Model Pembinaan Keagamaan Islam Pada Pekerja Seks Komersial (Psk) - Stain Salatiga
Transcript of Model Pembinaan Keagamaan Islam Pada Pekerja Seks Komersial (Psk) - Stain Salatiga
i
MODEL PEMBINAAN KEAGAMAAN ISLAM PADA
PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) DI LOKALISASI
TEGAL PANAS DESA JATIJAJAR KECAMATAN
BAWEN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
M. Fahrul Azhari
11108013
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2012
ii
Drs. Juz ’an, M.Hum.
DOSEN STAIN SALATIGA
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 Eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
Saudara M. Fahrul Azhari
Kepada
Yth. Ketua STAIN Salatiga
di Salatiga
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:
Nama : M. Fahrul Azhari
NIM : 11108013
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul : Model Pembinaan Keagamaan Islam pada Pekerja
Seks Komersial (PSK) di Lokalisasi Tegal Panas Desa
Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang tahun 2012.
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 9 Agustus 2012
Pembimbing
Drs. Juz ’an, M.Hum.
NIP. 19611024 198903 1 002
KEMENTERIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
iii
SKRIPSI
MODEL PEMBINAAN KEAGAMAAN ISLAM
PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI LOKALISASI TEGAL PANAS
DESA JATIJAJAR KEC. BERGAS KAB. SEMARANG TAHUN 2012.
DISUSUN OLEH
M. FAHRUL AZHARI
11108013
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan
Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga,
pada tanggal 1 September 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna
memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam(S.Pd.I.).
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : H. Agus Waluyo, M.Ag. _________________
Sekretaris Penguji : Nafis Irkhami, M.Ag. M.A. _________________
Penguji I : Drs. Imam Baihaqi, M.Ag. _________________
Penguji II : Drs. Bahroni, M.Pd. _________________
Penguji III : Drs, Juz „an, M.Hum. _________________
Salatiga, 1 September 2012
Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag
NIP. 19580827 198303 1 002
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : M. Fahrul Azhari
NIM : 111 08 013
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.
Salatiga, 9 Agustus 2012
Yang menyatakan
M. Fahrul Azhari
NIM : 111 08 013
KEMENTERIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Perjuangkanlah hari ini, karena
hari ini adalah untuk hari besok”
“Jangan pernah katakan menyesal
apa yang telah diperbuat, tapi
ambilah pelajaran dan hikmah dari
apa yang telah diperbuat”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
Keluarga tercinta Ayahanda dan Ibunda yang telah
membesarkan dan mendidikku dengan penuh
kerelaan dan pengorbanan baik secara lahir
maupun batin dengan iringan do‟a restunya.
Seluruh keluarga besar dari kakeku sampai adik
ponakanku terima kasih atas dorongan,
motivasinya, serta do‟anya yang telah
memperlancar saya dalam menyelesaikan tanggung
jawab ini.
vi
Kepada bapak Drs. Juz „an M.Hum. selaku
pembimbing dan sekaligus sebagai motivator serta
pengarah sampai selesainya penulisan skripsi ini
Kepada seluruh sahabat-sahabatku yang selalu
memberikan semangat untuk segera menyelesaikan
skripsi ini. Kawan-kawan seperjuangan anggakatan
2008 terlebih khusus kelas PAI.A yang telah
memberikan motivasi, inspirasi dan semangat
belajar.
Kepada teman-temanku di rumah yang selalu
memberikan semangat kepadaku
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah
memberikan rahmat, taufik, nikmat serta hidayahnya sehigga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada
junjungan Nabi Agung Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para
pengikutnya yang selalu istiqomah di jalan-Nya. Yang telah menunjukan kepada kita
agama yang benar dan menuntun kita dari zaman kebodohan hingga ke zaman yang
penuh dengan ilmu pengetahuan ini.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan,
dorongan, motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak yang terkait. Namun
kebahagiaan yang tiada taranya tidak dapat disembunyikan setelah penulisan skripsi
ini selesai.
Oleh karena itu tak lupa penulis ucapkan banyak terimakasih setulus-tulusnya
atas terselesaikanya skripsi ini kepada:
1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga
2. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku ketua program studi Pendidikan Agama Islam
beserta stafnya yang telah membantu penulis selama menjalani kuliah dan
ketika penyusunan skripsi ini.
3. Drs. Juz „an M.Hum. selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan
memberikan bimbingan serta meluangkan waktu dan perhatian dalam penulisan
skripsi ini.
viii
4. Kepada bapak dan ibu dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu
pengetahuan dan pengalaman dengan penuh kesungguhan dan kesabaran, serta
bagian akademik STAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta
bantuan kepada penulis
5. Semua pihak yang telah membantu demi lancarnya skripsi ini baik secara
langsung maupun tidak langsung, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Hanya rasa syukur yang dapat penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan anugrah-Nya dalam penyusunan skripsi ini, dengan demikian, akhirnya
penulis mengucapakan banyak terimakasih dan tentunya dalam penulisan atau
penyusunana skripsi ini masih banyak kekurangan. Maka penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca yang dermawan, serta
bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa. Amin
Salatiga, 9 Agustus 2012
Penulis
M. Fahrul Azhari
NIM : 111 08 013
ix
ABSTRAK
M. Fahrul Azhari. 2012. Model Pembinaan Keagamaan Islam Pada Pekerja Seks
Komersial (PSK) Di Lokalisasi Tegal Panas Desa Jatijajar Kec. Bergas Kab.
Semarang. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama
Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Drs. Juz
„an, M.Hum.
Kata Kunci: Model Pembinaan Islam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui realitas pelaksanaan pembinaan
keagamaan pada pekerja seks komersial di lokalisasi Desa Jatijajar Kec. Bergas Kab.
Semarang, meliputi; (1) Untuk mengetahui isi atau materi pembinaan keagamaan
Islam, (2) Untuk mengetahui cara pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam, (3)
Untuk mengetahui model pembinaan keagamaan Islam, (4) Untuk mengetahui
kendala-kendala dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam dan bagaimana
upaya mengatasinya.
Pengkajian penelitian ini dilakukan secara kualitatif terhadap informan
meliputi pembina keagamaan baik dari petugas atau dari tokoh masyarakat sekitar,
pengelola, PSK dan mucikari. Dalam penelitian ini penulis mengunakan pendekatan
deskriptif kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif.
Dengan tujuan untuk mengambarkan keadaan atau status fenomena dari data-data
yang diperoleh dari obyek penelitian, yang kemudian dilakukan analisis dengan cara:
a. Mendiskripsikan data dari informan
b. Memilah-milah sesuai dengan analisis penelitian kemudian dianalisis oleh penulis
c. Disimpulkan untuk menjawab tujuan penelitiaan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tentang Pembinaan Keagamaan
Islam Pada Pekerja Seks Komersial Di Lokalisasi Tegal Panas Desa Jatijajar Kec.
Bergas Kab. Semarang. adalah (1). Isi atau materi pembinaan keagamaan Islam
adalah dengan memberikan materi dari: a). Dimensi aqidah b). Dimensi ibadah c).
Dimensi akhlak (2). Pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam untuk tempat kadang
dilakukan di masjid, mushola dan gedung PKK yang sudah tersedia di lokalisasi
Tegal Panas. Dan untuk durasi waktunya sebenarnya sudah lama yaitu sekitar 1 – 1,5
jam. (3) Model pembinaan keagamaan Islam menambahkan serta mengembangkan
iman dan taqwa kepada Allah SWT. Model pembinaan keagamaan pada pekerja seks
komersial yang digunakan adalah model ceramah (4) kendala-kendala dalam
pembinaan keagamaan Islam dan upaya untuk mengatasinya. Yaitu dengan adanya
aturan menjadikan hal positif dan akhirnya para anak asuh(wanita binaan) banyak
yang mengikuti pembinaan keagamaan Islam dan kegiatan-kegiatan yang lain.
Karena memberikan hukuman atau sanksi kepada PSK atau pelacur agar bisa
menambah pengalaman mereka atau membuat mereka disiplin untuk mengikuti
kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh pengelola terutama dalam kegiatan pembinaan
keagamaan.
x
DAFTAR ISI
LEMBAR BERLOGO…………………………………………………………………i
HALAMAN SAMPUL………………………………………………………………...i
PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………….........ii
PENGESAHAN KELULUSAN……………………………………………………..iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……………………………………………iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………………………………….........v
KATA PENGANTAR………………………………………………………….........vii
ABSTRAK……………………………………………………………………………ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….........x
DAFTAR TABEL………………………………………………………………......xiii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………..........xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………....5
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………….5
D. Kegunaan Penelitian……………………………………………………....6
xi
E. Penegasan Istilah……………………………………………………...7
F. Metode Penelitian…………………………………………………….9
G. Sistematika Penulisan………………………………………………..17
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembinaan Keagamaan
1. Pengertian Keagamaan Islam………………………………..…........20
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keagamaan Islam……………...28
3. Cara Meningkatkan Pembinaan Keagamaan…….…………………..31
B. Lingkungan Lokalisasi (Prostitusi) dan Perilaku Sosial
1. Lingkungan Lokalisasi (Prostitusi)…………………………………..33
2. Perilaku Sosial……………………………………………………….35
3. Macam-macam Penyimpangan Prilaku Sosial………………………37
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data
1. Sejarah Lokalisasi Tegal Panas……………………………………...41
2. Kondisi Lokalisasi Tegal Panas ……………………………….........42
3. Gambaran Informan…………………………………………………43
B. Temuan Penelitian
1. Isi atau materi pembinaan keagamaan Islam......................................44
2. Pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam …………………………46
xii
3. Model pembinaan keagamaan Islam ………………………………..48
4. Kendala-kendala dalam Pembinaan keagamaan Islam ……………...51
BAB IV PEMBAHASAN
A. Isi atau materi pembinaan keagamaan Islam ……………………………57
B. Pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam ……………………………...60
C. Model pembinaan keagamaan Islam ……………………………………62
D. Kendala-kendala dalam Pembinaan keagamaan Islam dan upaya untuk
mengatasinya…………………………………………………………….64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………67
B. Saran …………………………………………………………………….69
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….72
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………………………...74
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
1. Tabel I Daftar Nama Pembina Tegal Panas……..……………………
2. Table II Daftar Nama Informan………………………………………
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup……………………………………………………
2. Lembar Konsultasi Skripsi……………………………………………….
3. Pedoman Wawancara…………………………………………………….
4. Transkip Wawancara……………………………………………………..
5. Kategori Data…………………………………………………………….
6. Proposal Skripsi………………………………………………………….
7. Proposal Penelitian……………………………………………………….
8. Surat Ijin/Rekomendasi Penelitian……………………………………….
9. Surat Keterangan Penelitian……………………………………………..
10. Laporan SKK…………………………………………………………….
1
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan bermasyarakat di sekitar kita dan dimanapun berada,
selalu terdapat permasalahan-permasalahan atau penyimpangan sosial yang
dilakukan oleh manusia atau anggota masyarakat. Hal yang demikian tidak
dapat dihindari dalam kehidupan masyarakat, karena manusia di dunia ini
pasti akan mempunyai masalah sosial. Hubungan atau interaksi yang terjadi
dalam anggota masyarakat tidak jarang menimbulkan atau mengakibatkan
permasalahan-permasalahan atau penyimpangan norma yang berlaku di
masyarakat tersebut.
Hubungan atau interaksi manusia tidak terbatas interaksi dengan
sesamanya tetapi juga bisa dengan lingkungan. Dari interaksi anggota
masyarakat dengan berbagai budaya, agama, hukum, atau sebuah kondisi
negara dimana masyarakat itu bernaung, seperti kondisi keamanan, kondisi
politik, dan sebagainya. Masalah yang senantiasa menyertai kehidupan umat
manusia sepanjang sejarahnya sebagaimana masalah sosial, ekonomi, dan
politik (Suprayogo & Tobroni, 2003:17).
Dari permasalahan-permasalahan atau penyimpangan sosial yang
banyak terjadi dan menjadi penyakit masyarakat salah satunya adalah
2
prostitusi. Membicarakan prostitusi dalam kehidupan masyarakat merupakan
hal biasa, dari yang remaja maupun sampai yang sudah tua. Membahas
prostitusi itu berarti tidak lepas dari seks dan wanita. Seks adalah kebutuhan
manusia yang selalu ada dalam diri manusia yang sudah dewasa atau baligh
yang bisa muncul secara tiba-tiba. Seks juga bisa berarti sebuah ungkapan
rasa manusia yang cinta akan keindahan secara fisik atau kasat mata. Dari
keindahan itulah bisa disimpulkan bahwa wanita adalah simbol keindahan itu
sendiri. Maka fenomena yang sering terjadi dalam masyarakat bahwa seks
selalu identik dengan wanita, karena seks tidak bisa lepas dari wanita.
Dikarenakan wanita simbol keindahan. Maka setiap yang indah
menjadi target para oknum yang ingin memanfaatkannya untuk dijadikan
sumber mencari uang secara cepat dan banyak. Dari situlah wanita selalu ada
saja yang mengumpul dalam suatu tempat dan berusaha menjual “miliknya”
kepada siapa saja yang membutuhkan “jasanya” dimanapun dan kapanpun
kepada para lelaki. Dari penjelasan tadi dapat dinamakan wanita yang menjual
“miliknya” atau “jasanya” disebut juga PSK (pekerja seks komersial). Karena
bagi wanita yang memiliki keindahan maka harganya cukup mahal bagi para
lelaki untuk mendapatkan “jasanya” tergantung dari seberapa keindahan yang
dimiliki wanita. Semakin wanita itu indah maka dia bebas untuk memasang
tarifnya kepada para leleki yang ingin berkencan dengan dirinya. Oleh sebab
itulah wanita yang bersifat komersil tiu tadi dinamakan PSK (pekerja seks
3
komersial). Dan realitanya para lelaki mau merogoh kantongnya dalam-dalam
demi mendapatkan PSK yang dikehendaki.
Salah satu perubahan tata nilai tersebut adalah dikarenakan lemahnya
keyakinan beragama, sikap individual dan matrealis. Keadaan ini sanga
berlawanan dengan ajaran islam sekaligus tidak mendukung pencapain tujuan
pendidikan nasional mengacu pada undang-undang N0. 20 Tahun 2003 pasal
3 tentang system pendidikan nasional yang menyatakan bahwa pendidikan
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peraaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka melalui lembaga formal maupun non
formal. Pendidikan merupakan salah satu pilar pokok untuk membangun
negara agar kokoh dan berkualitas (UU RI No. 20, 2003: 6).
Pendidikan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam menjamin
berlangsungnya kehidupan masyarakat yang berbangsa dan bernegara. Sebab
pendidikan merupakan usaha untuk meningkatkan mutu dan kualitas sumber
daya manusia. Demikian juga dengan pendidikan agama Islam yang tidak bisa
lepas dari umat Islam di Indonesia. Karena pendidikan agama Islam
merupakan proses atau upaya untuk membentuk dan mengarahkan manusia
kepada kehidupan yang lebih baik dan benar. Manusia yang telah mendapat
pendidikan agar dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan agama
Islam, serta menjadikan sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun
kehipan masyarakat (Syafaat dkk, 2008:16). Sudah tentunya manusia yang
4
bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam sari
sumber kitab suci Al-Qur‟an dan Hadits.
Pembinaan keagamaan yang dilakukan di lingkungan lokalisasi
sangatlah penting terutama terhadap pekerja seks komersial di daerah Tagal
Panas Kecamatan Bergas. Agar para PSK bisa sadarkan diri dan
meninggalkan kemaksiyatan. Karena pendidikan keagamaan serta
pemeliharaan dan peningkatan keimanan adalah upaya yang perlu terus
menerus dilakukan (Ancok dan Suroso, 2005:34). Tegal Panas yang
dahulunya dikenal dengan tempat pangkalan truk, kemudian sejak kedatangan
para mucikari dari luar kota membeli tanah didaerah Tegal Panas untuk
didirikan warung remang-remang. Mulai itulah Tegal Panas menjadi tempat
praktek-praktek prostitusi karena para supir truk yang menurunkan wanita
pelacur (Pekerja Seks Komersial) yang diturunkan di situ. Pada tahun 1980
warung remang-remang mulai ramai dan berkembang menjadi banyak.
Kemudian tahun 1999 yang semula warung remang-remang diganti menjadi
tempat karaoke dan menyediakan kamar dan pekerja seks komersial. Dan
hingga sampai sekarang masih ramai dikunjungi para kaum lelaki. Dan para
PSK di tegal panas kebanyakan bukan dari daerah sekitar akan tetapi malah
dari daerah kota lain.
Dari sinilah dari individu satu dengan yang lain mulai timbul
keinginan untuk membangun tempat-tempat karaoke beserta fisilitas “plus-
plus” yang akhirnya menjadi tempat lokalisasi. Dari tiulah para pemilik
5
tempat karaoke plus-plus atau para PSK mencari penghasilan pokok
(penghasilan haram). Makin hari makin ramai saja yang datang di tempat itu
apalagi kalau menjelang malam pasti ramai dengan pengunjung. Dan para
PSKnya pun juga bertambah banyak dari samapi usia 17-48 tahun yang
kebanyakan datang dari daerah atau kota lain.
Dari pemaparan di atas penulis berpendapat bahwa pembinaan
keagamaan bagi PSK (pekerja seks komersial) merupakan agenda yang harus
dilakukan, tidak hanya menjadi kewajiban pemerinyah. Akan tetapi untuk
menyelenggarakannya membutuhkan ketrlibatan dan partisipasi aktif dari
semua elemen masyarakat. Berangkat dari permasalahan ini maka penulis
ingin melakukan penelitian tentang “Model Pembinaan Keagamaan Islam
Pada Pekerja Seks Komersial (PSK) Di Lokalisasi Tegal Panas Desa
Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2012”.
B. Rumusan Masalah
Pokok permasalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah isi atau materi pembinaan keagamaan Islam ?
2. Bagaimanakah cara pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam?
3. Bagaimanakah model pembinaan keagamaan Islam yang dikembangkan?
4. Apa kendala-kendala dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam dan
bagaimana upaya mengatasinya?
6
C. Tujuan Penelitian
Agar memberikan gambaran konkrit serta alasan yang jelas dalam
pelaksanaan penelitian ini maka perlu dirumuskan tujuan yang ingin dicapai
yaitu:
1. Untuk mengetahui isi atau materi pembinaan keagamaan Islam.
2. Untuk mengetahui cara pelaksanaan model pembinaan keagamaan Islam.
3. Untuk mengetahui model-model pembinaan keagamaan Islam yang
dikembangkan.
4. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam pembinaan keagamaan Islam
dan upaya untuk mengatasinya.
D. Kegunaan Penelitian
1. SecaraTeoritis:
a. Memberikan informasi yang jelas ada tidaknya pengaruh antara
usaha pembinaan keagamaan Islam terhadap perilaku pekerja seks
komersial.
b. Memberikan pemahaman kepada pekerja seks komersial akan
pentingnya nilai-nilai keagamaan Islam yang akan dijadikan bekal
baik didunia maupun diakhirat.
c. Bagi peneliti,
Penelitian ini dapat memberikan atau memberikan kashanah
keilmuan.
7
2. Secara Praktis:
a. Tulisan ini dapat memberikan masukan kepada semua pihak
terkait yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai
gambaran pembinaan keagamaan Islam di lingkungan lokalisasi.
b. Tulisan ini menjadi sumbangan pemikiran alternative mengenai
gambaran pembinaan keagamaan Islam di lingkungan lokalisasi.
Dari keterangan diatas penulis mengharapkan bahwa penelitian ini
bermanfaat untuk memberikan pengetahuan bagi penulis seberapa penting
pembinaan keagamaan Islam bagi pekerja seks komersial mengingat semakin
bertambahnya praktek-praktek prostitusi dan sebagai bahan evaluasi bagi
kantor urusan agama (KUA) atau instansi-instansi maupun masyarakat dalam
memberikan pembinaan keagamaan Islam bagi para pekerja seks komersial.
E. Penegasan Istilah
Untuk mendapatkan gambaran dan pemahaman yang pasti serta untuk
menetukan arah yang jelas dalam menyusun skripsi ini, maka penulis
memberikan penegasan dan maksud penulisan judul sebagai berikut:
1. Model Pembinaan keagamaan Islam pada Pekerja Seks Komersial
Model adalah pola dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan
(Depdiknas, 2007:751).
Pembinaan berarti “pembaharuan atau penyempurnaan” dan “usaha”
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk
memperoleh hasil yang lebih baik (Syafaat dkk, 2008:152-153).
8
Menurut Hendiyat Soetopo dan Westy Soemanto. Pembinaan adalah
menunjuk pada suatu kegiatan yang mempertahankan dan menyempurnakan
apa yang telah ada (Syafaat dkk, 2008:153).
Keagamaan berasal dari kata agama yang berarti “segenap kepercayaan
terhadap Tuhan”. Jadi, keagamaan adalah sifat-sifat yang terdapat didalam
agama (Syafaat dkk, 2008:154).
Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW,
berpedoman pada kitab suci Al-Qur‟an yang diturunkan kedunia melalui
wahyu Allah SWT (Syafaat dkk, 2008, 15).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembinaan
keagamaan Islam adalah suatu usaha atau proses yang dilakukan dalam
rangka membangun, membina, dan menyempurnakan serta menanamkan
nilai-nilai keagamaan yang sesuai ajaran Nabi Muhammad SAW yang
berpedoman pada Al-Qur‟an dan hadits untuk memperoleh hasil yang optimal
dalam menjalankan fitroh serta nilai-nilai keagamaan yang sempurna.
Pekerja adalah orang yang bekerja (Zul: 458).
Pekerja adalah orang yang bekerja, orang menerima upah atas hasil
kerjanya (Depdiknas, 2007: 554).
Seks adalah jenis kelamin (Zul: 741).
Seks adalah jenis kelamin, hal yang berhubungan dengan alat kelamin
(Depdiknas, 2007:1014).
Komersial adalah dimaksut untuk mendapatkan keuntungan dari cara
berdagang (Zul: 478).
9
Komersial adalah bernilai niaga tinggi yang kadang-kadang
mengorbankan nilai-nilai sosial, budaya dan sebagainya (Depdiknas, 2007:
583).
Dari keterangan diatas bahwa yang dinamakan PSK (pekerja seks
komersial) adalah sebutan lain dari pelacur. Sedangkan pelacur berasal dari
kata “lacur” artinya “buruk laku”. Maka PSK atau pelacur adalah wanita yang
berbuat buruk laku (Depdiknas, 2007:663).
2. Linkungan Lokalisasi (prostitusi)
Lingkungan di Indonesia sering dsebut sebagai “lingkungan hidup”
misalnya dalam undang-undang No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan
lingkungan hidup. Definisi lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain (UU RI, 2000:5).
Lokalisasi adalah pembatasan suatu tempat, wilayah atau lingkungan
(Zul: 532). Prostitusi yaitu pertukaran hubungan sekssual dengan uang atau
hadiah sebagai suatu transaksi perdagangan (kamus besar bahasa Indonesia,
2007:189).
Jadi dapat disimpulkan lingkungan prostitusi merupakan tempat yang
digunakan untuk melakukan perbuatanyang melanggar dari norma agama dan
Negara. Jadi yang dimaksud judul penelitian ini adalah model pembinaan
keagamaan Islam pada Pekerja Seks Komersial (PSK) di lokalisasi Tegal
Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012.
10
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian
kualitatif. Yang dapat diartikan sebagai penelitian yang tidak menggunakan
perhitungan. Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Milner adalah tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung
pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan
dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan peristilahannya
(Moloeng, 2008:4).
Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bodgan dan Taylor
mendefinisikan “Metodologi Kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan hasil deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati (Moloeng, 2008: 4).
Penelitian kualitatif bersifat generating theory bukan hipotesis testing.
Sehingga teori yang duhasilkan bukan teori substantif dan teori-teori yang
diangkat dari dasar. Dalam penelitian kualitaitf ini penulis hanya mencari
gambaran dan data yang bersifat deskriptif yang berada di lingkungan
lokalisasi Tegal Panas Desa Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan
sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan.
Sedangkan instrument pengumpulan data yang lain selain manusia adalah
11
berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang
dapat digunakan untuk menujang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi
sebagai instrumen pendukug, oleh karena itu kehadiran peneliti secara
langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus
yang ditelit, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan
informan atau sumber data lainnya di sisn mutlak diperlukan.
3. Lokasi Penelitian
Penelitia di laksanalan di lingkungan lokalisasi Tegal Panas Ds.
Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang provinsi Jawa Tengah. Adapun letaknya
geografisnya sebagai berikut. Letaknya di Jalan Soekarno-Hatta Km 29
Bergas atau bersebelahan dengan SPBU Tegal Panas dan 5Km dari terminal
Bawen. Selain tiu juga terletak di pinggir jalan utama Solo-Semarang serta
didepannya terdapat kantor SAMSAT Klepu dan RS KEN SARAS. Jadi
mudah sekali untuk dijangkau karena terletak di pinggir jalan.
Adapun peneliti memilih lokasi lokalisasi Tegal Panas karena ada
prihatin yang sangat mendalam dengan melihat fenomena yang ada dari hari
kehari semakin bertambahnya tempat karaoke plus-plus dan semakin dikenal
oleh warga dari daerah lain.
4. Sumber Data
Ada dua sumber data yang digunakan oleh peneliti yaitu:
12
a. Data Primer
Yaitu data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau tempat
penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh
dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan
data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang pembinaan
keagamaan Islam pada PSK di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec.
Bergas Kab. Semarang Tahun 2012. Adapun sumber data langsung penulis
dapatkan dari pembinaan keagamaan yaitu petugas pembina, pengeloka atau
koordinator dan tokoh agama di sekitar sekaligus dari para PSK di lokalisasi
Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber
lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat
perkupulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari instansi pemerintah. Data
ini dapat berupa majalah, bulletin, publikasi dari berbagai organisasi, hasil-
hasil studi, hasil survey, studi historis dan sebagainya. Peneliti menggunakan
data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi
yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan Pembina
keagamaan.
5. Prosedur Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka (face to face)
dengan maksut tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
13
pewancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Suprayogo &
Tobroni, 2003:172). Adapun teknik ini penulis gunakan untuk mencari data
tentang pembinaan keagamaan Islam pada PSK di lokalisasi Tegal Panas Ds.
Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012.
b. Observasi
Observasi merupakan salah satu metode utama dalam penelitian sosial
keagamaan terutama pada penelitian kualitatif. Secara umum observasi adalah
penglihatan atau pengamatan. Sedangkan secara khusus dalam dunia
penelitian, observasi adalah mengamati dan mendengar dalam rangka
memahami, mencari jawab, mencari bukti terhadap fenomena sosial-
keagamaan selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang
diobservasi, dengan mencatat, merekam dan memotret guna penemuan data
analisis (Suprayogo & Tobroni, 2003:167). Adapun pada teknik ini penulis
gunakan untuk mencari data tentang pembinaan keagamaan Islam pada PSK
di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun
2012.
c. Dokumentasi
Sejumlah besar data dan fakta tersimpan dalam bahan dan yang
berbentuk dokumentasi. Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang
berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu (Suprayogo &
Tobroni, 2003:164). Sebagian besar data yang tersimpan adalah berbentuk
surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto dan sebagainya.
14
Sifat utama data ini tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi
peluang kepada peneliti unutk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi diwaktu
silam. Teknik ini penulis gunakan untuk memuat data atau data gambar
tentang pembinaan keagamaan Islam pada PSK di lokalisasi Tegal Panas Ds.
Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012.
6. Analisis Data
Penelitian ini bersifat kualitatif, artinya menggunakan data yang
dinyatakan secara verbal dan kualifikasinya secara teoritis. Sedangkan
pengolahan datanya dilakukan secara rasional dengan menggunakan pola
induktif.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif
yang berupa kata-kata tertulis atau orang-orang dari pelaku yang dapat
diamati dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena
dari data-data yang diperoleh dari obyek penelitian, yang kemudian dilakukan
analisis dengan cara:
a. Mendriskripsikan data dari informan
b. Memilah-milah sesuai dengan analisis penelitian kemudian dianalisis
oleh penulis
c. Disimpulkan untuk menjawab tujuan penelitian
15
7. Pengecekan Keabsahan Temuan
Ada empat criteria yaitu: kepercayaan (kreadibility), keteralihan
(transferability), ketergantungan (dependability), kepastian (konfermability).
(Moleong, 2008:324).
Akan tetapi dalam penelitian ini, peneliti memakai tiga macam antara
lain sebagai berikut:
a. Kepercayaan (kreadibility)
Kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang
berhasil dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya, ada beberapa teknik untuk
mencapai kreadibilitas ini antara lain; teknik triangulasi, sumber,
pengecekan anggota, perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan, diskusi
teman sejawat dan pengecekan kecakupan refrensi.
b. Ketergantungan (dependability)
Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya
kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterprestasikan
data sehingga data dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Lebih
jelasnya adalah dikarenakan keterbatasan pengalaman, waktu dan
pengetahuan dari penulis maka cara untuk menetapkan bahwa proses
penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan melalui audit dipandibility
oleh auditor independent oleh dosen pembimbing.
16
c. Kepastian (konfermability)
Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan
dengan cara mengecek data dan informasi serta interprestasi hasil
penelitian yang didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit.
8. Tahap-tahap Penelitian
Pelaksanaan penelti ada empat tahap yaitu: tahap sebelum kelapangan,
tahap pekerja lapangan, tahap analisis data dan tahap penulisan laporan.
Dala penelitian ini tahap yang ditempuh adalah sebagai berikut:
a. Tahap sebelum kelapangan
Tahap ini meliputi kegiatan penetuan fokus, penyesuaian paradigma
dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan
pemohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian
dan penyusunan usulan penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan
Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan
perilaku kebiasaan keagamaan Islam pada PSK di lokalisasi Tegal Panas
Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang tahun 2012. Data tersebut
diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokementasi.
c. Tahap analisis data
Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh melalui
observasi, wawancara maupun dokumentasi dengan PSK, pengurus dan
pembina keagamaan di lokalisasi. Kemudian dilakukan penafsiran data
sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan
17
pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang
didapat dan metode perolehan data, sehingga data benar-benar valid
sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan
proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.
d. Tahap penulisan laporan
Tahap ini meliputi : kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua
rangkaian kegiatan pengumpulan data. Setelah itu melakukan konsultasi
hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan
dan saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindak lanjuti
hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah
terakhir melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian
skripsi.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang skripsi ini, maka
dibuat sistematika penulisan skripsi. Adapun wujud dari sistematika yang
dimaksud adalah:
Bab I : Pendahuluan Meliputi;
Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian,
Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian,
Sistematika Penulisan.
Bab II : Kajian Pustaka Meliputi :
18
1. Pembinaan Keagamaan Islam yang pembahasanya meliputi:
a. Pengertian Keagamaan Islam
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keagamaan Islam
c. Cara Meningkatkan Pembinaan Keagamaan
2. Lingkungan Lokalisai dan Perilaku sosial
a. Karakter lingkungan lokalisai Tegal Panas
b. Perilaku sosial
c. Macam-macam Penyimpangan Perilaku Sosial
Bab III : Paparan Data dan Temuan Penelitian
A. Paparan Data;
1. Sejarah lingkungan Lokalisasi Tegal Panas
2. Kondisi lingkungan Lokalisasi Tegal Panas
3. Gambaran Informan
B. Temuan Penelitan;
1. Isi atau materi Pembinaan Keagamaan Islam Pada Pekeja Seks
Komersial di Lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas
Kab. Semarang Tahun 2012.
2. Cara pelaksanaan Pembinaan Keagamaan Islam Pada Pekeja
Seks Komersial di Lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec.
Bergas Kab. Semarang Tahun 2012.
3. Model-model pembinaan keagamaan yang dikembangkan pada
Pembinaan Keagamaan Islam Pada Pekeja Seks Komersial di
19
Lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab.
Semarang Tahun 2012.
4. Apa kendala-kendala dalam pelaksanaan pembinaan
keagamaan Islam dan upaya untuk mengatasinya.
Bab IV : Pembahsan yang berisi tentang;
1. Isi atau materi Pembinaan Keagamaan Islam Pada Pekeja Seks
Komersial di Lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas
Kab. Semarang Tahun 2012.
2. Cara pelaksanaan Pembinaan Keagamaan Islam Pada Pekeja
Seks Komersial di Lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec.
Bergas Kab. Semarang Tahun 2012.
3. Model-model pembinaan keagamaan yang dikembangkan pada
Pembinaan Keagamaan Islam Pada Pekeja Seks Komersial di
Lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab.
Semarang Tahun 2012.
4. Apa kendala-kendala dalam pelaksanaan pembinaan
keagamaan islam dan upaya untuk mengatasinya.
Bab V : Penutup, meliputi:
1. Kesimpulan
2. Saran
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembinaan Keagamaan Islam
1. Pengertian Keagamaan Islam
Keagamaan berasal dari kata agama yang berarti “segenap
kepercayaan terhadap Tuhan”. Jadi, keagamaan adalah sifat-sifat yang
terdapat di dalam agama (Syafaat dkk, 2008:154).
Sementara itu, menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu
“kepercayaan kepada Tuhan (dewa dan sebagainya) dengan ajaran kebaktian
dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu Syafaat dkk,
2008:12).
Menurut Frezer dalam Aslam Hadi, Agama yaitu “ menyembah atau
menghormati kekuatan yang lebih agung dari manusia yang dianggap
mengatur dan menguasai jalannya alam semesta dan jalannya peri kehidupan
manusia”( Syafaat dkk, 2008:11-13).
Menurut Harun Nasution agama adalah perilaku bagi umat manusia
yang sudah di tentukan dan dikomunikasikan oleh Allah SWT melalui utusan-
utusan, rosul-rosul atau nabi-nabi (Syafaat dkk, 2008:14).
Maka pendapat atau keterangan diatas dapat diketahui bahwa agama
adalah aturan-aturan yang bersumber dari Allah SWT, yang berfungsi
mengatur kehidupan manusia, baik hubungan manusia dengan Allah maupun
21
hubungan manusia dengan manusia sendiri dan hubungan manusia dengan
alam semesta untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia.
Sedangkan pengertian Islam adalah agama yang diajarkan oleh nabi
Muhammad SWA, yang berpedoman kitab suci Al-Qur‟an yang diturunkan
kedunia melalui wahyu Allah SWT (Syafaat dkk, 2008:15).
Pembinaan berarti “pembaharuan atau penyempurnaan” dan “usaha”
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Menurut Hendiyat Soetopo dan Westy
Soemanto. Pembinaan adalah menunjuk pada suatu kegiatan yang
memperthankan dan menyempurnakan apa yang telah ada (Syafaat dkk, 2008:
152-153).
Dari penjelasan diatas pembinaan keagamaan Islam adalah suatu usaha
atau proses yang dilakukan dalam rangka membangun, membina, dan
menyempurnakan serta menanamkan nilai-nilai keagamaan yang sesuai ajaran
Nabi Muhammad SAW yang berpedoman pada Al-Qur‟an dan hadits untuk
memperoleh hasil yang optimal dalam menjalankan fitroh serta nilai-nilai
keagamaan yang sempurna.
Sedangkan dalam penelitian ditinjau dari perspektif Islam tentang
Religiusitas (keberagamaan). Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan
dalam sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika
seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah), tetapi juga melakukan
aktivitas yang lain yang didorong oleh kekuatan supranatural (Ancok &
Suroso, 2005:20). Tidak hanya aktivitas yang kelihatan tapi yang tidak
22
kelihatan dan itu terjadi di dalam hati seseorang. Oleh karena tiu untuk
menyuruh umatnya untuk beragama (Islam) secara menyeluruh.
Firman Allah dalam QS Al-Baqoroh 2: 208.
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.
Setiap muslim baik dalam berfikir maupun bertindak, beraktivitas
ekonomi, sosial ataupun yang lainnya. Maka setiap muslim diperintahkan
untuk berislam atau beribadah kepada Allah.
Dan firman Allah tentang larangan mendekati zina dalam QS Al-Israa‟ 17:32
Artinya : “dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”.
Ayat diatas tentu mudah dipahami bahwa mendekati saja tidak boleh
apalagi melakukannya. Menjauhi disini bukan bukan hanya menjauhi dari segi
tempat tetapi juga kebijakan dan keputusan yang bisa melanggar hubungan
seksual termasuk juga perbuatan yang mendekati zina. Jika berbicara tentang
zina dibenak kita pasti mengarah kepada tempat-tempat prostitusi. Di jaman
23
sekarang tempat-tempat prostitusi seamkin ramai dikunjungi terutama para
lelaki yang “jajan” dan wanita yang menjual “jasanya”. Oleh karena itu Islam
menyuruh umatnya untuk memeluk Islam dengan menyeluruh dan sungguh-
sungguh.
Keberagamaan dalam Islam bukan hanya diwujudkan dalam bentuk
ibadah ritual saja, tapi juga dalam aktivitas-aktivitas lainnya. Islam
mendorong pemeluknya untuk beragama secara menyeluruh. Oleh karena itu,
hanya konsep yang mampu member penjelasan tentang memahami
keberagamaan umat Islam. Untuk memahami Islam dan umat Islam konsep
yang dibuat adalah konsep yang mampu memahami beragam dimensi dalam
berislam (Ancok & Suroso, 2005:80). Menurut Glock & Stark yang membagi
keberagamaan menjadi beberapa dimensi yang mempunyai kesesuain dengan
Islam yaitu; dimensi keyakinan atau akidah, dimensi peribadatan atau ibadah,
dimensi pengalaman atau akhlak, dimensi pengetahuan atau ilmu.
Dimensi keyakinan atau akidah Islam, yang merujuk kepada
seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran agama ajarannya
(islam). Dan disinilah dimensi keyakinan yang merujuk kepada keimanan,
menyangkut keyakinan tentang Allah, para malaikat, nabi atau rosul Allah,
kitab-kitab Allah, surga dan neraka, serta qadha dan qadar.
Firman Allah dalam QS Al-Baqarah 2: 1 – 4;
24
Artinya : “Alif laam miin. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya,
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (Yaitu) mereka yang
beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat. Dan
menafkahkan sebahagian rizki yang Kami anugerahkan kepada
mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang
telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah
diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat”
Dan firman Allah dalam QS Al-Baqarah 2: 285;
Artinya : “Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya
dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman.
Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami
tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain)
dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar
dan Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan
Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."
25
Dari ayat di atas maka muslim dan para pekerja seks komersial
diharapkan dapat sadar dan beriman kepada Allah, malaikat-malaikat Allah,
kitab-kitabNya, rosul-rosulNya serta percaya kepada sesuatu yang ghoib
(sesuatu yang tidak dapat ditangkap oleh salah satu panca indera), seperti
percaya bahwa di atas kekuasaan manusia ada yang maha kuasa yaitu Allah.
Dan yakin akan hari kemudian, maka orang-orang itulah yang menang dan
sukses dari dunia sampai akherat.
Dimensi peribadatan (ibadah), dalam dimensi ini merujuk kepada
seberapa tingkat kepatuhan muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan
ritual atau beribadah sebagaimana yang diwajibkan oleh Islam. Dimensi
ibadah ini menyangkut tentang shalat, puasa, zakat, puasa dan sebagianya.
Firman Allah dalam QS Al-An‟am 6: 162-163;
Artinya : “Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu
bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan
aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada
Allah)".
Dan firman Allah dalam QS Adz-Dzariyaat 51: 56;
26
Artinya : “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku”.
Dari keterangan di atas maka orang muslim hidupnya untuk mentaati
dan rela mengorbankan jiwa atau matinya untuk Allah. Begitu juga
sembahyangnya dan semua ibadahnya semata-mata karena Allah. Dan Allah
menciptakan jin dan manusia hanyalah untuk menyembah kepadaNya.
Dimensi pengalaman atau akhlak, dimensi ini menunjukkan kepada
seberapa tingkatan muslim berperilaku yang dimotovasi oleh ajaran-ajaran
agama islam. Yaitu bagaimana individu atau seorang muslim berinteraksi
dengan dunianya ataupun dengan manusia yang lain. Dalam dimensi ini
meliputi perilaku suka menolong, bekerja sama, dermawan, jujur,
menegakkan kebenaran dan sebagainya yang pada hakekatnya perilaku itu
tetap pada norma-norma ajaran islam.
Firman Allah dalam QS An-Nisaa‟ 4: 36;
Artinya : “sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-
27
bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat,
Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-
banggakan diri”.
Dari keterang di atas diharapkan muslim dapat berperilaku yang baik
atau berakhlak baik agar terjalin ikatan atau hubungan manusia yang satu
dengan yang lainnya terjaga dengan baik.
Dimensi pengetahuan atau ilmu, pada dimensi ini menunjukkan
kepada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman muslim dari agamanya
sebagaimana termuat dalam Al-Qur‟an. Dalam dimensi ini menyangkut ilmu
atau pengetahuan tentang isi Al-Qur‟an, pokok-pokok ajaran yang harus
dilaksanakan, hukum-hukum Islam, sejarah Islam dan sebagainya.
Firman Allah dalam QS Al-Mujaadilah 58: 11;
Artinya : “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
28
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Dari keterangan di atas manusia muslim mau mencari ilmu atau
pengetahuan, karena dengan ilmu atau pengetahuan muslim dapat
berkeyakinan kuat memahami agamanya (Islam).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keagamaan Islam
a. Faktor Intern
Perkembangan ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor intern
diantaranya sebagai berikut :
1) Faktor Hereditas
Jiwa keagamaan memang bukan secara langsung sebagai factor
bawaan yang diwariskan secara turun temurun, melainkan terbentuk
dari berbagai unsur kejiwaan lainnya yang mencakup kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Tetapi dalam penelitian terhadap janin terkuak
bahwa makanan dan perasaan ibu berpengaruh terhadap kondisi janin
yang dikandung.
Meskipun belum dilakukan penelitian mengenai hubungan
antara sifat-sifat kejiwaan anak dengan orang tuanya, tampaknya
pengaruh tersebut dapat dilihat dari hubungan emosional. Rosulullah
mengatakan bahwa daging makanan yang haram, maka nerakalah yang
berhak atasnya. Pernyataan ini setidaknya menunjukkan bahwa ada
hubungan status hukum makanan (halal dan haram) sikap (Syafaat
29
dkk, 2008:159). Dan dari sinilah dapat digaris bawahi bahwa ada
hubungan antara status makanan yang dimakan (halal dan haram)
dengan sikap.
2) Tingkat Usia
Hubungan antara perkembangan usia dengan perkembangan
jiwa keagamaan tampaknya tidak dapat dihilangkan begitu saja. Bila
konversi agama dipengaruhi oleh sugesti, maka konversi agama akan
lebih banyak terjadi pada anak-anak, karena di lihat usia tersebut lebih
mudah menerima sugesti. Namun kenyataannya hingga usia bayapun
masih terjadi konversi agama. Seperti yang terjadi pada Mrtin Luther
dan Al-Ghazali (Syafaat dkk, 2008:161).
3) Kepribadian
Kepribadian adalah perilaku individu yang merupakan cirinya
yang khas dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Kepribadian
sering disebut sebagai identitas (jati diri). Dari individu satu dengan
individu yang lain jati drinya berbeda-beda. Dalam kondisi normal,
memang secara individu, manusia memiliki perbedaan dalam
kepribadian. Dengan perbedaan ini diperkirakan berpengaruh terhadap
perkembangan aspek-aspek kejiwaan, termasuk jiwa keagamaan
(Syafaat dkk, 2008:162).
4) Kondisi Kejiwaan
Kondisi kejiwaan ini terkait dengan kepribadian sebagai faktor
intern. Sigmun Freud mengemukakan bahwa gangguan kejiwaan
30
ditimbulkan oleh konflik dan akan menjadi sumber gejala kejiwaan
yang abnormal. Penyakit atau faktor genetik kondisi system saraf
diperkirakan menjadi sumber munculnya perilaku yang abnormal.
Dengan demikian, sikap manusia ditentukan oleh stimulant
(rangsangan) lingkungan yang dihadapi saat itu (Syafaat dkk,
2008:163).
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan
keagamaan yang dapat dilihat dari lingkungan itu dibagi tiga yaitu
sebagai berikut :
1) Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah satuan sosial yang sangat sederhana dalam
kehidupan manusia. Terdiri dari ayah, ibu dan anak. Kehidupan
keluarga menjadi fase sosialisasi pertama bagi pembentukan jiwa
keagamaan anak.
Pengaruh kedua orang tua terhadap jiwa perkembangan
keagamaan anak dalam pandangan Islam sudah lama disadari. Karena
orang tua diberi beban tanggung jawab terhadap perkembangan jiwa
keagamaan. Keluarga dinilai sebagai faktor paling dominan dalam
meletakkan dasar perkembangan jiwa keagamaan (Syafaat dkk,
2008:164).
2) Lingkungan Institusional
31
Lingkungan institusional juga berpengaruh besar dalam
perkembangan keagamaan dalam berupa institusi formal seperti
sekolahan atau non formal seperti berbagai perkumpulam dan
organisasi. Karena secara umum institusi akan melakukan
pembentukan kepada pesreta didik seperti keimanan, ketekunan,
disiplin, kejujuran, simpati, sosiabilitas, keteladanan, sabar dan
keadilan. Pelaksanaan dan pembiasaan bagi pembentukan sifat-sifat
seperti umumnya menjadi bagian program pendidikan di sekolah
(Syafaat dkk, 2008:165).
Melalui kurikulum yang berisi materi pengajaran, sikap dan
keteladanan guru sebagai pendidik serta pergaulan antar teman di
sekolah dinilai berperan dalam menanamkan kebiasaan yang baik.
Pembiasaan baik merupakan pembentukan moral yang berkaitan
dengan perkembangan jiwa keagamaan seseorang (Syafaat dkk,
2008:165).
3) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan unsur yang berpengaruh
dalam norma dan tata nilai dalam kehidupan sehari-hari. Lingkungan
masyarakat yang memiliki tradisi keagamaan berpengaruh terhadap
kehidupan keagamaan terkondisi dalam tatanan nilai maupun institusi
keagamaan. Keadaan seperti ini bagaimanapun sangat berpengaruh
dalam pembentukan jiwa warganya (Syafaat dkk, 2008:165).
32
3. Cara Meningkatkan Pembinaan Keagamaan
Pendidikan adalah salah satu proses yang bertujuan untuk membentuk
pola perilaku salah satunya adalah pendidikan agama. Proses itu biasanya
membutuhkan peran pendidik, tetapi pendidik yang bisa mendidik diri sendiri
setelah berjumpa dengan pengalaman pendidik. Oleh karena itu pendidik lebih
menekankan kepada pemberian kesempatan agar seseorang mengalami sendiri
atau pengalaman agama.
Seorang pembina atau pendidik, mempunyai tanggung jawab sangat
besar dalam membina agar selalu melaksanakan perbuatan-perbuatan yang
baik, bersikap sopan, menghargai orang lain dan sebagainya.
Cara meningkatkan pembinaan keagamaan PSK menurut Abdullah
Nashih Ulwan sebagai berikut :
a. Pendekatan dengan keteladanan
b. Pendekatan dengan adat kebiasaan
c. Pendekata dengan nasihat
d. Pendekatan dengan memberikan perhatian
e. Pendekatan dengan memberikan hukuman
Dari kelima poin diatas sangat jelas bahwasanya dalam rangka
meningkatkan keagamaan PSK atau pelacur. Jadi yang pertama sosok
pembina harus bisa memberikan contoh yang baik bagi PSK atau pelacur dari
segi apapun. Yang kedua yaitu dengan menjalankan adat yang baik dan tidak
melanggar norma-norma yang telah ditetapkan di masyarakat. Yang ketiga
yaitu pendidik harus mempunyai performan serta bahasa yang bagus dengan
33
tujuan nasihat yang disampaikan kepada PSK atau pelacur dapat diterima
dengan baik. Yang keempat yaitu pembina dalam memberikan perhatian
kepada PSK atau pelacur harus merata atau tidak pilih kasih bertujuan agar
tidak menimbulkan kecemburuan. Yang kelima yaitu memberikan hukuman
yang bersifat mendidik kepada PSK atau pelacur agar bisa menambah
penglaman mereka.
B. Lingkungan Lokalisasi (prostitusi atau pelacuran) dan Perilaku Sosial
1. Lingkungan lokalisasi (prostitusi atau pelacuran)
Siapa menyangka ditengah caci maki masyarakat terhadap pelacuran
segolongan orang malah mencari untung dan membela mati-matian
keberadaannya. Bahkan agama basar dunia mentolerir keberadaannya bahkan
menjadi bagian dari proses peribadatannya (Sa‟abah & Marzuki, 2001:70).
Seiring bergulirnya waktu banyak orang yang senang akan keadaan
tempat prostitusi, karena dengan adanya tempat prostitusi maka para lelaki
hidung belang dengan mudah mencari PSK atau pelacur langsung menuju
lokalisasi tersebut. Prostitusi atau pelacuran keberadaannya semakin
berpengaruh bagi kehidupan(ekonomi), khususnya bagi para PSK atau pelacur
atau lelaki hidung belang. Bagi lelaki hidung belang dengan adanya pelacur
mereka semakin mudah untuk melapiaskan hasrat seksnya walaupun dengan
uang yang lumayan besar. Tapi bagi kaum lelaki uang tidak begitu
diperhitungkan, yang terpenting dia bisa memilih pelacur yang dia sukai
34
secara fisik. Dan bagi PSK atau pelacur semakin banyak lelaki hidung belang
yang dating maka semakin banyak pendapatan yang diperoleh.
Prostitusi disahkan dengan pertimbangan dari pada makhluk tuna
susila(pelacur) berkeliaran dijalan (Sa‟abah & Marzuki, 2001:73). Karena jika
PSK atau pelacur berada dijalanan, maka siapa saja yang melintasi jalan
tersebut akan tahu kalau yang dijalan-jalan itu adalah PSK atau pelacur.
Untuk menghindari hal yang demikian itu para PSK atau pelacur disediakan
suatu tempat agar mereka dalam satu tempat yang biasa disebut dengan
lokalisasi. Dengan satu tempat tersebut para pelacur dapat dipantau dan diberi
pengarahan atau pembinaan (kesehatan, keagamaan dan sebagainya).
Ada beberapa sebab mengapa wanita memilih profesi yang
menenggelamkan diri kelembah hitam PSK atau pelacuran:
1. Hubungan keluarga yang berantakan, terlalu menekan danjuga
adanya penyiksaan seksual yang dialami dalam keluarga.
2. Jauhnya seseorang dari kemungkinan hidup secara normal akibat
rendahnya pendidikan, kemiskinan, pekerjaan dan masa depan
yang tidak jelas.
3. Hasrat berpetualang dan kemudahan meraih uang juga medorong
kearah pelacuran.
4. Hubungan seks terlalu dini.
5. Ada juga yang memandang perasaan benci terhadap ayah.
6. Paduan antara kemiskinan, kebodohan, kekerasan dan tekanan
penguasa.
35
7. Keluarga yang menimbukan anak bermasalah (Sa‟abah &
Marzuki, 2001:73).
Pada sisi lain, pelacuran merupakan salah satu cara untuk penyebaran
penyakit kelamin seperti sipilis, HIV-AIDS dan sebagainya. Agar prostutusi
tidak meluas maka harus ada pemecahan masalah. Untuk itu cara dengan
pendekatan multi disipliner adalah diperlukan, mengingat karakter, latar
belakang dan problem yang berbeda-beda pada si pelacur. Tapi yang lebih
utama lagi adalah menghapuskan rangkaian yang menjadi pemicu pelacuran
antara lain; kemiskinan, kebodohan, penindasan, kebijakan politik yang meluu
mempertimbangkan segi ekonomi, serta perbaikan perangkat hukum dan
aparatnya (Sa‟abah & Marzuki, 2001:74). Selain itu juga yang tidak kalah
pentingnya adalah penanaman nilai-nilai keagamaan atau pembinaan
keagamaan Islam. Sebab dengan pembinaan yang Islami merupakan upaya
untuk menyempurnakan watak dan batin seseorang melalui pendekatan-
pendekatan yang ada didalam Al-Qur‟an dan hadits, agar dia memiliki mental
atau jiwa yang sehat, dapat beradaptasi dengan lingkungan, serta dapat
mengendalikan sikap, watak dan kepribadian. Guna menciptakan keluarga
yang sejahtera, serta menciptakan terlaksananya moralitas anti-eksploitasi
seks.
2. Perilaku Sosial
Perilaku sosial adalah perilaku yang didapatkan (acquired behavior).
Perilaku tidak ada sejak manusia lahir, melalui di bentuk melalui sosialisasi.
36
Perilaku terbentuk melalui respons terhadap keinginan dan harapan (norma)
orang lain terhadap dirinya (Siahaan, 2009:34). Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa perilaku sosial adalah hasil dari interaksi sosial. Perilaku
sosial berkembang tidak hanya kita merespon harapan orang lain saat kita
dihadapkan dengan norma-norma mereka, namun juga melalui interaksi sosial
saat kita mengantisipasi tanggapan orang lain dan menyesuaikan dengan
perilaku kita.
Yang perlu diperhatikan ialah bahwa manusia secara hakiki
merupakan makhluk sosial. Sejak ia dilahirkan ia membutuhkan pergaulan
dengan orang-orang lain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologis,
makanan,minuman dan lain-lainnya (Gerungan, 1988:24).
Manusia dalam kehidupan masyarakat pasti saling membutukan
manusia satu dengan manusia yang lainnya. Maka dari itu manusia dalam
keberlangsungan hidupnya perlu mengetahui peraturan-peraturan tertentu,
norma-norma sosial yang harus dia patuhi dengan rela agar dapat
melangsungkan kehidupan dengan baik.
Selain makhluk sosial manusia merupakan makhluk individual. Tidak
hanya dalam arti makhluk keseluruhan jiwa raga, tetapi dalam arti bahwa tiap-
tiap orang itu merupakan pribadi yang khas menurut corak kepribadiannya.
Seperti rumusan Allport yaitu “Kepribadian adalah organisasi dinamis dari
system-system psiko-fisik dalam individu yang turut menentukan caranya
yang unik (khas) dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya”
(Gerungan, 1988:23). Oleh kaerna itu individu yang satu dibandingkan
37
dengan individu yang lain akan mengalami perkembanganya yang khas
didalam hidupnya. Jadi, seseorang individu mulai belajar dari lingkungan
keluarga. Dan kemudian bisa belajar atau berkembang melalui lingkungan
sekolah dan masyarakat.
Menurut S. Freud, Super-Ego pribadi manusia sudah dibentuk waktu
dia berumur 5-6 tahun, dan perkembang Super –Ego tersebut berlangsung
terus menerus selama dia hidup. Super-Ego yang terdiri atas hati nurani,
norma-norma dan cita-cita pribadi itu tidak mungkin terbentuk dan
berkembang tanpa manusia itu bergaul dengan manusia lain. Sehingga sudah
jelas bahwa tanpa pergaulan sosial manusia itu tidak dapat berkembang
sebagai manusia sempurna (Gerungan, 1988:25). Dan tanpa lingkungan psikis
atau rohaniahnya walaupun secara biologis fisiologis mungkin dapat
mempertahankan dalam kehidupan.
3. Macam-macam penyimpangan perilaku sosial
Menyimpang adalah setiap hal terlalu jauh dengan keadaan normal.
Atau penyimpangan adalah tindakan pelanggaran aturan yang telah disepakati.
Perilaku menyimpang adalah tingkah laku yang menyimpang dari norma-
norma sosial. Dari definisi tadi perilaku menyimpang tidak pernah dapat
berdiri sendiri tanpa ada kaitannya dengan aturan-aturan normative yang
berlaku di dalam lingkungan sosial tertentu (Sadli, 1977:35). Sedangkan
norma-norma sosial adalah spesifik atau khusus bagi setiap kehidupan
berkelompok dan merupakan sesuatu yang dinamis atau yang senantiasa
38
mengalami perubahan sesuai dengan keadaan masyarakat. Perubahan ini
berjalan lambat, kadang-kadang terjadi secara cepat dan mendadak (Sadli,
1977:15). Sejalan dengan perkembagnan masyarakat serta pengaruh-pengaruh
yang mengenai masyarakat itu sendiri, maka dari waktu kewaktu terjadi
perubahan pula pada apresiasi terhadap sosial adat istiadat, kebiasaan dan
nilai-nilai moral. Selain mengalami perubahan bagi kehidupan, maka jenis-
jenis perilaku yang dimulai sebagai tingkah laku menyimpang dapat berbeda-
beda bagi berbagai lingkungan maupun dari waktu kewaktu dalam lingkungan
yang sama.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku menyimpang
adalah tingkah laku yang melanggar, bertentangan atau menyimpang dari
aturan-aturan normatif dari lingkungan sosial yang ada (bersangkutan). Dan
terjadinya perilaku menyimpang merupakan gejala yang wajar dalam setiap
kehidupan bermasyarakat, apalagi dalam masyarakat yang bersifat terbuka.
Macam-macam penyimpangan:
a. Penyimpangan Primer
Pada tahap ini seseorang melakukan penyimpangan walaupun ia masih
berperan dan mempunyai status normal, ia belum mempunyai konsep diri
dan konsep peran sebagai penyimpang. Jika penyimpangan yang
dilakukannya secara materi tidak membuat konsep diri dan memberikan
peran penyimpang pada orang tersebut, maka hanya tetap menjadi
penyimpangan primer (Siahaan, 2009:18).
39
Contoh: minum-minuman keras pada saat pesta atau pada saat berkumpul
dengan teman-temannya,siswa yang menyontek atau membolos, melanggar
peraturan lalu lintas.
b. Penyimpangan skunder
Pada tahhap ini dapat terjadi ketika peran sebagai penyimpang
dilanjutkan melalui keterlibatan lebih jauh dalam subkebudayaan,
menyimpang dengan lebih banyak interaksi dengan penyimpang lainnya.
Penyimpang skunder mendapatkan peran penyimpang karena
partisipasinya yang lebih sering dalam subkebudayaan menyimpangnya,
memperoleh pengetahuan dan rasionalisasi atas perilakunya sebagai cara
menghindari pantauan dan sanksi penegak hukum (Siahaan, 2009:18).
Contoh: pembunuhan, pemerkosaan, perampokan dan perjudian.
c. Penyimpangan Individu
Adalah penyimpangan yang dilakukan oleh sesorang individu dengan
melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-norma
masyarakat yang berlaku. Contoh: pencurian yang dilakukan sendiri.
d. Penyimpangan Kelompok
Adalah penyimpangan yang dilakukan secara kelompok dengan
melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-norma
masyarakat yang berlaku. Contoh: geng motor, mafia.
e. Penyimpangan Situasional
Penyimpangan jenis ini disebabkan oleh pengaruh bermacam-macam
kekuatan situasional atau sosial diluar individu dan mereka memaksa
40
individu tersebut untuk berbuat menyimpang. Contoh: seorang kepala
keluarga yang terpaksa merampok untuk mencari uang karena melihat anak
dan isrtinya kelaparan.
f. Penyimpangan Sistematik
Adalah sesuatu yang disertai organisai sosial khusus, status, formal,
peranan-peranan, nilai-nilai, norma-norma dan moral tertentu yang
semuanya berbeda dengan situasi umum. Segala pikiran dan perbuatan
yang menyimpang itu kemudian dibenarkan oleh semua anggota kelompok.
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data
1. Sejarah Lingkungan Prostitusi Tegal panas
Lingkungan prostitusi di Tegal Panas desa Jatijajar, Kecamatan
Bergas, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah yang letaknya di Jalan Soekarno-
Hatta Km 29 Bergas atau bersebelahan dengan SPBU Tegal Panas dan 5 Km
dari terminal Bawen. Selain itu juga terletak di pinggir jalan utama Solo-
Semarang serta di depannya terdapat kantor SAMSAT Klepu dan RS KEN
SARAS. Jadi mudah sekali untuk dijangkau karena terletak di pinggir jalan.
Berdirinya lingkungan prostitusi Tegal Panas (Tegal Rejo) dulunya
adalah persawahan dan perkebunan milik warga namun karena terletak di
pinggir jalan Semarang-Solo, kebanyakan truk-truk dan trailer-trailer
pengiriman barang dari Jakarta ataupun ke Jakarta, yang melintas sering
41
beristrirahat di pinggir jalan Tegal Panas. Kemudian Tahun 1976 pemerintah
membuat terminal atau pangkalan truk panjang 200 M dan lebar 20 M, dan
penerangan waktu itupun masih menggunakan pitromak. Kemudian sejak
itulah datang para mucikari dari luar kota membeli tanah didaerah Tegal
Panas untuk didirikan warung remang-remang. Mulai itulah Tegal Panas
menjadi tempat praktek-praktek prostitusi karena para supir truk yang
menurunkan wanita pelacur (Pekerja Seks Komersial) yang diturunkan di situ.
Pada tahun 1980 warung remang-remang mulai ramai dan berkembang
menjadi banyak. Kemudian tahun 1999 yang semula warung remang-remang
diganti menjadi tempat karaoke dan menyediakan kamar dan pekerja seks
komersial. Dan hingga sampai sekarang masih ramai dikunjungi para kaum
lelaki.
2. Kondisi Lokalisasi (prostitusi) Tegal panas
Kondisi lokalisasi Tegal Panas yaitu lingkungan yang dipenuhi dengan
pemukiman warga dimana pemukiman tersebut terdiri dari beberapa tempat
karaoke dan kamar. Untuk aktifitasnya di mulai pukul 08.00-24.00 WIB.
Kebanyakan para pekerja disitu adalah dari luar kota. Tidak asing bagi
masyarakat Kab. Semarang khususnya ketika mendengar tentang Tegal
Panas. Dipikiran mereka ketika mendengar Tentang Tegal Panas berarti yang
mereka tangkap adalah mengenai prostitusi. Ketika berbicara masalah
prostitusi sebenarnya pengatasanya dimulai dari lingkup terkecil yakni
42
keluarga. Dengan pondasi keluarga yang kuat berupa pendidikan, baik
pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan non formal budi pekerti dan
keagamaan bagi suatu keluarga merupakan dasar yang kuat untuk dapat
menghindari agar tidak terjerumus dalam lembah prostitusi.
Karenanya permasalahan prostitusi bukan hanya merupakan
permasalahan pemerintah kota khususnya Dinas atau instansi terkait, tetapi
juga permasalahan masyarakat secara umum. Agar dampak prostitusi tidak
menyebar dan menular ke lingkungan sekitar, maka diperlukan berbagai
pembatasan dalam prakteknya demikian dengan kondisi lingkungan prostitusi
Tegal Panas yang dari hari ke hari semakin tambah ramai dan banyak
didirikan tempat karaoke ataupun kamar.
TABEL I
DAFTAR NAMA PEMBINA TEGAL PANAS
No
Nama Jenis
klamin
Jabatan Umur Lulusan
1. I M
L Ketua RW 62 th SD
2. A L Pengelola
Paguyuban
43 th SMA
3. N S
L Mudin 53 th SD
4. M T L Tokoh
masyarakat
54 th SD
43
3. Gambaran Informan
Untuk mengetahui pembinaan keagamaan di lingkungan prostitusi
Tegal Panas, dapat didasarkan pada beberapa pendapat tokoh masyarakat atau
petugas pembina keagamaan yang membina para wanita binaan (Pekerja Seks
Komersial) di lingkungan tersebut. Setidaknya, pendapat itu dapat menjadi
bentuk perwakilan informasi tentang lingkungan prostitusi Tegal Panas secara
umum.
TABEL II
DAFTAR NAMA INFORMAN
No Nama
(kode)
JK Pendidikan Jabatan Kerja
1 A L SMA Ketua paguyuban LSM Narkoba dan
2 MT L SD Pembina Penceramah
3 NS L SD Pembina Mudin
4 N P SMP - Ibu asuh (mucikari)
5 S P SMA - PSK
6 A P SMP - PSK
44
7 A P SMP - PSK
B. Temuan Penelitian
1. Isi atau materi pembinaan keagamaan Islam pada Pekerja Seks
Komersial di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab.
Semarang.
Temuan data penelitian di lapangan menunjukan materi pembinaan
keagamaan di lokalisasi Tegal Panas yang diperoleh dari informan, tokoh
masyarakat atau tokoh agama yang memiliki kemampuan dalam memberikan
materi pembinaan keagamaan tersebut. Materi-materi yang diberikan dalam
pembinaan keagamaan keagamaan kepada wanita binaan (Pekerja Seks
Komersial) di lokalisasi Tegal Panas.
Dalam misi pembinaan keagamaan yang dilakukan secara intensif
yaitu materi yang disampaikan pada saat pembinaan keagamaan, peneliti
memulai pertayaan kepada pembina MT dan NS diwaktu yang berbeda,
materi apa yang diberikan pada saat pembinaan keagamaan Islam kepada
para pekerja seks komersial agar mereka itu bisa sadar dan pergi dari situ atau
bekerja yang lebih baik lagi,
“Materi yang saya disamapaikan mencakup tiga dimensi, pertama
yaitu dimensi keyakinan yang merujuk kepada tingkat keyakinan
seorang muslim terhadap kebenaran agama Islam. Dari sinilah
keyakinan yang merujuk kepada keimanan yaitu tentang ke-ESAan
Allah. Kedua dimensi ibadah yang merujuk kepada tingkat kepatuhan
dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan beribadah yang diwajibkan
45
Islam, seperti shalat, zakat, amal, puasa dan sebagainya. Ketiga
dimensi akhlak dimensi ini merujuk kepada perilaku sehari-hari,
seperti tolong menolong antar sesama, jujur, tanggung jawab dan
sebagainya”. tutur MT mengenai materi yang disampaikan pada saat
pembinaan keagamaan Islam.
Tutur NS, “materi yang saya disamapaikan mencakup tiga hal,
pertama yaitu keyakinan yang merujuk kepada keimanan seorang
muslim(iman kepada Allah, malaikat, nabi/rosul, kitab-kitab dan hari
akhir). Kedua tentang praktek agama atau ibadah yang merujuk
kepada kegiatan-kegiatan beribadah yang diwajibkan Islam, seperti
shalat, zakat, amal, puasa dan sebagainya. Ketiga tentang akhlak
yang merujuk kepada perilaku sehari-hari, seperti tolong menolong
antar sesama, jujur, tutur kata, cara berpakaian dan sebagainya”.
Dari penuturan kedua pembina MT dan NS materi yang di sampaikan
dalam pembinaan keagamaan adalah sama yaitu :
1) Dimensi keyakinan/aqidah
2) Dimensi ibadah (praktek ibadah)
3) Dimensi akhlak
Dari ketiga pokkok dimensi tadi juga di pertegas oleh pengakuan dari
jamaah binaan yaitu S dan A. Tutur S,
“Materi yang disampaikan oleh pembina yaitu tentang keyakinan
terhadap Allah, praktek ibadah (Bagaiman caranya shalat, wudlu,
amal/infak, tahlil dan lain-lain yang berhubungan dengan agama
Islam) dan kami juga diberi materi tentang akhlak bagaimana kita
bersosialisasi dengan sesama manusia. Selain tiu juga setiap bulan
puasa saya dan sebagian besar teman saya ada yang puasa dan tetap
tarawih dan tadarusan di masjid/mushala. Karena materi-materi yang
disamapaikan oleh pembina itu bisa menjadi bekal ketika kami sudah
keluar dari sini sebab kami juga ingin hidup yang lebih baik.
Senada dengan apa yang dikatakan oleh S, A mengatakan,
“materi yang disampaikan oleh pembina yaitu tentang keyakinan
terhadap Allah, kebesaran Allah, terus tentang praktek ibadah yaitu
46
tentang bagaimana cara shalat dan wudlu, dan tentang akhlak atau
mengenai tingkah laku atau sopan santun”.
2. Pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam pada Pekerja Seks Komersial
di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang.
Untuk lebih memperjelas gambaran bagaimana pelaksanaan
pembinaan keagamaan Islam di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec.
Bergas Kab. Semarang. Peneliti melontarkan pertanyaan kepada ketua
paguyuban, bagaimana anda mengkoordinir paguyuban untuk pembinaan
keagamaan para PSK.
Terus bagaimana pelaksanaan pembinaan tersebut, pemberitahuan kepada
PSK, tempatnya dimana, pembinaan dilakukan berapa bulan sekali dan durasi
waktunya berapa menit). A menjawab,
“Setiap bulan sekali kami paguyuban dan pengurus RT mengadakan
pertemuan rutin untuk membahas kegiatan-kegiatan positif bagi para
anak asuh (PSK) seperti kesehatan, keagamaan, keterampilan dan
lain-lain. Kemudian Untuk pemberitahuan kepada para anak asuh
(PSK) jika ada pembinaan keagamaan kami dari koordinator
paguyuban dua hari sebelum pembinaan kami mendatangi ibu
asuh(mucikari) dan anak asuh (PSK). Terus untuk pelaksanaan
pembinaan keagamaan tempatnya tidak tentu atau pindah-pindah
kadang di gedung PKK, kadang di masjid, kadang di tempat pak
Supoyo (Ket. RT 06) dan kadang di mushola. Dulu pembinaan
dilakukan satu minggu sekali setiap hari sabtu tapi sekarang setiap
sebulan sekali karena selain kegiatan keagamaan masih ada kegiatan
kesehatan dan keterampilan. Untuk dulu waktu pembinaan keagamaan
Islam masih satu minggu sekali durasi waktunya 30 – 60 menit, tapi
setelah satu bulan sekali durasi waktunya 1 – 2 jam. Tegas A ketika
47
memberikan informasi mengenai pelaksanaan pembinaan keagamaan
Islam (Sabtu, 30 Juni 2012, jam 10.00 WIB).
Peneliti juga melontarkan pertanyaan kepada anak asuh (PSK) untuk
memperkuat jawaban dari koordinator paguyuban “A”. Kemudian peneliti
bertanya kepada S (PSK) dan N (mucikari), bagaimanakah pemberitahuan
dari koordinator kepada anda jika ada pembinaan, S menjawab,
“Pemberitahuannya dengan kita diberi tahu oleh ibu asuh (mucikari),
dari teman dan dari koordinator, yaitu kadang lewat omongan
langsung, kadang lewat undangan dan kadang lewat SMS. Tapi yang
sering digunakan yaitu lewat SMS karena lebih cepet dan ngirit”.
Untuk memberi bekal para PSK agar cepat sadar dari koordinator
melakukan pembinaan keagamaan berapa kali dalam satu bulan? S
menjawab,”pembinaan dilakukan satu bulan sekali”.
Terus tempat pelaksanaan pembinaan dilakukan dimana dan durasi waktunya
berapa menit? S menjawab,
”Tempat pelaksanaan dilakukan di gedung PKK, pak Supoyo(Ket. RT
06), masjid dan mushola Tegal Panas (Tgal Rejo). Untuk durasi waktu
pembinaan keagamaan islam yaitu sekitar 90 - 120 menit. Tegas S
mengenai pelaksanaan pembinaan keaamaan (Rabu, 27 Juni 2012,
jam10.00 WIB).
Penturan atau jawaban dari N (mucikari) sama dengan jawaban dari S
(PSK). Jawaban N,
“Pemberitahuannya dengan kita diberi tahu oleh dari koordinator
atau pengurus, yaitu kadang lewat omongan langsung, kadang lewat
undangan dan kadang lewat SMS. Dulu pembinaan dilakukan satu
minggu sekali setiap hari jum‟at tapi sekarang setiap sebulan sekali
karena masih ada kegiatan lain. Tempat pelaksanaan pembinaan
keagamaan selalu pindah-pindah kadang di gedung PKK, pak Supoyo
(Ket. RT 06), masjid dan mushola Tegal Panas (Tgal Rejo). Untuk
durasi waktu pembinaan keagamaan Islam dulunya 30 – 60 menit tapi
48
sekarang 1 - 2 jam karena hanya sebulan sekali”(Jum‟at, 29 Juni
2012, Jam 10.00 WIB).
Menurut A, S dan N pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam sudah
bagus karena selain pembinaan keagamaan juga didukung oleh pembinaan
kesehatan. Misi pelaksanaan pembinaan keagamaan di lokalisasi Tegal Panas
Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang dilakukan sebulan sekali pada
dasarnya adalah agar para anak asuh (PSK) tidak jenuh untuk mengikuti
kegiatan pembinaan keagamaan Islam.
3. Model pembinaan keagamaan Islam pada Pekerja Seks Komersial yang
diterapkan di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab.
Semarang.
Hasil temuan data penelitian di lapangan menunjukan bahwa model
pembinaan keagamaan yang diterapkan pada Pekerja Seks Komersial di
lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang. Oleh
informan (Pembina) dari tokoh masyarakat atau tokoh agama yang memiliki
kemampuan dalam mengemban misi pembinaan keagamaan tersebut
menerapkan model- pembinaan yang digunakan dalam melakukan pembinaan
keagamaan. Pilihan model pembinaan disesuaikan dengan kajian materi
keagamaan, yang berorientasi dalam penyampaian misi pembinaan
keagamaan wanita binaan (Pekerja Seks Komersial) di lingkunagan prostitusi
Tegal Panas.
49
Dalam misi pembinaan keagamaan yang dilakukan secara intensif,
peneliti memulai pertayaan kepada MT dan NS, Untuk menyampaikan materi
kepada para pekerja seks komersial terhadap pengetahuan agama guna tujuan
pembinaan keagamaan tuna susila maka model pembinaan seperti apa yang
digunakan oleh Pembina, MT menjawab,
“Untuk penyampaian materi pembinaan keagamaan Islam seperti
materi tentang keyakinan, praktek ibadah dan akhlak saya
menggunakan model pengajian atau sarasehan(siraman rohani),
dengan cara ceramah pada materi keyakinan dan akhlak. Tapi jika
materi praktek ibadah saya menggunakan ceramah dan praktek untuk
mencontohi para jamaah kemudian saya menjelaskan keuntungannya,
tujuannya dan hikmahnya. Setelah materi telah cukup untuk
disampaikan barulah saya buka pertanyaan bagi para jamaah yang
ingin bertanya. Tutur MT menjelaskan model pembinaan keagamaan
Islam (Rabu, 27 Juni 2012, Jam 11.00 WIB).
Setelah dirasa cukup untuk mengali informasi dari MT tentang model
pembinaan keagamaangiliran NS menjawab pertanyaan yang sama dari
peneliti di waktu dan hari yang berbeda, NS menjawab,
“Untuk penyampaian materi pembinaan keagamaan Islam seperti
materi tentang keyakinan, praktek ibadah dan akhlak saya
menggunakan model pengajian atau sarasehan (siraman rohani),
dengan cara ceramah. Tapi jika materi yang sekiranya harus
dipraktekan, ya saya harus mempraktekkannya seperti materi tentang
shalat, wudlu dan lain-lain. Setelah materi telah cukup untuk
disampaikan barulah saya buka pertanyaan bagi para jamaah yang
ingin bertanya”, tutur NS menjelaskan tentang model pembinaan
keagamaan pada dimensi praktek ibadah (Jum‟at, 29 Juni 2012, Jam
19.30 WIB).
50
Untuk lebih memperjelas gambaran bagaimana model pembinaan
keagamaan yang diterapkan pada Pekerja Seks Komersial di lokalisasi Tegal
Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang. Peneliti juga memberikan
pertanyaan kepada A (koordinator) dan N (mucikari). Model pembinaan
seperti bagaimana yang dapat efektif dan membuat para jamaah itu bisa ada
perubahan setelah mengikuti pembinaan.
A menjawab, “Untuk model pembinaan saya serahkan kepada para
pembina karena beliau yang lebih pengalaman mengenai pembinaan
keagamaan. Tapi yang sering digunakan oleh pembina yaitu model
pengajian dan sarasehan untuk penyampaian materinya dengan
ceramah, kerena jamaah yang ikut pembinaan banyak (skala besar)
jadi efektifnya menggunakan model seperti itu. Untuk jamaah yang
bisa berubah ada, walaupun tidak semuanya yaitu perubahannya dari
tutur kata mereka sekarang lebih sopan dan rasa sosial kepada
sesama teman dan orang lain lebih baik”. (Sabtu, 30 Juni 2012, jam
10.00 WIB).
Setelah A menjawab dan dirasa peneliti cukup maka peneliti ganti bertanya
kepada N yang pertanyaannya sama dengan yang diajukan kepada A diwaktu
dan hari yang berbeda. N menjawab,
“Untuk model pembinaan keagamaan biasanya yang sering
digunakan oleh pembina yaitu model pengajiaan dan sarasehan,
kerena jamaah yang ikut pembinaan banyak jadi efektifnya
menggunakan model seperti itu. Para jamaah yang bisa berubah ada
setelah mengikuti pembinaan keagamaan, ada yang berubah
walaupun tidak semuanya yaitu perubahannya dari tutur kata mereka
sekarang lebih sopan, kepedulian kepada sesama teman dan ada yang
mau mengerjakan shalat walaupun belum sepnuhnya”(Jum‟at, 29 Juni
2012, Jam 10.00 WIB).
51
Menurut A dan NN, Model yang diterapkan MT dan NS tersebut di
atas kiranya telah baik untuk para pekerja seks komersial dalam hal pilihan
model pembinaan. Misi penanaman pembinaan keagamaan Islam pada
Pekerja Seks Komersial yang diterapkan di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar
Kec. Bergas Kab. Semarang pada dasarnya adalah pencegahan perilaku
menyimpang yang dilakukan pekerja seks komersial dan pengetahuan
keagamaan.
4. Kendala-kendala dalam Pembinaan keagamaan Islam pada Pekerja Seks
Komersial di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab.
Semarang dan upaya untuk mengatasinya.
Dalam hal pembinaan keagamaan Islam pada pekerja seks komersial
peneliti ingin mengetahui kendala-kendala apa saja dalam pembinaan tersebut,
oleh karena itu peneliti bertanya kepada NS (pembina) dan A (koordinator),
kendala-kendala apa yang ada dalam pembinaan serta upaya apa untuk
mengatasinya, NS mengatakan,
“Kendala yang terjadi yaitu para wanita binaan(PSK) yang ikut
pembinaan keagamaan sedikit karena mereka masih kurang
kesadarannya. upaya untuk mengatasinya, saya memberitahukan
kepada koordinasinya untuk musyawarah mencari jalan keluar agar
para wanita binaan itu bisa banyak yang ikut pada saat pembinaan.
Dan hasil kesepakatannya tmengenai aturan bagi anak asuh (wanita
binaan) yaitu 1) bagi anak asuh yang tidak ikut pembinaan tanpa ijin
maka akan deri sanksi. 2) bagi anak asuh yang tidak ikut 3x maka
akan dikeluarkan dari Tegal Panas”(Jum‟at, 29 Juni 2012, Jam 19.30
WIB).
52
Selain itu juga A mengatakan yang senada dengan NS bahwa,
“kendala yang terjadi yaitu sedikitnya wanita binaan yang ikut
pembinaan keagamaan islam karena kurangnya kesadaran dari
mereka. Upaya untuk mengatasinya, Kami para pengurus atau
koordinator rapat dan bermusyawarah untuk mencari solusinya. Pada
akhirnya disepakati bersama yaitu; 1) bagi anak asuh yang tidak ikut
pembinaan tanpa ijin maka akan deri sanksi. 2) bagi anak asuh yang
tidak ikut 3x maka akan dikeluarkan dari Tegal Panas. Dari aturan itu
tadi menjadikan hal positif dan akhirnya para anak asuh(wanita
binaan) banyak yang mengikuti pembinaan keagamaan islam dan
kegiatan-kegiatan yang lain”. (Sabtu, 30 Juni 2012, jam 10.00 WIB).
Selain temuan penelitian di atas peneliti juga menemukan beberapa
beberapa hasil penelitian dari pertanyaan yang diajukan kepada para pekerja
seks komersial yang sebagaimana megapa mereka kerja di Tega Panas dari
segi faktor, asal, sudah berapa lama disitu, motif-motif pelanggan, hasilnya
berapa untuk siapa, harapan kedepan bagaimana, suka dukanya, dan sikap
terhadap Pembina.
Dari penuturan seorang PSK yang sudah senior yang berinisial S
Umurnya 48 tahun, tuturnya;
“Dulunya saya pedagang pakaian mas, tapi lama kelamaan saya
bangkrut. Yang menyebabkan saya seperti ini adalah kebangkrutan
tadi mas (faktor ekonomi), karena saya kerja disini ingin mencari
modal dan setelah mendapat modal saya ingin pergi dari sini dan
buka usaha sendiri”.
“Kendal”.
“kurang lebih sekitar 1 tahunan mas”
53
“Pada saat menjadi pemandu karaoke biasanya mereka para
pelanggan yang sudah tua-tua seumuran saya langsung bertanya
“ngamar berapa”, tapi bagi yang sudah sering atau pelanggan tetapn
saya ya lagsung ngajak ngamar begitu mas”
“Satu bulan sekitar 1 - 1,5 juta (bersih)”.
“Untuk ditabung karena saya memang mau mencari modal buat
usaha”.
“karena saya kerja disini ingin mencari modal dan setelah mendapat
modal saya ingin pergi dari sini dan buka usaha sendiri”.
“Sikap saya ya menghormati, karena pembina sudah ikhlas dan
berniat baik kepada kita” ( Rabu, 27 Juni 2012, jam 10.00 WIB).
Sedangkan penuturan PSK berinisial A umurnya 25 tahun, tuturnya;
“karena saya pengangguran saya ingin bekerja terus saya diajak
teman bekerja disalah satu café di Temanngung, pada saat bekerja
teman saya mabuk dan akhirnya saya tidak pulang kerumah karena
harus temani teman saya yang mabuk berat. Setelah saya pulang
kerumah saya dihajar oleh suami saya dan saya disuruh minggat
karena saya tidak pulang, mulai itulah saya sering dihajar oleh suami.
Dan akhirnya saya pergi kesini mas”.
“Magelang”.
“Dulu disini 5 bulan terus karena kecelakaan saya pulang dan setelah
sembuh saya kesini lagi mas sampai sekarang”.
“Tiap oramg motifnya beda-beda mas, ada yang suruh menemani
karaoke saja, tapi ada yang ngajak langsung ngamar. Tapi kalau
ngamar saja pilih yang cocok harganya dan seneng dengan orangnya
mas kalau saya tidak mau dengan yang ngajak ya saya juga tidak mau
untuk diajak ngamar”.
“Tarifnya, kalau nemenin karaoke 1 jamnya 30 ribu dan untuk yang
punya karaike 5 ribu, kalau ngamar short- time itu tarifnya 100-200
ribu dan untuk kamarnya 15 ribu, terus kalau long-time itu dari jam 1-
54
4 pagi tarifnya 200-350 ribu”. Hasilnya “ya kalau rame tiap bulan
bisa 2,5 – 3 juta mas”.
“Ya untuk ditabung, kebutuhan saya disini dan untuk anak saya yang
saya titipkan kepada kakak saya”.
“Ya tidak to mas, saya tetep ingin pergi dari sini walaupun entah
kapan. Kalau sudah pergi dari sini saya ingin usaha mas”.
“Sukanya itu banyak kenalan, dapat uang banyak dengan cepat.
Dukanya itu jika ada pelanggan yang bikin onar atau berbuat kasar
mas dan jika ada pelanggan yang mencaci maki saya”.
“sikap saya terhadap pembina menghormati karena dia sebagai
Pembina agama”(Kamis, 28 Juni 2012, Jam 10.00 WIB).
Sedangkan penuturan PSK berinisial A umurnya 17 tahun kurang
lebih hampir sama dengan penuturan kedua PSK diatas akan tetapi yang
membuat berbeda adalah PSK berinisial A ini pernah di pesantren kurang
lebih selama 4 tahun, tuturnya;
“Frustasi dan faktor ekonomi mas, kelas 2 SMK saya keluar untuk
bekerja agar bisa membiayai sekolah adik saya karena bapak saya
meninggal. Saat itu saya bekerja di daerah Kab. Semarang kemudian
karena hamil (3 bulan) diluar nikah dengan pacar saya tapi pacar
saya tidak mau tanggung jawab. Karena saya tidak mau
menggugurkan janinnya saya tinggal dikosnya kakak tiri di Tegal
panas namun pada akhirnya malah saya keguguran. Oleh sebab itulah
saya bekerja disini. Padahal saya juga pernah dipesantren selama 4
tahun”.
“Dari Gunung Kidul”.
“Saya disini baru tiga bulan”.
“Pada saat menjadi pemandu karaoke basanya mereka bertanya
“bisa plus-plus ga” dan kadang juga lewat operator jika ada yang
mencari teman untuk ngamar dia sms saya”.
“Tarifnya, kalau jadi pemandu karaoke 1 jamnya 30 ribu terus
dipotong untuk pemilik karaoke 5 ribu, kalau plus-plus didalam
55
(dilingkungan Tegal Panas) ngamar short-time itu tarifnya 150 ribu
dan untuk kamarnya 15 ribu, terus kalau long-time itu dari jam 1 - 4
pagi tarifnya 200-350 ribu”.
“lebih mahal di luar (tidak dilingkungan Tegal Panas), kalau plus-
plus short-time tarifnya 250-300 ribu terus kalau long-time tarifnya
500-600 ribu”.
“Untuk ditabung sehari kalau dapat job saya tabung 100ribu dan
untuk menyekolahkan adik saya”.
“Ya tidak to mas, saya tetep ingin pergi dari sini walaupun entah
kapan sampai terkumpul modal yang cukup. Kalau modal sudah ada
terus pergi dari sini saya ingin membuka usaha sendiri yaitu membuka
took”.
“Sukanya itu banyak kenalan, dapat uang banyak dengan cepat.
Dukanya itu jika ada pelanggan yang reseh atau berbuat kasar mas”.
“Sikap saya ya menghormati, tapi setiap saya mengikuti pembinaan
keagamaan saya malah ngobrol sama teman dibelakang”(Selasa, 24
Juli 2012, Jam 09.30 WIB).
Setelah peneliti cukup mendapat data dari informan para PSK peneliti
juga mendapatkan hasil penelitian dari mucikari (germo /mbok-mbokan)
yang berinisian N. Hasil wawancara dari mucikari agak berbeda dengan hasil
wawancara PSK. Peneliti bertanya kepada mucikari mengenai sebagaimana
megapa mereka kerja di Tega Panas dari segi faktor, asal, sudah berapa lama
disitu, hasilnya berapa untuk siapa, harapan kedepan bagaimana, tanggapan
anda mengenai tempat ini, sikap terhadap Pembina, sistem kerjanya mucikari
dan ibadah. Tutur N;
“Karena faktor eknomi to mas, saya harus memberi makan keluaraga
dan menyekolahkan anak-anak saya”.
56
“dari Semarang”.
“sudah 12 tahun”.
“Kalau rame kurang sekitar 1-2 juta, kalau sepi sekitar 1 juta”.
“Untuk mencukupi kebutuhan keluaraga dan menyekolahkan anak
anak saya”.
“Ya kepingin to mas, saya ingin buka usaha sendiri dirumah tapi mau
bagaimana lagi terkendaladengan modal”.
“Disini tidak seram seperti kebanyakan orang bilang mas, disini iya
tidak jauh beda dengan seperti kampung yang lain hanya memang
disini tempat seperti ini (lokalisasi)”.
“saya sebagi mucikari harus menghormati untuk mencontohi anak
asuh saya (para PSK)”.
“Saya hanya mencarikan teman karaoke atau teman kencan jika ada
pelanggan jika ada yang mau mencari pemandu karaoke atau plus-
plus”. “Dulu para PSK ikut mucikari, tapi sekarang sudah tidak, para
PSK sekarang sudah bebas dan kos sendiri-sendiri dengan demikian
mereka tidak membayar potongan kepada mucikari karena sudah
mandiri”.
kalau ingat,ya mengerjakan shalat” (Jum‟at, 29 Juni 2012, Jam 10.00
WIB).
Guna untuk mengetahui bagaimana koordinasi dari pengurus dan
berapa jumlah PSK yang ada di Tegal Rejo maka peneliti mencari data dari
wawancara dengan berinisial A yang mana sebagai koordinator atau pengurus
di Tegal Rejo. Peneliti mencari data mengenai ustadz ada berapa, kendala-
kendala serta upaya untuk mengatasinya, sikap terhadap PSK, harapan kepada
PSK dan kegiatan selain pembinaan keagamaan.
57
Tutur A, “dari daerah sini : Pak Nur Salim (modin desa sini), Pak
Muh. Tamami (tokoh masyarakat disini). Dari daerah luar : kyai dari
Banyu Biru, kyai dari Secang. Tapi yang sering melakukan pembinaan
yaitu pembina dari dalam”.
“dulunya para anak asuh yang ikut pembinaan itu sedikit. Tapi
sekarang sudah banyak yang iktut”. Upayanya, “Kami para pengurus
atau koordinator rapat dan bermusyawarah untuk mencari solusinya.
Pada akhirnya disepakati bersama yaitu; 1) bagi anak asuh yang tidak
ikut pembinaan tanpa ijin maka akan deri sanksi. 2) bagi anak asuh
yang tidak ikut 3x maka akan dikeluarkan dari Tegal Panas. Dari
aturan itu tadi menjadikan hal positif dan akhirnya para anak asuh
(wanita binaan) banyak yang mengikuti pembinaan keagamaan islam
dan kegiatan-kegiatan yang lain”.
“sikap saya terhadap mereka baik, saling membantu. Bagaimanapun
juga mereka adalah manusia dan mereka kesini pasti mempunyai
masalah serta saya yakin mereka juga tidak mau selamannya disini
terus”.
“harapan saya bagi para PSK. Ya, jangan lama-lama bekerja disini
dan semoga lekas sadar agar bisa keluar dari sini”.
“Olah raga seminggu sekali setiap hari jum‟at, kesehatan sebulan
sekali(cek darah), keterampilan seperti kursus kecantikan dan
membuat kerajinan tangan bagi para kader PSK. Tapi bagi para anak
asuh (PSK) yang masih muda belum ada keterampilan”(Sabtu, 30 Juni
2012, jam 10.00 WIB).
Guna lebih mengetahui mendalam tentang pembinaan keagamaan PSK
maka peneliti memberikan pertanyaan untuk informan (Pembina/ustadz) yaitu
kepada pembna yang berinisial MT dan NS pada saat wawancara
berlangsung, tentang alasan mau membina para PSK, Tujannya, Harapan,
materi pembinaan dan tolak ukur bahwa pembinaan itu berhasil.
Tutur MT,
58
“Karena itu memperjuangkan agama Allah”.
“Tujuannya ya untuk membekali para wanita bianaan dengan agama,
agar mereka sadar”.
“Harapannya bagi pemerintah atau masyarakat agar lebih
diperhatikan lagi kegiatan pembinaan keagamaan ini. Karena ini
sangat penting sekali”.
“Tentang iman (Keyakinan), tentang praktek ibadah sperti shalat atau
wudlu tapi harus memberikan bagaimana caranya terus tentang amal
dan tentang agama”.
“Tolak ukurnya ya para wanita binaan itu taubat dan keluar dari sini,
tapi jarang wanita yang taubat dengan sungguh-sungguh hanya ada
satu atau dua orang saja”(Rabu, 27 Juni 2012, Jam 11.00 WIB).
Tutur NS, “alasannya, saya senang karena ini merupakan pekerjaan
yang sangat mulia”.
“Tujuannya agar para PSK mendapat pengetahuan tentang agama
dan bisa cepat keluar dari tempat itu”.
“Harapannya kalau bisa pembinaan ini dilakukan lebih sering lagi,
dan pemerintah lebih serius menangani hal ini”.
“Tentang iman, krukunan, kebersihan, kemasyarakatan dan praktek
ibadah”.
“Tolak ukurnya ya para wanita binaan(PSK) itu taubat dan keluar
dari sini”(Jum‟at, 29 Juni 2012, Jam 19.30 WIB).
59
60
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Isi atau materi pembinaan keagamaan Islam pada Pekerja Seks Komersial
di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun
2012.
Pembinaan keagamaan di lokalisasi Tegal Panas bagi pekerja seks
komersial telah dilakukan oleh pembina keagamaan melalui berbagai materi.
Sebab bagi para pembina merubah mentalitas seseorang tidaklah mudah apa
lagi seorang pekerja seks komersial. Oleh karena itu para pembina harus
mengerti kondisi binaannya untuk materi seperti apa yang harus diberikan dan
tidak menyinggung perasaan mereka. Para pekerja seks komersial terjun ke
dunia seperti itu karena mereka menjauhi atau lupa Allah dan mereka tidak mau
membuka diri terhadap tuntunan dan petunjuk-Nya yang disebabkan oleh
kebanyakan faktor ekonomi dan masalah keluarga. Oleh sebab itu mereka
terjerumus atau masuk kedalam dunia seperti itu. Apabila ajaran telah masuk
pada pekerja seks komersial maka akan menjadi bagian dari mentalnya yang
telah terbinanya itu sedikit demi sedikit mereka akan mengerti tentang ajaran
agama dan dengan sendirinya mereka akan menjauhi larangan Tuhan dan
mengerjakan segala perintah-Nya atau setidaknya batin mereka merasa lebih
lega, walaupun membutuhkan proses yang lama.
Islam mendorong pemeluknya untuk beragama secara menyeluruh.
Oleh karena itu, hanya konsep yang mampu memberi penjelasan tentang
61
memahami keberagamaan umat Islam. Untuk memahami islam dan umat islam
konsep yang dibuat adalah konsep yang mampu memahami beragam dimensi
dalam berislam (Ancok & Suroso, 2005:80). Sebelum para pembina
memberikan pembinaan keagamaan yang terbagi dalam berbagai dimensi maka
pembina harus mempunyai bekal dan persiapan-persiapan agar dalam
melakukan pembinaan dapat tercapai tujuannya. Sesungguhnya faktor yang
mempengaruhi hasil dari pembinaan adalah sikap dan pribadi atau kesehatan
mental pelaku dakwah itu sendiri. Selain itu juga pembina harus bijaksana, ia
harus pandai dalam memilih materi yang akan disampaikan dan seberapa
banyak materinya. Untuk itu pembina harus memberikan materi yang pertama
dimensi keyakinan atau aqidah yaitu tentang nilai keimanan sebagai dasar
pijakan pemahaman bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan mengakui nabi
Muhammad adalah utusan Allah. Agar mereka mau mau menerima konsep dan
ajaran-ajaran yang berasal dari Al-Qur‟an dan sunah. Karena para PSK terlalu
rendah keyakinan terhadap Allah, sehingga mereka tetap bekerja di lokalisasi
atau prostitusi.
Materi yang kedua dimensi praktek ibadah yaitu tentang ibadah sebagi wujud
penghambaan atau penyembahan kepada Allah dan mekanisme penguat
keyakinan. Yang harus ditekankan kepada para pekerja seks komersial yaitu
mengenai shalat, puasa,dan zakat. Dalam agama Islam melaksanakan praktek
ibadah merupakan implementasi terhadap pengetahuan agama, bentuk ketaatan
kepada Allah SWT dan keyakinan menjalankan perintah-perintah agama yang
diwujudkan dalam bentuk perbuatan atau ritual ibadah seperti sholat, puasa,
62
zakat serta ritual-ritual lainya. Sedangkan ritual ibadah juga bisa merupakan
kegiatan sehari-hari yang tidak terikat oleh waktu tertentu seperti mengucapkan
salam ketika bertemu dengan sesama muslim dan berdo‟a ketiaka akan memulai
kegiatan
Materi yang ketiga dimensi akhlak yaitu tentang bagaimana individu atau
seorang muslim berinteraksi dengan dunianya yang berhubungan dengan
peribadatan maupun dalam pergaulan antar manusia, makhluk lain dan diri
sendiri. Sehingga dapat terjadi interaksi yang dapat menguntungkan semua
pihak.
Dari penuturan kedua pembina MT dan NS materi yang dasampaikan
dalam pembinaan keagamaan adalah sama yaitu :
4) Dimensi keyakinan atau aqidah
5) Dimensi ibadah (praktek ibadah)
6) Dimensi akhlak
Untuk itu pembina harus menekankan ketiga dimensi diatas sebagai
materi yang harus diberikan kepada pakerja seks komersial secara rutin dan
terus-menerus. Selain itu juga apabila pembina memberikan materi selain
ketiga dimensi itu maka terlalu banyak materi yang akan diterima oleh para
pekerja seks komersial selaku wanita binaan. Karena pembina memberikan
materi dari ketiga dimensi itu saja para pembina menganggap materi yang
diberikan sudah terlalu banyak. Jadi harapan dari pembina dari ketiga materi itu
harus dimengerti, dipahami dan dilaksanakan terlabih dahulu barulah materi
63
selain ketiga dimensi itu bisa diberikan. Dari ketiga pokok dimensi diatas jika
bisa jalankan oleh pekerja seks komersial maka meraka dapat membawa
perbaikan hidupnya walaupun sedikit demi sedikit. Selanjutnya mereka bisa
hidup sehat, sejahtera, bahagia dan selalu hidup dijalan yang benar (jalan
Allah).
B. Pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam pada Pekerja Seks Komersial
di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang.
Pelaksanaan pembinaan keagmaan berpengaruh terhadap tujuan yang
dicapai dalam pembinaan tersebut. Maka dari itu pengelola dan pembina harus
bekerja sama dalam mensukseskan pembinaan keagamaan tersebut. Pembinaan
harus terjadwal dengan sebaik mungkin. Untuk lebih memperjelas bagaimana
pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar
Kec. Bergas Kab. Semarang. Peneliti mencari informasi kepada ketua
paguyuban atau pengelola, bagaimana anda mengkoordinasi paguyuban atau
mengelola untuk pembinaan keagamaan para PSK.
Dari hasil penelitian menyimpulkan bahwa pembinaan keagamaan
islam di lokalisasi Tegal panas dilakukan setiap sebulan sekali. Untuk
pemberitahuan kepada ibu asuh atau mucikari dan anak asuh atau pekerja seks
komersial dengan memberitahukan tiga hari sebelum dilaksanakan pembinaan
yaitu lewat SMS dari koordinator karena lebih efektif dan efisien. Kemudian
untuk tempat pelaksanaannya dilakukan secara pindah-pindah yaitu di Masjid
64
Tegal Panas, mushola Tegal Panas dan gedung PKK. Terus untuk durasi waktu
pembinaan yaitu antara 60 – 120 menit (1 – 2 jam).
Menurut A, S dan N pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam sudah
bagus karena selain pembinaan keagamaan juga didukung oleh pembinaan
kesehatan. Misi pelaksanaan pembinaan keagamaan di lokalisasi Tegal Panas
Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang dilakukan sebulan sekali pada
dasarnya adalah agar para anak asuh (PSK) tidak jenuh untuk mengikuti
kegiatan pembinaan keagamaan islam.
Pembinaan berarti “pembaharuan atau penyempurnaan” dan “usaha”
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Menurut Hendiyat Soetopo dan Westy
Soemanto. Pembinaan adalah menunjuk pada suatu kegiatan yang
memperthankan dan menyempurnakan apa yang telah ada (Syafaat dkk,
2008:152-153).
Agar pembinaan itu bisa mencapai tujuan yang maksimal maka
pembinaan keagamaan di lokalisasi Tegal Panas lebih baik lagi dilaksanakan
seminggu sekali seperti dahulu. Seperti penuturan A dan N bahwa “pembinaan
keagamaan dulunya itu dilakukan seminggu sekali setiap hari jum‟at”.
Alangkah baiknya jika dilaksanakan seperti dahulu kembali. Karena pemberian
materi keagamaan itu pastinya berkelanjutan, jika pembinaan dilakukan
seminggu sekali maka jarak untuk memberikan lanjutan materi kepada pekerja
seks komersial hanya beberapa hari mereka masih sedikit mengingat materi
yang diberikan pembina seminggu yang lalu (tidak lupa). Sehingga Pembinaan
65
atau “usaha” tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif
untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Akan tetapi jika pembinaan
keagamaan dilaksanakan sebulan sekali maka jarak untuk melanjutkan materi
yang diberikan dari pembinapun juga lama sekali, sulit untuk mencapai hasil
yang di inginkan.
C. Model pembinaan keagamaan Islam pada Pekerja Seks Komersial di
lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun
2012.
Pembinaan keagamaan Islam pada pekerja seks komersial di lokalisasi
Tegal Panas yang telah dilakukan oleh pembina keagamaan melalui bermacam-
macam kegiatan keagamaan seperti pengajian, sholat berjamaah, dan ceramah-
ceramah keagamaan. Konsep dalam pembinaan keagamaan yang dilakukan di
lokalisasi prostitusi ini adalah bagaimana menambahkan serta mengembangkan
iman dan taqwa para anak asuh (pekerja seks komersial) kepada Allah SWT.
Keagamaan anak asuh (pekerja seks komersial) sangat di pengaruhi
oleh model pembinaan keagamaan yang dilakukan oleh pihak pembina, selain
itu juga keagamaan tuna susila dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor,
baik itu faktor intern yang ada dalam individu tunasusila seperti bagaimana
pemahaman mereka terhadap agama, maupun faktor ekstern seperti keluarga
dan masyarakat. Pekerja seks komersial yang dikatakan memiliki keagamaan
66
yang baik tidak sekedar hanya melakukan hubungan dengan Tuhan akan tetapi
juga harus memiliki hubungan yang baik dengan sesama manusia.
MT mengatakan,
“saya biasanya menggunakan model ceramah dan pengajian. Yaitu
dengan cara memberitahukan cara mengerjakan, keuntungannya,
hikmahnya dan tujuannya. Terus yang sangat efektif ya menggunakan
model ceramah to mas, karena ditempat seperti ini yang jamaahnya
banyak yaitu para PSK”.
NS juga mengatakan, “saya menggunakan model ceramah. Terus yang
sangat efektifnya menggunakan model ceramah to mas, karena
jamaahnya banyak”.
A menuturkan, “menggunakan model ceramah. Yang sangat efektif ya
menggunakan model ceramah to mas, karena jamaahnya dalam skala
besar”.
Dari penuturan MT, NS dan A model pembinaan keagamaan pada
seks komersial yang digunakan pembina adalah model ceramah. Namun jika
berbicara tentang PSK maka seorang pembina harus dapat mengetahui perasaan
sasaran binaan yang dihadapinya. Apakah para PSK telah mempunyai salah
satu keyakinan yang salah atau bertentangan dengan moral agama dan pembina
jangan cepat mencela kesalahan-kesalahan mereka, kalaupun mereka menerima
dan mengakui bahwa yang dibuat itu salah tapi perasaan mereka akan menolak
kebenaran yang kita tunjukan. Maka dari itu pembina jangan samapai
merendahkan ,menghina, mencela, atau mengurangkan harga diri mereka.
Seorang pembina harus dapat mengenal latar belakang dan motif-motif yang
67
mendorong para PSK berbuat yang berlawanan dengan agama. Setelah itu
barulah dilakukan tanya jawab atau diskusi tentang masalah-masalah yang ingin
dikemukakan. Demikian juga dengan binaan yang bodoh atau pendidikannya
rendah, yang seperti ini juga tidak boleh diremehkan, sebab mereka tetap
mempunyai harga diri dan tidak suka dihina. Untuk menghadapi kekurangan
mereka maka pembina hendaknya ditingkatkan dengan penuh kasih sayang dan
penghargaan.
Jadi model pembinaan keagamaan yang dilakukan oleh pembina
dengan menggunakan ceramah lebih cocok dengan tanya jawab. Karena dengan
tanya jawab para binaan bisa bertanya kepada pembina apabila ada suatu hal
tentang agama atau hal-hal lain yang mereka belum ketahui.
D. Kendala-kendala dalam Pembinaan keagamaan Islam pada Pekerja Seks
Komersial di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab.
Semarang dan upaya untuk mengatasinya.
Dalam hal pembinaan keagamaan Islam pada pekerja seks komersial
peneliti ingin mengetahui kendala-kendala apa saja dalam pembinaan tersebut,
oleh karena itu peneliti bertanya kepada NS (pembina) dan A (koordinator),
kendala-kendala apa yang ada dalam pembinaan serta upaya apa untuk
mengatasinya, NS mengatakan,
68
“Kendala yang terjadi yaitu para wanita binaan(PSK) yang ikut
pembinaan keagamaan sedikit karena mereka masih kurang
kesadarannya. Upaya untuk mengatasinya, saya memberitahukan
kepada koordinasinya untuk musyawarah mencari jalan keluar agar
para wanita binaan itu bisa banyak yang ikut pada saat pembinaan.
Dan hasil kesepakatannya tmengenai aturan bagi anak asuh (wanita
binaan) yaitu 1) bagi anak asuh yang tidak ikut pembinaan tanpa ijin
maka akan deri sanksi. 2) bagi anak asuh yang tidak ikut 3x maka
akan dikeluarkan dari Tegal Panas”.
Selain itu juga A mengatakan yang senada dengan NS bahwa,
“Kendala yang terjadi yaitu sedikitnya wanita binaan yang ikut
pembinaan keagamaan islam karena kurangnya kesadaran dari
mereka. Upaya untuk mengatasinya, Kami para pengurus atau
koordinator rapat dan bermusyawarah untuk mencari solusinya. Pada
akhirnya disepakati bersama yaitu; 1) bagi anak asuh yang tidak ikut
pembinaan tanpa ijin maka akan deri sanksi. 2) bagi anak asuh yang
tidak ikut 3x maka akan dikeluarkan dari Tegal Panas. Dari aturan itu
tadi menjadikan hal positif dan akhirnya para anak asuh(wanita
binaan) banyak yang mengikuti pembinaan keagamaan islam dan
kegiatan-kegiatan yang lain”.
Memberikan hukuman atau sanksi kepada PSK atau pelacur agar bisa
menambah pengalaman mereka atau membuat mereka disiplin untuk
mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh pengelola terutama dalam
kegiatan pembinaan keagamaan. Sebab dilingkungan lokalisasi jika tidak ada
peraturan untuk para PSK maka mereka akan semaunya sendiri. Oleh karena
itu pengelola atau koordinator membuat aturan diatas guna untuk
mensukseskan kegiatan-kegiatan yang diadakan di lokalisasi Tegal Panas.
69
Selain itu juga berbagai upaya yang dilakukan baik dari pihak
pembinaan keagamaan ataupun dari pengelola melalui berbagai macam
kebijakan untuk mengadakan berbagai kegiatan keagamaan, upaya yang
dilakukan oleh pembina untuk terus memompa dan memberikan pemahaman
kepada pekerja seks komersial dan usahanya sendiri guna terus meningkatkan
keagamaan individu, tidak mungkin akan terlepas dari faktor-faktor yang
mendukung keagamaan pekerja seks komersial. Dari hasil penelitian yang
penulis lakukan di lokalisasi Tegal Panas memperoleh gambaran sebagai
berikut:
Faktor pendukung, meliputi:
a.) Fasilitas yang disediakan oleh masyarakat atau pembinaan keagamaan
untuk mendukung keagamaan pekerja seks komersial. Seperti mushola,
masjid, alat pengeras suara.
b.) Berbagai macam kegiatan seperti olahraga, kesehatan.
c.) Kepedulian pembina dan seluruh elemen masyarakat sekitar.
d.) Semangat, antusias dan kesadaran pekerja seks komersial melaksanakan
berbagai kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan keagamaan.
e.) Pada saat dilakukannya pembinaan keagamaan berhentinya semua
aktifitas kegiatan kecuali pembinaan keagamaan itu sendiri.
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan analisis terhadap hasil penelitian Model Pembinaan
Keagamaan Islam di Lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab.
Semarang, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan dari penelitian
tersebut, yaitu:
1. Isi atau materi berisi:
a) Dimensi keyakinan atau aqidah
b) Dimensi ibadah (praktik ibadah)
c) Dimensi akhlak
Dari ketiga pokok dimensi diatas jika bisa jalankan oleh pekerja
seks komersial maka meraka dapat membawa perbaikan hidupnya walaupun
sedikit demi sedikit. Selanjutnya mereka bisa hidup sehat, sejahtera, bahagia
dan selalu hidup dijalan yang benar (jalan Allah).
2. Dalam pelaksanaan pembinaan keagmaan Islam diadakan satu bulan sekali.
Kemudian pemberitahuannya kepada para pekerja seks komersial, maka dari
koordinator menggunakan teknologi yang ada yaitu HP karena dengan SMS
lebih efektif dan efisien. Untuk tempat pelaksanaan pembinaan keagamaan
Islam koordinator kadang menempatkan di masjid, mushola dan gedung PKK
71
yang sudah tersedia di lokalisasi Tegal Panas. Dan untuk durasi waktunya
sebenarnya sudah lama yaitu sekitar 1 – 1, 5 jam.
3. Model pembinaan keagamaan pada seks komersial yang digunakan pembina
adalah model ceramah dan tanya jawab. Model ini digunakan karena
jamaahnya banyak. Namun dengan menggunakan model tersebut pembinaan
yang dilakukukan tidak berhasil karena para PSK yang keluar atau taubat dari
lokalisasi tersebut tidaklah banyak hanya satu atau dua PSK saja. Memang
model ceramah sangat efektif jika jamaahnya banyak tapi kurang efektif jika
untuk membuat para PSK sadar atau lebih mengena pembinaan tersebut.
4. Adapun kendala dalam Pembinaan Keagamaan Islam pada Pekerja Seks
Komersial di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang
dan adalah:
1) Para wanita binaan (PSK) yang ikut pembinaan keagamaan sedikit
karena mereka masih kurang kesadarannya.
Maka untuk mengatasinya diberlakukan aturan dan kebijakan:
1) Bagi anak asuh yang tidak ikut pembinaan tanpa ijin maka akan diberi
sanksi.
2) Bagi anak asuh (PSK) yang tidak ikut 3x maka akan dikeluarkan dari
lokalisasi Tegal Panas.
72
Dari aturan itu tadi menjadikan hal positif dan akhirnya para anak
asuh(wanita binaan) banyak yang mengikuti pembinaan keagamaan Islam dan
kegiatan-kegiatan yang lain. Karena memberikan hukuman atau sanksi kepada
PSK atau pelacur agar bisa menambah pengalaman mereka atau membuat
mereka disiplin untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh
pengelola terutama dalam kegiatan pembinaan keagamaan. Sebab
dilingkungan lokalisasi jika tidak ada peraturan untuk para PSK maka mereka
akan semaunya sendiri.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang penulis uraikan diatas, maka penulis
mengajukan beberapa saran guna perkembangan selanjutnya kearah yang lebih
baik kepada :
1. Pembina
Karena Melihat begitu pentingnya untuk melaksanakan pembinaan
keagamaan pada pekerja seks komersial, serta begitu besarnya pengaruh
lingkungan prostitusi dan lingkungan masyarakat maka, pihak pembina perlu
melakukan pendekatan yang lebih intens bukan hanya kepada pekerja seks
komersial serta perlu dilakukan pendekatan dengan sekitar lingkungan
prostitusi mengenai pentingnya pembinaan keagamaan islam untuk bekal
mereka melakukan interaksi dengan dunia luar dan bagi pembina diharapkan
menambah wawasannya mengenai pembinaan agama Islam terhadap pekerja
seks komersial.
73
2. Pengelola atau Koordinator
Karena pentingnya pembinaan keagamaan pada pekerja seks komersial
maka untuk pelaksaan pembinaan tersebut diadakan satu minggu sekali sebab
pembinaan keagamaan Islam merupakan salah satu cara untuk menyadarkan
para pekerja seks komersial. Jadi yang dulunya pembinaan dilakukan satu
bulan sekali untuk kedepannya dilakukan satu mimggu sekali.
3. Masyarakat
Perlu adanya kerja sama yang baik antara pembina keagamaan dengan
pengelola atau koordinator dan warga sekitar agar bisa berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan positif kepada para pekerja seks komersial terutama pada
pembinaan keagamaan Islam. Selain itu juga masyarakat sekitar bisa
menanggapi positif mengenai lokalisasi Tegal Panas.
4. Pekerja seks komersial
Bagaimanapun upaya yang dilakukan oleh pembina keagamaan adalah
suatu upaya yang sangat baik untuk memberi pengetahuan tentang agama
Islam, namun selain dari pembina diharapkan dari pekerja seks komersial
sendiri berusaha aktif bergerak untuk memperdalam pemahaman mereka
tentang keagamaan islam. Oleh karena itu untuk menyadarkan pekerja seks
komersial tentang pentingnya keagamaan disarankan mereka mau mencari
secara individu pemahaman keagamaan melalui buku agama ataupun berbagai
kegiatan agama, dan pada saat tunasusila menemui suatu hal dalam buku
agama atau kegiatan keagamaan yang tidak dipahami, mereka akan aktif
74
untuk bertanya kepada pembina ketika ada dilingkungan binaan atau bertanya
dengan orang yang lebih paham ketika mereka berada dilingkungan luar.
4. Pemerintah
Karena begitu pentingnya pembinaan keagamaan Islam maka
pemerintah harus ikut berperan serta dalam pembinaan tersebut. Dan
pemerintah harus terjun langsung demi pelaksanaan pembinaan tersebut serta
harus bekerja sama dengan pihak-pihak terkait. Karena peran dari pemerintah
sangatlah penting demi tercapainya tujuan pembinaan keagmaan Islam. Sebab
mereka para pekerja seks komersial juga mendapat pehatian dari pemerintah,
apalagi mengenai pendidikan. Karena selama ini peran serta dari pemerintah
untuk kegiatan pembinaan keagamaan islam belum ada sama sekali.
75
DAFTAR PUSTAKA
Sadli, Saparinah, Persepsi Sosial Mengenai Perilaku Menyimpang, Jakarta:Bulan
Bintang, 1977.
Gerungan W.A. Psikologi Sosial, Bandung: Eresco, 1988.
Undang-undang Tahun 2000, Lingkungan Hidup & Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan, CV. Tamita Utama, 2000.
Umar, Marzuki & Sa‟abah. Perilaku Seks Menyimpang dan Seksualitas Kontemporer
Umat Islam, Jogjakarta:UII Pers, 2001.
Tabroni & Imam Suprayogo. Metodologi Penelitian Sosial Agama, Bandung:PT
Remaja Rosdakarya, 2003.
Undang-undang No. 20 tahun 2003. Tentang System Pendidikan Nasional
(SISDIKNAS) dan Penjelasannya, Yogyakarta:Media Wacana.
Nashori Suroso Fuad & Djamaludin Ancok. Psikologi Islami, Yogyakarta:Pustaka
Pelajar, 2005.
Pusat Bahasa. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta:Balai Pustaka, 2007.
Moeloeng J. Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:PT Remaja
Rosdakarya, 2008.
Muslih, TB. Aat Syafaat & Sohari Sahroni. Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam
Mencegah Kenakalan Remaja (Juvenile Delinguency), Jakarta:Rajawali Pers,
2008.
76
Siahaan, Jokie MS, Perilaku Menyimpang; Pendekatan Sosiologi, Jakarta:PT. Indeks,
2009.
Aprillia Senja Ratu & EM Zul Fajri. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Difa
Publisher.
Departeman Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Semarang:CV. Asy-Syifa‟.
77
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : M. Fahrul Azhari
Tempat tanggal lahir : Semarang, 11 Januari 1988
NIM : 11108013
Agama : Islam
Kewarganegaraan : WNI
Alamat : Desa Lemahireng Kec. Bawen Kab. Semarang
Pendidikan
1. SD N 02 Lemahireng Tahun 2000
2. SMP N 05 Salaitga Tahun 2003
3. SMK Islam Jendral Sudirman Ungaran Tahun 2006
4. STAIN Salatiga Tahun 2012
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya
Bawen, 9 Agustus 2012
Hormat Saya
M. Fahrul Azhari
NIM 11108003