Makalah Sistem Perkemihan.docx
-
Upload
aulia-rahman -
Category
Documents
-
view
48 -
download
5
Transcript of Makalah Sistem Perkemihan.docx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Urolithiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam sistem urinarius.
Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) ditraktus urinarius. Batu
terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti
kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat sedangkan
nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis renal.
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih, sudah dikenal sejak zaman
Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih
mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih
mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini
mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian
bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya
stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu
uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian
berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis
serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling
sering terjadi.
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan
perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan
di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal
dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas
sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 %
penduduk menderita batu saluran kemih.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan
dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih,
dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap
(idiopatik).Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang
1
mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien urolhitiasis.
2. Tujuan Khusus
Untuk Mengetahui Definisi Urolithiasis
1. Untuk Mengetahui Etiologi Urolithiasis
2. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis Urolithiasis
3. Untuk Mengetahui Patofisiologi Urolithiasis
4. Untuk Mengatahui Pemeriksaan Penunjang Urolithiasis
5. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Urolithiasis
6. Untuk Mengetahui Komplikasi Urolithiasis
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan urolithiasis ?
2. Apa klasifikasi dari urolithiasis ?
3. Apa penyebab terjadinya urolithiasis ?
4. Bagaimana patofisiologi urolithiasis ?
5. Apa manifestasi klinis dari urolithiasis ?
6. Apa komplikasi pada urolithiasis?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan terhadap pasien
urolithiasis ?
8. Apa saja tindakan dan pencegahan yang harus dilakukan dari
urolithiasis?
9. Apa prognosis dari urolithiasis ?
10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien urolithiasis ?
2
BAB I
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Urolithiasis atau batu saluran kemih merupakan suatu penyakit yang
sudah lama ditemukan. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, laki-laki
memiliki risiko lebih besar dari pada wanita hal ini dikarenakan panjang
uretra laki-laki lebih panjang dari wanita yaitu 17-22,5 cm dan untuk wanita
2,5-3,5 cm (Suharyanto dan Madjid, 2012).
Urolithiasis adalah terbentuknya batu (kalkulus) dimana saja pada
sistem penyalur urine, tatapi batu pada umumnya terbentuk di ginjal. Batu
mungkin terbentuk tanpa menimbulkan gejala atau kerusakan ginjal yang
bermakna, hal ini terutama pada batu besar yang tersangkut pada pelvis
ginjal. Makna klinis batu terletak pada kapasitasnya menghambat aliran urin
atau menimbulkan trauma yang menyababkan ulserasi dan perdarahan, pada
kedua kasus ini terjadi peningkatan predisposisi infeksi bakteri (Robbins,
2012 cit Wijaya dan Putri, 2013 : 249).
Sedangkan menurut Nursalam (2011: 65) menyebutkan bahwa
urolithiasis merujuk pada adanya batu dalam sistem perkemihan. Sebanyak
60% kandungan batu ginjal terdiri atas kalsium oksalat, asam urat,
magnesium, amonium, dan fosfat atau gelembung asam amino.
B. Anatomi Fisiologi
Saluran kemih terdiri dari ginjal yang terus menerus membentuk
kemih dan berbagai saluran dan reservoir yang dibutuhkan untuk membawa
kemih keluar tubuh.Ginjal melakukan fungsi vital sebagai pengatur volume
dan komposisi kimia darah dengan mensekresi solut dan air secara selektif.
Kalau kedua ginjal karena sesuatu hal gagal melakukan fungsinya maka
kematian akan terjadi dalam waktu 3-4 minggu. Fungsi vital ginjal dilakukan
dengan filtrasi plasma darah melalui glomerulus diikuti dengan reabsorbsi
sejumlah solut dan air dalam jumlah yang tepat di sepanjang tubulus ginjal.
kelebihan solut dan air akan diekskresikan keluar tubuh sebagai kemih
3
melalui sistem pengumpul. Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti
kacang, terletak di kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih
rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati.
Katup atasnya terletak setinggi kosta kedua belas, sedangkan katup atas ginjal
kiri terletak setinggi kosta sebelas.
Kedua ureter merupakan saluran yang panjangnya 10 sampai 12 inci,
terbentang dari ginjal sampai kandung kemih. Fungsi satu-satunya akan
menyalurkan kemih ke kandung kemih. Kandung kemih adalah satu kantung
berotot yang dapat mengempis, terletak di belakang simpisis pubis. Kandung
kemih mempunyai tiga muara : dua muara ureter dan satu muara uretra.
Fungsi kandung kemih adalah sebagai tempat penyimpanan kemih sebelum
meninggalkan tubuh dan dibantu oleh uretra. Kandung kemih berfungsi
mendorong kemih keluar tubuh. Uretra adalah saluran kecil yang dapat
mengembang, berjalan dari kandung kemih sampai keluar tubuh. Panjangnya
pada wanita 1½ inci dan pada pria sekitar 8 inci. Muara uretra keluar tubuh
disebut meatus urinarius.
C. Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan
dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih,
dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik)
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya
batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik;
a. Faktor intrinsik, meliputi:
1) Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2) Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun karena
terjadinya penurunan kerja oragan sistem perkemihan
3) Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding
pasien wanita dapat dikatakan karena perbedaan aktivitas.
4
b. Faktor ekstrinsik, meliputi:
1) Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang
lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah
stone belt (sabuk batu)
2) Iklim dan temperatur
Tempat yang bersuhu dingin (ruang AC) menyebabkan kulit
kering dan pemasukan cairan kurang. Tempat yang bersuhu panas
misalnya di daerah tropis, di ruang mesin menyebabkan banyak keluar
keringat, akan mengurangi produksi urin.
3) Asupan air
Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium
dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4) Diet
Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah
terjadinya batu saluran kemih. Kebiasaan mengkonsumsi makanan
tinggi kalsium seperti susu, keju, kacang polong, kacang tanah dan
coklat. Tinggi purin seperti : ikan, ayam, daging, jeroan. Tinggi
oksalat seperti : bayam, seledri, kopi, teh, dan vitamin D.
5) Pekerjaan
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life). Pekerjaan
dengan banyak duduk lebih memungkinkan terjadinya pembentukan
batu dibandingkan pekerjaan seorang buruh atau petani.
6) Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan
ginjal dan menjadi inti pembentukan batu.
5
D. Klasifikasi
Adapun menurut Muttaqini (2008), pembentukan batu saluran kemih
atau uretet dapat diklasifikasikan menjadi sebagai berikut:
a. Batu kalsium
Paling sering terjadi (90%), dalam bentuk kalsium oksalat atau
kalsium fosfat. Mulai dari ukuran pasir sampai memenuhi pelvis renal
(batu stoghorn). Hiperkalsiuria dapat disebabkan oleh beberapa hal:
1) Kecepatan reabsorpsi tulang yang tinggi yang melepas kalsium,seperti
pada hiperparatiroid, immobilias, dan cushing disease.
2) Absorpsi kalsium di perut dalam jumlah besar, seperti: sarcoidosis
atau milk-alkali sindrom.
3) Gangguan absorpsi tubulus ginjal.
4) Abnormalitas struktur traktur urinarius, seperti: sponge kidney.
b. Batu oksalat
Paling sering terjadi di daerah yang makanan utamanyasereal, dan
jarang terjadi di daerah peternakan. Meningkatnya oksalat disebabkan
oleh:
1) Hiperabsorpsi oksalat pada inflamasi bowel disease dan intake
tinggimakanan berbahan kecap.
2) Post ileal resection atau post operasi bypass usus kecil.
3) Overdosis vitamin C atau asam askorbat.
4) Malabsorpsi lemak, yang menyebabkan calcium binding dan oksalat
dilepas untuk diabsorpsi.
c. Batu struvit
Disebut juga triple fosfat: carbonat, magnesium, dan ammonium
fosfat. Pada urin tinggi ammonia karena infeksi oleh bakteri yang
mengandung enzim urease, seperti proteus, pseudomonas, klebsiella,
stapilococcus,yang memecah urea menjadi 2 molekul ammonia, sehingga
pH urin menjadi alkali. Biasa membentuk batu staghorn, sering membuat
abses,dan sulit dieliminasi karena batu mengelilingi bakteri sehingga
terlindung dari antibiotic.
6
d. Batu asam urat
Disebabkan karena peningkatan ekskresi asam urat, kurang
cairan,atau pH urin rendah. Orang dengan gout primer/sekunder
berisikomengalami batu asam urat
e. Batu sistin
Merupakan hasil dari gangguan metabolic asam amino congenital
dari gangguan autosom resesif, yang mengakibatkan terbentuknya
Kristalcistin di urin yang terutama terjadi pada anak-anak dan remaja,
sedangkan pada dewasa jarang terjadi.
f. Batu xantin
Berssifat herediter, akibat defisiensi xantin oksidase. Kristal
dipicu pada urin yang asam.
E. Manifestasi Klinis
a. Perubahan dalam Buang air kecil dan warna urin
Salah satu Fungsi ginjal adalah membuat air kencing (urin),
apabila ginjal manusia mengalami gangguan,maka akan terjadi lah
gangguan pada pembentukan urin,baik dari warna,bau dan
karakterisitiknya. Akibat dari gangguan ini,maka terjadilah perubahan
dalam frekuensi buang air kecil.mungkin buang air kecil lebih sering dan
lebih banyak dari pada biasanya dengan warna urin yang pucat. Dan
mungkin buang air kecil dalam jumlah sedikit dari biasanya dengan urin
yang berwarna gelap
b. Tubuh mengalami pembengkakan
Ketika ginjal gagal untuk melakukan fungsinya, yakni
mengeluarkan cairan atau toksin dalam tubuh , maka tubuh akan dipenuhi
cairan yang mengakibatkan pembengkakan terhadap beberapa bagian
tubuh , diantaranya di bagian kaki, pergelangan kaki, wajah dan atau
tangan
c. Tubuh cepat lelah / kelelahan
Ginjal yang sehat memproduksi hormon yang disebut dengan
erythropoietin yang mempunyai fungsi sebagai memerintahkan tubuh
7
untuk membuat oksigen yang membawa sel darah merah. Ketika tubuh
mengalami gagal ginjal, maka ginjal hanya memproduksi sedikit. Dengan
demikian karena sel-sel darah merah pembawa oksigen tadi berkurang
sehingga otot dan otak tubuh menjadi cepat lelah. Kondisi ini disebut
juga sebagai anemia. Oleh karena itu, apabila mengalami anemia yang
berkelanjutan, hati-hati karena hal tersebut bisa saja merupakan gejala
penyakit ginjal.
d. Bau Mulut / ammonia breath
Penumpukan limbah dalam darah (disebut juga sebagai uremia)
karena adanya gagal ginjal dapat membuat rasa tidak enak dalam
makanan dan bau mulut yang busuk.juga bisa mendadak berhenti
menyukai daging dan kehilangan berat badan drastis. Di beberapa kasus
ada juga yang merasa bau mulutnya seperti meminum cairan besi.
e. Rasa Mual dan Ingin Muntah
Gejala penyakit ginjal yang lainnya adalah rasa mual
berkelanjutan dan selalu ingin muntah. Gejala ini muncul disebabkan
karena uremia tadi (penumpukan limbah dalam darah). Gejala ini
berhubungan dengan gejala penyakit ginjal sebelumnya yakni bau mulut.
Karena bau mulut,akan mengalami mual yang berakibat sulit makan dan
kehilangan berat badan yang sangat drastis.
F. Patofisiologi
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal
dengan urolithiasis belum diketahui secara pasti. Namun sesuai berdasrkan
beberapa faktor predisposisi terjadinya batu yang telah disebutkan diatas
antara lain : peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan
yang kurang dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran
kemih atau stasis urin menyajikan sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oksalat, dan faktor
lain mendukung pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi
asam, jumlah solute dalam urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah
dengan metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH
urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan batu sistine
8
dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu
struvite biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi
oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju
tulang akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan
yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan
atau pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini semakin
kompleks sehingga terjadi batu.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu
yang kecil dan batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan
akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak
darah dalam urin. Sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi
saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan
terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena
dilatasi ginjal.
Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan
kerusakan pada organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis
karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara normal.
Maka dapat terjadi penyakit ginjal kronis yang dapat menyebabkan
kematian. Selain itu, Dari beberapa referensi disebutkan terdapat teori
terbentuknya batu ginjal yaitu:
a. Teori inti matriks
Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya substansia
organik sebagai inti. Substansia organik ini terutama terdiri dari
mukopolisakarida dan mukoprotein A yang akan mempermudah
kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu.
b. Teori supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti
sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah
terbentuknya batu.
9
c. Teori presipitasi-kristalisasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi substansi dalam urine.
Pada urine yang bersifat asam akan mengendapkan sistin, santin, asam
dan garam urat, sedangkan pada urine yang bersifat alkali akan
mengendap garam-garam fosfat.
WOC
10
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Urinalisa
Warna normal adalah kekuning-kuningan, sedangkan warna
abnormal dalah coklat gelap, merah, berdarah yang menunjukkan
hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis,
tumor,kegagalan ginjal). Secara umum menunjukkan adanya sel darah
merah, sel darah putih dan kristal serta serpihan, mineral, bakteri, pus, pH
urine asam (asam meningkatkan sistin dan batu asam urat). Pada Urine 24
jam didapatkan kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin
meningkat.
b. Kultur urine
Didapatkan adanya infeksi saluran kemih.
c. Survei biokimia
Didapatkan peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat,
fosfat, protein dan elektrolit.
d. Kadar klorida dan bikarbonat serum
Didapatkan peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar
bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
e. Darah lengkap :
1) Sel darah putih : meningkat menunjukkan adanya infeksi.
2) Sel darah merah : biasanya normal.
3) Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
f. Foto rontgen
Menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area
ginjal dan sepanjang ureter.
g. Pielografi Intra Vena (PIV)
Memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri
abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur
anatomik (distensi ureter).
11
h. USG Ginjal
Untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.
i. Hormon Paratyroid
Mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang
reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium
urine.
j. Sistoureteroskopi
Visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu
atau efek obstruksi.
H. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi
dan mengurangi obstruksi yang terjadi. Untuk Indikasi pengeluaran batu
saluran kemih sebagai berikut:
Obstruksi jalan kemih
Infeksi
Nyeri menetap atau nyeri berulang-ulang
Batu yang agaknya menyebabkan infeksi atau obstruksi
Batu metabolic yang tumbuh cepat.
a. Diet
Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan :
1) Batu kalsium oksalat
Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang
mengandung kalsium oksalat seperti bayam, daun seledri, kacang-
kacangan, kopi, teh, dan coklat serta mengurangi makanan yang
mengandung kalsium tinggi seperti : ikan laut, kerang, daging, sarden,
keju dan sari buah.
2) Batu asam urat
Makanan yang dikurangi adalah daging, kerang, gandum,
kentang, tepung-tepungan, saus dan lain-lain.
12
3) Batu struvite
Makanan yang dikurangi adalah keju, telur, buah murbai, susu
dan daging.
4) Batu cystin
Makanan yang dikurangi adalah sari buah, susu, kentang. Serta
menganjurkan pasien banyak minum yaitu 3-4 liter/hari dan olahraga
yang teratur.
b. Pengurangan nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau ureteral adalah
untuk mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan; morfin
atau meperidin diberikan untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri
yang luar biasa. Mandi air hangat diarea panggul dapat bermanfaat. Cairan
diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal jantung
kongestif atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan. Ini
meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang di belakang batu sehingga
mendorong pasase batu tersebut ke bawah. Masukan cairan sepanjang hari
mengurangi konsentrasi kristaloid urin, mengencerkan urin dan menjamin
haluaran urin yang besar.
c. Kolaborasi pemmberian antibiotik untuk mengatasi infeksi.
d. Pengangkatan batu
Pemeriksaan sitoskopik dan pasase kateter ureteral kecil untuk
menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi (jika mungkin), akan
segera mengurangi tekanan-belakang pada ginjal dan mengurangi nyeri.
e. Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal (ESWL)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali
oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu
ureter proksimal, atau buli-buli tanpa melalui tindakan invasif atau tanpa
ada pembiusan dengan mengkonsentrasikan gelombang kejut dari lokasi
batu dari luar tubuh. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil
sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang pecahan-
pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan
13
menyebabkan hematuria. Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang
kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut dikeluarkan secara spontan.
f. Metode Endourologi Pengangkatan Batu
Mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Nefrostomi
perkutan (atau nefrolitotomi perkutan) dilakukan dan nefroskop
dimasukkan ke traktus perkutan yang sudah dilebarkan ke dalam parenkim
ginjal.
g. Ureteroskopi
Mencakup visualisasi dan aksis ureter dengan memasukkan suatu
alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan
menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik atau ultrasound kemudian
diangkat.
h. Pelarutan batu
Infus cairan kemolitik (misal: agen pembuat asam dan basa) untuk
melarutkan batu dapat dilakukan sebagai alternative penanganan untuk
pasien kurang beresiko terhadap terapi lain dan menolak metode lain, atau
mereka yang memiliki batu yang mudah larut (struvit).
i. Pengangkatan batu
Jika batu terletak didalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan
nefrolitotomi (insisi pada ginjal untuk mengangkat batu) atau nefrektomi,
jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis. Batu dalam
piala ginjal diangkat dengan pielolitotomi, sedangkan batu pada ureter
diangkat dengan ureterolitotomi dan sistotomi jika batu berada dikandung
kemih. Jika batu berada dikandung kemih; suatu alat dapat dimasukkan ke
uretra ke dalam kandung kemih; batu kemudian dihancurkan oleh penjepit
pada alat ini. prosedur ini disebut sistolitolapaksi.
I. Komplikasi
a. Infeksi
b. Obstruksi
c. Hidronephrosis
d. perdarahan
14
J. Pencegahan
Pada pencegahan batu ginjal terdapat makanan dan minuman yang
harus dibatasi:
a. Makanan kaya vitamin D harus dihindari (vitamin D meningkatkan
reabsorpsi kalsium).
b. Garam meja dan makanan tinggi natrium harus dikurangi (Na bersaing
dengan Ca dalam reabsorpsinya diginjal).
c. Daftar makanan berikut harus dihindari :
- Produk susu: semua keju (kecuali keju yang lembut dan keju
batangan); susu dan produk susu (lebih dari ½ cangkir per hari); krim
asam (yoghurt).
- Daging, ikan, unggas: otak, jantung, hati, ginjal, sardine, sweetbread,
telur.
- Sayuran: bit hijau, lobak, mustard hijau, bayam, lobak cina, buncis
kering, kedelai, seledri.
- Buah: kelembak, semua jenis beri, kismis, buah ara, anggur.
- Roti, sereal, pasta: roti murni, sereal, keripik, roti gandum, semua roti
yang dicampur pengembang roti, oatmeal, beras merah, sekam, benih
gandum, jagung giling, seluruh sereal kering (kecuali keripik nasi,
com flakes).
d. Minuman: teh, coklat, minuman berkarbonat, bir, semua minuman yang
dibuat dari susu atau produk susu.
e. Lain-lain: kacang, mentega kacang, coklat, sup yang dicampur susu,
semua krim, makanan pencuci mulut yang dicampur susu atau produk
susu (kue basah, kue kering, pie).
15
BAB III
ASKEP TEORITIS
A. Pengkajian
Identitas
Nama : Dengan inisial
Umur : Paling sering 30 – 50 tahun
Jenis kelamin : Lebih banyak pada pria
Alamat : Tinggal di daerah panas
Keluhan Utama
Biasanya keluhan utama klien merasakan nyeri, akut/kronik dan
kolik yang menyebar ke paha dan genetelia.
Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya klien yang menderita penyakit batu ginjal, pernah
menderita penyakit infeksi saluran kemih.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga menderita batu ginjal dan hipertensi
B. Pola Aktivitas
a. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
1. Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk
2. Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi
3. Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera
serebrovaskuler, tirah baring lama)
b. Sirkulasi
Tanda:
1. Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)
2. Kulit hangat dan kemerahan atau pucat
16
c. Eliminasi
Gejala:
1. Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya
2. Penurunan volume urine
3. Rasa terbakar, dorongan berkemih
4. Diare
Tanda:
1. Oliguria, hematuria, piouria
2. Perubahan pola berkemih
3. Makanan dan cairan:
Gejala:
1. Mual/muntah, nyeri tekan abdomen
2. Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat
3. Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup
Tanda:
1. Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus
2. Muntah
d. Nyeri dan kenyamanan:
Gejala:
Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung
lokasi batu (batu ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)
Tanda:
1. Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi
2. Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit
e. Keamanan:
Gejala:
1. Penggunaan alkohol
2. Demam/menggigil
f. Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
1. Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal,
hipertensi, gout, ISK kronis
17
2. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme
3. Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat,
alopurinul, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau
vitamin.
C. Fungsional Gardon
1. Pola persepsi dan management
Pola ini akan menjelaskan bagaimana penderita batu ginjal ini
mengatasi penyakit yang di deritanya,apakah langsung di bawa ke rumah
sakit atau tidak.
2. Pola nutrisi dan metabolic
Menjelaskan bagaimana makan klien, apakah mengalami muntah.
Dan biasanya klien sering mengalami hidrasi
3. Pola eliminasi
Klien akan mengalami gangguan pada keseimbangan cairan dan
elektrolit. Dan biasanya klien terserang diare
4. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas dan latihan klien akan terganggu, karena klien
mengalami nyeri dan bengkak pada tungkai
5. Pola kognitif dan perceptual
Biasanya klien yang menderita batu ginjal tidak mengalami
gangguan pada penglihatan, dan pendengaran
6. Pola istirahat dan tidur
Biasanya tidur dan istirahat klien terganggu, karena merasakan
nyeri yang sangat hebat pada daerah tungkai
7. Pola konsep diri dan persepsi
Biasanya klien sering merasa cemas akan penyakitnya
8. Pola peran dan hubungan
Klien lebih sering menutup diri, dan sering mengabaikan
perannya baik sebagai suami, maupun ayah
18
9. Pola reproduksi dan seksual
Biasanya klien yang menderita batu ginjal mengalami gangguan
reproduksi dan seksual nya, sehingga iya tidak dapat memenuhi
kebutuhan seksualnya
10. Pola coping dan toleransi
Klien yang menderita batu ginjal cenderung stres, karena cemas
memikirkan penyakitnya, yang tak kunjung sembuh
11. Pola nilai dan keyakinan
Klien agak susah melakukan aktivitas ibadah nya, karena dirumah
sakit klien menggunakan kateter
Diagnosa keperawatan (NANDA, NOC, NIC )
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Nyeri akutDefenisi : Pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara aktual dan potensial atau menunjukkan adanya kerusakan
Kontrol NyeriKlien diharapkan mampu untuk :
Menilai factor penyebab
Menilai gejala dari nyeri
Gunakan tanda tanda vital memantau perawatan
Laporkan tanda / gejala nyeri pada tenaga kesehatan professional
Gunakan catatan nyeri
Tingkat Kenyamanan Klien diharapkan mampu untuk :
Melaporkan Perkembangan Fisik
Melaporkan perkembangan kepuasan
Melaporkan
Manajemen NyeriIntrevensi yang akan dilakukan :
Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif dimulai dari lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan penyebab.
Evaluasi bersama pasien dan tenaga kesehatan lainnya dalam menilai efektifitas pengontrolan nyeri yang pernah dilakukan
Bantu pasien dan keluarga mencari dan menyediakan dukungan.
Gunakan metoda penilaian yang berkembang untuk memonitor perubahan nyeri serta mengidentifikasi faktor aktual dan potensial dalam mempercepat
19
perkembangan psikologi
Mengekspresikan perasaan dengan lingkungan fisik sekitar
Menekspresikan kepuasan dengan Kontrol nyeri
Tingkatan NyeriKlien diharapkan mampu untuk:
Melaporkan Nyeri Ekspresi nyeri
lisan Ekspresi wajah
saat nyeri Melindungi bagian
tubuh yang nyeri Perubahan
frekuensi pernapasan
penyembuhan Pemberian Obat
PenenangIntrevensi yang akan dilakukan :
Kaji riwayat kesehatan pasien dan riwayat pemakaian obat penenang
Tanyakan kepada pasien atau keluarga tentang pengalaman pemberian obat penenang sebelumnya
Lihat kemungkinan alergi obat
Tinjau ulang tentang contraindikasi pemberian obat penenang
Pemberian AnalgesicIntrevensi yang akan dilakukan :
Tentukan lokasi , karakteristik, mutu, dan intensitas nyeri sebelum mengobati pasien
Periksa order/pesanan medis untuk obat, dosis, dan frekuensi yang ditentukan analgesik
Cek riwayat alergi obat
2 Kekurangan Volume Cairan Defenisi :Keadaan individu yang mengalami penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan atau intrasel. Diagnosis ini merujuk ke dehidrasi yang merupakan kehilangan cairan saja tanpa perubahan dalam
Keseimbangan Elektrolit Asam dan BasaKlien diharapkan mampu untuk:
Denyut jantung Irama jantung Pernapasan Irama napas Kekuatan otot
Keseimbangan Cairan Klien diharapkan mampu untuk:
Tekanan darah Tekanan arteri
Manajemen ElektrolitIntrevensi yang akan dilakukan :
Monitor serum elektrolit abnormal
Monitor manifestasi imbalance cairan
Pertahankan kepatenan akses IV
Berikan cairan sesuai kebutuhan
Catat intake dan output secara akurat
Manajemen Syok Intrevensi yang akan
20
natrium. Tekanan vena sentral
Palpasi nadi perifer Kesimbangan
intake & output (24jam)
Kestabilan berat badan
Konfusi yang tidak tampak
Hidrasi kulit Hidrasi
Klien diharapkan mampu untuk:
Hidrasi kulit Kelembaban
membran mukosa Haus yang abormal
(-) Perubahan suara
napas (-) Napas pendek (-) Mata yang cekung
(-) Demam (-) Keringat
dilakukan : Monitor tanda dan
gejala perdarahan yang konsisten.
Catat pendarahan tertutup pada pasien.
Cegah kehilangan darah (ex : melakukan penekanan pada tempat terjadi perdarahan)
Berikan cairan IV, yang tepat/
Catat Hb/Ht sebelum dan sesudah kehilangan darah sesuai indikasi.
Berikan tambahan darah (ex : platelet, plasma) yang sesuai.
Monitor faktor koagulasi, termasuk waktu protombin (PT), PTT, fibrinogen, degrtadasi fibrin, den jumlah platelet, jika diperlukan.
Gunakan celana MAST jika perlu.
Pemantauan CairanIntrevensi yang akan dilakukan :
Kaji tentang riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan pola eliminasi
Kaji kemungkinan factor resiko terjadinya imbalan cairan (seperti : hipertermia, gagal jantung, diaforesis, diare, muntah, infeksi, disfungsi hati)
Monitor BB, intake dan output
Monitor nilai elektrolit urin dan serum
Monitor osmolalitas urin dan serum
Monitor denyut jantung, status respirasi
21
3 Gangguan EliminasiDefenisi :disfungsi dalam eliminasi urine
Eliminasi urin Klien diharapkan mampu untuk:
Pola eliminasi Bau urin Jumlah urin Warna urin Partikel urin yang
bebas Kejernihan urin Pencernaan cairan
yang adekuat Keseimbangan
intake dan output dalam 24 jam
Urin yang keluar disertai nyeri
Urin yang tak lancar keluar
Urin yang keluar dengan tergesa-gesa
Pengawasan urin Pengosongan
kandung kemih dengan lengkap
Tahu akan keluarnya urin
Manajemen cairan Intrevensi yang akan dilakukan :
Timbang BB tiap hari Hitung haluran Pertahankan intake
yang akurat Pasang kateter urin Monitor status hidrasi
(seperti :kelebapan mukosa membrane, nadi)
Monitor TTV Monitor adanya
indikasi retensi/overload cairan (seperti :edem, asites, distensi vena leher)
Monitor perubahan BB klien sebelum dan sesudah dialisa
Monitor status nutrisi
22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian
berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis
serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling
sering terjadi.
Batu ini terbentuk di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian
bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya
stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu
uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan
perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan
di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal
dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas
sehari-hari.
Pencegahan dari batu ginjal ini dapat dilakukan dengan menghindari
dehidrasi dengan minum cukup upayakan produksi urine 2 - 3 liter per hari,
diet rendah zat/komponen pembentuk batu, aktivitas harian yang cukup dan
medikamentosa.
B. Saran
Saya berharap semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita.
23
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, A. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Penerbit Salemba Medika: Jakarta
HealthyEnthusiast. Urolithiasis. 4 Mei 2012. http://healthyenthusiast.com/urolithiasis.html
Ni Made Maria Sari. Asuhan Keperawatan Pada Penderita Urolithiasis. 21 Maret 2011. http://bkp2011.blogspot.com/2011/03/asuhan-keperawatan-pada-penderita.html
Salim, Agus. Askep Urolithiasis. 22 Mei 2012. http://agusvanveoten.blogspot.com/2012/05/askep-urolithiasis.html
Sarjunipadang, Ali. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Dengan Nefrolitiasis. 22 Mei 2014. http://alisarjunipadan.blogspot.com/2013/03/asuhan-keperawatan-m
24
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami sampaikan rasa syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa, karena berkat rahmat dan petunjuk-Nya lah penulisan makalah ini dapat
terselesaikan.
Makalah ini disajikan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan system perkemihan dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Urolithiasis” yang dibimbing oleh Bapak ns.hendro junaidi s.kep Mudah–
mudahan makalah ini dapat membantu para pembaca untuk memahami tentang
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Urolithiasis .
Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini belum memuat bahan makalah
secara lengkap dan mendalam. Untuk itu, penulis mengharapkapkan kritik yang
sifatnya membangun agar sekiranya dapat memenuhi kesempurnaan tugas ini.
Pariaman, September 2015
Penulis
25i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................2
C. Rumusan Masalah..................................................................................................2
BAB I TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi...................................................................................................................3
B. Anatomi Fisiologi....................................................................................................3
C. Etiologi...................................................................................................................4
D. Klasifikasi................................................................................................................6
E. Manifestasi Klinis....................................................................................................7
F. Patofisiologi............................................................................................................8
G. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................11
H. Penatalaksanaan..................................................................................................12
I. Komplikasi............................................................................................................14
J. Pencegahan..........................................................................................................15
BAB III ASKEP TEORITIS
A. Pengkajian............................................................................................................16
B. Pola Aktivitas........................................................................................................16
C. Fungsional Gardon...............................................................................................18
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................................23
B. Saran....................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA
26ii