faringitis proposal.doc

35
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Faringitis adalah inflamasi atau infeksi dari membran mukosa faring atau dapat juga tonsilopalatina. Faringitis akut biasanya merupakan bagian dari infeksi akut orofaring yaitu tonsilofaringitis akut atau bagian dari influenza (rinofaringitis) (Departemen Kesehatan, 2007). Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran kelenjar getah bening leher dan malaise (1) Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40−60%), bakteri (5−40%), alergi, trauma, iritan, dan lain- lain. Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Setiap tahunnya ± 40 juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan karena faringitis. Anak-anak dan orang dewasa umumnya mengalami

Transcript of faringitis proposal.doc

Page 1: faringitis proposal.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Faringitis adalah inflamasi atau infeksi dari membran mukosa faring

atau dapat juga tonsilopalatina. Faringitis akut biasanya merupakan bagian dari

infeksi akut orofaring yaitu tonsilofaringitis akut atau bagian dari influenza

(rinofaringitis) (Departemen Kesehatan, 2007). Faringitis akut adalah infeksi

pada faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri, yang ditandai oleh adanya

nyeri tenggorokan, faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran kelenjar

getah bening leher dan malaise (1) Faringitis merupakan peradangan dinding

faring yang disebabkan oleh virus (40−60%), bakteri (5−40%), alergi, trauma,

iritan, dan lain-lain. Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Setiap

tahunnya ± 40 juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan karena

faringitis. Anak-anak dan orang dewasa umumnya mengalami 3−5 kali

infeksi virus pada saluran pernafasan atas termasuk faringitis (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Frekuensi munculnya faringitis lebih

sering pada populasi anak-anak. Kira-kira 15−30% kasus faringitis pada anak-

anak usia sekolah dan 10% kasus faringitis pada orang dewasa. Biasanya terjadi

pada musim dingin yaitu akibat dari infeksi Streptococcus ß hemolyticus

group A. Faringitis jarang terjadi pada anak-anak kurang dari tiga tahun.

Faktor risiko lain penyebab faringitis akut yaitu udara yang dingin, turunnya

daya tahan tubuh yang disebabkan infeksi virus influenza, konsumsi makanan

yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan, merokok dan seseorang

yang tinggal di lingkungan kita yang menderita sakit tenggorokan atau demam.

Page 2: faringitis proposal.doc

Mengingat banyaknya penderita gastroenteritis di Indonesia dan masih

sedikitnya informasi mengenai karakteristik penderita faringitis di Indonesia,

sehingga mendorong saya untuk meneliti karakteristik penderita faringitis pada

salah satu puskesmas di makassar yaitu puskesmas Tamalanrea Jaya.

.B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat

dirumuskan pertanyaan penelitian berupa bagaimanakah karakteristik penderita

faringitis di puskesmas Tamalanrea Jaya periode Januari 2015-Juni 2015.

. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum:

Mengetahui karakteristik penderita faringitis di puskesmas tamalanrea jaya

yang berkunjung pada bulan Januari - Juni tahun 2015.

2. Tujuan Khusus:

a) Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita faringitis

berdasarkan usia di puskesmas tamalanrea jaya pada bulan Januari-Juni 2015

b) Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita faringitis

berdasarkan jenis kelamin di puskesmas tamalanrea jaya pada bulan Januari-Juni

2015

c) Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita faringitis

berdasarkan gejala/keluhan penyakit di puskesmas tamalanrea jaya pada bulan

Januari-Juni 2015

Page 3: faringitis proposal.doc

d) Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita gastroenteritis

berdasarkan cara perawatan di puskesmas batua pada bulan Juli - Desember 2014

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat;

1. Bagi peneliti untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman

dalam melakukan penelitian.

2. Sebagai bahan penyuluhan kesehatan, terutama terkait faringitis

bagi masyarakat umum.

3. Sebagai sumber data bagi puskesmas faringitis mengenai

karakteristik penderita faringitis tahun 2015.

4. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan referensi untuk penelitian yang

sama atau terkait.

Page 4: faringitis proposal.doc

1

Page 5: faringitis proposal.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Faringitis adalah inflamasi atau infeksi dari membran mukosa

faring atau dapat juga tonsilopalatina. Faringitis akut biasanya

merupakan bagian dari infeksi akut orofaring yaitu tonsilofaringitis akut

atau bagian dari influenza (rinofaringitis) (Departemen Kesehatan, 2007).

Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau

bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat dan

hiperemis, demam, pembesaran kelenjar getah bening leher dan malaise.

(1)

B. Epidemiologi

Setiap tahunnya ± 40 juta orang mengunjungi pusat pelayanan

kesehatan karena faringitis. Anak-anak dan orang dewasa

umumnya mengalami 3−5 kali infeksi virus pada saluran

pernafasan atas termasuk faringitis (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2013). Frekuensi munculnya faringitis lebih sering pada

populasi anak-anak. Kira-kira 15−30% kasus faringitis

2

Page 6: faringitis proposal.doc

pada anak-anak usia sekolah dan 10% kasus faringitis pada orang

dewasa. Biasanya terjadi pada musim dingin yaitu akibat dari infeksi

Streptococcus ß hemolyticus group A. Faringitis jarang terjadi pada anak-

anak kurang dari tiga tahun 4,5)

C. Etiologi

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh

virus (40−60%), bakteri (5−40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Faringitis bisa

disebabkan oleh virus maupun bakteri.

- Virus yaitu Rhinovirus, Adenovirus, Parainfluenza,

Coxsackievirus, Epstein –Barr virus, Herpes virus.

- Bakteri yaitu, Streptococcus ß hemolyticus group A, Chlamydia,

Corynebacterium diphtheriae, Hemophilus influenzae, Neisseria

gonorrhoeae.

- Jamur yaitu Candida jarang terjadi kecuali pada penderita

imunokompromis yaitu mereka dengan HIV dan AIDS, Iritasi makanan yang

merangsang sering merupakan faktor pencetus atau yang memperberat

D. Gejala Klinis

Pada anak-anak, gejala awal adalah anak menjadi cengeng dan

gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan menurun, kemudian

timbul tinja cair, dapat disertai darah atau lendir, warna tinja berubah

3

Page 7: faringitis proposal.doc

menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu, anus dan sekitarnya

menjadi lecet karena tinja menjadi asam akibat banyaknya asam laktat

yang terbentuk dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh

usus. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila

penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit, terjadilah gejala

dehidrasi yaitu berat badan menurun pada bayi, ubun-ubun besar dan

cekung, tonus dan turgor otot kulit berkurang, selaput lender mulut dan

bibir menjadi kering.(2,5)

Pada orang dewasa, akan timbul diare dan muntah-muntah. Orang

yang terkena mungkin juga terkadang sakit kepala, demam, dan abdominal

cramps (“sakit perut”), serta nyeri otot. Secara umum, gejala akan mulai

setelah 1 sampai 2 minggu setelah terkena virus penyebab Gastroenteritis

dan dapat berlangsung selama 1 sampai 10 hari, tergantung pada virus

yang menyebabkan penyakit. Kemudian bisa disusul dengan kehabisan

cairan dalam tubuh.(6,7) 

Klasifikasi Tanda dan Gejala

Dehidrasi Berat

(kehilangan cairan > 10% berat badan)

Dua atau lebih tanda berikut:

Kondisi umum lemah, letargis/tidak sadar

Ubun-ubun besar, mata sangat cekung

Malas minum/tidak dapat minum

Cubitan perut kembali sangat lambat (≥2 detik)

Dehidrasi Ringan-Sedang

(kehilagan cairan 5-10% berat badan)

Dua atau lebih tanda berikut:

Rewel, gelisah cengeng

Ubun-ubun besar, mata sedikit cekung

Tampak kehausan, minum lahap

Cubitan perut, kembali lambat

Tanpa Dehidrasi Tidak ada cukup tanda untuk diklasifikasikan ke dua

4

Page 8: faringitis proposal.doc

(kehilangan cairan < 5% berat badan)

kriteria di atas

Tabel 1. Klasifikasi Diare

E. Penatalaksanaan

Pada prinsipnya ada lima pilar tata laksana diare menurut WHO:

1. Rehidrasi(8,9)

- Diare akut dehidrasi berat

Rehidrasi intravena, 100cc/KgBB cairan ringer laktat atau

ringer asetat. Jika tidak ada, gunakan salin normal dengan

ketentuan berikut:

Pertama, berikan

30cc/KgBB dalam:

Selanjutnya, 70

cc/KgBB dalam:

Umur < 12 bulan 1 jam 5 jam

Umur ≥ 12 bulan 30 menit 2 1/2 jam

Tabel 2. Lama Pemberian Berdasarkan Umur

Diikuti rehidrasi oral jika sudah dapat minum, dimulai 5

cc/KgBB/jam selama proses rehidrasi;

Periksa kembali status hidrasi anak setiap 15-30 menit,

klasifikasikan ulang derajat dehidrasi setelah 3 jam (untuk

anak) atau 6 jam (untuk bayi). Tatalaksanaan selanjutnya

diberikan sesuai derajat dehidrasi tersebut;

Jika tidak ada fasilitas intravena, pasang pipa nasogastric dan

beri 20cc/KgBB/jam selama 6 jam atau rujuk segera ke rumah

sakit.

5

Page 9: faringitis proposal.doc

- Diare akut dehidrasi ringan-sedang

Pasien dipantau di puskesmas/rumah sakit;

Berikan larutan oralit dalam waktu 3 jam pertama sebanyak 75

cc/KgBB, ajarkan ibu memberi oralit sedikit-sedikit tapi sering

dengan sendok teh, cangkir, mangkok, atau gelas. Bila anak

muntah tunggu 10 menit, lalu lanjutkan dengan lebih lambat;

Lanjutkan pemberian ASI;

Periksa kembali dan klasifikasikan ulang setelah 3 jam.

- Diare akut tanpa dehidrasi

Dapat dilakukan terapi rawat jalan.

Berikan cairan tambahan, seperti ASI yang lebih sering dan

lama. Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, berikan oralit,

air matang, atau cairna makanan (kuah sayur, air tajin). Pada

kasus diare dengan dehidrasi, berikan 6 bungkus oralit (@200

cc), berikan 100 cc tiap BAB.

2. Dukungan Nutrisi(8,9,10)

Beri makanan segera setelah anak dapat makan secara bertahap.

Lanjutkan pemberian makanan atau ASI dengan pola sedikit tapi

sering (sekitar 6 kali/hari).

3. Antibiotik(8,9,10)

- Kolera: Tetrasiklin 4x500 mg/hari selama 3 hari atau

kotrimoksazol dengan dosis awal 2x3 tablet, kemudian 2x2 tablet

selama 6 hari atau kloramfenikol 4x500 mg/hari, selama 7 hari atau

golongan fluoroquinolon.

6

Page 10: faringitis proposal.doc

- S. aureus: kloramfenikol 4x500 mg/hari

- Salmonellosis: Ampisilin 4x1 g/hari atau kotrimoksazol 2x2 tablet

atau golongan fluoroquinolon seperti siprofloksasin 2x500mg

selama 3-5 hari.

- Shigellosis: Ampisilin 4x1 g/hari selama 5 hari atau kloramfenikol

4x500 mg/hari selama 5 hari.

- Helicobacter jejuni: Injeksi Eritromisin 3x500 atau 4x500 mg/hari

selama 7 hari.

- Amubiasis: Metronidazol 4x500 mg/hari selama 3 hari atau

tinidazol dosis tunggal 2 g/hari selama 3 hari atau tetrasiklin 4x500

mg/hari selama 10 hari.

- Giardiasis: Chloroquin 3x100 mghari selama 5 hari atau

metronidazole 3x250 mg/hari selama 7 hari.

- Balantidiasis: Tetrasiklin 3x500 mg/hari selama 10 hari

- Kandidosis: Nystatin 3x500.000 unit selama 10 hari

- Virus: simptomatik dan suportif

4. Zink(8,9,10)

Beri tablet zink selama 10-14 hari, yaitu 1/2 tablet (10 mg)/hari

untuk anak usia < 6 bulan dan 1 tablet (20 mg)/hari untuk anak usia ≥

6 bulan. Zink bermanfaat untuk menurunkan frekuensi BAB dan

memperbaiki volume tinja, mengurangi lama diare, serta menurunkan

kejadian diare pada bulan-bulan berikutnya.

5. Edukasi pada orang tua(8,9)

7

Page 11: faringitis proposal.doc

Edukasi kapan harus kembali (jika keadaan anak memburuk, tidak

dapat/malas minum, timbul demam, timbul darah dalam tinja, tidak

membaik setelah 5 hari).

F. Komplikasi

Dehidrasi, gangguan elektrolit, penurunan berat badan, gagal tumbuh,

serta diare yang lebih berat dan sering terjadi.(8)

8

Page 12: faringitis proposal.doc

BAB III

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN DEFENISI

OPERASIONAL

A. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori

B. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep

9

EtiologiVirus

Bakteri

Parasit

Gejala dan tandaDemamDiareMuntahDehidrasi

DiagnosisAnamnesisPemeriksaan fisikPemeriksaan penunjang

Kultur tinja

Gastroenteritis

Terapi sesuai etiologiRehidrasi

Dukungan Nutrisi

Antibiotik

Zink

Edukasi

Follow up

Usia

Jenis kelamin

Keluhan/Gejala utama

Gastroenteritis

Cara Perawatan

Page 13: faringitis proposal.doc

C. Defenisi Operasional

1. Gastroenteritis akut

Gastroenteritis akut adalah penyakit yang terjadi akibat adanya

peradangan pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh infeksi

dengan gejalanya terutama adalah muntah, dehidrasi dan diare. Diare

adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari, dengan atau tanpa

darah pada tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara men-dadak

pada orang yang sebelumnya sehat.(1)

2. Usia

Selisih antara tanggal kunjungan pasien dengan tanggal lahir,

tertulis pada catatan medik, dan dikategorikan dalam kriteria obyektif

sebagai berikut:

1. 0 - 4 tahun

2. 5 - 9 tahun

3. 10-19 tahun

4. 20-44 tahun

5. ≥ 45 tahun

3. Jenis Kelamin

Ciri-ciri seksual individu yang dinilai berdasarkan tampilan fisik,

tertulis dalam catatan medik dan dikategorikan dalam kriteria obyektif

sebagai berikut:

10

Page 14: faringitis proposal.doc

1. Laki-laki

2. Perempuan

4. Keluhan Utama/Gejala Klinis

Keluhan utama yaitu gejala penyakit yang mengarah pada diagnosa

gastroenteritis akut, yang diungkapkan oleh penderita dan membuat

dirinya berkunjung untuk mendapatkan pengobatan dan yang

didapatkan oleh dokter, serta tertulis dalam catatan medik.

5. Cara Perawatan

Rawat jalan atau rawat inap yang diberikan kepada penderita yang

disesuaikan oleh penilaian gejala oleh dokter.

11

Page 15: faringitis proposal.doc

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif.

Pengambilan sampel penelitian dan pengolahan data dilakukan dengan

pendekatan waktu sebagaimana penelitian dengan desain cross sectional.

B. Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Batua. Penelitian dilaksanakan

pada tanggal 30 Maret – 11 April 2015.

C. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah catatan medik pasien yang terdaftar di

Puskesmas Batua.

D. Besar Sampel

Sampel penelitian ini adalah semua penderita gastroenteritis yang

tercatat di rekam medis di Puskesmas Batua.

E. Cara Pengambilan Sampel

Sampel berasal dari data sekunder yang diambil dari catatan medik, bagian

rekam medik Puskesmas Batua.

F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi:

12

Page 16: faringitis proposal.doc

1. Catatan medik pasien yang terdiagnosis gastroenteritis pada bulan

Juli - Desember 2014.

2. Catatan medik yang lengkap

Kriteria eksklusi:

1. Catatan medik yang tidak jelas terbaca

13

Page 17: faringitis proposal.doc

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 30 Maret – 11 April 2015

dengan mengambil data sekunder dari penderita gastroenteritis pada bulan

Juli hingga Desember 2014 yang tercatat dalam rekam medis di

Puskesmas Batua. Dari penelitian ini diperoleh 122 catatan medik pasien

sebagai populasi penelitian. Setelah dilakukan seleksi sesuai kriteria

eksklusi yang telah ditetapkan sebelumnya, seluruh catatan medik yang

terkumpul telah terisi lengkap dan memberikan informasi mengenai

seluruh variabel yang diteliti. Namun sebanyak delapan catatan medik sulit

terbaca dikarenakan usia catatan medik dan tinta pena yang digunakan

oleh dokter terlihat pudar.

Akhirnya didapatkan 114 sampel penelitian yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi, yang kemudian dilakukan input data, dengan hasil

sebagai berikut:

1. Distribusi penderita gastroenteritis berdasarkan usia

Gambar 3. Distribusi penderita gastroenteritis berdasarkan usia

14

Page 18: faringitis proposal.doc

Gambar 3. menunjukkan gastroenteritis paling sering terjadi pada

usia 0 sampai dengan 4 tahun, dimana terjadi pada 55 sampel atau

48,24% penderita gastroenteritis pada penelitian ini. Risiko terjadinya

gastroenteritis cenderung menurun seiring peningkatan usia.

2. Distribusi penderita gastroenteritis berdasarkan jenis kelamin

Gambar 4. Distribusi penderita gastroenteritis berdasarkan jenis kelamin

Pada penelitian kali ini, didapatkan bahwa gastroenteritis lebih

banyak terjadi pada laki-laki, yaitu sebanyak 68 sampel atau 59,64%

penderita gastroenteritis pada penelitian ini.

3. Distribusi penderita gastroenteritis berdasarkan keluhan utama/gejala klinis

Gejala/Keluhan Jumlah Penderita Presentase (n=114)

Diare 114 100%

Mual, Muntah 77 67%

Demam 61 53%

Lemah, Lesu 22 19%

Nyeri Perut 18 15%

Tabel 3. Distribusi penderita gastroenteritis berdasarkan keluhan/gejala

Sebagaimana terlihat pada Tabel 3, 114 sampel atau 100% penderita

gastroenteritis menderita diare, diikuti mual dan muntah, demam, lemah atau

lesu dan nyeri perut.

15

40,35%

59,65%

Page 19: faringitis proposal.doc

4. Distribusi penderita gastroenteritis berdasarkan cara perawatan

Cara Perawatan Jumlah Penderita Presentase (n=114)

Rawat Jalan 92 81%

Rawat Inap 22 19%

Tabel 4. Distribusi penderita gastroenteritis berdasarkan cara perawatan

Pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa 92 sampel atau 81% dilakukan

dengan rawat jalan, sedangkan 22 sampel atau 19% dilakukan dengan rawat

inap.

B. Pembahasan

1. Sosiodemografi Penderita Gastroenteritis (Umur dan Jenis

Kelamin)

Data epidemiologi yang ditunjukkan oleh beberapa penelitian

mengenai gatroenteritis menunjukkan bahwa penyakit ini merupakan

salah satu penyakit yang paling sering menyebabkan pasien di rawat

inap.(3) Di Indonesia, angka kesakitannya adalah sekitar 200-400

kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunnya.(2)

Di Amerika Serikat dengan perbaikan sanitasi dan tingkat

pendidikan, prevalensi diare karena infeksi berkurang. Data dari

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan

bahwa infeksi karena Salmonella, Shigella, Listeria, Escherichia coli,

dan Yersinia berkurang berkisar 20-30% berkat perhatian atas

kebersihan dan keamanan makanan. Sementara di beberapa rumah

sakit di Indonesia data menunjukkan diare akut karena infeksi masih

16

Page 20: faringitis proposal.doc

menduduki peringkat pertama sampai dengan keempat pasien dewasa

yang datang berobat ke rumah sakit.(4,5)

Di Amerika, gastroenteritis bakteri adalah masalah yang sangat

umum untuk mendapatkan perawatan, baik secara umum maupun

kegawat daruratan, terutama untuk anak-anak dibawah 5 tahun. Dari

anak-anak yang berobat, 5% menderita diare dan 10% menerima rawat

inap. Sedangkan gastroenteritis pada orang dewasa jarang dilaporkan.

Tetapi beberapa penelitian mendapatkan setiap tahun, gastroenteritis

pada orang dewasa menyumbang 8 juta kunjungan dokter dan 250.000

mendapatkan rawat inap. (11)

Dalam penelitian ini diperoleh bahwa penderita gastroenteritis

tertinggi terjadi pada usia 0 hingga 4 tahun dan menurun sesuai

peningkatan usia. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Derval dkk

di Irlandia, menunjukkan hasil yang sama yaitu penderita

gastroenteritis tertinggi pada anak-anak dibawah 5 tahun dan menurun

sesuai dengan peningkatan usia.(12)

Penelitian yang dilakukan Gillian dkk di Australia mendapatkan

bahwa perbandingan penderita gastroenteritis antara laki-laki dan

perempuan adalah 45% dan 55%. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Mughini dkk mendapatkan bahwa perbandingan antara

laki-laki dan perempuan adalah 52% dan 48%. Dalam penelitian ini

didapatkan perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 59,65% dan

40,35%.(13,14)

2. Diagnosis dan Cara Perawatan

17

Page 21: faringitis proposal.doc

Pada anak-anak, 40% kasus adalah idiopatik, sedang agen viral

menyebabkan 30-40% gastroenteritis, diantaranya rotavirus, enteric

adenovirus, Norwalk like viruses, astrovirus. Bakteri dan parasit juga

penyebab yang signifikan dari penyakit diare pada anak-anak.

Dua tipe dasar diare infeksi akut adalah tipe non-inflamasi dan

inflamasi.(2,5)

Enteropatogen dapat menimbulkan diare non-inflamasi melalui

produksi enterotoxin oleh beberapa mekanisme invasif, penghancuran

permukaan (fili) sel oleh virus, perlekatan (adherence) oleh parasit,

perlekatan (adherence) oleh bakteri. Sedangkan diare inflamasi

biasanya disebabkan oleh invasi intestinal secara langsung atau

produksi sitotoksin. Namun ada beberapa enteropatogen memiliki

lebih dari satu sifat virulensi yang artinya dapat menginfeksi melalui

berbagai macam cara.(2,5)

Pada anak-anak, gejala awal adalah anak menjadi cengeng dan

gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan menurun,

kemudian timbul tinja cair, dapat disertai darah atau lendir, warna tinja

berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu, anus dan

sekitarnya menjadi lecet karena tinja menjadi asam akibat banyaknya

asam laktat yang terbentuk dari pemecahan laktosa yang tidak dapat

diabsorpsi oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau

sesudah diare. Bila penderita telah banyak kehilangan air dan

elektrolit, terjadilah gejala dehidrasi yaitu berat badan menurun pada

18

Page 22: faringitis proposal.doc

bayi, ubun-ubun besar dan cekung, tonus dan turgor otot kulit

berkurang, selaput lender mulut dan bibir menjadi kering.(2,5)

Pada orang dewasa, akan timbul diare dan muntah-muntah.

Orang yang terkena mungkin juga terkadang sakit kepala, demam, dan

abdominal cramps (“sakit perut”), serta nyeri otot. Secara umum,

gejala akan mulai setelah 1 sampai 2 minggu setelah terkena virus

penyebab Gastroenteritis dan dapat berlangsung selama 1 sampai 10

hari, tergantung pada virus yang menyebabkan penyakit. Kemudian

bisa disusul dengan kehabisan cairan dalam tubuh.(6,7) 

Pada penelitian ini didapatkan hasil yang sama dengan penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Gillian dkk di Australia yang

mendapatkan bahwa diare merupakan gejala yang muncul paling

sering pada penderita gastroenteritis. Pada penelitian ini didapatkan

bahwa diare terjadi pada semua sampel atau 100%, kemudian diikuti

mual atau muntah dengan 67%, demam dengan 53%, lemah atau lesu

dengan 19% dan nyeri perut dengan 15%. Pada penelitian yang

dilakukan Gillian dkk, mendapatkan gejala diare dengan 85%,

kemudian nafsu makan menurun dengan 66%, mual atau muntah

dengan 58% dan yang lainnya.(13)

Penelitian ini didapatkan bahwa rawat inap hanya 19% dari

sampel yang ada. Berbeda jika dibandingkan beberapa penelitian yang

mengatakan bahwa sebagian besar penderita gastroenteritis

mendapatkan rawat inap. Hal ini terjadi karena keterbatasan tempat

rawat inap.

19

Page 23: faringitis proposal.doc

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sesuai dengan data yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa

penderita gastroenteritis di puskesmas batua periode Juli sampai Desember

2014;

1. Tercatat paling banyak terjadi pada rentang usia 0 sampai 4 tahun

yaitu sebanyak 48,24% kasus.

2. Tercatat perbandingan laki-laki dengan perempuan yaitu 59,65% :

40,35%.

3. Tercatat diare terjadi pada 100% kasus, 67% mengeluhkan mual atau

muntah, 53% mengeluhkan demam, 19% mengeluhkan lesu atau

lemah dan 15% mengeluhkan nyeri perut.

4. Tercatat 81% menerima rawat jalan dan 19% menerima rawat inap.

B. Saran

1. Diperlukan pendidikan sejak dini bagi anak-anak usia dini atau

penyuluhan mengenai gastroenteritis bagi para orang tua murid,

sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya gastroenteritis pada

usia muda.

2. Diperlukan penyuluhan kesehatan yang baik dari penyedia-penyedia

layanan kesehatan, seperti dokter keluarga, puskesmas, maupun

rumah sakit, terkait gastroenteritis, yang masih menjadi penyakit

yang banyak terjadi di masyarakat.20

Page 24: faringitis proposal.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Noerasid, H.S. Gastroenteritis (Diare) Akut. In: Gastroenterologi Anak Praktis. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 1988. p. 47-9

2. Suraatmaja, S., 2007, Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. In: Sagung Seto, Jakarta;2007. p. 1-5, 11-12

3. Kemenkes, 2011, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan: Situasi Diare di Indonesia, Vol.2, 1,6, Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.

4. Powel Don W: Approach to the patient with diarrhea. In: Text book of Gastroenterology, 4th edition. Yamada T (Editor). Limphicot Williams & Wiekeins Philadelphia. USA. 2003.

5. Levine, adam. 2008. Pediatric Gastroenteritis. (on-line) http://emedicine.medscape.com/emergency_medicine [17 maret 2015].

6. Simadibrata M, Daldiyono. Diare Akut. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th edition. Jakarta; 2009. p.548-556

7. Thielman, N.M., dan Guerrant, R.L., 2004, Clinical Practice: Acute Infectious Diarrhea, The New England Journal of Medicine, Massachusetts Medical Society.

8. Pudjiadi AH, Hegar B, Hardyastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED. Pedoman pelayanan medis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2011.

9. World Health Organization (WHO). Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, pedoman bagi rumah sakit rujukan tingkat pertama di kabupaten/kota. Jakarta: WHO;2009.

10. Wyllie R. Clinical manifestations of gastrointestinal disease. In: Kliegman RM, Stanton BM, Geme J. Schor N, Behrman RE. Nelson’s textbook of pediatrics. Edisi ke-19. Philadelphia: Elsevier Saunders;2011.

11. Lynn JB. 2014. Bacterial Gastroenteritis. (on-line) http://emedicine.medscape.com/article/176400-overview [14 April 2015]

12. Igoe D, Collins C, etc. Acute Gastroenteritis in Ireland. National Disease Surveillance Centre Ireland. Ireland;2003

13. Gillian Hall. National Gastroenteritis Survey. The National Centre for Epidemiology & Population Health. Australia;2004. p. 22-24

14. Mughini LG, Graziani C, etc. Surveillance of Acute Infectious Gastroenteritis (1992-2009). Surveillance and Outbreak Report. Italy;2012

21