PBL Trauma Kimia

26
Trauma Kimia Basa Pada Mata Risa Sucitra Munthe 102010293 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat PENDAHULUAN Sekitar 1 juta orang di Amerika Serikat mengalami gangguan penglihatan akibat trauma. 75% dari kelompok tersebut buta pada satu mata, dan sekitar 50.000 menderita cedera serius yang mengancam penglihatan setiap tahunnya. Setiap hari lebih dari 2000 pekerja di amerika Serikat menerima pengobatan medis karena trauma mata pada saat bekerja. Lebih dari 800.000 kasus trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi setiap tahunnya. 1,2 Para pekerja yang mengalami trauma mata kebanyakan adalah pekerja waktu penuh (full time). Para pekerja ini 80% nya adalah laki-laki. Dibandingkan dengan wanita, laki-laki memiliki rasio terkena trauma mata 4 kali lebih besar. Pada 70% kasus, trauma disebabkan oleh kontak dengan objek atau peralatan tertentu. Berikut adalah sumber trauma pada mata: 2

description

trauma

Transcript of PBL Trauma Kimia

Trauma Kimia Basa Pada Mata

Risa Sucitra Munthe

102010293

Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat

PENDAHULUAN

Sekitar 1 juta orang di Amerika Serikat mengalami gangguan penglihatan akibat

trauma. 75% dari kelompok tersebut buta pada satu mata, dan sekitar 50.000 menderita

cedera serius yang mengancam penglihatan setiap tahunnya. Setiap hari lebih dari 2000

pekerja di amerika Serikat menerima pengobatan medis karena trauma mata pada saat

bekerja. Lebih dari 800.000 kasus trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi

setiap tahunnya.1,2

Para pekerja yang mengalami trauma mata kebanyakan adalah pekerja waktu penuh

(full time). Para pekerja ini 80% nya adalah laki-laki. Dibandingkan dengan wanita, laki-laki

memiliki rasio terkena trauma mata 4 kali lebih besar. Pada 70% kasus, trauma disebabkan

oleh kontak dengan objek atau peralatan tertentu. Berikut adalah sumber trauma pada mata:2

Sumber: CDC (Center for Disease Control and Prevention)2

Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak disengaja yang menimbulkan

perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang

ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata.

Walaupun terdapat sistem pelindung dan refleks memejam yang cukup baik pada mata,

trauma masih dapat mengenai jaringan mata seperti: palpebrae, konjungtiva, kornea, uvea,

lensa, retina, papil saraf optik, dan cavum orbita.3

Trauma dapat mengakibatkan kekeruhan pada bola mata. Kerusakan mata dapat

mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan. Trauma

pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih

berat yang akan mengakibatkan kebutaan. Berdasarkan sumber trauma yang disebutkan di

atas, maka penyebab trauma pada mata dapat diklasifikasikan sebagai berikut:4

Trauma kimia (chemical injury)

Trauma benda asing pada mata (foreign bodies)

Trauma tembus bola mata (penetrating injury)

Trauma tumpul (blunt injury)

Trauma mata yang bersamaan trauma kepala (assosiated with head injury)

Trauma thermal/luka bakar (welding burns)

Pada referat ini hanya akan dibahas lebih lanjut mengenai trauma kimia pada mata.

Trauma kimia pada mata dapat dibedakan dalam trauma kimia yang berasal dari bahan asam

(kuat atau lemah) dan trauma basa atau alkali.

Anatomi Mata

Mata merupakan salah satu alat indra yang terdiri atas susunan yang komplek.

Mata terdiri atas bola mata, rongga orbita, kelopak mata, pembuluh darah dan sistem

persarafan. Pada bab ini akan dibahas lebih lanjut mengenai anatomi bola mata. Bola

mata berbentuk bulat dengan diameter anteroposterior sekitar 24 mm. Bagian bola mata

paling depan adalah kornea. Bola mata memiliki 2 kelengkungan yang berbeda akibat

kornea mempunyai kelengkungan yang lebih tajam.3

Gambar 1 Anatomi Bola Mata

Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan yaitu:

1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan dan memberikan bentuk pada mata,

merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut

kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.

Kelengkungan kornea lebih besar dibanding sklera.3

2. Uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan uvea dan sklera dibatasi oleh ruang yang

potensial dimasuki darah apabila terjadi trauma yang disebut perdarahan suprakoroid.

Jaringan uvea terdiri atas iris, corpus siliar dan koroid. Corpus siliar yang terletak

dibelakang iris menghasilkan humor aqueous.3

3. Retina merupakan lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan semi transparan

yang terletak paling dalam dan berbatas dengan koroid. Retina terdiri atas 10 lapisan

(dari dalam keluar): (1) membran limitans interna; (2) lapisan serat saraf yang

mengandung akson-akson sel ganglion yang berjalan menuju N II; (3) lapisan sel

ganglion; (4) lapisan pleksiform dalam yang mengandung sambungan sel ganglion

dengan sel amakrin dan sel bipolar; (5) lapisan nukleus dalam badan-badan sel

bipolar, amakrin dan horizontal; (6) lapisan pleksiform luar yang mengandung

sambungan sel bipolar dan sel horisontal dengan fotoreseptor; (7) lapisan nukleus luar

sel fotoreseptor; (8) membran limitans eksterna; (9) lapisan fotoreseptor segmen

dalam dan luar batang dan kerucut; (10) epitel pigmen retina.1

Kornea atau dalam bahasa latin disebut cornum yang berarti seperti tanduk adalah

jaringan transparan pada mata yang tembus cahaya. Transparansi kornea disebabkan oleh

strukturnya yang seragam, avaskularitas dan deturgensinya. Dari anterior ke posterior,

kornea terdiri atas 5 lapisan: lapisan epitel (berbatasan langsung dengan epitel

konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descement dan lapisan

endotel. Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh darah limbus, humor aqueous dan air

mata.1,3

Definisi

Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan oftalmologi

karena dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan, berat bahkan sampai

kehilangan penglihatan. Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola

mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat

merusak struktur bola mata tersebut.5

Trauma kimia diakibatkan oleh zat asam dengan pH < 7 ataupun zat basa pH > 7

yang dapat menyebabkan kerusakan struktur bola mata. Tingkat keparahan trauma

dikaitkan dengan jenis, volume, konsentrasi, durasi pajanan, dan derajat penetrasi dari zat

kimia tersebut. Mekanisme cedera antara asam dan basa sedikit berbeda.5

 Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi dalam

laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian, dan

peperangan memakai bahan kimia serta paparan bahan kimia dari alat-alat rumah tangga.

Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera. Irigasi daerah yang terkena

trauma kimia merupakan tindakan yang harus segera dilakukan.3

Epidemiologi

Berdasarkan data CDC tahun 2000 sekitar 1 juta orang di Amerika Serikat

mengalami gangguan penglihatan akibat trauma. 75% dari kelompok tersebut buta pada

satu mata, dan sekitar 50.000 menderita cedera serius yang mengancam penglihatan

setiap tahunnya. Setiap hari lebih dari 2000 pekerja di amerika Serikat menerima

pengobatan medis karena trauma mata pada saat bekerja. Lebih dari 800.000 kasus

trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi setiap tahunnya.1,2

Dibandingkan dengan wanita, laki-laki memiliki rasio terkena trauma mata 4 kali

lebih besar. Dari data WHO tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan unilateral

sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral, dan 1,6 juta

mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata. Sebagian besar (84%) merupakan

trauma kimia. Rasio frekuensi bervariasi trauma asam:basa antara 1:1 sampai 1:4. Secara

international, 80% dari trauma kimiawi dikarenakan oleh pajanan karena pekerjaan.

Menurut United States Eye Injury Registry (USEIR), frekuensi di Amerika Serikat

mencapai 16 % dan meningkat di lokasi kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih

banyak pada laki-laki (93 %) dengan umur rata-rata 31 tahun.2

Etiologi

Trauma kimia biasanya disebabkan bahan-bahan yang tersemprot atau terpercik

pada wajah. Trauma pada mata yang disebabkan oleh bahan kimia disebabkan oleh 2

macam bahan yaitu bahan kimia yang bersifat asam dan bahan kimia yang bersifat basa.

Bahan kimia dikatakan bersifat asam bila mempunyai pH < 7 dan dikatakan bersifat basa

bila mempunyai pH > 7.6

Trauma Basa

Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan basa

memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat secara cepat untuk penetrasi

sel membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai retina. Trauma basa akan

memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari luar. Namun, apabila dilihat pada

bagian dalam mata, trauma basa ini mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa akan

menembus kornea, kamera okuli anterior sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir

dengan kebutaan. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea.

Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses safonifikasi, disertai dengan

dehidrasi.5

Gambar 3 Trauma pada Mata Akibat Bahan Kimia Basa/Alkali9

Bahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel jaringan. Pada

pH yang tinggi alkali akan mengakibatkan safonifikasi disertai dengan disosiasi asam

lemak membrane sel. Akibat safonifikasi membran sel akan mempermudah penetrasi

lebih lanjut zat alkali. Mukopolisakarida jaringan oleh basa akan menghilang dan terjadi

penggumpalan sel kornea atau keratosis. Serat kolagen kornea akan bengkak dan stroma

kornea akan mati. Akibat edema kornea akan terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke

dalam stroma kornea. Serbukan sel ini cenderung disertai dengan pembentukan pembuluh

darah baru atau neovaskularisasi. Akibat membran sel basal epitel kornea rusak akan

memudahkan sel epitel diatasnya lepas. Sel epitel yang baru terbentuk akan berhubungan

langsung dengan stroma dibawahnya melalui plasminogen aktivator. Bersamaan dengan

dilepaskan plasminogen aktivator dilepas juga kolagenase yang akan merusak kolagen

kornea. Akibatnya akan terjadi gangguan penyembuhan epitel yang berkelanjutan dengan

ulkus kornea dan dapat terjadi perforasi kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam

sesudah trauma dan puncaknya terdapat pada hari ke 12-21. Biasanya ulkus pada kornea

mulai terbentuk 2 minggu setelah trauma kimia. Pembentukan ulkus berhenti hanya bila

terjadi epitelisasi lengkap atau vaskularisasi telah menutup dataran depan kornea. Bila

alkali sudah masuk ke dalam bilik mata depan maka akan terjadi gangguan fungsi badan

siliar. Cairan mata susunannya akan berubah, yaitu terdapat kadar glukosa dan askorbat

yang berkurang. Kedua unsur ini memegang peranan penting dalam pembentukan

jaringan kornea.5

Bahan kimia bersifat basa: NaOH, CaOH, amoniak, Freon/bahan pendingin lemari

es, sabun, shampo, kapur gamping, semen, tiner, lem, cairan pembersih dalam rumah

tangga, soda kuat.6,9

Patofisiologi

Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh 2 fase, yaitu fase

kerusakan yang timbul setelah terpapar bahan kimia serta fase penyembuhan:

1. Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang berat dapat diikuti oleh hal-hal

sebagai berikut:

Terjadi nekrosis pada epitel kornea dan konjungtiva disertai gangguan dan

oklusi pembuluh darah pada limbus.

Hilangnya stem cell limbus dapat berdampak pada vaskularisasi dan

konjungtivalisasi permukaan kornea atau menyebabkan kerusakan persisten

pada epitel kornea dengan perforasi dan ulkus kornea bersih.

Penetrasi yang dalam dari suatu zat kimia dapat menyebabkan kerusakan dan

presipitasi glikosaminoglikan dan opasifikasi kornea.

Penetrasi zat kimia sampai ke kamera okuli anterior dapat menyebabkan

kerusakan iris dan lensa

Kerusakan epitel siliar dapat mengganggu sekresi askorbat yang dibutuhkan

untuk memproduksi kolagen dan memperbaiki kornea.

Hipotoni dan phthisis bulbi sangat mungkin terjadi.

2. Penyembuhan epitel kornea dan stroma diikuti oleh proses-proses berikut:

Terjadi penyembuhan jaringan epitelium berupa migrasi atau pergeseran dari

sel-sel epitelial yang berasal dari stem cell limbus

Kerusakan kolagen stroma akan difagositosis oleh keratosit terjadi sintesis

kolagen yang baru.10

Klasifikasi

Trauma kimia pada mata dapat diklasifikasikan sesuai dengan derajat keparahan

yang ditimbulkan akibat bahan kimia penyebab trauma. Klasifikasi ini juga bertujuan

untuk penatalaksaan yang sesuai dengan kerusakan yang muncul serta indikasi penentuan

prognosis. Klasifikasi ditetapkan berdasarkan tingkat kejernihan kornea dan keparahan

iskemik limbus. Selain itu klasifikasi ini juga untuk menilai patensi dari pembuluh darah

limbus (superfisial dan profunda).10

1. Derajat 1: kornea jernih dan tidak ada iskemik limbus (prognosis sangat baik)

2. Derajat 2: kornea berkabut dengan gambaran iris yang masih terlihat dan terdapat

kurang dari 1/3 iskemik limbus (prognosis baik)

3. Derajat 3: epitel kornea hilang total, stroma berkabut dengan gambaran iris tidak

jelas dan sudah terdapat ½ iskemik limbus (prognosis kurang)

4. Derajat 4: kornea opak dan sudah terdapat iskemik lebih dari ½ limbus (prognosis

sangat buruk)11

Kriteria lain yang perlu dinilai adalah seberapa luas hilangnya epitel pada kornea

dan konjungtiva, perubahan iris, keberadaan lensa dan tekanan intra okular.

Gambar 4 Klasifikasi Trauma Kimia, (a) derajat 1, (b) derajat 2, (c) derajat 3, (d) derajat 410

Diagnosa

Diagnosa pada trauma mata dapat ditegakkan melalui gejala klinis, anamnesis dan

pemeriksaan fisik dan penunjang. Namun hal ini tidaklah mutlak dilakukan dikarenakan

trauma kimia pada mata merupakan kasus gawat darurat sehingga hanya diperlukan

anamnesa singkat.

Gejala Klinis

Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma kimia yaitu, epifora,

blefarospasme, dan nyeri berat. Trauma akibat bahan yang bersifat asam biasanya

dapat segera terjadi penurunan penglihatan akibat nekrosis superfisial kornea.

Sedangkan pada trauma basa, kehilangan penglihatan sering bermanifestasi

beberapa hari sesudah kejadian. Namun sebenarnya kerusakan yang terjadi pada

trauma basa lebih berat dibanding trauma asam.8

Anamnesa

Pada anamnesa sering sekali pasien menceritakan telah tersiram cairan atau

tersemprot gas pada mata atau partikel-partikelnya masuk ke dalam mata. Perlu

diketahui apa persisnya zat kimia dan bagaimana terjadinya trauma tersebut

(misalnya tersiram sekali atau akibat ledakan dengan kecepatan tinggi) serta kapan

terjadinya trauma tersebut.6,12

Perlu diketahui apakah terjadi penurunan visus setelah cedera atau saat cedera

terjadi. Onset dari penurunan visus apakah terjadi secara progresif atau terjadi

secara tiba tiba. Nyeri, lakrimasi, dan pandangan kabur merupakan gambaran umum

trauma. Dan harus dicurigai adanya benda asing intraokular apabila terdapat riwayat

salah satunya apabila trauma terjadi akibat ledakan.8

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan yang seksama sebaiknya ditunda sampai mata yang terkena zat

kimia sudah terigasi dengan air dan pH permukaan bola mata sudah netral. Obat

anestesi topikal atau lokal sangat membantu agar pasien tenang, lebih nyaman dan

kooperatif sebelum dilakukan pemeriksaan. Setelah dilakukan irigasi, pemeriksaan

dilakukan dengan perhatian khusus untuk memeriksa kejernihan dan keutuhan

kornea, derajat iskemik limbus, tekanan intra okular, konjungtivalisasi pada kornea,

neovaskularisasi, peradangan kronik dan defek epitel yang menetap dan berulang.7,12

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia mata adalah pemeriksaan pH

bola mata secara berkala dengan kertas lakmus. Irigasi pada mata harus dilakukan

sampai tercapai pH normal. Pemeriksaan bagian anterior mata dengan lup atau slit

lamp bertujuan untuk mengetahui lokasi luka. Pemeriksaan oftalmoskopi direk dan

indirek juga dapat dilakukan. Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan tonometri

untuk mengetahui tekanan intraocular.7,12

Diagnosa Banding

Trauma Asam

Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion dalam

kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH, sementara

anion merusak dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan koagulasi. Koagulasi

protein umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam, dan menyebabkan

tampilan ground glass dari stroma korneal yang mengikuti trauma akibat asam.

Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh zat kimia asam cenderung lebih ringan

daripada trauma yang diakibatkan oleh zat kimia basa.5

Asam hidroflorida adalah satu pengecualian. Asam lemah ini secara cepat melewati

membran sel, seperti alkali. Ion fluoride dilepaskan ke dalam sel, dan memungkinkan

menghambat enzim glikolitik dan bergabung dengan kalsium dan magnesium

membentuk insoluble complexes. Nyeri local yang ekstrim bisa terjadi sebagai hasil dari

immobilisasi ion kalsium, yang berujung pada stimulasi saraf dengan pemindahan ion

potassium. Fluorinosis akut bisa terjadi ketika ion fluoride memasuki sistem sirkulasi,

dan memberikan gambaran gejala pada jantung, pernafasan, gastrointestinal, dan

neurologik.5

Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan denaturasi dan

presipitasi dengan jaringan protein disekitarnya, karena adanya daya buffer dari jaringan

terhadap bahan asam serta adanya presipitasi protein maka kerusakannya cenderung

terlokalisir. Bahan asam yang mengenai kornea juga mengadakan presipitasi sehingga

terjadi koagulasi, kadang-kadang seluruh epitel kornea terlepas. Bahan asam tidak

menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di kornea. Bila trauma diakibatkan asam

keras maka reaksinya mirip dengan trauma basa.7

Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi protein epitel

kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi tidak

tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya kerusakan

hanya pada bagian superfisial saja. Koagulasi protein ini terbatas pada daerah kontak

bahan asam dengan jaringan. Koagulasi protein ini dapat mengenai jaringan yang lebih

dalam.8

Gambar 2 Trauma pada Mata Akibat Bahan Kimia Asam

Bahan kimia bersifat asam : asam sulfat, air accu, asam sulfit, asam hidrklorida, zat

pemutih, asam asetat, asam nitrat, asam kromat, asam hidroflorida. Akibat ledakan

baterai mobil, yang menyebabkan luka bakar asam sulfat, mungkin merupakan penyebab

tersering dari luka bakar kimia pada mata. Asam Hidroflorida dapat ditemukan dirumah

pada cairan penghilang karat, pengkilap aluminum, dan cairan pembersih yang kuat.6,9

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma

ataupun jenis trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat tujuan utama dalam

mengatasi kasus trauma okular adalah memperbaiki penglihatan, mencegah terjadinya

infeksi, mempertahankan struktur dan anatomi mata, mencegah sekuele jangka panjang.

Trauma kimia merupakan satu-satunya jenis trauma yang tidak membutuhkan anamnesa

dan pemeriksaan secara teliti. Tatalaksana trauma kimia mencakup:

Penatalaksanaan Emergency10

1. Irigasi merupakan hal yang krusial untuk meminimalkan durasi kontak mata

dengan bahan kimia dan untuk menormalisasi pH pada saccus konjungtiva yang

harus dilakukan sesegera mungkin. Larutan normal saline (atau yang setara) harus

digunakan untuk mengirigasi mata selama 15-30 menit samapi pH mata menjadi

normal (7,3). Pada trauma basa hendaknya dilakukan irigasi lebih lama, paling

sedikit 2000 ml dalam 30 menit. Makin lama makin baik. Jika perlu dapat

diberikan anastesi topikal, larutan natrium bikarbonat 3%, dan antibiotik. Irigasi

dalam waktu yang lama lebih baik menggunakan irigasi dengan kontak lensa (lensa

yang terhubung dengan sebuah kanul untuk mengirigasi mata dengan aliran yang

konstan.

2. Double eversi pada kelopak mata dilakukan untuk memindahkan material yang

terdapat pada bola mata. Selain itu tindakan ini dapat menghindarkan terjadinya

perlengketan antara konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva

forniks.

3. Debridemen pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga dapat

terjadi re-epitelisasi pada kornea.

Selanjutnya diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek dan

artificial tear (air mata buatan).

Gambar 6 Irigasi dan Pembebatan pada Mata

Gambar 8 Irigasi dengan Lensa Morgan6,7

Gambar 7 Irigasi dengan Kanul6

Penatalaksanaan Medikamentosa

Trauma kimia ringan (derajat 1 dan 2) dapat diterapi dengan pemberian obat-

obatan seperti steroid topikal, sikloplegik, dan antibiotik profilaksis selama 7 hari.

Sedangkan pada trauma kimia berat, pemberian obat-obatan bertujuan untuk mengurangi

inflamasi, membantu regenerasi epitel dan mencegah terjadinya ulkus kornea.8,10

1. Steroid bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutofil. Namun

pemberian steroid dapat menghambat penyembuhan stroma dengan menurunkan

sintesis kolagen dan menghambat migrasi fibroblas. Untuk itu steroid hanya

diberikan secara inisial dan di tappering off setelah 7-10 hari. Dexametason 0,1%

ED dan Prednisolon 0,1% ED diberikan setiap 2 jam. Bila diperlukan dapat

diberikan Prednisolon IV 50-200 mg

2. Sikloplegik untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia posterior.

Atropin 1% ED atau Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari.

3. Asam askorbat mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan meningkatkan

penyembuhan luka dengan membantu pembentukan kolagen matur oleh fibroblas

kornea. Natrium askorbat 10% topikal diberikan setiap 2 jam. Untuk dosis sitemik

dapat diberikan sampai dosis 2 gr.

4. Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor untuk menurunkan tekanan intra

okular dan mengurangi resiko terjadinya glaukoma sekunder. Diberikan secara oral

asetazolamid (diamox) 500 mg.

5. Antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis. Tetrasiklin

efektif untuk menghambat kolagenase, menghambat aktifitas netrofil dan

mengurangi pembentukan ulkus. Dapat diberikan bersamaan antara topikal dan

sistemik (doksisiklin 100 mg).

6. Asam hyaluronik untuk membantu proses re-epitelisasi kornea dan menstabilkan

barier fisiologis. Asam Sitrat menghambat aktivitas netrofil dan mengurangi

respon inflamasi. Natrium sitrat 10% topikal diberikan setiap 2 jam selama 10 hari.

Tujuannya untuk mengeliminasi fagosit fase kedua yang terjadi 7 hari setelah

trauma.

Pembedahan10

1. Segera. Pembedahan yang sifatnya segera dibutuhkan untuk revaskularisasi

limbus, mengembalikan populasi sel limbus dan mengembalikan kedudukan

forniks. Prosedur berikut dapat digunakan untuk pembedahan:

Pengembangan kapsul Tenon dan penjahitan limbus bertujuan untuk

mengembalikan vaskularisasi limbus juga mencegah perkembangan ulkus

kornea.

Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain (autograft) atau dar

donor (allograft) bertujuan untuk mengembalikan epitel kornea menjadi

normal.

Graft membran amnion untuk membantu epitelisasi dan menekan fibrosis

2. Lanjut. Penanganan bedah pada tahap lanjut dapat menggunakan metode berikut:

Pemisahan bagian-bagian yang menyatu pada kasus conjungtival bands dan

simblefaron.

Pemasangan graft membran mukosa atau konjungtiva.

Koreksi apabila terdapat deformitas pada kelopak mata.

Keratoplasti dapat ditunda sampai 6 bulan. Makin lama makin baik, hal ini

untuk memaksimalkan resolusi dari proses inflamasi.

Keratoprosthesis bisa dilakukan pada kerusakan mata yang sangat berat

dikarenakan hasil dari graft konvensional sangat buruk.

Komplikasi

Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya trauma, dan

jenis trauma yang terjadi. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus trauma basa pada

mata antara lain:10

1. Simblefaron, adalah. Dengan gejala gerak mata terganggu, diplopia, lagoftalmus,

sehingga kornea dan penglihatan terganggu.

2. Kornea keruh, edema, neovaskuler

3. Sindroma mata kering

4. Katarak traumatik, trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak.

Komponen basa yang mengenai mata menyebabkan peningkatan pH cairan akuos dan

menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini dapat terjadi akut ataupun perlahan-

lahan. Trauma kimia asam sukar masuk ke bagian dalam mata maka jarang terjadi

katarak traumatik.

5. Glaukoma sudut tertutup

6. Entropion dan phthisis bulbi

Gambar 9 Simblefaron Gambar 10 Phthisis bulbi

Prognosis

Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan penyebab trauma

tersebut. Derajat iskemik pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva merupakan salah

satu indikator keparahan trauma dan prognosis penyembuhan. Iskemik yang paling luas

pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva memberikan prognosa yang buruk. Bentuk

paling berat pada trauma kimia ditunjukkan dengan gambaran “cooked fish eye” dimana

prognosisnya adalah yang paling buruk, dapat terjadi kebutaan.8

Trauma kimia sedang samapai berat pada konjungtiva bulbi dan palpebra dapat

menyebabkan simblefaron (adhesi anatara palpebra dan konjungtiva bulbi). Reaksi

inflamasi pada kamera okuli anterior dapat menyebabkan terjadinya glaukoma sekunder.8

Gambar 11 Cooked Fish Eye Appearance8

KESIMPULAN

Trauma kimia pada mata dapat berasal dari bahan yang bersifat asam dengan pH < 7

dan bahan yang bersifat basa dengan pH > 7. Trauma basa biasanya memberikan dampak

yang lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu

hidrofilik dan lipolifik dimana dapat masuk secara cepat untuk penetrasi sel membran dan

masuk ke sudut mata depan, bahkan sampai retina. Sementara trauma asam akan

menimbulkan koagulasi protein permukaan, dimana merupakan suatu barier pelindung

sehingga zat asam tidak penetrasi lebih dalam lagi.  Gejala utama yang muncul pada trauma

mata adalah epifora, blefarospasme dan nyaei yang hebat. Trauma kimia merupakan satu-

satunya jenis trauma yang tidak memerlukan anamnesa dan pemeriksaan yang lengkap.

Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia adalah irigasi mata dengan segera

samapai pH mata kembali normla dan diikuti dengan pemberian obat terutama antibiotik,

multivitamin, antiglaukoma, dll. Selain itu dilakukan juga upaya promotif dan preventif

kepada pasien. Menurut data statistik 90% kasus trauma dapat dicegah. Apabila dalam

menjalankan suatu pekerjaan menggunakan pelindung yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan DG, Taylor A, and Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya medika. Jakarta. 2000.

2. Centers for Disease Control and Prevention. Work-related Eye Injuries diunduh pada tanggal 2 Agustus 2011.http://www.cdc.gov/features/dsworkPlaceEye /

3. Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2008.

4. Arthur Lim Siew Ming and Ian J. Constable. Color Atlat of Ophthalmology Third Edition. Washington. 2005.

5. Randleman, J.B. Bansal, A. S. Burns Chemical. eMedicine Journal. 2009.

6. American College of Emergency Phycisians. Management of Ocular Complaints. Diunduh tanggal 4 Agustus 2011.http://www.acep.org/content.aspx?id=26712

7. Eye Teachers of American Foundation. Eye Trauma. Diunduh pada tanggal 2 Agustus 2011http://www.ophthobook.com/videos/eye-trauma-video

8. Gerhard K. Lang. Ophthalmology A Pocket Textbook Atlas 2nd. Stuttgart · New York. 2006.

9. American Academy of Ophthalmology. Chemical Burn. Diunduh pada 2 Agustus 2011. http://www.aao.org/theeyeshaveit/trauma/chemical-burn.cfm

10. Kanski, JJ. Chemical Injuries. Clinical Opthalmology. Edisi keenam. Philadelphia: Elseiver Limited. 2000.

11. Trudo, Edward W dan William Rimm. Chemical Injuries of the Eye. Washington. 2008.

12. Cohlmia Eye Center. Chemical Eye Burns Emergency Care. Diunduh pada tanggal 2 Agustus 20011.http://www.samcohlmia.com/wichita-chemical-eye-burns.php