Laporan_mgnetik
-
Upload
iqbal-andreas-el-nino -
Category
Documents
-
view
18 -
download
10
description
Transcript of Laporan_mgnetik
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geofisika merupakan bagian dari ilmu bumi dengan menggunakan prinsip
fisika. Geofiska digunakan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan bumi yang
melibatkan pengukuran dari parameter fisika yang dimiliki oleh batuan yang ada di
bawah permukaan bumi. Metode fisika umumnya dibagi menjadi metode aktif dan
metode pasif. Metode aktif merupakan suatu metode yang dilakukan dengan
membuat medan buatan kemudian mengukur resons yang dilakukan oleh bumi,
sedangkan metode pasif adalah suatu metode yang digunakan untuk mengukur
medan alami yang dipancarkan oleh bumi. Dalam hal ini medan butan adalah suatu
getaran atau gelombang yang dapat menimbulkan suatu respon seperti ledakan
dinamit, pemberian arus listrik, dan lain-lain
Metode magnetik sendiri adalah suatu metode yang digunakan dalam
teknik geofisika yang berdasarkan anomali geomagnetik yang diakibatkan oleh
perbedaan kontras suseptibilitas atau permeabilitas magnetik jebakan dari daerah
magnetik di sekelilingnya
Batuan maupun mineral memiliki sifat kemagnetan yang berbeda baik
yang memiliki sifat kemagnetan rendah hingga yang tinggi. Perbedaan nilai
kemagnetan suatu bahan dengan bahan lainnya diketahui sebagai anomali melalui
pengukuran, maka metode magnetik sangat cocok digunakan untuk pencarian biji
besi, pasir besi, dan lain-lain yang memiliki sifat kemagnetan tinggi.metode ini juga
sangat baik digunakan dalam bidang arkeologi.
Praktikum metode magnetic dilaksanakan di Gampong pande, Banda
Aceh. Nilai magnet yang terukur akan diolah sehingga dapat diketahui batasan-
batasan yang memiliki bahan yang bersifat magnet. Pada laporan praktikum ini
akan dibuat kontur anomali magnet berdasarkan tingkat sifat kemagnetannya.
2
1.2 Tujuan
1. Memahami nilai magnetik total dari hasil pengukuran di lapangan,
sehingga dapat diketahui kondisi bawah permukaan area pengukuran
2. Memahami teknik pengukuran di lapangan, processing data, hingga
interpretasi data
3
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Konsep Teori Magnetik
Metode magnetik didasarkan pada pengukuran variasi intensitas medan
magnetik di permukaan bumi yang disebabkan oleh adanya variasi distribusi benda
termagnetisasi di bawah permukaan bumi (suseptibilitas). Variasi yang terukur
(anomali) berada dalam latar belakang medan yang relatif besar. Variasi intensitas
medan magnetik yang terukur kemudian ditafsirkan dalam bentuk distribusi bahan
magnetik di bawah permukaan, yang kemudian dijadikan dasar bagi pendugaan
keadaan geologi yang mungkin. Metode magnetik memiliki latar belakang fisika
berdasarkan kepada teori potensial, Sehingga sering disebut sebagai metoda
potensial. Dalam metode magnetik harus mempertimbangkan variasi arah dan besar
vektor magnetisasi. Data pengamatan magnetik lebih menunjukan sifat residual
yang kompleks. Dengan demikian, metode magnetik memiliki variasi terhadap
waktu jauh lebih besar. Pengukuran intensitas medan magnetik bisa dilakukan
melalui darat, laut dan udara. Metode magnetik sering digunakan dalam eksplorasi
pendahuluan minyak bumi, panas bumi, dan batuan mineral serta bisa diterapkan
pada pencarian prospeksi benda-benda arkeologi.
2.1.1 Gaya Magnetik
Dasar dari metode magnetik adalah gaya Coulumb (Telford et al), antara
dua kutub magnetik m1 dan m2 (e.m.u) yang berjarak r (cm) dalam bentuk :
�⃗� = 𝑚1𝑚2
𝜇0𝑟2 𝑟 (2.1)
Konstanta µ0 adalah permeabilitas medium dalam ruang hampa, tidak
berdimensi dan berharga satu yang besarnya dalam SI adalah 4π x 10-7
newton/ampere2.
2.1.2 Kuat Medan Magnetik
Kuat medan magnetik (�̅� ) ialah besarnya medan magnet pada suatu titik
dalam ruangan yang timbul sebagai akibat adanya kuat kutub yang berada sejauh r
4
dari titik m tersebut. Kuat medan magnet (�̅� ) didefinisikan sebagai gaya persatuan
kuat kutub magnet.
�̅� =𝐹
𝑚2=
𝑚1
𝜇0𝑟2𝑟1̂ (2.2)
Satuan untuk kuat medan magnet H adalah Oersted ( 1 Oersted = 1 dyne / unit
kutub ) (cgts) atau A/m (SI).
2.1.3 Intensitas Kemagnetan
Sejumlah benda-benda magnet dapat dipandang sebagai sekumpulan
benda magnetik. Apabila benda magnet tersebut diletakkan dalam medan luar,
benda tersebut menjadi termagnetisasi karena induksi. Dengan demikian, intensitas
kemagnetan dapat didefinisikan sebagai tingkat kemampuan menyearahkan
momen-momen magnetik dalam medan magnetik luar dapat pula dinyatakan
sebagai momen magnetik persatuan volume.
𝐼 = �⃑⃑⃑�
𝑉=
𝑚𝑙�̂�
𝑉 (2.3)
Satuan magnetisasi dalam cgs adalah gauss atau emu. Cm3 dalam satuan SI adalam
Am-1.
2.1.4 Suseptibilitas Kemagnetan
Kemudahan suatu benda magnetik untuk dimagnetisasi ditentukan oleh
suseptibitas kemagnetan k yang dirumuskan dengan persamaan :
𝐼 = 𝑘 𝐻 (2.4)
Besaran yang tidak berdimensi ini merupakan parameter dasar yang
digunakan dalam metode magnetik. Nilai suseptibilitas magnetik dalam ruang
hampa sama dengan nol karena hanya benda berwujud yang dapat termagnetisasi.
Suseptibilitas magnetik dapat diartikan sebagai derajat kemagnetan suatu
benda. Harga k pada batuan semakin besar apabila dalam batuan semakin banyak
dijumpai mineral-mineral yang bersifat magnetik. Berdasarkan harga suseptibilitas
k, benda- benda magnetik dapat dikategorikan sebagai diamagnetik,
paramagnetik, ferromagnetik. Diamagnetik adalah benda yang mempunyai niai k
kecil dan negatif. Paramagnetik adalah benda magnetik yang mempunyai nilai k
5
kecil dan positif. Sedangkan Ferromagnetik adalah benda magnetik yang
mempunyai nilai k positif dan besar.
Gambar 2.1 Nilai suseptibilitas batuan dan mineral
2.1.5 Jenis - jenis Magnet Pada Batuan
Sifat magnetisasi batuan atau suseptibilitas pada batuan beranekaragam,
tergantung pada pembentukan batuan itu sendiri diantaranya :
a) Diamagnetik
Merupakan jenis magnet dimana jumlah elektron dalam atomnya
berjumlah genap dan semuanya sudah saling berpasangan sehingga efek
magnetisasinya paling kuat dalam medan polarisasi. Pada diamagnetik ini
nilai dari k akan negatif, hal ini menunjukan bahwa intensitas induksinya
akan berlawanan arah dengan gaya magnetnya atau medan polarisasi.
Contoh : kuarsa, marmer, air, kayu dll.
Gambar 2.2 Posisi Momen Magnet Diamagnetik
6
b) Paramagnetik
Pada paramagnetik ini medan magnetiknya hanya akan ada jika
dimagnetisasi oleh medan magnet dari luar saja, sehingga jika pengaruh
medan magnet dari luarnya dihilangkan, maka pengaruh medannya
menghilang juga. Karena pengaruh termal, maka gerakan elektronnya
menjadi random kembali dan nilai k positif dan berbanding terbalik dengan
temperatur absolut (hk. Curie – wiess). Jumlah elektron paramagnetik
adalah ganjil, momen magnet pada paramagnetik ini searah dengan medan
polarisasi dan induksi magnetiknya bernilai kecil karena hanya sebagian
kecil spin teralenisasi.
Gambar 2.3 Posisi Momen Magnet Paramagnetik
c) Ferromagnetik
Pada jenis magnet ini sebagian besar elektron tidak memiliki
pasangan, sehingga sangat mudah terinduksi medan magnet dari luar serta
memiliki sifat suseptibilitas magnetik yang besar. Pada Ferromagnetik ini
apabila ada pengaruh medan magnet dari luar, pengaruh ini juga dipengaruhi
kuat medan magnet dari luar serta lingkungan sekitarnya spin magnetiknya
hasil penyearahan cenderung mengikuti arah medan magnet pengaruh dari
luar, dan arah spin magnet cenderung tidak akan berubah ke keadaan awal.
Gambar 2.4 Arah Spin Magnet Hasil Penyearahan Pengaruh Medan Luar
7
d) Antiferromagnetik
Merupakan jenis material yang tidak umum seperti superkonduktor,
pada jenis ini hampir mirip dengan ferromagnetik hanya saja spin
magnetiknya bernilai lebih kecil atau sama, arah spin magnetiknya
berlawanan dan tidak memiliki gaya magnet.
e) Ferrimagnetik
Jenis ini hampir menyerupai ferromagnetik, namun perbedaannya
arah spin magnetiknya sebagian besar berlawanan
2.2 Medan magnet bumi
2.2.1 Medan magnetik utama bumi (Main field)
Pengaruh medan magnetik utama bumi 99% dan variasinya terhadap
waktu sangat lambat dan kecil.
Gambar. 2.5 Distribusi Intensitas Medan Magnet Bumi (Telford, 1979).
2.2.2 Medan Magnetik Luar (external field)
Pengaruh medan luar berasal dari pengaruh luar bumi yang merupakan
hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari.
Karena sumber medan luar ini berhubungan dengan arus listrik yang mengalir
dalam lapisan terionisasi di atmosfer, maka perubahan medan ini tehadap waktu
jauh lebih cepat. Beberapa sumber medan luar antara lain :
8
a. Perubahan konduktivitas listrik lapisan atmosfer dengan siklus 11
tahun
b. Variasi harian dengan periode 24 jam yang berhubungan dengan
pasang surut matahari dan mempunyai jangkau 30 nT
c. Variasi harian dengan periode 25 jam yang berhubungan dengan
pasang surut bulan dan mempunyai jangkau 2 nT
d. Badai magnetik yang bersifat acak dan dengan jangkau sampai
dengan 1000 nT
2.2.3 Anomali Medan Magnetik
Variasi medan magnetik yang terukur di permukaan merupakan target dari
survey magnetik (anomali magnetik). Besarnya anomali magnetik berkisar ratusaan
sampai dengan ribuan nano-tesla, tetapi ada juga yang yang lebih besar dari 100.000
nT yang berupa endapan magnetik. Secara garis besar anomali ini disebabkan oleh
medan magnetik remanen dan medan magnet induksi. Medan magnet remanen
mempunyai peranan yang besar pada magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah
medan magnetnya serta sangat rumit diamati karena berkaitan dengan peristiwa
kemagnetan yang dialami sebelumnya. Sisa kemagnetan ini disebut dengan Normal
Residual Magnetism yang merupakan akibat dari magnetisasi medan utama.
Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil gabungan dari
keduanya, bila arah medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet
induksi maka anomalinya bertambah besar, demikian pula sebaliknya. Dalam
survei magnetik, efek medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan
magnet kurang dari 25 % medan magnet utama bumi (Telford, 1979).
9
BAB III
METODOLOGI
.3.1 Waktu dan Tempat
Pengambilan data magnetik ini dilakukan pada hari kamis tanggal 11 April
2015 di Gampong Pande Kec. Kuta Raja, Banda Aceh secara geografis terletak pada
koordinat 5.5714229 N dan 95.3115208 E
Gambar 3.1 Lokasi penelitian
3.2 Alat dan bahan
Pada penelitian di Gampong Pande, Banda Aceh dilakukan dengan
menggunakan metode magnetik adapun alat yang digunakan yaitu:
1) Magnetometer :1 buah
2) GPS :1 buah
3) Kompas :1 buah
4) Rollmeter :1 buah
5) Arloji :1 buah
6) Buku petunjuk :1 buah
7) Alat tulis menulis :1 set
10
3.3. Langkah Pelaksanaan Penelitian
3.3.1 Akuisisi Data
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan pada saat akuisisi data adalah
noise. Dalam hal ini yang dimaksud dengan noise dalah pada saat menentukan arah
kutub utara harus diperhatikan, karena hal ini akan berpengaruh pada data yang
akan didapatkan. Dalam hal ini penentuan kutub utara yang dianggap sebagai
sumber medan magnet bumi ditentukan dengan menggunakan kompas. Selain itu
pembacaan data juga harus diperhatikan dalam penelitian ini.
3.3.1.1 Prosedur Penelitian
Sebelum memulai pengambilan data, atau pengoperasian alat-alat tersebut,
pertama-tama baterai dipasang pada console, lalu staff (tongkat penyangga)
disusun dengan sensor, console dimasukkan ke dalam backpack yang dipasang di
badan kemudian setelah itu semua kabel konektor dipasang dan dilakukan tuning
dengan mengambil kuat sinyal yang paling kuat sesuai dengan harga medan di
daerah pengukuran, lalu setelah itu dilakukan pensettingan konfigurasi waktu
seperti hari,tanggal, jam, dan menit saat pengambilan data. Kemudian konfigurasi
lintasan (modus survey) dan magnetometer disetel dan interval waktu pengambilan
data otomatis atau (modus auto). Setelah itu pengambilan data dimulai, saat
pengambilan data ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah arah
sensor harus sesuai dengan arah tanda panah yang tergambar pada sensor,
pengambilan data dengan modus AUTO dilakukan di tempat yang tetap dan
mentransfer data di memori ke computer untuk pemprosesan lebih lanjut. Dalam
mengambilan data ini dilakukan dengan settingan horizontal.
3.3.1.2 Metode Penelitian
Dalam proses pengambilan data ini secara random yang berarti tidak teratur
atau acak. Metode pangambilan data ini adalah looping, yang berarti titik awal
pengukuran digunakan juga sebagai titik akhir.
Metode looping dapat digambarkan dalam sebuah bidang, dalam proses
pengambilan data ini digunakan pada daerah yang kemungkinan tidak terkena air
pasang, karena penelitian ini tidak jauh dari garis pantai.
11
3.3.2 Processing Data
Pertama yang dilakukan adalah koreksi jurnal yang merupakan koreksi
harian dan koreksi angkasa. Selanjutnya kita mencari nilai rata-rata dari data PPM
yang kita dapatkan pada penelitian tersebut. Data itu juga disebut data intensitas
medan total. Intensitas medan magnet total ini dikurangi dengan koreksi variasi
harian dan koreksi IGRF. Anomali medan magnet total yang diperoleh dilakukan
peng-grid-an dan permodelan untuk mendapatkan peta anomali magnet dan medan
magnet total. dilakukan dengan mengunakan program OASIS MONTAJ v 6.4.2.
Dan selanjutnya dilakukan interpretasi untuk mendapatkan informasi lokasi
penelitian.
3.3.2.1 Perhitungan PPM
Dicari PPM rata-rata yang didapat dari nilai PPM yang diukur tiap titik
sebanyak tiga kali dengan rumus:
PPM rata − rata =jumlah PPM pada tiap titik
jumlah pengambilan data
3.3.2.2 Koreksi Diurnal
Koreksi Diurnal (harian) adalah penyimpangan intensitas medan magnet
bumi yang disebabkan oleh adanya perbedaan waktu pengukuran dan efek sinar
matahari dalam satu hari. Koreksi diurnal dilakukan dengan mencocokkan waktu
yang sama antara stasiun pengukuran dan base.
Perhitungan dari koreksi diurnal ini dilakukan dengan menggunakan
perangkat lunak Microsoft office (excel), dimana nilai koreksi diurnal ini dihitung
dengan menggunakan rumus :
Koreksi Diurnal = Nilai background – Nilai magnetic total base
3.3.2.3 Koreksi IGRF
Koreksi IGRF adalah koreksi yang dilakukan terhadap data medan magnet
terukur untuk menghilangkan pengaruh medan utama magnet bumi. Nilai IGRF di
12
peroleh dari http://wdc.kugi.kyoto-u.ac.jp/igrf/point/dengan cara menambahkan
parameter lintang, bujur, dan ketinggian lokasi penelitian. Nilai inilah yang akan
digunakan dalam pengolahan terhadap koreksi IGRF Pengolahan terhadap koreksi
IGRF ini menggunakan perangkat lunak Microsoft office (excel).
3.3.2.4 Nilai Anomali Magnetik
Nilai magnetik anomali ini diperoleh setelah semua tahap koreksi telah
dilakukan, nilai anomali magnetik dapat diperoleh dengan menggunakan
persamaan berikut :
Nilai Anomali Magnetik = Nilai magnet total – Nilai IGRF ± Koreksi Diurnal
3.3.3 Filtering Data (Penapisan)
Penapisan digunkan untuk menentukan data anomali magnetik dengan
cara memisahkan data berdasarkan frekuensi, panjang gelombang, dan amplitudo,
sehingga dapat diperoleh anomali lokal maupun regional. Adapun tahap penapisan
sebagai berikut :
1. Koordinat (x,y) dana nilai anomali magnetik di input pada data base Oasis
Montaj v 6.4.2
Gambar 3.2 Worksheet Oasis Montaj v6.4.2
13
2. Pembuatan grid sehingga diperoleh kontur anomali magnet total seperti
gambar 3.4
Gambar 3.3 Kontur anomali magnetik
3. Tahap filtering, mula-mula dilakukan Prepare Grid, Forward FTT, dan
Define Filter, tujuannya untuk menentukan jenis filter yang akan dijalankan,
seperti gambar 3.5.
Gambar 3.4 Tahap Prepare Grid, Forward FTT, dan Define Filter
14
4. Filtering Reduce to Magnetic Equator, tujuannya agar anomali tepat
berada di bawah nilai terendah, dikarenakan lokasi penelitian memiliki
nilai inklinasi -5,50 dan deklinasi -0,8. seperti gambar 3.6.
Gambar 3.5 Pengimputan nilai inklinasi dan deklinasi
5. Selanjutnya dilakukan proses High Pass Filter, Low Pass Filter, Upward
Continuation, dan Downward Continuation.
3.3.4 Pembuatan profile (2D)
Pembuatan penampang 2D ini menggunkan Oasis Montaj v6.4.2 adapun
tahapnya sebagai berikut :
1. Penampang 2D diproses dengan menggunkan Oasis Montaj v6.4.2
2. Dibuat kontur anomaly magnetic, seperti gambar 3.7
Gambar 3.6 Kontur anomali magnetik Oasis Montaj v6.4.2
15
3.3.5 Interpretasi Data
Hasil pengukuran magnetometer adalah berupa penjumlahan dari medan
magnet bumi utama yang dibangkitkan oleh outer core dan dihilangkan dengan
koreksi IGRF, variasi medan magnet bumi yang berhubungan dengan variasi
kerentanan magnet batuan, medan magnet remanen yang merupakan sasaran survey
geomagnetik, dan variasi harian akibat aktivitas matahari yang dihilangkan dengan
koreksi variasi harian.
Tahap intrepetasi data terdiri dari interpretasi kualitatif dan interprets
kuantitatif
3.3.5.1 Interpretasi Kualitatif
Interpretasi kualitatif merupakan interpretasi anomali magnet berdasarkan
tinggi rendahnya nilai medan magnetik. Dengan melihat kontur anomali magnet,
interpretasi secara kualitatif sudah dapat dilakukan. Warna biru merupakan kontur
anomali magnetik terendah.
3.3.5.2 Interoretasi Kuantitatif.
Interpretasi kuantitatif merupakan interpretasi yang berhubungan dengan
penentuan kedalaman anomali, serta model benda yang menjadi sumber anomali,
Sehingga memudahkan membaca data interpretasi memlalui suatu permodelan.
16
3.3.6 Diagram alir
Gambar 3.7 Diagram alir penelitian
BAB IV
Data Medan
Magnet Total
Koreksi IGRF dan
Diurnal
Anomali
Medan Magnet
Reduksi ke ekuator
Interpretasi
Kualitatif
Interpretasi
Kuantitatif
Kontinuasi ke bawah
dan ke atas
Kontur
Anomali Pembuatan
Profile
Anomali
Kesimpulan
Selesai
Sesuai
Kurva Model
Anomali
Respon
Anomali
Model
Tidak
Ya
High Pass Filter dan
Low Pass Filter
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengukuran magnetik di Gampong Pande menggunakan
Proton Precission Magnetometer dengan menggunakan spasi grid random,
didapatkan penampang anomali magnetik seperti gambar 4.1
Gambar 4.1 Kontur anomali magnetik
Gambar 4.1 merupakan penampang anomali magnetik dalam bentuk
kontur, nilai tersebut didapatkan dari hasil pengukuran. Arah medan magnet di
lokasi penelitian berada pada posisi yang hampir mendekati horizontal
menyebabkan nilai anomali magnetik pada keadaan terendah. Nilai anomali
magnetic terendah ditunjukan oleh warna biru dengan nilai anomali magnet -70 nT,
akan tetapi posisi anomali tersebut tidak berada tepat di bawah nilai magnet
terendah, yang disebabkan sudut inklinasi -5,50. Maka perlu dilakukannya
penapisan (filtering) agar anomali magnet berada tepat pada lokasi terendah.
Adapun penapisan yang dilakukan adalah Reduce Magnetic to Equator, seperti
pada gambar 4.2
18
Gambar 4.2 Penampang anomali magnetik setelah ditambah RTE (Reduce
Magnetic to Equator)
Terlihat adanya anoamli ditunjukan pada warna biru, dengan begitu dapat
disimpulkan posisi anomali tepat berada di tengah. Berdasarkan gambar 4.2,
terdapat dua bahan yang bersifat magnet yang terdapat dibawah permukaan.
Setelah melakukan filtering nilai anomali magnet ke equator, dilakukan
juga penapisan nilai-nilai magnetik berdasarkan panjang gelpmbang, amplitudo dan
frekuensi, bertujuan untuk memisahkan anoamli lokal dan regional. Setelah data
magnetik total mengalami berbagai koreksi sehingga hasil yang diperoleh berupa
nilai anomali magnetik, tetapi nilai anomali yang diperoleh masih bercampur
dengan anomali regional dan anomali lokal. Maka, perlu dilakukan penapisan
secara High pass Filter dan low Pass Filter untuk mendapatkan nilai anomali
magnetik absolut.
1. High Pass Filter adalah penapisan (filtering) dengan menggunakan nilai
anomali yang mempunyai pangjang gelombang di bawah nilai pemotongan
panjang gelombang (cut-off). Dikarenakan respon anomali lokal
mempunyai pangjang gelombang yang pendek, adapun tujuan dari High
Pass Filter adalah untuk memeberikan informasi anomal lokal.
2. Low Pass Filter adalah penapisan (filtering) dengan menggunkan nilai di
atas cut-off dengan tujuan memberikan informasi anomali regional. Sebab,
mempunyai panjang gelombang yang relative lebih panjang, sehingga
anomali lokal akan hilang
19
Gambar 4.3 High Pass Filter cut-off 0,1 m
Gambar 4.4 High Pass Filter cut-off 0,005 m
Gambar 4.3 dan 4.4 merupakan nilai anomali magnetik yang sudah
dilakukan High Pass Filter dengan nilai cut-off berbeda yang bertujuan untuk
membandingkan data antara keduanya. Tampak pada kedua gambar, terdapat
perbedaan yang disebabkan oleh nilai cuf-off yang berbeda yaitu 0.1 m dan 0.005
m, pada gambar 4.3 dan 4.4 terlihat dengan jelas anomali dangkal
Gambar 4.5 Low Pass Filter cut-off 0.005 m
20
Gambar 4.6 Low Pass Filter cut-off 0.001 m
Gambar 4.5 dan 4.6 setelah dilakukan penapisa (filtering) dengan Low
Pass Filter nilai anomali magnetik yang tampak merupakan nilai magnetik dengan
panjang gelombang di atas 0.005 dan 0.001, pada kedua gambar ini nilai anomali
magnetik regional lebih mendominasi dari pada nilai anomali magnetik lokal
Jika di tinjau dari nilai amplitudonya, terdapat dua penapisan (filtering)
yaitu, Kontinuitas ke atasdan ke bawah. Kontinuitas ke atas akan memberikan
informasi anomali magnetik regional, sedangkan kontinuitas ke bawah akan
memberikan informasi anomali lokal.
Gambar 4.7 Kontinuitas ke atas cut-off 0.001 m
Gambar 4.8 Kontinuitas ke atas cut-off 0.003 m
21
Gambar 4.7 dan 4.8 terlihat perbedaan antara keduanya dengan nilai cuf-
off masing-masing 0.001 m dan 0.003 m, tampak anomali regional lebih
mendominasi dibandingkan dengan anomali lokal.
Gambar 4.9 Kontinuitas ke bawah cut-off 10
Gambar 4.9 dan tampak anomali lokal terlihat, sedangkan anomali
setelah dilakukannya Kontinuitas ke bawah
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil praktikum Metode magnetik adalah sebagai
berikut
1. Adanya anomaly magnet ditununjukan dengan nilai magnetik yang yang
terendah karena kawasan pengukuran memiliki nilai inklinasi -5,50 dan
deklinasi -0,8.
2. Diperoleh satu bidang anomali magnet dengan nilai yang rendah
3. Pada tahap penapisan High Pass Filter dengan cut-off 0,005 m dan 0,1
m diperoleh bidang magnetik yang memiliki perbedaan kontras, cut-off
0,005 m lebih didominasi oleh anomali magnetik lokal dibandingkan
cut-off 0,1 m
4. Penapisan Low Pass Filter cut-off 0.005 m didominasi oleh anomali
regional sedangkan Low Pass Filter cut-off 0.001 m terlihat anomali
lokal
5. Kontinuitas ke atas cut-off 0.001 m memberikan gambaran kontur
anomaly regional, terlihat jelas pada Kontinuitas ke atas cut-off 0.003 m
kontur anomali regional
6. Kontinuitas ke bawah cut-off 10 tampak satu bidang anomali lokal