MAKALAH HIPOGLIKEMI
-
Upload
iingsitinurjanah -
Category
Documents
-
view
53 -
download
1
description
Transcript of MAKALAH HIPOGLIKEMI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “HIPOGLIKEMI”.
Dalam menyelesaikan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Karena itu
ucapan terima kasih saya sampaikan kepada keluarga tercinta atas dukungannya, orang-orang
terdekat atas pengertiannya, dan pihak-pihak lain yang telah membantu saya dalam penyelesaian
makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dimana sebagai
manusia biasa tidak pernah luput dari kekhilafan seperti pepatah yang mengatakan “tiada gading
yang tak retak, dan tak ada mawar yang tak berduri”, maka saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat saya harapkan. Dan saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi siapa saja yang membacanya.
Jakarta, 3 Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………...1
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………......3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………..4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………….....5
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………...6
1.4 Manfaat Penulisan…………………………………………………………………7
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hipoglikemia………………………………………………………......8
2.2 Etiologi Hipoglikemia……………….………………………………………….....9
2.3 Patofisiologi Hipoglikemia……………………………………………………......10
2.4 Tanda dan Gejala Hipoglikemia………………………………………………......11
2.5 Diagnosis Hipogikemia………………………………….......................................12
2.6 Penatalaksanaan Hipogikemi…………………………………………………......13
2.7 Prognosis Hipoglikemi……………………………………………………………14
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..…...15
3.2 Saran………………………………………………………………………..….....16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakng Masalah
Bidan sebagai seseorang yang bertanggung jawab memberikan asuhan secara menyeluruh
kepada wanita, mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan untuk ibu
dan keluarga. Bidan diakui sebagai tenaga profesional yang bertanggung jawab dan akuntabel.
Bidan sebagai mitra wanita berkewajiban untuk memberikan dukungan, asuhan, dan nasehat
selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas. Bidan dituntut untuk dapat memimpim
persalinan secara mandiri dan memberikan asuhan pada bayi baru lahir. Bidan merupakan ujung
tombak pemerintah dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Target pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) Tahun 2015 dalam
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi prioritas
utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Dari target MDGs 102 per 100.000
Kelahiran Hidup (KH), pada tahun 2007 AKI telah mengalami penurunan dari 228 per 100.000
menjadi 118 per 100.000 KH. Sedangkan target AKB pada MDGs 23 per 1000 KH, pada tahun
yang sama tercatat mengalami penurunan dari 34 per 1000 menjadi 24 per 1000 KH.
Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode
neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang
dapat mengakibatkan bayi mengalami cacat seumur hidup dan kematian. Misalnya sebagai akibat
hipotermia pada bayi baru lahir dapat terjadi cold stress yang selanjutnya dapat menyebabkan
hipoksemia atau hipoglikemia dan mengakibatkan kerusakan otak (Sarwono, 2007).
Hipoglikemi adalah kelainan pada bayi yang merupakan dampak dari komplikasi yang
dialami ibu pada masa kehamilan yang menyebabkan sel otak pada bayi tidak mampu hidup.
Banyak yang harus diperhatikan pada bayi baru lahir, untuk mencegah hal yan tidak diinginkan
pada bayi dalam awal-awal kehidupannya. Maka dari itu perlu diperhtikan pula riwayat ibu saat
kehamilan serta pada kehamilan yang lalu.
Hipoglikemia dapat bersifat sementara akibat kekurangan produksi glukosa karena
kurangnya depot glikogen dihati atau menurunnya glukoneogenesis lemak dan asam amino. Pada
hipoksia, pembentukan energy dari glukosa menurun dengan akibat kerusakan neuron.
Hipoglikemi dapat terjadi pada bayi dari ibu penderita diabetes mellitus, pada BBLR,
dismaturitas dan bayi dengan penyakit umum yang berat seperti sepsis, meningitis, dan
sebagainya.
Pada tingkat tertentu hipoglikemi pada neonatus dapat menyebabkan kematian. Peran
bidan sangatlah penting untuk mendeteksi dini dan memberikan pelayanan kesehatan yang tepat
agar tidak terjadi kematian sehingga MDGs dapat dicapai dengan baik. Untuk itu penulis
membuat makalah ini agar dapat dijadikan salah satu referensi untuk para bidan.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah “ Bagaimanakah asuhan kebidanan yang tepat pada
neonatus dengan hipoglikemi ? ”.
1.3. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk dapat memberikan asuhan kebidanan yang tepat
pada neonatus dengan hipoglikemi.
b. Tujuan Khusus
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1). Pengertian hipoglikemia
2). Etiologi hipoglikemia
3). Patofisiologi hipoglikemia
4). Tanda dan gejala hipoglikemia
5). Diagnosis hipoglikemia
6). Penatalaksanaan hipoglikemia
7). Prognosis hipoglikemia
1.4. Manfaat Penulisan
a. Bagi Penulis
Dengan penulisan makalah ini penulis dapat menambah ilmu pengetahuan penulis tentang
hipoglikemi pada neonatus serta mengetahui penanganan dan asuhan kebidanan yang tepat pada
kasus tersebut.
b. Bagi Pembaca
Dengan pembuatan makalah ini diharapkan dapat dijadikan salah satu referensi bagi pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Hipoglikemia
Saat lahir, bayi harus melakukan transisi dari yang tadinya mendapat suplay nutrisi dari
plasenta menjadi pemberian makanan per oral. Pada awal kelahiran, Energi tambahan yang
diperlukan neonatus jam-jam pertama diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga
kadar gula darah mencapai 120 mg/100 mg.
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara abnormal
rendah. Istilah hepoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah
kadar rata-rata. Dikatakan hepoglikemia bila kadar glukosa darah kurang dari 30 mg/dl pada
semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala hepoglikemia. Umumnya
hepoglikemia terjadi pada neonatus umur 1 – 2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak
mendapatkan lagi glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan kadar glukosa
darah yang menurun.
Hipoglikemia merupakan konsentrasi glukosa dalam darah berkurangnya secara abnormal
yang dapat menimbulkan gemetaran, keringat dan sakit kepala apabila kronik dan berat, dapat
menyebabkan manifestasi susunan saraf pusat (Kamus Kedokteran Dorland:2000).
Hipoglikemia neonatorum adalah masalah pada bayi dengan kadar glukosa darah kurang
dari 40 -45mg/dl (Sudarti dkk: 2010).
Keadaan dimana bila kadar gula darah bayi di bawah kadar rata-rata bayi seusia dan berat
badan aterm (2500 gr atau lebih) < 30mg/dl dalam 72 jam pertama, dan < 40mg/dl pada hari
berikutnya.
Sel otak tidak mampu hidup jika kekurangan glukose. Hypoglikemi dapat terjadi
berkaitan dengan banyak penyakit, misalnya pada neonatus dengan ibu diabetes dan mengalami
Hyperglikemi in utero, atau sebagai komplikasi cidera dingin. Selama masa menggigil simpanan
glikogen tubuh tidak mencukupi, tetapi jika dihangatkan terjadi peningkatan kebutuhan glikogen.
Simpanan glikogen menurun dan cadangan tidak dapat memenuhi kebutuhan pada pemanasan.
Nilai kadar glukose darah/plasma atau serum untuk diagnosis Hipoglikemia pada
berbagai kelompok umur anak :
Kelompok Umur Glokuse <mg/dl Darah Plasma/serumBayi/anak <40 mg/100 ml <45 mg/100 ml
Neonatus
* BBLR
* BCB
0 - 3 hr
3 hr
<20 mg/100 ml
<30 mg/100 ml
<40 mg/100 ml
<25 mg/100 ml
<35 mg/100 ml
<45 mg/100 mlHipoglikemia pada neonates :
a. Untuk setiap neonatus manapun, kadar glukosa <40-45mg/dL dianggap tidak normal
b. Menurut WHO hipoglikemi adalah bila kadar glukosa/gula darah <47 mg/dL
c. Gejala sering tidak jelas/asimptomatik, semua tenaga kesehatan perlu mewaspadai kemungkinan
adanya hipoglikemia
d. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dapat mencegah konsekuensi yang serius
2. 2. Etiologi Hipoglikemia
Secara garis besar hipoglikemia dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu: kelainan yang
menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan dan produksi glukosa kurang.
a. Kelainan yang menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan
Hiperinsulinisme (bayi dari ibu penderita diabetes), hipoglikemia hiperinsulinisme menetap pada
bayi, tumor yang memproduksi insulin dan child abuse. Hiperinsulinisme menyebabkan
pemakaian glukosa yang berlebihan terutama akibat rangsangan penggunaan glukosa oleh otot
akibat sekresi insulin yang menetap. Kelainan ini diketahui sebagai hipoglikemia hiperinsulin
endogen menetap pada bayi yang sebelumnya disebut sebagai nesidioblastosis.
Defek pada pelepasan glukosa (defek siklus Krebs, defek ”respiratory chain”). Kelainan ini
sangat jarang, mengganggu pembentukan ATP dari oksidasi glukosa, disini kadar laktat sangat
tinggi.
Defek pada produksi energi alternatif (defisiensi Carnitine acyl transferase. Kelainan ini
mengganggu penggunaan lemak sebagai energi, sehingga tubuh sangat tergantung hanya pada
glukosa. Ini akan menyebabkan masalah bila puasa dalam jangka lama yang seringkali
berhubungan dengan penyakit gastrointestinal. Sepsis atau penyakit dengan hipermetabolik,
termasuk hipertiroidism
b. Kelainan yang menyebabkan kurangnya produksi glukosa
1. Simpanan glukosa tidak adekuat (prematur, bayi SGA, malnutrisi, hipoglikemia ketotik)
Kelainan ini sering sebagai penyebab hipoglikemia, disamping hipoglikemia akibat pemberian
insulin pada diabetes. Hal ini dapat dibedakan dengan melihat keadaan klinis dan adanya
hipoglikemia ketotik, biasanya terjadi pada anak yang kurus, usia antara 18 bulan sampai 6
tahun, biasanya terjadi akibat masukan makanan yang terganggu karena bermacam sebab
Penelitian terakhir mekanisme yang mendasari hipoglikemia ketotik adalah gagalnya
glukoneogenesis
2. Kelainan pada produksi glukosa hepar
Kelainan ini menurunkan produksi glukosa melalui berbagai defek, termasuk blokade pada
pelepasan dan sintesis glukosa, atau blokade atau menghambat gluikoneogenesis. Anak yang
menderita penyakit ini akan dapat beradaptasi terhadap hipoglikemia,karena penyakitnya bersifat
kronik Kelainan hormonal (panhypopituitarisme, defisiensi hormon pertumbuhan
3. Defisiensi kortisol dapat primer atau sekunder.
Hal ini karena hormone pertumbuhan dan kortisol berperan penting pada pembentukan energi
alternative dan merangsang produksi glukosa. Kelainan ini mudah diobati namun yang sangat
penting adalah diagnosis dini.
2.3. Patofisiologi Hipoglikemia
Hipoglikemi sering terjadi pada berat lahir rendah (BBLR), karena cadangan glukosa
rendah. Pada ibu diabetes mellitus (DM) terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin
sehingga respons insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir dimana jalur plasenta terputus
maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism)
sehingga terjadi hipoglikemi.
Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan
kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan kerusakan pada susunan syaraf pusat bahkan sampai kematian. Kejadian
hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes mellitus. Glukosa
merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan dan
hari-hari pertama pasca lahir.
Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan
penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, gangguan pernafasan.
2.4. Tanda dan Gejala Hipoglikemia
Hipoglikemia bisa menunjukan gejala ataupun tidak. Kecurigaan tinggi harus selalu
diterapkan dan selalu antisipasi hipoglikemia pada neonatus dengan faktor risiko
a. Tremor : Adalah gerakan tangan yang tidak disadari, bolak balik dan ritmik, mungkin juga
mengenai suara dan bagian lain.
b. Sianosis : Adalah warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau pucat karena kandungan
oksigen yang rendah dalam darah.
c. Apatis : Adalah acuh tak acuh , diam , tak perduli
d. Kejang : Adalah keadaan kaku dan menengang
e. Apnea intermitten : Adalah terhentinya pernapasan secara tiba-tiba
f. Tangisan lemah/melengking
g. Letargi : Adalah keadaan lemah badan tidak ada dorangan melakukan kegiatan, nafsu tid
berlebihan( bila dibangunkan maka akan tidur lagi)
h. Kesulitan minum
i. Gerakan mata berputar/nistagmus
j. Keringat dingin
k. Pucat
l. Hipotermi : Adalah keadaan suhu tubuh yang turun hingga 35 derajat
m. Refleks hisap kurang
n. Muntah
Saat timbulnya gejala bervariasi dari beberapa hari sampai satu minggu setelah lahir.
Berikut ini merupakan gejala klinis yang dimulai dengan frekuensi tersering, yaitu gemetar atau
tremor, serangan sianosis, apati, kejang, serangan apnea intermiten atau takipnea, tangis yang
melemah atau melengking, kelumpuhan atau letargi, kesulitan minum dan terdapat gerakan putar
mata. Dapat pula timbul keringat dingin, pucat, hipotermia, gagal jantung dan henti jantung.
Sering berbagai gejala timbul bersama-sama. Karena gejala klinis tersebut dapat disebabkan oleh
bermacam-macam sebab, maka bila gejala tidak menghilang setelah pemberian glukosa yang
adekuat, perlu dipikirkan penyebab lain
2.5. Diagnosis Hipoglikemia
Presentasi klinis hipoglikemia mencerminkan penurunan ketersediaan glukosa untuk SSP
serta stimulasi adrenergik disebabkan oleh tingkat darah menurun atau rendah gula. Selama hari
pertama atau kedua kehidupan, gejala bervariasi dari asimtomatik ke SSP dan gangguan
cardiopulmonary. Kelompok berisiko tinggi yang membutuhkan skrining untuk hipoglikemia
pada satu jam pertama kehidupan meliputi:
a. Bayi yang baru lahir yang beratnya lebih dari 4 kg atau kurang dari 2 kg
b. Besar usia kehamilan (LGA) bayi yang berada di atas persentil ke-90, kecil untuk usia
kehamilan (SGA) bayi di bawah persentil ke-10, dan bayi dengan pembatasan pertumbuhan
intrauterin
c. Bayi yang lahir dari ibu tergantung insulin (1:1000 wanita hamil) atau ibu dengan diabetes
gestasional (terjadi pada 2% dari wanita hamil)
d. Usia kehamilan kurang dari 37 minggu
e. Bayi yang baru lahir diduga sepsis atau lahir dari seorang ibu yang diduga menderita
korioamnionitis
f. Bayi yang baru lahir dengan gejala sugestif hipoglikemia, termasuk jitteriness, tachypnea,
hypotonia, makan yang buruk, apnea, ketidakstabilan temperatur, kejang, dan kelesuan
g. Selain itu, pertimbangkan skrining hipoglikemia pada bayi dengan hipoksia yang signifikan,
gangguan perinatal, nilai Apgar 5 menit kurang dari 5, terisolasi hepatomegali (mungkin
glikogen-penyimpanan penyakit), mikrosefali, cacat garis tengah anterior, gigantisme,
Makroglosia atau hemihypertrophy (mungkin Beckwith-Wiedemann Syndrome), atau
kemungkinan kesalahan metabolisme bawaan atau ibunya ada di terbutalin, beta blocker, atau
agen hipoglikemik oral
h. Terjadinya hiperinsulinemia adalah dari lahir sampai usia 18 bulan. Konsentrasi insulin yang
tidak tepat meningkat pada saat hipoglikemia didokumentasikan. Hiperinsulinisme neonatal
Transient terjadi pada bayi makrosomia dari ibu diabetes (yang telah berkurang sekresi glukagon
dan siapa produksi glukosa endogen secara signifikan dihambat). Secara klinis, bayi ini
makrosomia dan memiliki tuntutan yang semakin meningkat untuk makan, lesu intermiten,
jitteriness, dan kejang jujur.
2.6. Penatalaksanaan Hipoglikemi
MANAJEMEN
Glukosa darah kurang 25 mg/dL (1,1 mmol/L) atau terdapat tanda hipoglekemi
Pasang jalur IV jika belum terpasang
Berikan glukosa10% 2 ml/kg secara IV bolus pelan dalam lima menit.
Infus glukosa 10% sesuai kebutuhan rumatan.
Periksa kadar glukosa darah satu jam setelah bolus glukosa dan kemudian tiap 3 jam :
Jika kadar glukosa darah masih kurang 25 mg/dL (1,1 mmol/L),ulangi pemberian
bolus glukosa seperti tersebut diatas dan lanjutkan pemberian infuse,
Jika kadar glukosa darah 25-45 mg/dL (1,1 mmol/L), lanjutkan infuse dan ulangi
pemeriksaan kadar glukosa setiap tiga jam sampai kadar glukosa 45 mg/dL (2,6
mmol/dL) atau lebih.
Bila kadar glukosa darah 45 mg/dL (2,6 mmol/dL), atau lebih dalam dua kali
pemeriksaan berturut turut, ikuti petunjuk tentang frekuensi pemeriksaan kadar
glukosa darah setelah kadar glukosa darah kembali normal.
Anjurkan ibu menyusui. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu cara pemberian minum.
Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan infuse setiap hari
secara bertahap. Jangan menghentikan infuse glukosadengan tiba tiba.
Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat, berikan larutan glukosa melalui pipa lambung dengan dosis yang sama.
GLUKOSA darah 25 mg/dL (1,1 mmol/L) -45 mg/dL (2,6 mmol/L) tanpa tanda
hypoglekemia.
Anjurkan ibu menyusui, bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
Pantau tanda hypoglikemi dan bila dijumpai tanda tersebut tangani seperti terebut
diatas
Periksa kadar glukosa darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian minum
berikutnya:
Jika kadar glukosa darah kurang 25 mg/dL (1,1 mmol/L ), atau terdapat tanda
hypoglikemi, tangani seperti tersebut diatas.
Jika kadar glukosa darah masih antara 25-45 mg/dL (1,1-2,6 mmol/L),
naikkan frekuensi pemberian ASI atau naikkan volume pemberian minum
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
Jika kadar glukosa darah 45 mg/dL (2,6 mmol/L) atau lebih, liha tentang
frekuensi pemeriksaan kadar glukosa darah dibawah ini.
FREKUENSI PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH SETELAH KADAR GLUKOSA
DARAH NORMAL
Jika bayi mendapatkan cairan IV, untuk alasan apapun , lanjutkan pemeriksaan kadar
glukosa darah setiap 12 jam selama bayi masih memerlukan infuse. Jika kapan saja kadar
glukosa darah turun , tangani seperti tersebut diatas.
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infuse cairan IV, periksa kadar glukosa darah setiap
12 jam sebanyak dua kali pemeriksaan ;
Jika kapan saja kadar glukosa darah turun, tangani seperti tersebut diatas
Jika kadar glukosa darah tetap normal selama waktu tersebut, maka pengukuran
dihentikan.
2.7. Prognosis Hipoglikemia
Jika tidak diobati, Hipoglikemia yang berat dan berkepanjangan dapat menyebabkan
kematian pada setiap golongan umur. Pada neonatus prognosis tergantung dari berat, lama,
adanya gejala-gejala klinik dan kelainan patologik yang menyertainya, demikian pula etiologi,
diagnosis dini dan pengobatan yang adekuat :
a. Hipoglikemia neonatus
Berdasarkan tingkat beratnya Hipoglikemia neonatus dapat digolongkan:
1. Hipoglikemia transisional
Prognosisnya baik dan tergantung kepada kelainan yang mendasarinya misal : asfiksia perinatal.
Tidak ada korelasi antara rendahnya kadar gula dengan mortalitas/morbiditas bayi. Kebanyakan
bayi tetap hidup walaupun dengan kadar gula 20 mg/100 ml.
2. Hipoglikemia sekunder
Mortalitas neonatus pada kelompok ini disebabkan oleh kelainan yang menyertainya. Bayi yang
menderita Hipoglikemia tipe ini, sedikit menderita sekuele akibat Hipoglikemianya, tetapi lebih
banyak akibat kelainan patologik yang menyertainya.
3. Hipoglikemia transien
Bayi yang termasuk dalam kelompok ini bila tidak diobati akan mati. Bayi-bayi tersebut
seringkali pada BBLR dan KMK yang bisa disertai dengan komplikasi akibat BBLR dan KMK
sendiri, demikian pula masalah-masalah perinatal yang bisa menyebabkan ganggguan mental,
perilaku dan kejang-kejang yang tidak ada hubungannya dengan hipoglikemia.
Pada penelitian prospektif dengan menggunakan kontrol, bayi-bayi kelompok ini yang diamati
sampai umur 7 tahun ternyata terdapat gangguan intelektual yang minimal, tetapi tidak ada cacat
nerologik yang berat.
4. Hipoglikemia berat (berulang)
Kelompok ini bisa dibagi atas beberapa katagori yang masing-masing mempunyai masalah
tersendiri yang mempengaruhi prognosisnya.
a) Defisiensi hormon multipel (hipopituitarisme bawaan)
Sering kali disertai Hipoglikemia berat bahkan fatal pada hari-hari pertama, nampaknya
akibat defisiensi hormon hipofise anterior. Dari 26 kasus yang dilaporkan 2/3 meninggal (5 pada
hari pertama, 4 pada masa neonatus dan 5 antara umur 2 bulan sampai 17 tahun). Beberapa di
antaranya yang hidup menunjukkan gejala retardasi.
Prognosis terhadap perkembangannya tergantung dari adanya defisiensi hormon-hormon
lainnya dan berhasilnya pengobatan substitusi.
b) Kelebihan hormon (hiperinsulinisme)
Pada sindroma Beckwith Wiedemann, retardasi mental kemungkinan disebabkan oleh H
yang tidak diobati, meskipun dengan pengobatan adekuat prognosis masih meragukan, sebab
adanya anomali multipel yang menyertainya.
c) Infant giants (Foetopathia Diabetica) :
Biasanya memperlihatkan hipoglikemia berat dan tidak ada respon terhadap pengobatan
medikamentosadan memerlukan pankreatektomi total. Mereka yang hidupo biasanya
memperlihatkan retardasi perkembangan yang sedang atau berat.
d) Adenma sel beta :
Pada penderita yang diamati, bayi-bayi yang hidup menunjukkan perawakan yang relatif
pendek tetapi ada yang menderita diabetes dan beberapa diantaranya memperlihatkan gangguan
neurologik sedang atau berat, gangguan mental dan sering kali dengan kejang-kejang. Maka,
penting diagnosis dini dan tindakan bedah yang segera.
e) Gangguan metabolisme hidrat arang:
Prognosis tergantung darimana masing-masing penyebabnya, misalnya hipoglikemia bisa
fatal pada hari pertama, untuk glycogen strorage disease.
f) Gangguan metabolisme asam amino yang disertai hipoglikemia,
misalnya: Maple syrup urine disease, asidemiametilmalok. Masing-masing mempunyai
pragnosis yang meragukan.
BAB III
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi
ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Frekuensi hipoglikemia pada bayi/anak
belum diketahui pasti.
Hipoglikemia dapat disebabkan oleh berbagai kelainan mekanisme kontrol pada
metabolisme glukose, antara lain : inborn erors of metabolism, perubahan keseimbangan
endokrin dan pengaruh obat-obatan maupun toksin.
Hipoglikemia simtomatik pada neonatus cenderung terjadi selama 6-12 jam kehidupan.
Sering menyertai penyakit-penyakit seperti : distress perinatal, terlambat pemberian minum dan
bayi dari ibu DM.
Pada bayi/anak, gejala-gejala hipoglikemia dapat berupa: gerakan motorik tidak
terkoordinasi, pucat, cengeng, ataksia, strabismus, kejang, malas/lemah, tidak ada perhatian dan
gangguan tingkah laku. Hipoglikemia bisa disertai atau tidak dengan banyak keringat dan
takhikardi.
Jika tidak diobati, Hipoglikemia yang berat dan berkepanjangan dapat menyebabkan
kematian pada setiap golongan umur. Pada neonatus prognosis tergantung dari berat, lama,
adanya gejala-gejala klinik dan kelainan patologik yang menyertainya, demikian pula etiologi,
diagnosis dini dan pengobatan yang adekuat.
4.2.Saran
Diperlukan suatu pemahaman yang baik agar tidak salah dalam memahami tentang
pengertian, etiologi, manifestasi klinik, penanganan dan pragnosis dari hipoglikemia terhadap
bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA
http://growupclinic.com/2012/08/10/penanganan-terkini-hipoglikemia-pada-bayi/. Diakses tanggal 27 November 2013. Jam 20.00
http://www.nbci.ca/index.php?option=com_content&view=article&id=371:hypoglycaemia-of-the-newborn-low-blood-sugar&catid=29:information-indonesian&Itemid=67. Diakses 27 November 2013. Jam 20.10
http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/03/02/hipoglikemia/. Diakses 27 November 2013. Jam 20.30
M Sacharin, Rosa. 1986. Prinsip Keperawatan Pediatrik., Jakarta: EGC.
Markun. AH.1999. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Masjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus.
Nelson Waldo E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Volume 1. Jakarta : EGC
Saifudin, Abdul Bari, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardj