lapsus depresi berat.doc
-
Upload
kusageriyawan -
Category
Documents
-
view
52 -
download
0
Transcript of lapsus depresi berat.doc
LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. H
Usia : 18 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kertak Baru Hilir, Banjarmasin
Pendidikan : SD (tidak tamat)
Agama : Islam
Suku : Banjar/ Indonesia
Status : Kawin
MRS : 19 April 2012
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
Alloanamnesa tanggal 19 April 2012 pukul 11.00 WITA dengan Tn. AS (suami)
di IGD RSUD Ulin Banjarmasin dan pukul 13.30 WITA di ruang perawatan
Tanjung RSUD ULIN Banjarmasin dan dan Tn. S (ayah) melalui telepon
genggam pada pukul 17.00 WITA dan tanggal 20 April 2012 pukul 13.30 WITA
serta autoanamnesa dengan pasien.
A. KELUHAN UTAMA
Mencoba bunuh diri (menusukkan pisau ke pergelangan tangan)
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Alloanamnesis
Sejak menikah pada bulan maret 2012, suami pasien (Tn.AS) mengaku
kehidupan rumah tangganya sering timbul masalah dan sering ribut. Suami
1
dengan os merupakan pasangan muda berusia 18 tahun saat menikah dan
keduanya tidak memiliki pekerjaan yang tetap dan suami os baru mengenal os
sejak November 2011. Os merupakan orang yang sangat manja dan selalu
menuntut untuk diperhatikan, bahkan tidak mau ditinggal lama oleh suami os,
meskipun suaminya sedang pergi untuk mencari uang. Suami pasien mengaku
dia memang sudah berusaha membagi waktu untuk memberikan perhatian yang
cukup terhadap os. Namun terkesan os tidak mau mengerti keadaan, os akan
marah kalau suami os pergi mencari uang dalam waktu yang cukup lama.
Tanggal 19 April 2012, suami os pergi untuk mencari uang pada pagi hari
sebelum os bangun, akhirnya pada pukul 08.30 os menjemput suami os di pasar
sambil marah-marah, os dan suami os akhirnya pulang kerumah dan dirumah
pertengkaran itu masih berlanjut hingga os nekat menusukkan pisau dapur ke
pergelangan tangan kiri os pada pukul 09.00.
Autoanamnesis
Tahun 1999, saat os berusia 5 tahun, ayah os menikah lagi lantaran ibu
kandung os telah meninggal pada tahun 1996 saat os masih berusia 2 tahun. Os
mengaku setiap hari ibu tiri os selalu memarahai os, ibu tiri os biasanya marah
bila os pulang tidak membawa uang yang cukup dari hasil menjaga warung
tetangga os, os juga merasa setiap apa yang os kerjakan dirumah selalu salah di
mata ibu tiri os, bahkan terkadang os dipukul dengan menggunakan gagang sapu
bila ibu tiri os sangat marah. Os juga merasakan mendapat perlakukan yang tidak
adil dengan saudara tiri os yang seusia os waktu itu, apa yang diminta oleh
saudara tiri os selalu dikabulkan oleh ayah dan ibu tiri os, sedangkan permintaan
2
os jarang sekali dipenuhi. Ibu tiri os selalu memarahi dan terkadang memukul os
di saat ayah kandung os tidak berada di rumah, dan os diminta oleh ibu tiri os
agar tidak menceritakan itu semua bila ayah os pulang, pernah sekali os
menceritakan bahwa pernah dipukul oleh ibu tiri os kepada ayah os, namun ayah
os tidak percaya dan justru menyalahkan os, sejak saat itu os tidak pernah lagi
menceritakan kalau os dimarahi atau sampai dipukul oleh ibu os.
Os menjadi memendam semuanya sendiri, os juga tidak berani
menceritakan kepada saudara-saudara os. Os akan memilih untuk menyendiri dan
hanya bisa menangis akibat perlakuan ibu tiri os. Semenjak hidup bersama ibu
tiri os, os sering sakit-sakitan, os sering mengeluh nyeri pada ulu hati dan
terkadang dada berdebar-debar dan badan terasa lemas, biasanya keluhan ini akan
muncul ketika ibu tiri os mulai memarahi os, dan terkadang karena sakit os ini,
ibu os tidak melanjutkan untuk memarahi os, Perlakuan ini diterima os sampai
tahun 2005 atau saat os berusia 11 tahun.
Suatu hari di akhir tahun 2005 yang tepatnya os lupa, os kabur dari rumah
dengan menumpang sebuah pick up yang os berhentikan di jalan menuju
Banjarmasin, sampai di Banjarmasin, os hidup sendiri, karena os tidak punya
keluarga os hidup sebagai anak jalanan, os menjalani hidup di jalanan selama 2
minggu sampai os di tamping oleh sebuah keluarga yang mengangkat os menjadi
anak mereka. Selama tinggal bersama ibu angkat os, os mengakau tidak sekolah
juga tidak bekerja, waktunya hanya dihabiskan untuk di rumah dan bermain
bersama teman-teman sekitar rumah os.
3
Os mengaku senang tinggal bersama keluarga barunya karena semua
kebutuhan os dipenuhi dan ibu angkat os menyayangi os, namun semenjak
tinggal di Banjarmasin, os mengaku menjadi sering sulit tidur, os terkadang sedih
dan menagis sendiri ketika ingat ayah dan saudara-saudara os di rumah, namun
os tidak pernah mencoba untuk menghubungi atau pulang ke rumah ayah os
karena malas harus bertemu dengan ibu tiri os. Keluhan seperti nyeri ulu hati,
jantung berdebar dan badan terasa lemah masih sering os rasakan sampai
sekarang dan keluhan ini biasanya kuncul ketika os sedang ada masalah atau
sedang banyak pikiran.
Awal tahun 2011, os yang kesehariannya sering berkumpul dengan
teman-teman os mencoba untuk mengonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang
jenis Inex yang dibawa oleh teman os, os menggelar pesta miras dan obat-obatan
ini di rumah salah satu teman os, os mulanya meminum 5 butir inex dan saat
pertama kali itu, os merasa sangat pusing dan tidak ingat apa-apa lagi. Os
biasanya menggelar pesta pada malam hari dan biasanya os akan sadar kembali
esok paginya. Kegiatan ini dilakukan os secara rutin tiap minggu sekali selama 5
bulan sampai pertengahan 2011. Os tetap mengonsumsi inex sebanyak 5 butir
sekali, tidak ada penambahan jumlah, os mengaku os merasa nyaman bila
mengonsumsi inex dan alkohol karena os bisa melupakan masalah dan kesedihan
os, jika os tidak ada mengonsumsi selama 1 minggu, os mengaku tidak ada
perubahan dalam diri os, hanya terkadang badan os terasa sakit semua tapi masih
bisa os tahan. Os mengaku semenjak os mengonsumsi obat-obatan, os menjadi
4
mudah marah dan tersinggung, oleh karenanya os sering berkelahi karena
permasalahan yang terkadang sepele.
Os sempat berhenti mengonsumsi obat-obatan dan alkohol, os hanya
pernah 1 kali mencoba memakai shabu namun os lupa kapan, namun saat itu os
tidak sampai mabuk, sampai awal pertemuan os dengan suami os yang sekarang,
os bertemu pada bulan November 2011 dan pacaran dengan suami os selama 5
bulan sampai akhirnya os menikah pada bulan Maret 2012, os mengaku sejak
pacaran, os sudah sering bertengkar dengan suami os, biasanya pertengkaran
muncul karena masalah cemburu atau kurangnya perhatian dari satu sama lain,
sejan januari 2012, os mulai mengonsumsi obat jenis somadril yang
direkomendasikan oleh teman os, os biasanya minu sebanyak 3 butir pada hari
kamis tiap minggunya, os mengaku dengan meninum obat ini os merasa lebih
tenang.
Tanggal 19 april 2012, pada pukul 07.30, saat os bangun tidur, os tidak
mendapatkan suami os ada di rumah, karena suami pergi tanpa izin os, os merasa
tersinggung, lantas os minum somadril sebanyak 3 butir dan ergi mencari suami
os ke pasar tempat suaminya biasa berada, ketika bertemu pecahlah pertengkaran
sampai keduanya pulang ke rumah. Os mengaku menusukkan pisau ke
pergelangan tangannya sendiri secara sadar. Sebelumnya memang terjadi
pertengkaran dengan suami. Menurut os niat awalnya hanya untuk mengancam
suaminya karena suami os pergi dari rumah tanpa izin dengan os, namun karena
suami os tidak menggubris kata-kata os, akhirnya os menusukkan pisau ke
pergelangan tangannya.
5
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien tidak pernah dirawat di Rumah sakit dengan riwayat gangguan
jiwa.
Tidak ada riwayat demam tinggi, kejang dan penurunan kesadaran
Tidak pernah mengalami kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Trust vs Mistrust (0-1,5 thn)
Os tidak mendapat ASI secara eksklusif dari ibu kandung os, os susah untuk
makan makanan yang diberikan oleh ibu os, os juga beberapa kali mengalami
gangguan BAB yaitu diare, os juga sering rewel dan gelisah saat tidur.
2. Autonomy vs Shame, Doubt (1,5-3 thn)
Dalam rentang usia ini, ibu kandung os meninggal dunia dan os di asuh oleh
saudara-saudara kandung os, os sudah mulai bisa berjalan dan os dibiarkan
untuk melakukan apapun yang os inginkan bahkan tanpa pengawasan yang
cukup.
3. Initiative vs Guilt (3-6 thn)
Pada masa ini os tumbuh menjadi anak yang pendiam dan pemalu, os tidak
mempunyai banyak teman dan sulit untuk bergaul serta bermain layaknya
anak perempuan lain seusianya. Os sering meniru dan membantu kakak
perempuan os mengerjakan pekerjaan rumah, namun kaka os biasanya
melarang os untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Os lebih sering
6
berada di rumah dan sesekali ikut ayah os untuk bertani ke sawah, dalam
rentang usia ini, ayah os menikah lagi.
4. Industry vs Inferiority (6-12 thn)
Berdasarkan pengakuan os, pada masa ini os bersekolah SD namun hanya
sampai kelas 1 saja, os akhirnya putus sekolah. Os mengisi hari-harinya
dengan menjaga warung milik tetangga os, os kurang memilii waktu bermain.
Dalam rentang usia ini,tepatnya saat os berusia 11 tahun, os kabur dari rumah
karena tidak tahan sering dimarahi oleh ibu tiri os dan terus mendapatkan
perlakuan yang tidak adil dibandingkan saudara os yang lain.
5. Identity vs Identity Confusion (12-20 thn)
Os sempat hidup sebagai anak jalanan sebelum os diangkat anak oleh sebuah
keluarga, os termasuk remaja yang tertutup, mudah cemburu, pencuriga,
pendendam, mudah tersinggung, dan perasaannnya cepat berubah antara
gembira dan sedih. Pasien bukan pribadi yang suka mencari perhatian dan
mengutamakan penampilan fisik, juga bukan orang yang ragu-ragu, dan kaku.
Os adalah orang yang bergantung pada orang lain dan memiliki perhatian
yang berlebihan terhadap dirinya. Os mengaku pernah mencoba/
mengkonsumsi alkohol maupun obat terlarang jenis inex saat os berusia 17
tahun selama 5 bulan lamanya dan mengonsumsi somadril 3 bulan terakhir.
Pasien belum cukup baik melewati fase Identity karena pasien belum
mempunyai identitas diri.
7
6. Riwayat pendidikan
Os hanya sempat menjalani pendidikan sampai kelas 1 SD dan tidak
dilanjutkan lagi karena masalah biaya.
7. Riwayat pekerjaan
Os tidak pernah bekerja, saat ini os hanya membantu ibu mertua os menjaga
warung milik mertua os.
8. Riwayat perkawinan
Menikah 1 kali, pada bulan Maret 2012 pasien menikah dan belum
mempunyai anak.
E. RIWAYAT KELUARGA
Genogram :
Keterangan :
= Penderita
= Laki-laki
= Perempuan
Tidak ada riwayat serupa dalam keluarga
8
F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG
Saat ini os tinggal bersama suami dan ibu mertua. Rumah tersebut adalah
rumah kontrakan ibu mertua os. Keseharian os saat ini bekerja menjaga warung
klontong milik mertua os, suami os bekerja serabutan, terkadang sebagai buruh
juga seorang pembuat tatto. Upah suami dan pendapatan warung tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka.
G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA
Pasien merasa bahwa dirinya sakit dan pasien dan sakit yang diderita oleh
os diakibatkan oleh suami os yang kurang perhatian.
III. STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pada tanggal 19 April 2012 pukul 09.15 WITA, pasien perempuan usia 18
tahun datang ke IGD RSUD Ulin Banjarmasin, dengan tinggi sekitar 150
cm, berperawakan kecil, kulit kuning langsat, memakai kaos berwarna
biru dan rok berwarna coklat tua. Pasien terlihat terawat dan sesuai
usianya.
Pasien sadar, dengan bergerak tidak terlalu aktif. Pasien menjawab
pertanyaan dengan baik dan sesuai apa yang ditanyakan. Pasien bisa diajak
bekerja sama dalam wawancara. Pasien pada saat wawancara sesekali
memandang dan memperhatikan pemeriksa serta memusatkan
perhatiannya kepada pemeriksa, namun lebih sering tidak memandang
9
pemeriksa. Pasien terlihat cemas dan terkadang sedih pada saat awal dan
dalam wawancara.
Pasien mampu untuk mengemukakan identitas diri sendiri, mampu
menyebutkan bulan dan tahun sekarang, mengetahui keberadaan dia dan
apa yang dilakukan pada saat ini. Pasien bisa mengingat dan mampu
berkonsentrasi dengan baik. Pasien mengingat kejadian pada saat 24 jam
sebelum ke rumah sakit dan mampu mengingat kapan dia menikah.
Tingkat pengetahuan sesuai dengan tingkat pendidikan pasien, mampu
menyebutkan nama presiden Indonesia saat ini. Pasien kurang mampu
menafsirkan peribahasa yang ditanyakan pemeriksa. Pasien mengaku
mampu mandi dan merawat diri sendiri. Pasien tidak merasakan ada
sesuatu hal yang asing mengganggu baik itu pada pendengaran maupun
penglihatan. Pasien masih dalam realitas dan tidak kehilangan keyakinan
akan identitas diri. Pasien tidak asyik dengan pembicaraannya sendiri.
Pasien tidak selalu menjawab spontan ketika ditanya, terkadang butuh
waktu yang lama untuk menjawab pertanyaan pemeriksa dan terkesan
berhati-hati dalam menjawab, jawaban pasien relevan sesuai apa yang
ditanyakan dan tidak ada hambatan dalam berbahasa.
Pasien mengaku merasa khawatir dengan penyakitnya. Pasien tidak ada
gangguan pikiran. Pasien dalam wawancara kurang mampu mengendalikan
diri, dalam penilaian keadaan sekarang pasien kurang mampu menjelaskan.
Dapat disimpulkan pasien tidak dapat dipercaya.
2. Kesadaran
10
Composmentis.
3. Perilaku dan aktivitas motorik
Hipoaktif
4. Pembicaraan
Koheren
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
6. Kontak Psikis
Ada, kurang wajar dan tidakvdapat dipertahankan.
B. KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN, EKSPRESI AFEKTIF, KESERASIAN DAN EMPATI
1. Afek(mood) : Hipothym
2. Ekspresi : Sedih, murung
3. Keserasian : Appropriate
4. Empati : Dapat dirabarasakan
PENILAIAN dari REAKSI EMOSI
1. Stabilitas : Labil
2. Pengendalian : Terganggu
3. Kesungguhan : Tak sungguh-sungguh
4. Empati : Dapat diraba rasakan
5. Dalam-dangkalnya : Dalam
6. Skala deferensiasi : Sempit
7. Arus emosi : Lambat
11
B. FUNGSI KOGNITIF
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : sesuai dengan
tingkat pendidikan.
2. Orientasi : Waktu : Baik
Tempat : Baik
Orang : Baik
Situasi : Baik
3. Konsentrasi : terganggu
4. Daya ingat : Jangka pendek : Baik
Jangka panjang : Baik
Segera : Baik
5. Kemampuan menolong diri sendiri: penderita dapat menolong diri sendiri.
D. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi : Tidak ada
2. Depersonalisasi/ Derealisasi : Tidak ada
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir : a. Produktivitas : Menjawab bila ditanya
b. Kontinuitas : Koheren
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi Pikir : a. Preocupasi : Tidak ada
b. Waham : Tidak ada
F. PENGENDALIAN IMPULS
Pengendalian impuls terganggu
12
G. DAYA NILAI
a. Daya nilai sosial : Terganggu
b. Uji daya nilai : Terganggu
c. Penilaian realitas : Terganggu
H. TILIKAN
T3 : Sadar bahwa dirinya sakit tetapi menyalahkan orang lain, atau faktor
organik sebagai penyebabnya.
I. TARAF DAPAT DIPERCAYA
Tidak dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LANJUT
1. STATUS INTERNUS
Keadaan Umum : Tanda vital : TD : 100/70 mmHg
N : 63 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,4 C
Kepala : normosefali
Mata : palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, refleks cahaya +/+
Telinga : sekret -/-
Hidung : sekret -/- epistaksis (-)
Mulut : mukosa bibir kering, pucat (-), lidah tidak kotor
Leher : KGB tidak membesar, JVP tidak meningkat
Thoraks I : bentuk simetris
P : fremitus vokal raba simetris
13
P : Pulmo : sonor
A : Pulmo : vesikuler, Ronki/wheezing -/-
Cor : batas jantung normal
Cor : S1,S2 tunggal
Abdomen I : simetris
P : hepar/lien/massa tidak teraba
P : timpani
A : BU (+) normal
Ekstremitas
Superior : edema -/-, parese -/-, tremor -/-, luka tusuk et regio ante
brachii bag ventral
Inferior : edema -/-, parese -/-, tremor -/-,
2. STATUS NEUROLOGIS
N 1-XII : normal
Gejala rangsang meningeal : tidak ada
Gejala TIK meningkat : tidak ada
Refleks patologis : tidak ada
Refleks fisiologis : normal
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Os tumbuh dalam keluarga dimana ibu tiri
os sangat otoriter dalam memperlakukan os.
14
Os lari dari rumah saat berusia 11 tahun
dan membuat os sempat hidup di jalanan sebelum ditampung oleh sebuah
keluarga.
Os memiliki ciri kepribadian anti sosial di
mana os tidak terlalu peduli dengan aturan yang berlaku di masyarakat dan
memiliki riwayat sering mabuk-mabukan dan menggunakan obat-obatan
terlarang bersama teman-teman os.
Sejak os menikah, os selalu menuntut
perhatian dari suami os, bahkan ketika suami os pergi untuk mencari
uangpun, os sering melarang suami os pergi dengan alasan ingin ditemani di
rumah.
Afek (mood) : hipothym
Ekspresi wajah : sedih
Kontak psikis : ada, tidak wajar, dan tidak dapat dipertahankan
Keserasian : appropriate
Empati : dapat dirabarasakan
Daya ingat : baik
Konsentrasi : baik
Halusinasi : auditorik (-), visual (-)
Waham : (-)
Tilikan : Tilikan 3
Penilaian realita : terganggu
15
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
1. Aksis I : Episode depresif berat tanpa gejala psikotik ( F 32.2) dan
Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulansia lainnya
termasuk kafein (F 15) dengan tentamen suicide
2. Aksis II : Kepribadian histerionik (histerik)
3. Aksis III : Keadaan putus zat (witdrawal state) dan Luka tusuk et regio
antebrachii sinistra
4. Aksis IV : Masalah keluarga dan masalah ekonomi
5. Aksis VI : GAF scale 70-61
VII. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik
Luka tusuk et regio antebrachii sinistra.
2. Psikologik
Perilaku dan aktivitas psikomotorik hipoaktif, afek datar, ekspresi afektif
sedih, dan pengendalian impuls terganggu, Tilikan derajat 3, dan tidak
dapat dipercaya.
3. Sosial Keluarga
Gangguan yang dialami os berawal dari masalah rumah tangga dan
kurangnya perhatian suami.
VIII. PROGNOSIS
Diagnosa penyakit : dubia ad malam
Perjalanan penyakit : dubia ad malam
16
Ciri kepribadian : dubia ad malam
Stressor psikososial : dubia ad malam
Riwayat herediter : dubia ad bonam
Usia saat menderita : dubia ad malam
Pola keluarga : dubia ad malam
Pendidikan : dubia ad malam
Aktivitas pekerjaan : dubia ad malam
Perkawinan : dubia ad malam
Ekonomi : dubia ad malam
Lingkungan sosial : dubia ad malam
Organobiologi : dubia ad bonam
Kesimpulan : dubia ad malam
IX. RENCANA TERAPI
Psikofarmaka : Clozapine 2 x 25 mg
Kalxetin 2 x 10 mg
Psikoterapi : Support terhadap penderita dan keluarga
Religius : Bimbingan /ceramah agama
X. DISKUSI
Pada pasien ini terdapat gejala depresi yaitu adanya afek depresi,
kehilangan minat dan kegembiraan dan berkurangnya energi yang disertai
konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang,
adanya gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri dan masa
17
sakit yang berlangsung lebih dari 2 minggu. Oleh karenanya, pasien pada kasus
ini didiagnosis episode depresif berat tanpa gejala psikotik ditandai oleh tidak
adanya waham atau halusinasi auditorik. (1)
Salah satu tanda depresi pada pasien ini adalah adanya percobaan bunuh
diri (tentamen suicide). Tentamen suicide adalah segala perbuatan yang sengaja
dilakukan oleh seseorang yang dapat membinasakan dirinya dalam waktu yang
singkat. Individu yang mengalami krisis mental baik yang terduga (karena
perkawinan, pensiun) maupun yang tak terduga (kematian, kehilangan
pekerjaan) akan berusaha mengatasinya. Bilamana krisis dapat ditangani dengan
baik, akan berakibat pematangan jiwa dan bilamana tidak teratasi, maka individu
yang bersangkutan jatuh ke dalam keadaan yang lebih buruk lagi.2
Percobaan bunuh diri bukan bertujuan untuk memusnahkan dirinya,
tetapi untuk mengatasi masalah hidupnya, misalnya menyelesaikan frustasi atau
konflik, menghindari keadaan yang tidak menyenangkan dengan tujuan untuk
mendapatkan keadaan tidur yang tenang dan damai. 2
Pada pasien keinginan bunuh dirinya disebabkan oleh karena pasien tidak
mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari suami, jadi ingin mengorbankan
dirinya untuk menyelesaikan konflik keluarga.
Scheidman dan Ferberow membagi orang yang melakukan bunuh diri
menjadi 4 golongan, yaitu2:
1. Mereka yang percaya bahwa tindakan bunuh diri itu benar, sebab mereka
memandang bunuh diri sebagai peralihan menuju ke kehidupan yang lebih
baik atau mempunyai arti menyelamatkan nama baiknya.
18
2. Mereka yang sudah tua, hal ini ditemukan pada orang yang kehilangan
anak, atau cacat jasmaninya, yang menganggap bunuh diri sebagai suatu
jalan keluar dari keadaan yang tidak menguntungkan bagi mereka
3. Mereka yang psikotik, dan bunuh diri merupakan jawaban terhadap
halusinasi atau wahamnya
4. Mereka yang bunuh diri sebagai balas dendam, yang percaya bahwa
karena bunuh diri orang lain akan berduka cita dan mereka sendiri akan
dapat menyaksikan kesusahan orang lain.
Terdapat hubungan yang erat antara suicide dan depresi. Orang dengan
depresi mencoba melakukan bunuh diri untuk menghilangkan depresinya.
Sebaliknya percobaan bunuh diri dapat menyebabkan depresi untuk waktu yang
lama. Pikiran pasien sangat terfokus pada rumah tangganya yang tak bahagia dan
ekonomi keluarga yang serba kekurangan. Banyak orang yang melakukan bunuh
diri tidak memperlihatkan gejala-gejala klinik mengenai depresi. Banyak juga
penderita dengan depresi tidak melakukan bunuh diri.
Pasien pada kasus ini, dari anamnesis yang dilakukan diduga juga
memiliki gangguan kepribadian histerik . Hal tersebut didasarkan atas sifat os
yang sering mendramatisasi permasalahan pasien. Prognosis pada penderita ini,
dubia ad malam karena dilihat dari perjalanan penyakit, stressor psikososial, pola
keluarga, aktivitas pekerjaan, lingkungan sosial, ekonomi, pengobatan psikiatrik,
ketaatan berobat tidak mendukung kesembuhan pasien.
Penderita disini juga mengkonsumsi alkohol. Alkohol adalah cairan yang
mengandung zat Ethylalkohol. Alkohol digolongkan sebagai NAPZA karena
19
mempunyai sifat menenangkan sistem syaraf pusat, mempengaruhi fungsi tubuh
maupun perilaku seseorang, mengubah suasana hati dan perasaan. Alkohol
bersifat menenangkan, walaupun juga dapat merangsang. Alkohol mempengaruhi
sistem syaraf pusat sedemikian rupa sehingga kontrol perilaku berkurang. Efek
alkohol tidak sama pada semua orang, melainkan sangat dipengaruhi oleh faktor
fisik, mental, dan lingkungan. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa bahaya
alkohol jauh lebih besar daripada obat lainnya. Hal ini ada benarnya juga, karena
dibandingkan obat-obatan lain alkohol mempunyai sifat sebagai berikut:
merangsang, menenangkan, menghilangkan rasa sakit, membius, membuat
gembira. Apabila ketergantungan sudah terjadi, keadaan ini secara lebih khusus
disebut alkoholisme. Menurut beberapa ahli, alkohol merupakan zat psikoaktif
yang paling berbahaya.
Efek penggunaan alkohol tergantung dari jumlah yang dikonsumsi, ukuran
fisik pemakai dan kepribadiannya. Alkohol dapat mempengaruhi koordinasi anggota
tubuh, akal sehat, tingkat energi, dorongan seksual dan nafsu makan. Putus zat dapat
mengakibatkan gejala-gejala seperti : hiperaktif, berkeringat, darah tinggi dan tangan
gemetar (tremor).
Penderita juga mengkonsumsi Somadryl yang termasuk dalam analgetika
serta pil koplo, dimana ketiganya merupakan NAPZA kategori Depressan apabila
disalahgunakan. Selain itu pil koplo juga termasuk psikotropika Golongan IV :
Digunakan untuk terapi, berpotensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
TAHAPAN PEMAKAIAN NAPZA
1. Use (menggunakan)
20
Tahap awal dalam pemakaian Narkoba dimana yg bersangkutan hanya
sekedar iseng, coba-coba, ingin tahu rasanya, ikut-ikutan dan menganggap
memakai narkoba hanya sekedar untuk fun.
2. Abuse (menyalahgunakan)
Dalam tahapan ini sipemakai sudah bisa merasakan efek dari pemakaian
Narkoba, frekwensi pemakaiannya bertambah (1 atau 2 kali seminggu). Yang
bersangkutan lebih cenderung untuk berkumpul dengan teman yang pakai,
mulai berani beli narkoba meskipun dengan cara patungan, kalau ada masalah
lari ke pemakaian.
3. Addict/user (pengguna)
Di tahapan ini Narkoba sudah menjadi masalah dalam kehidupan sehari-hari
sipemakai. Hidupnya dikendalikan oleh narkoba, cara apapun akan ditempuh
untuk mencukupi kebutuhan pemakaian narkoba (bohong, mencuri,
merampok dll).
Terapi pada pasien ini ditujukan untuk mengurangi gejala depresi
sehingga faktor pencetus bunuh diri dapat diminimalisir. Clozapine merupakan
antipsikotik atipikal yang efektif terhadap gejala positif dan negatif pada pasien.
clozapine tidak memiliki efek ekstrapiramidal. Fluoxetine merupakan
antidepresan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) yang berfungsi
sebagai terpi depresi pada pasien. SSRI dipilih sebagai pilihan utama mengingat
efek sampingnya sangat minimal, spectrum antidepresi yang luas, gejala putus
obat yang minmal serta lethal dose yang aman. Apabila telah diberikan dalam
dosis yang adekuat dan jangka waktu yang cukup (3 bulan) tidak efektif dapat
21
diganti ke pilihan selanjutnya. Apabila penderita tidak patuh minum obat dapat
diganti dengan sediaan injeksi.
Psikoterapi, terapi religius dan perilaku juga perlu diberikan pada pasien
dan keluarga pasien ini. Psikoterapi suportif bertujuan untuk menguatkan daya
tahan mental dan membantu pemecahan masalah hidupnya. Pemeriksaan
laboratorium rutin dan kimia darah dianjurkan terutama untuk memeriksa fungsi
hati karena efek samping obat ini adalah hepatotoksik.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkasan dari PPDGJ-III.
2. Daeng BH, Maramis MM, Yitnamurti S. 2004. Percobaan Bunuh Diri dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi. Surabaya: RSU Doktor Soetomo.
3. Maramis WF. 2005. Catatan Ilmu kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.
4. Muslim R. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: FK Unika Atma Jaya.
23
Laporan Kasus
EPISODE DEPRESIF BERAT TANPA GEJALA
PSIKOTIK (F 32.2) dan GANGGUAN MENTAL DAN
PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN STIMULANSIA
LAIN TERMASUK KAFEIN (F.19) dengan TENTAMEN
SUICIDE
Oleh
Kus Ageriyawan
I1A007061
Pembimbing
dr. H. Yulizar Darwis, Sp.KJ, MM.
24
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran UNLAM/RSUD ULIN
Banjarmasin
April 2012
25