Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia · 2018. 4. 17. · Title: Membumikan Akuntansi Syariah...

83
Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010 Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 184 Electronic-Book Membumikan AKUNTANSI SYARIAH di INDONESIA ( MAS-IN ) Hak Cipta © 2009 dilindungi oleh Undang-Undang Aplikasi pada Entitas Perbankan Syari’ah, Takaful, Entitas Syariah lainnya dan Entitas Konvensional yang Melakukan Transaksi Syariah ( Disertai dengan Soal- Soal Latihan Essay dan Kasus untuk Memperdalam Pemahaman Materi ) BUKU II Disusun oleh DRS. SLAMET WIYONO, MBA, Ak,SAS Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti Jakarta Edisi Mei 2010 www.ebookakuntansisyariah.com

Transcript of Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia · 2018. 4. 17. · Title: Membumikan Akuntansi Syariah...

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 184

    Electronic-Book

    Membumikan

    AKUNTANSI SYARIAH di INDONESIA ( MAS-IN )

    Hak Cipta © 2009 dilindungi oleh Undang-Undang

    Aplikasi pada Entitas Perbankan Syari’ah, Takaful, Entitas

    Syariah lainnya dan Entitas Konvensional yang Melakukan Transaksi Syariah

    ( Disertai dengan Soal- Soal Latihan Essay dan Kasus untuk Memperdalam Pemahaman Materi )

    BUKU II

    Disusun oleh

    DRS. SLAMET WIYONO, MBA, Ak,SAS Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti Jakarta

    Edisi Mei 2010 www.ebookakuntansisyariah.com

    http://www.ebookakuntansisyariah.com/

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 185

    Daftar Isi

    BUKU I

    Halaman Judul (1)

    Halaman Persembahan (3)

    Halaman Perenungan (4)

    Kata Pengantar (5)

    Daftar Isi (10)

    BAB I : Islam sebagai Agama Kafah (11)

    BAB II : Akad dan Transaksi dalam Bisnis Syariah (35)

    BAB III : Perhitungan Bagi Hasil (66)

    BAB IV : Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan

    Keuangan Syariah (KDPPLKS) (103)

    BAB V : Laporan Keuangan Syariah (118)

    BAB VI : Akuntansi Murabahah (147)

    BAB VII : Akuntansi Salam. (168)

    DAFTA PUSTAKA (183)

    BUKU II

    BAB VIII : Akuntansi Istishna’ (186)

    BAB IX : Akuntansi Mudharabah (216)

    BAB X : Akuntansi Musyarakah (238)

    BAB XI : Akuntansi Ijarah (252)

    DAFTA PUSTAKA (266)

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 186

    BAB VIII AKUNTANSI UNTUK ISTISHNA’

    1. Karakteristik

    Seperti telah dijelaskan pada bab akad, istishna mempunyai karakteristik yang

    hampir sama dengan salam. Istishna adalah akad jual beli antara pembeli (al-

    mustashni) dan as shani (produsen yang juga sebagai penjual). Berdasarkan akad

    tersebut, pembeli menugasi produsen untuk menyediakan barang pesanan (al-mashnu)

    sesuai spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan penjualnya dengan harga yang

    disepakati. Cara pembayaran dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau

    ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Ketentuan harga barang pesanan tidak

    dapat berubah selama jangka waktu akad.

    Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi istishna.

    Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain (sub

    kontraktor) untuk menyediakan barang pesanan dengan cara istishna maka hal ini

    disebut istishna pararel.

    Istishna paralel dapat dilakukan dengan syarat sebagai berikut.

    a) Akad kedua antara entitas syariah / pembeli (misal,bank syariah) dan sub

    kontraktor terpisah dari akad pertama antara penjual (bank syariah) dan pembeli

    akhir.

    b) Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah.

    Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari produsen/ penjual atas

    a) jumlah yang telah dibayarkan, dan

    b) penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu.

    Produsen/penjual mempunyai hak untuk mendapatkan jaminan bahwa harga yang

    disepakati akan dibayar tepat waktu. Perpindahan kepemilikan barang pesanan dari

    produsen/penjual ke pembeli dilakukan pada saat penyerahan sebesar jumlah yang

    disepakati.

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 187

    2. Pengakuan dan Pengukuran Istishna

    2.1 Akuntansi untuk Penjual

    a. Penyatuan dan Segmentasi Akad

    PSAK 104 (2007) paragraf 14-16 telah mengatur tentang penyatuan dan segmentasi

    akad istishna’. Yang dimaksud dengan penyatuan akad di sini adalah suatu kelompok

    akad istishna’ dengan satu atau beberapa pembeli, maka hal tersebut disebut dengan

    penyatuan akad / satu akad dengan syarat tertentu. Sedangkan segementasi akad adalah

    suatu akad istishna’ yang mencakup sejumlah aset, maka akadnya dipisah antara aset

    yang satu dengan lainnya dengan syarat tertentu.

    Pengaturan segementasi akad dijelaskan pada paragraf 14 berikut. Bila suatu akad

    istishna’ mencakup sejumlah aset, pengakuan dari setiap aset diperlakukan

    sebagai suatu akad yang terpisah jika:

    a) proposal terpisah telah diajukan untuk setiap aset;

    b) setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah, dimana penjual dan pembeli

    dapat menerima atau menolak bagian akad yang berhubungan dengan

    masing-masing aset tersebut; dan

    c) biaya dan pendapatan masing-masing aset dapat diidentifikasikan.(par.14).

    Sedangkan penyatuan akad, paragraf 15 mengaturnya seperti berikut. Suatu kelompok

    akad istishna’, dengan satu atau beberapa pembeli, harus diperlakukan sebagai

    satu akad istishna’ jika:

    a) kelompok akad tersebut dinegosiasikan sebagai satu paket;

    b) akad tersebut berhubungan erat sekali, sebetulnya akad tersebut merupakan

    bagian dari akad tunggal dengan suatu margin keuntungan; dan

    c) akad tersebut dilakukan secara serentak atau secara berkesinambungan.

    (par.15).

    Jika ada pemesanan aset tambahan dengan akad istishna’ terpisah, maka tambahan aset

    tersebut diperlakukan sebagai akad terpisah jika:

    a) aset tambahan berbeda secara signifikan dengan aset dalam akad istishna‟

    awal dalam desain, teknologi atau fungsi; atau

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 188

    b) harga aset tambahan dinegosiasikan tanpa terkait harga akad istishna‟

    awal.(par.16).

    b. Biaya Perolehan Istishna’

    PSAK 104, par.25-30 (2007) telah mengatur pengakuan dan pengukuran biaya

    istishna’ seperti berikut. Biaya perolehan istishna’ terdiri dari:

    a) biaya langsung yaitu bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk membuat

    barang pesanan; dan

    b) biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk biaya akad dan

    praakad.

    Biaya praakad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai biaya

    istishna’ jika akad disepakati. Namun jika akad tidak disepakati, maka biaya

    tersebut dibebankan pada periode berjalan.

    Jurnal yang dibuat entitas syariah untuk biaya praakad adalah:

    Tgl Biaya praakad tangguhan Rp. xx -

    Kas - Rp.xx

    Jika akad istishna disepakati, maka entitas syariah akan membuat jurnal seperti

    berikut:

    Tgl Aset istishna’ dalam

    penyelesaian

    Rp. xx -

    Beban praakad tangguhan - Rp.xx

    Jika akad istishna’ tidak disepakati, maka jurnal untuk biaya praakad akan dijurnal

    sebagai berikut:

    Tgl Beban lain-lain Rp. xx -

    Beban praakad tangguhan - Rp.xx

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 189

    Biaya perolehan istishna’ yang terjadi selama periode laporan keuangan, diakui

    sebagai aset isitishna’ dalam penyelesaian pada saat terjadinya. Sedangkan, beban

    umum dan administrasi, beban penjualan, serta biaya riset dan pengembangan tidak

    termasuk dalam biaya istishna‟.(par.25-28).

    Jurnal yang dibuat oleh entitas produsen untuk mencatat biaya perolehan istishna’

    adalah seperti beriktu:

    Tgl Aset istishna’ dalam penyelesaian Rp. xx -

    Kas / rekening suplier / bahan,

    dsb

    - Rp.xx

    c. Biaya Perolehan Istishna’ Paralel

    Pada akad istishna‟ paralel, PSAK 104, par.29-30 (2007) telah mengatur pengakuan

    dan pengukuran biaya perolehan istishna’ paralel sebagai berikut. Biaya istishna’

    paralel terdiri dari:

    a) biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan produsen atau kontraktor

    kepada entitas;

    b) biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk biaya akad dan

    praakad; dan

    c) semua biaya akibat produsen atau kontraktor tidak dapat memenuhi

    kewajibannya, jika ada.

    Biaya perolehan istishna’ paralel diakui sebagai aset istishna’ dalam penyelesaian

    pada saat diterimanya tagihan dari produsen atau kontraktor sebesar jumlah tagihan.

    Jurnal yang dibuat oleh entitas syariah adalah:

    Tgl Aset istishna dalam penyelesaian Rp. xx -

    Rekening kontraktor/ kas - Rp.xx

    d. Pendapatan Istishna’ dan Istishna’ Paralel

    Pengakuan pendapatan istishna’ dan istishna’ paralel diatur dalam PSAK 104 par.17-

    24 (2007), dengan penjelasan seperti berikut.

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 190

    Pendapatan istishna’ diakui dengan menggunakan metode prosentase

    penyelesaian atau metode akad selesai. Akad adalah selesai jika proses pembuatan

    barang pesanan selesai dan diserahkan kepada pembeli.(par.17).

    Jika metode prosentase penyelesaian digunakan, maka:

    a) bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan

    dalam periode tersebut diakui sebagai pendapatan istishna’ pada periode yang

    bersangkutan. Penjelasannya seperti berikut: misal, bila pekerjaan yang telah

    diselesaikan pada tahun 1 adalah 60%, nilai akad = Rp 500 juta,-, maka

    pendapatan istishna’ yang diakui adalah 60% X Rp 500 juta,-=Rp 300 juta,-.

    b) bagian margin keuntungan istishna‟ yang diakui selama periode pelaporan

    ditambahkan kepada aset istishna‟ dalam penyelesaian; dan

    c) pada akhir periode harga pokok istishna‟ diakui sebesar biaya istishna‟ yang

    telah dikeluarkan sampai dengan periode tersebut.(par.18). Penjelasan: misal,

    pada tahun 1 biaya istisha’ yang telah dikeluarkan adalah Rp 200 juta,- maka

    keuntungan yang diakui = Rp 300 juta,- - Rp 200 juta,- = Rp 100 juta,--, yang

    akan ditambahkan ke rekening „aset istishna’ dalam penyelesaian‟.

    Entitas syariah akan membuat jurnal untuk mengakui pendapatan sebagai

    berikut: (berdasar contoh di atas)

    Tgl Harga Pokok Istishna Rp. 200 juta -

    Aset istishna dalam

    penyelesaian

    Rp 100 juta

    --

    Pendapatan istishna - Rp. 300 juta

    Jika estimasi persentase penyelesaian akad dan biaya untuk penyelesaiannya tidak

    dapat ditentukan secara rasional pada akhir periode laporan keuangan, maka

    digunakan metode akad selesai dengan ketentuan sebagai berikut:

    a) tidak ada pendapatan istishna‟ yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut

    selesai;

    b) tidak ada harga pokok istishna‟ yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut

    selesai;

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 191

    c) tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna‟ dalam penyelesaian

    sampai dengan pekerjaan tersebut selesai; dan

    d) pengakuan pendapatan istishna‟, harga pokok istishna‟, dan keuntungan

    dilakukan hanya pada saat penyelesaian pekerjaan.(par.19). Misal, nilai akad

    istishna‟ = Rp 500 juta,-, harga pokok istishna‟ Rp 400 juta,- maka pada saat

    pekerjaan selesai akan diakui „pendapatan istishna’ sebesar Rp 500 juta.- - Rp

    400 juta,- = Rp 100 juta,--.

    Jurnal yang dibuat oleh entitas syariah adalah seperti berikut:

    Pada saat entitas syariah menerima aset istishna’ dari kontraktor, maka jurnal

    yang dibuat adalah:

    Tgl Aset Istishna Rp. 400jt -

    Aset istishna dalam

    penyelesaian

    -

    Rp.400 jt

    Pada saat entitas syariah menyerahkan aset istishna’ maka akan dibuat jurnal (

    bila pembeli akhir membayar aset istishna’ secara bertermin selama masa

    produksi):

    Pada saat entitas syariah menagih pertama ke pembeli akhir maka jurnalnya:

    misal,

    Tgl Piutang Istishna Rp. 300 jt -

    Termin istishna’ - Rp.300 jt

    Pada saat entitas syariah menagih ke dua ke pembeli akhir maka jurnalnya:

    misal,

    Tgl Piutang Istishna Rp. 200 jt -

    Termin istishna’ - Rp.200 jt

    Pada saat entitas syariah menerima kas pertama dari pembeli akhir maka dibuat

    jurnal:

    Tgl K a s Rp. 300 jt -

    Piutang istishna - Rp.300 jt

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 192

    Pada saat entitas syariah menerima kas ke dua dari pembeli akhir maka dibuat

    jurnal:

    Tgl K a s Rp. 200 jt -

    Piutang istishna - Rp.200 jt

    Pada saat entitas syariah menyerahkan aset istishna’ kepada pembeli akhir akan

    dibuat jurnal sebagai berikut:

    Tgl Termin Istishna Rp. 500 jt -

    Aset istishna - Rp.400 jt

    Pendapatan istishna - Rp. 100 jt

    Ilustrasi dalam transaksi / akad istishna’ paralel

    PT. MAJU mengikat akad istishna dengan bank syariah Sejahtera pada 1 Mei 2007

    untuk memperoleh sebuah rumah kantor dengan nilai akad Rp 500 juta,-. Kemudian,

    pada 2 Mei 2007 bank syariah Sejahtera mengikat akad istishna’ paralel dengan

    kontraktor untuk membangun rukan yang dibutuhkan oleh PT MAJU tersebut. Biaya

    pembuatan rukan yang disepakati dengan kontraktor adalah Rp 400 juta,--. Biaya

    praakad ditanggung bank syariah sebesar Rp 1.000.000,--. Rukan diselesaikan selama

    1,5 tahun yaitu tahun 2007 dan 2008. Berikut data selengkapnya terkait dengan akad

    istishna’ paralel tersebut.

    No. Keterangan 2007 Rp 2008 Rp

    1 Kontraktor menagih kepada bank

    syariah

    100 juta 300 juta

    2 Bank syariah membayar tagihan

    kepada kontraktor

    90 juta 310 juta

    3 Bank syariah menagih kepada

    pembeli akhir PT MAJU

    200 juta 300 juta

    4 PT MAJU membayar tagihan

    kepada bank syariah

    150 juta 350 juta

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 193

    5 Kontraktor menyerahkan aset

    istishna‟ kepada bank syariah

    400 juta

    6 Bank syariah menyerahkan aset

    istishna‟ kepada pembeli akhir PT

    MAJU

    500 juta ( nilai

    kontrak)

    Buatlah jurnal yang diperlukan dan Neraca, Rugi laba pada tahun 2007, bila

    menggunakan metode:

    a) prosentase penyelesaian;

    b) akad selesai.

    JAWAB:

    a) Metode Prosentase Penyelesaian.

    1. Jurnal yang dibuat oleh bank syariah Sejahtera adalah sebagai berikut:

    2007 2008

    (dalam jutaan rupiah) Debit Kredit Debit Kredit

    Tgl. Biaya praakad tangguhan

    Kas

    (mencatat biaya praakad)

    1

    1

    -

    -

    Aset istishna’ dalam

    penyelesaian

    Biaya praakad tangguhan

    (mengakui biaya praakad

    sebagai biaya aset istishna,

    karena akad disepakati oleh

    PT MAJU dan bank syariah)

    1

    1

    -

    -

    Aset istishna’ dalam

    penyelesaian

    Utang Istishna’- kontraktor

    (mencatat penagihan dari

    kontraktor)

    100

    100

    300

    300

    Utang istishna’-kontraktor

    Kas

    (mencatat pembayaran utang

    istishna‟ kepada kontraktor)

    90

    90

    310

    310

    Piutang istishna’-PT MAJU

    Termin istishna’

    200

    200

    300

    300

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 194

    (mencatat tagihan kepada

    pembeli akhir PT MAJU)

    K a s

    Piutang Istishna’

    (mencatat penerimaan kas

    atas tagihan termin kepada

    pembeli akhir PT MAJU)

    150

    150

    350

    350

    Harga pokok istishna’

    Aset istishna’ dalam

    penyelesaian

    Pendapatan istishna’

    ( mencatat pengakuan

    pendapatan sesuai dengan %

    penyelesaian*)

    101

    24

    125

    300

    75

    375

    Aset istishna’

    Aset istishna’ dalam

    penyelesaian

    (mencatat penerimaan aset

    istishna’ rukan dari

    kontraktor)

    401

    401

    Termin istishna’

    Aset istishna’

    Aset istishna’ dalam

    penyelesaian

    ( mencatat penyerahan aset

    istishna‟ kepada pembeli

    akhir PT MAJU)

    500

    401

    99

    * perhitungan % penyelesaian:

    Tahun 2007= (Rp 100 jt / Rp 400 jt) X Rp 500 juta,-=Rp 125 juta,-

    Tahun 2008= (Rp 300 jt / Rp 400 jt) X Rp 500 juta,-=Rp 375 juta,-

    2. Neraca Bank Syariah Sejahtera per 31 Desember 2007 (dalam jutaan rupiah)

    Bank Syariah Sejahtera

    NERACA

    Per 31 Desember 2007

    Kas ...

    Piutang istishna’ 50 Utang isitishna’ 10

    Aset istishna’ dalam

    penyelesaian

    125

    Termin istishna’ (200)

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 195

    Keterangan :

    Piutang istishna‟= 200 -150 = 50

    Aset istishna’ dalam penyelesaian= 1 + 100 + 24 = 125

    Utang istishna’ = 100 – 90 = 10

    Termin istishna‟ = 200 ( sebagai contra account terhadap Aset istishna’ dalam

    penyelesaian dan piutang istishna’)

    3. Rugi / Laba tahun 2007:

    Pendaptan istishna’ =125

    Harga pokok istishna’ =101 (-)

    Laba kotor istishna’ = 24

    b. Metode Akad / Kontrak Selesai:

    1. Jurnal yang dibuat oleh bank syariah Sejahtera adalah sebagai berikut:

    2007 2008

    (dalam jutaan rupiah) Debit Kredit Debit Kredit

    Tgl. Biaya praakad tangguhan

    Kas

    (mencatat biaya praakad)

    1

    1

    -

    -

    Aset istishna’ dalam

    penyelesaian

    Biaya praakad

    (mengakui biaya praakad

    sebagai biaya aset istishna,

    karena akad disepakati oleh

    PT MAJU dan bank syariah)

    1

    1

    -

    -

    Aset istishna’ dalam

    penyelesaian

    Utang Istishna’- kontraktor

    (mencatat penagihan dari

    kontraktor)

    100

    100

    300

    300

    Utang istishna’-kontraktor

    Kas

    (mencatat pembayaran utang

    istishna’ kepada kontraktor)

    90

    90

    310

    310

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 196

    Piutang istishna’-PT MAJU

    Termin istishna’

    (mencatat tagihan kepada

    pembeli akhir PT MAJU)

    200

    200

    300

    300

    K a s

    Piutang Istishna’

    (mencatat penerimaan kas

    atas tagihan termin kepada

    pembeli akhir PT MAJU)

    150

    150

    350

    350

    Aset istishna’

    Aset istishna’ dalam

    penyelesaian

    (mencatat penerimaan aset

    istishna’ rukan dari

    kontraktor)

    401

    401

    Termin istishna’

    Aset istishna’

    Pendapatan isitishna’

    ( mencatat penyerahan aset

    istishna’ kepada pembeli

    akhir PT MAJU)

    500

    401

    99

    2. Neraca Bank Syariah Sejahtera per 31 Desember 2007 (dalam jutaan rupiah)

    Bank Syariah Sejahtera

    NERACA

    Per 31 Desember 2007

    ... ...

    Piutang istishna’ 50 Utang isitishna’ 10

    Aset istishna’ dalam

    penyelesaian

    101

    Termin istishna’ (200)

    Keterangan :

    Piutang istishna’= 200 -150 = 50

    Aset istishna’ dalam penyelesaian= 1 + 100 = 101

    Utang istishna’ = 100 – 90 = 10

    Termin isishna‟ = (200) sebagai contra account terhadap Aset istishna’ dalam

    penyelesaian dan Piutang istishna’.

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 197

    3. Rugi / Laba tahun 2007:

    Pendaptan istishna‟ =0

    Harga pokok istishna‟ =0 (-)

    Laba kotor istishna’ = 0

    Menurut metode akad selesai, pengakuan pendapatan, harga pokok, dan keuntungan

    pada saat aset istishna’ selesai diproduksi. Jadi di tahun 2007 tidak ada pengakuan

    pendapatan dan keuntungan.

    e. Istishna’ dengan Pembayaran Tangguh

    Istishna‟ dengan dengan pembayaran tangguh diatur dalam PSAK 104, par. 20-24

    (2007). Secara lengkapnya dapat dijelaskan pada uraian di bawah ini.

    Jika menggunakan metode prosentase penyelesaian dan proses pelunasan

    dilakukan dalam lebih dari satu tahun setelah penyerahan barang pesanan, maka

    pengakuan pendapatan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

    a) margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila istishna‟

    dilakukan secara tunai, diakui sesuai prosentase penyelesaian; dan

    b) selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama

    periode pelunasan secara proposional sesuai dengan jumlah pembayaran.

    Proposional yang dimaksud sesuai dengan paragraf 24-25 PSAK 102:

    Akuntansi Murabahah.

    Hubungan antar biaya perolehan, nilai tunai, dan nilai akad diuraikan dalam contoh di

    bawah ini:

    Biaya perolehan (biaya produksi) Rp 1.000,-

    Margin keuntungan pembuatan barang pesanan Rp 200,-

    Nilai tunai pada saat penyerahan barang pesanan Rp 1.200,-

    Nilai akad untuk pembayaran secara angsuran selama tiga

    tahun

    Rp 1.600,-

    Selisih nilai akad dan nilai tunai yang diakui selama tiga

    tahun

    Rp 400,-

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 198

    Jika menggunakan metode akad selesai dan proses pelunasan dilakukan dalam periode

    lebih dari satu tahun setelah penyerahan barang pesanan, maka pengakuan pendapatan

    dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

    a) margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila istishna‟

    dilakukan secara tunai, diakui pada saat penyerahan barang pesanan; dan

    b) selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama

    periode pelunasan Proposional yang dimaksud secara proposional sesuai

    dengan jumlah pembayaran. sesuai dengan paragraf 24-25 PSAK 102:

    Akuntansi Murabahah.

    Tagihan setiap termin kepada pembeli diakui sebagai piutang istishna‟ dan termin

    istishna‟ (istishna’ billing) pada pos lawannya.

    Sebagai ilustrasi, kita dapat menggunakan ilustrasi sebelumnya, dengan perubahan data

    sebagai berikut:

    No. Keterangan 2007 Rp 2008 Rp

    1 Kontraktor menagih kepada bank

    syariah

    100 juta 300 juta

    2 Bank syariah membayar tagihan

    kepada kontraktor

    90 juta 310 juta

    3 Kontraktor menyerahkan aset

    istishna’ kepada bank syariah

    400 juta

    4 Bank syariah menyerahkan aset

    istishna’ kepada pembeli akhir PT

    MAJU

    500 juta ( nilai

    kontrak)

    a) pembayaran oleh PT MAJU dilakukan angsuran 3 tahun setelah penyerahan barang

    pesanan.

    b) margin istishna’ selama 3 tahun = 20% X Rp 500 juta,-=Rp 100 juta,--

    c) nilai akad untuk pembayaran secara angsuran selama 3 tahun = Rp 500 juta,- + Rp

    100 juta,-=Rp 600 juta.

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 199

    Jurnal yang dibuat oleh Bank Syariah adalah sebagai berikut:

    a) Metode Prosentase Penyelesaian.

    1. Jurnal yang dibuat oleh bank syariah Sejahtera adalah sebagai berikut:

    2007 2008

    (dalam jutaan rupiah) Debit Kredit Debit Kredit

    Tgl. Biaya praakad tangguhan

    Kas

    (mencatat biaya praakad)

    1

    1

    -

    -

    Aset istishna’ dalam

    penyelesaian

    Biaya praakad

    (mengakui biaya praakad

    sebagai biaya aset istishna,

    karena akad disepakati oleh PT

    MAJU dan bank syariah)

    1

    1

    -

    -

    Aset istishna’ dalam

    penyelesaian

    Utang Istishna’- kontraktor

    (mencatat penagihan dari

    kontraktor)

    100

    100

    300

    300

    Utang istishna’-kontraktor

    Kas

    (mencatat pembayaran utang

    istishna’ kepada kontraktor)

    90

    90

    310

    310

    Harga pokok istishna’

    Aset istishna’ dalam

    penyelesaian

    Pendapatan istishna’

    ( mencatat pengakuan

    pendapatan sesuai dengan %

    penyelesaian*)

    101

    24

    125

    300

    75

    375

    Aset istishna’

    Aset istishna’ dalam

    penyelesaian

    (mencatat penerimaan aset

    istishna‟ rukan dari kontraktor)

    401

    401

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 200

    Piutang istishna’

    Aset istishna’

    Aset istishna’ dalam

    Penyelesaian

    Margin istishna’ tangguhan

    ( mencatat penyerahan aset

    istishna’ kepada pembeli akhir

    PT MAJU dan mencatat

    margin istishna‟ tangguhan)

    600

    401

    99

    100

    Penerimaan pembayaran

    angsuran setiap tahun

    selama 3 tahun*:

    Th. 2009

    Sd 2011

    K a s

    Piutang istishna’

    Margin istishna’ tangguhan

    Pendapatan margin istishna’

    200

    33,33

    200

    33,33

    * perhitungan % penyelesaian:

    Tahun 2007= (Rp 100 jt / Rp 400 jt) X Rp 500 juta,-=Rp 125 juta,-

    Tahun 2008= (Rp 300 jt / Rp 400 jt) X Rp 500 juta,-=Rp 375 juta,-

    Kas = Rp 600 juta / 3 = Rp 200juta,-

    Pendapatan margin istishna’=Rp 100 juta.- / 3 = Rp 33,33 juta,-

    2. Neraca Bank Syariah Sejahtera per 31 Desember 2007 (dalam jutaan rupiah) sebagai

    berikut:

    Bank Syariah Sejahtera

    Neraca

    Per 31 Desember 2007

    ... ...

    --- Utang isitishna’ 10

    Aset istishna’ dalam

    penyelesaian

    125

    Keterangan :

    Aset istishna’ dalam penyelesaian= 1 + 100 + 24 = 125

    Utang istishna’ = 100 – 90 = 10

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 201

    3. Rugi / Laba tahun 2007:

    Pendaptan istishna’ =125

    Harga pokok istishna’ =101 (-)

    Laba kotor istishna’ = 24 (laba akrual)

    b). Metode Akad / Kontrak Selesai:

    1. Jurnal yang dibuat oleh bank syariah Sejahtera adalah sebagai berikut:

    2007 2008

    (dalam jutaan rupiah) Debit Kredit Debit Kredit

    Tgl. Biaya praakad tangguhan

    Kas

    (mencatat biaya praakad)

    1

    1

    -

    -

    Aset istishna’ dalam

    penyelesaian

    Biaya praakad

    (mengakui biaya praakad

    sebagai biaya aset istishna,

    karena akad disepakati oleh

    PT MAJU dan bank syariah)

    1

    1

    -

    -

    Aset istishna’ dalam

    penyelesaian

    Utang Istishna’- kontraktor

    (mencatat penagihan dari

    kontraktor)

    100

    100

    300

    300

    Utang istishna’-kontraktor

    Kas

    (mencatat pembayaran utang

    istishna‟ kepada kontraktor)

    90

    90

    310

    310

    Aset istishna’

    Aset istishna’ dalam

    penyelesaian

    (mencatat penerimaan aset

    istishna‟ rukan dari

    kontraktor)

    401

    401

    Piutang istishna’

    Aset istishna’

    Pendapatan isitishna’

    Margin istishna’ tangguhan

    ( mencatat penyerahan aset

    istishna‟ kepada pembeli

    600

    401

    99

    100

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 202

    akhir PT MAJU dan mencatat

    margin tangguhan)

    Penerimaan pembayaran

    angsuran setiap tahun

    selama 3 tahun*:

    K a s

    Piutang istishna’

    Margin istishna’ tangguhan

    Pendapatan margin

    istishna‟

    200

    33,33

    200

    33,33

    2. Neraca Bank Syariah Sejahtera per 31 Desember 2007 (dalam jutaan rupiah)

    Bank Syariah Sejahtera

    Neraca

    Per 31 Desember 2007

    ... ...

    -- Utang isitishna’ 10

    Aset istishna’ dalam

    penyelesaian

    101

    Keterangan :

    Aset istishna’ dalam penyelesaian= 1 + 100 = 101

    Utang istishna’ = 100 – 90 = 10

    3. Rugi / Laba tahun 2007:

    Pendaptan istishna’ =0

    Harga pokok istishna’ =0 (-)

    Laba kotor istishna’ = 0

    Menurut metode akad selesai, pengakuan pendapatan, harga pokok, dan keuntungan

    pada saat aset istishna’ selesai diproduksi. Jadi di tahun 2007 tidak ada pengakuan

    pendapatan dan keuntungan. Apabila pembeli akhir membayar secara angsuran, maka

    setiap pembayaran oleh pembeli akhir, bank syariah akan mengakui pendapatan margin

    istishna’ secara proposional atas margin yang dikenakan setelah harga tunai.

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 203

    f. Penyelesaian awal

    Dalam hal pembeli akhir melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo, PSAK

    104, par.31-32 (2007) telah mengaturnya sebagai berikut:

    Jika pembeli akhir melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dan penjual

    memberikan potongan maka potongan tersebut sebagai pengurang pendapatan istishna’.

    Pengurangan pendapatan istishna akibat penyelesaian awal piutang istishna’ dapat

    diperlakukan sebagai:

    (a) potongan secara langsung dan dikurangkan dari piutang istishna pada saat

    pembayaran; Jurnal yang akan dibuat adalah:

    Tgl Kas Rp. xx -

    Pendapatan margin istishna Rp. xx -

    Piutang istishna - Rp.xx

    (b) penggantian (reimburshed) kepada pembeli sebesar jumlah keuntungan yang

    dihapuskan tersebut setelah menerima pembayaran piutang istishna‟ secara

    keseluruhan.

    Jurnalnya adalah sebagai berikut:

    a) penerimaan kas:

    Tgl Kas Rp. xx -

    Piutang istishna - Rp.xx

    b) penyerahan kas kembali kepada pembeli akhir:

    Tgl Pendapatan margin Istishna Rp. xx -

    Kas - Rp.xx

    g. Perubahan Pesanan dan Klaim Tambahan

    PSAK No. 104 (2007) mengatur tentang pengukuran perubahan pesanan dan klaim

    tambahan sebagai berikut.

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 204

    a) Nilai dan biaya akibat perubahan pesanan yang disepakati oleh penjual

    dan pembeli ditambahkan kepada pendapatan istishna dan biaya

    istishna.

    b) Jika kondisi pengenaan setiap tambahan yang dipersyaratkan dipenuhi

    maka jumlah biaya setiap tagihan tambahan akan menambah biaya

    istishna, sehingga pendapatan istishna akan berkurang sebesar jumlah

    penambahan biaya akibat klaim tambahan.

    c) Perlakuan akuntansi: a) dan b) juga berlaku pada istishna pararel, akan

    tetapi biaya perubahan pesanan dan tagihan tambahan ditentukan oleh

    produsen atau kontraktor dan disetujui penjual berdasarkan akad

    istishna pararel.

    h. Pengakuan Taksiran Rugi

    Paragraf 34 dan 35 (PSAK 104,2007) mengatur tentang kemungkinan terjadinya

    kerugian istishna’ bila diperkirakan biaya istishna‟ melebihi pendapatan istishna‟. Hal

    tersebut dapat dijelaskan di bawah ini.

    a) Jika besar kemungkinan terjadi bahwa total biaya perolehan istishna’ akan

    melebihi pendapatan istishna’, taksiran kerugian harus segera diakui.

    b) Jumlah kerugian semacam itu ditentukan tanpa memperhatikan:

    (a) apakah pekerjaan istishna’ telah dilakukan atau belum;

    (b) tahap penyelesaian pembuatan barang pesanan; atau

    (c) jumlah laba yang diharapkan dari akad lain yang tidak diperlakukan

    sebagai suatu akad tunggal sesuai paragraf 14 PSAK 104 (2007).

    2.2 Akuntansi untuk Pembeli

    (Bank) sebagai pembeli PSAK No. 104 (2007) telah mengatur pengakuan dan

    pengukurannya sebagai berikut.

    a) Pembeli mengakui aktiva istishna’ dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang

    ditagih pembeli dan sekaligus mengakhiri utang istishna kepada penjual.

    Dalam hal ini, jurnal yang dibuat bank adalah sebagai berikut:

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 205

    Tgl Aktiva Istishna dalam

    penyelesaian

    Rp. xx -

    Hutang Istishna - Rp.xx

    b) Aset istishna’ yang diperoleh melalui transaksi istishna’ dengan pembayaran

    tangguh lebih dari satu tahun diakui sebesar biaya perolehan tunai. Selisih

    antara harga beli yang disepakati dalam akad istishna‟ tangguh dan biaya

    perolehan tunai diakui sebagai beban istishna‟ tangguhan.

    Untuk itu, pembeli akan mengakui dengan jurnal sebagai berikut:

    Tgl Aktiva Istishna

    Beban istishna’ tangguhan

    Rp. xx

    Rp xx

    -

    -

    Hutang Istishna - Rp.xx

    c) Beban istishna’ tangguhan diamortisasi secara proposional sesuai dengan porsi

    pelunasan hutang istishna’.

    Jurnal yang akan dibuat oleh pembeli untuk mengamortisasi beban istishna’

    tangguhan adalah:

    Tgl Beban istishna’

    Beban istishna’ tangguhan

    Rp. xx

    -

    -

    Rp xx

    d) Apabila barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan

    penjual dan mengakibatkan kerugian pembeli, maka kerugian itu dikurangkan dari

    garansi penyelesaian proyek yang telah diserahkan penjual. Jika kerugian tersebut

    melebihi garansi penyelesaian proyek, maka selisihnya akan diakui sebagai piutang

    jatuh tempo kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian

    piutang.

    Untuk masalah ini entitas syariah akan mencatat dengan jurnal sebagai berikut.

    1. Apabila kerugian lebih kecil dari garansi penyelesaian proyek

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 206

    a) pada saat penjual menyerahkan uang garansi kepada pembeli (bank):

    Tgl Kas Rp. xx -

    Uang garansi penyelesaian

    proyek

    - Rp.xx

    b) pada saat pembebanan kerugian pembeli (bank):

    Tgl Uang garansi penyelesaian

    proyek

    Rp. xx -

    Rekening lain-lain - Rp.xx

    2. Apabila kerugian lebih besar dari garansi penyelesaian proyek

    a) pada saat penjual menyerahkan uang garansi kepada pembeli (bank):

    Tgl Kas Rp. xx -

    Uang garansi penyelesaian

    proyek

    - Rp.xx

    b) pada saat pembebanan kerugian pembeli (bank):

    Tgl Uang garansi penyelesaian

    proyek

    Rp. xx -

    Piutang jatuh tempo Rp. xx -

    Rekening lain-lain - Rp.xx

    e) Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan

    spesifikasi dan tidak dapat memperoleh kembali seluruh jumlah uang yang telah

    dibayarkan kepada penjual, maka jumlah yang belum diperoleh kembali diakui sebagai

    piutang jatuh tempo kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian

    piutang.

    Dalam hal ini pembeli (bank) akan mencatat sebagai berikut.

    (a) Pembeli ditagih oleh penjual:

    Tgl Aktiva Istishna

    Beban istishna’ tangguhan

    Rp. xx

    Rp xx

    -

    -

    Hutang Istishna - Rp.xx

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 207

    (b) pada saat membayar kepada penjual:

    Tgl Utang istishna Rp. xx -

    Kas - Rp.xx

    (c) pada saat mengakui penarikan kembali atas pembayaran kepada penjual:

    Tgl Kas Rp. Xx -

    Piutang jatuh tempo Rp xx -

    Aset istishna’ dalam

    penyelesaian

    Rp xx

    f) Jika pembeli (bank) menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan

    spesifikasi, maka barang pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih rendah

    antara nilai wajar dan biaya perolehan. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian

    pada periode berjalan.

    Dalam hal ini bank akan mencatat sebagai berikut:

    Tgl Aset istishna Rp. xx -

    Kerugian penurunan nilai aktiva

    istishna

    Rp. xx -

    Aset istishna dalam

    penyelesaian

    - Rp.xx

    Kerugian penurunan nilai aktiva istishna dilaporkan di laporan laba rugi sebagai

    beban lain-lain.

    g) Dalam istishna paralel, jika pembeli akhir menolak menerima barang pesanan

    karena tidak sesuai dengan spesifikasi yang disepakati, maka barang pesanan

    diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan harga pokok istishna.

    Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.

    Dalam hal ini bank akan mencatat sebagai berikut:

    Tgl Aset istishna Rp. xx -

    Kerugian penurunan aktiva

    istishna

    Rp. xx -

    Aset istishna dalam

    penyelesaian

    - Rp.xx

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 208

    3. Penyajian

    PSAK 104 (2007) mengatur penyajian istishna’ dalam laporan keuangan sebagai

    berikut.

    (1) Penjual menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal berikut ini:

    a) Piutang istishna‟ yang berasal dari transaksi istishna‟ sebesar jumlah yang

    belum dilunasi oleh pembeli akhir.

    b) Termin istishna‟ yang berasal dari transaksi istishna‟ sebesar jumlah tagihan

    termin penjual kepada pembeli akhir.

    (2) Pembeli menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal berikut ini:

    a) Hutang istishna’ sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang belum

    dilunasi.

    b) Aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar:

    (a) persentasi penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada pembeli

    akhir, jika istishna‟ paralel; atau

    (b) kapitalisasi biaya perolehan, jika istishna‟.

    4. Pengungkapan

    Penjual mengungkapkan transaksi istishna’ dalam laporan keuangan, tetapi tidak

    terbatas, pada:

    a) metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan kontrak istishna’;

    b) metode yang digunakan dalam penentuan persentase penyelesaian kontrak yang

    sedang berjalan;

    c) rincian piutang istishna‟ berdasarkan jumlah, jangka waktu, dan kualitas piutang;

    d) pengungkapan yang diperlukan sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan

    Keuangan Syariah.

    Pembeli mengungkapkan transaksi istishna’ dalam laporan keuangan, tetapi tidak

    terbatas, pada:

    a) rincian hutang istishna‟ berdasarkan jumlah dan jangka waktu;

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 209

    b) pengungkapan yang diperlukan sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan

    Keuangan Syariah.

    5. ILUSTRASI TRANSAKSI ISTISHNA’

    Contoh : METODE AKAD SELESAI, pembayaran diangsur setelah penyerahan

    aset istishna’.

    PT. Usman Jaya membutuhkan rumah tipe 70/150 dengan spesifikasi khusus untuk

    kantor. Harga rumah Rp. 200 juta, dana yang dibayarkan PT. Usman Jaya untuk uang

    muka Rp. 50 juta. Perusahaan mengajukan pembiayaan kepada Bank Syariah. Setelah

    akad ditandatangani antara PT Usma Jaya dan Bank Syariah dengan nilai akad Rp 200

    juta,-, bank syariah memesan kepada pengembang dan pengembang akan

    menyelesaikan pesanannya selama 9 bulan. Bank membayar biaya pra akad sebesar Rp

    1.000.000,-- dan akad ditandatangani antara bank dan PT Usman pada 1 Juli 2007. PT

    Usman menyerahkan uang muka sebesar Rp 50.000.000,--. Disamping itu, bank juga

    menandatangani akad pembelian / pesanan kepada pengembang pada 1 Juli 2007,

    dengan harga beli Rp 170.000.000,--. Berikut ini data dan tagihan yang dilakukan oleh

    pengembang sampai dengan selesai per 1 Maret 2008:

    2 Juli 2007: bank menerima uang muka dari pembeli Rp 50.000.000,--

    1 Agustus 07: pengembang menagih untuk pembangunan aktiva istishna Rp

    30.000.000,-

    1 Nopember 07: pengembang menagih untuk pembangunan aktiva istishna

    Rp 50.000.000,-

    1 Februari 08: : pengembang menagih untuk pembangunan aktiva istishna

    Rp 90.000.000,-

    1 Maret 08: pengembang menyerahkan aktiva istishna’ yang telah selesai kepada bank

    syariah.

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 210

    1 Maret 08 : bank syariah menyerahkan aset istishna kepada Tuan Usman. Tuan Usman

    mengangsur pembayaran rumah tersebut selama 2 tahun. Bank syariah mengenakan

    keuntungan istishna 10% dari pembiayaan.

    DIMINTA:

    Buatlah perhitungan untuk pengakuan, pengukuran, dan penyajian untuk transaksi

    istishna paralel tersebut: bila menggunakan metode akad selesai untuk pengakuan

    pendapatannya.

    JAWAB:

    Perhitungan

    a) Pemesan akan melunasi rumah pesanannya pada saat rumah selesai dibangun dan

    diserahkan bank syariah kepada PT Usman, dengan harga kontrak Rp 200 juta.

    Harga pokok rumah adalah =Rp 170 juta. Jadi laba bank syariah adalah Rp 200

    juta,- - Rp 171 juta ,- = Rp 29 juta,-. Harga jual bila diangsur 2 tahun = Rp 200

    juta,- + 10% (Rp 200 juta,-) = Rp220 juta,-. Angsuran per bulan = Rp 220 juta,- /

    24 = Rp 9.166.667,--; sedangkan margin per bulan = Rp 20 juta,-/ 24 = Rp

    833.333,-

    Berikut ini jurnal yang dibuat oleh Bank Syariah

    Pada saat bank syariah menerima uang muka dari PT Usman: 1 Juli 2007

    1. Pada saat bank syariah mencatat biaya pra-akad Rp 1.000.000,-:

    Dr. Beban pra-akad yang tangguhan Rp 1.000.000,-- --

    Cr. K a s -- Rp 1.000.000,--

    Dr. K a s Rp 50.000.000,-- --

    Cr. Uang muka istishna -- Rp 50.000.000,--

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 211

    2. Pada saat ada kepastian akad istisha dengan nasabah PT Usman, bank

    mencatat:

    Dr. Aset istishna dalam penyelesaian Rp 1.000.000,-- --

    Cr. Beban pra-akad yang tangguhan -- Rp 1.000.000,--

    3. Pada saat bank menerima tagihan dari pengembang dan membayarnya:

    Tanggal 1Agustus 2007 sebesar Rp 30.000.000,--

    Dr. Aset istishna dalam penyelesaian Rp 30.000.000,-- --

    Cr. Hutang istishna -- Rp 30.000.000,--

    Pada saat bank syariah membayar Hutang istishna:

    Dr. Hutang istishna Rp 30.000.000,-- --

    Cr. K a s -- Rp 30.000.000,--

    Tanggal 1 Nopember 2007 sebesar Rp 50.000.000,--

    Dr. Aset istishna dalam penyelesaian Rp 50.000.000,-- --

    Cr. Hutang istishna -- Rp 50.000.000,--

    Pada saat bank syariah membayar Hutang istishna’:

    Dr. Hutang istishna Rp 50.000.000,-- --

    Cr. K a s -- Rp 50.000.000,--

    Tanggal 1Februari 2008 sebesar Rp 70.000.000,--

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 212

    Dr. Aset istishna dalam penyelesaian Rp 90.000.000,-- --

    Cr. Hutang istishna -- Rp 90.000.000,--

    Pada saat bank syariah membayar Hutang istishna:

    Dr. Hutang istishna Rp 90.000.000,-- --

    Cr. K a s -- Rp 90.000.000,--

    4. Pada saat bank menerima barang pesanan dari pengembang yang sudah selesai

    100%, bank syariah akan membuat jurnal sebagai berikut:

    Dr : Aset Al-istishna ………… Rp. 171.000.000,- --

    Cr :Aset istishna dalam penyelesaian -- Rp. 171.000.000,-

    5. Pada saat Bank Syariah menyerahkan rumah kepada nasabah PT USMAN

    JAYA.

    Dr Piutang istishna ………………… .Rp. 220.000.000,- --

    Cr: Persediaan barang istishna -- Rp. 171.000.000,-

    Cr. Pendapatan margin istishna’ -- Rp 29.000.000,-

    Cr. Margin Istishna’ tangguhan -- Rp 20.000.000,-

    Dr. Uang Muka Istishna’ Rp 50.000.000,-- --

    Cr. Piutang Istishna’ -- Rp 50.000.000,--

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 213

    7. Pada saat Bank Syariah menerima angsuran per bulan dari PT USMAN JAYA.

    Dr. Ka/ Rekening PT USAMA JAYA Rp 9.166.667,- --

    Cr. Piutang Istishna’ -- Rp 9.166.667,--

    Mengakui pendapatan margin istishna’.

    Dr. Margin Istishna’ tangguhan Rp 833.333,-- --

    Cr. Pendapatan Margin Istishna’ -- Rp833.333,--

    8. Penyajian akhir tahun

    Sebelum penyajian di laporan keuangan Bank Syariah, maka terlebih dahulu

    dilakukan penyesuaian untuk mengakui bagian keuntungan Al-istishna yang belum

    dibayar oleh mitra (bila ada) dengan adjustment atas pengakuan Pendapatan Margin

    Istishna‟ satu bulan, yaitu dengan jurnal :

    Pada akhir tahun per, 31 Desember, Adjustment

    Dr : Margin istishna tangguhan ……… Rp. 833.333,- -

    Cr : Pendapatan Margin Istishna ‘……… Rp833.333,-

    Penyajian Laporan Laba Rugi

    Pada akhir tahun Bank Syariah akan melaporkan di laporan laba rugi sebagai

    “Pendapatan Margin Istishna‟

    Penyajian di Neraca

    Di neraca bank syariah akan disajikan rekening Piutang Istishna‟ yang dikurangi

    dengan Margin istishna’ tangguhan dan Penyisihan Piutang Istishna’ tidak dapat

    Ditagih; yang disebut Nilai bersih yang dapat direalisasikan.

    -------------------------------

    Alhamdulillahi rabbil ‘alamiini

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 214

    SOAL-SOAL AKUNTANSI ISTISHNA’

    1. Jelaskan perbedaan al Istishna dengan al Istilshna paralel!

    2. Jelaskan unsur-unsur biaya istishna!

    3. Dalam hal istishna paralel, jelaskan perlakuan akuntansi untuk tagihan-tagihan

    yang dilakukan oleh subkontraktor!

    4. Jelaskan perlakuan akuntansi istishna apabila bank syariah menerapkan

    “metode prosentase penyelesaian”!

    5. Jelaskan perlakuan akuntansi istishna apabila bank syariah menerapkan

    “metode kontrak selesai ”!

    6. Bagaimana perlakuan akuntansinya apabila pembeli akhir melakukan

    penyelesaian kewajibannya lebih awal? Jelaskan dengan angka-angka!

    7. Jelaskan apabila terjadi perubahan pesanan dan klaim tambahan dalam akad

    istishna!

    8. Bagaimana penyajian piutang istishna di dalam neraca bank syariah?

    9. Bagaimana penyajian keuntungan istishna di dalam laporan laba rugi bank

    syariah?

    10. Bagaimana penyajian aktiva istishna dalam penyelesaian di dalam neraca bank

    syariah?

    Kasus

    PT. MAJU mengikat akad istishna dengan bank syariah Sejahtera pada 1 Mei 2007

    untuk memperoleh sebuah rumah kantor dengan nilai akad Rp 700 juta,-. Kemudian,

    pada 2 Mei 2007 bank syariah Sejahtera mengikat akad istishnal‟ paralel dengan

    kontraktor untuk membangun rukan yang dibutuhkan oleh PT MAJU tersebut. Biaya

    pembuatan rukan yang disepakati dengan kontraktor adalah Rp 500 juta,--. Biaya

    praakad ditanggung bank syariah sebesar Rp 10.000.000,--. Rukan diselesaikan selama

    1,5 tahun yaitu tahun 2007 dan 2008. Berikut data selengkapnya terkait dengan akad

    istishna‟ paralel tersebut.

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 215

    No. Keterangan 2007 Rp 2008 Rp

    1 Kontraktor menagih kepada bank

    syariah

    200 juta 300 juta

    2 Bank syariah membayar tagihan

    kepada kontraktor

    190 juta 310 juta

    3 Bank syariah menagih kepada

    pembeli akhir PT MAJU

    300 juta 400 juta

    4 PT MAJU membayar tagihan

    kepada bank syariah

    250 juta 450 juta

    5 Kontraktor menyerahkan aset

    istishna‟ kepada bank syariah

    500 juta

    6 Bank syariah menyerahkan aset

    istishna‟ kepada pembeli akhir PT

    MAJU

    700 juta ( nilai

    kontrak)

    Buatlah jurnal yang diperlukan dan Neraca, Rugi laba pada tahun 2007, bila

    menggunakan metode:

    a) prosentase penyelesaian;

    b) akad selesai. (untuk Bank Syariah dan Pembeli Akhir PT MAJU).

    ======$$$$$======

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 216

    BAB IX

    AKUNTANSI MUDHARABAH

    1. KARAKTERISTIK

    Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa mudharabah adalah akad kerjasama

    usaha antara shahibul maal (pemilik dana) dan mudharib (pengelola dana) dengan

    nisbah bagi hasil menurut kesepakatan di muka, jika usaha mengalami kerugian maka

    seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik dana, kecuali jika ditemukan adanya

    kelalaian atau kesalahan oleh pengelola dana, seperti penyelewengan, kecurangan, dan

    penyalahgunaan dana.

    Dalam pelaksanaannya mudharabah dibedakan menjadi dua jenis, yaitu

    mudharabah muthlaqah (investasi tidak terikat) dan mudharabah maqayyadah

    (investasi terikat). Mudharabah muthlaqah adalah akad mudharabah dimana pemilik

    dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasi,

    sedangkan mudharabah muqayyadah adalah akad mudharabah dimana pemilik dana

    memberikan batasan kepada pengelola dana mengenai tempat, cara, dan obyek

    investasi.

    Dalam operasional mudharabah, entitas syariah dapat bertindak sebagai pemilik

    dana maupun pengelola dana. Apabila bank bertindak sebagai pemilik dana maka dana

    yang disalurkan disebut investasi mudharabah. Apabila entitas syariah sebagai

    pengelola dana maka :

    (a) dalam akad mudharabah muqayyadah, dana yang diterima disajikan dalam laporan

    perubahan investasi terikat sebagai investasi terikat dari nasabah;

    (b) dalam akad mudharabah muthlaqah, dana yang diterima disajikan dalam neraca

    sebagai dana syirkah temporer. Mengenai pengembalian pembiayaan mudharabah

    dapat dilakukan bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau pada saat diakhirinya

    akad mudharabah.

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 217

    (c) Jika dari pengelolaan dana mudharabah menghasilkan keuntungan , maka porsi

    jumlah bagi hasil untuk pemilik dana dan pengelola dana ditentukan berdasarkan

    nisbah yang disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama periode akad. Jika

    dari pengelolaan dana mudharabah menimbulkan kerugian, maka kerugian

    finansial menjadi tanggungan pemilik dana. (paragraph 5-10, PSAK 105,2007).

    2. PRINSIP PEMBAGIAN HASIL USAHA

    Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi

    hasil atau bagi laba. Jika berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian

    hasil usaha adalah laba bruto (gross profit) bukan total pendapatan usaha (omset).

    Sedangkan jika berdasarkan prinsip bagi laba, dasar pembagian adalah laba neto

    (net profit) yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan

    dana mudharabah.

    Contoh

    Uraian Jumlah Metode Bagi Hasil

    Penjualan 100

    Harga Pokok Penjualan 65

    Laba kotor 35 Gross Profit Margin

    Beban 25

    Laba (rugi) bersih 10 Net Profit Sharing

    (paragraph 11, PSAK 105,2007).

    Dalam PSAK ini, revenue sharing (omset penjualan atau pendapatan) tidak

    diperkenankan sebagai dasar bagi hasil, dengan alasan bahwa dalam penjualan

    mengandung unsur modal pokok atas barang yang dijual oleh entitas. Dengan

    demikian, dasar bagi hasil yang diperkenankan adalah laba kotor atau laba bersih

    (gross profit atau net profit sharing). Apabila entitas pengelola dana mudharabah

    memperoleh keuntungan maka keuntungan dibagi hasilkan antara pemilik dana

    mudharabah dan pengelola dana mudharabah, sedangkan bila pengelola dana

    mudharabah menderita rugi normal, bukan kelalaian pengelola, maka kerugian

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 218

    menjadi tanggungan pemilik dana (shahibul maal). Keuntungan yang dibagi

    didasarkan pada nisbah yang telah disepakati pada awal akad disepakati ke dua

    belah pihak, misal: 40:60, yaitu 40% untuk pengelola dana mudaharabah dan

    60% untuk pemilik dana mudharabah.

    Berdasarkan contoh di atas, bila kita menggunakan gross profit sharing sebagai

    dasar bagi hasil dan nisbah bagi hasil adalah 40:60, yaitu 40% untuk pengelola

    dana mudaharabah dan 60% untuk pemilik dana mudharabah, maka bagian bagi

    hasil untuk:

    Pengelola dana = 40% X Rp 35,- = Rp 14,-

    Pemilik dana = 60% X Rp 35,- = Rp 21,-

    3. AKUNTANSI UNTUK PEMILIK DANA (SHAHIBUL MAAL)

    3.1. Pengakuan dan Pengukuran Invesatasi Mudharabah

    PSAK No. 105 (2007) mengatur pengakuan pembiayaan mudharabah sebagai berikut:

    1) Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi

    mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada

    pengelola dana.

    2) Pengukuran invesatasi mudharabah diatur sebagai berikut:

    a) Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang

    dibayarkan;

    b) Investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar

    aset non kas pada saat penyerahan:

    (i) Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui, maka

    selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi

    sesuai jangka waktu akad mudharabah;

    (ii) Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka

    selisihnya diakui sebagai kerugian. (paragraph 12 dan 13, PSAK

    105,2007).

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 219

    Atas dasar penguturan di atas, maka pemilik dana akan membuat jurnal untuk

    mencatat transaksi mudharabah sebagai berikut:

    Pembiayaan mudharabah dalam bentuk kas diukur sejumlah uang yang

    diberikan. Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut: (misal, investasi mudharabah

    Rp 100.000.000,-)

    Tanggal Investasi mudharabah Rp100.000.000,00 --

    Kas -- Rp100.000.000,00

    Misalnya, tanggal 1 Maret 2008, bank syariah (pemilik dana) memberikan pembiayaan

    mudharabah kepada nasabah Tn. Ali dengan menyerahkan mesin. Nilai buku mesin

    tersebut adalah Rp 300.000.000,00 dan menurut penilaian, nilai wajar mesin tersebut

    adalah Rp 280.000.000,00.- maka dalam hal ini bank syariah akan mencatat pada saat

    akad 1 Maret 2008 sebagai berikut:

    1 Maret Investasi mudharabah

    Kerugian penurunan nilai

    Mesin

    Rp280.000.000,00

    Rp20.000.000,00

    --

    --

    --

    Rp300.000.000,00

    Bila nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui, maka selisihnya diakui

    sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah.

    Berdasarkan contoh di atas, misalnya, menurut penilaian, nilai wajar mesin tersebut

    adalah Rp 320.000.000,00.-, maka selisih Rp 20.000.000,-- diakui sebagai ‟keuntungan

    tangguhan‟ yang akan diamortisasi selama masa akad mudharabah. Untuk contoh ini,

    pemilik dana akan membuat jurnal untuk mencatatat transaksi tersebut, sebagai berikut:

    1 Maret Investasi mudharabah

    Keuntungan tangguhan

    mudharabah

    Mesin

    Rp320.000.000,00

    --

    --

    --

    Rp20.000.000,00

    Rp300.000.000,00

    Apabila akad mudharabah diumpamakan selama 20 bulan, maka amortisasi

    ‟keuntungan tangguhan‟ per bulan adalah Rp 1.000.000,-- (Rp20.000.000,00 : 20), dan

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 220

    jurnal yang dibuat untuk mengamortisasi „keuntungan tangguhan‟ per bulan adalah

    sebagai berikut:

    Setiap

    bulan

    Keuntungan tangguhan mudharabah

    Keuntungan selisih nilai Mesin

    Rp 1.000.000,--

    --

    --

    Rp1.000.000,00

    3.2. Investasi mudharabah turun nilai atau hilang

    1) Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak,

    hilang atau factor lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak pengelola

    dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi

    saldo investasi mudharabah. (paragraph 14, PSAK 105,2007).

    Untuk kondisi ini, maka pemilik dana harus membuat jurnal untuk mengakui

    terjadinya kerugian karena terjadinya penurunan nilai investasi mudharabah,

    sebagai berikut:

    Kerugian Investasi Mudharabah

    Investasi Mudharabah

    Rp xxx

    --

    --

    Rp xxx

    2) Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa

    adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut

    diperhitungkan pada saat bagi hasil. (paragraph 15, PSAK 105,2007).

    Umpamakan, pada 2008 pemilik dana memperoleh bagi hasil Rp 30.000.000,-

    dan pada 2008 terjadi kehilangan modal mudharabah di pengelola dana sebesar

    Rp 5.000.000,-, maka modal mudharabah yang hilang diperhitungkan sebagai

    pengurang bagih hasil yang akan diterimanya. Bila tidak ada dana mudharabah

    yang hilang, pemilik dana mudharabah akan menerima bagi hasil sebesar Rp

    30.000.000,-; karena pada 2008 terjadi kehilangan dana yang bukan kelalaian

    pengelola dana, maka bagi hasil yang akan diterima berkurang dengan Rp

    5.000.000,--. Untuk kasus ini, jurnal yang akan dibuat oleh pemilik dana adalah

    sebagai berikut:

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 221

    Des

    31

    Piutang Bagi Hasil Investasi

    Mudharabah

    Kerugian Penurunan Nilai

    Investasi Mudharabah

    Pendapatan Bagi Hasil

    Mudharabah

    Rp 25.000.000,-

    5.000.000,-

    --

    --

    --

    Rp 30.000.000,-

    3) Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam aset nonkas dan aset nonkas

    tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang dipergunakan

    secara efektif dalam kegiatan usaha mudharabah, maka kerugian tersebut tidak

    langsung mengurangi jumlah investasi, namun diperhitungkan pada saat

    pembagian bagi hasil. (paragraph 17, PSAK 105,2007).

    Dalam hal ini, jurnal yang dibuat oleh pemilik dana mudharabah akan seperti pada

    kasus point 4) di atas, yaitu sebagai berikut: (contoh pada point 4) dan bila

    penurunan nilai aset nonkas adalah Rp 5.000.000,-)

    Des

    31

    Piutang Bagi Hasil Investasi

    Mudharabah

    Kerugian Penurunan Nilai

    Investasi Mudharabah

    Pendapatan Bagi Hasil

    Mudharabah

    Rp 25.000.000,-

    5.000.000,-

    --

    --

    --

    Rp 30.000.000,-

    Jenis kelalaian seperti apakah yang dimaksud dalam PSAK ini yang dilakukan

    pengelola dana sehingga akan menentukan siapa yang bertanggung jawab terhadap

    hilang atau berkurangnya investasi mudharabah bagi pemilik dana. Kelalaian atas

    kesalahan pengelola dana ada 3 jenis yang dijelaskan dalam PSAK 105 ini, yaitu

    ditunjukkan oleh:

    (a) Persyaratan yang ditentukan di dalam akad tidak terpenuhi;

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 222

    (b) Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan / atau

    yang telah ditentukan dalam akad, atau

    (c) Hasil keputusan dari institusi yang berwenang. (paragraph 18, PSAK 105,2007)

    3.3. Investasi mudharabah berakhir

    Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum

    dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui sebagai piutang.

    (paragraph 19, PSAK 105,2007). Untuk ketentuan ini, pemilik dana mudharabah

    akan membuat jurnal untuk mengakui piutang sebagai pengganti investasi

    mudharabah sebagai berikut:

    Piutang Jatuh Tempo – Pengelola

    Dana Mudharabah

    Investasi Mudharabah

    Rp xxx

    --

    --

    Rp xxx

    Pada saat pemilik dana mudharabah menerima pembayaran dari pengelola dana

    mudharabah, maka jurnal yang harus dibuat adalah sebagai berikut:

    K a s

    Piutang jatuh tempo –

    Pengelola Dana Mudharabah

    Rp xxx

    --

    --

    Rp xxx

    Dengan jurnal pembayaran Piutang dari pengelola dana mudharabah, maka saldo

    Piutang kepada pengelola dana menjadi bersaldo nol atau sudah habis.

    3.4. Penghasilan Usaha Mudharabah

    Investasi mudharabah yang dilakukan oleh pemilik dana akan dapat menghasilkan

    keuntungan atau bisa juga menanggung kerugian karena kerugian yang diderita

    pengelolala dana mudharabah tidak melakukan kelalaian pengelolaan. Atas hasil dan

    kerugian ini PSAK 105 (2007) telah mengatur perlakuan akuntansinya berikut ini.

    1). Jika investasi mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan usaha

    diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati.

    (paragraph 20, PSAK 105,2007).

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 223

    Atas ketentuan ini, pemilik dana mudharabah akan mengakui bagi hasil tersebut

    dengan membuat jurnal sebagai berikut:

    Piutang Bagi Hasil Investasi

    Mudharabah

    Pendapatan Bagi Hasil Investasi

    Mudharabah

    Rp xxx

    --

    --

    Rp xxx

    Kemudian, pada saat menerima pembayaran bagi hasil dari pengelola dana

    mudharabah, pemilik dana mudharabah akan membuat jurnal berikut ini:

    K a s

    Piutang Bagi Hasil Investasi

    Mudharabah

    Rp xxx

    --

    --

    Rp xxx

    2). Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir

    diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi. Pada saat

    akad mudharabah berakhir, selisih antara:

    (a) investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi; dan

    (b) pengembalian investasi mudharabah; diakui sebagai keuntungan atau kerugian.

    (paragraph 21, PSAK 105,2007).

    Atas ketentuan ini, jurnal yang harus dibuat oleh pemiliki dana mudharabah adalah

    sebagai berikut:

    Pembentukan penyisihan kerugian investasi:

    Kerugian Investasi Mudharabah

    Penyisihan Kerugian Investasi

    Mudharabah

    Rp xxx

    --

    --

    Rp xxx

    Kerugian Investasi Mudharabah akan dilaporkan di laporan Laba Rugi sebagai beban

    usaha, sedangkan Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah akan dilaporkan di

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 224

    neraca pemilik dana mudharabah sebagai pengurang Investasi Mudharabah. Berikut

    penyajian di neraca pemilik dana.

    Bank Syariah ABC

    Neraca

    Per 31 Desember 2008 (misal)

    ---

    Investasi Mudharabah Rp 300 juta,--

    Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah Rp 15 juta (-)

    Investasi Mudharabah bersih Rp 285 juta,-

    ---

    Penyisihan kerugian investasi mudharabah diumpamakan 5% dari Investasi

    Mudharabaah, sehingga besarnya penyisihan = 5% X Rp 300 juta,- = Rp 15 juta,--.

    Jurnal penyesuaian yang dibuat adalah:

    Des

    31

    Kerugian Investasi Mudharabah

    Penyisihan Kerugian Investasi

    Mudharabah

    Rp 15 juta,-

    --

    --

    Rp 15 juta,--

    Contoh lain pembentukan Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah

    Penyisihan kerugian investasi mudharabah dan piutang yang timbul dari transaksi

    mudharabah dibentuk sebesar estimasi kerugian investasi mudharabah dan piutang

    yang tidak dapat ditagih.

    Misal, entitas syariah ( bank syariah) mempunyai saldo per 31 Desember 2008 sebagai

    berikut:

    Investasi mudharabah Rp 100.000.000,00

    Piutang jatuh tempo Rp 50.000.000,00

    Bank syariah mengestimasikan kerugian pembiayaan dan piutang yang tidak

    tertagih = 5%

    Maka, jumlah penyisihan kerugian adalah:

    ▪ Pembiayaan mudharabah = 5% x Rp 100.000.000,00 = Rp5.000.000,00

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 225

    ▪ Piutang jatuh tempo 5% x Rp 50.000.000,00 = Rp2.500.000,00

    Total =Rp 7.500.000,00

    Untuk itu, bank syariah akan membuat ayat jurnal penyesuaian per 31 Desember

    sebagai berikut:

    31 Des Kerugian investasi mudharabah

    Kerugian piutang jatuh tempo

    Penyisihan kerugian investasi

    mudharabah

    Penyisihan kerugian piutang jauh

    Tempo

    Rp5.000.000,00

    Rp2.500.000,00

    --

    --

    --

    --

    Rp5.000.000,00

    Rp2.500.000,00

    Kerugian investasi dan kerugian piutang akan dilaporkan di laporan laba/rugi,

    sedangkan Penyisihan kerugian investasi mudharabah dan Penyisihan kerugian piutang

    jatuh tempo dilaporkan di neraca sebagai pengurang rekening Investasi mudharabah

    dan Piutang jatuh tempo.

    3.5. Pembayaran Kembali Pembiayaan

    Seperti telah dijelaskan pada sub bahasan sebelumnya, bahwa pada saat akad

    mudharabah berakhir, selisih antara:

    (a) investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi; dan

    (b) pengembalian investasi mudharabah; diakui sebagai keuntungan atau kerugian.

    Diumpamakan, pengelola dana mengembalikan investasi mudharabah ke pemilik dana

    sebesar Rp 290 juta,-, investasi mudharabah Rp 300 juta,- dan penyisihan kerugian

    investasi mudharabah Rp 15 juta,--, maka selisih antara kas yang diterima Rp 290

    juta,- dengan Investasi Mudharabah bersih Rp 285 juta,- = Rp 5 juta,- akan diakui

    sebagai ‟keuntungan investasi mudharabah‟. Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:

    K a s

    Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah

    Investasi Mudharabah

    Keuntungan Investasi

    Mudharabah

    Rp 290 juta,-

    Rp 15 juta,--

    --

    --

    --

    --

    Rp 300 juta,-

    Rp 5 juta,--

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 226

    Dengan pembayaran kembali atas pembiayaan oleh pengelola dana maka jumlah

    investasi mudharabah pada pemilik dana akan berkurang dan di neraca akan dilaporkan

    sejumlah sisa setelah pembayaran kembali. Dalam contoh kasus di atas, saldo Investasi

    Mudharabah menjadi habis atau saldo nol.

    Bila kas yang diterima dari pengelola dana adalah Rp 280 juta,-, maka selisih antara kas

    yang diterima dan investasi mudharabah bersih adalah Rp 5 juta, - diakui sebagai

    kerugian investasi mudharabah. Berikut ini jurnal yang dibuat oleh pemilik dana.

    K a s

    Penyisihan Kerugian Investasi

    Mudharabah

    Kerugian Investasi

    Mudharabah

    Investasi Mudharabah

    Rp 280 juta,-

    Rp 15 juta,--

    Rp 5 juta,--

    --

    --

    --

    --

    Rp 300 juta,-

    3.6. Pengakuan Keuntungan Atau Kerugian Mudharabah

    PSAK No. 105 (2007) telah mengatur pengakuan keuntungan atau kerugian

    mudharabah dan metode distribusi bagi hasil. Distribusi bagi hasil mudharabah dapat

    dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu gross profit sharing atau net profit

    sharing. Dalam gross profit sharing, bagi hasil dihitung dari pendapatan setelah

    dikurangi Harga pokok penjualan, sedangkan dalam net profit sharing, bagi hasil

    dihitung dari gross profit dikurangi dengan beban yang berkaitan langsung dengan

    pengelolaan dana mudharabah.

    Apabila pembiayaan melewati satu periode pelaporan

    (a) keuntungan investasi mudharabah diakui pada saat terjadinya hak bagi hasil sesuai

    dengan nisbah yang disepakati, dan

    (b) kerugian yang terjadi diakui pada periode terjadinya kerugian tersebut dan

    mengurangi investasi mudharabah.

    Contoh berikut ini perhitungan laba/rugi pengelola dana mudharabah tahun 2008:

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 227

    Penjualan Rp1.000.000,00

    Harga pokok penjualan Rp 600.000,00

    Laba kotor Rp 400.000,00

    Biaya – biaya Rp 300.000,00

    Laba (rugi) bersih Rp 100.000,00

    Metode bagi hasil

    a) Bila gross profit sharing, dengan nisbah bank syariah (pemilik dana) : pengelola

    dana= 20 : 80 maka bagi hasil untuk:

    Bank Syariah : 20% x Rp400.000,00 = Rp80.000,00

    Pengelola : 80% x Rp400.000,00 = Rp320.000,00

    b) Bila metode net profit sharing, nisbah bank syariah : pengelola = 80 : 20 maka

    bagi hasilnya:

    Bank syariah : 80% x Rp100.000,00 = Rp80.000,00

    Pengelola : 20% x Rp100.000,00 = Rp 20.000,00

    Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai

    piutang.(paragraph 24, PSAK 105,2007).

    Untuk bagi hasil di atas yang belum dibayar oleh pengelola dana, bank syariah

    (pemilik dana) akan membuat pencatatan sebagai berikut:

    31 Des

    2008

    Piutang pendapatan bagi hasil

    Pendapatan bagi hasil mudharabah

    Rp80.000,00

    -

    -

    Rp80.000,00

    Piutang akan dilaporkan di neraca, sedangkan pendapatan bagi hasil akan dilaporkan di

    laporan laba rugi sebagai unsur pendapatan operasional. Pada saat pengelola dana

    membayar bagi hasil ke bank syariah maka bank syariah akan mencatat sebagai berikut:

    Tanggal Kas

    Piutang pendapatan bagi hasil

    Mudharabah

    Rp80.000,00

    --

    --

    Rp80.000,00

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 228

    Apabila pengelola dana mengalami kerugian, misalkan Rp10.000,00 maka kerugian

    ditanggung oleh bank syariah (pemilik dana) , yang akan mengurangi investasi

    mudharabah. Bank syariah (pemilik dana) akan mengakui kerugian sebagai berikut:

    31 Des Kerugian investasi mudharabah

    Investasi mudharabah

    Rp10.000,00

    -

    -

    Rp10.000,00

    Kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan pada pengelola

    dana dan tidak mengurangi investasi mudharabah. paragraph 23, PSAK 105,2007).

    Dengan demikian, investasi mudharabah tidak akan dikurangi kerugian yang

    disebabkan oleh kelalaian pengelola dana dan yang menanggung kerugian adalah

    pengelola dana sendiri.

    4. AKUNTANSI UNTUK PENGELOLA DANA (Bank Syariah atau

    entitas lain Sebagai Mudharib )

    Sebagai mudharib maka entitas menerima dana dari shahibul maal (pemilik

    dana) untuk dikelola dalam bentuk investasi terikat atau investasi tidak terikat.

    Dalam hal entitas sebagai mudharib, PSAK No. 105 (2007) mengaturnya berikut ini.

    4.1. Perlakuan Akuntansi Dana yang Diterima Pengelola Dana Mudharabah

    (Mudharib)

    Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai dana

    syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima. Pada

    akhir periode akuntansi, dana syirkah temporer diukur sebesar nilai tercatatnya.

    (paragraph 25, PSAK 105,2007).

    Atas ketentuan ini, jurnal yang dibuat oleh pengelola dana pada saat menerima dana

    mudharabah adalah sebagai berikut:

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 229

    Tanggal K a s

    Dana syirkah temporer

    Rpxxx

    -

    -

    Rpxxx

    Jika pengelola dana menyalurkan dana syirkah temporer yang diterima maka pengelola

    dana mengakui sebagai asset sesuai ketentuan pada paragraph 12-13. (paragraph 25,

    PSAK 105,2007). Dalam hal ini berlaku akuntansi untuk pengelola dana mudharabah

    sebagai investasi mudharabah.

    Berikut ini contoh aplikasi akuntansi untuk pengelola dana mudharabah pada bank

    syariah.

    Dana mudharabah yang diterima oleh pengelola dana diakui sebagai Dana syirkah

    temporer pada saat terjadinya sebesar jumlah yang diterima. Pada akhir periode

    akuntansi, Dana syirkah temporer diukur sebesar nilai tercatat.

    Misal, bank syariah menerima dana mudharabah sebagai berikut:

    10 Juni 2008: nasabah Tuan Ali menyetor dana sebagai tabungan mudharabah sebesar

    Rp100.000.000,00

    10 Agustus: nasabah mengambil Rp20.000.000,00 dana yang ditabungkan di bank

    syariah.

    Atas transaksi ini, bank syariah akan mencatat sebagai berikut:

    Penerimaan tabungan mudharabah Rp 100 juta,- dari tn. Ali:

    10 Juni

    2008

    Kas

    Dana syirkah temporer

    Rp100.000.000,0

    -

    -

    Rp100.000.000,0

    Pencatatan atas pengambilan Tabungan mudharabah tn. Ali Rp 20 juta,-

    10 Agust

    2003

    Dana syirkah temporer

    Kas

    Rp20.000.000,00

    -

    -

    Rp20.000.000,00

    Setelah tanggal 10 Agustus 2008 saldo Dana syirkah temporer adalah

    Rp80.000.000,00.- Apabila sampai dengan 31 Desember 2008 tidak ada penambahan

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 230

    atau pengurangan maka di neraca Dana syirkah temporer akan dicatat sebesar nilai

    tercatat tersebut sebesar Rp80.000.000,00.-

    Bagi hasil Dana syirkah temporer dialokasikan kepada bank dan pemilik dana sesuai

    dengan nisbah yang disepakati.

    Misal, bank syariah mendapatkan pendapatan operasional tahun 2008 Rp

    100.000.000,00.-

    Dana yang dihimpun:

    - Dana syirkah temporer, tabungan mudharabah Rp200.000.000,00

    - Dana syirkah temporer milik Tn Ali Rp80.000.000,00

    - Deposito mudharabah Rp800.000.000,00

    - Nisbah bagi hasil = 40 : 60 ( bank syariah: nasabah)

    Bagi hasil untuk Tuan Ali dapat dihitung sebagai berikut (pemilik dana):

    Bagi hasil untuk porsi tabungan mudharabah = (Rp 200 juta / Rp 1 milyar) x Rp 100

    juta,- =Rp 20 juta,-. Bagian nasabah adalah 60% = 60% x Rp 20 juta,- = Rp 12 juta,-.

    Sedangkan bagian bank syariah (pengelola dana) = 40% X Rp 20 juta,- = Rp 8 juta,-.

    Bagi hasil untuk Tn. Ali adalah =

    80.000.000

    = ------------------ x Rp 12.000.000,- =

    200.000.000

    40

    = -------- x Rp12.000.000,00 = Rp4.800.000,00

    100

    Bagi hasil untuk Tn. Ali di dalam %:

    Rp4.800.000,00

    = ------------------- x 100% = 6,00 %

    Rp80.000.000,00

    Hak pihak ke tiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan

    tetapi belum dibagikan kepada pemilik dana diakui sebagai kewajiban sebesar bagi

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 231

    hasil yang menjadi porsi hak pemilik dana. Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan

    atau kelalaian pengelola dana diakui sebagai beban pengelola dana. (paragraph 29-30,

    PSAK 105,2007)

    Atas bagi hasil ini bank syariah (pengelola dana) akan mencatat bagi hasil yang akan

    dibagikan kepada pemilik dana tabungan mudharabah Tn. Ali, sebagai berikut:

    31/12/08 Distribusi bagi hasil mudharabah

    Kewajiban bagi hasil

    Mudharabah

    Rp4.800.000,00

    -

    -

    Rp4.800.000,00

    Pada saat bank syariah membayar bagi hasil tersebut, bank syariah (pengelola dana)

    akan mencatat:

    5 Jan.

    2009

    Kewajiban bagi hasil mudharabah

    Kas

    Rp4.800.000,00

    -

    -

    Rp4.800.000,00

    Distribusi bagi hasil mudharabah akan dilaporkan dalam laporan laba rugi sebagai

    pengurang pendapatan usaha pengelola (bank syariah), sedangkan kewajiban bagi hasil

    mudharabah akan dilaporkan di neraca.

    Kerugian karena kesalahan atau kelalaian bank dibebankan kepada bank (pengelola

    dana). Dalam hal ini bank syariah akan mencatat kerugian sebagai berikut:

    Tanggal Kerugian Dana Syirkah Temporer

    Kewajiban lain-lain/kas

    Rp xx

    -

    -

    Rp xx

    4.2. Perlakuan Akuntansi Mudharabah Musytarakah

    PSAK 105 (2007) mendifinisikan mudharabah musytarakah adalah bentuk

    mudharabah dimana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama

    investasi. Dimisalkan, bank syariah menerima tabungan mudharabah dari deposan

    dalam bentuk pool of fund (kumpulan dana tabungan mudharabah) sebesar Rp 1

    milyar,-, kemudian bank menginvestasikan dalam investasi mudharabah dimana mitra

    pengusaha juga menyertakan modal sebesar Rp 500 juta,- sehingga total investasi

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 232

    mudharabah yang dikelola oleh mudharib (pengusaha) adalah Rp 1,5 milyar,--. Jadi,

    dalam hal ini bank syariah sebagai pemilik dana mudharabah (shahibul maal) dimana

    dananya berasal dari tabungan mudharabah dan dana pengusaha sendiri (bisa dari dana

    tunai maupun nonkas).

    PSAK 105 (2007) telah mengatur perlakuan akuntansi untuk mudharabah musytarakah

    seperti berikut ini.

    1) Penyertaan dana mudharabah musytarakah

    Jika pengelola dana juga menyertakan dana dalam mudharabah musytarakah, maka

    penyaluran dana milik pengelola dana tersebut diakui sebagai investasi mudharabah.

    Akad mudharabah musytarakah merupakan perpaduan antara akad mudharabah dan

    musyarakah. Dalam mudharabah musytarakah, pengelola dana (berdasar akad

    mudharabah) menyertakan juga dananya dalam investasi bersama (berdasar akad

    musyarakah). Pemilik dana musyarakah (musytarik) memperoleh bagian hasil usaha

    sesuai porsi dana yang disetorkan. Pembagian hasil usaha antara pengelola dana dan

    pemilik dana dalam mudharabah adalah sebesar hasil usaha musyarakah setelah

    dikurangi porsi pemilik dana sebagai pemilik dana musyarakah. (paragraph 31-33,

    PSAK 105,2007).

    2) Pembagian hasil investasi mudharabah musytarakah

    Pembagian hasil investasi mudharabah musytarakah dapat dilakukan sebagai berikut:

    (a) Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai mudharib) dan pemilik

    dana sesuai dengan nisbah yang disepakati, selanjutnya bagian hasil investasi

    setelah dikurangai untuk pengelola dana (sebagai mudharib) tersebut dibagi

    antara pengelola dana (sebagai musytarik) dengan pemilik dana sesuai dengan

    porsi modal masing-masing; atau

    (b) Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik

    dana sesuai dengan porsi modal masing-masing, selanjutnya bagian hasil

    investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai musytarik) tersebut

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 233

    dibagi antara pengelola dana (sebagai mudharib) dengan pemilik dana sesuai

    dengan nisbah yang disepakati.

    Jika terjadi kerugian atas investasi, maka kerugian dibagi sesuai dengan porsi modal

    para musytarik. (paragraph 34-35, PSAK 105,2007).

    Ilustrasi

    Bank Syariah Sejahtera menandatangani akad mudharabah musytarakah dengan PT

    LANCAR pada 1 Mei 2008. Bank syariah menyalurkan pembiayaannya dengan kas Rp

    400 juta,- dan PT LANCAR sebesar Rp 100 juta,- , nisbah bagi hasil yang disepakati

    adalah bank:mitra=40:60 dari laba kotor usaha mitra, bila rugi maka pembagian ruginya

    berdasarkan porsi modal yang disetorkan masing-masing. Pada tahun 2008 PT

    LANCAR melaporkan Laba Kotor usahanya sebesar Rp 200 juta,-.

    Diminta: hitunglah bagi hasil untuk bank dan mitranya.

    Jawab:

    Cara 1:

    Hasil usaha dibagi antara bank dan mitra dengan dasar nisbah, sisanya setelah dikurangi

    hak pengelola dana akan dibagi sesuai dengan porsi modal masing-masing.

    Bagian pengelola (musytarik) = 60/100 x Rp 200 juta,- = Rp 120,-juta; sisanya Rp 80

    juta,- dibagi berdasarkan porsi modal.

    Pengelola = 100/500 x Rp 80 juta,- =Rp 16 juta,-

    Bank syariah = 400/500 x Rp 80 juta,- = Rp 64 juta,-

    Jadi, bagi hasil pengelola = Rp 120 juta,- + Rp 16 juta,-=Rp 136 juta,-

    Bagi hasil bank syariah = Rp 64 juta,- ; total hasil yang dibagi = Rp 136 juta,- +

    Rp 64 juta,- =Rp 200 juta,--

    Cara 2:

    Hasil usaha dibagi antara bank dan mitra berdasarkan porsi modal masing-masing,

    sisanya setelah dikurangi hak pengelola dana akan dibagi sesuai dengannisbah bagi

    hasil.

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 234

    Bagian pengelola (musytarik) = 100/500 x Rp 200 juta,- = Rp 40,-juta; sisanya Rp 160

    juta,- dibagi berdasarkan nisbah bagi hasil.

    Pengelola = 60/100 x Rp 160 juta,- =Rp 96 juta,-

    Bank syariah = 40/100 x Rp 160 juta,- = Rp 64 juta,-

    Jadi, bagi hasil pengelola = Rp 40 juta,- + Rp 96 juta,-=Rp 136 juta,-

    Bagi hasil bank syariah = Rp 64 juta,- ; total hasil yang dibagi = Rp 136 juta,- +

    Rp 64 juta,- =Rp 200 juta,--.

    Jadi, cara 1 dan cara 2 hasil perhitungan bagi hasil adalah sama.

    5. PENYAJIAN

    Bagaimanakah pengelola dana dan pemilik dana menyajikan dalam laporan

    keuangannya? Dalam hal ini PSAK 105 (2007) telah mengaturnya berikut ini.

    1. Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan

    sebesar nilai tercatat.

    2. Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan:

    (a) Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai

    tercatatnya untuk setiap jenis mudharabah;

    (b) Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum

    diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang

    belum dibagikan di kewajiban. (paragraph 36-37, PSAK 105,2007)

    6. PENGUNGKAPAN

    Paragraph 38-39, PSAK 105, (2007), telah mengatur tentang pengungkapan yang

    berkaitan dengan mudharabah baik bagi pemilik dana maupun pengelola dana, seperti

    berikut ini.

    1. Pemilik dana mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi mudharabah,

    tetapi tidak terbatas, pada:

    (a) Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil

    usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain;

  • Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia Mei 2010

    Copyright©2009 dilindungi oleh Undang-Undang www. ebookakuntansisyariah.com Page 235

    (b) Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya;

    (c) Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan; dan

    (d) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Lapor