Paper Trauma Ginjal

14
BAB I PENDAHULUAN Ginjal terletak di rongga retroperitoneum dan terlindung oleh otot punggung di sebelah posterior dan oleh organ intraperitoneal di sebelah anteriornya, karena itu cedera ginjal tidak jarang diikuti oleh cedera organ yang mengitarinya. Trauma ginjal merupakan trauma terbanyak pada sistem urogenitalia. Kurang lebih 10% dari trauma abdomen mengenai ginjal. Cedera ginjal dapat terjadi secara: (1). Langsung akibat benturan yang mengenai daerah pinggang atau (2). Tidak langsung: cedera deselerasi akibat pergerakan ginjal secara tiba-tiba di dalam rongga retroperitonium. Jenis cedera yang dapat mengenai ginjal dapat merupakan cedera tumpul, luka tusuk atau luka tembak. Goncangan ginjal di dalam rongga retroperitoneum menyebabkan regangan pedikel ginjal sehingga menimbulkan robekan tunika intima arteri renalis yang memacu terbentuknya bekuan-bekuan darah yang selanjutnya dapat menimbulkan thrombosis arteri renalis beserta cabang-cabangnya. Cedera ginjal dapat dipermudah jika sebelumnya sudah ada kelainan pada ginjal, seperti hidronefrosis, kista ginjal atau tumor ginjal. 1 1

description

vhjh

Transcript of Paper Trauma Ginjal

Page 1: Paper Trauma Ginjal

BAB I

PENDAHULUAN

Ginjal terletak di rongga retroperitoneum dan terlindung oleh otot punggung di

sebelah posterior dan oleh organ intraperitoneal di sebelah anteriornya, karena itu

cedera ginjal tidak jarang diikuti oleh cedera organ yang mengitarinya. Trauma

ginjal merupakan trauma terbanyak pada sistem urogenitalia. Kurang lebih 10%

dari trauma abdomen mengenai ginjal.

Cedera ginjal dapat terjadi secara: (1). Langsung akibat benturan yang

mengenai daerah pinggang atau (2). Tidak langsung: cedera deselerasi akibat

pergerakan ginjal secara tiba-tiba di dalam rongga retroperitonium. Jenis cedera

yang dapat mengenai ginjal dapat merupakan cedera tumpul, luka tusuk atau luka

tembak.

Goncangan ginjal di dalam rongga retroperitoneum menyebabkan regangan

pedikel ginjal sehingga menimbulkan robekan tunika intima arteri renalis yang

memacu terbentuknya bekuan-bekuan darah yang selanjutnya dapat menimbulkan

thrombosis arteri renalis beserta cabang-cabangnya. Cedera ginjal dapat

dipermudah jika sebelumnya sudah ada kelainan pada ginjal, seperti hidronefrosis,

kista ginjal atau tumor ginjal.1

1

Page 2: Paper Trauma Ginjal

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

I. TRAUMA GINJAL

DEFINISI

Trauma ginjal adalah suatu proses rudapaksa yang dapat menimbulkan

kerusakan ginjal, bias menyebabkan diskontinuitas kortex atau bahkan dapat

merusak medulla sampai sistem pielokaliks, atau merusak pembuluh darah utama

ginjal.

EPIDEMIOLOGI

Trauma ginjal menempati satu hingga lima persen dari seluruh kejadian

trauma.

ETIOLOGI

Trauma ginjal disebabkan oleh :

1. Trauma tumpul (80-90%): kecelakaan lalu lintas, jatuh, cedera olahraga,

atau penyerangan.

2. Trauma tajam (10%): luka tembak atau luka tusuk

PATOGENESIS

Pada trauma tumpul, mekanisme jejas ginjal diduga merupakan hasil kombinasi

gaya yang datang dan reaksi yang terjadi di kompartemen dalam yang berisi

cairan. Selain itu, ginjal yang bergeser dapat menyebabkan traksi arteri renalis,

menyobek lapisan intima, dan menimbulkan perdarahan. Kompresi arteri renalis

diantara dinding anterior perut dan korpus vertebra juga dapat menyebabkan

trombosis arteri renalis dekstra.

Pada trauma tembak, seperti peluru, yang memiliki energy kinetic lebih besar,

dapat mendestruksi parenkim ginjal lebih hebat dan menyebabkan kerusakan di

berbagai organ. Luka tembak kecepatan rendah berhubungan dengan destruksi

2

Page 3: Paper Trauma Ginjal

yang luas akibat efek ledakan, sementara luka tembak kecepatan tinggi berkaitan

dengan pengikisan jaringan yang luas dan tinggimya jejas lain.

Penderajatan Trauma Ginjal

Menurut derajat berat ringannya kerusakan pada ginjal, trauma ginjal

dibedakan menjadi : (1) Cedera minor, (2). Cedera major, (3). Cedera pada

pedikel atau pembuluh darah ginjal. Pembagian sesuai skala cedera organ ( organ

injury scale) cedera ginjal dibagi dalam 5 derajat sesuai dengan penemuan pada

pemeriksaan pencitraan maupun hasil eksplorasi ginjal. Sebagian besar (85%)

trauma ginjal merupakan cedera minor ( derajat I dan II), 15% termasuk cedera

major ( derajat III dan IV) dan 1% termasuk cedera pedikel ginjal.

Penderajatan Trauma Ginjal (3)

DERAJAT JENIS KERUSAKAN

I Kontusio ginjal / hematoma perirenal

II Laserasi ginjal terbatas pada korteks

III Laserasi ginjal sampai pada medulla

ginjal, mungkin terdapat thrombosis

arteri segmentalis

IV Laserasi sampai mengenai sistem

kalises ginjal

V Avulsi pedikel ginjal, mungkin terjadi

thrombosis arteri renalis

Ginjal terbelah ( shatered)

3

Page 4: Paper Trauma Ginjal

DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan

penunjang.

Anamnesis:

Keluhan : kencing darah, nyeri pinggang, riwayat trauma (mode of injury),

riwayat penyakit ginjal sebelumnya (batu ginjal, hidronefrosis, kista)

Pemeriksaan Fisis:

1. Status Umum : Dicari apakah ada tanda kekurangan darah atau adanya

syok karena berkurangnya volume darah atau cairan intravaskuler. Dicari

apakah ada kerusakan organ lain akibat proses rudapaksa yang dialami

penderita.

2. Status Urologis :

Inspeksi : Dilihat apakah ada jejas, hematoma, luka terbuka, luka tusuk,

luka masuk atau luka keluar akibat tembakan didaerah perut bagian atas

4

Page 5: Paper Trauma Ginjal

(kiri atau kanan), pinggang (kiri atau kanan) dicari apakah ada gross

hematuria.

Palpasi : Dicari apakah ada tanda patah tulang iga 12, dan tanda

penumpukan darah didaerah ginjal. Biasanya ditemui adanya nyeri tekan

ataupun nyeri ketok pada daerah ini.

Auskultasi : Pada kasus dimana sudah terjadi inhibisi cairan dari

retroperitoneal ke dalam rongga peritoneal biasanya ditemui tanda ileus

paralitik.

Pemeriksaan Laboratorium : Pemeriksaan faal hemostatik, faal ginjal dan eritrosit

dalam sedimen urin pada keadaan syok diperlukan pemeriksaan hematocrit,

analisa gas darah.

Pemeriksaan foto rontgen :

Pencitraan dilakukan berdasarkan indikasi tertentu, yaitu hematuria makroskopis,

hematuria mikroskopis yang disertai syok, atau adanya jejas lain yang berat.

Pemeriksaan IVP ini dijadikan sebagai pemeriksaan standard untuk penilaian

klinis adanya trauma serta menilai berat ringannya trauma ginjal. Agar dapat

terlaksana penderita tidak harus dalam keadaan syok, dan tidak ada kontra

indikasi lain untuk pemeriksaan radiologis dengan menggunakan kontras serta

tidakboleh menunda tindakan yang bersifat live-saving. Di luar negeri umumnya

CT-Scan di jadikan standard pemeriksaan tersebut.

Pada pasien dengan kondisi tidak stabil memerlukan operasi, dapat dilakukan

tindakan single-shot IVP, dengan injeksi 2 mL kontras per kilogram berat badan.

Trauma ginjal terlihat berupa ekskresi kontras yang berkurang (bandingkan

dengan kontralateral), garis psoas atau kontur ginjal menghilang atau scoliosis kea

rah kontra lateral karena kontraksi otot psoas.

Pemeriksaan penunjang lain : Pada keadaan tertentu dimana pemeriksaan IVP

tidak dapat dilakukan atau kurang informatif dapat dilakukan pemeriksaan USG

Ginjal. Pada kecurigaan trauma pedikel, dapat dilakukan pemeriksaan arteriografi

renal.

5

Page 6: Paper Trauma Ginjal

Patut dicurigai adanya cedera pada ginjal jika terdapat : (2)

1. Trauma di daerah pinggang, punggung, dada sebelah bawah dan perut

bagian atas dengan disertai nyeri atau didapatkan adanya jejas pada daerah itu.

2. Hematuri

3. Fraktur costa sebelah bawah (T8-12) atau fraktur prosesus spinosus

vertebra

4. Trauma tembus pada daerah abdomen atau pinggang

5. Cedera deselerasi yang berat akibat jatuh dari ketinggian atau kecelakaan

lalu lintas

Gambaran klinis yang ditunjukkan oleh pasien trauma ginjal sangat

bervariasi tergantung derajat trauma dan ada atau tidaknya trauma pada organ lain

yang menyertainya. Perlu ditanyakan mekanisme cedera untuk memperkirakan

luas kerusakan yang terjadi. Pada trauma derajat ringan mungkin hanya

didapatkan nyeri di daerah pinggang, terlihat jejas berupa ekimosis, dan terdapat

hematuria makroskopis ataupun mikroskopis. Pada trauma major atau rupture

pedikel seringkali pasien datang dalam keadaaan syok berat dan terdapat

hematoma di daerah pinggang yang makin lama makin membesar. Dalam keadaan

ini mungkin pasien tidak sempat menjalani pemeriksaan IVU karena usaha untuk

memperbaiki hemodinamik seringkali tidak membuahkan hasil akibat perdarahan

yang keluar dari ginjal cukup deras. Untuk itu harus segera dilakuakan eksplorasi

laparatomi untuk menghentikan perdarahan.2

Pencitraan

6

Page 7: Paper Trauma Ginjal

Jenis pencitraan yang diperiksa tergantung pada keadaan klinis dan

fasilitas yang dimiliki oleh RS yang bersangkutan. Pemeriksaan pencitraan

dimulai dari IVU (dengan menyuntikkan bahan kontras dosis tinggi 2ml/kg berat

badan) untuk menilai tingkat kerusakan ginjal dan melihat keadaan ginjal

kontralateral. Pembuatan IVU dilakukan jika diduga ada (1) Luka tusuk atau luka

tembak yang mengenai ginjal, (2) Cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-

tanda hematuria makroskopik, dan (3) Cedera tumpul ginjal yang memberikan

tanda-tanda hematuria mikroskopik dengan disertai syok. (2)

Pada beberapa RS, dugaan cedera tumpul pada ginjal yang menunjukkan

tanda hematuri mikroskopik tanpa disertai syok melakukan pemeriksaan

Ultrasonografi sebagai pemeriksaan penyaring. Pemeriksaan USG ini diharapkan

dapat menemukan kontusio parenkim ginjal atau hematoma subkapsuler. Dengan

pemeriksaan ini dapat pula diperlihatkan adanya robekan kapsul ginjal.

Jika IVU belum dapat menerangkan keadaan ginjal (misalkan pada ginjal

non visualized) perlu dilakukan pemeriksaan CT scan atau arteriografi.

Pemeriksaan IVU pada kontusio renis sering menunjukkan gambaran sistem

pelvikalises normal. Dalam keadaan ini pemeriksaan USG abdomen dapat

menunjukan adanya hematoma perenkim ginjalyang terbatas pada subkapsuler

dan dengan kapsul ginjal yang masih utuh. Kadang kala kontusio renis yang

cukup luas menyebabkan hematoma dan edema parenkim yang hebat sehingga

memberikan gambaran system pelvikalises yang spastic atau bahkan tak tampak

(non visualized). Sistem pelvikalises yang tak namapk pada IVU dapat pula terjadi

pada rupture pedikel atau pasien yang berada dalam keadaan syok berat pada saat

menjalani pemeriksaan IVU.

Pada derajat IV tampak adanya ekstravasasi kontras, hal ini terjadi

karenaterobeknya system pelviokalises ginjal. Ekstravasasi ini akan tampak

semakin luas pada ginjal yang mengalami fragmentasi (terbelah) pada cedera

derajat V. Di beberapa RS, peranan IVU sebagai alat diagnostik dan penentuan

derajat trauma ginjalmulai digantkan oleh CT scan. Pemeriksaan ini dapat

menunjukkan adanya robekan jaringan ginjal. Selain itu pemeriksaan ini dapat

mendeteksi adanya trauma pada organ lain.3

7

Page 8: Paper Trauma Ginjal

Penatalaksanaan

Pada setiap trauma tajam yang diduga mengenai ginjal harus dipikirkan

untuk melakukan tindakan eksplorasi, tetapi pada trauma tumpul, sebagian besar

tidak memerlukan operasi. Terapi yang dikerjakan pada trauma ginjal adalah3 :

Konservatif

Tindakan konservatif ditujukan pada trauma minor. Pada keadaan ini

dilakukan observasi tanda vital (tensi, nadi, suhu, pernapasan), kemungkinan

adanya penambahan massa di pinggang, adanya pembesaran lingkar peut,

penurunan kadar hemoglobin, dan perubahan warna urine pada pemeriksaan urin

serial.2

Hampir 90% trauma ginjal merupakan trauma minor yang hanya

memerlukan tindakan konservatif, seperti tirah baring, analgesic untuk

mengurangi nyeri, dan observasi fungsi ginjal (pemeriksaan fisis rutin, kadar

hemoglobin, hematocrit, dan urinalisis).

Jika selama observasi didapatkan adanya tanda-tanda perdarahan atau

kebocoran urin yang menimbulkan infeksi, harus segera dilakukan tindakan

operasi.2

Operasi

Operasi ditujukan pada trauma ginjal major dengan tujuan untuk segera

menghentikan perdarahan. Selanjutnya mungkin perlu dilakukan debridement,

reparasi ginjal (berupa renorafi atau penyambungan vaskuler) atau tidak

jarangharus dilakukan nefrektomi parsial bahkan total karena kerusakan yang

berat.5

Komplikasi

Jika tidak mendapatkan perawatan yang cepat dan tepat, trauma major dan

trauma sering menimbulkan perdarahan yang hebat dan berakhir dengan

kematian. Selain itu kebocoran system kaliks dapat menimbulkan ekstravasasi

8

Page 9: Paper Trauma Ginjal

urin sehingga menimbulkan urinoma, abses perirenal, urosepsis dan kadang

menimbulkan fistula reno-kutan. Di kemudian hari pasca cedera ginjal dapat

menimbulkan penyulit berupa hipertensi, hidronefrosis, urolithiasis, atau

pielonefritis kronis. (4)

PROGNOSIS

Dengan follow-up yang cermat, kebanyakan trauma ginjal mempunyai prognosis

baik, dengan penyembuhan spontan dan fungsi ginjal kembali baik. Kematian,

biasanya karena ada trauma lain.

BAB III

KESIMPULAN

Trauma saluran kemih sering tidak hanya mengenai satu organ saja,

sehingga sebaiknya seluruh sistem saluran kemih selalu ditangani sebagai satu

kesatuan. Juga harus diingat bahwa keadaan umum dan tanda-tanda vital harus

selalu diperbaiki/dipertahankan, sebelum melangkah ke pengobatan yang lebih

spesifik. Suatu kegawatan urologi timbul jika suatu keadaan membutuhkan

diagnosa yang cepat dan pengobatan segera. Trauma organ-organ urogenital

umumnya tidak mengancam jiwa dengan segera. Meski demikian, kegagalan

dalam mengevaluasi dengan benar dan mengobati cedera ini mungkin

mengakibatkan morbiditas pasien jangka panjang.

9

Page 10: Paper Trauma Ginjal

DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo, Basuki B. Trauma Urogenitalia dalam Dasar-Dasar Urologi.

Jakarta: Sagung Seto; 2012.

2. Moectar, arif C. Kapita selekta kedokteran edisi IV trauma saluran

kemih.Jakarta : Media aesculapius. 2014

3. Schrock, theodore. Ilmu Bedah trauma saluran kemih edisi 7. Jakarta :

EGC. 1999

4. Grace, Pierce. At A glance Ilmu Bedah edisi III. Jakarta : Erlangga, 2014

5. SMF Urologi, Standar Operating Prosedur Trauma saluran kemih.

Medan. 2015

10