LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
Transcript of LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
1/46
Hilman Suhaili
LBM 2 SGD 6
NYERI KEPALA
step 1
Definisi Nyeri kepala
Nyeri kepala tegang otot juga dikenal dengan nama-nama sebagai berikut: tension headache, musclecontraction headache, psychomyogenic headache, stress headache, essential headache, idiopathic headache
dan psycogenic headache, merupakan bentuk nyeri kepala yang banyak ditemukan dan paling peka terhadap
analgesik. Walaupun demikian, penderita dengan gejala nyeri kepala ini tidak jarang ke dokter spesialis saraf.
Hal ini biasanya disebabkan oleh nyeri kepala tersebut telah berubah, dari episodik menjadi kronis di mana nyeri
kepalanya tidak lagi jelas hubungannya dengan stress. Pada tipe episodik hubungan tersebut biasanya sangat
jelas.
Defisit neurologis fokal : kelemahan atau kelumpuhan lengan atas, tungkai atau salah satu sisi tubuh- Suatu masalah yang ada diotak atau jaringan tubuh dan sumsum tulang yang mempengaruhi posisi
lain (mata, muka, sendi lain)
step 2
1. Mengapa mengalami nyeri kepala sebelah kanan dan didaerah sekitar bola mata?2. Mengapa pasien merasa nyeri kepala yang hebat?3. Kenapa intensitas serangan nyeri 2-4 kali dan berlangsung selama 30 1 jam dan hilang timbul?4. Mengapa pada saat serangan hidung pasien tersumbat dan mata nrocos dan mata merah pada sisi
yang sakit?
5. Kenapa setelah diberi panadol nyeri tidak berkurang?6. Hubungan merokok dengan keadaan pasien diskenario?7. Mekanisme nyeri kepala?8. Hubungan keluhan pasien dengan riwayat dahulu?9. Kenapa tidak ditemukan defisit neurologis fokal?10.Apa pengobatan yang dianjurkan?11.Mengapa pasien membenturkan pasien kepala ketembok?12.DD?
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
2/46
Hilman Suhaili
step 3
1. Mengapa pasien merasa nyeri kepala yang hebat?Fisiologi Sakit Kepala
Nyeri (sakit) merupakan mekanisme protektif yang dapat terjadi setiap saat bila ada jaringan
manapun yang mengalami kerusakan, dan melalui nyeri inilah, seorang individu akan bereaksi dengan cara
menjauhi stimulus nyeri tersebut.
Rasa nyeri dimulai dengan adanya perangsangan pada reseptor nyeri oleh stimulus nyeri. Stimulus
nyeri dapat dibagi tiga yaitu mekanik, termal, dan kimia. Mekanik, spasme otot merupakan penyebab nyeri
yang umum karena dapat mengakibatkan terhentinya aliran darah ke jaringan ( iskemia jaringan),
meningkatkan metabolisme di jaringan dan juga perangsangan langsung ke reseptor nyeri sensitif mekanik .
Termal, rasa nyeri yang ditimbulkan oleh suhu yang tinggi tidak berkorelasi dengan jumlah
kerusakan yang telah terjadi melainkan berkorelasi dengan kecepatan kerusakan jaringan yang timbul . Hal ini
juga berlaku untuk penyebab nyeri lainnya yang bukan termal seperti infeksi, iskemia jaringan, memar jaringan,
dll. Pada suhu 45 C, jaringan jaringan dalam tubuh akan mengalami kerusakan yang didapati pada sebagian
besar populasi.
Kimia, ada beberapa zat kimia yang dapat merangsang nyeri seperti bradikinin, serotonin, histamin,
ion kalium, asam, asetilkolin, dan enzim proteolitik. Dua zat lainnya yang diidentifikasi adalah prostaglandin
dan substansi P yang bekerja dengan meningkatkan sensitivitas dari free nerve endings. Prostaglandin dan
substansi P tidak langsung merangsang nyeri tersebut. Dari berbagai zat yang telah dikemukakan, bradikinin
telah dikenal sebagai penyebab utama yang menimbulkan nyeri yang hebat dibandingkan dengan zat lain. Kadar
ion kalium yang meningkat dan enzim proteolitik lokal yang meningkat sebanding dengan intensitas nyeri yang
sirasakan karena kedua zat ini dapat mengakibatkan membran plasma lebih permeabel terhadap ion. Iskemia
jaringan juga termasuk stimulus kimia karena pada keadaan iskemia terdapat penumpukan asam laktat,
bradikinin, dan enzim proteolitik.
Semua jenis reseptor nyeri pada manusia merupakan free nerve endings. Reseptor nyeri banyak
tersebar pada lapisan superfisial kulit dan juga pada jaringan internal tertentu, seperti periosteum, dinding
arteri, permukaan sendi, falx, dan tentorium. Kebanyakan jaringan internal lainnya hanya diinervasi oleh free
nerve endings yang letaknya berjauhan sehingga nyeri pada organ internal umumnya timbul akibat penjumlahan
perangsangan berbagai nerve endings dan dirasakan sebagai slowchronic- aching type pain.
Nyeri dapat dibagi atas dua yaitufast pain dan slow pain.Fast pain, nyeri akut, merupakan nyeri yang
dirasakan dalam waktu 0,1 s setelah stimulus diberikan. Nyeri ini disebabkan oleh adanya stimulus mekanik dan
termal. Signal nyeri ini ditransmisikan dari saraf perifer menuju korda spinalis melalui serat A dengan
kecepatan mencapai 6 30 m/s. Neurotransmitter yang mungkin digunakan adalah glutamat yang juga
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
3/46
Hilman Suhaili
merupakan neurotransmitter eksitatorik yang banyak digunakan pada CNS. Glutamat umumnya hanya memiliki
durasi kerja selama beberapa milliseconds.
Slow pain, nyeri kronik, merupakan nyeri yang dirasakan dalam wkatu lebih dari 1 detik setelah
stimulus diberikan. Nyeri ini dapat disebabkan oleh adanya stimulus mekanik, kimia dan termal tetapi stimulus
yang paling sering adalah stimulus kimia. Signal nyeri ini ditransmisikan dari saraf perifer menuju korda spinalis
melalui serat C dengan kecepatan mencapai 0,5 2 m/s. Neurotramitter yang mungkin digunakan adalah
substansi P.
Meskipun semua reseptor nyeri adalah free nerve endings, jalur yang ditempuh dapat dibagi menjadi
duapathway yaitu fast-sharp pain pathwaydan slow- chronic pain pathway. Setelah mencapai korda spinalis
melalui dorsal spinalis, serat nyeri ini akan berakhir pada relay neuron pada kornu dorsalis dan selanjutnya akan
dibagi menjadi dua traktusyang selanjutnya akan menuju ke otak. Traktus itu adalah neospinotalamikus untuk
fast pain dan paleospinotalamikus untuk slow pain.
Traktus neospinotalamikus untuk fast pain, pada traktus ini, serat A yang mentransmisikan nyeri
akibat stimulus mekanik maupun termal akan berakhir pada lamina I (lamina marginalis) dari kornu dorsalis dan
mengeksitasi second-order neurons dari traktus spinotalamikus. Neuron ini memiliki serabut saraf panjang yang
menyilang menuju otak melalui kolumn anterolateral. Serat dari neospinotalamikus akan berakhir pada: (1) area
retikular dari batang otak (sebagian kecil), (2) nukleus talamus bagian posterior (sebagian kecil), (3) kompleks
ventrobasal (sebagian besar). Traktus lemniskus medial bagian kolumn dorsalis untuk sensasi taktil juga berakhir
pada daerah ventrobasal. Adanya sensori taktil dan nyeri yang diterima akan memungkinkan otak untuk
menyadari lokasi tepat dimana rangsangan tersebut diberikan.
Traktus paleospinotalamikus untuk slow pain, traktus ini selain mentransmisikan sinyal dai serat C,
traktus ini juga mentransmisikan sedikit sinyal dari serat A. Pada traktus ini , saraf perifer akan hampir
seluruhnya nerakhir pada lamina II dan III yang apabila keduanya digabungkan, sering disebut dengan substansia
gelatinosa. Kebanyakan sinyal kemudian akan melalui sebuah atau beberapa neuron pendek yang
menghubungkannya dengan area lamina V lalu kemudian kebanyakan serabut saraf ini akan bergabung dengan
serabut saraf dari fast-sharp pain pathway. Setelah itu, neuron terakhir yang panjang akan menghubungkan
sinyal ini ke otak pada jaras anterolateral.
Ujung dari traktus paleospinotalamikus kebanyakan berakhir pada batang otak dan hanya
sepersepuluh ataupun seperempat sinyal yang akan langsung diteruskan ke talamus. Kebanyakan sinyal akan
berakhir pada salah satu tiga area yaitu : (1) nukleus retikularis dari medulla, pons, dan mesensefalon, (2) area
tektum dari mesensefalon, (3) regio abu abu dari peraquaductus yang mengelilingi aquaductus Silvii. Ketiga
bagian ini penting untuk rasa tidak nyaman dari tipe nyeri. Dari area batang otak ini, multipel serat pendekneuron akan meneruskan sinyal ke arah atas melalui intralaminar dan nukleus ventrolateral dari talamus dan ke
area tertentu dari hipotalamus dan bagian basal otak.
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
4/46
Hilman Suhaili
2. Mengapa mengalami nyeri kepala sebelah kanan dan didaerah sekitar bola mata?Nyeri kepala yang dirasakan sesisi biasanya hebat seperti ditusuk-tusuk pada separuh kepala, yaitu disekitar, di belakang atau di dalam bola mata, pipi, lubang hidung, langit-langit, gusi dan menjalar ke
frontal, temporal sampai ke oksiput. Nyeri kepala ini disertai gejala yang khas yaitu mata sesisi menjadi
merah dan berair, konjugtiva bengkak dan merah, hidung tersumbat, sisi kepala menjadi merah-panas
dan nyeri tekan. Serangan biasanya mengenai satu sisi kepala, tapi kadang-kadang berganti-ganti kanan
dan kiri atau bilateral. Nyeri kepala bersifat tajam, menjemukan dan menusuk serta diikuti mual atau
muntah. Nyeri kepala sering terjadi pada larut malam atau pagi dini hari sehingga membangunkan
pasien dari tidurnya.6
Serangan berlangsung sekitar 15 menit sampai 5 jam (ratarata 2 jam) yang terjadi beberapa
kali selama 2-6 minggu. Sedangkan sebagai faktor pencetus adalah makanan atau minuman yang
mengandung alkohol. Serangan kemudian menghilang selama beberapa bulan sampai 1-2 tahun untuk
kemudian timbul lagi secara cluster(berkelompok).5
Focus patofisiologi di arteri karotis intrakavernosus yang merangsang pleksus perikarotis.
Pleksus ini mendapat rangsangan dari cabang 1 dan 2 nervus trigeminus, ganglia servikalis
superior/SCG (simpatetik) dan ganglia sfenopalatinum/SPG (parasimpatetik). Diperkirakan focus iritatif
di dan sekitar pleksus membawa impuls-impuls ke batang otak dan mengakibatkan rasa nyeri di daerah
periorbital, retroorbital dan dahi. Hubungan polisinaptik dalam batang otak merangsang neuron-neuron
dalam kolumna intermediolateral sumsum tulang belakang (simpatetik) dan nucleus salivatorius
superior (parasimpatetik). Serat-serat preganglioner dari nucleus-nukleus ini membawa impuls-impuls
untuk merangsang SCG (simpatetik) dan mengakibatkan sekresi keringat di dahi, serta rangsangan pada
SPG (parasimpatetik) untuk sekresi air mata (lakrimasi) dan air hidung (rinorrhea).
Sylvia A & Price, W 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4 Buku 2.
EGC, Jakarta.
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
5/46
Hilman Suhaili
Gambar 2.1 Ciri khas Cluster Headache
Gambar 2.2 Gejala Klinis Cluster headache
3. Kenapa intensitas serangan nyeri 2-4 kali dan berlangsung selama 30 1 jam dan hilang timbul?Pembagian Cluster Headache
(2)
1. Cluster Headache EpisodikGejala Klinis : Terdapat secara periodik yang berlangsung selam 7 hari sampai setahun dengan selang
masa bebas nyeri selama 14 hari atau lebih.
Biasanya berlangsung selama 2 minggu sampai 3 bulan.
2. Cluster Headache Kronik
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
6/46
Hilman Suhaili
Gejala klinis : Mengalami serangan selama 11 tahun atau lebih tanpa ada masa remisi ataupun disertai
masa remisi kurang dari 14 hari.
3. Cluster Headache Kronik tidak remisi sejak onset = Primer KronikGejala Klinis : Tidak ada remisi pada masa 14 hari atau lebih sesudah onset.
4. Cluster Headache kronik yang episodikInsidensi : Umur penderita yang diserang pertama kali biasanya pada umur 20 40 tahun. Laki laki
5 6 kali lebih banyak dibandingkan wanita.
Patogenesis : Mekanisme nyeri sampai sekarang belum diketahui secara pasti.
Faktor Pencetus : Alkohol, histamin atau nitrogliserin.
Gejala Klinis : Ada satu masa remisi selama 14 hari atau lebih dalam setahun sesudah onset, yang
kemudian diikuti masa tanpa remisi dalam 1 tahun berikutnya.
Penderita Nyeri kepala klaster kronik akan mengalami serangan secara reguler terus
menerus. Nyeri timbul maksimal di daerah orbital, supraorbital, dan / temporal, yang
akan menyebar pada sisi yang sama pada tiap serangan. Jika nyeri bertambah berat
pasien tidak mampu berbaring.
5. Periodisitas Cluster Headache yang tidak tergolongkan.
Karakteristik periode cluster
Periode cluster biasanya berakhir dari satu sampai 12 minggu. Tanggal mulai dan durasi masing-masing
periode cluster mungkin akan sama dari periode ke periode. Sebagai contoh, periode cluster terjadi
musiman, seperti setiap musim semi atau musim gugur.
Banyak orang memiliki sakit kepala cluster yang berkelanjutan, yang maksudnya sakit kepala cluster
terjadi untuk satu bulan ke tahun, periode berhentinya rasa sakit juga antara 6 sampai 12 bulan sebelumsakit kepala cluster lain muncul. Periode kronis mungkin berlanjut lebih dari setahun, atau periode
berhentinya mungkin berakhir lebih singkat dari sebulan.
Saat periode cluster:
Sakit kepala terjadi setiap hari, terkadang beberapa kali sehari.
Satu serangan dapat terjadi dari 15 menit sampai 3 jam.
Serangan terjadi pada waktu yang sama setiap 24 jam.
Serangan biasa terjadi antara jam 9 malam dan jam 9 pagi.
Rasa sakit biasanya berkhir tiba-tiba seperti munculnya, dengan cepat intensitasnya berkurang. Setelah
serangan, banyak orang bebas sepenuhnya dari rasa sakit akan tetapi muncul perasaan lelah.
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
7/46
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
8/46
Hilman Suhaili
yang tidak tertahankan. Beberapa orang menyatakan pengurangan rasa sakit dengan berlatih, seperti lari
di tempat atau melakukan shit-up atau push-up.
1.
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
9/46
Hilman Suhaili
Dapat di simpulkan bahwa pada kasus ini impuls yang lebih cepat di hantarkan ialah impuls yang
berasal dari serabut myelin A@ seperti impuls, memijat kepala, membenturkan kepala, jalan bolak
balik dan lain-lain. Sehingga impuls nyeri akibat headache cluster dapat di dominasi oleh impuls dari
serabut myelin A@ dan rasa nyeri dapat di imbangi, namun sakit akibat dari cluster masih tetap
berlanjut jika tidak di tangani etiologinya.
5. Mengapa pada saat serangan hidung pasien tersumbat dan mata nrocos dan mata merah pada sisiyang sakit?
Focus patofisiologi di arteri karotis intrakavernosus yang merangsang pleksus perikarotis.
Pleksus ini mendapat rangsangan dari cabang 1 dan 2 nervus trigeminus, ganglia servikalis
superior/SCG (simpatetik) dan ganglia sfenopalatinum/SPG (parasimpatetik). Diperkirakan
focus iritatif di dan sekitar pleksus membawa impuls-impuls ke batang otak dan mengakibatkan
rasa nyeri di daerah periorbital, retroorbital dan dahi. Hubungan polisinaptik dalam batang otak
merangsang neuron-neuron dalam kolumna intermediolateral sumsum tulang belakang
(simpatetik) dan nucleus salivatorius superior (parasimpatetik). Serat-serat preganglioner dari
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
10/46
Hilman Suhaili
nucleus-nukleus ini membawa impuls-impuls untuk merangsang SCG (simpatetik) dan
mengakibatkan sekresi keringat di dahi, serta rangsangan pada SPG (parasimpatetik) untuk
sekresi air mata (lakrimasi) dan air hidung (rinorrhea).
Sylvia A & Price, W 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4
Buku 2. EGC, Jakarta.
Gangguan nervus trigeminus merangsang ganglia sfenopalatinum fokus d sekitar plexus
membawa impuls ke batang otak nyeri daerah periorbital hubungan polisinaps pada batang otak
merangsang neuron dlm kolumna intermediolateral rangsang sekresi air mata danya gangguan pada
nervus trigemisnus N V.I khusunya divisi 1 yaitu divisi optalmicus yang menyebabkan adanya air mata
pada cluster headache ini,dillihat dari tempat keluar nya yaitu dari fissura orbitalis superior yang berdekatan
dengan canalis opticus sehingga berhubu8ngan dengan mata (kelenjar lakrimasi)
Mengapa hanya dibagian divisi optalmicus saja karena ditribusi terbesar nervus trigeminus terletak disini
Nyeri yang sangat pada cluster headache berpusat di belakang atau di sekitar mata, di suatu daerah
yang dipersarafi oleh nervus trigeminus, suatu jalur nyeri utama. Rangsangan pada saraf ini menghasilkan
reaksi abnormal dari arteri yang menyuplai darah ke kepala. Pembuluh darah itu akan berdilatasi dan
menyebabkan nyeri.
Beberapa gejala dari cluster headache seperti mata berair, hidung tersumbat dan atau berair, serta
kelopak mata yang sulit diangkat melibatkan sistem saraf otonom. Saraf yang merupakan bagian dari sistem
ini membentuk suatu jalur pada dasar otak. Ketika saraf trigeminus di aktivasi, menyebabkan nyeri pada
mata, sistem saraf otonom juga diaktivasi dengan apa yang disebut refleks trigeminal otonom.
6. Hubungan merokok dengan keadaan pasien diskenario?Etiologi cluster headache adalah sebagai berikut:6
Penekanan pada nervus trigeminal (nervus V) akibat dilatasi pembuluh darah sekitar. Pembengkakan dinding arteri carotis interna. Pelepasan histamin. Letupan paroxysmal parasimpatis. Abnormalitas hipotalamus. Penurunan kadar oksigen. Pengaruh genetik
Diduga faktor pencetus cluster headache antara lain:
Glyceryl trinitrate. Alkohol. Terpapar hidrokarbon.
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
11/46
Hilman Suhaili
Panas. Terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur. Stres.
Positron emision tomografi (PET) scanning dan Magnetic resonance imaging (MRI) membantu
untuk memperjelas penyebab cluster headache yang masih kurang dipahami. Patofisiologi dasar dalam
hipotalamus gray matter. Pada beberapa keluarga, suatu gen autosom dominan mungkin terlibat, tapi
alel-alel sensitif aktivitas kalsium channel atau nitrit oksida masih belum teridentifikasi. Vasodilatasi
arteri karotis dan arteri oftalmika dan peningkatan sensitivitas terhadap rangsangan vasodilator dapat
dipicu oleh refleks parasimpatetik trigeminus. Variasi abnormal denyut jantung dan peningkatan lipolisis
nokturnal selama serangan dan selama remisi memperkuat teori abnormalitas fungsi otonom dengan
peningkatan fungsi parasimpatis dan penurunan fungsi simpatis. Serangan sering dimulai saat tidur, yang
melibatkan gangguan irama sirkadian. Peningkatan insidensi sleep apneu pada pasien-pasien dengancluster headache menunjukan periode oksigenasi pada jaringan vital berkurang yang dapat memicu suatu
serangan.7
Rokok yang dihisapdapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Namun rokok akan mengakibatkan
vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.
Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 1025 mmHg dan menambah detak
jantung 520 kali per menit (Sitepoe, M., 1997).
Dengan menghisap sebatang rokok maka akan mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikan tekanan
darah atau hipertensi. Hal ini dapat disebabkan karena merokok secara aktif maupun pasif pada dasarnya
mengisap CO (karbon monoksida) yang bersifat merugikan. Akibat gas CO terjadi kekurangan oksigen yang
menyebabkan pasokan jaringan berkurang. Ini karena, gas CO mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin
(Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuat dibanding oksigen, sehingga setiap ada asap
rokok disamping kadar oksigen udara yang sudah berkurang, ditambah lagi sel darah merah akan semakin
kekurangan oksigen, oleh karena yang diangkut adalah CO dan bukan O2 (oksigen). Seharusnya, hemoglobin
ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih
kuat daripada oksigen, maka gas CO ini merebut tempatnya di hemoglobin.
Sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen akan berusaha meningkatkan yaitu melalui kompensasi
pembuluh darah dengan jalan menciut atau spasme dan mengakibatkan meningkatnya tekanan darah. Bila
proses spasme berlangsung lama dan terus menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan
terjadinya proses aterosklerosis (penyempitan).
Selain itu, asap rokok juga mengandung nikotin. Nikotin bertindak terhadap pusat kepuasan di otak
yang menyebabkan perokok terangsang pada peringkat awal, tetapi keadaan ini kemudiannya disusuli oleh
kemurungan. Nikotin meningkatkan penghasilan bahan kimia yang dinamai dopamine dan berhubung rapat
dengan pusat-pusat emosi di otak.
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
12/46
Hilman Suhaili
Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat
meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan
ketagihan merokok. Efek nikotin menyebabkan perangsangan
terhadap hormon epinefrin (adrenalin) yang bersifat memacu
peningkatan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhanoksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung.
Jantung tidak diberikan kesempatan istirahat dan tekanan darah
akan semakin meninggi, berakibat timbulnya hipertensi. Nikotin
juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh
lainnya. Efek lain nikotin adalah merangsang berkelompoknya
trombosit (sel pembekuan darah), trombosit akan menggumpal
dan akhirnya akan menyumbat pembuluh darah yang sudah sempit akibat asap yang mengandung gas CO
yang berasal dari rokok ini secara otomatis akan memudahkan seseorang terkena sakit kepala (nyeri kepala)
yang kerap sebelumnya merasakan pusing. Dari gambaran diatas baik gas CO maupun nikotin berpacu
menyempitkan pembuluh darah dan menyumbatnya sekaligus.
http://repository.usu.ac.id
7. Kenapa setelah diberi panadol nyeri tidak berkurang?Paracetamol atau Acetaminophen sering dijadikan pilihan utama untuk swamedikasi (pengobatan
mandiri), sehingga obat ini sangat mudah ditemui dipasaran dengan berbagai merk dagang baik dalam
bentuk tablet maupun sirup, seperti Pamol, Sanmol, Sumagesic, Tempra, Panadol dan lain-lain.
Paracetamol berkhasiat sebagai antipiretik (penurun demam). Selain itu, paracetamol tergolong analgetika
perifer sehingga paracetamol dapat digunakan sebagai penghilang rasa nyeri. Efek analgetisnya diperkuat
oleh kofein dengan kira-kira 50% dan kodein. Obat ini tidak memiliki aktifitas sebagai anti inflamasi (anti
radang) dan tidak menyebabkan gangguan saluran cerna.
Cara kerja paracetamol dengan menghambat prostaglandin (mediator nyeri) di otak tetapi sedikit
aktifitasnya sebagai penghambat prostaglandin perifer. Resorpsinya dari usus cepat dan praktis tuntas, secara
rektal lebih lambat. Paracetamol aman digunakan untuk wanita hamil dan selama menyusui meskipun
mencapai air susu ibu.
http://dwidafarm.wordpress.com/2011/05/24/83/
http://dwidafarm.wordpress.com/2011/05/24/83/http://dwidafarm.wordpress.com/2011/05/24/83/http://dwidafarm.wordpress.com/2011/05/24/83/ -
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
13/46
Hilman Suhaili
Indikasi:
Untuk meringankan sakit kepala: migraine (sakit kepala sebelah)
Kontra Indikasi:
Pada penderita yang hipersensiitif terhadap acetaminophen dan caffeine, pada penderita dengan
gangguan fungsi hati, reaksi sensitivitas jarang terjadi diawali dengan reaksi dermatologis seperti
urtikarea, eritema, atau erupsi.
Komposisi:
Setiap kaplet mengandung acetaminophen 400 mg dan caffein 65 mg
Cara Kerja Obat:Acetaminophen berkhasiat analgesik, yang timbul karena efek depresi selektif terhadap alat persepsi
rasa sakit pada telamus dan hipotalamus disusunan saraf pusat. Aktifitas analgesiknya sebading dengan
acetosal.
Caffeine merupakan stimulansistem syaraf pusat yang dapat memperlihatkan sifat-sifat tertentu seperti
stimulasi jantung, diuretik, dan relaksasi otot polos.
Kombinasi acetaminophen-caffeine dapat meningkatkan efikasi analgesik.
Panadol Extra merupakan suatu produk non acetosal yang dirancang untuk memberikan efek peredaan
nyeri.
Efek Samping:
Dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati.
http://www.dechacare.com/Panadol-Extra-P127.html
Farmakokinetik
Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan, dengan kadar serum puncak dicapai dalam
30-60 menit. Waktu paruh kira-kira 2 jam. Metabolisme di hati, sekitar 3 % diekskresi dalam bentuk
tidak berubah melalui urin dan 80-90 % dikonjugasi dengan asam glukoronik atau asam sulfurik
kemudian diekskresi melalui urin dalam satu hari pertama; sebagian dihidroksilasi menjadi N asetil
benzokuinon yang sangat reaktif dan berpotensi menjadi metabolit berbahaya. Pada dosis normal
bereaksi dengan gugus sulfhidril dari glutation menjadi substansi nontoksik. Pada dosis besar akan
berikatan dengan sulfhidril dari protein hati.
FarmakodinamikEfek analgesik Parasetamol dan Fenasetin serupa dengan Salisilat yaitu menghilangkan atau
mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme
yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat.
http://www.dechacare.com/Panadol-Extra-P127.htmlhttp://www.dechacare.com/Panadol-Extra-P127.htmlhttp://www.dechacare.com/Panadol-Extra-P127.html -
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
14/46
Hilman Suhaili
Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu Parasetamol dan Fenasetin tidak digunakan
sebagai antireumatik. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin (PG) yang
lemah. Efek iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada kedua obat ini, demikian juga
gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa.
Semua obat analgetik non opioid bekerja melalui penghambatan
siklooksigenase. Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonatmenjadi prostaglandin terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase secara berbeda.
Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang
menyebabkan Parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat pengaturan
panas. Parasetamol hanya mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer. Inilah yang
menyebabkan Parasetamol hanya menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang.
Parasetamol tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek langsung prostaglandin, ini
menunjukkan bahwa parasetamol menghambat sintesa prostaglandin dan bukan blokade langsung
prostaglandin. Obat ini menekan efek zat pirogen endogen dengan menghambat sintesa
prostaglandin, tetapi demam yang ditimbulkan akibat pemberian prostaglandin tidak dipengaruhi,
demikian pula peningkatan suhu oleh sebab lain, seperti latihan fisik.
Indikasi
Parasetamol merupakan pilihan lini pertama bagi penanganan demam dan nyeri sebagai antipiretik
dan analgetik. Parasetamol digunakan bagi nyeri yang ringan sampai sedang.
Kontra Indikasi
Penderita gangguan fungsi hati yang berat dan penderita hipersensitif terhadap obat ini.
8. Hubungan keluhan pasien dengan riwayat dahulu?Cluster headache adalah suatu cara penggambaran mengenai sifat lebih daripada keparahan nyeri yang
dirasakan. Suatu gambaran dari serangan cluster headache adalah bahwa serangan tersebut terjadi
dengan suatu pola siklus yang berkelompok sehingga, dinamakan cluster headache. Penderitaan dari
serangan yang sering, dari apa yang diketahui sebagai periode cluster dapat berlangsung dari beberapa
minggu sampai beberapa bulan, diikuti dengan periode remisi ketika serangan sakit kepala berhenti
seluruhnya. Meskipun polanya bervariasi satu orang terhadap yang lain, kebanyakan orang mengalami
satu atau dua periode cluster dalam satu tahun. Selama remisi, tidak ada sakit kepala yanga terjadi
beberapa bulan sampai terkadang beberapa tahun.
Berdasarkan jangka waktu periode cluster dan periode remisi, international headache society
telah mengklasifikasikan cluster headache menjadi dua tipe :
1. Episodik, dalam bentuk ini cluster headache terjadi setiap hari selama satu minggu sampai satutahun diikuti oleh remisi tanpa nyeri yang berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun
sebelum berkembangnya periode cluster selanjutnya.
2. Kronik, dalam bentuk ini cluster headache terjadi setiap hari selama lebih dari satu tahun dengantidak ada remisi atau dengan periode tanpa nyeri berlangsung kurang dari dua minggu.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23240/4/Chapter%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23240/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23240/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23240/4/Chapter%20II.pdf -
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
15/46
Hilman Suhaili
9. Apa pengobatan yang dianjurkan?Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis terhadap cluster headache dapat dibagi ke dalam pengobatan
terhadap serangan akut, dan pengobatan preventif, yang bertujuan untuk menekan serangan.
Pengobatan akut dan preventif dimulai secara bersamaan saat periode awal cluster. Pilihan
pengobatan pembedahan yang terbaru dan neurostimulasi telah menggantikan pendekatan
pengobatan yang bersifat merugikan.1
1 Pengobatan Serangan Akut
Serangan cluster headache biasanya singkat, dari 30 sampai 180 menit, sering memberat
secara cepat, sehingga membutuhkan pengobatan awal yang cepat. Penggunaan obat sakit kepalayang berlebihan sering didapatkan pada pasien-pasien cluster headache, biasanya bila mereka
pernah memiliki riwayat menderita migren atau mempunyai riwayat keluarga yang menderita
migren, dan saat pengobatan yang diberikan sangat tidak efektif pada serangan akut, seperti
triptan oral, acetaminofen dan analgetik agonis reseptor opiate.1
Oksigen: inhalasi oksigen, kadar 100% sebanyak 10-12 liter/menit selama 15 menitsangat efektif, dan merupakan pengobatan yang aman untukcluster headache akut.
Triptan: Sumatriptan 6 mg subkutan, sumatriptan 20 mg intranasal, dan zolmitriptan 5mg intranasal efektif pada pengobatan akut cluster headache. Tiga dosis zolmitriptan
dalam dua puluh empat jam bisa diterima. Tidak terdapat bukti yang mendukung
penggunaan triptan oral pada cluster headache.
Dihidroergotamin 1 mg intramuskular efektif dalam menghilangkan serangan akutcluster headache. Cara intranasal terlihat kurang efektif, walaupun beberapa pasien
bermanfaat menggunakan cara tersebut.
Lidokain: tetes hidung topikal lidokain dapat digunakan untuk mengobati serangan akutcluster headache. Pasien tidur telentang dengan kepala dimiringkan ke belakang ke arah
lantai 30 dan beralih ke sisi sakit kepala. Tetes nasal dapat digunakan dan dosisnya 1 ml
lidokain 4% yang dapat diulang setekah 15 menit.1
2 Pengobatan Pencegahan
Pilihan pengobatan pencegahan pada cluster headache ditentukan oleh lamanya serangan,
bukan oleh jenis episodik atau kronis. Preventif dianggap jangka pendek, atau jangka panjang,
berdasarkan pada seberapa cepat efeknya dan berapa lama dapat digunakan dengan aman.
Bnayak ahli sekarang ini mengajukan verapamil sebagai pilihan pengobatan lini pertama,
walaupun pada beberapa pasien dengan serangan yang singkat hanya perlu kortikosteroid oral
atau injeksi nervus oksipital mungkin lebih tepat.1
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
16/46
Hilman Suhaili
Verapamil lebih efektif dibandingkan dengan placebo dan lebih baik dibandingkandengan lithium. Praktek klinis jelas mendukung penggunaan dosis verapamil yang relatif
lebih tinggi pada cluster headache, tentu lebih tinggi dari pada dosis yang digunakan
untuk indikasi kardiologi. Setelah dilakukan pemeriksaan EKG, pasien memulai dosis 80
mg tiga kali sehari, dosis harian akan ditingkatkan secara bertahap dari 80 mg setiap 10-
14 hari. Pemeriksaan EKG dilakukan setiap kenaikan dosis dan paling kurang sepuluh
hari setelah dosis berubah. Dosis ditingkatkan sampai serangan cluster menghilang, efek
samping atau dosis maksimum sebesar 960 mg perhari. Efek samping termasuk
konstipasi dan pembengkakan kaki dan hiperplasia ginggiva (pasien harus terus
memantau kebersihan giginya).
Kortikosteroid dalam bentuk prednison 1 mg/kg sampai 60 mg selama empat hari yangditurunkan bertahap selama tiga minggu diterima sebagai pendekatan pengobatan
perventif jangka pendek. Pengobatan ini sering menghentikan periode cluster, dan dapat
digunakan tidak lebih dari sekali setahun untuk menghindari nekrosis aseptik.
Lithium karbonat terutama digunakan untuk cluster headache kronik karena efeksampingnya, walaupun kadang digunakan dalam berbagai episode. Biasanya dosis
lithium sebesar 600 mg sampai 900 per-hari dalam dosis terbagi. Kadar lithium harus
diperiksa dalam minggu pertama dan secara periodik setelahnya dengan target kadar
serum sebesar 0,4 sampai 0,8 mEq/L. Efek neurotoksik termasuk tremor, letargis, bicara
cadel, penglihatan kabur, bingung, nystagmus, ataksia, tanda-tanda ekstrapiramidal, dan
kejang. Penggunaan bersama dengan diuretik yang mengurangi natrium harus dihindari,
karena dapat mengakibatkan kadar lithium meningkat dan neurotoksik. Efek jangka
panjang seperti hipotiroidisme dan komplikasi renal harus dipantau pada pasien yang
menggunakan lithium untuk jangka waktu yang lama. Peningkatan leukosit
polimorfonuklear adalah reaksi yang timbul karena penggunaan lithium dan sering salah
arti akan adanya infeksi yang tersembunyi. Penggunaan bersama dengan indometasin
dapat meningkatkan kadar lithium.
Topiramat digunakan untuk mencegah serangan cluster headache. Dosis biasanya adalah100-200 mg perhari, dengan efek samping yang sama seperti penggunaannya pada
migraine.
Melatonin dapat membantu cluster headache sebagai preventif dan salah satu penelitianterkontrol menunjukan lebih baik dibandingkan placebo. Dosis biasa yang digunakan
adalah 9 mg perhari.
Obat-obat pencegahan lainnya termasuk gabapentin (sampai 3600 perhari) danmethysergide (3 sampai 12 mg perhari). Methysergide tidak tersedia dengan mudah, dan
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
17/46
Hilman Suhaili
tidak boleh dipakai secara terus-menerus dalam pengobatan untuk menghindari
komplikasi fibrosis. Divalproex tidak efektif untuk pengobatan cluster headache.
Injeksi pada saraf oksipital: Injeksi metilprednisolon (80 mg) dengan lidokain ke dalamarea sekitar nervus oksipital terbesar ipsilateral sampai ke lokasi serangan mengakibatkan
perbaikan selama 5 sampai 73 hari. Pendekatan ini sangat membantu pada serangan yang
singkat dan untuk mengurangi nyeri keseluruhan pada serangan yang memanjang dan
pada cluster headache kronis.
Pendekatan Bedah: Pendekatan bedah modern pada cluster headache didominasi olehstimulasi otak dalam pada area hipotalamus posterior grey matter dan stimulasi nervus
oksipital. Tidak terdapat tempat yang jelas untuk tindakan destruktif, seperti
termoregulasi ganglion trigeminal atau pangkal sensorik nervus trigeminus.1
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
18/46
Hilman Suhaili
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
19/46
Hilman Suhaili
10.DD?Sakit Kepala
Definisi dan Etiologi Sakit Kepala
Sakit kepala adalah rasa sakit atau tidak nyaman antara orbita dengan kepala yang berasal dari
struktur sensitif terhadap rasa sakit ( sumber : Neurology and neurosurgery illustratedKenneth).
Sakit kepala bisa disebabkan oleh kelainan: (1) vaskular, (2) jaringan saraf, (3) gigi geligi, (4) orbita,
(5) hidung dan (6) sinus paranasal, (7) jaringan lunak di kepala, kulit, jaringan subkutan, otot, dan periosteum
kepala. Selain kelainan yang telah disebutkan diatas, sakit kepala dapat disebabkan oleh stress dan perubahan
lokasi (cuaca, tekanan, dll.). Untuk lebih jelas lihat tabel 2.
Faktor resiko dan Epidemiologi Sakit Kepala
Faktor resiko terjadinya sakit kepala adalah gaya hidup, kondisi penyakit, jenis kelamin, umur,
pemberian histamin atau nitrogliserin sublingual dan faktor genetik.
Prevalensi sakit kepala di USA menunjukkan 1 dari 6 orang (16,54%) atau 45 juta orang menderita
sakit kepala kronik dan 20 juta dari 45 juta tersebut merupakan wanita. 75 % dari jumlah di atas adalah tipe
tension headache yang berdampak pada menurunnya konsentrasi belajar dan bekerja sebanyak 62,7 %.
Menurut IHS, migren sering terjadi pada pria dengan usia 12 tahun sedangkan pada wanita, migren sering
terjadi pada usia besar dari 12 tahun. HIS jugamengemukakan cluster headaache 80 90 % terjadi pada pria
dan prevalensi sakit kepala akan meningkat setelah umur 15 tahun.
Klasifikasi Sakit Kepala
Sakit kepala dapat diklasifikasikan menjadi sakit kepala primer, sakit kepala sekunder, dan neuralgia
kranial, nyeri fasial serta sakit kepala lainnya. Sakit kepala primer dapat dibagi menjadi migraine, tension type
headache, cluster headache dengan sefalgia trigeminal / autonomik, dan sakit kepala primer lainnya. Sakit
kepala sekunder dapat dibagi menjadi sakit kepala yang disebabkan oleh karena trauma pada kepala dan
leher, sakit kepala akibat kelainan vaskular kranial dan servikal, sakit kepala yang bukan disebabkan kelainan
vaskular intrakranial, sakit kepala akibat adanya zat atau withdrawal, sakit kepala akibat infeksi, sakit kepala
akibat gangguan homeostasis, sakit kepala atau nyeri pada wajah akibat kelainan kranium, leher, telinga,
hidung, dinud, gigi, mulut atau struktur lain di kepala dan wajah, sakit kepala akibat kelainan psikiatri (lihat
tabel 3 dan 4).
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
20/46
Hilman Suhaili
Patofisiologi Sakit Kepala
Beberapa mekanisme umum yang tampaknya bertanggung jawab memicu nyeri kepala adalah
sebagai berikut(Lance,2000) : (1) peregangan atau pergeseran pembuluh darah; intrakranium atau
ekstrakranium, (2) traksi pembuluh darah, (3) kontraksi otot kepala dan leher ( kerja berlebihan otot), (3)
peregangan periosteum (nyeri lokal), (4) degenerasi spina servikalis atas disertai kompresi pada akar nervus
servikalis (misalnya, arteritis vertebra servikalis), defisiensi enkefalin (peptida otak mirip- opiat, bahan aktif
pada endorfin).
Terapi Sakit Kepala
Nyeri kepala dapat diobati dengan preparat asetilsalisilat dan jika nyeri kepala sangat berat dapat
diberikan preparat ergot (ergotamin atau dihidroergotamin). Bila perlu dapat diberikan intravena dengan
dosis 1 mg dihidroergotaminmetan sulfat atau ergotamin 0,5 mg. Preparat Cafergot ( mengandung kafein 100
mg dan 1 mg ergotamin) diberikan 2 tablet pada saat timbul serangan dan diulangi jam berikutnya. Pada
pasien yang terlalu sering mengalami serangan dapat diberikan preparat Bellergal (ergot 0,5 mg; atropin 0,3
mg; dan fenobarbital 15mg) diberikan 2 3 kali sehari selama beberapa minggu. Bagi mereka yang refrakter
dapat ditambahkan pemberian ACTH (40 u/hari) atau prednison (1mg/Kg BB/hari) selama 3 4 minggu.
Preparat penyekat beta,seperti propanolol dan timolol dilaporkan dapat mencegah timbulnya
serangan migren karena mempunyai efek mencegah vasodilatasi kranial. Tetapi penyekat beta lainnya seperti
pindolol, praktolol, dan aprenolol tidak mempunyai efek teraupetik untuk migren, sehingga mekanisme
kerjanya disangka bukan semata mata penyekat beta saja. Preparat yang efektif adalah penyekat beta yang
tidak memiliki efek ISA ( Intrinsic Sympathomimetic Activity)
Cluster headache umunya membaik dengan pemberian preparat ergot. Untuk varian Cluster
headache umumnya membaik dengan indometasin. Tension type headache dapat diterapi dengan analgesik
dan/atau terapi biofeedbackyang dapat digunakan sebagai pencegahan timbulnya serangan.
Terapi preventif yang bertujuan untuk menurunkan frekuensi, keparahan, dan durasi sakit kepala.
Terapi ini diresepkan kepada pasien yang menderita 4 hari atau lebih serangan dalam sebulan atau jika
pengobatan di atas tidak efektif. Terapi ini harus digunakan setiap hari. Terapi preventif tersebut adalah
pemberian beta bloker, botox, kalsium channel blokers, dopamine reuptake inhibitors, SSRIs, serotonin atau
dopamin spesifik, dan TCA.
Pencegahan Sakit Kepala
Pencegahan sakit kepala adalah dengan mengubah pola hidup yaitu mengatur pola tidur yang sam
setiap hari, berolahraga secara rutin, makan makanan sehat dan teratur, kurangi stress, menghindari pemicu
sakit kepala yang telah diketahui.
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
21/46
Hilman Suhaili
Prognosis dan Indikasi Rujuk Sakit Kepala
Prognosis dari sakit kepala bergantung pada jenis sakit kepalanya sedangkan indikasi merujuk
adalahsebagai berikut: (1) sakit kepala yang tiba tiba dan timbul kekakuan di leher, (2) sakit kepala dengan
demam dan kehilangan kesadaran, (3) sakit kepala setelah terkena trauma mekanik pada kepala, (4) sakit
kepala disertai sakit pada bagian mata dan telinga, (5) sakit kepala yang menetap pada pasien yang
sebelumnya tidak pernah mengalami serangan, (6) sakit kepala yang rekuren pada anak.
Tension Type Headache (TTH)
Definisi Tension Type Headache (TTH)
Merupakan sensasi nyeri pada daerah kepala akibat kontraksi terus menerus otot- otot kepala
dan tengkuk ( M.splenius kapitis, M.temporalis, M.maseter, M.sternokleidomastoid, M.trapezius, M.servikalis
posterior, dan M.levator skapula).
4.4.2 Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache (TTH)
Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache (TTH) adalah stress, depresi, bekerja dalam
posisi yang menetap dalam waktu lama, kelelahan mata, kontraksi otot yang berlebihan, berkurangnya aliran
darah, dan ketidakseimbangan neurotransmitter seperti dopamin, serotonin, noerpinefrin, dan enkephalin.
4.4.3 Epidemiologi Tension Type Headache (TTH)
TTH terjadi 78 % sepanjang hidup dimana Tension Type Headache episodik terjadi 63 % dan
Tension Type Headache kronik terjadi 3 %. Tension Type Headache episodik lebih banyak mengenai pasien
wanita yaitu sebesar 71% sedangkan pada pria sebanyak 56 %. Biasanya mengenai umur 20 40 tahun.
4.4.4 Klasifikasi Tension Type Headache (TTH)
Klasifikasi TTH adalah Tension Type Headache episodik dan dan Tension Type Headache kronik.
Tension Type Headache episodik, apabila frekuensi serangan tidak mencapai 15 hari setiap bulan. Tension
Type Headache episodik (ETTH) dapat berlangsung selama 30 menit 7 hari. Tension Type Headache kronik
(CTTH) apabila frekuensi serangan lebih dari 15 hari setiap bulan dan berlangsung lebih dari 6 bulan.
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
22/46
Hilman Suhaili
4.4.5 Patofisiologi Tension Type Headache (TTH)
Patofisiologi TTH masih belum jelas diketahui. Pada beberapa literatur dan hasil penelitian
disebutkan beberapa keadaan yang berhubungan dengan terjadinya TTH sebagai berikut : (1) disfungsi sistem
saraf pusat yang lebih berperan daripada sistem saraf perifer dimana disfungsi sistem saraf perifer lebih
mengarah pada ETTH sedangkan disfungsi sistem saraf pusat mengarah kepada CTTH, (2) disfungsi saraf
perifer meliputi kontraksi otot yang involunter dan permanen tanpa disertai iskemia otot, (3) transmisi nyeri
TTH melalui nukleus trigeminoservikalis pars kaudalis yang akan mensensitasi second order neuron pada
nukleus trigeminal dan kornu dorsalis ( aktivasi molekul NO) sehingga meningkatkan input nosiseptif pada
jaringan perikranial dan miofasial lalu akan terjadi regulasi mekanisme perifer yang akan meningkatkan
aktivitas otot perikranial. Hal ini akan meningkatkan pelepasan neurotransmitter pada jaringan miofasial, (4)
hiperflesibilitas neuron sentral nosiseptif pada nukleus trigeminal, talamus, dan korteks serebri yang diikuti
hipesensitifitas supraspinal (limbik) terhadap nosiseptif. Nilai ambang deteksi nyeri ( tekanan, elektrik, dan
termal) akan menurun di sefalik dan ekstrasefalik. Selain itu, terdapat juga penurunan supraspinal decending
pain inhibit activity, (5) kelainan fungsi filter nyeri di batang otak sehingga menyebabkan kesalahan
interpretasi info pada otak yang diartikan sebagai nyeri, (6) terdapat hubungan jalur serotonergik dan
monoaminergik pada batang otak dan hipotalamus dengan terjadinya TTH. Defisiensi kadar serotonin dan
noradrenalin di otak, dan juga abnormal serotonin platelet, penurunan beta endorfin di CSF dan penekanan
eksteroseptif pada otot temporal dan maseter, (7) faktor psikogenik ( stres mental) dan keadaan non-
physiological motor stress pada TTH sehingga melepaskan zat iritatif yang akan menstimulasi perifer dan
aktivasi struktur persepsi nyeri supraspinal lalu modulasi nyeri sentral. Depresi dan ansietas akan
meningkatkan frekuensi TTH dengan mempertahankan sensitisasi sentral pada jalur transmisi nyeri, (8)
aktifasi NOS ( Nitric Oxide Synthetase) dan NO pada kornu dorsalis.
Pada kasus dijumpai adanya stress yang memicu sakit kepala. Ada beberapa teori yang
menjelaskan hal tersebut yaitu (1) adanya stress fisik (kelelahan) akan menyebabkan pernafasan
hiperventilasi sehingga kadar CO2 dalam darah menurun yang akan mengganggu keseimbangan asam basa
dalam darah. Hal ini akan menyebabkan terjadinya alkalosis yang selanjutnya akan mengakibatkan ion kalsium
masuk ke dalam sel dan menimbulkan kontraksi otot yang berlebihan sehingga terjadilah nyeri kepala. (2)
stress mengaktifasi saraf simpatis sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah otak selanjutnya akan
mengaktifasi nosiseptor lalu aktifasi aferen gamma trigeminus yang akan menghasilkan neuropeptida
(substansi P). Neuropeptida ini akan merangsang ganglion trigeminus (pons). (3) stress dapat dibagi menjadi 3
tahap yaitu alarm reaction, stage of resistance, dan stage of exhausted.Alarm reaction dimana stress
menyebabkan vasokontriksi perifer yang akan mengakibatkan kekurangan asupan oksigen lalu terjadilah
metabolisme anaerob. Metabolisme anaerob akan mengakibatkan penumpukan asam laktat sehingga
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
23/46
Hilman Suhaili
merangsang pengeluaran bradikinin dan enzim proteolitik yang selanjutnya akan menstimulasi jaras nyeri.
Stage of resistance dimana sumber energi yang digunakan berasal dari glikogen yang akan merangsang
peningkatan aldosteron, dimana aldosteron akan menjaga simpanan ion kalium. Stage of exhausteddimana
sumber energi yang digunakan berasal dari protein dan aldosteron pun menurun sehingga terjadi deplesi K+.
Deplesi ion ini akan menyebabkan disfungsi saraf.
4.4.6 Diagnosa Tension Type Headache (TTH)
Tension Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang kurangnya dua dari berikut ini :
(1) adanya sensasi tertekan/terjepit, (2) intensitas ringan sedang, (3) lokasi bilateral, (4) tidak diperburuk
aktivitas. Selain itu, tidak dijumpai mual muntah, tidak ada salah satu dari fotofobia dan fonofobia.
Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan- sedang berat, tumpul seperti ditekan atau diikat, tidak
berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah kulit kepala, oksipital, dan belakang leher, terjadi
spontan, memburuk oleh stress, insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas, gangguan konsentrasi, kadang vertigo,
dan rasa tidak nyaman pada bagian leher, rahang serta temporomandibular.
4.4.7 Pemeriksaan Penunjang Tension Type Headache (TTH)
Tidak ada uji spesifik untuk mendiagnosis TTH dan pada saat dilakukan pemeriksaa neurologik
tidak ditemukan kelainan apapun. TTH biasanya tidak memerlukan pemeriksaan darah, rontgen, CT scan
kepala maupun MRI.
4.4.8 Diferensial Diagnosa Tension Type Headache (TTH)
Diferensial Diagnosa dari TTH adalah sakit kepala pada spondilo-artrosis deformans, sakit kepala
pasca trauma kapitis, sakit kepala pasca punksi lumbal, migren klasik, migren komplikata, cluster headache,
sakit kepala pada arteritis temporalis, sakit kepala pada desakan intrakranial, sakit kepala pada penyakit
kardiovasikular, dan sakit kepala pada anemia.
4.4.9 Terapi Tension Type Headache (TTH)
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
24/46
Hilman Suhaili
Relaksasi selalu dapat menyembuhkan TTH. Pasien harus dibimbing untuk mengetahui arti dari
relaksasi yang mana dapat termasuk bed rest, massage, dan/ atau latihan biofeedback. Pengobatan
farmakologi adalah simpel analgesia dan/atau mucles relaxants. Ibuprofen dan naproxen sodium merupakan
obat yang efektif untuk kebanyakan orang. Jika pengobatan simpel analgesia(asetaminofen, aspirin,
ibuprofen, dll.) gagal maka dapat ditambah butalbital dan kafein ( dalam bentuk kombinasi seperti Fiorinal)yang akan menambah efektifitas pengobatan.Daftar analgesia yang biasa digunakan lihat pada tabel 5.
4.4.10 Prognosis dan Komplikasi Tension Type Headache (TTH)
TTH pada kondisi dapat menyebabkan nyeri yang menyakitkan tetapi tidak membahayakan.Nyeri
ini dapat sembuh dengan perawatan ataupun dengan menyelesaikan masalah yang menjadi latar belakangnya
jika penyebab TTH berupa pengaruh psikis. Nyeri kepala ini dapat sembuh dengan terapi obat berupa
analgesia. TTh biasanya mudah diobati sendiri. Progonis penyakit ini baik, dan dengan penatalaksanaan yang
baik maka > 90 % pasien dapat disembuhkan.
Komplikasi TTH adalah rebound headache yaitu nyeri kepala yang disebabkan oleh penggunaan
obat obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dll yang berlebihan.
4.4.11 Pencegahan Tension Type Headache (TTH)
Pencegahan TTH adalah dengan mencegah terjadinya stress dengan olahraga teratur, istirahat
yang cukup, relaksasi otot (massage, yoga, stretching), meditasi, dan biofeedback. Jika penyebabnya adalah
kecemasan atau depresi maka dapat dilakukan behavioral therapy. Selain itu, TTH dapat dicegah dengan
mengganti bantal atau mengubah posisi tidur dan mengkonsumsi makanan yang sehat.
4.5 Migren
4.5.1 Definisi Migren
Menurut International Headache Society(IHS), migren adalah nyeri kepala dengan serangan nyeri
yang berlansung 4 72 jam. Nyeri biasanya unilateral, sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang samapai
berat dan diperhebat oleh aktivitas, dan dapat disertai mual muntah, fotofobia dan fonofobia.
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
25/46
Hilman Suhaili
4.5.2 Etiologi dan Faktor Resiko Migren
Etiologi migren adalah sebagai berikut : (1) perubahan hormon (65,1%), penurunan konsentrasi
esterogen dan progesteron pada fase luteal siklus menstruasi, (2) makanan (26,9%), vasodilator (histamin
seperti pada anggur merah, natrium nitrat), vasokonstriktor (tiramin seperti pada keju, coklat, kafein), zat
tambahan pada makanan (MSG), (3) stress (79,7%), (4) rangsangan sensorik seperti sinar yang terang
menyilaukan(38,1%) dan bau yang menyengat baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan, (5) faktor
fisik seperti aktifitas fisik yang berlebihan (aktifitas seksual) dan perubahan pola tidur, (6) perubahan
lingkungan (53,2%), (7) alkohol (37,8%), (7) merokok (35,7%).
Faktor resiko migren adalah adanya riwayat migren dalam keluarga, wanita, dan usia muda.
4.5.3 Epidemiologi Migren
Migren terjadi hampir pada 30 juta penduduk Amerika Serikat dan 75 % diantaranya adalah
wanita. Migren dapat terjadi pada semua usia tetapi biasanya muncul pada usia 10 40 tahun dan angka
kejadiannya menurun setelah usia 50 tahun. Migren tanpa aura lebih sering diabndingkan migren yang
disertai aura dengan persentasi 9 : 1.
4.5.4 Klasifikasi Migren
Migren dapat diklasifikasikan menjadi migren dengan aura, tanpa aura, dan migren kronik
(transformed). Migren dengan aura adalah migren dengan satu atau lebih aura reversibel yang
mengindikasikan disfungsi serebral korteks dan atau tanpa disfungsi batang otak, paling tidak ada satu aura
yang terbentuk berangsur angsur lebih dari 4 menit, aura tidak bertahan lebih dari 60 menit, dan sakit
kepala mengikuti aura dalam interval bebas waktu tidak mencapai 60 menit. Migren tanpa aura adalah migren
tanpa disertai aura klasik, biasanya bilateral dan terkena pada periorbital. Migren kronik adalah migren
episodik yang tampilan klinisnya dapat berubah berbulan- bulan sampai bertahun- tahun dan berkembang
menjadi sindrom nyeri kepala kronik dengan nyeri setiap hari.
4.5.5 Patofisiologi Migren
Terdapat berbagai teori yang menjelaskan terjadinya migren. Teori vaskular, adanya gangguan
vasospasme menyebabkan pembuluh darah otak berkonstriksi sehingga terjadi hipoperfusi otak yang dimulai
pada korteks visual dan menyebar ke depan. Penyebaran frontal berlanjuta dan menyebabkan fase nyeri
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
26/46
Hilman Suhaili
kepala dimulai. Teori cortical spread depression, dimana pada orang migrain nilai ambang saraf menurun
sehingga mudah terjadi eksitasi neuron lalu berlaku short-lasting wave depolarization oleh pottasium-
liberating depression (penurunan pelepasan kalium) sehingga menyebabkan terjadinya periode depresi
neuron yang memanjang. Selanjutnya, akan terjadi penyebaran depresi yang akan menekan aktivitas neuron
ketika melewati korteks serebri.
Teori Neovaskular (trigeminovascular), adanya vasodilatasi akibat aktivitas NOS dan produksi NO
akan merangsang ujung saraf trigeminus pada pembuluh darah sehingga melepaskan CGRP (calcitonin gene
related). CGRP akan berikatan pada reseptornya di sel mast meningens dan akan merangsang pengeluaran
mediator inflamasi sehingga menimbulkan inflamasi neuron. CGRP juga bekerja pada arteri serebral dan otot
polos yang akan mengakibatkan peningkatan aliran darah. Selain itu, CGRP akan bekerja pada post junctional
site second order neuron yang bertindak sebagai transmisi impuls nyeri (lihat gambar 4).
Teori sistem saraf simpatis, aktifasi sistem ini akan mengaktifkan lokus sereleus sehingga terjadi
peningkatan kadar epinefrin. Selain itu, sistem ini juga mengaktifkan nukleus dorsal rafe sehingga terjadi
peningkatan kadar serotonin. Peningkatan kadar epinefrin dan serotonin akan menyebabkan konstriksi dari
pembuluh darah lalu terjadi penurunan aliran darah di otak. Penurunan aliran darah di otak akan merangsang
serabut saraf trigeminovaskular. Jika aliran darah berkurang maka dapat terjadi aura. Apabila terjadi
penurunan kadar serotonin maka akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah intrakranial dan ekstrakranial
yang akan menyebabkan nyeri kepala pada migren.
4.5.6 Diagnosa Migren
Anamnesa riwayat penyakit dan ditegakkan apabila terdapat tanda tanda khas migren. Kriteria
diagnostik IHS untuk migren dengan aura mensyaratkan bahwa harus terdapat paling tidak tiga dari empat
karakteristik berikut : (1) migren dengan satu atau lebih aura reversibel yang mengindikasikan disfungsi
serebral korteks dan atau tanpa disfungsi batang otak, (2) paling tidak ada satu aura yang terbentuk berangsur
angsur lebih dari 4 menit, (3) aura tidak bertahan lebih dari 60 menit, (4) sakit kepala mengikuti aura dalam
interval bebas waktu tidak mencapai 60 menit
Kriteria diagnostik IHS untuk migren tanpa aura mensyaratkan bahwa harus terdapat paling
sedikit lima kali serangan nyeri kepala seumur hidup yang memenuhi kriteria berikut : (a) berlangsung 4 72
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
27/46
Hilman Suhaili
jam, (b) paling sedikit memenuhi dua dari : (1) unilateral , (2) sensasi berdenyut, (3) intensitas sedang berat,
(4) diperburuk oleh aktifitas, (3) bisa terjadi mual muntah, fotofobia dan fonofobia.
4.5.7 Pemeriksaan Penunjang Migren
Pemeriksaan untuk menyingkirkan penyakit lain ( jika ada indikasi) adalah pencitraan ( CT scan
dan MRI) dan punksi lumbal.
4.5.8 Diferensial diagnosa Migren
Diferensial diagnosa migren adalah malformasi arteriovenus, aneurisma serebri, glioblastoma,
ensefalitis, meningitis, meningioma, sindrom lupus eritematosus, poliarteritis nodosa, dan cluster headache.
4.5.9 Terapi Migren
Tujuan terapi migren adalah membantu penyesuaian psikologis dan fisiologis, mencegah
berlanjutnya dilatasi ekstrakranial, menghambat aksi media humoral ( misalnya serotonin dan histamin), dan
mencegah vasokonstriksi arteri intrakranial untuk memperbaiki aliran darah otak.
Terapi tahap akut adalah ergotamin tatrat, secara subkutan atau IM diberikan sebanyak 0,25 0,5
mg. Dosis tidak boleh melewati 1mg/24 jam. Secara oral atau sublingual dapat diberikan 2 mg segera setelah
nyeri timbul. Dosis tidak boleh melewati 10 mg/minggu. Dosis untuk pemberian nasal adalah 0,5 mg (sekali
semprot). Dosis tidak boleh melewati 2 mg (4 semprotan). Kontraindikasi adalah sepsis, penyakit pembuluh
darah, trombofebilitis, wanita haid, hamil atau sedang menggunakan pil anti hamil. Pada wanita hamil, haid
atau sedang menggunakan pil anti hamil berikan pethidin 50 mg IM. Pada penderita penyakit jantung iskemik
gunakan pizotifen 3 sampai 5 kali 0,5 mg sehari. Selain ergotamin juga bisa obat obat lain (lihat tabel 6).
Terapi profilaksis menggunakan metilgliserid malead, siproheptidin hidroklorida, pizotifen, dan propanolol
(lihat tabel 7)
Selain menggunakan obat obatan, migren dapat diatasi dengan menghindari aktor penyebab,
manajemen lingkungan, memperkirakan siklus menstruasi, yoga, meditasi, dan hipnotis.
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
28/46
Hilman Suhaili
4.5.10 Komplikasi Migren
Komplikasi Migren adalah rebound headache, nyeri kepala yang disebabkan oleh penggunaan
obat obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dll yang berlebihan.
4.5.11 Pencegahan Migren
Pencegahan migren adalah dengan mencegah kelelahan fisik, tidur cukup, mengatasi hipertensi,
menggunakan kacamata hitam untuk menghindari cahaya matahari, mengurangi makanan (seperti keju,
coklat, alkohol, dll.), makan teratur, dan menghindari stress.
MIGREN
A. DEFINISIMenurutInternational Headache Society (IHS) migren adalah nyeri kepala vaskular berulang
dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam. Nyeri biasanya sesisi (unilateral), sifatnya berdenyut,
intensitas nyerinya sedang sampai berat, diperberat oleh aktivitas, dan dapat disertai dengan mual dan atau
muntah, fotofobia, dan fonofobia.
B. EPIDEMIOLOGIDari hasil penelitian epidemiologi,migren terjadi pada hampir 30 juta
penduduk Amerika Serikat, 75 % diantaranya adalah wanita. Migren dapat terjadi pada semua usia, tetapi
biasanya muncul antara usia 10-40 tahun dan angka kejadiannya menurun setelahusia 50 tahun. Migren
tanpa aura umumnya lebih sering dibandingkan migren disertai aura dengan persentase sebanyak 90%.
C. ETIOLOGIBeberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya migren adalah sebagai berikut :
1. Riwayat penyakit migren dalam keluarga2. Perubahan hormon (estrogen dan progesteron) pada wanita, khususnya pada fase luteal siklus
menstruasi.
3. Makanan yang bersifat vasodilator (anggur merah, natrium nitrat), vasokonstriktor (keju, coklat), sertazat tambahan pada makanan.
4.
Stres5. Faktor fisik6. Rangsang sensorik (seperti cahaya yang silau, bau menyengat)7. Alkohol8. Merokok
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
29/46
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
30/46
Hilman Suhaili
Migren bisa dipahami sebagai suatu gangguan primer otak (primary of the brain) yang terjadi
karena adanya kelainan pada aktivitas saraf sehingga pembuluh darah mengalami vasodilatasi, yang disusul
dengan adanya nyeri kepala berikut aktivasi saraf lanjutannya. Serangan migren bukanlah didasari oleh
suatuprimary vascular event. Serangan migren bersifat episodik dan bervariasi baik dalam setiap individu
maupun antar individu. Variabilitas tersebut paling tepat dijelaskan melalui pemahaman terhadap kelainan
biologik dasar dari migren yaitu disfungsi ion channelpada nuklei aminergik batang otak yang secara
normal berfungsi mengatur input sensoris dan memberikan kendali neural (neural influences) terhadap
pembuluh darah kranial.
Dulu migren oleh Wolff disangka sebagai kelainan pembuluh darah (teori vaskular). Sekarang
diperkirakan kelainan primer di otak. Sedangkan kelainan di pembuluh darah sekunder. Ini didasarkan atas
tiga percobaan binatang:
1. Penekanan aktivitas sel neuron otak yang menjalar dan meluas (spreading depression dari Leao)Teori depresi yang meluas Leao (1944), dapat menerangkan tumbuhnya aura pada migren klasik. Leao
pertama melakukan percobaan pada kelinci. Ia menemukan bahwa depresi yang meluas timbul akibat reaksi
terhadap macam rangsangan lokal pada jaringan korteks otak. Depresi yang meluas ini adalah gelombang
(oligemia) yang menjalar akibat penekanan aktivitas sel neuron otak spontan. Perjalanan dan meluasnya
gelombang oligemia sama dengan yang terjadi waktu kita melempar batu ke dalam air. Kecepatan
perjalanannya diperkirakan 2-5 mm per menit dan didahului oleh fase rangsangan sel neuron otak yang
berlangsung cepat. Jadi sama dengan perjalanan aura pada migren klasik. Gelombang oligemia tersebut
didahului oleh fase pendek hiperemia yang sangat mungkin berhubungan dengan gejala seperti melihat
kilatan cahaya. Oligemia merupakan respon dari adanya penurunan fungsi neuronal (depressed neuronal
function) yang kelihatan jelas masih berlangsung ketika keluhan nyeri kepala mulai muncul. Temuan
tersebut, bersama dengan bukti langsung yang menunjukkan bahwa suplai oksigen lokal ternyata lebih dari
adekuat, menjadikan pendapat yang menganggap migraine semata-mata hanya merupakan suatu vascular
headachetidak lagi dapat dipertahankan.
Percobaan ini ditunjang oleh penemuan Oleson, Larsen dan Lauritzen (1981). dengan pengukuran alirandarah otak regional pada penderita-penderita migren klasik. Pada waktu serangan migren klasik, mereka
menemukan penurunan aliran darah pada bagian belakang otak yang meluas ke depan dengan kecepatan
yang sama seperti pada depresi yang meluas. Mereka mengambil kesimpulan bahwa penurunan aliran darah
otak regional yang meluas ke depan adalah akibat dari depresi yang meluas.
Terdapat persamaan antara percobaan binatang oleh Leao dan migren klinikal, akan tetapi terdapat juga
perbedaan yang penting, misalnya tak ada fase vasodilatasi pada pengamatan pada manusia, dan aliran
darah yang berkurang berlangsung terus setelah gejala gejala aura. Meskipun demikian, eksperimen
perubahan aliran darah memberi kesan bahwa manifestasi migren terletak primer di otak dan kelainan
vaskular adalah sekunder.
2. Sistem trigemino-vaskular
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
31/46
Hilman Suhaili
Pembuluh darah otak dipersarafi oleh serat-serat saraf yang mengandung. substansi P (SP), neurokinin-
A (NKA) dan calcitonin-gene related peptid (CGRP). Semua ini berasal dari ganglion nervus trigeminus
sesisi SP, NKA. dan CGRP menimbulkan pelebaran pembuluh darah arteri otak. Selain ltu, rangsangan oleh
serotonin (5hydroxytryptamine) pada ujung-ujung saraf perivaskular menyebabkan rasa nyeri dan pelebaran
pembuluh darah sesisi.
Seperti diketahui, waktu serangan migren kadar serotonin dalam plasma meningkat. Dulu kita mengira
bahwa serotoninlah yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah pada fase aura. Pemikiran sekarang
mengatakan bahwa serotonin bekerja melalut sistem trigemino-vaskular yang menyebabkan rasa nyeri
kepala dan pelebaran pembuluh darah. Obat-obat anti-serotonin misalnva cyproheptadine (Periactin) dan
pizotifen (Sandomigran, Mosegor) bekerja pada sistem ini untuk mencegah migren.
3. lnti-inti syaraf di batang otakInti-inti saraf di batang otak misalnya di rafe dan lokus seruleus mempunyai hubungan dengan reseptor-
reseptor serotonin dan noradrenalin. Juga dengan pembuluh darah otak yang letaknya lebih tinggi dan
sumsum tulang daerah leher yang letaknya lebih rendah. Rangsangan pada inti-inti ini menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh darah otak sesisi dan vasodilatasi pembuluh darah di luar otak. Selain itu terdapatpenekanan reseptor-reseptor nyeri yang letaknya lebih rendah di sumsum tulang daerah leher. Teori ini
menerangkan vasokonstriksi pembuluh darah di dalam otak dan vasodilatasi pembuluh darah di luar otak,
misalnya di pelipis yang melebar dan berdenyut.
Faktor pencetus timbulnya migren dapat dibagi dalam faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik. Dimana
faktor eksintrik seperti stress (emosional maupun fisik atau setelah istirahat dari ketegangan), makanan
tertentu (coklat, keju, alkohol, dan makanan yang mngandung bahan pengawet), lingkungan, dan juga
cuaca.
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
32/46
Hilman Suhaili
Sedangkan faktor intrinsik, misalnya perubahan hormonal pada wanita yang nyerinya berhubungan
dengan fase laten saat menstruasi. Selain itu, adanya factor genetik, diketahui mempengarui timbulnya
migren.
Migren tanpa aura
Migren dengan aura
Mual dan muntah mungkin disebabkan oleh kerja dopamin atau serotonin pada pusat muntah di batang otak(chemoreseptor trigger zone/CTZ). Sedangkan pacuan pada hipotalamus akan menimbulkan fotofobia.
Proyeksi/pacuan dari LC ke korteks serebri dapat mengakibatkan oligemia kortikal dan mungkin menyebabkan
penekanan aliran darah, sehingga timbulah aura.
Pencetus (trigger) migren berasal dari:1. Korteks serebri: sebagai respon terhadap emosi atau stress,
2. Talamus: sebagai respon terhadap stimulasi afferen yang berlebihan: cahaya yang menyilaukan, suara bising,
makanan,
3. Bau-bau yang tajam,
4. Hipotalamus sebagai respon terhadap 'jam internal" atau perubahan "lingkungan" internal (perubahan
hormonal),
5. Sirkulasi karotis interna atau karotis eksterna: sebagai respon terhadap vasodilator, atau angiografi.
Mekanisme Nyeri pada MigrenPatogenesis nyeri pada migren belum dapat diketahui dengan pasti, namun ada 3 kunci yang dapat
menjelaskan tentang pemahaman akan nyeri tersebut, yaitu: pembuluh darah cranial, inervasi trigeminal
dari pembuluh darah tersebut, dan koneksi refleks dari sistem trigeminal dengan eferen parasimpatis kranial
(cranialparasympathetic outflow). Seperti kita ketahui bahwa, parenkim otak merupakan salah satu organ
yang tidak peka terhadap nyeri, sehingga rangsang nyeri dapat dibangkitkan oleh pembuluh darah cranial
GejalaFaktor Pencetus
Meningkatkan aktv.Nyeri kepala
-VasodilatasiSist.Trigemino
vaskular
Spreeding
Pembuluh darah melebardan berdenyut
-Vasodilatasi pemb. darah
luar otak
-Vasokontriksi pemb. darah
Inti2 saraf di
batang otak
(rafe & lokusseruleus)
Ge ala aura
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
33/46
Hilman Suhaili
yang berukuran besar, pembuluh darah intracranial segmen proximal, atau selaput duramater. Pembuluh
darah tersebut diinervasi oleh cabang-cabang ofthalmik (ophthalmic division) dari nervus trigeminalis,
sedangkan struktur yang membentuk fossa posterior diinervasi oleh cabang-cabang radiks C2.
Pada percobaan dengan binatang, stimulasi yang mengenai serabut aferen vaskuler (vascular
afferents) akan menimbulkan aktivasi: neuron-neuron lapisan superfisial dari nukleus trigeminalis bagian
kaudal (trigeminal nucleus caudalis) yang berada setinggi cervicomedullaryjunction dan neuron-neuron
lapisan superfisial dari kornu dorsalis setinggi C1 dan C2 dari medulla spinalis yang membentuk
trigeminocervical complex. Begitu pula hal yang serupa, stimulasi cabang-cabang radiks C2 akan
mengaktivasi neuron neuron di regio otak yang sama. Keterlibatan cabang-cabang oftalmik dari nervus
trigeminalis dan adanya tumpang tindih dengan wilayah yang diinervasi oleh C2 dapat menjelaskan
distribusi umum dari nyeri migraine yang melingkupi regio frontal dan temporal, begitupula regio parietal,
occipital, dan servikal bagian atas, yang pada hakekatnya adalah merupakan suatu nyeri alih (referred pain).Aktivasi trigeminal perifer (peripheral trigeminal activation) yang terjadi pada migraine ditandai
dengan dilepaskannya calcitonin-generelated peptide (CGRP), yang merupakan vasodilator, namun
mekanisme bangkitnya rasa nyeri belumlah jelas. Studi binatang coba mengesankan rasa nyeri
kemungkinan ditimbulkan oleh suatu proses peradangan neurogenik steril (sterile neurogenic inflammatory
process) yang mengenai lapisan dura mater, namun mekanisme ini belumlah jelas dibuktikan pada manusia.
Rasa nyeri kemungkinan merupakan kombinasi dari suatu perubahan persepsi (altered perception)yang
diakibatkan oleh adanya sensitisasi perifer atau sentraldari input kraniovaskuler yang tidak selalu bersifat
nyeri dan adanya aktivasi dari mekanisme dilator neurovaskular yang menjalar kearah depan (feed-forward
neurovascular dilator mechanism) yang secara fungsional spesifik dimiliki oleh divisi pertama (ophthalmic)
dari nervus trigeminus.
F. MANIFESTASI KLINISSecara keseluruhan, manifestasi klinis penderita migren bervariasi pada setiap individu. Terdapat 4 fase
umum yang terjadi pada penderita migren, tetapi semuanya tidak harus dialami oleh tiap individu. Fase-fase
tersebut antara lain:
1. Fase Prodormal. Fase ini dialami 40-60% penderita migren. Gejalanya berupa perubahan mood,irritable, depresi, atau euphoria, perasaan lemah, letih, lesu, tidur berlebihan, menginginkan jenis
makanan tertentu (seperti coklat) dan gejala lainnya. Gejala ini muncul beberapa jam atau hari sebelum
fase nyeri kepala. Fase ini member pertanda kepada penderita atau keluarga bahwa akan terjadi
serangan migren.
2. Fase Aura. Aura adalah gejala neurologis fokal kompleks yang mendahului atau menyertai seranganmigren. Fase ini muncul bertahap selama 5-20 menit. Aura ini dapat berupa sensasi visual, sensorik,motorik, atau kombinasi dari aura-aura tersebut.
Aura visual muncul pada 64% pasien dan merupakan gejala neurologis yang paling umum
terjadi. Yang khas untuk migren adalah scintillating scotoma (tampak bintik-bintik kecil yang banyak),
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
34/46
Hilman Suhaili
gangguan visual homonim, gangguan salah satu sisi lapang pandang, persepsi adanya cahaya berbagai
warna yang bergerak pelan (fenomena positif). Kelainan visual lainnya adalah adanya scotoma
(fenomena negatif) yang timbul pada salah satu mata atau kedua mata. Kedua fenomena ini dapat
muncul bersamaan dan berbentuk zig-zag. Aura pada migren biasanya hilang dalam beberapa menit dan
kemudian diikuti dengan periode laten sebelum timbul nyeri kepala, walaupun ada yang melaporkan
tanpa periode laten.
3. Fase Nyeri Kepala. Nyeri kepala migren biasanya berdenyut, unilateral dan awalnya berlangsungdidaerah frontotemporalis dan ocular, kemudian setelah 1-2 jam menyebar secara difus kea rah
posterior. Serangan berlangsung selama 4-72 jam pada orang dewasa, sedangkan pada anak-aak
berlangsung selama 1-48 jam. Intensitas nyeri bervariasi, dari sedang sampai berat, dan kadang sangat
mengganggu pasien dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
4.
Fase Postdormal. Pasien mungkin merasa lelah, irritable, konsentrasi menurun, dan terjadi perubahanmood. Akan tetapi beberapa orang merasa segar atau euphoria setelah terjadi serangan, sedangkan
yang lainnya merasa depresi dan lemas.
Gejala diatas tersebut terjadi pada penderita migren dengan aura, sementara pada penderita migren tanpa
aura, hanya ada 3 fase saja, yaitu fase prodormal, fase nyeri kepala, dan fase postdormal.
G. KRITERIA DIAGNOSIS1. Migren tanpa aura
Migren ini tidak jelas penyebabnya (idiopatik), bersifat kronis dengan manifestasi serangan nyeri kepala
4-72 jam, sangat khas yaitu nyeri kepala unilateral, berdenyut-denyut dengan intensitas sedang sampai berat
dengan disertai mual, fonofobia, dan fotofobia. Nyeri kepala diperberat dengan adanya aktivitas fisik.
2. Migren dengan auraNyeri kepala ini bersifat idiopatik, kronis dengan bentuk serangan dengan gejala neurologik (aura) yang
berasal dari korteks serebri dan batang otak, biasanya berlangsung 5-20 menit dan berlangsung tidak lebih
dari 60 menit. Neri kepaala, mual, atau tanpa fotofobia biasanya langsung mengikuti gejala aura atau setelah
interval bebas serangan tidak sampai 1 jam. Fase ini biasanya berlangsung 4-72 jam atau sama sekali tidakada.
Aura dapat berupa gangguan mata homonimus, gejala hemisensorik, hemifaresis, disfagia, atau
gabungan dari gejala diatas.
KRITERIA DIAGNOSIS MIGREN TANPA AURA
A. Sekurang-kurangnya 10 kali serangan termasuk B-DB. Serangan nyeri kepala berlangsung antara 4-72 jam (tidak diobati atau
pengobatan tidak adekuat) dan diantara serangan tidak ada nyeri kepala
C. Nyeri kepala yang terjadi sekurang-kurangnya dua dari karakteristiksebagai berikut:
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
35/46
Hilman Suhaili
1. Lokasi unilateral2. Sifatnya berdenyut3. Intensitas sedang sampai berat4. Diperberat dengan kegiatan fisik
D. Selama serangan sekurang-kurangnya ada satu dari yang tersebutdi bawah ini:
1. Mual atau dengan muntah2. Fotofobia atau dengan fonofobia
E. Sekurang-kurangnya ada satu dari yang tersebut di bawah ini:1. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik tidak menunjukkan
adanya kelainan organik
2. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik diduga adanya kelainanorganik, tetapi pemeriksaan neuro imaging dan pemeriksaan tambahan
lainnya tidak menunjukkan kelainan.
KRITERIA DIAGNOSIS DENGAN AURA
A. Sekurang-kurangnya 2 serangan seperti tersebut dalam BB. Sekurang-kurangnya terdapa 3 dari 4 karakteristik tersebut dibawah ini:
1. Satu atau lebih gejala aura yang reversible yang menunjukkandisfungsi hemisfer dan/atau batang otak
2. Sekurang-kurangnya satu gejala aura berkembang lebih dari 4 menit,atau 2 atau lebih gejala aura terjadi bersama-sama
3. Tidak ada gejala aura yang berlangsung lebih dari 60 menit; bila lebihDari satu gejala aura terjadi, durasinya lebih lama
Nyeri kepala mengikuti gejala aura dengan interval bebas nyeri kurang
Dari 60 menit, tetapai kadang-kadang dapat terjadi sebelum aura
C. Sekurang-kurangnya terdapat satu dari yang tersebut dibawah ini:1. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik tidak menunjukkan
adanya kelainan organik
2. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik diduga adanya kelainanorganik, tetapi pemeriksaan neuro imaging dan pemeriksaan tambahan
lainnya tidak menunjukkan kelainan
3. Migren Hemiplegik familialMigren dengan aura termasuk hemiparesis dengan criteria klinik yang sama seperti diatas dan sekurang-
kurangnya salah satu anggota keluarga terdekatnya mempunyai riwayat migren yang sama
4. Migren basilarisMigren dengan aura yang jelas berasal dari batang otak atau dari kedua lobi oksipitales. Kriteria klinik
sama dengan yang diatas dengan tambahan dua atau lebih dari gejala aura seperti berikut ini:
Gangguan lapangan penglihatan temporal dan nasal bilateral Disartia Vertigo
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
36/46
Hilman Suhaili
Tinitus Penurunan pendengaran Diplospi Ataksia Parastesia bilateral Parestesia bilateral dan penurunan kesadaran
5. Migren aura tanpa nyeri kepalaMigren jenis ini memiliki gejala aura yang khas tetapi tanpa diikuti oleh nyeri kepala. Biasanya
terdapat pada individu yang berumur lebih dari 40 tahun.
6. Migren dengan awitan aura akutMigren dengan aura yang berlangsung penuh kurang dari 5 menit. Kriteria diagnosisnya sama dengan
criteria migren dengan aura, dimana gejala neurologik (aura) terjadi seketika lebih kurang 4 menit, nyeri
kepala teradi selama 4-72 jam (bila tidak diobati atau dengan pengobatan tetapi tidak berhasil), selama nyeri
berlangsung sekurangnya disertai dengan mual atau muntah, fonofobia/fotofobia. Untuk menyingkirkan
TIA maka dilakukan pemeriksaan angiografi dan pemeriksaan jantung serta darah.
7. Migren oftalmoplegikMigren jenis ini dicirikan oleh serangan yang berulangpulang yang berhubungan dengan paresis satu
atau lebih saraf otak okular dan tidak didapatkan
kelainan organik. Kriteria diagnosis terdiri dari sekurang-kurangnya 2 serangan disertai paresisi saraf otak
III, IV, dan VI serta tidak didapatkan kelainan serebrospinal.
8. Migren retinalTerjadi serangan berulang kali dalam bentuk skotoma monokular atau buta tidak lebih dari satu jam. Dapet
berhubungan dengan nyeri kepala atau tidak. Gangguan ocular dan vascular tidak dijumpai.
9. Migren yang berhubungan dengan gangguan intrakranialMigren dan gangguan intracranial berhubungan dengan awitan secara temporal. Aura dan lokasi nyeri
kepala berhubungan erat dengan lesi intracranial. Keberhasilan pengobatan lesi intrakranial akan diikuti
oleh hilangnya serangan migren.
KRITERIA DIAGNOSIS MIGREN RETINAL
Sekurang-kurangnya terdiri dari 2 serangan sebagaimana tersebut di bawah ini:
A. Skotoma monokular yang bersifat reversibel atau buta tidak lebih dari 60menit, dan dibuktikan dengan pemeriksaan selama serangan atau
penderita menggambarkan gangguan lapangan penglihatan monokular
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
37/46
Hilman Suhaili
selama serangan tersebut.
B. Nyeri kepala yang mengikuti gangguan visual dengan interval bebasnyeri tidak lebih dari 60 menit, tetapi kadang-kadang lebih dari 60 menit.
Nyeri kepala bisa tidak muncul apabila penderita mempunyai jenis migren lain
atau mempunyai 2 atau lebih keluarga terdekat yang mengalami migren.
C. Pemeriksaan oftalmologik normal di luar serangan. Adanya emboli dapatdapat disingkirkan dengan peneriksaan angiografi, CT scan, pemeriksaanjantung dan darah.
KRITERIA DIAGNOSIS MIGREN DENGAN GANGGUAN INTRAKRANIAL
A. Sekurang-kurangnya terdapat satu jenis migrenB. Gangguan intracranial dibuktikan dengan pemeriksaan klinik dan neuro imagingC. Terdapat satu atau keduanya dari:
1. Awitan migren sesuai dengan awitan gangguan intrakranial2. Lokasi aura dan nyeri sesuai dengan lokasi gangguan intracranial
D. Bila pengobatan gangguan intracranial berhasil maka migren akan hilang dengan sendirinya
H. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan penunjang bertujuan untuk menyingkirkan diagnosis banding.
1. CT scan dan MRI kepala2. Pungsi lumbal
I. DIAGNOSIS BANDING1. Nyeri kepala tegang (tension headache)2.
Nyeri kepala Kluster (cluster headache)
3. Gangguan peredaran darah sepintas (Transient Ischemic Attack/TIA)J. TERAPI
1. Terapi MedikamentosaPendekatan terapi migraine dapat dibagi kedalam terapi nonfarmakologis dan farmakologis. Terapi
nonfarmakologis meliputi:
a. edukasi kepada penderita mengenai penyakit yang dialaminyab. mekanisme penyakitc. pendekatan terapeutik, dand. mengubah pola hidup dalam upaya menghindari pemicu serangan migraine.e. Tidur yang teratur
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
38/46
Hilman Suhaili
f. Makan yang teraturg. Olahragah. Mencegah puncak stres melalui relaksasi, serta mencegah makanan pemicu.
Pesan yang penting adalah, penderita lebih baik berupaya menjaga keteraturan hidup (regularity of
habits), daripada membatasi beragam makanan dan aktivitas. Yang tidak dapat diketahui adalah
sensitivitas dari otak terhadap pemicu-pemicu pada waktu tertentu. Ketidakpastian ini mengakibatkan
banyak penderita menjadi putus asa menghadapi fakta bahwa berbagai upaya yang dilakukannya untuk
menghindari terpicunya serangan migren memberikan hasil yang berbeda pada hari yang berlainan.
Penting dijelaskan pada penderita sifat alamiah dari variabilitas tersebut diatas. Saat ini telah
dipublikasikan evidence-based review dari pendekatan nonfarmakologis dalam terapi migraine.
Medikamentosa untuk terapi migraine dapat dibagi menjadi: obat yang diminumkan setiap hari tidak
tergantung dari ada atau tidak nyeri kepala yang bertujuan mengurangi frekuensi dan tingkat keparahanserangan (terapi preventif), dan obat yang diminumkan untuk menghentikan serangan saat
kemunculannya (terapi abortif).
Terapi untuk menghentikan serangan akut (terapi abortif) dapat dibagi menjadi: terapi nonspesifik
dan terapi spesifik migraine (migraine-specific treatments). Yang tergolong kedalam terapi nonspesifik
seperti:
a. Aspirinb. Acetaminophenc. Nonsteroidalantiinflammatory drugs (NSAID)
Pada banyak penderita, migraine menunjukkan respon yang baik menggunakan terapi sederhana
yang diberikan pada waktu serangan. Terdapat sejumlah kunci bagi keberhasilan penggunaan
analgetik dan NSAID, setelah terlebih dahulu mempertimbangkan keinginan penderita dan
kontraindikasi: obat harus diminum sesegera mungkin begitu komponen nyeri kepala dari serangan
mulai dirasakan; dosis obat harus adekuat, sebagai contoh, 900 mg aspirin, 1000 mg acetaminophen,
500 sampai 1000 mg naproxen, 400 sampai 800 mg ibuprofen, atau kombinasinya dengan dosis
yang memadai. Penambahan menggunakan antiemetik atau obat yang meningkatkan motilitas gaster
dapat meningkatkan absorpsi obat utama, sehingga juga akan membantu meredakan serangan.
Penggunaan yang terlalu sering dari kelompok obat-obatan ini harus dihindari; sebagai contoh,
penggunaan tidak boleh melebihi dua sampai tiga hari dalam seminggu, dan catatan harian
(headache diary) penderita perlu diperiksa dan dipantau untuk mengetahui adanya peningkatan
penggunaan obat-obatan. Yang penting diketahui adalah bahwa tingkat keparahan serangan
migraine dan responnya terhadap pengobatan dapat berubah-ubah; sehingga suatu ketika penderita
dapat hanya memerlukan satu macam obat, sementara dilain waktu dapat memerlukan sejumlah
macam obat untuk mengatasi serangan yang lebih berat.
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
39/46
Hilman Suhaili
d. Opiat .Sebenarnya penggunaan opiat saat ini dihindari karena hanya meredam nyeri tanpa menekanmekanisme patofisiologi yang melatarbelakangi serangan, dan seringkali menimbulkan gangguan
kognitif; penggunaannya juga dapat menimbulkan adiksi, serta pada sebahagian besar penderita
tidak memberikan khasiat yang melebihi obat spesifik untuk migraine (migraine-specific therapy).
e. Analgetik kombinasi juga dipergunakan untuk mengatasi beragam gangguan nyeri.Sedangkan terapi spesifik yang meliputi:
a. Derivat ErgonKelebihan umum dari derivat ergot (ergotamine dan dihydroergotamine) adalah biaya pengobatan
yang rendah dan pengalaman dari sejarah panjang penggunaannya. Kekurangannya adalah aspek
farmakologinya yang kompleks, farmakokinetiknya yang sulit diperhitungkan (erratic
pharmacokinetics), kurangnya pembuktian mengenai dosis yang efektif, efek vasokonstriktor
menyeluruhnya yang bersifat poten dan menetap, yang dapat menimbulkan gangguan vaskular yangmerugikan, serta adanya resiko tinggi terjadinya overuse syndromes dan rebound headaches.
b. TriptanDibandingkan dengan derivat ergot, golongan triptan memiliki banyak kelebihan terutama,
farmakologi yang bersifat selektif, farmakokinetik yang jelas dan konsisten, aturan penggunaan yang
telah menjalani pembuktian (evidence-based prescription instructions), efikasi yang telah dibuktikan
melalui sejumlah uji klinis (well-designed controlledtrials), efek samping berderajat sedang, dan tingkat
keamanan pemakaian yang telah diketahui (well-established safety record). Kekurangan yang paling
penting dari golongan triptan adalah biaya pengobatan yang tinggi dan keterbatasan penggunaannya
pada keadaan adanya penyakit kardiovaskular termasuk perdarahan subarachnoid dan menginitis.
Farmakologi dan Mekanisme kerjaTriptan merupakan serotonin 5-HT1B/1Dreceptor agonists. Golongan obat ini ditemukan dalam
suatu penelitian mengenai serotonin dan migraine yang mendapatkan adanya suatu atypical 5-HT
receptor. Melalui aktivasi terhadap novel receptor ini terbukti dapat menutup anastomosis dari
arteriovenosa kranialis (cranial arteriovenous anastomoses), dimana reseptor ini secara in vivo
diketahui memiliki distribusi anatomis sangat terbatas. Dewasa ini telah dikenal terdapat tujuh
subklas utama dari 5-HT receptorsklas 1 sampai 7. Semua triptan dapat mengaktivasi reseptor 5-
HT1B/1D, serta dalam potensi yang lebih ringan dapat mengaktivasi reseptor 5-HT1A atau 5-HT1F.
Tampaknya, aktivitas 5-HT1B/1Dagonist merupakan mekanisme utama dari efek therapeutik
golongan triptan, meskipun mekanisme kerja (therapeutic action) pada reseptor 5-HT1F belumlah
disingkirkan.
Triptan memiliki tiga mekanisme kerja yang potensial: vasokonstriksi kranial, inhibisi neuronal
perifer, dan inhibisi terhadap transmisi yang melewati second-order neurons dari trigeminocervical
complex. Mekanisme mana diantara ketiganya yang berperan paling penting belumlah jelas. Ketiga
mekanisme kerja tersebut menghambat efek yang ditimbulkan oleh teraktivasinya serabut aferen
-
7/30/2019 LBM 2 modul 15 HILMAN SUHAILI.docx
40/46
Hilman Suhaili
nosiseptif trigeminal (activated nociceptive trigeminal afferents); melalui mekanisme inilah triptan
menghentikan serangan akut migraine (Gambar 2).
Dalam praktik klinis rutin terdapat lima macam triptan: sumatriptan, naratriptan, rizatriptan,
zolmitriptan, dan almotriptan. Eletriptan baru saja disetujui penggunaannya di Eropa; frovatriptan
masih menunggu persetujuan penggunaannya; sedangkan donitriptan masih menjalani pengujian
preklinik. Selama berlangsungnya serangan migraine, banyak obat mengalami penundaan absorpsi,
sehingga sangat mungkin pemberian dengan metode nonoral lebih menguntungkan, seperti
pemberian melalui nasal sprays, inhalers, suppositoria, atau injeksi. Namun demikian, kebanyakan
penderita lebih menyukai preparat oral, yang merupakan 80% dari keseluruhan peresepan triptan.
Sumatriptan juga tersedia dalam bentuk sediaan injeksi subkutan, rektal, dan intranasal.
Keamanan dan TolerabilitasSangatlah penting membedakan tingkat keamanan (safety) dan tolerabilitas (tolerability) obat
dalam membicarakan terapi migraine akut. Tolerabilitas adalah efek samping obat yang secara
medis tidak membahayakan (medically unimportant) namun secara klinis menimbulkan keluhan
(clinicallyirritating), seperti kesemutan, kemerahan pada wajah (flushing), dan perasaan seperti
ditekan (sensations of pressure); sedangkan keamanan obat adalah penilaian berdasarkan laporan
mengenai efek samping yang secara medis membahayakan (medically important side effects).
Ole