Makalah Sistem Perkemihan.docx

40
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Urolithiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam sistem urinarius. Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) ditraktus urinarius. Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat sedangkan nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis renal. Batu ginjal merupakan batu saluran kemih, sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi 1

Transcript of Makalah Sistem Perkemihan.docx

Page 1: Makalah Sistem Perkemihan.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Urolithiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam sistem urinarius.

Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) ditraktus urinarius. Batu

terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti

kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat sedangkan

nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis renal.

Batu ginjal merupakan batu saluran kemih, sudah dikenal sejak zaman

Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih

mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih

mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini

mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian

bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya

stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu

uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.

Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian

berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis

serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling

sering terjadi.

Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan

perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan

di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal

dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas

sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 %

penduduk menderita batu saluran kemih.

Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan

dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih,

dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap

(idiopatik).Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang

1

Page 2: Makalah Sistem Perkemihan.docx

mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor

intrinsik dan faktor ekstrinsik.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien urolhitiasis.

2. Tujuan Khusus

Untuk Mengetahui Definisi Urolithiasis

1. Untuk Mengetahui Etiologi Urolithiasis

2. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis Urolithiasis

3. Untuk Mengetahui Patofisiologi Urolithiasis

4. Untuk Mengatahui Pemeriksaan Penunjang Urolithiasis

5. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Urolithiasis

6. Untuk Mengetahui Komplikasi Urolithiasis

C. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan urolithiasis ?

2. Apa klasifikasi dari urolithiasis ?

3. Apa penyebab terjadinya urolithiasis ?

4. Bagaimana patofisiologi urolithiasis ?

5. Apa manifestasi klinis dari urolithiasis ?

6. Apa komplikasi pada urolithiasis?

7. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan terhadap pasien

urolithiasis ?

8. Apa saja tindakan dan pencegahan yang harus dilakukan dari

urolithiasis?

9. Apa prognosis dari urolithiasis ?

10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien urolithiasis ?

2

Page 3: Makalah Sistem Perkemihan.docx

BAB I

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi

Urolithiasis atau batu saluran kemih merupakan suatu penyakit yang

sudah lama ditemukan. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, laki-laki

memiliki risiko lebih besar dari pada wanita hal ini dikarenakan panjang

uretra laki-laki lebih panjang dari wanita yaitu 17-22,5 cm dan untuk wanita

2,5-3,5 cm (Suharyanto dan Madjid, 2012).

Urolithiasis adalah terbentuknya batu (kalkulus) dimana saja pada

sistem penyalur urine, tatapi batu pada umumnya terbentuk di ginjal. Batu

mungkin terbentuk tanpa menimbulkan gejala atau kerusakan ginjal yang

bermakna, hal ini terutama pada batu besar yang tersangkut pada pelvis

ginjal. Makna klinis batu terletak pada kapasitasnya menghambat aliran urin

atau menimbulkan trauma yang menyababkan ulserasi dan perdarahan, pada

kedua kasus ini terjadi peningkatan predisposisi infeksi bakteri (Robbins,

2012 cit Wijaya dan Putri, 2013 : 249).

Sedangkan menurut Nursalam (2011: 65) menyebutkan bahwa

urolithiasis merujuk pada adanya batu dalam sistem perkemihan. Sebanyak

60% kandungan batu ginjal terdiri atas  kalsium oksalat, asam urat,

magnesium, amonium, dan fosfat atau gelembung asam amino.

B. Anatomi Fisiologi

Saluran kemih terdiri dari ginjal yang terus menerus membentuk

kemih dan berbagai saluran dan reservoir yang dibutuhkan untuk membawa

kemih keluar tubuh.Ginjal melakukan fungsi vital sebagai pengatur volume

dan komposisi kimia darah dengan mensekresi solut dan air secara selektif.

Kalau kedua ginjal karena sesuatu hal gagal melakukan fungsinya maka

kematian akan terjadi dalam waktu 3-4 minggu. Fungsi vital ginjal dilakukan

dengan filtrasi plasma darah melalui glomerulus diikuti dengan reabsorbsi

sejumlah solut dan air dalam jumlah yang tepat di sepanjang tubulus ginjal.

kelebihan solut dan air akan diekskresikan keluar tubuh sebagai kemih

3

Page 4: Makalah Sistem Perkemihan.docx

melalui sistem pengumpul. Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti

kacang, terletak di kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih

rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati.

Katup atasnya terletak setinggi kosta kedua belas, sedangkan katup atas ginjal

kiri terletak setinggi kosta sebelas.

Kedua ureter merupakan saluran yang panjangnya 10 sampai 12 inci,

terbentang dari ginjal sampai kandung kemih. Fungsi satu-satunya akan

menyalurkan kemih  ke kandung kemih. Kandung kemih adalah satu kantung

berotot yang dapat mengempis, terletak di belakang simpisis pubis. Kandung

kemih mempunyai tiga muara : dua muara ureter dan satu muara uretra.

Fungsi kandung kemih adalah sebagai tempat penyimpanan kemih sebelum

meninggalkan tubuh dan dibantu oleh uretra. Kandung kemih berfungsi

mendorong kemih keluar tubuh. Uretra adalah saluran kecil yang dapat

mengembang, berjalan dari kandung kemih sampai keluar tubuh. Panjangnya

pada wanita 1½ inci dan pada pria sekitar 8 inci. Muara uretra keluar tubuh

disebut meatus urinarius.

C. Etiologi

Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan

dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih,

dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik)

Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya

batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor

ekstrinsik;

a. Faktor intrinsik, meliputi:

1) Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.

2) Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun karena

terjadinya penurunan kerja oragan sistem perkemihan

3) Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding

pasien wanita dapat dikatakan karena perbedaan aktivitas.

4

Page 5: Makalah Sistem Perkemihan.docx

b. Faktor ekstrinsik, meliputi:

1) Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang

lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah

stone belt (sabuk batu)

2) Iklim dan temperatur

Tempat yang bersuhu dingin (ruang AC) menyebabkan kulit

kering dan pemasukan cairan kurang. Tempat yang bersuhu panas

misalnya di daerah tropis, di ruang mesin menyebabkan banyak keluar

keringat, akan mengurangi produksi urin.

3) Asupan air

Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium

dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.

4) Diet

Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah

terjadinya batu saluran kemih. Kebiasaan mengkonsumsi makanan

tinggi kalsium seperti susu, keju, kacang polong, kacang tanah dan

coklat. Tinggi purin seperti : ikan, ayam, daging, jeroan. Tinggi

oksalat seperti : bayam, seledri, kopi, teh, dan vitamin D.

5) Pekerjaan

Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya

banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life). Pekerjaan

dengan banyak duduk lebih memungkinkan terjadinya pembentukan

batu dibandingkan pekerjaan seorang buruh atau petani.

6) Infeksi

Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan

ginjal dan menjadi inti pembentukan batu.

5

Page 6: Makalah Sistem Perkemihan.docx

D. Klasifikasi

Adapun menurut Muttaqini (2008), pembentukan batu saluran kemih

atau uretet dapat diklasifikasikan menjadi sebagai berikut:

a. Batu kalsium

Paling sering terjadi (90%), dalam bentuk kalsium oksalat atau

kalsium fosfat. Mulai dari ukuran pasir sampai memenuhi pelvis renal

(batu stoghorn). Hiperkalsiuria dapat disebabkan oleh beberapa hal:

1) Kecepatan reabsorpsi tulang yang tinggi yang melepas kalsium,seperti

pada hiperparatiroid, immobilias, dan cushing disease. 

2) Absorpsi kalsium di perut dalam jumlah besar, seperti: sarcoidosis

atau milk-alkali sindrom.

3) Gangguan absorpsi tubulus ginjal.

4) Abnormalitas struktur traktur urinarius, seperti: sponge kidney.

b. Batu oksalat

Paling sering terjadi di daerah yang makanan utamanyasereal, dan

jarang terjadi di daerah peternakan. Meningkatnya oksalat disebabkan

oleh:

1) Hiperabsorpsi oksalat pada inflamasi bowel disease dan intake

tinggimakanan berbahan kecap. 

2) Post ileal resection atau post operasi bypass usus kecil.

3) Overdosis vitamin C atau asam askorbat.

4) Malabsorpsi lemak, yang menyebabkan calcium binding dan oksalat

dilepas untuk diabsorpsi.

c. Batu struvit

Disebut juga triple fosfat: carbonat, magnesium, dan ammonium

fosfat. Pada urin tinggi ammonia karena infeksi oleh bakteri yang

mengandung enzim urease, seperti proteus, pseudomonas, klebsiella,

stapilococcus,yang memecah urea menjadi 2 molekul ammonia, sehingga

pH urin menjadi alkali. Biasa membentuk batu staghorn, sering membuat

abses,dan sulit dieliminasi karena batu mengelilingi bakteri sehingga

terlindung dari antibiotic.

6

Page 7: Makalah Sistem Perkemihan.docx

d. Batu asam urat

Disebabkan karena peningkatan ekskresi asam urat, kurang

cairan,atau pH urin rendah. Orang dengan gout primer/sekunder

berisikomengalami batu asam urat

e. Batu sistin

Merupakan hasil dari gangguan metabolic asam amino congenital

dari gangguan autosom resesif, yang mengakibatkan terbentuknya

Kristalcistin di urin yang terutama terjadi pada anak-anak dan remaja,

sedangkan pada dewasa jarang terjadi.

f. Batu xantin

Berssifat herediter, akibat defisiensi xantin oksidase. Kristal

dipicu pada urin yang asam.

E. Manifestasi Klinis

a. Perubahan dalam Buang air kecil dan warna urin

Salah satu Fungsi ginjal adalah membuat air kencing (urin),

apabila ginjal manusia mengalami gangguan,maka akan terjadi lah

gangguan pada pembentukan urin,baik dari warna,bau dan

karakterisitiknya. Akibat dari gangguan ini,maka terjadilah perubahan

dalam frekuensi buang air kecil.mungkin  buang air kecil lebih sering dan

lebih banyak dari pada biasanya dengan warna urin yang pucat. Dan

mungkin buang air kecil dalam jumlah sedikit dari biasanya dengan urin

yang berwarna gelap

b. Tubuh  mengalami pembengkakan

Ketika ginjal gagal untuk melakukan fungsinya, yakni

mengeluarkan cairan atau toksin dalam tubuh , maka tubuh  akan dipenuhi

cairan yang mengakibatkan pembengkakan terhadap beberapa bagian

tubuh , diantaranya di bagian kaki, pergelangan kaki, wajah dan atau

tangan

c. Tubuh  cepat  lelah / kelelahan

Ginjal yang sehat memproduksi hormon yang disebut dengan

erythropoietin yang mempunyai fungsi sebagai memerintahkan tubuh

7

Page 8: Makalah Sistem Perkemihan.docx

untuk membuat oksigen yang membawa sel darah merah. Ketika tubuh 

mengalami gagal ginjal, maka ginjal  hanya memproduksi sedikit. Dengan

demikian karena sel-sel darah merah pembawa oksigen tadi berkurang

sehingga otot dan otak tubuh  menjadi cepat lelah. Kondisi ini disebut

juga sebagai anemia. Oleh karena itu, apabila  mengalami anemia yang

berkelanjutan, hati-hati karena hal tersebut bisa saja merupakan gejala

penyakit ginjal.

d. Bau Mulut / ammonia breath

Penumpukan limbah dalam darah (disebut juga sebagai uremia) 

karena adanya gagal ginjal dapat membuat rasa tidak enak dalam

makanan dan bau mulut yang busuk.juga bisa mendadak berhenti

menyukai daging dan kehilangan berat badan drastis. Di beberapa kasus

ada juga yang merasa bau mulutnya seperti meminum cairan besi.

e. Rasa Mual dan Ingin Muntah

Gejala penyakit ginjal yang lainnya adalah rasa mual

berkelanjutan dan selalu ingin muntah. Gejala ini muncul disebabkan

karena uremia tadi (penumpukan limbah dalam darah). Gejala ini

berhubungan dengan gejala penyakit ginjal sebelumnya yakni bau mulut.

Karena bau mulut,akan mengalami mual yang berakibat sulit makan dan

kehilangan berat badan yang sangat drastis.

F. Patofisiologi

Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal

dengan urolithiasis belum diketahui secara pasti. Namun sesuai berdasrkan

beberapa faktor predisposisi terjadinya batu yang telah disebutkan diatas

antara lain : peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan

yang kurang dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran

kemih atau stasis urin menyajikan sarang untuk pembentukan batu.

Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oksalat, dan faktor

lain mendukung pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi

asam, jumlah solute dalam urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah

dengan metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH

urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan batu sistine

8

Page 9: Makalah Sistem Perkemihan.docx

dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu

struvite biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi

oleh pH urin.

Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju

tulang akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan

yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan

atau pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini semakin

kompleks sehingga terjadi batu.

Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu

yang kecil dan batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan

akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak

darah dalam urin. Sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi

saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan

terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena

dilatasi ginjal.

Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan

kerusakan pada organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis

karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara normal.

Maka dapat terjadi penyakit ginjal kronis yang dapat menyebabkan

kematian. Selain itu, Dari beberapa referensi disebutkan terdapat teori

terbentuknya batu ginjal yaitu:

a. Teori inti matriks

Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya substansia

organik sebagai inti. Substansia organik ini terutama terdiri dari

mukopolisakarida dan mukoprotein A yang akan mempermudah

kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu.

b. Teori supersaturasi

Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti

sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah

terbentuknya batu.

9

Page 10: Makalah Sistem Perkemihan.docx

c. Teori presipitasi-kristalisasi

Perubahan pH urine akan mempengaruhi substansi dalam urine.

Pada urine yang bersifat asam akan mengendapkan sistin, santin, asam

dan garam urat, sedangkan pada urine yang bersifat alkali akan

mengendap garam-garam fosfat.

WOC

10

Page 11: Makalah Sistem Perkemihan.docx

G. Pemeriksaan Penunjang

a. Urinalisa

Warna normal adalah kekuning-kuningan, sedangkan warna

abnormal dalah coklat gelap, merah, berdarah yang menunjukkan

hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis,

tumor,kegagalan ginjal). Secara umum menunjukkan adanya sel darah

merah, sel darah putih dan kristal serta serpihan, mineral, bakteri, pus, pH

urine asam (asam meningkatkan sistin dan batu asam urat). Pada Urine 24

jam didapatkan kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin

meningkat.

b. Kultur urine

Didapatkan adanya infeksi saluran kemih.

c. Survei biokimia

Didapatkan peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat,

fosfat, protein dan elektrolit.

d. Kadar klorida dan bikarbonat serum

Didapatkan peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar

bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.

e. Darah lengkap :

1) Sel darah putih : meningkat menunjukkan adanya infeksi.

2) Sel darah merah : biasanya normal.

3) Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.

f. Foto rontgen

Menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area

ginjal dan sepanjang ureter.

g. Pielografi Intra Vena (PIV)

Memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri

abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur

anatomik (distensi ureter).

11

Page 12: Makalah Sistem Perkemihan.docx

h. USG Ginjal

Untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.

i. Hormon Paratyroid

Mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang

reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium

urine.

j. Sistoureteroskopi

Visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu

atau efek obstruksi.

H. Penatalaksanaan

Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu,

menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi

dan mengurangi obstruksi yang terjadi. Untuk Indikasi pengeluaran batu

saluran kemih sebagai berikut:

Obstruksi jalan kemih

Infeksi

Nyeri menetap atau nyeri berulang-ulang

Batu yang agaknya menyebabkan infeksi atau obstruksi

Batu metabolic yang tumbuh cepat.

a. Diet

Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan :

1) Batu kalsium oksalat

Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang

mengandung kalsium oksalat seperti bayam, daun seledri, kacang-

kacangan, kopi, teh, dan coklat serta mengurangi makanan yang

mengandung kalsium tinggi seperti : ikan laut, kerang, daging, sarden,

keju dan sari buah.

2) Batu asam urat

Makanan yang dikurangi adalah daging, kerang, gandum,

kentang, tepung-tepungan, saus dan lain-lain.

12

Page 13: Makalah Sistem Perkemihan.docx

3) Batu struvite

Makanan yang dikurangi adalah keju, telur, buah murbai, susu

dan daging.

4) Batu cystin

Makanan yang dikurangi adalah sari buah, susu, kentang. Serta

menganjurkan pasien banyak minum yaitu 3-4 liter/hari dan olahraga

yang teratur.

b. Pengurangan nyeri

Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau ureteral adalah

untuk mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan; morfin

atau meperidin diberikan untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri

yang luar biasa. Mandi air hangat diarea panggul dapat bermanfaat. Cairan

diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal jantung

kongestif atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan. Ini

meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang di belakang batu sehingga

mendorong pasase batu tersebut ke bawah. Masukan cairan sepanjang hari

mengurangi konsentrasi kristaloid urin, mengencerkan urin dan menjamin

haluaran urin yang besar.

c. Kolaborasi pemmberian antibiotik untuk mengatasi infeksi.

d. Pengangkatan batu

Pemeriksaan sitoskopik dan pasase kateter ureteral kecil untuk

menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi (jika mungkin), akan

segera mengurangi tekanan-belakang pada ginjal dan mengurangi nyeri.

e. Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal (ESWL)

Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali

oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu

ureter proksimal, atau buli-buli tanpa melalui tindakan invasif atau tanpa

ada pembiusan dengan mengkonsentrasikan gelombang kejut dari lokasi

batu dari luar tubuh. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil

sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang pecahan-

pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan

13

Page 14: Makalah Sistem Perkemihan.docx

menyebabkan hematuria. Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang

kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut dikeluarkan secara spontan.

f. Metode Endourologi Pengangkatan Batu

Mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Nefrostomi

perkutan (atau nefrolitotomi perkutan) dilakukan dan nefroskop

dimasukkan ke traktus perkutan yang sudah dilebarkan ke dalam parenkim

ginjal.

g. Ureteroskopi

Mencakup visualisasi dan aksis ureter dengan memasukkan suatu

alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan

menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik atau ultrasound kemudian

diangkat.

h. Pelarutan batu

Infus cairan kemolitik (misal: agen pembuat asam dan basa) untuk

melarutkan batu dapat dilakukan sebagai alternative penanganan untuk

pasien kurang beresiko terhadap terapi lain dan menolak metode lain, atau

mereka yang memiliki batu yang mudah larut (struvit).

i. Pengangkatan batu

Jika batu terletak didalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan

nefrolitotomi (insisi pada ginjal untuk mengangkat batu) atau nefrektomi,

jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis. Batu dalam

piala ginjal diangkat dengan pielolitotomi, sedangkan batu pada ureter

diangkat dengan ureterolitotomi dan sistotomi jika batu berada dikandung

kemih. Jika batu berada dikandung kemih; suatu alat dapat dimasukkan ke

uretra ke dalam kandung kemih; batu kemudian dihancurkan oleh penjepit

pada alat ini. prosedur ini disebut sistolitolapaksi.

I. Komplikasi

a. Infeksi

b. Obstruksi

c. Hidronephrosis

d. perdarahan

14

Page 15: Makalah Sistem Perkemihan.docx

J. Pencegahan

Pada pencegahan batu ginjal terdapat makanan dan minuman yang

harus dibatasi:

a. Makanan kaya vitamin D harus dihindari (vitamin D meningkatkan

reabsorpsi kalsium).

b. Garam meja dan makanan tinggi natrium harus dikurangi (Na bersaing

dengan Ca dalam reabsorpsinya diginjal).

c. Daftar makanan berikut harus dihindari :

- Produk susu: semua keju (kecuali keju yang lembut dan keju

batangan); susu dan produk susu (lebih dari ½ cangkir per hari); krim

asam (yoghurt).

- Daging, ikan, unggas: otak, jantung, hati, ginjal, sardine, sweetbread,

telur.

- Sayuran: bit hijau, lobak, mustard hijau, bayam, lobak cina, buncis

kering, kedelai, seledri.

- Buah: kelembak, semua jenis beri, kismis, buah ara, anggur.

- Roti, sereal, pasta: roti murni, sereal, keripik, roti gandum, semua roti

yang dicampur pengembang roti, oatmeal, beras merah, sekam, benih

gandum, jagung giling, seluruh sereal kering (kecuali keripik nasi,

com flakes).

d. Minuman: teh, coklat, minuman berkarbonat, bir, semua minuman yang

dibuat dari susu atau produk susu.

e. Lain-lain: kacang, mentega kacang, coklat, sup yang dicampur susu,

semua krim, makanan pencuci mulut yang dicampur susu atau produk

susu (kue basah, kue kering, pie).

15

Page 16: Makalah Sistem Perkemihan.docx

BAB III

ASKEP TEORITIS

A. Pengkajian

Identitas

Nama : Dengan inisial

Umur : Paling sering 30 – 50 tahun

Jenis kelamin   : Lebih banyak pada pria

Alamat            : Tinggal di daerah panas

Keluhan Utama

Biasanya keluhan utama klien merasakan nyeri, akut/kronik dan

kolik yang menyebar ke paha dan genetelia.

Riwayat Penyakit Dahulu

Biasanya klien yang menderita penyakit batu ginjal, pernah

menderita penyakit  infeksi saluran kemih.

Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga menderita batu ginjal dan hipertensi

B. Pola Aktivitas

a. Aktivitas/istirahat:

Gejala:

1. Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk

2. Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi

3. Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera

serebrovaskuler, tirah baring lama)

b. Sirkulasi

Tanda:

1. Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)

2. Kulit hangat dan kemerahan atau pucat

16

Page 17: Makalah Sistem Perkemihan.docx

c. Eliminasi

Gejala:

1. Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya

2. Penurunan volume urine

3. Rasa terbakar, dorongan berkemih

4. Diare

Tanda:

1. Oliguria, hematuria, piouria

2. Perubahan pola berkemih

3. Makanan dan cairan:

Gejala:

1. Mual/muntah, nyeri tekan abdomen

2. Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat

3. Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup

Tanda:

1. Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus

2. Muntah

d. Nyeri dan kenyamanan:

Gejala:

Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung

lokasi batu (batu ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)

Tanda:

1. Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi

2. Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit

e. Keamanan:

Gejala:

1. Penggunaan alkohol

2. Demam/menggigil

f. Penyuluhan/pembelajaran:

Gejala:

1. Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal,

hipertensi, gout, ISK kronis

17

Page 18: Makalah Sistem Perkemihan.docx

2. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,

hiperparatiroidisme

3. Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat,

alopurinul, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau

vitamin.

C. Fungsional Gardon

1. Pola persepsi dan management

Pola ini akan menjelaskan bagaimana penderita batu ginjal ini

mengatasi penyakit yang di deritanya,apakah langsung di bawa ke rumah

sakit atau tidak.

2. Pola nutrisi dan metabolic

Menjelaskan bagaimana makan klien, apakah mengalami muntah.

Dan biasanya klien sering mengalami hidrasi

3. Pola eliminasi

Klien akan mengalami gangguan pada keseimbangan cairan dan

elektrolit. Dan biasanya klien terserang diare

4. Pola aktivitas dan latihan

Aktivitas dan latihan klien akan terganggu, karena klien

mengalami nyeri dan bengkak pada tungkai

5. Pola kognitif dan perceptual

Biasanya klien yang menderita batu ginjal tidak mengalami

gangguan pada penglihatan, dan pendengaran

6. Pola istirahat dan tidur

Biasanya tidur dan istirahat klien terganggu, karena merasakan

nyeri yang sangat hebat pada daerah tungkai

7. Pola konsep diri dan persepsi

Biasanya klien sering merasa cemas akan penyakitnya

8. Pola peran dan hubungan

Klien lebih sering menutup diri, dan sering mengabaikan

perannya baik sebagai suami, maupun ayah

18

Page 19: Makalah Sistem Perkemihan.docx

9. Pola reproduksi dan seksual

Biasanya klien yang menderita batu ginjal mengalami gangguan

reproduksi dan seksual nya, sehingga iya tidak dapat memenuhi

kebutuhan seksualnya

10. Pola coping dan toleransi

Klien yang menderita batu ginjal cenderung stres, karena cemas

memikirkan penyakitnya, yang tak kunjung sembuh

11. Pola nilai dan keyakinan

Klien agak susah melakukan aktivitas ibadah nya, karena dirumah

sakit klien menggunakan kateter

   Diagnosa keperawatan (NANDA, NOC, NIC )

NO DIAGNOSA NOC NIC

1 Nyeri akutDefenisi : Pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara aktual dan potensial atau menunjukkan adanya kerusakan

         Kontrol NyeriKlien diharapkan mampu untuk :

          Menilai factor penyebab

          Menilai gejala dari nyeri

          Gunakan tanda tanda vital memantau perawatan

          Laporkan tanda / gejala nyeri pada tenaga kesehatan professional

          Gunakan catatan nyeri

         Tingkat Kenyamanan Klien diharapkan mampu untuk :

          Melaporkan Perkembangan Fisik

          Melaporkan perkembangan kepuasan

          Melaporkan

         Manajemen NyeriIntrevensi yang akan dilakukan :

          Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif dimulai dari lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan penyebab.

          Evaluasi bersama pasien dan tenaga kesehatan lainnya dalam menilai efektifitas pengontrolan nyeri yang pernah dilakukan

          Bantu pasien dan keluarga mencari dan menyediakan dukungan.

          Gunakan metoda penilaian yang berkembang untuk memonitor perubahan nyeri serta mengidentifikasi faktor aktual dan potensial dalam mempercepat

19

Page 20: Makalah Sistem Perkemihan.docx

perkembangan psikologi

          Mengekspresikan perasaan dengan lingkungan fisik sekitar

          Menekspresikan kepuasan dengan Kontrol nyeri

         Tingkatan NyeriKlien diharapkan mampu untuk:

          Melaporkan Nyeri          Ekspresi  nyeri

lisan          Ekspresi wajah 

saat nyeri          Melindungi bagian

tubuh yang nyeri          Perubahan

frekuensi pernapasan

penyembuhan         Pemberian Obat

PenenangIntrevensi yang akan dilakukan :

          Kaji riwayat kesehatan pasien dan riwayat pemakaian obat penenang

          Tanyakan kepada pasien atau keluarga tentang pengalaman pemberian obat penenang sebelumnya

          Lihat kemungkinan alergi obat

          Tinjau ulang tentang contraindikasi pemberian obat penenang

         Pemberian AnalgesicIntrevensi yang akan dilakukan :

          Tentukan lokasi , karakteristik, mutu, dan intensitas nyeri sebelum mengobati pasien

          Periksa order/pesanan medis untuk obat, dosis, dan frekuensi yang ditentukan analgesik

          Cek riwayat alergi obat

2 Kekurangan Volume Cairan Defenisi :Keadaan individu yang mengalami penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan atau intrasel. Diagnosis ini merujuk ke dehidrasi yang merupakan kehilangan cairan saja tanpa perubahan dalam

         Keseimbangan Elektrolit Asam dan BasaKlien diharapkan mampu untuk:

          Denyut jantung           Irama jantung           Pernapasan           Irama napas           Kekuatan otot

         Keseimbangan Cairan Klien diharapkan mampu untuk:

          Tekanan darah           Tekanan arteri

         Manajemen ElektrolitIntrevensi yang akan dilakukan :

          Monitor serum elektrolit abnormal

          Monitor manifestasi imbalance cairan

          Pertahankan kepatenan akses IV

          Berikan cairan sesuai kebutuhan

          Catat intake dan output secara akurat

         Manajemen Syok Intrevensi yang akan

20

Page 21: Makalah Sistem Perkemihan.docx

natrium.           Tekanan vena sentral

          Palpasi nadi perifer          Kesimbangan

intake & output (24jam)

          Kestabilan berat badan

          Konfusi yang tidak tampak

          Hidrasi kulit         Hidrasi

Klien diharapkan mampu untuk:

          Hidrasi kulit          Kelembaban

membran mukosa          Haus yang abormal

(-)          Perubahan suara

napas (-)          Napas pendek (-)          Mata yang cekung

(-)          Demam (-)          Keringat

dilakukan :          Monitor tanda dan

gejala perdarahan yang konsisten.

          Catat pendarahan tertutup pada pasien.

          Cegah kehilangan darah (ex : melakukan penekanan pada tempat terjadi perdarahan)

          Berikan cairan IV, yang tepat/

          Catat Hb/Ht sebelum dan sesudah kehilangan darah sesuai indikasi.

          Berikan tambahan darah (ex : platelet, plasma) yang sesuai.

          Monitor faktor koagulasi, termasuk waktu protombin (PT), PTT, fibrinogen, degrtadasi fibrin, den jumlah platelet, jika diperlukan.

          Gunakan celana MAST jika perlu.

         Pemantauan CairanIntrevensi yang akan dilakukan :

          Kaji tentang riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan pola eliminasi

          Kaji kemungkinan factor resiko terjadinya imbalan cairan (seperti : hipertermia, gagal jantung, diaforesis, diare, muntah, infeksi, disfungsi hati)

          Monitor BB, intake dan output

          Monitor nilai elektrolit urin dan serum

          Monitor osmolalitas urin dan serum

          Monitor denyut jantung, status respirasi

21

Page 22: Makalah Sistem Perkemihan.docx

3 Gangguan EliminasiDefenisi :disfungsi dalam eliminasi urine

         Eliminasi urin Klien diharapkan mampu untuk:

          Pola eliminasi           Bau urin           Jumlah urin           Warna urin           Partikel urin yang

bebas          Kejernihan urin          Pencernaan cairan

yang adekuat          Keseimbangan

intake dan output dalam 24 jam

          Urin yang keluar disertai nyeri

          Urin yang tak lancar keluar

          Urin yang keluar dengan tergesa-gesa

          Pengawasan urin          Pengosongan

kandung kemih dengan lengkap

          Tahu akan keluarnya urin

         Manajemen cairan Intrevensi yang akan dilakukan :

          Timbang BB tiap hari           Hitung haluran          Pertahankan intake

yang akurat          Pasang kateter urin          Monitor status hidrasi

(seperti :kelebapan mukosa membrane, nadi)

          Monitor TTV          Monitor adanya

indikasi retensi/overload cairan (seperti :edem, asites, distensi vena leher)

          Monitor perubahan BB klien sebelum dan sesudah dialisa

          Monitor status nutrisi

22

Page 23: Makalah Sistem Perkemihan.docx

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian

berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis

serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling

sering terjadi.

Batu ini terbentuk di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian

bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya

stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu

uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.

Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan

perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan

di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal

dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas

sehari-hari.          

Pencegahan dari batu ginjal ini dapat dilakukan dengan menghindari

dehidrasi dengan minum cukup upayakan produksi urine 2 - 3 liter per hari,

diet rendah zat/komponen pembentuk batu, aktivitas harian yang cukup dan

medikamentosa.

B. Saran

Saya berharap semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi

kita semua. Sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita.

23

Page 24: Makalah Sistem Perkemihan.docx

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, A. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Penerbit Salemba Medika: Jakarta

HealthyEnthusiast. Urolithiasis. 4 Mei 2012. http://healthyenthusiast.com/urolithiasis.html

Ni Made Maria Sari. Asuhan Keperawatan Pada Penderita Urolithiasis. 21 Maret 2011. http://bkp2011.blogspot.com/2011/03/asuhan-keperawatan-pada-penderita.html

Salim, Agus. Askep Urolithiasis. 22 Mei 2012. http://agusvanveoten.blogspot.com/2012/05/askep-urolithiasis.html

Sarjunipadang, Ali. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Dengan Nefrolitiasis. 22 Mei 2014. http://alisarjunipadan.blogspot.com/2013/03/asuhan-keperawatan-m

24

Page 25: Makalah Sistem Perkemihan.docx

KATA PENGANTAR

            Pertama-tama kami sampaikan rasa syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha

Kuasa, karena berkat rahmat dan  petunjuk-Nya lah penulisan makalah ini dapat

terselesaikan.

Makalah ini disajikan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah

Keperawatan system perkemihan dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Klien

dengan Urolithiasis” yang dibimbing oleh Bapak ns.hendro junaidi s.kep Mudah–

mudahan makalah ini dapat membantu para pembaca untuk memahami tentang 

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Urolithiasis .

            Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini belum memuat bahan makalah

secara lengkap dan mendalam. Untuk itu,  penulis mengharapkapkan kritik yang

sifatnya membangun agar sekiranya dapat memenuhi kesempurnaan tugas ini.

Pariaman, September 2015

Penulis

25i

Page 26: Makalah Sistem Perkemihan.docx

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................................1

B. Tujuan....................................................................................................................2

C. Rumusan Masalah..................................................................................................2

BAB I TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi...................................................................................................................3

B. Anatomi Fisiologi....................................................................................................3

C. Etiologi...................................................................................................................4

D. Klasifikasi................................................................................................................6

E. Manifestasi Klinis....................................................................................................7

F. Patofisiologi............................................................................................................8

G. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................11

H. Penatalaksanaan..................................................................................................12

I. Komplikasi............................................................................................................14

J. Pencegahan..........................................................................................................15

BAB III ASKEP TEORITIS

A. Pengkajian............................................................................................................16

B. Pola Aktivitas........................................................................................................16

C. Fungsional Gardon...............................................................................................18

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................................23

B. Saran....................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA

26ii