Pbl 19 - Gagal Jantung Akut

download Pbl 19 - Gagal Jantung Akut

of 14

Transcript of Pbl 19 - Gagal Jantung Akut

  • 7/27/2019 Pbl 19 - Gagal Jantung Akut

    1/14

    SP19 | G J A

    Gagal Jantung Akut ( Acute Heart Failure )

    Jeffry Rulyanto Simamora 10 2011 414

    [email protected]

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA JAKARTA

    BAB I

    Pendahuluan

    I. Latar Belakang

    Dalamkehidupan sehar-hari sering kita menjumpai berbagai macam penyakit

    yamg membahayakan kehidupan manusia, penyakit yang salah satu yang

    sering kita jumpai yaitu penyakit yang berhubungan dengan jantung manusia.

    Penyakit yang cukup berbahaya bagi manusia yaitu salah satunya penyakit

    gagal jantung yang merupakan gagalnya fungsi jantung untuk

    memmompakan darah keseluruh tubuh, penyakit ini sering kita temui pada

    anak-anak, gagal jantung harus segera ditangai karena apabila tidak cepat

    untuk ditangani maka akan berakibat fatal bagi orang tersebut.

    II. Tujuan

    Untuk mengetahui etiologi, epidemiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,

    penatalaksanaan, komplikasi, prognosis, dan preventif dari Gagal Jantung

    Akut, serta dapat mengetahui gejala Gagal Jantung Kronik sebagai diagnosis

    pembanding.

  • 7/27/2019 Pbl 19 - Gagal Jantung Akut

    2/14

    SP19 | G J A

    BAB II

    Pembahasan

    I. Anamnesis

    Anamnesis adalahpengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokterdengan cara melakukan serangkaian wawancara Anamnesis dapat langsung

    dilakukan terhadap pasien (auto-anamanesis) atau terhadap keluarganya

    atau pengantarnya (alo-anamnesis).

    a. Identitas: menanyakan nama, umur, jenis kelamin, pemberi informasi

    (misalnya pasien, keluarga,dll), dan keandalan pemberi informasi.

    b. Keluhan utama: pernyataan dalam bahasa pasien tentang

    permasalahan yang sedang dihadapinya.

    c. Riwayat penyakit sekarang (RPS): jelaskan penyakitnya berdasarkan

    kualitas, kuantitas, latar belakang, waktu termasuk kapan penyakitnya

    dirasakan, faktor-faktor apa yang membuat penyakitnya membaik,

    memburuk, tetap, apakah keluhan konstan, intermitten. Informasi harus

    dalam susunan yang kronologis, termasuk test diagnostik yang

    dilakukan sebelum kunjungan pasien. Riwayat penyakit dan

    pemeriksaan apakah ada demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,

    anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di

    perut, batuk dan epistaksis.

    d. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD): Pernahkah pasien mengalami demam

    tifoid sebelumnya.

    e. Riwayat Keluarga: umur, status anggota keluarga (hidup, mati) danmasalah kesehatan pada anggota keluarga.

    f. Riwayat psychosocial (sosial): stressor (lingkungan kerja atau sekolah,

    tempat tinggal), faktor resiko gaya hidup (makan makanan

    sembarangan).2

    Dari anamnesis kita dapat memperoleh keterangan tentang hal-hal yang

    berkaitan dengan keadaan / penyakit penderita seperti keluhan utama yaitu

    nyeri dada kiri terus menerus sejak 40 menit yang lalu. Nyeri terasa seperti

    tertimpa beban berat di bagian tengah dada dan disertai keringat dingin.

    Keluhan tambahan pada pasien ini yaitu perut terasa mual. Riwayat penyakitsebelumnya pasien memiliki riwayat darah tinggi dan seorang perokok 20

    tahun terakhir.

    II. Pemeriksaan Fisik

    4 komponen dasar pemeriksaan fisik :

    1. Inspeksi

    Pada orang dewasa normal perbandingan diameter transversal

    terhadap diameter anteroposterior adalah 2:1 dan simetris. Padainspeksi dapat dilihat apakah ada kelainan pada bentuk toraks,

  • 7/27/2019 Pbl 19 - Gagal Jantung Akut

    3/14

    SP19 | G J A

    contohnya bentuk abnormal dada akibat kelainan jantung ialah

    Voussure cardique (pectus caricatum) yang dimana terdapat

    penonjolan setempat yang lebar didaerah pericardium, diantara

    sternum dan apex cordis. Kadang-kadang memperlihatkan pulsasi

    jantung.

    Pulsasi pada orang dewasa normal agak kurus akan kelihatan dengan

    mudah yang disebut ictus cordis pada sela iga 5, kadang-kadang

    tampak disela iga sedikit sebelah medial dari garis midclavikula kiri,

    sesuai dengan letaknya apex cordis.3

    2. Palpasi

    Palpasi dilakukan dengan meletakkan seluruh telapak tangan padadinding thoraks. Hal-hal yang ditemukan pada inspeksi dapat diraba

    dengan cara palpasi. Dengan palpasi ictus cordis dapat diraba dengan

    demikian akan jelas lokasi dari puctum maksimum pulsasi dan juga

    dapat ditetapkan kuat angkat , luas, frekuensi dan kualitas dari pulsasi

    yang teraba.4

    Dengan palpasi juga memungkinkan juga dapat diraba adanya fibrasi

    disamping pulsasi, yang disebut sebagai getaran (thrill). Getaran ini

    sering kali didapat dalam keadaan katup-katup yang menyebabkan

    adanya aliran tuberlen yang kasar dalam jantung atau dalam

    oembuluh-pembuluh darah yang besar dan biasanya sesuai dengan

    adanya bising jantung yang kuat pada tempat yang sama.3

    3. Perkusi

    Perkusi jantung terutama untuk menentukan besar dan bentuk jantung

    secara kasar. Pada perkusi kita dapat menentukan

    Batas jantung kanan

    Tertukan terlebih dahulu b atas paru hati yang dimana kemudian

    2 jari diatas paru hati tersebut dilakukan perkusi lagi kearah

    sternum sampai terdengar perubahan suara sonor ke redup.

    Normal terjadi pada tempat diantara garis midsternum dan

    strernum kanan. Bila batas ini terdapat disebelah kanan garis

  • 7/27/2019 Pbl 19 - Gagal Jantung Akut

    4/14

    SP19 | G J A

    sternum, kemungkinan disebabkan adanya pembesaran ventrikel

    kanan atau atrium kiri.3

    Batas jantung kiri

    Tentukan terlebih dahulu batas paru kiri pada garis axilaris

    anterior kiri, perkusi mulai dari garis axilaris anterior kiri kebawah

    sampai terdengar suara redup, tentukan peranjakan, kemudian 2

    jari diatasnya dilakukan perkusi kearah sternum sampai terdengar

    perubahan bunyi ketukan dari sonor menjadi redup. Normal

    terdapat ditempat sedikit medial dari garis midclavicula kiri.5

    4. Auskultasi

    Pemeriksaan aukultasi dilakukan dengan menggunakan stetoskop.Pada auskultasi dapat ditemukannya bunyi normal dan bunyi patologis.

    Bunyi normal dapat ditemukannya pada:

    Pada ictus cordis untuk mendengarkan bunyi jantung 1 yang

    berasal dari katup mitral.

    Pada ruang sela iga 2 ditepi kiri sternum untuk mendengar bunyi

    jantung yang berasal dari katup pulmonal.

    Pada ruang sela iga 2 ditepi kanan sternum untuk mendengar

    bunyi jantung yang berasal dari katup aorta.

    Pada ruang sela iga 4 dan 5 ditepi kanan dan kiri sternum atau

    pada bagian ujung sternum, untuk mendengar bunyi jantung yang

    berasal dari katup tricuspid.3

    III. Pemeriksaan Penunjang

    1. Elektrokardiografi

    Pemeriksaan EKG dapat memberikan informaasi yang sangat penting

    meliputi detak jantung, irama jantung, sistem konduksi. Kelainan segmen

    ST, berupa ST segmen elevasi infark miokard (STEMI) atau Non STEMI.

    Gelombang Q pertanda infark transmural sebelumnya. Adanya

    hipertrofi,bundle branch block,disinkroni elektrikal, dan interval QT yang

    memanjang.

  • 7/27/2019 Pbl 19 - Gagal Jantung Akut

    5/14

    SP19 | G J A

    2. Foto Rontgen Dada

    Foto thoraks harus diperiksa secepat mungkin saat masuk pada semua

    pasien yang diduga gagal jantung akut, untuk menilai derajat kongesti

    paru, dan untuk mengetahui adanya kelainan paru dan jantung yang lain

    seperti efusi pleura, infiltrat atau kardiomegali.

    3. Pemeriksaan Laboratorium

    Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan elektrolit ( natrium,

    kalium, klorida dan bikarbonat), fungsi ginjal ( ureum dan kreatinin ),

    fungsi hati serta analisa gas darah arterial yang berguna untuk menilai

    oksigenasi (pO2) fungsi respirasi (PCO2) dan keseimbangan asam basa

    (PH). Lebih dari setengah pasien yang masuk karena Gagal Jantung

    Akut memiliki anemia (Hb

  • 7/27/2019 Pbl 19 - Gagal Jantung Akut

    6/14

    SP19 | G J A

    V. Differential Diagnosis

    Sebagai differential diagnosis dari penyakit gagal jantung akut saya ambil

    gagal jantung kronis. Gagal jantung kronik adalah suatu kondisi patofisiologi,

    di mana terdapat kegagalan jantung memompa darah yang sesuai dengan

    kebutuhan jaringan. Suatu definisi objektif yang sederhana untuk menentukanbatas gagal jantung kronik hampir tidak mungkin dibuat karena tidak terdapat

    nilai batas yang tegas pada disfungsi ventrikel. Untuk kepentingan praktis,

    gagal jantung kronik didefinisikan sebagai sindrom klinik yang kompleks yang

    disertai keluhan gagal jantung berupa sesak, fatik, baik dalam keadaan

    istirahat atau latihan, edema dan tanda objektif adanya disfungsi jantung

    dalam keadaan istirahat.

    Gagal jantung adalah berhentinya sirkulasi normal darah disebabkan

    kegagalan dari ventrikel jantung untuk berkontaksi secara efektif pada saat

    sistol. Akibat kekurangan penyediaan darah, menyebabkan kematian sel

    karena kekurangan oksigen. Akibat selanjutnya adalah berkurangnya

    pasokan oksigen ke otak yang dapat menyebabkan korban kehilangan

    kesadaran dan berhenti bernafas dengan tiba-tiba. Gagal jantung adalah

    gawat medis yang bila dibiarkan tidak terawat akan menyebabkan kematian

    dalam beberapa menit saja.5

    VI. Epidemiologi

    Gagal jantung akut telah menjadi masalah kesehatan di seluruh duniasekaligus penyebab signifikan jumlah perawatan di rumah sakit dengan

    menghabiskan biaya yang tinggi. Penyakit ini merupakan penyebab utama

    perawatan pada penyakit kardiovaskuler di Eropa. Di Eropa dan Amerika

    Serikat angka kematian di rumah sakit akibat penyakit ini berkisar antara 4-7

    % . Sekitar 10 % dari pasien yang bertahan hidup beresiko mengalami

    kematian dalam waktu 60 hari berikutnya.

    Prevalensi gagal jantung di Amerika dan Eropa sekitar 1 2%. Diperkirakan

    bahwa 5,3 juta warga Amerika saat ini memiliki gagal jantung kronik dan

    setidaknya ada 550.000 kasus gagal jantung baru didiagnosis setiap

    tahunnya. Pasien dengan gagal jantung akut kira-kira mencapai 20% dari

    seluruh kasus gagal jantung. Prevalensi gagal jantung meningkat seiring

    dengan usia, 80 % berumur lebih dari 65 tahun.

    Di Indonesia belum ada data epidemiologi untuk gagal jantung, namun pada

    Survei Kesehatan Nasional 2003 dikatakan bahwa penyakit sistem sirkulasi

    merupakan penyebab kematian utama di Indonesia (26,4%) dan pada Profil

  • 7/27/2019 Pbl 19 - Gagal Jantung Akut

    7/14

    SP19 | G J A

    Kesehatan Indonesia 2003 disebutkan bahwa penyakit jantung berada di

    urutan ke-delapan (2,8%) pada 10 penyakit penyebab kematian terbanyak di

    rumah sakit di Indonesia. 6

    VII. Etiologi

    Penyakit jantung koroner merupakan etiologi gagal jantung akut pada 60

    70% pasien terutama pada pasien usia lanjut. Pada usia muda, gagal jantung

    akut lebih sering diakibatkan oleh kardiomiopati dilatasi, aritmia, penyakit

    jantung kongenital, penyakit jantung katup dan miokarditis. Banyak pasien

    dengan gagal jantung tetap asimptomatik. Gejala klinis dapat muncul karena

    adanya faktor presipitasi yang menyebabkan peningkatan kerja jantung dan

    peningkatan kebutuhan oksigen, seperti infeksi, aritmia, kerja fisik, cairan,

    lingkungan, emosi yang berlebihan, infark miokard, emboli paru, anemia,

    tirotoksikosis, kehamilan, hipertensi, miokarditis dan endokarditis infektif. 6

    VIII. Patofisiologi

    Gagal jantung merupakan manifestasi akhir dari kebanyakan penyakit

    jantung. Pada disfungsi sistolik, kapasitas ventrikel untuk memompa darah

    terganggu karena gangguan kontraktilitas otot jantung yang dapat disebabkan

    oleh rusaknya miosit, abnormalitas fungsi miosit atau fibrosis, serta akibat

    pressure overload yang menyebabkan resistensi atau tahanan aliran

    sehingga stroke volume menjadi berkurang. Sementara itu, disfungsi diastolik

    terjadi akibat gangguan relaksasi miokard, dengan kekakuan dinding ventrikeldan berkurangnya compliance ventrikel kiri menyebabkan gangguan pada

    pengisian ventrikel saat diastolik.

    Penyebab tersering disfungi diastolik adalah penyakit jantung

    koroner,hipertensi dengan hipertrofi ventrikel kiri dan kardiomiopati hipertrofi.

    Beberapa mekanisme kompensasi alami akan terjadi pada pasien gagal

    jantung sebagai respon terhadap menurunnya curah jantung serta untuk

    membantu mempertahankan tekanan darah yang cukup untuk memastikan

    perfusi organ yang cukup. Mekanisme tersebut mencakup:

    1. Mekanisme Frank Starling

    Menurut hukum Frank-Starling, penambahan panjang serat menyebabkan

    kontraksi menjadi lebih kuat sehingga curah jantung meningkat. 9

    2. Perubahan neurohormonal

    Peningkatan aktivitas simpatis Salahmerupakan mekanisme paling awal

    untuk mempertahankan curah jantung. Katekolamin menyebabkan kontraksi

    otot jantung yang lebih kuat (efek inotropik positif) dan peningkatan denyut

    jantung. Sistem saraf simpatis juga turut berperan dalam aktivasi sistem renin

    angiotensin aldosteron (RAA) yang bersifat mempertahankan volume darah

    yang bersirkulasi dan mempertahankan tekanan darah. Selain itu dilepaskan

    juga counter-regulator peptides dari jantung seperti natriuretic peptides yangmengakibatkan terjadinya vasodilatasi perifer, natriuresis dan diuresis serta

  • 7/27/2019 Pbl 19 - Gagal Jantung Akut

    8/14

    SP19 | G J A

    turut mengaktivasi sistem saraf simpatis dan sistem RAA. 9

    3. Remodeling dan hipertrofi ventrikel

    Dengan bertambahnya beban kerja jantung akibat respon terhadap

    peningkatan kebutuhan maka terjadi berbagai macam remodeling termasuk

    hipertrofi dan dilatasi. Bila hanya terjadi peningkatan muatan tekanan ruangjantung atau pressure overload (misalnya pada hipertensi, stenosis katup),

    hipertrofi ditandai dengan peningkatan diameter setiap serat otot.

    Pembesaran ini memberikan pola hipertrofi konsentrik yang klasik, dimana

    ketebalan dinding ventrikel bertambah tanpa penambahan ukuran ruang

    jantung. Namun, bila pengisian volume jantung terganggu (misalnya pada

    regurgitasi katup atau ada pirau) maka panjang serat jantung juga bertambah

    yang disebut hipertrofi eksentrik, dengan penambahan ukuran ruang jantung

    dan ketebalan dinding. Mekanisme adaptif tersebut dapat mempertahankan

    kemampuan jantung memompa darah pada tingkat yang relatif normal, tetapi

    hanya untuk sementara.Perubahan patologik lebih lanjut, seperti apoptosis,

    perubahan sitoskeletal, sintesis, dan remodelling matriks ekstraselular

    (terutama kolagen) juga dapat timbul dan menyebabkan gangguan fungsional

    dan struktural yang semakin mengganggu fungsi ventrikel kiri.9

    IX. Manifestasi Klinis

    Gejala gagal jantung akut terutama disebabkan oleh kongesti paru yang berat

    sebagai akibat peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri yang meningkat,

    dapat disertai penurunan curah jantung ataupun tidak.

    Manifestasi klinis GJA meliputi: 9

    1. Gagal jantung dekompensasi (de novo atau sebagai gagal jantung kronik

    yang mengalami dekompensasi).

    2. Gagal jantung akut hipertensi yaitu terdapat gagal jantung yang disertai

    tekanan darah tinggi dan gangguan fungsi jantung relatif dan pada foto toraks

    terdapat tanda-tanda edema paru akut.

    3. Edema paru yang diperjelas dengan foto toraks, respiratory distress, ronki

    yang luas, dan ortopnea. Saturasi oksigen biasanya kurang dari 90% pada

    udara ruangan.

    4. Syok kardiogenik ditandai dengan penurunan tekanan darah sistolik kurang

    dari 90 mmHg atau berkurangnya tekanan arteri rata-rata lebih dari 30 mmHg

  • 7/27/2019 Pbl 19 - Gagal Jantung Akut

    9/14

    SP19 | G J A

    dan atau penurunan pengeluaran urin kurang dari 0,5 ml/kgBB/jam, frekuensi

    nadi lebih dari 60 kali per menit dengan atau tanpa adanya kongesti organ.

    5. High output failure, ditandai dengan curah jantung yang tinggi, biasanya

    dengan frekuensi denyut jantung yang tinggi, misalnya pada mitral regurgitasi,

    tirotoksikosis, anemia, dan penyakit Pagets. Keadaan ini ditandai dengan

    jaringan perifer yang hangat dan kongesti paru, kadang disertai tekanan

    darah yang rendah seperti pada syok septik.

    6. Gagal jantung kanan yang ditandai dengan sindrom low output, peninggian

    tekanan vena jugularis, serta pembesaran hati dan limpa.

    Diagnosis gagal jantung akut ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala,penilaian klinis, dan pemeriksaan penunjang, yaitu elektrokardiografi (EKG),

    foto toraks, biomarker, dan ekokardiografi Doppler.9

    Tabel 1. Klasifikasi beratnya gagal jantung pada Klasifikasi Killip

    Stage I Tidak terdapat gagal jantung. Tidak terdapattanda dekompensasi jantung. Prognosis

    kematian sebanyak 6%

    Stage II Gagal jantung. Terdapat : ronkhi, S3 gallop,dan hipertensi vena pulmonalis, kongesti

    paru

    dengan ronkhi basah halus pada lapang

    bawah paru. Prognosis kematian sebanyak

    17%

    Stage III Gagal jantung berat, dengan edema paruberat dan ronkhi pada seluruh lapang paru.

    Prognosis kematian sebanyak 38%

    Stage IV Shock Kardiogenik. Pasien hipotensi denganSBP

  • 7/27/2019 Pbl 19 - Gagal Jantung Akut

    10/14

    SP19 | G J A

    X. Penatalaksanaan

    Terapi Farmakologis

    Morfin diindikasikan pada tahap awal pengobatan GJA berat, khususnya padapasien gelisah dan dispnea. Morfin menginduksi venodilatasi, dilatasi ringan

    pada arteri dan dapat mengurangi denyut jantung.

    Antikoagulan terbukti dapat digunakan untuk sindrom koroner akut dengan

    atau tanpa gagal jantung. Namun, tidak ada bukti manfaat heparin atau low

    molecular weight heparin (LMWH) pada GJA saja.

    Vasodilator diindikasikan pada kebanyakan pasien GJA sebagai terapi lini

    pertama pada hipoperfusi yang berhubungan dengan tekanan darah adekuat

    dan tanda kongesti dengan diuresis sedikit. Obat ini bekerja dengan

    membuka sirkulasi perifer dan mengurangi preload. Beberapa vasodilator

    yang digunakan adalah:

    1. Nitrat bekerja dengan mengurangi kongesti paru tanpa mempengaruhi

    stroke volume atau meningkatkan kebutuhan oksigen oleh miokardium pada

    GJA kanan, khususnya pada pasien sindrom koroner akut. Pada dosis

    rendah, nitrathanya menginduksi venodilatasi, tetapi bila dosis ditingkatkan

    secara bertahap dapat menyebabkan dilatasi arteri koroner.

    2. Dopamine merupakan agonis reseptor -1 yang memiliki efek inotropik dan

    kronotropik positif. Pemberian dopamine terbukti dapat meningkatkan curah

    jantung dan menurunkan resistensi vaskular sistemik.

    3. Dobutamin merupakan simpatomimetik amin yang mempengaruhi reseptor

    -1, -2, dan pada miokard dan pembuluh darah. Walaupun mempunyai

    efek inotropik positif, efek peningkatan denyut jantung lebih rendah dibanding

    dengan agonis -adrenergik. Obat ini juga menurunkan Systemic Vascular

    Resistance (SVR) dan tekanan pengisian ventrikel kiri.

  • 7/27/2019 Pbl 19 - Gagal Jantung Akut

    11/14

    SP19 | G J A

    4. Epinefrin dan norepinefrin menstimulasi reseptor adrenergik -1 dan -2 di

    miokard sehingga menimbulkan efek inotropik kronotropik positif. Epinefrin

    bermanfaat pada individu yang curah jantungnya rendah dan atau bradikardi.

    5. Digoksin digunakan untuk mengendalikan denyut jantung pada pasien

    gagal jantung dengan penyulit fibrilasi atrium dan atrial flutter. Amiodarone

    atau ibutilide dapat ditambahkan pada pasien dengan kondisi yang lebih

    parah.6

    ACE-inhibitor tidak diindikasikan untuk stabilisasi awal GJA. Namun, bila

    stabil 48 jam boleh diberikan dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara

    bertahap dengan pengawasan tekanan darah yang ketat.

    Diuretik diindikasikan bagi pasien GJA dekompensasi yang disertai gejala

    retensi cairan. Pemberian loop diuretic secara intravena dengan efek yang

    lebih kuat lebih diutamakan untuk pasien GJA, Sementara itu, pemberian -

    blocker merupakan kontraindikasi pada GJA kecuali bila GJA sudah stabil.

    Obat inotropik diindikasikan apabila ada tanda-tanda hipoperfusi perifer

    (hipotensi) dengan atau tanpa kongesti atau edema paru yang refrakter

    terhadap diuretika dan vasodilator pada dosis optimal. Pemakaiannya

    berbahaya, dapat meningkatkan kebutuhan oksigen dan calcium loading

    sehingga harus diberikan secara hati-hati

    Terapi Non-Farmakologis

    XI. Komplikasi

    1. Gagal Jantung Kronik

    Gagal jantung kronik terjadi sewaktu jantung tidak mampu memompa

    darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrien

    tubuh. Gagal jantung disebabkan disfungsi diastolik atau sistolik. Gagal

    jantung diastolik dapat terjadi dengan atau tanpa gagal jantung sistolik.

    Gagal jantung dapat terjadi akibat hipertensi yang lama (kronis).

  • 7/27/2019 Pbl 19 - Gagal Jantung Akut

    12/14

    SP19 | G J A

    Disfungsi sistolik sebagai penyebab gagal jantung akibat cedera pada

    ventrikel, biasanya berasal dari infark miokard.6

    XII. Prognosis

    Pasien dengan gagal jantung akut memiliki prognosis yang sangat buruk.

    Dalam satu randomized trial yang besar pada pasien yang dirawat dengan

    gagal jantung yang mengalami dekompensasi, mortalitas 60 hari adalah 9,6%

    dan apabila dikombinasi dengan mortalitas dan perawatan ulang dalam 60

    hari jadi 35,2%. Sekitar 45% pasien GJA akan dirawat ulang paling tidak satu

    kali, 15% paling tidak dua kali dalam 12 bulan pertama. Angka kematian lebih

    tinggi lagi pada infark jantung yang disertai gagal jantung berat dengan

    mortalitas dalam 12 bulan adalah 30%.

    XIII. Preventif

    1. Perubahan life style (termasuk berhenti merokok dan lain-lain),penurunan BB, penyesuaian diet, olahraga teratur dan lain-lain.7

    2. Mengobati faktor predisposisi dan faktor pencetus : stress, emosi,

    hipertensi, penyakit DM, hiperlipidemia, obesitas, anemia.9

    3. Menghindari bekerja pada keadaan dingin atau stres lain yang diketahui

    mencetuskan serangan angina klasik pada seseorang.6

    4. Memberikan penjelasan perlunya melatih aktivitas sehari-hari sehingga

    untuk meningkatkan kemampuan jantung agar dapat mengurangi

    serangan jantung 6

  • 7/27/2019 Pbl 19 - Gagal Jantung Akut

    13/14

    SP19 | G J A

    BAB III

    Kesimpulan

  • 7/27/2019 Pbl 19 - Gagal Jantung Akut

    14/14

    SP19 | G J A

    Daftar Pustaka

    1. Angina pectoris tidak stabil. 11 Oktober 2011. Diunduh dari : http://nuzulul-

    fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35450-Kep%20Kardiovaskuler-Askep%20Angina%20Pektoris%20Tidak%20Stabil.html. 23 September 2012.

    2. Supartondo dan Setiyohadi, B. (2009). Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid I.

    Jakarta : Interna Publishing.

    3. Santoso Mardi.Pemeriksaan fisik diagnosis. Jakarta: Bidang Penerbitan Yayasan

    Diabetes Indonesia;2004.hal.50-65.

    4. E.N.Kosasih dan A.S.Kosasih. Tafsiran hasil pemeriksaan laboratorium klinik.

    Jakarta: Karisma Publishing;2008.hal.326-8.

    5. David Rubenstein, David Wayne,John Bradley. Lecture Notes: Kedokteran Klinis.

    Edisi ke-6.Jakarta: Penerbit Erlangga;2006.hal.297-301.

    6. Elizabeth J. Corwin. Buku saku patofisiologi.Edisi ke-3.Jakarta: Penerbit Buku

    Kedokteran EGC;2009.hal.492-504.

    7. Buku ajar Ilmu penyakit dalam jilid II.Edisi ke-5.Jakarta:Interna

    Publishing;2009.hal.1728-34.

    8. Gillespie S.H, Barmford K.B. At a Glance Mikrobiologi Medis dan Infeksi; alih

    bahasa, Stella Tinia ; editor edisi bahasa Indonesia, Rina Astikawati, Amalia

    Safitri.Ed. 3. Jakarta : Erlangga, 2009: 182-93.

    9. Kasper DL, Braunwald E, Fauci S et all, penyunting. Harissons principles of

    internal medicine, edisi ke-16. New york: McGraw-Hill Medical Publishing

    Division; 2005.10. T. Bahri Anwar Djohan. Penyakit Jantung Koroner dan Hipertensi.2004.Diunduh

    dari http://library.usu.ac.id, 25 September 2011.

    11. Panggabean, Daulat M, Gagal jantung. Buku Ajar Ilmu PenyakitDalam. Aru W

    Sudoyo (Editor), Balai Penerbit UI. Jakarta, 2006.