MANUSKRIP MANKEP CL1 Penerapan Manajemen Kepemimpinan Keperawatan
Manajemen Dan Kepemimpinan Keperawatan
-
Upload
etika-prisma-karunianingrum -
Category
Documents
-
view
207 -
download
6
description
Transcript of Manajemen Dan Kepemimpinan Keperawatan
KONSEP MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN DALAM
KEPERAWATAN
A. Konsep Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
profesional. Manajer keperawatan bertugas untuk merencanakan,
mengorganisasi, memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang
tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan efisien
bagi individu, keluarga dan masyarakat. Manajemen keperawatan terdiri atas :
pengumpulan data, identifikasi data, identifikasi masalah, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi hasil. (Nursalam, 2011)
Manajemen keperawatan juga ditekankan pada unsur – unsur
paradigma keperawatan dalam melakukan pengelolaan terhadap klien,
ketenagaan, peralatan, administrasi dan lain – lain yang berhubungan dengan
pengelolaan organisasi di pelayanan, pendidikan dan atau institusi
pemerintah. (Nursalam, 2011)
Filosofi pelayanan keperawatan pada tatanan klinik/rumah sakit
ditekankan pada : (Nursalam, 2011)
1. Hak klien untuk mendapatkan pelayanan dan menentukan kehidupannya.
2. Setiap klien harus dihargai sama tanpa membeda – bedakan agama, suku,
warna kulit, status dan jenis kelamin.
3. Asuhan keperawatan yang diberikan harus ditujukan pada pemenuhan
kebutuhan individu.
4. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan lainnya
5. Perlunya koordinasi dan kerja sama dalam memanfaatkan sumber daya
yang ada dalam mencapai tujuan organisasi.
6. Perlunya adanya evaluasi secara terus menerus terhadap semua pelayanan
keperawatan yang diberikan.
Konsep dasar manajemen adalah keseimbangan antara visi, misi dan
motivasi yang jelas dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Perawat / manajer keperawatan harus mempunyai suatu pandangan dan
pengetahuan yang luas tentang manajemen dan proses perubahan yang terjadi
saat ini dan yang akan datang, yaitu tentang penduduk, sosial, ekonomi dan
politik yang akan berdampak terhadap pelayanan kesehatan. Peran manajer
keperawatan adalah sebagai pengawal proses prefesinalisasi supaya tidak
salah jalan dan arah. Suatu langkah nyata dari profesi keperawatan yaitu
menjaga dan mengawasi suatu proses profesionalisasi keperawatan Indonesia
agar terus berjalan dan berkesinambungan. (Nursalam, 2011)
Proses Manajemen Keperawatan
1. Pengkajian dan pengumpulan data.
Pada tahap ini, seorang manajer keperawatan dituntut tidak hanya
mengumpulkan informasi tentang keadaan klien melainkan juga mengenai
institusi (rumah sakit / puskesmas), tenaga keperawatan, administrasi dan
bagian keuangan yang memengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara
keseluruhan.
Manajer perawat yang efektif harus mampu memanfaatkan proses
manajemen dalam mencapai suatu tujuan melalui usaha orang lain.
Manajer keperawatan bekerja berdasarkan informasi penuh dan akurat
tentang masalah apa yang perlu dan harus diselesaikan, dengan cara apa,
untuk alasan apa, tujuannya apa dan sumber daya apa yang tersedia untuk
melaksanakan rencana itu. setelah masalah teridentifikasi, manajer
mengevaluasi apakah rencana tersebut perlu untuk diubah atau prestasi
karyawan yang perlu dikoreksi. Sehingga pada tujuan akhirnya, proses
manajemen keperawatan bertujuan untuk mencapai perawatan yang efektif
dan ekonomis bagi semua kelompok klien.
2. Perencanaan
Perencanaan adalah menyusun langkah strategis dalam mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan ini bertujuan untuk
menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua klien,
menegakan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, menetapkan ukuran
dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur
organisasi yang dapat mengoptimalkan efektivitas kerja staf, serta
menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi
dan misi institusi yang telah ditetapkan.
3. Pelaksanaan
Tahap pada pelaksanaan ini terdiri atas bagaimana manajer memimpin
orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah direncanakan. Fungsi
kepemimpinan dapat dibagi lagi dalam komponen fungsi yaitu
kepemimpinan, komunikasi dan motivasi.
4. Evaluasi
Tahap akhir proses manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang
telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai seberapa jauh
staf mampu melaksanakan perannya sesuai dengan tujuan organisasi yang
telah ditetapkan serta mengidentifikasi faktor – faktor yang menghambat
dan mendukung dalam pelaksanaan.
B. Konsep Kepemimpinan
1. Definisi
Kepemimpinan merupakan suatu hubungan yang memiliki sifat saling
mempengaruhi karena adanya hubungan timbal balik, untuk
mewujudkan suatu perubahan yang nyata sebagai hasil dari tujuan
bersama antara pemimpin dan pengikut/bawahan.
2. Unsur-unsur Kepemimpinan
Subjek dari proses kepemimpinan merupakan hubungan antara
pemimpin dan bawahannya. Mereka yang terlibat dalam suatu
hubungan tersebut pasti menginginkan suatu perubahan. Berawal dari
keinginan untuk berubah tersebut pemimpin diharapkan memiliki
kemampuan dalam mengadakan perubahan tersebut sebagai tujuan
yang diharapkan dan dimiliki bersama bukan untuk pribadi. Untuk
bergerak, pemimpin harus memiliki kemampuan mempengaruhi
bawahannya untuk memiliki keinginan dan niat sehingga kedua belah
pihak terlibat aktif dalam pencapaian hasil yang menjadi keinginan
bersama. Oleh karena itu, setiap individu memiliki peranan dalam
menjalankan tanggung jawab pribadinya
Hal-hal yang harus diperhatikan pula bahwa antara pemimpin dan
bawahan harus seimbang, memiliki kualitas yang bisa
dipertanggungjawabkan sehingga peran yang dijalankan tidak menjadi
timpang, karena pada dasarnya pemimpin dan bawahan yang
berkualitas adalah pribadi yang sama, hanya saja memiliki peran yang
berbeda pada waktu yang berbeda. Pencapaian hasil yang optimal
tidak hanya dibutuhkan pemimpin yang berkualitas saja, namun juga
diperlukan bawahan yang berkualitas. Bawahan yang berkualitas
adalah bawahan yang melakukan pekerjaan dengan antusiasme, kreatif,
dinamis, dan berani melakukan tindakan tepat dan tidak serta merta
mengikuti kehendak dari pemimpinnya.
3. Realitas Baru bagi Pemimpin
Paradigma Lama Paradigma Baru
Masa Industri Masa Informasi
Stabilitas Perubahan
Kontrol Pemberdayaan
Kompetisi Kolaborasi
Barang Orang dan Hubungan
a. Stabilitas menuju Perubahan
Stabilitas menjadi hal yang lebih disukai daripada suatu perubahan,
karena dengan kehidupan yang stabil, seseorang mampu
memprediksi masa depan depan tanpa harus ada rasa takut dan
cemas akan ketidakpastian yang membuat seseorang menjadi tidak
aman keberadaannya. Namun, harus perlu disadari bahwa pada
kenyataanya manusia dihadapkan pada perubahan yang
berlangsung terus menerus, yang lebih banyak menimbulkan
ketidakteraturan daripada keteraturannya.
Seperti yang dikatakan oleh Triantoro bahwa “ bagi pemimpin
adalah sangat sulit untuk membuat segalanya serba tetap dan
stabil.... membutuhkan energi yang lebih besar untuk
mempertahankannya”
Oleh karena hal tersebut, suatu organisasi harus mampu
beradaptasi dengan perubahan dan menjadikan perubahan tersebut
bukan sebagai penghambat tetapi sebagai peluang untuk semakin
mengembangkan diri dan organisasi untuk mencapai sukses serta
sebagai sumber energi yang potensial. Keyakinan yang dimiliki
bahwa stabilitas adalah suatu keadaan di mana kehilangannya
inovasi, yang berati kemunduran bahkan gugurnya suatu organisasi
adalah keyakinan yang sebaikanya ditanamkan untuk pemimpin
maupun anggota dibawahnya.
b. Kontrol menuju Pemberdayaan
Paradigma lama beranggapan bahwa seseorang pemimpin
merupakan pemegang kekuasan besar, dan bawahannya terkesan
tidak memiliki wewenang apa-apa dalam pengerjaan dan
pengordiniran tugas. Sehingga pada umumnya sudah dibuat suatu
aturan kerja yang detail, seperti bagaimana cara melakukannya,
kapan, dan siapa yang akan melakukan, hal tersebut membuat
pekerjaan menjadi monoton dan terkesan kaku. Pemimpin masa itu
beranggapan pula bahwa kontrol yang ketat terhadap bawahan
merupakan suatu hal yang perlu dilakukan supaya kondisi menjadi
efisien dan efektif. Namun , dewasa ini karyawan yang bersifat
pasif, menunggu perintah baru bekerja sudah tidak seharusnya
berlaku.
Masa orde baru salah satu contohnya dimana sudah mulai
timbulnya kebebasan. Bahwasanya kepemimpinan tidak hanya
berpusat pada satu titik saja, tetapi sudah lebih menyebar ke
berbagai titik. Sekarang pemerintah tidak bisa melakukan suatu hal
semaunya, karena pemerintah memiliki sekelompok rakyat dan
profesi yang juga memiliki peran dan pengaruhnya sendiri.
Pemimpin harus sudah bisa menyadari bahwa pemberdayaan
merupakan suatu kewajiban moral untuk diberikan, dikembangkan,
dan didorong dalam organisasi serta menjadikan kekuasaan yang
dihadapinya sebagai hasil dari kekuatan dan kualitas hubungan
manusiawi daripada bersumber dari kedudukan,kebijakan, dan
prosedur.
c. Kompetisi menuju Kolaborasi
Istilah kolaborasi terdorong salah satunya karena adanya
pemberdayaan. Karena pemberdayaan lebih mengacu pada
kolaborasi daripada kompetisi. Kompetisi memang menjadi hal
yang positif, namun tergantung bagaimana arti yang dianut
sebenarnya bagaimana. Kompetisi saat ini adalah, dimana setiap
angggota organisasi berlomba-lomba memberikan kinerja yang
terbaik yang bisa mereka lakukan untuk kemajuan organisasi.
Istilah organisasi membuat sekat-sekat pembatas di dalam
organisasi menjadi hilang, karena sudah terbentuknya tim kerja
baik secara horizontal maupun fungsional silang. Keuntungan dari
kolaborasi adalah bahwasanya mereka mampu berkembang
kemampuannya diluar batas kemampuan mereka sendiri, karena
kolaborasi ini tidak hanya kolaborasi antar anggota dalam
organisasi tetapi bisa kolaborasi dengan anggota di luar organisasi.
Hal tersebut akan sangat bermakna bagi setiap individu karena
masing-masing memiliki kontribusi aktif dalam pencapaian suatu
tujuan bersama, sehingga setiap individu merasakan buah
kemenangannya.
d. Barang menuju Orang dan Hubungan
Pada masa industrial menganggap bahwa dunia merupakan sebuah
mesin yang dapat terpisah-pisah fungsinya, sehingga apabila ada
bagian yang rusak dianggap bisa diganti dengan bahan yang baru
dan kerusakan bisa teratasi sehingga pekerjaan bisa berjalan
optimal kembali. Padahal, penanganan dari suatu masalah tidak
semudah itu. Sekarang perkembangannya sudah berbeda, bahwa
segala sesuatu memiliki hubungan satu sama lain. Seperti yang
tertulis pada teori bahwa
“Pandangan ini menekankan bahwa dunia dilihat sebagai sesuatu
yang kompleks, mempunyai sistem yang dinamis, di mana realitas
berada tidak pada bagian-bagian terpisah, tetapi pada hubungan
yang holistik di antara bagian tersebut”
7 Alasan Pokok Kegagalan Seorang Pemimpin
1) Tidak sensitif, tidak peduli, mengintimidasi dan omong besar
2) Dingin, menjaga jarak dan arogan
3) Mengkhianati kepercayaan pribadi
4) Ambisius, egoistik, bermain politik, mementingkan diri sendiri
5) Memiliki masalah kinerja dengan dunia bisnis
6) Tidak mampu mendelegasikan dan membangun tim kerja
7) Tidak mampu memilih bawahan yang tepat
Robert C.Millus menyebutkan tanggung jawab para pemimpin secara
rinci, yaitu:
1) Menentukan tujuan pelaksanaan kerja yang realistis, berdasarkan
kuantitas, kualitas, keamanan, dsb.
2) Memberikan fasilitas kepada karyawan dengan sumber-sumber dana
yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya.
3) Selalu mengkomunikasikan kepada karyawan tentang harapan yang
dikehendaki dari mereka.
4) Memberikan motivasi yang lebih pada karyawan, serta memberikan
reward yang sesuai.
5) Melakukan deklarasi wewenang apabila diperlukan dan mengundang
partisipasi apabila memungkinkan.
Pemimpin hadir bukan untuk menjadi beban bagi bawahannya, tetapi
pemimpin datang untuk menjadi pelayan bagi bawahannya dengan
memberikan rasa aman, mendatangkan kesejahteraan dan penghargaan.
Pemimpin yang dicari sekarang adalah model pemimpin yang bisa
menjadi panutan, sebagai fasilitator, rekan kerja, bertanggung jawab akan
hasil kinerja bawahannya, serta berkenan membantu orang lain untuk
berkembang, belajar, berdaya guna, sehingga mampu mencapai potensi
dirinya secara penuh.
Karakteristik Kepemimpinan
1) Pemberdayaan
Sistem pemberdayaan adalah pemimpin yang memberdayakan
bawahannya untuk memberi pengaruh dan mengendalikan anggota
kelompok dalam memutuskan cara mencapai tujuan organisasi.
Melalui pemberdayaan ini, setiap anggota kelompok akan memiliki
rasa pencapaian, kepemilikan, dan harga diri. Contoh : ketika kepala
ruangan mengajak anggota tim di ruangan berdiskusi mengenai
pemberian pelayanan pada klien.
2) Intuisi
Intuisi di sini dimaksudkan pada suatu rasa terhadap situasi
lingkungan, termasuk pada kebutuhan maupun keinginan dari
anggotanya. Keuntungan intuisi ini adalah pemimpin mampu
membangun hubungan saling percaya, mampu mengamati situasi,
membaca situasi, mengamati kebutuhan untuk berubah dan kapan
harus segera bergerak untuk mencapai perubahan yang sesuai.
3) Pemahaman diri
Salah satu hal yang sangat diperlukan untuk pemimpin, kemampuan
memahami diri mengenai hal yang menjadi kekuatan dan kelemahan
diri. Hal ini diperlukan untuk memperbaiki yang menjadi kekurangan
serta mengoreksi kekuatan.
4) Visi
Pemimpin yang memiliki visi mampu berfikir secara maju ke depan
sekaligus memikirkan cara dalam pencapaiannya. Visioner tidak
berarti dan melulu ide yang baru dan orisinil, tetapi bisa menyatukan
caring dan efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan klien dan
pegawainya.
5) Kongruensi nilai
Hal ini merupakan kemampuan dalam memahami dan menerima misi
serta tujuan dari organisasi dan nilai yang dimiliki pegawai serta untuk
menjadikan kedua sistem tersebut menjadi serasi dan selaras.
Kemampuan ini sangat diperlukan pada pribadi suatu pemimpin.
Kepemimpinan Keperawatan
Perawat dewasa ini juga seharusnya mampu dalam mengemban peran
kepemimpinan, minimal di dalam lingkungan kerja mereka, meskipun
mereka tidak memiliki posisi kepemimpinan yang ditetapkan. Peranan
kepemimpinan pada perawat akan membantu memperbaiki kualitas
pelayanan ke klien dan mampu memperbaiki kualitas lingkungan kerja
perawat dan profesional tenaga kesehatan lainnya. Salah satu contoh
bahwa perawat menunjukan kegiatan kepemimpinan yaitu ketika
mereka melakukan pembelaan pada suatu komunitas tertentu, sperti
pada ODHA, korban kekerasan, dll. Saat ini perawat sudah mulai
menunjukan cakupan keterampilan dan manajemen yang lebih luas
terhadap politisi dan legislator.
Pengembangan Teori Kepemimpinan
1. Teori Bakat (Trait Theory)
Setiap orang adalah pemimpin (pemimpin dibawa sejak lahir bukan
didapatkan) dan mereka mempunyai karakteristik tertentu yang membuat
mereka labih baik dari orang lain, teori ini disebut Great Man Theory.
(Marquis dan Huston, 1998)
2. Teori Perilaku
Teori perilaku lebih menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan
bagaimana seorang manajer menjalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat
sebagai suatu rentang dari perilaku otoriter ke demokratis atau dari fokus
suatu produksi ke fokus pegawai. Teori perilaku ini dinamakan sebagai
gaya kepemimpinan seorang manajer dalam suatu organisasi. Gaya
kepemimpinan dapat diidentifikasikan berdasarkan perilaku pemimpin itu
sendiri. Kepribadian seorang pemimpin akan mempengaruhi gaya
kepemimpinan yang digunakan.
a. Gaya kepemimpinan menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt.
Gaya kepemimpinan ini dapat dijelaskan melalui dua titik ekstrem
yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus
pada bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh faktor manajer, faktor
karyawan dan faktor situasi. Ketika pemimpin memandang bahwa
kepentingan organisasi harus didahulukan jika dibanding dengan
kepentingan individu maka pemimpin akan lebih otoriter, akan tetapi
jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik dan
menginginkan partisipasi maka pemimpin dapat menerapkan gaya
partisipasinya.
b. Gaya kepemimpinan menurut Likert.
Gaya kepemimpinan dikelompokkan dalam 4 sistem :
1) Sistem otoriter – eksploitatif
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan sangat
rendah terhadap anggotanya, memotivasi dengan ancaman atau
hukuman. Komunikasi yang dilakukan bersifat satu arah ke bawah
(top-down).
2) Sistem Benevolent – Otoritatif (Authoritative).
Pemimpin mempercayai bawahan sampai pada tingkat tertantu,
memotivasi bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak
salalu dan membolehkan komunikasi ke atas.
3) Sistem konsultatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan yang cukup besar terhadp
bawahan. Pemimpin menggunakan balasan / insentif untuk
memotivasi bawahan dan kadang – kadang menggunakan ancaman
atau hukuman. Komunikasi yang dilakukan bisa dua arah.
4) Sistem partisipatif.
Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan,
selalu memanfaatkan ide bawahan, serta menggunakan insentif
ekonomi untuk memotivasi bawahan. Komunikasi bersifat dua arah
dan menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja.
c. Gaya kepemimpinan menurut Teori X dan Teori Y
Teori ini dikemukakan oleh Douglas McGregor yang menyebutkan
bahwa perilaku seseorang dalam suatu organisasi dapat
dikelompokkan menjadi dua kutub utama yaitu sebagai Teori X dan
Teori Y. Teori X mengansumsikan bahwa bawahan itu tidak menyukai
pekerjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab,
cenderung menolak perubahan dan lebih suka dipimpin daripada
memimpin. Sebaliknya teori Y mengansumsikan bahwa bawahan itu
senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri,
mampu mengawasi diri, mampu berimajinasi dan kreatif. Berdasarkan
teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi empat macam :
1) Gaya kepemimpinan diktator
Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan
ketakutan serta menggunakan ancaman dan hukuman merupakan
bentuk dari pelaksanaan Teori X.
2) Gaya kepemimpinan otokratis
Gaya kepemimpinan ini mirip diktator namun dengan kadar yang
kurang. Segala keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat
dari bawahan tidak dibenarkan. Gaya ini juga merupakan
pelaksanaan dari Teori X.
3) Gaya kepemimpinan demokratis
Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengabilan
keputusan yang dilakukan dengan cara musyawarah. Gaya
kepemimpinan ini pada dasarnya sesuai dengan Teori Y.
4) Gaya kepemimpinan santai
Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala
keputusan diserahkan pada bawahan. Gaya kepemimpinan ini
sesuai dengan Teori Y.
d. Gaya kepemimpinan menurut Robert House
Gaya kepemimpinan ini berdasarkan teori motivasi pengharapan. Gaya
kepemimpinan ini dikemukakan menjadi empat macam :
1) Direktif
Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang bagaimana
melaksanakan suatu tugas. Gaya ini berorientasi pada hasil yang
dicapai oleh bawahannya.
2) Suportif
Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan bersikap
ramah terhadap bawahan.
3) Partisipatif
Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan masukan
dan saran dalam rangka pengambilan sebuah keputusan.
4) Berorientasi tujuan
Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan
bawahan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut dengan seoptimal
mungkin.
e. Gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard
Beberapa gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard (1997) :
1) Instruksi
a) Tinggi tugas dan rendah hubungan
b) Komunikasi searah
c) Pengambilan keputusan berada pada pimpinan dan peran
bawahan sangat minimal
d) Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi yang
spesifik serta mengawasi dengan ketat.
2) Konsultasi
a) Tinggi tugas dan tinggi hubungan
b) Komunikasi dua arah
c) Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan cukup besar, bawahan diberi kesempatan untuk
memberi masukan dan menampung keluhan
3) Partisipasi
a) Tinggi hubungan tapi rendah tugas
b) Pemimpin dan bawahan bersama – sama memberi gagasan
dalam pengambilan keputusan
4) Delegasi
a) Rendah hubungan dan rendah tugas
b) Komunikasi dua arah, terjadi diskusi dan pendelegasian antara
pemimpin dan bawahan dalam pengambilan keputusan
pemecahan masalah.
f. Gaya kepemimpinan menurut Lippits dan K. White.
1) Otoriter
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri – ciri antara lain :
a) Wewenang mutlak berada pada pimpinan
b) Keputusan dan kebijaksanaan selalu dibuat oleh pemimpin
c) Komunikasi satu arah
d) Pengawasan kepada bawahan oleh atasan dilakukan secara
ketat.
e) Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran,
pertimbangan atau pendapat.
f) Lebih banyak kritik daripada pujian
g) Pimpinan menuntut prestasi sempurna dan kesetiaan tanpa
syarat.
h) Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh
pimpinan
2) Demokratis
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam
memengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Gaya kepemimpinan ini
memiliki ciri – ciri antara lain :
a) Wewenang pimpinan tidak mutlak
b) Pimpinan berbagi kewenangan dengan bawahan
c) Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
d) Komunikasi berlangsung dua arah
e) Pimpinan banyak memberikan kesempatan kepada bawahan
agar bisa memberikan saran
f) Pujian dan kritik dan seimbang
g) Pimpinan mendorong prestasi dan kesetiaan dalam batas –
batas yang wajar
h) Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung bersama –
sama.
3) Liberal atau Laissez Faire.
Kepemimpinan gaya liberal atau Laissez Faire adalah kemampuan
memengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk
mencapai tujuan dengan cara lebih banyak menyerahkan
pelaksanaan berbagai kegiatan kepada bawahan. Ciri
kepemimpinan ini antara lain :
a) Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada
bawahan
b) Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
c) Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
d) Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh
bawahan
e) Hampir tidak ada pengawasan terhadap tingkah laku bawahan
f) Prakarsa selalu berasal dari bawahan
g) Hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan
h) Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kelompok
i) Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok
j) Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh
perorangan.
g. Gaya kepemimpinan transaksional dan transformasional
Manajer tradisional yang berfokus pada tugas dari hari ke hari
dalam mencapai tujuan organisasi. Pemimpin transaksional memahami
dan memenuhi kebutuhan kelompok. Hubungan dengan dilandaskan
pada pertukaran beberapa sumber yang dihargai anggota kelompok.
Insentif digunakan untuk meningkatkan kesetiaan dan performa.
Sebagai contoh, untuk memastikan jumlah staf yang adekuat pada sif
malam, perawat manajer bernegosiasi dengan staf perawat yaitu bagi
mereka yang bekerja sif malam akan mendapat libur akhir pekan.
Teori kepemimpinan transformasional mempertimbangkan
kembali karakteristik manajer – pemimpin, menekankan kembali visi
yang dibagi manajer – pemimpin dengan kelompok dan menekankan
pentingnya mempersiapkan orang untuk berubah. Model ini
menggabungkan unsur teori sebelumnya dan mengenali pengaruh
pemimpin, pekerja, tugas dan lingkungan. Kepemimpinan
transformasional dicirikan dengan empat faktor primer :
1) Karisma. Pemimpin karismatik sangat dihargai dan dipandang
dengan penuh rasa hormat, dedikasi dan kekaguman.
2) Motivasi inspirasional. Pemimpin berbagi visi dengan staf yang
menarik emosi dan cita – cita mereka.
3) Stimulasi intelektual. Pemimpin menstimulasi pengikut untuk
mempertanyakan status quo, untuk mempertanyakan secara kritis
mengenai apa yang mereka lakukan dan mengapa.
4) Contingent reward. Pemimpin menyadari tujuan yang disepakati
bersama dan memberikan penghargaan pada pencapaian pegawai.
Tova Hendel (2005) menyebutkan bahwa kepala ruang pada
rumah sakit lebih cenderung ke gaya kepemimpinan transformasional
dibandingkan gaya yang trasnsaksional dan dalam manajemen konflik
yang dipakai digunakan model kompromi, menurutnya gaya
kepemimpinan transformasional lebih efektif pada strategi konflik.
Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Manajer Keperawatan dalam
Meningkatkan Efektivitas Kepemimpinan
1. Kepemimpinan
a. Berkomunikasi tentang organisasi dan dalam memfasilitasi kegiatan
organisasi dan pelaksanaan perubahan
b. Mendelegasikan dan mendapatkan orang lain untuk melaksanakan
tugas dan menerima tanggung jawab
c. Menyeleksi dan memilih pegawai yang tepat
d. Menciptakan budaya organisasi yang kondusif dan efektif
e. Mengonsultasikan dengan staf dan orang lain di luar organisasi yang
sesuai tentang keadaan organisasi
f. Mengenal kapan peraturan harus dilaksanakan (fleksibilitas)
2. Pengambilan keputusan dan perencanaaan
a. Berpikir ulang dan menyusun kembali prioritas organisasi
b. Merespons secara cepat dan tepat tentang perubahan yang tidak
diharapkan
c. Mengantisipasi dan melaksanakan perencanaan perubahan anggaran
d. Memberikan pedoman dan arahan tentang ketutusan organisasi melalui
pengetahuan dari pemerintah daerah, provinsi dan nasional.
e. Menginterpretasi perubahan industri dan mengimplementasikan dalam
organisasi
f. Menginterpretasikan perubahan ekonomi staf.
g. Menempatkan organisasi sebagai bagian yang penting dari
pemerintahan.
3. Hubungan masyarakat / komunikasi
a. Empati, mendengar dan tanggap terhadap semua pernyataan orang
lain.
b. Mencipatakan situasi yang kondusif dalam komunikasi.
c. Membaca dan tanggap terhadap situasi politik yang terjadi.
d. Menunjukkan rasa percaya diri melalui kemampuan berkomunikasi
(verbal/nonverbal) dalam memengaruhi orang lain.
e. Berkomunikasi secara efektif melalui tulisan
f. Mengembangkan proses hubungan yang baik di dalam dan di luar
organisasi.
g. Menggunakan media untuk pemasaran / keuntungan organisasi.
4. Anggaran
a. Bertanya dan melihat rencana sebelumnya
b. Mengontrol anggaran
c. Menginterpretasikan penggunaan anggaran sesuai kebutuhan
d. Merencanakan jauh ke depan
e. Menggunakan pengukuran dan rata – rata industri
f. Menyediakan risiko terhadap kekurangan keuangan
g. Mengonsultasikan masalah keuangan\
5. Pengembangan
a. Pengembangan tim kerja yang efektif
b. Mempertahankan dan mengembangkan hubungan profesional antarstaf
c. Memberikan umpan balik yang positif
d. Menerapkan peran mentor yang efektif
e. Menggunakan sistem pemberian penghargaan yang baik
f. Mengembangkan, meningkatkan dan meninjau indikator organisasi.
6. Kepribadian
a. Memfokuskan satu atau lebih dari dua kejadian dalam satu periode
b. Mengaplikasikan filosofi manajemen dan komitmen terhadap kualitas
pelayanan
c. Mengambil keputusan yang tepat
d. Mengelola stres individu
e. Menerima sesuatu terhadap kejadian yang tidak diharapkan
f. Menggunakan koping yang efektif pada setiap masalah
g. Mensyukuri nikmat yang telah diberikan atas keberhasilan pencapaian
tujuan.
7. Negosiasi
a. Mengidentifikasi dan mengelola konflik
b. Memfasilitasi perubahan
c. Mendemonstrasikan pemahaman tentang perbedaan pendapat
d. Melakukan negosiasi dengan baik
e. Melakukan klarifikasi kejadian yang melibatkan seluruh staf
f. Melakukan negosiasi dengan staf, kelompok dan organisasi luar
g. Menjadi mediator terjadinya konflik antar staf atau kelompok.
Menurut Maura MacPhee (2008), efektivitas kepemimpinan dalam
keperawatan dapat dilihat dengan harmonisnya lingkungan kerja yang
dipimpinnya, kepuasan perawat dalam bekerja, rendahnya tingkat
perpindahan perawat dan kualitas perawatan pasien yang baik.
Manajer perawat rumah sakit diharapkan memberikan peranan dalam hal
berikut ini : (Stanley, 2008)
1. Meningkatkan kualitas perawatan pasien melalui penekanan pada
implementasi evidence based practice.
2. Meningkatkan komunikasi pada keseluruhan tim untuk perawatan pasien.
3. Menyediakan bimbingan untuk perawat yang kurang pengalaman.
4. Memberikan pasien kenyamanan yang komprehensif saat menjalani
perawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta : Salemba Medika.
Safaria, T. 2004. Kepemimpinan.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Koenig Blais, Trans Yuningsih, Y dan Budhi, Nike. 2006. Praktik Keperawatan
Profesional. Edisi 4. Jakarta : EGC.
MacPhee, Maura and France Bouthillette. 2008. Developing Leadership in Nurse
Manager : The British Columbia Nursing Leadership Institute. Journal of
Nursing Leadership Volume 21 Number 3. www.nursing.ubc.ca. Diakses
tanggal 22 Oktober 2013.
Hendel, Tova. 2005. Leadership style and choice of strategy in conflict
management among Israeli nurse managers in general hospitals. Journal of
Nursing Management Volume 13, 137 – 146. www.ukessays.com. Diakses
tanggal 22 Oktober 2013.
Stanley, Joan. 2008. The Clinical Nurse Leader : a catalyst for improving quality
and patient safety. Journal of Nursing Management Volume 16.
www.researchgate.net. Diakses tanggal 22 Oktober 2013.