laporan Ptk destri saragih merangin
-
Upload
maryanto-sumringah-sma-9-tebo -
Category
Education
-
view
83 -
download
0
Transcript of laporan Ptk destri saragih merangin
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRIUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM
MENYELESAIKAN SOAL PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS XD SMA N 13 MERANGIN
TAHUN AJARAN 2017/ 2018
OLEH
DESTRI SARAGIH, S.Pd
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 13 MERANGIN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan salah satu dunia komunikasi tersendiri antara guru dengan
siswa, dimana guru dan siswa dapat saling bertukar pikiran untuk mengembangkan ide-ide.
Matematika sebagai salah satu pelajaran yang diajarkan setiap jenjang pendidikan, yang
dalam proses pembelajarannya bukan semata-mata hanya menghafal melainkan pemahaman
terhadap konsep. Kondisi ideal tentang tujuan pembelajaran matematika, kondisi
pembelajaran matematika dapat menumbuh kembangkan sifat kritis dan analitis.
Berdasarkan PERMENDIKNAS No. 22 Tahun 2006, Mata pelajaran matematika
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam
pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model
matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah
Pada kenyataannya pembelajaran matematika disekolah penulis masih memunculkan
beberapa masalah seperti, siswa kurang mampu dalam menyelesaikan soal yang berbeda dari
contoh yang diberikan, rendahnya motivasi belajar siswa dalam belajar matematika, Siswa
sering mencontek tugas temannya, rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal,
siswa sering mendapat nilai rendah ketika ulangan harian dan rendahnya aktivitas dan hasil
belajar.
Masalah di atas disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, siswa kurang fokus
terhadap materi pelajaran yang disampaikan ketika proses belajar mengajar, siswa kurang
mampu memahami materi prasyarat yang berkaitan dengan materi yang akan diberikan,
sertakurangnya fasilitas yang menunjang proses belajar dan hanya mengandalkan teman yang
dianggap mampu menyelesaikan.
Di antara permasalahan yang penulis paparkan di atas yang paling esensial adalah
rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pada materi sistem persamaan
linear dua variabel. Masalah ini tentukan tidak dapat dibiarkan saja karena berdampak
kepada akan semakin rendahnya kemampuan siswa, siswa akan tidak dapat melanjutkan
materi yang selanjutnya yang terkait dan rendahnya hasil belajar siswa.
Sebagai guru pembimbing pelajaran matematika penulis mencoba mencarikan
alternatif solusi pemecahan masalah melalui penggunaan beberapa model pembelajaran
seperti strategi pembelajaran discorveri inkuiri, metode diskusi, metode pembelajaran inkuiri
dan metode terbimbing.
Persamaan linear dua variabel merupakan pokok bahasan yang diajarkan di SMA
kelas X dan sangat nyata dialami dalam kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini menyebabkan
materi persamaan linier dua variabel akan dapat dikenal oleh siswa, namun bukan berarti
semua siswa memahami materi tersebut dan dapat menyelesaikan masalah dengan benar.
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode pembelajaran inkuiri untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pada materi sistem persamaan
linear dua variabel. Adapun alasan pengambilan model ini karena metode pembelajaran
inkuiri memiliki keunggulan – keunggulan teoritis sebagai berikut:
1. Metode inkuiri dapat mengembangkan kemampuan intelektual siswa.
2. Metode inkuiri dapat juga mengembangkan seluruh potensi yang ada, termasuk
pengembangan emosional dan pengembangan keterampilan
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah
metode pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal pada materi sistem persamaan linear dua variabel di kelas XD SMA N 13 Merangin
tahun ajaran 2017/ 2018?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah Penggunaan metode pembelajaran
inkuiri untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pada materi
bilangan berpangkat negatif di kelas XD SMA N 13 Merangin tahun ajaran 2017/ 2018.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat teoretis:
• Dari Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat memunculkan teori bahwa metode
pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan
soal – soal yang diberikan.
• Hasil PTK ini dapat dijadikan dasar bagi penelitian selanjutnya.
Manfaat praktis:
a. Bagi siswa:
• Siswa dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal – soal yang
diberikan.
b. Bagi Guru:
• Guru matematika dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal –
soal yang diberikan dengan menggunakan media yang tepat
• Guru mata pelajaran lain dapat memanfaatkan hasil PTK ini dan terinspirasi untuk
melakukan PTK juga.
c. Bagi sekolah:
• Sekolah dapat menjadikan hasil PTK sebagai masukan dalam upaya meningkatkan
kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hakekat Pembelajaran Matematika
Disadari bahwa kegiatan belajar merupakan sumber pengetahuan dan kemampuan
seseorang, karena itu kegiatan belajar perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh.
Dengan belajar, kemampuan intelektual akan terus berkembang. Melalui belajar pengetahuan,
kecakapan, keterampilan, sikap dan kebiasaan akan terbentuk menuju arah kesempurnaan.
Menurut Hudojo (1988: 1) bahwa “Belajar merupakan suatu proses aktif dalam
memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah
laku”. Berarti seseorang dikatakan belajar apabila dia dapat mengerjakan sesuatu yang
sebelumnya ia tidak dapat mengerjakannya. Kegiatan yang disertai dengan usaha dari yang
tidak tahu merupakan proses belajar dan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil
belajar.
Menurut Sagala (2003: 61), pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah,
mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh
peserta didik atau murid.
Pencapaian tujuan pembelajaran dilihat dari bagaimana proses pembelajaran atau
materi pembelajaran itu umum atau khusus dikelola. Ada dua kegiatan kegiatan pokok dalam
proses belajar-mengajar yaitu pembelajaran pada siswa dan cara guru mengajar.
Peran guru adalah sebagai pembimbing dan fasilitator sedangkan siswa sebagai
subjek. Sebagai fasilitator belajar peran guru adalah memberikan informasi kepada siswa
sebagai subjek, menunjukkan kekurangan-kekurangan siswa serta cara perbaikannya.
Sedangkan guru sebagai pembimbing belajar adalah tempat bertanya bagi siswa yang
mengalami kesulitan belajar, memberikan bantuan dan motivasi melalui penghargaan dan
teguran.
Dimiyati dan Mudjiono (dalam Sagala, 2003 : 62) mengatakan bahwa pembelajaran
adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruktisional, untuk membuat siswa
belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Dari uraian di atas, pembelajaran merupakan penyiapan atau penciptaan sistem
lingkungan serta rancangan serangkaian kegiatan belajar yang melibatkan siswa untuk aktif
dalam memaksimalkan kemampuan yang dimilikinya.
Pembelajaran matematika adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang
melibatkan pengembangan pola berfikir dan mengolah logika pada suatu lingkungan belajar
yang sengaja diciptakan oleh guru dengan berbagai metode agar program belajar matematika
tumbuh dan berkembang secara optimal.
Didasari dari Suparno, 1997 pembelajaran matematika beracuan konstruktivisme
dikembangkan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Pengetahuan bagi individu adalah hasil konstruksi individu sendiri.
2. Individu dapat mengonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomen,
pengalaman, dan lingkungannya.
3. Pengetahuan yang benar apabila pengetahuan hasil konstruksi itu dapat digunakan untuk
memecahkan masalah atau fenomen yang relevan.
4. Pengetahuan tidak dapat ditransfer oleh seseorang dari orang lain, melainkan melalui
proses interpretasinya masing-masing.
5. Pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa, baik secara personal maupun sosial.
6. Perubahan konsep ke arah yang lebih rinci, lengkap, dan ilmiah terjadi apabila proses
konstruksi berlangsung terus menerus.
7. Peran guru dalam pembelajaran beracuan konstruktivisme adalah sekedar membantu
menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi pengetahuan berjalan dengan baik.
8. Pengetahuan individu tersimpan dalam struktur kognitifnya, didapat melalui proses
mengonstruksi secara fisik dan mental dalam lingkungan fisik dan sosial.
9. Pengetahuan hasil konstruksi sebagai struktur kognitif individu, tertanam sebagai struktur
logis dan matematis yang bersifat abstrak berasal dari dua kemungkinan abstraksi, yaitu
(1) abstraksi dari objek secara langsung yang menghasilkan pengetahuan empiris atau
eksperimental, dan (2) abstraksi atas dasar koordinasi, relasi, operasi, penggunaan, yang
tidak langsung keluar dari sifat-sifat objek.
10. Pengetahuan baru dapat dengan mudah dikonstruksi oleh individu apabila terjadi asosiasi
dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Dengan demikian, tugas guru adalah
membangkitkan kembali pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki siswa.
11. Pengetahuan baru akan lebih mudah dikonstruksi oleh siswa apabila diawali dari hal yang
konkrit dan ini lebih baik dari pada pengetahuan awal yang abstrak.
4.2. Materi esensial dalam Pembelajaran Matematika
2.2.1 Pengertian persamaan linear dua variabel
Sistem persamaan linear dua variabel, atau sering disingkat sebagai SPLDV,
seringkali digunakan untuk memecahkan permasalahan di sekitar kita. Sebelum kita
mempelajari SPLDV, sebaiknya kita kenal dulu persamaan linear dua variabel.
Persamaan linear dua variabel adalah persamaan linear yang memiliki dua variabel,
dengan pangkat masing-masing variabel adalah satu. Persamaan Linear Dua Variabel
memiliki bentuk umum : ax + by = c
Dengan a, b, dan c adalah konstanta, x dan y adalah variabel
contoh :
a. x – y =0
b. 2m + n =4
Misalkan akan dicari penyelesaian dari 2m + n = 4.
Bila m = 0, maka 0 + n = 4 Penyelesaiannya adalah (0,4)
Bila m = 1, maka 2.1 + n = 4, sehingga n=2, Penyelesaiannya adalah (1,4).
Bila m = 2, maka 2.2 + n =4, sehingga n=0, Penyelesaiannya adalah (2,0).
Demikian untuk seterusnya.
2.2.2 Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
Setelah mengenal persamaan linear dua variabel, selanjutnya kita lanjutkan
pembahasan kita ke Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPL2V).
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel adalah dua buah persamaan linear dua
variabel yang mempunyai satu penyelesaian.
Bentuk umumnya seperti berikut :
a1x + b1y = c1
a2x + b2y = c2
Dengana1, b1, a2, b2 adalah koefisienserta x dan y adalah variabel.
Contoh :
x – y =4 … (i)
x + y =6 … (ii)
Persamaan (i) dan (ii) disebut sistem persamaan linear dua variabel karena kedua
persamaan tersebut memiliki satu penyelesaian yaitu (5,1)
2.2.3 Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem persamaan linear dua variabel dapat diselesaikan dengan
a. Metode Subtitusi
Bila menggunakan metode subtitusi dapat menggantikan suatu variabel dengan
variabel dari persamaan lain.
Contoh :
2x – y = 6 ……..(i)
x + y = 3 ……..(ii)
Langkah awal
Ubahlah salah satu persamaan dalam bentuk X = …. Atau y = ….
Dari persamaan (i), kita dapat memperoleh : 2x – 6 = y
Langkah kedua
Subtitusikan persamaan diatas ke perssamaan (ii) sehingga diperoleh :
x + (2x – 6) = 3
3x – 6 = 3
3x = 9
x = 3
Langkah Ketiga
Nilai x = 3 disubtansikan ke persamaan (i) atau ke persamaan (ii).
Misalkan x = 3 disubtansikan ke persamaan (i), diperoleh :
2.3 – y =6
6 – y = 6
y = 6-6
y = 0
b. Metode Eliminasi
Metode eliminasi dilakukan dengan cara menghilangkan salah satu variabel
Contoh :
2x – y = 6 …. (i)
x + y = 3 …. (ii)
Langkah awal
mulailah dengan menghilangkan variabel x
2x – y = 6 | x 1 |2x – y = 6
x + y = 3 |x 2 | 2x + 2y = 6
-3 y = 0
y = 0
Langkah Kedua
hilangkan variabel y
2 x – y = 6
x + y = 3
3x = 9
x = 3
Jadi, penyelesaiannya adalah x = 3 dan y = 0, ditulis HP = {(3,0)}
c. Metode Grafik
Dengan metode grafik harus menggambar grafik dari kedua persamaan, kemudian
titik potong kedua grafik tersebut merupakan penyelesaian dari sistem persamaan
linear dua variabel.
Contoh :
2x – y = 6
x + y = 3
Langkah awal
gambarlah grafik persamaan 2x – y = 6.
kita harus menentukan terlebih dahulu titik potong grafik terhadap sumbu X dan
sumbu Y.
1) titik potong terhadap sumbu X, maka y= 0
2x – y = 6
2x – 0 = 6
2x = 6
x = 3
2) titik potong terhadap sumbu Y, maka x = 0.
x + y = 3
0 + y = 3
y = 3
titik potong terhadap Y adalah (0,3).
d. Metode campuran dari metode eliminasi dan subtitusi
Cara menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dapat dilakukan dengan
metode campuran dari eliminasi dan subtitusi.
Contoh :
2x – y = 3 ….. (i)
x + y = 3 ….. (ii)
Langkah awal : metode eliminasi
hilangkan variabel x
2x – y = 6 |x 1 |2x – y = 6
x + y = 3 |x 2 | 2x + 2y = 6
-3y = 0
y = 0
Langkah kedua : metode subtitusi
masukkan nilai y = 0 ke persamaan (i) atau ke persamaan ke (ii), misalkan nilai y = 0
dimasukkan ke persamaan (i).
2x – 0 = 6
2x = 6
x = 3
jadi, penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel diatas adlah x = 3 dan y = 0,
dituliskan HP = {(3,0)}
2.2.4 Penggunaan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Penggunaan sistem persamaan linear satu variabel juga dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Contoh :
harga 4 buah buku tulis dan 3 buah pensil adalah Rp. 25. 000,00. harga 2 buah buku tulis dan
7 buah pensil adalah Rp. 29.000,00. berapakah harga 2 lusin buku tulis dan 4 lusin pensil ?
Penyelesaian:
Misalkan, harga sebuah buku tulis dilambangkan x dan harga sebuah pensil dilambangkan y.
Dengan demikan diperoleh :
4x + 3y = Rp25.000,00 …. (i)
2x + 7y = Rp 29.000,00 …. (ii)
Misalkan sistem persamaan linear dua variabel diatas akan diselesaikan dengan metode
eliminasi.
Langkah awal
Hilangkan variabel x
4x + 3y = 25.000|x 1|4x + 3y = 25.000
2x + 7 y = 29.000|x 2|4x+14y = 58.000
-11 y = – 33.000
y = 3. 000
Langkah kedua
kita dapat menggunakan metode substitusi.
Masukkan nilai y = 3. 000 ke salah satu persamaan. Misalkan (i), diperoleh :
4x + 3.3000 = 25.000
4x = 25.000 – 9.000
x = 4.000
Dengan demikian, diperoleh bahwa harga sebuah buku tulis adalah Rp4.000,00 dan harga
sebuah pensil adalah Rp3.000,00. harga 2 lusin buku tulis dan 4 lusin pensil adalah :
= 2. 12.Rp4.000,00 + 4.12.Rp3.000,00
= 24. Rp4.000,00 + 48.Rp3.000,00
= Rp96.000,00 + Rp144.000,00
=Rp240.000,00
Jadi harga 2 lusin buku tulis dan 4 lusin pensil adalah Rp240.000,00
2.3. Metode Pembelajaran
Ada dua kegiatan pokok dalam proses mengajar yaitu pembelajaran pada siswa dan
cara mengajar guru. Sanjaya (2006: 145) mengatakan bahwa: “Metode adalah cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah tercapai secara optimal”.
Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian informasi dari pengajar terhadp
peserta didik. Untuk lebih jelasnya berikut ini dikemukakan beberapa pengertian
pembelajaran menurut para ahli, antara lain:
a. Dimyati dan Mudjiono (dalam sagala, 2003: 62) mengatakan bahwa Pembelajaran
adalah kegiatan guru secara terpogram dalam desain instruksional, untuk membuat
siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
b. Sagala (2003: 61) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan proses komunikasi dua
arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik sedangkan belajar dilakukan
oleh para peserta didik sebagai murid.
c. Sanjaya (2006: 49) mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
bertujuan yaitu membelajarkan siswa.
Sesuai dengan pendapat beberapa ahli di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
metode pembelajaran adalah suatu cara atau teknik mengajar sebagai interaksi antara
pengajar dengan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran agar dapat mencapai
tujuan pengajaran.
Metode pembelajaran akan mempengaruhi minat, prestasi dan kemampuan
pembelajaran. Guru perlu mengetahui apa tujuan mengajar, bahan yang akan diajarkan,
fasilitas apa yang digunakan sehingga metode pembelajaran yang digunakan cocok dengan
yang diharapkan. Makin efektif metode pembelajaran yang digunakan, akan semakin efektif
pula pembelajaran yang dilaksanakan dalam mencapai tujuan.
Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi perlu digunakan dalam upaya
menarik perhatian siswa dalam meningkatkan kegiatan belajar siswa. Sanjaya (2006: 50)
menyatakan bahwa: “Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung
pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik dan taktik pembelajaran”. Ada
beberapa jenis metode yang dapat digunakan guru dalam mengajar diantaranya metode
ceramah, metode latihan, metode kooperatif, metode diskusi dan masih banyak lagi yang
dapat digunakan dalam pengajaran.
Penggunaan metode mengajar yang tepat menambah tingkah laku pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran. Dengan demikian tugas guru adalah memilih metode pembelajaran
untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, maka metode pembelajaran yang dibicarakan
dalam penelitian hanyalah metode inkuiri.
2.4. Metode Pembelajaran Inkuiri
Dalam bahasa Inggris inquiri berarti pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan.
Metode inkuri adalah metode pencarian kebenaran, informasi atau tentang sesuatu, membuat
hipotesis, merancang, mengumpylkan dan menganalisis serta menarik kesimpulan. Metode
inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada,
termasuk pengembangan emosional dan pengembangan keterampilan , dalam hal ini, guru
hanya berfungsi sebagai sumber informasi data yang diperlukan atau bertindak sebagai
fasilitator pengalaman-pengalaman belajar serta menciptakan atau mengatur kondisi-kondisi
sedemikian rupa sehingga para siswa terangsang untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan
tentang topik atau peristiwa yang sedang dibahas. Metode ini mengembangkan stategi
meneliti, nilai dan sikap siswa untuk meneliti.
Gulo (2002: 85) mengatakan bahwa sasaran utama kegiatan mengajar pada metode ini
adalah:
- Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan belajar disini adalah kegiatan mental intelektual dan sosial emosional.
- Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran.
- Mengembangkan sikap pada diri sendiri (self believe) tentang apa yang ditemukan
dalam proses inkuiri.
Dimyati (1988: 88) mengatakan bahwa: “Metode inkuiri bertujuan membantu siswa
mengembangkan disiplin intelektual yang diperlukan untuk mencari data memproses data,
mengembangkan cara berfikir alamiah”.
Pada metode inkuiri, kegiatan belajar mengajar diawali dengan menghadapakan siswa
pada maslah yang merangsang, hal ini dapat dilakukan dengan menyajikan presentasi verbal
atau pengalaman nyata, atau biasa dirancang sediri oelh guru. Jika siswa menunjukkan
reaksinya maka guru berusaha menarik perhatian mereka terhadap hal-hal yang berbeda
(sudut pandang, cara penerimaan mereka, cara mereka mengorganisasi stimulus, dan
perasaan mereka). Jika siswa sudah menunjukkan perhatian dan minatnya dengan cara yang
dinyatakan oleh reaksi mereka yang berbeda, guru mengarahkan mereka untuk merumskan
dan menyusun masalah.
Munculnya reaksi mereka sangat tergantung pada bahan stimulasi yang persentasikan
oleh guru. Bahan tersebut sebagai pendahuluan dari bahan pengajaran harus terkait dengan
pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa, bahan ini disebut advanced organizer.
Ketidakterkaitan materi dengan apa yang telah diperoleh siswa menyebabkan pelajaran terasa
asing dan tidak menarik bagi siswa. Untuk maksud tersebut, maka bahan sajian merupakan
gambaran menyeluruh tapi singkat terhadap apa yang ditemukan dalam pelajaran yang
disajikan.
Selanjutnya, siswa diarahkan pada usaha mereka mampu menganalisis,
mengorganisasikan kelompok mereka, bekerja dan melaporkan hasilnya. Akhirnya siswa
mengevaluasi sendiri penyelesaiannya dalam hubungannya dengan tujuan semula. Lingkaran
ini berulang dengan sendirinya, walaupun dalam situasi yang lain atau dalam menghadapi
masalah baru di luar penyelidikan mereka.
Gulo (2002 : 86) mengatakan bahwa peranan utama guru dalam menciptakan kondisi
inkuiri adalah sebagai berikut:
- Motivator, yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berfikir.
- Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berfikir
siswa.
- Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan
memberi keyakinan pada diri sendiri.
- Administrator, yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas.
- Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berfikir siswa pada tujuan yang diharapkan.
- Manejer, yang mengelola sumber beljar, waktu, dan organisasi kelas.
- Rewarder, yang memberi pengaharapan pada prestasi yang dicapai dalam rangka
peningkatan semangat heuristik pada siswa.
Supaya guru dapat melakukan peranannya secara efektif maka pengenalan
kemampuan siswa sangat diperlukan, terutama cara berfikirnya, cara mereka menanggapi dan
sebagainya.
Untuk merangsang kegiatan berfikir peserta didik, maka perlu diketahui dan
bagaimana cara berfikirnya. Hanya dengancara demikian dapat dikembangkan kemampuan
berfikir siswa dalam proses inkuiri.
Menurut Sumanti dan Permana (1998: 165) mengatakan bahwa metode inkuiri
memiliki kelebihan dan kelemahan yaitu :
1. Kelebihan metode inkuiri
- Menekankan kepada proses pengolahan informasi oleh peserta didik itu sendiri.
- Membuat konsep diri peserta didik bertambah dengan penemuan-penemuan yang
diperoleh.
- Memiliki kemungkinan besar untuk memperbaiki dan memperluas persediaan dan
penguasaan keterampilan proses kognitif pada peserta didik.
2. Kelemahan metode inkuiri
- Tidak sesuai dengan kelas yang besar jumlah peserta didiknya.
- Memerlukan fasilitas yang memadai
- Sangat sulit mengubah cara belajar peserta didik dari kebiasaan menerima informasi
dari guru menjadi aktif mencari dan menemukan sendiri.
Tahap-tahap melaksanakan pembelajaran inkuiri diperlukan tahap-tahap yang
memudahkan. Beberapa pendapat para ahli mengenai tahap-tahap pembelajaran dengan
metode inkuiri.
a. Roestiyah dan Soeharto (1985: 75) mengemukakan langkah-langkah pelaksanaan metode
inkuiri sebagai berikut:
1. Guru memberi tugas meneliti suatu masalah di kelas.
2. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing kelompok mendapat
tugas tertentu.
3. Siswa mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya dalam kelompok.
4. Siswa mendiskusikan hasil kerja mereka dalam kelompok dan membuatnya tersusun
dengan baik.
5. Melaporkan hasil kerja kelompok ke depan kelas, sehingga terjadi berdiskusi yang
luas.
6. Siswa merumuskan kesimpulan sendiri.
b. Sagala, Syaiful (2003: 197) menyatakan ada 5 tahap yang ditempuh dalam melaksanakan
metode inkuiri yakni :
1. Perumusan masalah untuk dipecahkan siswa.
2. Menetapkan jawaban sementara.
3. Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan.
4. Menarik kesimpulan.
5. Mengaplikasikan kesimpulan/generalisasi dalam situasi baru.
c. Nurhadi (2004: 123) menyatakan bahwa inkuiri terdiri dari beberapa siklus yaitu:
1. Observasi
2. Bertanya
3. Mengajukan dugaan
4. Pengumpulan data
5. Penyimpulan
Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan langkah-langkah pelaksanaan
proses belajar mengajar dengan menggunakan metode inkuiri adalah :
1. Guru memberi tugas meneliti masalah di kelas untuk dipecahklan siswa.
2. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing mendapat tugas
tertentu.
3. Siswa mempelajari, meneliti atau mebahas tugasnya dalam kelompok.
4. Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan
dalam kelompok masing-masing.
5. Melaporkan hasil kerja kelompok ke depan kelas, sehinggga terjadi berdiskusi yang
luas.
6. Siswa merumuskan kesimpulan sendiri.
2.5. Hasil Belajar
2.5.1 Pengertian Hasil Belajar
Untuk mengetahui perkembangan sampai di mana hasil yang telah dicapai oleh
seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Untuk menentukan kemajuan yang
dicapai maka harus ada kriteria (patokan) yang mengacu pada tujuan yang telah ditentukan
sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh strategi belajar mengajar terhadap
keberhasilan belajar siswa.
Hasil belajar siswa menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82)
adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang
mewujudkan dalam bentuk angka.
Menurut Winarno Surakhmad (dalam buku, Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung:
Jemmars, 1980:25) hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes.
Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan
keberhasilan siswa.
Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah prestasi
belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu
perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Untuk menyatakan bahwa suatu proses
belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan
dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada
kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses
belajar mengajar tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan
pembelajaran khususnya dapat dicapai.
Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran khusus, guru perlu
mengadakan tes formatif pada setiap menyajikan suatu bahasan kepada siswa. Penilaian
formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan pembelajaran
khusus yang ingin dicapai. Fungsi penelitian ini adalah untuk memberikan umpan balik pada
guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program
remedial bagi siswa yang belum berhasil. Karena itulah, suatu proses belajar mengajar
dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan pembelajaran khusus dari bahan
tersebut.
2.5.2 Indikator Hasil Belajar Siswa
Yang menjadi indikator utama hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:
a. Ketercapaian Daya Serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan, baik secara
individual maupun kelompok. Pengukuran ketercapaian daya serap ini biasanya
dilakukan dengan penetapan Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM)
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa, baik secara
individual maupun kelompok.
Namun demikian, menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (dalam
buku Strategi Belajar Mengajar 2002:120) indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur
keberhasilan adalah daya serap.
2.5.3 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Secara umum Hasil belajar
dipengaruhi 3 hal atau faktor Faktor-faktor tersebut akan saya uraikan dibawah ini, yaitu :
1. Faktor internal (faktor dalam diri)
2. Faktor eksternal (faktor diluar diri)
3. Faktor pendekatan belajar
Faktor internal
Faktor internal yang mempengaruhi Hasil belajar yang pertama adalah Aspek
fisiologis. Untuk memperoleh hasil Hasil belajar yang baik, kebugaran tubuh dan kondisi
panca indera perlu dijaga dengan cara : makanan/minuman bergizi, istirahat, olah raga.
Tentunya banyak kasus anak yang prestasinya turun karena mereka tidak sehat secara fisik.
Faktor internal yang lain adalah aspek psikologis. Aspek psikologis ini meliputi :
inteligensi, sikap, bakat, minat, motivasi dan kepribadian. Factor psikologis ini juga
merupakan factor kuat dari Hasil belajar, intelegensi memang bisa dikembangkang, tapi
sikap, minat, motivasi dan kepribadian sangat dipengaruhi oleh factor psikologi diri kita
sendiri. Oleh karena itu, berjuanglah untuk terus mendapat suplai motivasi dari lingkungan
sekitar, kuatkan tekad dan mantapkan sikap demi masa depan yang lebih cerah.
Faktor eksternal
Selain faktor internal, Hasil belajar juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor
eksternal meliputi beberapa hal, yaitu:
1. Lingkungan sosial, meliputi : teman, guru, keluarga dan masyarakat.
Lingkungan sosial, adalah lingkungan dimana seseorang bersosialisasi, bertemu dan
berinteraksi dengan manusia disekitarnya. Hal pertama yang menjadi penting dari lingkungan
sosial adalah pertemanan, dimana teman adalah sumber motivasi sekaligus bisa menjadi
sumber menurunnya prestasi. Posisi teman sangat penting, mereka ada begitu dekat dengan
kita, dan tingkah laku yang mereka lakukan akan berpengaruh terhadap diri kita. Kalau kalian
sudah terlanjur memiliki lingkungan pertemanan yang lemah akan motivasi belajar, sebisa
mungkin arahkan teman-teman kalian untuk belajar. Setidaknya dengan cara itu kaluan bisa
memposisikan diri sebagai seorang pelajar.
Guru, adalah seorang yang sangat berhubungan dengan Hasil belajar. Kualitas guru di
kelas, bisa mempengaruhi bagaimana kita balajar dan bagaimana minat kita terbangun di
dalam kelas. Memang pada kenyataanya banyak siswa yang merasa guru mereka tidak
memberi motivasi belajar, atau mungkin suasana pembelajaran yang monoton. Hal ini
berpengaruh terhadap proses pembelajaran.
Keluarga, juga menjadi faktor yang mempengaruhi Hasil belajar seseorang. Biasanya
seseorang yang memiliki keadaan keluarga yang berantakan (broken home) memiliki
motivasi terhadap prestasi yang rendah, kehidupannya terlalu difokuskan pada pemecahan
konflik kekeluargaan yang tak berkesudahan. Maka dari itu, bagi orang tua, jadikanlah rumah
keluarga kalian surga, karena jika tidak, anak kalian yang baru lahir beberapa tahun lamanya,
belum memiliki konsep pemecahan konflik batin yang kuat, mereka bisa stress melihat
tingkah kalian wahai para orang tua yang suka bertengkar, dan stress itu dibawa ke dalam
kelas.
Yang terakhir adalah masyarakat, sebagai contoh seorang yang hidup dimasyarakat
akademik mereka akan mempertahankan gengsinya dalam hal akademik di hadapan
masyarakatnya. Jadi lingkungan masyarakat mempengaruhi pola pikir seorang untuk
berprestasi. Masyarakat juga, dengan segala aktifitas kemasyarakatannya mepengaruhi
tidakan seseorang, begitupun juga berpengaruh terhadap siswa dan mahasiswa.
2. Lingkungan non-sosial, meliputi : kondisi rumah, sekolah, peralatan, alam (cuaca). Non-
sosial seperti hal nya kondiri rumah (secara fisik), apakah rapi, bersih, aman, terkendali dari
gangguan yang menurunkan Hasil belajar. Sekolah juga mempengaruhi Hasil belajar, dari
pengalaman saya, ketika anak pintar masuk sekolah biasa-biasa saja, prestasi mereka bisa
mengungguli teman-teman yang lainnya. Tapi, bila disandingkan dengan prestasi temannya
yang memiliki kualitas yang sama saat lulus, dan dia masuk sekolah favorit dan berkualitas,
prestasinya biasa saja. Artinya lingkungan sekolah berpengaruh. cuala alam, berpengaruh
terhadap hasil belajar.
2.5.4 Penilaian Hasil Belajar
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain mengungkapkan, “bahwa untuk
mengukur dan mengevaluasi hasil belajar siswa tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi
belajar”.
Berdasarkan tujuan dan ruang lingkunya, tes prestasi belajar dapat digolongkan ke
dalam jenis penilaian, sebagai berikut:
(1) Tes Formatif, penilaian ini dapat mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu
dan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan
tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dalam waktu
tertentu; (2) Tes Subsumatif, tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah
diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap
siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar atau hasil belajar siswa. Hasil tes
subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan
dalam menentukan nilai rapor; (3) Tes Sumatif, tes ini diadakan untuk mengukur daya serap
siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu
atau dua bahan pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tarap atau tingkat
keberhasilan belajar siswa dalam satu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini
dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (rangking) atau sebagai ukuran
mutu sekolah.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
3.1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XD SMA N 13 Merangin dengan jumlah
siswa 28 orang dengan rincian laki – laki sebanyak 16 orang dan perempuan 12 orang.
3.2. Seting Penelitian (tempat dan waktu)
3.2.1 Tempat Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian di SMA N 13
Merangin kelas XD. SMA N 13 Merangin berdiri pada tahun 2006 di Desa Suko Rejo
Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin. Pada saat ini SMA ini memiliki 12 rombel,
yang dipimpin oleh kepala sekolah Hartono, S.Pd, M.Pd.
SMA N 13 Merangin memiliki jumlah 34 orang guru dan 1 orang kepala TU serta 2
orang staf TU, dengan jumlah siswa 320 orang. SMA N 13 Merangin memiliki beberapa
prestasi sekolah seperti: pada bidang olahraga. Pada tahun 2016 ini SMA N 13 Merangin
memdapat prestasi juara 2 UKS tingkat kabupaten, menjadi sekolah adiwiyata, serta bintang
satu untuk kantin sehat.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selam 4 bulan dari bulan September – Desember 2017 dengan
rincian kegiatan sebagai berikut:
No. Uraian kegiatan September Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perencanaan Siklus I v v
2 Pelaksanaan tindakan Siklus I v v
3 Observasi Siklus I v v
4 Refleksi Siklus I v
5 Perencanaan Siklus II v v
6 Pelaksanaan tindakan Siklus
II
v v
7 Observasi Siklus II v v
8 Refleksi Siklus II v
9 Penyususnan Laporan
Penelitian
v v
10 Seminar hasil PTK v
11 Revisi Laporan PTK V
3.3 Prosedur Penelitian
1. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi keaktifan dan lembar observasi
pelaksanaan pembelajaran inkuir.
2. Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 siklus, satu siklus dilaksananakan untuk 2 kali
pertemuan. Pada proses pelaksanaan penelitian dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran
matematika dengan materi yang akan diberikan adalah Sistem Persamaan Linear Dua Varibel
(SPLDV)
3. Observasi
Dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang
telah disiapkan dan mencatat kejadian – kejadian yang tidak terdapat dalam lembar observasi
dengan membuat lembar catatan lapangan.
4. Refleksi
Refleksi pada tindakan ini adalah menganalisis hasil yang diperoleh yaitu hasil yang
berasal dari observasi dan tes. Selanjutnya hasil analisis digunakan untuk menentukan
langkah selanjutnya, apakah siklus dua diperlukan atau tidak. Data ini dianalisis sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan di analisis data.
Prosedur Penelitian Siklus I
Alur Proses Penelitian Putaran I
Alur proses putaran I dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar Prosedur Penelitian Siklus I
1.Penjajagan
Awal
Keadaan sebelum dilakukan metode inkuiri
Keadaan sesudah dilaksanakan metode
inkuiri
Hasil Akhir
3.Pelaksanaan metode inkuiri
Nilai Nilai
Observasi/ Evaluasi
Steam and Leaf Box-Plot
Upaya perubahan dengan dilaksanakan
ObservasiObservasi
5.Refleksi
2.Rencana pembelajaran
4.Obsevasi/ evaluasi
Keterangan gambar:
1. Peneliti melakukan penjajagan awal
Kegiatan observasi untuk mengetahui bagaimana proses belajar mengajar matematika di
sekolah itu dan untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh siswa sewaktu
pembelajaran serta bagaimana hasil belajar matematika siswa.
2. Peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
Menyusun rancangan pembelajaran materi persamaan dan pertidaksamaan linier satu
variabel, membuat soal tes yang diberikan pada akhir tindakan, menyusun alat
pemantauan yaitu pedoman observasi untuk mencatat segala kegiatan yang sedang
berlangsung.
3. Guru melakukan proses pembelajaran
Pada proses pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran pada siswa.
b. Memberitahukan kepada siswa materi yang akan dipelajari, dan siswa diberi
pengarahan bagaimana pelaksanaan pembelajran dengan metode inkuiri.
c. Membimbing siswa belajar menggunakan metode inkuiri dengan cara penyajian
masalah, mengarahkan siswa pada usaha supaya siswa tersebut mampu bekerjasama
dalam kelompoknya, membuat kesimpulan dan melaporkan hasil kerjanya.
4. Melakukan pengamatan (observasi) dan evaluasi
Kegiatan observasi dilaksanakan peneliti dengan satu orang observer. Observer
bertugas mengobservasi aktivitas guru yang kemudian mencatatnya pada lembar
observasi yang telah disediakan. Observasi selama pembelajaran berlangsung hanya
dilakukan untuk melihat aktivitas peneliti dan terutama untuk melihat tingkah laku atau
aktivitas siswa apakah sudah mau memberikan respon sewaktu pembelajaran. Hal ini
dapat dilihat melalui hasil laporan masing-masing kelompok. Hasil laporan setiap
kelompok dikumpul pada akhir pertemuan dan dikembalikan pada pertemuan
selanjutnya. Kegiatan observasi ini dilakukan dengan menggunakan pedoman
observasi.
Evaluasi diadakan pada akhir pembelajaran. Evaluasi ini berupa tes mengenai
penjelasan guru tentang persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel.
5. Melakukan refleksi
Refleksi pada tindakan ini adalah menganalisis hasil yang diperoleh yaitu hasil yang
berasal dari observasi dan tes. Selanjutnya hasil analisis digunakan untuk menentukan
langkah selanjutnya, apakah siklus dua diperlukan atau tidak. Data ini dianalisis sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan di analisis data.
Prosedur Penelitian Siklus II
Alur proses penelitian putaran II dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar Prosedur Penelitian Siklus II
Keadaan sebelum dilakukan metode inkuiri
Keadaan sesudah dilaksanakan metode
inkuiri
1.Hasil akhir Ptr.I Hasil Akhir
Observasi
3.Pelaksanaan metode inkuiri
Observasi Obaservasi/
Upaya perubahan dengan dilaksanakan tindakan
Nilai Nilai Steam and Leaf
5. Refleksi
2.Rencana pembelajaran
4.Observasi/
evaluasi
Keterangan gambar:
1. Hasil yang diperoleh putaran I dianalisis oleh peneliti, kemudian diinterpretasi sebagai
dasar untuk pembelajaran berikutnya.
Hasil dari putaran itu adalah hasil dari observasi dan hasil tes yang digunakan menjadi
pedoman dalam pembelajaran berikutnya.
2. Menyusun rencana pembelajaran
Pada tahap ini peneliti menyusun rencana pembelajaran dan alat pemantauan seperti pada
putaran I.
3. Peneliti melaksanakan pembelajaran dengan melakukan kegiatan-kegiatan pada putaran I.
4. Melakukan observasi dan evaluasi.
Kegiatan observasi dilaksanakan peneliti dan satu orang observer. Observer bertugas
mengobservasi aktivitas peneliti yang kemudian mencatatnya pada lembar observasi yang
telah disediakan. Evaluasi ini berupa tes dan diadakan pada akhir pembelajaran.
5. Melakukan refleksi
Refleksi dilakukan dengan cara menganalisis hasil yang berasal dari observasi,
wawancara dan tes. Selanjutnya hasil analisis digunakan untuk menentukan langkah
selanjutnya, apakah siklus dua diperlukan atau tidak. Data ini dianalisis sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan di analisis data.
Pemaknaan dan Pengembangan
Setiap kegiatan harus di evaluasi, karena makna hasil setiap evaluasi akan menjadi
dasar ke program berikutnya. Dalam penelitian ada tiga kali pertemuan dengan tiga rencana
pembelajaran, yang berarti ada tiga kali evaluasi.
Data yang diperoleh akan bermakna jika pengujian dilakukan dengan perbandingan,
perubahan hasil dari awal ke hasil akhir sub putaran pertama, kemudian dari sub putaran
pertama ke sub putaran kedua dan seterusnya, dan dari hasil awal ke hasil akhir putaran
pertama, kemudian dari hasil putaran pertama ke putaran kedua hingga ke putaran ketiga.
Sasaran yang diharapkan adalah perubahan yang semakin cocok kepada pencapaian
tujuan yang berarti pelaksanaan yang semakin mantap dan hasil belajar yang semakin
meningkat.
3.4 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Teknik pengumpulan data ada dua,yaitu tes dan nontes.
1. Tes
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes. Tes dilakukan
sebanyak dua kali, yaitu pada siklus I dan tes pada siklus II. Pengumpulan data tes untuk
melihat kemampuan siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan. Soal yang digunakan
untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa terhadap materi Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel (SPLDV) sebanyak 10 soal sedangkan untuk mengetahui ketercapaian indikator
digunakan 6 soal. Soal tes tersebut dibuat berdasarkan materi yang telah disampaikan dengan
menggunakan metode Inkuiri pada siklus I, dan siklus II. Dari hasil analisis tes ini dapat
diketahui peningkatan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan.
2. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengetahui sikap dan perilaku siswa selama
proses pembelajaran dilaksanakan. Observasi ini dilaksanakan selama proses pembelajaran
berlangsung. Untuk lebih memudahkan dan mengefektifkan pelaksanaan observasi, peneliti
mengamati keadaan siswa dengan memberi tanda check list pada lembar panduan observasi
yang telah disediakan.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap siswa yang berhasil dan siswa yang tidak berhasil
dalam mengerjakan soal pada materi sistem persamaan linear dua variabel. Hal ini
dilaksanakan untuk mengetahui penyebab berhasil atau tidak berhasilnya siswa dalam
mengerjakan soal yang diberikan. Hasil wawancara ini dapat digunakan untuk melakukan
perbaikan pada pembelajaran siklus berikutnya. Kegiatan wawancara dilaksanakan di luar
jam pelajaran efektif.
4. Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa dokumentasi foto. Data
yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik ini berupa gambar kegiatan selama proses
pembelajaran berlangsung. Peristiwa yang didokumentasikan diusahakan dapat mewakili
setiap kegiatan dalam pembelajaran sistem persamaan linear dua variabel.
3.5 Teknik Analisis Data
Data penelitian ini dianalisis secara kualitatif.
Data kualitatif ini diperoleh dari data nontes yaitu observasi, wawancara, jurnal, dan
dokumentasi. Data observasi dan jurnal dianalisis untuk mengetahui kesulitan siswa selama
proses pembelajaran Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Data tersebut juga
digunakan untuk menentukan siswa yang akan diwawancarai. Sementara itu, dokumentasi
digunakan untuk merekam kegiatan siswa dalam proses pembelajaran.
Analisis dilakukan dengan cara memadukan data secara keseluruhan. Analisis dan
pendeskripsian untuk mengungkapkan semua perilaku siswa dan perubahannya selama proses
pembelajaran dari siklus I ke siklus II.