metabolisme lensa

29
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah salah satu domain perilaku. Menurut Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2010), perilaku dapat dibedakan menjadi tiga area, wilayah, ranah atau domain, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian oleh Bloom ini, perilaku dibagi menjadi tiga ranah untuk kepentingan praktis, yakni pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Perubahan pengindraan menjadi pengetahuan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda. 2.1.2. Tingkat Pengetahuan Secara garis besarnya pengetahuan dapat dibagi menjadi enam tingkatan, yakni: 1. Tahu (Know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk didalamnya adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. 2. Memahami (Comprehension), dapat diartikan sebagai suatu bentuk kemampuan dalam menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara tepat dan benar. Individu yang telah paham terhadap objek atau materi tersebut harus mampu menjelaskan, memberikan contoh, dan menyimpulkan objek yang dipelajarinya. 3. Aplikasi (Application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi Universitas Sumatera Utara

description

metabolisme lensa

Transcript of metabolisme lensa

Page 1: metabolisme lensa

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah salah satu domain perilaku. Menurut Bloom (1908)

dalam Notoatmodjo (2010), perilaku dapat dibedakan menjadi tiga area, wilayah,

ranah atau domain, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangan

selanjutnya, berdasarkan pembagian oleh Bloom ini, perilaku dibagi menjadi tiga

ranah untuk kepentingan praktis, yakni pengetahuan, sikap dan tindakan.

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Perubahan pengindraan menjadi pengetahuan sangat dipengaruhi

oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang

terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda.

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Secara garis besarnya pengetahuan dapat dibagi menjadi enam tingkatan,

yakni:

1. Tahu (Know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk didalamnya adalah mengingat kembali (recall)

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang diterima.

2. Memahami (Comprehension), dapat diartikan sebagai suatu bentuk

kemampuan dalam menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui,

dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara tepat dan benar.

Individu yang telah paham terhadap objek atau materi tersebut harus mampu

menjelaskan, memberikan contoh, dan menyimpulkan objek yang

dipelajarinya.

3. Aplikasi (Application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi

Universitas Sumatera Utara

Page 2: metabolisme lensa

di sini dapat diartikan dengan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

4. Analisis (Analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur

organisasi tersebut, dan masih terkait satu sama lain. Kemampuan analisis ini

dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, di mana dapat menggambarkan

(membuat bagan atau tabel), membedakan, memisahkan, mengklasifikasikan,

dan berbagai hal lainya.

5. Sintesis (Synthesis), menunjukkan suatu bentuk kemampuan dalam

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis dapat diartikan sebagai

suatu bentuk kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang telah ada sebelumya.

6. Evaluasi (Evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian tersebut

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada sebelumnya. (Notoatmodjo, 2010).

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Menurut Mubarak (2007) ada tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang, yaitu:

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain

terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri

bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka

menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang

dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan

menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi

dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: metabolisme lensa

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman

dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

3. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek

psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada

empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi,

hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat

pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental, taraf berfikir

seseorang semakin matang dan dewasa.

4. Minat

Minat adalah kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.

Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan

pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

5. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang

kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika

pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis

akan timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap

positif.

6. Kebudayaan

Kebudayaan akan mempengaruhi pengetahuan masyarakat secara langsung.

Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan

lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap

untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.

7. Informasi

Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang

untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: metabolisme lensa

2.2. Lensa

2.2.1. Anatomi Lensa

Lensa adalah struktur kristalin berbentuk bikonveks dan transparan. Lensa

memiliki dua permukaan, yaitu permukaan anterior dan posterior. Permukaan

posterior lebih cembung daripada permukaan anterior. Radius kurvatura anterior

10 mm dan radius kurvatura posterior 6 mm. Diameter lensa adalah 9-10 mm dan

ketebalan lensa adalah 3,5 mm saat lahir hingga 5 mm saat usia lanjut. Berat lensa

135 mg pada usia 0-9 tahun hingga 255 mg pada usia 40-80 tahun (Khurana,

2007). Lensa terletak di bilik posterior bola mata, di antara permukaan posterior

iris dan badan vitreus pada lengkungan berbentuk cawan badan vitreus yang di

sebut fossa hyaloid. Lensa bersama dengan iris membentuk diafragma optikal

yang memisahkan bilik anterior dan posterior bola mata (Lang, 2000). Lensa

tidak memiliki serabut saraf, pembuluh darah, dan jaringan ikat. Lensa

dipertahankan di tempatnya oleh serat zonula yang berada di antara lensa dan

badan siliar. Serat zonula ini, yang bersal dari ephitel siliar, adalah serat kaya

fibrilin yang mengelilingi lensa secara sirkular (Yanoff dan Duker, 2009).

Gambar 2.1: Anatomi Lensa

(Sumber: Lang, 2000)

Universitas Sumatera Utara

Page 5: metabolisme lensa

2.2.2. Embriologi lensa

Pada bulan pertama kehamilan permukaan ektoderm berinvaginasi ke

vesikel optik primitif yang terdiri atas neuroektoderm. Struktur ektoderm murni

ini akan berdiferensiasi menjadi tiga struktur, yakni serat geometrik sentral lensa,

permukaan anterior sel epithel, dan kapsul hyalin aselular. Arah pertumbuhan

struktur epithel yang normal adalah sentrifugal. Sel yang telah berkembang

sempurna akan bermigrasi ke permukaan dan mengelupas. Pertumbuhan serat

lensa primer membentuk nukleus embrionik. Di bagian ekuator, sel epithel akan

berdiferensiasi menjadi serat lensa dan membentuk nukleus fetus. Serat sekunder

yang baru ini akan menggantikan serat primer ke arah pertengahan lensa.

Pembentukan nukleus fetus yang mendekati nukleus embrionik akan sempurna

saat lahir. Laju pertumbuhan lensa fetus adalah 180 mg/tahun. Lensa fetus

berbentuk bulat sempurna (Lang, 2000).

2.2.3. Pertumbuhan Lensa

Lensa akan terus tumbuh dan membentuk serat lensa seumur hidup, tidak

ada sel yang mati ataupun terbuang karena lensa ditutupi oleh kapsul lensa.

Pembentukan serat lensa pada ekuator, yang akan terus berlanjut seumur hidup,

membentuk nukleus infantil selama dekade pertama dan kedua kehidupan serta

membentuk nukleus dewasa selama dekade ketiga. Arah pertumbuhan lensa yang

telah berkembang berlawanan dengan arah pertumbuhan embriologinya. Sel yang

termuda akan selalu berada di permukaan dan sel yang paling tua berada di pusat

lensa. Laju pertumbuhan lensa adalah 1,3 mg/tahun antara usia 10-90 tahun

(Malhotra, 2007).

2.2.4. Histologi Lensa

Secara histologis, lensa memiliki tiga komponen utama:

1. Kapsul lensa

Lensa dibungkus oleh simpai tebal (10-20 µm), homogen, refraktil, dan kaya

akan karbohidrat, yang meliputi permukaan luar sel-sel epithel. Kapsul ini

Universitas Sumatera Utara

Page 6: metabolisme lensa

merupakan suatu membran basal yang sangat tebal dan terutama terdiri atas

kolagen tipe IV dan glikoprotein. Kapsul lensa paling tebal berada di ekuator

(14 µm) dan paling tipis pada kutub posterior (3 µm). Kapsul lensa bersifat

semipermeabel, artinya sebagian zat dapat melewati lensa dan sebagian lagi

tidak.

2. Epitel subkapsular

Epitel subkapsular terdiri atas sel epitel kuboid yang hanya terdapat pada

permukaan anterior lensa. Epitel subkapsular yang berbentuk kuboid akan

berubah menjadi kolumnar di bagian ekuator dan akan terus memanjang dan

membentuk serat lensa. Lensa bertambah besar dan tumbuh seumur hidup

dengan terbentuknya serat lensa baru dari sel-sel yang terdapat di ekuator

lensa. Sel-sel epitel ini memiliki banyak interdigitasi dengan serat-serat lensa.

3. Serat lensa

Serat lensa tersusun memanjang dan tampak sebagai struktur tipis dan gepeng.

Serat ini merupakan sel-sel yang sangat terdiferensiasi dan berasal dari sel-sel

subkapsular. Serat lensa akhirnya kehilangan inti serta organelnya dan menjadi

sangat panjang. Sel-sel ini berisikan sekelompok protein yang disebut kristalin.

Gambar 2.2: Histologi Lensa

(Sumber: Junqueira, 2003)

Universitas Sumatera Utara

Page 7: metabolisme lensa

Lensa ditahan di tempatnya oleh sekelompok serat yang tersusun radial

yang disebut zonula, yang satu sisinya tertanam di kapsul lensa dan sisi lainnya

pada badan siliar. Serat zonula serupa dengan miofibril serat elastin. Sistem ini

penting untuk proses akomodasi, yang dapat memfokuskan objek dekat dan jauh

dengan mengubah kecembungan lensa. Bila mata sedang istirahat atau

memandang objek yang jauh, lensa tetap diregangkan oleh zonula pada bidang

yang tegak lurus terhadap sumbu optik. Bila melihat dekat, muskulus siliaris akan

berkontraksi, dan koroid beserta badan siliar akan tertarik ke depan. Ketegangan

yang dihasilkan zonula akan berkurang dan lensa menebal sehingga fokus objek

dapat dipertahankan (Janqueira dan Carneiro, 2004).

2.2.5. Fungsi Lensa

Lensa adalah salah satu dari media refraktif terpenting yang berfungsi

memfokuskan cahaya masuk ke mata agar tepat jatuh di retina. Lensa memiliki

kekuatan sebesar 10-20 dioptri tergantung dari kuat lemahnya akomodasi.

2.2.6. Komposisi Lensa

Lensa terdiri atas air sebanyak 65%, protein sebanyak 35% (kandungan

protein tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit sekali mineral

dibandingkan jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa

daripada dijaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk

teroksidasi maupun tereduksi. Lensa tidak memiliki serabut saraf, pembuluh

darah, dan jaringan ikat (Vaughan, 2007).

Protein lensa dapat dibagi menjadi dua berdasarkan kelarutannya dalam

air, yaitu protein laut air (protein sitoplasmik) dan protein tidak larut air (protein

sitoskeletal). Fraksi protein larut air sebesar 80% dari seluruh protein lensa yang

terdiri atas kristalin. Kristalin adalah protein intraselular yang terdapat pada

epithelium dan membran plasma dari sel serat lensa. Kristalin terbagi atas kristalin

alpha (α), beta (β), dan gamma (γ). Akan tetapi, kristalin beta dan gamma adalah

Universitas Sumatera Utara

Page 8: metabolisme lensa

bagian dari famili yang sama sehingga sering disebut sebagai kristalin

betagamma.

Kristalin alpha merepresentasikan 32% dari protein lensa. Kristalin alpha

adalah protein dengan besar molekul yang paling besar yaitu sebesar 600-4000

kDa, bergantung pada kecenderungan subunitnya untuk beragregasi. Kristalin

alpha bukan merupakan suatu protein tersendiri, melainkan gabungan dari 4

subunit mayor dan 9 subunit minor. Setiap polipeptida subunit memiliki berat

molekul 20 kDa. Rantai ikatannya merupakan ikatan hidrogen dan interaksi

hidrofobik. Kristalin alpha terlibat dalam transformasi sel epithel menjadi serat

lensa. Laju sintesis kristalin alpha tujuh kali lebih cepat di sel epitel dari pada di

serat kortikal, mengindikasikan penurunan laju sintesis setelah transformasi.

Kristalin beta dan gamma memiliki rangkaian asam amino homolog dan

struktur yang sama sehingga dapat dipertimbangkan sebagai satu famili protein.

Kristalin beta berkontribusi sebesar 55% dari protein larut air pada protein lensa.

Kristalin gamma adalah kristalin yang paling kecil berat molekulnya yaitu sebesar

20 kDa.

Protein lensa yang tidak larut air dapat dibagi menjadi dua, yaitu protein

yang larut dalam urea dan yang tidak larut dalam urea. Fraksi yang larut dalam

urea terdiri atas protein sitoskeletal yang berfungsi sebagai rangka struktural sel

lensa. Fraksi yang tidak larut urea terdiri atas membran plasma serat lensa.

Major Intrinsic Protein (MIP) adalah protein yang menyusun plasma

membran sebesar 50%. MIP pertama sekali muncul di lensa ketika serat lensa

mulai memanjang dan dapat di jumpai di membran plasma di seluruh masa lensa.

MIP tidak dijumpai di sel epitel, maka dari itu MIP berhubungan dengan

diferensiasi sel menjadi serat lensa.

Seiring dengan meningkatnya usia, protein lensa menjadi tidak larut air

dan beragregasi membentuk partikel yang lebih besar yang mengaburkan cahaya.

Akibatnya lensa menjadi tidak tembus cahaya. Selain itu, seiring dengan

bertambahnya usia, maka makin banyak protein yang larut urea menjadi tidak

larut urea (American Academy of Ophthalmology, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 9: metabolisme lensa

2.2.7. Metabolisme Lensa

Tujuan utama dari metabolisme lensa adalah mempertahankan

ketransparanan lensa. Lensa mendapatkan energi terutama melalui metabolisme

glukosa anaerobik. Komponen penting lain yang dibutuhkan lensa adalah bentuk

NADPH tereduksi yang didapatkan melalui jalur pentosa yang berfungsi sebagai

agen pereduksi dalam biosintesis asam lemak dan glutation. Metabolisme

berbagai zat di lensa adalah sebagai berikut:

1. Metabolisme gula

Glukosa memasuki lensa dari aqueous humor melalui difusi sederhana dan

difusi yang difasilitasi. Kira-kira 90-95% glukosa yang masuk ke lensa akan

difosforilasi oleh enzim hexokinase menjadi glukosa-6-fosfat. Hexokinase akan

tersaturasi oleh kadar glukosa normal pada lensa sehingga apabila kadar glukosa

normal telah dicapai, maka akan reaksi ini akan terhenti. Glukosa-6-fosfat yang

terbentuk ini akan digunakan di jalur glikolisis anaerob dan jalur pentosa fosfat.

Lensa tidak dilalui pembuluh darah sehingga kadar oksigen lensa sangat

rendah. Oleh karena itu, metabolisme utamanya berlangsung secara anaerob yaitu

glikolisis anaerob. Sebesar 70% ATP lensa dihasilkan melalui glikolisis anaerob.

Walaupun kira-kira hanya 3% dari glukosa masuk ke siklus Krebs, tetapi siklus

ini menghasilkan 25% dari seluruh ATP yang dibentuk di lensa.

Jalur lain yang memetabolisme glukosa-6-fosfat adalah jalur pentosa

fosfat. Kira-kira 5% dari seluruh glukosa lensa dimetabolisme oleh jalur ini dan

dapat distimulasi oleh peningkatan kadar glukosa. Aktivitas jalur pentosa fosfat di

lensa lebih tinggi dibandingkan di jaringan lain untuk menghasilkan banyak

NADPH yang berfungsi untuk mereduksi glutation.

Jalur lain yang berperan dalam metabolisme glukosa di lensa adalah jalur

sorbitol. Ketika kadar glukosa meningkat, seperti pada keadaan hiperglikemik,

jalur sorbitol akan lebih aktif dari pada jalur glikolisis sehingga sorbitol akan

terakumulasi. Glukosa akan diubah menjadi sorbitol dengan bantuan enzim yang

berada di permukaan epitel yaitu aldosa reduktase. Lalu sorbitol akan

Universitas Sumatera Utara

Page 10: metabolisme lensa

dimetabolisme menjadi fruktosa oleh enzim poliol dehidrogenase. Enzim ini

memiliki afinitas yang rendah, artinya sorbitol akan terakumulasi sebelum dapat

dimetabolisme, sehingga menyebabkan retensi sorbitol di lensa. Selanjutnya

sorbitol dan fruktosa menyebabkan tekanan osmotik meningkat dan akan menarik

air sehingga lensa akan menggembung, sitoskeletal mengalami kerusakan, dan

lensa menjadi keruh.

2. Metabolisme protein

Konsentrasi protein lensa adalah konsentrasi protein yang tertinggi dari

seluruh jaringan tubuh. Sintesa protein lensa berlangsung seumur hidup. Sintesis

protein utama adalah protein kristalin dan Major Intrinsic Protein (MIP). Sintesa

protein hanya berlangsung di sel epitel dan di permukaan serabut kortikal.

Lensa protein dapat stabil dalam waktu yang panjang karena kebanyakan

enzim pendegradasi protein dalam keadaan normal dapat diinhibisi. Lensa dapat

mengontrol degradasi protein dengan menandai protein yang akan didegradasi

dengan ubiquitin. Proses ini berlangsung di lapisan epitelial dan membutuhkan

ATP. Lensa protein dirombak menjadi peptida oleh endopeptidase lalu dirombak

lagi menjadi asam amino oleh eksopeptidase. Endopeptidase diaktivasi oleh

megnesium dan kalsium dan bekerja optimal pada pH 7,5. Substrat utama enzim

ini adalah kristalin alpha. Contoh endopeptidase adalah calpain. Calpain dapat

diinhibisi oleh calpastatin. Calpastatin adalah merupakan inhibitor netral yang

konsentrasinya lebih tinggi daripada calpain.

3. Glutation

Glutation (L-γ-glutamil-L-sisteinglisin) dijumpai dalam konsentrasi yang

besar di lensa, terutama di lapisan epitelial. Fungsi glutation adalah

mempertahankan ketransparanan lensa dengan cara mencegah aggregasi kritalin

dan melindungi dari kerusakan oksidatif.

Glutation memiliki waktu paruh 1-2 hari dan didaur ulang pada siklus γ-

glutamil. Sintesis dan degradasi glutation berlangsung dalam kecepatan yang

sama. Glutation disintesis dari L-glutamat, L-sistein, dan glisin dalam dua tahap

yang membutuhkan 11-12% ATP lensa. Glutation tereduksi juga didapatkan dari

Universitas Sumatera Utara

Page 11: metabolisme lensa

aqueous humor melalui transporter khusus. Pemecahan glutation mengeluarkan

asam amino yang akan didaur ulang untuk pembentukan glutation selanjutnya.

4. Mekanisme antioksidan

Lensa dapat mengalami kerusakan akibat radikal bebas seperti spesies

oksigen reaktif. Spesies oksigen reaktif adalah sebutan untuk sekelompok radikal

oksigen yang sangat reaktif, merusak lipid, protein, karbohidrat dan asam nukleat.

Contoh-contoh radikal oksigen adalah anion superoksida (O2-), radikal bebas

hidroksil (OH+), radikal peroksil (ROO+), radikal lipid peroksil (LOOH), oksigen

tunggal (O2), dan hidrogen peroksida (H2O2).

Mekanisme kerusakan yang diakibatkan oleh spesies oksigen reaktif

adalah peroksidasi lipid membran membentuk malondialdehida, yang akan

membentuk ikatan silang antara protein dan lipid membran sehingga sel menjadi

rusak. Polimerisasi dan ikatan silang protein tersebut menyebabkan aggregasi

kristalin dan inaktivasi enzim-enzim yang berperan dalam mekanisme antioksidan

seperti katalase dan glutation reduktase.

Lensa memiliki beberapa enzim yang berfungsi untuk melindungi dari

radikal bebas seperti glutation peroksidase, katalase dan superoksida dismutase.

Mekanisme antioksidan pada lensa adalah dengan cara dismutasi radikal bebas

superoksida menjadi hidrogen peroksida dengan bantuan enzim superoksida

dismutase. Lalu hidrogen peroksida tersebut akan diubah menjadi molekul air dan

oksigen melalui bantuan enzim katalase. Selain itu, glutation tereduksi dapat

mendonorkan gugus hidrogennya pada hidrogen peroksida sehingga berubah

menjadi molekul air dengan bantuan enzim glutation peroksidase. Glutaion

tereduksi yang telah memberikan gugus hidrogennya akan membentuk glutation

teroksidasi yang tidak aktif, tetapi NADPH yang berasal dari jalur pentosa akan

mengubahnya kembali menjadi glutation tereduksi dengan bantuan enzim

glutation reduktase.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: metabolisme lensa

Gambar 2.3: Mekanisme Antioksidan

5. Mekanisme Pengaturan Keseimbangan Cairan dan elektrolit

Aspek fisiologi yang terpenting dalam menjaga ketransparanan lensa

adalah pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit. Ketransparanan lensa

sangat bergantung pada komponen struktural dan makromolekular. Selain itu,

hidrasi lensa dapat menyebabkan kekeruhan lensa.

Lensa mempunyai kadar kalium dan asam amino yang tinggi

dibandingkan aqueous dan vitreus dan memiliki kadar natrium dan klorida yang

lebih rendah dibandingkan sekitarnya. Keseimbangan elektrolit diatur oleh

permeabilitas membran dan pompa natrium dan kalium (Na-K-ATPase). Pompa

ini berfungsi memompa natrium keluar dan memompa kalium untuk masuk.

Kombinasi dari transport aktif dan permeabilitas membran di lensa di

sebut teori pompa bocor. Kalium dan asam amino ditransportasikan ke dalam

lensa secara aktif ke anterior lensa melalui epithelium. Lalu kalium dan asam

amino akan berdifusi melalui bagian posterior lensa. Sedangkan natrium masuk ke

Universitas Sumatera Utara

Page 13: metabolisme lensa

dalam lensa di bagian posterior lensa secara difusi dan keluar melalui bagian

anterior lensa secara aktif.

Gambar 2.4: Pertukaran Bahan Kimia pada Lensa

(Sumber: Khurana, 2007)

2.3. Katarak

2.3.1. Definisi Katarak

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi

akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi

akibat kedua-duanya (Ilyas, 2009).

2.3.2. Epidemiologi Katarak

Menurut WHO, katarak adalah penyebab kebutaan terbesar di seluruh

dunia. Katarak menyebabkan kebutaan pada delapan belas juta orang diseluruh

Universitas Sumatera Utara

Page 14: metabolisme lensa

dunia dan diperkirakan akan mecapai angka empat puluh juta orang pada tahun

2020. Hampir 20,5 juta orang dengan usia di atas 40 yang menderita katarak, atau

1 tiap 6 orang dengan usia di atas 40 tahun menderita katarak (American

Academy Ophthalmology, 2007).

2.3.3. Klasifikasi Katarak

Klasifikasi katarak dapat dibagi berdasarkan morfologis dan berdasarkan

permulaan terjadinya katarak.

1. Klasifikasi berdasarkan morfologis

Berdasarkan morfologisnya, katarak dapat dibagi atas:

a. Katarak kapsular, adalah katarak yang melibatkan kapsul lensa, dapat

berupa katarak kapsular anterior dan katarak kapsular posterior. Katarak

kapsular dapat disebabkan oleh usia, uveitis yang berhubungan dengan

sinekia posterior, obat-obatan, radiasi, dan trauma.

b. Katarak subkapsular, adalah katarak yang melibatkan bagian superfisial

korteks atau tepat di bawah kapsul lensa dapat berupa katarak subkapsular

anterior dan katarak subkapsular posterior. Katarak subkapsular posterior

dapat terjadi akibat usia, radiasi, konsumsi steroid, diabetes, myopia berat

dan degenerasi retina. Katarak subkapsular posterior dapat terjadi

bersamaan dengan katarak subkapsular posterior dan dapat disebabkan

oleh jejas lokal, iritasi, uveitis dan radiasi.

c. Katarak kortikal, adalah katarak yang melibatkan korteks lensa dan

merupakan katarak yang paling sering terjadi. Katarak kortikal disebabkan

oleh usia dan diabetes. Lapisan kortikal kurang padat dibandingkan

nukleus sehingga lebih mudah menjadi sangat terhidrasi akibat

ketidakseimbangan elektrolit, yang secepatnya akan mengarah ke

kerusakan serat korteks lensa.

d. Katarak nuklear, adalah katarak yang melibatkan bagian nukleus lensa.

Katarak nuklear disebabkan oleh faktor usia. Katarak nuklear merupakan

sklerosis normal yang berlebihan atau pengerasan dan penguningan

nukleus pada usia lanjut.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: metabolisme lensa

e. Katarak supranuklear, adalah katarak yang melibatkan bagian korteks

lensa yang paling dalam, tepat di atas nukleus lensa.

f. Katarak polar, adalah katarak yang melibatkan kapsul lensa dan superfisial

korteks lensa hanya di regio polar, dapat berupa katarak polar anterior dan

katarak polar posterior. Katarak polar biasanya terdapat pada katarak

kongenital atau karena trauma sekunder.

g. Katarak campuran, adalah keadaan di mana lebih dari satu tipe katarak

muncul bersamaan. Pada awalnya katarak biasanya muncul sebagai satu

tipe saja tetapi akan dapat menjadi katarak gabungan ketika bagian lensa

yang lain juga mengalami degenerasi. Katarak gabungan mengindikasikan

katarak telah lanjut dan perkembangannya harus lebih diperhatikan. Pasien

dengan katarak gabungan akan memiliki gejala penurunan visus (Khurana,

2007).

2. Klasifikasi berdasarkan permulaan terjadinya katarak

Berdasarkan permulaan terjadinya, katarak dapat dibagi atas:

a. Katarak kongenital, adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau

segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari satu tahun. Katarak

kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang

menderita penyakit rubella, galaktosemia, homosisteinuri, diabetes

mellitus, hipoparatirodisme, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik, dan

histopalsmosis. Penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya

merupakan penyakit-penyakit herediter seperti mikroftalmus, aniridia,

koloboma iris, keratokonus, iris heterokrimia, lensa ektopik, displasia

retina, dan megalo kornea. Katarak kongenital disebabkan kelainan pada

pembentukan lensa sebelum proses kelahiran. Katarak kongenital

digolongkan dalam katarak kapsulolentikular di yaitu katarak kapsular

dan polaris atau katarak lentikular yaitu katarak kortikal atau katarak

nuklear. (Ilyas, 2009)

b. Katarak juvenil, adalah katarak yang mulai terbentuk pada usia kurang

dari sembilan tahun dan lebih dari tiga bulan. Katarak juvenil biasanya

Universitas Sumatera Utara

Page 16: metabolisme lensa

merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit

lainnya seperti :

a) Katarak metabolik seperti katarak diabetik, katarak galaktosemik,

katarak hopikalsemik, katarak defisiensi gizi, katarak aminoasiduria,

penyakit Wilson, dan katarak yang berhubungan dengan penyakit

lain.

b) Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)

c) Katarak traumatik

d) Katarak komplikata:

• Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma,

mikroftalmia, aniridia, pembuluh hialoid persisten, heterokromia

iridis).

• Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal),

seperti Wagner dan retinitis pigmentosa, dan neoplasma).

• Katarak anoksik

• Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein,

dinitrofenol, triparanol, antikholinesterase, klorpromazin, miotik,

klorpromazin, busulfan, dan besi).

• Lain-lain seperti kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai

kelainan kulit (sindermatik), tulang (disostosis kraniofasial,

osteogenesis inperfekta, khondrodistrofia kalsifikans kongenita

pungtata), dan kromosom.

• Katarak radiasi (Ilyas, 2009)

c. Katarak senil, adalah katarak semua kekeruhan lensa yang terdapat pada

usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Tipe utama pada katarak senilis

adalah katarak kortikal, katarak nuklear, dan katarak subkapsular

posterior. Walaupn katarak sering diawali oleh tipe yang murni tersebut,

mereka akan matang menjadi katarak campuran. Selanjutnya akan

dibahas lebih mendetail mengenai katarak senilis.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: metabolisme lensa

2.3.4. Etiologi dan Faktor Resiko Katarak

1. Usia

Seiring dengan pertambahan usia, lensa akan mengalami penuaan juga.

Keistimewaan lensa adalah ia terus menerus tumbuh dan membentuk serat

lensa dengan arah pertumbuhannya yang konsentris. Tidak ada sel yang mati

ataupun terbuang karena lensa tertutupi oleh serat lensa. Akibatnya, serat

lensa paling tua berada di pusat lensa (nukleus) dan serat lensa yang paling

muda berada tepat di bawah kapsul lensa (korteks). Dengan pertambahan

usia, lensa pun bertambah berat, tebal, dan keras terutama bagian nukleus.

Pengerasan nukleus lensa disebut dengan nuklear sklerosis. Selain itu, seiring

dengan pertambahan usia, protein lensa pun mengalami perubahan kimia.

Fraksi protein lensa yang dahulunya larut air menjadi tidak larut air dan

beragregasi membentuk protein dengan berat molekul yang besar. Hal ini

menyebabkan transparansi lensa berkurang sehingga lensa tidak lagi

meneruskan cahaya tetapi malah mengaburkan cahaya dan lensa menjadi

tidak tembus cahaya.

2. Radikal bebas

Radikal bebas adalah adalah atom atau meolekul yang memiliki satu atau

lebih elektron yang tidak berpasangan (Murray, 2003). Radikal bebas dapat

merusak protein, lipid, karbohidrat dan asam nukleat sel lensa. Radikal bebas

dapat dihasilkan oleh hasil metabolisme sel itu sendiri, yaitu elektron

monovalen dari oksigen yang tereduksi saat reduksi oksigen menjadi air pada

jalur sitokrom, dan dari agen eksternal seperti energi radiasi. Contoh-contoh

radikal oksigen adalah anion superoksida (O2-), radikal bebas hidroksil (OH+),

radikal peroksil (ROO+), radikal lipid peroksil (LOOH), oksigen tunggal (O2),

dan hidrogen peroksida (H2O2).

Agen oksidatif tersebut dapat memindahkan atom hidrogen dari asam lemak

tak jenuh membran plasma membentuk asam lemak radikal dan menyerang

oksigen serta membentuk radikal lipid peroksida. Reaksi ini lebih lanjut akan

membentuk lipid peroksida lalu membentuk malondialdehida (MDA). MDA

ini dapat menyebabkan ikatan silang antara lemak dan protein. Polimerisasi

Universitas Sumatera Utara

Page 18: metabolisme lensa

dan ikatan silang protein menyebabkan aggregasi kristalin dan inaktivasi

enzim-enzim yang berperan dalam mekanisme antioksidan seperti katalase

dan glutation reduktase. Hal-hal inilah yang dapat menyebabkan kekeruhan

pada lensa.

3. Radiasi ultraviolet

Radiasi ultraviolet dapat meningkatkan jumlah radikal bebas pada lensa

karena tingginya penetrasi jumlah cahaya UV menuju lensa. UV memiliki

energi foton yang besar sehingga dapat meningkatkan molekul oksigen dari

bentuk triplet menjadi oksigen tunggal yang merupakan salah satu spesies

oksigen reaktif.

4. Merokok

Terdapat banyak penelitian yang menjelaskan hubungan antara merokok dan

penyakit katarak. Hasil penelitian Cekic (1998) menyatakan bahwa merokok

dapat menyebabkan akumulasi kadmium di lensa. Kadmium dapat

berkompetisi dengan kuprum dan mengganggu homeostasis kuprum. Kuprum

penting untuk aktivitas fisiologis superoksida dismutase di lensa. Sehingga

dengan adanya kadmium menyebabkan fungsi superoksida dismutase sebagai

antioksidan terganggu. Hal ini menyebabkan terjadinya kerusakan oksidatif

pada lensa dan timbullah katarak. Disebutkan juga bahwa kadmium dapat

mengendapkan lensa sehingga timbul katarak. Hal yang hampir sama juga

dikemukakan oleh Sulochana, Puntham, dan Ramakrishnan (2002). Bedanya

bahwa kadmium juga dapat mengganggu homeostasis zincum dan mangan

pada enzim superoksida dismutase.

Hasil penelitian El-Ghaffar, Azis, Mahmoud, dan Al-Balkini (2007)

menyatakan bahwa NO yang menyebabkan katarak dengan mekanisme NO

bereaksi secara cepat dengan anion superoksida untuk membentuk

peroksinitrit sehingga terjadi nitratasi residu tirosin dari protein lensa. Hal ini

dapat memicu peroksidasi lipid membentuk malondyaldehida.

Malondyaldehida memiliki efek inhibitor terhadap enzim antioksidan seperti

katalase dan glutation reduktase sehingga terjadi oksidasi lensa lalu terjadi

kekeruhan lensa dan akhirnya terbentuk katarak.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: metabolisme lensa

5. Defisiensi vitamin A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin dan beta karoten

Zat nutrisi tersebut merupakan antioksidan eksogen yang berfungsi

menetralkan radikal bebas yang terbentuk pada lensa sehingga dapat

mencegah terjadinya katarak.

6. Dehidrasi

Perubahan keseimbangan elektrolit dapat menyebabkan kerusakan pada lensa.

Hal ini disebabkan karena perubahan komposisi elektrolit pada lensa dapat

menyebabkan kekeruhan pada lensa.

7. Trauma

Trauma dapat menyebabkan kerusakan langsung pada protein lensa sehingga

timbul katarak.

8. Infeksi

Uveitis kronik sering menyebabkan katarak. Pada uveitis sering dijumpai

sinekia posterior yang menyebabkan pengerasan pada kapsul anterior lensa.

9. Obat-obatan seperti kortikosteroid

Penggunaan steroid jangka panjang dapat meningkatkan resiko terjadinya

katarak. Jenis katarak yang sering pada pengguna kortikosteroid adalah

katarak subkapsular.

10. Penyakit sistemik seperti diabetes

Diabetes dapat menyebabkan perubahan metabolisme lensa. Tingginya kadar

gula darah menyebabkan tingginya kadar sorbitol lensa. Sorbitol ini

menyebabkan peningkatan tekanan osmotik lensa sehingga lensa menjadi

sangat terhidrasi dan timbul katarak.

11. Genetik

Riwayat keluarga meningkatkan resiko terjadinya katarak dan percepatan

maturasi katarak.

12. Myopia

Pada penederita myopia dijumpai peningkatan kadar MDA dan penurunan

kadar glutation tereduksi sehingga memudahkan terjadinya kekeruhan pada

lensa (Micell-Ferrari et all, 1996).

Universitas Sumatera Utara

Page 20: metabolisme lensa

2.3.5. Gejala dan tanda Katarak

Gejala dan tanda penyakit katarak adalah:

1. Penurunan tajam penglihatan

2. Peningkatan derajat myopia

3. Silau

4. Halo (melihat lingkaran disekitar lampu)

5. Diplopia monokuler (pada katarak nuklear)

6. Penurunan sensitivitas kontras

7. Titik hitam di depan mata

2.3.6. Diagnosis dan Pemeriksaan Katarak

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa katarak

adalah:

1. Pemeriksaan tajam penglihatan

2. Illuminasi oblik

3. Test bayangan iris

4. Pemeriksaan dengan menggunakan ophthalmoskop langsung

5. Pemeriksaan dengan menggunakan slit-lamp

Universitas Sumatera Utara

Page 21: metabolisme lensa

Tabel 2.1: Hasil Pemeriksaan pada Katarak Senilis Pemeriksaan Katarak

nuklear

Immatur Matur Hipermatur

(morgagni)

Hipermatur

(sklerotik)

Tajam

penglihatan

6/9 hingga

persepsi

cahaya

6/9 hingga

hitung jari

Gerakan

tangan

hingga

persepsi

cahaya

Persepsi

cahaya

Persepsi

cahaya

Warna lensa Abu-abu,

kuning

Putih keabu-

abuan

Putih mutiara

dengan

nukleus

coklat

tenggelam

Putih susu Putih kotor

berbintik

Bayangan iris Terlihat Terlihat Tidak terlihat Tidak terlihat Tidak terlihat

Ophtalmoskopi Area gelap

sentral

dengan

fundus merah

Area gelap

multipel

dengan

fundus merah

Tidak ada

fundus merah

Tidak ada

fundus merah

Tidak ada

fundus merah

Slit-lamp Opasitas

nuklear,

korteks jernih

Area yang

normal dan

area

kataraktosa

Katarak

kortikal

sempurna

Putih susu

dengan

nukleus

coklat

tenggelam

Lensa katarak

berkerut

dengan

penebalan

kapsul lensa

anterior

(Sumber: Khurana, 2007)

2.3.7. Stadium Katarak

Stadium pada katarak adalak katarak insipien, imatur, matur dan

hipermatur.

1. Katarak insipien. Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut:

a. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior

dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks.

b. Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior

subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks

berisi jaringan degeneratif (benda Morgagni) pada katarak insipien.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: metabolisme lensa

c. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi

yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang

menetap untuk waktu yang lama.

d. Katarak Intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat

lensa degeneratif yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa

disertai pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan

mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan

keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit

glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan

cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi

hidrasi korteks sehingga akan mencembung dan daya biasnya akan

bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slit-lamp

terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.

2. Katarak Imatur. Katarak imatur ditandai dengan kekeruhan sebagian lensa dan

belum mengenai seluruh lapisan lensa. Pada katarak imatur volume lensa akan

dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang

degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan

hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.

3. Katarak matur. Pada keadaan matur kekeruhan telah mengenai seluruh massa

lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion kalsium yang menyeluruh.

Bila katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan

keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi

kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa.

Kedalaman bilik mata depan normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada

lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.

4. Katarak Hipermatur. Katarak hipermatur adalah katarak yang mengalami

proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa

lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi

mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata

dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus

sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendur. Bila proses katarak

Universitas Sumatera Utara

Page 23: metabolisme lensa

berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang

berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar. Korteks akan memperlihatkan

bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam

korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut katarak Morgagni (Ilyas,

2009).

Tabel 2.2: Perbedaan Stadium Katarak Senilis

Kekeruhan

Cairan lensa

Iris

Bilik mata

depan

Sudut bilik

mata

Shadow test

Penyulit

Insipien

Ringan

Normal

Normal

Normal

Normal

Negatif

-

Imatur

Sebagian

Bertambah (air

masuk)

Terdorong

Dangkal

Sempit

Positif

Glaukoma

Matur

Seluruh

Normal

Normal

Normal

Normal

Negatif

-

Hipermatur

Masif

Berkurang

(air+masa lensa

keluar)

Tremulans

Dalam

Terbuka

Pseudopos

Uveitis dan

glaukoma

(Sumber: Ilyas, 2009)

2.3.8. Penatalaksanaan Katarak

Penatalaksanaan katarak adalah pembedahan. Indikasi pembedahan pada

katarak adalah tajam penglihatan sudah sangat menurun sehingga mengganggu

aktivitas sehari-hari, terdapat komplikasi seperti glaukoma atau uveitis, dan

mengganggu estetika.

Teknik pembedahan katarak yang dapat dilakukan adalah:

1. Ekstraksi katarak intrakapsular

2. Ekstraksi katarak ekstrakapsular

3. Bedah katarak insisi kecil manual

4. Phakoemulsifikasi

5. Implantasi lensa intraokular

Universitas Sumatera Utara

Page 24: metabolisme lensa

2.4. Rokok

2.4.1 Definisi Rokok

Pengertian rokok menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

gulungan tembakau (kira-kira sebesar kelingking) yang dibungkus oleh daun

nipah, kertas, dan sebagainya. Pengertian rokok dalam Pasal 1 PP No.19 2003

Tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan, dapat diartikan sebagai hasil olahan

tembakau terbungkus atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana

Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang

mengandung nicotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

Komponen utama dalam rokok adalah tembakau (Sitepoe, 2000).

Tembakau adalah daun-daun kering yang diolah dari genus Nicotiana; daun-daun

kering ini mengandung berbagai alkaloid, dengan yang utama adalah nikotin,

memiliki sifat sedatif narkotik sekaligus emetik dan diuretik, serta merupakan

depresan jantung dan antispasmodik. (Dorland, 2002).

Merokok adalah membakar tembakau yang kemudiaan diisap asapnya,

baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa (Sitepoe, 2000).

Perokok menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi

dua, yaitu:

a. Perokok aktif ialah orang yang merokok secara aktif

b. Perokok pasif ialah orang yang menghirup asap rokok saja, bukan

perokoknya sendiri.

Tipe perokok aktif menurut Sitepoe (2000) adalah:

a. Perokok ringan (1-10 batang/hari)

b. Perokok sedang (11-20 batang/hari)

c. Perokok berat ( >20 batang/hari)

2.4.2. Jenis Asap Rokok

Asap rokok yang dihisap atau asap rokok yang dihirup melalui dua

komponen, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 25: metabolisme lensa

a. Komponen yang lekas menguap berbetuk gas (85%)

b. Komponen yang bersama gas terkondensasi menjadi komponen partikulat

(15%)

Asap rokok yang dihisap melalui mulut disebut mainstream smoke dan

asap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang terbakar serta asap rokok yang

dihembuskan ke udara oleh perokok disebut sidestream smoke. Sidestream smoke

mengakibatkan seseorang menjadi perokok pasif (Sitepoe, 2000).

2.4.3. Kandungan Asap Rokok

Tembakau mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan setidaknya 200

diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Zat-zat berbahaya pada rokok yang dapat

membahayakan kesehatan adalah nikotin, tar, gas karbonmonoksida, dan logam-

logam berat. Selain itu, dalam sebatang tembakau juga mengandung bahan-bahan

kimia lain yang tak kalah beracunnya. Zat-zat yang terkandung dalam rokok

antara lain:

1. Nikotin

Nikotin terdapat dalm rokok dan juga pada tembakau yang tidak dibakar.

Nikotin yang terkandung dalam rokok adalah sebesar 0.5 – 3 nanogram, dan

semuanya diserap sehingga di dalam cairan darah, yaitu sekitar 40 – 50

nanogram nikotin setiap 1 mililiternya. Sebenarnya nikotin bukan merupakan

komponen karsinogenik. Tetapi, hasil pembusukan panas dari nikotin seperti

dibensakridin, dibensokarbasol, dan nitrosaminelah yang bersifat

karsinogenik. Di saluran nafas nikotin akan menghambat aktivitas silia.

Selain itu, nikotin juga memiliki efek adiktif dan psikoaktif. Perokok akan

merasakan kenikmatan, kecemasan berkurang, toleransi, dan keterikatan fisik.

Hal inilah yang menyebabkan mengapa perokok susah sekali untuk berhenti.

Efek nikotin menyebabkan perangsangan terhadap hormon katelokamin

(adrenalin) yang bersifat memacu jantung dan tekanan darah. Jantung tidak

diberikan kesempatan istirahat dan tekanan darah akan semakin tinggi, yang

mengakibatkan timbulnya hipertensi. Efek lain adalah merangsang agregasi

Universitas Sumatera Utara

Page 26: metabolisme lensa

trombosit. Trombosit akan menggumpal dan akan menyumbat pembuluh

darah.

2. Tar

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang

merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada

paru-paru. Tar hanya dijumpai pada rokok yang dibakar. Kadar tar dalam

tembakau antara 0.5 – 35 mg/ batang. Tar mengandung suatu zat karsinogenik

yaitu polisiklik hidrokarbon aromatis yang dapat menimbulkan kanker pada

jalan nafas dan paru-paru.

3. Karbon monoksida (CO)

Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna dari unsur zat

arang/karbon. Gas CO yang dihasilkan sebatang tembakau dapat mencapai

3% - 6%, dan gas ini dapat dihisap oleh siapa saja. Seseorang yang merokok

hanya akan menghisap 1/3 bagian saja, yaitu arus tengah, sedangkan arus

pinggir akan tetap berada di luar. Selain itu perokok tidak akan menelan

semua asap tetapi ia semburkan lagi keluar. Gas CO mempunyai kemampuan

mengikat hemoglobin lebih kuat dibandingkan oksigen. Hb akan lebih cepat

mengikat CO daripada O2, sehingga O2 yang akan ditransportasikan ke

jaringan berkurang. Sel tubuh yang kekurangan oksigen akan mengalami

spasme. Bila proses ini berlangsung terus menerus, maka pembuluh darah

akan mudah rusak dengan terjadinya proses penyempitan.

4. Kadmium

Kadmium adalah zat yang dapat meracuni jaringan tubuh terutama ginjal.

Kadmium juga dijumpai meningkat pada lensa orang yang menderita katarak

dengan riwayat perokok.

5. Amoniak

Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna terdiri dari nitrogen dan

hidrogen. Zat ini tajam baunya dan sangat merangsang. Begitu kerasnya

racun yang ada pada amoniak sehingga jika masuk sedikit pun ke dalam

peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: metabolisme lensa

6. Asam sianida (HCN)

HCN merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak

memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar, dan

sangat efisien untuk menghambat pernafasan selular.

7. Nitrogen oksida

Nitrogen oksida merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila terhisap

dapat menyebabkan hilangnya rasa sakit.

8. Formaldehid

Formaldehid adalah sejenis gas dengan bau tajam. Gas ini tergolong sebagai

pengawet dan pembasmi hama. Zat ini juga sangat beracun terhadap semua

organisme hidup.

9. Fenol

Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa zat

organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun

dan membahayakan karena fenol ini terikat ke protein sehingga menghalangi

aktivitas enzim.

10. Asetol

Asetol adalah hasil pemanasan aldehid dan mudah menguap dengan alkohol.

11. Asam Sulfida

Asam sulfida adalah sejenis gas yang beracun yang mudah terbakar dengan

bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim.

12. Piridin

Piridin adalah sejenis cairan tidak berwarna dengan bau tajam. Zat ini dapat

digunakan untuk mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh

hama.

13. Metil klorida

Metil klorida adalah campuran dari zat-zat bervalensi satu dengan

hidrokarbon sebagai unsur utama. Zat ini adalah senyawa organik yang

beracun.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: metabolisme lensa

14. Metanol

Metanol adalah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan mudah

terbakar. Meminum atau menghisap methanol mengakibatkan kebutaan

bahkan kematian.

15. Polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH)

Senyawa ini merupakan senyawa reaktif yang cenderung membentuk

epoksida yang metabolitnya bersifat genotoksik. Senyawa tersebut

merupakan penyebab tumor.

16. N- nitrosamina

N - nitrosamina dibentuk oleh nitrasasi amina. Asap tembakau mengandung

dua jenis utama N- nitrosamina, yaitu Volatile N- Nitrosamina (VNA) dan

Tobacco N-Nitrosamina. Hampir semua Volatile N- Nitrosamina ditahan oleh

sistem pernafasan pada inhalasi asap tembakau. Jenis asap tembakau VNA

diklasifikasikan sebagai karsinogen yang potensial.

17. Radikal bebas

Mainstream smoke memiliki dua fase yaitu fase partikulat dan fase gas. Fase

partikulat berasal dari tar dan mengandung radikal bebas yang stabil seperti

semiquinon dan radikal bebas pusat karbon. Komponen lain pada tar rokok

yang larut air adalah radikal superoksida, hidrogen peroksida dan radikal

hidroksil. Ukuran fase partikulat adalah 0,1-1 µm sehingga dapat memasuki

alveolus. Fase gas mengandung zat racun, komponen organik yang menguap

dan radikal bebas radikal bebas pusat karbon masa hidup pendek dan radikal

bebas pusat oksigen. Sidestream smoke memiliki kandungan yang sama

dengan mainstream smoke ditambah radikal bebas masa hidup pendek dan

sangat reaktif (Valuanidis, Vlachogianni, dan Fiotakis, 2009). Radikal bebas

bukan hanya berasal dari proses pembakaran tembakau, tetapi juga berasal

dari reaksi sekundernya (Gosh dan Ionita, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 29: metabolisme lensa

2.4.4. Pola Penyakit Akibat Rokok

Penyakit-penyakit yang terpicu akibat merokok adalah sebagai berikut:

1. Penyakit kardiovaskular

2. Penyakit neoplasma

3. Penyakit saluran pernafasan

4. Mengganggu kehamilan

5. Mengganggu organ reproduksi

6. Penyakit saluran pencernaan

7. Meningkatkan tekanan darah

8. Penyakit gondok

9. Penyakit pembuluh darah perifer

10. Penyakit saluran kemih

11. Adiksi (ketagihan)

12. Mempercepat penuaan

13. Katarak

Universitas Sumatera Utara