Makalah obat

51
dak ada perbedaan zat aktif antara obat generik dan bermerk. Sebetulnya dalam dunia internasional, dikenal dua istilah yaitu obat paten dan obat generik. Obat paten adalah obat yang baru ditemukan berdasarkan riset dan memiliki masa paten. Perusahaan Farmasi yang memiliki hak paten secara eksklusif dapat memproduksi dan memasarkan obat tersebut, sementara perusahaan lain tidak diperkenankan kecuali dengan ijin khusus dari pemilik paten. Nah begitu habis masa patennya, maka obat paten tersebut boleh dibilang disebut obat generik (generik adalah nama zat khasiatnya), yaitu 1. Obat Generik Berlogo (OGB) 2. Obat Generik Bermerk (Branded Generic) OGB adalah obat yang menggunakan nama zat aktifnya saja, dan mencantumkan logo perusahaan yang memproduksi obat tersebut. Obat generik bermerk, yang kemudian umum disebut obat bermerk, adalah obat yang menggunakan merk dagang yang diberi oleh perusahaan yang memproduksi obat tersebut. Jadi perbedaan sebetulnya hanya pada ada atau tidak adanya merk. Akhirnya obat generik ini dibagi menjadi 2 over a year agohttp://www.facebook.com/topic.php? uid=188990690152&topic=9458 Obat generik adalah obat yang telah habis masa patennya, sehingga dapat diproduksi oleh semua perusahaan farmasi tanpa perlu membayar royalti. Ada dua jenis obat generik, yaitu obat generik bermerek dagang dan obat generik berlogo yang dipasarkan dengan merek kandungan zat aktifnya. Dalam obat generik bermerek, kandungan zat aktif itu diberi nama (merek). Zat aktif

Transcript of Makalah obat

Page 1: Makalah obat

dak ada perbedaan zat aktif antara obat generik dan bermerk.

Sebetulnya dalam dunia internasional, dikenal dua istilah yaitu obat paten dan obat generik.

Obat paten adalah obat yang baru ditemukan berdasarkan riset dan memiliki masa paten. Perusahaan Farmasi yang memiliki hak paten secara eksklusif dapat memproduksi dan memasarkan obat tersebut, sementara perusahaan lain tidak diperkenankan kecuali dengan ijin khusus dari pemilik paten.

Nah begitu habis masa patennya, maka obat paten tersebut boleh dibilang disebut obat generik (generik adalah nama zat khasiatnya), yaitu 1. Obat Generik Berlogo (OGB)2. Obat Generik Bermerk (Branded Generic)

OGB adalah obat yang menggunakan nama zat aktifnya saja, dan mencantumkan logo perusahaan yang memproduksi obat tersebut.

Obat generik bermerk, yang kemudian umum disebut obat bermerk, adalah obat yang menggunakan merk dagang yang diberi oleh perusahaan yang memproduksi obat tersebut.

Jadi perbedaan sebetulnya hanya pada ada atau tidak adanya merk.

Akhirnya obat generik ini dibagi menjadi 2

over a year agohttp://www.facebook.com/topic.php?uid=188990690152&topic=9458

Obat generik adalah obat yang telah habis masa patennya, sehingga dapat diproduksi oleh semua perusahaan farmasi tanpa perlu membayar royalti. Ada dua jenis obat generik, yaitu obat generik bermerek dagang dan obat generik berlogo yang dipasarkan dengan merek kandungan zat aktifnya. Dalam obat generik bermerek, kandungan zat aktif itu diberi nama (merek). Zat aktif amoxicillin misalnya, oleh pabrik ”A” diberi merek ”inemicillin”, sedangkan pabrik ”B” memberi nama ”gatoticilin” dan seterusnya, sesuai keinginan pabrik obat. Dari berbagai merek tersebut, bahannya sama: amoxicillin.

Page 2: Makalah obat

Daftar isi [sembunyikan] 

1 Zat aktif 2 Mutu 3 Obat Generik Berlogo 4 Referensi

[sunting] Zat aktif

Dari sisi zat aktifnya (komponen utama obat) , antara obat generik (baik berlogo maupun bermerek dagang), persis sama dengan obat paten. Namun Obat generik lebih murah dibanding obat yang dipatenkan.

[sunting] Mutu

Mutu obat generik tidak berbeda dengan obat paten karena bahan bakunya sama. Ibarat sebuah baju, fungsi dasarnya untuk melindungi tubuh dari sengatan matahari dan udara dingin. Hanya saja, modelnya beraneka ragam. Begitu pula dengan obat. Generik kemasannya dibuat biasa, karena yang terpenting bisa melindungi produk yang ada di dalamnya. Namun, yang bermerek dagang kemasannya dibuat lebih menarik dengan berbagai warna. Kemasan itulah yang membuat obat bermerek lebih mahal.

[sunting] Obat Generik Berlogo

Obat Generik Berlogo (OGB) merupakan program Pemerintah Indonesia yang diluncurkan pada 1989 dengan tujuan memberikan alternatif obat bagi masyarakat, yang dengan kualitas terjamin, harga terjangkau, serta ketersediaan obat yang cukup.

Tujuan OGB diluncurkan untuk memberikan alternatif obat yang terjangkau dan berkualitas kepada masyarakat. Soal mutu, sudah tentu sesuai standar yang telah ditetapkan karena diawasi secara ketat oleh Pemerintah. Hanya bedanya dengan obat bermerek lain adalah OGB ini tidak ada biaya promosi, sehingga harganya sangat terjangkau dan mudah didapatkan masyarakat.

Awalnya, OGB diproduksi hanya oleh beberapa industri farmasi BUMN. Ketika OGB pertama kali diluncurkan, Departemen Kesehatan RI gencar melakukan sosialisasi OGB sampai ke desa-desa. Saat ini program sosialisasi ini masih berjalan walaupun tidak segencar seperti pada awal kelahiran OGB. Pada awalnya, produk OGB ini diproduksi untuk memenuhi kebutuhan obat institusi kesehatan pemerintah dan kemudian berkembang ke sektor swasta karena adanya permintaan dari masyarakat.

OGB mudah dikenali dari logo lingkaran hijau bergaris-garis putih dengan tulisan "Generik" di bagian tengah lingkaran. Logo tersebut menunjukan bahwa OGB telah lulus uji kualitas, khasiat

Page 3: Makalah obat

dan keamanan sedangkan garis-garis putih menunjukkan OGB dapat digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat.

Daftar Obat GenerikNAMA GOLONGAN/ KELAS

TERAPINO OBAT GENERIK

Analgesik, Antipiretik, Antiinflamasi nonsteroid,

Antipirai

1 Acetosal

2 Allopurinol

3 As. Mefenamat

4 Fentanil

5 Ibuprofen

6 Ketoprofen

7 Ketorolak

8 Kolkisin

9 Meloksikam

10 Morfin

11 Na Diklofenak

12 Parasetamol

13 Pethidin

14 Piroksikam

15 Tramadol

Anastetik�    

Antialergi dan Obat untuk Anafilaksis

16 Cetrizin

17 Deksametason

18 Dipenhidramin

19 Epinefrin

20 Klorpheniramin

Page 4: Makalah obat

21 Loratadin

Antidot dan Obat lain untuk Keracunan

22 Kalsium Glukonat

23 Mg Sulfat

24 Na Bikarbonat

25 Nalokson

26 Protamin Sulfat�

Antiepilepsi – Antikonvulsi 27 As. Valproat

28 Diazepam

29 Fenitoin

30 Karbamazepin

31 Phenobarbital

Anti Infeksi 32 Asiklovir

33 Amikasin

34 Amoksisilin

35 Ampisilin

36 Benzipenisilin�

37 Ciprofloksasin

38 Dapson

39 Dikloksasilin

40 Doksisiklin

41 Efavirens

42 Eritromisin

43 Ethambutol

44 Fenoksimetilpenisilin

45 Flukonazol

46 Gentamisin�

Page 5: Makalah obat

47 Griseofulvin

48 INH

49 Ketokonazol

50 Klindamisin

51 Kloramfenikol (Thiampenikol)

52 Klorokuin

53 Kotrimoksazol

54 Kuinin

55 Lamivudin

56 Levofloksasin

57 Metronidazol

58 Nevirapine

59 Nistatin

60 Pirantel

61 Pirazinamid

62 Primakuin

63 Rifampisin

64 Sefadroksil

65 Sefiksim

66 Sefotaksim

67 Seftazidim

68 Seftriakson

69 Stavudin

70 Streptomisin

71 Sulfasalazin

72 Tetrasiklin

Page 6: Makalah obat

Antimigrain 73 Ergotamin

Antineoplastik, Imunosupresan dan obat untuk terapi paliatik

74 Asparaginase

75 Azatrioprin

76 Bleomisin

77 Cisplatin

78 Dakarbasin

79 Doksorubisin

80 Etoposid

81 Fluoro urasil

82 Hidroksil urea

83 Medroksiprogesteronasetat

84 Metotreksat

85 Siklofosfamid

86 Siklosforin

87 Sitarabin

88 Tamoksifen

89 Testosteron

90 Vinblastin

91 Vinkristin

Antiparkinson 92 Levodopa + Karbidopa

93 Triheksifenidil

Obat yang mempengaruhi darah 94 Fe Sulfat

95 Fitomenadion

96 Heparin

97 Warfarin

98 Traneksamat

Page 7: Makalah obat

Produk Darah    

Diagnostik    

Disinfektan & Antiseptik

Gigi & Mulut

99 Povidon iodin

   

Diuretik 100 Furosemida

101 HCT

102 Manitol

103 Spironolakton

Hormon, Obat endokrin lain dan Kontraseptik

Kardiovaskuler

Kulit, Obat Topikal

Larutan Dialisis Peritoneal

Larutan Elektrolit

Obat Mata

Oksitoksik dan Relaksan Uterus

Psikofarmaka

104 Acarbose

105 Etinil Estradiol

106 Glibenklamid

107 Gliklazid

108 Glikuidon

109 Glimepirid

110 Glipizid

111 Hidrokortison

112 Insulin

113 Levonorgestrel

114 Metformin

115 Metil Prednisolon

116 Pioglitazon

117 Prednison

118 Repaglinid

119 Rosiglitazon

120 Amlodipin

Page 8: Makalah obat

121 Atropin

122 Carvedilol

123 Digoksin

124 Dobutamin

125 Dopamin

126 ISDN

127 KCL

128 Klonidin

129 Lisinopril

130 Metildopa

131 Nifedipin

132 Nitrogliserin

133 Propanolol

134 Ramipril

135 Simvastatin

136 Streptokinase

137 Terazosin

138 Valsartan

139 Verapamil

140 Asam Retinoat

141 Basitrasin – Polimiksin B

142 Betametason

143 Mikonazol

144 Na Fusidat

   

   

Page 9: Makalah obat

145 Asetazolamid

146 Pilokarpin

147 Sulfacetamid

148 Timolol

149 Isoksuprin

150 Metil Ergometrin

151 Oksitosin

152 Alprazolam

153 Amitriptilin

154 CPZ

155 Flufenasin

156 Fluoksetin

157 Haloperidol

158 Quetiapin

159 Risperidon

Relaksan Otot Perifer dan Penghambat Kolinesterase

160 Pankuronium

161 Neostigmin

162 Piridostigmin

163 Suksametonium

164 Vekuronium

Saluran Cerna� 165 Antasida

166 Bisakodil

167 Cimetidin

168 Dimenhidrinat

169 Domperidon

170 Lansoprazol

Page 10: Makalah obat

171 Loperamid

172 Metoklopramid

173 Neomisin�

174 Omeprazol

175 Ranitidin

176 Sukralfat

Saluran Napas� 177 Ambroksol

178 Aminophilin

179 Asetil Sistein

180 Bromheksin

181 Budesonid

182 DMP

183 GG

184 Ipatropium

185 Ketotifen

186 Salbutamol

187 Terbutalin

Obat yang mempengaruhi sistim imun

188 Hepatitis B rekombinan

189 Serum Antibisa ular

190 Serum Antidifteri

191 Serum Antirabies

192 Serum Antitetanus

193 Serum Imunoglobulin

194 Vaksin BCG

195 Vaksin Campak

196 Vaksin DTP

Page 11: Makalah obat

197 Vaksin jerap difteri tetanus

198 Vaksin meningokokus polisakarida A + C

199 Vaksin polio

200 Vaksin Rabies

Telinga, Hidung dan Tenggorokan

201 Oksimetazolin

Vitamin dan Mineral 202 Vitamin B6

203 Vitamin C

http://farmasidinkesrl.wordpress.com/daftar-obat-generik-2/

Beda Obat Generik dan Obat Paten

Putro Agus Harnowo - detikHealth

<p>Your browser does not support iframes.</p>

(Foto: thinkstock)

Page 12: Makalah obat

Jakarta, Saat ini masyarakat dianjurkan untuk mengonsumsi obat generik. Tapi sebenarnya apa yang membedakan antara obat generik dengan obat paten?

Coba hitung berapa banyak merek obat parasetamol yang tersedia di toko obat. Bermacam tablet berbagai bentuk, ukuran, warna dserta bahan-bahan berbeda seperti bahan pengisi dan pengikat. Tapi semuanya mengandung bahan aktif yang sama yaitu parasetamol.

Obat generik memiliki image sebagai obat murah dan kurang berkualitas dibanding obat pemimpin merek, padahal kandungan bahan aktifnya sama. Jadi obat generik tidaklah jauh berbeda dengan obat bermerek yang lebih populer, seperti dikutip dari the Conversation, Selasa (6/9/2011).

Sejatinya, apakah obat generik itu?

Ketika senyawa kimia baru ditemukan, sebuah perusahaan farmasi akan melindungi kekayaan intelektualnya dengan hak paten yang umumnya berlaku untuk 20 tahun. Hak paten ini berlaku sejak obat ini diluncurkan ke pasar dan dapat digunakan oleh manusia.

Proses paten ini akan memakan waktu 10 sampai 15 tahun dan memungkinkan satu-satunya perusahaan pemilik paten memiliki hak ekskulusif dengan meraup beberapa keuntungan penjualan.

Ketika muncul di pasaran, obat baru ini disebut obat pemimpin merek atau di Indonesia akrab disebut dengan obat paten. Ketika hak paten terhadap senyawa kimia baru tersebut berakhir, maka perusahaan lain bebas untuk memasarkan salinan kimiawi yang identik dengan obat paten. Salinan obat ini disebut obat generik.

Mengapa ada berbagai macam obet generik?

Ada tiga jenis utama obat generik. Pertama, "klon" pseudo-generik atau obat yang identik dalam semua aspek obat paten selain nama dan rincian identifikasi pada label produk. Dalam banyak kasus, obat pseudo-generik ini diproduksi oleh dari pabrik yang sama yang memproduksi obat paten.

Tipe kedua adalah generik berlisensi. Produk-produk ini dibuat dengan formulasi yang sama seperti obat paten, tapi dibuat oleh perusahaan lain. Pada intinya, perusahaan ini telah membeli resep untuk membuat ulang obat tersebut.

Jenis terakhir adalah generik "sebenarnya", yaitu perusahaan manufaktur merumuskan sendiri resep obat yang mengandung bahan aktif.

Page 13: Makalah obat

Obat generik jenis klon dan yang berlisensi generik pada dasarnya identik dengan produk asli dan mengandung bahan aktif yang sama dengan obat paten beserta semua bahan lainnya seperti pengisi, zat pewarna dan pelumas. Obat generik jenis sebenarnya hanya mengandung bahan kimia aktif, sedangkan bahan tambahan lainnya mungkin berbeda.

Mengapa obat generik lebih murah?

Obat generik umumnya tersedia dengan biaya yang jauh lebih rendah karena perusahaan pembuat tidak harus menghabiskan sejumlah besar uang dalam penemuan awal dan proses pembangunan obat.

Tapi tidak semua obat generik tersedia. Biasanya, ketersediaan obat generik dapat diperkirakan dengan mengukur jumlah obat generik yang dipasarkan ketika paten suatu obat berakhir. Ketika obat penurun kolesterol yang populer, simvastatin, habis masa patennya, maka sepuluh obat generiknya segera muncul di pasaran.

Apakah obat generik aman?

Untuk bisa terdaftar secara resmi, obat generik harus menunjukkan efek setara dengan obat paten yang sudah terdaftar. Produsen harus menunjukkan bahwa bahan aktif yang terkandung dalam obat berada dalam kisaran 80% sampai 120% dari yang terkandung dalam obat paten. Prosedur ini sesuai dengan berbagai kebutuhan obat pasien dan menjamin bahwa terdapat cukup bahan aktif dalam pengobatan untuk memberikan efek terapeutik.

Kapan obat generik menyebabkan masalah?

Dengan berbagai bahan aktif yang bervariasi antara 80% dan 120% dari obat paten, penting untuk berhati-hati bila bertukar merek obat. Karena perubahan kecil jumlah obat yang ada dalam aliran darah secara signifikan dapat mengubah efek pada pasien, terutama untuk obat yang efeknya keras seperti warfarin (obat pengencer darah), digoksin (untuk jantung), carbamazepine (untuk epilepsi) dan fentanyl (untuk nyeri).

Jika Anda telah menggunakan suatu merek obat tertentu untuk jangka panjang, jumlah bahan aktif dalam darah Anda menjadi stabil dan bermanfaat untuk pengobatan.

Tapi jika kemudian beralih ke merek lain yang jumlah bahan aktifnya berbeda, bahkan sejumlah kecil perubahan bahan aktif bisa mengubah efek pengobatan pada tubuh. Dokter atau apoteker mungkin menyarankan Anda untuk tetap menggunakan merek obat yang sa (ir/ir) Beda Obat Generik dan Obat Paten

Putro Agus Harnowo - detikHealth

Page 14: Makalah obat

<p>Your browser does not support iframes.</p>

(Foto: thinkstock)Jakarta, Saat ini masyarakat dianjurkan untuk mengonsumsi obat generik. Tapi sebenarnya apa yang membedakan antara obat generik dengan obat paten?

Coba hitung berapa banyak merek obat parasetamol yang tersedia di toko obat. Bermacam tablet berbagai bentuk, ukuran, warna dserta bahan-bahan berbeda seperti bahan pengisi dan pengikat. Tapi semuanya mengandung bahan aktif yang sama yaitu parasetamol.

Obat generik memiliki image sebagai obat murah dan kurang berkualitas dibanding obat pemimpin merek, padahal kandungan bahan aktifnya sama. Jadi obat generik tidaklah jauh berbeda dengan obat bermerek yang lebih populer, seperti dikutip dari the Conversation, Selasa (6/9/2011).

Sejatinya, apakah obat generik itu?

Ketika senyawa kimia baru ditemukan, sebuah perusahaan farmasi akan melindungi kekayaan intelektualnya dengan hak paten yang umumnya berlaku untuk 20 tahun. Hak paten ini berlaku sejak obat ini diluncurkan ke pasar dan dapat digunakan oleh manusia.

Proses paten ini akan memakan waktu 10 sampai 15 tahun dan memungkinkan satu-satunya perusahaan pemilik paten memiliki hak ekskulusif dengan meraup beberapa keuntungan penjualan.

Ketika muncul di pasaran, obat baru ini disebut obat pemimpin merek atau di Indonesia akrab disebut dengan obat paten. Ketika hak paten terhadap senyawa kimia baru tersebut berakhir, maka perusahaan lain bebas untuk memasarkan salinan kimiawi yang identik dengan obat paten. Salinan obat ini disebut obat generik.

Page 15: Makalah obat

Mengapa ada berbagai macam obet generik?

Ada tiga jenis utama obat generik. Pertama, "klon" pseudo-generik atau obat yang identik dalam semua aspek obat paten selain nama dan rincian identifikasi pada label produk. Dalam banyak kasus, obat pseudo-generik ini diproduksi oleh dari pabrik yang sama yang memproduksi obat paten.

Tipe kedua adalah generik berlisensi. Produk-produk ini dibuat dengan formulasi yang sama seperti obat paten, tapi dibuat oleh perusahaan lain. Pada intinya, perusahaan ini telah membeli resep untuk membuat ulang obat tersebut.

Jenis terakhir adalah generik "sebenarnya", yaitu perusahaan manufaktur merumuskan sendiri resep obat yang mengandung bahan aktif.

Obat generik jenis klon dan yang berlisensi generik pada dasarnya identik dengan produk asli dan mengandung bahan aktif yang sama dengan obat paten beserta semua bahan lainnya seperti pengisi, zat pewarna dan pelumas. Obat generik jenis sebenarnya hanya mengandung bahan kimia aktif, sedangkan bahan tambahan lainnya mungkin berbeda.

Mengapa obat generik lebih murah?

Obat generik umumnya tersedia dengan biaya yang jauh lebih rendah karena perusahaan pembuat tidak harus menghabiskan sejumlah besar uang dalam penemuan awal dan proses pembangunan obat.

Tapi tidak semua obat generik tersedia. Biasanya, ketersediaan obat generik dapat diperkirakan dengan mengukur jumlah obat generik yang dipasarkan ketika paten suatu obat berakhir. Ketika obat penurun kolesterol yang populer, simvastatin, habis masa patennya, maka sepuluh obat generiknya segera muncul di pasaran.

Apakah obat generik aman?

Untuk bisa terdaftar secara resmi, obat generik harus menunjukkan efek setara dengan obat paten yang sudah terdaftar. Produsen harus menunjukkan bahwa bahan aktif yang terkandung dalam obat berada dalam kisaran 80% sampai 120% dari yang terkandung dalam obat paten. Prosedur ini sesuai dengan berbagai kebutuhan obat pasien dan menjamin bahwa terdapat cukup bahan aktif dalam pengobatan untuk memberikan efek terapeutik.

Kapan obat generik menyebabkan masalah?

Dengan berbagai bahan aktif yang bervariasi antara 80% dan 120% dari obat paten, penting

Page 16: Makalah obat

untuk berhati-hati bila bertukar merek obat. Karena perubahan kecil jumlah obat yang ada dalam aliran darah secara signifikan dapat mengubah efek pada pasien, terutama untuk obat yang efeknya keras seperti warfarin (obat pengencer darah), digoksin (untuk jantung), carbamazepine (untuk epilepsi) dan fentanyl (untuk nyeri).

Jika Anda telah menggunakan suatu merek obat tertentu untuk jangka panjang, jumlah bahan aktif dalam darah Anda menjadi stabil dan bermanfaat untuk pengobatan.

Tapi jika kemudian beralih ke merek lain yang jumlah bahan aktifnya berbeda, bahkan sejumlah kecil perubahan bahan aktif bisa mengubah efek pengobatan pada tubuh. Dokter atau apoteker mungkin menyarankan Anda untuk tetap menggunakan merek obat yang sa (ir/ir)

BAT GENERIKPosted on April 6, 2011 by nuranimahabbah

Latar Belakang Masalah

Dewasa ini banyak sekali masalah kesehatan masyarakat yang timbul di Indonesia akibat perilaku masyarakat yang semakin kompleks. Faktor pelayanan kesehatan dari pemerintah sangat menentukan pemecahan solusi yang tepat bagi penangan permasalahan tersebut. Program obat generik merupakan salah satu terobosan yang dikeluarkan pemerintah untuk mengatasi hal tersebut. Pemerintah mencanangkan program obat generik dengan maksud untuk memberikan kemudahan dalam akses pelayanan kesehatan masyarakat, karena telah disadari bahwa tingkat perekonomian dan daya beli masyarakat rendah. Di samping itu, tujuan dicanangkannya obat generik ialah untuk memberikan alternatif obat yang terjangkau dan berkualitas kepada masyarakat.

Ironis memang ketika ditemukan sejumlah bukti bahwa pelaksanaan program obat generik tidaklah semudah apa yang dicanangkan pemerintah selama ini. Banyak faktor yang justru menimbulkan masalah baru dalam pelaksanaan program obat generik.  Masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui apa itu obat generik, dan perbedaannya dengan obat yang lainnya.

Masyrakat masih menganggap mana mungkin ada obat yang berkhasiat dengan harga yang murah. Banyak masyarakat yang tidak mengerti tentang obat dan kualitasnya. Ketika mendengar obat generik, umumnya orang akan langsung mengasumsikannya sebagai obat kelas dua, artinya mutunya kurang bagus. Obat generik pun kerap dicap obat bagi kaum tak mampu. Betulkah asumsi ini?[1]

Kurangnya informasi seputar obat generik merupakan salah satu faktor penyebab obat generik dipandang sebelah mata. Padahal dengan beranggapan demikian, selain merugikan pemerintah, pihak pasien sendiri menjadi tidak efisien dalam membeli obat. Membeli obat tidaklah bisa disamakan dengan membeli barang rumah tangga. Umumnya harga barang rumah tangga

Page 17: Makalah obat

sebanding dengan kualitasnya, di mana semakin mahal harganya maka semakin bagus kualitasnya.

Edukasi ke masyarakat mengenai obat generik menjadi perlu dan wajib untuk dilakukan.Sosialisasi yang digencarkan pemerintah sepertinya belum mengena di masyrakat luas.

Di samping itu harga dari obat generik juga menjadi permasalah dalam pelaksanaan program obat generik yang diagungkan pemerintah. Karena pemerintah dituntut untuk dapat menyediakan obat yang berkualitas dengan harga yang murah.

Berdasarkan penjelasan dalam latar belakang masalah tersebut di atas, maka pembahasannya dapat difokuskan dalam 6 permasalahan yaitu sebagai berikut :

1. Kualitas obat generik masih diragukan. 2. Krisis kepercayaan yang menimpa masyarakat dalam penggunaan obat generik. 3. Ketidakpahaman masyarakat tentang obat generik. 4. Kurangnya sosialisasi dari pemerintah dan tenaga medis tentang obat generik. 5. Program obat generik belum diterapkan secara maksimal. 6. Ketersediaan obat generik berkualitas dan penentuan harga yang tepat masih diragukan.

Penulisan karya tulis ini disusun dengan tujuan:

1. Untuk meneliti apa yang menjadi penyebab kekurang efektifannya program obat generik.2. Untuk mengetahui kualitas yang terkandung dalam obat generik.3. Untuk mengevaluasi peranan pemerintah, dinas kesehatan yang terkait ataupun tenaga

medis dalam pelaksanaan program obat generik.4. Untuk memberi solusi yang tepat terhadap pelaksanaan program obat generik.

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Obat Generik

Obat generik adalah obat yang telah habis masa patennya, sehingga dapat diproduksi oleh semua perusahaan farmasi tanpa perlu membayar royalti. Ada dua jenis obat generik, yaitu obat generik bermerek dagang dan obat generik berlogo yang dipasarkan dengan merek kandungan zat aktifnya. Dalam obat generik bermerek, kandungan zat aktif itu diberi nama (merek). Zat aktif amoxicillin misalnya, oleh pabrik ”A” diberi merek ”inemicillin”, sedangkan pabrik ”B” memberi nama ”gatoticilin” dan seterusnya, sesuai keinginan pabrik obat. Dari berbagai merek tersebut, bahannya sama: amoxicillin.[2]

Menurut DR. Dr. Fachmi Idris, M.Kes, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) periode 2006-2009, secara internasional obat hanya dibagi menjadi menjadi 2 yaitu obat paten dan obat generik.

Page 18: Makalah obat

Obat paten adalah obat yang baru ditemukan berdasarkan riset dan memiliki masa paten yang tergantung dari jenis obatnya. Menurut UU No. 14 Tahun 2001 masa berlaku paten di Indonesia adalah 20 tahun.

Selama 20 tahun itu, perusahaan farmasi tersebut memiliki hak eksklusif di Indonesia untuk memproduksi obat yang dimaksud. Perusahaan lain tidak diperkenankan untuk memproduksi dan memasarkan obat serupa kecuali jika memiliki perjanjian khusus dengan pemilik paten.

Setelah obat paten berhenti masa patennya, obat paten kemudian disebut sebagai obat generik (generik= nama zat berkhasiatnya). Nah, obat generik inipun dibagi lagi menjadi 2 yaitu generik berlogo dan generik bermerk (branded generic).

Tidak ada perbedaan zat berkhasiat antara generik berlogo dengan generik bermerk. “Bedanya, yang satu diberi merk, satu lagi diberi logo” ungkap DR. Dr. Fachmi Idris, M.Kes.

Obat generik berlogo yang lebih umum disebut obat generik saja adalah obat yang menggunakan nama zat berkhasiatnya dan mencantumkan logo perusahaan farmasi yang memproduksinya pada kemasan obat, sedangkan obat generik bermerk yang lebih umum disebut obat bermerk adalah obat yang diberi merk dagang oleh perusahaan farmasi yang memproduksinya.[3]

2.2 Sejarah Obat Generik di Indonesia

Obat Generik Berlogo (OGB) diluncurkan pada tahun 1991 oleh pemerintah yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kelas menengah ke bawah akan obat. Jenis obat ini mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang merupakan obat esensial untuk penyakit tertentu.

Harga obat generik dikendalikan oleh pemerintah untuk menjamin akses masyarakat terhadap obat. Oleh karena itu, sejak tahun 1985 pemerintah menetapkan penggunaan obat generik pada fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah.

Harga obat generik bisa ditekan karena obat generik hanya berisi zat yang dikandungnya dan dijual dalam kemasan dengan jumlah besar, sehingga tidak diperlukan biaya kemasan dan biaya iklan dalam pemasarannya. Proporsi biaya iklan obat dapat mencapai 20-30%, sehingga biaya iklan obat akan mempengaruhi harga obat secara signifikan.

Mengingat obat merupakan komponen terbesar dalam pelayanan kesehatan, peningkatan pemanfaatan obat generik akan memperluas akses terhadap pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah.[4]

2.3 Landasan Hukum

Menurut dr. Marius Widjajarta, SE, UU No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen telah menguraikan apa yang menjadi hak-hak seorang pasien, antara lain:

1. Hak untuk informasi yang benar, jelas dan jujur.

Page 19: Makalah obat

2. Hak untuk jaminan kemanan dan keselamatan.3. Hak untuk ganti rugi.4. Hak untuk memilih.5. Hak untuk didengar.6. Hak untuk mendapatkan advokasi.7. Hak-hak yang diatur oleh perundang-undangan.

Perlindungan hak pasien juga tercantum dalam pasal 32 Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yaitu:

a)     memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di

Rumah Sakit;

b)     memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;

c)     memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;

d)     memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar

profesi dan standar prosedur operasional;

e)     memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar

dari kerugian fisik dan materi;

f)     mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;

g)     memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan

peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;

Pasien mempunyai hak untuk memilih pengobatan dan memilih dokter. Jadi, hendaknya pasien meminta obat generik ketika berobat ke dokter dan ingatkan dokter bahwa jika dokter tidak memberikan informasi yang benar, jujur dan jelas maka dokter bisa melanggar UU No. 8 tahun 1999.

Sebagaimana penjelasan tentang sub sistem upaya kesehatan dan sediaan farmasi dalam Sistem Kesehatan Nasional juga mempertegas bahwa pasien berhak menerima upaya kesehatan dengan didukung oleh ketersediaan obat yang berkualitas baik dengan harga yang terjangkau.

BAB III

METODE PENULISAN

Page 20: Makalah obat

Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penyusun menggunakan metode deskriptif dan induktif. Menganalisis data yang ada yang bersumber dari artikel-artikel tentang temuan fakta di lapangan, browsing di internet maupun literatur-literatur yang berhubungan dengan penulisan karya tulis ini.

Membahas secara deskriptif temuan-temuan yang ada secara umum atau universal,  kemudian dibahas secara spesifik dan lebih khusus tentang permasalahan yang timbul di masyarakat terhadap pelaksanaan program obat generik, dan membantu menemukan solusi permasalahan tersebut dengan mencoba melibatkan fungsi dan peranan pemerintah serta dinas kesehatan terkait.

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN MASALAH

4.1 Kualitas Obat Generik

Berbicara mengenai obat generik tidaklah terlepas dari wacana tentang kualitas dan khasiatnya. Orang sering mengira bahwa mutu obat generik kurang dibandingkan obat bermerk. Harganya yang terbilang murah membuat masyarakat tidak percaya bahwa obat generik sama berkualitasnya dengan obat bermerk. Padahal generik atau zat berkhasiat yang dikandung obat generik sama dengan obat bermerk. “Orang kan makan generiknya bukan merknya, karena yang menyembuhkan generiknya,” ungkap dr. Marius Widjajarta, SE.

Mutu obat generik tidak berbeda dengan obat paten karena bahan bakunya sama. Ibarat sebuah baju, fungsi dasarnya untuk melindungi tubuh dari sengatan matahari dan udara dingin. Hanya saja, modelnya bajunya beraneka ragam. Begitu pula dengan obat. Generik kemasannya dibuat biasa, karena yang terpenting bisa melindungi produk yang ada di dalamnya. Namun, yang bermerek dagang kemasannya dibuat lebih menarik dengan berbagai warna. Kemasan itulah yang membuat obat bermerek lebih mahal.

Kualitas obat generik yang disebut ´tidak genit tapi menarik´ oleh dr. Marius ini tidak kalah dengan obat bermerk karena dalam memproduksinya perusahaan farmasi bersangkutan harus melengkapi persyaratan ketat dalam Cara-cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Selain itu juga ada persyaratan untuk obat yang disebut uji Bioavailabilitas/Bioekivalensi (BA/BE). Obat generik dan obat bermerk yang diregistrasikan ke BPOM harus menunjukkan kesetaraan biologi (BE) dengan obat pembanding inovator. Inovator yang dimaksud adalah obat yang pertama kali dikembangkan dan berhasil muncul di pasaran dengan melalui serangkaian pengujian, termasuk pengujian BA. Studi BA dan atau BE seharusnya telah dilakukan terhadap semua produk obat yang berada di pasaran baik obat bermerk maupun obat generik. “Namun, pemerintah dalam hal ini BPOM masih fokus pada pelaksanaan CPOB,” ungkap DR. Dr. Fachmi Idris, M.Kes.[5]

Page 21: Makalah obat

Obat dibuat dari bahan-bahan tertentu, yang setelah diteliti sekian lama, ditemukan “zat inti berkhasiat terapetik”. Zat ini yang secara umum disebut “generik”. Setelah disetujui oleh otoritas kesehatan, dari bahan generik ini, bisa dibuat “obat generik”. Respon terapetik dapat diartikan sebagai hasil kerja obat hingga mencapai efek yang diinginkan dari penggunaan obat tersebut.

Permasalahannya ialah obat generik hanya mengandung salah satu manfaat dari yang dikehendakinya saja. Berbeda dengan obat paten yang harganya mahal biasanya bersifat multifunction. Beberapa contoh nama obat generik yang berdedar di masyarakat paracetamol, gliserilguaiakolat, dekstrometorfan, difenhidramin, chlorpheniramin maleat (CTM), amoksisilin, eritromisin, gentamisin. Jadi tidak heran, jika seorang pasien penderita flu berat diberikan obat generik oleh sang dokter maka ia harus meminum banyak jenis obat tersebut, berbeda halnya dengan pasien dengan keluhan yang sama meminum obat paten yang harganya jauh di atas obat generik ia hanya cukup minum beberapa obat saja. Di samping itu obat generik hanya meningkatkan ambang batas kesakitan saja karena sifatnya yang terapetik. Namun itu semua kembali ke sistem imun tubuh seseorang dalam melawan virus penyakit yang menyerang.

4.2 Paradigma Masyarakat

Seperti yang telah dibahas di sub bab sebelumnya, bahwa sebenarnya obat generik memiliki kualitas yang sama dan cukup baik dengan obat lainnya, hanya yang membedakan sifat obatnya saja. Namun untuk masalah khasiat obat generik mempunyai khasiat yang sama dengan obat jenis lainnya. Tapi fakta yang ditemukan ialah kebanyakan masyarakat belum percaya bahwa obat generik memiliki khasiat yang sama dengan obat lainnya. Mereka masih berpikir mana mungkin ada obat dengan harga yang murah namun memiliki kualitas yang bagus.

Banyak cerita yang ditemukan di lapangan bahwa beberapa kasus, pasien tidak mengalami kesembuhan yang cepat ketika dia mengkonsumsi obat generik, namun ketika dia beralih ke obat paten yang harganya jauh di atas obat generik ia langsung merasakan kesembuhan. Sebenarnya untuk masalah kesembuhan dipengaruhi oleh sistem imun tubuh dan sugesti seseorang dalam melawan penyakitnya. Seperti misalnya sugesti bahwa obat generik tidaklah manjur, maka menurut ilmu psikologi itu akan mempengaruhi motivasi dan emosi seseorang dalam menjalani proses kesembuhannya dan itu tidaklah mereka sadari, begitupun sebaliknya.

4.3 Ketidakpahaman Masyarakat Karena Kurangnya Sosialisasi

“Buat apa beli mereknya, yang penting khasiatnya” kata sebuah iklan dalam mempromosikan obat generik. Namun persepsi masyarakat terhadap obat generik tidak jauh berubah. Masyarakat tetap menganggap bahwa obat generik adalah obat kelas bawah dan bermutu rendah. Sebaliknya mereka berpendapat bahwa obat paten adalah obat yang sangat bagus mutunya bila dibandingkan dengan obat generik.

Pandangan masyakat yang memandang obat paten sebagai obat bagus tentu tidaklah sepenuhnya salah, tetapi menganggap obat generik sebagai obat kelas bawah dan bermutu rendah inilah yang tidak benar. Pandangan rendah terhadap obat generik jelas menimbulkan masalah dalam pelayanan kesehatan di tanah air.

Page 22: Makalah obat

Salah satu penyebabnya adalah penggunaan istilah ‘obat paten’ yang salah di masyarakat, serta telah mengalami pergeseran makna. Istilah ‘obat paten’ bagi masyarakat di Indonesia langsung dikaitkan dengan kualitasnya, karena kata-kata ‘paten’ dalam keseharian masyarakat bermakna ‘top’ atau ‘paling bagus.’ Sehingga secara langsung memandang obat paten adalah obat paling bagus dan sebaliknya obat generik adalah obat berkualitas rendah.[6]

Kondisi ini menyebabkan banyak orang yang tidak mampu membeli obat, penyakitnya tidak bisa terobati karena lebih mempercayai obat paten. Kurangnya informasi seputar obat generik adalah salah satu faktor penyebab obat generik dipandang sebelah mata. Padahal dengan beranggapan demikian, selain merugikan pemerintah, pihak pasien sendiri menjadi tidak efisien dalam membeli obat.

Pandangan rendah masyarakat terhadap obat generik ini diperparah oleh dokter pada preaktek pribadi dan pelayanan swasta yang hampir tidak pernah memberikan informasi apalagi memberikan resep obat generik tersebut. Akhirnya menjadi asumsi bahwa obat generik adalah obat yang berkualitas rendah karena jarang disarankan oleh dokter.Dengan memandang rendah mutu obat generik, masayarakat atau pasien merasa tidak puas terhadap pelayanan kesehatan bila mendapat obat generik. Masyarakat menganggap pengobatan yang diberikat bukanlah pelayanan maksimal.

Pandangan rendah ini juga berimbas kepada pandangan masyarakat pada pengobatan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas yang menyediakan pelayanan kesehatan terdepan dengan memberikan obat generik dianggap sebagai tempat berobat masyarakat kelas bawah. Puskesmas yang seharusnya menjadi pusat pelayan kesehatan menyeluruh mulai kedokteran pencegahan dan pengobatan tidak dapat berjalan dengan baik.

Masyarakat yang mempunyai biaya yang cukup untuk berobat lebih cenderung untuk berobat langsung ke dokter spesialis atau ke rumah sakit besar, meskipun penyakitnya hanya pegal-pegal atau batuk pilek biasa. Pada sebagian masyarakat, perilaku dan gaya berobat seperti ini merupakan suatu ‘prestise’ dan sebaliknya mereka ‘gengsi’ untuk berobat ke Puskesmas.

Pada kelompok masyarakat yang mempunyai Asuransi Kesehatan (Askes) yang harus mendapatkan rujukan untuk berobat ke Rumah Sakit (RS) besar tidak jarang datang ke Puskesmas bukan untuk menceritakan keluhannya, tetapi datang langsung untuk meminta surat rujukan. Mereka menilai berobat ke ke RS adalah hak mereka.

Padahal jika kasus yang dirujuk bukanlah penyakit yang membutuhkan pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut justru akan merugikan pasien itu sendiri, karena dengan banyaknya kasus dan kunjungan di RS, dokter akan lebih fokus pada kasus-kasus tingkat lanjut. Juga, pengobatan yang didapat di RS juga tidak akan jauh berbeda dengan di Puskesmas yang mungkin hanya dengan ‘merek’ obat yang berbeda.

Oleh karena itu, untuk mengubah citra kurang baik pada obat generik dan Puskesmas harus dilakukan upaya menyeluruh mulai dari pendidikan terhadap masyarakat tentang obat dan pelayanan kesehatan, perilaku petugas kesehatan, hingga kebijakan pelayanan.

Page 23: Makalah obat

Salah satu usaha untuk memperbaiki pandangan masyarakat terhadap obat generik dan Puskesmas adalah melalui penyuluhan. Masyarakat harus diberikan pemahaman tentang apa dan bagaimana obat generik itu sebenarnya. Bahkan harus diusahakan dapat memasyarakatkan penggunaan istilah ‘obat bermerek’ sebagai pengganti istilah obat paten.

Sebagaimana tugas dan fungsi puskesmas dalam melaksanakan Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) ialah:

1. 1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan 2. 2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat 3. 3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

Puskesmas diharapkan dapat membina dan memberikan sosialisasi terhadap masyarakat tentang kegunaan obat generik yang sebenarnya. Tidak lupa dibantu dengan Dinas Kesehatan terkait yang saling bekerja sama dengan puskesmas dan para tenaga medis yang saling terintegrasi di dalamnya.

Memang ada beberapa obat yang hanya dipasarkan dengan nama dagang tertentu, tetapi biasanya obat ini adalah untuk penatalaksanaan penyakit tingkat lanjut. Harus diakui juga, ada beberapa keuntungan berobat dengan obat bermerek bila obat tersebut merupakan obat kombinasi, karena bila dengan obat generik tentu harus mengkonsumsi lebih dari satu macam obat.

Namun memandang rendah obat generik adalah suatu kesalahan. Bahkan bila penyakit hanya membutuhkan obat tertentu maka memberikan obat tunggal (non kombinasi) dan obat generik adalah pilihan yang tepat.

Para pelayan kesehatan terutama pada pusat pelayan kesehatan swasta juga harus memberikan informasi yang benar, objektif dan jelas tentang obat generik pada pasien, dan pasien juga seharusnya dapat menentukan pilihan untuk mendapatkan obat generik.

Selanjutnya, semua komponen masyarakat mulai dari pejabat, anggota dewan, hingga rakyat biasa harus memahami dan menghargai pelayanan kesehatan kepada Puskesmas. Puskesmas harus dihargai sebagai pelayanan kesehatan terdepan bukan hanya bagi masyarakat berekonomi lemah.

4.4 Ketersediaan, Distribusi dan Harga Obat Generik

Menurut berita yang dilansir oleh Metronews.com; Pemerintah melonggarkan aturan distribusi obat generik dengan memperbolehkan pabrik obat dan atau pedagang besar farmasi (PBF) menambahkan biaya distribusi pada harga obat generik yang disalurkan ke daerah di luar Pulau Jawa dan Bali. Ketentuan itu tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.03.01/Menkes/146/I/2010 tanggal 27 Januari 2010 tentang harga obat generik.

PBF yang mendistribusikan obat generik ke daerah regional I termasuk DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Lampung dan Banten, tidak boleh

Page 24: Makalah obat

menambahkan biaya distribusi ke harga obat. Penambahan biaya distribusi hanya diperbolehkan pada penyaluran obat generik ke daerah-daerah yang berada pada regional II, III dan IV.

Untuk regional II mencakup Pulau Sumatra, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung dan Nusa Tenggara Barat, dapat menambahkan biaya distribusi maksimum lima persen. Sementara untuk di regional III seperti Nanggroe Aceh Darussalam, Kalimantan, dan Sulawesi dapat menambahkan biaya distribusi maksimal 10 persen.[7]

Kementerian Kesehatan telah menerbitkan peraturan baru tentang peresepan dan distribusi obat generik untuk menggalakkan penggunaan obat generik dalam pelayanan kesehatan publik. Hal itu dilakukan karena tingkat penggunaan obat generik belum sesuai harapan. Bahkan menurut catatan Kementerian Kesehatan, penggunaan obat generik mengalami penurunan bermakna dalam beberapa tahun terakhir.

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, dalam lima tahun terakhir pasar obat generik turun dari Rp 2,525 triliun (10% dari pasar obat nasional) menjadi Rp 2,372 triliun (7,2% dari pasar obat nasional). Padahal pasar obat nasional meningkat dari Rp 23,590 triliun pada 2005 menjadi Rp 32,938 triliun tahun 2009. Ketersediaan obat esensial generik di sarana pelayanan kesehatan juga baru mencapai 69,74% dari target 95%. Meski tingkat peresepan obat generik di Puskesmas sudah mencapai 90%, namun tingkat peresepan obat generik di rumah sakit umum masih 66% sementara di rumah sakit swasta dan apotek hanya 49%.[8]

Jadi, Untuk sehat tidak harus dengan obat mahal. Dan obat generik bukan obat murahan, tetapi obat yang dijual dengan harga tidak mahal.

http://nuranimahabbah.wordpress.com/2011/04/06/obat-generik/

APA BEDA ISTILAH OBAT PATEN DAN GENERIK

Posted on | February 20, 2010 | 6 Comments

Apotik mania, pada postingan yang lalu saya pernah menjelaskan 5 istilah penting apotik dan farmasi, nah pada postingan kali ini istilah-istilah tersebut akan saya tambahkan berhubung ada beberapa permintaan dari apotik mania. Berikut ini yang saya tambahkan adalah istilah-istilah yang terkait dengan obat :

Obat Paten adalah obat yang masih memiliki hak paten, biasanya selama 20 tahun, setelah 20 tahun baru boleh di produksi oleh perusahaan lain

Page 25: Makalah obat

Obat Generik adalah obat dengan nama resmi International Non Propietary Names (INN) yang telah di tetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya

Obat Generik Bermerek/bernama dagang adalah obat generik dengan nama dagang yang menggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan

Obat Essensial adalah obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat mencakup upaya diagnosis, profilaksis, terapi dan tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan

Nah apotik mania, untuk postingan kali ini cukup tambahan beberapa istilah di atas. Kalau ada yang ingin menambahkan saya sangat senang sekali. Semoga artikel ini selalu bermanfaat buat kita semua. Salam sehat !

http://www.apotiksehat.com/2010/02/apa-beda-istilah-obat-paten-dan-generik/

Penggunaan Istilah Obat Generik dan Obat PatenPosted under:

Linguistics

at 19:25

Akibat banyaknya berita tentang ketersediaan obat generik akhir-akhir ini, saya mengetahui bahwa media cenderung menggunakan istilah ‘obat paten’ sebagai lawan dari ‘obat generik’. Sebagai contoh adalah berita Obat Generik di RS Habis,

Dinas Kesehatan Lampung mengimbau pihak rumah sakit yang kekurangan obat untuk mengganti obat generik dengan obat paten untuk pasien demam berdarah dengue. Konsekuensinya, pasien harus membayar sendiri obat tersebut. Selama ini pasien kelas III tak dikenai biaya.

Atau artikel Dinkes Lampung Janji Atasi Obat:

Untuk mengatasi kelangkaan obat generik, Dinas Kesehatan sudah mengirim surat kepada rumah sakit-rumah sakit baik negeri maupun swasta di Lampung, supaya mengganti pemakaian obat generik dengan obat paten. Namun, harga obat paten itu harus dicarikan yang sama dengan obat generik.

Sebenarnya ini adalah salah kaprah, karena istilah yang seharusnya dipakai adalah ‘obat bermerek’, bukan ‘obat paten’ (sic).

***

Page 26: Makalah obat

Pada saat perusahaan farmasi menemukan sebuah obat untuk mengobati penyakit tertentu, biasanya mereka langsung mendaftarkan paten untuk obat tersebut. Paten memiliki jangka waktu yang berbeda untuk negara yang berbeda. Menurut UU No. 14 Tahun 2001 masa berlaku paten di Indonesia adalah 20 tahun. Selama 20 tahun itu, perusahaan farmasi tersebut memiliki hak eksklusif di Indonesia untuk memproduksi obat yang dimaksud. Perusahaan lain tidak diperkenankan untuk memproduksi dan memasarkan obat serupa kecuali jika memiliki perjanjian khusus dengan pemilik paten.

Pada masa ini, penggunaan istilah ‘obat paten’ masih bisa dibenarkan (walaupun mungkin lebih tepat ‘obat berpaten’). Dalam 20 tahun masa berlakunya paten ini, semua obat dengan kandungan yang sama adalah hasil produksi dari perusahaan farmasi pemilik paten atau perusahaan lainnya yang memiliki perjanjian khusus dengan perusahaan tersebut. Dengan demikian, pada masa tersebut semua obat dengan kandungan yang sama adalah ‘obat paten’.

Setelah paten tersebut kadaluwarsa, pemilik paten tidak lagi memiliki hak eksklusif. Perusahaan farmasi lain dapat secara legal memproduksi dan memasarkan produk dengan kandungan yang sama tanpa harus menjalin kerjasama khusus dengan perusahaan pemilik paten. Perusahaan farmasi lain kini dapat memproduksi dan memasarkan produk yang kita kenal sebagai ‘obat generik’.

Walaupun patennya sudah kadaluwarsa, merk dagang dari obat yang dipasarkan selama 20 tahun pertama tersebut tetap menjadi milik perusahaan yang dulunya memiliki paten atas obat tersebut. Perusahaan lain kini memang berhak untuk memproduksi obat yang memiliki kandungan yang sama, tetapi perusahaan-perusahaan tersebut tidak dapat menggunakan merk dagang yang digunakan perusahaan yang sebelumnya memegang hak paten atas obat tersebut. Perusahaan-perusahaan ini dapat menggunakan merk generik atau menggunakan merk milik sendiri. Jika perusahaan farmasi menggunakan merk sendiri, terkadang ini dinamakan sebagai ‘obat generik bermerk’.

Sebagai contoh perusahaan farmasi Pfizer memiliki hak paten atas produk Norvasc®, sebuah obat anti hipertensi. Paten ini baru akan kadaluwarsa pada bulan September 2007. Karena paten ini, tidak ada obat lain dengan kandungan yang sama di negara-negara yang mengakui paten ini. Jika ada, maka itu adalah akibat dari kerjasama khusus dengan Pfizer. Setelah bulan September nanti, paten ini akan kadaluwarsa dan perusahaan-perusahaan farmasi lain baru akan dapat memproduksi obat dengan kandungan yang sama. Walaupun demikian, perusahaan-perusahaan ini tidak dapat menggunakan merk dagang Norvasc® yang tetap menjadi hak milik eksklusif Pfizer. Perusahaan-perusahaan ini dapat menggunakan nama generik Amlodipine atau menggunakan merk sendiri. Obat-obatan yang menggunakan nama generik ini kita sebut sebagai ‘obat generik’. Sedangkan Pfizer akan tetap dapat terus memproduksi Norvasc® yang lebih tepat jika kita sebut dengan ‘obat bermerek’.

Jadi sebenarnya yang dimaksud dengan ‘obat paten’ yang ditulis pada media-media massa akhir-akhir ini sebenarnya lebih tepat jika disebut sebagai ‘obat bermerek’. Sedangkan penggunaan istilah ‘obat paten’ adalah salah karena patennya sendiri sudah kadaluwarsa dan tidak berlaku lagi.

Page 27: Makalah obat

http://priyadi.net/archives/2007/03/21/penggunaan-istilah-obat-generik-dan-obat-paten/

Obat Paten…RunyamOPINI | 27 February 2010 | 15:03 1608 20 2 dari 4 Kompasianer menilai Menarik

Sebahagian dari artikel ini adalah Opini, tapi yang sebahagian lainnya adalah fakta. Yang fakta tentu ada datanya, namun yang Opini sangat mungkin adalah realita. Tergantung anda mau mendengar yang mana.

Secara berurutan beberapa hari yang lalu Harian Kompas memberitakan mengenai runyamnya masalah regulasi obat dipasaran. Obat paten yang mahal, Obat generik murah namun tidak diresepkan oleh dokter, masalah POM yang terlalu liberal didalam mengontrol masalah perizinan dan perdagangan obat di Indonesia. Disimpulkan disana bahwa Dokter2 harus ditertibkan untuk memberi obat generik kepada pasien dan bukan obat2 paten yang mahal, dan POM harus lebih memperketat pemberian izin pengeluaran obat dan pengawasannya. OK, sampai disini, beritanya sepintas sudah memberi harapan bahwa akan ada perubahan dan perbaikan pada hal2 yang disebutkan tadi. Terimakasih pada Kompas yang telah membawa issu ini kepermukaan. Namun saya sudah hampir pasti bahwa 5 tahun lagi berita yang sama akan diangkat Kompas lagi didalam Hariannya, karena masalah ini rupanya masih ada dan belum terselesaikan sama sekali dan tidak heran kalau lebih memburuk. Apa pasal…??

Masalah Obat di Indonesia bukanlah masalah nasional kita saja, namun ini adalah masalah global dunia. Jangan langsung berlega hati mendengarnya karena kadar masalahnya pada negara2 seperti Indonesia, selalu lebih ruwet daripada Negara yang lebih maju.

Mari kita lihat beberapa hal yang menarik dari kasus ini. Pertanyaan pertama, mengapa Obat paten lebih mahal daripada Obat Generik? Apakah ia memang lebih ampuh didalam menyembuhkan penyakit tertentu, dan apakah ongkos membuat Obat Paten itu lebih mahal daripada Obat Generik?

Obat paten secara definisi adalah obat2 yang dipatenkan oleh sebuah pabrik obat sehingga ia memiliki hak pembuatan obat jenis ini untuk suatu masa tertentu. Mengapa bisa dipatenkan? Ini karena obat tadi dianggap unik dan merupakan penemuan baru yang belum pernah ditemukan atau didaftarkan oleh pihak lain. Untuk itu, sang pemilik paten mendapatkan perlindungan hak cipta atau hak intelektual katakanlah selama 15 tahun. Pada masa tersebut tidak ada pabrik obat lain yang boleh membuatnya, tanpa seizin pemilik paten. Bila masa paten habis, maka semua pabrik boleh membuatnya dan obat ini sekarang dikatakan Obat Generik.

Page 28: Makalah obat

Itulah alasan satu satunya mengapa Obat Paten lebih mahal dari Obat Generik, karena Obat tadi tidak memiliki saingan lain dipasar untuk obat jenis tertentu itu. Kalau sudah menjadi Obat Generik, tentu harganya akan menjadi normal [maksudnya murah], karena semua pabrik boleh membuatnya. Contoh obat murah itu adalah Vitamin dan semua pabrik obat boleh membuat Vitamin. Kenapa saya berpayah payah menjelaskannya sehingga sebahagian anda sudah hampir bosan membacanya? Ini karena sebahagian masyarakat dan juga dokter mendapatkan atau memberikan citra salah seolah olah Obat Paten itu pasti lebih baik dari Obat Generik. Jadi singkatnya, Obat Generik itu dulunya banyak yang merupakan Obat Paten, yang karena sudah habis masa paten nya menjadi Generik. Tidak ada hubungannya dengan baik buruk kualitasnya.

Kalau begitu Obat Paten bisa saja tidak baik kualitasnya? Ya jelas bisa dong Bung dan karena itu pabrik Obat perlu mempromosikan obat2 barunya yang berpaten ini dengan gegap gempita, melalui promosi berita di media, langsung kepada masyarakat, dan memberi promosi keampuhannya kepada para dokter yang menjadi ujung tombak yang memberikan resep pemberian obat kepada masyarakat. Setingkat lebih tinggi lagi, para pabrik obat juga perlu membina hubungan baik dengan para regulator dan pengawasnya, agar pemberian izin maupun pengawasannya tidak mendapatkan hambatan.

Pertanyaan kedua diatas tadi, apakah membuat Obat Paten itu lebih mahal daripada Generik? Lho ya ndak lah. Secara umum ongkos pembuatan Obat2 Paten ini hanya 5% dari harga jual. Ini berarti, bila anda membeli obat dengan harga sebutirnya Rp 1,000 maka ongkos pembuatannya adalah Rp 50 saja. Angka tadi angka aktual statistik yang ada. Lho…. Banyak benar untungnya [karena anda melihat margin Rp 950 perbutir]? Ya besar memang Bung, tetapi itu keuntungan kotor. Mereka harus membayar iklan di TV, harian Kompas [juga] dan membuat baliho2, harus mempekerjakan detail-man dan distributor, harus membayar ticket dan hotel para dokter untuk liburan, membayar bonus para dokter, rumah sakit, menyumbang majalah kesehatan dan profesi, membayar bea siswa dan sumbangan perguruan tinggi, membayar acara2 dinner promosi, juga pagelaran musik Jazz dan Bintang Film, juga presentasi2 dan kunjungan kerja para pejabat regulator ke tempat sejuk dan nyaman dsb. Semuanya berapa dong? Ya, memang lebih mahal daripada ongkos pembuatan obatnya sendiri, katakanlah sekitar Rp 200 hingga Rp 300 lagi, jadi keuntungannya tinggal sekitar Rp 700 dan ini sebenarnya adalah 1400 % kali dari ongkos produksi. Bagaimana dengan Obat Generik? Ya, ongkos produksinya sih sama Bung, masih Rp 50, namun karena sudah Generik, ongkos haha hihi huhu yang seperti diatas hampir tidak ada, karena buat apa haha hihi huhu karena sudah banyak merek yang isinya sama. Dan menjualnya juga cuma Rp 100, hanya…. 100% margin. Ternyata masih ada satu jenis obat lagi, yaitu yang dikatakan Obat Generik Bermerek. Binatang apa lagi ini? Ini adalah Obat Generik yang didandani habis habisan oleh pabrik obatnya. Dandanannya biasanya terlihat dari kemasan yang lebih mewah daripada Obat Generik thok, dan mereka mengembar gemborkan bahwa kualitasnya lebih baik [karena bahan baku atau biasa disebut technical materialnya lebih baik]. Apakah benar demikian… itu walahu alam. Tentu dengan dandanan klimis ini harganya menjadi layak dijual jauh lebih tinggi dari Obat Generik dan malahan kadang2 ada yang lebih mahal dari

Page 29: Makalah obat

Obat Paten. Berapa sih keuntungan yang didapat pabrik2 obat tadi dalam nilai nominalnya? Sebagai contoh, salah satu pabrik obat besar Pfizer meraup penjualan sebesar 52 Billion USD yang sebahagian besar penjualannya adalah obat laris mereka seperti Lipitor, Viagra dan Zoloft. Itu sama dengan hampir 500 Triliun rupiah. Wow……. Pantes jadi heboh begini ya?

Apa sih masalah pengawasan yang diperlukan untuk pabrik pabrik Obat ini? Yang terpenting sekali adalah bahwa perlu ada kepastian bahwa Obat yang dikeluarkan ini memang berguna seperti yang dikatakan pembuatnya. Untuk Obat mencret misalnya, kalau dikatakan mencretnya akan berhenti, ya memang berhenti, bukan terus bocor aja. Kedua, yang tak kalah pentingnya adalah bahwa obat ini tidak menimbulkan bahaya sampingan yang serius bagi kesehatan untuk yang memakannya.

Tentunya kedua hal tadi hanya bisa dibuktikan bila dilakukan uji coba yang menyeluruh terhadap obat tadi. Uji coba biasanya dilakukan oleh pihak pabrikan yang kemudian disetujui oleh badan pemberi izin, atau juga bisa dilakukan uji ulang oleh pemberi izin, yatu semacam FDA di USA atau POM di Indonesia. Peraturan pemberian izin ini dibakukan didalam tata cara pemberian izin, yang meliputi tata cara uji coba obat yang baru. Bagaimana tata cara uji obat yang dipersepsikan masyarakat? Kita membayangkan bahwa semua obat diujicobakan kepada hewan, kemudian kepada manusia. Uji coba kepada manusia juga menggunakan manusia yang sakit, sehingga sembuh atau tidaknya dapat terlihat dengan jelas. Kemudian tentunya dilihat bahwa apakah ada dampak sampingannya apa tidak? Ibaratnya, dalam hal makan obat mencret tadi, mencretnya sembuh tetapi timbul kudisan dikaki….. Termasuk didalamnya juga percobaan kalau obat ini diberikan bersamaan dengan obat lain, untuk melihat apakah ada dampak sampingannya atau tidak. Itu keseluruhan adalah persepsi masyarakat awam. Persepsi yang menyatakan semua obat yang dipasarkan itu aman dan layak dipercaya kegunaannya dan hampir tanpa dampak sampingan yang berarti. Bagaimana kenyataannya?

Pada dasarnya Obat tidak selalu diujicobakan kepada manusia sebelum dikeluarkan. Sebagai contoh aktual, obat TAMIFLU untuk virus Flu Babi belum pernah diujicobakan sebelum dipakai, sebab Tamiflu sebenarnya obat lama untuk Flu Burung, jadi kalau mau berlogika pendek, penyakitnya sama sama Flu dan muka Babi sama jeleknya dengan Burung…. Jadi obatnya boleh sama…. HPV Vaccine atau Vaccine untuk Cervical Cancer juga dibawa ke pengadilan sekarang, karena diduga belum pernah diuji cobakan, sama halnya dengan vaccine untuk Flu Burung. Mungkin akan anda katakan, itukan hanya penyimpangan didalam perizinan? Ternyata tidak, bukan penyimpangan, namun peraturan yang liberal yang memungkinkan kasus2 tadi terjadi. POM juga mungkin tidak memiliki peraturan seketat yang diperlukan itu. Apakah obat selalu dicobakan pada orang sakit? Secara mayoritas tidak, terutama obat baru. Apa yang dilakukan adalah pendekatan “logika scientific” terhadap obat ini. Berapa banyak sih orang yang sudah kena Flu Burung dan apakah ada diantara mereka yang diuji cobakan obat Flu ini? Wah. Jawabannya belum ada…. karena sudah keburu mati. Yang satu ini lebih seru lagi………. Apakah obat2 ini dicobakan juga bersamaan dengan obat lain untuk melihat cross effect nya atau

Page 30: Makalah obat

akibat pemberian obat yang bermacam macam? Secara umum tidak pernah, sebab kalau semuanya harus di test demikian maka mungkin obat memerlukan 50 tahun untuk melakukan test sebelum dapat diberikan izinnya. Kembali lagi, pada sisi ini, katanya ….. dokterlah yang harus menggunakan “akal sehat” nya yang belum tentu benar, karena dia bukan farmakolog. Lho…. Tapi kalau kita sakit kan, selalu diberi obat paling sedikit 5 macam? Obat kedua adalah untuk menangkan dampak Obat pertama, Obat ke-3 menangkal akibat obat ke-2 dan seterusnya….? Lha ya memang kayak cendol begitu dan anda bisa saja keracunan obat karena ini memang tidak pernah diuji cobakan. Uji cobanya ya langsung pada anda dan kalau anda masih hidup, berarti ini layak dicobakan kepada pasien yang lainnya.

Apa yang perlu dilakukan di Indonesia? Wah….. banyak Bung, tetapi kelihatannya bukan pada tahapan regulasinya. Mengapa demikian?

Di Indonesia itu tidak ada Pabrik Obat dalam arti sesungguhnya. Karena itu juga perguruan tinggi di Indonesia hampir tidak ada yang mengajarkan ilmu membuat obat [nggak percaya.... ]

Yang namanya pabrik Obat di Indonesia adalah Pabrik Assembling Obat. Pabrik di Indonesia itu meng import bahan baku Generik atau Paten tadi kemudian mengimport campuran non-obat nya dan mengemas didalam kapsul atau blister dan packing nya. Orang Indonesia ndak tahu membuat Obat [diluar obat herbal]. Bahan baku Utama yang suka disebut technical material itu diimport dan komponen pembawa dan pengikat yang bisa saja tepung tapioka atau tepung gandum dan tambahannya bisa berupa gula atau flavor juga diimport atau buatan lokal. Jadi kita hanya meracik saja sesuai formulasi yang diberikan pabrik induk dan mengemasnya, bukan membuatnya. Sebenarnya ada beberapa obat yang memang asli dibuat di Indonesia, seperti tablet Kina, dan kulit Kinanya diambil dari perkebunan Kina di Jawa Barat, atau vaccine kolera yang dibuat di Bandung dan mungkin ada satu dua macam obat lain, namun sangat kecil dibandingkan dengan obat2an yang sebenarnya adalah obat import.

Bila obat2an ini kandungan utamanya di import, maka pemberian izin di POM akan sangat mengacu pada izin yang diberikan dinegara asal terhadap bahan baku itu sendiri. Misalkan bila bahan bakunya dari USA, maka POM akan merujuk pada FDA disana. Bila sudah diizinkan FDA, maka hampir pasti ia akan diizinkan di Indonesia. Yang lebih repot lagi, ia tidak diizinkan oleh FDA, namun bisa diizinkan oleh POM. Apakah FDA itu sudah benar2 melakukan tugasnya? Lha ya ndak toh Bung…… karena itu FDA disana terlalu sering dibawa di pengadilan.

Apa sih masalah sebenarnya? Dengan besarnya bisnis obat2an dunia ini, yang memiliki omset lebih dari Seribu Milyard USD, yang merupakan salah satu bisnis terbesar didunia, masalah Obat2an tidak pernah terlepas dari pengaruh Pabrik Obat yang sudah rakus dengan keuntungan dan tidak mengindahkan etika bisnis lagi. Kualitas obat yang sembarangan, dampak sampingan yang membunuh pasien [800.000 orang mati dalam setahun di USA hanya akibat dari malapraktek dan mayoritasnya adalah pemberian Obat yang salah dan karena dampak sampingan

Page 31: Makalah obat

Obat yang mematikan]. Dengan margin keuntungan yang sangat tinggi, pabrik Obat akan membeli siapa saja, mulai dari legislator, pengawas, pemberi izin, media massa, perguruan tinggi, dokter dan paramedic dan siapapun yang memilki pengaruh terhadap kelancaran bisnis ini. Saya berpendapat bahwa pemerintah Indonesia tidak akan dapat berbuat apa2 dalam hal ini.

Bung……… apa solusinya dong? Waaah…….. Bung, saya kan hanya menunjukkan masalahnya saja. Sampai disini mungkin sekali pekerjaan saya sudah lebih dari cukup. Saya benar benar tidak tahu apa solusinya untuk anda. Kalau saya sendiri sih……… saya meluangkan waktu yang cukup banyak untuk mengetahui semua jenis Obat yang akan diberikan kepada saya dan keluarga saya dan saya akan memilihnya mana yang baik dan mana yang tidak. Repot dong….? Memang………………….

http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2010/02/27/obat-paten-%E2%80%A6%E2%80%A6-runyam/

Selasa, 29-11-2011   

Obat Generik vs Obat Paten

Sabtu, 09-02-2008 12:52:57 oleh: Leonardo Paskah S Kanal: Kesehatan

Siapa bilang beli obat selalu mahal ? Buktinya, saya baru saja pulang dari apotek membeli 3 jenis obat yang totalnya 40 butir dengan harga ‘hanya’ Rp.5000,-. Lho kok bisa? Lah iya, wong saya belinya obat generik kok. Mungkin lantas beberapa orang akan berkata ‘iih ngapain generik, pantesan aja murahan!’. Itu adalah persepsi yang lazim di dalam

masyarakat bahwa obat generik yang murahan itu kurang bagus dibanding obat paten. Sayangnya, secara umum, persepsi itu keliru. Yang benar obat generik itu memang murah tapi bukan murahan. Obat generik adalah obat yang khasiatnya sama persis seperti obat paten dengan komposisi yang serupa. Yang membedakan harganya antara langit dan bumi adalah cerita di balik pembuatan dan pemasarannya.

Obat itu ternyata lebih gaul dibandingkan anda dan saya, soalnya satu obat memiliki 3 macam nama sangat berbeda antara satu dengan lainnya. Ketiga nama itu adalah nama kimia (rumus kimiawi), nama generik (nama yang dikenal di kalangan medis umum, sama di seluruh dunia) dan nama paten/dagang (nama yang diberikan dari perusahaan obat yang memproduksi). Sebagai contoh panadol (nama dagang-paten) memiliki nama generik paracetamol serta nama dagang acetaminophen. Jadi jika Anda mendapatkan resep generik parasetamol yah jangan protes, itu kan sama aja Anda mendapat panadol tanpa merk yang notabene harganya jauh lebih murah

Page 32: Makalah obat

( sebagai perbandingan, sebutir panadol harganya Rp.400-an, sedangkan paracetamol Rp.90-an). Tentang khasiat dan efek sampingnya? Yah sama aja.

Obat generik adalah obat yang merupakan tanggung jawab pemerintah dalam mengupayakan kesehatan masyarakat, oleh karena itu bahan baku obat generik itu sebagian ditanggung anggaran pemerintah (disubsidi seperti bensin premium). Jadi jangan heran jika harganya jauh lebih murah. Tentang bahan baku yang digunakan, obat generik berbahan baku sama dengan obat paten terkait, yaitu sama-sama bahan impor lagi! Jadi bagi Anda yang suka serba impor, obat generik pun sebenarnya obat berbahan impor lho! Obat generik di produksi oleh pabrik yang telah ditunjuk pemerintah dan padanya terdapat harga eceran tertinggi sehingga apotek tidak dapat menjual dengan harga seenaknya. Saat ini sudah sekitar 90% jenis obat paten yang diminum sudah diupayakan generik tandingannya oleh pemerintah sebagai upaya meningkatkan akses masyarakat akan kesehatan.

Tapi perlu ditekankan, tidak semua obat ada generiknya.Terutama obat-obat dengan struktur kimia yang lebih baru, tentunya itu adalah hasil penelitian yang bertahun-tahun dan menghabiskan banyak dari perusahaan farmasi terkait, sehingga biasanya mereka mematenkan produk itu. Paten itu bertahan secara hukum selama 20 tahun, jadi untuk obat baru tentu saja tidak akan pernah ada generik selama sampai 20 tahun setelahnya. Demikianlah yang terjadi dengan beberapa antibiotik generik yang ada sekarang, dulu saat baru dipatenkan yah tidak ada generiknya, namun setelah masa paten habis maka setiap perusahaan farmasi dapat membuatnya. Untuk beberapa obat yang lebih menjurus spesialisasi seperti obat-obat jantung, interna, saraf, urologi, dll memang belum ada generiknya, begitu pula untuk antibiotik mutakhir. Sehingga jika menurut dokter, Anda memang memerlukan obat seperti tersebut, maka mau tidak mau Anda harus diresepkan obat paten. Dan dalam kasus antibiotik memang tepat dikatakan bahwa obat paten lebih baik daripada generik, soalnya obat paten memang memuat komposisi kimiawi yang lebih dasyat menghancurkan agen infeksi. Obat antibiotik memang seakan perlombaan perang antara kecanggihan obat dengan kuman yang terus memperkebal diri, jadi susunan kimiawi antibiotik yang baru relatif lebih baik membunuh kuman yang sudah kebal terhadap obat antibiotik susunan lama yang sudah dikenal oleh si kuman. Contohnya antibiotik roxitromycin (paten) adalah lebih ampuh dibandingkan Eritromisin(generik) dosis sesuai untuk mengobati infeksi saluran napas lanjut.

Lalu mengapa banyak dokter yang masih enggan memberi obat generik? Kalau pertanyaan ini yah tentunya jawabannya relatif banyak, dan hanya si dokter itu sendiri yang tahu. Kemungkinan terburuk karena pesan sponsor. Tapi kemungkinan lain adalah memang obat yang si dokter mau memang belum ada generiknya. Dan kemungkinan yang tidak boleh dilupakan juga adalah terkait dengan persepsi negatif di masyarakat seperti tadi tentang obat generik. Terkadang dokter merasa gengsi jika meresepkan obat generik, apalagi jika ia seorang dokter spesialis, karena nantinya si pasien (umumnya kaum menengah ke atas) akan mengatakan si dokter murahan dan kurang percaya untuk minum obat yang diresepkan. Jadi lebih baik ia memilih meresepkan obat paten. Dan kasus ini banyak dijumpai di klinik bahkan di puskesmas, saya sendiri pernah menjumpai. Padahal di puskesmas yah obatnya generik semua. Karena si pasien ngotot, akhirnya saya meresepkan obat untuk ditebus di apotek. Padahal kan isinya sama saja. Jadi saran saya, jangan enggan dan ragu meminta dokter Anda meresepkan obat generik, jika memang obat itu tidak ada generiknya, baru deh mau ga mau si obat paten dibeli. Dan satu lagi, jika Anda sedang

Page 33: Makalah obat

berkonsultasi dengan seorang dokter tentang obat yang Anda sedang minum, sebutkanlah nama generik bukan nama dagangnya. Karena satu obat generik bisa memiliki lebih dari 20 nama dagang dan tidak ada satupun dokter di dunia yang mampu menghafal semua nama dagang. Dalam pendidikannya, selalu nama generik yang kami pelajari dan kami dilarang menyebut suatu nama dagang.

 Semoga sekarang Anda tak ragu lagi mengkonsumsi obat generik, yang penting aman dan bisa sembuh kan? Siapa juga yang mau makan merk dagang....

Selasa, 29-11-2011   

Obat Generik vs Obat Paten

Sabtu, 09-02-2008 12:52:57 oleh: Leonardo Paskah S Kanal: Kesehatan

Siapa bilang beli obat selalu mahal ? Buktinya, saya baru saja pulang dari apotek membeli 3 jenis obat yang totalnya 40 butir dengan harga ‘hanya’ Rp.5000,-. Lho kok bisa? Lah iya, wong saya belinya obat generik kok. Mungkin lantas beberapa orang akan berkata ‘iih ngapain generik, pantesan aja murahan!’. Itu adalah persepsi yang lazim di dalam

masyarakat bahwa obat generik yang murahan itu kurang bagus dibanding obat paten. Sayangnya, secara umum, persepsi itu keliru. Yang benar obat generik itu memang murah tapi bukan murahan. Obat generik adalah obat yang khasiatnya sama persis seperti obat paten dengan komposisi yang serupa. Yang membedakan harganya antara langit dan bumi adalah cerita di balik pembuatan dan pemasarannya.

Obat itu ternyata lebih gaul dibandingkan anda dan saya, soalnya satu obat memiliki 3 macam nama sangat berbeda antara satu dengan lainnya. Ketiga nama itu adalah nama kimia (rumus kimiawi), nama generik (nama yang dikenal di kalangan medis umum, sama di seluruh dunia) dan nama paten/dagang (nama yang diberikan dari perusahaan obat yang memproduksi). Sebagai contoh panadol (nama dagang-paten) memiliki nama generik paracetamol serta nama dagang acetaminophen. Jadi jika Anda mendapatkan resep generik parasetamol yah jangan protes, itu kan sama aja Anda mendapat panadol tanpa merk yang notabene harganya jauh lebih murah ( sebagai perbandingan, sebutir panadol harganya Rp.400-an, sedangkan paracetamol Rp.90-an). Tentang khasiat dan efek sampingnya? Yah sama aja.

Obat generik adalah obat yang merupakan tanggung jawab pemerintah dalam mengupayakan kesehatan masyarakat, oleh karena itu bahan baku obat generik itu sebagian ditanggung anggaran pemerintah (disubsidi seperti bensin premium). Jadi jangan heran jika harganya jauh lebih murah. Tentang bahan baku yang digunakan, obat generik berbahan baku sama dengan obat paten terkait, yaitu sama-sama bahan impor lagi! Jadi bagi Anda yang suka serba impor, obat

Page 34: Makalah obat

generik pun sebenarnya obat berbahan impor lho! Obat generik di produksi oleh pabrik yang telah ditunjuk pemerintah dan padanya terdapat harga eceran tertinggi sehingga apotek tidak dapat menjual dengan harga seenaknya. Saat ini sudah sekitar 90% jenis obat paten yang diminum sudah diupayakan generik tandingannya oleh pemerintah sebagai upaya meningkatkan akses masyarakat akan kesehatan.

Tapi perlu ditekankan, tidak semua obat ada generiknya.Terutama obat-obat dengan struktur kimia yang lebih baru, tentunya itu adalah hasil penelitian yang bertahun-tahun dan menghabiskan banyak dari perusahaan farmasi terkait, sehingga biasanya mereka mematenkan produk itu. Paten itu bertahan secara hukum selama 20 tahun, jadi untuk obat baru tentu saja tidak akan pernah ada generik selama sampai 20 tahun setelahnya. Demikianlah yang terjadi dengan beberapa antibiotik generik yang ada sekarang, dulu saat baru dipatenkan yah tidak ada generiknya, namun setelah masa paten habis maka setiap perusahaan farmasi dapat membuatnya. Untuk beberapa obat yang lebih menjurus spesialisasi seperti obat-obat jantung, interna, saraf, urologi, dll memang belum ada generiknya, begitu pula untuk antibiotik mutakhir. Sehingga jika menurut dokter, Anda memang memerlukan obat seperti tersebut, maka mau tidak mau Anda harus diresepkan obat paten. Dan dalam kasus antibiotik memang tepat dikatakan bahwa obat paten lebih baik daripada generik, soalnya obat paten memang memuat komposisi kimiawi yang lebih dasyat menghancurkan agen infeksi. Obat antibiotik memang seakan perlombaan perang antara kecanggihan obat dengan kuman yang terus memperkebal diri, jadi susunan kimiawi antibiotik yang baru relatif lebih baik membunuh kuman yang sudah kebal terhadap obat antibiotik susunan lama yang sudah dikenal oleh si kuman. Contohnya antibiotik roxitromycin (paten) adalah lebih ampuh dibandingkan Eritromisin(generik) dosis sesuai untuk mengobati infeksi saluran napas lanjut.

Lalu mengapa banyak dokter yang masih enggan memberi obat generik? Kalau pertanyaan ini yah tentunya jawabannya relatif banyak, dan hanya si dokter itu sendiri yang tahu. Kemungkinan terburuk karena pesan sponsor. Tapi kemungkinan lain adalah memang obat yang si dokter mau memang belum ada generiknya. Dan kemungkinan yang tidak boleh dilupakan juga adalah terkait dengan persepsi negatif di masyarakat seperti tadi tentang obat generik. Terkadang dokter merasa gengsi jika meresepkan obat generik, apalagi jika ia seorang dokter spesialis, karena nantinya si pasien (umumnya kaum menengah ke atas) akan mengatakan si dokter murahan dan kurang percaya untuk minum obat yang diresepkan. Jadi lebih baik ia memilih meresepkan obat paten. Dan kasus ini banyak dijumpai di klinik bahkan di puskesmas, saya sendiri pernah menjumpai. Padahal di puskesmas yah obatnya generik semua. Karena si pasien ngotot, akhirnya saya meresepkan obat untuk ditebus di apotek. Padahal kan isinya sama saja. Jadi saran saya, jangan enggan dan ragu meminta dokter Anda meresepkan obat generik, jika memang obat itu tidak ada generiknya, baru deh mau ga mau si obat paten dibeli. Dan satu lagi, jika Anda sedang berkonsultasi dengan seorang dokter tentang obat yang Anda sedang minum, sebutkanlah nama generik bukan nama dagangnya. Karena satu obat generik bisa memiliki lebih dari 20 nama dagang dan tidak ada satupun dokter di dunia yang mampu menghafal semua nama dagang. Dalam pendidikannya, selalu nama generik yang kami pelajari dan kami dilarang menyebut suatu nama dagang.

 Semoga sekarang Anda tak ragu lagi mengkonsumsi obat generik, yang penting aman dan bisa sembuh kan? Siapa juga yang mau makan merk dagang....

Page 35: Makalah obat

Obat Paten, Obat Generik, dan Obat Generik   Bermerk Posted on 18/05/2011 by pkmjumo

OBAT PATEN :

Adalah hak paten yang diberikan kepada industri farmasi pada obat baru yang ditemukannya berdasarkan riset Industri farmasi tersebut diberi hak paten untuk memproduksi dan memasarkannya, setelah melalui berbagaii tahapan uji klinis sesuai aturan yang telah ditetapkan secara internasional. Obat yang telah diberi hak paten tersebut tidak boleh diproduksi dan dipasarkan dengan nama generik oleh industri farmasi lain tanpa izin pemilik hak paten selama masih dalam masa hak paten.

Berdasarkan UU No 14 tahun 2001, tentang Paten, masa hak paten berlaku 20 tahun (pasal 8 ayat 1) dan bisa juga 10 tahun (pasal 9). Contoh yang cukup populer adalah Norvask. Kandungan Norvask ( aslinya Norvasc) adalah amlodipine besylate, untuk obat antihipertensi. Pemilik hak paten adalah Pfizer. Ketika masih dalam masa hak paten (sebelum 2007), hanya Pfizer yang boleh memproduksi dan memasarkan amlodipine. Bisa dibayangkan, produsen tanpa saingan. Harganya luar biasa mahal. Biaya riset, biaya produksi, biaya promosi dan biaya-biaya lain (termasuk berbagai bentuk upeti kepada pihak-pihak terkait), semuanya dibebankan kepada pasien.

Setelah masa hak paten berakhir, barulah industri farmasi lain boleh memproduksi dan memasarkan amlodipine dengan berbagai merek. Amlodipine adalah nama generik dan merek-merek yang beredar dengan berbagai nama adalah obat generik bermerek. Bukan lagi obat paten, lha wong masa hak paten sudah berakhir. Anehnya, amlodipine dengan macam-macam merek dan kemasan harganya masih mahal, padahal yang generik haraganya sekitar 3 ribu per tablet.

OBAT GENERIK:

Adalah nama obat yang sama dengan zat aktif berkhasiat yang dikandungnya, sesuai nama resmi International Non Propietary Names yang telah di tetapkan dalam Farmakope Indonesia. Contohnya: Parasetamol, Antalgin, Asam Mefenamat, Amoksisilin, Cefadroxyl, Loratadine, Ketoconazole, Acyclovir, dan lain-lain. Obat-obat tersebut sama persis antara nama yang tertera di kemasan dengan kandungan zat aktifnya. (Obat jenis ini biasanya dibuat setelah masa hak paten dari suatu obat telah berakhir dan menggunakan nama dagang sesuai dengan nama asli zat kimia yang dikandungnya)

OBAT GENERIK BERMEREK:

Page 36: Makalah obat

Adalah obat generik tertentu yang diberi nama atau merek dagang sesuai kehendak produsen obat. Biasanya salah satu suku katanya mencerminkan nama produsennya. Contoh: natrium diklofenak (nama generik). Di pasaran memiliki berbagai nama merek dagang, misalnya: Voltaren, Voltadex, Klotaren, Voren, Divoltar, dan lain-lain.

Nah, jelaslah bahwa obat genrik bermerek yang selama ini dianggap obat paten sebenarnya adalah obat generik yang diberi merek dagang oleh masing-masing produsen obat. Dan jelas pula bahwa pengertian paten adalah hak paten, bukan ampuh hanya karena mahal dan kemasannya menarik.

PERBANDINGAN

Dari sekilas penjelasan di atas, nampaklah bahwa khasiat zat aktif antara obat generik dan obat generik bermerek adalah sama sejauh kualitas bahan dasarnya sama. Contoh: misalnya saja penjenengan punya pabrik obat bernama cakmoki farma, yang memproduksi Natriun diklofenak dalam 2 produk. Yang satu obat generik, namanya otomatis Natrium diklofenak dengan nama produsen cakmoki farma. Adapun produk obat generik bermerek menggunakan nama yang dipertimbangkan agar mudah laku di pasaran, misalnya saja mokivoltar. Otomatis kualitas khasiat kedua obat Natrium diklofenak yang diproduksi cakmoki farma sama saja, soalnya membeli bahan dasar dari tempat yang sama dengan kualitas yang sama pula. Bedanya hanya pada nama, kemasan dan tentunya harga. Yang satu Natrium diklofenak generik dengan harga yang sudah ditetapkan sesuai peraturan dan satunya mokivoltar dengan harga lebih mahal, sesuai pangsa pasar dan segala lika-likunya.

Mengapa harga obat generik jauh lebih murah ketimbang obat generik bermerek ? Sebagaimana contoh di atas, Natrium diklofenak 50 mg, para produsen obat yang memproduksinya menggunakan nama generik yang sama, yakni Natrium diklofenak dengan label generik. Tanpa promosi, tanpa upeti dan tanpa biaya-biaya non produksi lainnya. Harganya sudah ditetapkan, yakni HNA (Harga Netto Apotek) plus PPN = Rp 10.884,- berisi 50 tablet dan HET (Harga Eceran Tertinggi) = Rp 13.605,- sebagaimana diatur Kepmenkes No.HK.03.01/Menkes/146/I/2010. Artinya, harga per tablet Natrium diklofenak 50 mg gak akan lebih dari Rp 272,- per tablet, siapapun produsennya. Tidak bisa diotak-atik lagi. Itu sebabnya harga obat generik jauh lebih murah ketimbang obat generik bermerek.

Masih banyak pertanyaan serta opini seputar obat generik dan obat bermerek, terutama terkait kualitas dan harganya.

Akhirnya, tak ada salahnya kita belajar kepada negara lain yang telah mapan dalam memberikan informasi terbuka kepada khalayak, misalnya India, agar bangsa Indonesia lebih memahami seluk beluk obat dan berhak menentukan pilihan sesuai situasi dan kondisi masing-masing pengguna jasa layanan kesehatan.

Tulisan ini bersumber dari siniSemoga dapat menambah pengetahuan kita tentang Obat.

http://pkmjumo.wordpress.com/2011/05/18/obat-paten-obat-generik-dan-obat-generik-bermerk/

Page 37: Makalah obat

Macam Macam Obat Paten

Thehousedecorcom Elegant home decorating ideas and The largest collection of interior design including where to find inspiration, design principles, a glossary of design. (Translator Profile ivo abdman) Translation services in English to Indonesian (Computers: Hardware and other fields).

Macam Macam Obat Paten

. Pengertian budaya,dan asal usul kebudayaan, serta macammacam kebudayaan posted by seab86 pada mei 7, 2009. Xamthone plus xamthon xamthone obat herbal alami agen xamthone plus agen resmi distributor xamthone harga murah xamthone plus obat berbagai macam.

Atas permintaan beberapa pembaca, melalui forum diskusi di blog ini maupun melalui email, akhirnya saya berkesempatan menulis secara khusus tentang obat generik dan macam macam obat paten.

Macam Macam Obat Paten

. Definisi obat search results contoh obat golongan penicilin : penunjang medis flotrol promotes bladder contol for overactive bladders dont let your bladder macam macam obat paten. Wakakakakakkk kalo tuhan jualan obat, siapa yang jadi marketingnya? dapet insentif gak? berapa persen insentifnya? adaada aja tuh orang gw dah buka tuh website macam macam obat paten. Obatobatan kondisi barang : baru harga : lokasi seller : kalimantan timur description : hi all om tante admin n smuanya gw numpang jualan ya hehehe gw macam macam obat paten.

selogiri.com/macam-macam-obat-paten.html