Lapsus Mioma
-
Upload
marshajusuf -
Category
Documents
-
view
246 -
download
2
description
Transcript of Lapsus Mioma
BAB I
PENDAHULUAN
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang tersusun dari otot polos uteri
dan jaringan ikat yang menumpanginya, sering disebut juga dengan fibromioma,
fibroid ataupun leimioma.1,2 Mioma uteri belum pernah ditemukan sebelum
terjadinya menarche dan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang
masih tumbuh, sebagian besar ditemukan pada wanita usia reproduksi sebanyak
20-25%.3 Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20%-30% dari seluruh
wanita.4 Walaupun jarang terjadi mioma uteri biasa berubah menjadi malignansi
(<1%). Sekitar dua per tiga kasus mioma uteri asimtomatik dan hampir setengah
dari kasus ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik.
Diperkirakan hanya 20-50% mioma saja yang menimbulkan gejala klinik seperti
menoragia, ketidaknyamanan pelvis, serta disfungsi reproduksi. Sehingga tidak
ada korelasi antara besarnya mioma dengan keluhan yang muncul.4,5
Mioma uteri kejadiannya lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun. Studi yang
dilakukan di Amerika Serikat dengan teknik random sampling pada wanita usia
35-49 tahun menemukan bahwa 60% kasus terjadi pada usia 35 tahun dan
meningkat sebanyak 80% di usia 50 tahun pada wanita Afro-Amerika. Mioma
uteri merupakan tumor jinak terbanyak pada wanita dan merupakan indikasi
histerektomi tersering di Amerika Serikat.Tercatat sebanyak 39% dari 600.000
histerektomi yang dilakukan di Amerika Serikat tiap tahunnya.6
Studi prevalensi yang dilakukan di delapan negara pada tahun 2009
melaporkan kejadian mioma uteri sebanyak 4,5% pada wanita Inggris, 4,6%
Perancis, 5,5% Kanada, 6,9% Amerika Serikat, 7% Brazil, 8% Jerman, 9% Korea,
dan 9,8% di Italia.Prevalensi mioma uteri mengalami peningkatan hingga 14,1%
pada kelompok umur 40 tahun ke atas. Rata-rata mioma uteri didiagnosis pada
rentang usia 33,5 hingga 36,1 tahun.7
Jumlah kejadian penyakit ini di Indonesia menempati urutan kedua
setelahkanker serviks. Mioma uteri ditemukan pada 2,39%-11,7% pada semua
penderita ginekologi yang dirawat, sering ditemukan pada wanita nulipara atau
kurang subur daripada wanita yang sering melahirkan. Prevalensi mioma uteri di
Surabaya dan Riau masing-masing sebanyak 10,03% dan 8,03% dari semua
pasien ginekologi yang dirawat.7,8
BAB II
LAPORAN KASUS
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Kamis, 21 Januari
2016 pukul 06.00 WIB di Ruang 5/6 RS Dustira
2.1 Anamnesis
Identitas Pasien
Nama : Ny. YY
Usia : 47 tahun
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : S2
Pekerjaan : PNS
Alamat : Perum Puspa Regency B-16b
MRS : Rabu, 20 Januari 2016 pkl 14.00 WIB
Identitas Suami
Nama : Tn. HR
Usia : 52 tahun
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : S2
Pekerjaan : PNS
Alamat : Perum Puspa Regency B-16b
Keluhan Utama:
Nyeri perut di bagian bawah
Anamnesis
Pasien mengeluhkan nyeri perut bagian bawah sejak 2 tahun yang lalu.
Keluhan disertai dengan keluar darah dari jalan lahir yang semakin bertambah
banyak di luar siklus haid sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan memberat sejak 1
minggu yang lalu dengan frekuensi mengganti pembalut sebanyak 15 x/hari
isi penuh. Selain itu, keluhan disertai mual dan pusing.
Riwayat menstruasi
menarche usia 15 tahun
lama haid 7 hari dengan 2-3 kali ganti pembalut dan siklus 28 hari teratur
HPHT : -
TP : -
UK : -
Hamil ke : -
Riwayat KB : IUD
Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya.
• Riwayat jantung berdebar, mudah lelah saat beraktivitas
disertai sesak nafas : tidak ada
• Riwayat tekanan darah tinggi : tidak ada
• Riwayat kencing manis : tidak ada
• Riwayat menderita batuk lama : tidak ada
• Riwayat pernah dioperasi di perut : tidak ada
• Riwayat alergi obat-obatan dan makanan : tidak ada
• Riwayat nyeri pinggang : tidak ada
• Riwayat sesak nafas disertai nafas berbunyi : tidak ada
• Riwayat pernah kejang : tidak ada
Riwayat kecelakaan : tidak ada
Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal serupa serta tidak memiliki
penyakit-penyakit lain.
Riwayat perkawinan
Perkawinan pertama, umur menikah 20 tahun, dan lama menikah lebih dari
26 tahun
Riwayat obstetrik
1. 1990. Aterm. Spontan. Bidan. Laki-laki. BB 2700 gr. Hidup
2. 1999. Aterm. Spontan. Bidan. Perempuan. BB 3000 gr. Hidup
Kontrasepsi
IUD
2.2 Pemeriksaan Fisik
Berat badan : 60 kg, tinggi badan : 154 cm
Keadaan Umum : sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6
Tanda Vital
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Frekuensi Nadi : 80x/menit, regular isi cukup, kuat angkat
Frekuensi Nafas : 19x/menit, regular
Suhu : 36oC, aksiler
Status Generalis
Kepala
Mata : Konjunctiva anemis (+/+), Sclera ikterik (-/-), Pupil isokor
(3 mm/3mm), Refleks cahaya (+/+)
Hidung : Deviasi septum nasi (-), Pernapasan cuping hidung (-)
Telinga : Gangguan pendengaran (-)
Mulut : Sianosis (-), Pucat (-)
Leher : Deviasi trakea (-), Pembesaran KGB (-)
Thoraks
Paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris, retraksi ICS (-), Pelebaran
ICS (-)
Palpasi : Gerakan dada simetris.
Perkusi :
Auskultasi : vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-), Suara Nafas (+)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : batas jantung kanan : axilaris anterior line dekstra,
batas jantung kiri : midclavicula line ICS V sinistra
Auskultasi : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : Soefl, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan
epigastrium (-), nyeri tekan perut kiri bawah (+)
Perkusi : timpani di seluruh lapangan abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas
Superior : Hangat (+/+), edema (-/-)
Inferior : Hangat (+/+), edema (-/-)
Status Ginekologi
Inspeksi : perut tampak datar
Palpasi : nyeri tekan (+)
Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan pemeriksaan
D SSonor SonorSonor SonorSonor Sonor
Inspekulo : tidak dilakukan pemeriksaan
2.3 Diagnosis kerja sementara di ruangan
Mioma Uteri
2.4 Pemeriksaan Laboratorium
DARAH LENGKAP
Tanggal 18-01-2015 22-12-2015Hb 11,8 g/dl 9,5 g/dlHct 36 % 28,2 %Leukosit 7700 12.300Trombosit 335.000 303.000Eritrosit 4.130.000 3.300.000
HEMATOLOGIGolongan Darah AB
2.5 Observasi di ruangan
WAKTU OBSERVASI
20-01-2016 Menerima pasien baru dari Poliklinik dengan diagnosa Mioma Uteri. Pasien datang dengan keluhan Nyeri perut bagian bawah yang dirasakan sejak 2 tahun yang lalu. Keluhan disertai dengan darah yang keluar dari jalan lahir yang semakin bertambah banyak hingga dalam sehari dapat mengganti pembalut sebanyak 15x.
Tanda vital :TD : 130/90 mmhg, N: 80x/menit, RR : 19x/menit, T: 36oCMata: Konjungtiva anemis (-/-)Leher: KGB tidak teraba membesar, JVP tidak meningkatThoraks: cor:pulmo tidak ada kelainanAbdomen: Bentuk: datar
Massa: - Nyeri tekan: + a/r hipogastrium Bekas operasi: - V/V : darah +
Ekstremitas: edema -/-
Pemeriksaan Penunjang- Hematologi rutin Hb: 11,8 g/dl, HCT 36%, leukosit 7700, trombo: 335.000- Foto thoraks Gambaran cardiomegaly, pembesaran cor ke kiri, tanpa disertai tanda bendungan paru. Tak tampak pleural effusion dan tanda infeksi paru.
Penatalaksanaan:
Infus Rl 20 gtt/menit
Lapixime 1x2 gr
Direncakan histerektomi totalis 21 Januari 2016 pukul 07.00
2.6 Laporan Operasi
Nama Ahli Bedah: Dr.H. Undang Gani., Sp.OG
Diagnosis Pre operasi Mioma Uteri
Diagnosis Post operasi Hiperplasia uteri + Mioma uteri
Tanggal 11/12/2015
Jam operasi dimulai07.45
Jam operasi selesai09.00
Tindakan /macam operasi Histerektomi totalis
Laporan operasi Setelah dilakukan anestesi umum, lakukan tindakan aseptik dan
antiseptik dibagian perut bawah ibu Sayatan dilakukan secara pfannesteil, meliputi cutis, subcutis ± 12 cm,
perdarahan dirawat Fascia disayat ± 12 cm Musculus rectus abdominis disisihkan secara tumpul Peritoneum dibuka secara hati – hati DO Dipasang kassa perut untuk melindungi usus dan refraktor abdomen Ligamentum rotundum kanan dan kiri diklem, dipotong dan diikat Plika vesikouterina diidentifikasi kemudian disayat konkaf kearah
ligamentum proprium kiri dan kanan, dibuat jendela pada daerah avaskular
Ligamentum infundibulo pelvikum kiri dan kanan diklem, dipotong dan diikat
Arteri uterina diidentifikasi, kemudian diklem, dipotong dan diikat dengan dobel ligasi kiri dan kanan
Dibuat cuff depan setinggi batas arteri uterina dan cuff belakang setinggi 1 cm diatas ligamentum sakrouterina
Ligamentum kardinal, ligamentum sakro uterina diklem, dipotong dan diikat kiri dan kanan didalam cuff. Portio diidentifikasi, kemudian dengan 2 buah klem bangkok, puncak vagina disayat sehingga uterus dapat diangkat seluruhnya, ovarium kiri ditinggalkan
Puncak vagina dijahit satu-satu dengan mengikutsertakan ligamentum sakrouterina, ligamentum kardinal kiri dan kanan pada kedua ujung-ujungnya. Perdarahan dirawat.
Setelah yakin tak ada perdarahan lagi, cuff depan dan belakang dijahit satu-satu.
Rongga abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan darah. Dilakukan pembilasan rongga abdomen dengan NaCl 0,9%. Kassa perut diangkat.
Luka operasi dijahit lapis demi lapis. Fascia dijahit dengan vicryl no.1.0. Kulit dijahit secara subkutikuler.
FOLLOW UP RUANGAN
Tanggal 22/01/2016 (Hari ke-1 post operasi)
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital:
TD = 140/100 mmHG RR : 20 x/m
N = 84 x/m T : 36,1oC
Mata: konjungtiva anemis -/-
Abdomen: Bising Usus (-)
Keluhan: nyeri luka operasi
Hasil lab : Hb: 9,5 gr/dl
Terapi : - Lapixim 1 x 2 gr - alinamin
Tanggal 23/01/2016 (Hari ke-2 post operasi)
Keluhan: nyeri luka operasi dan kembung setelah minum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital:
TD = 120/90 mmHg RR : 19 x/m
N = 84 x/m T : 36,1oC
Mata: konjungtiva anemis -/-
Bising Usus (-)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi dan Fisiologi Cavum Uteri
Uterus berbentuk seperti buah avokado atau buah pir yang sedikit gepeng
kearah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mepunyai rongga.
Dindingnya teridiri atas otot otot polos. Ukuran panjang uterus adkah 7-7,5 cm,
lebar diatas 5,25 cm, tebal 2,5 cm, dan tebal dinding 1,25 cm. letak uterus dalam
keadaaln fisiologi adalah anterversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk
sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan memberntuk sudut
dengan serviks uteri). 1
Uterus rnempunyai tiga fungsi yaitu dalam siklus menstruasi sebagai
peremajaan endometrium, dalam kehamilan sebagai tempat tumbuh dan
berkembang janin, dan dalam persalinan berkontraksi sewaktu melahirkan dan
sesudah melahirkan
3.1.1 Pembagian Uterus
1. Fundus Uteri (dasar rahim) : bagian uterus yang proksimal yang terletak
antara kedua pangkal saluran telur.
2. Korpus Uteri : Bagian uterus yang membesar pada kehamilan. Korpus
uteri mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga
yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
3. Serviks Uteri : Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio,
hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri
yaitu bagian serviks yang ada di atas vagina. 1
3.1.2 Pembagian Dinding Uterus
1. Endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri.
Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan jaringan
dengan banyak pembuluh-pembuluh darah yang berlekuk-lekuk. Dalam
masa haid endometrium untuk sebagian besar dilepaskan, untuk kemudian
tumbuh menebal dalam masa reproduksi pada kehamilan dan pembuluh
darah bertambah banyak yang diperlukan untuk memberi makanan pada
janin.
2. Miometrium (lapisan otot polos) di sebelah dalam berbentuk sirkuler, dan
disebelah luar berbentuk longitudinal. Diantara kedua lapisan ini terdapat
lapisan otot oblik, berbentuk anyaman. Lapisan otot polos yang paling
penting pada persalinan oleh karena sesudah plasenta lahir berkontraksi
kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh darah yang ada di tempat itu dan
yang terbuka.
3. Lapisan serosa (peritoneum viseral) terdiri dari lima ligamentum yang
menfiksasi dan menguatkan uterus yaitu:
a. Ligamentum kardinale kiri dan kanan yakni ligamentum yang terpenting,
mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat tebal, dan
berjalan dari serviks dan puncak vagina kea rah lateral dinding pelvis.
Didalamnya ditemukan banyak pembuluh darah, antara lain vena dan
arteria uterine.
b. Ligamentum sakro uterinum kiri dan kanan yakni ligamentum yang
menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks bagian
belakang kiri dan kanan kearah sarkum kiri dan kanan.
c. Ligamentum rotundum kiri dan kanan yakni ligamentum yang menahan
uterus agar tetap dalam keadaan antofleksi, berjalan dari sudut fundus uteri
kiri dan kanan, ke daerah inguinal waktu berdiri cepat karena uterus
berkontraksi kuat.
d. Ligamentum latum kiri dan kanan yakni ligamentum yang meliputi tuba,
berjalan dari uterus kearah sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat.
e. Ligamentum infundibulo pelvikum yakni ligamentum yang menahan tuba
fallopi, berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Didalamnya
ditemukan urat-urat saraf, saluran limfe, arteri dan vena ovarika.1
Uterus diperdarahi oleh arteria Uterina kiri dan kanan yang terdiri atas ramus
asendens dan ramus desendens. Pembuluh darah ini berasal dari arteria Iliaka
Interna (disebut juga arteria Hipogastrika) yang melalui dasar ligamentum latum
masuk ke dalam uterus di daerah serviks kira-kira 1,5 cm di atas forniks lateralis
vagina. Pembuluh darah lain yang memberi pula darah ke uterus adalah arteria
Ovarika kiri dan kanan. Inervasi uterus terutama terdiri atas sistem saraf
simpatetik dan untuk sebagian terdiri atas sistem parasimpatetik dan
serebrospinal.
3.2 Definisi Mioma Uteri
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot
polos di miometrium. Mioma uteri terjadi pada 20-50% perempuan diusia
reproduktif. Faktor genetik berpengaruh karena tumor ini jauh lebih sering
ditemukan hingga 3-9 kali lebih banyak pada ras kulit hitam daripada ras kulit
putih.6
Penyebab mioma uteri tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali
ditemukan sebelum usia pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi dan
hanya bermanifestasi selama usia reproduktif kemudian mengecil
pascamenopause. Umumnya mioma terjadi dibeberapa tempat. Pertumbuhan
mikroskopik menjadi masalah utama dalam penanganan mioma karena hanya
tumor soliter dan tampak secara makroskopik yang memungkinkan untuk
ditangani dengan cara enukleasi. Ukuran rerata tumor ini adalah 15 cm, tetapi
cukup banyak yang melaporkan kasus mioma uteri dengan berat mencapai 45 kg.4
Walaupun seringkali asimptomatik, gejala yang mungkin ditimbulkan
sangat bervariasi, seperti metroragia, nyeri, menoragia, hingga infertilitas.
Perdarahan hebat yang disebabkan oleh mioma merupakan indikasi utama
histerektomi di Amerika Serikat. Masalah lain terkait dengan asimptomatik
mioma adalah mengabaikan pemeriksaan lanjutan dari spesimen hasil enukleasi
atau histerektomi sehingga miosarkoma menjadi tidak dikenali.3
Telah diketahui bahwa hormon memang menjadi prekursor pertumbuhan
miomatosa. Konsentrasi reseptor estrogen dalam jaringan mioma lebih tinggi
dibandingkan dengan miometrium sekitarnya tetapi lebih rendah dibandingkan
dengan di endometrium. Mioma tumbuh cepat saat penderita hamil atau terpapar
estrogen. Walaupun progesteron dianggap sebagai penyeimbang estrogen tetapi
efeknya terhadap pertumbuhan mioma termasuk tidak konsisten.5
Mioma tidak mempunyai kapsul yang sesungguhnya, tetapi jaringannya
dengan sangat mudah dibebaskan dari miometrium sekitarnya sehingga mudah
dienukleasi. Mioma berwarna lebih pucat, relatif bulat, kenyal, berdinding licin,
dan apabila dibelah bagian dalamnya akan menonjol keluar sehingga
mengesankan bahwa permukaan luarnya adalah kapsul.5
3.3 Klasifikasi
Mioma dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan selebihnya terdapat pada
korpus uteri. Mioma uteri berasal dari miometrium dan klasifikasinya dibuat
berdasarkan lokasinya.7
3.3.1 Mioma Submukosa (6,1%)
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis
ini dijumpai 6,1%, sering memberikan keluhan gangguan perdarahan walaupun
berukuran kecil. Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan
kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan
dengan pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor.3
Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa
pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang
mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal
dengan nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan. Mioma jenis ini mudah
mengalami infeksi, ulserasi dan infark karena adanya kemungkinan terjadinya
torsi dan nekrosis. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia dan
sepsis karena proses di atas.7
3.3.2 Mioma Intramural (54%)
Mioma intramural terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium.
Jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai yang mengelilingi
tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan
mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma
yang terletak pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan
dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan
miksi.7
3.3.3 Mioma Subserosa (48%)
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus diliputi oleh serosa juga dapat bertangkai. Mioma subserosa
dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma
intraligamenter. Mioma subserosa juga dapat menjadi parasit omentum atau usus
untuk vaskularisasi tambahan bagi pertumbuhannya.7
3.4 Degenerasi
Bila terjadi perubahan pasokan darah selama pertumbuhannya, maka mioma
dapat mengalami perubahan sekunder atau degeneratif sebagai berikut:
Degenerasi jinak
Atrofi: ditandai dengan pengecilan tumor yang umumnya terjadi setelah
persalinan atau menopause.
Hialin: terjadi pada mioma yang telah matang atau “tua” di mana bagian
yang semula aktif tumbuh kemudian terhenti akibat kehilangan pasokan
nutrisi dan berubah warnanya menjadi kekuningan, melunak atau melebur
menjadi cairan gelatin sebagai tanda terjadinya degenerasi hialin.
Kistik: setelah mengalami hialinisasi, hal tersebut berlanjut dengan cairnya
gelatin sehingga mioma konsistensinya menjadi kistik. Adanya kompresi
atau tekanan fisik pada bagian tersebut dapat menyebabkan keluarnya
cairan kista ke kavum uteri, kavum peritoneum, atau retroperitoneum.
Kalsifikasi: disebut juga degenerasi kalkareus yang umumnya mengenai
mioma subserosa yang sangat rentan terhadap defisit sirkulasi yang dapat
menyebabkan pengendapan kalsium karbonat dan fosfat di dalam tumor.
Septik: defisit sirkulasi dapat menyebabkan mioma mengalami nekrosis
dibagian tengah tumor yang berlanjut dengan infeksi yang ditandai dengan
nyeri, kaku didinding perut, dan demam akut.
Kaneus: disebut juga degenerasi merah yang diakibatkan oleh thrombosis
yang diikuti dengan terjadinya bendungan vena dan perdarahan sehingga
menyebabkan warna mioma. Degenerasi jenis ini, seringkali terjadi
bersamaan dengan kehamilan karena kecepatan pasokan nutrisi bagi
hipertrofi myometrium lebih diprioritaskan sehingga mioma mengalami
deficit pasokan dan terjadi degenerasi aseptic dan infark. Degenerasi ini
disertai rasa nyeri tetapi akan menghilang sendiri (self limited). Terhadap
kehamilannya sendiri, dapat terjadi partus prematurus atau koagulasi
diseminata intravaskuler.
Miksomatosa: disebut juga degenerasi lemak yang terjadi setelah proses
degenerasi hialin dan kistik. Degenerasi ini sangat jarang dan umumnya
asimtomatik.
Degenerasi ganas: transformasi kearah keganasan (menjadi miosarkoma)
terjadi pada 0,1-0,5% penderita mioma uteri.7
3.5 Manifestasi Klinik
Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung dari lokasi,
arah pertumbuhan, jenis, besar, dan jumlah mioma. Hampir sebagian besar
penderita tidak mengetahui bahwa terdapat kelainan di dalam uterusnya, terutama
sekali pada penderita dengan obesitas. Hanya dijumpai pada 20-50% saja mioma
uteri menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya tidak mengeluh apapun.
Hipermenore, menometroragia adalah merupakan gejala klasik dari mioma uteri.
Dari penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 penderita ditemukan 44%
gejala perdarahan, yang paling sering adalah jenis mioma submukosa, sekitar 65%
wanita dengan mioma mengeluh dismenore, nyeri perut bagian bawah, serta nyeri
pinggang. Kandung kemih, ureter dan usus dapat terganggu, dimana peneliti
menemukan keluhan disuri (14%), keluhan obstipasi (13%). Mioma uteri sebagai
penyebab infertilitas hanya dijumpai pada 2-10% kasus. Infertilitas terjadi sebagai
akibat obstruksi mekanis tuba falopi. Abortus spontan dapat terjadi bila mioma
menghalangi pembesaran uterus, dimana menyebabkan kontraksi uterus yang
abnormal, dan mencegah terlepas atau tertahannya uterus di dalam panggul.8
Perdarahan Abnormal Uterus
Perdarahan menjadi manifestasi klinik utama pada mioma dan hal ini terjadi
pada 30% penderita. Bila terjadi secara kronis maka dapat terjadi anemia
defisiensi zat besi dan bila berlangsung lama dan dalam jumlah yang besar maka
sulit untuk dikoreksi dengan suplementasi zat besi. Perdarahan pada mioma
submukosa seringkali diakibatkan oleh hambatan pasokan darah endometrium,
tekanan dan bendungan pembuluh darah di area tumor (terutama vena) atau
ulserasi endometrium diatas tumor. Tumor bertangkai seringkali menyebabkan
trombosis vena dan nekrosis endometrium akibat tarikan dan infeksi (vagina dan
kavum uteri terhubung oleh tangkai yang keluar dari ostium serviks). Dismenorea
dapat disebabkan oleh efek tekanan, kompresi, termasuk hipoksia lokal
miometrium.8
Nyeri
Mioma tidak menyebabkan nyeri dalam pada uterus kecuali apabila
kemudian terjadi gangguan vaskuler. Nyeri lebih banyak terkait dengan proses
degenerasi akibat oklusi pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai mioma atau
kontraksi uterus sebagai upaya untuk mengeluarkan mioma subserosa dari kavum
uteri. Gejala abdomen akut dapat terjadi bila torsi berlanjut dengan terjadinya
infark atau degenerasi merah yang mengiritasi selaput peritoneum (seperti
peritonitis). Mioma yang besar dapat menekan rektum sehingga menimbulkan
sensasi untuk mengedan. Nyeri pinggang dapat terjadi pada penderita mioma yang
menekan persyarafan yang berjalan diatas permukaan tulang pelvis.7,8
Efek Penekanan
Walaupun mioma dihubungkan dengan adanya desakan tekan, tetapi
tidaklah mudah untuk menghubungkan adanya penekanan organ dengan mioma.
Mioma intramural sering dikaitkan dengan penekanan terhadap organ sekitar.
Parasitik mioma dapat menyebabkan obstruksi saluran cerna perlekatannya
dengan omentum menyebabkan strangulasi usus. Mioma serviks dapat
menyebabkan sekret serosanguinea vaginal, perdarahan, dyspareunia, dan
infertilitas.
Bila ukuran tumor lebih besar lagi, akan terjadi penekanan ureter dan
rektum. Semua efek penekanan ini dapat dikenali melalui pemeriksaan IVP,
kontras saluran cerna, rontgen, dan MRI. Abortus spontan dapat disebabkan oleh
efek penekanan langsung mioma terhadap kavum uteri.7,8
3.6 Diagnosis
3.6.1 Pemeriksaan fisik
Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemeriksaan bimanual rutin uterus.
Diagnosis mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh
satu atau lebih massa yang lebih licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa
massa seperti ini adalah bagian dari uterus.7
3.6.2 Pemeriksaan Laboratorium
Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan
perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang
mioma menghasilkan eritropoeitin yang pada beberapa kasus menyebabkan
polisitemia. Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga
akibat penekanan mioam terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan
balik ureter dan kemudian menginduksi pembentukan eritropoetin ginjal.7
3.6.3 Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam
menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat
pada uterus yang kecil. Uterus atau massa yang paling besar baik diobservasi
melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas menghasilkan
gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun
pembesaran uterus. Adanya kalsifikasi ditandai oleh fokus hiperekoik dengan
bayangan akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang hipoekoik.8
Histeroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika
tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat.8
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Sangat akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma
tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap berbatas
egas dan dapat dibedakan dari miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi
sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma submukosa.
MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat
disimpulkan.8
3.7 Terapi
3.7.1 Konservatif
Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan
pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar
dari kehamilan 10-12 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada
tangkai, perlu diambil tindakan operasi.7
3.7.2 Medikamentosa
Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghantikan pertumbuhan
mioma uteri secara menetap belum tersedia saan ini. Tetapi medikamentosa masih
merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti sementara dari operatif. Preparat
yang selalu digunakan untuk terapi medikamentosa adalah analog GnRH
(Gonadotropin Realising Hormon Agonis), progesterone, danazol, gestrinon,
tamoksifen, goserelin, antiprostaglandin, agen lain seperti gossypol dan
amantadine.7
3.7.3 Operatif
Pengobatan operatif meliputi miomektomi, histerektomi dan embolisasi
arteri uterus.
1. Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosa,
mioma geburt dengan cara ekstirpasi melalui vagina.
2. Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya tindakan
terpilih. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alas an mencegah
akan timbulnya karsinoma serviks uteri.
3. Embolisasi arteri uterus (Uterin Artery Embolization / UAE) adalah
injeksi arteri uterine dengan butiran polyvinyl alcohol melalui kateter yang
nantinya akan menghambat aliran darah ke mioma dan menyebabkan
nekrosis. Nyeri setelah UAE lebih ringan daripada setelah pembedahan
mioma dan pada UAE tidak dilakukan insisi serta waktu penyembuhannya
yang cepat.7
3.7.4 Radiasi dan Radioterapi
Radioterapi dilakukan untuk menghentikan perdarahan yang terjadi pada
beberapa kasus.7
3.7.5 Algoritma Penatalaksanaan9
Suspek Mioma UteriAnamnesis: Pemeriksaan bimanual
-Gangguan haid Pemeriksaan tambahan (bila perlu)-Merasa ada benjolan diperut bawah Tes kehamilan, USG, histeroskopi-Keluhan penekanan
Mioma Uteri
Tanpa kehamilan Dengan kehamilan
Keluhan (-) Keluhan (+)
Uterus ≤12 mg Uterus >12 mg Keluhan Perdarahan Penekanan
Ya Tidak Umur agak tua: dilatasi dan kuret
Pemeriksaan PA
Tidak Ganasganas
Ingin punya anak
Miomektomi bila teknis memungkinkan
Observasi Histerektomi Lihat pengelolaan Karsinoma
endometrium
DAFTAR PUSTAKA
1. ButtramVC, Reiter ARAC. Uterine leiomyoma: Etiologi, symptomatology, and managementFertilSteril 1981;36 :433-445.
2. Coronado GD, Marshall LM, Schwartz SM. Complications in pregnancy, labor, and delivery withuterine leiomyomas: a population based study. Obstet Gynecol. 2000;95;764-769.
3. Adriaansz G. In: Prawirohardjo S, Wiknjosastro H, Sumapraja S, editorts.
Ilmu Kandungan (EdisiKetiga). Jakarta: Yayasan Bina PustakaSarwono,
2011; p.12, 274-278.
4. Baziad A. Endokrinologi Ginekologi. Edisi ketiga. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI.2008:2015-23.
5. Hillegas KB. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. Dalam: Price SA,
Wilson LM. Patofisiologi. Edisi Keenan, vol. 2. Alih Bahasa Pendit BU,
Hartanto H, Wulansari P, Mahanani DA. Jakarta: Penerbit
EGC.2006:1276-1310.
6. Advancing Minimally Invasive Ginecology (AAGL) Practice Report: Practice
Guidelines for The Diagnosis and Management of Submucou Leiomyomas.
Elsevier. Journal of Minimally Invasive Ginecology. Vol 19. No 2. March/April
2012:152-55.
7. Lilyani, D.I. Hubungan faktor resiko dan kejadian mioma uteri di RSUD
Tugurejo Semarang [Skripsi]. Semarang:FKU-Universitas
Muhammadiyah Semarang;2012.
8. Ginting LYB. Karakteristik penderita mioma uteri yang dirawat inap
RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011 [Skripsi]. Medan:FKM-
USU;2012.
9.