NASKAH PUBLIKASI ILMIAH UPAYA MENINGKATKAN …eprints.ums.ac.id/21470/13/NASKAH_PUBLIKASI.pdfnaskah...
Transcript of NASKAH PUBLIKASI ILMIAH UPAYA MENINGKATKAN …eprints.ums.ac.id/21470/13/NASKAH_PUBLIKASI.pdfnaskah...
NASKAH PUBLIKASI ILMIAH
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATEMATIKA OPERASI HITUNG
CAMPURAN DENGAN METODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS
TOGETHER PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 2 LOGEDE
KECAMATAN KARANGNONGKO KABUPATEN KLATEN
TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013
Untuk memenuhi sebagian persyaratan Sarjana S-1
Disusun Oleh :
RESTUTI KENCONOWATI
NIM : A54B090077
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
1
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATEMATIKA OPERASI HITUNG CAMPURAN DENGAN METODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS
TOGETHER PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 2 LOGEDE KECAMATAN KARANGNONGKO KABUPATEN KLATEN
TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013
Restuti Kenconowati.
NIM: A54B090077
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan pemahaman matematika Operasi Hitung Campuran dengan metode pembelajaran Numbered Heads Together pada siswa kelas III SD Negeri 2 Logede Karangnongko Klaten tahun pelajaran 2012/ 2013. Bentuk peneltian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak dua siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri 2 Logede yang berjumlah 15 siswa. Teknik pengumpulan data digunakan teknik observasi, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data interaktif. Berdasarkan hasil penelitian terdapat peningkatan pemahaman matematika. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 46,67 dengan persentase ketuntasan sebesar 40%, siklus I nilai rata-rata kelas 66 dengan persentase ketuntasan sebesar 66,67%, siklus II nilai rata-rata kelas 76,67 dengan persentase ketuntasan sebesar 86,67%. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan pemahaman matematika Operasi Hitung Campuran dengan metode pembelajaran Numbered Heads Together pada siswa kelas III SD Negeri 2 Logede Karangnongko Klaten tahun pelajaran 2012/ 2013.
Kata kunci : metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT), pemahaman.
2
PERSETUJUAN
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATEMATIKA OPERASI HITUNG
CAMPURAN DENGAN METODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS
TOGETHER PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 2 LOGEDE
KECAMATAN KARANGNONGKO KABUPATEN KLATEN
TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013
Diajukan Oleh :
RESTUTI KENCONOWATI
A54B090077
Disetujui Untuk Dipertahankan
Dihadapan Dewan Penguji Skripsi S-1
Pembimbing I
Dra. Sri Sutarni, M. Pd Tanggal : 23 Oktober 2012
3
PENGESAHAN
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATEMATIKA OPERASI HITUNG
CAMPURAN DENGAN METODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS
TOGETHER PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 2 LOGEDE
KECAMATAN KARANGNONGKO KABUPATEN KLATEN
TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
RESTUTI KENCONOWATI
A54B090077
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal, 31 Oktober 2012
dan dinyatakan telah memenuhi syarat.
1. Dra. Sri Sutarni, M Pd. ( )
2. Drs. Yakub Nasucha, M. Hum. ( )
3. Drs. Agus Budi Wahyudi, M. Hum. ( )
Surakarta ... November 2012
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dekan,
Drs. H. Sofyan Anif, M. Si.
NIK. 547
4
Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu cara pembentukan kemampuan manusia
untuk menggunakan akal pikiran mereka sebagai jawaban dalam menghadapi
berbagai masalah yang timbul di masa yang akan datang. Salah satu tujuan
pendidikan yaitu untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan
pendidikan yang baik kita akan mudah mengikuti perkembangan zaman di masa
yang akan datang. Sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi kehidupan,
akan membawa sikap, mental, tingkah laku anak didik. Hal ini merupakan proses
yang secara alami munculnya suatu permasalahan yang baru dalam dunia
pendidikan, sehingga dalam penyampaian materi pelajaran dituntut untuk selalu
menyesuaikan dengan kondisi anak sekarang. Perlu diketahui bahwa pendidikan
kemarin, sekarang, dan yang akan datang banyak perubahan. Guru yang selalu
menggunakan metode monoton, artinya dari tahun ke tahun tidak pernah
mengalami perubahan karena adanya perubahan kondisi, mereka akan mengalami
permasalahan yang tidak mereka sadari. Oleh karena itu sebagai seorang pendidik
harus mau tahu akan kebutuhan siswa, terutama dalam pelayanan dan
penyampaian materi pelajaran, sehingga sangat perlu sebagai pendidik
mengadakan variasi metode pembelajarannya. Manakah yang lebih tepat untuk
menyampaikan materi supaya hasil proses belajar mengajar berhasil maksimal.
Perubahan pembelajaran tidak harus disertai dengan pemakaian perlengkapan
ruang serba hebat, tetapi lebih menekankan pada pengembangan cara-cara baru
belajar yang lebih efektif dan sesuai dengan kemampuan siswa. Pembelajaran
akan efektif bila guru dapat mengidentifikasi masalah yang dihadapi di kelasnya,
kemudian menganalisa dan menentukan faktor-faktor yang diduga menjadi
penyebab utama, yang selanjutnya menentukan tindakan pemecahan.
Tuntutan peningkatan kualitas profesional guru belum memenuhi syarat
yang diinginkan atau diharapkan. Antara petunjuk pelaksanaan yang sudah ada
banyak terdapat kendala bagi para pelaksana pendidikan utamanya guru. Terbukti
dengan dampak yang muncul dilapangan, antara lain: 1. Keterampilan siswa
masih sangat rendah, terutama tentang keterampilan menghitung, 2. Tingkat
pengetahuan dan prestasi siswa dalam mata pelajaran matematika lebih rendah
5
dari mata pelajaran yang lain, 3. Suasana belajar kurang dinamis. Permasalahan di
atas disebabkan oleh dominasi guru masih tinggi, peran guru dalam proses belajar
mengajar sebagai penyebar ilmu kurang berperan sebagai fasilitator, guru masih
banyak bergantung pada buku, guru masih dominan menggunakan ceramah dan
mencatat, guru kurang mengoptimalkan bekerja bersama-sama dan siswa
dianggap lulus tes atau dapat mengerjakan tes tanpa memperhatikan aspek lain
seperti kejujuran, pengendalian diri, penghargaan kepada orang lain, dan
kemampuan bekerja sama. Demikian gambaran situasi pembelajaran saat ini yang
terjadi di lapangan khususnya pembelajaran di Sekolah Dasar. Kualitas
pembelajaran dapat dilihat dari segi proses pembelajaran dan segi hasil. Dari segi
proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya
sebagian besar ( 75% ) siswa terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun sosial
dalam proses pembelajaran di samping menunjukkan semangat belajar yang besar
dan rasa percaya diri yang tinggi. Dari segi hasil proses pembelajaran dikatakan
berhasil apabila terjadi perubahan-perubahan perilaku yang positif dari peserta
didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar ( 75% ).
Berdasarkan hasil pengamatan awal, penguasaan materi pada soal hitung
campuran pada pembelajaran Matermatika Kelas III SD N 2 Logede, Kecamatan
Karangnongko semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 masih di bawah rata-
rata karena nilai rata-rata dibawah KKM ( Kriteria Ketentuan Minimal ),
sedangkan nilai KKM untuk pelajaran Matematika kelas III Semester Ganjil
adalah 60. Pada saat mengerjakan ulangan harian pada hari Selasa tanggal 7
Agustus 2012 diperoleh siswa yang mendapat nilai 80 adalah 1 siswa, nilai 70
adalah 2 siswa, nilai 65 adalah 3 siswa nilai 50 adalah 1 siswa, nilai 45 adalah 3
siswa, nilai 40 adalah 2 siswa dan siswa yang mendapat nilai 30 adalah 3 siswa.
Dari 15 siswa yang mendapat nilai di bawah KKM adalah 9 siswa dan yang
mendapat nilai di atas KKM adalah 6 siswa, dengan rata-rata 51,33 dari 15 siswa.
Maka dapat dikatakan kemampuan pemahaman siswa masih kurang. Dengan
kenyataan 6 siswa diatas KKM dan 9 siswa di bawah KKM dapat diartikan 40 %
siswa tuntas belajar dan 60 % siswa belum tuntas belajar. Dengan melihat kondisi
tersebut maka nilai rata-rata di bawah KKM sebagai bukti pembelajaran
6
Matematika pada operasi hitung campuran siswa SD N 2 Logede semester ganjil
tahun pelajaran 2012/2013 dianggap gagal dan perlu diperbaiki proses belajar
mengajarnya.
Metode pembelajaran banyak sekali jenisnya, penerapan metode ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya: tujuan yang berbagai jenis dan
fungsnya. Tingkat kematangan siswa yang berbeda, situasi yang berbagai
keadaan, pribadi guru dan kemampuan professional yang berbeda-beda.
Karena itu sulit untuk memberikan satu klasifikasi yang jelas mengenai
metode yang pernah dikenal di dalam pengajaran. Namun demikian ada sifat
umum yang mungkin untuk mengadakan klasifikasi yang jelas tetapi
fleksibel. Di dalam kenyataan banyak faktor yang menyebabkan tidak selalu dapat
dipergunakan metode yang paling sesuai dengan tujuan, situasi dan lain-lain. Guru
sering kali terpaksa menggunakan metode pilihan. Agar usaha pendidikan tidak
sia-sia. Pembelajaran matematika di SD merupakan salah satu kajian yang
menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan karakteristik (Ariyanto,
2011 : 1). Mengingat adanya perbedaan karakteristik itu maka diperlukan adanya
kemampuan khusus dari seorang guru untuk menjembatani antara dunia anak
yang belum berpikir secara deduktif untuk dapat mengerti dunia matematika yang
bersifat deduktif ( Ariyanto, 2011: 1-2 ).
Dengan Matematika, dapat membentuk pola pikir orang yang
mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang sistematis, logis, kritis dengan
penuh kecermatan. Namun sayangnya pengembangan sistem ilmu model
Matematika itu tidak selalu sejalan dengan perkembangan berpikir anak terutama
pada anak-anak usia SD. Bertolak dari permasalahan itu akan dicoba metode
pembelajaran yang dapat melibatkan siswa yang aktif yaitu melalui metode
“Kepala Bernomor”. Upaya yang dilakukan seorang guru dalam meningkatkan
mutu pendidikan Matematika di SD adalah keterampilan berhitung, latihan-latihan
yang berbentuk pekerjaan rumah biasanya berhubungan dengan soal-soal yang
abstrak sifatnya dalam melakukan operasi hitungan campuran. Diharapkan dengan
menerapkan metode pembelajaran kepala bernomor, pemahaman matematika
pada siswa akan meningkat.
7
Dengan demikian peneliti bisa mengambil kesimpulan tentang pentingnya
penelitian “ Upaya Meningkatan Pemahaman Matematika Operasi Hitung
Campuran dengan Metode Pembelajaran Numbered Heads Together pada Siswa
Kelas III SD Negeri 2 Logede Karangnongko Klaten Tahun Pelajaran 2012/2013
”. Penelitian yang dapat memberikan manfaat bagi siswa untuk mengembangkan
pengetahuan dasar tentang bagaimana peserta didik belajar matematika ditinjau
dari psikologi belajar. Berdasarkan uraian diatas peneliti akan melakukan
perbaikan dalam proses belajar mengajar mata pelajaran Matematika. Indikator
1.4.1. Mengerjakan soal tentang operasi hitung campuran melalui Penelitian
Tindakan Kelas (PTK).
Berdasarkan pada hal tersebut diatas dapat ditetapkan tujuan penelitian
adalah untuk meningkatkan pemahaman matematika operasi hitung campuran
dengan metode pembelajaran Numbered Heads Together pada siswa kelas III SD
Negeri 2 Logede Karangnongko Klaten Tahun Pelajaran 2012/ 2013.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan di SD N 2 Logede yang terletak di Desa Logede,
Kecamatan Karangnongko, Kabupaten Klaten. Waktu penelitian dari penyusunan
pengajuan proposal sampai penyusunan laporan direncanakan selama tiga bulan
dimulai dari bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Oktober 2012. Subjek
penelitian adalah siswa kelas III SD N 2 Logede yang berjumlah 15 siswa. Objek
dalam penelitian ini adalah pemahaman matematika Operasi Hitung Campuran
pada siswa kelas III SD N 2 Logede Tahun Pelajaran 2012/ 2013 yang diberikan
pembelajaran matematika dengan metode Numbered Head Together (NHT).
Prosedur penelitian yang digunakan adalah model spiral, yang terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi serta refleksi.
Menerapkan metode pembelajaran Numbered Heads Together (Kepala Bernomor)
dalam pembelajaran Matematika. Langkah-langkah yang harus ditempuh yaitu:
(1) Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam setiap
kelompok mendapat nomor. (2) Guru memberikan tugas dan masing-masing
kelompok mengerjakannya. (3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar
8
dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui
jawabannya. (4) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka. (5) Tanggapan dari teman yang
lain kemudian Guru menunjuk nomor yang lain.
Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan
data kualitatif. Data kuantitatif (nilai pemahahaman siswa) dapat di analisis secara
deskriptif. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis statistik deskriptif.
Misalnya mencari nilai rata-rata, persentase pemahaman siswa, sedangkan data
kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode
penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta yang sesuai dengan
data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman yang dicapai
siswa juga aktifitas siswa selama pembelajaran serta aktifitas guru dalam
pembelajaran. Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini
melalui beberapa cara antara lain: (1) Observasi adalah langkah awal untuk
mengetahui suatu permasalahan yang dialami oleh guru dalam proses
pembelajaran, dan observasi dilakukan di kelas yang menjadi sampel untuk
mendapat gambaran secara langsung tentang kegiatan/ aktivitas belajar siswa di
kelas. Observasi dapat mengetahui dan mengamati kegiatan siswa dalam
mempersiapkan, memperhatikan, dan menanggapi penjelasan dari guru selama
proses pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan metode Numbered Heads
Together. (2) Tes digunakan menguji subjek untuk mendapatkan data tentang
pemahaman siswa, dengan menggunakan butir-butir soal/ instrumen soal yang
mengukur pemahaman siswa sesuai dengan bidang mata pelajaran yang diteliti.
Tes sangat lazim digunakan dalam penelitian tindakan kelas. Hal ini disebabkan
pada PTK pada umumnya salah satu yang diukur adalah hasil belajar siswa. (3)
Dokumentasi, menurut Suharsimi Arikunto (2010: 135) menyatakan bahwa
“Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,
agenda, dan sebagainya.” Penggunaan metode dokumentasi digunakan untuk
mengetahui data perkembangan siswa yang berupa daftar presensi, daftar nilai,
rencana pelaksanaan pembelajaran, foto-foto, dan dokumen yang ada di dalam
9
sekolah. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dengan jalan melihat
dan mencatat kembali data yang ada dan yang akan diperlukan untuk keperluan
tertentu. Dokumentasi yang diperlukan dalam penelitian ini adalah Silabus, RPP,
foto-foto, lembar kerja siswa, maupun daftar nilai siswa.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Lembar observasi
digunakan dalam penelitian untuk memperoleh data mengenai kegiatan guru dan
siswa selama pembelajaran matematika menggunakan metode Numbered Heads
Together (NHT), lembar penilaian, RPP, lembar observasi/ pengamatan, dan
catatan lapangan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Kondisi Awal: pelaksanaan tindakan kelas ini didasari pada latar belakang
masalah yang menunjukkan bahwa secara keseluruhan siswa yang sudah tuntas
dalam pemahaman matematika operasi hitung campuran berjumlah 6 siswa,
sedangkan 9 siswa lainnya belum tuntas belajarnya. Dari hal ini bisa dilihat
bagaimana masih jauh dari ketuntasan belajar KKM Mata pelajaran matematika
yaitu 60. Sedangkan rata – rata ketuntasan secara keseluruhan belum mencapai
seperti yang diharapkan 75 %. Ketuntasan belajar siswa pada pra tindakan baru
mencapai 40 %, dan rata – rata kognitif siswa mencapai 46,67.
Siklus I: Sebelum dilaksanakan tindakan terlebih dahulu penyusunan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Pembelajaran yang akan dilakukan
berpedoman pada rencana pembelajaran yang telah disusun, yaitu selama 2 jam (2
x 35 menit) dengan materi palajaran tentang Operasi Hitung Campuran.
Kemudian mempersiapkan instrumen observasi proses pembelajaran yang
dilakukan guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, dan
mempersiapkan media pembelajaran berkaitan dengan materi operasi hitung
campuran yaitu alat hitung (ketekan).
hari selasa tanggal 18 September 2012 jam 4
adalah peneliti dibantu observer. Selain membantu peneliti, observer juga
mengadakan observasi, sedangkan penerima tindakan adalah siswa kelas III
dengan jumlah siswa yang hadir 15 siswa.
Kegiatan awal dalam proses pembelajaran, guru peneliti membuka
pelajaran dengan salam, guru dan siswa berdoa bersama, mengabsen siswa,
memotivasi, dan mengkondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran, guru
peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu k
peroleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dan tanya jawab berkenaan
dengan materi yang akan disampaikan
kemudian diadakan evaluasi dari hasil nilai dari siklus I menunjukkan bahwa ada
peningkatan pemahaman siswa dari sebelumnya. Karena sebelum diadakan
penelitian tindakan kelas siklus I ini siswa yang memperoleh nilai di atas KKM
hanya 40 %, sedangkan yang lainnya masih di bawah KKM
menjadi 66,67 %, dan ketuntasan belajar sec
rata dari 46,67 menjadi 66. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan nilai
yang diperoleh secara keseluruhan pada masing
siswa pada siklus I dapat dilihat pada Histogram di bawah ini
10
campuran yaitu alat hitung (ketekan). Tindakan kelas siklus I dilaksanakan pada
nggal 18 September 2012 jam 4 – 5. Pada siklus ini pelaku tindakan
adalah peneliti dibantu observer. Selain membantu peneliti, observer juga
mengadakan observasi, sedangkan penerima tindakan adalah siswa kelas III
dengan jumlah siswa yang hadir 15 siswa.
Kegiatan awal dalam proses pembelajaran, guru peneliti membuka
pelajaran dengan salam, guru dan siswa berdoa bersama, mengabsen siswa,
memotivasi, dan mengkondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran, guru
peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu kemampuan yang akan siswa
peroleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dan tanya jawab berkenaan
dengan materi yang akan disampaikan. Setelah guru menyampaikan materi
kemudian diadakan evaluasi dari hasil nilai dari siklus I menunjukkan bahwa ada
atan pemahaman siswa dari sebelumnya. Karena sebelum diadakan
penelitian tindakan kelas siklus I ini siswa yang memperoleh nilai di atas KKM
hanya 40 %, sedangkan yang lainnya masih di bawah KKM ≥ 60 ada kenaikan
menjadi 66,67 %, dan ketuntasan belajar secara keseluruhan ada peningkatan rata
rata dari 46,67 menjadi 66. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan nilai
yang diperoleh secara keseluruhan pada masing-masing siswa. Nilai pemahaman
siswa pada siklus I dapat dilihat pada Histogram di bawah ini:
0
1
2
3
4
5
6
3
2 2 2
6
Histogram Pada Siklus 1
40-49 50-59 60-69 70-79 80-90
INTERVALINTERVALINTERVALINTERVAL KELASKELASKELASKELAS
Tindakan kelas siklus I dilaksanakan pada
5. Pada siklus ini pelaku tindakan
adalah peneliti dibantu observer. Selain membantu peneliti, observer juga
mengadakan observasi, sedangkan penerima tindakan adalah siswa kelas III
Kegiatan awal dalam proses pembelajaran, guru peneliti membuka
pelajaran dengan salam, guru dan siswa berdoa bersama, mengabsen siswa,
memotivasi, dan mengkondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran, guru
emampuan yang akan siswa
peroleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dan tanya jawab berkenaan
Setelah guru menyampaikan materi
kemudian diadakan evaluasi dari hasil nilai dari siklus I menunjukkan bahwa ada
atan pemahaman siswa dari sebelumnya. Karena sebelum diadakan
penelitian tindakan kelas siklus I ini siswa yang memperoleh nilai di atas KKM
60 ada kenaikan
ara keseluruhan ada peningkatan rata-
rata dari 46,67 menjadi 66. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan nilai
Nilai pemahaman
11
Refleksi: Keseluruhan data yang diperoleh melalui observasi
dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti mendapatkan informasi bahwa guru
peneliti masih belum maksimal dalam melaksanakan kegiatan. Pembelajaran
matematika dengan metode Numbered Head Together (NHT). Hal tersebut dapat
dilihat pada hasil pengamatan. Dalam kegiatan pembelajaran siklus I masih
banyak kekurangan yang harus dibenahi. Hal tersebut dapat terjadi karena guru
belum maksimal dalam menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan
nyaman bagi siswa, kekurangan itu antara lain: (1) Guru belum memberikan
teguran secara optimal (tegas) pada siswa yang ramai sendiri dan tidak
memperhatikan penjelasan dari guru. (2) Guru belum bisa mengkondisikan siswa
secara maksimal. (3) Pengalokasian waktu yang belum sesuai dengan RPP.
Meskipun sudah ada peningkatan pemahaman pada siklus I dibandingkan pra
tindakan, tetapi masih banyak kekurangan yang harus dibenahi pada siswa.
Kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran yaitu: (1) Siswa masih ada
yang tidak memperhatikan. (2) Kurang motivasi dan juga masih malu dalam
bertanya. (3) Pemahaman siswa masih rendah.
Hal itu membuat siswa masih merasa kesulitan ketika harus mengerjakan
soal secara individu maupun kelompok dengan benar. Berdasarkan uraian tersebut
di atas, maka peneliti harus menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan
yang menghambat kelancaran proses pembelajaran matematika dengan metode
Numbered Head Together (NHT). Hasil yang diperoleh setelah dilaksanakan
tindakan, menyatakan bahwa pemahaman siswa masih belum mencapai target
yang telah ditetapkan. Meskipun sudah ada peningkatan pemahaman siswa jika
dibandingkan sebelum siklus I. Oleh sebab itu, dari data diatas bisa dijadikan
sebagai dasar untuk melanjutkan kegiatan penelitian tindakan kelas pada siklus II,
dengan harapan dapat memperbaiki kekurangan yang terdapat pada siklus I, serta
dapat mencapai target yang telah ditetapkan sebelumnya. Kesimpulan yang dapat
diambil adalah guru harus melakukan tindakan ke siklus selanjutnya untuk
meningkatkan pemahaman siswa kelas III SD Negeri 2 Logede karena siklus I ini
12
dianggap belum berhasil karena masih banyak siswa yang belum mencapai
indikator yang ditentukan.
Siklus II: Pada tahap perencanaan, peneliti membuat suatu perencanaan
dengan berpedoman pada hasil refleksi yang telah dilaksanakan peneliti pada
siklus I. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I tersebut, diketahui bahwa materi
yang diajarkan dengan metode Numbered Head Together (NHT) oleh guru
peneliti belum dapat dipahami siswa secara maksimal. Hal ini dapat dilihat dari
pemahaman siswa yang telah dilaksanakan sebelumnya. Guru peneliti
mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dimana waktu
pembelajaran selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) dengan materi pelajaran
tentang pengembangan soal yang berkaitan dengan operasi hitung campuran,
media dan peralatan yang dibutuhkan, pedoman observasi, soal tes dan
dokumentasi. Pelaksanaan tindakan kelas siklus II dilaksanakan pada hari selasa
tanggal 9 Oktober 2012 jam 4 – 5. Pada siklus ini pelaku tindakan adalah peneliti
dibantu observer. Selain membantu peneliti, observer juga mengadakan observasi.
Sedangkan penerima tindakan adalah siswa kelas III dengan jumlah siswa yang
hadir 15 siswa. Kegiatan awal dalam proses pembelajaran, guru peneliti membuka
pelajaran dengan salam, Guru dan siswa berdoa bersama, mengabsen siswa,
memotivasi, dan mengkondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran, guru
peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu kemampuan yang akan siswa
peroleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dan tanya jawab berkenaan
dengan materi yang akan disampaikan. Observasi Tindakan Kelas Siklus II,
setelah guru menyampaikan materi kemudian diadakan evaluasi dari hasil nilai
dari siklus II menunjukkan bahwa ada peningkatan pemahaman siswa dari
sebelumnya. Karena sebelum diadakan penelitian tindakan kelas siklus II ini
siswa yang memperoleh nilai di atas KKM hanya 66,67 %, sedangkan yang
lainnya masih di bawah KKM ≥ 60 ada kenaikan menjadi 86,67 %, dan
ketuntasan belajar secara keseluruhan ada peningkatan rata-rata dari 66 menjadi
76,67. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan nilai yang diperoleh
secara keseluruhan pada masing-masing siswa. Nilai pemahaman siswa pada
siklus II dapat dilihat pada Histogram di bawah ini:
Grafik Peningkatan Pemahaman Siklus II
Refleksi :
dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti mendapatkan informasi bahwa guru
peneliti masih belum maksimal dalam melaksanakan kegiatan. Pembelajaran
matematika dengan metode
dilihat pada hasil pengamatan siswa yang menyat
siswa merasa senang, memperhatikan, termotivasi, dan berani bertanya. Selain itu,
guru juga sudah memberikan teguran secara tegas pada siswa yang ramai sendiri
dan tidak memperhatikan penjelasan guru, sehingga siswa tersebut t
mengalami kesulitan ketika harus mengerjakan soal secara individu maupun
kelompok dengan benar.
diketahui bahwa penerapan metode pembelajaran
(NHT) ternyata dapat meningk
yang diberikan secara signifikan. Karena rata
siswa tuntas belajar. Meskipun masih ada 2 siswa yang belum mencapai nilai
batas KKM, akan tetapi ketuntasan rata
menunjukkan peningkatan dimana lebih dari 75 % siswa sudah tuntas, sehingga
tidak perlu lagi dilakukan tindakan berikutnya. Dengan demikian penggunaan
metode pembelajaran
13
Grafik Peningkatan Pemahaman Siklus II
: Keseluruhan data yang diperoleh melalui observasi
dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
elaksanaan tindakan, peneliti mendapatkan informasi bahwa guru
peneliti masih belum maksimal dalam melaksanakan kegiatan. Pembelajaran
matematika dengan metode Numbered Head Together (NHT). Hal tersebut dapat
dilihat pada hasil pengamatan siswa yang menyatakan bahwa secara keseluruhan
siswa merasa senang, memperhatikan, termotivasi, dan berani bertanya. Selain itu,
guru juga sudah memberikan teguran secara tegas pada siswa yang ramai sendiri
dan tidak memperhatikan penjelasan guru, sehingga siswa tersebut t
mengalami kesulitan ketika harus mengerjakan soal secara individu maupun
kelompok dengan benar. Berdasarkan pemahaman siswa di putaran siklus II
diketahui bahwa penerapan metode pembelajaran Numbered Heads Together
(NHT) ternyata dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
yang diberikan secara signifikan. Karena rata-rata keseluruhan mencapai 86,67 %
siswa tuntas belajar. Meskipun masih ada 2 siswa yang belum mencapai nilai
batas KKM, akan tetapi ketuntasan rata-rata secara keseluruhan sudah
menunjukkan peningkatan dimana lebih dari 75 % siswa sudah tuntas, sehingga
tidak perlu lagi dilakukan tindakan berikutnya. Dengan demikian penggunaan
metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat dijadikan metode
0
1
2
3
4
5
6
2 2
3
2
6
Histogram Pada Siklus II
50-59 60-69 70-79 80-89 90-100
INTERVALINTERVALINTERVALINTERVAL NILAINILAINILAINILAI
Keseluruhan data yang diperoleh melalui observasi
dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
elaksanaan tindakan, peneliti mendapatkan informasi bahwa guru
peneliti masih belum maksimal dalam melaksanakan kegiatan. Pembelajaran
(NHT). Hal tersebut dapat
akan bahwa secara keseluruhan
siswa merasa senang, memperhatikan, termotivasi, dan berani bertanya. Selain itu,
guru juga sudah memberikan teguran secara tegas pada siswa yang ramai sendiri
dan tidak memperhatikan penjelasan guru, sehingga siswa tersebut tidak terlalu
mengalami kesulitan ketika harus mengerjakan soal secara individu maupun
Berdasarkan pemahaman siswa di putaran siklus II
Numbered Heads Together
atkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
rata keseluruhan mencapai 86,67 %
siswa tuntas belajar. Meskipun masih ada 2 siswa yang belum mencapai nilai
seluruhan sudah
menunjukkan peningkatan dimana lebih dari 75 % siswa sudah tuntas, sehingga
tidak perlu lagi dilakukan tindakan berikutnya. Dengan demikian penggunaan
(NHT) dapat dijadikan metode
Pada Siklus II
100
belajar dalam pembelajaran. Hal ini dapat diketahui dengan adanya peningkatan
pemahaman siswa yang cukup baik. Dimana rata
dilakukan tinadakan menunjukkan hasil 46,67 dan setelah dilakukan tindakan
pada siklus I menunjukkan hasil 66 dan pad
Berdasarkan dari data diatas dapat dibuat histogram sebagai berikut :
Grafik Peningkatan Pemahaman Matematika setiap Siklus
Dari data di atas dapat kita lihat hasil tindakan dari setiap siklus. Dimana
pada keadaan awal pra tindakan jumlah siswa yang mendapatkan nilai < 60
sebanyak 9 siswa dan yang mendapat nilai
demikian maka sekitar 60 % belum men
40 % sudah mendapatkan hasil yang baik. Kemudian pada tindakan siklus I
jumlah yang mendapatkan nilai
60 sebanyak 10 siswa. Dengan demikian maka sekitar 33,33% belum men
hasil yang memuaskan, sedangkan 66,67 % siswa sudah mendapatkan hasil yang
baik.Pemahaman matematika pada siklus II secara keseluruhan lebih meningkat.
Hal ini dapat diketahui dimana jumlah siswa yang mendapat nilai kurang dari 60
sebanyak 2 siswa atau 13,33 % dari jumlah siswa keseluruhan. Sedangkan yang
mendapat nilai diatas 60 sebanyak 13 siswa atau 86,67 % dari jumlah seluruhnya.
Dari data yang diperoleh di atas menunjukkan bahwa pemahaman belajar siswa
dapat ditingkatkan melalui proses belajar me
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Pra Tindakan
Pemahaman Matematika SiswaPemahaman Matematika SiswaPemahaman Matematika SiswaPemahaman Matematika Siswa
14
mbelajaran. Hal ini dapat diketahui dengan adanya peningkatan
pemahaman siswa yang cukup baik. Dimana rata-rata secara keseluruhan sebelum
dilakukan tinadakan menunjukkan hasil 46,67 dan setelah dilakukan tindakan
pada siklus I menunjukkan hasil 66 dan pada siklus II menunjukkan hasil 76,67.
Berdasarkan dari data diatas dapat dibuat histogram sebagai berikut :
Grafik Peningkatan Pemahaman Matematika setiap Siklus
Dari data di atas dapat kita lihat hasil tindakan dari setiap siklus. Dimana
pada keadaan awal pra tindakan jumlah siswa yang mendapatkan nilai < 60
sebanyak 9 siswa dan yang mendapat nilai ≥ 60 sebanyak 6 siswa. Dengan
demikian maka sekitar 60 % belum mencapai hasil yang memuaskan, sedangkan
40 % sudah mendapatkan hasil yang baik. Kemudian pada tindakan siklus I
jumlah yang mendapatkan nilai < 60 sebanyak 5 siswa dan yang mendapat nilai
60 sebanyak 10 siswa. Dengan demikian maka sekitar 33,33% belum men
hasil yang memuaskan, sedangkan 66,67 % siswa sudah mendapatkan hasil yang
baik.Pemahaman matematika pada siklus II secara keseluruhan lebih meningkat.
Hal ini dapat diketahui dimana jumlah siswa yang mendapat nilai kurang dari 60
au 13,33 % dari jumlah siswa keseluruhan. Sedangkan yang
mendapat nilai diatas 60 sebanyak 13 siswa atau 86,67 % dari jumlah seluruhnya.
Dari data yang diperoleh di atas menunjukkan bahwa pemahaman belajar siswa
dapat ditingkatkan melalui proses belajar mengajar yang menyenangkan dan juga
Pra Tindakan Siklus I Siklus II
Histogram Prosentase Histogram Prosentase Histogram Prosentase Histogram Prosentase
Pemahaman Matematika SiswaPemahaman Matematika SiswaPemahaman Matematika SiswaPemahaman Matematika Siswa
mbelajaran. Hal ini dapat diketahui dengan adanya peningkatan
rata secara keseluruhan sebelum
dilakukan tinadakan menunjukkan hasil 46,67 dan setelah dilakukan tindakan
a siklus II menunjukkan hasil 76,67.
Berdasarkan dari data diatas dapat dibuat histogram sebagai berikut :
Grafik Peningkatan Pemahaman Matematika setiap Siklus
Dari data di atas dapat kita lihat hasil tindakan dari setiap siklus. Dimana
pada keadaan awal pra tindakan jumlah siswa yang mendapatkan nilai < 60
60 sebanyak 6 siswa. Dengan
capai hasil yang memuaskan, sedangkan
40 % sudah mendapatkan hasil yang baik. Kemudian pada tindakan siklus I
60 sebanyak 5 siswa dan yang mendapat nilai ≥
60 sebanyak 10 siswa. Dengan demikian maka sekitar 33,33% belum mencapai
hasil yang memuaskan, sedangkan 66,67 % siswa sudah mendapatkan hasil yang
baik.Pemahaman matematika pada siklus II secara keseluruhan lebih meningkat.
Hal ini dapat diketahui dimana jumlah siswa yang mendapat nilai kurang dari 60
au 13,33 % dari jumlah siswa keseluruhan. Sedangkan yang
mendapat nilai diatas 60 sebanyak 13 siswa atau 86,67 % dari jumlah seluruhnya.
Dari data yang diperoleh di atas menunjukkan bahwa pemahaman belajar siswa
ngajar yang menyenangkan dan juga
15
tidak membosankan, salah satunya dengan menerapkan metode pembelajaran
Numbered Head Together (NHT).
Berdasarkan hasil observasi dan refleksi pada siklus I dan siklus II, proses
pembelajaran telah dikatakan berhasil. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
peningkatan pemahaman siswa yang signifikan. Pelaksanaan penelitian tindakan
kelas yang dilakukan peneliti dalam dua siklus telah dapat meningkatkan
pemahaman siswa. Hal ini berpengaruh juga terhadap peningkatan pemahaman
siswa yang pada siklus II telah memenuhi KKM yang telah ditetapkan. Secara
rinci hasil penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut. Sebelum diadakan
tindakan prosentase belajar mencapai 40%. Setelah diadakan siklus I prosentase
belajar mengalami kenaikan sebesar 66,67% dan setelah siklus II mengalami
kenaikan sebesar 86,67%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tindakan yang
dilakukan berhasil.
Simpulan
Penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa: dengan menerapkan metode
Numbered Heads Together (NHT) adanya peningkatan pemahaman matematika
siswa dalam pembelajaran matematika. Penggunaan metode pembelajaran ini
dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.
Prosentase belajar secara keseluruhan baik pra tindakan maupun setelah dilakukan
tindakan dapat dirinci yaitu pada pra tindakan mencapai 40 %, pada siklus I
menjadi 66,67 %, dan siklus II mencapai 86,67 %.
Implikasi hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan
pedoman bagi guru, bahwa berbagai metode pembelajaran yang ada dan bervariasi
tidak hanya sebagai bahan bacaan semata, akan tetapi untuk dapat menerapkan
dalam setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Sehingga semua aspek dapat
tercapai baik itu afektif, kognitif, maupun psikomotorik dan memperoleh
gambaran yang jelas dengan menerapkan metode pembelajaran Numbered Heads
Together (NHT) untuk mencapai keberhasilan belajar matematika.
16
Daftar Pustaka
Acep, Yonny, dkk. 2010. Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta. Ariyanto. 2011. Pembelajaran Aritmatika Sekolah Dasar. PSKGJ-FKIP Univ.
Muhammadiyah Surakarta. Solo : Qinant. Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Yrama Widya. Cooperative Learning, http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperativelearning.htm
Esis.Widdiarto,Rachmadi. 2004. Makalah: model-model Pembelajaran Matematika SD. Yogyakarta: PPG Matematika
Dimyati, Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Herawati, dkk. 2009. PTK Sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru
dan Calon Guru. Malang: Bayu Media. Herdian. 2009. Model Pembelajaran NHT ( Numbered Head Together ).
http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/. Diakses pada tanggal 28 Agustus 2012, pukul 18.44 WIB.
Ismail, 2003. Media Pembelajaran (Model-Model Pembelajaran). Jakarta
Direktorat Pendidikan Nasional. Karso, dkk, 1988, Pendidikan Matematika 1, Jakarta : Universitas Terbuka Poerwadaminta.1995. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Ruseffendi. 1991. Pengantar Kepada Pembantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sri Rahayu, 2009. Numbered Head Together. Srhttp://pelawi selatan. blogspot.
Com / 20009/ 03 / numbered-head together. html Sudjana. 1996. Metode Statistik. Bandung: Tarsito Sugiyono. 2008. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.
17
Sujarwo, Baku. 2004. Korelasi antara Pemecahan Masalah Matematika dengan Bahasa Indonesia. Semarang : IKIP PGRI.
Tarjo, 2009. Perbaikan Pembelajaran melalui PTK Mata Pelajaran Matematika
dan IPS pada Siswa Kelas IV Semester 2 SDN 3 Manggarmas Tahun pelajaran 2008 / 2009. Semarang : Universitas Terbuka.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivisme.
Jakarta: Prestasi Pustaka Wiriatmaja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja
Rosdakarya. _____,http://arifuddin-proposalptk.blogspot.com/2011/07/peningkatkan-hasil-
belajar-matematika.html _____, http://learning-with-e.blogspot.com/2006/09/pembelajaran.html#4 _____,http://zainurie.files.wordpress.com/2007/12/ppp/pembelajaran
kooperatif.pdf _____,http://pinggiralas.blogspot.com/2010/05/contoh-ptk-kooperatif-nht.html