Nikotin Fix

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok adalah produk yang mengandung zat-zat yang bersifat adiktif (menimbulkan kecanduan), dan jika dikonsumsi dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Karena dalam rokok terdapat kurang lebih 4000 macam zat kimia, antara lain nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik dan dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker, penyakit jantung, impotensia, penyakit darah, emfisema, bronkitis kronik, gangguan kehamilan dan janin serta banyak lagi lainnya (Negoro, 2000). Menurut Cadwell (2001) bahwa dalam sebatang rokok mengandung sekitar 20,9 mg nikotin, namun ha ya sekitar 2 mg nikotin yang terikut masuk ke dalam tubuh perokok. Menurut estimasi WHO, jumlah perokok di dunia diperkirakan sebanyak 1,1 miliar dan sepertiganya berumur 15 tahun. Sedangkan di Indonesia, menurut Syahban, dkk.(2000), dari hasil survey tahun 1998 di 14 propinsi, terdapat sekitar 60% penduduk usia 10 tahun ke atas termasuk golongan perokok. Kecenderungan peningkatan jumlah perokok terutama kelompok anak/remaja disebabkan oleh gencarnya iklan dan promosi rokok di media massa (Anonymous, 1999).

description

nikotin

Transcript of Nikotin Fix

Page 1: Nikotin Fix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rokok adalah produk yang mengandung zat-zat yang bersifat adiktif (menimbulkan

kecanduan), dan jika dikonsumsi dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan

masyarakat. Karena dalam rokok terdapat kurang lebih 4000 macam zat kimia, antara lain

nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik dan dapat mengakibatkan

penyakit seperti kanker, penyakit jantung, impotensia, penyakit darah, emfisema, bronkitis

kronik, gangguan kehamilan dan janin serta banyak lagi lainnya (Negoro, 2000).

Menurut Cadwell (2001) bahwa dalam sebatang rokok mengandung sekitar 20,9 mg

nikotin, namun ha ya sekitar 2 mg nikotin yang terikut masuk ke dalam tubuh perokok.

Menurut estimasi WHO, jumlah perokok di dunia diperkirakan sebanyak 1,1 miliar dan

sepertiganya berumur 15 tahun. Sedangkan di Indonesia, menurut Syahban, dkk.(2000),

dari hasil survey tahun 1998 di 14 propinsi, terdapat sekitar 60% penduduk usia 10 tahun

ke atas termasuk golongan perokok. Kecenderungan peningkatan jumlah perokok terutama

kelompok anak/remaja disebabkan oleh gencarnya iklan dan promosi rokok di media

massa (Anonymous, 1999).

Ada dua jenis produk rokok di Indonesia yaitu rokok putih dan rokok kretek. Rokok

putih sudah dikenal di seluruh dunia, namun rokok kretek merupakan produksi yang unik

dari Indonesia. Berdasarkan bahan dan ramuan, rokok digolongkan menjadi beberapa jenis

yaitu:

Rokok kretek, yakni rokok yang memiliki ciri khas adanya campuran

cengkeh pada tembakau rajangan yang menghasilkan bunyi kretek-kretek

ketika dihisap (Anonymous, 2001).

Rokok putih, adalah rokok dengan atau tanpa filter menggunakan tembakau

virginia iris atau tembakau lainnya tanpa menggunakan cengkeh, digulung

Page 2: Nikotin Fix

dengan kertas sigaret dan boleh menggunakan bahan tambahan kecuali yang

tidak diijinkan berdasarkan ketentuan Pemerintah RI (Anonymous, 1999).

Cerutu, adalah produk dari tembakau tertentu berbentuk seperti rokok dengan

bagian pembalut luarnya berupa lembaran daun tembakau dan bagaian isisnya

campuran serpihan tembakau tanpa penambahan bahan lainnya.

Beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh merokok adalah batuk menahun,

penyakit paru-paru, ketidak suburan, gangguan kehamilan dan janin, serta kanker.

Merokok juga mempertinggi kerentanan dan mempercepat seseorang mendapat AIDS.

Misalnya yang seharusnya menderita AIDS dalam setahun, karena merokok AIDS akan

datang dalam setengah tahun. Tingginya tingkat kematian karena kebiasaan merokok

tembakau mencapai 57 ribu orang/tahun (Suharjo dan Saputro, 2003). Serta ditunjang

lemahnya peraturan Pemerintah tentang pembatasan kadar nikotin dan tar dalam sebatang

rokok (Adiningsih, 2002).

1.2 Tujuan

Tujuan dalam praktikum penetapan kadar nikotin dalam rokok adalah untuk

mengetahui kadar nikotin dalam sampel rokok.

1.3 Metode

Metode yang di gunakan dalam praktikum penetapan kadar nikotin dalam rokok

adalah menggunakan metode asidimetri.

1.4 Prinsip

Prinsip penetapannya adalah reaksi penetralan asam basa, nikotin yang merupakan

senyawa alkaloid yang bersifat basa lemah bereaksi dengan HCl akan mengikat satu H+

akan melepaskan ion Cl-. Reksi ini terjadi pada kisaran pH 6,0-6,2 sehingga dipakai

Page 3: Nikotin Fix

indicator Merthyl Red (MR). titik akhir titirasi diketahui dengan terbentuknya warna yang

konstan.

Page 4: Nikotin Fix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm

(bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun

tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan

membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain. Rokok biasanya dijual

dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan

mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut

juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya

kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan

jantung (walapun pada kenyataanya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi).

Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen, dan setidaknya 200 diantaranya

dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan

karbon monoksida.

Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-

paru. Nikotin adalah obat yang bersifat adiktif, sama seperti Kokain dan Heroin. Bentuk

nikotin yang paling umum adalah tembakau, yang dihisap dalam bentuk rokok, cerutu, dan

pipa. Tembakau juga dapat digunakan sebagai tembakau sedotan dan dikunyah (tembakau

tanpa asap). Walaupun kampanye tentang bahaya merokok sudah menyebutkan betapa

berbahayanya merokok bagi kesehatan tetapi pada kenyataannya sampai saat ini masih

banyak orangyang terus merokok. Hal ini membuktikan bahwa sifat adiktif dari nikotin

adalah sangat kuat. Secara perilaku, efek stimulasi dari nikotin menyebabkan peningkatan

perhatian, belajar, waktu reaksi, dan kemampuan untuk memecahkan masalah. Menghisap

rokok meningkatkan mood, menurunkan ketegangan dan menghilangkan perasaan

depresif. Pemaparan nikotin dalam jangka pendek meningkatkan aliran darah serebral

tanpa mengubah metabolisme oksigen serebral. Tetapi pemaparan jangka panjang disertai

dengan penurunan aliran darah serebral, berbeda dengan efek stimulasinya pada sistem

saraf pusat, bertindak sebagai relaksan otot skeletal. Komponen psikoaktif dari tembakau

adalah nikotin.

Page 5: Nikotin Fix

Nikotin adalah zat kimia yang sangat toksik. Dosis 60 mg pada orang dewasa dapat

mematikan, karena paralisis (kegagalan) pernafasan. Ketergantungan Nikotin berkembang

cepat karena aktivasi sistem dopaminergik area segmental ventral oleh nikotin (sistem yang

sama dipengaruhi oleh Kokain dan Amphetamin). Perkembangan ketergantungan

dipercepat oleh faktor sosial yang kuat yang mendorong merokok dalam beberapa

lingkungan dan oleh karena efek kuat dari iklan rokok. Orang kemungkinan merokok jika

orangtuanya atau saudara kandungnya merokok dan yang berperan sebagai model peran

atau tokoh identifikasi merokok. Ada penelitian terakhir juga menyatakan suatu diatesis

genetik ke arah ketergantungan nikotin. Karbon monoksida adalah zat yang mengikat

hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen.

Efek racun pada rokok ini membuat pengisap asap rokok mengalami resiko jika

dibandingkan dengan yang tidak mengisap asap rokok yaitu:

a. 14x menderita kanker paru-paru, mulut, dan tenggorokan

b. 4x menderita kanker esophagus

c. 2x kanker kandung kemih

d. 2x serangan jantung

Rokok juga meningkatkan resiko kefatalan bagi penderita pneumonia dan gagal

jantung, serta tekanan darah tinggi. Menggunakan rokok dengan kadar nikotin rendah tidak

akan membantu, karena untuk mengikuti kebutuhan akan zat adiktif itu, perokok

cenderung menyedot asap rokok secara lebih keras, lebih dalam, dan lebih lama.

Asap rokok mengandung sekitar 4000 senyawa, antara lain nikotin, ter dan 3,4-

benozopiren, karbon monok-sida, karbon dioksida, nitrogen oksida, amonia, sulfur.

Nikotin, suatu alkaloid yang sudah lama dikenal, dalam asap rokok lama kelamaan akan

tera-kumulasi pada dinding pembuluh darah perokok menyempitkan pembuluh darah.

Nikotin dalam asap rokok yang masuk ke paru-paru dengan cepat diabsorpsi dari paru-paru

ke dalam darah dan efisiensinya hampir sama dengan apabila diberikan secara intravena.

Senyawa ini mencapai otak dalam waktu 8 detik setelah inhalasi.

Bahan utama rokok adalah daun tembakau (Nicotiana tabacum) kering yang

merupakan sumber utama nikotin. Di Indonesia, di samping rokok putih, banyak beredar

rokok kretek berfilter maupun tanpa filter Penelitian ini bertujuan menentukan kadar

Page 6: Nikotin Fix

nikotin dalam asap rokok beberapa rokok putih, kretek berfilter dan tanpa filter yang

disimulasi menggunakan alat simulasi perokok aktif dan filter rokok yang diambil dari sisa

rokok yang dibakar dengan alat simulasi perokok aktif dan filter rokok dari suka-relawan.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lingkungan asap rokok adalah

penyebab berbagai penyakit, dan juga dapat mengenai orang sehat yang bukan perokok.

Paparan asap rokok yang dialami terus-menerus pada orang dewasa yang sehat dapat

menambah resiko terkena penyakit paru-paru dan penyakit jantung sebesar 20 - 30 persen.

Lingkungan asap rokok dapat memperburuk kondisi seseorang yang mengidap penyakit

asma, menyebabkan bronkitis, dan pneumonia. Asap rokok juga menyebabkan iritasi mata

dan saluran hidung bagi orang yang berada di sekitarnya. Pengaruh lingkungan asap

tembakau dan kebiasaan ibu hamil merokok dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada

anaknya bahkan sebelum anak dilahirkan. Bayi yang lahir dari wanita yang merokok

selama hamil dan bayi yang hidup di lingkungan asap rokok mempunyai resiko kematian

yang sama.

Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang

diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dan sejumlah contoh tertentu yang

akan dianalisis. Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan - larutan yang

konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetri. Dalam analisis larutan asam dan basa,

titrasi melibatkan pengukuran yang seksama, volume – volume suatu asam dan suatu basa

yang paling tepat saling menetralkan. Analisis volumetrik dibagi menjadi titrasi netralisasi

(asam – basa) yang terdiri dari asidimetri dan alkalimetri. Asidimeri merupakan penetapan

kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa basa dengan menggunakan baku asam.

Sebaliknya, alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam

dengan menggunakan baku basa (Mursyidi, 2006).

Page 7: Nikotin Fix

2.2 Tinjauan Bahan1) Aquadest (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : Aqua Destilata

Nama Lain : Aquadest / Air suling

RM / BM : H2O 18,02 g/mol

Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa

Kegunaan : Sebagai pelarut

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

2) HCl (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : Acidum Hydrochloridum

Nama Lain : Asam Klorida

RM / BM : H2O / 36,5 g/mol

Pemerian : Cairan jernih berbau tajam menyengat

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, etanol, agak sukar larut dalam

klorofrom

Kegunaan : Sebagai zat tambahan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

3) Na2 B4 O7 (Ditjen POM, 1995)

Nama Resmi : Natri Tetraboras

Nama Lain : Natrium Tetraborak

RM / BM : Na2 B4 O7 10 H2O / 381,37

Pemerian : Hablur, tidak berwarna (cairan), tidak berbau. Larutan bersifat

basa terhadap fenol tulein

Kelarutan : Larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih dan gliserin,

tidak mudah larut dalam etanol P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

4) Indikator Metil Red (Ditjen POM, 1995)

Nama Resmi : Tropoelin, METIL RED

Nama Lain : Metil Merah

RM / BM : C14 H14 N3 Na O35 / 327,33 g/mol

Pemerian : Serbuk jingga, kekuningan

Page 8: Nikotin Fix

Kelarutan : Mudah larut dalam air panas, sukar larut dalam air dingin, sangat

sukar larut dalam air dingin, sangat sukar larut dalam etanol.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai indikator asam basa

5) Etanol (Ditjen POM, 1995)

Nama Lain : Etanol

Nama Resmi : Aethanolum

RM / BM : C2 H60 / 46,07 g/mol

Pemerian : mudah menguap, jernih, tidak berwarna, bau khas.

Kelarutan : Larut dalam air dan praktis bercampur dengan semua pelarut

organik.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

2.3 Reaksi 1. Reaksi standarisasi HCL dengan Na2B4O7

Na2B4O7 + 2 HCl H2B4O7 + 2 NaCl

2. Reaksi penetapan kadar nikotin

Page 9: Nikotin Fix

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat

Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah buret, beker glass, erlenmeyer,

tabung reaksi pipet tetes, gelas ukur, corong pisah, labu iod, batang pengaduk timbangan

kasar dan peralatan gelas lain yang mendukung.

4.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel rokok filter dan kretek, ,

larutan NaOH 20 dalam alkohol, eter, petrolium eter, H2SO4 pekat, HCl pekat, indikator

metal merah, aquades dan Na2B4O7 0,01 N, etanol.

5.1 Prosedur

1. Standarisasi HCl dengan Na2B4O7

1.

2. Penetapan Kadar Nikotin

1. Dimasukkan 10 ml Na2B4O7 0,07 N

2. Dituang di labu Erlenmeyer 250 ml

3. Ditambahkan indikator Methil Red 1% 3 tetes

4. Dititrasi dengan HCl sampai terjadi perubahan warna dari

oranye, menja merah.

HASIL

Na2B4O7

Page 10: Nikotin Fix

1. Dimasukkan 1 gram bahan dalam labu iod

2. Ditambahkan larutan NaOH 20% sebanyak 1 ml

3. Diaduk sampai rata dengan batang pengaduk

4. Ditambahkan eter sebanyak 20 ml lalu ditutup rata, gojog sampai

homogen

5. Didiamkan selama 1 jam di lemari es, hingga bagian eter berubah

menjadi jernih

6. Dipipet 10,0 ml dengan alat penghisap, dituang di labu erlenmeyer

7. Diuapkan eter sampai eter tersisa kurang lebih 2 ml selama 2 menit

8. Ditambahkan aquadest sebanyak 10 ml dan indikator MR 0,7% sebanyak

2 tetes

9. Dititrasi dengan larutan standar HCl 0,07 N sampai terbentuk warna

merah konstan.

HASIL

Sampel

Page 11: Nikotin Fix

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data hasil Pengamatan

4.1.1 Standarisasi

No Perlakuan Pengamatan

1. Dimasukkan 10 ml Na2B4O7 kedalam labu

erlenmeyer 250 ml

Larutan Na2B4O7 berwarna

jernih

2. Ditambahkan indikator methil orange 1% tetes Larutan MO 1% berwarna

oranye, larutan campuran

oranye

3. Dititrasi dengan HCl sampai terjadi perubahan warna

dari oranye menjadi merah

Larutan HCl berwarna jernih,

larutan campuran berwarna

merah. V1 = 8,15 ml

V2 = 8,10 ml

4.1.1 Penetapan kadar

No. Perlakuan Pengamatan

1. Dimasukkan 1 gram bahan dalam labu,

ditambahkan larutan NaOH 20% sebanyak

1 ml

Sampel rokok filter “Surya” berbentuk

rajangan tembakau warna coklat.

NaOH 20 % warna jernih.

2. Diaduk sampai rata dengan batang

pengaduk. Batang pengaduk dilap dengan

kapas tersebut sekaligus dimasukkan ke

lab. iod

Larutan campuran, sampel tembakau

rokok filter dibasahi oleh NaOH 20%

3. Ditambah 20 ml eter tutup rapat digojog

dengan rata sampai homogen

Eter berwarna jernih

4. Diamkan selama 1 jam didalam lemari es

hingga bagian atas (eter) menjadi jernih

Larutan bagian atas berwarna jernih

5. Dipipet 10 ml dengan alat penghisap Larutan berwarna jernih kecoklatan

Page 12: Nikotin Fix

masukkan dalam labu erlenmeyer

6. Diuapkan eter sampai tersisa kurang lebih

2 ml selama 2 menit. Ditambahkan

aquadest 10 ml dan tetes indikator MR

0,1%

Larutan yang ditambah MR 0,1%

berubah menjadi larutan berminyak

7. Dititrasi dengan HCl 0,01 N sampai warna

merah konstan

Larutan hasil berwarna merah konstan

4.2 Data Hasil Percobaan

4.2.1 Standarisasi HCl dengan Na2B4O7

No. Baku Primer Volume (ml) Baku Sekunder Volume (ml)

1. Na2B4O7 70,0 ml HCl 8,150

2. 8,100

Rata-rata = 8,130

4.2.2 Penetapan Kadar

No. Sampel Volume (ml) Baku Sekunder Volume (ml)

1. Rokok Filter “Surya” 10 ml HCl 22,5

4.1 Data Hasil Praktikum

No. Sampel Kadar % Etiket

1. Rokok Klobot 1,78 -

2. Rokok Filter “Surya” 4,4897 2,2 mg / 0,22%

4.3 Perhitungan

4.3.1 Standarisasi HCl dengan Na2B4O7 0,01 N

V.N (HCl) = V.N (Na2B4O7)

8,13 x N = 10 x 0.01

N = 0,0123 N

4.2 Penetapan kadar

Page 13: Nikotin Fix

Kadar nikotin = (ml x N ) HCl x1,6233

0,01mg bahan

x100 %

= 22,5 x 0,01233 x1,6233

0,011000

x 100 %

= 4,4897%

4.3 Pembahasan

Praktikum penetapan kadar nikotin dalam rokok menggunakan metode sidimetri.

Metode asidimetri berprinsip sebagai reaksi penetralan asam basa. Penetapan kadar nikotin

pada sampel rokok menggunakan Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah

buret, beker glass, erlenmeyer, tabung reaksi pipet tetes, gelas ukur, corong pisah, labu iod,

batang pengaduk timbangan kasar dan peralatan gelas lain yang mendukung. Alat-alat

tersebut harus di cuci dan di bersihkan terlebih dahulu agar terhindar dari kotoran-kotoran

alat-alat sisa reagen yang menempel. Kemudian, dibilas dengan aquades untuk

mengkalibrasi. Labu iod harus dicuci dengan bersih dan baik, labu iod berperang untuk

penetapan kadar, karena alat untuk penetapan kadar nikotin.

Penetapan kadar nikotin dalam rokok di lakukan dalam beberapa tahap, yakni tahap

pertama standarisasi dan tahap kedua penetapan kadar. Standarisasi pada praktikum ini

adalah dilakukan standarisasi HCL dengan Na2B4O7. Untuk mengetahui normalitas HCl.

Standarisasi dimulai dengan menyiapkan alat-alat yang bersih dan telah dikalibrasi, dan

bahan-bahan atau reagen-reagen yang telah disiapkan. Standarisasi HCL dengan Na2B4O7,

dengan baku primer Na2B4O7 Pertama dilakukan di pipet 10,0 mL Na2B4O7 0,01 N dituang

Erlenmeyer 250mL. larutan tersebut berwarna jernih, kemudian di tambahkan dengan

indicator metil orange sebanyak 3 tetes sampai larutan bercampur berwarna orange.

Dititrasi dengan HCl sampai terjadi perubahan warna dari orange menjadi merah. Pada

standarisasi ini batu primer adalah Na2B4O7 dan baku sekunderadalah HCl. Standarisasi

dilakukan 2 kali replikasi yang masing masing memiliki volume yang berbeda.

Tahap kedua yaitu penetapan kadar nikotin dalam rokok. Pertma-tama disiapkan alat-

alat dan reagen yang dibutuhkan. Alat-alat ini harus bersih dan kering karena untuk tidak

Page 14: Nikotin Fix

mempengaruhi hasil akhir. Petama diitambah satu gram bahan atau sampel rokor kemudian

dimasukkan abu iod. Ditambahkan larutan NaOH 20% sbanyak satu ml. penambahan

NaOH 20% untuk meikat nikotin, karena nikotin tidak dapat ditritasi langsung dengan

baku sekunder HCl. Kemudian diaduk dengan rata sampai rokok terbasahi semua oleh

NaOH menggunakan batang pengaduk. Batanng pengaduk dilap menggunakan kapas, dan

kapas tersubut sekaligus dimasukan kedalan iod. Setelah semua tercampur rata,

ditambahkan eter 20ml lalu ditutup rapat. Eter yang ditambahkan merupakan petroleum

eter, fungsi penambahan ini untuk meralutkan nikotin yang ada dalam rokok. Kemudian

dikocok dengan rata sampai homogeny sambil menekan tutupnya kuat-kuat. Pengocokan

ini dilakukan dengan labu iod dengan cara seperti mengguknakan corong pisah. Setelah

dikocok didiamkan selama 1 jam dalam lemari es hingga didapatkan bagian atas (eter)

menjadi jernih. Selama menunggu 1 jam, dipersiapkan buret yang telas dicuci bersih dan

telah dikalibrasi dengan aquades dan larutan baku sekunder HCl 0,01 N untuk digunakan

ditrasi penekanan kadar. Setelah didapatkan bagian atas ( eter ) jernih, dipipet 10,0 ml

dengan menggunakan alat penghisap. Kemudian dimasukkan dalam labu Erlenmeyer.

Yang bersih. Labu Erlenmeyer berisi eter diuapkan sampai eter perisisa 2 ml dengan

penguapan menggunakan air panas selama 2 menit. Ditambahkan aquades 10ml untuk

peralut dan ditambahkan 2 tetes indicator metal red 0.01%. selama penguapan harus

ditutup mulut Erlenmeyer dengan rapat. Dilitrasi dengan larutan standar HCl 0,01N sampai

tebentuk warna merah konstral.

Hasil dari standarisasi Na2B4O7. Dengan HCl didaatkan voleme pertama 7,300ml dan

volume kedua 7,300ml denga 2 kali replikasi. Hasil tersebut didapatkan volume rata-rta

7,300ml. normlitas diketahui dari standarisasi yakni 0,0137N. penetapa kadar nikotin

dalam rokok dilakukan dua kelompok dengan sampel berbada yakni kelompok 1 dan 4

dengan sampel rokok klobot ( non filter), sedangkan klompok 2 dan 3 sampel rokok filter.

Kedua sampel tersebut sangat berbeda pada rokok kelobot ( non filter) ini dibuat dengan

menambahkan tembakau dan cengkeh dengan dibungks dengan klobot atau daun jagung

kering dan diikat. Pada dasarnya rokok klobot ini sangat mudah dibuat dan diracik.

Sedangkan pada rokok filter ini cara pembuatan telah menggunakan alat canggih dan

dibungkus dengan kertas dan terdapat filter yang berguna untuk menyaring. Pada tingkat

produksi pada rokok filter jauh lebih mahal, tetapi ada juga merek rokok kretek atau klobot

Page 15: Nikotin Fix

juga mahal karna menggunakan tembakau kering kemudian ditambahkan bahan lainnya.

Kadar nikotin yang dihasilkan lebih besar rokok klobot atau kretek ( non filter)

dibandingkan rokok.

Hasil penetapan kadar kelompok 4 dengan sampel rokok klobot yakni 1,78% , pada

kelompok 1 sampel klobot 1,6%. Hasil pada sampel filter pada kelompok 2 4,49% dan

kelompok 3 4,49%. Hasil pada kelompok 2 dan 3 melebihi batas syarat kadar maksimal

menurut SNI-0766-1989-A yaitu sebesar 2 persen. Sedangkan pada hasil kelompok 1 dan 4

tidak ada eliketnya. Factor yang dapat mempengaruhi hasil yakni dikarenakan komposisi

bahan yang digunakan dalam pembuatan rokok selain itu perbedaan jenis tembakau juga

dapat mempengaruhi hasil. Praktikan kurang teliti pada pembacaan titik akhir litrasi.

Penetapan kadar nikotin dalam rokok yang telah didapatkan, sebaiknya untuk semua

masyarakat tidak mengkonsumsi rokok berlebihan karena kandungan nikotin pada rokok

sangat membahayakan tubuh dan merugikan tubuh juga menimbulkan penyakit.

Page 16: Nikotin Fix

BAB VI

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktekum penetapan kadar nikotin dalam rokok dengan sempel

rokok non filter (kretek) didapatkan hasil kadar terbesar 1,78%.

5.2 Saran

1. Perhatikan jumlah sempel yang dibutuhkan dan cara penanganan sampel.

2. Perhatikan jumlah reagen yang dibutuhkan.

3. Alat-alat yang digunakan harus bersih dan tertata rapi

4. Harus enggunakan APD ( alat pelindung diri)

5. Praktekum harus memahani dan mengerti prsedur yang akan dilakukan

6. Praktekum harus sesuai dengan prsedur yang dilakukan.

7. Jaga kebersihan pada waktu praktekum.

8. Berhati-hati dalam praktekum.

9. Setelah melakuna praktekum harus meminun susu segar agar menetralkan tubuh

dan badan tetap sehat.

Page 17: Nikotin Fix

DAFTAR PUSAKA

Anonymous, 2008. “Penetapan kadar nikotin pada rokok”. {online}

https://www.acedemia.edu/5667664/penetapan-kadar-nikotin-pada-rokok.com

diakses pada tanggal 21 Mei 2015

Alanuir. Ri.1992. “Penetapan kadar nikotin dalam berbagai merek yang beredar di Sumatra

Barat”. Padang : IKIP Padang.

Dirjen, POM.1979. “ Farmakope Indonedia III ”. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Dirjen, POM.1995. “ Farmakope Indonedia IV.” Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Ganjhar, Ibnu Gholib.2007. “Kimia Farmasi Analisis”.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Page 18: Nikotin Fix

LAMPIRAN

1. NaOH 20 % 10 ml

g= 20100

× 10

= 2 gram

Cara pembuatan :

Ditimbang NaOH sebanyak 2 gram.

Dimasukan kedalam beaker glass 50

ml.

Dilarutkan dengan 5 ml aquadest

bebas CO2 kemudian diaduk sampai

larut.

Ditambahkan aquadest bebas CO2

sampai tanda bebas 10 ml, kemudian

diaduk sampai homogeny

2. Na2B4O7 0,01N 250 ml

g=N ×BMVal

×Vol

1000

¿0,01 ×381,37

2501000

=0,4767 gram .

Cara pembuatan

Ditimbang Na2B4O7 sebanyak

0,4767 gram, dimasukan

kedalam beaker glass 250 ml.

Ditambahkan aquadest panas ±

50 ml, diaduk sampai larut

Dimasukkan kedalam labu

ukur 250 ml dan ditambahkan

aquadest dingin sampai tanda

batas

Kocok sampai homogeny.

3. HCl 0,01 N 1000 ml

V x N = V x N

V x 12 = 1000 x 0,01

V = 0,833 ml

Cara pembuatan :

Dipepet HCl pekat sebanyak

0,83 ml, dituang di beaker

glass yang sudah terisi

aquades.

Ditambahkan aquades 500ml

sampai tanda batas, aduk

sampai homogeny.

Dimasukkan dalam labu ukur

1000 ml, di tambahkan

aquades sampai tanda batas.

Kocok hingga homogeny dan

larut.

Page 19: Nikotin Fix