighboring Muslim country affected by the

Rohingya problem with a huge number of refugees taking refuge on her soil over the

decades, the Convention urges upon democratic Bangladesh to review its policy

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 123: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

toward military ruled Burma and to play a ‘key role’ for a permanent solution of the

Rohingya problem.

(15) The Conventions appeals to all neighboring countries, particularly Bangladesh,

India, China and Thailand to help restore democracy and human rights in Burma.

(16) The Convention appeals to UN and its member states, including OIC and

ASEAN to mount effective pressure against the SPDC for the restoration of

democracy and human rights in Burma, in the interest of peace and stability in the

region.

Chairman

Rohingya National Convention

Arakan, Burma.

Dated: 16 May 2004

Sumber :

http://rnc.bravehost.com/press%20release.html

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006

Page 124: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan … · Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 – 1988 Azizah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

RIWAYAT HIDUP

AZIZAH, lahir di Depok, 25 April 1985, adalah anak pertama dari tiga

bersaudara pasangan Abdul Kadir Al Haddad dan Siti Haroh. Ia memperoleh

pendidikan dasar dan menengah di Jakarta dan mendapat ijazah Sekolah Menengah

Umum Negeri 97 pada tahun 2002.

Ia melanjutkan studi di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas

Indonesia, Program Studi Arab, pada tahun 2002 dan memperoleh gelar Sarjana

Humaniora tahun 2006.

Semasa kuliah penulis aktif sebagai anggota IKABA (Ikatan Keluarga Asia

Barat) departemen Seni dan Olahraga tahun 2002 – 2003, pengurus BEM UI (Badan

Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia) Bidang Pengmas (Pengembangan

Masyarakat) tahun 2003 – 2004, Ketua Advokasi IKABA tahun 2004, dan Kepala

Departemen Kesma (Kesejahteraan Mahasiswa) SM FIB UI (Senat Mahasiswa

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia) tahun 2005.

Pemberontakan sporadis..., Azizah, FIB UI, 2006