Nerve Entrapment - Fida

download Nerve Entrapment - Fida

of 39

description

kk

Transcript of Nerve Entrapment - Fida

Fida Khalidah Ziah Nerve Entrapment Syndromes

Fida Khalidah Ziah Nerve Entrapment Syndromes

BAB IPENDAHULUAN

Nerve entrapment syndromes merupakan sindroma jepitan saraf perifer merupakan gangguan fungsi saraf perifer oleh karena posisi yang abnormal atau gangguan vaskularisasi yang menyebabkan iskemi pada saraf. Persarafan dalam tubuh kita dilindungi oleh tulang, ligamentum dan otot. Daerah tersebut sewaktu-waktu dapat menyempit dan menjepit saraf di daerah itu. Jika penyempitan berlangsung lama , aliran darah dan nutrisi ke sel saraf terganggu, akibatnya sel saraf mati dan akan menimbulkan kerusakan yang permanen. Kerusakan tersebut dapat berupa hilangnya sensasi atau fungsi. Hal ini tergantung pada saraf dan daerah yang terjepit.Nerve entrapment syndromes akibat dari kompresi atau penekanan pada saraf di salah satu titik perambatannya yang biasanya terjadi pada ekstremitas atas. Nerve entrapment syndromes biasanya terjadi di dekat persendian dimana saraf melewati terowongan jaringan fibrosa. Nerve entrapment syndromes dapat menyebabkan gangguan fungsi ekstremitas dan jika tidak ditangani akan menyebabkan tingkat morbiditas yang cukup berarti. Bahkan pada beberapa kasus akan sulit untuk pulih seperti sediakala. Oleh karena itu, kemampuan untuk mendiagnosis dan menangani neuropati kompresif sedini mungkin merupakan hal yang penting.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1Anatomi Saraf PeriferSaraf perifer merupakan suatu kumpulan akson yang menghantarkan impuls eferen (motorik) dari sel di cornu anterior medulla spinalis menuju otot, dan impuls aferen (sensorik) dari reseptor perifer menuju sel di root ganglia posterior medulla spinalis. Saraf juga menghantarkan serabut sudomotor dan vasomotor dari sel ganglion di jalur simpatis. Beberapa saraf cenderung bersifat motoris, beberapa lainnya bersifat sensoris, trunchus yang lebih besar merupakan gabungan dari akson motoris dan sensoris yang berjalan dalam rangkaian yang terpisah.Masing-masing akson merupakan sebuah proses perpanjangan dari sebuah sel saraf atau neuron. Badan sel dari motor neuron yang mensuplai otot-otot perifer mengelompok di cornu anterior medulla spinalis; sebuah motor neuron beserta akson-nya panjangnya bisa berukuran hingga satu meter. Badan sel dari neuron sensoris yang mensuplai trunchus dan ekstremitas, terletak di dorsal root ganglia dan tiap neuron memiliki akson yang memanjang dari perifer ke badan sel dan yang lainnya dari badan sel ke medulla spinalis.Akhiran perifer dari seluruh neuron kemudian bercabang. Sebuah motor neuron dapat menginnervasi dari 10 sampai beberapa ribu serabut otot, rasionya bergantung pada derajat kebutuhan dari otot-otot tertentu (semakin kecil rasio, semakin halus pergerakannya). Yang tidak jauh berbeda, cabang-cabang perifer dari masing-masing neuron sensoris dapat menginnervasi dari hanya sebuah bundle otot sampai permukaan kulit yang cukup luas. Sinyal atau potensial aksi yang dibawa oleh motor neuron ditransmisikan menuju serabut otot melalui pelepasan neurotransmitter, asetilkolin, di ujung terminal dari saraf. Sinyal sensoris dihantarkan ke dorsal root ganglia dan dari sini kemudian menuju columna ipsilateral dari medulla spinalis, melalui batang otak dan thalamus, menuju korteks (sensoris) yang berlawanan. Impuls proprioseptif dari bundle otot dan sendi melewati jalur ini dan dibawa menuju sel di cornu anterior medulla spinalis sebagai bagian dari reflekslokal. Keuntungan dari sistem ini untuk meyakinkan bahwa survival mechanism, seperti sistem keseimbangan dan sistem sensoris posisi terhadap ruang, diaktivasi dengan cepat.

Gambar 1. Struktur penampang melintang saraf perifer.

Pada saraf perifer, seluruh akson motorik dan akson sensorik yang peka terhadap sentuhan, nyeri dan proprioseptif, diselubungi oleh myelin, sebuah membran lipoprotein berlapis yang berasal dari sel Schwann. Setiap millimeter dari selubung myelin tersusun terputus-putus, meninggalkan segmen pendek dari akson bebas yang disebut Nodus Ranvier. Impuls saraf meloncat dari nodus ke nodus dengan kecepatan elektrik, bahkan bisa lebih cepat apabila akson tidak diselubungi. Sebagai konsekuensi, berkurangnya selubung nielin dapat menyebabkan penurunan kecepatan atau bahkan hambatan total dari konduksi aksonal. Sebagian besar akson, terutama serabut dengan diameter kecil yang membawa sensasi kasar dan serabut simpatis eferen, tersusun tanpa myelin namun diselubungi oleh sitoplasma sel Schawnn. Kerusakan pada akson ini dapat menyebabkan sensasi tidak nyaman dan berbagai macam efek sudomotor dan vasomotor. Diluar dari membran sel Schwann, akson diselubungi oleh lapisan jaringan ikat yang disebut endoneurium. Akson yang menyusun sebuah saraf dibagi menjadi bundles/ fasikel oleh sebuah membran yang cukup tebal yang disebut perineurium. Pada penampang melintang dari saraf, fasikel terlihat di permukaan, selubung perineuralnya jelas terlihat dan cukup kuat untuk dipegang menggunakan instrumen bedah saat operasi nerve repair. Sekelompok fasikel yang menyusun trunchus saraf diselubungi oleh lapisan jaringan ikat yang lebih tebal yang disebut epineurium. Epineurium berbeda-beda dalam ketebalannya dan cukup kuat dimana saraf berfungsi pada pergerakan dan traksi, misalnya saraf di dekat persendian.Saraf divaskularisasi oleh cukup banyak pembuluh darah yang berjalan secara longitudinal di epineurium sebelum menembus beberapa lapisan sehingga menjadi kapiler endoneurial. Pembuluh darah kecil ini dapat rusak oleh tarikan atau perlakuan kasar pada saraf, namun pembuluh darah ini dapat menahan mobilisasi ekstensif dari saraf, sehingga membuatnya mungkin untuk diperbaiki atau mengganti segmen yang rusak melalui operasi transposisi atau neurotisasi.pembuluh darah yang kecil ini memiliki suplai saraf simpatisnya sendiri yang berasal dari saraf induk dan stimulasi dari serabut-serabut ini (menyebabkan vasokonstriksi intraneural) merupakan hal yang penting pada kondisi seperti distrofi reflex simpatis dan sindrom nyeri lainnya.2.2 Persarafan Ekstremitas AtasInnervasi Ekstremitas Superior Secara umum, extremitas superior dipersarafi oleh cabang-cabang plexus brachialis. Cabang-cabang terminal plexus brachialis adalah N.musculocutaneus, N.medianus, N.ulnaris, dan N.radialis. a. Nervus medianus Dibentuk oleh radix superior dari fasciculus lateralis dan radix inferior dari fasciculus medialis, berada di sebelah lateral arteria axillaris. Dibentuk oleh serabut saraf yang berpusat pada medulla spinalis segmental C5 Thoracal 1. Sepanjang brachium n.medianus berjalan berdampingan dengan arteria brachialis, mulamula berada di sebelah lateral, lalu menyilang di sebelah ventral arteria tersebut kira-kira pada pertengahan brachium, selanjutnya memasuki fossa cubiti dan berada di sebelah arteria brachialis. Di dareah brachium nervus ini tidak memberi percabangan. Memasuki daerah antebrachium, n.medianus berada di antara kedua caput m.pronator teres, berjalan ke distal di bagian medial antebrachium, oleh karena itu disebut nervus medianus, berada di sebelah profunda m.flexor digitorum sublimis. Di regio antebrachium, nervus ini mempersarafi m.flexor pollicis longus, pars lateralis m.flexor digitorum profundus, dan m.pronator quadratus.b. Nervus ulnaris Merupakan cabang utama dari fasciculus medialis, berada di sebelah medial a.axillaris, selanjutnya berada di sebelah medial a.brachialis. Pada pertengahan brachium, saraf ini berjalan ke arah dorsal menembusi septum intermusculare medial, berjalan terus ke caudal dan berada pada facies dorsalis epicondylus medialis humeri, yaitu di dalam sulcus nervi ulnaris humeri. Di daerah brachium n.ulnaris tidak memberi percabangan. Saraf ini masuk regio anterbrachium dengan melewati celah antara kedua caput m.flexor carpi ulnaris, lalu berjalan di antara m.flexor carpi ulnaris dan m.flexor digitorum profundus. Di sebelah distal pertengahan antebrachium n.ulnaris memberi dua cabang cutaneus, yaitu:1) ramus dorsalis, yang berjalan ke dorsal, berada di sebelah parofunda tendo m.flexor carpi ulnaris, mempersarafi kulit pada sisi ulnaris manus dan facies dorsalis 1 jari, sejauh phalanx intermedia;2) ramus palmaris, yang mempersarafi kulit sisi ulnaris pergelangan tangan dan manus. Pada regio manus, n.ulnaris terbagi ke dalam ujung-ujung terminal, yaitu:1) ramus superficialis, mempersarafi m.palmaris brevis, lalu terbagi dua membentuk nn.digitales palmares communes. Cabang ini mempersarafi kulit 1 jari bagian medial, pada facies palmaris seluruhnya dan pada facies dorsalis sampai phalanx distalis; 2) ramus profundus, yang berjalan bersama dengan arteri ulnaris, mempersarafi otototot hypothenar, memberi dua buah cabang yang masing-masing menuju ke ruang interossea, bersifat motoris untuk mm.interossei. Juga mempersarafi kedua otot lumbricales bagian medial. Ramus profundis ini berakhir dengan mempersarafi m.adductor pollicis dan m.interosseus palmaris I.c. Nervus radialis Merupakan cabang terbesar dari plexus brachialis, merupakan lanjutan dari fasciculus posterior. Berjalan menyilang pada tendo m.latissimus dorsi, melewati tepi caudal m.teres major, di antara caput longum m.triceps brachii dan humeris. Saraf ini berjalan ke distal melingkari humerus, berada di dalam sulcus spiralis bersama dengan arteria profunda brachii. Tiba pada sisi lateal brachium n.radialis menembusi septum intermusculare lateral, berjalan di antara m.brachialis dan m.coracobrachialis, di sebelah ventral epicondylus lateralis humeri, terbagi menjadi ramus superficialis dan ramus profundus. Ramus superficialis nervi radialis merupakan lanjutan dari n.radialis, berjalan pada sisi lateral antebrachium, ditutupi oleh m.brachioradialis. Setelah mencapai facies dorsalis pergelangan tangan, nervus ini bercabang dua mementuk ramus lateralis dan ramus medialis. Ramus lateral kecil dan mempersarafi kulit bagian radialis. Ramus medialis mengadakan anastomose dengan cabang-cabang nervus cutaneus antebrachii lateralis dan ramus dorsalis nervi ulnaris, selanjutnya membentuk 4 buah nervus digitalis dorsalis, yang mempersarafi sisi ulnaris jari I, sisi radialis jari II, sisi ulnaris jari III dan sisi radialis jari III, sisi ulnaris jari III dan sisi radialis jari IV. d. Nervus musculocutaneus Merupakan cabang dari fasciculus lateralis dan berpusat pada medulla spinalis segmen C 5 7, menembusi m.coracobrachialis, berjalan menyilang le arah lateral di antara m.biceps brachii dan m.brachialis. Memberi cabang ramus muscularis untuk m.coracobrachialis, m.biceps brachii, dan m.brachialis. Saraf ini berjalan meninggalkan tepi lateral m.biceps brachii, tembus fascia, melanjutkan diri sebagai nervus cutaneus antebrachii lateralis, yang mempersarafi facies lateralis regio antebrachium.

Gambar 2. Persarafan ekstremitas atas.

Gambar 3. Innervasi saraf di anggota gerak atas

2. 3Persarafan Ekstremitas Bawah

Gambar 4. Innervasi saraf ekstremitas bawah

REGIO GLUTEAKulit di regio glutea dipersarafi oleh :1. r.cutaneus n.intercostalis XII2. r.cutaneus lateralis n.iliohypogastrici3. nn.clunium superiores4. nn.clunium medii5. nn.clunium inferiores mediales6. nn.clunium inferiores lateralis.

1. R.cutaneus n.intercostalis XIIRamus anterior nervus spinalis Thoracalis XII berjalan sepanjang tepi caudal costa XII, sehingga saraf ini disebut n.subcostalis, menyilang permukaan ventral m.quadratus lumborum, menembusi m.transversus abdominis, berjalan ke arah ventral, memberi cabang ke m.pyramidalis. Sekalipun ramus cutaneus lateralis dari saraf ini bentuknya besar, namun ujung terminalnya tidak mempercabangkan ramus anterior dan ramus posterior. Selanjutnya saraf tersebut tadi berjalan menembusi m.obliguus interni et externi abdominis di sebelah cranialis crista iliaca, berjalan ke arah caudal untuk mempersarafi kulit di bagian anterior regio glutea sampai pada trochanter major.2. R.cutaneus lateralis nervi iliohypogastrici.Ramus ini menampakkan diri di sebelah posterior dari r.cutaneus n.intercostalis XII, setelah menembusi m.obliquus internus abdominis dan m.obliquus externus abdominis, melayani kulit pada regio glutea.

3. Nn.clunium superiores.Saraf ini ada tiga buah yang dibentuk oleh ramus lateralis (sensibel) dari ramus posterior n.spinalis L 1 3, menampakkan diri di bagian posterior r.cutaneus lateralis n.hypogastrici, melayani kulit di bagian medial regio glutea.4. Nn.clunium medii.Saraf ini adalah ramus lateralis (sensibel) dari ramus posterior n.spinalis S 13, mempersarafi regio glutea di bagian medial.5. Nn.clunium inferiores mediales.Merupakan cabang dari plexus sacralis, tepatnya berasal dari n.spinalis S 23. Saraf ini berjalan dengan menembusi ligamentum sacrotuberosum, menampakkan diri pada tepi medial m.gluteus maximus, melayani kulit di bagian medial dan inferior regio glutea.6. Nn.clunium inferiores laterales.Berjumlah 3 4 buah saraf yang dipercabangkan oleh n.cutaneus femoris posterior, menampakkan diri pada tepi caudal m.gluteus maximus, berjalan ascendens dan melayani kulit di bagian caudal dan lateral regio glutea.

PLEXUS LUMBALISDibentuk oleh ramus anterior nervus spinalis L 1 4, seringkali juga turut dibentuk oleh ramus anterior nervus spinalis thoracalis XII. Plexus ini berada pada dinding dorsal cavum abdominis, ditutupi oleh m.psoas major.Dari plexus ini dipercabangkan :1. n.iliohypogastricus2. n.ilioinguinalis3. n.genitofemoralis4. n.cutaneus femoris lateralis5. n.obturatorius6. n.femoralisPercabangan-percabangan tersebut tadi mempersarafi dinding cavum abdominis di bagian caudal, regio femoris bagian anterior dan regio cruralis di bagian medial.1. N.iliohypogastricusSaraf ini berpusat pada medulla spinalis segmen thoracalis XII L 1, berjalan di sebelah ventral m.quadratus lumborum, menembusi aponeurosis m.transversus abdominis di bagian posterior di sebelah cranialis crista iliaca. Ketika berada di antara m.transversus abdominis dan m.obliquus internus abdominis saraf ini mempercabangkan ramus cutaneus lateralis dan ramus cutaneus anterior. Selanjutnya ramus cutaneus anterior berjalan menembusi m.obliquus internus abdominis, menembusi aponeurosis m.obliquus externus abdominis kurang lebih 2 cm di sebelah cranial anulus inguinalis superficialis, melayani kulit pada regio pubica.Saraf ini memberi cabang motoris untuk m.obliquus internus abdominis dan m.transversus abdominis.2. N.ilioinguinalisNervus ini berpusat pada medulla spinalis L 1, berada di sebelah ventral dari m.quadratus lumborum, berjalan sejajar dengan n.iliohypogasticus (di sebelah caudalnya), menembusi aponeurosis m.transversus abdomins, berada di antara m.transversus abdominis dan m.obliquus internus abdominis, menembusi otot ini dan berada di antara m.obliquus internus abdominis dan m.obliquus externus abdominis. Selanjutnya mengikuti funiculus spermaticus berjalan di dalam canalis inguinalis, dan melayani kulit pada regio femoris di bagian proximal dan medial, radix penis serta scrotum bagian ventral sebagai rami scrotales anteriores pada pria dan pada wanita mempersarafi mons pubis dan labium majus sebagai rami labiales anteriores.Saraf ini mempercabangkan serabut motoris untuk m.obliquus internus abdominis dan m.transversus abdominis.N.ilioinguinalis kadang-kadang bersatu dengan n.iliohypogastricus.3. N.genitofemoralisBerpusat pada medulla spinalis L 1 2, berjalan ke caudal, menembusi m.psoas major setinggi vertebra lumbalis 3 atau 4, ditutupi oleh fascia transversa abdominis dan peritoneum, dan di sebelah ventral dari m.psoas major saraf ini bercabang dua menjadi ramus genitalis (= n.spermaticus externus) dan ramus femoralis (= n.lumboinguinalis).N.spermaticus externus berjalan ke distal, di sebelah medial dari nervus lumboinguinalis, masuk ke dalam anulus inguinalis internus, berjalan melalui canalis inguinalis dan berada di bagian dorsal funiculus spermaticus (pada wanita mengikuti ligamentum teres uteri). Saraf ini mempersarafi m.cremaster dan kulit scrotum.N.lumboinguinalis berjalan ke distal dan berada di sebelah ventral m.psoas major, berada di sebelah lateral n.spermaticus externus, berjalan bersama-sama dengan a.iliaca externa melewati tepi caudal ligamentum inguinale, selanjutnya berada di sebelah lateral a.femoralis dan sebagian menembusi fascia cribriformis (pada fossa ovalis) dan sebagian lagi menembusi fascial lata, mempersarafi kulit regio femoralis cranio-anterior.4. Ramus cutaneus femoris lateralis.Berasal dari medulla spinalis L 2 3, menampakkan diri pada tepi lateral m.psoas major, yaitu kira-kira pada bagian tengah otot tersebut, menyilang m.iliacus secara oblique menuju ke spina iliaca anterior superior, lalu berjalan melalui tepi caudal ligamentum inguinale, menembusi fascia lata di bagian proximal m.sartoris, melayani kulit regio femoris di bagian antero-lateral sampai setinggi patella.Selain itu terdapat juga cabang-cabang (r.posterior) yang mempersarafi regio femoris di bagian latero-posterior, yaitu mulai dari trochanter major.5. N.obturatoriusDibentuk oleh nervus spinalis L 2 - 4, bersifat motoris untuk mm.adductores. Menampakkan diri pada tepi medial m.psoas major, menyilang di sebelah dorsal vasa iliaca, berada di sebelah lateral vasa hypogastrica dan ureter, mengikuti dinding lateral pelvis minor menuju ke foramen obturatorium. Selanjutnya berjalan melalui canalis obturatorius dan tiba pada daerah mm.adductores; saraf ini mempercabangkan ramus superficialis n.obturatorius (= ramus anterior) yang berada di sebelah ventral m.adductor brevis dan mempersarafi m.adductor longus, m.gracialis, m.adductor brevis serta kulit di daerah femoris medialis (= n.cutaneus femoris medialis) dan cabang lainnya adalah r.profundus n.obturatorius (= r.posterior) yang terletak di sebelah dorsal m.adductor brevis, mempersarafi m.obturator externus dan m.adductor magnus.6. N.FemoralisMerupakan cabang yang terbesar dari plexus lumbalis, dibentuk oleh nervus spinalis L 2 - 4, menampakkan diri pada tepi lateral bagian distal m.psoas major, berjalan di antara m.psoas major dan m.iliacus, ditutupi oleh fascia iliaca, berada di bagian caudal dari ligamentum inguinale, di sebelah lateral arteria femoralis yaitu melalui lacuna musculorum, dan memberi cabang-cabang motoris untuk m.iliacus, m.pectineus dan m.sartorius.Cabang yang lain adalah rami cutanei femoris anteriores yang menembusi fascia lata di sebelah ventral m.sartorius dan mempersarafi kulit di bagian ventral regio femoris sampai setinggi patella.Cabang yang ketiga disebut n.saphenus yang merupakan cabang yang terbesar dan terpanjang dari n.femoralis, mempersarafi regio crunalis di bagian medial, berjalan di sebelah profunda m.sartorius, menyilang di sebelah anterior arteria femoralis, tiba di sebelah medial dari a.femoralis, berjalan di dalam canalis adductorius, lalu menembusi membrana vasto adductoria dan terletak di antara m.sartorius dan m.adductor magnus, menembusi fascia lata di antara tendo m.sartorius dan m.gracialis, berjalan ke caudal bersama-sama dengan vena saphena magna sampai di 1/3 bagian distal crus.

PLEXUS SACRALISDibentuk oleh ramus anterior nervus spinalis L 4 S 3 (S 4) dan berada di sebelah ventral m.piriformis, dipisahkan dari vasa iliaca interna serta ureter oleh suatu lembaran fascia (= fascia pelvis parietalis).Biasanya a.glutea superior berjalan di antara n.spinalis L 5 dan S 1; a.glutea membentuk plexus lumbalis dan juga turut membentuk plexus sacralis).Plexus sacralis melayani struktur pada pelvis, regio glutea dan extremitas inferior.Dari plexus sacralis dipercabangkan :1. n.gluteus superior2. n.gluteus inferior3. n.cutaneus femoris posterior4. nn.clunium inferiores mediales5. N.ISCHIADICUS (= SCIATIC NERVE)6. rr.musculares

1. N.gluteus superiorDibentuk oleh n.spinalis Lumbalis 4 Sacral 1, berjalan melalui foramen suprapiriformis, di sebelah cranialis m.piriformis bersama-sama dengan vasa glutea superior. Bersifat motoris untuk m.gluteus medius, m.gluteus minimus dan m.tensor fascia latae.2. N.gluteus inferiorDibentuk oleh n.spinalis L 5 S 2, meninggalkan pelvis melalui foramen infrapiriformis di sebelah caudalis m.piriformis, berjalan di sebelah profunda m.gluteus maximus, dan memberi innervasi untuk otot tersebut.3. N.cutaneus femoris posteriorDibentuk oleh n.spinalis Sacralis 1 3, berjalan melalui foramen infrapiriformis bersama-sama dengan vasa glutea inferior, berada di sebelah medial dari n.ischiadicus, ditutupi oleh m.gluteus maximus, meninggalkan otot tersebut pada tepi caudalnya, lalu berjalan descendens pada bagian superficial caput longum m.biceps femoris, berada di sebelah profunda fascia lata, dan mencapai regio poplitea. Selanjutnya menampakkan diri bersama-sama dengan vena saphena parva. Saraf ini bersifat sensibel untuk kulit perineum, bagian posterior regio femoris dan regio cruralis.4. nn.clunium inferiores laterales nn.perineales, yang dipercabangkan pada tepi caudal m.gluteus maximus, berjalan ke arah medial menyilang origo otot-otot hamstring menuju ke perineum, dan mempersarafi kulit pada regio femoris bagian medio-cranial serta kulit genitalia externa.5. N.ISCHIADICUS.Saraf ini adalah saraf yang terbesar dalam tubuh manusia yang mempersarafi kulit regio cruralis dan pedis serta otot-otot di bagian dorsal regio femoris, seluruh otot pada crus dan pedis, serta seluruh persendian pada extremitas inferior. Berasal dari medulla spinalis L 4 S 3, berjalan melalui foramen infra piriformis, berada di sebelah lateral n.cutaneus femoris posterior, berjalan descendens di sebelah dorsal m.rotator triceps, di sebelah dorsal m.quadratus femoris, di sebelah ventral caput longum m.biceps femoris, selanjutnya berada di antara m.biceps femoris dan m.semimembranosus, masuk ke dalam fossa poplitea. Lalu saraf ini bercabang dua menjadi N.TIBIALIS dan N.PERONAEUS COMMUNIS.Rami musculares dipercabangkan untuk mempersarafi m.biceps femoris caput longum, m.semitendinosus, m.semimembranosus dan m.adductor magnus.Rami musculares ini dipercabangkan dari sisi medial n.ischiadicus sehingga bagian di sebelah medial n.ischiadicus disebut danger side dan bagian di sebelah lateral disebut safety side.6. Rami muscularesCabang-cabang ini berjalan melalui foramen infra piriformis, mempersarafi m.piriformis, mm.gemelli superior et inferior, m.obturator internus, m.quadratus femoris. Sebenarnya plexus sacralis adalah bagian dari plexus lumbosacralis, yang dibentuk oleh rr.anteriores n.spinalis segmental lumbal, sacral dan coccygeus.2.4Klasifikasi Cedera SarafSaraf dapat cedera dikarenakan beberapa sebab, diantaranya karena iskemia, kompresi, traksi, laserasi atau akibat luka bakar. Kerusakan dapat terjadi dalam berbagai tingkat dari yang ringan dan diikuti proses pemulihan yang cepat sampai interupsi total dan degenerasi. Terdapat 2 klasifikasi nerve injuries. Klasifikasi pertama dipublikasikan oleh Seddon pada tahun 1943, kemudian yang kedua dipublikasikan oleh Sunderland tahun 1951. Klasifikasi Seddon digunakan untuk memahami dasar anatomi dari cedera.Klasifikasi Sunderland baik untuk menentukan prognosis dan strategi pengobatan.Kombinasi klasifikasi ini membagi nerve injury menjadi 5. Perbedaannya dapat dilihat padaTabel 1 dan Tabel 2 di bawah:a. Tingkat 1 (neuropraxia)Neuropraxia adalah nerve injury yang paling sering terjadi. Lokasi kerusakan pada serabut myelin, hanya terjadi gangguan kondisi saraf tanpa terjadinya degenerasi wallerian. Karakteristiknya, defisit motorik lebih besar daripada sensorik. Saraf akan sembuh dalam hitungan hari setelah cedera, atau sampai dengan 4 bulan. Penyembuhan akan pulih sempurna tanpa ada masalah motorik dan sensorik.b. Tingkat 2 (axonotmesis)Pada axonotmesis (axon cutting) terjadi diskotinuitas myelin dan aksonal, tidak melibatkan jaringan encapsulating, epineurium, dan perineurium, juga akan sembuh sempurna. Bagaimanapun, penyembuhan akan terjadi lebih lambat daripada cedera tingkat pertama.c. Tingkat 3Cedera ini melibatkan kerusakan myelin, akson, dan endoneurium. Cedera juga akan sembuh dengan lambat, tetapi penyembuhannya hanya sebagian, dan penyembuhan akan tergantung pada beberapa faktor, sepertisemakin rusak saraf, semakin lama pula penyembuhan terjadi.d. Tingkat 4Cedera ini melibatkan kerusakan myelin, akson, endoneurium, dan perineurium. Cedera derajat ini terjadi bila terdapat skar pada jaringan saraf, yang menghalangi penyembuhan.e. Tingkat 5 (neurotmesis)Cedera pada neurotmesis (nerve cutting) melibatkan pemisahan sempurna dari saraf, seperti nerve avulsion. Cedera saraf tingkat 4 dan 5 memerlukan tindakan operasi untuk sembuh.

Tabel 1. Klasifikasi cedera saraf.Derajat cedera sarafMyelinAksonEndoneuriumPerineuriumEpineurium

I (Neuropraksia)+/-TidakTidakTidakTidak

II (Axonotmesis)YaYaTidakTidakTidak

IIIYaYaYaTidakTidak

IVYaYaYaYaTidak

V (Neurotmesis)YaYaYaYaYa

Tabel 2. Perbedaan cedera saraf.DerajatSembuh spontanWaktu penyembuhanPembedahan

I (Neuropraxia)PenuhDalam hitungan hari sampai 4 bulan setelah cederaTidak

II (Axonotmesis)PenuhRegenerasi kira-kira 1 inci per bulanTidak

IIIParsialRegenerasi kira-kira 1 inci per bulanYa

IVTidak adaSetelah tindakan bedah, regenerasi terjadi kira-kira 1 inci per bulanYa

V (Neurotmesis)Tidak adaSetelah tindakan bedah, regenerasi terjadi kira-kira 1 inci perYa

2.5 Nerve entrapment syndromes2.5.1 DefinisiNerve entrapment syndromes adalah suatu disfungsi saraf perifer akibat adanya gangguan lokal pada fungsi mikrovaskuler dan perubahan struktur pada saraf dan jaringan yang berada disekitarnya. Nerve entrapment syndromes atau neuropati kompresif merupakan akibat dari kompresi atau penekanan pada saraf di salah satu titik perambatannya yang biasanya terjadi pada ekstremitas atas. Dimanapun berada, bila sebuah saraf perifer melewati terowongan yang tersusun dari jaringan fibro-osseous, saraf tersebut berisiko mengalami jebakan atau kompresi, terutama jika jaringan di sekitarnya membengkak (seperti pada kehamilan, miksedema atau rheumatoid arthritis) atau jika terdapat obstruksi lokal (ganglion atau osteofit).2.5.2EpidemiologiMenurut penelitian McCabe pada tahun 2007, carpal tunnel syndrome terjadi pada 3,75% populasi penduduk Amerika dan sebagian besar terjadi pada orang-orang dengan riwayat pekerjaan dengan gerakan repetitive seperti para pekerja yang setiap hari menggunakan komputer. Pada penelitian yang dilakukan Weitbrecth dan Navickine pada tahun 2004 diketahui bahwa pada 6% pasien yang didiagnosis dengan entrapment syndromes diketahui memiliki gejala kombinasi dari carpal tunnel syndrome, sundrom ulnaris dan sindrom supinator. Selain itu, menurut survey dari IMS Health tahun 2008, nerve entrapment syndromes menempati peringkat ketiga dari seluruh penyebab nyeri neuropati.Carpal tunnel syndrome atau kompresi pada saraf median di pergelangan tangan merupakan entrapment neuropathy yang paling sering terjadi. Selanjutnya, entrapment neuropathy kedua yang paling sering terjadi adalah Cubital Tunnel Syndrome yang terjadi akibat kompresi di siku. Nerve entrapment syndrome lain yang jarang terjadi adalah entrapment pada nervus suprascapular, dimana menjadi penyebab kira-kira 2% dari nyeri pada bagian ekstremitas atas dan meralgia paresthetica dimana terjadi kompresi pada nervus kutaneus femoral lateralis.2.5.3 EtiologiNerve entrapment syndromes terjadi akibat cedera kronik pada saraf yang melewati terowongan osseoligamentous, kompresi terjadi antara kanal ligamentum dan permukaan tulang. Tempat yang potensial untuk terjadi kompresi lainnya adalah penebalan otot supinator (arcade of Frohse), nervus interosseous posterior dan tempat keluarnya plexus brachialis.Pada kasus nerve entrapment, setidaknya salah satu permukaan yang menjepit dapat bergerak. Hal ini dapat menyebabkan repetitive slapping atau rubbing yang dengan pergerakan pada sendi yang berdekatan akan menyebabkan cedera kronik. Maka imobilisasi saraf dengan membidai atau pengaturan gaya hidup dapat menghilangkan gejala yang timbul. Neuropati kompresi juga dapat disebabkan oleh penyakit sistemik seperti rheumatoid arthritis, kehamilan, akromegali atau hipotiroidisme.2.5.4PatofisiologiMikroanatomi dari neuron dan saraf perifer perlu dipikirkan saat membahas patofisiologi dari cedera akibat kompresi saraf. Kompresi akut dan kronis pada saraf perifer akan memicu perubahan mikrosirkulasi imtraneural dan struktur serabut saraf, meningkatkan permeabilitas vaskuler disertai dengan pembentukan edema, dan transportasi aksonal retrograde, dimana semuanya tadi berkontribusi untuk munculnya gejala klinis dan penurunan fungsi saraf. Perubahan morfologi dan fungsional badan sel saraf dapat diamati yang dimungkinkan karena inhibisi transport aksonal. Kompresi dari suatu saraf dalam regio tertentu dapat berlanjut menjadi suatu siklus perubahan fisiologis yang berlanjut pada situasi patologis dan kemudian terjadi perubahan anatomis pada tahapan selanjutnya. Akson tersebut awalnya adalah neuroektodermal, sementara jaringan ikat berawal dari mesodermal. Masing-masing akson ditutupi oleh endoneurium, suatu kumpulan akson yang dikelilingi oleh perineurium yang merupakan lapisan paling penting dalam neurofisiologi dimana lapisan tersebut mewakili Sawar Darah-Saraf atau Blood-Nerve Barrier. Sel-sel tersebut memiliki lapisan padat yang tidak mudah ditembus banyak substansi. Karenanya, Sawar Darah-Saraf memberikan lingkungan khusus di dalam ruang endoneurial. Tidak terdapat pembuluh limfatik dalam ruang endoneurial maupun perineurial. Saraf memiliki vaskularisasi aksial dan segmental sepanjang perambatannya dan adanya kompresi berdampak pada perubahan tekanan di dalam pembuluh darah dan di dalam saraf. Kerusakan pada Sawar Darah-Saraf akan berdampak pada akumulasi protein dan menyusupnya limfosit, fibroblas, dan makrofag sebagai suatu reaksi pada antigen yang sebelumnya terlindung di dalam ruang perineurial. Hal ini akan mengawali reaksi inflamasi dan akhirnya pembentukan skar atau bekas luka. Bila lokasi barrier pada lapisan dalam perineurium masih relatif utuh, hal ini akan menyebabkan peningkatan tekanan cairan dan sindrom kompartemen di dalam fasikel.Kompresi pada saraf menghambat aliran darah epineural dan konduksi aksonal, sehingga muncul gejala seperti kebas, parestesia dan kelemahan otot; adanya pemulihan dari iskemia menjelaskan perbaikan mendadak dari gejala setelah operasi dekompresi. Kompresi yang berat atau memanjang menyebabkan demielinasi segmental, atrofi otot setempat dan fibrosis saraf, sehingga gejala tersebut sulit berkurang walaupun setelah dilakukan dekompresi. Baik faktor mekanis maupun iskemia ikut terlibat dalam perkembangan neuropati kompresif.

Gambar 5.Histopatologi dari kompresi saraf kronis menunjukkan suatu spektrum perubahan yang diawali dari rusaknya blood-nerve barrier dan dengan kompresi berkelanjutan menyebabkan terjadinya degenerasi aksonal. Tanda dan gejala pasien dan pemeriksaan sensorik akan berparalel dengan perubahan histopatologi yang terjadi di saraf.Neuropati kompresif berhubungan dengan penyakit umum seperti diabetes atau konsumsi alkohol, sehingga menyebabkan saraf tersebut lebih sensitif terhadap efek kompresi. Terdapat bukti bahwa kompresi proksimal (discogenic root compression) mengganggu sintesis dan transport substansi neural, sehingga merupakan predisposisi terjadinya jebakan saraf bagian distal, atau disebut juga Double-Crush Syndrome.Hipotesis Double Crush Syndrome diperkenalkan oleh Upton dan McComas yang menyatakan bahwa kompresi saraf proksimal dapat menyebabkan saraf sebelah distal menjadi lebih rentan terhadap kompresi. Mereka mencatat tingginya insidensi sindroma terowongan karpal dan terowongan kubital yang berhubungan dengan cedera saraf servikal. Mereka menyimpulkan bahwa akibat dari kompresi sepanjang saraf akan berdampak pada perubahan aliran aksoplasmik dan patologi serta simptomatologi berikutnya.Regio yang paling sering terjadi kompresi saraf antara lain carpal tunnel (Nervus Medianus) dan cubital tunnel (Nervus Ulnaris), sedangkan yang jarang terjadi antara lain tarsal tunnel (posterior nervus tibialis), ligamentum inguinale (nervus cutaneous lateral femur),suprascapular notch(nervus suprascapularis), dan bular neck (nervus peroneuscommunis). Sebuah kasus khusus yaitu thoracic outlet, dimana arteri subklavia dan root dari pleksus brakhialis berjalan menyilangi costae pertama diantara otot scalenus anterior dan medius. Pada kasus ini terdapat tanda dan gejala vaskuler serta neurologis.Cedera atau trauma berulang pada saraf akan menyebabkan iskemi, edema dan luka pada lapisan luar saraf atau mielin yang membantu dalam transmisi impuls saraf, dan perubahan struktur membran organel sel saraf pada mielin dan akson saraf. Demielinisasi fokal segmental pada daerah yang terkompresi merupakan gambaran umum yang ditemui pada kompresi saraf. Adanya perbaikan setelah pembedahan menunjukkan adanya reflek remielinisasi pada saraf yang terluka. Perbaikan inkomplit pada kasus nerve entrapment yang kronik dan berat mengacu pada terjadinya degenerasi Wallerian pada akson dan perubahan fibrotik yang permanen di neuromuscular junction yang menyebabkan fungsi reinnervasi dan restorasi tidak dapat berlangsung dengan baik.2.5.5Manifestasi KlinisPasien biasanya mengeluhkan rasa kesemutan, kebas atau nyeri. Gejala yang muncul biasanya hilang timbul dan kadang berhubungan dengan gerakan atau postur tubuh tertentu yang mengganggu saraf. Oleh karena itu, gejala Carpal tunnel syndrome biasanya muncul pada malam hari hari saat pergelangan tangan kita tertahan pada posisi fleksi saat kita tidur, dan gejala akan berkurang dengan cara menggerakkan tangan supaya sirkulasi darah kembali lancar. Pada ulnar neuropathy, gejala muncul saat siku berada dalam posisi fleksi dalam waktu yang lama. Pada thoracic outlet syndrome, paresthesia yang dirasakan pada otot yang diinervasi C8 dan T1 dapat diprovokasi dengan cara menahan lengan dalam posisi abduksi, ekstensi dan eksternal rotasi.Area dimana terjadi penurunan sensasi dan kelemahan motorik kemudian dipetakan. Pada beberapa kasus yang kronis bisa terjadi atrofi otot yang nyata. Area yang rentan terjadi kompresi harus diperiksa dengan cermat adanya penyebab lokal.Elektromiografi dan Nerve Conduction Test dapat membantu menegakkan diagnosis, mengetahui tingkat kompresi dan memperkirakan derajat kerusakan saraf. Konduksi saraf akan melambat pada segmen saraf yang terkena kompresi dan pada pemeriksaan EMG akan terlihat abnormalitas pada potensial aksi otot yang terlihat sehat, atau terjadi fibrilasi pada kasus dengan kerusakan saaraf yang berat. Pencitraan yang dapat dilakukan adalah rontgen polos untuk melihat adanya spondiloarthropati atau fraktur. MRI dilakukan pada gejala yang timbul kronik.2.5.6PenatalaksanaanPada fase awal, penggunaan splint cukup membantu (seperti menahan pergelangan tangan atau siku dalam posisi ekstensi) dan injeksi steroid ke dalam area yang terjadi kompresi dapat mengurangi pembengkakan jaringan lokal. Jika gejala belum berkurang, operasi dekompresi merupakan langkah selanjutnya. Namun, pada kasus kronis yang disertai atrofi otot, dapat terjadi fibrosis endoneurial, degenerasi aksonal dan kematian jaringan sehingga operasi dekompresi gagal untuk memulihkan saraf yang terkena.2.6 Nerve entrapment syndrome yang sering terjadi pada ekstremitas atas2.6.1Bahu dan Lengan1. N. axillaris : sindrom quadrilateralNervus axillaris rentan terjadi trauma di ruang quadrilateral. Cedera dapat terjadi akibat disklokasi bahu, tekanan ke atas (penggunaan kruk yang tidak tepat), dan aktivitas berulang yang berlebihan (melempar bola, berenang). Gejala yang timbul adalah kelemahan jika beraktivitas berlebihan atau melempar benda. Dapat juga bergejala sebagai parestesi pada bagian lateral dan posterior lengan atas. Pemeriksaan fisik didapatkan adanya abduksi lateral dan rotasi ekstrenal yang lemah.2. Nervus plexus brachialis : stingerCedera pada plexus brachialis biasa terjadi pada pemain bola, tapi dapat juga terjadi pada kecelakaan dalam berolahraga lainnya. Gejala klasik yang timbul adalah parestesi dengan onset akut pada lengan atas. Gejala biasanya berlangsung beberapa detik sampai menit. Gejala motorik biasanya timbul setelahnya. Kelemahan pada otot ekstremitas atas yang dipersarafi plexus brachialis merupakan gejala motorik yang timbul jika terjadi cedera. Karena gejala motorik dapat terjadi dalam hitungan jam sampai beberapa hari setelah terjadi cedera, maka penting untuk dilakukan evaluasi pasien setelah 24 jam dan beberapa hari sekali hingga 2 minggu setelah terjadinya cedera. Jika gejala memburuk maka diperlukan neuroimaging, elektrodiagnosis atau pembedahan dapat dipertimbangkan untuk menghilangkan gejala yang timbul.3. Nervus thorakikus longusCedera pada nervus thorakikus longus dapat terjadi secara akut akibat pukulan di bahu atau karena aktivitas berulang yang lama, seperti bermain tenis, berenang atau baseball. Gejala yang timbul berupa nyeri difus pada bahu dan leher yang makin memburuk jika beraktivitas berlebihan. Pada pemeriksaan akan didapatkan winging scapula dan kelemahan jika mengangkat lengan.4. Nervus spinal accessoriusCedera pada nervus spinal accessories dapat terjadi akibat trauma trapezius atau dislokasi bahu. Diseksi radikal leher, endarderektomi karotis dan biopsy nodus pada leher merupakan penyebab dari cedera nervus. Pasien biasanya mengeluhkan nyeri dan kelemahan pada bahu. Pemeriksaan dilakukan dengan melengkungkan sisi yang terkena dan pasien tidak bisa mengangkat bahu kearah telinga. Pada keadaan yang kronis, dapat terjadi atrofi muskulus trapezius.5. Nervus suprascapularCedera pada nervus suprascapular berkaitan dengan mengangkat berlebihan dan berulang. Nervus suprascapular mempersarafi otot supraspinatus dan infraspinatus. Kehilangan fungsi infraspinatus akan menyebabkan kelemahan lengan dalam melakukan gerakan rotasi eksterna. Jika supraspinatus yang terkena maka akan menimbulkan gejala kelemahan dalam mengangkat lengan, dimana paling jelas terlihat pada range 90-180. Cedera pada nervus suprascapular dapat juga terjadi akibat adanya kista pada labral tear. Kista dapat mengkompresi nervus suprascapular yang mempengaruhi otot supraspinatus dan infraspinatus.

2.6.2Lengan Bawah dan Siku1.Nervus median pada siku : sindrom pronatorMuskulus pronator teres di lengan bawah dapat menekan nervus median yang dapat menyebabkan gejala mirip dengan carpal tunnel syndrome. Tanda & gejala : adanya nyeri pada bagian volar siku yang dieksaserbasi oleh aktivitas dan membaik dengan istirahat. Penurunan sensasi pada ibu jari, telunjuk, jari tengah dan sisi radial pada jari manis. Kelemahan pada otot tenar dan Tinel atau Phalen yang positif pada siku bawah bagian proksimal. Adanya sensorik yang hilang pada otot thenar membedakan sindrom pronator dan carpal tunnel syndrome.Terapi : terapi konservatif nonsurgical yang dilakukan pada penderita pronator sindrom adalah imobilisasi atau istirahat dan pengobatan dengan antiinflamasi. Pembedahan dilakukan dengan mengeksplorasi nervus median pada siku bawah proksimal dan menghilangkan semua tempat yang berpotensi terjadi kompresi.2. Nervus radialis pada siku : radial tunnel dan posterior interosseous nerve syndromesRadial tunnel syndromeAnatomi : neuropati kompresi pada nervus radial digolongkan menjadi neuropati yang jarang terjadi pada ekstremitas atas. Radial tunnel merupakan daerah dimana nervus radial keluar diantara otot brachiradialis dan brachialis dimana ia melewati tepi proksimal otot supinator (Frohse arcade) dan tepi distal dari supinator.Etiologi : Cabang-cabang dari nervus radialis bisa terkompresi oleh 5 struktur dalam tunnel radial. Yang paling sering terkompresi adalah di tepi fibrosa proksimal dari otot supinator yang dikenal sebagai lengkung Frohse. Gejala : Nyeri pada bagian ekstensi lengan bawah, disestesia pada distribusi nervus radialis superfisialis dan melemahnya ekstensi ibu jari atau pergelangan tangan.Terapi : PembedahanPosterior interosseous syndromeEtiologi : Kompresi saraf di dalam otot supinator, tepi distal dari otot supinator, tumor, dan iatrogenic karena open reduction / internal fiksasi dari fraktur radius proksimal.Gejala : Nyeri pada bagian lengan bawah proksimal. Tidak ada defisit sensorik, tetapi paralisis motorik parsial-komplit pada ekstensor.Terapi : Pembedahan3.Nervus ulnaris pada siku : cubital tunnel syndromeEtiologi : Nervus ulnaris pada siku letaknya sangat superficial sehingga mempunyai risiko cedera dari kontusio akut dan kompresi kronik. Kompresi bisa berasal dari internal maupun eksternal. Misalnya saat siku fleksi, diameter tunnel cubital menurun sehingga menyebabkan kompresi internal. Gejala : Cubital tunnel syndrome dapat menyebabkan parestesi pada jari keempat dan kelima serta gejala bisa memburuk jika siku fleksi terlalu lama atau berulang. Kelemahan dapat terjadi tetapi dalam waktu yang lama. Kelemahan dapat berupa kelemahan dalam abduksi jari-jari, abduksi ibu jari dan menempelkan ibu jari dan telunjuk. Kekuatan dalam menggenggam juga akan terganggu.

2.6.3 Tangan dan Pergelangan1. Nervus medianus pada pergelangan : Carpal Tunnel SyndromeSindrom ini merupakan yang paling dikenal dari seluruh penyakit karena proses entrapment lainnya. Pada anatomi terowongan karpal normal, hanya terdapat sedikit ruang yang dapat diisi oleh tendon-tendon serta nervus medianus, sebagai konsekuensinya, dengan adanya sedikit pembengkakan akan berakibat terjadinya kompresi dan iskemia pada nervus medianus. Pada umumnya penyebabnya dapat diketahui, dan biasanya terjadinya pada masa menopause, kehamilan, miksedema dan rheumatoid arthritis.

Gambar 6. Penampang melintang carpal tunnelSumber: Luchetti, R dan Amadio, P. Carpal Tunnel Syndrome. New York: Springer, 2002.

Gejala : Adanya riwayat penyakit sebelumnya sangat membantu dalam menegakkan diagnosis. Nyeri dan paresthesia terjadi pada daerah yang diinervasi nervus medianus, seperti di pergelangan dan telapak tangan. Pasien kadang terbangun di malam hari karena rasa nyeri seperti terbakar, kesemutan dan kebas. Menggantungkan lengan di samping tempat tidur atau menggerak-gerakkan lengan biasanya dapat mengurangi gejala tersebut. Pada kasus yang lebih lanjut dapat terjadi kekakuan dan kelemahan otot, terutama setelah melakukan gerakan yang membutuhkan motorik halus seperti mengancingkan baju. Kondisi tersebut lebih sering terjadi pada wanita daripada pria, dimana rata-rata usia antara 40-50 tahun. Gejala sensoris dapat dirangsang dengan melakukan perkusi diatas nervus medianus (Tinels sign) atau dengan melakukan fleksi penuh wrist joint selama kurang lebih 60 detik (Phalens test). Pada kasus kronis terdapat atrofi otot-otot thenar, kelemahan pada abduksi ibu jari dan refleks sensoris yang menumpul pada daerah yang diinervasi nervus medianus.

Gambar 7.Pemeriksaan klinis pada carpal tunnel syndrome. (a) Wasting pada thenar eminence pada kasus lanjut. (b) penekanan pada tunnel. (c) Forced flexion pada wrist dapat menimbulkan kembali keluhan pasien.(d) Area dengan penurunan sensibilitas (1).

Uji elektrodiagnostik, yang mana menunjukkan penurunan kecepatan konduksi saraf yang melintasi pergelangan tangan, diperuntukkan untuk kasus dengan gejala yang tidak khas. Gejala radikuler dari spondilosis servikal dapat membingungkan dalam menegakkan diagnosis dan dapat muncul bersamaan dengan carpal tunnel syndrome.

Terapi :Pembidaian untuk mencegah fleksi pergelangan tangan dapat membantu meringankan gejala nyeri malam hari pasien. Injeksi steroid kedalam carpal canal dapat memberikan rasa nyaman pada penderita meskipun hanya sementara.Operasi dekompresi pada ligament carpal transversal dapat membantu memberikan proses penyembuhan segera. Insisi harus dilakukan pada sisi ulnar dari thenar untuk menghindari cedera yang tidak disengaja pada cabang cutaneous palmar (sensoris) dan cabang motoric thenar dari nervus medianus. Neurolisis internal tidak direkomendasikan. Endoskopi untuk pelepasan carpal tunnel dapat memberikan alternative dengan keuntungan rehabilitasi post operatif yang lebih singkat, namun memiliki tingkat komplikasi yang lebih tinggi.2. Nervus radialis di pergelangan tangan : Neuropati handcuffCabang superficial darinervus radialis menyilang pada bagian medial dari bagian atas retinakulum fleksi carpal tunnel. Sehingga rentan untuk terjadi kompresi oleh apapun yang mengikat erat di pergelangan tangan. Gejala yang timbul adalah mati rasa pada bagian punggung telapak tangan, terutama pada sisi radialis. Pada pemeriksaan didapatkan penurunan sensasi terhadap raba halus dan tusukan jarum pada bagian dorsoradial tangan, dorsal ibu jari dan telunjuk. Fungsi motorik biasanya utuh.3. Nervus ulnaris di pergelangan tangan : Cyclists PalsyCedera pada nervus ulnaris di pergelangan tangan biasa terjadi pada pengendara sepeda karena nervus ulnaris terkompresi stang selama bersepeda, sehingga menimbulkan cyclists palsy. Dapat juga terjadi akibat tekanan yang lama dibagian volar pergelangan tangan. Gejala yang ditimbulkan adalah parestesi pada jari keempat dan kelima. Kelemahan jari jarang ditemui karena bagian motorik dari nervus ulnaris tidak superficial. Menghentikan aktivitas akan menghilangkan mati rasa daam beberapa jam setelah onset.6.7Nerve entrapment syndrome yang sering terjadi pada ekstremitas bawah1. Nervus iliohipogastrikusEtiologi : Penyebab terbanyak dari cedera nervus ini adalah pembedahan seperti histerektomi, hernioraphy, appendiktomi. Cedera saat berolahraga juga dapat menyebabkan cedera pada nervus iliohipogastrikus. Kehamilan dapat menyebabkan sindrom iliohipogastrik idiopatik namun jarang terjadi.Gejala : rasa terbakar atau perih setelah operasi abdomen. Gejala tersebut dapat timbul langsung ketika operasi selesai atau beberapa bulan tahun setelah operasi. Kadang-kadang nyeri dapat timbul hingga daerah genitalia2.Nervus ilioinguinalEtiologi : Insisi dibagian bawah perut, kehamilan, appendiktomi, hernioraphy inguinal, diseksi limfonodus inguinal, abdominoplasti, idiopatikGejala : Hiperestesia atau hipoestesia pada kulit disekitar ligament inguinal. Gejala tersebut dapat menyebar hingga ke abdomen bawah.3.Nervus femoralisEtiologi : Diabetik amiotrofi, radiasi pelvic, trauma, abses renal dan tumor.Gejala : nyeri di daerah inguinal yang membaik jika dilakukan fleksi dan rotasi eksterna pinggul. Biasanya pasien mengeluhkan kesulitan berjalan dan menekuk lutut, dapat juga terjadi mati rasa dan nyeri pada lutut depan.4.Nervus cutaneus femoralis lateralisEtiologi : Biasanya terjadi pada ligamentum inguinal, dan terjadi pada usia pertengahan. Penyebabnya dapat berupa intrapelvik (kehamilan, tumor abdomen, diverticulitis, appendicitis), ekstraplevik ( pakaian yang terlalu ketat, sabuk, obesitas dan ascites), mekanik (terlalu lama duduk atau berdiri)Gejala : rasa terbakar, kesemutan, dan mati rasa pada paha anterior dan lateral yang bertambah parah jika berdiri, berjalan atau ekstensi pinggul. Gejala biasanya unilateral, namun dapat juga terjadi bilateral.5.Nervus tibialis posterior : tarsal tunnel syndromeEtiologi : Fibrosis, kista ganglion, lipoma, osteokondroma, tumor, diabetes melitus, rheumatoid arthtritis, trauma.Gejala : nyeri difus, rasa tidak nyaman, rasa terbakar, kesemutan atau mati rasa pada plantar kaki. Kebanyakan kasus terjadi unilateral. Berdiri dan berjalan terlalu lama dapat mengeksaserbasi gejala.6.Nervus peronealEtiologi : trauma , diabetes melitus, lepra, idiopatik, tumor.Gejala : paresis pada ankle saat dorsofleksi. Tinels sign bisa positif.7. Nervus digitalisEtiologi : trauma saat berolahraga, inflamasiGejala : nyeri tumpul yang intermiten atau kram pada plantar dan di sela jari kedua atau ketiga. Beberapa pasien merasakan mati rasa atau terbakar. Gejala biasanya dieksaserbasi oleh berjalan, memakai sepatu hak tinggi dan sepatu yang terlalu sempit.2.4.1 Pemeriksaan Penunjang untuk ekstremitas bawah1. Elektrodiagnosis2. Radiografi3. CT Scan4. MRI5. Ultrasonography2.4.2 Terapi1. FarmakologiDapat berupa injeksi anestesi, pengobatan oral atau topikal. Obat antikonvulsi : gabapentin, karbamazepin NSAID Tricyclic anti depressant : TCA, amitriptylin dan doxepin) Analgesik : Tramadol Lidocaine topikal2. Nonfarmakologi Fisioterapi Krioterapi TENS (transcutaneous electrical nerve stimulation)

BAB IIIKESIMPULAN

Kerusakan saraf dapat terjadi salah satunya karena kompresi atau entrapment, dan dapat terjadi dalam berbagai tingkatan dari yang ringan dan diikuti proses pemulihan yang cepat sampai pada interupsi total dan degenerasi. Compressive neuropathy terutama pada ekstremitas atas merupakan salah satu dari kelainan sistem saraf perifer yang paling sering muncul. Mikroanatomi dari neuron dan saraf perifer perlu dipahami saat membahas patofisiologi dari cedera akibat kompresi saraf.Carpal tunnel syndrome atau kompresi pada saraf median di pergelangan tangan merupakan entrapment neuropathy yang paling sering terjadi. Gejala yang muncul biasanya rasa kesemutan, kebas atau nyeri, dapat terjadi kelemahan dan atrofi otot. Anamnesa dan pemeriksaan fisik yang baik diperlukan untuk mendiagnosa cedera yang timbul. Untuk menunjang diagnosis dapat dilakukan elektrodiagnosis, CT Scan dan MRI. Dalam penatalaksanaan fase awal, penggunaan splint cukup membantu (seperti menahan pergelangan tangan atau siku dalam posisi ekstensi) dan injeksi steroid ke dalam area yang terjadi kompresi dapat mengurangi pembengkakan jaringan lokal. Jika gejala belum berkurang, operasi dekompresi merupakan langkah selanjutnya. Namun, pada kasus kronis yang disertai atrofi otot, dapat terjadi fibrosis endoneurial, degenerasi aksonal dan kematian jaringan sehingga operasi dekompresi gagal untuk memulihkan saraf yang terkena.

DAFTAR PUSTAKA1. Solomon L, Warwick DJ, Selvadurai N. Peripheral Nerve Disorders, in Apleys System of Orthopaedics and Fractures. United Kingdom: Hodder Arnold; 2010.2. Mackinnon SE. Pathophysiology of nerve compression.Hand Clin.2002;18:23141.[PubMed]3. Sud V, Freeland AE. Biochemistry of Carpal Tunnel Syndrome.Microsurgery.2005;25:446.[PubMed]4. Mackinnon SE, Novak CB. Compression Neuropathies, in Greens Operative Hand Surgery 6th ed. 20105. Martic V, Podnar S, Jovin Z. Clinical Manifestations Of Brachial Neuralgia, in Current Top Neurology Psychiatric Disciplined Vol 18, No. 1. 20106. Thompson JC. Nerve Basic Science, in Netters Concise of Orthopaedic Anatomy 2nd ed. 20107. Seiler JG. Nerve Injuries, in Essentials of Hand Surgery, 1st ed. Lippincot Williams & Wilkins. 2002

Kepaniteraan bagian ilmu Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Loekmono Hadi Kudus Periode 14 Desember 2015 16 Januari 2016 Page 37