Nadira Referat DDH

29
REFERAT DEVELOPMENTAL DYSPLASIA OF THE HIP Disusun oleh : Nadira Danata 1102011188 Pembimbing : Dr. Kartika, Sp.OT KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RSUD PASAR REBO JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI Oktober 2015

description

referat ddh ortopedi

Transcript of Nadira Referat DDH

Page 1: Nadira Referat DDH

REFERAT

DEVELOPMENTAL DYSPLASIA OF THE HIP

Disusun oleh :

Nadira Danata

1102011188

Pembimbing :

Dr. Kartika, Sp.OT

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

RSUD PASAR REBO JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

Oktober 2015

Page 2: Nadira Referat DDH

PENDAHULUAN

Istilah dislokasia panggul kongenital pertama kali diungkapkan pada masa

Hippocrates. Kondisi ini, biasa disebut sebagai displasia panggul atau developmental

dysplasia of the hip (DDH), telah terdiagnosa dan diterapi selama ratusan tahun. Yang paling

dikenal, Ortolani, seorang dokter anak pada tahun 1900an, mengevaluasi, mendiagnosa, dan

memulai tatalaksana displasia panggul. Galeazzi kemudian mengumpulkan 12.000 kasus

DDH dan melaporkan hubungan antara panjang femur saat fleksi yang terlihat lebih pendek

dengan dislokasia panggul. Sejak saat itu, telah banyak kemajuan dalam evaluasi dan

tatalaksana DDH.

Definisi dari DDH tidak secara universal disepakati. Istilah DDH ditujukan bagi

pasien yang lahir dengan dislokasi atau panggul yang tidak stabil, yang dapat menyebabkan

displasia panggul. Perkembangan abnormal panggul termasuk struktur tulang, seperti

asetabulum dan femur proximal, termasuk labrum, kapsul, dan jaringan lunak lainnya.

Kondisi ini dapat terjadi kapan pun, dari konsepsi hingga perkembangan tulang dewasa.

Istilah yang lebih spesifik digunakan untuk mendeskripsikan kondisi ini; (1)

subluxation, kaput femoris berada di asetabulum dan dapat mengalami dislokasi parsial saat

pemeriksaan; (2) dislocatable, pinggul dapat dislokasi seluruhnya dengan manipulasi tetapi

berada pada lokasi normal pada saat bayi istirahat; (3) dislocated, pinggul berada dalam

posisi dislokasi (paling parah)

Diagnosis dini merupakan aspek penting dalam tatalaksana anak dengan DDH.

Kegunaan USG dan modalitas imajing lainnya dan pelaksanaan perkembangan program

edukasi dapat mengurangi angka keterlambatan diagnosis DDH pada anak. Dewasa ini,

teknik operasi invasif minimal dikembangkan sebagai usaha untuk mengurangi angka

morbiditas dari operasi dan mempermudah penyembuhan.

Page 3: Nadira Referat DDH

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Panggul

a. Persendian panggul

Sendi panggul (hip joint) merupakan hubungan proksimal dari

extremitas inferior. Hip joint (articulatio coxae) adalah persendian antara kaput

femoris yang berbentuk hemisphere dan asetabulum os coxae yang berbentuk

mangkuk dengan tipe “ball and socket”. Dibandingkan dengan shoulder joint

yang konstruksinya untuk mobilitas, hip joint sangat stabil yang konstruksinya

untuk menumpuh berat badan. 11

Hip joint dibentuk oleh kaput femur yang konveks bersendi dengan

asetabulum yang konkaf. Hip joint adalah ball and socket (spheroidal) triaxial

joint. Asetabulum terbentuk dari penyatuan os ilium, ischium, dan pubis.

Seluruh asetabulum dilapisi oleh cartilago hyaline dan pusat asetabulum terisi

oleh suatu massa jaringan lemak yang tertutup oleh membran synovial. 11

Jaringan fibrokartilago yang melingkar datar di asetabulum disebut

dengan labrum acetabular, yang melekat disekeliling margo asetabulum.

Labrum acetabular menutup cartilago hyaline dan sangat tebal pada sekeliling

asetabulum daripada pusatnya. Hal ini menambah kedalaman asetabulum.

Asetabulum terletak di bagian lateral pelvis, menghadap ke lateral, anterior

dan inferior. Kaput femur secara sempurna ditutup oleh cartilago hyaline. Pada

pusat kaput femur terdapat lubang kecil yang dinamakan dengan fovea capitis

yang tidak ditutup oleh cartilago hyaline. Kaput femur berbentuk spherical dan

menghadap kearah anterior, medial dan superior. 11

Page 4: Nadira Referat DDH

Gambar 2.1. Hip (coxal) bone – lateral view

Gambar 2.2. Hip (coxal) bone - medial view

b. Ligamentum

Hip joint diperkuat oleh kapsul sendi yang kuat, ligamen iliofemoral,

pubofemoral, dan ischiofemoral. Simpai sendi jaringan ikat di sebelah depan

diperkuat oleh sebuah ligamentum yang kuat dan berbentuk Y (karena arah serabut

mirip huruf Y terbalik), yakni ligamentum ileofemoral yang melekat pada SIAI (Spina

Iliaka Anterior Inferior) dan pinggiran asetabulum serta pada linea intertrochanterica

di sebelah distal. Ligamentum ini mencegah ekstensi yang berlebihan sewaktu berdiri.

Di bawah simpai tadi diperkuat oleh ligamentum pubofemoral yang berbentuk

segitiga. Dasar ligamentum melekat pada ramus superior ossis pubis dan apex melekat

dibawah pada bagian bawah linea intertrochanterica. Ligamentum ini membatasi

gerakan ekstensi dan abduksi.

Page 5: Nadira Referat DDH

Di belakang simpai ini diperkuat oleh ligamentum ischiofemorale yang

berbentuk spiral dan melekat pada corpus ischium dekat margo acetabuli.

Ligamentum ini mencegah terjadinya hieprekstensi dengan cara memutar kaput

femoris ke arah medial ke dalam asetabulum sewaktu diadakan ekstensi pada

articulatio coxae.

Hip joint juga diperkuat oleh ligamen transverse acetabular yang kuat dan

bersambung dengan labrum acetabular. Ligamentum teres femoris berbentuk pipih

dan segitiga. Ligamentum ini melekat melalui puncaknya pada lubang yang ada di

kaput femoris dan melalui dasarnya pada ligamentum transversum dan pinggir

incisura acetabuli. Ligamentum ini terletak pada sendi dan dan dibungkus membrana

synovial.

Gambar 2.3. Persendian panggul – anterior view

Page 6: Nadira Referat DDH

Gambar 2.4. Persendian panggul – posterior view

Gambar 2.5. Persendian paggul – lateral view

Ligamen teres femoris berfungsi sebagai pengikat kaput femur ke bagian bawah

asetabulum dan memberikan stabilisator yang kuat didalam sendi (intraartikular).

Stabilisator bagian luar dihasilkan oleh 3 ligamen yang melekat pada collum/ neck

femur yaitu : ligamen iliofemoral, pubofemoral dan ischiofemoral

2.2 Definisi

DDH juga diistilahkan sebagai Developmental Dislocation of The Hip.

Dislokasi panggul kongenital adalah deformitas ortopedik yang didapat segera

Page 7: Nadira Referat DDH

sebelum atau pada saat kelahiran. Kondisi ini bervariasi dari pergeseran minimal

ke lateral sampai dislokasi komplit dari kaput femoris keluar asetabulum.1,3

Ada tiga pola yang terlihat: (1) subluxation, kaput femoris berada di

asetabulum dan dapat mengalami dislokasi parsial saat pemeriksaan; (2)

dislocatable, pinggul dapat dislokasi seluruhnya dengan manipulasi tetapi berada

pada lokasi normal pada saat bayi istirahat; (3) dislocated, pinggul berada dalam

posisi dislokasi (paling parah).2,4

2.3 Epidemiologi

Developmental Dislocation of The Hip (DDH) merupakan fase spektrum

dari ketidakstabilan sendi panggul pada bayi. Pada keadaan normal, panggul bayi

baru lahir dalam keadaan stabil dan sedikit fleksi.3

Ketidakstabilan panggul berkisar 5 – 20% dari 1.000 kelahiran hidup dan

sebagian besar akan menjadi stabil setelah 3 minggu dan hanya 1-2% yang tetap

tidak stabil. Dislokasi panggul kongenital tujuh kali lebih banyak pada perempuan

daripada laki – laki, sendi panggul kiri lebih sering terkena dan hanya 1- 5% yang

bersifat bilateral. Kelainan ini lebih banyak ditemukan pada orang Amerika dan

Jepang serta jarang ditemukan pada orang Indonesia. 2,3,4

2.4 Etiologi dan Patogenesis

Ada beberapa faktor penyebab yang diduga berhubungan dengan terjadinya

Developmental Dislocation of The Hip (DDH), antara lain:

1. Faktor genetik

Faktor genetik menjadi faktor etiologi, karena dislokasi kongenital

cenderung ditemukan dalam sekeluarga dan bahkan dalam seluruh populasi

(misalnya orang Italia Utara). Wynne- Davies (1970) menemukan dua ciri

warisan yang dapat mempengaruhi ketidakstabilan pinggul yakni sendi yang

longgar merata, suatu sifat yang dominan dan displasia asetabulum, suatu sifat

poligenik yang ditemukan pada kelompok yang lebih kecil (terutama gadis)

yang menderita ketidakstabilan yang menetap. Tetapi ini bukan keterangan

satu- satunya karena pada 4 dari 5 kasus hanya 1 yang mengalami dislokasi.2,3

2. Faktor hormonal

Tingginya kadar estrogen, progesteron dan relaksin pada ibu dalam

beberapa minggu terakhir kehamilan, dapat memperburuk kelonggaran

Page 8: Nadira Referat DDH

ligamentum pada bayi. Hal ini dapat menerangkan langkanya ketidakstabilan

pada bayi prematur, yang lahir sebelum hormon- hormon mencapai

puncaknya. Hormon relaksin digunakan bayi untuk relaksasi panggul pada

saat keluar dari panggul ibu.2,3

Selama periode neonatal, bayi relatif membawa estrogen dari ibunya.

Hal ini memungkinkan relaksasi ligamen di dalam tubuh. Beberapa bayi

sangat sensitif terhadap estrogen, sehingga menyebabkan ligament panggul

menjadi terlalu lemah, dan panggul tidak stabil.2,3

3. Malposisi intrauterin

Terutama posisi bokong dengan kaki yang berekstensi, dapat

mempermudah terjadinya dislokasi, ini berhubungan dengan lebih tingginya

insidensi pada bayi yang merupakan anak sulung, dimana versi spontan lebih

jarang terjadi.2,3

Dislokasi unilateral biasanya mempengaruhi pinggul kiri, ini sesuai

dengan presentasi verteks biasa (occiput anterior kiri) dimana pinggul kiri

menyesuaikan dengan sakrum ibu sehingga terjadi posisi adduksi.2,3

4. Faktor pascakelahiran

Dapat menyebabkan menetapnya ketidakstabilan neonatal dan

gangguan perkembangan asetabulum. Dislokasi sering kali ditemukan pada

orang Lapps dan orang Indian Amerika Utara yang membedong bayinya dan

menggendongnya dengan kaki merapat, pinggul dan lutut sepenuhnya

berekstensi, dan jarang pada orang Cina Selatan dan Negro Afrika yang

membawa bayi pada punggungnya dengan kedua kaki berabduksi lebar- lebar.

Ada juga bukti dari percobaan bahwa ekstensi lutut dan pinggul secara

serentak mengakibatkan dislokasi panggul selama perkembangan awal.2

2.5. Patologi

Panggul mungkin tidak stabil saat kelahiran, tetapi bentuknya masih normal

(McKibbin, 1970). Namun, kapsul sering tertarik secara berlebihan. Selama masa

kanak–kanak beberapa perubahan timbul, beberapa di antaranya mungkin

menunjukkan displasia primer pada asetabulum dan /atau femur proksimal, tetapi

kebanyakan di antaranya muncul karena adaptasi terhadap ketidakstabilan menetap

dan pembebanan sendi secara abnormal.2

Page 9: Nadira Referat DDH

Kaput femoris mengalami dislokasi di bagian posterior tetapi dengan

ekstensi panggul, pertama – tama kaput terletak posterolateral dan kemudian

superolateral pada asetabulum. Soket tulang rawan terletak dangkal dan anteversi.

Kaput femoris yang bertulang rawan ukurannya normal tetapi inti tulangnya

terlambat muncul dan osifikasinya tertunda selama masa bayi.2

Kaput teregang dan ligamentum teres menjadi panjang dan hipertrofi. Di

bagian superior, labrum asetabulum dan tepi kapsulnya dapat didorong ke dalam

soket oleh kaput femoris yang berdislokasi; libus fibrokartilaginosa ini dapat

menghalangi usaha reduksi tertutup terhadap kaput femoris.2

Setelah mulai menyangga badan perubahan – perubahan ini lebih hebat.

Asetabulum dan colum femur tetap anteversi dan tekanan dari kaput femoris

menyebabkan terbentuknya suatu soket palsu di atas asetabulum dan m. psoas,

menimbulkan suatu penampilan jam pasir (hourglass). Pada saatnya otot di

sekelilingnya menyesuaikan diri dengan memendek.2

2.6. Diagnosis

a. Manifestasi klinis

Keadaan ideal yang masih belum tercapai adalah mendiagnosis setiap

kasus pada saat kelahiran. Seharusnya setiap bayi yang baru lahir diperiksa

untuk mencari tanda- tanda ketidakstabilan panggul. Bila terdapat riwayat

dislokasi kongenital dalam keluarga, disertai presentasi bokong, kita harus

berhati – hati dan bayi mungkin terpaksa diperiksa lebih dari sekali. Pada

nenonatus terdapat beberapa cara untuk menguji ketidakstabilan panggul.2

Apabila tidak terdeteksi saat baru lahir, ibu dapat menemukan adanya

panggul yang asimetri, a clicking hip, atau kesulitan dalam menggunakan

pampers karena keterbatasan abduksi. Pada dislokasi unilateral lipatan kulit

terlihat asimetris dan kaki sedikit pendek (tanda Galeazzi) dan terputar ke arah

eksternal; pada perabaan, jempol pemeriksaan ketika meraba selangkangan

mungkin tidak meraba adanya kaput femur. Pada dislokasi bilateral terdapat

lebar perineum abnormal. Abduksi berkurang. 2

Keterlambatan berjalan bukan merupakan tanda utama. Diagnosis

dislokasi pada anak yang tidak dapat berjalan sampai usia 18 bulan dapat

Page 10: Nadira Referat DDH

disingkirkan. Trandelenburg gait atau waddling gait dapat menjadi tanda

terjadinya dislokasi yang tidak terdeteksi.

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaaan klinik untuk mengetahui dislokasi panggul kongenital

pada bayi baru lahir adalah:

a). Uji Ortolani

Dalam uji Ortolani, bagian medial paha bayi dipegang dengan ibu jari

dan jari – jari diletakkan pada trokanter mayor; pinggul difleksikan sampai 90o

dan diabduksi perlahan – lahan. Biasanya abduksi berjalan lancar sampai

hampir 90o. Pada dislokasi kongenital biasanya gerakan ini terbatas. Saat

tekanan diberikan pada trokanter mayor akan terdapat suatu bunyi halus yang

menandakan dislokasi tereduksi, dan kemudian panggul berabduksi

sepenuhnya (sentakan ke dalam). Jika abduksi berhenti di tengah jalan dan

tidak ada sentakan ke dalam, mungkin ada suatu dislokasi yang tak dapat

direduksi.2

Gambar 2.6. Gambar skematis uji Ortolani. Pemeriksaan ini dilakukan dengan jalan mengembalikan kepala femur yang mengalami dislokasi kembali ke asetabulum. Pertama-tama

femur dipegang dalam keadaan fleksi di daerah midline. Kemudian femur diabduksi secara perlahan sambil mendorong torakanter mayor dengan jari-jari ke arah anterior.

b). Uji Barlow

Uji Barlow dilakukan dengan cara yang sama, tetapi di sini ibu jari

pemeriksa di tempatkan pada lipatan paha dan sambil memegang paha bagian

atas, diusahakan mengungkit kaput femoris ke dalam dan keluar asetabulum

selama abduksi dan adduksi. Apabila kaput femoris normalnya berada pada posisi

reduksi, tetapi dapat keluar dari sendi dan kembali masuk lagi, panggul itu

digolongkan sebagai dislocatable (yaitu tak stabil).2

Page 11: Nadira Referat DDH

Gambar 2.7. Gambar skematis nuji Barlow. Femur difleksikan kemudian dengan hati-hati digeser ke arah midline. Setelah itu femur didorong ke arah posterior secara perlahan. Bila terdapat

dislokasi sendi panggul maka akan terasa kepala femur terdorong keluar asetabulum.

Setiap panggul dengan tanda ketidakstabilan – walaupun ringan – perlu

dilakukan pemeriksaan USG yang dapat menggambarkan bentuk soket tulang

rawan dan posisi kepala femur. Apabila ditemukan abnormalitas, anak

ditempatkan dalam posisi splint dengan panggul difleksikan dan diabduksi.

Kemudian lakukan pemeriksaan ulang setelah 2 minggu dan 6 minggu. Pada saat

itu dapat di nilai apakah panggul tereduksi dan stabil, tereduksi tetapi tidak stabil

(terdislokasi pada pemeriksaan Barlow’s test), tersubluksasi, atau terdislokasi.

c). Tanda Galeazzi

Pada pemeriksaan ini kedua lutut bayi dilipat penuh dengan panggul dalam

keadaan fleksi 900 serta kedua paha saling dirapatkan. Keempat jari pemeriksa

memegang bagian belakang tungkai bawah dengan ibu jari di depan. Dalam

keadaan normal kedua lutut akan sama tinggi dan bila terdapat dislokasi panggul

kongenital maka tungkai yang mengalami dislokasi, lututnya akan terlihat lebih

rendah dan disebut sebagai tanda Galeazzi/ Allis positif.2

Gambar 2.8. Gambar skematis pemeriksaan tanda Galeazi. Dalam keadaan berbaring dan lutut dilipat, kedua lutut seharusnya sama tinggi. Bila terdapat dislokasi panggul, maka lutut pada pada tungkai yang bersangkutan akan terlihat lebih rendah.

c. Pemeriksaan penunjang

Page 12: Nadira Referat DDH

Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan biasanya agak sulit dilakukan karena pusat osifikasi sendi

baru tampak pada bayi umur 3 bulan atau lebih sehingga pemeriksaan ini hanya

bermanfaat pada umur 6 bulan atau lebih. 2,4

Rontgen Pelvis

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan indeks acetabuler, garis

horizontal Hilgenreiner, garis vertikal Perkin serta garis arkuata dari Shenton.

Keterangan:

Garis Hilgenreiner adalah garis horizontal yang melintasi tulang rawan tri-

radiatum.

Garis Perkin adalah garis vertikal yang berjalan melalui aspek lateral dari

asetabulum. Tepi asetabulum pada bayi masih merupakan tulang rawan

sehingga tidak terlihat pada foto rontgen.

Indeks Asetabular (Sudut Hilgenreiner) Dibentuk oleh perpotongan antara

garis sepanjang atap asetabulum dengan garis Hilgenreiner.

Garis Shenton adalah garis yang melewati arkus antara tepi atas foramen

obturator dan bagian medial leher femur. Garis ini akan terpotong bila

terdapat dislokasi panggul.

Gambar 2.9. (a), (b), (c) Gambaran rontgen pelvis memperlihatkan Congenital Dislocation of the Hip

Ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan USG pada bayi dilakukan untuk menggantikan pencitraan

panggul dengan foto rontgen. Pada bayi baru lahir, asetabulum dan kaput

femoris dihubungkan oleh tulang rawan, sehingga pada foto polos biasa tidak

Page 13: Nadira Referat DDH

terlihat. Dengan pemeriksaan USG, meskipun penderita berusia di bawah 3

bulan, hubungan antara kaput femoris dan asetabulum dapat diamati. 7,8,9

Persiapan pemeriksaan pada USG:

1. Persiapan pasien

Umur yang sesuai untuk melakukan pemeriksaan USG pada bayi

adalah di atas 6 minggu.

Bayi diposisikan secara supine (kaki bayi menghadap ke arah

pemeriksa).

Bayi boleh diposisikan secara dekubitus dengan meletakkan bantal di

punggungnya.

Jika bayi memakai popok, popok dibuka supaya dapat di skaning

secara coronal pada panggul.

Bayi diiringi oleh tua.

2. Teknik Skanning

Panggul bayi diskaning secara coronal dan transversal untuk

mengevaluasi panggul dalam posisi neutral, abduksi / adduksi dan

fleksi.

USG secara luas telah menggantikan radiografi untuk pencitraan panggul

neonatus. Pada saat kelahiran, asetabulum dan kaput femoris merupakan

tulang rawan sehingga tak kelihatan pada foto rontgen biasa. USG nyata

memberikan gambaran yang tepat mengenai tata hubungan antara satu dengan

yang lainnya.

Diagnosis dapat ditegakkan apabila terdapat gambaran:

Asimetris lipatan paha

Uji Ortolani dan Galeazzi positif

Asetabular indeks 40 derajat atau lebih besar

Disposisi lateral kaput femoris pada radiogram

Limitasi yang menetap dari gerakan sendi panggul dengan atau tanpa

gambaran radiologis yang abnormal

Kombinasi dari hal-hal yang disebutkan diatas

Page 14: Nadira Referat DDH

2.10. Gambaran USG panggu normal pada anak (kanan). Gambaran DDH (kiri).

2.7. Tatalaksana2

a. 3-6 bulan pertama

Tersedia USG. Setiap anak baru lahir dan infan yang memiliki resiko tinggi

atau diduga mengalami ketidakstabilan panggul diperiksa dengan USG. Apabila

terlihat gambaran panggul yang tereduksi dan terdapat garis kartilago yang

normal, maka tidak membutuhkan terapi, tetapi anak harus tertap di observasi

selama 3-6 bulan. Apabila ditemukan displasia asetabulum atau ketidakstabilan

panggul, panggul di bebat dengan posisi fleksi dan abduksi. Dilakukan skaning

berulang dengan USG sampai diperoleh stabilitas dan gambaran anatomi yang

normal atau keputusan untuk melepaskan bebat karena akan dilakukannya

tatalaksana yang lebih agresif.

Tidak tersedia USG. Semua anak yang beresiko tinggi, positif pada tes

Barlow, dan tes Ortolani, dijadikan suspek DDH dan dipasang bantal abduksi

selama 6 minggu pertama. Anak yang mengalami ketidakstabilan yang menetap di

terapi dengan bebat abduksi sampai panggul menjadi stabil dan pada gambaran x-

tray atap asetabulum yang baik (biasanya dalam 3-6 bulan).

Terdapat dua kelemahan pada metode ini: sensitivitas dan tes klinis tidak

cukup tinggi untuk memastikan ditemukannya semua kasus, dan pada anak dengan

panggul yang tidak stabil pada saat lahir, biasanya dalam 2-3 akan stabil secara

spontan. Lebih baik tidak memulai pembebatan secepatnya kecuali apabila panggul

sudah terdislokasi. Hal ini dapat mengurangi resiko nekrosis epifisal yang dapat

terjadi pada pemasangan bebat neonatus. Oleh karena itu, jika panggul terdislokasi

Page 15: Nadira Referat DDH

tetapi biasanya tidak mengalami dislokasi, bayi tidak diterapi tetapi diuji pengujian

setiap minggu; apabila dalam 3 minggu panggul tetap tidak stabil, pembebatan

abduksi dilakukan. Apabila panggul sudah mengalami dislokasi pada pemeriksaan

yang pertama kali, dilakukan reduksi dan pembebatan abduksi digunakan saat

permulaan. Reduksi dipertahankan sampai panggul stabil. Mungkin hanya

memerlukan beberapa minggu, tetapi kebijakan yang paling aman adalah

penggunaan bebat hingga foto x-tray memperlihatkan gambaran atap asetabulum

yang baik.

Pembebatan. Tujuan dari pembebatan adalah untuk menahan panggul agar

tetap fleksi dan abduksi. Posisi yang ekstrim dihindari dan panggul harus masih

dapat bergerak sedikit dalam pembebatan. Bebat Von Rosen’s adalah suatu bebat

lunak yang berbentuk H. Bebat ini bermanfaat dan mudah digunakan dan

dilepaskan. Pelvic harness lebih sulit digunakan tetapi lebih sulit digunakan tetapi

memberikan kebebasan pada anak untuk bergerak, sementara posisi masih

dipertahankan.

Tiga aturan dalam pembebatan:

1. Panggul harus direduksi terlebih dahulu sebagaimana mestinya sebelum

dibebat.

2. Hindari posisi ekstrim

3. Panggul masih dapat digerakkan

Apabila panggul dibebat dalam keadaan subluksasi atau dislokasi, dinding

posterior asetabulum beresiko tinggi mengalami gangguan pertumbuhan yang

mengakibatkan rekonstruksi. Pada saat panggul tidak dapat tereduksi sebagaimana

mestinya, pembebatan sebaiknya tidak dilakukan. Reduksi tertutup atau reduksi

terbuka menjadi pilihan terapi.

Follow up. Tindakan apa pun yang telah diambil, tindak lanjut tetap diteruskan

hingga anak dapat berjalan. Kadang-kadang sekalipun dengan terapi yang hati-hati,

panggul dapat memperlihatkan adanya dispplasia asetabulum tertentu dikemudian

hari.

Page 16: Nadira Referat DDH

2.11. Berbagai jenis pembebatan abduksi (a), (b).

b. Dislokasi menetap 6-18 bulan

Pada keadaan panggul yang tetap tidak dapat direduksi secara total meskipun

telah dilakukan terapi awal, atau anak baru memperlihatkan gejala dikemudian hari

karena dislokasi yang tidak terdeteksi, panggul harus direduksi dengan metode

tertutup. Apabila diperlukan, dapat dilakukan operasi. Reduksi dipertahankan

sampai perkembangan asetabulum memuaskan.

Reduksi tertutup. Reduksi tertutup dapat digunakan pada anak setelah usia 3

bulan. Dilakukan dibawah anastesi umum dengan menggunakan arthrogram untuk

mengkonfirmasi reduksi yang konsentrik. Cara ini ideal tetapi mempunyai resiko

rusaknya pasokan darah pada kaput femoris dan menyebabkan nekrosis. Untuk

mengurangi resiko neksrosis avaskular, reduksi harus dilakukan berangsur-angsur

dimana traksi dilakuan secara vertikal pada kedua kaki. Secara berangsur-angsur

abduksi ditingkatkan hingga dalam 3 minggu, kedua kaki terentang lebar-lebar.

Manuver ini dapat mencapai reduksi konsentrik stabil dan dicek dengan rontgen

pelvis.

Apabila terjadi kegagalan pada taha reduksi konsentrik dengan metode reduksi

tertutup, diperlukan operasi terbukapad usia 1 tahun. Panggul harus stabil dalam

posisi abduksi yang aman, yang dapat ditingkatkan dengan tenotomi aduktor

tertutup.

Pembebatan. Pembebatan panggul yang direduksi secara kosentrik ditahan

dalam suatu spika gips dalam keadaan 60° fleksi, 40° abduksi, dan 20° rotasi

internal. Setelah 6 minggu, spika digantikan dengan bebat yang mencegah adduksi

tetapi memungkinkan pergerakan. Pelvic harness atau gips lutut dengan batang

Page 17: Nadira Referat DDH

melintang dapat digunakan. Bebat ini dipertahankan 3-6 bulan lagi dan diperiksa

dengan rontgen untuk memastikan kaput femoris tereduksi secara kosentrik dan

atap asetabulum berkembang dengan normal.

Operasi. Apabila konstentrik reduksi tidak dapat dicapai, operasi terbuka

dibutuhkan.

c. Dislokasi menetap 18 bulan – 4 tahun

Pada anak yang lebih tua, reduksi tertutup jarang tercapai. Dokter bedah

kebanyakan lebih memilih dilakukannya arthrography dan reduksi terbuka.

Traksi. Meskipun reduksi tertutup tidak mencapai hasil yang diinginkan,

periode traksi (apabila dibutuhkan dikombinasikan dengan psoas dan adduktor

tenotomi) mungkin membantu dalam melonggarkan jaringan dan menurunkan

kaput femoris berhadapan dengan asetabulum.

Arthrography. Arthrogram dapat memperjelas struktur anatomi panggul dan

menunjukkan adanya displasia asetabulum.

Operasi. Kapsul sendi dibuka secara anterior, setiap kapsul yang tidak

diperlukan dibuang untuk pengurangan termasuk ligamentum teres yang hipertrofi

dan ligamentum asetabular transversus dan kaput femoris ditempatkan pada

asetabulum. Biasanya diperlukan osteotomi derotasi femur. Pada saat yang

bersamaan, 1 cm segmen dapat di buang dari femur proksimal untuk mengurangi

tekanan pada panggul.

Pembebatan. Setelah operasi, dilakukan pembebatan dengan spika gips

selama 3 bulan dan kemudian dibiarkan tidak disanggah untuk memungkinkan

pemulihan gerakan selama 1-3 bulan. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik dan

radiologis sampai tercapai maturitas tulang.

d. Dislokasi menetap lebih dari 4 tahun

Reduksi dan stabilisasi menjadi sangat sulit dengan bertambahnya usia.

Namun, pada anak usia 4-8 tahun –terutama apabila dislokasi terjadi unilateral-

masih dapat diusahakan. Perlu diingat bahwa terjadi peningkatan angka nekrosis

avaskular dan kekakuan panggul sebesar 25%.

Dislokasi Unilateral. Pada anak diatas usia 8 tahun, biasanya panggul dapat

digerakan dan rasa nyeri hanya sedikit. Kondisi ini tidak memerlukan terapi,

Page 18: Nadira Referat DDH

walaupun terjadi gangguan keseimbangan. Apabila reduksi dilakukan, diperlukan

operasi terbuka dan rekonstruksi asetabulum.

Dislokasi Bilateral. Deformitas dan waddling gait simetris sehingga tidak

terlalu tampak adanya kelainan. Resiko dari operasi juga semakin besar karena

kegagalan pada satu sisi dapat menjadikannya deformitas yang tidak simetris. Oleh

karena itu, biasanya dokter bedah menghindari operasi pada usia diatas 6 tahun

kecuali terasa nyeri yang amat sangat di daerah panggul atau deformitas yang

terjadi memang berat. Pasien yang tidak diterapi dapat berjalan dengan tergoyang-

goyang, atau bahkan tidak menimbulkan gejala yang berarti.

2.8. Komplikasi

Berbagai komplikasi yang mungkin dapat terjadi, termasuk redislocation,

kekakuan panggul, infeksi, kehilangan darah dan kemungkinan nekrosis paling

berat dari kaput femur. Tingkat nekrosis kaput femur bervariasi, pada penelitian ini

rentang tingkat dari 0% sampai 73%. Banyak penelitian menunjukkan bahwa

abduksi ekstrim, khususnya dikombinasikan dengan ekstensi dan rotasi internal,

menghasilkan nekrosis avaskular yang lebih tinggi kecuali dikoreksi segera setelah

lahir, penekanan abnormal menyebabkan malformasi perkembanga tulang paha

dengan gaya berjalan pincang. Jika kasus kelainan panggul developmental

terlambat diobati, anak akan memiliki kesulitan berjalan yang dapat

mengakibatkan rasa sakit seumur hidup. Selain itu jika kondisi ini tidak diobati

posisi pinggul abnormal akan memaksa asetabulum untuk mencari posisi lain

untuk menampung kaput femur.2,7,8

2.9. Prognosis

Secara keseluruhan, prognosis terapi displasia panggul pada anak sangat baik.

Khususnya apabila displasia diketahui sejak dini dan ditatalaksana dengan terapi

tertutup. Apabila terapi tertutup tidak berhasil dan reduksi terbuka diperlukan,

prognosisnya menjadi kurang baik, walaupun hasilnya terlihat memuaskan dalam

jangka waktu pendek. 7

Prognosis pasien dengan displasia unilateral lebih baik dibandingkan displasia

bilateral. Displasia bilateral membutuhkan terapi yang lebih rumit dan sering

terjadi keterlambatan diagnosis. Angka kejadian nekrosis lebih tinggi pada grup

displasia bilateral, tetapi perbedaan ini disebabkan oleh umur yang lebih tua dan

Page 19: Nadira Referat DDH

derajat dislokasi panggul yang lebih besar sebelum operasi. Hasil klinis setelah

operasi pada anak dengan dislokasia panggul bilateral lebih buruk karena hasil

yang seringkali asimetris.7

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, Dejong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2005

2. Apley Graham dkk. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley Edisi ke-7.

Jakarta: Widya Medika; 1995

3. Rasjad Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Bintang Lamumpatue;

2003

4. Rasad Sjahriar. Radiologi Diagnostik Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008

5. Kumpulan Bahan Kuliah Blok 18 FK Unand Padang.

6. Kelainan pada Pelvis: Hip Dysplasia. Diunduh tanggal Oktober 2015 dari

www.google.com.

7. Prognosis dan dislokasi panggul kongenital diunduh tanggal Oktober 2015 dari

http://books.google.co.id/books?

Page 20: Nadira Referat DDH

id=9yqqTP6teIC&pg=PA396&lpg=PA396&dq=Prognosis+dislokasi+panggul+konge

nital&source

8. Radiologi dislokasi panggul kongenital diunduh tanggal Oktober 2015 dari

http://books.google.co.id/books?

id=GTqUHHF4A6oC&pg=PA245&lpg=PA245&dq=Radiologi+dislokasi+panggul+k

ongenital&source

9. Developmental Dislocation of the Hip diunduh tanggal Oktober 2015 dari www.usp-

neonatal-hips-winner.html

10. Perthes Disease diunduh tanggal Oktober 2015 dari www.ux-perthes.html

11. Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 4th ed. US: Saunders; 2006