MAKALAH FARINGITIS

24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adapun yang melatarbelakangi pembuatan makalah ini adalah karena dewasa ini banyak kasus pasien dengan penyakit atau gangguan pada telinga, hidung tenggorokan, kepala dan leher. Dan semua gejala pada kelainan tersebut mempunyai gejala yang mirip-mirip. Jadi untuk dapat menegakkan diagnosis suatu penyakit atau kelainan ditelinga, hidung dan tenggorokan diperlukan kemampuan melakukan anamnesis dan keterampilan melakukan pemeriksaan organ-organ tersebut. Kemampuan ini merupakan bagian dari pemeriksaan fisik bila terdapat keluhan atau gajala yang berhubungan dengan kepala dan leher. Banyak penyakit sitemik yang bermanifestasi didaerah telinga, hidung, atau tenggorok demikian juga sebaliknya. Untuk mendaptkan kemampuan dan keterampilan ini perlu latihan yang berulang. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dalam ruangan yang tenang, tersedia sebuah meja kecil tempat melatkkan alat- alat pemeriksaan dan obat-obatan atau meja khusus ENT istrumen unit yang sudah dilengkapi dengan pompa pengisap, kursi pasien yang dapat berputar dan dinaik turunkan tingginya serta kursi untuk pemeriksa dan meja tulis. Salah satu gejala atau manifestasi klinik yang sering timbul adalah sakit tenggorokan atau sakit menelan ( odinofagi ) akibat adanya kelainan atau peradangan didaerah nasofaring, orofaring dan hipofaring. 1 LBM I “SAKIT TELAN”

Transcript of MAKALAH FARINGITIS

Page 1: MAKALAH FARINGITIS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Adapun yang melatarbelakangi pembuatan makalah ini adalah karena dewasa ini

banyak kasus pasien dengan penyakit atau gangguan pada telinga, hidung tenggorokan,

kepala dan leher. Dan semua gejala pada kelainan tersebut mempunyai gejala yang

mirip-mirip.

Jadi untuk dapat menegakkan diagnosis suatu penyakit atau kelainan ditelinga,

hidung dan tenggorokan diperlukan kemampuan melakukan anamnesis dan

keterampilan melakukan pemeriksaan organ-organ tersebut. Kemampuan ini

merupakan bagian dari pemeriksaan fisik bila terdapat keluhan atau gajala yang

berhubungan dengan kepala dan leher. Banyak penyakit sitemik yang bermanifestasi

didaerah telinga, hidung, atau tenggorok demikian juga sebaliknya. Untuk mendaptkan

kemampuan dan keterampilan ini perlu latihan yang berulang.

Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dalam ruangan yang tenang, tersedia sebuah

meja kecil tempat melatkkan alat-alat pemeriksaan dan obat-obatan atau meja khusus

ENT istrumen unit yang sudah dilengkapi dengan pompa pengisap, kursi pasien yang

dapat berputar dan dinaik turunkan tingginya serta kursi untuk pemeriksa dan meja

tulis.

Salah satu gejala atau manifestasi klinik yang sering timbul adalah sakit

tenggorokan atau sakit menelan ( odinofagi ) akibat adanya kelainan atau peradangan

didaerah nasofaring, orofaring dan hipofaring.

Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong,

yang besar dibagian atas dan sempit dibagian bawah. Pada faring inilah bisa terjadi

infeksi atau peradangan yang disebut faringitis dan gejala utamanya adalah odinofagi.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Menjelaskan istilah yang belum diketahui

2. Mencari dan mejelaskan masalah yang ada pada skenario

3. Menetukan diagnosis banding penyakit pasien pada skenario

4. Menegakkan diagnosis penyakit pasien pada skenario

5. Menjelaskan penatalaksanaan untuk pasin pada skenario

1 LBM I “SAKIT TELAN”

Page 2: MAKALAH FARINGITIS

C. Manfaat

Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan istilah yang belum diketahui

2. Mahasiswa dapat mejelaskan masalah yang ada pada skenario

3. Mahasiswa dapat menetukan diagnosis banding penyakit pasien pada skenario

4. Mahasiswa dapat menegakkan diagnosis penyakit pasien pada skenario

5. Mahasiswa dapat menjelaskan penatalaksanaan untuk pasin pada skenario

2 LBM I “SAKIT TELAN”

Page 3: MAKALAH FARINGITIS

BAB II

PEMBAHASAN

SKENARIO

LBM I

SAKIT TELAN

Seorang laki-laki, berusia 25 tahun, datang kerumah sakit dengan keluhan

tenggorokan sakit, tidak mau makan karena setiap kali menelan terasa sakit. Keluhan disertai

demam yang sudah berlangsung sejak 3 hari yang lalu. Pasien seorang perokok berat. Pada

pemeriksaan fisik didaptkan keadaan umum baik, tekanan darah 120/80 mmHg, RR

24x/menit, suhu 37,8ᵒ C. Inspeksi tenggorokan ditemukan tonsil T1-T1, faring hiperemi.

Pada pemeriksaan hidung dan telinga pada batas normal. Pada pemeriksaan laboratorium

didapatkan leukosit 14.000/mm3.

A. TERMINOLOGI

Hiperemi merupakan kemerahan akibat peradangan, gangguan sirkulasi, kongesti

sehingga menyebabkan darah berlebihan dalam pembuluh darah dan melebar.

B. PERMASALAHAN

1. Bagaimana mekanisme terjadinya keluhan-keluhan pada pasien :

a. Tenggorokan sakit

b. Tidak mau makan

c. Demam : 37,8C

d. Faring hipermeis

e. leukositosis

2. Sebutkan pembesaran-pembesaran Tonsil!

3. Anatomi dasar?

PEMBAHASAN

1. Mekanisme keluhan-keluhan:

Dilihat dari skenario, bahwa faktor yang mempengaruhi gejala-gejala yang dialami

pasien adalah rokok. Dimana di dalam rokok terkandung nikotin dan zat spesies O2

reaktif/radikal bebas, kemudian terhirup dan masuk ke dalam faring dan

menyebabkan hipertrofi kelenjar mukosa faring disertai hilangnya epitel bersilia yang

3 LBM I “SAKIT TELAN”

Page 4: MAKALAH FARINGITIS

menyebabkan peradangan dengan infiltrasi neutrofil. Karena terjadi peradangan maka

leukosit akan melepaskan pyrogen endogen (contohnya IL-1 dan TNF) kemudian

memasuki daerah preoptik hipotalamus, pyrogen akan merangsang phospolipase A2

untuk melepaskan asam arakidonat yang akan masuk ke jalur cox sehingga

meningkatkan ekspresi cox untuk melepaskan PGE2. PGE2 kemudian merangsang

termoregulatory neuron untuk meningkatkan termostat set point di hipotalamus

sehingga menyebabkan peningkatan suhu dan sebagai hasilnya adalah demam.

Demam akan terjadi bersamaan dengan hiperemi dari reaksi peradangan akut.

Ini terjadi dimana pada saat peradangan timbul maka arteriol yang mensuplai daerah

tersebut berdilatasi. Dengan demikian lebih banyak darah mengalir ke dalam

mikrosirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau sebagaian saja

yang meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah sehingga menimbulkan warna

merah (hiperemi) lokal karena peradangan akut. Ini semua disebabkan oleh

pengeluaran zat histamin.

Dari reaksi peradangan dapat dihasilkan berbagai cara, seperti pengeluaran zat

kimia tertentu seprti histamin dan zat kimia bioaktif lainnya dapat merangsang saraf.

Selain itu juga, pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan

tekanan lokal sehingga tenggorokan terasa sakit. Terutama mengenai saraf IX dan

saraf X yang berfungsi dalam menelan sebagai akibatnya nafsu makan menurun.

2. Pembesaran-pembesaran Tonsil :

T0 : Sudah dioperasi

T1 : ukuran normal

T2 : pembesaran Tonsil tidak sampai garis tengah

T3 : pembesaran Tonsil mencapai garis tengah

T4 : pembesaran Tonsil melewati garis tengah

4 LBM I “SAKIT TELAN”

Page 5: MAKALAH FARINGITIS

3. Anatomi

5 LBM I “SAKIT TELAN”

Page 6: MAKALAH FARINGITIS

C. KEYWORD ( KATA KUNCI )

Laki-laki 25 tahun

Tenggorokan sakit

Tidak mau makan karena Sakit menelan

Demam

Onset 3 hari

Perokok berat

TD 120/80 mmHg

RR 24X/menit

T=37,8°C

Faring hiperemi

Pemeriksaan fisik (tonsil T1-T1)

Leukosit 14.000

Hidung dan telinga normal.

D. DIAGNOSIS BANDING

1. FARINGITIS

Fringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus ( 40-60%),

bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin dan lain-lain. Virus dan bakteri melakukan

invasi ke faring dan menimbulkan reaksi inflamasi lokal.

1. Faringitis Akut

a. Faringitis Viral

Rinovirus menimbulkan gejala rinitis dan beberapa hari kemudian akan

menimbulkan faringitis.

Gejala dan tanda

Demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit menelan. Pada pemeriksaan

tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza, coxsachae virus dan

sitomegalovirus tidak menghasilkan eksudat. Coxsachae virus dapat

menimbulkan lesi vesikular diorofaring dan lesi kulit berupa makulopapular rash.

6 LBM I “SAKIT TELAN”

Page 7: MAKALAH FARINGITIS

Adenovirus selain dapat menimbulkan gejala faringitis juga menimbulkan

gejala konjungtivitis terutama pada anak.

Ebstein Barr Virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksi

eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfe diseluruh

tubuh terutama retroservikal dan hepatosplenomegali.

Faringitis yang disebabkan HIV 1 menimbulkan keluhan nyeri tenggorok,

nyeri menelan, mual dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis,

terdapat eksudat limfadenopati akut dileher dan pasien tampak lemah.

b. Faringitis Bakterial

Infeksi group A streptococcus β Hemoliticus merupakan penyebab faringitis akut

pada orang dewasa ( 15%) dan pada anak ( 30%)

Gejala dan Tanda

Nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang-kadang disertai demam dengan suhu

yang tinggi dan jarang disertai batuk.

Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis, dan

terdapat eksudat dipermukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak

peteckiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar,

kenyal dan nyeri pada penekanan

7 LBM I “SAKIT TELAN”

Page 8: MAKALAH FARINGITIS

c. Faringitis Fungal

Candida dapat tumbuh di rongga mulut dan faring

Gejala dan Tanda

Keluhan nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak

putih diorofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis. Pembiakan jamur

dilakukan dalam agar sabouroud dextrosa.

d. Faringitis Gonorea

Hanya terdpat pada pasien yang melakukan kontak orogenital.

2. Faringitis Kronis

Terdapat dua bentuk, yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik atrofi.

Faktor predisposisi faringitis kronik difaring ini adalah rinitis kronik, sinusitis, iritasi

kronik oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring,

dan debu. Faktor lain penyebab terjadinya faringitis kronik adalah pasien yang biasa

bernapas melalui mulut karena hidungnya tersumbat.

a. Faringitis Kronik Hiperplastik

Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan dinding mukosa posterior

faring. Tampak kelenjar limfa dibawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi.

Pada pemeriksaan didapat mukosa dinding posterior tidak rata dan bergranular.

Gejala dan Tanda

Pasien mengeluh mula-mula tenggorokan kering dan gatal dan akhirnya batuk.

b. Faringitis Kronik Atrofi

8 LBM I “SAKIT TELAN”

Page 9: MAKALAH FARINGITIS

Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rinitis atrofi. Pada rinitis

atrofi, udara pernapasan tidak diatur suhu serta kelembapannya sehingga

menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring.

Gejala dan Tanda

Pasien mengeluh tenggorokan kering dan tebal serta mulut berbau. Pada

pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila

diangkat tampak mukosa kering.

3. Faringitis spesifik

a. Faringitis Leutika

Treponema Pallidum dapat menimbulkan infeksi didaerah faring seperti juga

penyakit lues diorgan lain. Gambaran Kliniknya tergantung stadium penyakit

primer, sekunder atau tersier.

Stadium Primer

Kelaian pada stadium primer terdapat pada lidah, palatum mole, tonsil dan

dinding posterior faring berbentuk bercak keputihan. Bila infeksi terus

berlangsung maka timbul ulkus pada daerah faring seperti ulkus pada genitalia

yanitu tidak nyeri. Juga didapatkan pembesaran kelenjar mandibula yang tidak

nyeri tekan.

Stadium Sekunder

Dtadium ini jarang ditemukan. Terdapat eritema pada dinding faring yang

menjalar kearah laring.

Stadium Tersier

Pada stadium ini terdapat guma. Predileksinya pada tonsil dan palatum. Jarang

pada dinding psoterior faring. Guma pda dinding posterior faring dapat meluas ke

vertebra servikal dan bila pecah dapat menyebabkan kematian. Guma yang

terdapat dipalatum mole, bila sembuh akan terbentuk jaringan parut yang dapat

menimbulkan gangguan fungsi palatum secara permanen.Diagnosis ditegakkan

sengan cara serologik.

b. Faringitis Tuberkulosis

Merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru. Pada infeksi kuman tahan

asam jenis bovinum dapat timbul Ttuberkulosis faring primer. Cara infeksi

eksogen yaitu kontak dengan sputum yang mengandung kuman atau inhalasi

9 LBM I “SAKIT TELAN”

Page 10: MAKALAH FARINGITIS

kuman melalui udara. Cara infeksi endogen yaitu penyebaran melalui darah pada

tuberkulosis milliaris. Buila infeksi timbul secara hematogen maka tonsil dapat

terkena pada kedua sisi dan lesi sering ditemukan pada dinding psoterior faring,

arcus faring anterior, dinding lateral hipofaring, palatum mole, dan palatum

durum. Kelenjar regional leher membesar. Saat ini juga penyebaran secara

limfogen.

Gejala dan Tanda

Keadaan umum pasien buruk karena infeksi dan odinofagia. Pasine mengeluh

nyeri yang hebat ditenggorok, nyeri ditelinga atau otalgia serta pembesaran

kelenjar limfa sevikal.

Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan sputum basil tahan asma,

foto toraks untuk melihat adanya tuberkulosis paru dan biopsi jaringan yang

terinfeksi untuk menyingkirkan proses keganasan serta mencari kuman basil

tahan asam dijaringan.

2. Tonsilitis

Definisi

Adalah peradanagn tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin waldeyer. Cincin

waldayer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu :

tonsil paringea (adenoid), taonsilpalatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal

lidah), tonsil tuba eustachius (lateral band dinding faring / gerlach’s tonsil).

Penyebab infeksi melalui udara (airborn droplets), tangan dan ciuman. Dapat

terjadi pada semua umur, terutama pada anak.

a) Tonsilitis akut

1) Tonsilitis viral

Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai common cold disertai rasa nyeri

tenggorok. Penyebab yang paling seringbadalah viris Epstein Barr (EBV).

Hemofilius influenza merupakan penyebab tonsilitis akut suprative. Jika terjadi

10 LBM I “SAKIT TELAN”

Page 11: MAKALAH FARINGITIS

infeksi virus coxchaki, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak luka-

luka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri dirasakan pasien.

2) Tonsilitis bakterial

Radanga akut tonsil dapat disebabkan kuman group A stertococus β hemolitikus

dikenal sebagai strept throat, pneumokokus, streptokokus viridan, dan stertococus

piogenes. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan

reaksi radang berupa kluarnya leukosit polimorfnukleat sehingga terbentuk

detritus. Detritus ini merupak kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel

terlepas. Secara klinis detritus ini mengisi kriptus tonsil & tampak sebagai bercak

kuning

Bentuk tonsililitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis

polikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur maka

akan terjadi tonsilitis lakunaris. Bercak detritus ini melebar sehingga terbentuk

semacam membran semu (pseudomembran) yang menutup tonsil

Gejala dan Tanda

Masa inkubasi 2-4 hari. Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri

tenggorokan dan nyeri waktu menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi,

rasa lesu, rasa nyeri di sendi-sendi, tidak nafsu makan rasa nyeri di telinga

(otalgia). Rasa nyeri di telinga ini karena nyeri alih (referred pain) melalui saraf

n. Glosofaringeus (n.IX). pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak,

hiperemis dan terdapat detritus folikel, lakuna atau tertutup oleh membran semu.

Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan.

Komplikasi

11 LBM I “SAKIT TELAN”

Page 12: MAKALAH FARINGITIS

Pada anak sering menimbulkan komplikasi otitis media akut, sinusitis, abses

peritonsil (quincy throat), abses parafarin, bronkitis, glomerulonefritis akut,

miokarditis, artritis serta septikemia akibat infeksi V. Jugularis interna (sindrom

lamierre).

Akibat hipertrofi tonsil akan menyebabkan pasien bernfas

menggunakan mulut, tdur mendengkur (ngorok), gangguan tidur karena terjadi

sleep apnea yang dikenal sebagai obstructive sleep apnea syndrome (OSAS)

b) Tonsil Membranosa

Penyakit yang termasuk dalam golongan tonsilitis membranosa adalah (a)

tonsilitis defteri (b) tonsilitis septic (septic sore throat) , (c)angina plaut vincent,

(d)penyakit klainan darah seperti leukimia akut, anemia pernisiosa, neutropnia

maligna serta infeksi mono-nukleusis, (e)proses spesifik lues dan tuberkulosis

(f)infeksi jamur monoliasis atimolikosis dan blastomikosis, (g)onfeksi virus

morbili pertusis dan skarlatini.

1. Tonsilitis defteri

Frekuensi penyeakit ini sudah menurun berkat keberhasilan imunisasi kepada

bayi dan anak. Penyebab tonsilitis defteri adalah kuman myobacterium coryne

bacterium diphteriae, kuman yang termasuk gram positif dan hidung du

saluran nafas bagian atas, yaitu hidung, faring, dan laring. Tidak semua orang

yang terinfeksi oleh kuman ini akan menjadi sakit. Keadaan ini tergantung titer

antitoksi dalam darah seseorang. Titer antitoksim sebsesar 0,03 satuan per cc

darah dapat dianggap cukup meberikan dasar imunitas. Hal inilah yang dipakai

dalam tes Schick.

Tonsilitis difteri sering ditemukan pada anak berusia kurang dari 10

tahun dan frekuensi tertinggi pada usia 2-5 tahun walaupun pada orang dewasa

masih mungkin menderita penyakit ini.

Gejala dan tanda

Gambaran klinis dibagi dalam 3 golongan yaitu gejala umum, gejala lokal dan

gejala akibat eksotoksin.

a. Gejala umum seperti juga gejala infeksi lainnya yaitu kenaikan suhu tubuh

biasanya subfebtis, nyeri kepala, tidak napsu makan, badan lemah, nadi

lambat, serta keluhan nyeri menelan

12 LBM I “SAKIT TELAN”

Page 13: MAKALAH FARINGITIS

b. Gejala lokal yang tampak berupa tonsil membengkak ditutupi bercak putih

kotor yang makin lama makin meluas dan bersatu membentuk membran

semu. Membran ini dapat meluas ke palatum mole, uvula, nasofaring,

laring, trakea, dan bronkus dan dapat menyumbat saluran napas. Membran

semu ini melekat pada dasarnya, sehingga bila diangkat akan mudah

berdarah. Pada perkembangan ini, bila infeksi bejalan terus, kelenjar limfa

leher akan membesar sedemikian besarnya sehingga leher menyerupai leher

sapi (bullneck) atau disebut juga burgemester’s hals

c. Gejala akibat eksotoksin yang dikeluatkan oleh kuman difteri ini akan

menimbulkan kerusakan jaringan tubuh yaitu pada jantung dapat terjadi

miokarditis sampai dekompensasi kordis, mengenai saraf kranial

menyebabkan kelumpuhan otot palatum dan otot-otot pernapasan dan pada

ginjal menimbulkan albuminuria.

Diagnosis

Diagnosis tonsilitis difteri ditegakkan berdasarkan gambaran klinik dan

pemeriksaan preparat langsung kuman yang di ambil dari permukaan bawah

membran semu dan didapatkan kuman corynebacterium difteriae.

2. Tonsilitis septik

Penyebab dari tonsilitis septik ialah streptokokus hemolitikus yang terdapat

dalam susu sapi sehingga dapat timbul epidemi. Oleh karena itu di indonesia susu

sapi dimasak dulu dangan cara pasteorisasi sebelum diminum maka penyakit ini

jarang ditemukan.

3. Angina plaut vincent (stomatitis ulsero membranosa)

Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema yang didapatkan

pada penderita dengan hygen mulut yang kurang dan defisiensi vitamin C.

Gejala

Demam sampai 39oC, nyeri kepala, badan lemah dan kadang-kadang terdapat

gangguan pencernaan. Rasa nyeri di mulut, hipersalivasi, gigi dan busi sering

berdarah.

4. Penyakit kelainan darah

13 LBM I “SAKIT TELAN”

Page 14: MAKALAH FARINGITIS

Tidak jarang tanda pertama leukimia akut, angina agranulositosis dan infeksi

mononukleus timbul difaring atao tonsil yang tertutup membran semu. Kadang-

kadang terdapat perdarahan diselaput lendir mulut dan faring serta pembesaran

kelenjar submandibula.

Leukimia akut

Gejala pertama sering berupa epitaksis, perdarahan di mukosa mulut, gusi, dan

dibawah kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan. Tonsil membengkak

ditutupi membran semu tetapi tidak hiperemis dan rasa nyeri yang hebat

ditenggorokan.

Angina agranulositosis

Penyebabnya ialah akibat keracunan obat dari golongan amidopirin, sulfa dan

arsen. Pada pemeriksaan tampak ulkus di mukosa mulut dan faring serta disekitar

ulkus tampak gejala radang. Ulkus ini juga dapat ditemukan digenitalia dan

saluran cerna.

Infeksi mononukleusis

Pada penyakit ini terjadi tonsilofaringitis ulsero membranosa bilateral. Membran

semu yang menutupi ulkus mudah di angkat tanpa timbul perdarahan. Terdapat

pembesaran kelenjar limfa leher, ketiak dan regioinguinal gambaran darah khas

yaitu redapat leukosit mononukleus dalam jumlah besar. Tanda khasa yang lain

ialah kesanggupan serum pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah

domba (reaksi paul bunnel).

c) Tonsilitis Kronik

Faktor predisposis timbulnya tonsillitis kronik ialah rangsangan yang menahan

dari rokok, berapa jenis makanan, higene mulut yang buruk, pengaruh cuaca,

kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat. Kuman

penyebabnya sama dengan tonsillitis akut tetapi kadang-kadang kuman berubah

menjadi kuman golongan gram negative.

Patologi

Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga

jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid

diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti

14 LBM I “SAKIT TELAN”

Page 15: MAKALAH FARINGITIS

melebar. Secara klinik kripti ini tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus

sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan

jaringan disekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran

kelenjar limpa submandibula.

Gejala dan tanda

Pada pemeriksaa tampa tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata,

kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh detritus. Rasa ada yang mengganjal

di tenggorokan, dirasakan kering di tenggorokan dan nafas berbau.

3. ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS)

DEFINISI

ISPA merupakan penyakit infeksi akut yang melibatkan salah satu atau lebih dari organ

saluran pernapasan, hidung, sinus, faring dan laring. ISPA mencakup: tonsilitis

(amandel), sinusitis, rhinitis, laringitis, faringitis.

ETIOLOGI

Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti bakteri, virus,

micoflasma, jamur, dll. ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan

ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan mikoflasma, ISPA bagian

bawah yang disebabkan oleh bakteri umumnya mempunyai manifestasi klinis yang

berat sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam penanganannya. Bakteri

penyebab ISPA antara lain dari genus streptococcus, stapylococus, pneumococus,

hemofilus, bordetella, dan korinekbakterium. Sedangkan virus penyebab ISPA antara

lain adalah golongan miksovirus, adenovirus, koronavirus, pikornakirus, mikoplasma,

herpes virus, dll.

MANIFESTASI KLINIS

15 LBM I “SAKIT TELAN”

Page 16: MAKALAH FARINGITIS

Pada umumnya anak umur tiga bulan sampai tiga tahun menderita demam pada awal

perjalanan infeksi. Kadang-kadang beberapa jam sebelum tanda-tanda yang

berlokalisasi muncul. Bayi yang lebih muda biasanya tidak demam dan anak yang lebih

tua dapat menderita demam ringan. Pada anak yang lebih tua gejala awalnya adalah

kekeringan dan iritasi dalam hidung dan tidak jarang di dalam faring. Gejala ini dalam

beberapa jam disertai bersin, rasa menggigil nyeri otot, ingus hidung yang encer kadang

batuk., nyeri kepala lesu dan demam ringan. Dalam satu sekresi biasanya lebih kental

dan akhirnya perulen. Obstruksi hidung menyebabkan pernapasan melalui mulut.

PATOFISIOLOGI

Perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi 4 tahap yaitu :

a. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi

apa-apa.

b. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah

apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.

c. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul gejala demam

dan batuk.

d. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh

dengan atelektasis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia.

E. DIAGNOSIS

Dari pembahasan diatas dapat ditegakkan diagnosis bahwa pasien pada skenario mengarah

pada faringitis, dan karena keluhan baru 3 hari, maka diagnosis faringitis akut

F. PENATALKSAAN FARINGITIS AKUT

Analgetika

Kortikosteroid : deksametason 8-16 mg, IM, 1 kali. Pada anak 0,08-0,3 mg/kgBB, IM,

1 kali ( bila perlu saja )

Kumur dengan air hangat atau antiseptik

EDUKASI

o Istirahat yang banyak

o Jangan minum es dan makan yang berminyak

o Kurangi merokok

16 LBM I “SAKIT TELAN”

Page 17: MAKALAH FARINGITIS

o Dan hindari makanan pedas

o Sering-sering berkumur

G. PRONOSIS FARINGITIS AKUT

Prognosis pasien pada skenario yang menderita faringtis akut adalah baik.

H. KOMPLIKASI FARINGITIS AKUT

Adapun komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien faringitis akut adalah faringitis

kronik, faringitis eksaserbasi akut, dan Otitis Media Akut ( OMA )

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat di buat kesimpulan :

1. Diagnosis pasien pada skenario adalah faringitis akut karena keluhan baru disrakan 2

hari

2. Faringitis disebabkan oleh iritasi asap rokok

3. Dan penatalaksanaannya dengan analgetik, kumur air hangat atau antiseptik

17 LBM I “SAKIT TELAN”