gambaran radiologis trauma ginjal

31
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL 3 2.1.1 Makroskopis 3 Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang peritonium (retroperitoneal), didepan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar (transversus abdominis, kuadratus lumborum dan psoas mayor) di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal pada orang dewasa berukuran panjang 11-12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm, kira-kira sebesar kepalan tangan manusia dewasa. Berat kedua ginjal kurang dari 1% berat seluruh tubuh atau kurang lebih beratnya antara 120-150 gram. 3

description

trauma ginjal

Transcript of gambaran radiologis trauma ginjal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL3

2.1.1 Makroskopis3

Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang peritonium

(retroperitoneal), didepan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar

(transversus abdominis, kuadratus lumborum dan psoas mayor) di bawah

hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal

(juga disebut kelenjar suprarenal). Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra

T12 hingga L3. Ginjal pada orang dewasa  berukuran panjang 11-12 cm,

lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm, kira-kira sebesar kepalan tangan manusia

dewasa. Berat kedua ginjal kurang dari 1% berat seluruh tubuh atau

kurang lebih beratnya antara 120-150 gram.

Gambar 1. Anatomi ginjal4

Bentuknya seperti biji kacang, dengan lekukan yang menghadap ke

dalam.  Jumlahnya ada 2 buah yaitu kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar

dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari

pada ginjal wanita. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit ke bawah

dibandingkan  ginjal kiri untuk memberi tempat  lobus hepatis dexter yang

3

besar.  Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak

yang tebal. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak

perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam guncangan.

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula

fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna coklat gelap,

dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna coklat lebih terang

dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut

pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari

lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.

Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu

masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis

renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal.

Terbagi menjadi dua atau tiga kaliks renalis majores yang masing-masing

akan bercabang menjadi dua atau tiga kaliks renalis minores.

Medulla terbagi menjadi bagian segitiga yang disebut piramid. Piramid-

piramid tersebut dikelilingi oleh bagian korteks dan tersusun dari segmen-

segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila atau apeks dari tiap

piramid membentuk duktus papilaris bellini yang terbentuk dari kesatuan

bagian terminal dari banyak duktus pengumpul.

Gambar 2. Gambaran normal CT-Scan ginjal3

4

II.1.2 Mikroskopis2

Ginjal terbentuk oleh unit yang disebut nephron yang berjumlah 1-

1,2 juta buah pada tiap ginjal. Nefron adalah unit fungsional ginjal. Setiap

nefron terdiri dari kapsula bowman, tumbai kapiler glomerulus, tubulus

kontortus proksimal, lengkung henle dan tubulus kontortus distal, yang

mengosongkan diri keduktus pengumpul.

Unit nephron dimulai dari pembuluh darah halus / kapiler, bersifat

sebagai saringan disebut Glomerulus, darah melewati glomerulus/ kapiler

tersebut dan disaring sehingga terbentuk filtrat (urin yang masih encer)

yang berjumlah kira-kira 170 liter per hari, kemudian dialirkan melalui

pipa/saluran yang disebut Tubulus. Urin ini dialirkan keluar ke saluran

Ureter, kandung kemih, kemudian ke luar melalui Uretra. Nefron

berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam

tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan

molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya

akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan

mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang

kemudian diekskresikan disebut urin.

II.1.3 Vaskularisasi Ginjal3

Arteri renalis dicabangkan dari aorta abdominalis kira-kira setinggi

vertebra lumbalis II. Vena renalis menyalurkan darah kedalam vena

kavainferior yang terletak disebelah kanan garis tengah. Saat arteri renalis

masuk kedalam hilus, arteri tersebut bercabang menjadi arteri interlobaris

yang berjalan diantara piramid selanjutnya membentuk arteri arkuata

kemudian membentuk arteriola interlobularis yang tersusun paralel dalam

korteks. Arteri interlobularis ini kemudian membentuk arteriola aferen

pada glomerulus.

Glomeruli bersatu membentuk arteriola aferen yang kemudian

bercabang membentuk sistem portal kapiler yang mengelilingi tubulus dan

5

disebut kapiler peritubular. Darah yang mengalir melalui sistem portal ini

akan dialirkan kedalam jalinan vena selanjutnya menuju vena

interlobularis, vena arkuarta, vena interlobaris, dan vena renalis untuk

akhirnya mencapai vena cava inferior. Ginjal dilalui oleh sekitar 1200 ml

darah permenit suatu volume yang sama dengan 20-25% curah jantung

(5000 ml/menit) lebih dari 90% darah yang masuk keginjal berada pada

korteks sedangkan sisanya dialirkan ke medulla. Sifat khusus aliran darah

ginjal adalah otoregulasi aliran darah melalui ginjal arteiol afferen

mempunyai kapasitas intrinsik yang dapat merubah resistensinya sebagai

respon terhadap perubahan tekanan darah arteri dengan demikian

mempertahankan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus tetap.

II.1.4 Persarafan pada Ginjal3

Ginjal mendapat persarafan dari nervus renalis (vasomotor), saraf

ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk kedalam ginjal,

saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke

ginjal.

II.1.5 Fisiologi Ginjal3

Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat

banyak (sangat vaskuler) tugasnya memang pada dasarnya adalah

“menyaring/membersihkan” darah. Aliran darah ke ginjal adalah 1,2

liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi cairan

filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan filtrat ini

diproses dalam Tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi

urin sebanyak 1-2 liter/hari.

Fungsi ginjal adalah

a) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksik atau

racun,

b) Mempertahankan  keseimbangan cairan tubuh,

6

c) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan

tubuh

d) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum,

kreatinin dan amoniak.

e) Mengaktifkan vitamin D untuk memelihara kesehatan tulang.

f)Produksi hormon yang mengontrol tekanan darah.

g) Produksi Hormon Erythropoietin yang membantu pembuatan sel

darah merah.

Tiga tahap pembentukan urine :

1) Filtrasi glomerular

Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada

glomerulus, seperti kapiler tubuh lainnya, kapiler glomerulus secara relatif

bersifat impermiabel terhadap protein plasma yang besar dan cukup

permeabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam

amino, glukosa, dan sisa nitrogen. Aliran darah ginjal (RBF = Renal Blood

Flow) adalah sekitar 25% dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit.

Sekitar seperlima dari plasma atau sekitar 125 ml/menit dialirkan melalui

glomerulus ke kapsula bowman. Ini dikenal dengan laju filtrasi glomerulus

(GFR = Glomerular Filtration Rate). Gerakan masuk ke kapsula bowman

disebut filtrat. Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan tekanan yang terdapat

antara kapiler glomerulus dan kapsula bowman, tekanan hidrostatik darah

dalam kapiler glomerulus mempermudah filtrasi dan kekuatan ini dilawan

oleh tekanan hidrostatik filtrat dalam kapsula bowman serta tekanan

osmotik koloid darah. Filtrasi glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh

tekanan-tekanan koloid diatas namun juga oleh permeabilitas dinding

kapiler.

2) Reabsorpsi.

7

Zat-zat yang difiltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu : non

elektrolit, elektrolit, dan air. Setelah filtrasi langkah kedua adalah reabsorpsi

selektif zat-zat tersebut kembali lagi zat-zat yang sudah difiltrasi.

3) Sekresi.

Sekresi tubular melibatkan transpor aktif molekul-molekul dari

aliran darah melalui tubulus ke dalam filtrat. Banyak substansi yang

disekresi tidak terjadi secara alamiah dalam tubuh (misalnya penisilin).

Substansi yang secara alamiah terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan

kalium serta ion-ion hidrogen. Pada tubulus distalis, transpor aktif natrium

sistem carier yang juga telibat dalam sekresi hidrogen dan ion-ion kalium

tubular. Dalam hubungan ini, tiap kali carier membawa natrium keluar dari

cairan tubular, cariernya bisa hidrogen atau ion kalium kedalam cairan

tubular perjalanannya kembali jadi, untuk setiap ion natrium yang

diabsorpsi, hidrogen atau kalium harus disekresi dan sebaliknya.

2.2 TRAUMA GINJAL

Ginjal terletak di rongga retroperitonium dan terlindung oleh otot-otot

punggung di sebelah posterior dan oleh organ-organ intraperitoneal di sebelah

anteriornya. Karena itu cedera ginjal tidak jarang diikuti oleh cedera organ-

organ yang mengitarinya. trauma ginjal merupakan trauma terbanyak pada

sistem urogenital, lebih kurang 10% dari trauma pada abdomen mencederai

ginjal.

Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh

berbagai macam rudapaksa baik tumpul maupun tajam.

2.2.1 Penyebab Trauma

Cedera ginjal dapat terjadi secara (1) langsung akibat benturan yang

mengenai daerah pinggang atau (2) tidak langsung yaitu merupakan cedera

deselerasi akibat pergerakan ginjal secara tiba-tiba di dalam rongga

8

retroperitonium. Goncangan ginjal di dalam rongga retroperitonium

menyebabkan regangan pedikel ginjal sehingga menimbulkan robekan tunika

intima arteri renalis. Robekan ini akan memacu terbentuknya bekuan-bekuan

darah yang selanjutnya dapat menimbulkan trombosis arteri renalis beserta

cabang-cabangnya. Cedera ginjal dipermudah jika sebelumnya sudah ada

kelainan pada ginjal, antara lain hidronefrosis, kista ginjal, atau tumor ginjal.

Ada 3 penyebab utama dari trauma ginjal , yaitu

1. Trauma tajam

2. Trauma iatrogenik

3. Trauma tumpul

Trauma tajam seperti tembakan dan tikaman pada abdomen bagian

atas atau pinggang merupakan 10 – 20 % penyebab trauma pada ginjal di

Indonesia.

Trauma iatrogenik pada ginjal dapat disebabkan oleh tindakan operasi

atau radiologi intervensi, dimana di dalamnya termasuk retrograde

pyelography, percutaneous nephrostomy, dan percutaneous lithotripsy.

Dengan semakin meningkatnya popularitas dari teknik teknik di atas, insidens

trauma iatrogenik semakin meningkat , tetapi kemudian menurun setelah

diperkenalkan ESWL. Biopsi ginjal juga dapat menyebabkan trauma ginjal .

Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal.

Dengan lajunya pembangunan, penambahan ruas jalan dan jumlah kendaraan,

kejadian trauma akibat kecelakaan lalu lintas juga semakin meningkat.

Trauma tumpul ginjal dapat bersifat langsung maupun tidak langsung.

Trauma langsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, olah raga,

kerja atau perkelahian. Trauma ginjal biasanya menyertai trauma berat yang

juga mengenai organ organ lain. Trauma tidak langsung misalnya jatuh dari

ketinggian yang menyebabkan pergerakan ginjal secara tiba tiba di dalam

rongga peritoneum. Kejadian ini dapat menyebabkan avulsi pedikel ginjal

atau robekan tunika intima arteri renalis yang menimbulkan trombosis.

9

Ada beberapa faktor yang turut menyebebkan terjadinya trauma

ginjal. Ginjal yang relatif mobile dapat bergerak mengenai costae atau corpus

vertebrae, baik karena trauma langsung ataupun tidak langsung akibat

deselerasi. Kedua, trauma yang demikian dapat menyebabkan peningkatan

tekanan subcortical dan intracaliceal yang cepat sehingga mengakibatkan

terjadinya ruptur. Yang ketiga adalah keadaan patologis dari ginjal itu sendiri.

Sebagai tambahan, jika base line dari tekanan intrapelvis meningkat

maka kenaikan sedikit saja dari tekanan tersebut sudah dapat menyebabkan

terjadinya trauma ginjal. Hal ini menjelaskan mengapa pada pasien yang yang

memiliki kelainan pada ginjalnya mudah terjadi trauma ginjal.

2.2.2 Derajat Trauma Ginjal

Tujuan pengklasifikasian trauma ginjal adalah untuk memberikan

pegangan dalam terapi dan prognosis.

Menurut derajat berat ringannya kerusakan pada ginjal, trauma ginjal

dibedakan menjadi (1) cedera minor, (2) cedera mayor, (3) cedera pada

pedikel atau pembuluh darah ginjal. Sebagian besar (85%) trauma ginjal

merupakan cedera minor (derajat I dan II), 15% termasuk cedera mayor

(derajat III dan IV), dan 1% termasuk cedera pedikel ginjal.

Tabel 1. Klasifikasi trauma ginjal menurut Sargeant dan Marquadt yang

dimodifikasi oleh Federle1 :

Derajat Jenis kerusakan

Grade I

Kontusio ginjal.

Minor laserasi korteks dan medulla tanpa

gangguan pada sistem pelviocalices.

Hematom minor dari subcapsular atau

perinefron (kadang kadang).

75 – 80 % dari keseluruhan trauma ginjal.

Grade II Laserasi parenkim yang berhubungan

dengan tubulus kolektivus sehingga terjadi

10

extravasasi urine.

Sering terjadi hematom perinefron.

Luka yang terjadi biasanya dalam dan

meluas sampai ke medulla.

10 – 15 % dari keseluruhan trauma

ginjal.

Grade III

Laserasi ginjal sampai pada medulla ginjal,

mungkin terdapat trombosis arteri

segmentalis.

Trauma pada vaskularisasi pedikel ginjal

5 % dari keseluruhan trauma

ginjal

Grade IV

Laserasi sampai mengenai kalikes ginjal.

Laserasi dari pelvis renal

Grade V

Avulsi pedikel ginjal, mungkin terjadi

trombosis arteri renalis.

Ginjal terbelah (shattered).

11

Gambar 3. Klasifikasi Trauma Ginjal1

2.2.3 Diagnosis

Kecurigaan terhadap adanya cedera ginjal jika terdapat:

1. Trauma di daerah pinggang, punggung, dada sebelah bawah, dan

perut bagian atas dengan disertai nyeri atau didapatkan adanya jejas

pada daerah itu.

2. Hematuria.

3. Fraktur costa sebelah bawah (T8-T12) atau fraktur prosesus

spinosus vertebra.

4. Trauma tembus pada daerah abdomen atau pinggang.

5. Cedera deselerasi yang berat akibat jatuh dari ketinggian atau

kecelakaan lalu lintas.

Gambaran klinis yang ditunjukkan oleh pasien trauma ginjal sangat

bervariasi tergantung pada derajat trauma dan ada atau tidaknya trauma pada

12

organ lain yang menyertainya. Perlu ditanyakan mekanisme cedera untuk

memperkirakan luas kerusakan yang terjadi.

Pada trauma derajat ringan mungkin hanya didapatkan nyeri di daerah

pinggang, terlihat jejas berupa ekimosis, dan terdapat hematuria makroskopik

ataupun mikroskopik. Pada trauma mayor atau ruptur pedikel seringkali

pasien dating dalam keadaan syok berat dan terdapat hematom di daerah

pinggang yang makin lama makin membesar. Dalam keadaan ini mungkin

pasien tidak sempat menjalani pemeriksaan PIV karena usaha untuk

memperbaiki hemodinamik seringkali tidak membuahkan hasil akibat

perdarahan yang keluar dari ginjal cukup deras. Untuk itu perlu segera

dilakukan eksplorasi laparotomi untuk menghentikan perdarahan.

2.3 PEMERIKSAAN RADIOLOGI PADA TRAUMA GINJAL4,5,6

Jenis pencitraan yang digunakan pada kasus trauma ginjal dapat berupa

foto polos abdomen, pielografi intravena (IVP), USG, dan CT-scan.

1. Foto polos abdomen

Adanya obliterasi psoas shadow menunjukkan hematom

retroperitoneaal atau ekstravasasi urin. Udara usus pindah dari

posisinya. Pada tulang tampak fraktur prosesus transversalis vertebra

atau fraktur iga.(Donovan , 1994)

2. Pielografi intravena (IVP)5

Definisi

IVP merupakan suatu tipe X-ray yang memvisualisasi ginjal dan

ureter setelah injeksi intravena bahan kontras. Setelah injeksi, kontras

bergerak melalui ginjal, ureter da vesica urinaria. Foto diambil dalam

beberapa interval waktu untuk melihat pergeraka in. IVP dapat

memperlihatkan ukuran, bentuk dan struktur ginjal, ureter da vesika

13

urinaria. Juga untuk mengevaluasi fungsi ginjal, deteksi penyakit

ginjal, batu ureter dan vesica urinaria, pembesaran prostat, trauma dan

tumor.

Indikasi :

Flank pain

Hematuria

Frequency

Dysuria

Suspected renal calculus

Renal tumor

Kontras yang digunakan :

Conray (Meglumine iothalamat 60%)

Urografin 60 (76 mg%)

Urografin 60-70 mg%

Resiko pemeriksaan :

Resiko paparan radiasi sangat rendah

Paparan radiasi selama kehamilan dapat menyebabka

kecacatan

Dapat menyebabkan alergi terhadap kontras

Dapat menyebabkan gagal ginjal, terutama jika pasien

mengkonsumsi Glukophage (anti diabetik)

Faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan :

Feses atau udara di kolon

Aliran darah yang sedikit ke ginjal

Barium di salura cerna dari prosedur sebelumnya

Persiapan :

14

Pemeriksaan ureum kreatinin (kreatinin maksimum 2)

Malam sebelum pemeriksaan pasien diberi laksansia untuk

membersihkan kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal.

Pasien tidak diberi minum mulai jam 22.00 malam sebelum

pemriksaa untuk mendapatkan keadaan dehidrasi ringan.

Keesokan harinya pasien harus puasa, mengurangi bicara dan

merokok (mengurangi gangguan udara usus)

Pada bayi dan anak diberi minum yang mengandung karbonat

untuk mendistensikan lambung dengan gas.

Pada pasien rawat inap dapat dilakukan lavement

Skin test subkutan.

Pelaksanaan :

1. Pasie diminta mengosongkan kandung kemih

2. Dilakukan foto BNO

3. Injeksi kontras iv (setelah cek tensi dan tes alergi), beberapa

saat dapat terjadi flushing, rasa asin di lidah, sakit kepala

ringan, gatal, mual/muntah.

4. Diambil foto pada menit ke 5, 15, 30 dan 45

Menit ke 5 : menilai nefrogram dan mungkin sistem

pelvicocalices (SPC)

Menit ke 15 : menilai SPC sampai kedua ureter

Menit ke 30 : menilai ureterovesico junction

Menit ke 45 : menilai vesica urinaria

Pada trauma ginjal, semua trauma tembus atau trauma tumpul

dengan hemodinamik tidak stabil yang membutuhkan eksplorasi

segera harus dilakukan single shot high dose intravenous urography

(IVU) sebelum eksplorasi ginjal. Single shot IVU ini bersisi 2

ml/kgBB kontras standar 60% ionic atau non ionic yang disuntikkan

intra vena, diikuti satu pengambilan gambar abdomen 10 menit

kemudian. Untuk hasil yang baik sistol dipertahankan diatas 90

15

mmHg. Untuk menghemat waktu kontras dapat disuntikkan pada saat

resusitasi awal. Keterbatasan pemeriksaan IVU adalah tak bisa

mengetahui luasnya trauma. Dengan IVU bisa dilihat fungsi kedua

ginjal, serta luasnya ekstravasasi urin dan pada trauma tembus bisa

mengetahui arah perjalanan peluru pada ginjal. IVU sangat akurat

dalam mengetahui ada tidaknya trauma ginjal. Namun untuk staging

trauma parenkim, IVU tidak spesifik dan tidak sensitive. Pada pasien

dengan hemodinamik stabil, apabila gambaran IVU abnormal

dibutuhkan pemeriksaa lanjutan dengan Computed Tomography (CT)

scan. Bagi pasien hemodinamik tak stabil, dengan adanya IVU

abnormal memerlukan tindakan eksplorasi.

Gambar 4. Kidney trauma. One-shot

intravenous pyelogram, normal. Ten-

minute radiograph taken after

intravenous contrast administration on a

patient with a stab wound to the back

shows normal kidneys and ureters

bilaterally.4

16

Gambar 5. Kidney trauma. Absent

nephrogram. Abdominal radiograph after

intravenous contrast administration in a

patient with hypotension after a motor

vehicle collision shows absent right

nephrogram.4

Gambar 6. Kidney trauma. Grade 5 renal

injury. Shattered kidney with renal vein

thrombosis (incomplete). Abdominal

radiograph after intravenous contrast

administration shows absent right

nephrogram.4

3. USG6

17

Pencitraan ultrasound adalah teknik pencitraan yang

menggunakan gelombang suara ultra-high untuk menghasilkan

gambaran tubuh secara cross-sectional.

Setiap jaringan tubuh menghasilkan refleksi gelombang suara

yang berbeda-beda derajatnya dan dibagi dalam derajat ekogenitas

yang berbeda. Jaringan dengan ekogenitas tinggi merefleksikan lebih

banyak gelombang suara dibandingkan jaringan dengan ekogenitas

rendah. Istilah hiperekoik dan hipoekoik digunakan untuk

menggambarkan jaringan dengan ekogenitas rendah dan tinggi

dengan respektif. Pada gambaran jaringan hiperekoik digambarkan

sebagai gambar putih atau abu-abu terang, dibandingkan dengan

jaringan hipoekoik yang terlihat sebagai gambar abu-abu gelap.

Contoh jaringan hiperekoik termasuk massa yang mengandung lemak

dan hemangioma hepar. Contoh jaringan hipoekoik adalah limfoma

dan FAM.

Cairan murni tidak merefleksikan gelombang suara dan

dikategorikan sebagai anekoik. Cairan terlihat seperti gambaran

hitam. Karena gelombang ditransmisikan melalui area yang

mengandung cairan,jaringan sebelah distal akan menerima lebih

banyak gelombang suara dan terefleksikan menjadi lebih terang. Efek

ini dikenal sebagai acoustic enhancement dan terlihat pada jaringan

distal kantung empedu, kantung saluran kemih,dan kista sederhana.

Efek sebaliknya terjadi pada area yang ekogenitasnya meningkat

tajam dimana jaringan bagian distal menerima sedikit gelombang

suara dan terefleksikan menghitam. Fenomena ini dikenal sebagai

acoustic shadow dan pada distal jaringan terlihat area yang

mengandung gas seperrti batu empedu, batu ginjal, dan area

kalsifikasi.

Keuntungan :

Radiasi pengion sedikit

Harga murah

18

Peralatan dapat mudah dipindahkan

Pemeriksaan ini baik digunakan untuk organ solid seperti

hepar, ginjal, limpa, pankreas, organ pelvik. Frekuensi yang lebih

tinggi dengan probe yang lebih kecil digunakan untuk pemeriksaan

penyakit tiroid, payudara, testis dan muskuloskeletal.

Kekurangan :

Gelombang ultrasound tidak bisa menembus gas dan tulang.

Akibatnya, organ dibalik gas dan tulang tidak dapat divisualisasikan.

Jadi ultrasoudn tidak dapat digunakan pada kelainan pulmonal dan

struktur dalam pada abdominal di bawah gas usus seperti pankreas

dan arteri renal.

Pemeriksa yang terlatih dan berpengalaman dapat

mengidentifikasi adanya laserasi ginjal maupun hematom.

Keterbatasan USG adalah ketidakmampuan untuk membedakan darah

segar dengan ekstravasasi urin, serta ketidakmampuan

mengidentifikasi cedera pedikel dan infark segmental. Hanya dengan

Doppler berwarna maka cedera vaskuler dapat didiagnosis. Adanya

fraktur iga , balutan, ileus intestinal, luka terbuka serta obesitas

membatasi visualisasi ginjal. (Brandes, 2003).

4. CT-Scan

CT adalah teknik pencitraan dimana gambaran cross-sectional

didapatkan menggunakan sinar-x. Teknik ini menggambarkan

perbedaaan organ solid dengan lainnya termasuk proses patologik

seperti tumor atau penumpukan cairan. Ini juga membuat CT sangat

sensitif mendeteksi jumlah lemak, kalsium dan material kontras.

Sama seperti radiografi polos, objek dengan densitas tinggi

menghasilkan pancaran sinar-x lemah karena itu terlihat lebih abu-abu

terang dibandingkan dengan objek dengan densitas rendah. Objek

putih dan abu-abu terang dikatakan sebagai attenuation tinggi,

19

sedangkan objek hitam dan abu-abu gelap dikatakan sebagai

attenuation rendah.6

Keuntungan :

CT dapat digunakan untuk memeriksa semua area pada tubuh.

CT merupakan modalitas pilihan untuk pemeriksaan mediatinum dan

paru bisa juga untuk organ retroperitoneum, gangguan pada organ

solid dan organ pelvik. Pemeriksaan ini sangat bagus untuk

mendeteksi kelainan tulang.6

Kekurangan :6

Bahaya radiasi pengion

Bahaya pemakaian zat kontras

Peralatan tidak bisa dipindahtempatkan

Harga relatif mahal

Beberapa organ sulit divisualisasikan dengan CT, seperti fossa

pituitary dan fossa intrakranial posterior.

Staging trauma ginjal paling akurat dilakukan dengan sarana

CT scan. Teknik noninvasif ini secara jelas memperlihatkan laserasi

parenkim dan ekstravasasi urin, mengetahui infark parenkim

segmental, mengetahui ukuran dan lokasi hematom retroperitoneal,

identifikasi jaringan nonviable serta cedera terhadap organ sekitar

seperti lien, hepar, pankreas dan kolon (Geehan , 2003). CT scan

telah menggantikan pemakaian IVU dan arteriogram. Pada kondisi

akut, IVU menggantikan arteriografi karena secara akurat dapat

memperlihatkan cedera arteri baik arteri utama atau segmental. Saat

ini telah diperkenalkan suatu helical CT scanner yang mampu

melakukan imaging dalam waktu 10 menit pada trauma abdomen

(Brandes , 2003).

5. MRI6

MRI adalah teknik pencitraan yang menggunakan medan

magnet dari atom hidrogen untuk menghasilkan gambar.

20

Jika gambaran CT ditentukan dari densitas dan gambaran

USG ditentukan dari ekogenitas, maka gambaran MRI ditentukan

oleh :

Densitas proton

Lingkungan kimia dari atom hidrogen (contohnya cairan bebas

atau lemak)

Aliran (darah atau cairan ekstra seluler)

Kerentanan magnetik

Waktu relaksasi T1

Waktu relaksasi T2

Keuntungan :

Kontras jaringan lunak yang bagus

Gambaran tulang yang berdekatan lebih jelas daripada CT

Dapat menampilkan gambaran dalam berbagai potongan

Sedikit radiasi pengion

Kekurangan :

Harga sangat mahal

Tidak bisa digunakan pada pasien yang memakai benda asing

(alat pacu jantung)

Menurunkan sensitivitas pada beberapa keadaan (seperti

mikrokalsifikasi dan perdarahan akut)

Detail tulang kurang bagus dibanding CT

21

BAB III

PENUTUP

22

DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo, Basuki. 2003. Dasar-Dasar Urologi Edisi 2. Sagung Seto. Jakarta

2. Rasad, Sjahrial. 2009. Radiologi Diagnostik edisi kedua. Balai Penerbit FKUI.

Jakarta.

3. Price, Sylvia A. 2003. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit

Volume 2 Edisi 6. EGC. Jakarta.

4. www.medscape.com . Diakses pada tanggal 23 Agustus 2013.

5. Malueka, Rusdy Ghazali. 2006. Radiologi Diagnostik. Pustaka Cendekia

Press. Yogyakarta.

6. Imaging for students 2nd edition.David.A.Lisle.2011.london: arnoldpublisher.

23