Makalah Ascariasis

33
KELOMPOK IV 03008061 Birri Ifkar 03008064 Calvindra Leenesa 03009165 Nadia Anggun Mowlina 03009176 Nyimas Ratih Amandhita NP 03010046 Ayu Nabila Kusuma P. 03010047 Bagus Dwi Putranto 03010048 Bayu Adiputro 03010049 Beatrix Tiara Indie 03010050 Bela Amanda Putri 03010051 Bella Ammara Karlinda Jakarta 13 Januari 2012

description

makalah

Transcript of Makalah Ascariasis

KELOMPOK IV

03008061Birri Ifkar 03008064Calvindra Leenesa 03009165Nadia Anggun Mowlina 03009176Nyimas Ratih Amandhita NP 03010046Ayu Nabila Kusuma P. 03010047Bagus Dwi Putranto 03010048Bayu Adiputro 03010049Beatrix Tiara Indie 03010050Bela Amanda Putri 03010051Bella Ammara Karlinda

Jakarta

13 Januari 2012

DAFTAR ISI

Bab I:Pendahuluan 3Bab II :Laporan Kasus. 4Bab III:Pembahasan. 8Bab IV:Tinjauan Pustaka.... 13Bab V:Kesimpulan 22Daftar Pustaka 23

BAB IPENDAHULUAN

Penyakit Kecacingan di Indonesia masih merupakan masalah besar atau masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena prevalensinya yang masih sangat tinggi. Cacing-cacing yang menginfestasi anak dengan prevalensi yang tinggi ini adalah cacing gelang (ascaris lumbricoides), cacing cambuk (trichuris trichiura), cacing tambang (necator americanus) dan cacing pita, kalau di diperhatikan dengan teliti, cacing-cacing yang tinggal diusus manusia ini memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kejadian penyakit lainnya misalnya kurang gizi.Ascariasis adalah infeksi cacing yang paling umum, dengan prevalensi seluruh dunia diperkirakan 25% (0,8-1,22 milyar orang). Survey yang dilakukan di beberapa tempat di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi A.lumbricoides masih cukup tinggi, sekitar 60-90% terutama pada anak. Ascariasis simtomatik dapat bermanifestasi menjadi gangguan pertumbuhan, pneumonitis, atau obstruksi usus. Manusia merupakan satu-satunya hospes Ascaris lumbricoides. Parasit ini ditemukan kosmopolit. Cacing ini terutama tumbuh dan berkembang pada penduduk di daerah yang beriklim panas dana lembab dengan sanitasi yang buruk. Kurangnya pemakaian jamban keluarga menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja di sekitar halaman rumah, di bawah pohon, di tempat mencuci dan di tempat pembuangan sampah.1,2

BAB IILAPORAN KASUS

Seorang anak perempuan usia 4 tahun dibawa ibunya ke puskesmas karena badannya semakin kurus dan tidak nafsu makan sejak 2 bulan terakhir. Kadang-kadang ada gejala diare. Sejak 2 minggu yang lalu pasien batuk-batuk dan sesak nafas. Anak juga mengalami demam. Demam telah dirasakan hilang timbul sejak sekitar 2 minggu yang lalu, tetapi tetap tinggi selama 3 hari terakhir. Batuknya kering dan berbunyi. Keluarga pasien tinggal di daerah yang padat, kumuh, dan tidak mempunyai jamban keluarga. Anak sering bermain di halaman tanpa memakai alas kaki dan tidak mencuci tangan sebelum makan. Pemeriksaan fisik: Kesadaran: compos mentis Suhu: 39o C Kulit: tidak ditemukan ptechiae Motorik: normal Mata & THT: tidak ada kelainan Jantung: tidak ada kelainan Paru-paru: Wheezing RR: 20x/menit Abdomen: tampak membuncit, hepar dan lien tidak terabaPemeriksaan Laboratorium Darah: Hb: 10 g/dL Leukosit: 4.500/L Hematokrit: 32% LED : 25 mm/jam Trombosit: 250.000/L Hitung Jenis Leukosit: 0/15/4/25/40/6 Tidak ditemukan sel muda dalam darah tepi, parasit malaria tidak ditemukan Urine Protein: - Glukosa: - Sedimen: - Leukosit: 3-4/LPB Eritrosit: 0/LPB Silinder: - Bakteri: - Faeces Leukosit: - Eritrosit: - Darah Samar: - Ditemukan telur cacing

Widal S. Tiphy O: - S. Tiphy H: - S. Paratiphy A/B/C: -Rontgen thorax : Tampak Infiltrat pada seluruh lapangan paru kiri dan kanan

Hasil Pemeriksaan Sputum :a. Pewarnaan Gram tidak ditemukan bakterib. Pewarnaan tahan asam: BTA negativec. Pemeriksaan KOH 10%: Jamur negatived. Pewarnaan Wright/ Giemsa: eosinofilia

BAB IIIPEMBAHASAN

Keluhan utama atau masalah utama pasien ini adalah mengalami penurunan berat dan penurunan nafsu makan. Dari keluhan tersebut kita memerlukan data-data tambahan untuk menyingkirkan hipotesis agar bisa menegakkan diagnosis pada pasien ini. Anamnesis tambahan1. Riwayat penyakit sekarang seperti apakah ada nyeri di bagian dada sebagai indikasi dari bronkopneumonia, atau adakah nyeri perut dan nyeri saat buang air besar, lalu apakah fecesnya berdarah untuk indikasi dari amebiasis, apakah ada gatal di malam hari pada bagian anus atau kaki untuk indikasi beberapa jenis infeksi cacing, apakah pernah muntah atau fecesnya mengandung cacing untuk indikasi dari infeksi cacing ascaris.2. Gaya hidup: untuk mengetahui kebiasaan-kebiasaan pasien, seperti pola makan, higiene dan sanitasi dari lingkungan, untuk indikasi adanya kemungkinan infeksi cacing atau amebiasis.3. Riwayat penyakit dahulu, apakah dulu pernah ada keluahan yang sama, apakah sudah berobat untuk mengatasi keluhan, 4. Riwayat penyakit keluarga: apakah ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama sebagai indikasi dari kemungkinan tertular infeksi cacing dan amebiasis.

Pemeriksaan Fisik Kesadaran: compos mentis Suhu: 39o C Kulit: tidak ditemukan ptechiae Motorik: normal Mata: tidak ada kelainan THT: tidak ada kelainan Jantung: tidak ada kelainan Paru-paru: Wheezing RR: 20x/menit Abdomen: tampak membuncit, hepar dan lien tidak terabaInterpretasi:Dari pemeriksaan fisik di atas didapatkan hasil yang hampir secara keseluruhan normal hanya didapatkan kelainan pada paru-paru yaitu terdapat wheezing yang menunjukkan kemungkinan adanya obstruksi saluran napas bagian atas, edema laring atau adanya benda asing yang bisa mengindikasikan kemungkinan adanya larva cacing di paru . Perut yang membuncit bisa menunjukkan indikasi adanya cacing dalam perut.

Diagnosis: AskariasisDiagnosis diterapkan berdasarkan pemeriksaan tinja dimana ditemukan telur yang tidak dibuahi, dan sindrome loeffler yaitu: demam, batuk, eosinofilia, dan pada foto thorax ditemukan infiltrat.

Tatalaksana:1. Penyuluhan kesehatanPenyuluhan kesehatan tentang sanitasi yang baik dan tepat guna, Hygiene keluarga dan hygiene pribadi seperti: Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman. Sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan serta sesudah buang air besar, tangan dicuci terlebih dahulu dengan menggunkan sabun. Bagi yang mengkonsumsi sayuran segar (mentah) sebagai lalapan, hendaklah dicuci bersih dan disiram lagi dengan air hangat. Sebaiknya makan makanan yang dimasak. Biasakan memakai jamban/WC. Mengadakan pengobatan massal setiap 6 bulan sekali didaerah endemik ataupun daerah yang rawan terhadap penyakit askariasis. 2. Pengobatan penderita Bila mungkin, semua yang positif sebaiknya diobati, tanpa melihat beban cacing karena jumlah cacing yang kecilpun dapat menyebabkan migrasi ektopik dengan akibat yang membahayakan. Untuk pengobatan tentunya semua obat dapat digunakan untuk mengobati Ascariasis, baik untuk pengobatan perseorangan maupun pengobatan massal. Beberapa obat yang sering dipakai seperti: piperazin, minyak chenopodium, hetrazan dan tiabendazol. Obat cacing yang sekarang dipakai berspektrum luas, lebih aman dan memberikan efek samping yang lebih kecil dan mudah pemakaiannya (Soedarto, 1991). Adapun obat yang sekarang ini dipakai dalam pengobatan adalah: 1. Mebendazol Obat ini adalah obat cacing berspektrum luas dengan toleransi hospes yang baik. Diberikan satu tablet (100 mg) dua kali sehari selama tiga hari, tanpa melihat umur, dengan menggunakan obat ini sudah dilaporkan beberapa kasus terjadi migrasi ektopik. 2. Pirantel Pamoat Dosis tunggal sebesar 10 mg/kg berat badan adalah efektif untuk menyembuhkan kasus lebih dari 90%. Gejala sampingan, bila ada adalah ringan dan obat ini biasanya dapat diterima (well tolerated). Obat ini mempunyai keunggulan karena efektif terhadap cacing kremi dan cacing tambang. Obat berspekturm luas ini berguna di daerah endemik di mana infeksi multipel berbagai cacing Nematoda merupakan hal yang biasa. 3. Levamisol Hidroklorida. Obat ini agaknya merupakan obat anti-askaris yang paling efektif yang menyebabkan kelumpuhan cacing dengan cepat. Obat ini diberikan dalam dosis tunggal yaitu 150 mg untuk orang dewasa dan 50 mg untuk orang dengan berat badan