PEDOMAN PRAKTIKUM JURUSAN PERBANKAN...
Transcript of PEDOMAN PRAKTIKUM JURUSAN PERBANKAN...
PEDOMAN PRAKTIKUM
BANK SYARIAH DAN USAHA MITRA
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI)
IAIN PONOROGO
2018
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
2
VISI DAN MISI
JURUSAN PERBANKAN SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
IAIN PONOROGO
VISI
Menjadi Pusat Kajian Dan Pengembangan Perbankan Syariah Yang
Unggul Dalam Pengelolaan Usaha Mitra
MISI
1. Melaksanakan pendidikan dan pembelajaran yang profesional dalam
bidang perbankan syari’ah yang unggul dalam pengelolaan usaha
mitra
2. Menghasilkan penelitian yang aktual dalam bidang perbankan
syari’ah yang unggul dalam pengelolaan usaha mitra
3. Melaksanakan pengabdian yang relevan dalam bidang perbankan
syari’ah yang unggul dalam pengelolaan usaha mitra
4. Melaksanakan kerjasama dengan perguruan tinggi atau lembaga lain
yang unggul dalam pengelolaan usaha mitra
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
3
KATA PENGANTAR
Prospek kerja dan peluang karier pada lembaga–lembaga
ekonomi yang berbasiskan syariah mulai tumbuh dan berkembang.
Realitas ini menunjukkan bahwa ekonomi syariah mulai dapat diterima
dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakatsebagai sebuah sistem
alternatif yang mampu memecahkan problematika ekonominya. Untuk
itu peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan lembaga-lembaga
ekonomi syariah menjadi perhatian yang sangat strategis.Salah satu
diantaranya adalah menyiapkan sumber daya manusia yang mampu
mengemban tugas-tugas kelembagaan ekonomi syariah.
Prodi Perbankan Syariah sebagai prodi terdepan dalam
mengemban amanah syariah merasa terpanggil untuk membekali
mahasiswanya agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan
siap melayani masyarakat di bidang perbankan syariah.Prodi Perbankan
Syariah berkomitmen agar lulusannya tidak saja memiliki penguasaan
terhadap teori-teori secara umum tentang lembaga keuangan syariah,
tetapi juga menguasai praktek-praktek lembaga keuangan syariah,
khususnya pada lembaga perbankan syariah.Oleh karenanya diperlukan
pembelajaran yang langsung berhubungan dengan dunia kerja. Praktikum
adalah salah satu pembelajaran yang dapat mendekatkan mahasiswa pada
dunia kerja.
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
4
Dalam rangka memberikan kelancaran dalam pembelajaran
praktikum, Prodi Perbankan Syariah menerbitkan buku Pedoman
Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra.Pedoman Praktikum ini
diharapkan dapat mempermudah dan memperlancar kegiatan praktikum
dalam pelaksanaan dan pelaporannya. Pedoman ini diharapkan
bermanfaat dan mendorong mahasiswa memiliki kemampuan dalam
mengembangkan perbankan syariah pada khususnya dan perekonomian
umat, bangsa, dan negara ini pada umumnya.
Ponorogo, 17 Agustus 2018
Tim Penyusun
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Praktikum
Praktikum adalah kegiatan akademik yang dilaksanakan oleh
mahasiswa dalam jangka waktu dan lokasi tertentu yang ditetapkan
dengan prinsip belajar berkelanjutan yang memberikan pengalaman
langsung kepada mahasiswa. Praktikum memiliki peran yang sangat
strategis dalam mendekatkan mahasiswa pada dunia kerja, sehingga
kegiatan ini dinilai setara dengan 4 sks.
Program praktikum bank syariah dan mitra usaha ini
merupakan pembelajaran yang dirancang khusus untuk mendidik
mahasiswa mengenal profesi bankir dan wirausaha. Di samping
penguasaan terhadap teori-teori secara umum, mahasiswa juga
dibekali dengan pengusaan terhadap praktikperbankan
syariahterutama terkait dengan pengelolaan kerjasama dengan usaha
mitra.
Program praktikum bank syariah dan mitra usaha inidilakukan
dalam 2 tahapan secara berkelanjutan. Pertama praktikum di Bank
Umum Syariah atau Bank Pembiayaan Rakyat Syariah kemudian
dilanjutkan praktikum kedua di tempat mitra usaha (perusahaan) yang
telah mendapatkan pembiayaan dari Bank Syariah. Dengan 2 tahapan
praktikum ini diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan yang utuh
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
6
baik dari aspek praktis maupun teoritis tentang gambaran kegiatan
perbankan syariah sekaligus gambaran tentang pembiayaan kepada
usaha mitra.
B. Dasar Pemikiran
1. Keputusan Menteri Agama RI No. 383 tahun 1997 tentang
kurikulum IAIN/STAIN Program Sarjana (S1)
2. Surat Keputusan Ketua STAIN Ponorogo No.
Sti.21/1/PP.00.9/SK/146/2015 tentang Pemberlakukan Kurikulum
Program Studi Berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI) Sarjana (S-1) pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Ponorogo.
3. Praktikum merupakan kegiatan akademik terstruktur yang
dilakukan di luar kelas (tatap muka)
4. Pendidikan di IAIN bersifat akademik, bukan
profesional/keterampilan murni.
C. Tujuan Praktikum
1. Memberi pemahaman bagi mahasiswa akan pentingnya
pengetahuan praktis tentang tugas dan fungsi pokok perbankan
syariah.
2. Memberikan pengetahuan dan ketrampilan bagaimana mengelola
usaha mitra perbankan syariah
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
7
3. Mengenalkan prinsip, sistem, dan mekanisme pengelolaan
kerjasama perbankan syariah dan mitra usaha.
4. Memberikan motivasi mengembangkan usaha berbasis syariah
5. Memberikan bekal perencanaan dan tindak lanjutnya
E. Teknis Pelaksanaan Praktikum
Praktikum bank syariah dan usaha mitra dilaksanakan pada
semester 7 secara berkelanjutan dalam 2 tahap, yakni:
1. Tahap I
Mahasiswa secara berkelompok sesuai jadwal yang ditentukan
melakukan praktikum di Bank Umum Syariah atau Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah
2. Tahap II
Mahasiswa secara mandiri (individual)sesuai jadwal yang
ditentukan melakukan praktikum di mitra usaha yang
mendapatkan pembiayaan dari Bank Umum Syariah atau Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah
F. Peserta Praktikum
Peserta praktikum adalah mahasiswa IAIN Ponorogo Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam JurusanPerbankan Syariah yang telah
memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Menempuh perkuliahan pada semester 7.
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
8
2. Secara administratif telah terdaftar sebagai mahasiswa aktif.
G. Dosen Pembimbing Lapangan (DPL)
Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) adalah dosen IAIN
Ponorogo Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Jurusan Perbankan
Syariah yang ditetapkan melalui SK Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam untuk melakukan bimbingan di lapangan.
H. Pendamping Lapangan
Pendamping Lapangan (PL) atau dosen pamong adalah
petugas yang ditunjuk oleh Bank Syariah dan Mitra Usaha atas
permohonan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Ponorogo
untuk mendampingi dan membantu mahasiswa selama melakukan
praktikum di lapangan.
I. Penanggungjawab Praktikum
Penanggungjawab praktikum adalah tim pelaksana Praktikum
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Ponorogo yang ditunjuk
oleh KetuaJurusan Perbankan Syariah yangditetapkan melalui SK
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang terdiri dari:
1. Unsur Tetap
a. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, yang bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan program
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
9
b. Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, yang
bertanggung jawab terhadap administrasi pelaksanaan
praktikum
c. Ketua Jurusan Perbankan Syariah, yang melaksanakan secara
tekhnis di lapangan terhadap kebijakan Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam dan menyiapkan semua kegiatan
yang berkaitan dengan praktikum meliputi pembekalan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
2. Unsur Tidak Tetap
a. Pendamping Lapangan, yaitu beberapa karyawan Bank Syariah
dan Mitra Usaha yang bertugas untuk membimbing,
memantau, dan memberikan penilaian terhadap kegiatan
praktikum di lapangan
b. Dosen Pembimbing Lapangan, yang bertugas membimbing
mahasiswa dan memberikan penilaian ketika diskusi di
kampus.
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
10
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Kegiatan praktikum akan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu
pembekalan, pelaksanaan lapangan dan pelaporan.
A. Pembekalan
Pembekalan adalah rangkaian dari kegiatan praktikum yang
dilakukan sebelum mahasiswa berangkat ke lapangan. Kegiatan ini
dilakukan untuk memberikan penguatan keilmuan praktis calon
peserta praktikum. Pembekalan dilaksanakan oleh dosen pembimbing
lapangan bertujuan untuk:
1. Memberikan penguatan tentang pengetahuan praktis peserta
berkaitan dengan disiplin keilmuannya.
2. Mereview kembali beberapa teori keilmuan yang berhubungan
dengan kepentingan praktikum di lapangan
3. Mengkondisikan mental peserta sebelum terjun ke lapangan
4. Memberikan informasi tentang urgensi praktikum dan teknis di
lapangan.
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
11
B. Praktik di Lapangan
1. Waktu dan Tempat
Dalam satu semester, praktikum dilaksanakan dalam dua
tahap. Tahap pertama dilaksanakan di Bank Syariah selama 5 hari
kerja secara berkelompok. Sedangkan tahap kedua dilaksanakan
di mitra usaha yang mendapatkan pembiayaan dari Bank Syariah
selama 5 hari kerja secara individual.
2. Hak dan Kewajiban Peserta
Mahasiswa yang sudah dinyatakan sebagai peserta
praktikum berhak untuk:
a. Mendapatkan pelayanan administratif praktikum
b. Mendapatkan fasilitas yang disediakan oleh panitia
praktikum
c. Mendapatkan penilaian yang obyektif.
Sedangkan kewajiban peserta praktikum adalah:
a. Melaksanakan semua program praktikum baik yang
dilakukan secara kelompok maupun individual.
b. Membuat laporan pelaksanaan praktikum di Bank Syariah
dan Mitra Usaha dalam format penelitian.
c. Mengikuti aturan yang ditetapkan oleh Bank Syariah dan
Mitra Usaha yang ditempati
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
12
d. Menjaga nama baik diri dan lembaga dengan mengedepankan
etika Islami dalam melaksanakan praktikum
e. Mengikuti kegiatan diskusi laporan di IAIN Ponorogo
3. Tugas DPL
Dalam pelaksanaan praktikum di lapangan, DPL bertugas
untuk:
a. Mengambil kebijakan dan/atau memutuskan penyelesaian
permasalahan yang muncul dalam individu atau kelompok
masing-masing.
b. Memberikan penilaian terhadap peserta selama pembekalan,
pelaksanaan, dan laporan.
c. Berkoordinasi dengan Pendamping Lapangan (PL) atau
dosen pamong berkaitan dengan pelaksanaan praktikum di
lapangan
d. Melakukan pemantauan dan memberikan saran-saran untuk
perbaikan pelaksanaan praktikum.
4. Tata Tertib Peserta
Selama mengikuti praktikum, peserta harus mematuhi tata
tertib sebagai berikut:
a. Berpakain rapi dan sopan selama mengikuti praktikum, serta
memakai jas almamater selama praktik di lapangan.
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
13
b. Peserta harus melaksanakan tugas-tugas praktikum dengan
penuh tanggung jawab dan dedikasi tinggi dari awal hingga
akhir.
c. Peserta yang melalaikan tugas, melanggar peraturan dan tata
tertib yang berlaku, secara bertahap akan dilakukan teguran
secara lisan oleh koordinator, peringatan lisan dan tertulis
oleh DPL, dan dinyatakan TIDAK LULUS oleh Jurusan.
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
14
BAB III
PELAPORAN DAN PENILAIAN
A. Pelaporan
1. Kerangka Umum Laporan
a. Jenis laporan
Laporan praktikum dibuat secara individual dalam bentuk
laporan penelitian yang memuat tema utama pembiayaan bank
syariah kepada mitra usaha.
b. Teknis penulisan laporan
1) Laporan praktikum dijilid dengan model terusan berwarna
kuning sebagaimana lambang Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam IAIN Ponorogo
2) Laporan praktikum diketik pada kertas HVS 70 gram,
warna putih, ukuran A4, spasi1,5spasi, dan berpola rata kiri
dan kanan.
3) Baris pertama pada setiap paragrap ditulis masuk 5 ketukan
dari pias kiri karangan.
4) Lampiran atau lainnya yang berukuran lebih besar dilipat
sesuai dengan ukuran kertas kuarto
5) Naskah laporan diketik komputer dengan menggunakan
huruf (font) Times New Roman atau Times New Roman
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
15
Arabic, ukuran huruf 12 untuk, sub-bab, anak sub-bab dan
naskah, dan 14 untuk judul halaman dan judul bab.
6) Pias kiri dan atas area penulisaan naskah laporan berjarak 4
cm, sedangkan pias kanan dan bawah berjarak 3 cm.
7) Semua unsur dalam daftar isi, ditulis dengan huruf kapital
kecuali sub-bab dan anak sub-bab, ditulis dengan kapital
hanya pada awal tiap kata.Jarak antara kata “bab” dengan
judul bab dan antara judul bab dengan judul sub-bab adalah
empat spasi. Adapun jarak antara akhir naskah laporan
dengan anak sub-bab dan antara paragrap satu dengan
paragrap berikutnya adalah 3 spasi.
8) Penulisan footnote sesuai dengan kriteria penulisan karya
ilmiah pada buku pedoman penulisan skripsi FEBI IAIN
Ponorogo.
2. Format Laporan Praktikum
JUDUL : ........................................
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
B. Rumusan masalah
C. Sistematika Pembahasan
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
16
II. TEORI/ KONSEP
Teori atau konsep yang digunakan sesuai dengan rumusan
masalah dan data yang dikaji. Penggunaan teori mengikuti
jumlah teori yang dibutuhkan.
III. PRAKTIK PEMBIAYAAN
A. Gambaran Umum BUS/ BPRS
1. Manajemen Keuangan
a. Sistem Informasi Keuangan Bank Syariah
b. Penggunaan Teknologi Keuangan Syariah
2. Manajemen Pemasaran
a. Penghimpunan Dana
b. Penyaluran Dana
c. Jasa-Jasa Bank Syariah
3. Manajemen Sumber Daya Manusia
a. Etika Karyawan
b. Pembinaan Karir
c. Pembinaan Kompetensi Syariah
4. Manajemen Pembiayaan
a. Prosedur Pembiayaan
b. Studi Kelayakan
c. Pengawasan (Monitoring) Pembiayaan
d. Resiko Pembiayaan
5. Manajemen Pelayanan
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
17
a. Customer Service
b. Teller
c. Security
d. Office Boy
6. Manajemen Pengawasan
a. Pengawasan Syariah
b. Pengawasan Kinerja
7. Dan Lain-Lain
B. Gambaran Umum Usaha Mitra Bank Syariah
1. Manajemen Keuangan
2. Manajemen Pemasaran
3. Manajemen Sumber Daya Manusia
4. Manajemen Produksi
5. Manajemen Pembelian
6. Manajemen Informasi
7. Standar Operasional Prosedur (SOP)
8. Dan Lain-Lain
C. Pelaksanaan/ Praktik Pembiayaan .............
Pelaksanaan pembiayaan merupakan data yang akan di
analisis atau dibahas. Penulisan data disesuaikan dengan
jumlah rumusan masalah.
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
18
IV. ANALISIS/ PEMBAHASANPRAKTIK PEMBIAYAAN
Analisis merupakan proses penafsiran atau pembahasan data,
menggunakan atau membandingkan dengan teori agar dapat
dipahami dalam rangka menjawab pertanyaan dalam rumusan
masalah. Penulisan subbab analisis disesuaikan dengan jumlah
rumusan masalah.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan merupakan jawaban atas rumusan masalah.
Oleh karenanya, kesimpulan ditulis secara singkat, padat,
dan jelas. Penulisan kesimpulan disesuaikan dengan jumlah
rumusan masalah.
B. Saran
Saran berisi rekomendasi pada stakeholders yang terkait
dengan permasalahan
Daftar Pustaka
Lampiran
Biodata Penulis
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
19
B. Penilaian
Komponen yang dinilai dalam laporan praktikum adalah:
1. Penguasaan
Kemampuan menyampaikan pokok pikiran secara sistematis
dalam bentuk presentasi laporan praktikum
2. Materi
a. Isi (kesesuaian dengan teori)
b. Konsistensi antara judul, rumusan, masalah, pembahasan, dan
kesimpulan
3. Metode Penelitian
Ketepatan sumber data, cara penggalian data, dan analisis data
4. Bahasa dan Teknik Penulisan
a. Metode penulisan (transliterasi, foot note, daftar pustaka,
pengutipan, dan lain-lain)
b. Bahasa lugas dan mudah dipahami
c. Tanda baca (koma, titik, cetak miring, huruf kapital, dan lain-
lain)
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
20
Berdasarkan komponen-komponen tersebut, skor untuk
masing-masing komponen/materi adalah sebagai berikut
No Materi Unsur-unsur Skor
1 Penguasaan
1. Kemampuan menyampaikan
pokok pikiran secara simultan
(dalam bentuk presentasi)
2. Mampu memberikan klarifikasi
dari pertanyaan tim penguji
3. Penggunaan, validitas, dan
relevansi metode
25
25
50
2 Materi
1. Isi dan kesesuaian dengan
teori/konsep/dalil yang ada
2. Konsistensi antara judul,
rumusan masalah, data, dan
pembahasan serta kesimpulan.
100
100
3 Bahasa
1. Metode penulisan (paragraf,
transliterasi dan pengutipan)
2. Bahasa lugas dan mudah
dipahami
3. Tanda baca (koma, titik, cetak
miring, huruf kapital dst) dan
kebenaran tulisan
40
30
30
J u m l a h 400
Catatan:
1. Nilai yang ada dalam skor adalah nilai maksimal (semua
kriteria terpenuhi).
2. Apabila kriteria tidak terpenuhi, maka nilai diturunkan dari nilai
maksimal sesuai dengan tingkat kesempurnaannya.
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
21
BAB IV
PENUTUP
Pedoman ini digunakan sebagai acuan pelaksanaan praktikum
Fakultas Ekonomi Bisnis Islam Jurusan Perbankan Syariah baik bagi
Badan Pelaksana, Peserta, Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) maupun
Pembimbing Lapangan (Dosen Pamong). Hal-hal yang belum diatur
dalam pedoman praktikum ini, lebih lanjut ditentukan oleh Jurusan
Perbankan Syariah.
Ponorogo, 17 Agustus 2018
Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
IAIN Ponorogo
Lampiran: Time Schedul
No Jenis
Kegiatan
Bulan
September Oktober November Desember Januari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembekalan
2 Praktikum
Bank
Syariah
3 Praktikum
Mitra Usaha
4 Laporan/
Evaluasi
Keterangan:
Time sechedule praktikum ditentukan oleh Jurusan Perbankan Syariah, Bank Syariah, dan Mitra
Usaha.
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
23
SISTEMATIKA PENULISAN
A. Sistematika Penulisan Subbagian Karya Ilmiah
Penulisan subbagian skripsi diatur dengan pola berikut ini:
1. Peringkat 1 (judul bab) ditulis dengan huruf besar semua, bold,
dan diletakkan di tengah.
2. Peringkat 2 (subbab) ditunjukkan dengan huruf besar (A,B,C dst.)
memakai titik dan ditulis dengan huruf besar kecil dan bold.
3. Peringkat 3 (bagian subbab) ditunjukkan dengan urutan angka
(1,2,3,dst.) memakai titik dan ditulis dengan huruf besar kecil
dan bold.
4. Peringkat 4 ditunjukkan dengan urutan huruf kecil (a,b,c,dst.)
memakai titik dan ditulis dengan huruf besar kecil dan bold.
5. Peringkat 5 ditunjukkan dengan urutan angka (1,2,3,dst.)
memakai kurung tutup tanpa titik, ditulis dengan huruf besar
kecil dan bold.
6. Butir uraian atau contoh dibedakan atas butir hirarkhis (seperti
urutan kegiatan dan jadwal) dan butir non hirarkhis (seperti
contoh-contoh yang memiliki kedudukan setara). Butir hirarkhis
dinyatakan dengan angka dan huruf dalam kurung seperti (1)
dan (a); sedangkan butir non hirarkhis dinyatakan dengan bullet
seperti dan baris pertama pada setiap awal paragraf dimulai
tujuh ketukan dari tepi kiri. Baris selanjutnya dimulai dari tepi
kiri.
B. Catatan Kaki dan Pengutipan
Catatan kaki (footnote) adalah salah satu dari tiga teknik
penulisan yang dapat dipakai untuk menandai identitas sumber
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
24
data. Di samping catatan kaki, terdapat dua teknik lain, yaitu
catatan akhir (endnote) dan catatan tengah (innote). Pada
prinsipnya catatan kaki dan catatan akhir tidak berbeda, kecuali
hanya pada letaknya. Catatan kaki terletak di bagian bawah
pada setiap halaman, sedangkan catatan akhir terletak pada
bagian belakang. Dibandingkan dengan catatan akhir, catatan
kaki lebih praktis, sebab pembaca dapat langsung mengetahui
identitas sumber yang disebutkan dalam halaman yang sama
dengan kutipan, dan selain itu pembaca dapat secara langsung
membaca penjelasan dan catatan tambahan yang dibuat
penulisnya. Karena itulah karya ilmiah cenderung lebih banyak
menggunakan model catatan kaki, dibandingkan dengan dua
model yang lain tadi. Karena itu pula, catatan kaki dipilih
sebagai teknik yang diberlakukan dalam penulisan karya -karya
ilmiah di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Ponorogo.
C. Identitas Buku dan Penulis
Untuk menuliskan identitas sebuah buku, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan. Nama penulis harus ditulis seperti
susunan nama aslinya [dengan tidak mendahulukan nama akhir
(last name)] kemudian diikuti koma, judul buku yang ditulis
miring, kurung buka, tempat penerbit, titik dua, nama penerbit,
koma, tahun penerbitan, kurung tutup, koma, nomor halaman dan
titik.
Contoh: 1 Mitsuo Nakamura, The Crescent Arises Over the Banyan
Tree: A Study of the Muhammadiyah Movement in a
Central Javanese Town (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1983), 45.
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
25
2 Oemar Seno Adji, Peradilan Bebas Negara Hukum
(Jakarta: Erlangga, 1985), 60.
Kekeliruan yang sering terjadi adalah susunan nama
penulis dibalik (nama akhir kemudian nama awal), antara kata
terakhir judul buku dan “kurung buka” diselingi dengan koma,
dan nomor halaman didahului dengan kata “hal”. Memang antara
kata akhir dalam judul buku dan “kurung buka” kadang -kadang
diselingi dengan koma jika sumber tersebut memiliki volume
(vol.). Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah contoh penulisan
yang salah, karena membalik nama penulis, mencantumkan
koma dan kata “hal”, seperti dalam penjelasan di atas. 1Nakamura, Mitsuo, The Crescent Arises Over the Banyan
Tree: A Study of the Muhammadiyah Movement in a
Central Javanese Town, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1983), hal. 45. 2Adji, Oemar Seno, Peradilan Bebas Negara Hukum,
(Jakarta: Erlangga, 1985), hal. 60.
Jika terdapat kutipan lagi dan buku tersebut (The Crescent
Arises Over the Banyan Tree atau Peradilan Bebas Negara
Hukum) dan diselingi dengan kutipan dan sumber lain, maka
yang disebutkan adalah nama akhir penulis (last name), koma,
beberapa kata dan judul buku, koma, nomor halaman buku dan
titik. 1Mitsuo Nakamura, The Crescent Arises Over the Banyan
Tree: A Study of the Muhammadiyah Movement in a
Central Javanese Town (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1983), 45. 2Oemar Seno Adji, Peradilan Bebas Negara Hukum
(Jakarta: Erlangga, 1985), 60. 3Montgomery Watt, Islamic Theology and Philosophy
(Edinburgh: Edinburgh University Press, 1963), 67.
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
26
4Nakamura, The Crescent Arises Over the Banyan Tree, 46. 5Adji, Peradilan, 60.
Namun jika kutipan kedua tersebut langsung mengikuti
kutipan pertama, karena tidak diselingi dengan kutipan dan
sumber lain, maka dalam kutipan kedua ditulis kata Ibid. (ditulis
biasa tidak miring atau bergaris bawah), kemudian diikuti titik,
koma dan nomor halaman buku dan titik, jika berbeda dengan
nomor halaman kutipan pertama, atau tanpa nomor halaman jika
sama dengan halaman pada kutipan sebelumnya. 1Mitsuo Nakamura, The Crescent Arises Over the Banyan
Tree: A Study of the Muhammadiyah Movement in a
Central Javanese Town (Yogyakarta: Gajah Mada Press,
1983), 45. 2Ibid., 32. 3Ibid.
Jika seorang penulis memiliki dua karya tulis atau lebih
dan disebutkan untuk yang pertama kali secara berurutan dalam
satu nomor catatan kaki, maka nama penulis tersebut diganti
dengan kata idem.
Titik koma ditulis untuk memisahkan antara kata idem
dengan kata atau angka yang menjadi bagian dari identitas
sumber sebelumnya. 1 Howard M. Federspiel, The Persatuan Islamic Reform in
Twentieth Century Indonesia (Ithaca, New York: Cornell
University Modern Indonesia Project, 1970), 109; Idem,
Popular Indonesia Literature of the Quran (Ithaca, New
York: Cornell University Modern Indonesia Project,
1994), 142. 2 M. Yahya Harahap, Tujuan Kompilasi Hukum Islam
(Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990), 45; Idem, Kedudukan
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
27
Kewenangan dan Acara Peradilan Agama (Jakarta:
Pustaka Kartini, 1990), 89.
D. Pengutipan Artikel
Kutipan yang diambil dari artikel sebuah jurnal memil iki
ketentuan teknik tertentu. Ketentuan dimaksud adalah:
menyebutkan nama penulis persis seperti susunan nama aslinya,
koma, tanda kutip buka, judul artikel (ditulis biasa, tidak miring
atau bergaris bawah), tanda kutip tutup, koma, nama jurnal yang
ditulis miring atau digaris bawahi, koma, ed. (singkatan editor)
nama editor, kurung buka, bulan (kalau ada), koma, dan tahun
penerbitan, kurung tutup, koma, nomor halaman dan titik. Perlu
disebutkan bahwa jurnal ditulis dengan angka Arab (Arabic
Number) dan bukan Angka Romawi (Roman Number). 1George Makdisi, “The Hanbali School and Sufism”,
Humaniora Islamica, 2 (Januari, 1974), 61. 2Wael B. Hallaq, “A Tenth-Eleventh Century Treatise on
Juridical Dialectic”, Muslim World, 77 (1987), 197-228.
Jika artikel yang dikutip dimuat dalam buku, maka
ketentuannya adalah menyebutkan nama penulis artikel persis
seperti susunan nama aslinya, koma, tanda kutip buka, judul
artikel (ditulis biasa, tidak miring atau bergaris bawah), tanda
kutip tutup, koma, dalam, judul buku yang ditulis miring atau
digarisbawahi koma, ed. (singkatan editor), nama editor, kurung
buka, tempat penerbit, titik dua, nama penerbit, koma, tahun
penerbitan, kurung tutup, koma, nomor halaman dan titik. 1Abdus Subhan, “Social and Religious Reform
Movements in the 19th Century Among the Muslim”,
dalam Social and Religious Movements, ed. S.P. Sen
(Calcutta: Institute of Historical Studies, 1979), 485.
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
28
Kutipan lain dalam artikel yang sama, baik yang langsung
mengikuti kutipan pertama atau diselingi dengan kut ipan dari
buku, dituliskan sebagaimana ketentuan pengutipan buku (bukan
artikel dalam buku). Demikian juga jika penulis artikel memiliki
dua karya tulis artikel atau lebih dan disebutkan untuk yang
pertama kali secara berurutan dalam satu nomor catatan kaki,
maka penulis tersebut diganti kata idem.
E. Pengutipan Terjemahan
Untuk sumber yang diterjemahkan dari bahasa asing,
judul sumber yang ditulis adalah judul terjemahannya. Judul
aslinya dalam bahasa asing tidak boleh disebutkan. Cara
penulisan identitas sumber persis sama dengan ketentuan yang
sudah diberikan, hanya ada tambahan ter, untuk tanda
penerjemah. 1C. Snouck Hurgronje, Islam di Hindia Belanda, ter. S.
Gunawan (Jakarta: Bhratara Aksara, 1983), 45.
F. Penulisan Gelar dan Nama
Segala macam gelar yang dicantumkan di depan atau di
belakang nama seorang penulis tidak perlu disebutkan dalam
kutipan. 1Moh. Koesnoe, “Kedudukan Kompilasi Hukum Islam
dalam Sistem Hukum Nasional”, Varia Peradilan, 22
(1995), 78.
Bukan 1Prof. Dr. H. Moh. Koesno SH, “Kedudukan Kompilasi
Hukum Islam dalam Sistem Hukum Nasional”, Varia
Peradilan, 122 (1995), 78.
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
29
Jika penulis hanya memiliki satu nama (single name),
maka nama satu-satunya tersebut disebutkan. 1Hazairin, Hukum Kekeluargaan Nasional (Jakarta:
Tintamas, 1974), 50.
Untuk penulis Arab Klasik dan Pertengahan yang dikenal
melalui satu nama saja, walaupun ia memiliki nama lebih dari
satu, maka nama yang terkenal itu saja yang disebutkan. Nama
diri (given name) boleh disebutkan, jika memang diperlukan
sebagai penguat. 1Al-Ghaza>li>, al-Makhu>l min Ta’li>qa>t al-Us}u>l
(Damaskus: Dar al-Fikr, 1980), 98 2Al-Shawka>ni>, Irsha>d al-Fuh}u>l (Kairo: Mus}t}afa>
al-Ba>bi> al-H}alabi>, 1937), 56 3Jala>l al-Di>n al-Suyu>t}i>, al-Durr al-Manthu>r al-
Tafsi>r al-Ma’thu>r, vol. 5 (Beirut: Da>r al-Ma’rifah,
1965), 89.
Namun jika kebetulan nama yang satu tersebut sama atau
mirip dengan nama penulis lain yang buku atau artikelnya juga
dipakai sebagai sumber, maka nama diri perlu disebutkan. 1Abu> H}a>mid al-Ghaza>li>, al-Mustas}fa> min ‘Ilm al-
Us}u>l, vol. 2 (Kairo: Mat}ba’ Bula>q, 1976), 89 2Muh}ammad al-Ghaza>li>, al-Sunnah al-Nabawiyah
Bayn Ahl al-Fiqh wa Ahl al-Hadi>th (Kairo: Da>r al-
Shuru>q, 1990),78
Perlu disebutkan bahwa penyebutan nama sering rancu,
bukan hanya pada catatan kaki tetapi juga pada bodi tulisan (the
body of the writing). Nama yang disebutkan dalam bodi tulisan
harus ditulis semua (nama awal, tengah dan akhir). Jika nama itu
disebutkan lagi, maka salah satu nama saja yang ditulis. Jika
nama adalah orang Indonesia, maka nama yang lebih dikenal
yang ditulis. Namun jika nama asing (Inggris atau Arab), maka
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
30
yang disebutkan adalah nama akhirnya. Segala macam gelar yang
dimiliki oleh penulis tersebut, baik yang terletak di depan atau di
belakang namanya, seperti doktor, profesor dan yang lain, tidak
boleh disebutkan.
Hasbi Ash-Shiddieqy menulis beberapa buku
tentang fikih, di antaranya adalah al-Ahkam. Hasbi
menulis al-Ahkam, yang terdiri dari lima jilid itu, ketika
dia masih tinggal di daerah asalnya, Aceh.1
Wilfred Cantwel Smith ternyata memiliki akses
untuk mengkaji tema hukum. Dia memiliki beberapa,
resensi buku tentang hukum Islam yang dimuat di
beberapa jurnal terbitan Amerika Utara dan Eropa Barat.
Smith selama ini hanya dikenal melalui karya-karya yang
mengangkat isu masyarakat muslim di kawasan Asia
Selatan.2
Muhammad al-Bahi menulis sebuah monograph
berbahasa Inggris dengan judul, “Factors of Islamic
Movements in the Arab World.” Dalam karya satu-satunya
yang berbahasa Inggris itu, dia menganalisis pergolakan
pemikiran Islam modern dari satu tahapan waktu ke
tahapan yang lain. Al-Bahi menulis buku tersebut, ketika
dia menjadi dosen tamu di Institute of Islamic Studies,
McGill University, Montreal awal tahun 1950-an.3
Jika sebuah buku ditulis, diedit atau diterjemahkan oleh
dua orang, maka dua nama tersebut harus disebutkan semua.
Namun jika jumlah penulis, editor atau penterjemahnya tiga
1 Hasbi Ash-Shiddieqy, al-Ahkam : Pedoman Muslimin, 4 vol. (Medan: Islamiyah,
1953). 2 Giovani Solomon, Middle Eastern Studies (London : Oxford University Press, 1978),
98. 3 Muh}ammad al-Ba>hi>, “Factors Of The Islamic Movements in The Arab World,”
(Montreal: McGill University Press, 1956).
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
31
orang ke atas, maka hanya nama penulis, editor atau penterjemah
pertama yang disebutkan kemudian diikuti dengan et. al. sebagai
ganti nama-nama lain yang tidak disebutkan. 1Fazlur Rahman, “Revival and Reform in Islam," dalam
The Cambridge History of Islam, vol. 2, ed. P. M. Holt et.
al. (Cambridge: Cambridge University Press, 1970), 632-
638.
Untuk menulis sumber data artikel dan surat kabar disusun
sebagai berikut: nama penulis, koma, artikel dalam tanda koma,
nama surat kabar, koma, tanggal bulan dan tahun, koma, serta
halaman, titik.
Contoh: 1Fahri Hamzah, “Pemuda dan Usia Suatu Bangsa”,
Republika, 28 Oktober 2000,15.
Bila hanya menuliskan data saja, bukan artikel dari surat
kabar maka ditulis sebagaimana berikut: nama surat kabar, koma,
tanggal dan tahun, koma, halaman, titik.
Contoh:
Republika, 1 Nopember 2002,17.
Sumber data artikel dan email disusun sebagai berikut:
alamat email, titik dua, dua garis miring, alamat email, kurung
buka, bulan, koma, tahun, kurung tutup, koma, halaman, titik.
Contoh :
http://www.ciaonet.org/pub/hur01.html(January,2002),20.
1. Pengutipan Ensiklopedi
Kutipan yang diambil dari Encyclopedia ditulis nama
penulis entry, tanda kutip buka, koma, judul entry, tanda, kutip
tutup, koma, nama encyclopaedia, vol. (volume) (jika ada), ed.
(editor), et al. (jika diperlukan), kurung buka, tempat penerbit,
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
32
titik dua, nama penerbit, koma, tahun penerbit, kurung tutup,
koma, nomor halaman dan titik. 1A. J. Wensink, “Kufr”, The First Encyclopaedia of
Islam, vol. 7, ed. M. Th. Houtsma, et. al. (Leiden: E. J.
Brill, 1987), 234.
2. Pengutipan Skripsi dan Tesis
Kutipan yang diambil dari skripsi atau Tesis yang tidak
diterbitkan, caranya adalah dengan menuliskan nama penulis
skripsi atau disertasi, koma, tanda kutip buka, judul skripsi
atau disertasi (ditulis biasa tidak miring atau digaris bawahi),
tanda kutip tutup, kurung buka, Skripsi atau Disertasi, koma,
nama perguruan tinggi, tempat perguruan tinggi, tahun
penulisan skripsi atau disertasi, kurung tutup, koma, nomor
halaman dan titik. 1Bisri Affandi, “Shaykh Ahmad al-Shurkati: His Role in
alIrshad Movement”, (Skripsi, McGill University,
Montreal, 1976), 34. 2Nurcholish Madjid, “Ibn Taymiyya on Kalam and
Falsafa: Problem of Reason and Revelation in Islam”,
(Disertasi, Chicago University, Chicago, 1984), 45.
3. Pengutipan Identitas Sumber yang tidak jelas
Jika unsur dalam identitas sumber data ada yang tidak
jelas atau hilang, maka harus dicantumkan tanda
“kehilangannya”. Misalnya jika tempat, nama atau tahun
penerbitan tidak ada dalam sebuah buku jurnal, maka harus
diberi tanda t.tp. (tanpa tempat [penerbit]), t.p. (tanpa [nama]
penerbit) dan t.t. (tanpa tahun [penerbitan]). Di samping itu
tanda tanya (?) juga harus dipakai, jika salah satu unsur dalam
identitas tersebut diragukan karena tidak tertulis dengan jelas.
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
33
1Al-Nawa>wi>, al-Majmu> Sharh} al-Muhadhdhab, vol.
5 (t.tp.: al-Maktabah al-Salafiyah, 1950), 34. 2H. A. R. Gibb, Modern Trend in Islam (Chicago: t.p.,
1947), 67. 3S.D. Gotein, Studies in Islamic History and Institutions
(Leiden: E. J. Brill, t.t.), 34. 4M. Hatta, “Politik Sintesa”, Aliran Islam (Februari
194?), 45.
4. Pengutipan ayat al –Qur’an
Kutipan dari al-Qur’an dilakukan dengan cara menuliskan
kata al-Qur’an (ditulis biasa tidak miring atau digaris bawahi)
kemudian diikuti koma, nomor surat, titik dua, nomor ayat dan
titik.
Jika dalam satu nomor catatan kaki terdapat dua atau lebih
kutipan al-Qur’an, maka kutipan berikutnya ditulis persis seperti
kutipan pertama, hanya tidak perlu menyebutkan kata al -Qur’an
lagi dan antara kedua kutipan tersebut dipisahkan dengan titik
koma. Kutipan lain yang disebutkan dalam nomor selanjutnya
ditulis Ibid., titik, koma, nomor surat, titik dua, nomor ayat dan
titik. Perlu diketahui bahwa huruf “a” dalam kata sandang
definite article “al”-Qur’an harus ditulis dengan huruf kecil,
sebab “al” dari sudut gramatika bukan bagian dari kata
dimaksud, kecuali jika “al’ ada di awal kalimat. Di samping itu
perlu diingat bahwa nomor yang dipakai untuk menunjukkan ayat
dan surat adalah Angka Arab (Arabic Number) dan bukan Angka
Romawi (Roman Number). 1Al-Qur’an, 2: 34; 12:4 2Ibid., 5:14
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
34
5. Pengutipan langsung dan tidak langsung
Kutipan ada dua macam, langsung dan tidak langsung.
Kutipan langsung adalah kutipan yang dinukil sama persis
seperti bunyi yang dinyatakan dalam teks aslinya. Kutipan
langsung ada yang terdiri dari enam baris ke atas atau kurang
dari enam baris. Kutipan langsung yang kurang dari enam baris
ditulis sama dengan teks yang lain dan diletakkan di antara dua
tanda kutip. Kutipan langsung yang terdiri dari enam baris ke
atas, ditulis dengan spasi lebih rapat (1,5 spasi) dari teks yang
lain (2 spasi) dan margin kiri masuk 4 (empat) ketukan ke kanan.
Berbeda dengan kutipan langsung yang kurang dari enam baris,
kutipan langsung yang terdiri dari enam baris ke atas tidak
diletakkan di antara tanda kutip. Berikut ini adalah contoh dua
macam kutipan langsung tersebut.
Islam meletakkan nilai moral universal yang jika
dikembangkan dalam format peradaban modern bisa
menjadi acuan moral alternatif. Oleh karena itu dikatakan
bahwa “Islam adalah sumber nilai yang memiliki potensi
untuk menjadi acuan baru, menggantikan paradigma lama
yang dibesarkan dalam setting secular materialist.”1
“Semenanjung Arabia adalah kawasan yang selalu
dijadikan ajang pertikaian politik oleh Emperium Romawi
dan Persi dalam era pra-kedatangan Islam. Kelahiran
Islam bukan saja telah mengakhiri posisi Arabia sebagai
“wilayah sengketa,” tetapi juga menjadikan wilayah itu
sebagai pusat kekuatan politik baru, di mana dasar-dasar
Emperium Islam, yang akhirnya bisa mengakhiri riwayat
1 M. Arshad, Islam and the Future of Humanity (London : Zed Books, 1987), 34.
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
35
Emperium Persi dan mengurangi wilayah teritorial
Emperium, Romawi, dikodifikasikan.”2
Kutipan langsung dari sumber tidak berbahasa Indonesia
(Arab, Inggris, bahasa daerah atau yang lain) perlu ditulis
aslinya, dan disertai terjemahannya. Terutama jika kutipan
tersebut dinukil dari teks al-Qur’an, Hadis atau teks
dokumentatif. Ini untuk memastikan keakuratan terjemah dengan
teks aslinya. Kata, phrase (ungkapan), singkatan (acronym) atau
istilah (technical terms) yang berasal dari bahasa asing atau
daerah ditulis miring atau digaris bawahi. Ketentuan seperti itu
dimaksudkan untuk menjaga otentisitas penelitian. Otentisitas
sebuah penelitian dibuktikan, di antaranya, dengan menunjukkan
bahwa kata, phrase, singkatan (acronym) atau istilah (technical
terms) yang disebutkan, namun dipinjam atau berasal dari bahasa
asing, memang terbukti keasingannya. Karena itu, dalam
menuliskan unsur-unsur asing atau daerah tersebut tidak boleh
terjadi salah ejaan (misspelling).
6. Penulisan Sumber Arab
Cara penulisan sumber Arab sedikit berbeda dengan
sumber non-Arab. Identitas sumber tersebut, misalnya, harus
ditransliterasikan dengan mengikuti skema transliterasi Arab-
Indonesia yang diberikan dalam pedoman ini. Setiap bagian
dalam identitas sumber ditransliterasikan persis seperti aslinya,
kecuali nama tempat penerbitannya. Tempat penerbitan
disesuaikan dengan nama tempat yang dibakukan dalam bahasa
Indonesia. Misalnya, al-Qahirah berubah menjadi Kairo, Bayrut
menjadi Beirut, Dimasq menjadi Damaskus, Baghdad menjadi
Bagdad, Halb menjadi Alepo dan seterusnya. Kadang-kadang
2 John L. Esposito, Islam: The Straight Path (London : Oxford University Press, 1991), 56.
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
36
nama tempat (kota) penerbit tidak disebutkan dalam buku-buku
Arab terbitan lama. Sebagai gantinya disebutkan nama negara.
Untuk kasus seperti ini, nama negara itulah yang harus dipakai. 1Ibn S}a>lih}, Fatwa> wa Masa>'il Ibn S}alah fi al-
Tafsi>r wa al-Hadi>th wa Us}u>l al-Fiqh, vol. 1
(Beirut: Da>r al-Ma’rifah, 1986), 57. 2Ibn Qayyim al-Jawziyah, al-Mana>r al-Munif fi> al-
S}ah}i>h wa al-D}a’i>f (Alepo: Mat}ba’at al-
Mat}bu>’ah al-Isla>miyah, 1970), 23. 3Rashid Rida, al-Khila>fah aw al-‘Ima>mah al- ‘Uz}ma
(Mesir: Mat}ba’at al-Mana>r, 1928), 80, 102.
7. Penulisan nomor catatan kaki
Penomoran catatan kaki dimulai dengan nomor 1 pada
setiap bab. Angka (nomor urut) dalam catatan kaki dicetak
sedikit lebih tinggi (superscript) dan permukaan rata-rata kata
dalam nomor itu. Di samping itu, antara nomor catatan kaki
dengan huruf pertama nama penulis sumber tidak perlu diberi
spasi. Nomor urut catatan kaki juga tidak perlu diikuti dengan
titik. Antara catatan kaki dalam satu nomor urut dengan catatan
kaki dalam nomor urut yang lain tidak perlu diberi jarak. 1Afaf Lutfi al-Sayyid Marsot, A Short History of Modern
Egypt (London: Cambridge University Press, 1985), 78. 2John A. Haywood, Modern Arabic Literature (1800-
1970) (New York: St. Martin’s Press, 1972), 90. 3W. M. Watt dan R. Bell, Introduction to the Qur’an
(Edinburgh: Edinburgh University Press, 1990), 15.
8. Penulisan Hasil Wawancara
Menuliskan hasil wawancara diatur dengan menyebutkan
yang diwawancarai, tanpa menyebut gelaran seperti bapak,
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
37
ustadh dan lain-lain, kemudian koma, wawancara, ditulis dengan
huruf italic, koma, tempat wawancara, koma dan tanggal
wawancara, titik.
Contoh:
Kasiman, wawancara, Gresik, 13 Desember 2000.
Adapun siapa, Kasiman itu? Identitas dirinya ditulis dalam daftar
responden. Contoh : Kasiman adalah seorang pedagang sayur dan
menjabat sebagai sekretaris Rukun Tetangga (RT) nomor x dusun
y.
G. Bibilography
Semua sumber yang dipakai sebagai rujukan dalam penulisan
makalah, skripsi dan disertasi harus dicantumkan dalam
bibliography. Dalam bibliography, sumber diklasifikasikan antara
sumber primer dengan sekunder. Sumber primer diletakkan pada
bagian pertama, kemudian disusuli dengan sumber sekunder.
Sumber biasanya juga dipisahkan antara sumber dalam bentuk
buku, artikel dan pamflet. Pengklasifikasian seperti ini dilakukan
untuk membantu pembaca agar dengan mudah mengecek letak
sumber yang dikehendaki, karena telah diklasifikasikan sesuai
dengan jenisnya. Klasifikasi seperti ini berlaku hanya jika jenis
sumber yang dipakai dalam skripsi dan disertasi memang
bervariasi. Jika jenis sumber yang dominan adalah buku, sedangkan
jumlah artikel atau pamflet relatif sedikit, maka tidak perlu
dilakukan klasifikasi .
Teknik penulisan sumber dalam bibliography pada dasarnya
tidak berbeda jauh dengan teknik penulisan catatan kaki. Untuk
menulis identitas sumber dalam bentuk buku, maka susunan nama
penulis dibalik, nama akhir (last name) kemudian diikuti nama awal
(first name). Jika penulis buku tersebut mempunyai nama tengah
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
38
(middle name), maka nama tengah ditulis setelah nama awal. Setiap
unsur identitas dalam bibliography selalu diakhiri dengan titik.
Koma dipakai hanya ketika, menengahi nama akhir dan awal
penulisan serta nama penerbit dan tahun penerbitan. Sedangkan
antara tempat penerbitan dan nama penerbitan ditulis titik dua.
Basyir, Ahmad Azhar. Refleksi Atas Persoalan Ke-Islaman.
Bandung: Mizan, 1993.
Gani Bustami A. Beberapa Aspek ilmiah tentang al-Qur’an
Jakarta: Litera Antar Nusa, 1994.
Hasan, Fuad. Heteronomia. Jakarta: Pustaka Jaya, 1997.
Mendahulukan nama akhir penulis dalam bibliography
berlaku dengan mutlak, sekalipun seorang penulis lebih dikenal
nama awalnya.
Ash-Shiddieqy, Hasbi. Kriteria antara Sunnah dan Bid’ah.
Jakarta: Bulan Bintang, 1967.
Jika seorang penulis mempunyai beberapa sumber yang
dicantumkan dalam bibliography, maka nama penulisnya hanya
dicantumkan pada sumber pertama saja. Sedangkan pada sumber
kedua dan seterusnya, nama tersebut diganti dengan tanda yang
dibuat sebanyak 9 (sembilan) kali ketukan kemudian diikuti titik.
Nasution, Harun. Akal dan Wahyu. Jakarta: UI Press, 1986.
________. Filsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
________. Muhammad Abduh dan Teologi Rasional
Mu’tazilah Jakarta: UI Press, 1987.
Perlu disebutkan bahwa jika sebuah sumber dalam
bibliography tertulis lebih dari satu baris (contoh nomor tiga di
atas), maka, baris kedua dan seterusnya, ditulis masuk empat
ketukan dari margin kiri dan jarak antara baris pertama dengan
berikutnya, lebih sempit dibandingkan, dengan jarak antara, sumber
tersebut dengan sumber yang lain.
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
39
Jika sumber yang dikutip dalam bentuk artikel, baik yang
berasal dan jurnal atau buku, maka halaman artikel harus
dicantumkan mulai dari halaman pertama sampai terakhir dan
sebelumnya titik dua.
Shiner, P. "Traditional and Reformist Mawlid Celebrations
in the Maghrib." Dalam Studies in Memory of Creston
Met. Ed. Myriam Rosen-Ayalon. Jerusalem: Institute
of Asian and African Studies, the Hebrew University,
Jerusalem, 1977:371-413.
Van Bruinessen, Martin. "Pesantren dan Kitab Kuning:
Pemeliharaan dan Kesinambungan Tradisi Pesantren."
Ulumul Qur’an. 4 (1994): 75-85.
Wachid, Abdurrachman, "Menjadikan Hukum Islam Sebagai
Penunjang Pembangunan” dalam Agama dan
Tantangan Zaman: Pilihan Artikel Prisma,1975-1984.
Jakarta: LP3ES, 1985:64-79.
H. Translitersi
Berikut ini adalah skema transliterasi Arab-Indonesia yang
ditetapkan dalam pedoman ini.
No Arab Indonesia Arab Indonesia
{t ط ` ا 1
{z ظ b ب 2
‘ ع t ت 3
gh غ th ث 4
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
40
No Arab Indonesia Arab Indonesia
f ف j ج 5
q ق {h ح 6
k ك kh خ 7
l ل d د 8
m م dh ذ 9
n ن r ر 10
w و z ز 11
h ه s س 12
‘ ء sh ش 13
y ي {d ص 14
d ض 15
Untuk menunjukkan bunyi hidup panjang (madd) caranya
dengan menuliskan coretan horisontal (macron) di atas huruf a>,i>
dan u> (او,اي,ا).
Semua nama Arab dan istilah teknis (technical terms) yang
berasal dari bahasa Arab harus ditulis dengan transliterasi Arab
Indonesia. Di samping itu, kata dan istilah yang berasal dari bahasa
asing (Inggris dan Arab) juga harus dicetak miring atau
digarisbawahi. Karenanya, kata dan istilah Arab terkena dua
ketentuan tersebut, transliterasi dan cetak miring. Namun untuk
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
41
nama diri, nama tempat dan kata Arab yang sudah terserap ke dalam
bahasa Indonesia cukup ditransliterasikan saja.1
Bunyi hidup dobel diftong} Arab ditransliterasikan dengan
menggabung dua huruf ay dan aw.
Shay’, ayn, maymu>n, 'alayhim, qawl, d}aw’, mawd}u>‘ah,
mas}nu>’ah, rawd}ah
Bunyi hidup (vocalization atau harakah) huruf konsonan
akhir pada sebuah kata tidak dinyatakan dalam transliterasi.
Transliterasi hanya berlaku pada huruf konsonan (consonant letter)
akhir tersebut. Sedangkan bunyi (hidup) huruf akhir tersebut tidak
boleh ditransliterasikan. Dengan demikian, maka kaidah gramatika
Arab tidak berlaku untuk kata, ungkapan atau kalimat yang
dinyatakan dalam bentuk transliterasi Latin.
Khawa>riq al-‘a>dah bukan khawa>riqu al-‘a>dati; inna>
al-di>n
‘inda Alla>h al-Isla>m bukan inna> al-di>na 'inda Alla>hi
al
Isla>mu;, wa ha>dha> shay’ 'inda ahl al-‘ilm fahuwa
wa>jib
bukan wa ha>dha>shay’un 'inda ahli al- ‘ilmi fahuwa
wa>jbun.
Sekalipun demikian dalam transliterasi tersebut terdapat
kaidah gramatika Arab yang masih difungsikan yaitu untuk kata
dengan akhiran ta’ marbu>t}ah yang bertindak sebagai s}ifah
modifier maka ta>’ marb>ut}ah ditranslitertasikan dengan "ah'.
Kata yang berakhiran ta>' marbu>t}ah dan berfungsi sebagai
mud}a>f, maka ta>’ marbu>t}ah diteransliterasikan dengan "at".
Sedangkan ta>’ marbu>t}ah pada kata yang berfungsi sebagai
mud}a>f ilayh ditransliterasikan dengan "ah'. Ketentuan
transliterasi seperti dalam penjelasan tersebut mengikuti kaidah
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
42
gramatika Arab yang mengatur kata yang berakhiran ta>’
marbu>t}ah ketika berfungsi sebagai s}ifah dan id}a>fah.
Sunnah sayyi’ah, naz}rah 'a>mmah, al-la'a>li’ 'al-
masnu>’ah, al-kutub al-muqaddasah, al-h}a>di>th al-
mawdu>’ah, al-Maktabah al-Mis}ri>yah, al-siya>sah al-
shar’i>yah dan seterusnya
Mat}ba'at Bu>laq, Ha>shiyat Fath al-mu ‘i>m, Silsilat al-
Aha>di>th al-S}ahi>h}ah Tuhfat al-Tulla>b, 1'a>nat al-
T}a>libi>n, Niha>yat al-Us}u>l, Nashat al-Tafsi>r,
Gha>yat al-Wusu>l dan seterusnya. Matba’at al-Ama>nah
Mat}ba’at al-'As}imah, Mat}ba’at al Istiqa>mah dan
seterusnya.
Penulisan huruf besar dan kecil pada kata, phrase
(ungkapan) atau kalimat yang ditulis dengan transliterasi Arab -
Indonesia mengikuti ketentuan penulisan yang berlaku dalam
tulisan. Huruf awal (initial letter) untuk nama diri, tempat, judul
buku, lembaga dan yang lain ditulis dengan huruf besar.
Jama>l-Din al-Isna>wi, Niha>yat al-Su>fi Sharh Minhaj>
al-Wusu>l ila> ‘ilm al-Us}u>l (Cairo: Matba 'at al-Tawfiq
al-Adabi>yah 1954); Ibn Taymi>yah, Raf' al-Mala>m ‘an
A’immat al-A’la>m (Damaskus: Manshu>rat al-Maktabah al-
Isla>mi>, 1932).
Ra>bitat al-A1am al-Isla>mi>, Jam‘i>ya al-Rifq bi al-
Ha}yawa>n Hay’at Kiba>r ‘Ulama>’ Mis}r, Munazz}}amat
al-Umam al-Muttah}idah, Majma'al-Lughah al-‘Arabiyah.
Kata Arab yang diakhiri dengan ya>’ mushaddadah
ditransliterasikan dengan i> Jika ya>’ mushaddadah yang masuk
pada huruf terakhir sebuah kata tersebut diikuti dengan ta'
marbu>t}ah, maka transliterasinya adalah iyah. Sedangkan ya>’
mushaddadah yang terdapat pada huruf yang terletak ditengah
sebuah kata ditransliterasikan dengan yy.
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
43
Al-Ghaza>li>, al-San'a>ni>, al-Nawawi>, Wahha>bi>,
Sunni> Shi>’i>, Mis}ri>, al-Qushayiri> Ibn Taymi>yah, Ibn
Qayyim al-Jawzi>yah, al-Ishtira>ki>yah, sayyid, sayyit,
mu'ayyid, muqayyid dan seterusnya.
Kata depan (preposition atau harf jarr) yang
ditransliterasikan boleh dihubungkan dengan kata benda yang jatuh
sesudahnya dengan memakai tanda hubung (-) atau dipisah dari
kata, tersebut, jika, kata, diberi kata sandang (ada>t al-ta’ri>j).
Fi-al-adab al-'arabi> atau fi al-adab al'arabi>, min-al-
mushkila>t al-iqtis}a>di>yah atau, min al-mushkila>t al-
iqtis}a>diyah, bi-al-madha>hib al-arba‘ah atau bi al-
madha>hib al-arba‘ah
Kata “ibn” memiliki dua versi penulisan. Jika Ibn terletak di
depan nama diri, maka kata tersebut ditulis Ibn. Jika kata Ibn
terletak di antara dua nama diri dan kata, Ibn berfungsi sebagai
'atfal-baya>n atau badal, maka ditulis bin atau b. Dalam kasus
nomor dua, kata Ibn tidak berfungsi sebagai predicative (khabar)
sebuah kalimat, tetapi sebagai ‘atfal-baya>n atau badal.
Ibn Taymi>yah, Ibn ‘Abd al-Ba>rr, Ibn al-Athi>r, Ibn
Kathi>r, Ibn Quda>mah, Ibn Rajab, Muhammad bin/b. 'Abd
Alla>h, 'Umar bin/b. al-Khat}t}ab, Ka'ab bin/b. Ma>lik.
I. Petunjuk Menggunakan Software Transliterasi
Untuk lebih memudahkan pengetikan transliterasi,
mahasiswa harus sudah memastikan bahawa font Times New Arabic
telah terinstal dalam komputer yang dipakai. Selanjutnya untuk
memudahkan penulisan, mahasiswa cukup menuliskan simbol-
simbol transliterasi dalam font Times New Roman. Setelah selesai
penulisan satu file simbol transliterasi diubah dengan tools dalam
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
44
Microsoft word yaitu find and replace. Penjelasannya adalah
sebagai berikut:
1. Pilih menu Edit pada lembar kerja MS Word
2. Pada posisi di bawah ini, klick Replace
3. Kemudian akan muncul tampilan berikut. Pada tampilan
ini, ketik pada Word find what dan replace with dengan
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
45
tanda “>” (macron/ garis horizontal huruf kecil),”<”
(macron/garis horizontal huruf besar), “}”(titik bawah
huruf kecil), “{“ (titik bawah huruf besar).
4. Pada posisi ini, klick More, kemudian Format
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
46
5. Setelah klick Format, klick Font.
6. Setelah itu muncul pilihan jenis font berikut.
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
47
7. Pilih jenis font Time New Roman (cursor pada posisi >
atas) klick OK dan pindahkan cursos pada posisi > bawah
kemudian jenis font Time New Arabic klick OK untuk
huruf kecil seperti dalam gambar berikut. Demikian pula
untuk huruf besar.
8. Kemudian klik Replace All
J. Tabel dan Gambar
1. Penulisan Tabel
Dalam menyajikan data, informasi, atau fakta-kata penulis
dapat menyajikannya dalam bentuk tabel. Dengan menggunakan tabel,
pembaca akan dapat memahami dan menafsirkan data secara cepat,
dan mencari hubungannya.
Tabel yang baik disajikan dalam bentuk yang sederhana dan
difokuskan pada beberapa ide. Oleh karenanya lebih baik
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
48
menggunakan banyak tabel daripada sedikit tabel dengan isi yang
terlalu padat.
Jika tabel yang digunakan cukup besar (lebih dari setengah
halaman), maka penyajiannya ditempatkan pada halaman tersendiri.
Namun jika tebel cukup pendek dapat diintegrasikan dengan teks.
Teks isi tabel menggunakan spasi tunggal (1 spasi).
Tabel harus diberi identitas (berupa nomor dan judul tabel) dan
ditempatkan di atas tabel. Hal ini dimaksudkan untuk memudah kan
perujukan. Jika tabel lebih dari satu halaman, maka bagian kepala
tabel (termasuk teksnya) harus diulang pada halaman selanjutnya.
Akhir tabel pada halaman pertama tidak perlu diberi garis horisontal.
Pada halaman berikutnya, tuliskan Lanjutan tabel… pada tepi kiri.
Kata “Tabel” ditulis dipinggir, diikuti nomor dan judul tabel. Judul
tabel ditulis dengan menggunakan huruf kapital pada awal katanya
kecuali kata penghubung dan dicetak tebal. Jika judul tabel lebih satu
baris ditulis dengan satu spasi, dan baris kedua sejajar dengan baris
pertama. Judul tabel tanpa diakhiri titik. Jarak tabel dengan teks
sebelum dan sesudahnya 3 spasi. Nomor tabel terdiri dari dua digit
dipisah dengan tanda titik. Digit pertama sama dengan urutan bab, dan
digit kedua nomor urutan tabel yang dimulai dengan nomor 1 pada
setiap bab.
Contoh:
Tabel 4.1 Tingkat Perkembangan Jumlah Mahasiswa Jurusan
Syari’ah dan Ekonomi Islam
STAIN Ponorogo Tahun 2014-2015
Prodi Tahun 2014 Tahun 2015 Jumlah
AS 120 125 245
Muamalah 260 160 420
Total 380 285 665
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
49
Nomor Tabel menunjukkan bahwa tabel terletak pada Bab IV,
nomor urut tabel yang pertama. Pengacuan tabel menggunakan angka,
bukan dengan menggunakan kata tabel di atas atau tabel di bawah ini.
Tabel yang dikutip dari sumber lain wajib diberi keterangan
mengenai nama akhir penulis, tahun publikasi, dan nomor halaman
tabel asli di bawah tabel mulai dari tepi kiri.
2. Penyajian Gambar
Istilah gambar mengacu kepada foto, grafik, chart, peta, sketsa,
diagram, bagan, dan gambar lainnya. Beberapa pedoman penggunaan
gambar dapat dikemukakan seperti berikut.
a. Judul gambar ditempatkan di bawah gambar, bukan
diatasnya. Cara penulisan judul gambar sama dengan
penulisan judul tabel
b. Gambar harus sederhana untuk menyampaikan ide dengan
jelas dan dapat dipahami tanpa dilengkapi penjelasan
tekstual.
c. Gambar harus digunakan secara efisien sesuai dengan
kebutuhan.
d. Gambar yang memerlukan lebih dari setengah halaman
perlu ditempatkan pada halaman tersendiri.
e. Penyebutan adanya gambar disajikan mendahului gambar.
f. Gambar diacu menggunakan angka, bukan dengan
menggunakan kata gambar di atas atau gambar di bawah
ini.
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
50
Contoh:
Perkembangan
Jumlah
Mahasiswa
IAIN
Ponorogo
Tahun 2017-
2018
Gambar 4.1 Perkembangan Jumlah Mahasiswa STAIN Ponorogo Tahun
2014-2015
K. Pencetakan dan Penjilidan
1. Pencetakan
a. Kertas, Bidang Pengetikan, dan Naskah Akhir
Kertas yang digunakan HVS putih ukuran A4 (21 cm X
29,7 cm), minimal 70 gram. Bidang pengetikan berjarak 4cm dari
tepi kiri kertas, dan 3 cm dari tepi atas, tepi bawah dan tepi kanan.
b. Jenis Huruf
Penulisan skripsi yang menggunakan huruf latin, dipilih
huruf (font) Times New Roman atau sejenisnya antara lain Times,
CG Times, dan Dutc, sedangkan penulisan yang menggunakan
huruf arab mengguakan huruf (font) Traditionl Arabic. Penulisan
skripsi menggunakan huruf nonproporsional seperti courier tidak
diperkenankan.
0
20
40
60
80
100
2017 2018
FASYA FEBI FATIK FUAD
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
51
c. Ukuran Huruf
Bagian-bagian suatu bab skripsi menggunakan ukuran huruf
yang berbeda dengan ketentuan sebagai berikut
Untuk font Times
12 point judul bab, judul subbab, teks induk, abstrak skripsi,
lampiran, daftar rujukan
10 point kutipan blok, judul tabel, judul gambar, teks tabel,
teks gambar, catatan akhir, dan catatan kaki.
Adapun font Traditional Arabic
26 point judul bab
18 point judul subbab, judul abstrak, judul daftar rujukan, judul
tabel, dan judul gambar
16 point teks induk
d. Modus Huruf
Penggunaan huruf normal, miring (italic), tebal (bold) dan
garis bawah diatur sebagai berikut.
Normal
1) Teks induk, abstrak, kata-kata kunci, tabel, gambar,
bagan, catatan, lampiran.
Miring (Italic)
1) Kata non Indonesia (bahasa asing dan bahasa daerah)
2) Istilah yang belum lazim
3) Bagian penting
4) Contoh yang disajikan pada teks utama
5) Judul buku, jurnal, majalah, dan surat kabar dalam teks
utama dan dafar rujukan.
Tebal (bold)
1) Judul bab dan subbab
2) Bagian penting dari suatu contoh
Garis bawah
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
52
3) Garis bawah tidak boleh digunakan kecuali dalam hal
yang sangat khusus.
e. Spasi
Spasi antar baris dalam penulisan skripsi dipilih spasi 2
(ganda), kecuali keterangan gambar, lampiran tabel, dan daftar
rujukan. Jarak antara akhir judul bab dengan subbab atau awal
teks adalah 4 spasi. Jarak antara akhir teks dengan subbab 3 spasi
dan jarak antara sub judul dengan awal teks 2 spasi. Jarak antar
paragraf juga 2 spasi
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
53
TEKNIK PENULISAN
Bab mengenai teknik penulisan ini merupakan bab yang secara
khusus ditujukan untuk memberikan rambu-rambu umum terkait
penulisan dengan menggunakan kaidah penulisan dalam bahasa
Indonesia secara baik dan benar.
A. Penomoran Bab dan Sub-bab
Penomoran Bab, Sub-bab dan halaman, teknik penulisannya
diatur sebagai berikut:
1. Penulisan Bab diberi nomor (lambang) dengan angka romawi
besar dan ditulis dengan huruf kapital, seperti BAB I, BAB II dan
seterusnya yang terletak pada bagian tengah atas halaman di atas
judul bab yang ditulis dengan huruf kapital secara keseluruhan
tanpa diakhiri titik. Penulisan Bab, selalu dimulai dengan halaman
Baru.
Contoh :
BAB I
SUMBER AJARAN ISLAM
2. Sub-bab diberi lambang kategorisasi huruf alfabet kapital yang
diakhiri dengan titik, ditulis pada margin pertama dan dikuti
dengan judul sub-bab yang ditulis dengan huruf kecil kecuali
pada awal setiap kata dengan huruf kapital.
Contoh :
BAB I
SUMBER AJARAN ISLAM
A. Pengertian dan Sumber Ajaran Islam.
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
54
3. Anak Sub-bab diberi lambang kategorisasi angka arab yang
diakhiri dengan titik, ditulis pada margin keempat dan dikuti
dengan judul anak sub-bab yang ditulis dengan huruf kecil
kecuali pada awal setiap kata dengan huruf kapital.
Contoh :
BAB I
SUMBER AJARAN ISLAM
A. Pengertian dan Sumber Ajaran Islam.
1. Pengertian Al-Qur’an.
Kategori untuk pecahan-pecahan berikutnya secara urut
menggunakan lambang-lambang huruf alfabet kecil yang diakhiri
titik pada margin 10, angka arab yang diakhiri dengan kurung tutup
pada margin 13, huruf alfabet kecil yang diakhiri dengan kurung
tutup pada margin 16, angka arab yang diakhiri dengan dua kurung
pada margin 19, huruf alfabet kecil yang diakhiri dengan dua
kurung pada margin 22.
Contoh :
BAB I
SUMBER AJARAN ISLAM
A. Pengertian dan Sumber Ajaran Islam.
1. Pengertian al-Qur’an
a. Menurut ulama salaf dan modern
1) ………… ………….. …………… .
a) ……………. …………… …………… .
(1) ………….. ………… …………… .
(a) ………….. ……………. …………… .
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
55
B. Penomoran Halaman
1. Halaman-halaman dari bagian awal (halaman judul sampai
dengan halaman daftar isi), nomor halamannya berupa angka
romawi kecil, yakni, i, ii, iii, iv dan seterusnya ditulis ditengah
bagian bawah halaman.
2. Pada bagian teks, (mulai dari pendahuluan) penomoran halaman
menggunakan angka arab, yakni : 1, 2, 3 dst. ditulis pada sudut
kanan atas kecuali pada halaman bab baru dan daftar pustaka,
ditulis pada bagian bawah tengah halaman.
C. Pengetikan dan Tata-letak (Lay-out)
1. Naskah skripsi diketik pada kertas HVS 70 gram, warna putih,
ukuran kuarto dengan spasi ganda dengan pola rata kiri dan
kanan.
2. Baris pertama pada setiap paragrap ditulis masuk 5 ketukan dari
pias kiri karangan.
3. Lampiran atau lainnya yang berukuran lebih besar dilipat sesuai
dengan ukuran kertas kuarto
4. Naskah skripsi diketik komputer dengan menggunakan huruf
(font) Times New Roman atau Times New Roman Arabic,
ukuran huruf 12 untuk, sub-bab, anak sub-bab dan naskah, dan
14 untuk judul halaman dan judul bab. Untuk naskah arab
ukuran huruf adalah 16, menggunakan font standar ( Tradisional
Arabic).
5. Pias kiri dan atas area penulisaan naskah berjarak 4 cm,
sedangkan pias kanan dan bawah berjarak 3 cm.
6. Semua unsur dalam daftar isi, ditulis dengan huruf kapital kecuali
sub-bab dan anak sub-bab, ditulis dengan kapital hanya pada
awal tiap kata.
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
56
7. Jarak antara kata “bab” dengan judul bab dan antara judul bab
dengan judul sub-bab adalah empat spasi. Adapun jarak antara
akhir teks karangan dengan anak sub-bab dan antara paragrap
satu dengan paragrap berikutnya adalah 3 spasi.
8. Kata, ungkapan, singkatan atau istilah (technical term) yang
berasal dari bahasa asing atau daerah boleh ditulis miring. Kata
yang dicetak miring tersebut bisa berupa transliterasi atau kata
yang bukan transliterasi tetapi kata yang menjadikan penulis
sangat bergantung pada kata tersebut (technical term).
D. Penulisan Terjemah
1. Terjemah yang berasal dari kutipan langsung ditulis dalam
paragraf tersendiri dengan spasi satu (1) dan margin kiri masuk
4 ketukan ke kanan, ditulis miring.
2. Terjemah yang berasal dari terjemahan penulis, ditulis seperti
penulisan teks biasa.
E. Penulisan Sumber Kutipan
Penulisan sumber kutipan dipakai untuk menandai identitas
sumber data. Jenis penulisan sumber kutipan terdiri dari 3 macam,
yaitu catatan kaki (footnote), catatan tengah (middlenote) dan catatan
akhir (endnote). Pada prinsipnya ketiga jenis penulisan sumber
kutipan ini tidak berbeda sama sekali melainkan hanya letaknya saja
yang berbeda. Catatan kaki terletak di bagian bawah pada setiap
halaman, sedangkan catatan akhir terletak pada bagian akhir teks.
Sementara itu catatan tengah ditulis pada tengah-tengah teks. Dalam
hal ini, STAIN Ponorogo, Jurusan Syari’ah –dalam penuilsan
skripsi—memilih menggunakan catatan kaki dalam penulisan
sumber kutipan, dengan pertimbangan pembaca dapat langsung
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
57
mengetahui identitas sumber data yang dipakai pada halaman
tersebut.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan
penulisan catatan kaki, yaitu :
1. Nomor catatan kaki, berupa nomor arab, ditulis agak naik ke atas,
Nama penulis buku ditulis sesuai dengan nama aslinya (tanpa
dibalik), kemudian dikuti koma (,), judul buku yang ditulis
miring atau digaris bawah kemudian kurung buka, tempat
penerbit, titik dua (:), nama penerbit, koma (,) tahun penerbitan,
kurung tutup, koma (,) nomor halaman dan titik (.).
2. Antara naskah dan catatan kaki diberi pembatas, berupa garis
lurus mendatar yang ditarik dari pias kiri teks sampai sepanjang
30 ketukan.
3. Penulisan catatan kaki dimulai pada ketukan ke tujuh dari
margin/pias kiri naskah, berjarak 1,5 spasi dari garis pembatas.
4. Apabila penulisan catatan kaki lebih dari satu baris, maka baris-
baris berikutnya, dimulai dari margin/pias paling kiri.
Tehnik Penulisan sumber kutipan berhubungan dengan beberapa
hal yang harus diperhatikan.
1. Berhubungan dengan Nama
a. Segala macam gelar yang dicantunkan di depan atau di
belakang nama penulis tidak perlu disebutkan dalam
kutipan.
Contoh:
--------------------------------
1H. Abdul Mudjib, Kaidah-Kaidah Ilmu Fiqih (Jakarta: Kalam
Mulia, 1992), 82.
atau
2H. Abdul Mudjib, Kaidah-Kaidah Ilmu Fiqih (Jakarta: Kalam
Mulia, 1992), 82.
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
58
bukan
3Drs. H. Abdul Mudjib, Kaidah-Kaidah Ilmu Fiqih (Jakarta:
Kalam Mulia, 1992), 82.
b. Untuk penulis Arab Klasik dan Pertengahan yang
dikenal melalui satu nama, (walaupun ia memiliki lebih
dari satu nama), maka boleh nama yang terkenal saja
yang disebutkan.
Contoh:
--------------------------------
1Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1980),
53.
a Apabila nama yang satu tersebut sama atau mirip dengan
nama penulis lain yang bukunya (tulisannya) juga
dipakai sebagai sumber, maka nama diri secara utuh
disebutkan.
Contoh:
--------------------------------
1Abu Hamid al-Ghazali, Ihya Ulumuddin (Damaskus: Dar al-
Fikr, 1980), 53.
2Muhammad Ghazali, Al-Sunnah al-Nabawiyah bayna ahl al-
Fiqh wa ahl al-Hadis, (Kairo: Dar al-Shuruq, 1990), 78.
2. Berhubungan dengan Buku
a. Untuk sumber yang diterjemahkan dari bahasa asing
(Arab maupun Inggris) judul sumber yang ditulis
adalah judul terjemahannya. Judul aslinya dlam bahasa
asing tidak boleh disebutkan. Cara penulisan identitas
sumber sama dengan ketentuan yang sudah ada, dan
ditambah kata “terj”. untuk tanda terjemah.
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
59
Contoh:
--------------------------------
1Mahmud Syaltut, Akidah dan Syari’ah Islam, terj. Fachruddien
(Jakarta: Bumi Aksara, 1994), 53.
b. Jika terdapat kutipan lagi dari buku yang sudah dikutip
dan diselingi dengan kutipan dari sumber lain, maka
yang disebutkan adalah nama yang paling terkenal
(untuk nama Indonesia) dan nama akhir penulis (untuk
nama asing), koma (,) diikuti beberapa kata judul buku,
koma (,), nomor halaman, titik (.)
Contoh:
--------------------------------
1H. Abdul Mudjib, Kaidah-Kaidah Ilmu Fiqih (Jakarta: Kalam
Mulia, 1992), 82.
2Masfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah (Jakarta: Haji Masagung,
1991), 36.
3Mudjib, Kaidah-Kaidah, 76.
c. Jika kutipan kedua langsung mengikuti kutipan yang
pertama terhadap buku yang sama, maka --apabila
nomor halamannya berbeda--, dalam kutipan kedua
ditulis kata Ibid, titik (.), koma (,), nomor halaman, titik
(.). Apabila antara kutipan kedua dan kutipan pertama
memiliki halaman sama, cukup ditulis Ibid, titk (.).
Contoh:
--------------------------------
1H. Abdul Mudjib, Kaidah-Kaidah Ilmu Fiqih (Jakarta: Kalam
Mulia, 1992), 82.
2Ibid., 81.
3Ibid.
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
60
d. Jika kutipan di ambil dari jurnal, maka penulisan adalah
nama penulis (seperti aslinya), koma (,) tanda kutip
buka (“), judul artikel (ditulis biasa tidak miring), koma
(,), tanda kutip tutup (“), nama jurnal (dicetak mirng
atau digaris bawah), nomor jurnal, kurung buka, bulan
(kalau ada) dan tahun penerbitan, kurung tutup, koma
(,), nomor halaman dan titik (.).
Contoh:
--------------------------------
1Moh. Koesnoe,”Kedudukan Kompilasi Hukum Islam dalam
Sistem Hukum Nasional,” Varia Peradilan, 122 (1995), 67.
b Jika kutipan di ambil artikel yang dimuat dalam buku,
maka penulisan adalah nama penulis (seperti aslinya),
koma (,) tanda kutip buka, judul artikel (ditulis biasa
tidak miring), koma (,), tanda kutip tutup, (ditulis kata)
dalam judul buku (dicetak mirng atau digaris bawah),
koma (,), (ditulis kata) ed., nama editor, kurung buka,
tempat penerbit, tahun penerbitan, kurung tutup, koma
(,),nomor halaman dan titik (.).
Contoh:
--------------------------------
1Arief Budiman,”Gerakan Sosial dan Demokrasi di Indonesia,”
dalam Dimensi Kritis Proses Pembangunan di Indonesia, ed.
Johanes Mardimin (Yogyakarta: Kanisius, 1996), 56.
e. Kutipan yang diambil dari Encyclopedia ditulis nama
penulis entri, koma (,), tanda kutip buka (“), judul
entry, koma (,), tanda kutip tutup (“), nama
encyclopedia, vol. (volume) –jika ada--, ed. (editor),
kurung buka, tempat penerbit, titik dua, nama penerbit,
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
61
koma, tahun penerbitan, kurung tutup, koma, nomor
halaman dan titik (.).
Contoh:
-------------------------------
1A.J. Wensinck, “Kufr,” The Encyclopedia of Islam, vol. 7, ed.
M. Th. Houtsma, (Leiden: E. J. Brill, 1987), 253.
f. Kutipan yang diambil dari tesis magister atau disertasi
doktor yang tidak diterbitkan, dilakukan dengan cara
menuliskan nama penulis tesis atau disertasi, koma (,),
tanda kutip buka (“), judul tesis atau disertasi (ditulis
biasa tidak miring atau digaris bawah), koma (,), tanda
kutip tutup, kurung buka, tesis atau doktor, koma, nama
perguruan tinggi, tempat perguruan tinggi, tahun
penulisan tesis atau disertasi, kurung tutup, koma (,),
nomor halaman dan titik.
Contoh:
--------------------------------
1Edi Safri,” Al-Syafi’I Metode Penyelesaian Hadis-Hadis
Mukhtalif,” (Disertasi Doktor, IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,
1990), 32.
g. Kutipan dari al-Qur’an dilakuakan dengan cara
menuliskan kata al-Qur’an (ditulis biasa tidak miring
dan bergaris bawah), kemudian koma (,), nomor surat,
titk dua (:), nomor ayat dan titik.
Contoh:
--------------------------------
1al-Qur’an, 2: 34; 12: 54.
h. Jika sebuah buku ditulis, diedit atau diterjemahkan oleh
dua orang, maka nama kedua orang tersebut ditulis
semuanya. Namun jika jumlah penulis, editor, atau
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
62
penterjemahnya terdiri tiga orang ke atas, maka hanya
nama penulis,editor dan penterjemah pertama yang
disebutkan dan diikuti dengan (kata) et. al.
Contoh:
--------------------------------
1Mahmud Syaltut, Akidah dan Syari’ah Islam, terj.
Fachruddien, et. al. (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), 53.
i. Jika salah satu unsur dari sumber yang akan dikutip –
seperti tempat penerbitan, tahun, dsb.-- hilang atau
tidak jelas, maka harus dijelaskan dengan memberikan
tanda. Untuk tempat penerbit yang tidak ada diganti
(t.t.), tanpa nama penerbit (t.p.), tanpa tahun (t.t.).
Contoh:
--------------------------------
1Mahmud Syaltut, Akidah dan Syari’ah Islam (t.t.: Bumi
Aksara, t.t.), 53.
F. Pembuatan Daftar Rujukan/Daftar Pustaka
Teknik penulisaan daftar rujukan/Daftar Pustaka pada
prinsipnya tidak berbeda jauh dengan teknik penulisan catatan kaki.
1. Secara umum, daftar pustaka ditulis dengan pola urut alfabetis,
dimulai dari huruf A.
2. Sumber dalam bentuk buku yang nama pengarangnya lebih dari 2
suku kata susunannya adalah nama penulis dibalik, --nama
paling akhhir (last name) didahulukan--, koma (,) nama awal
dan tengah (kalau ada), titik (.), judul, titik (.) tempat penerbit,
titik dua (:), nama penerbit, koma (,), tahun penerbitan, titik (.).
3. Jika sebuah sumber tertulis lebih dari satu baris, maka baris kedua
dan seterusnya ditulis masuk 4 ketukan dari margin kiri dengan
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
63
spasi tunggal. Sedangkan anatara satu sumber dengan sumber
yang lain ditulis dengan spasi ganda.
Contoh :
Basyir, Ahmad Azhar. Refleksi Atas Persoalan Keislaman.
Bandung: Mizan, 1993.
Wachid, Abdurrahman. “Menjadikan Hukum Islam Sebagai
Penunjang Pembangunan.” DalamAgama Dan Tantangan
Zaman: Pilihan Artikel Prisma, 1975-1984. Jakarta: LP3ES,
1985: 64-79.
4. Jika seorang penulis mempunyai beberapa tulisan yang
dicantumkan dalam dafatar pustaka, maka nama penulisnya
hanya ditulis ada sumber yang pertama saja. Sedangkan pada
sumber kedua dan seterusnya nama tersebut diganti dengan
tanda – yang dibuat sebanyak 9 kali.dan diikuti dengan titik (.).
Contoh:
Nasution, Harun. Akal dan Wahyu. Jakarta: UI Press, 1986.
---------. Filsafat Agama. Bulan Bintang, 1975.
5. Jika sumber yang dikutip adalah artikel baik dalam jurnal ataupun
buku maka halaman artikel nya disebutkan mulai halaman
pertama sampai terakhir. Cara penulisannya adalah sama seperti
pengutipan dalam catatan kaki dengan sedikit perubahan.
Contoh:
Wachid, Abdurrahman. “Menjadikan Hukum Islam Sebagai
Penunjang Pembangunan.” Dalam Agama Dan Tantangan
Zaman: Pilihan Artikel Prisma, 1975-1984. Jakarta: LP3ES,
1985: 64-79.
G. Transliterasi
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
64
1. Pedoman transliterasi yang digunakan adalah :
Arab Indonesia Arab Indonesia
D ض ` ء
T ط B ب
Z ظ T ت
‘ ع Th ث
Gh غ J ج
F ف H ح
Q ق Kh خ
K ك D د
L ل Dh ذ
M م R ر
N ن Z ز
H ه S س
W و Sh ش
Y ي S ص
2. Untuk menunjukkan bunyi hidup panjang caranya dengan
mennuliskan coretan horisontal di atas huruf û, î dan â.
3. Bunyi hidup dobel (diftong) Arab ditransliterasikan dengan
menggabung dua huruf “ay” dan “aw”
Contoh :
Bayna, `alayhim, qawl.mawduah
4. Kata yang ditransliterasikan dan kata-kata dalam bahasa asing yang
belum terserap menjadi bahasa baku Indonesiaa harus dicetak
miring
5. Bunyi huruf hidup akhir sebuah kata tidak dinyatakan dalam
transliterasi. Transliterasi hanya berlaku pada huruf konsonan
akhir.
Contoh ;
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
65
Ibn Taymiyah bukan Ibnu Taymiyah. Inna al-din `inda Allah al-
Islam bukan Inna al-dina `inda Allahi al-Islamu. …. Fahuwa wâjib
bukan Fahuwa wâjibu atau Fahuwa wâjibun
6. Kata yang berakhir dengan ta’marbuthah dan berkedudukan
sebagai sifat (na’at) dan idhafah ditransliterasikan dengan “ah”
sedangkan mudhaf ditransliterasikan dengan “at”.
Contoh ;
1. Na’at dan Mudâf iIayh : Sunnah sayyi’ah, al-maktabah al-
misriyah.
2. Mudaf : matba’at al-‘ âmmah.
7. Kata yang berakhir dengan ya’ mushaddadah (ya’ bertashdid)
ditransliterasikan dengan î. Jika î diikuti dengan ta’ marbuthah
maka translitarsinya adalah îyah. Jika ya’ bertashdid berada
ditengah kata ditransliterasikan dengan yy.
Contoh ;
1. al- Ghazâlî, al-Nawawî
2. Ibn Taymîyah. Al-Jawzîyah.
H. Penulisan Huruf
Penulisan huruf yang dibahas dalam pedoman ini terutama berkaitan
dengan penggunaan (1) huruf kapital. (2) huruf miring. dan (3) huruf
tebal.
1. Huruf kapital
Huruf kapital digunakan dalam beberapa kondisi penulisan
sebagai berikut:
a. huruf pertama pada awal kalimat (misalnya: Penelitian ini
dilakukan selama lima bulan);
b. huruf pertama petikan langsung (misalnya: Ayah bertanya,
"Mengapa kamu terlihat sedih?");
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
66
c. huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan
dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti
untuk Tuhan (misalnya: Islam,
Kristen, Quran, dll.);
d. huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang (Misalnya: Sultan
Hasanudin, Haji Agus Salim);
e. huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti
nama orang (misalnya: Dia baru saja menunaikan ibadah
haji);
f. huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang,
nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai
pengganti nama orang tertentu (misalnya:
Gubernur Jawa Barat, Jenderal Sudirman);
g. huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk
kepada bentuk lengkapnya (misalnya: (1) Rapat itu dipimpin
oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia, (2) Rapat itu
dipimpin oleh Menteri);
h. huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama
jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang,
nama instansi, atau nama tempat tertentu
(misalnya: Sejumlah menteri hadir dalam rapat cabinet
kemarin sore);
i. huruf pertama unsur-unsur nama orang (misalnya: Chairil
Anwar, Imam 5onjol);
j. huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti
pada de, van, dan der (dalam nama Belanda), von (dalam
nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal) (misalnya:
Robin van Persie);
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
67
k. huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama
kata bin atau binti (misalnya: Abdullah bin Abdul Musthafa,
Fatimah binti Muhammad Husen);
l. huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai
nama jenis atau satuan ukuran (misalnya: joule per Kelvin.
Newton);
m. huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang
yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran
(misalnya: 15 watt. mesin diesel);
n. huruf pertama nama bangsa. suku bangsa. dan bahasa
(misalnya: suku Batak. bahasa Sunda. bangsa Afrika);
o. huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama
bangsa. suku. dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk
dasar kata turunan (misalnya: pengindonesiaan kata
asing. keinggris-inggrisan);
p. huruf pertama nama tahun. bulan. hari. dan hari raya
(misalnya: bulan Mei. hari Idul Fitri);
q. huruf pertama unsur-unsur nama peristiwa sejarah (misalnya:
Perang Teluk. Konferensi Meja Bundar);
r. huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa
sejarah yang tidak digunakan sebagai nama (misalnya: Para
pahlawan berjuang demi kemerdekaan
Indonesia);
s. huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur
nama diri geografi (misalnya: Jawa Barat. Bandung);
t. huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang diikuti nama
diri geografi (misalnya: Sungai Citarum. Gunung
Galunggung);
u. huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsure
geografi yang tidak diikuti oleh nama diri geografi (misalnya:
Adik suka berenang di sungai);
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
68
v. huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri
geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis
(misalnya: kunci inggris. pisang ambon);
w. huruf pertama semua unsur nama resmi negara. Lembaga
resmi. lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen
resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh,atau, dan untuk
(misalnya: Republik Indonesia, Badan Kesejahteraan Ibu dan
Anak);
x. huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama katayang
bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga
ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi
(misalnya: kerja sama antara pemerintah dan rakyat);
y. huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan,
badan, dokumen resmi, dan judul
karangan (misalnya: Perserikatan 5angsa-Bangsa, Dasar-
Dasar Ilmu Hukum);
z. huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang
sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan
makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke,
dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi
awal (misalnya: Dia suka membaca buku Dari Ave Maria ke
Jalan Lain ke Roma) ;
aa. huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan yang digunakan dengan nama diri (misalnya:
Dr.untuk doktor, S.E. untuk sarjana ekonomi);
bb. huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti
bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang
digunakan dalam penyapaan atau pengacuan
(misalnya: (1) Surat Saudara sudah saya terima, (2) "Kapan
5apak berangkat?" tanya Andi);
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
69
cc. huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata
penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam
pengacuan atau penyapaan (misalnya: Kami akan berkunjung
ke rumah paman dan bibi di Jakarta);
dd. huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan
(misalnya: Berapa lama Anda tinggal di Bandung?).
2. Huruf miring
Penggunaan huruf miring dilakukan pada kondisi
penulisan di bawah ini:
a. untuk menuliskan nama buku. majalah. dan surat kabar
yang dikutip dalam tulisan (misalnya: Gosip itu bermula
dari berita di surat kabar Pos Kota);
b. untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf bagian kata,
kata atau kelompok kata (misalnya: (1) Huruf pertama kata
abad adalah a. (2) Susunlah sebuah kalimat dengan
menggunakan kata moratorium);
c. untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa
Indonesia (misalkan: nama ilmiah buah manggis ialah
Carcinia mangostana);
d. untuk ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa
Indonesia dan penulisannya diperlakukan sebagai kata
Indonesia (misalnya: Korps diplomatik memperoleh
perlakuan khusus).
3. Huruf tebal
Penggunaan huruf tebal dilakukan pada kondisi penulisan
di bawah ini:
a. untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi,
daftar table, daftar lambing, daftar pustaka, indeks dan
lampiran;
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
70
b. tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf. bagian kata. kata. atau kelompok
kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring;
c. huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan
lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang
bilangan yang menyatakan polisemi.
4. Penulisan Angka dan Bilangan
Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan ada beberapa hal yang perlu dicermati terkait
penulisan angka dan bilangan. Bilangan dalam penulisan dapat
dinyatakan dalam angka atau kata. Dalam hal ini angka
berperan sebagai lambang bilangan atau nomor dengan jenis
lazim yang digunakan yakni angka Arab atau angka Romawi.
Lihat contoh di berikut ini:
Angka Biasa : 0. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10
Angka Romawi : I. II. III. IV. V. VI. VII. VIII. IX. X.
Beberapa ketentuan terkait penulisan angka dan bilangan
adalah sebagai berikut:
a. bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau
dua kata ditulis dengan huruf. kecuali jika bilangan itu
dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau
paparan (misalnya: (1) Saya menonton film tersebut sampai
lima kali. (2) Dari 50 peserta lomba 12 orang anak-anak, 28
orang remaja dan 10 orang dewasa);
b. bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih
dari dua kata. susunan kalimat diubah agar bilangan yang
tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal
kalimat (misalnya: Tiga puluh siswa kelas 9 lulus
Ujian Akhir Nasional);
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
71
c. angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja
sebagian supaya lebih mudah dibaca (misalnya: Perusahan
intu merugi sebesar 250 milyar rupiah);
d. angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang,
berat, luas dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d)
jumlah (misalnya: 10 liter, Rp 10.000,00, tahun 1981);
e. angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah,
apartemen, atau kamar (misalnya: Jalan Mahmud V No.15);
f. angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau
ayat kitab suci (misalnya: Bab IX, Pasal 3, halaman 150);
g. penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan angka
Romawi kapital atau huruf dan angka Arab (misal: abad
XX, abad ke-20, abad kedua puluh);
h. penulisan bilangan yang mendapat akhiran –an dipisahkan
oleh tanda hubung (misalnya: tahun 1980-an, pecahan
5.000-an) bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan
huruf sekaligus dalam teks (kecuali di dalam dokumen
resmi, seperti akta dan kuitansi);
5. Penggunaan Tanda Baca
a. Penggunaan tanda titik
Tanda titik digunakan dalam kondisi penulisan sebagai
berikut:
1) pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau
seruan (misalnya: Ibuku seorang guru.);
2) tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang
unsur akhirnya sudah bertanda titik (misalnya:
Penulis itu bernama Ibnu Jamil, M.A.);
3) di belakang angka atau huruf dalam suatu
bagan,ikhtisar, atau daftar;
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
72
4) untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu (misalnya: pukul 8.00 pagi);
5) tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam,
menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu
(misalnya: 1.25.45 jam untuk menunjukkan 1 jam, 25
menit, 45 detik);
6) untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
yang menunjukkan jumlah (misalnya: Warga miskin
di provinsi ini berjumlah 5.300 orang.).
b. Penggunaan tanda koma
Tanda koma digunakan dalam kondisi penulisan sebagai
berikut:
1) di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan (misalnya: Dia ditugaskan membeli
buku, pensil, tinta, dan penggaris.);
2) untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata
seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali
(misalnya: Aku ingin pergi, tetapi banyak pekerjaan
yang harus
diselesaikan dulu.);
3) untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya
(misalkan: Karena lelah, saya tidak jadi pergi ke
rumah dia.);
4) di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti
oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan
dengan itu, dan meskipun begitu;
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
73
5) untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya,
wah,aduh,dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan
sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata
lain yang terdapat di dalam kalimat;
6) untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat (misalnya: Kata Adik, "Aku mau pergi
ke Ponorogo".);
7) tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan
langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam
kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru (misalnya: "Di mana
Kamu sekolah?" tanya Pak Agus.);
8) di antara (a) nama dan alamat. (b) bagian-bagian
alamat. (c) tempat dan tanggal. serta (d) nama tempat
dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan
(misalnya: Sdr. Egan. Jl. Mahmud V. Madiun);
9) di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan
nama diri. keluarga. atau marga (misalnya: Mira
Rahmani. M.Pd.);
10) di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka (misalnya: 10.5 m. Rp
5000.50);
11) untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya
tidak membatasi (misalnya: Dosen kami, Pak Iwa,
tegas sekali.).
c. Penggunaan tanda titik koma
Pedoman Praktikum Bank Syariah dan Usaha Mitra
74
Tanda titik koma digunakan dalam kondisi penulisan
sebagai berikut:
1) sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat
majemuk setara (misalnya: Andi membersihkan
kamarnya; Putri
merapikan buku di ruang baca);
2) untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat
yang berupa frasa atau kelompok kata (Dalam
hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu
digunakan kata dan);
3) untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih
apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh
tanda baca dan kata hubung (misalnya: Rapat ini akan
membahas pemilihan ketua, sekretaris, dan
bendahara; penyusunan rancangan anggaran dasar,
anggaran rumah tangga dan program kerja).