nEFROTIK

6
PENATALAKSANAAN Tidak ada guideline dan penelitian terbaru tentang tata laksana sindrom nefrotik pada remaja. 3 Nutrisi dan Cairan Pasien harus membatasi intake natrium pada kisaran 3 gr per hari, dan mungkin butuh restriksi intake cairan (<1,5 liter per hari). 3 Diuretik Diuretik merupakan terapi medis utama, namun tidak ada bukti tentang rekomendasi pemilihan obat maupun dosisnya. Berdasarkan pendapat yang disepakati saat ini, diuresis ditargetkan pada penurunan berat badan 0,5-1 kg per hari untuk menghindari gagal ginjal akut atau gangguan keseimbangan elektrolit. Obat-obatan Loop diuretic seperti furosemid (Lasix) atau bumetanide saat ini paling banyak digunakan. Dosis besar (80-120 mg furosemid) seringkali dibutuhkan, dan obat-obatan ini secara tipikal harus diberikan secara intravena karena daya absorpsi yang kurang secara oral terhadap obat-obatan tersebut dapat menyebabkan edema intestinum. Kadar albumin serum yang rendah juga membatasi efektivitas obat-obat diuretic dan membutuhkan dosis yang lebih tinggi. Diuretik thiazid, potassium-sparing diuretic, atau metolazone (Zaroxolyn) dapat berguna sebagai terapi adjuvant atau penyerta diuretik. 3 ACE Inhibitor Angitensin-converting enzyme (ACE) inhibitors telah diketahui dapat menurunkan proteinuria dan mengurangi risiko progresifitas yang mengarah ke penyakit ginjal pada pasien dengan sindrom nefrotik. Suatu penelitian menemukan bahwa tidak ada

description

nefrologi

Transcript of nEFROTIK

PENATALAKSANAAN

Tidak adaguidelinedan penelitian terbaru tentang tata laksana sindrom nefrotik pada remaja.3

Nutrisi dan Cairan

Pasien harus membatasi intake natrium pada kisaran 3 gr per hari, dan mungkin butuh restriksi intake cairan (3 g/dl, kolesterol serum < 300 mg/dl, diuresis lancar dan edema hilang. Remisi parsial jika proteinuria2,5 g/dl, kolesterol serum 6 g/dL, atau kadar antitrombin III < 70%. Pada SN dengan risiko tinggi, pencegahan komplikasi tromboemboli dapat dilakukan dengan pemberian asetosal dosis rendah dan dipiridamol. Heparin hanya diberikan bila telah terhadi tromboemboli, dengan dosis 50 U/kg intravena dan dilanjutkan dengan 100 U/kg tiap 4 jam secara intravena.5

Hiperlipidemia

Hiperlipidemia pada SN meliputi peningkatan kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak. Kolesterol hampir selalu ditemukan meningkat, namun kadar trigliserida, fosfolipid tidak selalu meningkat. Peningkatan kadar kolesterol berbanding terbalik dengan kadar albumin serum dan derajat proteinuria. Keadaan hiperlipidemia ini disebabkan oleh karena penurunan tekanan onkotik plasma sebagai akibat dari proteinuria merangsang hepar untuk melakukan sintesis lipid dan lipoprotein, di samping itu katabolisme lipid pada SN juga menurun. Hiperlipidemia pada SNSS biasanya bersifat sementara, kadar lipid kembali normal pada keadaan remisi, sehingga pada keadaan ini cukup dengan pengurangan diit lemak. Pengaruh hiperlipidemia terhadap morbiditas dan mortalitas akibat kelainan kardiovaskuler pada anak penderita SN masih belum jelas. Manfaat pemberian obat-obat penurun lipid seperti kolesteramin, derivat asam fibrat atau inhibitor HMG-CoA reduktase (statin) masih diperdebatkan.5

DAFTAR PUSTAKA

1. Hull RP., Goldsmith DJ., Nephrotic syndrome in adults. BMJ, 2008;336:1185-9.

2. Handayani I., Rusli B., Hardjoeno, Profile of cholesterol and albumin concentration and urine sediment based on nephritic syndrome children.Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, 2007;13(2):49-52.

3. Kodner C., Nephrotic syndrome in adults: diagnosis and management.American Family Physician, 2009;80(10):1129-1134.

4. Davin JC.,Rutjes NW., Nephrotic syndrome in children: From bench to treatment.International Journal of Nephrology, 2011;1-6.

5. Prodjosudjadi W., SindromNefrotik.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed VI. 2006;999-1003