MAKALAH RUMAH SEHAT
-
Upload
priska-fitrianti -
Category
Documents
-
view
2.632 -
download
221
Transcript of MAKALAH RUMAH SEHAT
MAKALAH RUMAH SEHAT
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Komunitas I
Disusun Oleh:
Agus Amal
Ayu Linda Utami
Desi Mulya Lestari
Elvyra Zamrud
Friska Yolanda
Imam Zaelani
Maulinda Utami
M. Dwi Anggara
Neneng Yoan Haryati
Priska Fitrianti
Redi Setiadi
Restiana Eka Lestari
Siti Anisya
Veri Yulianto
Yulia Nursamsiah
Tingkat 3 – B
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
JURUSAN KEPERAWATAN
Jalan Dr.Otten No.32 (022) 4231057 Fax (022) 4213391
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Tak lupa shalawat dan
salam kami panjatkan kepada Rasulullah saw dan para sahabatnya. Karena berkat rahmat
serta hidayah-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“RUMAH SEHAT”. Makalah ini disajikan khusus untuk pemenuhan tugas mata kuliah
Komunitas I.
Dalam menyelesaikan penyusunan tugas makalah ini tidak terlepas dari berbagai pihak
yang telah mendukung dan membantu, baik secara moril maupun materil. Kami
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah banyak membantu, khususnya pada Allah SWT. Dan kepada semua pihak yang kami
tidak bisa sebutkan satu per satu.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Atas segala perhatiannya, penulis mengucapkan banyak terima
kasih.
Bandung, Desember 2012
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................... 3
1.4 Metode Penulisan .....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Rumah Sehat
2.2 Fungsi Rumah Sehat
2.3 Persyaratan Rumah Sehat
2.4 Pembuatan Maket Rumah
2.4.1 Alat dan Bahan
2.4.2 Cara Pembuatan Maket Rumah
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perumahan merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Rumah atau tempat
tinggal, dari zaman ke zaman mengalami perkembangan. Pada zaman purba manusia
bertempat tinggal di gua-gua, kemudian berkembang dengan mendirikan rumah di hutan-
hutan dan di bawah pohon. Sampai pada abad modern ini manusia sudah membangun
rumah bertingkat dan diperlengkapi dengan peralatan yang serba modern.
Rumah yang sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimum. Untuk memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh tersedianya sarana
sanitasi perumahan. Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat yang
menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik dimana orang
menggunakannya untuk tempat tinggal berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan
manusia. Rumah juga merupakan salah satu bangunan tempat tinggal yang harus
memenuhi kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna mendukung penghuninya
agar dapat bekerja dengan produktif (Munif Arifin, 2009).
Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan penyakit
berbasis lingkungan, dimana kecenderungannya semakin meningkat akhir-akhir ini.
Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama kematian di
Indonesia. Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit-penyakit berbasis
lingkungan menyumbangkan lebih 80% dari penyakit yang diderita oleh bayi dan balita.
Keadaan tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi
kesehatan lingkungan (Munif Arifin,2009).
Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf kesehatan
jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan mengurangi daya
kerja atau daya produktif seseorang. Rumah tidak sehat ini dapat menjadi reservoir
penyakit bagi seluruh lingkungan, jika kondisi tidak sehat bukan hanya pada satu
rumah tetapi pada kumpulan rumah (lingkungan pemukiman). Timbulnya
permasalahan kesehatan di lingkungan pemukiman pada dasarnya disebabkan
karena tingkat kemampuan ekonomi masyarakat yang rendah, karena rumah
dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya (Notoatmodjo, 2003).
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan. Rumah adalah sebuah tempat tujuan akhir dari manusia.
Rumah menjadi tempat berlindung dari cuaca dan kondisi lingkungan
sekitar, menyatukan sebuah keluarga, meningkatkan tumbuh kembang kehidupan
setiap manusia, dan menjadi bagian dari gaya hidup manusia Sedangkan pengertian
Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun
sosial budaya, bukan hanya keadaan yang bebas penyakit dan kelemahan (kecacatan).
Rumah harus dapat mewadahi kegiatan penghuninya dan cukup luas bagi
seluruh pemakainya, sehingga kebutuhan ruang dan aktivitas setiap penghuninya
dapat berjalan dengan baik. Lingkungan rumah juga sebaiknya terhindar dari faktor-
faktor yang dapat merugikan kesehatan (Hindarto, 2007). Rumah sehat dapat
diartikan sebagai tempat berlindung, bernaung, dan tempat untuk beristirahat,
sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani, maupun sosial
(Sanropie dkk., 1991). Sedangkan menurut Hermawan (2010) yang dikutip dari Azwar,
rumah sehat adalah tempat berlindung atau bernaung dan tempat untuk beristrahat
sehingga menimbulkan kehidupan yang sempurna baik fisik,rohani maupun sosial.
2.2 Fungsi Rumah
Fungsi rumah rumah bagi manusia yang diposkan oleh suhadi (2007) yang
dikutip dari Azwar adalah :
a. Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan
kewajiban sehari-hari.
b. Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga atau membina rasa kekeluargaan bagi
segenap anggota keluarga yang ada.
c. Sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya yang datang mengancam.
d. Sebagai lambang status sosial yang dimiliki yang masih dirasakan hingga saat ini.
e. Sebagai tempat untuk meletakan atau menyimpan barang-barang berharga yang
dimiliki, yang terutama masih ditemui pada masyarakat pedesaan.
2.3 Persyaratan Rumah Sehat
Menurut Budiman Chandra (2007), persyaratan rumah sehat yang tercantum
dalam Residential Environment dari WHO (1974) antara lain :
a. Harus dapat berlindung dari hujan, panas, dingin, dan berfungsi sebagai tempat
istrahat.
b. Mempunyai tempat-tempat untuk tidur, memasak, mandi, mencuci, kakus dan kamar
mandi.
c. Dapat melindungi bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.
d. Bebas dari bahan bangunan berbahaya.
e. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi penghuninya dari
gempa, keruntuhan, dan penyakit menular.
f. Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi.
Persyaratan rumah sehat berdasarkan pedoman teknis penilaian rumah sehat
(Depkes RI, 2007).
a. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah, adanya
ruangan khusus untuk istirahat (ruang tidur), bagi masing-maing penghuni.
b. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas
vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar
matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran,
disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
c. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena pengaruh luar dan dalam rumah, antara lain persyaratan garis sempadan
jalan, konstruksi bangunan rumah, bahaya kebakaran dan kecelakaan di dalam
rumah.
Persyaratan rumah sehat menurut Winslow dan APHA yang dikutip (Ircham
Machfoedz, 2008) adalah sebagai berikut :
1) Memenuhi kebutuhan fisiologis, yang meliputi :
a. Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat dipelihara
atau dipertahankan temperatur lingkungannya. Sebaiknya temperatur udara
dalam ruangan harus lebih rendah paling sedikit 4°C dari temperatur
udara luar untuk daerah tropis. Umumnya temperatur kamar 22°C - 30°C
sudah cukup segar.
b. Rumah tersebut harus terjamin pencahayaannya yang dibedakan atas
cahaya matahari (penerangan alamiah) serta penerangan dari nyala
api lainnya (penerangan buatan). Semua penerangan ini harus diatur
sedemikian rupa sehingga tidak terlalu gelap atau tidak menimbulkan rasa
silau.
c. Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna sehingga aliran
udara segar dapat terpelihara. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari
luas lantai ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka
dan ditutup) minimum 5% luas lantai sehingga jumlah keduanya menjadi 10%
dari luas lantai.
d. Ruangan. Ini diatur sedemikian rupa agar udara yang masuk tidak terlalu
deras dan tidak terlalu sedikit.
e. Rumah tersebut harus dapat melindungi penghuni dari gangguan bising
yang berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan baik
langsung maupun dalam jangka waktu yang relatif lama. Gangguan yang
dapat muncul antara lain gangguan fisik seperti kerusakan alat
pendengaran dan gangguan mental seperti mudah marah dan apatis.
f. Rumah tersebut harus memiliki luas yang cukup untuk aktivitas dan untuk
anak- anak dapat bermain. Hal ini penting agar anak mempunyai kesempatan
bergerak, bermain dengan leluasa di rumah agar pertumbuhan badannya akan
lebih baik, juga agar anak tidak bermain di rumah tetangganya, di jalan atau
tempat lain yang membahayakan.
2) Memenuhi kebutuhan psikologis, yang meliputi :
a. Cukup aman dan nyaman bagi masing-masing penghuni. Adanya ruangan
khusus untuk istirahat bagi masing-masing penghuni, seperti kamar tidur
untuk ayah dan ibu. Anak-anak berumur di bawah 2 tahun masih
diperbolehkan satu kamar tidur dengan ayah dan ibu. Anak-anak di atas 10
tahun laki-laki dan perempuan tidak boleh dalam satu kamar tidur. Anak-anak
di atas 17 tahun mempunyai kamar tidur sendiri.
b. Ruang duduk dapat dipakai sekaligus sebagai ruang makan keluarga,
dimana anak-anak sambil makan dapat berdialog langsung dengan orang
tuannya.
c. Dalam memilih letak tempat tinggal, sebaiknya di sekitar tetangga yang
memiliki tingkat ekonomi yang relatif sama, sebab bila bertetangga dengan
orang yang lebih kaya atau lebih miskin akan menimbulkan tekanan batin.
Dalam meletakkan kursi dan meja di ruangan jangan sampai menghalangi
lalu lintas dalam ruangan.
d. W.C. (Water Closet) dan kamar mandi harus ada dalam suatu rumah
dan terpelihara kebersihannya. Biasanya orang tidak senang atau gelisah
bila terasa ingin buang air besar tapi tidak mempunyai W.C. sendiri karena
harus antri di W.C. orang lain atau harus buang air besar di tempat terbuka
seperti sungai atau kebun.
e. Untuk memperindah pemandangan, perlu ditanami tanaman hias, tanaman
bunga yang kesemuanya diatur, ditata, dan dipelihara secara rapi dan bersih,
sehingga menyenangkan bila dipandang.
3) Mencegah penularan penyakit, yang meliputi:
a. Penyediaan Air Bersih yang memenuhi syarat kesehatan
b. Bebas dari kehidupan serangga dan tikus
c. Pembuagan sampah
d. Pembuangan air limbah
e. Pembuangan Tinja
f. Bebas pencemaran makanan dan minuman.
4) Mencegah terjadinya kecelakaan
Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuni dari
kemungkinan terjadinya bahaya atau kecelakaan. Termasuk dalam persyaratan ini
antara lain bangunan yang kokoh, tangga yang tidak terlalu curam dan licin,
terhindar dari bahaya kebakaran, alat-alat listrik yang terlindung, tidak menyebabkan
keracunan gas bagi penghuni, terlindung dari kecelakaan lalu lintas, dan lain
sebagainya (Azwar, 1990; CDC, 2006; Sanropie, 1991).
Menurut Soedjajadi (2006), persyaratan rumah sehat harus dapat mencegah atau
mengurangi resiko kecelakaan seperti jatuh, keracunan dan kebakaran. Persyaratan
tersebut meliputi:
Membuat konstruksi rumah yang kokoh dan kuat.
Bahan rumah terbuat dari bahan tahan api.
Pertukaran udara dalam rumah baik sehingga terhindar dari bahaya racun dan gas.
Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin sehingga bahaya jatuh dan
kecelakaan mekanis dapat dihindari.
Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan
ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut
Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.829/Menkes/SK/VII/ 1999 meliputi dua
aspek yaitu :
1) Lingkungan perumahan yang terdiri dari lokasi, kualitas udara, kebi singan dan
getaran, kualitas tanah, kualitas air tanah, sarana dan prasarana lingkungan, binatang
penular penyakit dan penghijauan.
2) Rumah tinggal yang terdiri dari bahan bangunan, komponen dan pena taan ruang
rumah, pencahayaan, kualitas udara, ventilasi, binatang penular penyakit, air,
makanan, limbah, dan kepadatan hunian ruang tidur.
Adapun persyaratan kesehatan lingkungan perumahan menurut Keputusan
Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.829/Menkes/SK/VII/ 1999 sebagai berikut :
a. Lokasi
Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran
lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya;
Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau
bekas tambang;
Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti alur
pendaratan penerbangan.
b. Kualitas udara
Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas
beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :
- Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi g/m3 ;g maksimum 150
Debu dengan diameter kurang dari 10
- Gas SO2 maksimum 0,10 ppm;
- Debu maksimum 350 mm3 /m2 per hari.
c. Kebisingan dan getaran
Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A;
Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik.
d. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman
Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg
Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg
Kandungan Benzopyrene maksimum 1 mg/kg
e. Prasarana dan sarana lingkungan
Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan
konstruksi yang aman dari kecelakaan;
Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor
penyakit;
Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak
mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki
dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu
penerangan, jalan tidak menyilaukan mata;
Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi
persyaratan kesehatan;
Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi
persyaratan kesehatan;
Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat
kesehatan;
Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja,
tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya;
Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya;
Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi
makanan yang dapat menimbulkan keracunan.
f. Vektor penyakit
Indeks lalat harus memenuhi syarat.
Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.
g. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan
juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.
Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes No.
829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :
1) Bahan bangunan
Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain : debu total kurang dari 150 mg/m2 ,
asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300
mg/kg bahan;
Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
2) Komponen dan penataan ruangan
Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;
Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air
dan mudah dibersihkan;
Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;
Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;
Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;
Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.
3) Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi
seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan
mata.
4) Kualitas udara
Suhu udara nyaman antara 18 – 30 o C;
Kelembaban udara 40 – 70 %;
Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam;
Pertukaran udara 5 kaki 3 /menit/penghuni;
Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam;
Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3
5) Ventilasi : Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.
6) Vektor penyakit : Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam
rumah.
7) Penyediaan air
Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/
orang/hari;
Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum
menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.
8) Pembuangan Limbah
Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;
Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak
mencemari permukaan tanah dan air tanah.
9) Sarana Penyimpanan Makanan
Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman.
10) Kepadatan hunian Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih
dari 2 orang tidur.
Persyaratan tersebut diatas berlaku juga terhadap kondominium,
rumah susun (rusun), rumah toko (ruko), rumah kantor (rukan) pada zona pemukiman.
Pelaksanaan ketentuan mengenai persyaratan kesehatan perumahan dan
lingkungan pemukiman menjadi tanggung jawab pengembang atau
penyelenggara pembangunan perumahan, dan pemilik atau penghuni rumah tinggal
untuk rumah.
2.4 Pembuatan Maket Rumah
2.4.1 Alat dan Bahan
a. Steroform
b. Cat air
c. Kuas
d. Lem/double tape
e. Gunting/cutter
f. Spidol/pulpen/pensil
g. Penggaris
h. Sedotan
i. Gergaji kayu
j. Tripleks
k. Hiasan (batu, tanaman, stik es krim)
l. Tinner
m. Pelitur
n. Botol bekas
2.4.2 Cara Pembuatan Maket Rumah
1. Ukur dan potong tripleks, steroform, sesuai bentuk/konsep yang diinginkan.
2. Kemudian cat lalu dikeringkan.
3. Lem bagian-bagian yang akan direkatkan sampai mongering.
4. Untuk langkah menghias, seperti membuat pintu, jendela, taman dan sebagainya
bisa diaplikasikan sendiri–sendiri sesuai keinginan.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Budiman Chandra.2007. Pengantar Kesehatan Lingkugan. Jakarta:EGC Budiman
Chandra.2007. Pengantar Kesehatan Lingkugan. Jakarta:EGC
Depkes RI – Ditjen PPM dan PL (2002) Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat.
Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 ttg Persyaratan Kesehatan Perumahan.
Mahfoedz, Irham.2008, Menjaga Kesehatan Rumah Dari Berbagai Penyakit. Jogyakarta.
Munif Arifin, 2009. Rumah Sehat dan Lingkunganya. diakses dari
environmentalsanitation.wordpress.com, November November 2011.
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta:
Rineka Cipta.
http://lovalend.wordpress.com/