Laporan Tb
-
Upload
martingani -
Category
Documents
-
view
34 -
download
0
description
Transcript of Laporan Tb
LAPORAN KASUS
TUBERKULOSIS PARU RELAPS
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Stase Komprehensif
di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan
Disusun oleh :
Erni Hastirini H2A009018
Martinus S.G H2A009031
Vina Noviyanti H2A009048
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2014
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS STASE KOMPREHENSIF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan stase komprehensif
di RSI Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Oleh:
Erni Hastirini / H2A009018
Martinus S.G / H2A009031
Vina Noviyanti / H2A009048
Pembimbing :
dr. Alifa
UPAYA PENDEKATAN KELUARGA TERHADAP Tn. N
DALAM MENANGANI PERMASALAHAN PENDERITA TB PARU RELAPS
TAHAP I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Nama kepala keluarga : Tn. N (34 tahun)
Alamat : Lolong 04/02- Karanganyar
Bentuk keluarga : nuclear family
Tabel 1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
No. Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien Keterangan
1. Tn. N Kepala
keluarga
L 34 th SMA Pedagang Pasien TB Paru
Relaps
2. Ny. Z Istri P 30 th SMP Ibu rumah
tangga
- -
3. An. S Anak L 13 th SMP Pelajar - -
4. An. P Anak P 8 th SD Pelajar - -
Kesimpulan tahap I :
Di dalam keluarga Tn. T berbentuk nuclear family didapatkan pasien atas nama Tn. N usia 34
tahun, pendidikan SMA, bekerja sebagai pedagang dengan penyakit TB Paru relaps.
TAHAP II. STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. N
Umur : 34 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Lolong 04/02-Karanganyar
Suku : Jawa
Tanggal masuk : 23 Januari 2015
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Demam
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang pada tanggal 23 Januari 2015 dengan keluhan demam sejak 3
hari yang lalu. Demam dirasakan terus menerus. Suhu tubuh turun saat diminumi obat
penurun panas setelah itu suhu tubuh meningkat lagi. Pasien sudah minum obat
warung namun keluhan tetap dirasakan. Selain itu pasien juga mengeluh batuk
berdahak dengan dahak berwarna kekuningan. Kadang dahak disertai bercak darah.
Selain itu pasien juga mengeluh kalau setiap malam keluar keringat dingin. Pasien
juga menyatakan bahwa berat badannya turun sejak 2 bulan terakhir ini. Pasien
mengeluh sesak nafas, sesak nafas bertambah bila tidur terlentang dan berkurang bila
duduk. BAB (+) dan BAK (+) normal, nyeri perut (-), mual (+), muntah (-), kaki dan
tangan bengkak (-). Karena keluhan tersebut, pasien memeriksakan diri ke RSI PKU
Muhammadiyah Pekajangan.
± tahun 2014, pasien mengaku pernah mengalami keluhan yang sama
diantaranya batuk dengan terdapat darah. Selain itu pasien juga demam dan sesak
nafas. Karena keluhannya, pasien memutuskan untuk memeriksakan diri ke
Puskesmas. Di puskesmas, pasien telah melakukan pemeriksaan dahak dan foto
rontgen dan didapatkan hasil TB Paru. Setelah itu pasien mendapat pengobatan
selama 6 bulan dan setelah itu dinyatakan sembuh.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat batuk lama : diakui pada tahun 2014
Riwayat ASMA : disangkal
Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat sakit ginjal : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat mondok : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat batuk lama : disangkal
Riwayat ASMA : disangkal
Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
5. Riwayat Kebiasaan
Riwayat makan-makanan asin : disangkal
Riwayat merokok : disangkal
Riwayat minum alkohol : disangkal
Riwayat olahraga teratur : disangkal
Riwayat memakai masker saat berkendara : disangkal
Riwayat membuang ludah sembarangan : disangkal
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang suami yang bekerja sebagai pedagang ikan di pasar
tradisional. Pasien tinggal serumah dengan istri dan dua orang anaknya yang masih
sekolah. Kesan ekonomi cukup
7. Riwayat Gizi
Pasien makan 2-3 kali sehari dengan nasi, sayur, lauk pauk (tahu, tempe, ikan). Gizi
kesan kurang.
C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Vital sign :
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 92 x/menit
RR : 24 x/menit,
Suhu badan : 36,5 oC (axiller)
BB : 42 kg
TB : 165 cm
BMI : 15,441 kg/m2 (status gizi kurang)
d. Status internus
Kepala : Mesosefal
Mata : Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat
isokor ø 3 mm/3 mm
Telinga : Serumen (-) sedikit, nyeri mastoid (-), nyeri tragus (-), membrane
timpani intak, perforasi (-), reflek cahaya putih seperti mutiara
Hidung : Deviasi (-), nafas cuping hidung (-), deformitas (-), secret (-),
pembesaran konka (-), konka hiperemis (-)
Mulut : Bibir pucat (-) sianosis (-), karies gigi (+), lidah kotor (-), ukuran
tonsil T1-T1, hiperemis (-), kripte melebar (-), faring hiperemis (-)
jaringan granulasi (-)
Leher : pembesaran kelenjar tiroid (-/-), pembesaran kelenjar limfe (-/-)
Thorak :
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Isctus cordis teraba di ICS V 2 cm medial LMCS
Perkusi : Konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : Suara jantung I dan II murni, suara tambahan (-)
Paru :
Dextra Sinistra
Depan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Bentuk dada normal, Gerakan
simetris, statis, dinamis,
Stem fremitus kanan = kiri
Nyeri tekan (-)
sonor seluruh lapang paru
Suara dasar vesikuler (+)
Suara tambahan :
Ronchi basah kasar (+), wheezing (-)
bentuk dada normal, Gerakan
simetris, statis, dinamis,
Stem fremitus kanan = kiri
Nyeri tekan (-)
sonor seluruh lapang paru
Suara dasar vesikuler (+)
Suara tambahan :
Ronchi basah kasar (+), wheezing (-)
Belakang
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultas
i
Gerakan simetris statis dinamis,
Stem fremitus kanan = kiri, nyeri
tekan (-)
sonor seluruh lapang paru
Suara nafas dasar vesikuler (+)
Suara tambahan :
Ronchi basah kasar (+), wheezing (-)
Gerakan simetris statis dinamis
Stem fremitus kanan = kiri, nyeri
tekan (-)
sonor seluruh lapang paru
Suara nafas dasar vesikuler (+)
Suara tambahan :
Ronchi basah kasar (+), wheezing (-)
Abdomen
Inspeksi : Permukaan dinding abdomen datar, bentuk simetris, benjolan (-),
warna kulit seperti kulit sekitar,
Auskultasi : Bising usus 10 x/menit
Perkusi : Tympani, pekak sisi (+), pekak alih (-), undulasi (-)
Palpasi : Palpasi Ringan: nyeri tekan (-), rigiditas (-), benjolan (-), spasme otot
(-), hepar, lien dan ginjal dalam batas normal
Ekstremitas
Superior Inferior
Akral dingin
Oedem
Pucat
Sianosis
Reflek fisiologis
Reflek patologis
Kapilary refill
-/-
-/-
-/-
-/-
+N/+N
-/-
< 2 detik
-/-
-/-
-/-
-/-
+N/+N
-/-
< 2 detik
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
1. Sputum BTA :
Sewaktu : tidak dilakukan
Pagi : tidak dilakukan
Sewaktu : tidak dilakukan
2. X – foto thorax : (29-08-2014)
Cor : normal (CTR<50%)
Pulmo : corakan bronkovaskular meningkat, tampak infiltrate dan fibrosis pada paru
kanan-kiri atas, apex kanan-kiri suram
Sinus kostofrenikus kanan-kiri tumpul
Kesan : TB Paru aktif dengan reaksi pleura duplex
Cor dalam batas normal
X foto thorax : (24-01-2015)
Cor : normal (CTR<50%)
Pulmo : corakan bronkovaskular meningkat, tampak infiltrate dan fibrosis pada kedua
paru
Sinus kostofrenikus kanan-kiri tumpul, diafragma tenting
Kesan : TB Paru lama aktif disertai reaksi pleura duplex
Cor dalam batas normal
3. Pemeriksaan laboratorium
Parameter Hasil Nilai normal Satuan
Hb (dewasa)
Leukosit ( dewasa)
Trombosit
Hematocrit (dewasa)
LED 1 jam
LED 2 jam
Diff count
Eosinophil
Basophil
Netrofil batang
Netrofil segmen
Limfosit
Monosit
DB IgG
DB IgM
Salmonella Thyphi O
14,8
6.300
112.000
43
10
18
-
0
0
0
86
11
3
Negatif
Negatif
Negatif
14-18
4800-10800
150000-450000
42-52
0-10
0-10
2-4
0-1
2-6
50-70
25-40
2-8
Negatif
Negatif
Negatif
Gr/dl
/mm3
/mm3
%
mm/jam
mm/jam
%
%
%
%
%
%
Negatif
Negatif
Negatif
Salmonella Thyphi H
Salmonella Thyphi A-H
Salmonella Thyphi B-H
Salmonella Thyphi C-H
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
E. RESUME
Tn. N usia 38 tahun datang dengan keluhan demam sejak 3 hari lalu. Demam
dirasakan terus menerus. Selain itu pasien juga mengeluh batuk berdahak dengan dahak
berwarna kekuningan. Kemudian setiap malam pasien selalu mengeluarkan keringat
dingin dan setiap hari pasien merasakan sesak nafas. Pada riwayat penyakit dahulu
didapatkan pasien pernah mengalami batuk lama sekitar tahun 2014 dan memeriksakan
diri ke Puskesmas. Di Puskesmas pasien dinyatakan menderita TB Paru dan disarankan
untuk pengobatan selama 6 bulan. Setelah pasien melakukan pengobatan selama 6 bulan,
pasien dinyatakan sembuh sampai pada akhirnya tahun 2015 pasien kembali merasakan
keluhan serupa. Pada riwayat kebiasaan didapatkan pasien jarang berolah raga, tidak
memakai masker saat berkendara, dan sering membuang ludah sembarangan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/70, HR 92x/menit, RR 24x/menit, T
36,5oC. pada pemeriksaan fisik thorax yaitu pada auskultasi didapatkan ronchi basah
kasar di bagian apex kedua kiri. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil x foto
thorax gambaran pulmo TB Paru lama aktif disertai reaksi pleura duplex.
F. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS
1. Diagnosis Holistik :
Tn. N usia 34 tahun, nuclear family, tuberkulosis paru relaps, dan status gizi kurang.
Hubungan keluarga harmonis, dan hubungan dengan masyarakat sekitar terjalin baik.
2. Diagnosis Biologis
Tuberkulosis paru Relaps
Underweight
3. Diagnosis Psikologis
Pasien mengalami beban pikiran terhadap penyakitnya karena pasien takut
menularkan penyakit yang dideritanya kepada keluarganya. Hubungan pasien dengan
anggota keluarga lain baik dan saling mendukung, serta hubungan dengan tetangga
dan lingkungan sekitar terjalin dengan baik pula.
4. Diagnosis Sosial, Ekonomi, Budaya
Pasien merupakan anggota masyarakat biasa, cukup berperan aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan, hubungan dengan masyarakat baik, status ekonomi cukup.
G. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa:
Memberikan edukasi kepada pasien tentang :
Memberikan motivasi kepada pasien agar dapat menerima keadaan sekarang.
Memberikan edukasi mengenai apa itu penyakit tuberkulosis, penyebab, gejalanya,
cara penularan, cara pencegahan, komplikasi, serta cara pengobatan tuberkulosis
paru.
Minum obat secara teratur dan tidak boleh berhenti sesuai anjuran dokter
Saat batuk usahakan untuk menutup mulut, dan dahak jangan dibuang disembarang
tempat.
Usahakan untuk memakai masker saat berkendara, dan saat batuk.
Usahakan untuk tidak menggunakan peralatan makan dan minum secara bersamaan
dengan anggota keluarga lain.
Makan makanan tinggi protein, sayur, dan banyak minum.
Olahraga secara teratur.
Usahakan untuk tetap membuka jendela pagi sampai sore sagar cahaya dapat
masuk ke dalam ruamah dan sirkulasi udara bagus.
Usahakan untuk membawa anggota keluarga terutama yang tinggal dalam satu
rumah agar mau memeriksakan diri ke puskesmas terdekat.
Obat disimpan ditempat yang aman, hindari terkena sinar matahari, dan dari
jangkauan anak.
Medikamentosa :
Assesment TB Paru Relaps :
Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3) : 3 tablet KDT (kombinasi dosis tetap)
Dosis Panduan OAT KDT Kategori 2
Pada kasus, Tn.N memiliki berat badan 42 kg. Pasien meminum OAT Kategori 2
KDT 3 tablet setiap harinya selama 2 bulan dilanjutkan dengan sisipan selama 1
bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan, minum obat setiap 3 kali seminggu.
Assessment underweight :
Curcuma 1x1
Diet TKTP
H. FOLLOW UP
Tanggal 25 Januari 2015 (Ruang Matahari RSI)
Subyektif : batuk (+) sudah berkurang, sesak (-), keringat dingin (+)
Obyektif
Tanda Vital : T = 120/80 mmHg
HR = 90x/menit
RR = 19x/menit
t = 36,3°C
Status lokalis : (pemeriksaan thorax)
Inspeksi Bentuk dada normal, Gerakan simetris, statis, dinamis,
Perkusi Stem fremitus kanan = kiri , Nyeri tekan (-)
Palpasi sonor seluruh lapang paru
Auskultasi Suara dasar vesikuler (+)Suara tambahan : ronchi (+/+),
wheezing (-)
Pemeriksaan abdomen:
Inspeksi : Permukaan dinding abdomen datar, bentuk simetris, benjolan (-),
warna kulit seperti kulit sekitar,
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : Tympani, pekak sisi (+), pekak alih (-), undulasi (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), rigiditas (-), benjolan (-), hepar, lien dan ginjal dalam
batas normal
Assessment : TB Paru Relaps
Planning : terapi medikamentosa : OAT kategori 2, curcuma 1x1; infus RL 20 tpm, ;
nonmedikamentosa : memakai masker saat berkendara, mengkonsumsi makanan
tinggi protein, meminum obat secara teratur.
Tanggal 27 Januari 2015 (Ruang Matahari RSI)
Subyektif : batuk (+) sudah berkurang, sesak (-), keringat dingin (-)
Obyektif
Tanda Vital : T = 100/70 mmHg
HR = 91x/menit
RR = 18x/menit
t = 36,5°C
Status lokalis : (pemeriksaan thorax)
Inspeksi Bentuk dada normal, Gerakan simetris, statis, dinamis,
Perkusi Stem fremitus kanan = kiri , Nyeri tekan (-)
Palpasi sonor seluruh lapang paru
Auskultasi Suara dasar vesikuler (+) Suara tambahan : ronchi (+/+),
wheezing (-)
Pemeriksaan abdomen:
Inspeksi : Permukaan dinding abdomen datar, bentuk simetris, benjolan (-),
warna kulit seperti kulit sekitar,
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : Tympani, pekak sisi (+), pekak alih (-), undulasi (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), rigiditas (-), benjolan (-), hepar, lien dan ginjal dalam
batas normal
Assessment : TB Paru Relaps
Planning : terapi medikamentosa : OAT kategori 2, curcuma 1x1; infus RL 20 tpm, ;
nonmedikamentosa : memakai masker saat berkendara, mengkonsumsi makanan
tinggi protein, meminum obat secara teratur.
I. FLOW SHEET
Nama : Tn. N (34 tahun)
Diagnosis : Tuberkulosis Paru Relaps
Underweight
Tabel 2.Flowsheet penderita
Tanggal Keluhan Tanda Vital Rencana Terapi Target
25/1/15
Ruang
matahari
Batuk (+)
sudah
berkurang,
sesak (-),
keringat
dingin (+)
Tensi : 120/80
mmHg
Nadi : 90x/menit
RR : 19x/menit
Suhu : 36,3°C
Thx : ronchi +/+
Medika mentosa
1. Inf. RL 20 tpm
2. Cefoperazone 2x1
3. Asam tranexamat
3x500mg
Per Oral :
1. Kategori-2
(2HRZE/HRZE/5H3E3
R3) : 3 tablet KDT
(kombinasi dosis tetap)
2. Curcuma 1 x 1
3. Parasetamol 3x1
4. Methil prednisolon
2x4mg
5. Domperidon 2x1
Non medikamentosa:
1. meminum obat secara
teratur
2. Saat batuk usahakan
untuk menutup mulut,
dan dahak jangan
dibuang disembarang
tempat.
3. Usahakan untuk
memakai masker saat
bekerja, saat batuk, dan
setiap hari dirumah
Gejala klinis
menghilang,
rontgen
perbaikan
4. Makan makanan tinggi
protein, sayur, dan
banyak minum.
Tanggal Keluhan Tanda Vital Rencana Terapi Target
27/1/15
Ruang
Matahari
Batuk (+)
sudah
berkurang,
sesak (-),
keringat
dingin (-)
Tensi : 100/70
mmHg
Nadi : 91x/menit
RR : 18x/menit
Suhu : 36,5°C
Medika mentosa
4. Inf. RL 20 tpm
5. Cefoperazone 2x1
6. Asam tranexamat
3x500mg
Per Oral :
6. Kategori-2
(2HRZE/HRZE/5H3E3
R3) : 3 tablet KDT
(kombinasi dosis tetap)
7. Curcuma 1 x 1
8. Parasetamol 3x1
9. Methil prednisolon
2x4mg
10.Domperidon 2x1
Non medikamentosa:
5. meminum obat secara
teratur
6. Saat batuk usahakan
untuk menutup mulut,
dan dahak jangan
dibuang disembarang
tempat.
7. Usahakan untuk
memakai masker saat
bekerja, saat batuk, dan
setiap hari dirumah
8. Makan makanan tinggi
protein, sayur, dan
banyak minum.
Tanggal 28 Januari 2015
pasien meminta APS
Gejala klinis
menghilang,
rontgen
perbaikan
Tanggal Keluhan Tanda Vital Rencana Terapi Target
3/2/15
Rumah
pasien
Batuk
berdahak (+),
sesak (-),
keringat
dingin (-),
demam (-)
Tensi : 120/70
mmHg
Nadi : 86x/menit
RR : 18x/menit
Suhu : 36,2°C
Medika mentosa :
• Kategori-2
(2HRZE/HRZE/5H3E3R3)
: 3 tablet KDT (kombinasi
dosis tetap)
• Curcuma 3 x 1
Non medikamentosa :
Bed rest
Diet TKTP
Gejala klinis
berkurang
TAHAP III. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI HOLISTIK
a. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri atas penderita (Tn. N, 34 tahun) dengan TB paru, istri (Ny. Z,
30tahun), anak (An. S 13 tahun dan An. P, 8 tahun) tinggal bersama dalam satu
rumah.
b. Fungsi Psikologis
Hubungan keluarga harmonis, saling mendukung, membantu, dan perhatian sesama
anggota keluarga.
c. Fungsi Sosial
Penderita hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Hubungan dengan masyarakat
sekitar baik dan cukup aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
d. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penderita seorang pedagang ikan di pasar. Istri adalah seorang ibu rumah tangga.
Penghasilan dari suami mampu mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari,
status ekonomi cukup.
e. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Komunikasi anggota keluarga berlangsung baik, permasalahan diselesaikan dengan
cara dimusyawarahkan bersama-sama.
B. FUNGSI FISIOLOGIS
Dilakukan APGAR keluarga yang dilakukan penilaian terhadap 5 fungsi pokok
keluarga yang kemudian tergantung dari pelaksanaan kelima fungsi keluarga tersebut
dapat diketahui tingkat kesehatan keluarga yang dinilai, meliputi Adaption, Partnership,
Growth, Affection, Resolve.
Tabel 3. APGAR score keluarga Ny. A
KODE APGAR Tn. N Ny.Z An. S An. P
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya mendapat masalah
2 2 2 2
P Saya puas dengan keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya
2 2 2 2
G Saya puas dengan cara keluarga saya 2 2 2 2
menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian, dll
2 2 2 2
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama.
2 2 2 2
Total (konstribusi) 10 10 10 10
Score APGAR :
Hampir tidak pernah : 0
Kadang-kadang : 1
Hampir selalu : 2
Rata-rata APGAR score keluarga Tn. N = 10
Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Tn. N baik
C. FUNGSI PATOLOGIS
Tabel 4. Fungsi Patologis SCREEM keluarga Ny. A
Sumber Patologi Keterangan
Social Interaksi sosial cukup, aktif dalam kegiatan kemasyarakatan
-
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, banyak tradisi budaya yang masih diikuti
-
Religion Beragama dan memiliki pemahaman terhadap ajaran agama, ketaatan, ibadah cukup baik
-
Economic Penghasilan keluarga cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari
-
Education Tingkat pendidikan keluarga cukup -
Medikal Kesadaran tentang pentingnya kesehatan cukup baik. Jika sakit pasien segera berobat ke dokter, puskesmas, atau rumah sakit
+
: laki-laki/perempuan meninggal : tinggal serumah
: laki-laki
: perempuan
: pasien
Keterangan : : Hubungan baik : Hubungan tidak baik
Kesimpulan :
Terdapat fungsi patologis pada keluarga Tn. N yaitu fungsi Medical
D. GENOGRAM
Diagram 1. Genogram keluarga Ny. A
Keterangan :
Kesimpulan : penyakit yang diderita pasien tidak ditemukan pada anggota keluarganya
yang lain. Dari genogram tersebut ada penyakit yang menular.
E. POLA INTERAKSI KELUARGA
Diagram 2. Pola interaksi keluarga Tn. N
Kesimpulan : Pola interaksi dua arah antar anggota keluarga berjalan baik dan harmonis.
F. FAKTOR PERILAKU
a. Pengetahuan
Tingkat pendidikan keluarga cukup, dimana pendidikan terakhir Tn. N adalah
SMA. Akan tetapi pendidikan istri pasien adalah SMP. Walaupun pendidikan terakhir
pasien adalah SMA, pengetahuan mengenai penyakit tuberculosis paru, dan pola
hidup sehat masih kurang.
b. Sikap
Kesadaran Penderita dan keluarganya akan pentingnya kesehatan masih kurang.
Hal ini dapat terlihat pada kondisi rumah yang kurang bersih banyak. Dirumah pasien
banyak debu yang menumpuk dari peralatan rumah pasien seperti kursi dan meja
namun tempat pertukaran udara dan pencahayaan kurang. Saat berkendara dan bekerja
pun pasien dan keluarga tidak menggunakan masker. Pasien dan keluarga sudah
mengetahui bahwa pasien menderita penyakit tuberculosis namun tidak mencari tahu
untuk melakukan pencegahan supaya anggota keluarga lain tidak tertular.
c. Tindakan
Penderita dan keluarga kurang memiliki kesadaran untuk segera datang berobat
jika ada keluhan. Penderita lebih memilih membeli obat di warung terlebih dahulu
dibandingkan periksa ke pelayanan kesehatan. Untuk kontrol sakit TB pasien sudah
kontrol rutin ke dokter, pasien mengaku meminum obat setiap hari.
G. FAKTOR NON PERILAKU
a. Lingkungan
Rumah tidak tertata rapi, kebersihan kurang, ventilasi dan pencahayaan kurang. Banyak
terdapat debu di perabotan rumah tangga pasien seperti meja dan kursi. Saluran
pembuangan limbah lancar, sampah keluarga dibuang di depan rumah.
b. Keturunan
Tidak terdapat faktor keturunan yang mempengaruhi penyakit penderita. Penyakit
tuberkulosis merupakan penyakit menular.
c. Pelayanan Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah Puskesmas.
H. LINGKUNGAN INDOOR
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 9 x 12 m, rumah menghadap ke utara.
Rumah memiliki pagar pembatas dan terdapat halaman. Terdiri dari ruang tamu, dua
kamar tidur, satu kamar mandi, dan ruang makan yang menjadi satu dengan dapur.
Dinding terbuat batu bata, lantai rumah berupa ubin. Ventilasi dan pencahayaan rumah
TERAS
DAPUR + R.MAKAN
KANDANG
R. TAMUKM.1
KM.2 WC
kurang. Atap rumah tersusun dari genteng dan ditutupi langit-langit. Masing-masih kamar
tidur dilengkapi dengan sebuah ranjang dan kasur. Perabotan rumah tangga sederhana.
Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan air sumur. Sehari-
hari keluarga memasak menggunakan kompor gas.
I. LINGKUNGAN OUTDOOR
Lingkungan sekitar rumah berupa perkampungan dengan kondisi masyarakat akrab
dan baik. Rumah satu dengan yang lainnya saling berdempetan. Terdapat selokan untuk
menyalurkan limbah rumah yang terdapat di belakang rumah namun alirannya lancar.
Sampah dibuang di tempat sampah. Rumah langsung berhadapan dengan jalan, dengan
kondisi jalan sudah beraspal.
J. DENAH RUMAH
K. RESUME IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Holistik (biopsikososial) : cukup
2. Fungsi Fisiologis (APGAR) : Baik
3. Fungsi Patologis (SCREEM) : Ada fungsi patologis yaitu fungsi Medical.
4. Fungsi Genogram Keluarga : Tidak ada penyakit yang diturunkan, penyakit
tuberkulosis ini termasuk dalam penyakit menular.
5. Fungsi Pola Interaksi Keluarga : Baik
6. Fungsi Perilaku Keluarga : Kurang
7. Fungsi Non Perilaku Keluarga : Kurang
8. Fungsi Lingkungan Indoor : Kurang
9. Fungsi Lingkungan Outdoor : Cukup
L. DAFTAR MASALAH
1. Masalah Medis
Tuberkulosis Paru Relaps
2. Masalah Non Medis
a. Pengetahuan dan sikap penderita dan keluarga tentang penyakit tuberkulosis paru
dan tentang pola hidup bersih dan sehat masih rendah.
b. Rumah kurang sehat
c. Kurangnya kesadaran penderita dan keluarga bahwa setiap sakit untuk periksa ke
pelayanan kesehatan terdekat
d. Asupan makanan bergizi kurang
M. PRIORITAS MASALAH
Tabel 4. Matrikulasi masalah untuk memilih prioritas masalah
No.
Daftar MasalahI
TR
Jumlah IxTxR
P S SB Mn Mo Ma
1.
Pengetahuan dan sikap penderita dan keluarga tentang faktor resiko penyakit tuberkulosis paru masih rendah.
5 5 5 4 4 4 432.000(I)
2.
Pengetahuan penderita dan keluarga tentang pola hidup sehat masih rendah
5 5 4 3 4 5 424.000 (II)
3. Rumah kurang sehat 5 5 4 3 4 3 419.200(III)
4.Asupan makanan bergizi kurang
4 4 3 3 3 3 311664 (IV)
Keterangan :
I :Importancy (pentingnya masalah)
P :Prevalence (besarnya masalah)
S :Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB :Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T :Technology (tehnologi yang tersedia)
R :Resourcers (sumber daya yang tersedia)
Mn :Man (tenaga yang tersedia)
Mo :Money (sarana yang tersedia)
Ma :Material (pentingnya masalah)
Dari indikator di atas, terdapat beberapa kriteria, antara lain:
1 = tidak penting 3 = cukup penting 5 = sangat penting
2 = agak penting 4 = penting
DIAGRAM PERMASALAH PASIEN
TAHAP IV. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA DAN KELUARGA TENTANG POLA HIDUP SEHAT , PENYAKIT TUBERKULOSIS
I. Pengetahuan dan sikap penderita dan keluarga tentang faktor resiko penyakit tuberkulosis paru
masih rendah.
II. Pengetahuan penderita dan keluarga tentang pola hidup sehat masih rendah.
III. Rumah kurang sehat
Tn. N, 38 tahun, TUBERKULOSIS PARU RELAPS
Asupan makanan bergizi kurang
PARU, SERTA RUMAH KURANG SEHAT DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis. Sebagian besar kuman Tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat juga
menyerang organ lainnya. Mycobacterium tuberculosis bersifat tahan asam, berbentuk batang
lurus atau sedikit melengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul.1,2,3
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia.
Tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai
Global Health Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta
kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002 dan 3,9 juta adalah kasus Basil Tahan Asam (BTA)
positif.1,2
Penyakit TB disebut juga silent disease, yaitu penderita sering kali tidak menyadari
kalau sudah tertular dan baru menyadari ketika gejala dan tanda yang dirasakan sudah kronis.
Adapun gejala dari penyakit ini adalah demam sub febril menyerupai influenza, dan panas
terkadang dapat mencapai 40-410C, batuk disertai sputum, bercak darah, sesak nafas, nyeri
dada, serta gejala malaise yang sering ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan),
badan semakin kurus, sakit kepala, nyeri otot, berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan.
Gejala ini dirasakan semakin lama semakin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak
teratur. 1,4
Sumber penularan penyakit ini adalah penderita tuberkulosis dengan BTA positif.
Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis biasanya secara inhalasi, sehingga
TB Paru merupakan manifestasi klinis yang paling sering dibanding organ lainnya.Penularan
penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang terkandung dalam percikan dahak (
droplet nuclei ), khususnya yang didapat dari pasien TB Paru dengan batuk berdahak yang
mengandung BTA.1,4
Pengetahuan, sikap, dan tindakan sangat mempengaruhi perkembangan penyakit
Tuberculosis. Pengetahuan seseorang sangat mempengaruhi perilaku individu. Dengan kata
lain, semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang kesehatan, maka semakin tinggi pula
kesadarannya untuk berperan serta dalam kegiatan kesehatan. Pengetahuanmerupakan tahap
awal bagi seseorang untuk berbuat sesuatu, sebagaimana dengan unsur-unsur yang dapat
dilihat dari dalam diri seseorang untuk dapat berbuat sesuatu seperti keyakinan/kepercayaan,
saran, dorongan/motivasi. Dengan demikian, penyakittuberkulosis banyak terdapat pada
golongan masyarakat dengan tingkat pengetahuan yang rendah tentang cara-cara hidup sehat.
Jika seseorang memiliki sikap yang baik, kepercayaan, dan keyakinan terhadap upaya
menjaga pola hidup bersih dansehat (PHBS) dan pola pengobatan maka dapat menurunkan
frekuensi TB Paru baik dari segi frekuensi maupun tingkat keparahannya. Memiliki sikap
yang baik adalah akibat akumulasi pengetahuan dan emosi yang akan membawa orang tua
dari anak berpikir untuk kesembuhan anaknya ketika menderita TB paru dan mulai menjalani
program pengobatan TB paru selama 6 bulan secara intensif. Orang tua dan saudara lazimnya
akan bertindak sendiri sebagai pengawas minum obat (PMO), dan mulai sadar untuk menjaga
kondisi gizi anak, hygene perorangan anak, dan sanitasi lingkungan secara menyeluruh.
Meski demikian, sikap bukanlah pelaksanaan suatu motif tertentu, tetapi merupakan kesiapan
untuk bertindak. Dengankata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan. 5,6,7
Kondisi rumah juga sangat mempengaruhi penularan penyakit TB. Risiko untuk
menderita TB paru 9 kali lebih tinggi pada penduduk yang tinggal pada rumah yang
pencahayaannya tidak memenuhi syarat kesehatan karena kuman TB sendiri mati oleh cahaya
matahari. Kuman TB yang ditularkan melalui droplet nuclei, dapat melayang di udara
karenamemiliki ukuran yang sangat kecil, yaitu sekitar 50 mikron. Apabila ventilasi rumah
memenuhisyarat kesehatan, maka kuman TB dapat terbawa keluar ruangan rumah, tetapi
apabila ventilasinya buruk maka kuman TB akan tetap ada di dalam rumah. Ventilasi yang
cukup bagi ruangan akan membebaskan bakteri-bakteri termasuk bakteri patogen karena
melalui ventilasi selalu terjadi aliran udara terus menerus. Kelembaban rumah yang tidak
memenuhi syarat kesehatan akan menjadi media yang baik bagi pertumbuhan berbagai
mikroorganisme seperti bakteri, spiroket, ricketsia, virus dan mikroorganisme lain yang dapat
masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara dan dapat menyebabkan terjadinya infeksi
pernapasan pada penghuninya. Kepadatan hunian rumah merupakan luas lantai dalam rumah
dibagi dengan jumlah anggota keluarga penghuni tersebut. Kepadatan penghuni
dikategorikan menjadi memenuhi standar (≥9 m2/orang) dan kepadatan penghuni yang
tidak memenuhi standar yaitu < 9 m2 /orang. Sejatinya jenis pekerjaan turut menentukan
faktor risiko terjadinya penyakitgangguan pernapasan, termasuk TB. Bila pekerja bekerja di
lingkungan yang berdebu paparan partikel debu di daerah terpapar akan mempengaruhi
terjadinya gangguan pada saluran pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat
meningkatkan morbiditas, terutamaterjadinya gejala penyakit saluran pernafasan
danumumnya TB paru. Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi
setiap individu. 5
TAHAP V. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Diagnosis Holistik :
1. Diagnosis Biologis
Tuberkulosis Paru Relaps
2. Diagnosis Psikologis
Pasien tidak mengalami beban pikiran terhadap penyakitnya. Hubungan pasien
dengan anggota keluarga lain baik dan saling mendukung, serta hubungan dengan
tetangga dan lingkungan sekitar terjalin dengan baik pula.
3. Diagnosis Sosial
Pasien merupakan anggota masyarakat biasa, cukup berperan aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan, hubungan dengan masyarakat baik, status ekonomi cukup.
B. SARAN
Saran Komprehensif
1. Promotif
Edukasi penderita dan keluarga mengenai pola hidup yang baik dan kriteria rumah
yang memenuhi syarat kesehatan. Edukasi penderita dan keluarga mengenai
penyakit tuberkulosis , penularan dan komplikasinya.
2. Preventif
Melakukan pola hidup sehat, tidak membuang dahak di sembarang tempat,
menutup mulut ketika batuk, memakai masker dll.
3. Kuratif
Assesment TB Paru Relaps :
Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3) : 3 tablet KDT (kombinasi dosis tetap)
Dosis Panduan OAT KDT Kategori 2
4. Rehabilitatif
a. Makan makanan dengan gizi seimbang
b. Berolahraga secara rutin dan teratur untuk mencegah terjadinya komplikasi
dari penyakit yang diderita serta menjaga kebugaran tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bahar, A., 2007. Tuberkulosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Edisi IV. Jakarta : BPFKUI; 988-994.
2. Bahar, A., Zulkifli Amin. 2007. Pengobatan Tuberkulosis Mutakhir dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Edisi IV. Jakarta : BPFKUI; 995-1000.
3. Brooks, G.F., Butel, J. S. and Morse, S. A., 2004. “Jawetz, Melnick & Adelbergh’s: Mikrobiologi Kedokteran”. Buku I, Edisi I, Alih bahasa: Bagian Mikrobiologi FKU Unair, Jakarta : Salemba Medika.
4. Aditama, TY,. Chairil, AS,. 2002. Jurnal Tuberkulosis Indonesia. Jakarta : Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia.
5. Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat ;Prinsip – prinsip Dasar. Jakarta :Rineka Cipta; 2003.
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2 Cetakan Pertama. Jakarta.
7. World Health Organization, “Global tuberculosis control: surveillance, planning and financing,” WHO/HTM/TB/2009.411, WHO, Geneva, Switzerland, 2009.