LATAR BELAKANG PENDIDIKAN SISWA DAN...
Transcript of LATAR BELAKANG PENDIDIKAN SISWA DAN...
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN SISWA DAN
HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR FIQIH
DI MTS NURUL ILMI CIKUPA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar sarjana PAI (S.Pd.I)
Oleh:
SITI ROSMIATI
NIM: 106011000179
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIYATULLAH
JAKARTA
2011 M / 1432 H
2
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN SISWA DAN
HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR FIQIH
DI MTS NURUL ILMI CIKUPA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar sarjana PAI (S.Pd.I)
Oleh:
SITI ROSMIATI
NIM: 106011000179
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Drs. H. Aminudin Yakub, M.Ag
1971 0214 1997 031 001
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
3
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Siti Rosmiati
NIM : 106011000179
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Dengan ini Saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Strata 1 (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli atau merupakan
jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
berdasarkan undang-undang yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, November 2010
Penulis
Siti Rosmiati
4
ABSTRAKSI
Nama : Siti Rosmiati Nim : 106011000179 Judul : Latar Belakang Pendidikan Siswa dan Hubungannya Dengan Prestasi
Belajar Fiqih di MTs Nurul Ilmi Cikupa
Pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah sebagai bagian yang integral dari PAI, memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan keperibadian siswa, tetapi secara substansial mata pelajaran Fiqih memberikan kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikan nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.
Mata pelajaran Fiqih merupakan salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari oleh para siswa yang duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah. Cukup banyak kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa selama mempelajari pelajaran Fiqih ini, diantaranya adalah mampu memahami ketentuan hukum Islam yang berkaitan dengan ibadah mahdah dan muamalah serta dapat mempraktikan dengan benar dalam kehidupan sehar-hari.
Siswa yang belajar pada Madrasah Tsanawiyah tentunya tidak semua berasal dari Madrasah Ibtidaiyah, terdapat pula beberapa siswa yang berasal dari Sekolah Dasar. Sebagaimana kita ketahui, pendidikan di Indonesia berada di bawah naungan dua departemen yang berbeda, yaitu Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Pendidikan Agama.
Kedua Departemen tersebut tentu saja mempunyai kebijakan yang berbeda, seperti pada kebijakan kurikulum yang terdapat pada Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar tampak sedikit berbeda. Diantaranya adalah pada pengetahuan agama Islam. Pada Madrasah Ibtidaiyah pengetahuan agama Islam diberikan pada empat mata pelajaran, salah satunya adalah Fiqih. Sedangkan pada Sekolah Dasar pengetahuan agama Islam digabung dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan hanya diberikan dua jam pelajaran dalam satu minggu.
Maka, ada perbedaan pengalaman belajar yang mereka dapatkan pada masing-masing sekolah dan tentunya hal ini akan berakibat pada prestasi belajar yang akan mereka raih pada jenjang selanjutnya.
Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa siswa yang berasal dari Madrasah Ibtidaiyah memiliki/mendapatkan prestasi belajar Fiqih yang lebih baik dari pada siswa yang berasal dari Sekolah Dasar.
5
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Segala puji rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT penguasa
alam semesta yang selalu memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat teriring salam
senantiasa kita curahkan kepada junjungan baginda Nabi besar Muhammad
SAW, yang membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang
terang benderang, untuk para keluarga, dan para sahabat-Nya.
Karya tulis ilmiah berupa skripsi ini ditujukan kepada fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama
Islam (S.Pdi).
Selama penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,
baik moril maupun materil, serta pemikiran saran dan kritik dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-
tingginya serta mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bahrissalim, M.Ag dan Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag, selaku ketua jurusan dan
sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Drs. H. Aminudin Yakub, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi, terima
kasih atas bimbingan, nasihat, motivasi dan perhatiannya selama pembuatan
skripsi ini, mudah-mudahan Allah SWT membalas semua kebaikan bapak.
5. M. Hidayat, S.Pd, selaku Kepala Sekolah MTs Nurul Ilmi Cikupa, terima
kasih atas kesempatan dan kerjasamanya yang telah diberikan selama ini.
6
6. Seluruh guru-guru MTs Nurul Ilmi. Terima kasih banyak atas segala bantuan
dan kerjasamanya dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Emak dan abah tercinta yang telah mencurahkan segenap kasih sayangnya
yang tak terhingga dan tak putus-putusnya memberikan doa dan semangat.
Terima kasih atas pengorbanannya selama ini, mudah-mudahan Allah SWT
selalu melindungi dan memberikan kebahagiaan kepada kalian.
8. Kakakku (Ahmad Turmudi) dan adik-adikku (Siti Salamah, Abdul Muhtadi,
M. Ridwan, dan Habibah), terima kasih atas segala dukungan, semangat dan
doanya.
9. Teman-teman kosan (Noor Noviana, Eksasanti Lestaluhu, dan Desty Eka
Putri Sari) yang selalu memberikan semangat dan dukungannya setiap hari,
mudah-mudahan tali silaturrahim kita tetap terjaga untuk selamanya.
10. Teman-teman Sains&Teknologi (Ika Dewi Pratiwi, Fatih Fuaduddin, Imamul
Huda, Chery Dia Putra, Ahmad Syaugi, dan Aziera Putra) yang selalu
memberikan semangat dan kebahagiaannya di hari-hariku, terima kasih atas
kebersamaanya selama ini.
11. Teman- teman seperjuanganku (kelas E PAI), dan teman sepermainanku (Siti
Qomariyah, Liszaenia dan Istiharoh), terima kasih atas doanya.
12. Kepada semua yang tidak penulis sebutkan, terima kasih atas doa dan
dukungannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan
dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan
skripsi ini.
Akhir kata penulis hanya bisa berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat dan mempunyai nilai guna bagi yang memerlukannya.
Jakarta, November 2010
7
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI. ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL. .............................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .................................................................... 5
D. Perumusan Masalah ..................................................................... 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 6
BAB II DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Deskripsi Teoritis. ......................................................................... 7
1. Pengertian Prestasi Belajar ........................................................... 7
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar ..................... 8
a. Faktor Internal ........................................................................ 9
b. Faktor Eksternal ..................................................................... 12
c. Faktor Pendekatan Belajar. .................................................... 13
3. Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah .................................... 13
a. Pengertian Fiqih ...................................................................... 13
b. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Fiqih ................................ 16
c. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah
................................................................................................. 17
d. Materi Pokok Fiqih Kelas VIII MTs Semester 1 .................... 17
4. Pendidikan Formal ....................................................................... 18
8
a. Pengertian Pendidikan ........................................................... 18
b. Pendidikan Formal. ................................................................. 19
B. Kerangka Berfikir. ........................................................................ 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 22
B. Variabel Penelitian ....................................................................... 22
C. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ..................................................... 23
D. Populasi dan Sampel . .................................................................. 23
E. Metode Penelitian ......................................................................... 24
F. Teknik Pengumpulan Data. .......................................................... 25
G. Teknik Analisa Data .................................................................... 26
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah ............................................................ 30
1. Sejarah Singkat MTs Nurul Ilmi. ............................................ 30
2. Visi, Misi, dan Strategi MTs Nurul Ilmi ................................ 31
a. Visi Sekolah. ..................................................................... 31
b. Misi Sekolah. .................................................................... 31
3. Sarana dan Prasarana .............................................................. 34
4. Struktur Organisasi ................................................................. 34
5. Keadaan Guru dan Siswa. ....................................................... 37
a. Keadaan Guru ................................................................... 37
b. Keadaan Siswa .................................................................. 39
B. Deskripsi Data ............................................................................... 41
C. Analisis Data. ................................................................................ 59
D. Interpretasi Data. ........................................................................... 66
BAB V PENUTUP
9
A. Kesimpulan .................................................................................. 68
B. Saran ............................................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN
10
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1, kisi-kisi instrument latar beakang pendidikan siswa .................. 23
2. Tabel 2, skor penilaian angket .................................................................. 27
3. Tabel 3, interpretasi angka “r” product moment ....................................... 28
4. Tabel 4, sarana dan prasarana sekolah ...................................................... 34
5. Tabel 5, jumlah dewan guru MTs Nurul Ilmi Cikupa .............................. 37
6. Tabel 6, jumlah siswa kelas VII-IX MTs Nurul Ilmi tahun ajaran
2009-2010 ................................................................................................. 39
7. Tabel 7, data responden penelitian............................................................ 39
8. Tabel 8, menyukai pelajaran fiqih ............................................................ 42
9. Tabel 9, hadir pada pelajaran fiqih tepat waktu ........................................ 43
10. Tabel 10, tidak tertarik membaca buku-buku fiqih ................................... 43
11. Tabel 11, mengambil posisi duduk di belakang pada pelajaran fiqih ...... 44
12. Tabel 12, tidak memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru ketika
pelajaran fiqih berlangsung ....................................................................... 45
13. Tabel 13, aktif belajar dan diskusi di kelas ketika pelajaran fiqih ............ 45
14. Tabel 14, bertanya ketika kurang mengerti materi fiqih ........................... 46
15. Tabel 15, tidak pernah mengulang pelajaran fiqih ketika di rumah ......... 47
16. Tabel 16, mencari tahu materi fiqih yang tidak diketahui ........................ 47
17. Tabel 17, mengerjakan tugas atau PR fiqih sampai tuntas ....................... 48
18. Tabel 18, tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan guru fiqih....... 49
19. Tabel 19, berusaha menjawab pertanyaan teman ..................................... 49
20. Tabel 20, fiqih pelajaran yang sulit untuk dipahami ................................. 50
21. Tabel 21, saran dari guru fiqih membuat semangat dalam belajar ........... 51
22. Tabel 22, orang tua tidak pernah membantu ketika mengalami kesulitan dalam
belajar ........................................................................................................ 51
23. Tabel 23, guru fiqih tidak memberikan kesempatan untuk bertanya ........ 52
11
24. Tabel 24, motivasi dari guru sangat membantu untuk menyukai
pelajaran fiqih ........................................................................................... 53
25. Tabel 25, mendapatkan nilai yang jelek pada ulangan harian fiqih .......... 53
26. Tabel 26, mendapatkan nilai yang tinggi ketika UTS............................... 54
27. Tabel 27, mendapatkan nilai yang tinggi ketika uas ................................. 55
28. Tabel 28, nilai raport selalu tinggi pada pelajaran fiqih ........................... 55
29. Tabel 29, membiasakan menjalankan ibadah sunnah ............................... 56
30. Tabel 30, tidak melaksanakan shalat lima waktu kecuali disuruh
orangtua..................................................................................................... 57
31. Tabel 31, jarang membaca al-quran setelah selesai shalat lima waktu ..... 57
32. Tabel 32, melaksanakan puasa ketika bulan suci ramadhan ..................... 58
33. Tabel 33, perhitungan variabel x (latar belakang pendidikan siswa) ....... 60
34. Tabel 34, daftar nilai rapor kelas VIII semester 1 MTs Nurul Ilmi .......... 62
35. Tabel 35, perhitungan untuk memperoleh angka indeks korelasi antara
variabel x (latar belakang pendidikan siswa) dan variabel y (prestasi belajar
fiqih) ......................................................................................................... 64
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi
Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah
konsep kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar (learning) dan
pembelajaran (intruction). Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan
konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik.
Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara
peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok
orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedang pendidik
adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah
kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
Pada dasarnya kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen,
yaitu peserta didik, guru (pendidik), tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode
mengajar, media dan evaluasi. Bebarapa komponen ini harus berjalan secara
seimbang agar tujuan pembelajaran yang diinginkan berlangsung secara optimal.
13
Dalam proses pembelajaran pun sangat dibutuhkan interaksi antara guru
dengan murid, murid dengan guru dan antara murid dengan murid yang lainnya.
karena pada umumnya interaksi ini hanya terjadi satu arah yakni antara guru
dengan murid saja. Hal ini merupakan salah satu penyebab tidak sampainya
aspirasi siswa, pada proses tersebut mungkin sebenarnya ada beberapa murid
yang merasa kesulitan untuk mengerti terlebih lagi memahami apa yang
disampaikan oleh gurunya. Inilah yang dinamakan dengan kesulitan belajar.
Alisuf Sabri mengartikan kesulitan belajar sebagai “kesukaran siswa dalam
menyerap atau menerima pelajaran di sekolah.”1
Selain faktor di atas, terdapat pula faktor lain yang menghambat
sampainya informasi yang disampaikan oleh seorang guru kepada murid-
muridnya. Faktor tersebut adalah latar belakang pendidikan siswa. Latar
belakang pendidikan disini adalah jenjang pendidikan yang dilalui oleh siswa
sebelum siswa tersebut masuk ke jenjang berikutnya. Pada penelitian ini
ditujukkan pada pendidikan mereka sebelum mereka memasuki Madrasah
Tsanawiyah. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yakni jalur
pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Sebagaimana kita ketahui, dalam dunia pendidikan di Indonesia seolah
terjadi dikotomi antara pendidikan umum dan pendidikan agama. Secara
struktural, sekolah-sekolah yang berciri khas Agama Islam berada di bawah
naungan Kementerian Agama, tetapi dari segi anggaran terdapat perbedaan
antara lembaga-lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Kementerian
Agama dengan Kementerian Pendidikan Nasional.
Disebutkan oleh Hafiz Abbas sebagaimana dikutip oleh H.Haidar Putra
Pulungan. Misalnya “anggaran tahun 1999/2000 biaya pendidikan per siswa
MIN adalah Rp. 19.000,- sedangkan SDN Rp. 100.000,- MTSN Rp. 33.000,-
1 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. Ke-2, h. 88.
14
sedangkan SMPN Rp 46.000,-, untuk MA dibanding SMUN 1:3, untuk IAIN
1:3.”2
Namun, secara perlahan dikotomi tersebut mulai pudar, terutama setelah
ditetapkannya Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan
nasional (UUSPN), Peraturan Pemerintah No. 28 dan No.29 Tahun 1990 tentang
Pendidikan Dasar dan Menengah serta diberlakukannya kurikulum 2004
(Kurikulum Berbasis Kompetensi).
Pada pelaksanaannya, di Sekolah Dasar pengetahuan-pengetahuan agama
terangkum dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan hanya diberikan
satu kali dalam seminggu, itu berarti mereka tidak selalu mendapatkan materi
Fiqih setiap minggunya. Sedangkan pada Madrasah Ibtidaiyah mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam tersebut dipisahkan menjadi beberapa mata pelajaran
yakni al-Qur’an Hadis, Aqidah Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam.
Perbedaan pada jumlah mata pelajaran tentu saja berimbas pada alokasi jam
pelajarannya dan hal tersebut akan berdampak pula pada perbedaan pengalaman
belajar dan prestasi yang akan diperoleh siswa. Pengalaman belajar menunjuk
kepada interaksi antara anak yang belajar dengan lingkungan di mana ia belajar.
Lingkungan ini meliputi kehadiran guru, bahan pelajaran dan fasilitas-fasilitas
yang lain. “Pengalaman belajar berarti apa yang benar-benar ia lakukan, berarti
antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya akan berbeda pengalaman
belajarnya.”3
Fiqih merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran pendidikan
Agama Islam yang memberikan kemampuan memahami ketentuan hukum Islam
yang berkaitan dengan ibadah mahdah dan muamalah serta dapat mempraktikkan
dengan benar dalam kehidupan sehari-hari.
2 H. Haidar Putera Daulay, Pendidkan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia,
(Jakarta: Kencana, 2004), Cet Ke-1, h. 49. 3 Team Didaktik Metodik Kurikulum, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Jakarta:
PT Grafindo Persada, 1995), Cet. Ke-5, h. 112.
15
Begitu banyaknya kompetensi yang harus dimiliki siswa dalam mata
pelajaran Fiqih, kesemuanya itu tentunya tidak secara keseluruhan dipelajari oleh
siswa yang duduk di bangku Sekolah Umum khususnya Sekolah Dasar sebagai
mata pelajaran yang tersendiri, karena keempat bidang pengetahuan Agama
tersebut dapat terintegrasikan ke dalam kurikulum mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam, dan tidak setiap minggu mereka mendapatkan materi Fiqih. Lain
halnya dengan siswa yang duduk di bangku sekolah agama khususnya Madrasah
Ibtidaiyah, mereka mendapatkan pengetahuan agama yang terbagi dalam empat
mata pelajaran dan salah satunya adalah mata pelajaran Fiqih yang diberikan satu
kali dalam satu minggu.
Ketika siswa yang berasal dari Sekolah Dasar tersebut memasuki
Madrasah Tsanawiyah, tak pelak lagi dia akan disuguhi mata pelajaran ini.
Karena sedikitnya pengalaman belajar yang ia peroleh pada jenjang sebelumnya
yakni Sekolah Dasar, maka dapat diasumsikan minatnya pada pelajaran Fiqih
pun tidak terlalu besar. Sedangkan siswa yang berasal dari Madrasah Ibtidaiyah
kemudian masuk ke Madrasah Tsanawiyah tidak akan terlalu kesulitan dalam
mata pelajaran ini karena mereka mendapatkan pengalaman belajar yang lebih
dari pada siswa yang berasal dari sekolah umum. Hal inilah yang mungkin
menyebabkan perbedaan prestasi yang diraih oleh siswa-siswa yang berbeda
latar belakang pendidikannya tersebut.
Berdasarkan dari uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengkaji
lebih dalam mengenai hal tersebut dan dituangkan dalam sebuah karya ilmiah
berupa skripsi dengan judul : “LATAR BELAKANG PENDIDIKAN SISWA
DAN HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR FIQIH DI MTs
NURUL ILMI CIKUPA”.
16
B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
timbullah beberapa masalah yang diidentifikasikan antara lain sebagai berikut:
1. Latar belakang pendidikan siswa mempunyai hubungan dengan hasil/prestasi
belajar siswa.
2. Kesulitan siswa lulusan SD dalam memahami mata pelajaran Fiqih akibat
perbedaan tingkat pemahaman antara siswa lulusan SD dan MI pada mata
pelajaran Fiqih.
3. Terdapat perbedaan alokasi jam/jumlah mata pelajaran Fiqih (PAI) di SD dan
MI yang berakibat pada pengalaman/prestasi belajar mereka.
4. Praktek pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah yang kurang
memperhatikan pada aspek siswa.
5. Metode yang digunakan pada pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah kurang
bervariatif.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut serta untuk lebih
terarahnya penelitian ini, maka masalah hanya dibatasi pada prestasi belajar
siswa kelas VIII pada mata pelajaran Fiqih di MTs Cikupa berdasarkan latar
belakang pendidikannya, yaitu:
a) Siswa yang mempunyai latar belakang pendidikan SD dan MI.
b) Siswa yang dijadikan responden adalah siswa kelas VIII MTs Nurul Ilmi
Cikupa Tangerang.
2. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang
diajukan adalah: “Apakah terdapat hubungan yang signifikan terhadap
prestasi belajar Fiqih antara siswa yang berasal dari SD dan MI?”
17
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian Mengenai tujuan penelitian, ada beberapa hal yang penulis inginkan
dari penelitian ini yaitu:
a. Untuk mengetahui prestasi siswa MTs Nurul Ilmi Cikupa dalam mata
pelajaran Fiqih.
b. Untuk mengetahui apakah latar belakang pendidikan siswa akan
berhubungan dengan prestasi belajar Fiqih yang mereka raih.
c. Untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran Fiqih di sekolah.
d. Untuk mengetahui gambaran secara umum mengenai perbedaan siswa
dari segi latar belakang pendidikannya.
e. Untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap mata pelajaran Fiqih
berdasarkan latar belakang pendidikannya.
2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang ingin diperoleh penulis dari penyusunan skripsi
ini yaitu:
a. Dapat berguna bagi pihak pengelola pendidikan dalam mengembangkan
kegiatan belajar-mengajar studi Fiqih demi peningkatan kualitas
pendidikan yang lebih baik di masa yang akan datang.
b. Dapat berguna bagi guru Fiqih dalam menentukan proses pembelajaran
yang efektif dengan mempertimbangkan latar belakang pendidikannya.
c. Dapat meningkatkan informasi pada orang tua murid agar
memperhatikan anaknya dalam belajar, terutama dalam masalah Fiqih
dalam kehidupan sehari-hari.
d. Dapat menjadi bahan bacaan untuk kalangan umum yang menggeluti
dunia pendidikan.
18
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR
DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis
1. Pengertian Prestasi Belajar Ungkapan ‘Prestasi Belajar’ terdiri dari dua kata, kata prestasi dan
kata belajar. Kata ‘prestasi’ berasal dari bahasa Belanda yaitu Prestatik,4
kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti “hasil
usaha”.5 Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, kata ‘prestasi’ adalah “hasil
yang telah dicapai”.6 Sedangkan kata Belajar mengandung arti “berusaha
berlatih supaya mendapat suatu kepandaian”.7
Pengertian lain disampaikan oleh Muhibbin Syah bahwa belajar
adalah “tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
4 S. F. Haybeyg, Kamus Populer, (Jakarta: Centra, 1987), Cet. Ke-2, h. 2. 5 Zainal Arifin, Evaluasi Instrusional, Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya , 1990), h. 2. 6 W. J. S. Poerdarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 2003),
Cet. 1, h. 910. 7 W. J. S. Poerdarminta, Kamus Umum bahasa Indonesia…, h. 121.
19
melibatkan proses kognitif”.8 Sumadi Suryabrata dalam bukunya Psikologi
Pendidikan menyebutkan bahwa “belajar itu membawa perubahan dalam
bentuk kecakapan dan diperoleh dengan usaha”.9
Dalam bukunya berjudul Psikologi Pengajaran, W. S. Winkel
menyebutkan bahwa “belajar adalah suatu aktifitas mental/psikis, yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan ,lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan
nilai serta sikap”.10
Sedangkan mengenai prestasi belajar, cukup banyak pendapat yang
dikemukakan oleh kalangan pendidikan dan psikologi, diantaranya
dikemukakan oleh Surtatinah Tirtonegoro, beliau megartikan Prestasi Belajar
sebagai “penilaian hasil usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk
symbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang
sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu”.11 “Prestasi belajar
merupakan sesuatu yang digunakan untuk menilai suatu hasil pelajaran yang
diberikan oleh guru kepada siswa-siswanya dan dosen kepada
mahasiswanya”. Itulah pengertian yang dikemukakan oleh Ngalim
Purwanto.12
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Pada dasarnya cukup banyak faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar. Beberapa ahli pendidikan dan ahli psikologi mengemukakakan
beberapa aspek teknis yang berkaitan dengan faktor tersebut. Nana Sudjana
8 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. Ke-1, h. 64.
9 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), Cet. 11, h. 32.
10 W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1996), Cet. Ke-4, h. 53.
11 Surtatinah Tirtonegoro, Anak Supranormal dan Program Pendidikannya, (Jakarta: Bina Aksara, 1982), h. 42.
12 Ngalim Purwanto, Teknik-teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Nisco, 1997), h. 6.
20
membaginya menjadi dua, “yakni faktor yang berasal dari dalam diri siswa
(faktor internal), dan faktor yang berasal dari luar diri siswa atau lingkungan
(faktor eksternal)”.13
Ngalim Purwanto membagi faktor yang mempengaruhi proses dan
prestasi belajar menjadi dua, yaitu:
a. Faktor dari dalam diri siswa, yang dikelompokan menjadi dua yakni
faktor fisiologi dan faktor psikologi.
b. Faktor yang berasal dari luar diri siswa yang juga dikelompokkan
menjadi dua, yakni lingkungan dan instrumental.14
Sedangkan menurut Muhibbin Syah, secara global faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu faktor internal, eksternal dan faktor pendekatan belajar. Pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar siswa yang yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.15 Jadi, secara umum, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan
prestasi belajar terbagi menjadi faktor internal dan eksternal dan faktor
pendekatan belajar. Berikut ini penulis akan menguraikan hal-hal yang
berkaitan dengan faktor tersebut.
a. Faktor Internal Faktor Internal adalah faktor yang ada dalam diri seseorang dalam
hal ini dalam diri siswa. Faktor ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu:16
1. Faktor Fisiologi
Faktor-faktor fisiologis ini masih dapat lagi dibedakan
menjadi dua macam, yaitu:
a) Keadaan Tonus Jasmani Pada Umumnya
13 Nana Sudjana, Teori-teori Belajar untuk Pengajaran, (Jakarta: FE UI, 1991), h. 49. 14 NgalimPurwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja RosdaKarya, 1991), h. 106. 15 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar…, h. 130. 16 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2008), Cet. Ke-
16, h. 235-236.
21
Keadaan tonus jasmani ini pada umumnya ini dapat
dikatakan melatarbelakangi aktifitas belajar. Keadaan jasmani
yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang
kurang segar; keadaan jamani yang lelah lain pengaruhnya
daripada yang tidak lelah; dalam hubungan dengan hal ini ada dua
hal yang perlu dikemukakan.
1) Nutrisi harus cukup, karena kekurangan kadar makanan ini
akan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani yang
pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas
lelah, dan sebagainya.
2) Beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu belajar
itu. Penyakit-penyakit seperti pilek, influensa, sakit gigi, batuk
dan sejenis dengan itu biasanya diabaikan karena dipandang
tidak cukup serius untuk menadapatkan perhatian dan
pengobatan; akan tetapi dalam kenyataanya penyakit-penyakit
semacam ini sangat mengganggu aktivitas belajar.
b) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama fungsi-fungsi
panca indera
Baiknya fungsi pancaindera merupakan syarat agar belajar
itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem persekolahan dewasa
ini diantara pancaindera yang paling memegang peranan dalam
belajar adalah mata dan telinga. Karena itu adalah menjadi
kewajiban bagi setiap pendidik untuk menjaga agar pencaindera
anak didiknya dapat berfungsi dengan baik, baik penjagaan yang
bersifat kuratif maupun yang bersifat preventif, seperti misalnya
ada pemeriksaan dokter secara periodik, penyediaan alat pelajaran
serta perlengkapan yang memenuhi syarat, dan penempatan
murid-murid secara baik di kelas, dan sebagainya.
22
2. Faktor Psikologis
Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Belajar
menyebutkan “yang termasuk ke dalam faktor psikologis di antaranya
adalah: motivasi, minat bakat”.17 Apabila seseorang memiliki
motivasi, minat dan bakat maka ia akan terpacu untuk terus belajar.
Dengan kata lain ia memilki semangat yang luar biasa untuk terus
belajar. Akan tetapi apabila keadaan individualnya seperti kurang
sehat, gangguan pada inderanya, dan lain-lain, maka hal tersebut
sedikit banyak akan mempengaruhi kegiatan belajarnya.
Sedangkan dalam bukunya Psikologi Pendidikan ia juga
menambahkan bahwa “yang termasuk faktor psikologis adalah
inteligensi dan sikap siswa”.18 Inteligensi merupakan kemampuan
psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi inteligensi
sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga
kualitas organ-organ tubuh lainnya, walaupun peran otak lebih
menonjol dari pada organ tubuh lainnya. Adapun sikap siswa
merupakan kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan
cara yang relatif tehadap objek orang, barang, dan sebagainya.
Arden N Frendsen mengatakan bahwa hal yang mendorong
seseorang untuk belajar itu adalah sebagai berikut:
a. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;
b. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju;
c. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman;
17 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar…, h. 74.
18 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), Cet. Ke-10, h.133,135.
23
d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi;
e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran;
f. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar.19
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa.
Faktor ini terdiri dari lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.
1. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial ini dapat dirinci menjadi lingkungan sosial
sekolah dan lingkungan sosial siswa. Lingkungan sosial sekolah
seperti para guru, para staf dan teman-teman sekolah dapat
mempengaruhi semangat belajar seseorang baik positif maupun
negatif. Misalnya, guru yang menunjukan sikap dan perilaku yang
simpati dan memperlihatkan contoh yang baik seperti rajin membaca
buku dan berdiskusi, maka hal itu akan menjadi daya dorong positif
bagi kegiatan kegiatan belajar siswa. Kemudian, lingkungan sosial
siswa adalah masyarakat dan tetangga serta teman sepermainan di
sekitar tempat tinggal siswa tersebut di luar pendidikan formal.
Namun, lingkungan sosial yang paling banyak berpengaruh pada siswa
adalah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri.
2. Lingkungan Non Sosial
Lingkungan non sosial yang dimaksud adalah hal-hal yang
dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa yang
tak terhitung jumlahnya seperti misalnya: keadaan udara, suhu udara,
cuaca, waktu (pagi, siang atau malam), gedung sekolah dan letaknya,
19 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan…, h. 237.
24
alat-alat sekolah yang digunakan siswa untuk belajar (seperti alat tulis-
menulis, buku-buku, alat peraga), rumah tempat tinggal siswa dan
letak rumah tersebut.
Semua faktor yang telah disebutkan di atas itu, dan juga faktor-
faktor lain yang telah disebutkan harus kita atur sedemikian rupa,
sehingga dapat membantu (menguntungkan) proses/perbuatan belajar
secara maksimal. Letak sekolah atau tempat belajar misalnya harus
memenuhi syarat-syarat seperti di tempat tidak terlalu dekat kepada
kebisingan atau jalan ramai, lalu bangunan itu harus memenuhi syarat-
syarat yang telah ditentukan. Demikian pula alat-alat pelajaran harus
seberapa mungkin diusahakan untuk memenuhi syarat-syarat menurut
pertimbangan didaktis, psikologis dan pedagogis.
c. Faktor Pendekatan Belajar Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau
strategi yang digunakan siswa untuk menunjang keefektifan dan efisiensi
dalam dalam proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini
seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk
memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar.
3. Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah
a. Pengertian Fiqih Fiqih menurut bahasa berarti ‘paham’, mengerti dan paham yang
dimaksud disini adalah “kepahaman dalam masalah-masalah agama
(syariat) yang sangat diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya”.20 Hal ini
sesuai dengan firman Allah SWT:
20 H.A. Syafi’I Karim, Fiqih Ushul Fiqih, (Bandung:Pustaka Setia, 1997), Cet. Ke-1, h. 11
25
....
“….Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama…” (Q.S. At-Taubah:122)21
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Nabi
Muhammad bersabda:
ين من يرد اهللا )رواية البخاري(به خيـرا يـفقهه ىف الد
“Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang yang baik disisi-Nya, niscaya diberikan kepadanya pemahaman yang mendalam dalam pengetahuan agama” (H.R Bukhari).22
Pengertian fiqih seperti tergambar dalam ayat di atas merupakan
pengertian yang sebenarnya. Pengertian tersebut pada perkembangan
selanjutnya mengalami penyempitan makna.
Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Quraisy Syihab bahwa
“fiqih yang pada mulanya dimaksudkan sebagai pengetahuan yang
menyeluruh tentang agama, mencakup hukum, keimanan, akhlak, al-
Quran dan Hadist, tetapi istilah itu kemudian dipakai khusus mengenai
pengetahuan tentang hukum agama saja”.23
Senada dengan pendapat di tersebut di atas, Fazlur Rahman
mengatakan bahwa “pada awal islam, fiqih bukanlah nama suatu disiplin
ilmu atau system objektif tertentu. Ia hanya merupakan nama atau suatu
21 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Proyek
Pengadaan Kitab Suci Al-Quran, 1992), h. 4 22 A. Djazuli, Ilmu Fiqih, Penggalian, Perkembangan dan Penerapan Hukum Islam, (Jakarta:
Prenada Media, 2005), Cet. Ke- 5, h. 4 23 M. Quraisy Syihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), h. 383
26
proses atau kegiatan mencari kesimpulan. Namun pada perkembangan
selanjutnya identik dengan ilmu hukum”.24
Fiqih menurut istilah yaitu:
1. Pengetahuan tentang hukum-hukum syari’at yang berkenaan dengan perkataan dan perbuatan mukallaf (mereka yang telah terbebani menjalankan syari’at agama) yang diambil dari dalil yang bersifat terperinci, berupa nash al-Qur’an dan as-Sunah serta yang bercabang berupa ijma dan ijtihad.
2. Hukum-hukum syari’at itu sendiri menjadi perbedaan antara kedua definisi tersebut bahwa yang pertama digunakan untuk mengetahui hukum-hukum (halal, haram, makruh atau lainnya) ditinjau dari dalil yang ada. Sedangkan yang kedua adalah untuk hukum-hukum syari’at itu sendiri (hukum apa saja yang terkandung dalam shalat, zakat, puasa, haji, dan lainnya berupa syarat-syarat, rukun-rukun, kewajiban-kewajiban atau sunnah-sunnah).25
Sedangkan menurut Ibnu Subki yang datang dari kalangan
Syafi’iyah mendefinisikannya sebagai :
ة ي ل ي ص ف التـ اه ت ل د أ ن م ب س ت ك م ال ة ي ل م لع ا ة ي ع ر الش ام ك ح أل ا ب م ل ع ل ا
“Pengetahuan tentang hukum syara’ yang berhubungan dengan amal perbuatan yang digali dari satu persatu dalilnya”.26
Dalam definisi ini fiqih diibaratkan dengan ilmu, karena fiqih itu
semacam ilmu pengetahuan. Dalam definisi di atas terdapat beberapa
batasan atau asal yang menjelaskan hakikat dari hakikat fiqih itu.
Sekaligus juga memisahkan arti kata fiqih itu dari yang bukan fiqih.
Saefuddin al-Amidiy, memberikan definisi fiqih yang berbeda
dengan definisi di atas yaitu: “ilmu tentang seperangkat hukum, hukum
24 Fazlur Rahman, Islam, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1984), h. 145 25 Azharudin Lathif, Fiqih Muamalat, (Uin Jakarta Press, 2005), Cet. Ke-1, h. 2 26 Satria Effendi, M. Zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2005), Cet. Ke-1, h.4
27
syara yang bersifat furu’iyah, yang berhasil didapatkan melalui penalaran
atau istidlal”.27
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan
sederhana bahwa fiqih adalah pengetahuan hukum-hukum amalan
mukallaf yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci.
Dalam perkembangan selanjutnya fiqih dapat diartikan dengan
sekumpulan hukum syara’ yang berhubungan dengan perbuatan yang
diketahui melalui dalil-dalilnya yang terperinci dan dihasilkan dengan
jalan ijtihad para ulama.
Fiqih merupakan ilmu yang harus dipelajari agar seorang muslim
dapat mengetahui hukum dari apa yang dilakukannya, baik dalam masalah
ibadah maupun dalam pebuatan sehari-hari. Karena dengan mempelajari
fiqih, ibadah akan lebih sempurna dan tentu kita akan selamat dari
perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah.
b. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Fiqih Fungsi mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah berfungsi
untuk: 1) Penanaman nilai-nilai dan kecerdasan beribadah peserta didik
kepada Allah Swt; 2) Penanaman kebiasaan melaksanakan hukum Islam di kalangan
peserta didik dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan kedisiplinan dan rasa tanggungjawab sosial di Madrasah dan mayarakat;
3) Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, melanjutkan yang telah ditanamkan terlebih dahulu dalam lingkungan keluarga;
4) Pembangunan mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan lingkungan sosial melalui ibadah dan muamalah;
5) Perbaikan kesalahan, kelemahan peserta didik dalam keyakinan dan pelaksanaan ibadah dalam kehidupan sehari-hari;
27 Satria Effendi, M. Zein, Ushul…, h. 7
28
6) Pembekalan peserta didik untuk mendalami Fiqih/hukum islam pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.28 Pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk
membekali peserta didik agar dapat:
1) Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan Allah yang diatur dalam fiqih ibadah dan hubungan manusia dengan sesama yang diatur dalam fiqih muamalah.
2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan ketaatan dalam menjalankan hukum Islam, disiplin dan tangung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial.29
c. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah
Tsanawiyah Ruang lingkup mata pelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah
meliputi ketentuan pengaturan hukum Islam dalam menjaga keserasian,
keselarasan dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan sesama
manusia. Adapun ruang lingkup mata pelajaran Fiqih di Madrasah
Tsanawiyah meliputi:
1) Aspek fiqih ibadah meliputi: ketentuan dan tata cara taharah, shalat fardu, salat sunnah dan salat dalam keadaan darurat, sujud, azan dan iqamah, berzikir dan berdoa setelah salat, puasa, zakat, haji dan umrah, kurban dan akikah, makanan, perawatan jenazah, dan ziarah kubur.
2) Aspek fiqih muamalah meliputi: ketentuan dan hukum jual beli, qirad, riba, pinjam-meminjam, utang piutang, gadai, dan borg serta upah.30
28 Peraturan Menteri Agama Repunlik Indonesia No:2 Tahun 2008 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah , (Jakarta: Bp. Mediatama Pustaka Mandiri, 2009), Cet. Ke-1, h. 47
29 Peraturan Menteri Agama Repunlik Indonesia No:2 Tahun 2008 Tentang Standar…, h. 90. 30 Peraturan Menteri Agama Repunlik Indonesia No:2 Tahun 2008 Tentang Standar…, h. 92.
29
d. Materi Pokok Fiqih Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah
Semester 1 Materi pokok Madrasah Tsanawiyah kelas VIII semester 1 yaitu:
1) Melaksanakan tata cara sujud di luar shalat, diantaranya: menjelaskan ketentuan sujud syukur dan sujud tilawah, mempraktikkan sujud syukur dan tilawah.
2) Melaksanakan tata cara puasa, diantaranya: menjelaskan ketentuan puasa, menjelaskan macam-macam puasa.
3) Melaksanakan tata cara zakat, diantaranya: menjelaskan ketentuan zakat fitrah dan zakat maal, menjelaskan orang yang berhak menerima zakat, dan mempraktikkan pelaksanaan zakat fitrah dan zakat maal.31
4. Pendidikan Formal
a. Pengertian Pendidikan Cukup banyak pendapat yang dikemukakan oleh para ahli di
bidang pendidikan. Ngalim Purwanto menyebutkan “pendidikan
merupakan segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-
anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah
kedewasaan”.32
Tidak terlalu jauh juga dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Ngalim Purwanto di atas, Redja mudyahardjo dalam bukunya Pengantar
Pendidikan, menyebutkan bahwa:
pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta
31 Peraturan Menteri Agama Repunlik Indonesia No:2 Tahun 2008 Tentang Standar…, h.
110-111. 32 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan (Teoritis dan praktis), (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1995), Cet. Ke-8, h. 11.
30
didik agar dapat memainkan peran dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang.33 Ahli pendidikan Langeveld dalam Hasbullah mengatakan bahwa
pendidikan adalah “setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan
yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau
lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas
hidupnya sendiri”.34 Ahmad D. Marimba dalam Hasbullah juga
mengatakan bahwa “pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara
sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si
terdidik menuju bentuk keperibadian yang utama”.35
Jadi, pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat
kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk
menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai
pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya.
b. Pendidikan Formal Dalam kamus Bahasa Indonesia, kata formal diartikan ‘resmi’,
sesuai dengan kebiasaan atau peraturan yang ada. Sedangkan pendidikan
formal diartikan “pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah atau
badan pendidikan resmi”.36
Imam Barnadib dalam bukunya perbandingan pendidikan
(persekolahan dan perkembangan masyarakat) mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan pendidikan formal adalah “pendidikan yang melewati
jalur persekolahan, berjenjang, bertingkat dari yang paling rendah sampai
33 Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan padaUmumnya dan Pendidikn di Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), Cet. Ke-2, h. 11.
34 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), Cet. Ke-5, h. 2.
35 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan…, h. 3. 36 W. J. S. Poerdarminta , kamus umum…, h. 401.
31
dengan yang tertinggi. Dari Taman Kanak-kanak sampai dengan
Perguruan Tinggi”.37 Kemudian, Combs dalam buku A. Muri Yusuf
mengemukakan pendidikan formal adalah “pendidikan yang berstruktur,
mempunyai jenjang/tingkat, dalam periode waktu-waktu tertentu,
berlangsung dari Sekolah Dasar sampai ke Universitas, juga berbagai
program khusus dan lembaga untuk latihan teknis dan profesional”.38
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun
2003, Bab 1 pasal 1, ayat 11 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
pendidikan formal adalah “jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi”.39
Jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (pasal 14). Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat (pasal 17 ayat 2).40 Dari pengertian di atas, maka latar belakang pendidikan yang
dimaksud adalah latar belakang pendidikan formal. Pada penelitian ini,
latar belakang pendidikan formal yang dimaksud adalah pendidikan
tingkat Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah.
37 Imam Barnadib, Pendidikan Perbandingan (persekolahan dan perkembangan masyarakat),
(Yogyakarta: Andi Offset, 1995), Cet. Ke-3, h. 88. 38 A. Muri Yusuf, Pengantar ilmu pendidikan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), Cet. Ke-2, h.
62. 39 Tim Redaksi FokusMedia, UUSPN No. 20 Tahun 2003, (Bandung: FokusMedia, 2003),
Cet. Ke-3, h.4. 40 Tim Redaksi FokusMedia, UUSPN…, h. 11-12.
32
B. Kerangka Berfikir Mata pelajaran Fiqih merupakan salah satu mata pelajaran yang harus
dipelajari oleh para siswa yang duduk di bangku madrasah Tsanawiyah. Cukup
banyak kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa selama mempelajari pelajaran
fiqih ini, diantaranya adalah mampu memahami ketentuan hukum Islam yang
berkaitan dengan ibadah mahdah dan muamalah serta dapat mempraktikan
dengan benar dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa yang belajar pada Madrasah Tsanawiyah tentunya tidak semua
berasal dari Madrasah Ibtidaiyah, terdapat pula beberapa siswa yang berasal dari
Sekolah Dasar. Sebagaimana kita ketahui, pendidikan di Indonesia berada di
bawah naungan dua departemen yang berbeda, yaitu Departemen Pendidikan
Nasional dan Departemen Pendidikan Agama. Raudhatul Athfal, Madrasah
Ibtidaiyah, dan Madrasah Tsanawiyah berada di bawah naungan Departemen
Agama sedangkan Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah
Pertama berada di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional.
Kedua Departemen tersebut tentu saja mempunyai kebijakan yang
berbeda, seperti pada kebijakan kurikulum yang terdapat pada Madrasah
Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar tampak sedikit berbeda. Diantaranya adalah pada
pengetahuan agama Islam. Pada Madrasah Ibtidaiyah pengetahuan agama Islam
diberikan pada 4 mata pelajaran, salah satunya adalah Fiqih. Sedangkan pada
Sekolah Dasar pengetahuan agama Islam digabung dalam mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan hanya diberikan dua jam pelajaran dalam satu
minggu.
Maka ada perbedaan pengalaman belajar yang mereka dapatkan pada
masing-masing sekolah dan tentunya hal ini akan berakibat pada prestasi belajar
yang akan mereka raih pada jenjang selanjutnya.
33
C. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan sementara dari hasil
teori yang akan diujui lebih lanjut. Maka untuk itulah diperlukan penelitian. Dari
kerangka berfikir di atas, hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:
1. Ho: tidak terdapat hubungan yang positif antara latar belakang pendidikan
siswa dengan prestasi belajar Fiqih.
2. Ha: terdapat hubungan yang positif antara latar belakang pendidikan siswa
dengan prestasi belajar Fiqih.
Jelasnya, jika hipotesis alternatif (Ha) diterima, sedangkan hipotesis nihil
(Ho) ditolak, maka terdapat hubungan positif yang signifikan terhadap prestasi
belajar Fiqih bagi siswa yang berlatar belakang pendidikan SD dan MI.
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Nurul Ilmi Cikupa-
Tangerang yang berlokasi di Jl. Raya Serang KM. 15 Cikupa Tangerang-
Banten. Adapun waktu penelitian dari bulan Agustus sampai dengan selesai.
B. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang menjadi objek
penelitian. Dengan demikian dalam penelitian ini dikaji keterbukaan antara
satu variabel bebas dengan satu variabel terikat.
Dengan demikian, variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas atau Independent (X), yaitu Latar Belakang Pendidikan
Siswa.
b. Variabel terikat atau Dependent (Y), yaitu Prestasi Belajar Fiqih.
Latar belakang pendidikan siswa adalah pendidikan formal yang
diselenggarakan oleh sekolah atau badan pendidikan resmi. Pada penelitian
ini, latar belakang pendidikan formal yang dimaksud adalah pendidikan
tingkat Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah.
35
Variabel X adalah siswa yang dijadikan responden yang datanya
diperoleh dari sekolah. Sedangkan variabel Y diperoleh dari nilai raport siswa
kelas VIII semester 1.
C. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Agar mendapatkan item pertanyaan yang valid, maka dibuatlah indikator
variabel X yang disebutkan dalam tabel indikator penelitian:
Tabel. 1
Kisi-kisi Instrument Latar Belakang Pendidikan Siswa
Variabel X Indikator Nomor Pernyataan
Jumlah Positif Negatif
Latar Belakang
Pendidikan
Siswa (siswa
yang berasal
dari MI dan
SD)
a. Perasaan senang terhadap
pelajaran
1,2
4,3
4
b. Perhatian terhadap
pelajaran Fiqih
7,8,9 5,6 5
c. Pemahaman terhadap
pelajaran Fiqih
10,12 11,13
4
d. Dorongan dari luar 14,17
15,16
4
e. Nilai yang diperoleh
siswa
19,20,21
18
4
f. Aplikasi siswa 22,25 23.24 4
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti.
Menurut Drs. S. Margono, populasi adalah “seluruh data yang menjadi
36
perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan”.41
Adapun populasi yang terdapat pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VIII MTs tahun pelajaran 2009-2010 yang berjumlah 360 siswa. Penulis
memilih kelas VIII MTs karena jika responden diambil dari kelas VII MTs
belum dapat diperoleh nilai yang dibutuhkan, dikarenakan kelas VII belum
menghadapi ujian semester akhir (UAS). Hal ini juga dikarenakan supaya
lebih terfokus dan lebih maksimal dalam memperoleh data-data.
2. Sampel
Sampel adalah suatu proporsi kecil dari populasi yang seharusnya
diteliti, yang dipilih, atau ditetapkan untuk keperluan analisa.42 Penulis
mengambil sampel sebanyak 18% dari kelas VIII MTs yang berjumlah 360
siswa, yaitu 50 orang siswa masing-masing 25 siswa berlatar belakang
pendidikan Madrasah Ibtidaiyah dan 25 orang siswa berlatar belakang
pendidikan Sekolah Dasar. Pengambilan sampel dilakukan secara acak
(Random Sampling).
E. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif.
Sedangkan metode yang digunakan berupa metode survey dengan tekhnik
korelasional. Dengan metode survey dapat diperoleh gambaran yang
sesungguhnya mengenai variabel penelitian, sehingga dapat diketahui hubungan
antara variabel tersebut. “Metode korelasi bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara suatu variabel dengan variabel-variabel yang lain dan bertujuan pula
melihat hubungan antara dua gejala atau lebih”.43 Metode ini diharapkan dapat
41 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 118 42 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003),
Cet. 12, h. 266 43Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan…, h. 179
37
menemukan hubungan antara dua variabel yaitu: latar belakang pendidikan siswa
(X) dan prestasi belajar Fiqih (Y).
F. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data-data dalam penelitian ini, penulis menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah “pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala yang diteliti.”44 Observasi ini dipakai dalam mengamati
bagaimana proses kegiatan belajar mengajar khususnya bidang studi Fiqih
dilakukan, keadaan gedung, guru, siswa, sarana prasarana, struktur organisasi
dan kegiatan belajar mengajar di MTs Nurul Ilmi Cikupa Tangerang.
2. Dokumentasi
Teknik ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang
keberhasilan belajar siswa MTs Cikupa-Tangerang yang berdasarkan pada
nilai raport siswa, yaitu dengan melihat nilai mata pelajaran Fiqih kelas VIII
semester 1.
3. Angket
Dalam mengumpulkan data, penulis juga menggunakan angket.
Angket diberikan kepada 50 siswa kelas VIII MTs yang dijadikan responden
dengan latar belakang pendidikan yang berbeda, yaitu 25 siswa berasal dari
SD dan 25 siswa berasal dari MI. Angket yang digunakan terdiri dari 25
pernyataan dengan 4 alternatif jawaban yang berhubungan dengan prestasi
belajar Fiqih para siswa.
Jenis angket yang digunakan peneliti adalah angket tertutup, yaitu
angket yang menghendaki jawaban pendek, atau jawabannya diberikan
dengan membubuhkan tanda tertentu. Daftar pernyataan disusun dengan
44 Nuraini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet. Ke-3, h. 54.
38
disertai alternatif jawabannya, responden diminta untuk memilih salah satu
jawaban dari alternatif yang sudah disediakan.
4. Wawancara
Yaitu mengadakan tanya jawab langsung dengan interviewee yang
mengetahui permasalahan yang diteliti sehingga diperoleh data dan informasi
yang jelas. Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara langsung dengan
kepala sekolah dan guru bidang studi Fiqih untuk mengetahui seberapa besar
latar belakang pendidikan siswa mempengaruhi prestasi belajar Fiqih di MTs
Cikupa-Tangerang. Bagaimana cara pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
Fiqih tersebut, dan apa yang menjadi kendala dalam proses belajar-mengajar
bidang studi Fiqih.
G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk
menguraikan keterangan-keterangan atau data yang diperoleh, data tersebut
dapat dipahami bukan oleh orang yang mengumpulkan data saja, tapi juga
oleh orang lain. Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai
berikut:
1. Editing
Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan edit atau
memilih/menyortir data sehingga hanya data yang tercapai saja yang
tersisa. Langkah editing ini bertujuan untuk merapikan data agar bersih,
rapi, dan tinggal mengadakan pengolahan lebih lanjut. Jika terjadi
kesalahan dalam mengumpulkan data, maka hal yang dilakukan adalah
melakukan penghitungan ulang terhadap data tersebut.
2. Skoring
Setelah melewati tahap editing, maka selanjutnya penulis
melakukan skor terhadap pernyataan yang ada pada angket. Pernyataan
39
positif diberi skor 4, 3, 2, dan 1, sedangkan untuk pernyataan negatif
sebaliknya.
Tabel. 2
Skor Penilaian Angket
Alternatif Jawaban Bentuk Soal
Positif Negatif Sangat Setuju 4 1 Setuju 3 2 Tidak Setuju 2 3 Sangat Tidak Setuju 1 4
3. Tabulating
Setelah diketahui skor setiap indikatornya maka seluruh data
tersebut ditabulasikan dalam sebuah tabel untuk kemudian diketahui hasil
penghitungannya.
Setelah data-data diolah, langkah selanjutnya menganalisis data.
Teknik analisis data yaitu penulis berusaha untuk memberikan uraian
mengenai hasil penelitian. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
latar belakang pendidikan siswa terhadap prestasi belajar Fiqih, penulis
menggunakan teknik analisis deskriptif, dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
a. Menggunakan perhitungan prosentase :
P = x 100%
Keterangan:
P = Prosentase
F = Frekuensi yang dicapai prosentasenya
N = Number of Cases ( Jumlah Frekuensi atau banyaknya
individu)
40
b. Mencari angka korelasi dengan rumus:
rxy=.∑ (∑ ).(∑ )
( .∑ (∑ ) ).( .∑ (∑ ) )
Keterangan:
rxy = Angka indeks korelasi “r” Product Moment
N = Number of Cases
∑xy = Jumlah hasil perkalian antara skor x dan y
∑x = Jumlah skor x
∑y = Jumlah skor y.
c. Memberikan interpretasi terhadap rxy, yaitu:
Memberikan interpretasi secara sederhana terhadap angka
indeks korelasi “r” product moment (rxy) pada umumnya sebagai
berikut:
Tabel. 3
Interpretasi Angka “r” Product Moment
Besarnya “r” Product
Moment (rxy) Interpretasi
0,00-0,20 Antara variabel x dan y memang terdapat korelasi,
akan tetapi korelasi sangat lemah atau sangat
rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap
tidak ada korelasi antar variabel x dan y)
0,20-0,40 Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang
lemah atau rendah
0,40-0,70 Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang
sedang atau cukup
0,70-0,90 Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang kuat
atau tinggi
41
0,90-1,00 Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang
sangat kuat dan tinggi
Setelah hasil ini dicocokkan dengan tabel nilai koefisien
korelasi “r” product moment, baik pada taraf signifikansi 5% ataupun
pada 1%, kemudian dibuat kesimpulan apakah terdapat korelasi positif
yang signifikan atau tidak.
Untuk memudahkan pemberian interpreasi angka indeks
korelasi “r” product moment, caranya adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan hipotesa alternatif (Ha) dan hipotesa nihil (Ho)
2) Menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesa yang telah diajukan,
dengan cara membandingkan besarnya “r” Product Moment
dengan “r” yang tercantum dalam tabel nilai (db) atau degree of
freedom (df), adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
df = N – nr
Keterangan:
Df = Degrees Of Freedom
N = Number Of Cases
Nr = banyaknya variabel yang dikorelasikan.
Selanjutnya untuk mengetahui dan mencari seberapa besar
hubungan variabel X terhadap variabel Y dengan rumus sebagai berikut:
KD = r x 100%
KD = kontribusi variabel X terhadap variabel Y
r = koefisien antara variabel X terhadap variabel Y
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah
1. Sejarah Singkat MTs Nurul Ilmi Yayasan Nurul Ilmi berlokasi di Jl. Raya Serang KM.15 Cikupa
Tangerang ini didirikan pada tahun 1976. Yayasan ini awalnya bernama Nurul
Ulum yang merupakan tempat kajian para tokoh mayarakat sekitar yang
diketuai oleh K.H. M. Syarif, H. Abdullah dan M. Nawawi S.Ag.
Sejak tahun 2000-2005 yayasan Nurul Ilmi dipimpin oleh H. M.
Surman sebagai kepala sekolah, kemudian pada tahun 2006 sampai sekarang
kepala yayasan Nurul Ilmi digantikan oleh M. Hidayat, S.Pd sebagai kepala
sekolah. Dari tahun ke tahun jumlah murid yang berada di yayasan Nurul Ilmi
mengalami kenaikan yang signifikan, serta mendapatkan akreditas unggulan
A sejak tahun 2006.45
45 Dokumentasi Sekolah MTs Nurul Ilmi Cikupa
43
2. Visi dan Misi MTS Nurul Ilmi a. Visi Sekolah
Pendidikan harus memberikan keseimbangan antara
kemampuan, keterampilan, serta kematangan jiwa yang berkaitan dengan
etika dasar dan moral agar terhindar dari perilaku yang negatif.
Atas dasar ini MTs Nurul Ilmi membuat visi untuk diekspresikan
kepada satu tujuan dan sasaran yang di cita-citakan. Visi yang
dicanangkan yaitu: “Terdepan dalam ilmu pengetahuan dan teknlogi yang
berwawasan agama dengan mendukung pembangunan Nasional serta
berorientasi pada kepentingan masyarakat dan bangsa”. Adapun
tujuannya yaitu “melahirkan generasi muda yang CANTIK (Cerdas,
Aktif, Inovatif, Trampil dan Kreatif) di bidang Ilmu Pengetahuan dan
Keagamaan.
b. Misi Sekolah
Misi adalah tindakan yang dilakukan untuk mewujudkan visi
tersebut. Selanjutnya, dituangkan dalam visi dengan berbagai
indikatornya:
1) Mempersiapkan dan menciptakan PAIKEM (Pembelajaran yang
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).
2) Menciptakan generasi muslim yang selalu GEMBROT (gembira dan
berbobot) dalam penguasaan IPTEK dan IMTAQ.
Sangatlah jelas, bahwa untuk mencapai visi dan misi serta tujuan yang
diinginkan tidaklah semata-mata tergantung pada kurikulum atau program
pendidikan (curriculum and edicational programs) tapi akan ditentukan oleh
berbagai faktor atau “Multitude Factors”, di mana masing-masing faktor
menyumbang kontribusi yang signifikan.
Dari keunggulan yang diharapkan dalam misi tersebut, dijabarkan dalam
aksi sebagai berikut:
44
1. Keislaman
a. Mengupayakan lingkungan sekolah yang islami, yaitu sekolah yang
bersih, rapi, indah, sejuk dan ruangan yang edukatif, kata-kata mutiara
khususnya ayat-ayat al-Quran dan hadis yang relevan dengan situasi
belajar, serta kata-kata bijak dari para ilmuwan yang mendorong motivasi
belajar.
b. Menumbuhkembangkan kepada anak didik sikap terpuji dan lingkungan
yang bersikap kekeluargaan, tetap menjaga sopan-santun, saling
menghargai dan menghormati serta ramah tamah terhadap sesama, baik
dengan guru-guru maupun dengan sesama teman.
c. Dalam berpakaian baik guru, tenaga kependidikan dan siswa, hendaknya
berpakaian yang sopan dan islami.
d. Melaksanakan shalat duha yang dilaksanakan oleh siswa, guru dan tenaga
kependidikan lainnya.
e. Membiasakan berdo’a sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar yang
tidak hanya dilakukan oleh siswa, tetapi para guru juga sudah terbiasa
melakukan do’a bersama di kantor sebelum mengajar.
f. Membiasakan mengucapkan salam setiap bertemu dengan para guru dan
bertegur sapa serta menimbulkan suasana keakraban.
2. Semangat kebangsaan dan cinta tanah air
a. Setiap siswa diikutsertakan dalam kegiatan LDKS untuk melatih sikap
kepemimpinan, tanggungjawab serta kemandirian siswa.
b. Menjunjung tinggi martabat lembaga pendidikan serta berusaha
mengharumkan nama baik sekolah.
c. Mengadakan bakti sosial, baik di lingkungan sekolah maupun di luar
sekolah.
d. Aktif memperingati hari-hari besar
3. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
45
a. Mengadakan lomba mata pelajaran MIPA dan komputer dalam
lingkungan sekolah
b. Memberikan bantuan beasiswa kepada siswa yang berprestasi dan siswa
tidak mampu.
c. Meningkatkan profesionalisme guru dan karyawan baik melalui penataran,
seminar, workshop, dengan mendatangkan nara sumber yang kompeten di
bidangnya.
d. Mengikuti lomba cerdas cermat yang diadakan di sekolah maupun di luar
sekolah.
4. Menumbuh kembangkan seni dan olah raga
a. Juara umum dan tetap piala DPRD Kab. Tangerang dalam lomba cipta
kreasi penggalang tahun 2008.
b. Juara 1 Kapolres Kab Tangerang dalam lomba cipta kreasi penggalang
tahun 2008.
c. Juara harapan 1 lomba perkemahan SLTP se-Provinsi Banten tahun 2009.
d. Juara favorit lomba ketangkasan pramuka penggalang di Mauk Tangerang
tahun 2009
e. Juara 1 semaphore Provinsi Banten tahun 2009.
f. Juara 1 cerdas cermat (MASCOUT) Provinsi Banten tahun 2009.
g. Juara 1 regu terbaik kreasi seni/ yeal lomba telepram galang IX di MAN
Karawaci Tangerang tahun 2009.
h. Juara umum lomba kreatifitas se-jabodetabek HUT yayasan pondok
pesantren modern Tarbiyatul Falah Ciampea Bogor Maret 2009.
3. Sarana dan Prasarana
46
Sebagai syarat yang mutlak, maka MTs Nurul Ilmi menyediakan dan
melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan. Sarana dan prasarana yang
ada antara lain:
Tabel. 4
Sarana dan Prasarana Sekolah
No Deskripsi Jumlah
1 Ruang Kelas 22
2 Ruang Kepala Sekolah 1
3 Ruang Guru 1
4 Ruang TU 1
5 Ruang Osis 1
6 Perpustakaan 1
7 Musholla 1
8 Laboratorium Komputer 1
9 Lapangan Olah Raga 1
10 Toilet Guru 2
11 Toilet Siswa 4
4. Struktur Organisasi Pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas (fisik, pengetahuan dan
waktu dan perhatian) sedang kebutuhannya tidak terbatas. Usaha untuk
memenuhi kebutuhan terbatasnya kemampuan dala melakukan pekerjaan
mendorong manusia membagi pekerjaan, tugas dan tanggung jawab. Dengan
adanya pembagian kerja, tugas dan tanggungjawab ini, maka terbentuklah
kerjasama dan keterkaitan/formil dalam suatu organisasi. Dalam organisasi ini
47
maka pekerjaan yang berat dan sulit akan dapat diselesaikan dengan baik serta
tujuan yang diinginkan tercapai.46
Organisasi dan koordinasi yang baik merupakan ha yang esensial untuk
mencapai keberhasilan tujuan pendidikan, karena sebaik apapun tujuan yang
ingin dicapai akan sia-sia jika ltidak adanya organisasi dan koordinasi yang baik.
46 Hasibuan Malayu, Organisasi dan Motivasi, (Tangerang: Bumi Aksara, 1999), Cet. Ke-2, h. 23
48
STRUKTUR ORGANISASI MTS NURUL ILMI CIKUPA
Bidang kerjasama dengan
Masyarakat
Bidang Kesiswaan
SISWA
Wali Kelas / Guru-guru
Kepala Madrasah
M. Hidayat, S.Pd
Komite Sekolah
Hj. Surati, A.Ma, Pd
Urusan Tata Usaha
1. Siti Umrah, S.Pd 2. Siti Huliyah, SE
Bidang BP
Bidang Kurikulum
1. Nana Suryana, S. Ag 2. Dadun Kamaludin, S.Pd
49
5. Keadaan Guru dan Siswa a. Keadaan Guru
Tabel. 5
Jumlah Dewan Guru MTS Nurul Ilmi Cikupa
No Nama Guru Tugas Mengajar Pendidikan Jabatan
1. M. Hidayat, S.Pd B. Indonesia S1 Kepsek
2. Suparto, a. Ma.Pd Kepsek D2 Guru
3. Slamet, S.Pd Olah Raga S1 Guru
4. Dadun Kamaludin,
S.Pd
Penjas S1 Guru
5. Abdullah, S.Ag PAI S1 Guru
6. Tamami, S.Pd B. indo+Mulok S1 Guru
7. Fauziatul Iffah, BA Fiqih S1 Guru
8. Suwardi, SE Seni Budaya S1 Guru
9. Ardi Saryono, S.Pd IPS S1 Guru
10. Ridwanullah, S.Ag IPS S1 Guru
11. Sudirman, S.Ag B.Arab +
A.Akhlak
S1 Guru
12. Budi Sulton, S.Pdi PAI S1 Guru
13 Aliyudin, S.Ag IPS+PPKn S1 Guru
14 Koko Arkom, Drs B. indonsia S1 Guru
15 Suharto, Drs Matematika S1 Guru
16 Nana suryana, S.Ag Fiqih S1 Guru
17 Ruli Naruliah, S.Pd B Indonesia S1 Guru
18 Ahmad Subhi, S.Ag Aqidah Akhlak S1 Guru
19 Istikomah, S.Ag Qur’an Hadist S1 Guru
20 Hamka, S.Ag IPS S1 Guru
50
Sumber diperoleh dari data rekapitulasi dewan guru tahun ajaran 2009-2010
21 Hj. Harom Huriah,
S.Ag
PAI S1
22 Ida Yuliani S.Ag Qur’an Hadist S1 Guru
23 Umi Naeliah, S.Ag Matematika S1 Guru
24 Firman Wahyudi, ST IPA S1 Guru 25 Tabrani, ST Mtk+IPA S1 Guru 26 Badru Salam, S.Pd PPKn S1 Guru 27 Hendra Saputra, S.Ag Mulok+IPA S1 Guru 28 Sri Daniyati, S.Pd B. inggris S1 Guru 29 Siti Linawati, Ama,
Com. Komputer D2 Guru
30 M. Aspani, S.Pd B Indonesia S1 Guru 31 Nurul Iman, S.Ag SKI+B. Arab S1 Guru 32 Sutriswono, SE Seni Budaya S1 Guru 33 Ahmad Nasrullah TU - TU 34 Titi Dwiyanti, S.Pd B. inggris S1 Guru 35 Ahmad Fauzi TIK - Guru 36 Hadi Rusdianto Penjaskes - Guru 37 Asmuga TU - TU 38 Kholid Mawardi, ST IPA S1 Guru 39 Rahmat Budiman, S.Pd B. Indonesia S1 Guru 40 Siti Huliah, SE. IPS S1 Guru+TU 41 Siti Umroh, S. Pd IPA S1 Guru 42 H. Takrim, S. Pd.I IPA S1 Guru 43 Sri Daniyati, S.Pd B. inggris S1 Guru
51
b. Keadaan Siswa
Siswa MTs Nurul Ilmi untuk tahun pelajaran 2010-2011 berjumlah 1042
siswa, terdiri dari 480 siswa laki-laki dan 562 siswa perempuan. Rinciannya bisa
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel. 6
Jumlah siswa kelas VII-IX MTs Nurul Ilmi Tahun Ajaran 2009-2010 Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
7 8 9
178 154 148
192 206 360
370 360 321
Jumlah 480 562 1042 Sumber diperoleh dari data rekapitulasi siswa tahun ajaran 2009-2010
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah siswa-siswi MTs Nurul
Ilmi secara keseluruhan cukup banyak. Jumlah siswa dalam tiap kelasnya + 45
orang dengan jumlah gabungan kelas adalah sebanyak 22 kelas (kelas VII
berjumlah 7 kelas, kelas VIII berjumlah 8 kelas dan kelas IX berjumlah 7 kelas).47
Tabel. 7
Data Responden Penelitian
No Nama Jenis kelamin Kelas
1 Iip Arifah P VIII a
2 Noor Noviana P VIII a
3 Ubaidillah L VIII a
4 Imamul Huda L VIII a
5 Ahmad Syauqi L VIII a
6 Ika Dewi P VIII a
47 Dokumentasi sekolah………………….
52
7 Ratna Sri Wulandari P VIII a
8 Desty Eka P P VIII b
9 Eksa Santi P VIII b
10 Maryati P VIII b
11 M. Ridwan L VIII b
12 Fatih Fuadudin L VIII b
13 Suliyah P VIII b
14 M. Romli L VIII c
15 Siti Oktavianti P VIII c
16 Mulyanto L VIII c
17 Rizki Nugraha L VIII c
18 Sinta P VIII c
19 Pasha Maharia P VIII c
20 Eka Murdiawan L VIII d
21 Rifki al-Hanif L VIII d
22 Ahmad Syaifi L VIII d
23 Khairun Nisa P VIII d
24 Nova Rini P VIII d
25 M. Rifki L VIII d
26 Anwar Firdaus L VIII e
27 Nurlita P VIII e
28 Rahmatun Nazilah P VIII e
29 M. Fadzrin L VIII e
30 Ayuningtyas P VIII e
31 Amalia Putri P VIII e
32 Chandra T L VIII f
33 Dwi Puspa R P VIII f
53
34 Syahrudin L VIII f
35 M. Barli L VIII f
36 Nurhalisa Melia P VIII f
37 Siti Nurazizah P VIII f
38 Azaria R P VIII f
39 Laras Widiyawati P VIII g
40 Yunita Dwima P VIII g
41 Riza Aeni L VIII g
42 Septia R P VIII g
43 Abdi Setia Putra L VIII g
44 Indah Gita Permana P VIII g
45 Sabrina P VIII h
46 Nurul Fatimah P VIII h
47 Ubaid Aji G L VIII h
48 Nadya Mulia P P VIII h
49 Muthia Amelinda P VIII h
50 Galih Darmayandi L VIII h
B. Deskripsi Data Pada pembahasan sebelumnya telah dikemukakan bahwa salah satu
teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui angket. Angket yang
disebarkan berjumlah 50 angket dibagikan kepada sampel 50 siswa dari 360
siswa kelas VIII MTs Nurul Ilmi Cikupa. Adapun angket yang penulis sebarkan
yaitu tentang latar belakang pendidikan siswa yang semuanya berjumlah 25 item
pertanyaan berbentuk pilihan yang harus dijawab siswa dengan memberikan
tanda ( ),
Setelah dilakukan tahapan penelitian yang meliputi wawancara dan
penyebaran angket, maka langkah selanjutnya adalah pendiskripsian data yaitu
54
gambaran dari semua data yang diperoleh dari hasil penelitian. Data yang
dikumpulkan dari hasil angket yang disebarkan diolah dengan menggunakan
analisis statistik deskriptif dengan
Rumus : P = x 100%
Maksud dari pengolahan tersebut agar data yang diperoleh dapat
memberikan arti dan penjelasan. Untuk memudahkan menganalisa data dari hasil
penelitian tersebut, maka setiap item dibuatkan satu tabulasi, sehingga dengan
demikian lebih fokus penjelasannya.
Tabel. 8
Menyukai Pelajaran Fiqih
Siswa dari MI Siswa dari SD
Berdasarkan analisis data di atas dapat diketahui bahwa 88% siswa dari MI
setuju bahwa mereka menyukai pelajaran fiqih, sedangkan siswa yang berasal dari
SD berkisar 80% juga menyukai pelajaran fiqih. Ini berarti baik siswa yang berasal
dari MI ataupun SD semua menyukai pelajaran fiqih, walaupun sebagian kecil dari
siswa lulusan SD, yaitu sebanyak 20% menyatakan mereka tidak setuju atau kurang
tertarik dengan pelajaran fiqih. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru fiqih, pada
No Alternatif Jawaban
F %
1. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
3 22 0 0
12% 88% 0% 0%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
1. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
0 20 5 0
0% 80% 20% 0%
25 100%
55
dasarnya semua siswa di sekolah ini menyukai pelajaran fiqih karena berhubungan
dengan ibadah sehari-hari.48
Tabel. 9
Hadir Pada Pelajaran Fiqih Tepat Waktu
Siswa dari MI siswa dari SD
Berdasarkan analisa di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 52% siswa yang
berasal dari MI dan 48% dari SD menyatakan setuju. Akan tetapi, sebagian kecil
siswa lulusan SD menyatakan tidak setuju yaitu sebanyak 20%. Ini membuktikan
bahwa tidak semua siswa lulusan SD mempunyai semangat yang tinggi untuk datang
tepat waktu pada pelajaran fiqih.
Tabel. 10
Tidak Tertarik Membaca Buku-buku Fiqih
Siswa dari MI Siswa dari SD
48 Wawancara Pribadi dengan Fauzitul Iffah, BA, 25 September 2010
No Alternatif Jawaban
F %
2. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
12 13 0 0
48% 52% 0% 0%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
2. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
8 12 5 0
32% 48% 20% 0%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
3. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
0 0 19 6
0% 0% 76% 24%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
3. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
1 0 18 6
4% 0% 72% 24%
25 100%
56
Kesimpulan dari data di atas membuktikan bahwa sebagian besar siswa yang
berasal dari SD dan MI menyatakan mereka sangat tertarik untuk membaca buku-
buku fiqih yaitu sebanyak 76% dan 72%. Akan tetapi masih terdapat siswa yang
berasal dari SD yaitu sebanyak 4% yang menyatakan ketidak tertarikannya membaca
buku-buku fiqih. Ini berbeda dengan siswa yang berasal dari MI yang semuanya
menyatakan tertarik membaca buku-buku fiqih.
Tabel. 11
Selalu Mengambil Posisi Duduk Di Belakang Pada Pelajaran Fiqih
Siswa dari MI Siswa dari SD
Berdasarkan analisa di atas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 48% siswa
yang berasal dari MI menyatakan sangat tidak setuju duduk di belakang ketika
pelajaran fiqih berlangsung, begitu juga dengan siswa yang berasal dari SD
menyatakan tidak setuju pula yaitu sebanyak 68%. Ini membuktikan bahwa baik
siswa yang berasal dari SD maupun MI tidak menyukai duduk di belakang ketika
pelajaran fiqih berlangsung.
No Alternatif Jawaban
F %
4. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
0 6 7 12
0% 24% 28% 48%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
4. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
2 6 17 0
8% 24% 68% 0%
25 100%
57
Tabel. 12
Tidak Memperhatikan dan Mendengarkan Penjelasan Guru Ketika Pelajaran
Fiqih Berlangsung
Siswa dari MI Siswa dari SD
Pada tabel 5 menunjukkan bahwasanya responden dari MI sebanyak 60%
menyatakan tidak setuju untuk tidak memperhatikan dan mendengarkan penjelasan
guru ketika pelajaran Fiqih, sedangkan siswa dari SD sebanyak 48%. Ini
membuktikan bahwa mereka selalu memperhatikan dan mendengarkan penjelasan
guru ketika pelajaran Fiqih berlangsung, terutama siswa dari MI.
Tabel. 13
Aktif Belajar dan Diskusi di Kelas Ketika Pelajaran Fiqih
Siswa dari MI Siswa dari SD
No Alternatif Jawaban
F %
5. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
0 0 15 10
0% 0% 60% 40%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
5. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
0 1 12 12
4% 4% 48% 48%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
6. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
2 20 3 0
8% 80% 12% 0%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
6. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
2 16 7 0
8% 64% 28% 0%
25 100%
58
Tabel 6 menunjukkan bahwa baik siswa yang dari MI maupun siswa dari SD
selalu aktif belajar dan diskusi di kelas pada pelajaran Fiqih. Ini terbukti dengan
jawaban dari responden MI prosentase jawaban Setuju sebesar 80%, Sangat Setuju
8%. Sedangkan jawaban dari responden SD jawaban Setuju sebesar 64%, dan Sangat
Setuju sebesar 8%.
Tabel. 14
Bertanya Ketika Kurang Mengerti Materi Fiqih
Siswa dari MI Siswa dari SD
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 64% responden dari
MI menjawab Setuju, dan Sangat Setuju sebanyak 36%. Sedangkan responden dari
SD menjawab Sangat Setuju sebanyak 60% ,dan Setuju 28%. Ini membuktikan
bahwa baik responden dari MI maupun SD menyatakan bahwa mereka selalu
memberikan pertanyaan kepada guru apabila mereka kurang mengerti materi Fiqih
yang diajarkan.
No Alternatif Jawaban
F %
7. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
9 16 0 0
36% 64% 0% 0%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
7. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
7 15 3 0
28% 60% 12% 0%
25 100%
59
Tabel. 15
Tidak Pernah Mengulang Pelajaran Fiqih Ketika di Rumah
Siswa dari MI Siswa dari SD
berdasarkan analisa di atas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 88%
responden dari mengatakan tidak setuju jika mereka tidak mengulang pelajaran Fiqih
ketika dirumah, sedangkan responden dari SD hanya sebanyak 48% mengatakan tidak
setuju. Sebanyak 52% responden dari SD menyatakan setuju jika mereka tidak pernah
mengulang pelajaran Fiqih ketika di rumah. Ini berarti bahwa siswa dari SD
cenderung untuk tidak mengulang pelajaran Fiqih ketika di rumah dibandingkan
dengan siswa yang berasal dari MI yang sebagian besar dari mereka selalu
mengulang pelajaran Fiqih ketika di rumah.
Tabel. 16
Mencari Tahu Materi Fiqih yang Tidak Diketahui
Siswa dari MI Siswa dari SD
No Alternatif Jawaban
F %
8. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
0 1 22 2
0% 4% 88% 8%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
8. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
0 13 12 0
0% 52% 48% 0%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
9. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
11 14 0 0
44% 56% 0% 0%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
9. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
8 10 7 0
32% 40% 28% 0%
25 100%
60
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 56% responden
dari MI menyatakan bahwa mereka Setuju untuk mencari tahu materi Fiqih yang
belum mereka ketahui, dan sebanyak 44% menyatakan “Sangat Setuju. Sedangkan
siswa dari SD sebanyak 40% yang menyatakan Setuju, dan 32% Sangat Setuju. Ini
membuktikan bahwa baik siswa dari MI maupun SD selalu mencari tahu materi Fiqih
yang belum mereka ketahui, walaupun prosentasenya lebih banyak dari MI. akan
tetapi responden dari SD juga sebanyak 28% mereka menyatakan Tidak Pernah
mencari tahu materi Fiqih yang belum mereka ketahui.
Tabel. 17
Mengerjakan Tugas atau PR Fiqih Sampai Tuntas
Siswa dari MI Siswa dari SD
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 80% responden
dari MI menyatakan bahwa mereka Setuju, dan 20% Sangat Setuju untuk
mengerjakan tugas atau PR Fiqih sampai dengan tuntas. Sedangkan responden dari
SD sebanyak 56% juga menyatakan Setuju dan 44% Sangat Setuju untuk
mengerjakan tugas fiqih mereka. Ini membuktikan bahwa baik responden dari MI
maupun SD mereka rajin dan bersemangat dalam mengerjakan tugas-tugas atau PR
Fiqih.
No Alternatif Jawaban
F %
10. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
5 20 0 0
20% 80% 0% 0%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
10. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
11 14 0 0
44% 56% 0% 0%
25 100%
61
Tabel. 18
Tidak Bisa Menjawab Pertanyaan yang Diajukan oleh Guru Fiqih
Siswa dari MI Siswa dari SD
Berdasarkan analisa di atas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 72%
responden dari MI mengatakan tidak setuju jika mereka tidak bisa menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru Fiqih, sedangkan siswa dari SD hanya 36%.
Sebanyak 60% responden dari SD menyatakan bahwa mereka setuju jika mereka
tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru Fiqih. Ini berarti bahwa
siswa dari SD sebagian besar tidak bisa menjawab pertanyaan apabila mereka
diberikan pertanyaan oleh guru Fiqih.
Tabel. 19
Berusaha Menjawab Pertanyaan Teman
Siswa dari MI Siswa dari SD
No Alternatif Jawaban
F %
11. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
0 4 18 3
0% 16% 72% 12%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
11. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
0 15 9 1
0% 60% 36% 4%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
12. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
7 15 3 0
28% 60% 12% 0%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
12. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
6 16 3 0
24% 64% 12% 0%
25 100%
62
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa baik responden dari MI
maupun dari SD menjawab Setuju untuk berusaha menjawab pertayaan yang diajukan
oleh teman-teman mereka yaitu sebanyak 60% dari MI dan 64% dari SD. Ini berarti
bahwa mereka saling kerjasama dan tolong-menolong dalam mempelajari Fiqih dan
dalam menjawab semua pertanyaan-pertanyaan mengenai materi Fiqih.
Tabel. 20
Fiqih Pelajaran Yang Sulit Untuk Dipahami
Siswa dari MI Siswa dari SD
Berdasarkan analisa di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 56% responden
dari MI menyatakan “tidak setuju” bahwa Fiqih adalah pelajaran yang sulit untuk
dipahami, sedangkan responden dari SD hanya 28%. Dan sebanyak 64% responden
dari SD menyatakan Setuju bahwa Fiqih adalah pelajaran yang sulit untuk dipahami.
Ini menunjukkan bahwa siswa dari SD cenderung kurang memahami materi Fiqih
jika dibandingkan dengan siswa dari MI. siswa yang berasal dari SD kesulitan dalam
membaca ayat/ doa-doa yang berhubungan dengan ibadah sehari-hari dikarenakan
kurang terbiasa melafalkannya.49
49 Wawancara Pribadi…………..
No Alternatif Jawaban
F %
13. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
0 6 14 5
4% 24% 56% 20%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
13. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak-setuju.
0 16 7 2
0% 64% 28% 8%
25 100%
63
Tabel. 21
Saran Dari Guru Fiqih Membuat Semangat Dalam Belajar
Siswa dari MI Siswa dari SD
Tabel 14 menunjukkan bahwa sebanyak 60% siswa dari SD “sangat setuju”,
dan 40% menyatakan “setuju” jika saran dan dorongan dari guru fiqih membuat
mereka semangat dalam belajar. Sebanyak 64% juga responden dari MI menyatakan
“setuju”, dan 36% “sangat setuju”. Ini berarti bahwa baik siswa dari MI maupun SD
setuju apabila mereka diberikan saran dan dorongan oleh guru fiqih membuat mereka
semangat dalam belajar.
Tabel. 22
Orang tua Tidak Pernah Membantu Ketika Mengalami Kesulitan Dalam
Belajar
Siswa dari MI Siswa dari SD
No Alternatif Jawaban
F %
14. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
9 16 0 0
36% 64% 0% 0%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
14. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak-setuju.
15 10 0 0
60% 40% 0% 0%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
15. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
0 5 15 5
0% 20% 60% 20%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
15. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak-setuju.
1 6 14 4
4% 24% 56% 16%
25 100%
64
Tabel di atas menunjukkan bahwa baik siswa dari SD sebanyak 60% maupun
dari MI sebanyak 56%, menyatakan bahwa mereka tidak setuju apabila orang tua
mereka tidak pernah membantu mereka ketika kesulitan dalam belajar di rumah. ini
berarti bahwa orang tua mereka selama ini selalu berusaha memperhatikan anak-
anaknya dan membantu mereka dalam mempelajari Fiqih di rumah. Sedangkan yang
menjawab “setuju” jika orangtua mereka tidak pernah membantu mereka dalam
kesulitan belajar hanya sebagian kecil yaitu sebanyak 20% dari MI dan 24% dari SD.
Tabel. 23
Guru Fiqih Tidak Pernah Memberikan Kesempatan Untuk Bertanya
Siswa dari MI Siswa dari SD
Berdasarkan analisa di atas dapat disimpulkan bahwa baik responden dari MI
maupun SD menyatakan bahwa mereka “tidak setuju” jika guru Fiqih selama ini tidak
pernah memberikan kesempatan mereka untuk mengajukan pertanyaan, yaitu masing-
masing sebanyak 44% dari MI dan 48% dari SD. Ini artinya bahwa selama ini guru
Fiqih ketika di kelas selalu memberikan kesempatan kepada mereka untuk
mengajukan pertanyaan tentang materi fiqih yang kurang mereka pahami.
No Alternatif Jawaban
F %
16. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
0 4 11 10
0% 16% 44% 40%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
16. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak-setuju.
0 3 10 12
0% 12% 40% 48%
25 100%
65
Tabel. 24
Motivasi Dari Guru Sangat Membantu Untuk Menyukai Pelajaran Fiqih
Siswa dari MI Siswa dari SD
Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa sebanyak 60% responden
dari SD “setuju” jika mereka diberikan motivasi dari guru fiqih membuat mereka
menyukai pelajaran Fiqih. Begitu juga dengan responden dari MI sebanyak 56% juga
“setuju”. Ini artinya motivasi yang diberikan dari guru sangat berarti dan menjadikan
mereka lebih menyukai pelajaran Fiqih, terutama siswa dari SD yang sangat
membutuhkan motivasi agar semangat dalam mempelajari Fiqih.
Tabel. 25
Mendapatkan Nilai yang Jelek pada Ulangan Harian Fiqih
Siswa dari MI Siswa dari SD
No Alternatif Jawaban
F %
17. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
9 14 2 0
36% 56% 8% 0%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
17. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak-setuju.
8 15 1 1
32% 60% 4% 4%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
18. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
0 0 14 11
0% 0% 56% 44%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
18. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak-setuju.
0 4 17 4
0% 16% 68% 16%
25 100%
66
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa baik siswa dari MI maupun SD
manyatakan bahwa mereka ‘tidak setuju” jika mereka mendapatkan nilai yang jelek
ketika ulangan harian, yaitu sebanyak 68% responden SD dan 56% responden dari
MI. ini artinya bahwa baik siswa MI maupun SD selalu mendapatkan hasil yang
memuaskan ketika ulangan harian Fiqih.
Tabel. 26
Mendapatkan Nilai yang Tinggi Ketika UTS
Siswa dari MI Siswa dari SD
Berdasarkan analisa di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sebanyak 68%
responden dari MI mengatakan “sangat setuju”, dan 32% “setuju” jika mereka selalu
mendapatkan nilai yang tinggi ketika ulangan tengah semester (UTS). Sedangkan
responden dari SD juga tidak jauh beda yaitu sebanyak 36% “sangat setuju” dan 60%
“setuju”. Ini dapat diartikan bahwa baik siswa dari SD maupun dari MI sama-sama
mendapatkan nilai yang baik ketika UTS.
No Alternatif Jawaban
F %
19. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
17 8 0 0
68% 32% 0% 0%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
19. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak-setuju.
9 15 1 0
36% 60% 4% 0%
25 100%
67
Tabel. 27
Mendapatkan Nilai yang Tinggi Ketika UAS
Siswa dari MI Siswa dari SD
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 60% responden dari MI
menyatakan “sangat setuju” mendapatkan nilai yang tinggi ketika ulangan akhir
semester (UAS), dan sebanyak 40% “setuju”. Sedangkan responden dari SD
sebanyak 56% menyatakan “setuju” dan 44% menyatakan “sangat setuju”. Ini berarti
baik siswa dari MI mapun dari SD selalu mendapatkan nilai yang memuaskan ketika
UAS.
Tabel. 28
Nilai Raport Selalu Tinggi Pada Pelajaran Fiqih
Siswa dari MI Siswa dari SD
No Alternatif Jawaban
F %
20. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
15 10 0 0
60% 40% 0% 0%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
20. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak-setuju.
11 14 0 0
44% 56% 0% 0%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
20. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
3 19 3 0
12% 76% 12% 0%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
20. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak-setuju.
7 15 3 0
28% 60% 12% 0%
25 100%
68
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 76% responden
dari MI menyatakan “setuju” bahwa mereka mendapatkan nilai raport yang tinggi
pada pelajaran fiqih, begitu juga dengan responden dari SD yaitu sebanyak 60%
menyatakan “setuju” mendapatkan nilai raport yang tinggi pada pelajaran Fiqih.
Hanya sebanyak 12 % baik responden dari MI maupun SD yang “tidak setuju” jika
mereka mendapatkan nilai yang tinggi pada raport mereka, yang artinya nilai raport
mereka tidak terlalu tinggi pada mata pelajaran Fiqih.
Tabel. 29
Membiasakan Menjalankan Ibadah Sunnah
Siswa dari MI Siswa dari SD
Pada tabel di atas menunjukkan bahwasanya responden dari MI menjawab
”setuju” sebanyak 88% untuk membiasakan melakukan ibadah sunah, dan 12%
menjawab “sangat setuju”. Sedangkan siswa dari SD menjawab ”setuju” sebanyak
56% , dan “sangat setuju” sebanyak 44%. Ini berarti antara siswa dari MI maupun SD
berusaha untuk membiasakan melakukan ibadah sunah sehari-hari. Akan tetapi siswa
yang berasal dari SD lebih bersemangat karena prosentase jawaban “sangat setuju”
lebih besar dibandingkan dengan siswa yang berasal dari MI. Berdasarkan wawancara
No Alternatif Jawaban
F %
22. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
3 22 0 0
12% 88% 0% 0%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
22. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak-setuju.
11 14 0 0
44% 56% 0% 0%
25 100%
69
dengan kepala sekolah, dalam hal ini peran guru sangat penting, terutama guru
Fiqih.50
Tabel. 30
Tidak Melaksanakan Shalat Lima Waktu Kecuali Disuruh Orangtua
Siswa dari MI Siswa dari SD
Berdasarkan tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya responden dari
MI sebanyak 56% menjawab “sangat tidak setuju” jika mereka melaksanakan shalat
lima waktu karena disuruh orangtua. Sama halnya dengan responden dari SD sebayak
48% juga menjawab “sangat tidak setuju”. Akan tetapi sebanyak 12% siswa dari SD
menjawab “setuju” jika mereka shalat lima waktu apabila disuruh oarangtua. Ini
membuktikan kurangnya kesadaran siswa SD untuk melakukan ibadah yang wajib
dilakukan, yaitu shalat lima waktu.
50 Wawancara Pribadi dengan M. Hidayat, S.Pd, 25 September 2010
No Alternatif Jawaban
F %
23. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
0 0 11 14
0% 0% 44% 56%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
23. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak-setuju.
0 3 10 12
0% 12% 40% 48%
25 100%
70
Tabel. 31
Jarang Membaca al-Quran Setelah Selesai Shalat Lima Waktu
Siswa dari MI Siswa dari SD
Berdasarkan data di atas
menunjukkan bahwasanya responden dari MI sebanyak 68% menyatakan “tidak
setuju” jika dikatakan mereka jarang membaca al-Quran ketika selesai shalat, sama
halnya dengan responden dari SD juga sebanyak 68% menjawab “tidak setuju”. Akan
tetapi sebanyak 32% siswa dari SD menjawab “setuju” bahwa mereka jarang
membaca al-Quran ketika selesai shalat lima waktu. Ini artinya masih ada sebagian
kecil dari siswa SD belum membiasakan untuk membaca ayat al-Quran setelah selesa
shalat.
Tabel. 32
Melaksanakan Puasa Ketika Bulan Suci Ramadhan
Siswa dari MI Siswa dari SD
No Alternatif Jawaban
F %
24. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
0 0 17 8
0% 0% 68% 32%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
24. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak-setuju.
0 8 17 0
0% 32% 68% 0%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
25. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju
18 7 0 0
72% 28% 0% 0%
25 100%
No Alternatif Jawaban
F %
25. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak-setuju.
22 3 0 0
88% 12% 0% 0%
25 100%
71
Pada tabel di atas menunjukkan bahwasanya responden dari MI menjawab
“sangat setuju” sebanyak 72%, dan responden dari SD sebanyak 88% selalu
melaksanakan ibadah puasa di bulan ramadhan. Ini berarti baik siswa dari MI maupun
dari SD selalu menjalankan ibadah puasa sebagai kewajiban di bulan ramadhan. Akan
tetapi, siswa dari SD lebih bersemangat dalam menjalankan ibadah puasa dari pada
siswa dari MI dengan prosentase jawaban “sangat setuju” lebih tinggi yaitu 88%.
Dari tabel diatas menunjukan bahwa latar belakang pendidikan siswa cukup
mempengaruhi prestasi belajar siswa/siswi MTs Nurul Ilmi Cikupa. Hal ini dapat
dilihat pada tingginya jawaban siswa/siswi yang berlatar belakang MI pada alternatif
jawaban dengan bobot nilai 3 dan 4 dibandingkan dengan siswa yang berlatar
belakang dari SD.
Berdasarkan tabel di atas, penulis dapat memberikan kesimpulan sementara
bahwa Latar belakang pendidikan siswa cukup berpengaruh terhadap prestasi belajar
fiqih pada siswa/siswi MTs Nurul Ilmi Cikupa.
C. Analisis dan Interprestasi Data Setelah dilakukan tabulasi data dengan memberikan skor nilai pada tiap-
tiap item pada jawaban yang hasilnya dapat dilihat pada tabel, selanjutnya
dilakukan analisis data. Dalam analisa data ini akan dilakukan uji hipotesis yang
telah dirumuskan pada pembahasan sebelumnya.
Adapun rumus yang digunakan adalah rumus kolerasi product moment
untuk mengetahui berapa besar tingkat atau kekuatan kolerasi antara variabel X
dan variabel Y. sebelumnya akan dilakukan perhitungan untuk memperoleh angka
indeks kolerasinya (rxy), dengan terlebih dahulu menyiapkan tabel kerja atau
tabel perhitungan yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
72
Tabel. 33
Perhitungan Variabel X (Latar Belakang Pendidikan Siswa)
Siswa dari MI
No. Butir Soal
Jumlah 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1 3 4 4 4 3 2 3 3 3 4 4 4 2 4 4 2 4 4 3 3 4 3 4 3 4 85
2 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 4 3 4 2 2 4 4 3 3 3 3 4 3 4 80
3 3 3 4 4 3 2 3 3 4 3 3 3 3 4 2 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 81
4 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 80
5 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 82
6 4 4 4 3 4 3 3 2 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 85
7 3 3 3 2 4 3 3 2 3 4 4 4 2 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 81
8 3 3 4 2 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 82
9 3 3 4 2 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 4 3 3 4 80
10 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 2 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 80
11 3 4 3 3 4 2 4 4 3 4 2 4 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 80
12 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 85
13 3 4 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 2 4 2 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 82
14 3 3 3 3 3 2 4 3 4 3 3 4 1 4 2 1 4 4 4 4 2 3 4 3 4 78
15 3 3 3 4 3 2 3 3 4 3 2 4 3 3 2 4 4 3 3 4 2 3 4 3 3 78
16 3 4 3 4 3 2 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 82
17 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 80
18 3 3 3 2 3 1 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 78
19 4 4 3 4 4 1 4 3 3 3 2 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 84
20 4 4 3 4 4 2 3 3 3 3 3 2 4 3 4 3 2 4 4 4 2 3 4 4 4 83
21 3 4 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 4 4 4 3 3 3 4 4 83
22 3 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 78
23 3 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 83 24 3 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 83 25 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 82
Jumlah 2035
73
Siswa dari SD
No Butir Soal
Jumlah 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 1 4 4 4 4 4 3 4 2 3 81
2 3 4 3 2 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 1 2 4 4 4 4 4 3 4 3 4 82
3 3 3 3 2 3 4 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 2 4 4 80
4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 2 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3 80
5 3 3 1 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 4 2 3 4 2 3 3 2 4 2 3 4 74
6 3 2 3 2 3 2 3 2 3 4 4 4 4 4 2 3 2 2 2 4 3 4 3 3 4 75
7 2 3 3 2 2 2 3 2 1 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 72
8 2 3 4 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 79
9 3 3 4 3 4 3 4 2 3 3 4 4 2 3 3 4 3 3 3 3 2 4 4 3 4 81
10 3 2 4 2 4 3 4 3 3 3 3 4 2 3 3 4 3 2 4 3 2 4 4 2 4 78
11 3 2 3 3 4 3 3 2 3 4 3 4 2 3 2 4 3 3 4 4 4 4 4 2 2 78
12 3 3 3 3 4 2 3 3 3 4 4 3 2 4 2 4 1 3 4 4 4 4 3 3 4 80
13 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 4 3 3 4 2 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 78
14 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 2 4 80
15 3 4 4 3 3 1 4 3 4 4 3 2 2 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 80
16 3 2 3 3 3 3 4 3 4 4 3 2 2 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 80
17 2 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 2 2 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 77
18 3 3 3 3 4 3 3 2 2 4 3 3 2 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 2 4 81
19 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 2 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 82
20 3 2 4 1 4 3 2 3 4 3 4 3 2 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 78
21 3 3 3 3 4 3 2 3 4 3 4 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 80
22 3 4 3 3 4 3 3 2 2 4 4 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 80
23 3 4 3 3 4 3 3 2 2 3 4 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 79
24 3 4 3 3 4 3 3 2 4 3 4 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 80
25 3 4 3 3 4 3 3 2 4 3 4 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 80
jumlah 1975
74
Tabel. 34
Daftar Nilai Rapor Kelas VIII Semester Genap
Madrasah Tsanawiyah Nurul Ilmi
Siswa dari MI
No Nama Jenis kelamin Skor Nilai Fiqih
1 Iip Arifah P 79
2 Noor Noviana P 80
3 Ubaidillah L 77
4 Maryati P 79
5 M. Ridwan L 79
6 Fatih Fuadudin L 80
7 Suliyah P 75
8 M. Romli L 79
9 Siti Oktavianti P 82
10 Eka Murdiawan L 78
11 Rifki al-Hanif L 83
12 Ahmad Syaifi L 74
13 Khairun Nisa P 80
14 Rahmatun Nazilah P 75
15 M. Fadzrin L 80
16 Ayuningtyas P 82
17 Amalia Putri P 74
18 Nurhalisa Melia P 75
19 Siti Nurazizah P 78
20 Azaria R L 78
21 Abdi Setia Putra L 80
22 Indah Gita Permana P 77
75
23 Sabrina P 77
24 Nurul Fatimah P 78
25 Ubaid Aji G L 75
Siswa dari SD
No Nama Jenis Kelamin Skor Nilai Fiqih
1 Imamul Huda L 75
2 Ahmad Syauqi L 73
3 Ika Dewi P 78
4 Ratna Sri Wulandari P 72
5 Desty Eka P P 75
6 Eksa Santi P 80
7 Mulyanto L 75
8 Rizki Nugraha L 75
9 Sinta P 80
10 Pasha Maharia P 74
11 Nova Rini P 75
12 M. Rifki L 77
13 Anwar Firdaus L 78
14 Nurlita P 72
15 Chandra T L 72
16 Dwi Puspa R P 75
17 Syahrudin L 70
18 M. Barli L 65
19 Laras Widiyawati P 73
20 Yunita Dwima P 68
21 Riza Aeni L 74
76
22 Septia R P 70
23 Nadya Mulia P P 75
24 Muthia Amelinda P 73
25 Galih Darmayandi L 75
Tabel. 35
Perhitungan untuk memperoleh angka indeks korelasi antara variabel X
(latar belakang pendidikan siswa) dan variabel Y (prestasi belajar fiqih)
No X Y XY X² Y² 1 85 79 6715 7225 6241 2 80 80 6400 6400 6400 3 81 77 6237 6561 5929 4 80 79 6320 6400 6241 5 82 79 6478 6724 6241 6 85 80 6800 7225 6400 7 81 75 6075 6561 5625 8 82 79 6478 6724 6241 9 80 82 6560 6400 6724 10 80 78 6240 6400 6084 11 80 82 6640 6400 6889 12 85 74 6290 7225 5476 13 82 80 6560 6724 6400 14 78 75 5850 6084 5625 15 78 80 6240 6084 6400 16 82 82 6724 6724 6724 17 80 74 5920 6400 5476 18 78 75 5850 6084 5625 19 84 78 6552 7056 6084 20 83 78 6474 6889 6084 21 83 79 6640 6889 6400 22 78 77 6006 6084 5929 23 83 77 6391 6889 5929
77
24 83 78 6474 6889 6084 25 82 75 6150 6724 5625 26 81 75 6075 6561 5625 27 82 73 5986 6724 5329 28 80 78 6240 6400 6084 29 80 72 5760 6400 5184 30 74 75 5550 5476 5625 31 75 80 6000 5625 6400 32 72 75 5400 5184 5625 33 79 75 5925 6241 5625 34 81 80 6480 6561 6400 35 78 74 5772 6084 5476 36 78 75 5850 6084 5625 37 80 77 6160 6400 5929 38 78 78 6084 6084 6084 39 80 72 5760 6400 5184 40 80 72 5760 6400 5184 41 80 75 6000 6400 5625 42 77 70 5390 5929 4900 43 81 65 5265 6561 4225 44 82 73 5986 6724 5329 45 78 68 5304 6084 4624 46 80 74 5920 6400 5476 47 80 70 5600 6400 4900 48 79 75 5925 6241 5625 49 80 73 5840 6400 5329 50 80 75 6000 6400 5625 N
∑X=4010
∑Y= 3801
∑XY=305096
∑X ²=321928
∑Y² =289913
78
Rxy = . – ( ) .( )
{ ² ( ) ²}{ ² ( ) ²}
Rxy = . – ( ).( )
{ . – ( ) ²}{ . – ( ) ²}
Rxy = –
{ – }.{ – }
Rxy = { }.{ }
Rxy = √
Rxy = .
Rxy = 0,457
D. Interpretasi Data Dari perhitungan di atas ternyata angka korelasi antara Variabel X dan
Variabel Y tidak bertanda negatif, itu berarti di antara kedua variabel tersebut
terdapat korelasi positif (korelasi yang berjalan searah). Hal ini dapat diketahui
dengan memperhatikan besarnya Rxy (yaitu 0,457), yang besarnya berkisar antara
0,40-0,70, berarti korelasi antara variabel X dan Y ini termasuk korelasi yang
sedang atau cukup.
Selanjutnya yaitu melakukan interpretasi dengan menggunakan tabel
nilai “r” dengan rumus: df= N – nr
Df= 50 – 2= 48.
Dengan memeriksa tabel nilai “r” Product Moment ternyata dengan df
sebesar 48 tidak terdapat dalam tabel, untuk itu penulis memakai df 50. Dengan df
79
50 pada taraf signifikansi 5% diperoleh “r” tabel = 0,273; sedangkan pada taraf
signifikansi 1% diperoleh “r” tabel = 0,354. Ternyata Rxy atau ro (yang besarnya
0,457) adalah jauh lebih besar dari pada “r” tabel (yang besarnya 0,273 dan
0,354). Karena ro lebih besar dari “r” tabel, maka hipotesis nol ditolak, sedangkan
hipotesis alternatif diterima. Ini berarti terdapat korelasi positif yang signifikan
antara variabel X dan veriabel Y.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah, antara latar
belakang pendidikan siswa (pendidikan formal yang mereka tempuh sebelum
memasuki MTs) dengan prestasi belajar Fiqih di MTs Nurul Ilmi, terdapat
korelasi yang signifikan.
Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar kontribusi variabel X
(latar belakang pendidikan siswa) terhadap variabel Y (prestasi belajar Fiqih),
maka digunakan rumus koefisien determinasi dengan rumus sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
= 0,45 x 100%
= 20,25%
Jadi latar belakang pendidikan siswa berpengaruh terhadap prestasi
belajar Fiqih sebesar 20,25% dan selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain yang
tidak diteliti.
80
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan uraian dan analisa data mengenai “Latar Belakang
Pendidikan Siswa dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar Fiqih di MTs Nurul
Ilmi Cikupa” yang telah dibahas, maka pada bab ini akan penulis kemukakan
kesimpulan dan saran-saran, sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa rxy
(0,457) jauh lebih besar dari pada “r” tabel yang besarnya 0,273 pada taraf
signifikansi 5%, dan 0,354 pada taraf signifikansi 1%. Karena rxy lebih
besar dari pada “r” tabel, maka hipotesis nol ditolak, sedangkan hipotesis
alternatif diterima. Ini berarti terdapat korelasi positif yang signifikan
antara variabel X dan variabel Y.
2. Latar belakang pendidikan siswa (pendidikan formal yang mereka tempuh
sebelum memasuki MTs) di MTs Nurul Ilmi Cikupa, secara umum dapat
dikatakan cukup berpengaruh terhadap prestasi belajar fiqih. Hal ini dapat
diketahui dengan memperhatikan besarnya rxy (yaitu 0,457) yang
81
besarnya bekisar antara 0,40–0,70, berarti korelasi antara variabel X dan Y
ini termasuk korelasi yang sedang atau cukup.
3. Berdasarkan hasil angket yang telah disebar, dapat disimpulkan:
a. Prestasi belajar fiqih yang diperoleh siswa yang berasal dari MI
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang berasal dari SD. Hal
ini dapat dibuktikan dengan perbedaan pemahaman yang mereka
peroleh selama belajar. Siswa yang berasal dari MI sebanyak 56%
menyatakan ‘tidak setuju’ bahwa Fiqih merupakan pelajaran yang
sulit untuk dipahami. Sedangkan siswa yang berasal dari SD hanya
sebanyak 28%. Ini membuktikan bahwa siswa yang berasal dari
MI jauh lebih paham dari pada siswa yang berasal dari SD
dikarenakan pengalaman belajar mereka yang berbeda sebelum
memasuki MTs.
b. Pada tabel 15 dapat dilihat di mana siswa yang berasal dari SD
tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru Fiqih
prosentase sebesar 60%, sedangkan siswa yang berasal dari MI
hanya sebesar 16%. Ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan
antara siswa yang berasal dari MI dan SD cukup berbeda.
c. Dalam melaksanakan ibadah sunnah dan puasa wajib, siswa yang
berasal dari SD lebih bersemangat. Hal ini dapat diketahui dengan
melihat prosentase jawaban “sangat setuju” pada siswa dari SD
lebih besar, yaitu sebanyak 44% pada pernyataan ‘ membiasakan
menjalankan ibadah sunnah’, sedangkan dari MI hanya 12%. Dan
pada pernyataan ‘melaksanakan puasa di bulan ramadhan’,
prosentase jawaban “sangat setuju” dari SD sebanyak 88 %, dan
siswa dari MI sebanyak 72%.
82
B. Saran-saran 1. Pihak sekolah MTs harus lebih memperhatikan siswa yang daftar pada
sekolah tersebut, terutama siswa yang berasal dari sekolah umum (SD),
apakah siswa yang berasal dari sekolah umum tersebut sama banyaknya
dengan siswa yang berasal dari madrasah (MI). Hal ini akan menentukan
langkah selanjutnya dalam proses pembelajaran, terutama bagi guru fiqih
agar lebih mengetahui dan siap menghadapi siswa-siswi dengan latar
belakang pendidikan yang berbeda.
2. Bagi guru fiqih hendaknya lebih memperhatikan murid-muridnya.
Menghadapi anak dengan latar belakang pendidikan yang berbeda tentu
akan berpengaruh terhadap pemahaman yang mereka dapatkan. Ini
merupakan suatu tantangan bagi guru fiqih bagaimana caranya
menyampakan materi tersebut agar dipahami oleh semua siswa.
3. Bagi wali murid hendaknya lebih memperhatikan anak-anaknya, terutama
bagi anak yang dari SD kemudian sekolah di MTs. Peran serta orangtua
dalam meningkatkan pemahaman bagi anaknya sangat dibutuhkan.
Mendampingi mereka ketika belajar, menjawab pertanyaan yang mereka
ajukan dalam kaitannnya tentang ibadah, membantu mereka menghafal
doa-doa yang berhubungan dengan ibadah (shalat, puasa, dan thaharah),
dapat membantu mereka agar lebih memahami fiqih.
4. Bagi siswa diharapkan lebih meningkatkan belajarnya dalam mempelajari
fiqih dengan terus meningkatkan pemahaman mereka, dan menyadari
betapa pentingnya mempelajari dan memahami fiqih, karena mempelajari
fiqih merupakan salah satu cara untuk mengetahui dan memahami pokok-
pokok hukum Islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan
hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan
sesamanya.
83
DAFTAR PUSTAKA
A. Djazuli, Ilmu Fiqih, Penggalian, Perkembangan dan Penerapan Hukum Islam,
Jakarta: Prenada Media, Cet. 5, 2005..
Arifin, Zainal, Evaluasi Instrusional, Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya , 1990.
Banadib, Imam, Pendidikan Perbandingan (persekolahan dan masyarakat),
Yogyakarta: Andi Offset, Cet. 3, 1995.
Daulay, Haidar Putera, Pendidkan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di
Indonesia, Jakarta: Kencana, Cet. 1, 2004.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta:
Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran, 1992.
Effendi, Satria, M. Zein, Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana, Cet. 1, 2005.
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Cet. 3,
2003.
Haybeyg, S. F, Kamus Populer, Jakarta: Centra, Cet. 2, 1987.
Mudyahardjo, Redja, Pengantar Pendidikan, Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-
dasar Pendidikan padaUmumnya dan Pendidikn di Indonesia, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, Cet. 2, 2002.
Karim, Syafi’I, Fiqh Ushul Fiqih, Bandung: Pustaka Setia, Cet. 1, 1997
Lathif, Azharudin, Fiqih Muamalat, Jakarta: Uin Jakarta Press, 2005
Malayu, Hasibuan, Organisasi dan Motivasi, Tangerang: Bumi Aksara, Cet. 2, 1999.
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. 5, 2003.
M. Syihab, Quraish, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1992.
Namsa, Yunus, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus,
2000.
84
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No:2 Tahun 2008 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa
Arab di Madrasah , Jakarta: Bp. Mediatama Pustaka Mandiri, Cet. 1, 2009.
Poerdarminta, W. J. S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka,
Cet. 3, 2003.
Purwanto, Ngalim, Teknik-teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Nisco, 1997.
Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja RosdaKarya, 1991.
Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan (Teoritis dan praktis), (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, Cet. 6, 1993.
Rahim, Husni, Madrasah Dalam Politik Pendidikan di Indonesia, Ciputat: PT Logos
Wacana Ilmu, 2005.
Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: pedoman Ilmu Jaya, Cet. 2. 1996.
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
Cet. 12, 2003.
Syarifuddin, Amir, Ushul Fiqh Jilid 1, Jakarta: Kencana, Cet.4, 2009.
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. 1,
2002.
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet.
11, 2002.
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Pennelitian, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Cet.
9, 1995.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, Cet. 10, 2004.
Usman, Nuraini, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 2000, Cet. Ke-
3.
Tirtonegoro, Surtatinah, Anak Supranormal dan Program Pendidikannya, Jakarta:
Bina Aksara, 1982.
Tim Redaksi FokusMedia, UUSPN No. 20 Tahun 2003, Bandung: FokusMedia, Cet.
3, 2003.
85
W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Jakarta: PT Grafindo Persada, Cet. 4, 1996.
A. Yusuf, Muri, Pengantar ilmu pendidikan, Jakarta: Ghalia Indonesia, Cet. 2 1986.