Lapsus Stroke Hemoragik
-
Upload
manda-rumalatu -
Category
Documents
-
view
45 -
download
5
description
Transcript of Lapsus Stroke Hemoragik
BAB I
IDENTIFIKASI KASUS
A. IDENTITIAS PASIEN
Nama : Tn. AL
RM : 09-59-18
Tanggal Lahir : 2 Maret 1965
Umur : 51 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Saparua
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Supir
Suku/ Bangsa : Indonesia
Tanggal Masuk RS : 26-03-2016
Jam MRS : 18.00 WIT
Ruangan : Neurologi (Bangsal-K1)
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Penurunan Kesadaran
Anamnesis terpimpin : (Alloanamnesis)
Dialami sejak 1 hari yang lalu. Menurut keluarga, sebelum tidak sadar
pasien mengeluh pusing, nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk, leher
tegang serta lemas pada bagian tubuh sebelah kanan yang terjadi
secara terus-menerus. Keluhan ini tidak membaik sekalipun pasien
istirahat. Setelah mengeluhkan keluhan-keluhan tersebut sesaat
kemudian pasien tiba-tiba tidak sadarkan diri. Pasien juga mengalami
mual (+), muntah (+) 2 hari yang lalu sebanyak 1x berwarna kuning
dan berisi makanan. Makan dan minum baik serta BAB dan BAK
lancar.
Riwayat penyakit dahulu :
Hipertensi dan DM tidak diketahui karena tidak pernah kontrol, stroke
(-), neurodermatitis ± 1 bulan yang lalu.
Riwayat Pengobatan :
Citikolin 2 x 500 mg (inj), inj. Furosemid 1 x 1 amp, inj. Ranitidine 2
x 1 amp, inj. Farbion 1 amp, Dexamethason 1 x 2 mg iv, Amlodipin
Riwayat Kebiasaan :
Merokok (+), Mengkonsumsi Alkohol (+).
Riwayat imunisasi : Tidak diketahui
Riwayat Penyakit keluarga : (-)
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
- Kesadaran : Somnolen
- GCS : E3V2M4
- Gizi : Baik
2. Status Vitalis
- Tekanan Darah : 200/110 mmHg
- Nadi : 91 x/ menit, reguler
- Respirasi : 22 x/menit
- Suhu : 37,5ᵒ C
- Kepala : Normocephal, rambut hitam dengan distribusi merata
dan tidak mudah dicabut.
- Mata : CA (-/-), SI (-/-), eksoftalmus (-/-)
- Telinga : Normotia, liang lapang, serumen (-/-), sekret (-/-),
otorea (-)
- Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-/-), sekret (-/-), edema
konka (-/-), Rinorea (-)
- Tenggorokan : Tidak dapat dievaluasi,
- Mulut : Candidiasis (-), Sianosis (-)
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, struma (-)
- Thoraks :
Paru - paru
Inspeksi : Bentuk dan pengembangan dinding dada simetris
Palpasi : Vocal fremitus simetris, nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Thrill (-), ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak, batas-batas jantung kesan normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, reguler, murmur (-),
gallop (-)
- Abdomen
Inspeksi : Datar, jaringan parut (-)
Palpasi : Teraba keras, nyeri tekan (-)
Hepar : Hepatomegali (-)
Limpa : Splenomegali (-)
Ginjal : Ballottement (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
- Genitalia eksterna : Tidak diperiksa
- Ekstremitas : akral hangat , edema, , atrofi
3. Status Lokalis
Pemeriksaan fungsi luhur
Emosi dan afek : Sulit dievaluasi
Kecerdasan : Sulit dievaluasi
Penyerapan : Sulit dievaluasi
Kemauan : Sulit dievaluasi
Psikomotor : Sulit dievaluasi
4. Status neurologis
a. Kesadaran/GCS : E1 V2 M4
b. Tanda Rangsang Meningeal :
Kaku kuduk : -
Kernig sign : -
Brudsinzki I : -
Brudsinzki II : -
c. Saraf cranial
- N.I (Olfaktorius) : Sulit dievaluasi
- N.II (Optikus) : OD OS
Ketajaman penglihatan Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
Lapangan penglihatan Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
Funduskopi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
o N.III (Okulomotorius), IV (Troklearis), VI (Abduscens)
OD OS
Celah Kelopak Mata
Ptosis
Exoftalmus/endoftalmus
Menyempit (-)
(-) (-)
(-) (-)
Ptosis bola mata (-) (-)
Pupil
Ukuran/bentuk
Isokor/anisokor
Refleks cahaya/tak
langsung
Refleks akomodasi
3mm/bulat 3mm/bulat
isokor Isokor
+/+ +/+
+ +
Gerakan bola mata
Parese ke arah
Nistagmus
(-) (-)
(-) (-)
- N.V (Trigeminal)
Sensibilitas :
N.V1 : TDP
N.V2 : TDP
N.V3 : TDP
Motorik NV3 : Inspeksi/palpasi (istirahat/menggigit): SDE
Refleks dagu/masseter : SDE
Refleks cornea : SDE
- N.VII (Facialis)
Motorik m. frontalis m.orbik.oculi m.orbik.oris
Istirahat : Asimetris Asimetris Asimetris
Gerakan
mimik
: Asimetris Asimetris Asimetris
Pengecap 2/3 lidah bagian depan : Sulit dievaluasi
- N.VIII (Vestibulokoklearis)
Pendengaran
Tes Rinne/Weber/ Swabach : Sulit dievaluasi
Fungsi Vestibuler : Tidak diperiksa
- N.IX & X (Glossopharingeus/Vagus)
Posisi arcus pharinks (istirahat/AAH) : Sulit dievaluasi
Refleks telan/muntah : Sulit dievaluasi
Pengecap 1/3 lidah bagian belakang : Sulit dievaluasi
Suara : (+)
Takikardia/bradikardia : (+)/(-)
- N.XI (Aksesorius)
Memalingkan kepala dengan/tanpa
tahanan
: Sulit dievaluasi
Angkat bahu : Sulit dievaluasi
- N.XII (Hypoglossus)
- Deviasi lidah : Ke arah kanan
- Fasculisasi : (-)
- Atrofi : (-)
- Tremor : (-)
- Ataxia : (-)
d. Tanda-tanda Rangsang Meningeal (TRM)
- Kaku kuduk : (-) - Brudsinzki I : (-)
- Kerning sign : (-) - Brudzinski II : (-)
e. Motorik
Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
- Trofi otot
- Pergerakan
- Kekuatan
- Tonus otot
Eutrofi
Terbatas
Eutoni
Eutrofi
Bebas
Lateralisasi kanan
Eutoni
Eutrofi
Terbatas
Eutoni
Eutrofi
Terbatas
Eutoni
- Otot yang terganggu : -
f. Refleks fisiologis
- Biceps : +/++ - KPR : +/++
- Triceps : +/++ - APR : +/++
- Brachioradialis : +/++
g. Klonus
- Lutut : -/-
- kaki : -/-
h. Refleks patologis
- Hoffman-trommer : -/-
- Babinski : +/-
- Chaddock : -/-
- Gordon : -/-
- Schaefer : -/-
- Oppenheim : -/-
i. Pergerakan abnormal yang spontan : -
j. Sensorik
- Eksteroseptif
Nyeri : Sulit dievaluasi
Suhu : Sulit dievaluasi
Raba halus : Sulit dievaluasi
- Proprioseptif
Rasa sikap : Sulit dievaluasi
Nyeri dalam : Sulit dievaluasi
- Fungsi kortikol
Diskriminasi : Sulit dievaluasi
Strereognosis : Sulit dievaluasi
k. Gangguan Koordinasi
- Tes jari hidung ::;: Sulit dievaluasi
- Tes pronasi-supinasi :::: Sulit dievaluasi
- Tes tumit :::: Tidak dilakukan
- Tes pegang jari :::: Sulit dievaluasi
- Tes Romberg :::: Tidak dilakukan
l. Gait : Tidak dilakukan
m. Otonom : BAB (+), BAK (+), keringat (+)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium :
Darah Rutin 29/03/2016 : Hb 15,8 gr%, LED: 76/76 normal <10mm/jam, WBC 24.000/mm3, Trombosit 335.000,
Darah Kimia 28/03/2016 : GDP: 114 mg/dl, Ureum/Creatinin: 24/0,6 mg/dl, Asam Urat: 2,0mg/dl , Kolesterol total: 147 mg/dl, Trigliserida : 66 mg/dl, HDL: 29 mg/dl, LDL: 84 mg/dl
2. Pemeriksaan radiologi : tidak dilakukan
E. DIAGNOSIS KERJA
- Diagnosis klinis : Somnolen, Parese N. VII dan XII dextra
- Topis : Hemisfer cerebri sinistra
- Etiologi : Perdarahan
- Kesimpulan : Stroke Hemoragik
F. TATALAKSANA
- IVFD RL 16 tpm
- Inj Citikolin 2 x 500 mg/ iv/ hr
- Inj Ketorolak 3 x 30 mg/iv.hr
- Drip Farbion 1 amp/hr
- Captopril 3 x 25 mg
- Amlodipine 1 x 10 mg
- Micarditis 80 mg
- Clobazam 10 mg
- Drip Pct 3 x 1 gr/ hr
- Dulcolax tab
FOLLOW UPTgl S O A P
28/03/2016H-2
Nyeri kepala(+), pusing(-), lemas (+) mual (-), muntah (-),lemah sebelah kanan tubuh, makan dan minum baik, BAB (-) 3 hari BAK lancar
GCS: E3M6V2
TD: 180/90Nadi:
92x/menitP: 22x/menitS: 37,5°C
SH + HT Emergency Inf RL 16 tpm Inj Citikolin 2 x 500 mg/
iv/ hr Inj Ketorolak 3 x 30
mg/iv/hr Drip Farbion 1 amp/ hr Captopril 3 x 25 mg Amlodipin 10 mg, 0-0-1 Clobazam 10 mg, 0-0-1 Dulcolax tab 0--2
29/03/2016H-3
Nyeri kepala (+), pusing (+), demam (+), muntah (+), mual (-), makan dan minum baik, sulit tidur, BAB (-) 3 hari yang lalu, BAK lancar
GCS: E4M6V5TD: 200/90Nadi: 90x/menitP: 22x/menitS: 38,6°C
SH + HT berat Inf RL 16 tpm Inj Citikolin 2 x 500 mg/
iv/ hr Inj Ranitidin 2 x 1
amp/iv/hr Captopril 3 x 25 mg Amlodipin 10 mg, 0-0-1 Clobazam 10 mg, 0-0-1 Jika TD tetap > 160/90 :
Micarditis 80 mg, 0-0-1
30/03/2016H-4
Kesadaran menurun, nyeri kepala (-),pusing (-), demam (+), menggigil (+),
GCS: E2M4V2TD: 180/100Nadi: 94x/menit
SH + HT berat + Febris
Inf RL 16 tpm Inj Citikolin 2 x 500 mg/
iv/ hr Drip Pct 3 x 1 gr/ hr Drip Farbion 1 amp/ hr
mual (-), muntah (-), kualitas tidur menurun menurut kel, makan dan minum baik, BAB (-) 4 hari yll, BAK lancar via kateter
P: 28x/menitS: 37,9°C
Inj Ranitidin 2 x 1 amp/iv/hr
Inj Ceftriaxon 2 x 1 gr/iv/hr
Captopril 3 x 25 mg Amlodipin 10 mg, 0-0-1 Clobazam 10 mg, 0-0-1 Micarditis 80 mg, 0-0-1
31/03/2016H-5
Nyeri kepala (-),pusing (-), demam (-), mual (-), muntah (-), sulit tidur (-), batuk (+), makan dan minum baik, BAB (+) encer, BAK lancar via kateter
GCS: E4M5V3TD: 160/90Nadi: 89x/menitP: 23x/menitS: 37,7°C
SH + HT berat + Febris
Inf RL 16 tpm Inj Citikolin 2 x 500 mg/
iv/ hr Drip Pct 3 x 1 gr/ hr Drip Farbion 1 amp/ hr Inj Ranitidin 2 x 1
amp/iv/hr Inj Ceftriaxon 2 x 1
gr/iv/hr Captopril 3 x 25 mg Amlodipin 10 mg, 0-0-1 Clobazam 10 mg, 0-0-1 Micarditis 80 mg, 0-0-1
1/4/2016H-6
Nyeri kepala (-),pusing (-), demam (+), menggigil (-), mual (-), muntah (-), sulit tidur (-), batuk (+), makan dan minum baik, BAB (+), BAK lancar via kateter
GCS: E4M5V4TD: 140/100Nadi: 72x/menitP: 22x/menitS: 39,7°C
SH + HT + Febris Inf RL 16 tpm Inj Citikolin 2 x 500 mg/
iv/ hr Drip Pct 3 x 1 gr/ hr Drip Farbion 1 amp/ hr Inj Ranitidin 2 x 1
amp/iv/hr Inj Ceftriaxon 2 x 1
gr/iv/hr Captopril 3 x 25 mg Amlodipin 10 mg, 0-0-1 Micarditis 80 mg, 0-0-1
2/4/2016H-7
Nyeri kepala (-),pusing (-), demam (+),menggigil (-), mual (-), muntah (-), sulit tidur (-), batuk (-), makan dan minum baik, BAB (+), BAK lancar via kateter
GCS: E4M5V4TD: 160/100Nadi: 94 x/menitP: 40x/menitS: 38,9°C
SH + HT + Febris Inf RL 16 tpm Inj Citikolin 2 x 500 mg/
iv/ hr Drip Pct 3 x 1 gr/ hr Drip Farbion 1 amp/ hr Inj Ranitidin 2 x 1
amp/iv/hr Inj Ceftriaxon 2 x 1
gr/iv/hr Captopril 3 x 25 mg Amlodipin 10 mg, 0-0-1 Micarditis 80 mg, 0-0-1 Clobazam 10 mg, 0-0-1
4/4/2016H-9
Nyeri kepala (-),pusing (-), lemas (+), demam (+),menggigil (-), mual (-), muntah
GCS: E4M6V5TD: 160/100Nadi: 82 x/menit
SH + HT + Febris Inf RL 16 tpm Inj Citikolin 2 x 500 mg/
iv/ hr Drip Pct 3 x 1 gr/ hr Drip Farbion 1 amp/ hr
(-), tidur cukup, batuk (-), makan dan minum baik, BAB (-) 3 hari yll, BAK lancar via kateter
P: 28x/menitS: 37,9°C
Inj Ranitidin 2 x 1 amp/iv/hr
Inj Ceftriaxon 2 x 1 gr/iv/hr
Captopril 3 x 25 mg Amlodipin 10 mg, 0-0-1 Micarditis 80 mg, 0-0-1 Bisoprolol 5 mg, 0-1-0
5/4/2016H-10
Tangan dan kaki kanan tidak dapat digerakkan, nyeri kepala (-),pusing (-), lemas (+), demam (+), mual (-), muntah (-), batuk (-), makan dan minum baik, BAB dan BAK normal
GCS: E4M6V5TD: 180/90Nadi: 90 x/menitP: 25x/menitS: 38,6°C
SH + HT + Febris Pct 3 x 500 mg Farbion 1-0-0 Captopril 3 x 25 mg Amlodipin 10 mg, 0-0-1 Micarditis 80 mg, 0-0-1 Bisoprolol 5 mg, 0-1-0 Amoxycilin 3 x 500 mg
6/4/2016H-11
Tangan dan kaki kanan tidak dapat digerakkan, nyeri kepala (-),pusing (-), lemas, demam (+), mual (-), muntah (-), batuk (-), makan dan minum baik, BAB dan BAK normal
GCS: E3M6V4TD: 150/100Nadi: 89 x/menitP: 24x/menitS: 38,7°C
SH + HT + Febris
Pct 3 x 500 mg Farbion 1-0-0 Captopril 3 x 25 mg Amlodipin 10 mg, 0-0-1 Micarditis 80 mg, 0-0-1 Bisoprolol 5 mg, 0-1-0
Amoxycilin 3 x 500 mg
7/4/2016H-12
Tangan dan kaki kanan tidak dapat digerakkan, nyeri kepala (-),pusing (-), lemas, demam (+), mual (-), muntah (-), batuk (-), makan dan minum baik, BAB dan BAK normal
GCS: E3M6V4TD: 160/90Nadi: 90 x/menitP: 25x/menitS: 39°C
SH + HT + Febris Pct 3 x 500 mg Farbion 1-1-0 Ranitidine 1-0-1 Micarditis 80 mg, 0-0-1 Amlodipin 10 mg, 0-0-1 Bisoprolol 5 mg, 0-1-0
Amoxycilin 3 x 500 mg
8/4/2016
14.30
Tangan dan kaki kanan tidak dapat digerakkan, Demam (+), lemas
Tangan dan kaki kanan tidak dapat
GCS : E1V1M4TD : 110/80Nadi : 93x/mP : 23x/mS : 40°C
GCS :E1M4V1
SH + HT menurun + Hyperpirexia
Pasien meninggal di hadapan paramedis
Inf RL NaCl 0,9% 20 tpm
Inj Ranitidin 2 x 1 amp/iv/hr
Inj Citikolin 2 x 500 mg/ iv/ hr
Drip PCT/8 jam Jika TD < 100 NaCl
0,9% /1 jam Jika TD tetap drip
diazepam 1 mg dalam RL 500cc
digerakkan, Demam (+), lemas
TD : 60/-Nadi :Tidak terabaP : -S : 40°C
dan kel
BAB II
DISKUSI
Pasien laki-laki umur 51 tahun MRS dengan penurunan kesadaran sejak 1
hari yang lalu. Menurut keluarga, sebelum tidak sadar pasien mengeluh pusing,
nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk, leher tegang serta lemas pada bagian tubuh
sebelah kanan yang terjadi secara terus-menerus. Keluhan ini tidak membaik
sekalipun pasien istirahat. Setelah mengeluhkan keluhan-keluhan tersebut sesaat
kemudian pasien tiba-tiba tidak sadarkan diri. Pasien juga mengalami mual (+),
muntah (+) 2 hari yang lalu sebanyak 1x berwarna kuning dan berisi makanan.
Makan dan minum baik serta BAB dan BAK lancar.
Dari hasil pemeriksaan fisik pada pemeriksaan motorik didapatkan adanya
kelemahan pada tangan kanan dan tungkai kanan, parese N. VII dan N. XII dextra.
Pada pemeriksaan refleks fisiologis, yaitu BPR, TPR, KPR dan APR didapatkan
(2,5 x tingkat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x nyeri kepala) + (0.1 x
tekanan darah diastolik) - (3x atheroma markers))- 12
bahwa refleks tangan dan tungkai sebelah kanan menurun bila dibandingkan
dengan sebelah kiri. Begitu juga dengan pemeriksaan tonus dan pemeriksaan
sensorik, didapatkan tangan dan tungkai sebelah kanan menurun bila
dibandingkan dengan sebelah kiri Pada penderita refleks babinsky positif pada
bagian kanan. Sehingga dari pemeriksaan fisik dapat disimpulkan bahwa
penderita mengalami hemiparese dekstra.
Stroke hemoragik juga didiagnosis berdasarkan skor Siriraj, yakni sebagai
berikut :
Siriraj stroke score dapat dihitung menggunakan rumus berikut:1
Ket :
1. DERAJAT KESADARAN : Kompos mentis= 0 Somnolen = 1 Koma = 2
2. MUNTAH: Tidak ada = 0 Ada = 1
3. NYERI KEPALA: Tidak ada = 0 Ada = 1
4. ATEROMA Tidak ada penyakit jantung,
DM, Hipertensi = 0 Ada penyakit jantung, DM,
Hipertensi= 1
Dengan hasil sebagai berikut:
• SS > 1 = Stroke Hemoragik
• -1 > SS > 1 = Perlu pemeriksaan penunjang (Ct- Scan)
• SS < -1 = Stroke Non Hemoragik
Pada kasus ini :
(2,5 x 1) + (2 x 1) + ( 2 x 1) + (0,1 x110) + (3 x 1) – 12 = 8,5
Jadi kasus ini termasuk dalam stroke hemoragik.
Stroke juga dapat didiagnosis dengan menggunakan Algoritma Gajah Mada,
yakni sebagai berikut : 1,2
Kasus ini termasuk dalam Stroke hemoragik dengan penurunan kesadaran
(+), nyeri kepala (+) dan refleks babinski (+).
Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah tanda-
tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal, dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan
kematian, tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler.1,2
Untuk stroke hemoragik sendiri merupakan pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan keluarnya darah ke jaringan parenkim otak, ruang cairan
serebrospinalis disekitar otak atau kombinasi keduanya. Perdarahan tersebut
menyebabkan gangguan serabut saraf otak melalui penekanan struktur otak dan
juga oleh hematom yang menyebabkan iskemia pada jaringan sekitarnya.
Peningkatan tekanan intrakranial pada gilirannya akan menimbulkan herniasi
jaringan otak dan menekan batang otak.1,2,3
Berbagai faktor resiko berperan bagi terjadinya stroke antara lain:
a. Faktor resiko yang tak dapat dimodifikasi, yaitu :1,2,3,4
1. Kelainan pembuluh darah otak
Biasanya merupakan kelainan bawaan. Pembuluh darah yang tidak
normal tersebut dapat pecah atau robek sehingga menimbulkan
perdarahan otak. Adapula yang dapat mengganggu kelancaran aliran
darah otak sehingga menimbulkan iskemik.
2. Jenis kelamin dan penuaan
Pria berusia 65 tahun memiliki resiko terkena stroke iskemik ataupun
perdarahan intraserebrum lebih tinggi sekitar 20 % daripada wanita.
Resiko terkena stroke meningkat sejak usia 45 tahun. Setelah mencapai 50
tahun, setiap penambahan usia 3 tahun meningkatkan risiko stroke sebesar
11-20%, dengan peningkatan bertambah seiring usia terutama pada pasien
yang berusia lebih dari 64 tahun dimana pada usia ini 75% stroke
ditemukan.
3. Riwayat keluarga dan genetika
Kelainan turunan sangat jarang menjadi penyebab langsung stroke
namun gen berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke misalnya
hipertensi, penyakit jantung, diabetes, dan kelainan pembuluh darah
4. Ras
Di Amerika Serikat, insidens stroke lebih tinggi pada populasi kulit
hitam daripada populasi kulit putih. Lelaki negro memiliki insidens 93
per 100.000 jiwa dengan tingkat kematian mencapai 51% sedang pada
wanita negro memiliki insidens 79 per 100.000 jiwa dengan tingkat
kematian 39,2%. Lelaki kulit putih memiliki insidens 62,8 per 100.000
jiwa dengan tingkat kematian mencapai 26,3% sedang pada wanita kulit
putih memiliki insidens 59 per 100.000 jiwa dengan tingkat kematian
39,2%.
b. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi yaitu : 1,2,3,4
1. Hipertensi
Merupakan faktor resiko utama bagi terjadinya trombosis infark
cerebral dan perdarahan intrakranial. Hipertensi mengakibatkan pecahnya
maupun menyempitnya pembuluh darah otak. Pecahnya pembuluh darah
otak menimbulkan perdarahan otak, dan apabila pembuluh darah otak
menyempit maka aliran darah ke otak terganggu mengakibatkan sel-sel otak
mengalami kematian. Usia 30 tahun merupakan kewaspadaan terhadap
munculnya hipertensi, makin lanjut usia seseorang makin tinggi kemungkinan
terjadinya hipertensi.
2. Penyakit jantung
Beberapa penyakit jantung berpotensi menyebabkan stroke
dikemudian hari antara lain: penyakit jantung rematik, penyakit jantung
koroner, dan gangguan irama jantung. Faktor resiko ini umumnya
menimbulkan sumbatan/hambatan darah ke otak karena jantung melepas
gumpalan darah atau sel-sel/jaringan yang mati ke dalam aliran darah.
Munculnya penyakit jantung dapat disebabkan oleh hipertensi, diabetes
mellitus, obesitas ataupun hiperkolesterolemia.
3. Diabetes mellitus
Penyakit diabetes mellitus menyebabkan penebalan dinding pembuluh
darah otak yang berukuran besar dan akhirnya mengganggu kelancaran aliran
darah otak dan menimbulkan infark otak.
4. Hiperkolesterolemia
Meningginya kadar kolesterol dalam darah, terutama LDL merupakan
faktor resiko penting bagi terjadinya aterosklerosis sehingga harus segera
dikoreksi.
5. Serangan iskemik sesaat
Sekitar 1 dari 100 orang dewasa akan mengalami paling sedikit satu
kali serangan iskemik sesaat (Transient Ischemic Attack (TIA)) seumur
hidup mereka. Jika tidak diobati dengan benar, sekitar sepersepuluh dari
pasien ini akan mengalami stroke dalam 3 bulan serangan pertama, dan
sekitar sepertiga akn terkena stroke dalam lima tahun setelah serangan
pertama.
6. Obesitas
Berat badan berlebih, masih menjadi perdebatan apakah suatu faktor
resiko stroke atau bukan. Obesitas merupakan faktor resiko terjadinya
penyakit jantung sehingga obesitas mungkin menjadi faktor resiko sekunder
bagi terjadinya stroke.
7. Merokok
Merokok dapat meningkatkan konsentrasi fibrinogen; peningkatan ini
akan mempermudah terjadinya penebalan dinding pembuluh darah dan
peningkatan viskositas darah sehingga memudahkan terjadinya aterosklerosis.
8. Konsumsi Alkohol
Ada peningkatan risiko infark otak, dan perdarahan subarakhnoid
dikaitkan dengan penyalahgunaan alkohol pada orang dewasa muda.
Mekanisme dimana etanol dapat menghasilkan stroke termasuk efek pada
darah tekanan, platelet, osmolalitas plasma, hematokrit, dan sel-sel darah
merah. Selain itu, alkohol bisa menyebabkan miokardiopati, aritmia, dan
perubahan di darah aliran otak dan autoregulasi.
9. Kontrasepsi Oral
Pil KB, estrogen tinggi yang dilaporkan meningkatkan risiko stroke
pada wanita muda. Penurunan kandungan estrogen menurunkan masalah
ini, tetapi tidak dihilangkan sama sekali. Ini adalah faktor risiko paling kuat
pada wanita yang lebih dari 35 tahun. Mekanismenya diduga kontrasepsi
oral dapat meningkatkan koagulasi, karena stimulasi estrogen untuk
produksi protein liver.
Berdasarkan letak perdarahan stroke hemoragik dibagi atas 2, yaitu :
a. Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intraserebral paling sering terjadi ketika tekanan darah tinggi
kronis melemahkan arteri kecil, menyebabkannya robek. Penggunakan
kokain atau amfetamin dapat menyebabkan tekanan darah dan
perdarahan sementara tapi sangat tinggi. Pada beberapa orang tua, sebuah
protein abnormal yang disebut amiloid terakumulasi di arteri otak.3,4,
Akumulasi ini (disebut angiopati amiloid) melemahkan arteri dan dapat
menyebabkan perdarahan. Penyebab umum yang kurang termasuk kelainan
pembuluh darah saat lahir, luka, tumor, peradangan pembuluh darah
(vaskulitis), gangguan perdarahan, dan penggunaan antikoagulan dalam
dosis yang terlalu tinggi. Pendarahan gangguan dan penggunaan
antikoagulan meningkatkan resiko kematian dari perdarahan
intraserebral.3,4
b. Perdarahan Subaraknoid
Perdarahan subaraknoid biasanya hasil dari cedera kepala namun, perdarahan
karena cedera kepala menyebabkan gejala yang berbeda dan tidak
dianggap sebagai stroke. Perdarahan subaraknoid dianggap stroke hanya jika
terjadi secara spontan yaitu, ketika perdarahan tidak hasil dari kekuatan-
kekuatan eksternal, seperti kecelakaan atau jatuh. 1,2,3,4 Sebuah perdarahan
spontan biasanya hasil dari pecahnya aneurisma mendadak di sebuah arteri
otak, yaitu pada bagian aneurisma yang menonjol di daerah yang lemah dari
dinding arteri itu. Aneurisma biasanya terjadi di percabangan arteri.
Aneurisma dapat muncul pada saat kelahiran (bawaan), atau dapat
berkembang kemudian, yaitu setelah bertahun-tahun dimana tekanan darah
tinggi melemahkan dinding arteri. Kebanyakan perdarahan subaraknoid adalah
hasil dari aneurisma kongenital.2,3,4 Mekanisme lain yang kurang umum adalah
perdarahan subaraknoid dari pecahnya koneksi abnormal antara arteri dan vena
(malformasi arteri) di dalam atau di sekitar otak. Sebuah malformasi arteri
dapat muncul pada saat kelahiran, tetapi biasanya hanya diidentifikasi jika gejala
berkembang. Jarang sekali suatu bentuk bekuan darah pada katup jantung
yang terinfeksi, perjalanan (menjadi emboli) ke arteri yang memasok otak, dan
menyebabkan arteri menjadi meradang arteri kemudian dapat melemah dan
pecah.1,2,3,4
Patofisiologi terjadinya stroge hemoragik sebagai berikut :
Gambar 1. Patofisiologi Stroke Hemoragik
Penghentian total aliran darah ke otak menyebabkan hilangnya kesadaran dalam
waktu 15-20 detik dan kerusakan otak yang irreversibel terjadi setelah tujuh
hingga sepuluh menit. Penyumbatan pada satu arteri menyebabkan gangguan di
area otak yang terbatas (stroke). Mekanisme dasar kerusakan ini adalah selalu
defisiensi energi yang disebabkan oleh iskemia. Perdarahan juga menyebabkan
iskemia dengan menekan pembuluh darah di sekitarnya. Dengan menambah
Na+/K+-ATPase, defisiensi energi menyebabkan penimbunan Na+ dan Ca2+
di dalam sel, serta meningkatkan konsentrasi K+ ekstrasel sehingga
menimbulkan depolarisasi. Depolarisasi menyebabkan penimbunan Cl- di dalam
sel, pembengkakan sel, dan kematian sel. 2,4,5
Depolarisasi juga meningkatkan pelepasan glutamat, yang mempercepat
kematian sel melalui masuknya Na+ dan Ca2+, pembengkakan sel, pelepasan
mediator vasokonstriktor, dan penyumbatan lumen pembuluh darah oleh
granulosit kadang-kadang mencegah reperfusi, meskipun pada kenyataannya
penyebab primernya telah dihilangkan. Kematian sel menyebabkan inflamasi,
yang juga merusak sel di tepi area iskemik (penumbra). Gejala ditentukan
oleh tempat perfusi yang terganggu, yakni daerah yang disuplai oleh pembuluh
darah tersebut. Penyumbatan pada arteri serebri media yang sering terjadi
menyebabkan kelemahan otot dan spastisitas kontralateral, serta defisit sensorik
(hemianestesia) akibat kerusakan girus lateral presentralis dan postsentralis.
Akibat selanjutnya adalah deviasi okular, hemianopsia, gangguan bicara
motorik dan sensorik, gangguan persepsi spasial, apraksia, dan hemineglect.2,4,5
Penyumbatan arteri serebri anterior menyebabkan hemiparesis dan defisit
sensorik kontralateral, kesulitan berbicara serta apraksia pada lengan kiri
jika korpus kalosum anterior dan hubungan dari hemisfer dominan ke korteks
motorik kanan terganggu. Penyumbatan bilateral pada arteri serebri anterior
menyebabkan apatis karena kerusakan dari sistem limbik. Penyumbatan arteri
serebri posterior menyebabkan hemianopsia kontralateral parsial dan kebutaan
pada penyumbatan bilateral. Selain itu, akan terjadi kehilangan memori.
Penyumbatan arteri karotis atau basilaris dapat menyebabkan defisit di
daerah yang disuplai oleh arteri serebri media dan anterior. 2,4,5,6
Jika arteri koroid anterior tersumbat, ganglia basalis (hipokinesia), kapsula
interna (hemiparesis), dan traktus optikus (hemianopsia) akan terkena.
Penyumbatan pada cabang arteri komunikans posterior di talamus terutama akan
menyebabkan defisit sensorik. Penyumbatan total arteri basilaris menyebabkan
paralisis semua eksteremitas dan otot-otot mata serta koma. Penyumbatan
pada cabang arteri basilaris dapat menyebabkan infark pada serebelum,
mesensefalon, pons, dan medula oblongata. Efek yang ditimbulkan tergantung
dari lokasi kerusakan, yakni sebagai berikut : 3,4,5,6
Pusing, nistagmus, hemiataksia (serebelum dan jaras aferennya, saraf
vestibular)
Penyakit Parkinson (substansia nigra), hemiplegia kontralateral dan
tetraplegia (traktus piramidal).
Hilangnya sensasi nyeri dan suhu (hipestesia atau anastesia) di bagian
wajah ipsilateral dan ekstremitas kontralateral (saraf trigeminus [V] dan
traktus spinotalamikus).
Hipakusis (hipestesia auditorik; saraf koklearis), ageusis (saraf traktus
salivarus), singultus (formasio retikularis).
Ptosis, miosis, dan anhidrosis fasial ipsilateral (sindrom Horner, pada
kehilangan persarafan simpatis).
Paralisis palatum molle dan takikardia (saraf vagus [X]). Paralisis otot
lidah (saraf hipoglosus [XII]), mulut yang jatuh (saraf fasial [VII]),
strabismus (saraf okulomotorik [III], saraf abdusens [V]).
Paralisis pseudobulbar dengan paralisis otot secara menyeluruh
(namun kesadaran tetap dipertahankan).
Gejala klinis stroke ada berbagai macam, diantaranya adalah
ditemukan perdarahan intraserebral (ICH) yang dapat dibedakan secara klinis
dari stroke
iskemik, hipertensi biasanya ditemukan, tingkat kesadaran yang berubah atau
koma lebih umum pada stroke hemoragik dibandingkan dengan stroke iskemik.
Seringkali, hal ini disebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Meningismus
dapat terjadi akibat adanya darah dalam ventrikel.3,4,5,6
Defisit neurologis fokal. Jenis defisit tergantung pada area otak yang
terlibat. Jika belahan dominan (biasanya kiri) terlibat, suatu sindrom yang terdiri
dari hemiparesis kanan, kerugian hemisensory kanan, meninggalkan tatapan
preferensi, bidang visual kana terpotong, dan aphasia mungkin terjadi. Jika
belahan nondominant (biasanya kanan) terlibat, sebuah sindrom hemiparesis kiri,
kerugian hemisensory kiri, preferensi tatapan ke kanan, dan memotong bidang
visual kiri. 3,4,5,6
Jika cerebellum yang terlibat, pasien beresiko tinggi untuk herniasi dan
kompresi batang otak. Herniasi bisa menyebabkan penurunan cepat dalam tingkat
kesadaran, apnea, dan kematian. Tanda-tanda lain dari keterlibatan cerebellar atau
batang otak antara lain: ekstremitas ataksia, vertigo atau tinnitus, mual dan
muntah, hemiparesis atau quadriparesis, hemisensori atau kehilangan sensori dari
semua empat anggota, gerakan mata yang mengakibatkan kelainan diplopia atau
nistagmus, kelemahan orofaringeal atau disfagia, wajah ipsilateral dan
kontralateral tubuh.4,5,6
A. Gejala Klinis Perdarahan Intraserebral
Sebuah perdarahan intraserebral dimulai tiba-tiba. Di sekitar setengah dari
jumlah penderita, serangan dimulai dengan sakit kepala parah, sering selama
aktivitas. Namun, pada orang tua, sakit kepala mungkin ringan atau tidak ada.
Gejala disfungsi otak menggambarkan perkembangan yang terus memburuk
sebagai perdarahan. Beberapa gejala, seperti kelemahan, kelumpuhan, hilangnya
sensasi, dan mati rasa, sering hanya mempengaruhi satu sisi tubuh. Orang
mungkin tidak dapat berbicara atau menjadi bingung. 4,5,6,7 Visi dapat terganggu
atau hilang. Mata dapat menunjukkan arah yang berbeda atau menjadi
lumpuh. Mual, muntah, kejang, dan hilangnya kesadaran yang umum dan dapat
terjadi dalam beberapa detik untuk menit. 4,5,6,7
B. Perdarahan Subaraknoid
Sebelum robek, aneurisma yang biasanya tidak menimbulkan gejala
kecuali menekan pada saraf atau kebocoran sejumlah kecil darah, biasanya
sebelum pecah besar (yang menyebabkan sakit kepala), menghasilkan tanda-
tanda peringatan, seperti berikut: 4,5,6,7
Sakit kepala, yang mungkin luar biasa tiba-tiba dan parah
Sakit pada mata atau daerah fasial
Penglihatan ganda
Kehilangan penglihatan tepi
Tanda-tanda peringatan dapat terjadi menit ke minggu sebelum
pecahnya aneurisma. Individu harus melaporkan setiap sakit kepala yang tidak
biasa ke dokter segera. Aneurisma yang pecah biasanya menyebabkan sakit
kepala, tiba-tiba parah dan mencapai puncak dalam beberapa detik. Hal ini
sering diikuti dengan kehilangan kesadaran singkat. Hampir setengah dari
orang yang terkena meninggal sebelum mencapai rumah sakit. Beberapa orang
tetap berada dalam koma atau tidak sadar dan sebagian lainnya bangun,
merasa bingung, dan mengantuk. Dalam beberapa jam atau bahkan menit,
penderita mungkin menjadi tidak responsif dan sulit untuk dibangunkan. 4,5,6,7
Dalam waktu 24 jam, darah dan cairan serebrospinal di sekitar otak
mengiritasi lapisan jaringan yang menutupi otak (meninges), menyebabkan leher
kaku serta sakit kepala terus, sering dengan muntah, pusing, dan nyeri pinggang.
Sekitar 25% dari orang yang mengalami gejala-gejala yang mengindikasikan
kerusakan pada bagian tertentu dari otak, seperti berikut: 5,6,7,8
Kelemahan atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh (paling umum)
Kehilangan sensasi pada satu sisi tubuh
Kesulitan memahami dan menggunakan bahasa
Gangguan berat dapat berkembang dan menjadi permanen dalam beberapa
menit atau jam. Demam adalah gejala umum selama 5 sampai 10 hari pertama.
Sebuah perdarahan subaraknoid dapat menyebabkan beberapa masalah serius
lainnya, seperti: 5,6,7,8
Hydrocephalus: Dalam waktu 24 jam, darah dari perdarahan subaraknoid
dapat membeku. Darah beku dapat mencegah cairan di sekitar otak
(cairan serebrospinal) dari pengeringan seperti biasanya tidak. Akibatnya,
darah terakumulasi dalam otak, peningkatan tekanan dalam tengkorak.
Hydrocephalus mungkin akan menyebabkan gejala seperti sakit kepala,
mengantuk, kebingungan, mual, dan muntah-muntah dan dapat
meningkatkan risiko koma dan kematian.
Vasospasme: Sekitar 3 sampai 10 hari setelah pendarahan itu, arteri di otak
dapat kontrak (kejang), membatasi aliran darah ke otak. Kemudian,
jaringan otak tidak mendapatkan oksigen yang cukup dan dapat mati,
seperti pada stroke iskemik. Vasospasm dapat menyebabkan gejala mirip
dengan stroke iskemik, seperti kelemahan atau hilangnya sensasi pada satu
sisi tubuh, kesulitan menggunakan atau memahami bahasa, vertigo, dan
koordinasi terganggu.
Pecah kedua: Kadang-kadang pecah kedua terjadi, biasanya dalam
seminggu.
Diagnosis stroke hemoragik dapat ditegakkan dengan melihat gejala awal
dan pemeriksaan klinis yaitu : Penurunan kesadaran, nyeri kepala, muntah,kejang-
kejang, hemiparese, gangguan berbicara, perdarahan di retina, papil edema, kaku
kuduk, kernig atau brudzinski positif, ptosis positif. Selain itu dapat didiagnosis
dengan menggunakan Siriraj Score dan juga Algoritma Gajah Mada. Gold standar
untuk stroke hemoragik adalah dengan menggunakan CT Scan non kontras.
Pemeriksaan Foto thorax juga dapat dilakukan untuk melihat ada tidaknya infeksi
maupun kelainan jantung. 6,7,8
Pemeriksaan penunjang lainnya untuk diagnosis stroke hemoragik adalah :
Pemeriksaan darah Lengkap, Gula Darah Sewaktu (GDS), Fungsi Ginjal (Ureum,
Kreatinin dan Asam Urat), Fungsi Hati (SGOT dan SGPT), Protein darah
(Albumin, Globulin), Hemostasis, Profil Lipid (Kolesterol, Trigliserida, HDL,
LDL), Homosistein, Analisa Gas Darah dan Elektrolit. Jika perlu pemeriksaan
cairan serebrospinal. 7,8,9
Penatalaksanaan umum stroke hemoragik adalah :9,10,11,12
Letakkan kepala pasien pada posisi 30°, kepala dan dada pada satu bidang;
ubah posisi tidur setiap 2 jam; Imobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik
sudah stabil.
Bebaskan jalan napas, beri oksi- gen 1-2 liter/menit . Jika perlu, dilakukan
intubasi.
Demam diatasi dengan kompres dan antipiretik, kemudian dicari penyebabnya;
jika kandung kemih penuh, dikosongkan (sebaiknya dengan kateter intermiten).
Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid 1500-2000 mL
dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengan-dung glukosa atau salin
isotonik. Pemberian nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya baik; jika
didapatkan gangguan menelan atau kesadaran menurun, dianjurkan melalui
NGT.
Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu
150 mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari pertama.
Hipoglikemia (kadar gula darah < 60 mg% atau < 80 mg% dengan gejala) di-
atasi segera dengan dekstrosa 40% iv sampai kembali normal dan harus dicari
penyebabnya.
Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-obatan sesuai
gejala. Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau
15-20% bila tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130
mmHg, dan volume hematoma bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan
darah harus segera diturunkan dengan labetalol iv 10 mg (pemberian dalam 2
menit) sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum 300 mg; enalapril
iv 0,625-1.25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral
Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelan - pelan selama 3 menit, maksimal
100 mg per hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan per oral (fenitoin,
karbamazepin). Jika kejang muncul setelah 2 minggu, diberikan antikonvulsan
peroral jangka panjang.
Jika didapatkan tekanan intrakranial meningkat, diberi manitol bolus intravena
0,25 sampai 1 g/kgBB per 30 menit, dan jika dicurigai fenomena rebound atau
keadaan umum memburuk, dilanjutkan 0,25g/kgBB per 30 menit setiap 6 jam
selama 3-5 hari. Harus dilakukan pemantauan osmolalitas (<320 mmol); sebagai
alternatif, dapat diberikan larutan hipertonik (NaCl 3%) atau furosemid
Tukak lambung diatasi dengan antagonis H2 parenteral, sukralfat, atau inhibitor
pompa proton; komplikasi saluran napas dicegah dengan fisioterapi dan diobati
dengan antibiotik spektrum luas.
Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator. Pemberian
antiplatelet seperti aspirin dan anti koagulan, atau yang dianjurkan dengan
trombolitik rt-PA (recombinant tissue Plasminogen Activator). Dapat juga diberi
agen neuroproteksi, yaitu citikolin atau piracetam.
Tindakan bedah mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada
pasien yang kondisinya kian memburuk dengan perdarahan serebelum
berdiameter >3 cm hidrosefalus akut akibat perdarahan intraventrikel atau
serebelum, dilakukan VP-shunting, dan perdarah an lobar >60 mL dengan
tanda peningkatan tekanan intrakranial akut dan ancaman herniasi
Prognosis untuk stroke hemoragik adalah :2,4,6,8
a. Sekitar 50% penderita yang mengalami kesembuhan dan kembali
menjalankan fungsi normalnya.
b. Penderita lainnya mengalami kelumpuhan fisik dan mental dan tidak
mampu bergerak, berbicara atau makan secara normal.
c. Sekitar 20% penderita meninggal di rumah sakit.
d. Yang berbahaya adalah stroke yang disertai dengan penurunan kesadaran
dan gangguan pernafasan atau gangguan fungsi jantung.
e. Kelainan neurologis yang menetap setelah 6 bulan cenderung akan terus
menetap, meskipun beberapa mengalami perbaikan.
BAB III
KESIMPULAN
1. Secara klinis, pasien menderita Stroke hemoragik
2. Strok hemoragik merupakan pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan
keluarnya darah ke jaringan parenkim otak, ruang cairan serebrospinalis
disekitar otak atau kombinasi keduanya. Perdarahan tersebut menyebabkan
gangguan serabut saraf otak melalui penekanan struktur otak dan juga oleh
hematom yang menyebabkan iskemia pada jaringan sekitarnya. Peningkatan
tekanan intrakranial pada gilirannya akan menimbulkan herniasi jaringan
otak dan menekan batang otak.
3. Diagnosis strok hemoragik ditegakkan berdasarkan klinis pasien, Siriraj
Score, Algoritma Gajah Mada dan gold standarnya adalah CT Scan non
kontras.
4. Tatalaksana stroke hemoragik berupa tatalaksana medikamentosa dan
tindakan bedah.
5. Prognosis stroke hemoragik adalah : Sekitar 50% penderita yang
mengalami kesembuhan dan kembali menjalankan fungsi normalnya,
menderita lainnya mengalami kelumpuhan fisik dan mental dan tidak
mampu bergerak, berbicara atau makan secara normal, sekitar 20%
penderita meninggal di rumah sakit. Yang berbahaya adalah stroke yang
disertai dengan penurunan kesadaran dan gangguan pernafasan atau
gangguan fungsi jantung.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sidharta P, Mahar M. Stroke. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian
Rakyat.2010
2. Machfoed HM, M. Hamdan, Abdulloh Machid. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Saraf. Stroke. Departemen Ilmu Penyakit Saraf. Universitas Airlangga.
2012
3. Lionel Ginsberg. Neurologi. Edisi ke-8. Jakarta: Erlangga Medical
Series.2009
4. Lumbantobing. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta.
2008. FKUI
5. Silbernagl, S., Florian Lang. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. EGC:
Jakarta. 2011
6. Mahar Mardjono. Neurologi Klinis Dasar. Cetakan ke-11. Jakarta. 2006.
PT. Dian rakyat
7. Bachrudin M. Neurologi Klinis. Malang : UMM. 2013
8. Misbach Jusuf. Stroke Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen.
Jakarta. 2010. FKUI
9. Ropper AH, Brown RH. Adams and Victor’s Principles of Neurology.
Edisi 8. BAB 4. Major Categories of Neurological Disease:
Cerebrovascular Disease. McGraw Hill: New York, 2005.
10. Nasissi, Denise. Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape, 2010.
[diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview]
11. Rohkamm, Reinhard. Color Atlas of Neurology. Edisi 2.
Neurological Syndrome. George Thieme Verlag: German, 2003.
12. McPhee, J.S. Current medical diagnosis and treatment 2011. New york:
Mc. Graw Hill.
Bagian Ilmu Penyakit Saraf Laporan Kasus
Fakultas Kedokteran April 2016
Universitas Pattimura
Disusun Oleh :
Amanda J. Rumalatu
(2011-83-010)
Pembimbing:
dr. Laura Huwae, Sp.S., M.Kes
Dibawakan Dalam Rangka Tugas Rehabilitasi Medik
Fakultas Kedokteran
Universitas Pattimura Ambon
2016